Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen...
Transcript of Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen...
Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara masyarakat
berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak tetap
pasca penghapusan subsidi bahan bakar minyak
(studi kasus di kecamatan Salaman kabupaten Magelang)
Disusun Oleh:
Antariksawan
NIM. F.0102017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kenaikan harga minyak mentah dunia memberikan pukulan berat bagi
Indonesia, terutama sektor manufaktur. Meningkatnya penjualan kendaraan
bermotor seperti mobil (35%) dan motor (30%) memberikan dampak
bertambahnya permintaan atas BBM, dan tentunya pertamina sebagai pemasok
utama BBM membutuhkan dolar AS yang lebih besar guna membayar impor
BBM melalui Bank Indonesia (setidaknya BI membeli diatas US$1 milyar
perbulan untuk memenuhi kebutuhan tersebut). Permintaan domestik yang tinggi
terhadap BBM tidak seiring dengan produksi minyak Indonesia sehingga
menjadikan negara Indonesia sebagai negara pengimpor minyak, hal tersebut
memicu pertimbangan pemerintah untuk keluar dari keanggotaan OPEC
(Organization Petroleum Exporting Countries, Organisasi Negara Pengekspor
Minyak) (Teguh Dartanto, 2005).
Produksi minyak nasional diperkirakan pemerintah akan meningkat
dengan target 1.075 juta barel/hari, namun tampaknya target tersebut akan sulit
dicapai mengingat eksplorasi terhadap cadangan minyak membutuhkan waktu
setidaknya dua tahun untuk sampai dalam tahap produksi.
Perkiraan produksi saat ini masih berada dibawah 1 juta barel/hari.
Estimasi subsidi minyak yang akan diberikan oleh pemerintah sebesar Rp.101.47
triliun naik dari sebelumnya Rp.82.27 triliun. Korporasi di Indonesia membeli
dolar AS sebesar US$9.2 milyar pada kuartal II meningkat dibanding kuartal
sebesar US$7.7 milyar akibat peningkatan impor BBM, tentunya peningkatan
tersebut ikut memicu pelemahan rupiah terhadap dolar AS (Agus Syarip Hidayat,
2005).
Pemerintah telah merevisi untuk APBN 2006 terhadap harga minyak
mentah dunia sebesar US$50.6 per barel sebelumnya US$40 per barel,
pertumbuhan PDB sebesar 6%, inflasi 8%, rupiah menjadi Rp.9800/USD
sebelumnya Rp.9400/USD, suku bunga SBI 9.25% untuk tiga bulan, dan target
produksi minyak sebesar 1.075 juta barel per hari. (Valasnews.com)
Fenomena tersebut diatas membuat pemerintah terpaksa membuat suatu
kebijakan yang dinilai sangat kontroversial yaitu kebijakan untuk menaikkan
harga minyak di Indonesia. Selain alasan tersebut diatas ada beberapa alasan lain
yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga
BBM antara lain sebagai berikut :
a. Perbedaan harga jual domestik dengan harga luar negeri yang begitu timpang
akibat peningkatan harga minyak bumi yang signifikan. Perbedaan harga ini
kemudian menimbulkan pembengkakan dana subsidi untuk BBM.
b. Penyesuaian harga BBM telah dilakukan oleh hampir semua negara-negara
di dunia termasuk negara yang pendapatannya lebih rendah dari indonesia
seperti India, Bangladesh atau negara-negara di Afrika. Bahkan di Timor -
Timur yang merupakan negara termiskin di dunia, harga domestik BBM jauh
diatas harga BBM di Indonesia.
c. Harga domestik yang terlalu rendah juga telah mendorong pertumbuhan
tingkat konsumsi yang sangat tinggi. Sepanjang tahun 2004 laju pertumbuhan
konsumsi BBM antara 5% per tahun. Sementara produksi minyak terus
mengalami penurunan. Selain itu perbedaan harga domestik dan internasional
yang cukup tinggi mendorong banyak terjadinya penyelundupan.
d. Alasan lain yang menjadi dasar adalah menyangkut masalah keadilan.
Subsidi BBM lebih banyak dinikmati kelompok 40% kelompok teratas
termasuk untuk minyak tanah sekalipun (Teguh Dartanto, 2005).
Pada tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah mengurangi subsidi BBM atau
dengan kata lain menaikkan harga BBM lebih dari 100%, berbeda dengan
kebijakan pemerintah sebelumnya yang hanya berkisar kurang dari 50%.
Kenaikan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden No. 55/2005 tentang
Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri pasal 2, tertanggal 30
September 2005.
Harga bensin jenis premium yang semula Rp 2.400,00 naik menjadi Rp
4.500,00/liter. Minyak tanah yang banyak digunakan masyarakat, naik dari Rp
700,00 menjadi Rp 2.000,00/liter, Solar yang sebelumnya Rp 2.100,00 naik
menjadi Rp 4.300,00/liter (Pertamina.com).
Kebijakan penyesuaian harga BBM yang disampaikan pemerintah
dianggap kontroversial oleh beberapa kalangan. Headline Harian Kompas, 1
Oktober 2005 secara tegas tertulis ”Pemerintah Keterlaluan”. Pernyataan ini
bertentangan dengan editorial Harian ini sebelumnya berkali-kali mengecam
ketidaktegasan atau keragu-raguan Presiden SBY dalam mengambil keputusan
menyangkut penyesuaian harga BBM yang telah menimbulkan ketidakpastian
dalam bidang ekonomi.
Semua kita tentunya sepakat bahwa subsidi BBM sudah salah arah. Data
Susenas terakhir menunjukkan 82% dari subsidi jatuh kepada kelompok 60%
pendapatan teratas dan sisanya hanya 17% subsidi tersebut hanya jatuh kepada
kelompok 40% terbawah. Meneruskan subsidi sama saja membiarkan Rp 93
trilyun (82% dari Rp 113 trilyun subsidi BBM jika harga BBM tidak
disesuaikan) kepada kelompok yang di anggap tidak berhak menerima subsidi.
Angka ini akan bertambah besar tahun depan mengingat perhitungan subsidi
BBM dalam APBN(P) 2005 masih berdasarkan asumsi harga minyak rata-rata
US$ 54 per barrel sementara proyeksi harga minyak tahun 2006 ini melebihi
US$ 60/barrel. Untuk tahun 2006, jika harga BBM setelah penyesuaian masih
dipertahankan masih menyisakan subsidi BBM yang cukup besar yaitu Rp 50
trilyun tetapi dengan dampak distribusi yang lebih baik dan lebih tepat karena
sebagian besar untuk alokasi subsidi minyak tanah (Teguh Dartanto: 2005).
Meneruskan subsidi BBM ini juga bertentangan dengan Pembangunan
Jangka Menengah 2005-2009 yang menjadi kerangka dasar pembangunan
(ekonomi) Pemerintah SBY-JK yang ingin menciptakan pertumbuhan yang
berkeadilan dengan memperbaiki distribusi pendapatan yang lebih baik dan lebih
merata. .
Dengan mengurangi subsidi, dengan harapan harga minyak Indonesia
sama dengan asumsi dalam RAPBN 2006, perhitungan sementara menunjukkan
akan terdapat sekitar Rp.20-25 trilyun netto anggaran tambahan (setelah
diperhitungkan anggaran tambahan untuk Subsidi Langsung Tunai dan program-
program kompensasi lainnya, serta kenaikan gaji pegawai negeri sebesar 20%)
yang bisa digunakan untuk keperluan lain. Jadi penghematan ini bisa digunakan
untuk kegiatan yang lebih produktif seperti yang dicantumkan Rencana Kerja
Tahunan 2006 yaitu program penanggulangan kemiskinan, pendidikan,
kesehatan, infrastruktur dasar khususnya infrastruktur pedesaan, pertanian dan
pertahanan keamanan.
Untuk bidang pendidikan, kemungkinan alokasinya bisa dilakukan untuk
empat hal. Pertama, untuk menambah biaya operasional sekolah dengan
memasukkan program perpustakaan sekolah atau buku gratis; kedua, menambah
cakupan beasiswa kepada siswa dari keluarga miskin bukan hanya untuk SMA
tetapi juga perguruan tinggi; ketiga, rehabilitasi besar-besaran gedung SD hingga
SMA di seluruh Indonesia dan keempat, menambah tunjangan khusus guru
disamping kenaikan gaji 20 (Kompas.com). .
Dampak multiplier bagi ekonomi daerah dari program rehabilitasi ini
akan besar dan mempunyai dampak kesempatan kerja serta pemerataan yang
besar. Betapa tidak, rehabilitasi ini akan dilakukan oleh kontraktor lokal kelas
menengah ke bawah dan melibatkan tenaga tidak terampil.Serupa pula dengan
infrastruktur pedesaan. Program yang sekarang yang mencakup 10 ribu desa bisa
dilipatgandakan menjadi 20 ribu tambahan sehingga akan ada 30 ribu desa yang
telah mendapatkan perbaikan infrastruktur tersebut.
Bahkan tambahan untuk sektor pertahanan pun sesuai dengan arahan
Jusuf Kalla difokuskan pada perbaikan kesejahteraan prajurit seperti perbaikan
asrama, penambahan jumlah seragam, peningkatan uang lauk pauk dan
peningkatan kemampuan prajurit. Penambahan peralatannya pun diutamakan
untuk yang diproduksi di dalam negeri. Jadi untuk anggaran pertahanan dan
keamanan sekalipun diupayakan untuk menciptakan lapangan kerja. Kalau ini
berjalan tentunya, pengurangan subsidi BBM tidak lebih merupakan pengalihan
pengeluaran pemerintah dari sesuatu yang tidak produktif dan destruktif seperti
subsidi BBM kepada kegiatan yang lebih produktif yang mempunyai dampak
jangka panjang (Kompas.com).
Bagaimanapun juga pengahapusan subsidi BBM ini akan sangat
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang tentunya akan
menimbulkan perubahan dalam pendapatan riil, konsumsi riil dan aspek
kehidupan lainnya. Perubahan tersebut tentunya berbeda antara individu satu
dengan individu yang lainya. Fenomena ini menarik untuk dikaji dan dilakukan
suatu perbandingan.
Dari uraian di atas, maka diadakan sebuah penelitian yang berjudul
Analisis Komparasi Pola Pengeluaran Konsumsi Antara Masyarakat
Berpendapatan Tetap dan Berpendapatan Tidak Tetap Tetap Pasca Peraturan
Presiden Nomor 55 Tahun 2005 (Studi Kasus di Kecamatan Salaman Kabupaten
Magelang).
B. Pembatasan Masalah
Dalam Melakukan penelitian ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan peneliti. Diantaranya adalah keterbatasan yang dimiliki oleh
peneliti sendiri. Keterbatasan yang dirasakan dalam penelitian ini terutama
adanya keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan pemahaman teori-teori yang ada.
Maka peneliti menganggap perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini
dapat berjalan dengan baik dan tetap mengacu pada permasalahan yang telah
diindentifikasi sebelumnya. Batasan – batasan yang ditetapkan adalah sebagai
berikut:
1. Pihak yang menjadi responden penelitian ini adalah masyarakat kecamatan
salaman kabupaten magelang yang dibagi menjadi duakelompok masyarakat
yaitu masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak
tetap.
2. Komponen pengeluaran konsumsi masyarakat dibedakan menjadi lima yaitu
pengeluaran konsumsi untuk pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan
pendidikan.
C. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, untuk mengarah pada tujuan penelitian
maka permasalahan yang akan diteliti dan dikaji dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan pola konsumsi untuk kebutuhan pangan, papan,
sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan antara masyarakat
berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak tetap ?
2. Apakah terdapat perbedaan pola konsumsi untuk kebutuhan pangan, papan,
sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan pada bulan pertama dan
bulan keempat pasca penghapusan subsidi BBM (Peraturan Presiden No.
55/2005) pada masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pola konsumsi untuk kebutuhan
pangan, papan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan antara
masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak tetap ?
2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pola konsumsi untuk kebutuhan
pangan, papan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan pada bulan
pertama dan bulan keempat pasca penghapusan subsidi BBM (Peraturan
Presiden No. 55/2005) pada masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap ?
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang
dampak penghapusan subsidi BBM dan juga sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan kebijakan yang relevan dengan topik penelitian ini.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan bisa
menjadi acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya yang relevan
dengan topik penelitian ini.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori
Beberapa kajian teori dibawah ini merupakan cuplikan-cuplikan bahan
pustaka yang bersangkutan dengan hukum, teori, atau prinsip-prinsip yang
relevan untuk memperkuat unsur masalah yang diteliti dalam menjawab masalah
yang hendak dikaji.
1. Subsidi Bahan Bakar Minyak.
Menurut Assauri dalam Y. Sri Susilo (2003) subsidi merupakan
bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen atau konsumen agar
barang dan jasa yang dihasilkan harganya lebih rendah sehingga masyarakat
dapat membeli dengan jumlah yang lebih banyak. Besarnya subsidi yang
diberikan biasanya tetap per unit barang. Dalam hal ini, pemerintah
menanggung sebagian biaya produksi dan pemasaran.
Dalam Nota Keuangan (2000) dinyatakan bahwa subsidi pada
dasarnya merupakan transfer pendapatan dari pemerintah kepada masyarakat,
baik masyarakat produsen maupun masyarakat konsumen yang dilakukan
melalui penetapan harga komoditas yang lebih rendah dibandingkan dengan
harga pasar, baik yang diberlakukan secara umum maupun secara khusus
(targeted group). Tujuannya adalah untuk membantu meringankan beban
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.
Subsidi yang diberikan pemerintah pada masyarakat dapat dilihat dari
sisi produsen maupun konsumen. Subsidi diberikan kepada konsumen ketika
harga yang dibayarkan konsumen untuk suatu komoditas lebih rendah
dibandingkan harga pasar, atau ketika produsen menerima harga yang lebih
tinggi daripada harga yang seharusnya. Subsidi dapat secara eksplisit tampak
pada anggaran dari bentuk pembayaran pemerintah kepada produsen maupun
konsumen, namun juga dapat secara implisit terlihat dari biaya anggaran.
Terdapat dua alasan utama yang mendasari pemberian subsidi untuk
komoditi, yakni : (1) Distribusi pendapatan (2) Mengatasi kegagalan pasar
(Market Failure). Dalam hubungannya dengan distribusi pendapatan, subsidi
untuk komoditi merupakan instrumen kedua terbaik dimana perpajakan dan
sisitem transfer bukan suatu konsep yang dapat dipraktekkan dalam
pendistribusian kembali. Subsidi dapat dipandang sebagai pajak negatif, dan
tingkat ysng harus ditetapkan untuk menyeimbangkan biaya marginal sosial
dari pendapatan antar komoditi. Kegagalan pasar menggambarkan situasi
dimana tingkat produksi atau konsumsi suatu barang atau jasa tidak tepat
tanpa campur tangan pemerintah. Disamping itu, pemberian subsidi akan
berpengaruh pada beberapa fakor antara lain: pengalokasian, pendistribusian
kembali serta fiskal dan perdagangan.
Subsidi energi khususnya BBM banyak ditemukan di negara-negara
sedang berkembang, terutama pada negara-negara pengekspor minyak.
Subsidi ini menunjukkan tingkat harga produk BBM dalam negeri masih
dibawah tingkat harga dipasar dunia. Selain itu, subsidi silang juga sering
diterapkan melalui pemindahan beban dari suatu produk BBM seperti
minyak tanah ke produk BBM lainnya. Pada dasarnya pemberian subsidi
BBM disuatu negara adalah dimaksudkan untuk menjaga kstabilan harga
BBM didalam negeri dan fluktuasi harga minyak dipasar dunia. Di banyak
negara pengekspor minyak, keberadaan subsidi energi tetap dipertahankan
karena secara politis tidak layak untuk tidak diberikan subsidi kepada
komoditi yang dihasilkan oleh bangsa itu sendiri.
Kebijakan pemberian subsidi Indonesia ditujukan selain untuk
menjaga stabilitas harga barang dan jasa didalam negeri juga untuk
membantu meringankan beban masyarakat miskin dan usaha kecil. Akan
tetapi pada kenyataannya, selama ini pemberian subsidi BBM kepada
masyarakat tidak tepat sasran, karena subsidi yang semula diperuntukkan
bagi golongan miskin lebih banyak dinikmati oleh golongan atas dan
dianggap tidak efektif serta dapat menyebabkan distorsi pasar, yakni
menimbulkan konsumsi BBM yamg berlebihan, inefisiensi dalam alokasi
sumber daya dan tidak mendorong upaya konservasi energi. Selain itu,
subsidi BBM menimbulkan adanya disparitas harga BBM dalam negeri
dengan harga BBM diluar negeri sehingga memungkinkan adanya
penyelundupan keluar negeri serta pengoplosan BBM.
Di samping itu, jika dilihat dari sisi anggaran subsidi juga dapat
menimbulkan beban yang tidak sedikit bagi anggaran pemerintah sehingga
mengakibatkan berkurangnya alokasi dana untuk pembangunan, pendidikan
dan kesehatan, maupun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka
panjang.
Berikut ini dapat dijelaskan efek dari pengenaan subsidi terhadap
perekonomian, yakni terhadap produsen, konsumen dan pemerintah (Y. Sri
Susilo, 2003: 3-5).
Gambar 2.1 Efek Pengenaan Subsidi Terhadap Produsen,Konsumen, Serta pemerintah.
Pada gambar 2.1 diatas diasumsikan besaran subsidi dibagi rata
kepada konsumen dan produsen. Produk yang disubsidi dalam kasus ini
adalah non tradable goods atau barang yang tidak diperdagangkan. Besarnya
subsidi per unit merupakan selisih antara Ps dan Pb. Total subsidi yang
diberikan pemerintah adalah sebesar Ps ABPb.
Subsidi tersebut sebagian dinikmati oleh produsen menjadi surplus
produsen sebesar daerah Ps AEPb dan sebagian berubah menjadi surplus
konsumen, yakni sebesar P0 EBPb. Dengan demikian, terdapat deadweight
welfare loss ( DWL) sebesar AE 0B .
Hal ini berarti kebijakan subsidi tetap menimbulkan inefisiensi
didalam perekonomian atau terjadi misallocation of resources. Bantuan
subsidi tersebut ada yang hilang dan tidak dinikmati baik oleh produsen
maupun konsumen.
Adapun mekanisme pemberian subsidi kepada masyarakat (produsen
dan konsumen) untuk kasus barang yang diperdagangkan (tradable good)
masing-masing dapat dijelaskan melalui pendekatan grafis seperti pada
Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.
Gambar 2.2. Subsidi Untuk Produsen Kasus Barang Tradable Goods
Dalam kasus pemberian subsidi kepada produsen, konsumen
membayar sebesar harga dunia (Pb). Jadi, harga konsumen (Pc) sama dengan
Pb. Harga tersebut mungkin dianggap terlalu rendah oleh pemerintah
sehingga memberikan subsidi kepada produsen. Dengan demikian, produsen
menerima harga jual sebesar Pp. Besarnya subsidi yang harus diberikan
pemerintah adalah sebesar area (1+2+3). Alokasi dari subsidi adalah area
(1+2) merupakan tambahan surplus produsen (producer surplus) dan sebesar
area 3 merupakan deadweight welfare loss (DWL). Dalam hal ini konsumen
merupakan pihak yang tidak diuntungkan atau memperoleh manfaat dari
adanya subsidi. Dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa subsidi kepada
produsen menimbulkan inefisiensi dalam perekonomian, hal ini dibuktikan
dengan adanya area DWL.
Gambar 2.2 berikut menunjukan kasus subsidi yang diberikan kepada
konsumen untuk barang tradable, yang dalam penelitian ini diasumsika
sebagai BBM. Dapat dilihat pada gambar, bahwa harga BBM seharusnya Pb.
Pada penetapan harga ini, pemerintah mungkin menganggapnya terlalu tinggi
sehingga kemudian memberikan subsidi kepada konsumen. Dengan subsidi
tersebut, maka harga barang sebesar Pb dapat dijangkau oleh konsumen yang
hanya memiliki daya beli sebesar Pc.
Dalam kasus ini pemerintah harus menanggung beban subsidi sebesar
area (1+2+3). Dari subsidi tersebut konsumen memperoleh surplus konsumen
(consumer surplus) sebesar area (1+2), sedangkan produsen tidak
memperoleh manfaat dari subsidi. Subsidi yang hilang atau tidak dinikmati
oleh produsen maupun konsumen adalah sebesar area 3, yang kemudian
disebut deadweight welfare loss (DWL). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa subsidi yang diberikan kepada konsumen juga
menimbulkan inefisiensi dalam perekonomian.
Gambar 2.3. Subsidi Untuk Konsumen Kasus Tradable Goods.
2. Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Minyak.
Adanya perbedaan harga jual minyak didalam negeri dan diluar
negeri yang begitu signifikan, mengakibatkan semakin membengkaknya
anggaran subsidi BBM pemerintah hal ini membuat pemerintah terpaksa
membuat suatu kebijakan yang dinilai sangat kontroversial yaitu
kebijakan untuk menaikkan harga minyak di Indonesia. Selain alasan
tersebut diatas ada beberapa alasan lain yang menjadi argumen
pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara
lain sebagai berikut :
a) Perbedaan harga jual domestik dengan harga luar negeri yang sangat
timpang akibat peningkatan harga minyak bumi yang begitu
signifikan. Perbedaan harga ini kemudian menimbulkan pembekakan
dana subsisdi untuk BBM.
b) Penyesuaian harga BBM telah dilakukan oleh hampir semua negara-
negara didunia termasuk negara yang pendapatannya lebih rendah
dari indonesia seperti India, Bangladesh atau negara-negara di Afrika.
Bahkan di Timor Timur yang merupakan negara termiskin di dunia,
harga domestik BBM jauh diatas harga BBM di Indonesia.
c) Harga domestik yang terlalu rendah juga telah mendorong
pertumbuhan tingkat konsumsi yang sangat tinggi. Sepanjang tahun
2004 laju pertumbuhan konsumsi BBM antara 5% per tahun.
Sementara produksi minyak terus mengalami penurunan. Selain itu
perbedaan harga domestik dan internasional yang cukup tinggi
mendorong banyak terjadinya penyelundupan.
d) Alasan lain yang menjadi dasar adalah menyangkut masalah
keadilan. Subsidi BBM lebih banyak dinikmati kelompok 40%
kelompok teratas termasuk untuk minyak tanah sekalipun. (Agus
Syarip Hidayat, 2005)
Pada tanggal 30 September 2005 pemerintah mengurangi subsidi
BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM lebih dari 100%,
berbeda dengan kebijakan pemerintah sebelumnya yang hanya berkisar
kurang dari 50%. Kenaikan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden
No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri,
tertanggal 30 September 2005. Adapun isi Peraturan Presiden No.
55/2005 pasal 2 adalah sebagai berikut :
(1) Harga jual eceran Minyak Tanah (Kerosene) untuk Rumah Tangga
dan Usaha Kecil di titik serah, termasuk Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) untuk setiap liter ditetapkan Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah).
(2) Harga jual eceran Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil)
untuk Usaha Kecil, Transportasi, dan Pelayanan Umum di titik
serah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk setiap liter
ditetapkan sebagai berikut :
a. Bensin Premium: Rp 4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah);
b. Minyak Solar (Gas Oil) : Rp 4.300,00 (empat ribu tiga ratus
rupiah).
(3) Harga jual eceran Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk Transportasi darat
termasuk sungai, danau, dan penyeberangan sudah termasuk Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
(4) Rincian Rumah Tangga, Usaha Kecil, Transportasi dan Pelayanan
Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Presiden ini.
3. Pola Konsumsi
a. Konsep Kebutuhan Pokok
Kebutuhan pokok manusia setiap hari semakin meningkat seiring
dengan perubahan dan perkembangan pola kehidupan masyarakat.
Masayarakat yang pada mulanya hidup secara natural ini
menggantungkan kehidupannya pada kekuatan alam yang tersedia di
dalam diri manusia serta memanfaatkan apa yang ada di sekitar
mereka.
Majunya peradaban, manusia menjadi semakin cerdas dan
semakin banyak alat - alat kapital yang mereka miliki,yang semuanya
ini mengakibatkan meningkatnya kemampuan mereka dalam
menghasilkan barang dan jasa yang dapat mereka pergunakan untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Akan tetapi mereka menghasikan barang
dan jasa tersebut hampir senantiasa diikuti, dibarengi atau bahkan
didahului timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru (Soediyono R, 1990: 1)
Dapat dikatakan kebutuhan manusia ini tidak terbatas jumlahnya.
Kebutuhan manusia yang semakin meningkat tersebut antara lain
meliputi :
1. Kebutuhan jasmaniah, misalnya: makan, minum, pakaian, rumah
tempat tinggal, rekreasi
2. Kebutuhan rohaniah, misalnya: rasa aman, harga diri dan
penghiburan.
3. Kebutuhan Sosial, Misalnya: kasih sayang dari sesama manusia,
persahabatan dan pengakuandari orang lain (Wasty Soemanto
dalam M Yusuf, 2003: 21)
Sedangkan kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar merupakan
kebutuhan yang penting sangat penting guna kelangsungan hidup
manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan individu (makan, perumahan,
pakaian) maupun keperluan pelayanan sosial tertentu (air, minum,
sanitasi, tranportasi kesehatan, dan pendidikan).
Samir Ridwan dan Torkel Alfthan menulis bahwa tanpa
mengurangi konsep basic need, keperluan minimum dari seorang
individu atau rumah tangga adalah sebagai berikut : (1) makan (2)
pakaian (perumahan) (4) kesehatan (5) pendidikan (6) air dan sanitasi
(transportasi) (8) partisipasi ( Mulyanto S. dan Hans Dieter Evers,
1985: 2).
Definisi dari berbagai kebutuhan pokok merupakan pada dasarnya
semuanya hampir sama intinya. Kebutuhan pokok merupakan
kebutuhan paling dasar yang diperlukan oleh manusisa untuk
kelangsungan hidupnya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi terlebih dahulu dibanding kebutuhan yang lain.
Seperti dikemukakan oleh Dr. Thee Kian Wie kebutuhan pokok
didefinisikan sebagai suatu paket barang dan jasa oleh masyarakat
dianggap perlu tersedia oleh seseorang. Hal ini merupakan tingkat
minimum yang dapat dinikmati oleh seseorang. Hal ini berarti bahwa
kebutuhan pokok berbeda dari suatu negeri dengan negeri yang lain.
Jadi suatu kebutuhan pokok itu adalah spesifik (Mulyanto S. dan Hans
Dieter Evers, 1985 : 125)
b. Konsep Pengeluaran Konsumsi
Konsumsi merupakan pemakaian barang – barang hasil industri
pakaian, makanan dan sebagainya. Selain itu juga bisa diartikan
sebagai barang – barang kebutuhan langsung memnuhi kebutuhan
hidup kita. Menurut data Susenas secara umum secara umum konsumsi
dibagi menjadi dua kelompok yaitu konsumsi / pengeluaran untuk
makanan dan bukan makanan.
Pola konsumsi penduduk berubah dari waktu ke waktu atau umur
antar daerah satu daerah yang lain tergantung pada selera penduduk dan
masyarakat. Pada gilirannya pola konsumsi menentukan berapa yang
harus disediakan dan bagaimana distribusinya terutama dalam hal
makanan agar harga tak terguncang.
Pengeluaran ekonomi adalah konsumsi yang erat kaitannya
dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Thee Kian Wie mendefinisikan
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar sebagai suatu paket barang dan
jasa yang oleh masyarakat dianggap perlu tersedia bagi setiap orang.
Kebutuhan ini merupakan tingkat minimum yang dapat dinikmati
seseorang. Hal ini berarti bahwa kebtuhan pokok minimum berbeda –
beda dari masyarakat yang lain. Jadi kebutuhan ini adalah spesifik.
Thee Kian Wie membagi kebutuhan dasar menusia menjadi 4 bagian :
1. Barang kebutuhan dasar yaitu sandang, pangan dan papan.
2. Jasa kebutuhan seperti fasilitas – fasilitas pendidikan, kesehatan,
pengangkutan, komunikasi dan saluran air yang sehat.
3. Lapangan kerja produktif yang dapat menjamin pendapatan yang
mencukupi untuk membiayai penyediaan barang – barang atau
jasa– jasa kebutuhan dasar.
4. Partisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan yang
menyangkut hidup sendiri.
4. Konsumsi Masyarakat Berpendapatan Tetap dan Tidak Tetap.
Setiap individu berapapun tingkat pendapatan yang diterima
haruslah memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari. Dalam mencukupi
kebutuhan setiap harinya setiap individu sangat dipengaruhi oleh jumlah
pendapatan yang diterima. Apabila jumlah pendapatan yang diterimanya
meningkat maka konsumsi meningkat, tetapi lebih kecil dari kenaikan
pendapatan itu sendiri.
Menyadari pentingnya hubungan antara tingkat pendapatan dan
konsumsi yang dilakukan oleh individu, maka beberapa alternatif
penjelasan yang menerangkan hubungan antara tingkat pendapatan dan
konsumsi yang dilakukan oleh individu beberapa ahli dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Teori Konsumsi Keynes
Dalam bukunya “General Theory” Keynes menjelaskan
konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan. Keynes menjelaskan
fungsi konsumsi sebagai skedul rencana konsumsi untuk berbagai
tingkat pendapatan. Dalam konsumsi ini Keynes mendasarkan pada
Psycological Law of Consumption yang menyarankan bahwa apabila
pendapatan naik maka konsumsi akan naik pula, akan tetapi tidak
sebesar kenaikan pendapatan. Ini sejalan dengan hukum Engel yaitu
semakin besar pendapatan yang diperoleh, maka semakin kecil
bagian yang dikonsumsi (Rachmat Sumitro dalam M Yususf, 2003:
25).
Dengan meningkatnya jumlah pendapatan yang diperoleh maka
konsumsi akan meningkat pula mengikuti kenaikan penadapatan
tersebut, namun proporsi pendapatan yang dikonsumsi akan menurun
dari pendapatan tersebut. Dari kurva Engel dapat dilihat hubungan
antara kuantitas salah satu barang dengan pendapatan. Konsumsi
untuk barang normal dapat dijelaskan jika pendapatan naik maka
kuantitas barang yang diminta juga naik (Richard A. Billas,1986:
87–88).
Selain faktor pendapatan, Keynes menjelaskan ada faktor bukan
pendapatan yang mempengaruhi konsumsi agregat. Keynes
determinan bukan pendapatan menjadi dua yaitu faktor – faktor
obyektif dan faktor – subyektif yang mencerminkan preferensi-
preferensi psikologis. Faktor – faktor subyektif mencerminkan
variabel – variabel bukan pendapatan yang mempengaruhi
kemampuan rumah tangga untuk berkonsumsi (Diulio dalam M
Yususf, 2003: 26).
2 ) Hipotesis Pendapatan Absolut.
Menurut hipotesis pendapatan absolut, konsumsi ditentukan
oleh tingkat pendapatan tingkat pendapatan absolut, sehingga
hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan hubungan
jangka pendek. Akan tetapi tingkat konsumsi jangka pendek
bergeser keatas sepanjang waktu, sehingga menghasilkan fungsi
konsumsi jangka panjang.
Gambar 2.4. Fungsi Konsumsi
Beberapa hal yang menyebabkan fungsi konsumsi jangka
pendek beregeser keatas yaitu :
a. Adanya migrasi / urbanisasi dari desa kekota dan kita tahu
bahwa penduduk kota konsumsinya lebih tinggi dari pada
penduduk desa.
b. Adanya barang – barang produk baru dalam perekonomian
walaupun pendapatan konsumen tetap, namun belum ada
barang baru maka konsumen akan langsung untuk
meningkatkan konsumsinya.
c. Karena adanya peningkatan kesejahteraan suatu bangsa .
Jadi menurut hipotesis pendapatan absolut, fungsi konsumsi
yang menjadi dasar adalah fungsi jangka pendek, kemudian
konsumsi jangka panjang dapat ditemukan karena adanya
pergeseran ke atas dari fungsi konsumsi jangka pendek itu
(Suparmoko, 1998: 68 – 70 ).
3) Hipotesis Pendapatan Relatif
Dalam bukunya “Income, Saving and The Theory of
Consumer Behavior” James Duesenberry mengemukakan
pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat
ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang
pernah dicapainya. Ia berpendapat bahwa apabila pendapatan
berkurang, konsumen tidak banyak mengurangi pengeluarannya
untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang
tinggi ini, mereka terpaksa mengurangi besarnya tabungan. Kalau
pendapatan bertambah lagi, konsumsi mereka juga akan bertambah,
akan tetapi bertambahnya tidak begitu besar. Sedang mengenai
saving akan bertambah besar dengan pendapatan tertinggi yang
telah pernah dicapainya lagi. Setelah puncak daripada pendapatan
sebelumnya terlampaui, maka tambahan pendapatan akan
menyebabkan banyak pengeluaran untuk konsumsi., sedang di lain
pihak bertambahnya tabungan tidak begitu cepat (Soediyanto dalam
M Yusuf, 2003: 27).
Menurut hipotesis pendapatan relatif selain konsumsi
merupakan fungsi dari pendapatan relatif dalam perbandingannya
dengan pendapatan tertinggi yang pernah dicapi sebelumnya maka
tingkat konsumsi seseorang juga dipengaruhi oleh tetangga
sekitarnya (Suparmoko, 1998: 71).
Keputusan – keputusan konsumsi dan tabungan sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana seseoarang hidup. Jadi
seseorang dengan pendapatan tertentu berkonsumsi lebih banyak di
lingkungan orang – orang kaya daripada hidup di lingkungan
orang–orang yang lebih miskin. Perilaku konsumsinya di dalam
lingkungan adalah relatif terhadap pola – pola dari para
tetangganya (yaitu dia membelanjakan agar dapat memelihara suatu
status ekonomi tertentu di lingkungannya).
4 ) Hipotesis Pendapatan Permanen
Milton Friedman mengungkapkan hasil pemikirannya
mengenai penggunaan hipotesis pendapta permanen dalam bukunya
“A Theory of Consumption Function”. Dengan menggunakan
asumsi bahwa konsumen bersifat rasional dalam mengalokasikan
pendapatan yang diperoleh selama hayatnya diantara kurun – kurun
waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola konsumsi yang
kurang lebih merata dari waktu ke waktu. Milton Friedman menarik
kesimpulan bahwa konsumen permanen seseorang atau suatu
masyarakat mempunyai hubungan positif dan proporsional dengan
pendapatannya (Soediyono, 1995: 159 ).
Menurut hipotesis ini konsumsi saat ini tergantung pada
pendapatan yang diperkirakan pada masa yang akan datang.
Alasannya bahwa sesungguhnya pendapatan aktual ini dapat
diperinci menjadi pendapatan permanen dan pendapatan
sementara., demikian juga dengan konsumsi yaitu konsumsi
permanen dan konsumsi sementara dan dapat ditulis sebagai
berikut:
Y = Yp + Yt
C = Cp + Ct
Dimana :
Y = Pendapatan Aktual
Yp = Pendapatan Permanen
Yt = Pendapatan Sementara
C = Konsumsi Aktual
Cp = Konsumsi Permanen
Ct = Konsumsi Sementara
Pendapatan permanen adalah pendapatan rumah tangga yang
dikonsumsikan jika tingkat kekayaan tetap. Yang dimaksud
kekayaan disini adalah nilai sekarang dari pendapatan yang
diharapkan akan diperoleh rumah tangga tersebut dimasa yang akan
datang. Pendapatan permanen ini merupakan suatu rata – rata
tertimbang dari saat ini dan pendapatan sementara merupakan suatu
pendapatan yang sudah diperkirakan, yang nilainya dapat
positifatau negatif. Sebagai contoh ada seorang petani memperoleh
pendapatan yang lebih daripada yang diperkirakan karena cuaca
baik. Bila pendapatan sementara itu positif maka pendapatan aktual
akan lebih besar daripada pendapatan permanen. Sebaliknya bila
pendapatan sementara itu negatif, maka pendapatan aktual akan
lebih kecil daripada pendapatan permanen.
Konsumsi permanen adalah konsumsi yang ditentukan oleh
pendapatan permanen dan konsumsi sementara dapat diartikan
sebagai konsumsi yan tidak diperkirakan sebelumnya, misalnya
pengeluran untuk jasa dokter. Konsumsi sementara seperti juga
pendapatan sementara dapat positif maupun negatif. Bila konsumsi
sementara positif maka konsumsi aktual lebih besar daripada
konsumsi permanen. Sebaliknya bila konsumsi sementara negatif,
maka konsumsi aktual akan lebih kecil daripada konsumsi
permanen.
Milton Friedman menganggap bahwa konsumsi permanen
merupakan proporsi yang konstan dari pendapatan permanen.
Dianggap pula tidak ada hubungan antara pendapatan sementara
dengan pendapatan permanen, yang antara konsumsi sementara dan
konsumsi permanen dan konsumsi permanen maupun konsumsi
sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga PMC dari
pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumsi
menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan
mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumsi menerima
pendapatan sementara yang negatif tidak akan mengurangi
konsumsi (Suparmoko,1998: 72 – 74 ).
5 ) Hipotesis Siklus Kehidupan
Mart Modligiani berpendapat bahwa setiap individu akan
memperoleh kepuasan yang lebih tinggi apabila mereka dapat
mempertahankan pola konsumsi yang stabil daripada kalau harus
mengalami kenaikan dan penurunan dalam konsumsi mereka.
Tetapi Modligiani menyatakan bahwa seseorang menyatakan
bahwa orang akan berusaha menstabilkan tingkat konsumsi mereka
sepanjang hidupnya.
Begitu seseorang dilahirkan ia sudah mempunyai kebutuhan
hidup yang menuntut untuk dipenuhi, meskipun jelas pada usia
tersebut ia sama sekali tidak dapat berpartisipasi dalam
pembentukan produk nasional, ini berarti pendapatan yang
diperolehnya sebesar nol. Orang cenderung menerima penghasilan
yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah, rendah
pada usia tua, maka tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan
perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai
tabungan negatif, orang berumur menengah menabung dan
membayar kembali pinjaman pada usia muda mereka dan orang
usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya pada usia
menengah.
Selanjutnya Modligiani menganggap penting peranan
kekayaan (asset) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi
akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan, seperti
karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, nilai
kekayaan seperti karena kenaikan surat – surat berharga atau karena
peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam
kenyataan orang memupuk kekayaan sepanjang hidup mereka dan
tidak hanya orang yang pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan
dalam kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat
dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesi siklus kehidupan ini
akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisiensi
pengganda dan melindungi perekonomian dari perubahan –
perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam
investasi eksport, maupun pengeluaran – pengeluaran lain
(Suparmoko,1999: 76 – 78 ).
5. Hubungan Antara Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi.
Menurut Faried Wijaya (1989: 99), faktor-faktor yang menentukan
permintaan konsumen individual selain harga barang itu sendiri juga
dipengaruhi oleh:
1) Selera atau Preferensi Konsumen, selera atau preferensi konsumen
terhadap suatu produk dapat berubah, misalnya karena pengaruh
iklan. Antara selera konsumen dengan permintaan memiliki
hubungan yang positif. Apabila selera konsumen meningkat maka
kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Begitu pula sebaliknya,
apabila selera konsumen menurun maka kurva permintaan akan
bergeser ke kiri.
Menurut McEachern (2001: 32), pakar ekonom mengasumsikan bahwa
selera sebagai sesuatu yang ada begitu saja dan relatif stabil. Setiap
orang mungkin saja mempunyai seleranya sendiri, tetapi selera
individual tidak dalam keadaan berubah yang terus menerus. Selera
yang dimiliki konsumen dapat menjelaskan hubungan permintaan
barang dengan tingkat harga (Mc Eachern, 2001: 33).
2) Banyaknya Konsumen Pembeli. Seperti halnya pada selera konsumen,
banyaknya konsumen pembeli dengan jumlah barang yang diminta
memiliki hubungan yang positif. Jika volume pembelian oleh masing-
masing konsumen adalah sama maka kenaikan jumlah konsumen
dipasar karena perbaikan transport, komunikasi atau pertambahan
penduduk menyebabkan kenaikan permintaan (kurva ke kanan). Begitu
pula sebaliknya.
3) Pendapatan Konsumen. Dalam hubungan antara pendapatan konsumen
dengan permintaan, Faried Wijaya mengklasifikasikan ada dua jenis
barang yaitu barang superior atau barang normal yang memiliki
hubungan positif dan barang inferior yang memiliki hubungan negatif.
Sedangkan menurut Sadono Sukirno (1999: 81-82) pendapatan
konsumen membedakan jenis barang menjadi empat golongan yaitu:
a) Barang Inferior, yaitu barang yang banyak diminati oleh orang-
orang yang berpendapatan rendah. Apabila pendapatan konsumen
rendah maka permintaan terhadap barang inferior akan tinggi.
Sebaliknya, apabila pendapatan konsumen tinggi maka permintaan
akan barang inferior akan semakin menurun. Misalnya permintaan
untuk mengkonsumsi getuk.
b) Barang Esensial, yaitu barang yang sangat penting artinya dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Barang esensial biasanya
merupakan barang-barang kebutuhan pokok konsumen.
c) Barang Normal, sesuatu dapat dikatakan barang normal apabila
mengalami kenaikan pendapatan diiringi dengan kenaikan
permintaan. Ada dua faktor yang menyebabkan barang-barang
normal permintaannya bertambah apabila pendapatannya
bertambah:
(1) Pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk
membeli lebih banyak barang.
(2) Pertambahan pendapatan memungkinkan para pembeli
menukar konsumsi ke barang yang lebih baik.
d) Barang Mewah, jenis barang yang dibeli konsumen apabila
pendapatan mereka relatif tinggi. Contohnya pada pembelian
mobil.
6. Elastisitas Pendapatan dan Kurve Engel..
Dengan adanya pergeseran pendapatan konsumen, maka titik
keseimbangan konsumen juga bergeser. Jadi dengan berubahnya
pendapatan konsumen yang berbentuk uang, sementara citarasa
perorangan dan harga–harga X dan Y konstan, maka dapat diperoleh
kurva konsumsi pendpatan atau Income Consumption Curve ( ICC ) yaitu
garis yang menghubungkan berbagai titik keseimbangan konsumen.
Kurva ini menunjukkan berbagai titik kombinasi X dan Y dalam
keseimbangan yang dibeli pada berbagai tingkat pendapatan dimana
harga barang dianggap konstan.
Definisi kurva penghasilan konsumsi adalah kurva yang
menghubungkan titik – titik keseimbangan konsumen pada berbagai
tingkat pendapatan dimana harga barang tidak berubah. Kurva ini
mempunyai nilai kemiringan positif bila kedua barang termasuk barang
“normal”atau barang“ superior”.
Dalam gambar 2.5 keseimbangan konsumen yang pertama terletak
pada titik P dibentuk dari garis kemiringan LM dan kurva indiferen I
dengan konsumsi barang X sebesar OX1 unit. Penghasilan konsumen
ditunjukkan oleh garis L’M’, maka keseimbangan konsumen akan
berubah menjadi Q karena tingkat konsumsi terhadap barang X berubah
ke OX2 unit. Dan pada saat penghasilan konsumen naik lagi menjadi
L”m”, keseimbangan konsumen berubah lagi menjadi R dengan
konsumsi barang X sebesar OX.
Hubungan antara jumlah barang tertentu yang diminta dengan
tingkat pendapatan konsumen pertama – tama dikembangkan oleh
Cristian Frust Engel, sehingga terkenal dengan Engel’s curve. Kurva
engel adalah garis yang menunjukkan barang X yang diminta pada
berbagai tingkat pendapatan berupa uang dengan anggapan tingkat harga
konstan.
Lereng dari suatu kurva Engel dapat menunjukkan elastisitas
pendapatan konsumen terhadap barang tersebut. Garis singgung kurva
Engel disuatu titik berlereng positif, maka elastisitas pendapatan
permintaan (Ep) lebih besar dari satu ( Ep > 1), maka barang tersebut
biasanya merupakan suatu barang mewah. Pada titiki dari kurva Engel
berlereng negatif negatif, maka barang tersebut merupakan barang
inferior (Tulus Haryono dalam Nur Binti., 2002: 29).
Gambar 2.7. Kurva Engel
Gambar 2.7 menunjukkan dua macam bentuk kurva Engel. Dalam
gambar (a), kurva Engel mempunyai kemiringan dari kiri bawah ke
kanan atas sedikit datar yang artinya bahwa perubahan pengahsilan
konsumen tidak mempunyai akibat atau pengaruh terhadap perubahan
konsumsi secara mencolok. Kurva ini menunjukkan bahwa barang tetap
dibeli meskipunpendapatan konsumen rendah, tetapi jumlah tersebut kan
bertamabah cepat seiring dengan adanya kenaikan penghasilan,
contohnya adalah bahan makanan pokok.
Sedangkan daging sapi dan beberapa jenis barang lainnya bentuk
kurva Engelnya seperti gambar (b) bentuk kurva ini juga bermula dari
kiri bawah kekanan atas relatif lebih tegak. Ini menunjukkan bahwa
adanya perubahan penghasilankonsumen akan diikuti dengan perubahan
jumlah barang yang dibeli yang jauh lebih besar dari perubahan
pendapatan tersebut.
B. Penelitian Terdahulu Mengenai Konsumsi
1. Pindyok & Daniel L. Rubinfield (1998).
Survey mengenai pengeluaran rumah tangga di Amerika Serikat tahun
1993, menunjukkan bahwa pengeluaran untuk perawatan kesehatan dan
hiburan merupakan barang superior (barang mewah) dan perumahan sewaan
merupakan barang inferior. Barang superior atau barang mewah adalah
barang yang dikonsumsi bertambah bila pendapatan bertambah, sedangkan
barang inferior adalah sebaliknya, pengeluaran menurun apabila pendapatan
bertambah (Pindyok & Daniel L. Rubinfield, 1998 : 83). Selengkapnya
mengenai pengeluaran rumah tangga di Amerika Serikat disajikan dalam
tabel 2.5. Selanjutnya kurva Engel yang digambarkan berdasar data tersebut
dapat dilihat pada gambar 2.1.
Tabel 2.1 pengeluaran Tahunan Rumah Tangga Amerika Serikat 1993
Pengeluaran
(ribu $)
< 10 10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
> 70
Hiburan
Rumah milik
Rumah sewa
Kesehatan
Pangan
Sandang
0,520
0,854
1,642
1,034
2,461
0,867
0,894
1,370
2,128
1,674
3,198
1,068
1,185
2,122
1,978
1,732
3,971
1,394
1,650
3,314
1,884
1,881
4,706
1,778
2,018
4,450
1,802
2,012
5,556
2,215
2,565
5,616
1,514
2,054
6,273
2,316
4,007
9,736
0,748
8,137
8,137
3,668
Sumber : Departement of Labor. Bureau of Labor Statistics. 1992-1993.
Consumer Expenditure Survey. Dalam Pindyok & Daniel L.
Rubinfield.
Gambar 2.8 Kurva Engel untuk Konsumen Amerika Serikat
2. Hermanto dan Andriati (1985)
Hermanto dan Andriati (1985) mengadakan penelitian tentang pola
konsumsi rumah tangga di pedesaan Jawa Timur, secara deskriptif dan
juga dihitung elastisitas berbagai bahan makanan yang dikonsumsinya.
Daerah penelitian dibagai dalam 5 strata berdasar agro ekosistem, yaitu
dataran tinggi, dataran rendah dengan pertanian lahan tanpa irigasi,
dataran rendah dengan pertanian sawah irigasi, dataran rendah tanah
kering dan dataran rendah dengan pola pertanian sawah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran rumah tangga untuk
pembelian bahan makanan berkisar antara 44,12 – 66,67 % dari total
pengeluaran, pengeluaran untuk pembelian bahan baker dan energi
merata di seluruh zone (12,22 – 14,54 %), sedangkan pengeluaran non
pangan dan energi berkisar antara 43,66 – 32,69%. Secara rinci dapat
dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.2. Persentase pengeluaran Rumah tangga dan
Pengeluaran Per kapita (Rp/bulan)
Zone Jenis
pengeluaran A B C D E
Bahan makanan
Bahan bakar &
energi
Non pangan &
energi
44,12
12,22
43,66
66,67
12,50
21,83
46,90
12,74
40,36
45,88
14,52
39,60
52,77
14,54
32,69
Jumlah
(Rp)
Pengeluaran per
kapita (Rp)
Pengeluaran per
kapita per
tahun setara
beras
100
48.660
11.316
543
100
31.574
6.718
323
100
65.947
14.336
688
100
50.695
11.021
529
100
64.216
12.843
617
Sumber : Panel Petani nasional jawa Timur, 1984/1985, dalam
Faisal Kasryno, ed. 1986. Profil pendapatan dan
Konsumsi pedesaan jawa Timur. Hal. 44. tabel 6.
Selanjutnya, hasil perhitungan elastisistas dari beberapa komoditi
bahan pangan menunjukkan elastisistas beras lebih kecil angkanya
dibanding gula pasir, ikan asin dan minyak goring. Ini berarti konsumsi
beras kecil pengaruhnya terhadap pengeluaran untuk bahan makanan. Hal
ini merupakan indikasi adanya perubahan pilihan dari masyarakat petani
di Jawa Timur untuk meningkatkan konsumsi non beras guna
meningklatkan kebutuhan makanannya. Selanjutnya, elastisistas
pendapatan memperlihatkan angka sebesar 0,311, yang berarti bahwa
apabila pendapatan naik dengan seratus persen, maka pengeluaran untuk
bahan makanan naik dengan 31,1 %. Secara rinci elastisistas beberapa
komoditi pangan disajikan dalam table 2.7.
Tabel 2.3. Nilai Elastisitas beberapa komoditi pangan Rumah tangga
Pedesaan Jawa Timur Tahun 1985
Komoditi Nilai Elastisitas
Konsumsi Beras
Konsumsi Ubikayu
Konsumsi Ikan Asin
Konsumsi Gula Pasir
Konsumsi Minyak Goreng
Pendapatan
0,080
0,032
0,117
0,200
0,089
0,311
Sumber : Hermanto & Andriati. 1986. dalam Faisal Kasryno. Profil dan
Konsumsi Pedesaan Jawa Timur.
3. Yunastiti Purwaningsih (2000)
Penelitian sebelumnya mengenai konsumsi pernah dilakukan oleh
Yunastiti Purwaningsih Tentang “Pola Konsumsi Rumah Tangga di
Kotamadya Surakarta Tahun 2000”.
Dalam penelitiannya ini ia menggunakan variabel penegluaran
masyarakat antara lain makanan, perumahan dan bahan bakar, aneka
barang dan jasa, pendidikan, kesehatan, pakaian dan alas kaki, barang –
barang tahan lama, pajak dan premi asuransi, dan pengeluaran, sosial.
Serta variabel pendapatan rumah tangga yang diukur dalam satuan satuan
rupiah per bulan.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa secara garis besar tidak
terdapat perbedaan elastisitas pengeluaran antara rumah tangga perkotaan
dan pedesaan. Perbedaanya terletak pada pengeluaran pendidikan bagi
rumah tangga pinggiran merupakan barang mewah. Selanjutnya,
kesehatan merupakan barang mewah bagi rumah tangga pinggiran dan
barang pokok bagi rumah tangga perkotaan ( Yunastiti P, 2000: 93 – 99).
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan membandingkan pola pengeluaran konsumsi untuk
papan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan pada masyarakat
berpendapatan tetap dan masyarakat berpendaptan tidak tetap. Penelitian ini
juga akan membandingkan pola pengeluaran masing-masung kelompok
masyarakat pada waktu bulan pertama dan bulan keempat paska Peraturan
Presiden No. 55/2005 Tentang Kenaikan Harga Jual Eceran Minyak Dalam
Negeri. Secara lebih sederhana, gambaran atau alur penelitian kami dapat
dalam mengkomparasikan variabel penelitian ini dapat dilihat pada kerangka
pemikiran di bawah ini :
D. Hipotesis Penelitian
Pola konsumsi masyarakat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:
tingkat pendapatan dan harga barang. Naik turunnya pendapatan akan
berpengaruh pada jumlah barang yang diminta, apakah akan mengalami kenaikan
ataupun penurunan tergantung jenis barang tesebut, apakah termasuk barang
inferior, superior atau normal. Begitu juga dengan naik turunnya harga barang
akan berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta, apakah akan
mengalami kenaikan atau penurunan tergantung tergantung jenis barang tersebut,
apakah termasuk barang kebutuhan primer, sekunder atau tersier. Pola konsumsi
masyarakat juga akan mengalami perubahan atau penyesuaian, dari waktu ke
waktu. Apabila ada perubahan dalam pendapatan dan harga barang, masyarakat
dengan sendiri akan menyesuaikan tingkat konsumsinya terhadap suatu barang
tertentu. Hal ini juga sangat tergantung dari jenis barang tersebut. (Untuk lebih
jelasnya lihat pada tinjauan pustaka).
Konsumsi untuk pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan
yang dijadikan variabel penelitian dalam penelitian ini adalah merupakan
kebutuhan yang pokok dalam kehidupan. Walaupun demikian tentu akan berbeda
pola alokasi pendapatan atau tingkat konsumsi untuk tiap variabel atau
kebutuhan tersebut.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kebutuhan pangan pada masyarakat berpendapatan tetap dan pada
masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Kebutuhan pangan adalah merupakan kebutuhan yang
esensial atau penting untuk dapat mempertahankan hidup. Berapapun
pendapatan dan juga tingkat harga barang tersebut, permintaannya
akan tetap walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya
penurunan atau peningkatan permintaan karena adanya perubahan
dalam pendapatan dan harga, tapi perubahan permintaan tersebut
lebih kecil dari perubahan tingkat pendapatan dan tingkat harga. Jadi
sesuai dengan Engel’s law, elastisitas pendapatan untuk konsumsi
kebutuhan pangan adalah inelastis. Begitu juga hubungannya dengan
harga, perubahan harga tidak akan berpengaruh signifikan terhadap
konsumsi barang untuk kebutuhan pangan.
2. Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi
untuk kebutuhan sandang pada masyarakat berpendapatan tetap dan
pada masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Kebutuhan sandang adalah merupakan kebutuhan yang
esensial atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga
barang tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup
kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan
karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi
perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat
pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,
elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan sandang adalah
inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga
tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk
kebutuhan sandang.
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kebutuhan perumahan pada masyarakat berpendapatan tetap dan pada
masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Kebutuhan perumahan adalah merupakan kebutuhan yang
esensial atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga
barang tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup
kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan
karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi
perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat
pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,
elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan perumahan adalah
inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga
tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk
kebutuhan perumahan.
4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kebutuhan kesehatan pada masyarakat berpendapatan tetap dan pada
masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Kebutuhan kesehatan adalah merupakan kebutuhan yang
esensial atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga
barang tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup
kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan
karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi
perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat
pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Hukum Engel,
elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan kesehatan adalah
inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga
tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk
kebutuhan kesehatan.
5. Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi
untuk kebutuhan pendidikan pada masyarakat berpendapatan tetap
dan pada masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Kebutuhan pendidikan adalah merupakan kebutuhan yang
esensial atau penting untuk dapat mempertahankan hidup. Berapapun
pendapatan dan juga tingkat harga barang tersebut, permintaannya
akan tetap walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya
penurunan atau peningkatan permintaan karena adanya perubahan
dalam pendapatan dan harga, tapi perubahan permintaan tersebut
lebih kecil dari perubahan tingkat pendapatan dan tingkat harga. Jadi
sesuai dengan Engel’s law, elastisitas pendapatan untuk konsumsi
kebutuhan pendidikan adalah inelastis. Begitu juga hubungannya
dengan harga, perubahan harga tidak akan berpengaruh signifikan
terhadap konsumsi barang untuk kebutuhan pendidikan.
6. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kebutuhan pangan pada bulan pertama dan bulan keempat paska
Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok
masyarakat.
Kebutuhan pangan adalah merupakan kebutuhan yang
esensial atau penting untuk dapat mempertahankan hidup. Berapapun
pendapatan dan juga tingkat harga barang tersebut, permintaannya
akan tetap walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya
penurunan atau peningkatan permintaan karena adanya perubahan
dalam pendapatan dan harga, tapi perubahan permintaan tersebut
lebih kecil dari perubahan tingkat pendapatan dan tingkat harga. Jadi
sesuai dengan Engel’s law, elastisitas pendapatan untuk konsumsi
kebutuhan pangan adalah inelastis. Begitu juga hubungannya dengan
harga, perubahan harga tidak akan berpengaruh sigifikan terhadap
konsumsi barang untuk kebutuhan pangan.
7. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kebutuhan sandang pada bulan pertama dan bulan keempat paska
Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok
masyarakat.
Kebutuhan sandang adalah merupakan kebutuhan yang
esensial atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga
barang tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup
kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan
karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi
perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat
pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,
elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan sandang adalah
inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga
tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk
kebutuhan sandang.
8. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kebutuhan perumahan pada bulan pertama dan bulan keempat paska
Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok
masyarakat.
Kebutuhan perumahan adalah merupakan kebutuhan yang
esensial atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga
barang tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup
kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan
karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi
perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat
pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,
elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan perumahan adalah
inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga
tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk
kebutuhan perumahan.
9. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kebutuhan kesehatan pada bulan pertama dan bulan keempat paska
Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok
masyarakat.
Kebutuhan kesehatan adalah merupakan kebutuhan yang
esensial atau penting untuk dapat mempertahankan hidup. Berapapun
pendapatan dan juga tingkat harga barang tersebut, permintaannya
akan tetap walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya
penurunan atau peningkatan permintaan karena adanya perubahan
dalam pendapatan dan harga, tapi perubahan permintaan tersebut
lebih kecil dari perubahan tingkat pendapatan dan tingkat harga. Jadi
sesuai dengan Engel’s law, elastisitas pendapatan untuk konsumsi
kebutuhan kesehatan adalah inelastis. Begitu juga hubungannya
dengan harga, perubahan harga tidak akan berpengaruh signifikan
terhadap konsumsi barang untuk kebutuhan kesehatan.
10. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kebutuhan pendidikan pada bulan pertama dan bulan keempat paska
Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok
masyarakat.
Untuk kebutuhan pendidikan akan mengalami perubahan
yang signifikan akibat adanya perubahan dalam pendapatan dan
tingkat harga. Permintaan barang untuk kebutuhan ini bersifat
inelastis baik terhadap pendapatan maupun tingkat harga. Jadi sesuai
dengan Engel’s Law bahwa inelastisitas pendapatan untuk kebutuhan
pendidikan adalah elastis. Begitu juga dengan elastisitas harganya
adalah inelastis. Pendapatan masyarakat akan dialokasi untuk
mencukupi kebutuhan yang lain seperti untuk kebutuhan pangan atau
kesehatan. Pola konsumsi untuk kebutuhan ini akan berbeda pada
bulan pertama dan bulan keempat paska Peraturan Presiden No.
55/2005. Ini disebabkan karena pada bulan Oktober 2005 (bulan
pertama) masyarkat mengalami keterkejutan harga karena naiknya
harga barang – barang karena akibat naiknya harga BBM. Tetapi
selang beberapa bulan kemudian mayarakat akan berusaha
menyesuaikan pola konsumsinya terhadap tingkat harga dan juga
pendapatannya.
11. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kebutuhan total pada masyarakat berpendapatan tetap dan pada
masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Kebutuhan pokok adalah merupakan kebutuhan yang esensial
atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga barang
tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup
kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan
karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi
perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat
pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,
elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan pokok adalah
inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga
tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk
kebutuhan pokok.
12. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kebutuhan pendidikan pada bulan pertama dan bulan keempat paska
Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok
masyarakat.
Kebutuhan pokok adalah merupakan kebutuhan yang esensial
atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga barang
tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup
kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan
karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi
perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat
pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,
elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan pokok adalah
inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga
tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk
kebutuhan pokok.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian survei terhadap pola
konsumsi masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak
tetap. Dalam hal ini studi kasus di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang,
dimana dari kecamatan tersebut diambil 100 sampel. Alasan memilih Kecamatan
Salaman karena disamping dapat dijangkau Kecamatan Salaman dapat mewakili
fenomen dampak penghapusan subsidi bahan bakar minyak.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat komparatif.
Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi
tersebut (Kerlinger (1973) dalam Sugiyono, 2004:7). Sedangkan penelitian
komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan (Sugiyono,
2004:11).
C. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini, teknik atau metode yang digunakan dalam
penentuan populasi dan sampel adalah quota sampling. Metode quota sampling
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri–ciri tertentu
sampai jumlah yang diinginkan (Sudiyono, 2004: 78).
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mempunyai
pendapatan tetap dan tidak tetap di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil untuk obyek penelitian
(Sudiyono,2004: 73). Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 100 responden.
Penetapan 100 sampel tersebut diperoleh dari rumus di bawah ini (Djarwanto dan
Pangestu, 1996 : 154-155)
n = ¼ [Z α/2 / E]²
keterangan :
n : jumlah sample
Z : angka yang menunjukkan penyimpanagan suatu nilai variable dari
mean dihitung dalam satuan deviasi standar tertentu.
E : error (kesalahan)
Nilai α yang digunakan adalah 5%, diharapkan besarnya kesalahan dalam
penggunaan sample tidak lebih dari 10%. Dari rumus di atas maka dapat
ditentukan sampel sebagai berikut :
n = ¼ [Z 0,05/2 / 0,10]²
= 96,04
Jadi jumlah sampel yang digunakan adalah 96,04 orang, dibulatkan
menjadi 100 orang. Kemudian sampel dikelompokam menjadi 2 kelompok yaitu
sampel untuk masyarakat berpendapatan tetap dan sampel untuk masyarakat
berpendapatan tidak tetap. Berikut disajikan distribusi penduduk Kecamatan
Salaman berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Di Kec.Salaman Kab.Magelang
Sumber: Kecamatan Salaman dalam Angka Tahun 2004
Dengan menggunakan metode quota sampling, sampel secara equal atau
seimbang dibagi menjadi 50 responden (sampel) untuk masyarakat
berpendapatan tetap dan 50 responden (sampel) untuk masyarakat berpendapatan
tidak tetap.
Untuk menentukan besarnya sampel dari masing-masing sub kelompok
masyarakat agar dapat diperoleh jumlah 50 maka peneliti menentukan jumlah
sampel secara proporsional. Pengertian penenentuan jumlah sampel ini adalah
dari setiap kelompok masyarakat diambil sampel yang sebanding dengan
besarnya populasi ( Jumlah populasi sub kelompok : Jumlah seluruh populasi
kelompok x 50 )(Sudiyono, 2004: 80-81). Untuk lebih jelasnya, rumus
penentuan jumlah sampel dengan proporsional adalah sebagai berikut:
Mata Pencaharian Jumlah Prosentase ( %)
PNS, ABRI
Petani Sendiri
Buruh Tani
Pengusaha
Buruh Industri
Buruh Bangunan
Pedagang
Angkutan
Pensiunan
Lain – Lain
1.416
12.760
11.074
1.414
3.142
2.326
2.749
1.418
543
16.930
2.6
23.7
20.7
2.6
5.8
4.3
5.1
2.6
1.1
31.5
Jumlah 53.722 100
5011 x
NNn =
Keterangan:
n1 = Jumlah sampel
N1 = Jumlah sub kelompok masyarakat
N = Jumlah kelompok masyarakat
50 = Jumlah sampel kelompok
Sehingga jumlah sampel dari masing-masing kelompok
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Jumlah Populasi dan Sampel Dari Masing-Masin Kelompok
Masyarakat
Jumlah Jumlah Masyarakat
Berpendapatan Tetap
Popu lasi
Sam pel
Masyarakat Berpendapatan
Tidak Tetap Popula
si Sam pel
PNS, ABRI
Buruh Industri
Pensiunan
1.416
3.142
543
14
31
5
Petani Sendiri
Buruh Tani
Pengusaha
Buruh Bangunan
Pedagang
Angkutan
12.760
11.074
1.414
2.326
2.749
1.418
20
17
2
4
5
2
Jumlah 5.101 50 Jumlah 31.741 50Sumber: Kecamatan Salaman dalam Angka Tahun 2004
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
1. Masyarakat berpendapatan tetap
Masyarakat berpendapatan tetap disini adalah kelompok masyarakat
yang mempunyai penghasilan tetap pada tiap bulannya. Adapun yang
termasuk kedalam kelompok ini yaitu : PNS, TNI, Pensiunan dan Buruh
pabrik. Besarnya pendapatan ini di ukur dengan satuan rupiah per bulan
(pendapatan tetap per bulan ) (BRI b, 1999:2 dalam Afriyanti,2003).
2. Masyarakat berpendapatan tidak tetap
Masyarakat berpendapatan tidak tetap disini adalah kelompok
masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap atau pasti pada tiap
bulannya. Adapun yang termasuk kedalam kelompok masyarakat ini yaitu :
pedagang, petani, buruh tani, penduduk yang bekerja pada jasa angkutan,
pengusaha dan buruh bangunan. Besarnya pendapatan ini di ukur dengan
satuan rupiah per bulan (rata-rata pendapatan per bulan ) (BRI b, 1999:2
dalam Afriyanti,2003)
3. Pengeluaran untuk pangan
Pengeluaran untuk pangan disini diartikan sebagai pengalokasian
pendapatan masyarakat untuk kepentingan pangan atau kebutuhan barang
untuk dimakan, yaitu: beras, sayuran, lauk pauk, dan sarana kelengkapan
masak (minyak goreng, kelengkapan masak (bumbu masak), minyak
tanah/kayu bakar/arang). Besarnya pengeluaran ini di ukur dengan satuan
rupiah per bulan (pengeluaran total per bulan).
4. Pengeluaran untuk sandang
Pengeluaran untuk sandang disini diartikan sebagai pengalokasian
pendapatan masyarakat untuk kepentingan sandang atau pakaian baik
pengadaan maupun perawatan. Komponen pengeluaran untuk sandang yaitu:
pembelian pakaian, perawatan pakaian (pewangi, pembelian deterjen atau
sabun cuci) dan kebutuhan lain (pembelian peralatan cuci). Besarnya
pengeluaran ini di ukur dengan satuan rupiah per bulan (pengeluaran total
per bulan).
5. Pengeluaran untuk perumahan
Pengeluaran untuk perumahan disini diartikan sebagai pengalokasian
pendapatan masyarakat untuk kepentingan perawatan perumahan
(maintenance). Komponen pengeluaran untuk kebutuhan perumahan yaitu:
pengeluaran untuk perawatan rumah (biaya pengepelan lantai, pengecetan
rumah), pengadaan dan perawatan perabot rumah (pengadaan perabot rumah
tangga perawatan perabot rumah tangga ) dan pengeluaran untuk
tagihan.(rekening PLN, rekening PDAM). Besarnya pengeluaran ini di ukur
dengan satuan rupiah per bulan (pengeluaran total per bulan).
6. Pengeluaran untuk pendidikan
Pengeluaran untuk pendidikan disini diartikan sebagai pengalokasian
pendapatan masyarakat untuk kepentingan pendidikan. Antara lain:
pengeluaran untuk biaya sekolah (SPP, iuran insidental, tabungan siswa),
uang saku, perlengkapan sekolah (pakaian seragam, peralatan tulis).
Besarnya pengeluaran ini di ukur dengan satuan rupiah per bulan
(pengeluaran total per bulan ).
7. Pengeluaran untuk kesehatan
Pengeluaran untuk kesehatan disini diartikan sebagai pengalokasian
pendapatan masyarakat untuk kepentingan dalam menjaga kesehatan (baik
represif maupun preventif). Antara lain pengeluaran untuk pengobatan
(represif)(biaya periksa dokter, biaya rumah sakit, pembelian obat),
pengeluaran untuk kesehatan yang bersifat preventif (pembelian obat untuk
jaga-jaga (kotak p3k)), pengeluaran untuk perawatan tubuh (sabun mandi,
pasta gigi, shampoo). Besarnya pengeluaran ini di ukur dengan satuan rupiah
per bulan (pengeluaran total per bulan).
8. Periode bulan pertama dan bulan keempat pasca Peraturan Presiden No.
55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri.
Bulan pertama pasca Peraturan Presiden No. 55/2005 adalah periode selama
satu bulan pada bulan Oktober 2005. Sedangkan bulan keempat pasca
kebijakan pemerintah Peraturan Presiden No. 55/2005 adalah periode satu
bulan pada bulan Januari 2006.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden. Data
dikumpulkan menggunakan angket (kuesioner), pengumpulan data dengan
mengajukan beberapa pertanyaan tertulis kepada responden maupun
melakukan interview secara langsung dengan responden.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh berdasarkan sumber data yang telah tersedia
yaitu pada Kantor Kecamatan Salaman, Kantor Kabupaten Magelang, Badan
Pusat Statistik Kabupaten Magelang dan diperoleh dengan cara:
a. Metode Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mengutip sumber yang ada dalam hal ini
sumber data penelitian ini adalah Kantor Kecamatan Salaman, Kantor
Kabupaten Magelang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang.
b. Metode Studi Pustaka
Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada di buku,
majalah, koran, dan BPS Kabupaten Magelang ataupun data –data yang
tersedia pada internet.
F. Teknik Analisis Data
1. Moderated Regression Analysis
a. Analisis Regresi Berdasarkan Periode Bulan.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui Hubungan antara
pendapatan, total pengeluaran untuk kebutuhan (pangan, sandang,
perumahan, pendidikan, kesehatan dan pendidikan) dan variabel
moderating (Dummy Variabel) yaitu periode bulan. Jadi pada analisis ini,
alat uji yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (Uji
Interaksi). Sedangkan Variabel moderatingnya adalah variabel Bulan.
Secara sederhana gambaran analisis regresi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.1 Skema Analisis Regresi.
Analisis regresi untuk pola konsumsi masyarakat berdasarkan
kelompok masyarakat untuk kebutuhan pangan, sandang, papan,
perumahan, kesehatan dan pendidikan pada bulan pertama dan bulan
keempat pasca Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun
2005 Tentang Kenaikan Harga Eceran Minyak Dalam Negeri, Secara
rinci dijelaskan dibawah ini.
1). Kebutuhan pangan
Cpgnt = α 0 + α 1Yt + α 2D + α 3YtD + e
Cpgntt = α 0 + α 1Ytt + α 2D + α 3YttD + e
dimana:
Cpgnt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap
per bulan dalam Rupiah.
Cpgntt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tidak
tetap per bulan dalam Rupiah.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Bulan (Oktober 2005 dan Januari 2006)
Pendapatan Masyarakat
Total pengeluaran, pengeluaran untuk
pangan,sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap per
bulan dalam Rupiah.
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
per bulan dalam Rupiah.
e = Variabel gangguan.
2). Kebutuhan Sandang
Csdgt = α 0 + α 1Yt + α 2D + α 3YtD + e
Csdgtt = α 0 + α 1Ytt + α 2D + α 3YttD + e
dimana:
Csdgt = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap
per bulan dalam Rupiah.
.
Csdgtt = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak
tetap per bulan dalam Rupiah.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
3). Kebutuhan perumahan
Cprmht = α 0 + α 1Yt + α 2D + α 3YtD + e
Cprmhtt = α 0 + α 1Ytt + α 2D + α 3YttD + e
dimana:
Cprmht = Konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan
tetap per bulan dalam Rupiah.
Cprmhtt = Konsumsi perumahan masyarakat
berpendapatan tidak tetap per bulan dalam
Rupiah.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
4). Kebutuhan kesehatan
Cksht = α 0 + α 1Yt + α 2D + α 3YtD + e
Ckshtt = α 0 + α 1Ytt + α 2D + α 3YttD + e
dimana:
Cksht = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan
tetap per bulan dalam Rupiah.
.
Ckshtt = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan
tidak tetap per bulan dalam Rupiah.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
5). Kebutuhan pendidikan
Cpdkt = α 0 + α 1Yt + α 2D + α 3YtD + e
Cpdktt = α 0 + α 1Ytt + α 2D + α 3YttD + e
dimana:
Cpdkt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan
tetap per bulan dalam Rupiah.
.
Cpdktt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan
tidak tetap per bulan dalam Rupiah.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
b. Analysis Regresi Berdasarkan Kelompok Masyarakat.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui Hubungan antara
pendapatan, total pengeluaran untuk kebutuhan (pangan, sandang,
perumahan, pendidikan, kesehatan dan pendidikan) dan variabel
moderating (Dummy Variabel) yaitu kelompok masyarakat. Jadi
pada analisis ini, alat uji yang digunakan adalah Moderated
Regression Analysis (Uji Interaksi). Sedangkan Variabel
moderatingnya adalah variabel Bulan. Secara sederhana gambaran
analisis regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2 Skema Analisis Regresi.
Analisis regresi untuk pola konsumsi masyarakat
berdasarkan periode bulan untuk kebutuhan pangan, sandang,
papan, perumahan, kesehatan dan pendidikan pada masing-masing
kelompok masyarakat.Secara rinci dijelaskan dibawah ini .
1). Kebutuhan pangan
Cpgn1 = α 0 + α 1Y1 + α 2D + α 3Y1D + e
Cpgn4 = α 0 + α 1Y4 + α 2D + α 3Y4D + e
dimana:
Cpgn1 = Konsumsi pangan bulan Oktober 2005.
Cpgn4 = Konsumsi pangan bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
Kelompok Masyarakat
Pendapatan Masyarakat Total pengeluaran, pengeluaran untuk
pangan,sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
2). Kebutuhan Sandang
Csdg1 = α 0 + α 1Y1 + α 2D + α 3Y1D + e
Csdg4 = α 0 + α 1Y4 + α 2D + α 3Y4D + e
dimana:
Csdg1 = Konsumsi pangan bulan Oktober 2005.
Csdg4 = Konsumsi pangan bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
3). Kebutuhan perumahan
Cpmh1 = α 0 + α 1Y1 + α 2D + α 3Y1D + e
Cpmh4 = α 0 + α 1Y4 + α 2D + α 3Y4D + e
dimana:
Cpmh1 = Konsumsi perumahan bulan Oktober 2005.
Cpmh4 = Konsumsi perumahan bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
4). Kebutuhan kesehatan
Cksh1 = α 0 + α 1Y1 + α 2D + α 3Y1D + e
Cksh4 = α 0 + α 1Y4 + α 2D + α 3Y4D + e
dimana:
Cksh1 = Konsumsi kesehatan bulan Oktober 2005.
Cksh4 = Konsumsi kesehatan bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
5). Kebutuhan pendidikan
Cpddk1 = α 0 + α 1Y1 + α 2D + α 3Y1D + e
Cpddk4 = α 0 + α 1Y4 + α 2D + α 3Y4D + e
dimana:
Cpddk1 = Konsumsi pendidikan bulan Oktober 2005.
Cpddk4 = Konsumsi pendidikan bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
b. Uji Chow (Chow test)
Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan, digunakan
Uji Chow, yaitu uji untuk melihat apakah koefisien regresi yang dari
dua model regresi yang telah ditaksir secara fundamental berbeda
atau tidak karena dua model regresi ini ditaksir dengan menggunakan
data sampel yang berbeda. Uji Chow digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan biaya konsumsi untuk pangan, sandang,
perumahan, kesehatan dan pendidikan yang dikeluarkan oleh
masyarakat, dibedakan dilihat dari kelompok masyarakat
berpendapatan tetap, kelompok masyarakat berpendapatan tidak
tetap, periode bulan Oktober 2005 dan periode bulan Januari 2006.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam Uji Chow ini adalah
sebagai berikut:
1. Membuat regresi gabungan dengan jumlah observasi N1 + N2 dan
dibuat dalam satu persamaan regresi. Bentuk persamaannya
adalah sebagai berikut:
C = α 0 + α 1Y + α 2D + α 3YD + e
C = Konsumsi masyarakat.
D = Dummy Variabel (periode waktu)(kelompok masyarakat)
a. Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
b. Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diperoleh RSS yang kemudian disebut S1
dengan d.f.=N1 + N2 – k.
2. Meregres masing–masing persamaan, sehingga diperoleh RSS
dari masing–masing persamaan tersebut yaitu S2 dan S3.
Kemudian menjumlahkan kedua RSS tersebut, sehingga diperoleh
S4.
C1 = α 0 + α 1Y + α 2D + α 3YD + e
C2 = α 0 + α 1Y + α 2D + α 3YD + e
3. Menentukan nilai S5, yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan
S4.
4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut.
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dengan d.f. = k; N1 + N2 – 2k. Jika hasil perhitungan F–test
tersebut melebihi nilai F– kritis (F – tabel ) atau F-test > F-tabel,
berarti H0 ditolak (Ghozali 2005:131).
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum
1. Kabupaten Magelang
a. Gambaran Umum Kabupaten Magelang
Secara geografis, wilayah Kabupaten Magelang terletak diantara posisi
110001’51” dan 110026’58”Bujur Timur dan antara 7019’13” dan
7042’16” Lintang Selatan, dengan batas batas wilayah :
Sebelah Utara =Kabupaten Temanggung dan Kabupaten
Semarang
Sebelah Timur =Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali
Sebelah Barat =Kabupaten Temanggung dan KabupatenWonosobo
Sebelah Selatan =Kabupaten Purworejo dan Daerah Istimewa
Yogyakarta
Di Tengah =Kota Magelang
Secara administrasi, Kabupaten Magelang terbagi menjadi 21
Kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Salaman
2. Kecamatan Borobudur
3. Kecamatan Ngluwar
4. Kecamatan Salam
5. Kecamatan Srumbung
6. Kecamatan Dukun
7. Kecamatan Muntilan
8. Kecamatan Mungkid
9. Kecamatan Sawangan
10. Kecamatan Candimulyo
11. Kecamatan Mertoyudan
12. Kecamatan Tempuran
13. Kecamatan Kajoran
14. Kecamatan Kaliangkrik
15. Kecamatan Bandongan
16. Kecamatan Windusari
17. Kecamatan Secang
18. Kecamatan Tegalrejo
19. Kecamatan Pakis
20. Kecamatan Grabag
21. Kecamatan Ngablak
Luas daerah Kabupaten Magelang dengan perincian tiap kecamatan
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Luas Daerah Kabupaten Magelang
No. Kecamatan Ha Km2 Persen
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Salaman 6.887 68,34 6,34
2 Borobudur 5.455 54,55 5,02
3 Ngluwar 2.244 22,44 2,07
4 Salam 3.162 31,62 2,91
5 Srumbung 5.318 53,18 4,90
6 Dukun 5.340 53,40 4,92
7 Muntilan 2.861 28,61 2,63
8 Mungkid 3.740 37,40 3,44
9 Sawangan 7.237 72,37 6,67
10 Candimulyo 4.695 46,95 4,32
11 Mertoyudan 5.535 45,35 4,18
12 Tempuran 4.940 49,04 4,52
13 Kajoran 8.341 83,41 7,68
14 Kaliangkrik 5.734 57,34 5,28
15 Bandongan 4.580 45,79 4,22
16 Windusari 6.165 61,65 5,68
17 Secang 4.734 47,34 4,36
18 Tegalrejo 3.590 35,89 3,31
19 Pakis 6.956 69,56 6,41
20 Grabag 7.716 77,16 7,71
21 Ngablak 4.380 43,80 4,03
Jumlah 108.574 1085,74 100
Sumber: BPS, Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004
Luas daerah Kabupaten Magelang mencapai 108.574 Ha yang
terdirildari seluas 37.485 Ha lahan sawah (wet land) dan 71.089 Ha
tanah kering (dry land). Penggunaan bukan lahan sawah seluas
37.749 Ha atau 34,82% dimanfaatkan untuk tegal/kebun. Tempat
kedua diduduki lahan pertanian seluas 37.485 Ha atau 34,57%.
Persentase terkecil adalah penggunaan lahan untuk padang rumput
seluas 2 Ha atau 0.002%.
Perincian penggunaan tanah sawah dan lahan bukan sawah dengan
perincian tiap kecamatan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2. Luas Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Bukan
Sawah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Salaman 2.126 1.775 2.531 - 16 - 60 - 379
Borobudur 1.207 1.491 2.207 - - 343 - - 207
Ngluwar 1.428 585 29 - 14 - - - 188
Salam 1.902 742 339 - 5 - - - 175
Srumbung 1.277 987 2.141 - - - 655 - 257
Dukun 2.532 434 964 - 9 - 1185 61 155
Muntilan 1.848 820 11 - 25 - - - 157
Mungkid 2.473 1.026 100 - 27 - - - 116
Sawangan 1.653 731 3.059 - 16 1000 650 - 128
Candimulyo 1.458 774 2.269 - - - 12 10 172
Mertoyudan 1.974 1.327 850 - 3 2 - 1 378
Tempuran 1.865 911 1.694 - 7 - 342 8 77
Kajoran 2.366 1.387 2.594 - 7 400 1.384 - 203
Kaliangkrik 1.542 441 2.637 - - - 1000 - 114
Bandongan 2.603 661 863 2 2 61 144 - 243
Windusari 1.721 515 2.734 - - - 670 125 246
Secang 2.875 912 826 - - - - - 121
Tegalrejo 1.734 781 951 - - - - 3 120
Pakis 284 535 4.382 - - - 826 - 929
Grabag 2.430 1.184 3.508 - 4 - 434 15 140
Ngablak 187 427 3.060 - - - 513 - 193
Jumlah 37.485 18.446 37.749 2 135 1806 7.875 223
Presentasi 34,57 17,01 34,82 0,002 0,13 1,67 7,26 0,21 4,33
Sumber: BPS, Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004
Keterangan:
1. Kecamatan
2. Tanah Sawah
3. Bangunan dan Pekarangan
4. Tegal/kebun
5. Padang Rumput
b. Keadaan Penduduk
a. Jumlah Penduduk dan Persebarannya
Kabupaten Magelang yang mempunyai wilayah seluas
1085,74 Km2 dihuni oleh 1.157.715 jiwa pada tahun 2004 dengan
tingkat kepadatan penduduk 1.066 jiwa per Km2. Dilihat dari
jumlah penduduknya, kecamatan yang mempunyai penduduk
terbesar adalah Kecamatan Mertoyudan dengan jumlah penduduk
sebanyak 93.606 jiwa. Kecamatan yang paling sedikit penduduknya
adalah Kecamatan Ngluwar 28.862 jiwa.
Dilihat dari tingkat kepadatannya, Kecamatan Muntilan
mempunyai tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 2.395 jiwa per
Km2. Diikuti Kecamatan Mertoyudan dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 2.064 jiwa per Km2, sedangkan kecamatan yang
mempunyai kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan
Kajoran yang memiliki persebaran penduduk sebesar 683 jiwa per
Km2. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan, persebaran dan
6. Kolam
7. Hutan Rakyat
8. Hutan Negara
9. Perkebunan Negara
10. Tanah Lain-lain.
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada
tabel 4.3 dan 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk Magelang Per Km2
No. Kecamatan Luas Daerah
(Km2)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
per Km2
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Salaman 68,87 65.741 955
2 Borobudur 54,55 54.168 993
3 Ngluwar 22,44 28.862 1.268
4 Salam 31,63 43.177 1.365
5 Srumbung 53,18 43.278 814
6 Dukun 53,40 41.903 785
7 Muntilan 28,61 72.003 2.395
8 Mungkid 37,40 65.032 1.739
9 Sawangan 72,37 54.339 751
10 Candimulyo 46,95 45.136 961
11 Mertoyudan 45,35 93.606 2.064
12 Tempuran 49,04 44.682 911
13 Kajoran 83,41 53.213 638
14 Kaliangkrik 57,34 54.114 944
15 Bandongan 45,79 53.948 1.178
16 Windusari 61,65 47.643 773
17 Secang 47,34 71.230 1.505
18 Tegalrejo 35,89 50.602 1.410
19 Pakis 69,56 53.641 771
20 Grabag 77,16 81.763 1.060
21 Ngablak 43,80 39.634 905
Jumlah 1.085,74 1.157.715 1.060
Sumber : BPS, Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004
Tabel 4.4. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Magelang
Tahun Penduduk Akhir Tahun
Pertumbuhan Penduduk Akhir Tahun
Persen (%)
(1) (2) (3) (4) 1995 1.047.950 7.109 0,68 1996 1.062.001 14.051 1,34 1997 1.070.274 8.273 0,78 1998 1.081.714 11.440 1,00 1999 1.094.075 12.361 1,14 2000 1.105.722 11.647 1,06 2001 1.113.247 7.525 0,68 2002 1.123.937 10.690 0,96 2003 1.147.117 23.180 2,06 2004 1.157.716 10.599 0,98
Sumber: BPS, Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004
Dalam tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1995,
jumlah penduduk sebanyak 1.047.950 jiwa dan pada tahun 2004
sebayak 1.157.715 jiwa. Berati dalam jangka waktu 10 tahun,
penduduk Kabupaten Maeglang Bertamabah sebanyak 109.765
jiwa. Pertumbuhan rata-rata tiap tahunnya sebesar 0,98%.
b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Susunan penduduk menurut jenis kelamin digunakan untuk
mengetahui besarnya sex ratio disuatu daerah. Rasio jenis kelamin
(sex ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki
dengan penduduk perempuan atau jumlah penduduk laki-laki per
seribu jumlah penduduk perempuan. Susunan penduduk menurut
jenis kelamin di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada tabel 4.5
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Kecamatan Laki-
laki
Perempuan Jumlah Sex
Ratio
L/P x
1000
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Salaman 32.354 33.387 65.741 969
2 Borobudur 27.288 26.880 54.168 1.015
3 Ngluwar 14.444 14.418 28.862 1.002
4 Salam 21.777 21.400 43.177 1.018
5 Srumbung 21.731 21.547 43.278 1.008
6 Dukun 20.897 21.006 41.903 995
7 Muntilan 35.613 36.390 72.003 979
8 Mungkid 32.116 32.916 65.032 976
9 Sawangan 26.849 27.490 54.339 977
10 Candimulyo 22.601 22.535 45.136 1.003
11 Mertoyudan 46.482 47.124 93.606 986
12 Tempuran 22.431 22.251 44.682 1.003
13 Kajoran 26.906 26.307 53.114 986
14 Kaliangkrik 27.077 27.037 53.948 1.008
15 Bandongan 27.054 26.894 47.643 1.023
16 Windusari 23.608 24.035 71.230 1.002
17 Secang 35.755 35.475 50.602 1.006
18 Tegalrejo 26.638 23.964 53.641 982
19 Pakis 26.350 27.291 81.763 1.008
20 Grabag 40.688 41.075 39.634 1.112
21 Ngablak 19.804 19.830 966
Jumlah 578.463 579.252 1.157.715 999
Sumber: Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004 (Data
diolah kembali)
Dari tabel di atas, diketahui bahwa besarnya angka sex ratio
Kabupaten Magelang pada tahun 2003 adalah sebesar 999 yang
berarti untuk tiap-tiap 1000 penduduk perempuan terdapat 999
penduduk laki-laki.
c. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat
diketahui beberapa hal antara lain:
1.) Sifat kependudukan. Pada dasarnya dengan melihat bentuk
komposisi penduduk menurut umur, sifat-sifat penduduk dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu (Harto
Nurdin,1991:41):
a) Ekspansif, yaitu penduduk yang mempunyai ciri bahwa
sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur
termuda.
b) Construktif, yaitu bentuk kependudukan yang mempunyai
ciri bahwa sebagian kecil penduduk berada pada kelompok
umur termuda.
c) Stasionary, yaitu bentuk kepadatan penduduk dalam tiap
kelompok umur hampir sama banyaknya dan mengecil pada
usia tua.
2.) Angka ketergantungan (Dependency Ratio), yaitu angka
yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang
tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun)
dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur
15-64 tahun).
Susunan penduduk menurut golongan umur di Kabupaten
Magelang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Golongan Umur Jumlah (jiwa) Persen (%) (1) (2) (3)
00-04 102.900 8,89 05-09 107.969 9,33 10-14 106.717 9,22 15-19 113.717 9,82 20-24 97.002 8,38 25-29 95.838 8,28 30-34 94.060 8,12 35-39 86.903 7,50 40-44 77.620 6,70 45-49 62.214 5,37 50-54 50.549 4,36 55-59 45.101 3,89 60-64 42.504 3,67 65-69 30.784 2,66 70-74 23.581 2,04 75+ 20.256 1,75
Jumlah 1.157.715 100 Sumber: Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004
Dengan melihat tabel di atas, maka sifat kependudukan di
Kabupaten Magelang digolongkan ke dalam tipe stationary di
mana penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama
sebanyak dan mengecil pada usia tua. Angka ketergantugan
adalah sebesar 51,23 artunya setiap 100 orang usia produktif
mempunyai tanggungan 51 orang non produktif.
d. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui
kualitas manusia dan sekaligus kualitas tenaga kerja yang
ditawarkan di pasar tenaga kerja. Pendidikan memudahkan
seseorang dalam menyerap informasi baru sekaligus mencerna
dan mempraktekkannya dalam kegiatan usaha. Distribusi
penduduk di Kabupaten Magelang bagi usia 5 tahun keatas adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Bagi 5 Tahun Ke Atas
Pendidikan Jumlah Persen (%)
(1) (2) (3) Belum/Tidak tamat SD 340.336 32,68 Tamat SD/Sederajad 424.763 40,79 SLTP/Sederajad 146.883 14,10 SLTA/Sederajad 111.154 10,67 Diploma I/II 4.495 0,43 Akademi/DIII 5.309 0,51 Perguruan Tinggi 8.461 1,81 Jumlah 1.041.401 100
Sumber: Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa sampai pada
tahun 2004 jumlah penduduk usia 5 tahun keatas yang tamat SD
menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 40,79% disusul
kemudian oleh penduduk yang tidak tamat SD sebesar 32,68%,
sedangkan lulusan perguruan tinggi, akademi dan diploma 1/11
sebanyak 1,76% dari keseluruhan penduduk usia 5 tahun keatas.
e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Kabupaten Magelang dengan penduduk 1.157.715 jiwa
terdiri dari 527.735 jiwa berumur di bawah 10 tahun dan
sebanyak 629.980 jiwa berumur dibawah 10 tahun. Sebanyak
201.309 jiwa atau sebesar 31,95% menggantungkan hidup pada
sektor buruh tani dan merupakan jumlah terbesar. Penduduk yang
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian sendiri
menduduki urutan kedua yaitu sebesar 156.738 jiwa atau sekitar
25,39%. Urutan Keempat adalah penduduk yang bekerja pada
sektor jasa sebesar 100.668 jiwa atau sekitar 15,98%. Penduduk
yang menggantungkan hidup pada sektor perdagangan sebesar
76.596 jiwa atau sebesar 12,16%.
Tabel 4.8. Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang
Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Mata Pencaharian Jumlah Akhir Tahun 2004
Persen (%)
(1) (2) (3) Petani Sendiri 159.941 25,39 Buruh Tani 201.309 31,95 Perdagangan 76.596 12,16 Pengangkutan 12.115 1,92 Industri 43.183 6,85 Jasa 100.688 15,98 Lainnya 36.168 5,74 Jumlah 629.980 100
Sumber: Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004
2. Kecamatan Salaman
a. Gambaran Umum Kecamatan Salaman
Kecamatan Salaman merupakan salah satu dari 21 Kecamatan
yang ada di Kabupaten Magelang yang terletak di sebelah barat
Kabupaten Magelang dan berbatasan langsung dengan Kabupaten
Purworejo , dengan batas batas wilayah :
Sebelah Utara = Kecamatan Kajoran
Sebelah Timur = Kecamatan Tempuran dan Kecamatan
Borobudur
Sebelah Barat = Kabupaten Purworejo
Sebelah Selatan = Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten
Purworejo
Secara admistrasi, Kecamatan Salaman terbagi menjadi 20 desa yang
sebagian besar merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian ibu
kota kecamatan dari permukaan laut kurang lebih 284 m. Adapun
wilayahnya meliputi :
1. Desa Ngargoretno
2. Desa Paripurno
3. Desa Kalirejo
4. Desa Menoreh
5. Desa Ngadirejo
6. Desa Sidomulyo
7. Desa Kebonrejo
8. Desa Salaman
9. Desa Kalisalak
10. Desa Sriwedari
11. Desa Jebengsari
12. Desa Tanjunganom
13. Desa Banjarharjo
14. Desa Purwosari
15. Desa Ngampeldento
16. Desa Sidosari
17. Desa Sawangargo
18. Desa Krasak
19. Desa Margoyoso
20. Desa Kaliabu
1
Luas daerah Kecamatan Salaman dengan perincian tiap desa adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.9. Luas Wilayah Kecamatan Salaman
No Desa Jumlah Luas Wilayah (Ha)
(1) (2) (3)
1 Ngargoretno 618,000
2 Paripuurno 374,360
3 Kalirejo 679,490
4 Menoreh 600,000
5 Ngadirejo 352,652
6 Sidomulyo 214,560
7 Kebonrejo 341,000
8 Salaman 134,458
9 Kalisalak 442,897
10 Sriwedari 323,955
11 Jebengsari 143,200
12 Tanjunganom 164,000
13 Banjarharjo 131,460
14 Purwosari 303,018
15 Ngampeldento 280,000
16 Sidosari 297,651
17 Sawangargo 181,315
18 Krasak 427,858
19 Margoyoso 540,000
20 Kaliabu 336,806
Jumlah 6.886,680
Sumber : BPS, Kecamatan Salaman dalam Angka tahun 2004
Luas daerah Kecamatan Salaman mencapai 6.886,680 Ha yang
terdiri dari seluas 2.125,559 Ha lahan sawah (wet land) dan
4.761,121 Ha tanah kering (dry land). Penggunaan bukan lahan
sawah seluas 2.530,921 Ha atau 36,75% dimanfaatkan untuk
tegal/kebun. Tempat kedua diduduki lahan pertanian seluas 2.125,559
Ha atau 30,86%. Persentase terkecil adalah penggunaan lahan untuk
hutan negara sebesar 16,494 atau 0,23 %.
Perincian penggunaan tanah sawah dan lahan bukan sawah
dengan perincian tiap kecamatan dapat dilihat dalam tabel 4.10
sebagai berikut :
Tabel 4.10. Luas Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Bukan
Sawah di Kecamatan Salaman
No Desa Lahan Sawah
(Ha)
Lahan Bukan Sawah
(Ha)
(1) (2) (3) (4)
1 Ngargoretno 87,000 531,000
2 Paripuurno 129,000 245,360
3 Kalirejo 113,000 566,496
4 Menoreh 218,360 381,640
5 Ngadirejo 72,365 280,287
6 Sidomulyo 125,800 88,760
7 Kebonrejo 186,900 154,100
8 Salaman 70,081 64,377
9 Kalisalak 178,400 26,420
10 Sriwedari 147,837 176,118
11 Jebengsari 41,050 102,150
12 Tanjunganom 63,000 10,000
13 Banjarharjo 51,000 80,460
14 Purwosari 64,000 239,618
15 Ngampeldento 102,000 178,000
16 Sidosari 196,722 238,977
17 Sawangargo 60,780 120,535
18 Krasak 138,867 288,301
19 Margoyoso 56,277 483,723
20 Kaliabu 59,500 284,306
Jumlah 2125,559 4761,121
Sumber : BPS, Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004
Keterangan:
1. Lahan Sawah : Irigasi Teknis, Irigasi ½ Teknis, Sawah
Sederhana, Tadah Hujan
2. Lahan Bukan Sawah : Pekarangan/ Bangunan, Tegalan/ Kebun,
Tambak/Kolam, Rawa, Hutan Negara
b. Keadaan Penduduk
1) Jumlah Penduduk dan Persebarannya
Kecamatan Salaman yang mempunyai wilayah seluas
68,87 Km2 dihuni oleh 65.732 jiwa pada tahun 2004 dengan
tingkat kepadatan penduduk 954 jiwa per Km2. Dilihat dari
jumlah penduduknya, desa yang mempunyai penduduk terbesar
adalah Desa Menoreh dengan jumlah penduduk sebanyak 7.069
jiwa. Desa yang paling sedikit penduduknya adalah Desa
Banjarharjo yaitu sebesar 1.313 jiwa.
Dilihat dari tingkat kepadatannya, Desa Salaman
mempunyai tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 3.323 jiwa
per Km2. Diikuti Desa Sidomulyo dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 1.598 jiwa per Km2, sedangkan desa yang
mempunyai kepadatan penduduk paling rendah adalah Desa
Ngargoretno yang memiliki persebaran penduduk sebesar 454
jiwa per Km2. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan,
persebaran dan pertumbuhan penduduk di Kecamatan Salaman
dapat dilihat pada tabel 4.11 dan 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.11. Kepadatan Penduduk Kecamatan Salaman Tahun 2004
No. Desa Luas Daerah
(Km2)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
per Km2
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Ngargoretno 6,18 2.811 454
2 Paripuurno 3,74 3.246 867
3 Kalirejo 6,79 .4.616 679
4 Menoreh 6,00 7.069 1.178
5 Ngadirejo 3,53 3.993 1.131
6 Sidomulyo 2,15 3.436 1.598
7 Kebonrejo 3,41 5.309 1.598
8 Salaman 1,34 4.454 1.556
9 Kalisalak 4,42 3.647 3.323
10 Sriwedari 3,23 3.700 823
11 Jebengsari 1,43 1.403 1.141
12 Tanjunganom 1,64 1.524 981
13 Banjarharjo 1,31 1.131 929
14 Purwosari 3,03 1.752 994
15 Ngampeldento 2,80 1.856 578
16 Sidosari 2,97 2.439 662
17 Sawangargo 1,81 2.229 818
18 Krasak 4,27 3.777 1.231
19 Margoyoso 5,40 3.552 882
20 Kaliabu 3,36 3.606 657
Jumlah 68,87 65.732 954
Sumber : BPS, Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004
Tabel 4.12. Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Salaman
Tahun Penduduk Akhir Tahun
Pertambahan Penduduk Akhir Tahun
Persen (%)
(1) (2) (3) (4) 1995 71.498 4.085 6,059 1996 73.449 1.951 2,728 1997 73.792 343 0,464 1998 73.969 177 2,392 1999 74.459 490 0,658 2000 61.799 442 0,594 2001 62.353 190 0,304 2002 62.543 2.111 3,375 2003 64.654 1.078 1,667 2004 65.732 - -
Sumber: BPS, Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004
Dalam tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa pada tahun
1995, jumlah penduduk sebanyak 71.498 jiwa dan pada tahun
2004 sebanyak 65.732 jiwa. Berati dalam jangka waktu 10 tahun,
rata-rata pertumbuhan tiap tahun sebesar 989 jiwa. Pertumbuhan
rata-rata tiap tahunnya sebesar 1,603%.
2) Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Susunan penduduk menurut jenis kelamin digunakan
untuk mengetahui besarnya sex ratio disuatu daerah. Rasio jenis
kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
laki-laki dengan penduduk perempuan atau jumlah penduduk
laki-laki per seribu jumlah penduduk perempuan. Susunan
penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Salaman dapat
dilihat pada tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4.13. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Desa Laki-laki Peremp-
uan
Jumlah Sex
Ratio
L/P x
1000
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Ngargoretno 1.359 1.452 2.811 93
2 Paripurno 1.598 1.648 3.246 96
3 Kalirejo 2.278 2.338 4.616 97
4 Menoreh 3.563 3.506 7.069 102
5 Ngadirejo 1.940 2.053 3.993 94
6 Sidomulyo 1.719 1.717 3.436 100
7 Kebonrejo 2.494 2.815 5.309 88
8 Salaman 2.159 2.295 4.454 94
9 Kalisalak 1.809 1.838 3.647 98
10 Sriwedari 1.838 1.862 3.700 98
11 Jebengsari 679 724 1.403 93
12 Tanjunganom 733 791 1.524 92
13 Banjarharjo 612 701 1.313 87
14 Purwosari 809 943 1.752 85
15 Ngampeldento 914 942 1.856 97
16 Sidosari 1.218 1.221 2.439 99
17 Sawangargo 1.118 1.111 2.229 100
18 Krasak 1.881 1.896 3.777 99
19 Margoyoso 1.757 1.795 3.552 97
20 Kaliabu 1.867 1.739 3.606 107
Jumlah 32.345 33.387 65.732 96
Sumber: Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004
Dari tabel di atas, diketahui bahwa besarnya angka Sex Ratio
rata-rata pada Kecamatan Salaman adalah sebesar 96 yang berarti
untuk tiap-tiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk
laki-laki.
3) Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Susunan penduduk menurut golongan umur di Kecamatan
Salaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.14. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Golongan Umur Jumlah (jiwa) Persen (%) (1) (2) (3)
00-04 6.254 9,51 05-09 6.515 9,91 10-14 5.791 8,81 15-19 6.270 9,53 20-24 5.560 8,45 25-29 5.198 7,90 30-39 10.047 15,28 40-49 7.596 11,55 50-59 5.310 8,07 60+ 7.191 10,93
Jumlah 65.732 100 Sumber: Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004
Dengan melihat tabel di atas, maka sifat kependudukan
di Kecamatan Salaman digolongkan ke dalam tipe stationary di
mana penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama
sebanyak dan mengecil pada usia tua. Angka ketergantugan
adalah sebesar 12,28 artunya setiap 100 orang usia produktif
mempunyai tanggungan 12 orang non produktif.
d. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur untuk
mengetahui kualitas manusia dan sekaligus kualitas tenaga kerja
yang ditawarkan di pasar tenaga kerja. Pendidikan memudahkan
seseorang dalam menyerap informasi baru sekaligus mencerna
dan mempraktekkannya dalam kegiatan usaha. Distribusi
penduduk di Kecamatan Salaman bagi usia 5 tahun keatas adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.15. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Bagi 5 Tahun Ke Atas
Pendidikan Jumlah Persen (%)
(1) (2) (3) Tidak Sekolah 536 0,90 Belum/Tidak tamat SD 15.535 26,09 Tamat SD/Sederajad 24.687 41,39 SLTP/Sederajad 11.452 19,23 SLTA/Sederajad 6.498 10,91 Akademi/PT 832 1,39
Jumlah 59.540 100 Sumber: Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004 (Data
diolah kembali) Berdasarkan Tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa sampai pada
tahun 2004 jumlah penduduk usia 5 tahun keatas yang tamat SD
menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 41,39% disusul
kemudian oleh penduduk yang belum/tidak tamat SD sebesar
26,09%, sedangkan lulusan perguruan tinggi dan akademi
sebanyak 1,39% dari keseluruhan penduduk usia 5 tahun keatas.
e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Kecamatan Salaman dengan penduduk 65.732 jiwa terdiri
dari 53.772 jiwa berumur di atas 10 tahun. Sebanyak 12.760 jiwa
atau sebesar 20,73% menggantungkan hidup pada petani sendiri
dan merupakan jumlah terbesar kedua setelah mata pencaharian
lain-lain yaitu sebesar 16.930 atau sebesar 31,48%. Penduduk
yang menggantungkan hidupnya pada sektor buruh tani pertanian
sendiri menduduki urutan Keempat yaitu sebesar 11.074 jiwa atau
sekitar 20,59%. Penduduk yang menggantungkan hidup pada
sektor perdagangan sebesar 2.749 jiwa atau sebesar 5,11%.
Tabel 4.16. Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang
Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Mata
Pencaharian Jumlah Akhir Tahun
2004 Persen (%)
(1) (2) (3) Petani Sendiri 12.760 23,73 Buruh Tani 11.074 20,59 Nelayan 0 0 Perdagangan 2.749 5,11 Pengusaha 1.414 2,62 Pengangkutan 1.418 2,63 Buruh Industri 3.142 5,84 Buruh Bangunan 2.326 4,32 PNS/ABRI 1.416 2,63 Pensiunan 543 1,00 Lainnya 16.930 31,48 Jumlah 53.772 100
Sumber: Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004 (Data diolah kembali)
B. Analisa Data dan Pembahasan
1. Deskripsi Data
a). Deskripsi Masyarakat Sampel
Deskripsi masyarkat sampel yang dibahas meliputi umur,
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Barikut adalah
pembahasan singkat mengenai mengenai deskripsi tersebut.
1). Umur
Rata-rata umur masyarakat sampel adalah 39 tahun,
dengan umur termuda adalah 20 tahun dan umur tertua adalah
67 tahun. Untuk masyarakat berpendapatan tetap adalah 39
tahun dan masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah 44
tahun. Secara rinci distribusi masyarakat berdasar umur
disajikan dalam tabel 4.17.
Tabel 4.17. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan Umur.
MPT MPTT UMUR JML % JML %
20-29 30-39 40-49 50-59 60-70
1124474
22,0 48,0 8,0
14,0 8,0
111 24 12 2
2,0 20,0 50,0 26,0 2,0
50 100 50 100 Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
2). Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat untuk masyarakat
berpendapatan tetap sebagian besar adalah SMA (40%).
Sedangkan untuk masyarakat berpendapatan tidak tetap,
sebagian besar hanya tamat SD yaitu sebesar 84%. Secara
rinci distribusi masyarakat berdasar tingkat pendidikan yang
ditamatkan disajikan dalam table 4.18.
Tabel 4.18. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
MPT MPTT UMUR
JML % JML % SD SLTP SLTA D2 D3 S1
11720228
2,0 34,0 40,0 4,0 4,0
16,0
42341--
84,0 6,0 8,0 2,0
--
50 100 50 100 Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
3). Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan tertinggi untuk masyarakat
berpendapatan tetap adalah Rp.2.096.000 sedangkan untuk
masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah Rp.1.500.000.
Tingkat pendapatan terendah untuk masyarakat
berpendapatan tetap adalah Rp.400.000 sedangkan untuk
masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah Rp.150.000
Secara rinci distribusi masyarakat berdasar tingkat pendidikan
yang ditamatkan disajikan dalam tabel 4.19.
Tabel 4.18. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pendapatan.
MPT MPTT
Y JML % JML % 100.000 - 300.000 300.001 - 500.000 500.001 - 700.000 700.001 - 900.000 900.001 - 1.200.000 >1.200.000
-4
25 45
12
-8,0
50,08,0
10,024,0
28 13 4221
56,026,08,04,04,02,0
50 100 50 100 Sumber: Data primer diolah. Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
b). Pola Konsumsi Masyarakat Sampel.
Pola konsumsi Masyarakat diklasifikan menjadi
kebutuhan pangan, sandang, peruamahan, kesehatan dan
pendidikan. Hasil penelitian mengenai pola konsumsi tersebut
secara rinci, disajikan dalam pembahasan sebagai berikut.
1). Pangan.
Untuk masyarakat berpendapatan tetap, rata-rata
pengeluaran kebutuhan pangan sebesar Rp.276.140 pada
Bulan Oktober 2005 dan Rp.314.780 pada Bulan Januari
2006 sedangkan masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah
Rp.175.140 per Bulan pada Bulan Oktober 2005 dan
Rp.199.780 pada Bulan Januari 2006.
Dilihat dari distribusi frekuensi masyarakat sampel
yang diklasifikasikan menurut besarnya pengeluaran untuk
kebutuhan pangan dari Kelompok Masyarakat, maka
distribusi tersebut adalah 74% untuk masyarakat
berpendapatan tetap digunakan untuk konsumsi pangan
antara Rp.50.00-Rp.300.000 dan 95% pada konsumsi pangan
antara Rp.50.000-Rp.300.000 untuk masyarakat
berpendapatan tidak tetap di Bulan Oktober.
Sedangkan pada Bulan Januari 2006, dilihat dari
Kelompok Masyarakat, maka distribusi tersebut adalah 52%
konsumsi pangan antara Rp.50.000-Rp.300.000 untuk
masyarakat berpendapatan tetap. Konsumsi terbesar untuk
masyarakat berpendapatan tidak tetap sebesar 96% antara
Rp.50.000-Rp.300.000. Secara rinci distribusi masyarakat
berdasar pengeluaran untuk kebutuhan pangan disajikan
dalam tabel 4.18 dan tabel 4.19
Tabel 4.18. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran Untuk Pangan Bulan
Oktober 2005.
MPT MPTT Pangan 1 JML % JML %
50.000 – 300.000 300.001 – 500.000 500.001 – 700.000 700.001 – 900.000 900.001 >
37 11 2--
74,022,04,0
--
49 1---
98,02,0
---
50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
Tabel 4.19. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran Untuk Pangan Bulan
Januari 2006.
MPT MPTT Pangan 4 JML % JML %
50.000 – 300.000 300.001 – 500.000 500.001 – 700.000 700.001 – 900.000 900.001 >
26 22 11-
52,044,02,02,0
-
48 2---
96,04,0
50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
2). Sandang.
Untuk masyarakat berpendapatan tetap, rata-rata
pengeluaran kebutuhan sandang sebesar Rp.101.070 pada
Bulan Oktober 2005 dan Rp.76.002 pada Bulan Januari 2006
sedangkan masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah
Rp.65.736 per Bulan pada Bulan Oktober 2005 dan
Rp.40.258 pada Bulan Januari 2006.
Dilihat dari distribusi frekuensi masyarakat sampel
yang diklasifikasikan menurut besarnya pengeluaran untuk
kebutuhan sandang dari Kelompok Masyarakat, maka
distribusi tersebut adalah 84% untuk masyarakat
berpendapatan tetap digunakan untuk konsumsi sandang
antara Rp.5000-Rp.100.000 dan 84% pada konsumsi sandang
antara Rp.5.000-Rp.100.000 untuk masyarakat berpendapatan
tidak tetap di Bulan Oktober 2005.Ditribusi terbesar pada
Bulan Oktober 2005 ini sama antara masyarakat
berpendapatan tetap dan tidak tetap.
Sedangkan pada Bulan Januari 2006, dilihat dari
Kelompok Masyarakat, maka distribusi tersebut adalah 88%
konsumsi pangan antara Rp.5.000-Rp.100.000 untuk
masyarakat berpendapatan tetap. Konsumsi terbesar untuk
masyarakat berpendapatan tidak tetap sebesar 96% antara
Rp.5.000-Rp.100.000. Secara rinci distribusi masyarakat
berdasar pengeluaran untuk kebutuhan sandang disajikan
dalam tabel 4.20 dan tabel 4.21.
Tabel 4.20. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran Untuk Sandang
Bulan Oktober 2006
MPT MPTT sandang 1 JML % JML %
5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001
4242
2
84,0 8,0 4,0
4,0
42 6
1
1
84,012,0
2,0
2,0
50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
Tabel 4.21. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran Untuk Sandang
Bulan Januari 2006
MPT MPTT sandang 4 JML % JML %
5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.00 >500.001
44 5
1
88,010,0
2,0
47 3
94,09,0
50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
3). Perumahan.
Untuk masyarakat berpendapatan tetap, rata-rata
pengeluaran kebutuhan perumahan sebesar Rp.93.960 pada
Bulan Oktober 2005 dan Rp.132.906 pada Bulan Januari
2006 sedangkan masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah
Rp.67.634 per Bulan pada Bulan Oktober 2005 dan
Rp.52.770 pada Bulan Januari 2006.
Dilihat dari distribusi frekuensi masyarakat sampel
yang diklasifikasikan menurut besarnya pengeluaran untuk
kebutuhan perumahan dari Kelompok Masyarakat, maka
distribusi tersebut adalah 78% untuk masyarakat
berpendapatan tetap digunakan untuk konsumsi perumahan
antara Rp.5000-Rp.100.000 dan 86% pada konsumsi
perumahan antara Rp.5.000-Rp.100.000 untuk masyarakat
berpendapatan tidak tetap di Bulan Oktober.
Sedangkan pada Bulan Januari 2006, dilihat dari
Kelompok Masyarakat, maka distribusi tersebut adalah 84%
konsumsi pangan antara Rp.50.000-Rp.300.000 untuk
masyarakat berpendapatan tetap. Konsumsi terbesar untuk
masyarakat berpendapatan tidak tetap sebesar 90% antara
Rp.50.000-Rp.300.000. Secara rinci distribusi masyarakat
berdasar pengeluaran untuk kebutuhan perumahan disajikan
dalam tabel 4.22 dan tabel 4.23.
Tabel 4.22. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran Untuk Perumahan
Bulan Oktober 2006
MPT MPTT
Perumahan 1 JML % JML %
5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001
398
1
2
78,0 16,0
-2,0
4,0
43 33
1
86,06,06,0
2,0
50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
Tabel 4.23. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran Untuk Perumahan
Bulan Januari 2006
MPT MPTT Perumahan 4 JML % JML %
5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001
371011
1
84,0 20,0 2,0 2,0
-2,0
45 4
1
90,08,0
2,0
50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
4). Kesehatan.
Untuk masyarakat berpendapatan tetap, rata-rata
pengeluaran kebutuhan kesehatan sebesar Rp.102.101 pada
Bulan Oktober 2005 dan Rp.103.225 pada Bulan Januari
2006 sedangkan masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah
Rp.55.235 per Bulan pada Bulan Oktober 2005 dan
Rp.75.386 pada Bulan Januari 2006.
Dilihat dari distribusi frekuensi masyarakat sampel
yang diklasifikasikan menurut besarnya pengeluaran untuk
kebutuhan kesehatan dari kelompok masyarakat, maka
distribusi tersebut adalah 66% untuk masyarakat
berpendapatan tetap digunakan untuk konsumsi pangan
antara Rp.5000-Rp.100.000 dan 92% pada konsumsi pangan
antara Rp.5.000-Rp.100.000 untuk masyarakat berpendapatan
tidak tetap di Bulan Oktober.
Sedangkan pada Bulan Januari 2006, dilihat dari
Kelompok Masyarakat, maka distribusi tersebut adalah 66%
konsumsi pangan antara Rp.50.000-Rp.300.000 untuk
masyarakat berpendapatan tetap. Konsumsi terbesar untuk
masyarakat berpendapatan tidak tetap sebesar 86% antara
Rp.50.000-Rp.300.000. Secara rinci distribusi masyarakat
berdasar pengeluaran untuk kebutuhan kesehatan disajikan
dalam tabel 4.24 dan tabel 4.25.
Tabel 4.24. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran Untuk Kesehatan
Bulan Oktober 2005
MPT MPTT Kesehatan 1 JML % JML %
5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001
331311
2
66,0 26,0 2,0 2,0
4,0
46 2
2
92,04,0
4,0
50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
Tabel 4.25. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran Untuk Kesehatan
Bulan Januari 2006.
MPT MPTT Kesehatan 4 JML % JML %
5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001
331311
2
66,0 26,0 2,0 2,0
4,0
43 22
12
86,04,04,0
2,04,0
50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
5). Pendidikan.
Untuk masyarakat berpendapatan tetap, rata-rata
pengeluaran kebutuhan pendidikan sebesar Rp.136.645 per
bulan pada Bulan Oktober 2005 dan Rp.136.110 per bulan
pada Bulan Januari 2006 sedangkan masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah Rp.68.680 per Bulan pada
Bulan Oktober 2005 dan Rp.66.940 per bulan pada Bulan
Januari 2006.
Dilihat dari distribusi frekuensi masyarakat sampel
yang diklasifikasikan menurut besarnya pengeluaran untuk
kebutuhan pendidikan dari Kelompok Masyarakat, maka
distribusi tersebut adalah 40% untuk masyarakat
berpendapatan tetap digunakan untuk konsumsi pendidikan
antara Rp.100.001-Rp.200.000 dan 30% pada konsumsi
pendidikan antara Rp.100.001-Rp.200.000 untuk masyarakat
berpendapatan tidak tetap di Bulan Oktober.
Sedangkan pada Bulan Januari 2006, dilihat dari
Kelompok Masyarakat, maka distribusi tersebut adalah 42%
konsumsi pendidikan antara Rp.100.001-Rp.200.000 untuk
masyarakat berpendapatan tetap. Konsumsi terbesar untuk
masyarakat berpendapatan tidak tetap sebesar 24% antara
Rp.100.001-Rp.200.000. Secara rinci distribusi masyarakat
berdasar pengeluaran untuk kebutuhan pendidikan disajikan
dalam tabel 4.26 dan tabel 4.27.
Tabel 4.26. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran Untuk Pendidikan
Bulan Oktober 2005
MPT MPTT Pendidikan 1 JML % JML %
5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001
32053
2
6,0 40,0 10,0 6,0
4,0
915
2
18,030,0
4,0
33 100 26 100Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap.
Tabel 4.27. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran Untuk Pendidikan
Bulan Januari 2006.
MPT MPTT Pendidikan 4 JML % JML %
5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001
3218
21
6,0 42,0 16,0
4,0 2,0
10 12 31
20,024,06,02,0
33 100 26 100Sumber: Data primer diolah.
Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap.
B. Analisis Regresi
a. Moderated Regression Analysis Berdasarkan Periode Bulan.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui Hubungan
antara pendapatan, total pengeluaran untuk kebutuhan (pangan,
sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan pendidikan) dan
variable moderating yaitu periode bulan pada masing-masing
kelompok masyarakat. Jadi pada analisis regresi ini, alat uji yang
digunakan adalah Moderated Regression Analysis (Uji Interaksi).
Sedangkan Variabel moderatingnya adalah variabel bulan dan
sekaligus sebagai Dummy variabel. Secara sederhana gambaran
analisis regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Skema Analisis Regresi.
Dari Pengolahan data diperoleh:
1). Persamaan regresi untuk total pengeluaran berdasarkan
periode bulan.
a). Persamaan regresi untuk total pengeluaran masyarakat
berpendapatan tetap.
Bulan (Oktober 2005 dan Januari 2006)
Pendapatan Masyarakat
Total pengeluaran untuk pangan,sandang, perumahan,
kesehatan dan pendidikan.
CTt = 366599,2 + 0,389Yt -19974,3D+ 0,202YtD
Dimana:
CTt = Konsumsi Total masyarakat berpendapatan tetap.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
e = Variabel gangguan.
b). Persamaan regresi untuk total pengeluaran masyarakat
berpendapatan tidak tetap.
CTtt = 25625,6 + 0,453Ytt - 4561,263D + 1,585YttD
Dimana:
CTtt = Konsumsi totalmasyarakat berpendapatan tidak tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
2). Persamaan regresi berdasarkan kelompok masyarakat
berpendapatan tetap.
a). Persamaan regresi untuk pangan kelompok masyarakat
berpendapatan tetap.
Cpgnt = 192284,5 + 9,647Y t + 44962,678D – 7,17YtD
Dimana:
Cpgnt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
e = Variabel gangguan
b). Persamaan regresi untuk sandang kelompok masyarakat
berpendapatan tetap.
Csdgt = 56085,875 + 5,175Yt - 25465,6D + 4,575YtD
Dimana:
Csdgt = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
e = Variabel gangguan
c). Persamaan regresi untuk perumahan kelompok masyarakat
berpendapatan tetap.
Cprmht = 7304,194 + 9,970Yt + 31956,430D + 3,041YtD
Dimana:
Cpmht = Konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan
tetap.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
e = Variabel gangguan
d). Persamaan regresi untuk kesehatan kelompok masyarakat
berpendapatan tetap.
Cksht = 21181,143 + 9,310Yt + 43083,097D – 4,83YtD
Dimana:
Cksht = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tetap.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
e = Variabel gangguan
e). Persamaan regresi untuk pendidikan kelompok masyarakat
berpendapatan tetap.
Cpdkt = 77134,111 + 6,847Yt - 8600,182D + 1,227YtD
Dimana:
Cpdkt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan
tetap.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
e = Variabel gangguan
3). Persamaan regresi berdasarkan kelompok masyarakat
berpendapatan tetap.
a). Persamaan regresi untuk pangan kelompok masyarakat
berpendapatan tidak tetap.
Cpgntt = 131333,1 + 0,113Y tt + 24537,316D + 2,638YttD
Dimana:
Cpgntt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tidak
tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan
b). Persamaan regresi untuk sandang kelompok masyarakat
berpendapatan tidak tetap.
Csdgtt = 40456,319 + 6,495Ytt - 9811,206D – 4,03YttD
Dimana:
Csdgtt = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak
tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan
c). Persamaan regresi untuk perumahan kelompok masyarakat
berpendapatan tidak tetap.
Cprmhtt = 71781,847 - 1,07Ytt - 28809,3D + 3,583YttD
Dimana:
Cpmhtt = Konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan
tidak tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan
d). Persamaan regresi untuk kesehatan kelompok masyarakat
berpendapatan tidak tetap.
Ckshtt = 3433,641+ 0,133Ytt +17854,645D + 5,898YttD
Dimana:
Ckshtt = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan
tidak tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan
e). Persamaan regresi untuk pendidikan kelompok masyarakat
berpendapatan tidak tetap.
Cpdktt = 9246,722 + 0,153Ytt - 7006,432D + 1,353YttD
Dimana:
Cpdktt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan
tidak tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
E = Variabel gangguan
2. Moderated Regression Analysis Berdasarkan Kelompok
Masyarakat.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui Hubungan antara
pendapatan, total pengeluaran untuk kebutuhan (pangan, sandang,
perumahan, pendidikan, kesehatan dan pendidikan) dan variable
moderating yaitu kelompok masyarakat. Jadi pada analisis regresi ini,
alat uji yang digunkan adalah Moderated Regression Analysis (Uji
Interaksi). Sedangkan Variabel moderatingnya adalah variabel
kelompok masyarakat dan sekaligus sebagai Dummy variabel. Secara
sederhana gambaran analisis regresi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.2 Skema Analisis Regresi.
Dari Pengolahan data diperoleh:
1). Persamaan regresi untuk total pengeluaran berdasarkan periode
bulan.
a). Persamaan regresi untuk total pengeluaran Bulan Oktober
2005.
CT1 = 357323+ 0,399Y1 - 101072D +5,3342Y1D
Cp1 = Konsumsi total bulan Oktober 2005.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Kelompok Masyarakat
Pendapatan Masyarakat Total pengeluaran untuk
pangan,sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.
b). Persamaan regresi untuk total pengeluaran Bulan Januari
2006.
CT4 = 439243 + 0,373Y4 - 187553D + 9,591Y4D
Cp4 = Konsumsi total bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
2). Persamaan regresi periode bulan Oktober 2005
a). Persamaan regresi untuk pangan periode bulan Oktober
2005
Cpgn1 = 192284,5 + 9,647Y1 – 60951,5D + 1,608Y1D
Dimana:
Cpgn1 = Konsumsi pangan masyarakat bulan Oktober
2005
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat bulan Oktober 2005
e = Variabel gangguan
b). Persamaan regresi untuk sandang periode bulan Oktober
2005
Csdg1 = 56085,875 + 5,175Y 1 – 15629,6D + 1,320Y1D
Dimana:
Csdg1 = Konsumsi sandang masyarakat bulan Oktober
2005
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat bulan Oktober 2005
e = Variabel gangguan
c). Persamaan regresi untuk perumahan periode bulan
Oktober 2005
Cprmh1 = 7304,194 + 9,970Y 1+ 64477,653D–0,110Y1D
Dimana:
Cpmh1= Konsumsi perumahan masyarakat bulan Oktober
2005
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat bulan Oktober 2005
e = Variabel gangguan
d). Persamaan regresi untuk kesehatan periode bulan
Oktober 2005.
Cksht1 = 21181,143 + 9,310Y 1 – 17747,5D + 4,000Y1D
Dimana:
Cksh1 = Konsumsi kesehatan masyarakat bulan Oktober
2005
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat bulan Oktober 2005
e = Variabel gangguan
e). Persamaan regresi untuk pendidikan periode bulan
Oktober 2005.
Cpddk1 = 77134,111 + 6,847Y 1 – 67887,4D + 6,847Y1D
Dimana:
Cpddk1= Konsumsi pendidikan masyarakat bulan
Oktober 2005
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat bulan Oktober 2005
e = Variabel gangguan
3). Persamaan regresi periode bulan Januari 2006.
a). Persamaan regresi untuk pangan periode bulan Januari
2006.
Cpgn4 = 23724,2 + 8,930Y 4 – 81376,8D + 2,352Y4 D
Dimana:
Cpgn4 = Konsumsi pangan masyarakat Bulan Januari
2006
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak
tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat Bulan Januari 2006
e = Variabel gangguan
b). Persamaan regresi untuk sandang periode bulan Januari
2006
Csdg4 = 30620,230 + 5,221Y 4+ 24,884D – 2,75Y4D
Dimana:
Csdg4 = Konsumsi sandang masyarakat Bulan Januari
2006
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak
tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat Bulan Januari 2006
e = Variabel gangguan
c). Persamaan regresi untuk perumahan periode bulan
Januari 2006
Cprmh4 = 39260,623 + 0,108Y4+ 3711,938D – 8,26Y4D
Dimana:
Cpmh4 = Konsumsi perumahan masyarakat Bulan Januari
2006
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat Bulan Januari 2006
e = Variabel gangguan
d). Persamaan regresi untuk kesehatan periode bulan Januari
2006
Cksht4 = 64264,240 + 4,482Y4 – 42976,0D + 9,417Y4D
Dimana:
Cksh4 = Konsumsi kesehatan masyarakat Bulan Januari
2006
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat Bulan Januari 2006
e = Variabel gangguan
e). Persamaan regresi untuk pendidikan periode bulan Januari
2006
Cpddk4 = 68533,929 + 8,074Y 4 – 66293,6D + 8,550Y4D
Dimana:
Cpdk4 = Konsumsi pendidikan masyarakat Bulan Januari
2006
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat Bulan Januari 2006
e = Variabel gangguan
3. Uji Chow (Chow test)
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk membuktikan Hipotesis pertama yang telah
dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
pola konsumsi untuk kebutuhan pangan masyarakat berpendapatan
tetap dan tidak tetap diadakan pengujian dengan Uji Chow (Chow
test).
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi untuk pangan masyarakat berpendapatan tetap dan tidak
tetap. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian
dibandingkan dengan nilai Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap,
sebagai berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat
dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
Cpgn = 138232.1+ 0,139Y + 25837,875D + 1,502YD
Dimana:
Cp = Konsumsi pangan masyarakat berdasarkan kelompok.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar 39,630.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pangan masing-masing
kelompok sebagai berikut:
Cpgnt = 192284,5 + 9,647Y t + 44962,678D – 7,17YtD
Cpgntt =131333,1 + 0,113Y tt + 24537,316D +2,638YttD
Dimana:
Cpt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap.
Cptt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tidak tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan
tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 6,112 dan pada masyarakat
berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 20,891.
Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh
S4.
S4 =S2+ S3 = 6,112 +20,891
= 27,003
3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1
dengan S4
S5 =S1 + S4 = 39,630 +27,003
=12,627
4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar 48,56,
karena Fhitung > Ftabel atau 48,56 > 3,04 maka H0 ditolak artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi
untuk pangan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa
terdapat perbedaan pola konsumsi yang signifikan antara pola
konsumsi untuk pangan masyarakat berpendapatan tetap dan
masyarakat berpendapatan tidak tetap. Hal ini terbukti dari
hasil uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar 12,627,
dimana hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) =
3,04.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi
untuk pangan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah tidak terbukti. Hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa rata-rata pendapatan kelompok
masyarakat berpendapatan tetap lebih besar daripada
kelompok masyarakat berpendapatan tidak tetap, yang akan
berpengaruh pada gaya hidup yang berbeda. Rata-rata
pendapatan masyarakat berpendapatan lebih besar dari pada
masyarakat berpendapatan tidak tetap. Hal ini akan
berpengaruh pada pola konsumsi untuk pangan. Artinya
bahwa jenis dan harga pangan yang dikonsumsi oleh kedua
kelompok masyarakat berbeda. Rata-rata harga barang
konsumsi pangan (selain beras) untuk masyarakat
berepndapatan tetap lebih tinggi dari pada masyarakat
berpendapatan tetap. Tetapi penyebab perbedaan tersebut
bukan hanya dari harga saja, penyebab yang lain adalah
adanya kelompok individu yang membeli kebutuhan pangan
jadi, artinya mereka tidak mengolah sendiri, hal ini
kebanyakan dilakukan oleh masyarakat dari kelompok
berpendapatan tetap.
b. Pengujian Hipotesis Kedua
Untuk membuktikan Hipotesis kedua yang telah
dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara pola konsumsi untuk kebutuhan sandang masyarakat
berpendapatan tetap dan tidak tetap diadakan pengujian dengan
Uji Chow (Chow test).
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi untuk sandang masyarakat berpendapatan tetap dan
tidak tetap. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian
dibandingkan dengan nilai Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap,
sebagai berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah
dibuat dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya
adalah sebagai berikut:
Cs = 47217,134 + 5,751Y- 26215D+ 2,422YD
Dimana:
Cs = Konsumsi sandang masyarakat berdasarkan kelompok.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar 5,869.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi sandang masing-
masing kelompok sebagai berikut:
Csdgt = 56085,875 + 5,175Yt - 25465,6D + 4,575YtD
Csdgtt = 40456,319 + 6,495Ytt - 9811,206D – 4,03YttD
Dimana:
Cst = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap.
Cstt = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak
tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan
tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 2,044 dan pada masyarakat
berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 1,511.
Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh
S4.
S4 =S2+ S3 = 2,044 +1,511
= 3,555
3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1
dengan S4
S5 =S1 + S4 = 5,869 + 3,555
= 2,314
4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar 64,278, karena
Fhitung > Ftabel atau 64,278> 3,04 maka H0 ditolak, artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk sandang
masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan
tidak tetap.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
sandang masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow yaitu
dengan memiliki Fhitung sebesar 64,278, dimana hasil tersebut diatas
di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
sandang masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah tidak terbukti. Hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa rata-rata tingkat pengeluaran untuk
kebutuhan sandang pada kelompok masyarakat berpendapatan tetap
lebih tinggi daripada masyarakat berpendapatan tidak tetap. Hal ini
dikarenakan rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
lebih tinggi dari pada masyarakat berpendapatan tidak tetap.
c. Pengujian Hipotesis Ketiga.
Untuk membuktikan Hipotesis kelima yang telah
dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
pola konsumsi untuk kebutuhan perumahan masyarakat
berpendapatan tetap dan tidak tetap diadakan pengujian dengan Uji
Chow (Chow test).
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi untuk perumahan masyarakat berpendapatan tetap dan tidak
tetap. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian
dibandingkan dengan nilai Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai
berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat
dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
Cprmh = 26600,298 + 8,614Y + 11935,898D + 2,700YD
Dimana:
Cprmh = Konsumsi perumahan masyarakat berdasarkan kelompok.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar3,798.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi perumahan masing-
masing kelompok sebagai berikut:
Cprmht = 7304,194 + 9,970Yt + 31956,430D + 3,041YtD
Cprmhtt = 71781,847 - 1,07Ytt - 28809,3D + 3,583YttD
Dimana:
Cprmht = Konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tetap.
Cprmhtt = Konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tidak
tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan
tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 1,781 dan pada masyarakat
berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 0,394.
Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh S4.
S4 =S2+ S3 = 1,781 +0,394
= 2,175
3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan
S4
S5 =S1 - S4 = 3,798 – 2,175
= 1,623
4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar 73,772, karena
Fhitung > Ftabel atau 73,772 > 3,04 maka H0 ditolak, artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk perumahan
masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan
tidak tetap.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa
terdapat perbedaan pola konsumsi yang signifikan antara pola
konsumsi untuk perumahan masyarakat berpendapatan tetap dan
masyarakat berpendapatan tidak tetap. Hal ini terbukti dari hasil
uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar 73,772, dimana
hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
perumahan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah tidak terbukti. Hal ini sesuai dengan
kenyataan bahwa rata-rata tingkat pengeluaran untuk kebutuhan
perumahan pada kelompok masyarakat berpendapatan tetap lebih
tinggi daripada masyarakat berpendapatan tidak tetap. Hal ini
dikarenakan rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
lebih tinggi dari pada rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan
tidak tetap.
d. Pengujian Hipotesis Keempat.
Untuk membuktikan Hipotesis keempat yang telah
dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
pola konsumsi untuk kebutuhan kesehatan masyarakat berpendapatan
tetap dan tidak tetap diadakan pengujian dengan Uji Chow (Chow
test).
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi untuk kesehatan masyarakat berpendapatan tetap dan tidak
tetap. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian
dibandingkan dengan nilai Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai
berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat
dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
Cksh = 26298,335 + 8,323Y + 675,595D + 2,559YD
Dimana:
Cksh = Konsumsi kesehatan masyarakat berdasarkan kelompok.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar 8,192.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi kesehatan masing-
masing kelompok sebagai berikut:
Cksht = 21181,143 + 9,310Yt + 43083,097D – 4,83YtD
Ckshtt = 3433,641+ 0,133Ytt +17854,645D + 5,898YttD
Dimana:
Cksht = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tetap.
Ckshtt = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan
tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 2,787 dan pada masyarakat
berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 4,186.
Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh S4.
S4 =S2+ S3 = 2,787 - 4,186
=6,973
2. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan
S4
S5 =S1 - S4 = 8,192 – 6,973
=1,219
3. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar 17,414,
karena Fhitung > Ftabel atau 17,414 > 3,04 maka H0 ditolak, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kesehatan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kesehatan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow
yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar 17,414, dimana hasil
tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kesehatan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah tidak terbukti. Hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa rata-rata tingkat tingkat pendapatan
kelompok masyrakat berepndapatan tetap lebih besar dari pada
pada masyarakat berependapatan tidak tetap. Oleh karena itu
kelompok masyarakat berependapatan tetap lebih bisa
memperhatikan tingkat kesehatan mereka karena mempunyai
pendapatan yang lebih tinggi daripada kelompok masyarakat
berependapatan tidak tetap. Jadi pengeluaran untuk kesehatan
masyarakat berpendapatan tetap lebih besar dari kelompok
berpendapatan tidak tetap. Pengeluaran masyarakat
berpendapatan tetap lebih tinggi disebabkan karena pengeluaran
untuk kesehatan yang bersifat preventif atau jaga-jaga.
e. Pengujian Hipotesis Kelima
Untuk membuktikan Hipotesis kelima yang telah
dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
pola konsumsi untuk kebutuhan pendidikan masyarakat
berpendapatan tetap dan tidak tetap diadakan pengujian dengan Uji
Chow (Chow test).
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi untuk pendidkan masyarakat berpendapatan tetap dan tidak
tetap. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian
dibandingkan dengan nilai Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai
berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah
dibuat dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
Cpdk = 33428,138 + 0,110Y -21414,0D + 5,544YD
Dimana:
Cpdk = Konsumsi pendidikan masyarakat berdasarkan kelompok.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar12,854.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pendidikan masing-
masing kelompok sebagai berikut:
Cpdkt = 77134,111 + 6,847Yt - 8600,182D + 1,227YtD
Cpdktt = 9246,722 + 0,153Ytt - 7006,432D + 1,353YttD
Dimana:
Cpdkt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tetap.
Cpdktt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tidak
tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan
tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 1,517 dan pada masyarakat
berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 11,355.
Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh S4.
S4 =S2+ S3 = 1,517 + 11,355
=12,872
3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1
dengan S4
S5 =S1 - S4 = 12,854 - 12,872
= - 0,018
4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 0,138, karena
Fhitung < Ftabel atau - 0,138 < 3,04 maka H0 diterima artinya tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
pendidikan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
pendidikan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow
yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar - 0,138, dimana hasil
tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
pendidikan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah terbukti. Hal disebabkan karena
masyarakat akan berusaha memenuhi kebutuhan untuk
pendidikan yang sudah menjadi tanggungannya berapapun tingkat
pendapatan mereka dan penegeluaran untuk pendidikan secara
nyata memang tidak berbeda untuk kedua kelompok masyarakat.
f. Pengujian Hipotesis Keenam
Untuk membuktikan Hipotesis keenam yang telah
dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pola
konsumsi untuk pangan bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 maka
dalam hal ini diadakan pengujian dengan Uji Chow .
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal ini dapat
dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai
Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai
berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat
dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
Cp = 209158,2 + 9,934Y - 58764,5D – 2,54YD
Dimana:
Cp = Konsumsi pangan masyarakat berdasarkan periode waktu
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar 46,128.
1. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pangan masing-
masing kelompok sebagai berikut:
Cpgn1 = 192284,5 + 9,647Y1 – 60951,5D + 1,608Y1D
Cpgn4 = 23724,2 + 8,930Y 4 – 81376,8D + 2,352Y4 D
Dimana:
Cp1 = Konsumsi pangan bulan Oktober 2005.
Cp4 = Konsumsi pangan bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya
disebut S2 sebesar 21,542 dan pada bulan Januari 2006 disebut
dengan S3 sebesar 26,249. Kemudian dengan menjumlahkan RSS
tersebut akan diperoleh S4.
S4 =S2+ S3 = 21,542 + 26,249
= 47,791
2. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1
dengan S4
S5 =S1 - S4 = 46,128 - 47,791
= - 1,663
3. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 3,421, karena
Fhitung > Ftabel atau – 3,421 > 3,04 maka H0 diterima artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
pangan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa
terdapat perbedaan pola konsumsi yang signifikan antara pola
konsumsi untuk pangan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari
2006. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki
Fhitung sebesar – 3,421, dimana hasil tersebut diatas di atas Fhitung
untuk d.f (2: 196) = 3,04.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk pangan
bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah terbukti. Hal ini
sesuai dengan kenyataan bahwa masyarakat tidak mengurangi
kebutuhan pangan walaupun ada kenaikan harga akibat kenaikan
harga bahan bakar minyak. Jadi kenaikan harga akan menambah
biaya untuk kebutuhan pangan. Kenaikan harga lebih terasa pada
bulan Januari 2006 dibandingkan bulan Oktober 2005. Akibatnya
pengeluaran untuk kebutuhan pangan Bulan Januari 2006 lebih
besar daripada Bulan Oktober 2006.
g. Pengujian Hipotesis Ketujuh.
Untuk membuktikan hipotesis ketujuh yang telah
dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pola
konsumsi untuk sandang bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 maka
dalam hal ini diadakan pengujian dengan Uji Chow .
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi sandang untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal
ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan
nilai Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai
berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat
dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
Csdg = 47201,657 + 4,755Y - 22420,4D + 1,543YD
Dimana:
Csdg = Konsumsi sandang masyarakat berdasarkan periode waktu
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar 4,880.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pangan masing-masing
kelompok sebagai berikut:
Csdg1 = 56085,875 + 5,175Y 1 – 15629,6D + 1,320Y1D
Csdg4 = 30620,230 + 5,221Y 4+ 24,884D – 2,75Y4D
Dimana:
Csdg1 = Konsumsi pangan bulan Oktober 2005.
Csdg4 = Konsumsi pangan bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square) dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya
disebut S2 sebesar 1,511 dan pada bulan Januari 2006 disebut
dengan S3 sebesar 8,895. Kemudian dengan menjumlahkan RSS
tersebut akan diperoleh S4.
S4 =S2+ S3 = 1,511 + 8,895
= 10,406
3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan
S4
S5 =S1 - S4 = 4,880 - 10,406
= - 5,528
4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 52,1509,
karena Fhitung > Ftabel atau – 52,1509 > 3,04 maka H0 diterima,
artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi
untuk sandang untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa
terdapat perbedaan pola konsumsi yang signifikan antara pola
konsumsi untuk pangan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari
2006. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki
Fhitung sebesar – 52,1509, dimana hasil tersebut diatas di atas
Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk sandang
bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah terbukti.
h. Pengujian Hipotesis Kedelepan.
Untuk membuktikan hipotesis kedelapan yang telah
dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pola
konsumsi untuk perumahan bulan Oktober 2005 dan Januari 2006
maka dalam hal ini diadakan pengujian dengan Uji Chow .
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi perumahan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.
Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan
dengan nilai Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai
berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat
dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
Cpmh = 50370,806 + 7,255Y - 25033,3D + 1,053YD
Dimana:
Cpmh = Konsumsi perumahan masyarakat berdasarkan periode
waktu
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar 3,875.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi perumahan masing-
masing kelompok sebagai berikut:
Cprmh4 = 39260,623 + 0,108Y4+ 3711,938D – 8,26Y4D
Cprmh1 = 7304,194 + 9,970Y 1+ 64477,653D–0,110Y1D
Dimana:
Cpmh1 = Konsumsi perumahan bulan Oktober 2005.
Cpmh4 = Konsumsi perumahan bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square) dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya
disebut S2 sebesar 3,005 dan pada bulan Januari 2006 disebut
dengan S3 sebesar 2,384. Kemudian dengan menjumlahkan RSS
tersebut akan diperoleh S4.
S4 =S2+ S3 = 3,005 + 2,384
= 5,389
3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan
S4
S5 =S1 - S4 = 3,875 - 5,389
= - 1,514
4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 28,037,
karena Fhitung > Ftabel atau – 28,037 > 3,04 maka H0 diterima,
artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi
untuk perumahan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
perumahan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal ini
terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar
–28,037, dimana hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2:
196) = 3,04.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk perumahan
bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah terbukti. Hal ini
sesuai dengan kenyataan bahwa masyarakat tidak mengurangi
kebutuhan perumahan walaupun ada kenaikan harga akibat
kenaikan harga bahan bakar minyak. Jadi kenaikan harga akan
menambah biaya untuk kebutuhan pangan. Kenaikan harga lebih
terasa pada bulan Januari 2006 dibandingkan bulan Oktober 2005.
Akibatnya pengeluaran untuk kebutuhan perumahan Bulan
Januari 2006 lebih besar daripada Bulan Oktober 2006.
i. Pengujian Hipotesis Kesembilan.
Untuk membuktikan hipotesis kesembilan yang telah
dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pola
konsumsi untuk kesehatan bulan Oktober 2005 dan Januari 2006
maka dalam hal ini diadakan pengujian dengan Uji Chow .
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi kesehatan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal
ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan
nilai Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai
berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat
dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
Cksh = 2300,560 + 9,142Y + 14554,848D – 1,28YD
Dimana:
Cksh = Konsumsi kesehatan masyarakat berdasarkan periode waktu
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar 7,975.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi kesehatan masing-
masing kelompok sebagai berikut:
Cksht4 = 64264,240 + 4,482Y4 – 42976,0D + 9,417Y4D
Cksht1 = 21181,143 + 9,310Y 1 – 17747,5D + 4,000Y1D
Dimana:
Cksh1 = Konsumsi kesehatan bulan Oktober 2005.
Cksh4 = Konsumsi kesehatan bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square) dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya
disebut S2 sebesar7,140 dan pada bulan Januari 2006 disebut
dengan S3 sebesar 2,700. Kemudian dengan menjumlahkan RSS
tersebut akan diperoleh S4.
S4 =S2+ S3 = 7,140 + 2,700
= 9,840
3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan
S4
S5 =S1 - S4 = 7,975 - 9,840
= - 1,865
4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 18,65, karena
Fhitung > Ftabel atau – 18,65 > 3,04 maka H0 diterima artinya,
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kesehatan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
kesehatan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal ini
terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar
–18,65, dimana hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2:
196) = 3,04.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk kesehatan
Bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah terbukti. Hal ini
sesuai dengan kenyataan bahwa masyarakat tidak mengurangi
kebutuhan kesehatan walaupun ada kenaikan harga akibat
kenaikan harga bahan bakar minyak. Jadi kenaikan harga akan
menambah biaya untuk kebutuhan kesehatan. Kenaikan harga
lebih terasa pada bulan Januari 2006 dibandingkan bulan Oktober
2005. Akibatnya rata-rata pengeluaran untuk kebutuhan pangan
Bulan Januari 2006 lebih besar daripada Bulan Oktober 2006.
j. Pengujian Hipotesis Kesepuluh.
Untuk membuktikan hipotesis kesepuluh yang telah
dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pola
konsumsi untuk pendidikan bulan Oktober 2005 dan Januari 2006
maka dalam hal ini diadakan pengujian dengan Uji Chow .
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi pendidikan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.
Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan
dengan nilai Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai
berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat
dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
Cpddk = 51410,892 + 9,925Y - 28480,9D + 9,938YD
Dimana:
Cpddk = Konsumsi pendidikan masyarakat berdasarkan periode
waktu
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar 12,729.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pendidikan masing-
masing kelompok sebagai berikut:
Cpddk1 = 77134,111 + 6,847Y 1 – 67887,4D + 6,847Y1D
Cpddk4 = 68533,929 + 8,074Y 4 – 66293,6D + 8,550Y4D
Dimana:
Cpddk1 = Konsumsi pendidikan bulan Oktober 2005.
Cpddk4 = Konsumsi pendidikan bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square) dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya
disebut S2 sebesar 6,484 dan pada bulan Januari 2006 disebut
dengan S3 sebesar 7,071. Kemudian dengan menjumlahkan RSS
tersebut akan diperoleh S4.
S4 =S2+ S3 = 6,484 + 7,071
= 13,555
3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan
S4
S5 =S1 - S4 = 12,729 – 13,555
= - 0,826
4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 5,985, karena
Fhitung < Ftabel atau – 5,985< 3,04 maka H0 diterima artinya tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
pendidikan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa
terdapat perbedaan pola konsumsi yang signifikan antara pola
konsumsi untuk kesehatan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari
2006. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki
Fhitung sebesar – 5,985, dimana hasil tersebut diatas di atas
Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk
pendidikan bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah terbukti.
Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa masyarakat tidak
mengurangi kebutuhan pendidikan walaupun ada kenaikan harga
akibat kenaikan harga bahan bakar minyak. Pada kenyataannya,
rata biaya pendidikan untuk kedua kelompok masyarakat pada
Bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah tidak mengalami
perubahan yang signifikan.
k. Pengujian Hipotesis Kesebelas.
Untuk membuktikan Hipotesis kesebelas yang telah
dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
konsumsi total masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap
diadakan pengujian dengan Uji Chow (Chow test).
Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan
konsumsi total masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap. Hal
ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan
nilai Ftabel.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai
berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat
dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
CT = 3811555,6 + 0,406Y - 119869D + 2,234YD
Dimana:
CT = Konsumsi total masyarakat berdasarkan kelompok.
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar 38,673.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi total masing-masing
kelompok sebagai berikut:
CTt = 366599,2 + 0,389Yt -19974,3D+ 0,202YtD
CTtt = 256251,6 + 0,453Ytt - 4561,263D + 1,585YttD
Dimana:
CTt = Konsumsi total masyarakat berpendapatan tetap.
CTtt = Konsumsi total masyarakat berpendapatan tidak tetap
D = Dummy Variabel (periode waktu)
D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005
D = 1, jika periode Bulan Januari 2006
Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan
tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 8,482 dan pada masyarakat
berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 14,899.
Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh S4.
S4 =S2+ S3 = 8,482 + 14,899
=24,381
2. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1
dengan S4
S5 =S1 - S4 = 38,673 - 24,381
= 14,292
3. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar 57,629, karena
Fhitung > Ftabel atau 57,629 > 3,04 maka H0 ditolak, artinya tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi total
masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan
tidak tetap.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa tidak
terdapat perbedaan antara konsumsi total masyarakat
berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Hal ini terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung
sebesar 57,629, dimana hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk
d.f (2: 196) = 3,04.
l. Pengujian Keduabelas.
Untuk membuktikan hipotesis kesepuluh yang telah
dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara
konsumsi total bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 maka dalam hal
ini diadakan pengujian dengan Uji Chow ..
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai
berikut:
1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat
dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah
sebagai berikut:
CT = 272542,7 + 0,470Y - 9797,284D + 0,103YD
Dimana:
CT = Konsumsi total masyarakat berdasarkan periode waktu
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y = Pendapatan masyarakat
e = Variabel gangguan.
Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum
Square) yang disebut S1 sebesar 40,623.
2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pendidikan masing-
masing kelompok sebagai berikut:
CT1 = 357323+ 0,399Y1 - 101072D +5,3342Y1D
CT4 = 439243 + 0,373Y4 - 187553D + 9,591Y4D
Dimana:
CT1 = Konsumsi total bulan Oktober 2005.
CT4 = Konsumsi total bulan Januari 2006.
D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)
D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap
D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap
Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap
Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
e = Variabel gangguan.
Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square) dari masing-
masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya
disebut S2 sebesar 22,115 dan pada bulan Januari 2006 disebut
dengan S3 sebesar 18,843. Kemudian dengan menjumlahkan RSS
tersebut akan diperoleh S4.
S4 =S2+ S3 = 22,115 + 18,843
= 40,958
3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan
S4
S5 =S1 - S4 = 40,633– 40,958
= - 0,335
4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:
Nilai F-test dicari dengan rumus:
)2( 21
4
5
KNNS
KS
F
−+
=
Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 0,805,
karena Fhitung < Ftabel atau – 0,805< 3,04 maka H0 diterima, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi total
untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.
Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi total untuk
bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal ini terbukti dari hasil
uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar – 0,805, dimana
hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.
3. Komparasi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat.
a. Komparasi perubahan pola konsumsi untuk kebutuhan pangan.
1). Pola konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap.
Cpgnt = 192284,5 + 9,647Y t + 44962,678D – 7,17YtD
Dari persamaan diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi pangan masyarakat
berpendapatan tetap Bulan Oktober 2005
Cpgnt = 192284,5 + 9,647Y t
b). Fungsi konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap Bulan
Oktober 2005
Cpgnt = 237247,17 + 2,477 Y t
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi pangan nampak
ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober
2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.3. Fungsi Konsumsi Pangan Masyarakat
Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan
Januari 2006.
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005
hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk pangan masyarakat
berpendapatan tetap adalah 9,647 dan pada Bulan Januari 2006
seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi
2,477. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y
sama dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar
192284,5, dan pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan
menjadi 237247,17.
Perubahan tingkat harga konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena
dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan
Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut
dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan
pangan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan
faktor lain selain pendapatan.
2). Pola konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Cpgntt = 131333,1 + 0,113Y tt + 24537,316D + 2,638YttD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi pangan masyarakat
berpendapatan tidak tetap Bulan Oktober 2005.
Cpgntt = 131333,1 + 0,113Y tt
b). Fungsi konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tidak tetap
Bulan Januari 2006.
Cpgntt = 155870,416 + 2,751Y tt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi pangan nampak
ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober
2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.4. Fungsi Konsumsi Pangan Masyarakat
Berpendapatan Tidak Tetap Bulan Oktober 2005 dan
Januari 2006.
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005
hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk pangan pangan masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah 0,113 dan pada Bulan Januari
2006 seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah
menjadi 2,751. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada
saat Y sama dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar
131333,1, dan pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan
menjadi 155870,416.
Perubahan tingkat konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena
dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan
Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut
dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan
pangan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan
faktor lain selainpendapatan.
3). Pola konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap
dan masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Berikut disajikan hubungan gambar pola konsumsi pangan
masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap.
Gambar 4.5. Fungsi Konsumsi Pangan Masyarakat
Berpendapatan tetap dan Tidak Tetap Bulan
Oktober 2005 dan Januari 2006.
b. Komparasi perubahan pola konsumsi untuk kebutuhan sandang.
1). Pola konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap
Csdgt = 56085,875 + 5,175Yt - 25465,6D + 4,575YtD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi sandang masyarakat
berpendapatan tetap Bulan Oktober 2005.
Csdgt = 56085,875 + 5,175Yt
b). Fungsi konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap Bulan
Januari 2006.
Csdgt =30620,275 +9,75 Yt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi pangan nampak
ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober
2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.6. Fungsi Konsumsi sandang Masyarakat
Berpendapatan tetap Bulan Oktober 2005 dan
Januari 2006
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005
hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk sandang masyarakat
berpendapatan tetap adalah 9,647 dan pada Bulan Januari 2006
seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi
9,75. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama
dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 56085,875, dan
pada Bulan Januari 2006 mengalami penuurunan menjadi 30620,275.
Perubahan tingkat konsumsi sandang dapat dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena
dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan
Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut
dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan
sandang akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan
faktor lain selain pendapatan.
2). Pola konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak tetap
Csdgtt = 40456,319 + 6,495Ytt - 9811,206D – 4,03YttD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak tetap
Bulan Oktober 2005.
Csdgtt = 40456,319 + 6,495Ytt
b). Fungsi konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak tetap
Bulan Januari 2006.
Csdgtt = 30645,113 + 2,465 Ytt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi sandang nampak
ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober
2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.7. Fungsi Konsumsi sandang Masyarakat
Berpendapatan Tidak Tetap Bulan Oktober
2005 dan Januari 2006
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005
hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk sandang masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah 6,495 dan pada Bulan Januari 2006
seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi
2,465. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama
dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 40456,319, dan
pada Bulan Januari 2006 mengalami penurunan menjadi 30645,113.
Perubahan tingkat konsumsi sandang dapat dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan, tingkat harga harga dan faktor lainnya.
Karena dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006
dan Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan
tersebut dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa
kebutuhan sandang akibat penghapusan subsidi BBM dan juga
disebabkan faktor lain selain pendapatan.
3). Pola konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap dan
masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Berikut disajikan hubungan gambar pola konsumsi sandang
masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap
Gambar 4.8. Fungsi Konsumsi Sandang Masyarakat
Berpendapatan tetap dan Tidak Tetap Bulan
Oktober 2005 dan Januari 2006
c. Komparasi perubahan pola konsumsi untuk kebutuhan perumahan.
1). Pola konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tetap
Cprmht = 7304,194 + 9,970Yt + 31956,430D + 3,041YtD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tetap
Bulan Oktober 2005.
Cprmht = 7304,194 + 9,970Yt
b). Fungsi konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tetap
Bulan Januari 2006.
Cprmht = 39260,624+ 13,011Yt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi perumahan
nampak ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan
Oktober 2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.9. Fungsi Konsumsi Perumahan Masyarakat
Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan
Januari 2006.
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005
hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk perumahan masyarakat
berpendapatan tetap adalah 9,970 dan pada Bulan Januari 2006
seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi
13,011. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y
sama dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 7304,194,
dan pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan menjadi
39260,624.
Perubahan tingkat konsumsi perumahan dapat dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena
dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan
Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut
dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan
perumahan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan
faktor lain selain pendapatan.
2). Pola konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tidak tetap
Cprmhtt = 71781,847 - 1,07Ytt - 28809,3D + 3,583YttD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tidak
tetap Bulan Oktober 2005.
Cprmhtt = 71781,847 - 1,07Ytt
b). Fungsi konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tidak
tetap Bulan Januari 2006.
Cprmhtt = 42972,547 + 2,513 Yt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi perumahan
nampak ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan
Oktober 2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.10. Fungsi Konsumsi Perumahan Masyarakat
Berpendapatan Tidak Tetap Bulan Oktober
2005 dan Januari 2006.
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005
hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk perumahan masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah 1,07 dan pada Bulan Januari 2006
seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi
2,513. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama
dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 71781,847, dan
pada Bulan Januari 2006 mengalami penurunan menjadi 42972,547.
Perubahan tingkat konsumsi perumahan dapat dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena
dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan
Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut
dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan
perumahan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan
faktor lain selain pendapatan.
3). Pola konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tetap dan
masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Berikut disajikan hubungan gambar pola konsumsi pangan
masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap
Gambar 4.11. Fungsi Konsumsi Perumahan Masyarakat
Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan
Januari 2006.
d. Komparasi perubahan pola konsumsi untuk kebutuhan kesehatan.
1). Pola konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap
Cksht = 21181,143 + 9,310Yt + 43083,097D – 4,83YtD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi kesehatan masyarakat
berpendapatan tidak tetap Bulan Oktober 2005.
Cksht = 21181,143 + 9,310Yt
b). Fungsi konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
Bulan Januari 2006.
Cksht = 64264,24+ 4,48Yt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi kesehatan nampak
ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober
2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.12. Fungsi Konsumsi Kesehatan Masyarakat
Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan
Januari 2006.
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober
2005 hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk kesehatan masyarakat
berpendapatan tetap adalah 9,310 dan pada Bulan Januari 2006
seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi
4,48. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama
dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 21181,143, dan
pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan menjadi 64264,24.
Perubahan tingkat konsumsi kesehatan dapat dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena
dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan
Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut
dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan
kesehatan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan
faktor lain selain pendapatan.
2). Pola konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
Ckshtt = 3433,641+ 0,133Ytt +17854,645D + 5,898YttD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
Bulan Oktober 2005.
Ckshtt = 3433,641+ 0,133Ytt
b). Fungsi konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tidak tetap
Bulan Januari 2006.
Ckshtt = 21288,286+ 6,031Ytt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi kesehatan nampak
ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober
2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.13. Fungsi Konsumsi Kesehatan Masyarakat
Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan
Januari 2006.
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005
hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk kesehatan masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah 0,133 dan pada Bulan Januari 2006
seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi
6,031. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama
dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 3433,641, dan
pada Bulan Januari 2006 mengalami penurunan menjadi 21288,286.
Perubahan tingkat konsumsi kesehatan dapat dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena
dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan
Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut
dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan
kesehatan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan
faktor lain selain pendapatan.
c). Pola konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tetap
dan masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Berikut disajikan hubungan gambar pola konsumsi pangan
masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap.
Gambar 4.14. Fungsi Konsumsi Kesehatan Masyarakat
Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan
Januari 2006.
e. Komparasi perubahan pola konsumsi untuk kebutuhan pendidikan.
1). Pola konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tetap
Cpdkt = 77134,111 + 6,847Yt - 8600,182D + 1,227YtD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan
tetap Bulan Oktober 2005.
Cpdkt = 77134,111 + 6,847Yt
b). Fungsi konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tetap
Bulan Januari 2006.
Cpdkt = 68533,929+ 8,074Yt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi pendidikan
nampak ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan
Oktober 2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.15. Fungsi Konsumsi pendidikan Masyarakat
Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan
Januari 2006.
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober
2005 hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk pendidikan masyarakat
berpendapatan tetap adalah 6,847 dan pada Bulan Januari 2006
seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi
8,074. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama
dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 77134,111, dan
pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan menjadi 68533,929.
Perubahan tingkat harga konsumsi pendidikan dapat
dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor
lainnya. Karena dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari
2006 dan Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan
tersebut dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa
kebutuhan pendidikan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga
disebabkan faktor lain selain pendapatan.
2). Pola konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tetap
Cpdktt = 9246,722 + 0,153Ytt - 7006,432D + 1,353YttD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tidak
tetap Bulan Oktober 2005.
Cpdktt = 9246,722 + 0,153Ytt
b). Fungsi konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tidak
tetap Bulan Januari 2006.
Cpdktt = 2240,29+ 1,506Ytt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi pendidikan
nampak ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan
Oktober 2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.16. Fungsi Konsumsi Pendidikan Masyarakat
Berpendapatan Tidak Tetap Bulan Oktober 2005
dan Januari 2006.
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober
2005 hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk pendidikan masyarakat
berpendapatan tidak tetap adalah 0,153 dan pada Bulan Januari 2006
seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi
1,506. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama
dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 9246,722, dan
pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan menjadi 2240,29.
Perubahan tingkat harga konsumsi pendidikan dapat
dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor
lainnya. Karena dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari
2006 dan Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan
tersebut dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa
kebutuhan pendidikan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga
disebabkan faktor lain selain pendapatan.
3). Pola konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tetap dan
masyarakat berpendapatan tidak tetap.
Berikut disajikan hubungan gambar pola konsumsi pangan
masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap
Gambar 4.17. Fungsi Konsumsi Pendidikan Masyarakat
Berpendapatan Tetap dan Tidak TetapBulan
Oktober 2005 dan Januari 2006.
f. Komparasi perubahan pola konsumsi total.
1). Pola konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap
CTt = 366599,2 + 0,389Yt -19974,3D+ 0,202YtD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi total masyarakat berpendapatan tetap Bulan
Oktober 2005.
CTt = 366599,2 + 0,389Yt
b). Fungsi konsumsi total masyarakat berpendapatan tetap Bulan
Januari 2006.
CTt = 346624,9+ 0,591Yt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi total nampak ada
perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober 2005
dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.19. Fungsi Konsumsi Total Masyarakat
Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan
Januari 2006.
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober
2005 hasrat mengkonsumsi (MPC) masyarakat berpendapatan tetap
adalah 0,389 dan pada Bulan Januari 2006 seiring dengan perubahan
fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi 0,591. Perubahan juga
terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama dengan 0) untuk bulan
Oktober 2005 adalah sebesar 366599,2, dan pada Bulan Januari 2006
mengalami purunan menjadi 346624,9.
Perubahan tingkat konsumsi dapat dipengaruhi oleh perubahan
pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena dalam
penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan Oktober
2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut dikarenakan
adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan akibat
penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan faktor lain selain
pendapatan.
2). Pola konsumsi masyarakat berpendapatan tidak tetap
CTtt = 256251,6 + 0,453Ytt - 4561,263D + 1,585YttD
Dari persamaan Diatas diperoleh:
a). Fungsi konsumsi masyarakat berpendapatan tidak tetap Bulan
Oktober 2005.
CTtt = 256251,6 + 0,453Ytt
b). Fungsi konsumsi masyarakat berpendapatan tidak tetap Bulan
Januari 2006.
CTtt = 251690,337+ 1,585Ytt
Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi nampak ada
perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober 2005
dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.19. Fungsi Konsumsi Total Masyarakat
Berpendapatan Tidak Tetap Bulan Oktober 2005
dan Januari 2006.
Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober
2005 hasrat mengkonsumsi (MPC) masyarakat berpendapatan tidak
tetap adalah 0,453 dan pada Bulan Januari 2006 seiring dengan
perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi 1,585. Perubahan
juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama dengan 0) untuk
bulan Oktober 2005 adalah sebesar 256251,6, dan pada Bulan Januari
2006 mengalami perubahan menjadi 251690,337.
Perubahan tingkat konsumsi dapat dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena
dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan
Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut
dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan
akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan faktor lain
selain pendapatan.
3). Pola konsumsi masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat
berpendapatan tidak tetap.
Berikut disajikan hubungan pola konsumsi sandang
masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap.
Gambar 4.20. Fungsi Konsumsi Total Masyarakat Berpendapatan
tetap dan Tidak Tetap Bulan Oktober 2005
dan Januari 2006
5. Ringkasan Hasil Pengolahan Data.
a. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Dari Uji Chow diperoleh hasil atau kesimpulan dari hipotesis
yang telah dikemukakan, adapun hasil pengujian hipotesis dalam
penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.28.
B. Tabel 4.28 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
No Hipotesis (H0) Hasil pengujian Kesimpulan
1. Cpgnt = Cpgntt Ditolak Cpgnt ≠ Cpgntt
2. Csdgt = Csdgtt Ditolak Csdgt ≠ Csdgtt
3. Cpmht = Cpmhtt Ditolak Cpmht ≠ Cpmhtt
4. Cksht = Ckshtt Ditolak Cksht ≠ Ckshtt
5. Cpdkt = Cpdktt Diterima Cpdkt = Cpdktt
6. Cpgn1 ≠ Cpgn4 Diterima Cpgn1 ≠ Cpgn4
7. Csdg1 ≠ Csdg4 Diterima Csdg1 ≠ Csdg4
8. Cpmh1 ≠ Cpmh4 Diterima Cpmh1 ≠ Cpmh4
9. Cksh1 ≠Cksh4 Diterima Cksh1 ≠Cksh4
10. Cpdk1 = Cpdk4 Diterima Cpdk1 = Cpdk4
11. CTt = CTtt Ditolak CTt ≠ CTtt
12. CT1 ≠ CT4 Diterima CT1 ≠ CT4
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Uji Chow.
b. Ringkasan Komparasi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat.
1. Pola Konsumsi Masyarakat Berpendapatan Tetap
Berikut disajikan ringkasan hasil pengolahan data untuk pola
konsumsi masyarakat berpendapatan tetap periode Bulan Oktober
2005 dan Januari 2006.
Tabel 4.29. Ringkasan Hasil Pengolahan Data Untuk Masyarakat Berpendapatan
Tetap.
Bulan Oktober 2005 Bulan Januari 2006
Konsumsi Rata2/bln C0 MPC Rata2/bln C0 MPC
Pangan
Sandang
Perumahan
Kesehatan
Pendidikan
Total
276.140
101.070
93.960
102.101
136.645
704416,0
192284,5
56085,87
7304,194
21181,14
77134,11
366599,2
9,647
5,175
9,970
9,310
6,847
0,389
314.780
76.002
132.906
103.225
136.110
763113,00
237247,17
30620,275
39260,624
64264,24
68533,929
346624,9
2,477
9,75
13,011
4,48
8,074
0,591
Sumber: Data Primer Diolah
Keterangan:
C0 = Konsumsi awal (Konsumsi saat Y sama dengan 0)
MPC = Marginal Propensity to Consume (slope kemiringan kurva
Engel)
Rata2/bulan = Rata – rata pengeluaran masyarakat perbulan dalam
Rupiah.
2. Pola Konsumsi Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap
Berikut disajikan ringkasan hasil pengolahan data untuk pola
konsumsi masyarakat berpendapatan tidak tetap periode Bulan
Oktober 2005 dan Januari 2006.
Tabel 4.30. Ringkasan Hasil Pengolahan Data Untuk Masyarakat Berpendapatan
Tidak Tetap
Bulan Oktober 2005 Bulan Januari 2006
Konsumsi Rata2/bln C0 MPC Rata2/bln C0 MPC
Pangan
Sandang
Perumahan
Kesehatan
Pendidikan
Total
175.140
65.736
67.634
55.235
68.680
432426,0
131333,1
40456,31
71781,84
3433,641
9246,722
256251,6
0,113
6,495
- 1,07
0,133
0,153
0,453
199.780
40.258
52.770
75.386
66.940
434034,0
155870,416
30645,113
42972,547
21288,286
2240,29
251690,337
2,751
2,465
2,513
6,031
1,506
1,585
Sumber: Data Primer Diolah
Keterangan:
C0 = Konsumsi awal (Konsumsi saat Y sama dengan 0)
MPC = Marginal Propensity to Consume (slope kemiringan kurva
Engel)
Rata2/bulan = Rata – rata pengeluaran masyarakat perbulan dalam
Rupiah.
6. Analisis Ekonomi
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Uji Chow
mengungkapkan bahwa: pertama terdapat perbedaan yang signifikan
antara pengeluaran konsumsi untuk pangan, perumahan, sandang dan
kesehatan pada masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap.
Sedangkan untuk pengeluaran untuk pendidikan disimpulkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan. Kedua, Terdapat perbedaan yang
signifikan antara pengeluaran konsumsi masyarakat berpendapatan tetap
dan tidak tetap untuk pangan, perumahan, sandang dan kesehatan pada
Bulan Oktober 2005 dan Bulan Januari 2006. Sedangkan untuk
pengeluaran konsumsi pendidikan disimpulkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
Perbedaan ini lebih dikarenakan oleh faktor perbedaan
pendapatan yang mana rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan
tetap lebih tinggi dari pada pendapatan masyarakat berpendapatan tidak
tetap. Tinggi rendahnya pendapatan disini akan mempengaruhi jenis dan
kualitas barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan untuk
kenaikan harga barang akibat penghapusan subsidi BBM tidak
berpengaruh signifikan pada jumlah barang yang diminta oleh
masyarakat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori ekonomi yaitu tinggi
rendahnya pendapatan akan mempengaruhi jenis barang yang akan
dikonsumsi, hal ini sesuai dengan teorinya Sadono Sukirno (1999 : 81-
82) yaitu bahwa pendapatan konsumen membedakan jenis barang
menjadi empat golongan yaitu:
1. Barang Inferior, yaitu barang yang banyak diminati oleh orang-orang
yang berpendapatan rendah. Apabila pendapatan konsumen rendah
maka permintaan terhadap barang inferior akan tinggi. Sebaliknya,
apabila pendapatan konsumen tinggi maka permintaan akan barang
inferior akan semakin menurun. Misalnya permintaan untuk
mengkonsumsi getuk.
2. Barang Esensial, yaitu barang yang sangat penting artinya dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Barang esensial biasanya
merupakan barang-barang kebutuhan pokok konsumen.
3. Barang Normal, sesuatu dapat dikatakan barang normal apabila
mengalami kenaikan pendapatan diiringi dengan kenaikan
permintaan. Ada dua faktor yang menyebabkan barang-barang
normal permintaannya bertambah apabila pendapatannya bertambah:
a. Pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk membeli
lebih banyak barang.
b. Pertambahan pendapatan memungkinkan para pembeli menukar
konsumsi ke barang yang lebih baik.
4. Barang Mewah, jenis barang yang dibeli konsumen apabila
pendapatan mereka relatif tinggi. Contohnya pada pembelian mobil.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai akibat atau dampak penghapusan subsidi bahan bakar minyak
yang tertuang dalam Peraturan Presiden No 55 Tahun 2005 tentang Kenaikan
Harga Jual Eceran Bahan Minyak Dalam Negeri terhadap pola konsumsi
maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Kelompok Masyarakat Berpendapatan Tetap.
a. Rata – rata total pengeluaran konsumsi masyarakat berpendapatan
tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 704.416 Sedangkan pada
Bulan Januari 2006 sebesar 763.113. Artinya bahwa total pengeluaran
konsumsi masyarakat berpendapatan tetap mengalami peningkatan
sebesar 58.697 Hal ini dikarenakan dampak penghapusan subsidi
BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006 terbukti dengan
meningkatnya harga barang kebutuhan terutama barang kebutuhan
pangan.
b. Rata – rata pengeluaran konsumsi pangan masyarakat berpendapatan
tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 276.140 Sedangkan pada
Bulan Januari 2006 sebesar 314.780. Artinya bahwa total pengeluaran
konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami peningkatan
sebesar 38.640. Hal ini dikarenakan dampak penghapusan subsidi
BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006 terbukti dengan
meningkatnya harga barang kebutuhan terutama barang kebutuhan
pangan.
c. Rata – rata pengeluaran konsumsi sandang masyarakat berpendapatan
tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 101.070 Sedangkan pada
Bulan Januari 2006 sebesar 76.002 Artinya bahwa total pengeluaran
konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami penurunan
sebesar 25.068.
d. Rata – rata pengeluaran konsumsi perumahan masyarakat
berpendapatan tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 93.960
Sedangkan pada Bulan Januari 2006 sebesar 132.906 Artinya bahwa
total pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap
mengalami peningkatan sebesar 38.946. Hal ini dikarenakan dampak
penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006
terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama
barang kebutuhan pangan.
e. Rata – rata pengeluaran konsumsi kesehatan masyarakat
berpendapatan tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 102.101
Sedangkan pada Bulan Januari 2006 sebesar 103.225. Artinya bahwa
total pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap
mengalami peningkatan sebesar 1.124. Hal ini dikarenakan dampak
penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006
terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama
barang kebutuhan pangan.
f. Rata – rata pengeluaran pendidikan masyarakat berpendapatan tetap
pada Bulan Oktober 2005 sebesar 136.645 Sedangkan pada Bulan
Januari 2006 sebesar 136.110 Artinya bahwa total pengeluaran
konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami penurunan
sebesar 535. Hal ini dikarenakan dampak penghapusan subsidi BBM
lebih dirasakan pada bulan Januari 2006 terbukti dengan
meningkatnya harga barang kebutuhan terutama barang kebutuhan
pangan.
Kelompok Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap.
a. Rata – rata total pengeluaran masyarakat berpendapatan tidak tetap
pada Bulan Oktober 2005 sebesar 432.426. Sedangkan pada Bulan
Januari 2006 sebesar 434.034. Artinya bahwa total pengeluaran
konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami peningkatan
sebesar 16.080. Hal ini dikarenakan dampak penghapusan subsidi
BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006 terbukti dengan
meningkatnya harga barang kebutuhan terutama barang kebutuhan
pangan.
b. Rata – rata pengeluaran konsumsi pangan masyarakat berpendapatan
tidak tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 175.140 Sedangkan
pada Bulan Januari 2006 sebesar 199.780 Artinya bahwa total
pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami
peningkatan sebesar 24.640. Hal ini dikarenakan dampak
penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006
terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama
barang kebutuhan pangan
c. Rata – rata pengeluaran konsumsi sandang masyarakat berpendapatan
tidak tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 65.736 Sedangkan pada
Bulan Januari 2006 sebesar 40.258 Artinya bahwa total pengeluaran
konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami penurunan
sebesar 25.478. Hal ini dikarenakan dampak penghapusan subsidi
BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006 terbukti dengan
meningkatnya harga barang kebutuhan terutama barang kebutuhan
pangan
d. Rata – rata pengeluaran konsumsi perumahan masyarakat
berpendapatan tidak tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 67.634
Sedangkan pada Bulan Januari 2006 sebesar 52.770 Artinya bahwa
total pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap
mengalami penurunan sebesar 14.864. Hal ini dikarenakan dampak
penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006
terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama
barang kebutuhan pangan
e. Rata – rata pengeluaran konsumsi kesehatan masyarakat
berpendapatan tidak tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 55.235
Sedangkan pada Bulan Januari 2006 sebesar 75.386.Artinya bahwa
total pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap
mengalami peningkatan sebesar 20.151.Hal ini dikarenakan dampak
penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006
terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama
barang kebutuhan pangan
f. Rata – rata pengeluaran konsumsi pendidikan masyarakat
berpendapatan tidak tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 68.680
Sedangkan pada Bulan Januari 2006 sebesar 66.940. Artinya bahwa
total pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap
mengalami peningkatan sebesar1.740. Hal ini dikarenakan dampak
penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006
terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama
barang kebutuhan pangan.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Uji Chow mengungkapkan
bahwa: pertama terdapat perbedaan yang signifikan antara pengeluaran
konsumsi untuk pangan, perumahan, sandang dan kesehatan pada masyarakat
berpendapatan tetap dan tidak tetap. Sedangkan untuk pengeluaran untuk
pendidikan disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kedua,
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengeluaran konsumsi masyarakat
berpendapatan tetap dan tidak tetap untuk pangan, perumahan, sandang dan
kesehatan pada Bulan Oktober 2005 dan Bulan Januari 2006. Sedangkan
untuk pengeluaran konsumsi pendidikan disimpulkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dengan adanya penghapusan subsidi
BBM maka biaya hidup masyarakat semakin tinggi karena adanya kenaikan
harga barang konsumsi dan daya beli (purchasing power) masyarakat turun. Jika
inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM khususnya inflasi bahan
makanan cukup tinggi maka kemiskinan juga akan meningkat. Kenaikan harga
ini akan lebih dirasakan oleh masyarakat berpendapatan rendah, dan dalam
penelitian ini rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap lebih
rendah daripada rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan tetap. Artinya
bahwa, dampak penghapusan subsidi BBM akan lebih dirasakan oleh kelompok
masyarakat berpendapatan tidak tetap yaitu antara lain: buruh tani dan buruh
bangunan.
Adanya fenomena diatas, pemerintah sebagai pengambil kebijakan
seharusnya dapat memberikan kompensasi yang layak dari dampak kebijakan
yang diambil yaitu pengahapusan subisdi BBM. Kebijakan pemerintah yang
berhubungan langsung dengan penghapusan subsidi ini adalah apa yang disebut
dengan Subsidi Langsung Tunai (SLT). Tujuan pemberian subsidi ini adalah
sebagai jaring pengaman social yang bersifat sementara yaitu mengamankan
orang-orang yang berada dibawah garis kemiskinan dan hampir miskin terhadap
gejolak perekonomian. Secara teoritis kebijakan “Cash Transfer” lebih baik jika
dibandingkan dengan subsidi BBM seperti yang terjadi selama ini dimana,
sebagian besar subsidi BBM dinikmati oleh kelompok nin-miskin. Berdasarkan
teori compensating variation (Varian, 1996 dalam Hidayat: 2005) menunjukkan
bahwa “Cash Transfer” akan megembalikan daya beli kelompok miskin pada
kondisi yang semula yaitu daya beli sebelum adanya kenaikan harga BBM.
Pemerintah dalam menyalurkan Subsidi Langsung Tunai (SLT) harus
melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyaluran subsidi tersebut agar
tujuan penghapusan dan pemberian kompensasi BBM dalam hal ini Subsidi
Langsung Tunai tepat sasaran dan tidak salah arah.Pengalihan subsidi BBM ke
Subsidi Langsung Tunai sebaiknya diarahkan kearah kegiatan yang bersifat
produktif dan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia seperti
program padat karya pendidikan dasar dan kesehatan.
Walaupun pencabutan subsidi BBM secara teori ekonomi memiliki
argumentasi yang kuat, tetapi pemerintah juga harus memperhatikan dampak
sosial dan politik akibat pencabutan subsidi tersebut dan perlu mengusahakan
jalan keluar permasalahan yang timbul.
DAFTAR PUSTAKA
Arivani, Dian. 2004.“Elastisitas Permintaan Telepon Tetap di Surakarta. Skripsi. Surakarta: FE UNS (tidak dipublikasikan).
Ari Sudarman. 1994.Teori Ekonomi Mikro,Jilid 1Edisi ketiga,Jakarta: BPFE. Anis Mardiana. 2005. “Analisis Deskriptif Dampak kenaikan Kenaikan Harga
minyak Mentah Dunia Terhadap Anggaran Negara dan Perekonomia”. Skripsi. Surakarta: FE UNS (tidak dipublikasikan).
Agus Syarip Hidayat. 2005. Konsumsi BBM dan Peluang Pengembangan Energi
Alternatif.Jurnal Inovasi Vol.5/XVII/November 2005, hal 11 – 17. Anonim. 2004. Modul Laboratorium Ekonometrika. Surakarta: Jurusan Ekonomi
Pembangunan FE UNS. Badan Analisis Fiskal. 2000. Nota Keuangan dan RAPBN 2000. Jakarta: Badan
Analisis Fiskal Departemen Keuangan. Cornelius Tjahjapriyadi dan Waluyo Djoko Indarto.2003.Analisis Pola Konsumsi
Rokok Sigaret Kretek Mesin, Sigaret Kretek Tangan dan Sigaret Putih Mesin.Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol.7, No 4, hal 104 -114.
Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.2005.Reformasi Harga
BBM Demi Mewujudkan Keadilan: Kita Berhemat untuk Rakyat. DEPKOMINFO
Dharmmesta, Basu Swasta. 1999. Riset Konsumen dalam Pengembangan Teori
Perilaku Konsumen dan Masa Datang. Yogyakarta: UGM. Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo.1984. Statistik Induktif.Yogyakarta : BPFE-
UGM. Ghozali, Imam. 2004. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.
Semarang: BP-UNDIP. Gujarati, Damodar.1999. Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Zain Sumarno, Jakarta:
Erlangga. BPS.2004. Kecamatan Salaman dalam Angka Tahun 2004. Kec Salaman, Kab.
Magelang: BPS BPS.2004. Kabupaten Magelang dalam Angka Tahun 2004. Kabupaten Magelang:
BPS
Mankiw, N. Gregory. 2000. Macro Economics 4th Edition. New York: Worth Publisers Inc.
McEachern, William A. 2000. Economics: A Contemporary Introduction. USA:
South-Western College Publishing. Mislan.1999.Kajian Pemenuhan Kebutuhan Air Rumah Tangga Di Kecamatan
Samarinda Ulu Kotamadya Samarinda.Jurnal Frontir Nomor 24 Februari 1999.
M.Suparmoko.1998. Pengantar Ekonomi Makro,Yogyakarta : BPFE.-UGM.
Mulyanto S dan Hans Dieter Evers. 1982.Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.Jakarta : Rajawali Press.
M Yususf Ridha.. 2003.”Analisis Pola Konsumsi Mahasiswa di Surakarta Th.
2003”. Skripsi. Surakarta: FE UNS (tidak dipublikasikan). Nur Binti. 2002.”Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan Daging
Ayam Di Kab. Karangayar”. Skripsi. Surakarta: FE UNS (tidak dipublikasikan).
Paul A. Samuelson & Wiliam D. Nordhaus, 1993, Mikro Ekonomi-14, Jakarta:
Erlangga. Peraturan Presiden No. 55/2005. Tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam
Negeri.Jakarta. Purwaningsih, Yunastiti. 2000. “Pola Konsumsi Rumah Tangga di Kotamadya
Surakarta Tahun 2000 ”.Surakarta. Richard A., Bilas. 1993. Teori Ekonomi Mikro, Jakarta: Erlangga. Rieka Kartika Kuswara. 2004. “Analisis Keputusan Pemanfaatan Jasa Asuransi Jiwa
(Studi Kasus di Surakarta)”. Skripsi. Surakarta: FE UNS (tidak dipublikasikan).
Sadono Sukirno . 1994. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Sadono Sukirno . 1996. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA. Susilo, Y. Sri. 2003. Dampak Penurunan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
Tarif Dasar Listrik (TDL) Terhadap Kinerja Sektor Transportasi dan Sektor Industri Pengolahan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.3. No.1. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Unika Atmajaya. hal 1 – 5.
Tim. 2003. Buku Pedoman Penyusunan Skripsi, Surakarta: FE UNS. Teguh Dartanto. 2005. BBM, Kebijakan Energi, Subsidi, dan Kemiskinan di
Indonesia. Jurnal Inovasi Vol.5/XVII/November 2005, hal 2 – 10. Tim. 2004. Modul Laboratorium Ekonometrika. Surakarta: Jurusan Ekonomi
Pembangunan FE UNS.
Umar Said, Dr .et. all. 2001. Kajian Dampak Ekonomi Kenaikan Harga BBM. Pusat Informasi Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
LAMPIRAN
Frequencies
Statistics
YMPTT UMRMPTT PDMPTT
Valid 50 50 50N
Missing 52 52 52
Mean 389200,00 44,44 4,72
Median 315384,62(a) 45,29(a) 4,82(a)
Std. Deviation 271878,124 7,132 ,701
Variance 73917714285,714 50,864 ,491
Range 1350000 40 3
Minimum 150000 20 2
Maximum 1500000 60 5
25 197777,78(b) 39,50(b) 4,27(b)
50 315384,62 45,29 4,82Percentiles
75 460000,00 49,50 ,
a Calculated from grouped data.
b Percentiles are calculated from grouped data.
Frequency Table
YMPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
150000 6 5,9 12,0 12,0
180000 5 4,9 10,0 22,0
200000 4 3,9 8,0 30,0
250000 3 2,9 6,0 36,0
300000 10 9,8 20,0 56,0
350000 3 2,9 6,0 62,0
400000 5 4,9 10,0 72,0
450000 2 2,0 4,0 76,0
500000 3 2,9 6,0 82,0
600000 2 2,0 4,0 86,0
630000 2 2,0 4,0 90,0
750000 2 2,0 4,0 94,0
1000000 1 1,0 2,0 96,0
1200000 1 1,0 2,0 98,0
1500000 1 1,0 2,0 100,0
Valid
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
UMRMPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
20 1 1,0 2,0 2,0
34 1 1,0 2,0 4,0
35 2 2,0 4,0 8,0
36 2 2,0 4,0 12,0
37 1 1,0 2,0 14,0
38 3 2,9 6,0 20,0
39 2 2,0 4,0 24,0
40 4 3,9 8,0 32,0
41 2 2,0 4,0 36,0
42 2 2,0 4,0 40,0
43 1 1,0 2,0 42,0
44 1 1,0 2,0 44,0
45 4 3,9 8,0 52,0
46 3 2,9 6,0 58,0
47 3 2,9 6,0 64,0
48 3 2,9 6,0 70,0
49 1 1,0 2,0 72,0
50 7 6,9 14,0 86,0
51 1 1,0 2,0 88,0
52 2 2,0 4,0 92,0
53 1 1,0 2,0 94,0
54 1 1,0 2,0 96,0
60 2 2,0 4,0 100,0
Valid
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PDMPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
D2 1 1,0 2,0 2,0
SLTA 4 3,9 8,0 10,0
SLTP 3 2,9 6,0 16,0
SD 42 41,2 84,0 100,0
Valid
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
Frequencies
Statistics
YMPT UMRMPT PDMPT
Valid 50 50 50N
Missing 52 52 52
Mean 869208,00 38,64 2,78
Median 680000,00(a) 35,00(a) 3,16(a)
Std. Deviation 408178,562 11,955 1,433
Variance 166609738710,204 142,929 2,053
Range 1696000 42 5
Minimum 400000 25 0
Maximum 2096000 67 5
25 578333,33(b) 30,00(b) 2,14(b)
50 680000,00 35,00 3,16Percentiles
75 1200000,00 47,00 3,84
a Calculated from grouped data.
b Percentiles are calculated from grouped data.
Frequency Table
YMPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
400000 1 1,0 2,0 2,0
450000 1 1,0 2,0 4,0
500000 2 2,0 4,0 8,0
550000 5 4,9 10,0 18,0
560000 2 2,0 4,0 22,0
575000 1 1,0 2,0 24,0
580000 2 2,0 4,0 28,0
600000 7 6,9 14,0 42,0
650000 3 2,9 6,0 48,0
675000 1 1,0 2,0 50,0
700000 4 3,9 8,0 58,0
750000 3 2,9 6,0 64,0
800000 1 1,0 2,0 66,0
Valid
986000 1 1,0 2,0 68,0
1000000 2 2,0 4,0 72,0
1100000 1 1,0 2,0 74,0
1200000 1 1,0 2,0 76,0
1250000 1 1,0 2,0 78,0
1298400 1 1,0 2,0 80,0
1300000 2 2,0 4,0 84,0
1400000 2 2,0 4,0 88,0
1500000 2 2,0 4,0 92,0
1600000 1 1,0 2,0 94,0
1700000 2 2,0 4,0 98,0
2096000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
UMRMPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
25 5 4,9 10,0 10,0
26 1 1,0 2,0 12,0
27 2 2,0 4,0 16,0
28 2 2,0 4,0 20,0
29 1 1,0 2,0 22,0
30 3 2,9 6,0 28,0
31 3 2,9 6,0 34,0
32 1 1,0 2,0 36,0
33 3 2,9 6,0 42,0
34 2 2,0 4,0 46,0
35 4 3,9 8,0 54,0
36 2 2,0 4,0 58,0
38 5 4,9 10,0 68,0
39 1 1,0 2,0 70,0
40 1 1,0 2,0 72,0
45 1 1,0 2,0 74,0
47 1 1,0 2,0 76,0
49 1 1,0 2,0 78,0
50 1 1,0 2,0 80,0
52 2 2,0 4,0 84,0
55 1 1,0 2,0 86,0
Valid
56 1 1,0 2,0 88,0
57 1 1,0 2,0 90,0
59 1 1,0 2,0 92,0
61 1 1,0 2,0 94,0
63 1 1,0 2,0 96,0
66 1 1,0 2,0 98,0
67 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PDMPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
s1 8 7,8 16,0 16,0
d3 2 2,0 4,0 20,0
d2 2 2,0 4,0 24,0
slta 20 19,6 40,0 64,0
sltp 17 16,7 34,0 98,0
sd 1 1,0 2,0 100,0
Valid
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
Frequencies
Statistics
MPT SDG1MPT PMH1MPT KSH1MPT PDK1MPT PGN4MPT SDG4MPT PMH4MPT
50 50 50 50 50 50 50 50
52 52 52 52 52 52 52 52
76140,00 101070,00 93960,00 102101,00 136645,00 314870,00 76002,00 132906,00
857,14(a) 67500,00(a) 65500,00(a) 63333,33(a) 140666,67(a) 298750,00(a) 64750,00(a) 65000,00(a)
6530,059 128617,928 111501,937 107640,396 138180,303 103015,890 58938,770 263749,763
3469,388 16542571530,612 12432682040,816 11586454947,959 19093796147,959 10612273571,429 3473778567,347 69563937718,367
585000 692000 730000 485000 657000 580000 390000 1695500
135000 15000 20000 15000 0 175000 10000 25500
720000 707000 750000 500000 657000 755000 400000 1721000
833,33(b) 54500,00(b) 42333,33(b) 42300,00(b) 31764,71(b) 243750,00(b) 50000,00(b) 46500,00(b)
52857,14 67500,00 65500,00 63333,33 140666,67 298750,00 64750,00 65000,00
20000,00 89000,00 105000,00 120000,00 177000,00 347142,86 85800,00 106000,00
grouped data.
Frequency Table
PGN1MPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
135000 1 1,0 2,0 2,0
150000 3 2,9 6,0 8,0
180000 2 2,0 4,0 12,0
190000 1 1,0 2,0 14,0
200000 10 9,8 20,0 34,0
210000 2 2,0 4,0 38,0
225000 1 1,0 2,0 40,0
240000 1 1,0 2,0 42,0
250000 6 5,9 12,0 54,0
260000 1 1,0 2,0 56,0
300000 9 8,8 18,0 74,0
320000 1 1,0 2,0 76,0
325000 1 1,0 2,0 78,0
340000 1 1,0 2,0 80,0
350000 2 2,0 4,0 84,0
357000 1 1,0 2,0 86,0
360000 1 1,0 2,0 88,0
400000 2 2,0 4,0 92,0
405000 1 1,0 2,0 94,0
450000 1 1,0 2,0 96,0
550000 1 1,0 2,0 98,0
720000 1 1,0 2,0 100,0
Valid
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
SDG1MPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
15000 1 1,0 2,0 2,0
25000 1 1,0 2,0 4,0
26000 1 1,0 2,0 6,0
Valid
30000 3 2,9 6,0 12,0
33000 1 1,0 2,0 14,0
40000 2 2,0 4,0 18,0
45000 1 1,0 2,0 20,0
50000 2 2,0 4,0 24,0
54500 1 1,0 2,0 26,0
55000 1 1,0 2,0 28,0
60000 3 2,9 6,0 34,0
62000 2 2,0 4,0 38,0
65000 6 5,9 12,0 50,0
70000 6 5,9 12,0 62,0
75000 1 1,0 2,0 64,0
80000 2 2,0 4,0 68,0
85000 3 2,9 6,0 74,0
89000 1 1,0 2,0 76,0
90000 1 1,0 2,0 78,0
95000 1 1,0 2,0 80,0
100000 2 2,0 4,0 84,0
145000 2 2,0 4,0 88,0
150000 2 2,0 4,0 92,0
205000 1 1,0 2,0 94,0
300000 1 1,0 2,0 96,0
650000 1 1,0 2,0 98,0
707000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PMH1MPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
20000 1 1,0 2,0 2,0
24500 1 1,0 2,0 4,0
27000 1 1,0 2,0 6,0
28500 1 1,0 2,0 8,0
33000 1 1,0 2,0 10,0
35000 1 1,0 2,0 12,0
36000 2 2,0 4,0 16,0
37000 1 1,0 2,0 18,0
38000 1 1,0 2,0 20,0
Valid
40000 1 1,0 2,0 22,0
42000 2 2,0 4,0 26,0
43000 1 1,0 2,0 28,0
44000 1 1,0 2,0 30,0
45000 1 1,0 2,0 32,0
50000 2 2,0 4,0 36,0
52000 1 1,0 2,0 38,0
54000 1 1,0 2,0 40,0
55000 2 2,0 4,0 44,0
57000 1 1,0 2,0 46,0
59000 1 1,0 2,0 48,0
65000 1 1,0 2,0 50,0
66000 1 1,0 2,0 52,0
68000 2 2,0 4,0 56,0
75000 2 2,0 4,0 60,0
78000 1 1,0 2,0 62,0
80000 2 2,0 4,0 66,0
81000 1 1,0 2,0 68,0
92000 1 1,0 2,0 70,0
100000 2 2,0 4,0 74,0
105000 1 1,0 2,0 76,0
110000 1 1,0 2,0 78,0
113000 1 1,0 2,0 80,0
125000 2 2,0 4,0 84,0
135000 2 2,0 4,0 88,0
150000 1 1,0 2,0 90,0
158000 1 1,0 2,0 92,0
170000 1 1,0 2,0 94,0
241000 1 1,0 2,0 96,0
350000 1 1,0 2,0 98,0
750000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
KSH1MPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
15000 1 1,0 2,0 2,0
25000 2 2,0 4,0 6,0
Valid
30000 1 1,0 2,0 8,0
31500 1 1,0 2,0 10,0
33000 1 1,0 2,0 12,0
35000 1 1,0 2,0 14,0
36000 1 1,0 2,0 16,0
40000 1 1,0 2,0 18,0
40500 1 1,0 2,0 20,0
42000 2 2,0 4,0 24,0
42300 1 1,0 2,0 26,0
45000 2 2,0 4,0 30,0
49000 1 1,0 2,0 32,0
50000 2 2,0 4,0 36,0
50400 1 1,0 2,0 38,0
50700 1 1,0 2,0 40,0
51000 1 1,0 2,0 42,0
55000 1 1,0 2,0 44,0
60000 1 1,0 2,0 46,0
60500 1 1,0 2,0 48,0
62500 1 1,0 2,0 50,0
65000 2 2,0 4,0 54,0
65650 1 1,0 2,0 56,0
67000 1 1,0 2,0 58,0
75000 2 2,0 4,0 62,0
78000 1 1,0 2,0 64,0
83000 1 1,0 2,0 66,0
85000 1 1,0 2,0 68,0
86000 1 1,0 2,0 70,0
95000 1 1,0 2,0 72,0
100000 1 1,0 2,0 74,0
120000 1 1,0 2,0 76,0
120400 1 1,0 2,0 78,0
150000 3 2,9 6,0 84,0
160500 1 1,0 2,0 86,0
162000 1 1,0 2,0 88,0
190300 1 1,0 2,0 90,0
215000 1 1,0 2,0 92,0
280000 1 1,0 2,0 94,0
450000 1 1,0 2,0 96,0
450800 1 1,0 2,0 98,0
500000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PDK1MPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 16 15,7 32,0 32,0
60000 1 1,0 2,0 34,0
70000 1 1,0 2,0 36,0
100000 1 1,0 2,0 38,0
115000 1 1,0 2,0 40,0
120000 2 2,0 4,0 44,0
125000 1 1,0 2,0 46,0
130000 2 2,0 4,0 50,0
146000 1 1,0 2,0 52,0
150000 5 4,9 10,0 62,0
160000 2 2,0 4,0 66,0
162000 1 1,0 2,0 68,0
164500 1 1,0 2,0 70,0
167000 1 1,0 2,0 72,0
170000 1 1,0 2,0 74,0
177000 1 1,0 2,0 76,0
195000 1 1,0 2,0 78,0
200000 1 1,0 2,0 80,0
210000 1 1,0 2,0 82,0
225000 1 1,0 2,0 84,0
250000 1 1,0 2,0 86,0
275000 2 2,0 4,0 90,0
300000 2 2,0 4,0 94,0
380000 1 1,0 2,0 96,0
538750 1 1,0 2,0 98,0
657000 1 1,0 2,0 100,0
Valid
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PGN4MPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
175000 1 1,0 2,0 2,0
195000 2 2,0 4,0 6,0
215000 1 1,0 2,0 8,0
225000 1 1,0 2,0 10,0
230000 2 2,0 4,0 14,0
235000 4 3,9 8,0 22,0
245000 4 3,9 8,0 30,0
250000 3 2,9 6,0 36,0
260000 1 1,0 2,0 38,0
270000 1 1,0 2,0 40,0
275000 1 1,0 2,0 42,0
285000 1 1,0 2,0 44,0
295000 3 2,9 6,0 50,0
300000 1 1,0 2,0 52,0
301000 1 1,0 2,0 54,0
302500 1 1,0 2,0 56,0
335000 1 1,0 2,0 58,0
340000 4 3,9 8,0 66,0
345000 6 5,9 12,0 78,0
350000 1 1,0 2,0 80,0
355000 1 1,0 2,0 82,0
375000 1 1,0 2,0 84,0
385000 1 1,0 2,0 86,0
400000 2 2,0 4,0 90,0
410000 1 1,0 2,0 92,0
430000 1 1,0 2,0 94,0
485000 1 1,0 2,0 96,0
620000 1 1,0 2,0 98,0
755000 1 1,0 2,0 100,0
Valid
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
SDG4MPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
10000 1 1,0 2,0 2,0
15000 1 1,0 2,0 4,0
18000 1 1,0 2,0 6,0
Valid
25000 1 1,0 2,0 8,0
26000 1 1,0 2,0 10,0
30000 1 1,0 2,0 12,0
33000 1 1,0 2,0 14,0
35000 1 1,0 2,0 16,0
40000 1 1,0 2,0 18,0
41500 1 1,0 2,0 20,0
45000 2 2,0 4,0 24,0
50000 1 1,0 2,0 26,0
52000 1 1,0 2,0 28,0
54500 1 1,0 2,0 30,0
55000 2 2,0 4,0 34,0
56000 1 1,0 2,0 36,0
60000 3 2,9 6,0 42,0
61000 1 1,0 2,0 44,0
62000 1 1,0 2,0 46,0
64500 1 1,0 2,0 48,0
65000 5 4,9 10,0 58,0
70000 3 2,9 6,0 64,0
73200 1 1,0 2,0 66,0
79400 1 1,0 2,0 68,0
80000 1 1,0 2,0 70,0
85000 4 3,9 8,0 78,0
89000 1 1,0 2,0 80,0
90000 2 2,0 4,0 84,0
100000 2 2,0 4,0 88,0
130000 1 1,0 2,0 90,0
150000 2 2,0 4,0 94,0
170000 2 2,0 4,0 98,0
400000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PMH4MPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
25500 1 1,0 2,0 2,0
26000 1 1,0 2,0 4,0
28000 1 1,0 2,0 6,0
Valid
28500 1 1,0 2,0 8,0
30500 1 1,0 2,0 10,0
33800 1 1,0 2,0 12,0
37000 1 1,0 2,0 14,0
38000 1 1,0 2,0 16,0
40500 1 1,0 2,0 18,0
43000 1 1,0 2,0 20,0
44000 1 1,0 2,0 22,0
45000 1 1,0 2,0 24,0
46500 1 1,0 2,0 26,0
47000 1 1,0 2,0 28,0
50000 2 2,0 4,0 32,0
51000 1 1,0 2,0 34,0
52000 2 2,0 4,0 38,0
55000 2 2,0 4,0 42,0
56000 1 1,0 2,0 44,0
60000 1 1,0 2,0 46,0
64000 1 1,0 2,0 48,0
65000 2 2,0 4,0 52,0
68000 1 1,0 2,0 54,0
74000 1 1,0 2,0 56,0
75000 4 3,9 8,0 64,0
78500 1 1,0 2,0 66,0
80000 2 2,0 4,0 70,0
98000 1 1,0 2,0 72,0
100000 1 1,0 2,0 74,0
106000 1 1,0 2,0 76,0
127000 1 1,0 2,0 78,0
130000 1 1,0 2,0 80,0
160000 1 1,0 2,0 82,0
163000 1 1,0 2,0 84,0
168500 1 1,0 2,0 86,0
170000 1 1,0 2,0 88,0
198000 1 1,0 2,0 90,0
200000 2 2,0 4,0 94,0
330000 1 1,0 2,0 96,0
905000 1 1,0 2,0 98,0
1721000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
KSH4MPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
16500 1 1,0 2,0 2,0
27000 1 1,0 2,0 4,0
28000 1 1,0 2,0 6,0
31500 1 1,0 2,0 8,0
34500 1 1,0 2,0 10,0
35000 1 1,0 2,0 12,0
39000 1 1,0 2,0 14,0
40000 1 1,0 2,0 16,0
41500 1 1,0 2,0 18,0
42000 1 1,0 2,0 20,0
43800 1 1,0 2,0 22,0
45200 1 1,0 2,0 24,0
46500 1 1,0 2,0 26,0
47000 1 1,0 2,0 28,0
50000 2 2,0 4,0 32,0
50500 1 1,0 2,0 34,0
51500 1 1,0 2,0 36,0
52200 1 1,0 2,0 38,0
56500 1 1,0 2,0 40,0
60000 1 1,0 2,0 42,0
63400 1 1,0 2,0 44,0
65000 2 2,0 4,0 48,0
65200 1 1,0 2,0 50,0
67000 1 1,0 2,0 52,0
70000 1 1,0 2,0 54,0
74850 1 1,0 2,0 56,0
75400 1 1,0 2,0 58,0
79500 1 1,0 2,0 60,0
84500 1 1,0 2,0 62,0
85000 1 1,0 2,0 64,0
88500 1 1,0 2,0 66,0
100000 1 1,0 2,0 68,0
103000 1 1,0 2,0 70,0
120000 1 1,0 2,0 72,0
Valid
123500 1 1,0 2,0 74,0
125000 1 1,0 2,0 76,0
140000 1 1,0 2,0 78,0
145000 1 1,0 2,0 80,0
150000 3 2,9 6,0 86,0
155000 1 1,0 2,0 88,0
160000 1 1,0 2,0 90,0
192800 1 1,0 2,0 92,0
205000 1 1,0 2,0 94,0
345000 1 1,0 2,0 96,0
505000 1 1,0 2,0 98,0
520400 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PDK4MPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 17 16,7 34,0 34,0
60000 1 1,0 2,0 36,0
65000 1 1,0 2,0 38,0
100000 1 1,0 2,0 40,0
104500 1 1,0 2,0 42,0
110000 1 1,0 2,0 44,0
120000 2 2,0 4,0 48,0
125000 1 1,0 2,0 50,0
130000 1 1,0 2,0 52,0
145000 1 1,0 2,0 54,0
146000 1 1,0 2,0 56,0
150000 4 3,9 8,0 64,0
155000 1 1,0 2,0 66,0
160000 2 2,0 4,0 70,0
162000 1 1,0 2,0 72,0
167000 1 1,0 2,0 74,0
175000 1 1,0 2,0 76,0
180000 1 1,0 2,0 78,0
207000 1 1,0 2,0 80,0
210000 1 1,0 2,0 82,0
225000 1 1,0 2,0 84,0
Valid
275000 1 1,0 2,0 86,0
300000 4 3,9 8,0 94,0
458000 1 1,0 2,0 96,0
470000 1 1,0 2,0 98,0
776000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
Frequencies
Notes
Output Created 16-MAR-2006 23:22:00
Comments
Data C:\My Documents\arie eko\Skripsi\lki\Data pola konsumsi.sav
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
Input
N of Rows in Working Data File 102
Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing. Missing Value
Handling Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax
FREQUENCIES VARIABLES=pgn1mptt sdg1mptt pmh1mptt ksh1mptt pdk1mptt pgn4mptt sdg4mptt pmh4mptt ksh4mptt pdk4mptt /NTILES= 4 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN /GROUPED= pgn1mptt sdg1mptt pmh1mptt ksh1mptt pdk1mptt pgn4mptt sdg4mptt pmh4mptt ksh4mptt pdk4mptt /ORDER= ANALYSIS .
Total Values Allowed 149796
Resources Elapsed Time 0:00:00,16
Statistics
N1MPTT SDG1MPTT PMH1MPTT KSH1MPTT PDK1MPTT PGN4MPTT SDG4MPTT PMH4MPTT
50 50 50 50 50 50 50 50
52 52 52 52 52 52 52 52
175140,00 65736,00 67634,00 55236,00 68680,00 199780,00 40258,00 52770,00
63000,00(a) 26000,00(a) 37800,00(a) 26250,00(a) 44666,67(a) 199600,00(a) 29000,00(a) 35650,00(a)
50640,796 117322,903 103541,591 92351,449 86049,687 51603,389 34157,917 54547,438
490204,082 13764663575,510 10720861065,306 8528790106,122 7404548571,429 2662909795,918 1166763302,041 2975422959,184 1
270000 742500 640000 447000 360000 267000 161200 341000
80000 7500 10000 8000 0 98000 4300 9000
350000 750000 650000 455000 360000 365000 165500 350000
47222,22(b) 16125,00(b) 20250,00(b) 15833,33(b) 1680,00(b) 170000,00(b) 18500,00(b) 22000,00(b)
163000,00 26000,00 37800,00 26250,00 44666,67 199600,00 29000,00 35650,00
195000,00 55000,00 65000,00 41000,00 135000,00 217000,00 52000,00 64000,00
ata.
from grouped data.
Frequency Table
PGN1MPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
80000 1 1,0 2,0 2,0
83000 1 1,0 2,0 4,0
105000 1 1,0 2,0 6,0
120000 2 2,0 4,0 10,0
124000 1 1,0 2,0 12,0
130000 2 2,0 4,0 16,0
135000 1 1,0 2,0 18,0
140000 1 1,0 2,0 20,0
145000 1 1,0 2,0 22,0
150000 8 7,8 16,0 38,0
160000 5 4,9 10,0 48,0
162000 1 1,0 2,0 50,0
165000 2 2,0 4,0 54,0
170000 2 2,0 4,0 58,0
174000 2 2,0 4,0 62,0
180000 1 1,0 2,0 64,0
190000 5 4,9 10,0 74,0
195000 1 1,0 2,0 76,0
200000 2 2,0 4,0 80,0
210000 1 1,0 2,0 82,0
225000 1 1,0 2,0 84,0
235000 1 1,0 2,0 86,0
240000 3 2,9 6,0 92,0
250000 2 2,0 4,0 96,0
Valid
300000 1 1,0 2,0 98,0
350000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
SDG1MPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
7500 1 1,0 2,0 2,0
10000 2 2,0 4,0 6,0
12000 1 1,0 2,0 8,0
13000 1 1,0 2,0 10,0
14000 1 1,0 2,0 12,0
15000 3 2,9 6,0 18,0
15500 1 1,0 2,0 20,0
15700 1 1,0 2,0 22,0
16000 2 2,0 4,0 26,0
16500 2 2,0 4,0 30,0
18000 2 2,0 4,0 34,0
19000 1 1,0 2,0 36,0
20000 3 2,9 6,0 42,0
24500 1 1,0 2,0 44,0
25000 1 1,0 2,0 46,0
25600 1 1,0 2,0 48,0
26000 2 2,0 4,0 52,0
27000 1 1,0 2,0 54,0
28000 1 1,0 2,0 56,0
30000 1 1,0 2,0 58,0
32000 1 1,0 2,0 60,0
35000 1 1,0 2,0 62,0
40000 2 2,0 4,0 66,0
41000 1 1,0 2,0 68,0
45500 1 1,0 2,0 70,0
50000 1 1,0 2,0 72,0
54000 1 1,0 2,0 74,0
55000 1 1,0 2,0 76,0
57500 1 1,0 2,0 78,0
65000 1 1,0 2,0 80,0
95000 1 1,0 2,0 82,0
Valid
100000 1 1,0 2,0 84,0
125000 1 1,0 2,0 86,0
135000 1 1,0 2,0 88,0
160000 1 1,0 2,0 90,0
162000 1 1,0 2,0 92,0
180000 2 2,0 4,0 96,0
350000 1 1,0 2,0 98,0
750000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PMH1MPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
10000 1 1,0 2,0 2,0
14000 1 1,0 2,0 4,0
15000 1 1,0 2,0 6,0
15400 1 1,0 2,0 8,0
16000 1 1,0 2,0 10,0
16500 1 1,0 2,0 12,0
17500 3 2,9 6,0 18,0
20000 5 4,9 10,0 28,0
21000 3 2,9 6,0 34,0
21500 1 1,0 2,0 36,0
23500 1 1,0 2,0 38,0
25500 1 1,0 2,0 40,0
27000 1 1,0 2,0 42,0
30500 1 1,0 2,0 44,0
32100 1 1,0 2,0 46,0
33000 1 1,0 2,0 48,0
35000 1 1,0 2,0 50,0
40600 1 1,0 2,0 52,0
45000 5 4,9 10,0 62,0
45500 1 1,0 2,0 64,0
48000 1 1,0 2,0 66,0
50000 1 1,0 2,0 68,0
52100 1 1,0 2,0 70,0
55000 1 1,0 2,0 72,0
59000 1 1,0 2,0 74,0
Valid
65000 1 1,0 2,0 76,0
65500 1 1,0 2,0 78,0
73000 1 1,0 2,0 80,0
75000 1 1,0 2,0 82,0
77500 1 1,0 2,0 84,0
85000 1 1,0 2,0 86,0
110000 1 1,0 2,0 88,0
145000 1 1,0 2,0 90,0
150000 1 1,0 2,0 92,0
250000 1 1,0 2,0 94,0
255000 1 1,0 2,0 96,0
275000 1 1,0 2,0 98,0
650000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
KSH1MPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
8000 1 1,0 2,0 2,0
9100 1 1,0 2,0 4,0
10000 1 1,0 2,0 6,0
10600 1 1,0 2,0 8,0
11000 2 2,0 4,0 12,0
11500 1 1,0 2,0 14,0
14500 1 1,0 2,0 16,0
15000 2 2,0 4,0 20,0
15400 1 1,0 2,0 22,0
15500 2 2,0 4,0 26,0
16500 1 1,0 2,0 28,0
18500 1 1,0 2,0 30,0
19500 1 1,0 2,0 32,0
21000 2 2,0 4,0 36,0
24300 1 1,0 2,0 38,0
24500 1 1,0 2,0 40,0
25000 2 2,0 4,0 44,0
25500 3 2,9 6,0 50,0
26500 1 1,0 2,0 52,0
29500 1 1,0 2,0 54,0
Valid
30000 1 1,0 2,0 56,0
30500 1 1,0 2,0 58,0
31500 1 1,0 2,0 60,0
32500 1 1,0 2,0 62,0
34200 1 1,0 2,0 64,0
34500 1 1,0 2,0 66,0
35000 1 1,0 2,0 68,0
36500 2 2,0 4,0 72,0
40000 1 1,0 2,0 74,0
41000 1 1,0 2,0 76,0
45000 1 1,0 2,0 78,0
45200 1 1,0 2,0 80,0
51500 1 1,0 2,0 82,0
62000 1 1,0 2,0 84,0
65000 1 1,0 2,0 86,0
75000 1 1,0 2,0 88,0
81000 1 1,0 2,0 90,0
150000 1 1,0 2,0 92,0
160000 1 1,0 2,0 94,0
250000 1 1,0 2,0 96,0
450000 1 1,0 2,0 98,0
455000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PDK1MPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 24 23,5 48,0 48,0
42000 1 1,0 2,0 50,0
50000 2 2,0 4,0 54,0
54000 1 1,0 2,0 56,0
65000 4 3,9 8,0 64,0
75000 1 1,0 2,0 66,0
77000 1 1,0 2,0 68,0
105000 1 1,0 2,0 70,0
120000 1 1,0 2,0 72,0
125000 1 1,0 2,0 74,0
135000 1 1,0 2,0 76,0
Valid
140000 1 1,0 2,0 78,0
145000 3 2,9 6,0 84,0
150000 1 1,0 2,0 86,0
181000 1 1,0 2,0 88,0
185000 1 1,0 2,0 90,0
200000 1 1,0 2,0 92,0
210000 1 1,0 2,0 94,0
230000 1 1,0 2,0 96,0
250000 1 1,0 2,0 98,0
360000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PGN4MPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
98000 1 1,0 2,0 2,0
110000 1 1,0 2,0 4,0
130000 1 1,0 2,0 6,0
139000 1 1,0 2,0 8,0
145000 3 2,9 6,0 14,0
150000 2 2,0 4,0 18,0
155000 1 1,0 2,0 20,0
165000 2 2,0 4,0 24,0
170000 1 1,0 2,0 26,0
175000 4 3,9 8,0 34,0
180000 2 2,0 4,0 38,0
185000 1 1,0 2,0 40,0
187000 1 1,0 2,0 42,0
189000 1 1,0 2,0 44,0
195000 1 1,0 2,0 46,0
199000 1 1,0 2,0 48,0
200000 4 3,9 8,0 56,0
205000 6 5,9 12,0 68,0
212000 1 1,0 2,0 70,0
215000 4 3,9 8,0 78,0
225000 1 1,0 2,0 80,0
230000 1 1,0 2,0 82,0
250000 1 1,0 2,0 84,0
Valid
255000 2 2,0 4,0 88,0
260000 1 1,0 2,0 90,0
265000 1 1,0 2,0 92,0
275000 2 2,0 4,0 96,0
350000 1 1,0 2,0 98,0
365000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
SDG4MPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
4300 1 1,0 2,0 2,0
8000 1 1,0 2,0 4,0
10000 2 2,0 4,0 8,0
14000 1 1,0 2,0 10,0
14500 1 1,0 2,0 12,0
15000 1 1,0 2,0 14,0
15200 1 1,0 2,0 16,0
15600 1 1,0 2,0 18,0
16000 1 1,0 2,0 20,0
18000 2 2,0 4,0 24,0
18500 1 1,0 2,0 26,0
19000 1 1,0 2,0 28,0
19200 1 1,0 2,0 30,0
19500 1 1,0 2,0 32,0
20000 2 2,0 4,0 36,0
23500 1 1,0 2,0 38,0
24500 1 1,0 2,0 40,0
25000 1 1,0 2,0 42,0
26000 1 1,0 2,0 44,0
27000 1 1,0 2,0 46,0
28000 1 1,0 2,0 48,0
28500 1 1,0 2,0 50,0
29500 1 1,0 2,0 52,0
32000 1 1,0 2,0 54,0
33500 1 1,0 2,0 56,0
35000 4 3,9 8,0 64,0
40000 1 1,0 2,0 66,0
Valid
44500 1 1,0 2,0 68,0
45000 1 1,0 2,0 70,0
50000 3 2,9 6,0 76,0
54000 1 1,0 2,0 78,0
55000 2 2,0 4,0 82,0
55200 1 1,0 2,0 84,0
63000 1 1,0 2,0 86,0
65400 1 1,0 2,0 88,0
68500 1 1,0 2,0 90,0
85000 1 1,0 2,0 92,0
95000 1 1,0 2,0 94,0
129500 1 1,0 2,0 96,0
150000 1 1,0 2,0 98,0
165500 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PMH4MPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
9000 1 1,0 2,0 2,0
13500 1 1,0 2,0 4,0
15000 1 1,0 2,0 6,0
16000 1 1,0 2,0 8,0
18000 1 1,0 2,0 10,0
19400 1 1,0 2,0 12,0
19500 1 1,0 2,0 14,0
20000 1 1,0 2,0 16,0
20800 1 1,0 2,0 18,0
21000 1 1,0 2,0 20,0
21500 2 2,0 4,0 24,0
22000 1 1,0 2,0 26,0
23500 1 1,0 2,0 28,0
24500 3 2,9 6,0 34,0
25000 1 1,0 2,0 36,0
30000 2 2,0 4,0 40,0
31000 1 1,0 2,0 42,0
35000 3 2,9 6,0 48,0
35200 1 1,0 2,0 50,0
Valid
36100 1 1,0 2,0 52,0
40500 1 1,0 2,0 54,0
45000 2 2,0 4,0 58,0
49000 3 2,9 6,0 64,0
50000 1 1,0 2,0 66,0
53000 2 2,0 4,0 70,0
56100 1 1,0 2,0 72,0
62000 1 1,0 2,0 74,0
64000 1 1,0 2,0 76,0
65000 2 2,0 4,0 80,0
65500 1 1,0 2,0 82,0
69000 1 1,0 2,0 84,0
75400 1 1,0 2,0 86,0
77500 1 1,0 2,0 88,0
85000 2 2,0 4,0 92,0
145000 1 1,0 2,0 94,0
156000 1 1,0 2,0 96,0
158000 1 1,0 2,0 98,0
350000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
KSH4MPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
9500 1 1,0 2,0 2,0
10600 1 1,0 2,0 4,0
11500 2 2,0 4,0 8,0
12100 1 1,0 2,0 10,0
12500 1 1,0 2,0 12,0
13000 1 1,0 2,0 14,0
14500 1 1,0 2,0 16,0
16500 1 1,0 2,0 18,0
16900 1 1,0 2,0 20,0
17000 2 2,0 4,0 24,0
18000 1 1,0 2,0 26,0
19500 1 1,0 2,0 28,0
21000 2 2,0 4,0 32,0
22500 1 1,0 2,0 34,0
Valid
25800 1 1,0 2,0 36,0
26000 1 1,0 2,0 38,0
26500 2 2,0 4,0 42,0
27000 1 1,0 2,0 44,0
28000 1 1,0 2,0 46,0
31000 1 1,0 2,0 48,0
31500 1 1,0 2,0 50,0
32000 1 1,0 2,0 52,0
32500 1 1,0 2,0 54,0
33000 1 1,0 2,0 56,0
34000 2 2,0 4,0 60,0
36000 1 1,0 2,0 62,0
36500 1 1,0 2,0 64,0
37500 1 1,0 2,0 66,0
38000 1 1,0 2,0 68,0
38700 1 1,0 2,0 70,0
44500 1 1,0 2,0 72,0
46500 1 1,0 2,0 74,0
49700 1 1,0 2,0 76,0
53000 1 1,0 2,0 78,0
66500 1 1,0 2,0 80,0
79500 1 1,0 2,0 82,0
82500 1 1,0 2,0 84,0
92000 1 1,0 2,0 86,0
151500 1 1,0 2,0 88,0
161500 1 1,0 2,0 90,0
250000 1 1,0 2,0 92,0
251500 1 1,0 2,0 94,0
451500 1 1,0 2,0 96,0
525000 1 1,0 2,0 98,0
625000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
PDK4MPTT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 24 23,5 48,0 48,0
25000 1 1,0 2,0 50,0
Valid
45000 1 1,0 2,0 52,0
50000 2 2,0 4,0 56,0
65000 3 2,9 6,0 62,0
77000 1 1,0 2,0 64,0
94000 1 1,0 2,0 66,0
100000 1 1,0 2,0 68,0
101000 1 1,0 2,0 70,0
105000 1 1,0 2,0 72,0
120000 1 1,0 2,0 74,0
125000 1 1,0 2,0 76,0
130000 1 1,0 2,0 78,0
135000 1 1,0 2,0 80,0
145000 1 1,0 2,0 82,0
150000 1 1,0 2,0 84,0
160000 1 1,0 2,0 86,0
175000 1 1,0 2,0 88,0
185000 1 1,0 2,0 90,0
190000 2 2,0 4,0 94,0
200000 1 1,0 2,0 96,0
235000 1 1,0 2,0 98,0
365000 1 1,0 2,0 100,0
Total 50 49,0 100,0
Missing System 52 51,0
Total 102 100,0
Regression
Variables Entered/Removedb
KELPOK,PDPTGAB1,MDRTGAB1
a
, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: PGNGAB1b.
Model Summary
,643a ,414 ,405 76728,266Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1,MDRTGAB1
a.
ANOVAb
8,15E+11 3 2,716E+11 46,128 ,000a
1,15E+12 196 58872268091,97E+12 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1, MDRTGAB1a.
Dependent Variable: PGNGAB1b.
Coefficientsa
209158,2 15906,363 13,149 ,000-2,54E-03 ,019 -,011 -,137 ,8929,934E-02 ,016 ,419 6,197 ,000
-58764,5 18540,169 -,296 -3,170 ,002
(Constant)MDRTGAB1PDPTGAB1KELPOK
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: PGNGAB1a.
Regression
Variables Entered/Removedb
KELPOK,PDPTGAB1,MDRTGAB1
a
, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: SDGGAB1b.
Model Summary
,264a ,070 ,055 92634,396Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1,MDRTGAB1
a.
ANOVAb
1,26E+11 3 4,188E+10 4,880 ,003a
1,68E+12 196 85811313941,81E+12 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1, MDRTGAB1a.
Dependent Variable: SDGGAB1b.
Coefficientsa
47201,657 19203,827 2,458 ,0151,543E-02 ,022 ,070 ,688 ,4924,755E-02 ,019 ,210 2,457 ,015
-22420,4 22383,634 -,118 -1,002 ,318
(Constant)MDRTGAB1PDPTGAB1KELPOK
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: SDGGAB1a.
Regression
Variables Entered/Removedb
KELPOK,PDPTGAB1,MDRTGAB1
a
, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: PMHNGAB1b.
Model Summary
,237a ,056 ,042 153216,710Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1,MDRTGAB1
a.
ANOVAb
2,73E+11 3 9,097E+10 3,875 ,010a
4,60E+12 196 2,348E+104,87E+12 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1, MDRTGAB1a.
Dependent Variable: PMHNGAB1b.
Coefficientsa
50370,806 31763,009 1,586 ,1141,053E-02 ,037 ,029 ,284 ,7777,255E-02 ,032 ,195 2,267 ,025
-25033,3 37022,389 -,080 -,676 ,500
(Constant)MDRTGAB1PDPTGAB1KELPOK
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: PMHNGAB1a.
Regression
Variables Entered/Removedb
KELPOK,PDPTGAB1,MDRTGAB1
a
, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: KSHTGAB1b.
Model Summary
,330a ,109 ,095 104584,439Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1,MDRTGAB1
a.
ANOVAb
2,62E+11 3 8,722E+10 7,975 ,000a
2,14E+12 196 1,094E+102,41E+12 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1, MDRTGAB1a.
Dependent Variable: KSHTGAB1b.
Coefficientsa
23200,560 21681,163 1,070 ,286-1,28E-02 ,025 -,050 -,504 ,6159,142E-02 ,022 ,349 4,184 ,00014554,848 25271,172 ,066 ,576 ,565
(Constant)MDRTGAB1PDPTGAB1KELPOK
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: KSHTGAB1a.
Regression
Variables Entered/Removedb
KELPOK,PDPTGAB1,MDRTGAB1
a
, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: PDDKGAB1b.
Model Summary
,404a ,163 ,150 112663,091Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1,MDRTGAB1
a.
ANOVAb
4,85E+11 3 1,616E+11 12,729 ,000a
2,49E+12 196 1,269E+102,97E+12 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1, MDRTGAB1a.
Dependent Variable: PDDKGAB1b.
Coefficientsa
51410,892 23355,930 2,201 ,0299,938E-03 ,027 ,035 ,364 ,7169,925E-02 ,024 ,341 4,217 ,000
-28480,9 27223,250 -,117 -1,046 ,297
(Constant)MDRTGAB1PDPTGAB1KELPOK
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: PDDKGAB1a.
Regression
Variables Entered/Removedb
PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2
a, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: PGNGAB2b.
Model Summary
,614a ,378 ,368 79067,628Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2
a.
ANOVAb
7,43E+11 3 2,478E+11 39,630 ,000a
1,23E+12 196 62516898111,97E+12 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN, MDTRGAB2a.
Dependent Variable: PGNGAB2b.
Coefficientsa
138232,1 11679,762 11,835 ,0001,502E-02 ,030 ,041 ,500 ,61825837,875 16186,686 ,130 1,596 ,112
,139 ,014 ,587 10,168 ,000
(Constant)MDTRGAB2BULANPDPTGAB2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: PGNGAB2a.
Regression
Variables Entered/Removedb
PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2
a, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: SDGGAB2b.
Model Summary
,287a ,082 ,068 91988,722Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2
a.
ANOVAb
1,49E+11 3 4,966E+10 5,869 ,001a
1,66E+12 196 84619249671,81E+12 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN, MDTRGAB2a.
Dependent Variable: SDGGAB2b.
Coefficientsa
47217,134 13588,449 3,475 ,0012,422E-03 ,035 ,007 ,069 ,945
-26215,8 18831,886 -,138 -1,392 ,1655,751E-02 ,016 ,253 3,618 ,000
(Constant)MDTRGAB2BULANPDPTGAB2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: SDGGAB2a.
Regression
Variables Entered/Removedb
PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2
a, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: PMHGAB2b.
Model Summary
,234a ,055 ,040 153302,185Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2
a.
ANOVAb
2,68E+11 3 8,926E+10 3,798 ,011a
4,61E+12 196 2,350E+104,87E+12 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN, MDTRGAB2a.
Dependent Variable: PMHGAB2b.
Coefficientsa
26600,298 22645,590 1,175 ,2422,700E-04 ,058 ,000 ,005 ,99611935,898 31383,947 ,038 ,380 ,7048,614E-02 ,026 ,231 3,252 ,001
(Constant)MDTRGAB2BULANPDPTGAB2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: PMHGAB2a.
Regression
Variables Entered/Removedb
PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2
a, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: KSHGAB2b.
Model Summary
,334a ,111 ,098 104429,639Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2
a.
ANOVAb
2,68E+11 3 8,934E+10 8,192 ,000a
2,14E+12 196 1,091E+102,41E+12 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN, MDTRGAB2a.
Dependent Variable: KSHGAB2b.
Coefficientsa
26298,335 15426,204 1,705 ,0902,559E-02 ,040 ,064 ,644 ,520
675,595 21378,784 ,003 ,032 ,9758,323E-02 ,018 ,318 4,613 ,000
(Constant)MDTRGAB2BULANPDPTGAB2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: KSHGAB2a.
Regression
Variables Entered/Removedb
PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2
a, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: PDKGAB2b.
Model Summary
,405a ,164 ,152 112572,847Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2
a.
ANOVAb
4,89E+11 3 1,629E+11 12,854 ,000a
2,48E+12 196 1,267E+102,97E+12 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN, MDTRGAB2a.
Dependent Variable: PDKGAB2b.
Coefficientsa
33428,136 16629,108 2,010 ,0465,544E-02 ,043 ,124 1,295 ,197
-21414,0 23045,857 -,088 -,929 ,354,110 ,019 ,378 5,657 ,000
(Constant)MDTRGAB2BULANPDPTGAB2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: PDKGAB2a.
Regression
Variables Entered/Removedb
PDPTGAB1,MDRTGAB1, KELPOK
a, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: TPGAB1b.
Model Summary
,619a ,383 ,374 263561,040Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), PDPTGAB1, MDRTGAB1,KELPOK
a.
ANOVAb
8,47E+12 3 2,822E+12 40,623 ,000a
1,36E+13 196 6,946E+102,21E+13 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), PDPTGAB1, MDRTGAB1, KELPOKa.
Dependent Variable: TPGAB1b.
Coefficientsa
381155,6 54638,242 6,976 ,0002,234E-02 ,064 ,029 ,350 ,727
-119869 63685,348 -,180 -1,882 ,061,406 ,055 ,511 7,367 ,000
(Constant)MDRTGAB1KELPOKPDPTGAB1
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: TPGAB1a.
Regression
Variables Entered/Removedb
BULAN,PDPTGAB2,MDTRGAB2
a
, Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: TPGAB2b.
Model Summary
,610a ,372 ,362 266020,676Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), BULAN, PDPTGAB2,MDTRGAB2
a.
ANOVAb
8,21E+12 3 2,737E+12 38,673 ,000a
1,39E+13 196 7,077E+102,21E+13 199
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), BULAN, PDPTGAB2, MDTRGAB2a.
Dependent Variable: TPGAB2b.
Coefficientsa
272542,7 39296,212 6,936 ,000,103 ,101 ,084 1,015 ,312,470 ,046 ,593 10,230 ,000
-9797,284 54459,621 -,015 -,180 ,857
(Constant)MDTRGAB2PDPTGAB2BULAN
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: TPGAB2a.