ANALISIS KORELASI SPEARMAN SNI ISO STANDAR SISTEM ...
Transcript of ANALISIS KORELASI SPEARMAN SNI ISO STANDAR SISTEM ...
ANALISIS KORELASI SPEARMAN SNI ISO STANDAR SISTEM MANAJEMEN KUALITAS
TERHADAP HAK KEKAYAAN INDUSTRIAL DI INDONESIA
Knight Pitipaldi1, Arfan Bakhtiar2, Hery Suliantoro3
Departemen Teknik Industri, Universitas Diponegoro
Jalan professor Soedarto SH., Tembalang, Semarang
Telp. 0822169024621
E-mail: [email protected]
Abstrak
Knight Pitipaldi, Analisis Korelasi Spearman SNI ISO Standar Sistem Manajemen Kualitas Terhadap Hak Kekayaan
Industrial di Indonesia. Penelitian yang dilakukan untuk melihat nilai koefisien korelasi dari standar sistem manajemen
kualitas: SNI ISO 9001 QMS, SNI ISO 14001 EMS, SNI ISO 22000 FSMS, SNI ISO 13485 MD-QMS, SNI ISO
27001 ISMS, SNI ISO 16949 A-QMS dengan hak kekayaan industrial: paten, paten sederhana, desain industry dan
merek di Indonesia. Pengujian yang dilakukan adalah melihat hubungan data jumlah sertifikat standar sistem
manajemen kualitas terhadap hak kekayaan industrial di Indonesia selama 7 tahun yang dimulai dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2015. Metode korelasi spearman dilakukan untuk melakukan pengamatan nilai koefisien korelasi
terhadap perkembangan data sertifikat yang dimiliki di Indonesia. Setelah dilakukan pengujian korelasi spearman
dapat di indentifikasi beberapa standar sistem manajemen kualitas memiliki nilai signifikansi yang sudah masuk
kedalam batas toleransi maupun sudah keluar dari batas toleransi terhadap hak kekayaan industrial. Merujuk kepada
hasil penelitian ini, beberapa standar sistem manjajemen kualitas dapat berkontribusi mengembangkan inovasi disuatu
negara, khususnya Indonesia.
Kata Kunci : Hak Kekayaan Industrial, Inovasi, Standar Sistem Manajemen Kualitas
Abstrack
Knight Pitipaldi, Spearman Correlation’s Analysis SNI ISO Quality Management System Standards on Industrial
Property Rights in Indonesia. Resarch conducted are aims to look at the value of a correlation coefficient than the
quality management system standards: SNI ISO 9001 QMS, SNI ISO 14001 EMS, SNI ISO 22000 FSMS, SNI ISO
13485 MD-QMS, SNI ISO 27001 ISMS and SNI ISO 16949 A-QMS on industrial property rights: patent, petty patent,
industrial design and brand in Indonesia. Test carried out is look the number relationship data of certificates quality
management system standards on industrial property rights in Indonesia for 7 years that began in 2009 up to 20015.
The correlation spearman is done to observe correlation coefficient value on development of certificate data owned
in Indonesia. After testing spearman correlation can be identified some quality management system standards have
value significance inside tolerance limits and already out of tolerance limits to industrial property rights. Reffering
to the results of this study of this study quality management system standards can contribute to develop innovation in
a country, especially Indonesia.
Keywords : Industrial Property Rights, Innovation, Quality Management System Standards
1. Pendahuluan
Mengembangkan dan menghasilkan produk dan
jasa yang baru harus dilandaskan pada kepada sistem
manajemen kualitas dalam menetapkan tingkat inovasi
itu sendiri (Magd, Kadasah dan Curry, 2003).
Keterkaitan hubungan tersebut dibutuhkan untuk
mengikuti perkembangan dan kompetensi pasar yang
mempertimbangkan kriteria kriteria kualitas. Juran
sebagai salah satu guru kualitas menyatakan bahwa
kriteria kualitas dapat diartikan sebagai kesesuaian
antara harapan yang di inginkan oleh pasar terhadap
spesifikasi yang dihasilkan oleh produsen. Permintaan
pasar yang semakin meningkat menimbulkan berbagai
macam permintaan yang berujung pada quality
management system (ISO 9001 QMS). Namun apabila
dijabarkan secara terperinci, konsumen akan
menjabarkan kriteria kriteria kualitas yang mereka
inginkan, sebagai contoh food safety management
system (ISO 22000 FSMS), environment management
system (ISO 14001 EMS), medical device quality
management system (ISO 13485 MD-QMS) dan lain
sebagainya (Basaran, 2016).
Hak kekayaan industry termasuk merek, paten,
desain industry dan hak cipta digunakan sebagai hak
yang diberikan oleh negara kepada seorang yang
secara sendiri atau beberapa orang yang secara
bersama sama sebagai pelaku HKI yang tidak lain
dimaksudkan sebagai penghargaan untuk hasil
karyanya atas produk atau jasa yang baru dihasilkan
(Dirjen HKI, 2016). Sedangkan keinovatifan itu
sendiri dapat diartikan sebagai kecenderungan seorang
untuk belajar sesuatu yang baru. Oleh karena itu
keinovatifan digunakan sebagai parameter untuk
mengukur kemampuan dalam mengembangkan suatu
produk baru (Rogerson, 1999).
Dikutip dari buku Pengatar Standardisasi edisi
kedua (2014) pada saat suatu perusahaan melakukan
keinovatifan dengan menghasilkan suatu karya dengan
ide baru dengan mematenkan hak kekayaan industry,
diperlukan suatu penilaian kesesuaian. Dimana
penilaian kesesuaian sudah dijadikan landasan bagi
masyarakat luas sebagai alat untuk memberikan
jaminan untuk menegaskan kualitas, karakteristik,
kinerja atau harapan lain sesuai dengan standar. Pada
saat mengitegrasikan hak kekayaan industry dan
penilaian kesesuaian dari produk dan jasa yang baru
dihasilkan memicu standar yang digunakan dalam
proses trasaksi. Dengan begitu, setiap inovasi yang
dikembangkan disuatu perusahaan akan diterima baik
oleh masyarakat luas sebagai pihak yang bertransaksi.
Pihak yang bertansaksi memerlukan bukti bukti
objektif yang relevan untuk menunjukan bahwa
persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut
dipenuhi oleh produk, proses atau jasa yang
ditransaksikan.
Inovasi dianggap sebagai prinsip penggerak
pertumbuhan dan pengantar inovasi untuk
mendapatkan keuntungan dan memungkinkan
menjadi alat proteksi hak kekayaan intelektual yang
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi untuk jangka
panjang. Beberapa pembahasan mengenai langkah
langkah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
didasarkan pada ide untuk melakukan inovasi yang
membawa keuntungan dengan memperkenalkan
produk baru (Gould dan Gruben, 1996). Perusahaan
yang menghasilkan suatu produk baru memiliki
kecenderungan untuk melakukan pengembangan
teknologi yang dimiliki namun beberapa perusahaan
cenderung untuk membeli teknologi dari luar negri
yang mengindikasikan lemahnya tingkat proteksi hak
kekayaan intelektual (Braga dan Willmore, 1991).
Walaupaun peran hak kekayaan intelektual pada
pertumbuhan ekonomi disuatu negara tidak telalu jelas
secara teori dan empiris, penelitian yang dilakukan
Gould dan Gruben (1996) memungkinkan bahwa
semakin kuatnya hak kekayaan intelektual maka
semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi disuatu
negara. Disisi lain, penelitian yang dilakukan oleh
Chen dan Puttitanun (2005) mengungkapkan adanya
hubungan linier antara pengaplikasian proteksi hak
kekayaan intelektual dengan pengembangan suatu
negara. Pada saat hak kekayaan intelektual menurun
maka kekuatan pasar juga akan menurun dan
hubungan linier ini terlihat pada saat pengembangan
suatu negara meningkat, maka proteksi pada hak
kekayaan intelektual juga akan meningkat.
Dalam melakukan inovasi berarti
mengembangkan dan menghasilkan produk dan jasa
yang baru harus dilandaskan kepada sistem
manajemen kualitas dalam menetapkan tingkat inovasi
itu sendiri. Beberapa penelitian banyak menyimpulkan
filosofi sistem manajemen kualitas yang paling
popular didasarkan pada ISO 9000 dan TQM, akan
tetapi TQM bersifat statis sedangkan sertifikasi ISO
9000 akan selalu berkembang. ISO 9000 terfokus
kepada sistem Quality Control (QC) secara
menyeluruh mulai dari proses desain produk sampai
proses desain dan sampai akhirnya pada proses
pelayanan setelah melakukan penjualan atau garansi.
Oleh karena itu ISO 9000 sebagai standar
internasional yang berlandaskan sistem manajemen
kualitas dijadikan subjek utama dalam pengembangan
banyak negara (Magd, Kadasah dan Curry, 2003).
Sangat menarik bila tidak hanya suatu
perusahaan yang melakukan pengembangan inovasi
tapi suatu negara juga melakukan pergerakan inovasi
tersebut. Sebagai contoh Indonesia sebagai negara
berkembang mengalami peningkatan dan kemunduran
peringkat tingkat inovasi dari 3 tahun sebelumnya.
Dari survey yang dilakukan oleh Global Innovation
Index Indonesia mengalami peningkatan peringkat
dari nomor 87 pada tahun 2014 dan menurun pada
tahun 2015 ke peringkat 97, sedangkan untuk tahun
2016 Indonesia mengalami peningkatan peringkat dan
berhasil menduduki peringkat 88 diantara negara lain
di dunia. Untuk sertifikasi ISO yang telah dihasilkan
oleh negara Indonesia selalu berada dibawah negara
ASEAN lainya dalam hal jumlah sertifikat yang
dihasilkan. Jika dilihat data jumlah sertifikat sistem
manajemen kualitas yang dihasilkan oleh seluruh
negara ASEAN Indonesia hanya menghasilkan
16,02% atau 57963 sertifikat ISO sistem manajemen
kualitas dari total sertifikasi ISO 9001 QMS, ISO
22000 FSMS, ISO 14001 EMS, ISO 13485 MD-QMS,
ISO 27001 ISMS dan ISO 16494 A-QMS dari seluruh
negara ASEAN lainya.prosentase ini lebih rendah jika
kita bandingkan dengan negara ASEAN lainya seperti
negara Thailand menghasilkan 26,95% atau 97460
sertifikat, berbeda tipis dengan Malaysia yang
menghasilkan 26,18% atau sebanyak 94582 sertifikat.
Sedangkan Indonesia mengungguli Singapura
Viernam dan Filipina yakni 13,81% atau 49917
sertifikat, 11,64% atau 42078 sertifikat dan 4,8% atau
17578 sertifikat secara berurutan. Ini membuktikan
bahwa diantara negara ASEAN lainya Indonesia
hanya bertempatan diperingkat ke 3 dengan negara
yang menghasilkan sertifikat sistem manajemen
kualitas dibawah negara Thailand dan Malaysia.
Dari beberapa literature penelitian yang sudah
dilakukan, menunjukan adanya indikasi bahwa
penerapan standar internasional sistem manajemen
kualitas dengan hak kekayaan intelektual dapat
mengembangkan suatu negara (Gould dan Gruben,
1996; Chen dan Puttitanun, 2005). Konsistensi dan
perubahan yang sistematik dapat berimbas kepada
perusahaan yang berkompeten dan memiliki hubungan
dengan perkembangan yang lebih konsisten,
manajemen proses, orientasi kostumer, manajemen
pengembangan manusia dan seluruh tingkat
manajemen untuk berdedikasi agar ikut serta terlibat
dalam keseluruhan manajemen kualitas dan proses
inovasi (Atuanhene-Gima, 1996). Namun pada
penelitian yang dilakukan Terziovski dan Guerero
(2014) mengungkapkan bahwa sertifikasi ISO 9000
berdampak negative pada inovasi produk dikarenakan
ISO 9000 harus memerhatikan secara detail hukum
hukum yang tertera pada sertifikat ISO 9000. Dengan
kata lain, ketika perusahaan memperhatikan detail ISO
9000 dan meningkatkan ketaatan pada peraturan pada
ISO 9000 maka akan berdampak negative terhadap
inovasi. Sedangkan pada kasus lainya, sistem
manajemen kualitas diterima secara luas sebagai
model manajemen yang memberikan keunggulan
dalam berkompetisi, jika berhasil di implementasikan.
Pada saat kondisi pasar berganti, kualitas menjadi
salah satu yang memenuhi syarat, flexibility,
responsiveness dan terutama inovasi mengambil alih
kriteria dalam memenangkan komptisi pasar (Prajogo
dan Sohal, 2001).
Dengan adanya permasalahan seperti yang sudah
dibahas sebelmnya, penelitian ini mengkaji hubungan
antara perkembangan sertifikat standar sistem
manajemen kualitas dengan perkembangan sertifikat
hak kekayaan industrial. Untuk melihat hubungan
antara perkembangan sertifikat standar sistem
manajemen kualitas dengan perkembangan sertifikat
hak kekayaan industrial dilakukan uji korelasi
spearman dengan menggunakan data banyaknya
sertifikat dari masing masing standar sistem
manajemen kualitas yaitu SNI ISO 9001 QMS, SNI
ISO 14001 EMS, SNI ISO 22000 FSMS, SNI ISO
13485 MD-QMD, SNI ISO 27001 ISMS dan SNI ISO
16949 A-QMS dan masing masing hak kekayaan
industrial yakni paten, paten sederhana, desain
industry dan merek selama 7 tahun dimulai dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2015.
2. Studi Literatur
2.1 Standar Sistem Manajemen Kualitas
Dalam handbook yang diterbitkan oleh ISO
pada tahun 2015 yang berjudul ISO 9001:2015
menyebukan bahwa ISO 9001 adalah suatu standar
yang mengatur persyaratan dalam sistem manajemen
kualitas. Sedangkan sistem manajemen kualitas
sendiri adalah suatu keputusan yang sangat strategis
bagi suatu organisasi yang dapat membantu organisasi
untuk meningkatkan kinerjanya secara keseluruhan
dan menyediakan dasar yang kuat untuk melakukan
pengembangan secara terus menerus.
2.2 Hak Kekayaan Industrial
Berdasarkan Buku Panduan Kekayaan
Inteltual 2016 yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian
Hukum dan HAM R.I, mengungkapkan bahwa bidang
Kekayaan Intelektual (KI) dibagi menjadi dua bagian
secara garis besar yaitu hak cipta dan hak kekayaan
industrial. Hak Kekayaan industrial kemudian dapat
dibagi menjadi paten, desain industry, merek, indikasi
geografis, desaintata letak sirkuit terpadu dan rahasia
dagang. Sementara itu hak kekayaan industry
digunakan sebagai hak yang diberikan oleh negara
kepada seorang yang secara sendiri atau beberapa
orang yang secara bersama sama sebagai pelaku HKI
yang tidak lain dimaksudkan sebagai penghargaan
untuk hasil karyanya atas produk atau jasa yang baru
dihasilkan.
2.3 Metode Korelasi rank Spearman (rs)
Korelasi rangking spearman adalah alat uji
statistic yang digunakan untuk menguji dugaan
tentang adanya hubungan antara variabel apabila
datanya berskala ordinal (rangking). Metode korelasi
rangking spearman adalah metode yang digunakan
untuk skala ordinal atau rangking dan bebas distribusi
(nonparametric) Nilai korelasi rangking spearman
berada diantara -1 sampai dengan 1. Apabila nilai
korelasi yang didapatkan adalah = 0 berati hubungan
antara variabel Y dan X yang dibangun tidak memiliki
korelasi. Jika r bernilai positif, maka untuk variabel Y
bernilai naik maka variabel X akan bernilai naik pula.
Sebaliknya, apabila r bernilai negative, maka jika
variabel Y bernilai naik maka variabel Y akan bernilai
turun. Rumus sederhana yang digunakan untuk
melakukan pengukuran rangking spearman adalah
sebagai berikut:
𝑟𝑠 = 1 −6∑ 𝑑𝑖
2𝑛𝑖=1
𝑛(𝑛2−1)…………………………………(1)
Tabel 1. Tingkat Hubungan Antar Variabel
Arti R Interval R
Negatif Sempurna -1
Negatif kuat -1 < r < - 0.9
Negatif moderat -0.9 < r < - 0.5
Negatif lemah -0.5 < r < 0
Tidak berkorelasi 0
Positif lemah 0 < r < 0,5
Positif moderat 0,5 < r < 0,9
Positif kuat 0,9 < r < 1
Positif sempurna 1
Tabel 1. Tingkat Hubungan Antar Variabel
adalah tabel yang menunjukan definisi dari nilai
tingkat hubungan antar variabel (Sudarno, 2017).
3 Metode Penelitian
Metode penelitian digunakan sebagai acuan
dalam melakukan penelitian. Metode penelitian terdiri
dari tujuan penelitian, penentuan variabel dan
indikator penelitian dan hipotesis penelitian.
3.1. Penentuan Tujuan penelitian
Menurut hasil survey Global innovation
Index, tingkat inovasi di Indonesia sangatlah rendah.
Survey tersebut memperlihatkan bahwa tingkat
inovasi Indonesia berada diperingkat ke 88 diantara
negara negara lain diseluruh dunia pada tahun 2016.
Rendahnya tingkat inovasi ini dapat dilihat
berdasarkan kecilnya jumlah sertifikat standar sistem
manajemen kualitas dan hak kekayaan industrial yang
dihasilkan oleh Indonesia.
Standar sistem manajemen kualitas adalah
salah satu alat yang digunakan sebagai landasan untuk
mengembangkan dan menghasilkan produk dan jasa
yang merupakan suatu bentuk inovasi. Salah satu tolak
ukur untuk melihat tingkat inovasi dari suatu negara
adalah hak kekayaan industrial. Akan tetapi untuk saat
ini tidak ada konsensus yang menyakini adanya
hubungan antara standar sistem manajemen kualitas
terhadap hak kekayaan industrial. Untuk itu
diperlukanya suatu penelitian yang melihat tingkat
hubungan pengguna standar sistem manajemen
kualitas di Indonesia untuk mengembangkan inovasi.
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka
tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi koefisien korelasi antara
SNI ISO 9001 QMS, SNI ISO 14001 EMS,
SNI ISO 22000 FSMS, SNI ISO 13485 MD-
QMS, SNI ISO 27001 ISMS dan SNI ISO
16949 A-QMS dengan paten, paten
sederhana, desain industry dan merek.
2. Mengindentifikasi koefisien korelasi antara
standar sistem manajemen kualitas secara
keseluruhan dengan paten, paten sederhana,
desain industry dan merek.
3. Mengidentifikasi koefisien korelasi antara
standar sistem manajemen kualitas dengan
hak kekayaan industrial secara keseluruhan.
3.2. Variabel dan Indikator Penelitian
Berdasarkan penelitian yang sebelumnya
sudah dilaksanakan oleh beberapa penulis, variabel
dan indikator untuk dapat menilai standar sistem
manajemen kualitas yang dapat digunakan dapat
dibagi menjadi 2 yaitu hak kekayaan industrial untuk
variabel X dan standar sistem manajemen kualitas
untuk variabel Y. Kedua variabel tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Hak Kekayaan Industrial
Untuk variabel hak kekayaan industrial
dibagi menjadi beberapa subvariabel.
Subvariabel yang digunakan adalah macam
macam hak kekayaan industrial yang dinilai
mengintrepetasikan inovasi. Tabel 2 Variabel
X memperlihatkan variabel yang digunakan
untuk hak kekayaan industrial.
Tabel 2 Variabel X
Varabel Sub variabel Indikator
Hak kekayaan industrial
(X)
Paten
Proteksi pengembangan bidang teknologi, produk atau proses atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses
Paten sederhana
Proteksi pemilik invensi yang memiliki spesifikasi lebih sederhana dari invensi pada perumusan paten
Desain Industri
Proteksi pengembangan nilai estetika, ergonomi, kemudahan pembuatan, efisiensi dan performansi produk
Merek
Proteksi tanda gambar, nama, kata kata, huruf huruf, angka angka atau susunan warna atau unsur unsur yang berbeda dalam kegiatan berdagang barang dan jasa
Tabel 4 Variabel Y
Variabel Sub
variabel Indikator
Standar sistem
manajemen kualitas (Y)
ISO 9001
Dasar pengembangan standar sistem manajemen kualitas
Pengembangan sumber daya dalam manajemen suatu organisasi
Pengembangan kualitas produk dan jasa
ISO 14001
Mengacu pada pengembangan sistem manajemen kualitas
Pengembangan lingkungan eksternal: gambaran perusahaan, marketing, kostumer
Pengembangan lingkungan internal: performa pengembangan lingkungan kerja
ISO 22000
Mengacu pada pengembangan sistem manajemen kualitas
Pengelolaan keamanan makanan dengan HACCP (Hazard Analysis and Cricical Control Points)
Pengembangan secara terus menerus berdasarkan spesifikasi standar keamanan makanan
ISO 27001
Mengacu pada pengembangan sistem manajemen kualitas
Pengelolaan pengamanan aset informasi dari suatu organisasi
Pengembangan pengamanan aset informasi dari suatu organisasi
ISO 13485
Mengacu pada pengembangan sistem manajemen kualitas
Pengelolaan produksi dan penjualan alat alat medis
Meningkatkan kesadaran kualitas pengerjaan dan pengembangan penggunaan alat alat medis
ISO 16949
Mengacu pada pengembangan sistem manajemen kualitas
Pengelolaan sistem otomotif manufaktur
Meningkatkan kualitas produksi industri otomotif
2. Standar Sistem Manajemen Kualitas
Untuk variabel standar sistem manajemen
kualitas sendiri terdapat 6 variabel yang telah
disesuaikan dengan penelitian Basaran
(2016). Subvariabel tersebut dapat dilihat
pada tabel 3 Variabel Y
3.3 Model Konseptual
Model konseptual adalah suatu diagram yang
menunjukkan korelasi antara suatu konstruk dengan
konstruk lainnya berdasarkan hipotesis yang dibuat.
Model konseptual untuk penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Basaran (2016). Model
konseptual untuk penelitian ini dibagi menjadi 3
bagian. Ketiga momdel konseptual tersebut bertujuan
untuk meliihat hubungan dari standar sistem
manajemen kualitas dengan hak kekayaan industry.
Model konseptual bagian pertama bertujuan
untuk mengkaji hubungan antara masing masing
jumlah sertifikat subvariabel standar sistem
manajemen kualitas yakni SNI ISO 9001 QMS, SNI
ISO 14001 EMS, SNI ISO 22000 FSMS, SNI ISO
13485 MD-QMS, SNI ISO 27001 ISMS dan SNI ISO
16949 A-QMS dengan masing masing jumlah
sertifikat subvriabel hak kekayaan industrial yakni
paten, paten sederhana, desain industry dan merek.
Model konseptual ini mencoba mengidentifikasi
apakah setiap standar sistem manajemen kualitas yang
diterapkan disuatu perusahaan dapat berdampak pada
pengembangan hak kekayaan industrial. Dengan
adanya model konseptual bagian pertama ini maka
penelitian untuk melihat tingkat korelasi antara
standar sistem manajemen kualitas dan hak kekayaan
industrial dapat dilihat secara efektif dan lebih
terperinci.
Model konseptual bagian kedua bertujuan
untuk mengkaji hubungan antara kombinasi seluruh
subvariabel sertifikat standar sistem manajemen
dengan masing masing jumlah sertifikat subvariabel
hak kekayaan industrial yakni paten, paten sederhana,
desain industry dan merek. Setiap perusahaan
dimungkinkan untuk menggunakan satu atau lebih
sertifikat standar sistem manajemen kualitas. Untuk
itu, model konseptual ini mencoba untuk
menggabungkan subvariabel standar sistem
manajemen kualitas menjadi satu kemudian di
indentifikasi tingkat hubunganya.
Model konseptual bagian ketiga bertujuan
untuk mengkaji hubungan antara kombinasi seluruh
subvariabel sertifikat standar sistem manajemen
kualitas dengan kombinasi seluruh sertifikat hak
kekayaan industrial. Dengan dibangunya model
konseptual bagian ketiga, penelitian untuk melihat
tingkat hubungan antara standar sistem manajemen
kualitas dengan hak kekayaan industrial dapat
digunakan lebih efisien karena langsung melihat
masing masing gabungan subvariabel yang sudah
didapatkan.
3.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan model konseptual yang
dikembangkan maka didapatkan hipotesis penelitian
adalah sebagai berikut:
H0: tidak ada korelasi antara standar sistem
manajemen kualitas dengan hak kekayaan industrial
H1: ada korelasi antara standar sistem manajemen
kualitas dengan hak kekayaan industrial.
Uji 2 arah dengan daerah penolakan H0: -ρ < -α dan ρ
> α
3.5 Pemaparan Data
Data yang didapatkan untuk penelitian ini
berupa data SNI ISO standar sistem manajemen
kualitas dan hak kekayaan industrial berselang waktu
selama 7 tahun dimulai tahun 2009 sampai dengan
tahun 2015. Untuk data SNI ISO standar sistem
manajemen kualitas yang telah didapatkan antara lain
adalah SNI ISO 9001 QMS, SNI ISO 14001 EMS, SNI
ISO 22000 FSMS, SNI ISO 13485 MD-QMS, SNI
ISO 27001 ISMS dan SNI ISO 16949 A-QMS.
Sedangkan data hak kekayaan industrial yang
didapatkan antara lain adalah paten, paten sederhana,
desain industry dan merek. Data yang sudah
didapatkan dapat dilihat pada tabel 5. SNI ISO standar
sistem manajemen kualitas dan tabel 6. Hak Kekayaan
Industrial
Gambar 1. Model Konseptual Bagian Pertama
Gambar 2. Model Konseptual Bagian Kedua
Gambar 3. Model Konseptual Bagian Ketiga
Tabel 5. SNI ISO Standar Sistem Manajemen Kualitas
ISO/tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
SNI ISO 9001 QMS 5476 6524 3999 5392 7890 7150 8613
SNI ISO 14001 EMS 794 1028 873 1035 1558 1644 2239
SNI ISO 22000 FSMS 184 239 183 222 262 311 413
SNI ISO 13485 MD-QMS 7 7 5 22 53 32 34
SNI ISO 27001 ISMS 13 22 29 35 48 62 65
SNI ISO 16494 A-QMS 156 168 182 201 231 261 301
Tabel 6. Hak Kekayaan Industrial
KI/Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Paten 475 604 675 822 882 949 1148
Paten Sederhana 98 113 126 102 134 145 153
Desain Industri 1580 1651 1780 1914 1988 1755 1687
Merek 16189 19356 22896 27583 27482 26634 26026
4 Pengolahan Data
Untuk mendapatkan hasil korelasi antara
standar sistem manajemen kualitas dengan hak
kekayaan industrial di Indonesia dilakukan uji statistic
korelasi spearman. Uji statistic korelasi spearman
yang dilakukan untuk penelitian ini dapat
menggunakan bantuan software SPSS. Masing masing
uji statistik dilakukan berdasarkan ketentuan yang
didapatkan dari model konseptual yang telah ada.
Untuk memudahkan mengidentifikasi koefisien
korelasi yang dilakukan, maka dibuat rekapitulasi
hasil perhitungan menjadi bentuk tabel sesuai dengan
ketiga model konseptual yang dibangun.
5 Analisis dan Pembahasan
Analisis yang dilakukan melihat nilai rho (ρ)
sebagai penentu tingkat hubungan dan nilai
signifikansi yang didapatkan dapat diartikan sebagai
keputusan daerah penerimaan H0 atau daerah
penerimaan H1. Sedangkan pembahasan yang
dilakukan dibagi menjadi dua bagian yakni melihat
penyebab yang memungkinkan hasil korelasi yang
berbeda antara satu sama lain secara statisik dan hasil
wawancara dari pakar ahli dari BSN, KAN dan Dirjen
HKI Kementerian HAM R.I. mengenai penjelasan
hasil yang didapatkan setelah melakukan korelasi
spearman.
5.1 Analisis Model Konseptual Bagian
Pertama
Analisis model konseptual bagian pertama
dilakukan dengan melakukan pengujian statistic
dengan melakukan pengujian statistic korelasi
rangking spearman dengan data masing masing
subvariabel standar sistem manjaemen kualitas dengan
masing masing subvariabel hak kekayaan industrial
selama 7 periode. Berikut adalah analisis penjabaran
perhitungan korelasi rangking spearman dengan
menggunakan software spss.
5.1.1 SNI ISO 9001 QMS – Hak Kekayaan
Industrial
Pada tabel 7 Rekapitulasi Korelasi Spearman
Model Konseptual Bagian Pertama dapat dilihat hasil
perhitungan korelasi spearman untuk SNI ISO 9001
QMS dengan hak kekayaan industrial. Hasil uji
korelasi spearman SNI ISO 9001 dengan hak
kekayaan industrial yakni paten, paten sederhana,
desain industry dan merek ternyata sama sekali tidak
memiliki korelasi. Ketidak adanya korelasi ini
disebabkan oleh nilai signifikansi yang didapatkan
selalu berada pada daerah penerimaan H0 yakni < α
(0.05). Untuk itu tingkat korelasi yang dinyatakan
oleh notasi ρ (rho) dapat diabaikan. Dengan begitu
dapat disimpulkan bahwa SNI ISO 9001 QMS dengan
setiap subvariabel hak kekayaan industrial yakni
paten, paten sederhana, desain industry dan merek
tidak memiliki korelasi yang signifikan.
5.1.2 SNI ISO 14001 EMS – Hak Kekayaan
Industrial
Berbeda dengan SNI ISO 9001 QMS, hasil
korelasi antara SNI ISO 14001 EMS yang
dihubungkan dengan paten, paten sederhana, desain
industry dan merek beberapa diantaranya memiliki
hubungan. Seperti pada korelasi SNI ISO 14001 EMS
yang dihubungkan dengan paten nilai signifikansi
yang didapatkan adalah 0 < 0.05 dengan begitu dapat
dinyatakan bahwa terdapat korelasi antara SNI ISO
14001 EMS dengan paten dan nilai ρ yang didapatkan
adalah 0.964 menyatakan hubungan antar keduanya
berada pada tingkat korelasi kuat. Begitu juga dengan
paten sederhana apabila dihubungkan dengan SNI ISO
14001 EMS nilai signifikansi yang didapatkan adalah
0.014 sehingga dapat dinyatakan bahwa SNI ISO
14001 EMS dengan paten sederhana memiliki
korelasi, selain itu nilai ρ yang didapatkan adalah
0.857 yang berarti bahwa tingkat korelasi memiliki
sifat moderat. Namun untuk desain industry dan merek
bila dihubungkan dengan SNI ISO 14001 EMS kedua
variabel hak kekayaan industrial tersebut tidak
memiliki korelasi yang signifikan.
5.1.3 SNI ISO 22000 FSMS – Hak Kekayaan
Industrial
Hasil korelasi yang dilakukan untuk SNI ISO
22000 FSMS dengan subvariabel hak kekayaan
industrial memiliki kesamaan dalam menentukan
keputusan penerimaan ataupun penolakan H0 dan H1.
Untuk SNI ISO 22000 FSMS dengan paten dapat
dinyatakan terdapat korelasi, keputusan ini dinyatakan
dalam nilai signifikansi senilai 0.023 yang berada pada
daerah penerimaan H1 dan begitu juga untuk nilai
signifikansiSNI ISO 22000 FSMS dengan paten
sederhana senilai 0.036 berada pada daerah
penerimaan H1. Tingkat korelasi rho yang didapat
untuk SNI ISO 22000 FSMS dengan paten dan paten
sederhana secara berututan senilai 0.821 dan 0.786
dimana kedua nilai tersebut dapat diartikan sebagai
tingkat korelasi moderat. Sedangkan untuk desain
industry dan merek apabila dihubungkan dengan SNI
ISO 22000 FSMS nilai signifikansinya selalu berada
diatas α yang dikehendaki. Sehingga dapat diambil
keputusan untuk menolak H0 dan menerima H1 oleh
karena itu nilai rho yang didapatkan dari hasil
perhitungan dapat diabaikan.
5.1.4 SNI ISO 13485 MD-QMS – Hak Kekayaan
Industrial
Dapat dilihat nilai signifikansi hasil korelasi
SNI ISO 13485 MD-QMS dengan paten sebesar
0.041, paten sederhana sebesar 0.144, desain industry
sebesar 0.355 dan merek sebesar 0.129. Dari hasil
signifikansi yang didapatkan tersebut, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa diantara perhitungan
korelasi spearman yang dilakukan, SNI ISO 13485
MD-QMS hanya berkorelasi dengan paten saja,
sedangkan untuk paten sederhana, desain industry dan
merek tidak memiliki korelasi yang siginifikan. Oleh
karena itu, tingkat korelasi yang dapat diidentifikasi
hanya pada hubungan antara variabel SNI ISO 13485
dengan paten saja dan tingkat korelasinya adalah
moderat dikarenakan nilai rho yang didapatkan senilai
0.775.
5.1.5 SNI ISO 27001 ISMS – Hak Kekayaan
Industrial
Hasil korelasi spearman antara SNI ISO
27001 ISMS dengan hak kekayaan industrial
menghasilkan kesimpulan bahwa SNI ISO 27001
ISMS dengan paten memiliki tingkat korelasi
sempurna dengan nilai rho 1. Kesempurnaan tingkat
korelasi tersebut dikukuhkan dengan nilai signifikansi
0 bahkan dengan kritis (α) yang sangat ketat senilai
0.01. Untuk hubungan SNI ISO 27001 ISMS dengan
paten sederhana memiliki tingkat korelasi moderat
yang dinyatakan oleh nilai rho 0.893 dan nilai
signifikansi yang berada pada daerah penerimaan H1
senilai 0.007. Sedangkan untuk desain industry dan
merek jika dihubungkan dengan SNI ISO 27001
ISMS nilai signifikansi yang didapatkan adalah 0.337
dan 0.119 secara berturut turut. Untuk itu dapat
disimpulkan bahwa SNI ISO 27001 ISMS dengan
desain industry dan merek tidak memiliki korelasi dan
nilai rho dapat diabaikan.
5.16 SNI ISO 16949 A-QMS – Hak Kekayaan
Industrial
Dapat dilihat hasil korelasi SNI ISO 16494
A-QMS dengan subvariabel hak kekayaan industrial.
Dari hasil perhitungan dapat diidentifikasi korelasi
antara SNI ISO 16494 dengan paten berada pada
tingkat korelasi sempurna dengan nilai rho 1 dan nilai
signifikansi 0 yang berada pada daerah penerimaan
H1. SNI ISO 16494 A-QMS juga ditunjukan dengan
paten sederhana dengan nilai rho 0.893 berada pada
tingkat korelasi moderat dan nilai signifikansi 0.007
yang berada pada daerah penerimaan H1. Sedangkan
untuk SNI ISO 16494 A-QMS dengan desain industry
dan merek tidak memiliki korelasi sesuai dengan hasil
korelasi spearman dimana nilai signifikansi yang
berada pada daerah penerimaan H0.
5.2 Analisis Model Konseptual Bagian Kedua
Sesuai dengan model konseptual bagian
kedua, hasil perhitungan korelasi spearman antara
standar sistem manajemen kualitas hanya berkorelasi
dengan paten saja. Standar sistem manajemen kualitas
dengan paten memiliki nilai ρ sebesar 0.786 dan nilai
signifikansi 0.036. Dikarenakan nilai signifikansi
yang didapatkan < 0.05 (α) maka dapat diambil
keputusan untuk menerima H1 dan menolak H0. Untuk
itu standar sistem manajemen kualitas memiliki
korelasi dengan paten dengan tingkat korelasi moderat
yang dinyatakan dengan nilai ρ 0.786. Hasil
perhitungan model konseptual bagian kedua dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 7. Rekapitulasi Korelasi Spearman Model Konseptual Bagian Pertama
Variabel SNI ISO 9001 QMS Kesimpulan
r (rho) sig. n=7
Paten 0.679 0.094 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Paten Sederhana 0.714 0.071 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Desain Industri -0.036 0.939 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Merek 0.179 0.702 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Variabel SNI ISO 14001 EMS Kesimpulan
r (rho) sig. n=7
Paten 0.964 0 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1 (ada korelasi)
Tingkat korelasi kuat
Paten Sederhana 0.857 0.014 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1 (ada korelasi)
Tingkat korelasi moderat
Desain Industri 0.321 0.482 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Merek 0.607 0.148 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Variabel SNI ISO 22000 FSMS Kesimpulan
r (rho) sig. n=7
Paten 0.821 0.023 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1 (ada korelasi)
Tingkat korelasi moderat
Paten Sederhana 0.786 0.036 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1 (ada korelasi)
Tingkat korelasi moderat
Desain Industri 0.036 0.939 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Merek 0.357 0.432 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Variabel SNI ISO 13486 MD-QMS Kesimpulan
r (rho) sig. n=7
Paten 0.775 0.041 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1 (ada korelasi)
Tingkat korelasi moderat
Paten Sederhana 0.613 0.144 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Desain Industri 0.414 0.355 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Merek 0.631 0.129 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Variabel SNI ISO 27001 ISMS Kesimpulan
r (rho) sig. n=7
Paten 1 0 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1 (ada korelasi)
Tingkat korelasi sempurna
Paten Sederhana 0.893 0.007 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1 (ada korelasi)
Tingkat korelasi moderat
Desain Industri 0.429 0.337 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Merek 0.643 0.119 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Variabel SNI ISO 16494 A-QMS Kesimpulan
r (rho) sig. n=7
Paten 1 0 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1 (ada korelasi)
Tingkat korelasi sempurna
Paten Sederhana 0.893 0.007 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1 (ada korelasi)
Tingkat korelasi moderat
Desain Industri 0.429 0.337 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Merek 0.643 0.119 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0 (tidak ada korelasi)
Namun standar sistem manajemen kualitas
dengan subvariabel hak kekayaan industrial lainya dapat
dinyatakan tidak memiliki korelasi. Pernyataan tidak
adanya korelasi tersebut dikarenakan nilai signifikansi
yang didapatkan untuk paten sederhana sebesar 0.052,
untuk desain industry sebesar 0.143 dan merek sebesar
0.383. Seluruh nilai signifikansi yang didapatkan tersebut
bernilai > 0.05 sehingga dapat diambil keputusan untuk
menerima H0 dan menolak H1. Maka dari itu nilai ρ yang
didapatkan dapat diabaikan karena korelasi yang
dilakukan tidak signifikan.
5.3 Analisis Model Konseptual Bagian Ketiga
Perhitungan korelasi spearman untuk model
konseptual bagian ketiga hanya dilakukan untuk 1 kali.
Hasil korelasi spearman antara standar sistem manajemen
kualitas dengan hak kekayaan industrial secara
keseluruhan memiliki nilai signifikansi 0.253 yang
tentunya termasuk kedalam daerah penerimaan H0.
Dengan begitu dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada
korelasi antara standar sistem manajemen kualitas dengan
hak kekayaan industrial. Dengan begitu nilai ρ sebesar 0.5
yang dapat diartikan sebagai tingkat korelasi moderat
dapat diabaikan. Dikarenakan perhitungan korelasi yang
dilakukan tidak signfikan untuk dilakukan.
Tabel 8. Rekapitulasi Korelasi Spearman Model Konseptual Bagian Kedua
Variabel
Standar Sistem Manajeman Kualitas
Kesimpulan
r (rho) sig. n=7
Paten 0.786 0.036 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1
Tingkat korelasi sempurna
Paten Sederhana 0.75 0.052 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0
Desain Industri 0.143 0.76 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0
Merek 0.393 0.383 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H0
Tabel 9. Rekapitulasi Korelasi Spearman Model Konseptual Bagian Ketiga
Variabel
Standar Sistem Manajeman Kualitas
Kesimpulan
r (rho) sig. n=7
Hak Kekayaan Industrial
0.5 0.253 Nilai signifikansi berada pada daerah penerimaan H1
5.4 Pembahasan
Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini
dibagi menjadi 2 bagian yakni secara statistic dan hasil
wawancara dengan para ahli. Pembahasan secara statisik
yang dilakukan adalah mengindentifikasi mengenai sifat
data yang memungkinkan memiliki dampak terhadap nilai
korelasi yang didapatkan berbeda antara satu uji korelasi
dengan uji korelasi lainya. Sedangkan melalui hasil
wawancara yang dilakukan dengan pihak para ahli akan
mencoba memvalidasi nilai statistika yang didapatkan.
Wawancara yang dilakukan dengan para ahli dari Badan
Standardisasi Nasional, Komite Akreditasi Nasional dan
Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Pakar Ahli
yang diwawancarai mengenai hubungan antara standar
sistem manajem kualitas dengan hak kekayaan industrial
di Indonesia, penulis mewawancarai Drs. Kukuh S
Achmad, Msc berserta semua bagian perpustakaan BSN.
Sedangkan Kuswardhanti Ariawatu Rahayu, S.Sos, M.Si,
Muh Nur Ichwan Muslim, ST, Andi Kurniawan, SH dan
Nova Susanti, SH adalah para ahli yang diwawancarai
mengenai hak kekayaan industrial yang merupakan para
pekerja dari direktur jenderal hak kekayaan industrial.
5.4.1 Pembahasan Secara Statistik
Pembahasan secara statistic mengenai sifat data
yang memungkinkan dapat berdampak terhadap nilai
korelasi yang didapatkan berbeda antara satu uji dengan
uji lainya dibagi menjadi 3 bagian sesuai dengan model
konseptual sebagai berikut:
1. Model konseptual bagian pertama
Hasil yang didapatkan dari perhitungan masing
masing subvariabel standar sistem manajemen kualitas
yakni SNI ISO 9001 QMS, SNI ISO 22000 FSMS, SNI
ISO 14001 EMS, SNI ISO 13485 MD-QMS, SNI ISO
27001 ISMS dan SNI ISO 16494 A-QMS tidak memiliki
korelasi dengan desain industry dan merek dagang.
Jika dilihat banyaknya data yang dimiliki oleh
subvariabel hak kekayaan industrial yakni, merek selama
7 tahun berdampak hasil perhitungan yang tidak
signifikan. Hasil yang tidak signifikan ini didasarkan oleh
banyaknya sertifikat merek selama 7 tahun dan ketika
hendak dilakukan perhitungan dengan subvariabel standar
sistem manajemen lainya sangatlah terpaut jauh. Oleh
karena itu, untuk subvariabel hak kekayaan industrial
yakni, merek selalu menghasilkan nilai yang tidak
signifikan jika dibandingkan dengan subvariabel standar
sistem manajemen kualitas yang memiliki jumlah data
yang kecil.
Sifat kenaikan dan penurunan data untuk
subvariabel hak kekayaan industrial yakni desain industry
dan merek selama 7 tahun memiliki sifat yang cenderung
sama. Sifat yang sama ini dapat dilihat dari tabel 6. Hak
Kekayaan Industrial yang memperlihatkan desain
industry dan merek pada awal periode selalu mengalami
peningkatan dan kemudian pada akhir periode mengalami
penurunan. Namun disatu sisi, apabila disandingkan
dengan sifat data dari setiap subvariabel standar sistem
manajemen kualitas tidak memiliki sifat akan menurun
pada akhir periode dan cenderung memiliki sifat untuk
terus berkembang. Oleh karena itu untuk desain industry
dan merek tidak dapat memiliki korelasi dengan masing
masing subvariabel standar sistem manajemen kualitas
karena sifat dari perkembangan data yang berbeda secara
signifikan.
Jika dilihat sifat dari data deret waktu SNI ISO
9001 QMS selama 7 tahun mengalami kenaikan dan
penurunan yang tidak menentu. Seperti yang terlihat pada
Tabel 5. SNI ISO standar sistem manajemen kualitas, SNI
ISO 9001 QMS selama 7 tahun memiliki kecenderungan
untuk meningkat dan menurun secara tidak teratur.
Sedangkan untuk subvariabel hak kekayaan industrial
yakni paten dan paten sederhana selama 7 tahun yang
cenderung mengalami peningkatan dari awal tahun 2009
sampai dengan tahun 2015. Oleh karena itu, sifat dari data
deret waktu SNI ISO 9001 QMS selama 7 tahun yang
memiliki kecenderungan untuk meningkat dan menurun
secara tidak teratur berdampak pada tidak adanya korelasi
SNI ISO 9001 QMS dengan paten, paten sederhana,
desain industry, dan merek yang memiliki sifat yang
cenderung selalu meningkat ataupun mengalami
penurunan diakhir periode.
Pada dasarnya sifat data deret waktu dari
subvariabel hak kekayaan industrial yakni paten dan paten
sederhana cenderung selalu mengalami peningakatan
disetiap periodenya. Hanya saja untuk paten sederhana
pada periode tahun 2012 mengalami satu kali saja
penurunanan dan selebihnya kembali mengalami
peningkatan sampai akhir periode. Sifat data deret waktu
tersebut terlihat sama dengan SNI ISO 14001 EMS, SNI
ISO 22000 FSMS, SNI ISO 13485 MD-QMS, SNI ISO
27001 ISMS dan SNI ISO 16494 A-QMS. Oleh karena
sifat yang cenderung mengalami peningkatan selama 7
periode, subvariabel standar sistem manajemen kualitas
tersebut berkorelasi dengan subvariabel paten dan paten
sederhana menurut perhitungan korelasi spearman.
2. Model konseptual bagian kedua
Jika dilihat dari proses perhitungan korelasi
spearman yang dilakukan sesuai dengan model
konseptual kedua menghasilkan, standar sistem
manajemen kualitas hanya berkorelasi dengan paten saja.
Sedangkan untuk paten sederhana, desain industry dan
merek apabila dilakukan perhitungan korelasi spearman
hasil menunjukan bahwa tidak ada korelasi antar variabel.
Hal ini sangat logis terjadi dikarenakan dalam
perhitungan model konseptual bagian kedua hanyalah
menggambungkan masing masing jumlah sertifikat
standar sistem manajemen kualitas menjadi satu kesatuan
yang kemudian dikorelasikan dengan masing masing
jumlah sertifikat hak kekayaan industrial. Seperti pada
hasil yang didapatkan pada model konseptual bagian
pertama, rata rata hasil yang didapatkan dari perhitungan
korelasi spearman menghasilkan standar sistem
manajemen kualitas hanya berkorelasi dengan paten saja
sedangkan dengan subvariabel hak kekayaan industrial
lainya, standar sistem manajemen kualitas tidak memiliki
korelasi yang signifikan.
Dapat dilihat pada tabel 5. yang memperlihatkan
perkembangan data sertifikat standar sistem manajemen
kualitas yang sangat kecil jika dibandingkan dengan
masing masing subvariabel hak kekayaan industrial.
Bahkan jika disandingkan dengan banyaknya sertifikat
terkecil dari subvariabel hak kekayaan industrial saja
yakni paten sederhana, standar sistem manajemen kualitas
memiliki jumlah yang kecil. Penyumbang jumlah
sertifikat yang kecilnya sertifikat standar sistem
manajemen kualitas dikarenakan oleh SNI ISO 13485
MD-QMS dan SNI ISO 27001 ISMS yang hanya
menyumbang 160 sertifikat dan 274 sertifikat secara
berurutan selama 7 tahun. Hal inilah yang memungkinkan
berdampak tidak adanya korelasi antara standar sistem
manajemen kualitas dengan paten sederhana, desain
industry dan merek dan hanya berkorelasi dengan paten
saja.
3. Model Konseptual Bagian Ketiga
Berdasarkan hasil uji korelasi yang dilakukan,
standar sistem manajemen kualitas dengan hak kekayaan
industrial secara keseluruhan tidak memiliki korelasi
yang signifikan. Penjelasan yang dapat diberikan untuk
hasil perhitungan korelasi spearman yang didapatkan
adalah total sertifikat standar sistem manajemen kualitas
dengan total sertifikat hak kekayaan industrial selama 7
tahun sangatlah terpaut jauh.
Jauhnya perbedaan total sertifikat yang dimiliki
dikarenakan sertifikat subvariabel hak kekayaan
industrial yakni merek sangatlah jauh lebih besar. Oleh
karena itu, pada saat menjumlahkan dan melakukan input
data terhadap pengujian korelasi yang dilakukan jika
dibandingkan dengan standar sistem manajemen kualitas
sangatlah berbeda jauh. Total sertifikat hak kekayaan
industrial adalah 188.144 sertifikat selama 7 tahun,
sedangkan total sertifikat standar sistem manajemen
kualitas selama 7 tahun hanya sebabnyak 57963 sertifikat.
Selain jumlah yang sangat terpaut jauh, sifat
kenaikan dan penurunan data dari gabungan standar
sistem manajemen kualitas yang tidak searah dengan
gabungan hak kekayaan industrial. Sesuai dengan data
pada tabel 5. dan tabel 6. Standar sistem manajemen
kualitas memiliki sifat mengalami peningkatan dan
penurunan yang tidak menentu sedangkan hak kekayaan
industrial memiliki sifat yang pada mulanya selalu
mengalami peningkatan namun pada pertengahan periode
sampai akhir periode, hak kekayaan industrial selalu
mengalami penuruanan. Oleh krena itulah, sifat dari
kedua data tersebut apabila dilakukan pengujian korelasi
spearman menghasilkan korelasi yang tidak signifikan.
5.4.2 Pembahasan Menurut Pakar Ahli
Menurut Achmad sebagai Deputi Bidang
Penerapan Standard dan Akreditasi BSN, hasil korelasi
yang didapatkan sangat logis jika disandingkan dengan
dunia nyata. Merek seharusnya tidak dapat dihubungkan
dengan standar karena setiap perusahaan atau tiap
individu yang memiliki suatu usaha haruslah memiliki
merek dalam melakukan setiap kegiatan usahanya.
Sedangkan standar sistem manajemen kualitas lebih
bersifat sukarela yakni setiap pelaku usaha tidak
diwajibkan untuk memiliki standar sistem manajemen
kualitas dalam melakukan setiap kegiatan usahanya.
Begitu juga dengan desain industry, standar sistem
manajemen kualitas dibuat dengan menghindari sifat
preskriptif atau bersifat memberi petunjuk atau ketentuan
dan bergantung menurut ketentuan resmi yang berlaku
dalam melakukan proses produksi seperti halnya
pembuatan suatu desain industry. Preskriptif dapat
menghambat inovasi, namun beberapa perusahaan
menganggap bahwa dalam pembuatan suatu standar
selalu bersifat preskriptif dalam setiap proses produksi.
Sedangkan standar hanya mengatur dan mengharuskan
output hasil akhir dari produk itu sendiri bukan cara dari
pembuatan produk.
SNI ISO 9001 QMS dari hasil korelasi yang
didapatkan tidak memiliki korelasi yang signifikan
terhadap seluruh subvariabel hak kekayaan industrial. Hal
ini dikarenakan SNI ISO 9001 QMS sangatlah jauh dalam
menjangkau ketentuan dari suatu produk sehingga kurang
signifikan untuk dilakukan inovasi untuk suatu ruang
lingkup produk tertentu. SNI ISO 9001 QMS lebih bersifat
generik sehingga efektifitas dari SNI ISO 9001 dirasa
kurang optimal dalam menjangkau ruang lingkup suatu
output produk dari berbagai ruang lingkup yang
dikehendaki.
Berbeda dengan SNI ISO 14001 EMS, SNI ISO
22000 FSMS, SNI ISO 13485 MD-QMS, SNI ISO 27001
ISMS dan SNI ISO 16494 A-QMS yang sudah sangat
dekat dengan produk dari masing masing ruang lingkup
suatu produk. Sehingga SNI ISO 14001 EMS, SNI ISO
22000 FSMS, SNI ISO 13485 MD-QMS, SNI ISO 27001
ISMS dan SNI ISO 16494 A-QMS dapat berkorelasi
dengan paten dan paten sederhana. Untuk paten sederhana
hanya tidak berkorelasi dengan SNI ISO 13485 MD-QMS
yang kemungkinan disebabkan oleh sifat dari data yang
dimiliki dari standar sistem manajemen kualitas itu
sendiri yang sangatlah berbeda jauh dengan subvariabel
standar sistem manajemen kualitas dengan kata lain
memiliki jumlah sertifikat yang sangat kecil
dibandingkan dengan yang lainnya.
Standar sistem manajemen kualitas dapat
menghambat inovasi dikarenakan seharusnya dalam
pembuatan standar sistem manajemen kualitas tidak boleh
ada unsur preskriptif. Namun dalam implementasinya
dimungkinkan ada beberapa perusahaan yang
beranggapan bahwa dalam melakukan implementasi
standar sistem manajemen kualitas menghambat proses
pengembangan dikarenakan standar sistem manajemen
kualitas mengharuskan mengikuti syarat dan ketentuan
yang sudah ada dalam klausul yang terdapat dari masing
masing sertifikat standar sistem manajemen kualitas itu
sendiri
Jika dilihat dari data subvariabel dari standar
sistem manajemen kualitas seperti SNI ISO 9001 QMS,
SNI ISO 14001 EMS, SNI ISO 22000 FSMS dan SNI ISO
13485 MD-QMS pada tahun 2011 selalu mengalami
penurunan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh lesunya
tingkat ekonomi yang sedang dirasakan. Jika tingkat
ekonomi menurun, memungkinkan proses bisnis antar
perusahaan yang menginginkan suatu standar dari produk
yang hendak diperjual belikan ikut melemah. Sehingga
pada periode tersebut dapat diasumsikan bahwa terdapat
potensi ekonomi yang melemah dalam proses
implementasi standar dikarenakan ekonomi yang
melemah.
Total sertifikat standar sistem manajemen
kualitas di Indonesia yang sangat kecil dapat disebabkan
oleh awerness dari masyarakat Indonesia itu sendiri yang
dinilai masih minim. Hal ini dapat dilihat dari sifat
masyarakat Indonesia sendiri, jika hendak membeli suatu
produk, para konsumen di Indonesia tidak terlalu melihat
dan mementingkan membeli produk yang memiliki logo
sertifikasi SNI ISO dengan begitu ada sifat umpan balik
terhadap pelaku usaha untuk tidak melakukan
implementasi standar sistem manajemen kualitas di
Indonesia. Sejatinya, BSN sudah melakukan promosi
standar dengan cara melakukan edukasi, penyiaran
melalui radio dan koran. Dalam mempromosikan standar
BSN juga melakukan inisiasi dengan membuat acara
standar seperti SNI Award dan Bulan Mutu dalam tiap
tahunya dan membuat SNI Corner dibeberapa tempat
untuk mempromosikan pentingnya standar dikalangan
masyarakat Indonesia
Disatu sisi, menurut Kuswardhanti Ariawati
Rahayu, S.SI, M,SI sebagai kepala seksi diseminasi
promosi dirjen kekayaan intelektual, promosi hak
kekayaan intelektual semuanya dilakukan dengan sama
tanpa diskriminasi mengenai rutinitas dan objek yang
dituju untuk dilakukan promosi. Diskriminasi promosi
biasanya hanya dilakukan terhadap pengenalan cara
membuat paten, paten sederhana, desain industry, merek
dan lain lain karena setiap pembuatan hak kekayaan
industrial tersebut memiliki proses yang berbeda. Dirjen
hak kekayaan intelektual sebenarnya belum melakukan
evaluasi terhadap banyaknya kepemilikian sertifikat hak
kekayaan industrial di Indonesia. Evaluasi tersebut baru
akan dilakukan pada tahun 2018. Evaluasi yang dilakukan
seperti, melakukan promosi lebih terhadap subvariabel
hak kekayaan industrial apa yang memiliki sertifikat yang
dinilai sangat kecil jumlahnya atau sebaliknya. Pada
tahun 2018 pun dirjen hak kekayaan industrial baru
mencanangkan target berapa banyak sertifikat yang harus
terdaftar pada suatu periode. Oleh karena itu, jika dilihat
pada gambar 4.8 diagram batang paten, gambar 4.9
diagram batang paten sederhana, gambar 4.10 diagram
batang desain industry dan gambar 4.11 diagram batang
merek memiliki kecenderungan untuk selalu meningkat.
5 Penutup
Dari hasil pengujian statistic dengan
menggunakan perhitungan korelasi spearman antara
standar sistem manajemen kualitas dengan hak kekayaan
industrial di Indonesia dibagi menjadi 3 bagian yang
kemudian dapat di identifikasi hubungan antara standar
sistem manajemen kualitas dengan hak kekayaan
industrial. Maka dari itu, kesimpulan yang didapatkan
setelah melakukan pengujian statistic dengan
menggunakan perhitungan korelasi spearman adalah
sebagai berikut
1. Sesuai dengan model konseptual pertama, dari
24 korelasi yang diteliti, hanya terdapat 9
korelasi yang ditemukan. Sembilan korelasi ini
adalah SNI ISO 14001 EMS berkorelasi dengan
paten dengan tingkat korelasi kuat dan paten
sederhana dengan tingkat korelasi moderat, SNI
ISO 22000 FSMS berkorelasi dengan paten dan
paten sederhana dengan tingkat korelasi yang
sama sama moderat, SNI ISO 13485 MD-QMS
berkorelasi dengan paten dengan tingkat korelasi
moderat, SNI ISO 27001 ISMS berkorelasi
dengan paten dengan tingkat korelasi sempurna
dan paten sederhana dengan tingkat korelasi
moderat, dan SNI ISO 16494 A-QMS
berkorelasi dengan paten dengan tingkat korelasi
sempurna dan paten sederhana dengan tingkat
korelasi moderat.
2. Sesuai dengan model konseptual kedua, dari 4
korelasi yang diteliti, hanya terdapat 1 korelasi
yang ditemukan. Yaitu standar sistem
manajemen kualitas hanya berkolerasi dengan
paten dengan tingkat korelasi moderat.
3. Sesuai dengan model konseptual bagian ketiga,
standar sistem manajemen kualitas tidak
berkorelasi secara signifikan dengan hak
kekayaan industrial
Daftar Pustaka
Atuahene-Gima, K., 1996. Market orientation and
innovation. Journal of business research, 35(2),
pp.93-103.
Başaran, B., 2016. The effect of ISO quality management
system standards on industrial property rights in
Turkey. World Patent Information, 45, pp.33-46.
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, 2013. Buku
Panduan Hak Kekayaan Intelektual. Direktorat
Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.
Chen, Y. and Puttitanun, T., 2005. Intellectual property
rights and innovation in developing
countries. Journal of development
economics, 78(2), pp.474-493.
Gould, D.M. and Gruben, W.C., 1996. The role of
intellectual property rights in economic
growth. Journal of development
economics, 48(2), pp.323-350.
Magd, H., Kadasah, N. and Curry, A., 2003. ISO 9000
implementation: a study of manufacturing
companies in Saudi Arabia. Managerial Auditing
Journal, 18(4), pp.313-322.
Prajogo, D.I. and Sohal, A.S., 2001. TQM and innovation:
a literature review and research
framework. Technovation, 21(9), pp.539-558.
Rogerson, R.J., 1999. Quality of life and city
competitiveness. Urban studies, 36(5-6), pp.969-
985.
Sudarno. 2017. Data Analysis. Semarang: Departemen
Statistika Fakultas Sains dan Matematika
UNDIP.
Terziovski, M. and Guerrero, J.L., 2014. ISO 9000 quality
system certification and its impact on product
and process innovation
performance. International Journal of Production
Economics, 158, pp.197-207.