ANALISIS KOMPARASI KEBUTUHAN BIAYA PEMELIHARAAN …
Transcript of ANALISIS KOMPARASI KEBUTUHAN BIAYA PEMELIHARAAN …
ANALISIS KOMPARASI KEBUTUHAN BIAYA
PEMELIHARAAN NORMATIF KOMODITAS KUBIS
DENGAN PRAKTEK PELAKSANAANYA DI KABUPATEN
KARO (Kasus: Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)
SKRIPSI
OLEH :
MUAMMAR REZA SYAHPUTRA LUBIS
130304063
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS KOMPARASI KEBUTUHAN BIAYA
PEMELIHARAAN NORMATIF KOMODITAS KUBIS
DENGAN PRAKTEK PELAKSANAANYA DI KABUPATEN
KARO (Kasus: Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)
SKRIPSI
MUAMMAR REZA SYAHPUTRA LUBIS
130304063
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program
Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Muammar Reza Syahputra Lubis (130304063) dengan judul skripsi “Analisis
Komparasi Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Komoditas Kubis dengan
Praktek Pelaksanaannya di Kabupaten Karo (Kasus Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo). Penelitian ini di bimbing oleh
Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu
Siti Khadijah H.N., SP, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing.
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komparasi kebutuhan
biaya pemeliharaan normatif komoditas kubis dengan praktek
pelaksanaannya, pengaruh biaya pupuk dan biaya pengendalian hama dan
penyakit terhadap produksi usahatani kubis dan presentasi biaya
pemeliharaan khususnya bahan kimia usahatani kubis permusim tanam. Metode
penentuan daerah yang digunakan adalah metode purposive. Metode
penentuan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode simple random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 46
sampel, sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini ada tiga metode analisis yaitu analisis uji T untuk dua sampel
berpasangan, metode regresi linier berganda dan analisis proporsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara biaya
pemeliharaan secara normatif komoditas kubis dengan yang dilakukan petani di
Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Berdasarkan hasil
Estimasi menunjukan biaya pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi,
sedangkan biaya pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
Berdasarkan perhitungan diketahui persentase biaya pemeliharaan khususnya
bahan kimia adalah sebesar 28,98 % dari total biaya pemeliharaan yang di
keluarkan pada usahatani kubis.
Kata Kunci: komparasi, biaya pemeliharaan, kubis
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Muammar Reza Syahputra Lubis (130304063) with the title of thesis is
"Comparative Analysis of the Cost Requirement Maintenance of Cabbage
Commodities with the Implementation Practices in Karo District (Surbakti
Village Case, Simpang Empat District, Karo Regency). This research is guided
by Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, as the chairman of the supervising
commission and Ibu Siti Khadijah H.N., SP, M. Si, as a member of the supervising
commission.
The purpose of this study aims to analyze the comparation of the normative cost of
raising the needs of cabbage commodities with the practice of implementation, the
effect of fertilizer costs and the cost of pest and disease control on cabbage farm
production and presentation of maintenance costs, especially chemicals cabbage
farming season. The method of determining the area used is purposive method.
The method of determining the number of samples used in this study is a simple
random sampling method, with a total sample is 46, while the data analysis
methods used in this study consists of three methods of analysis of T test analysis
for two paired samples, multiple linear regression method and analysis
proportion.
The results showed that there was a significant difference between normative
maintenance cost of cabbage commodities with that of farmers in Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Based on the results Estimation
shows the cost of fertilizer significantly affects the production, while the cost of
pesticides has no significant effect on production. Based on the calculation known
the percentage of maintenance costs, especially chemicals amounted to 28.98% of
the total maintenance costs incurred on cabbage farming.
Keywords: comparation, maintenance cost, cabbage
Universitas Sumatera Utara
I
RIWAYAT HIDUP
Muammar Reza Syahputra Lubis lahir di Kota Medan, Sumatera Utara pada
tanggal 11 Juli 1995. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, putra
dari Bapak Alm.Syafruddin Lubis dan Ibu Rosmita.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 2007 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Swasta Al-Azhar Medan.
2. Tahun 2010 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Al-Azhar
Medan.
3. Tahun 2013 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Al-Azhar
Medan.
4. Pada tahun 2013 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN).
Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:
1. Anggota dalam Forum Silahturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi
Pertanian (FSMM SEP), Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli-Agustus 2016 di
Desa Bingkat, Kecamatan Pengajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Seketaris Bidang Pengabdian Masyarakat dalam Ikatan Mahasiswa Sosial
Ekonomi Pertanian (IMASEP), Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara Periode 2016/2017.
Universitas Sumatera Utara
II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dengan judul skripsi Analisis Komparasi
Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Normatif Komoditas Kubis Dengan Praktek
Pelaksanaannya di Kabupaten Karo ( Studi kasus: Desa Surbakti, Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Almarhum Syafruddin Lubis dan Ibunda
Rosmita yang telah mendo’akan, memberikan banyak perhatian, kasih sayang,
motivasi serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan dengan baik.
2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan
memotivasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Siti Khadijah H.N., SP, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membing penulis, memberikan arahan serta
saran dan memotivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku Dewan Penguji I yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan
dalam menyelesaikan skripsi dengan baik
Universitas Sumatera Utara
III
5. Bapak Ir. M Jufri, Msi selaku Dewan Penguji II sekaligus Sekretaris Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan dalam menyelesaikan
skripsi dengan baik
6. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Ketua Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah membantu penulis dalam
proses administrasi dan perkuliahan
7. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU, yang telah
membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
8. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian penulis yaitu
Bapak Bahtera Ginting selaku Kepala Desa, Bapak Lukman selaku PPL serta
Ibu Marlinza selaku Koordinator PPL di Kecamatan Simpang Empat dan
masyarakat Desa Surbakti yang telah banyak membantu penulis
mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman Angkatan 2013 Program Studi Agribisnis yang selalu hadir
dalam suka dan duka selama menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi
pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih.
Medan, Maret 2018
Penulis
Universitas Sumatera Utara
IV
DAFTAR ISI
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
1.4 Kegunaan Penulisan .............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 10
2.1.1 Tinjauan Agronomi Kubis ........................................................... 11
2.1.2 Tinjauan Ekonomi Usahatani Kubis ............................................ 14
2.1.3 Isu Lingkungan Usahatani Kubis ................................................ 19
2.1.4 Kondisi Eksisting Usahatani Kubis di Sumatera Utara
2.1.4.1 Sub Sistem Pra Produksi........................................................... 21
2.1.4.2 Sub Sistem Produksi ................................................................. 23
2.1.4.3 Sub Sistem Post Produksi ......................................................... 24
2.2 Landasan Teori ...................................................................................... 25
2.2.1 Usahatani ..................................................................................... 25
2.2.2 Biaya Produksi ............................................................................. 26
2.2.3 Teori Pendapatan ......................................................................... 27
2.2.4 Teori Komparasi .......................................................................... 27
2.3 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 29
2.4 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 31
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian .................................................... 35
3.2 Metode Penentuan Sampel .................................................................... 38
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 40
3.4 Metode Analisis Data ............................................................................ 40
3.5 Definisi dan Batasan Operasional .......................................................... 45
3.5.1 Defenisi ........................................................................................ 46
Universitas Sumatera Utara
V
3.5.2 Batasan Operasional .................................................................... 48
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Desa Daerah Penelitian .......................................................................... 49
4.2 Komposisi Penduduk .............................................................................50
4.2.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan........................... 50
4.3 Sarana dan Fasilitas Umum ................................................................... 51
4.4 Karakteristik Umum Petani Responden................................................. 52
4.4.1 Umur Petani ................................................................................. 52
4.4.2 Pendidikan Petani Sampel ........................................................... 53
4.4.3 Luas Lahan Petani Sampel .......................................................... 54
4.4.4 Jumlah Tanggungan ..................................................................... 55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perbedaan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Secara Normatif
Komoditas Kubis dengan Biaya Praktek Pelaksanaannnya................... 56
5.1.1 Tahapan Kegiatan Dan Komponen Biaya Pemeliharaan
Komoditas Kubis Berdasarkan Praktek Pelaksanaannya ........... 56
5.1.2 Tahapan Kegiatan Dan Komponen Biaya Pemeliharaan
Normatif Komoditas Kubis ........................................................ 60
5.1.3 Perbandingan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Komoditas
Kubis dengan Biaya Praktek Dikeluarkan Petani ...................... 64
5.2 Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama Penyakit
Terhadap Produksi Kubis Di Desa Surbakti ......................................... 65
5.2.1 Uji Kesesuaian Model (Test Goodness of Fit) ............................ 66
5.2.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 67
5.2.3 Pengaruh Tiap Variabel Terhadap Biaya Pemeliharaan .............. 69
5.3 Persentase Biaya Pemeliharaan Khusus nya Bahan Kimia Pada
Usahatani Kubis Dari Seluruh Biaya Pemeliharaannya ..................... 71
BAB VI PENITUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 72
6.2 Saran ...................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
VI
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1. Data Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan
Produktivitas Sayur- Sayuran Per Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara
3
2. Data Luas Tanam, Luas Panen, Jumlah Produksi dan
Jumlah Produktivitas Kubis di Sumatera Utara 16
3. Data Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan
Produktivitas Sayur- Sayuran Per Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara
17
4. Data Luas Panen, Rata-rata Produktivitas, dan
Produksi Sayur-Sayuran Menurut Kecamatan di
Kabupaten Karo
18
5. Produktivitas Komoditas Kubis di Provinsi
Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota
36
6. Luas Panen dan Produksi Komoditas Kol
Kubis Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo,
37
7. Jumlah Produksi Komoditas Kubis Menurut Desa
Di Kecamatan Simpang Empat
38
8. Jenis dan Luas Penggunaan Tanah di Desa Surbakti 49
9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok
Tenaga Kerja
50
10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo
50
11. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di
Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo
51
12. Sarana Dan Prasana di Desa Surbakti, Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo
51
13. Keadaan umur petani sampel di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo
52
14. Pendidikan petani sampel di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo
53
15. Luas Lahan petani sampel di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo
54
16. Jumlah Tanggungan petani sampel di Desa
Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten
Karo
54
17. Biaya Pembumbunan dan rata-rata Petani Sampel
Usahatani Kubis Per Petani Per Musim Tanam di
Desa Surbakti
56
18. Kebutuhan dan Biaya Pupuk pada Petani Sampel
Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa
Surbakti
56
Universitas Sumatera Utara
VII
19. Kebutuhan dan Biaya Penyiangan Petani Sampel
Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa
Surbakti
57
20. Biaya Penyiraman Petani Sampel Usahatani Kubis
Per Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti
58
21. Jenis Pestisida Besereta Harga Yang Digunakan
Petani Sampel Usahatani Kubis Per Musim Tanam
di Desa Surbakti
59
22. Kebutuhan dan Biaya Pembumbunan Normatif
Kubis Per Hektar di Desa Surbakti
60
23. Kebutuhan dan Biaya Pupuk Normatif pada
Usahatani Kubis Per Musim Tanam
61
24. Kebutuhan dan Biaya Penyiangan Normatif pada
Usahatani Kubis Per Musim Tanam
61
25. Biaya Penyiraman Normatif Usahatani Kubis Per
Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti
62
26. Kebutuhan dan Biaya Pestisida Secara Normatif
pada Usahatani Kubis Per Musim Tanam
63
27. Hasil Uji Paired Sampels t-Test Untuk Biaya
Pestisida
64
28. Hasil Estimasi Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya
Pengendalian Hama Penyakit Terhadap Produksi
Tanamn
64
Universitas Sumatera Utara
VIII
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1. Karakteristik Petani Sampel
2. Biaya Penggunaan Bibit Kubis Per Petani Per Musim Tanam
3 a. Penggunaan dan Biaya Pupuk Kubis yang Dilakukan Petani Per
Musim Tanam
3 b. Penggunaan dan Biaya Pupuk Kubis Normatif
4 a. Penggunaan dan Biaya Pestisida Kubis yang Dilakukan Petani Per
Musim Tanam
4 b. Penggunaan dan Biaya Pestisida Kubis Normatif Per Musim
Tanam
5. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Pemupukan Per
Musim Tanam Kubis
6 a. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Pembumbunan yang
Dilakukan Per Petani Per Musim Tanam
6 b. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Pembumbunan
Normatif Per Petani Per Musim Tanam
7 a. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Penyiangan yang
Dilakukan Petani Per Musim Tanam
7 b. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Penyiangan Normatif
Per Musim Tanam
8. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Pengendalian HPT Per Musim
Tanam
9 a. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Penyiraman yang Dilakukan
PetaniPer Musim Tanam
9 b. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Penyiraman Normatif Per Musim
Tanam
10. Pendapatan Petani Sampel Per Musim Tanam
11. Hasil Uji Paired Sampels t-Test untuk biaya pemeliharaan
12. Hasil SPSS Regrsi Linier Berganda Pengaruh Biaya Pupuk dan
Biaya Pengendalian Hama Penyakit Terhadap Produksi Usahatani
Kubis
Universitas Sumatera Utara
IX
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran 33
2. Grafik Uji Normalitas 67
3. Histogram Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya
Pengendalian Hama dan Penyakit Terhadap
Biaya Pemeliharaan
68
4. Grafik scatterplots 69
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai
penopang pembangunan juga sebagi sumber mata pencaharian penduduknya.
Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor pangan, subsektor hortikultura,
subsektor perikanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Pada tahap
awal pembangunan, sektor pertanian merupakan penopang perekonomian. Dapat
dikatakan demikian, karena pertanian membentuk proporsi yang sangat besar bagi
devisa negara, penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat
(Khazanani, 2011).
Salah satu dari subsektor pertanian di Indonesia yang sedang semarak
dikembangkan adalah subsektor hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu
subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas
hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits),
tanaman berkhasiat obat (medicinal plants), tanaman hias (ornamental plants)
termasuk didalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai
sayuran, tanaman obat atau tanaman hias.
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi di
bidang pertanian yang cukup tinggi. Dengan topografi yang bervariasi dari mulai
datar, landai berombak, berbukit hingga bergunung merupakan tempat yang sesuai
untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman, seperti tanaman pangan, perkebunan,
Universitas Sumatera Utara
2
dan hortikultura. Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas
hortikultura (sayur-mayur dan buah-buahan), misalnya:jeruk Medan, jambu Deli,
sayur kol, tomat, kentang, dan wortel yang sebagian besar dihasilkan oleh
Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut
telah diekspor ke Malaysia dan Singapura (Balitbang Sumut, 2005).
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang
memiliki sektor-sektor perekonomian dan antara lain sektor pertanian (peternakan,
perikanan, hortikultura dan kehutanan) dengan persentase kontribusi PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) menurut lapangan usaha sebesar 60 ,46%,
sektor jasa-jasa (12,88%), sektor lembaga keuangan dan bank (1,74%), sektor
pengangkutan dan komunikasi (7,73%), sektor perdagangan, hotel dan restoran
(11,97%), sektor bangunan/konstruksi (3,76%), sektor listrik, gas dan air (0,36%),
sektor industri pengolahan (0,75%), sektor penggalian dan pertambangan sebesar
0,36% (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2010).
Kubis merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Karo
yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan dan sumber devisa
negara. Besarnya kontribusi agroindustri kubis dalam meningkatkan pendapatan
akan menumbuhkan sentra pengembangan kubis baru. Ketersediaan varietas
unggul, baik mutu maupun produktivitas yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas. Untuk
mencapai imbangan antara permintaan dan penawaran, maka produksi kubis
nasional perlu terus ditingkatkan (Karsinah, dkk, 2002).
Universitas Sumatera Utara
3
Tabel 1.1. Data LuasTanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Sayur- Sayuran Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
N
o
Kabupaten Kubis
LuasPane
n (Ha)
JumlahProduks
i (Ton)
JumlahProduktivita
s (Kw/Ha)
1 Nias - - -
2 Mandailing
Natal
34 477 140,35
3 Tapanuli
Selatan
- - -
4 Tapanuli
Tengah
- - -
5 Tapanuli Utara 256 3,439 134,34
6 Toba Somosir 4 80 200,00
7 LabuhanBatu - - -
8 Asahan - - -
9 Simalungun 3.466 78.463 226,38
10 Dairi 569 12.727 223,67
11 Karo 2.927 69.530 237,55
12 Deli Serdang - - -
13 Langkat - - -
14 Nias Selatan - - -
15 Humb.
Hasundutan
243 4.822 198,42
16 Pak-Pak Barat - - -
17 Samosir 74 1.124 151,89
18 SerdangBedagai - - -
19 Batu Bara - - -
20 Paluta - - -
21 Palas - - -
22 Labusel - - -
23 Labura - - -
24 Nias Utara - - -
25 Nias Barat - - -
26 TanjungBalai - - -
27 PematangSianta
r
- - -
28 TebingTinggi - - -
29 Medan - - -
30 Binjai - - -
31 Padang
Sidempuan
6 3 5,00
32 GunungSitoli - - -
Jumlah 7.579 170.665 168,22 Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016
Universitas Sumatera Utara
4
Tabel1.1. memperlihatkan bahwa jumlah panen kubis sebesar 2.927 Ha, jumlah
produktivitas kubis sebesar 168.62 Kw/Ha dan produksi kol yaitu sebesar
69.530Ton terdapat di Kabupaten Karo. Produksi yang ada di Kabupaten
Simalungun lebih tinggi dibandingkan di Kabupaten Karo, akan tetapi
produktivitas kubis Kabupaten Karo jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas
kubis Kabupaten Simalungun.
Usahatanikubismerupakanusahatani yang memilikibeberapa kendala yang di
hadapi petani dalam kegiatan pemeliharaannya.Kurangnya pengetahuan petani
dalam kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dapat mengakibatkan kerugian bagi
petani, seperti pemberian dosis pupuk dan pestisida yang tidak tepat dapat
mengakibatkan menambah biaya produksi. Hal ini terjadi dikarenakan kebiasaan
yang sudah di lakukan sejak lama karena kurang nya pemahaman petani terhadap
kebutuhan tanaman itu sendiri, dan juga karena rasa kekhawatiran jika tanaman
mereka gagal panen.Peran penyuluh sebagai fasilitator dapat membatu petani
dalam usahataninya (Marlinza, 2017)
Penyiraman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan dan pengendalian hama
penyakit merupakan kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kubis.
Pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman kubis berupa pupuk organik dan
pupuk buatan. Pupuk buatan berupa urea 100 kg, ZA 250 kg, SP-36 250 kg dan
KCl 200 kg per hektar. Untuk tiap tanaman diperlukan urea sebanyak 4 gram, ZA
9 gram, SP-36 9 gram dan KCl 7 gram. Pengaplikasian pertama dilakukan
sebelum tanaman sebagai pupuk dasar yaitu pupuk organik 10 gram, setengah
dosis pupuk N (Urea 2 gram, ZA 4,5 gram), pupuk SP-36 9 gram, dan KCl 7 17
Universitas Sumatera Utara
5
gram). Sisa pupuk N (Urea 2 gram dan ZA 4,5 gram) diberikan pada saat tanaman
berumur 4 minggu (Musriati, 2013).
Pola penggunaan pupuk di kalangan petani kubis juga menjadi sebuah masalah.
Berdasarkan pernyataan beberapa petani sayuran di Kecamatan Simpang Empat
yang menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Karo mengatakan
bahwa pola penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah tersebut masih
belum sesuai prosedur pemupukan yang benar. Hal ini di dasari, petani kubis di
sana menentukan dosis pupuk belum sesuai pemenuhannya, dikarenakan petani
kurang memahami kebutuhan pupuk pada tanaman usahatani nya, seringkali
petani masih belum tepatkomposisi pupuk yang diberikan, hal ini didasari
kebiasaan yang sudah berlangsung sekiaan lama. (Nasution, 2015).
Penggunaan dosis pemupukan yang belum tepat oleh petani sayuran secara tidak
langsung mengakibatkan kerusakan pada lapisan tanah. Dalam jangka panjang,
hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat kesuburan tanah dan hal ini tentu
akan mengurangi jumlah produksi sayuran. Misalnya, untuk sayuran kubis bunga
dan kubis diperlukan pupuk buatan maksimal berupa Urea sebanyak100 Kg/Ha,
ZA 250 Kg/Ha. TSP atau SP-36 250 Kg/Ha dan KCl 200 Kg/Ha.Untuk tiap
tanaman diperlukan Urea sebanyak 4 g + ZA 9 g, TSP (SP-36) 9 g, dan KCl 7 g.
Namun ada saja petani sayuran yang menambah jumlah dosis pupuk dengan
harapan dapat meningkatkan jumlah produksi (Tim Prima TaniBalitsa, 2007).
Menurut Mahyuni (2015), isu lingkungan yang terjadi di kalangan petani di
Kabupaten Karo selama ini penggunaan pestisida oleh petani bukan atas dasar
keperluan secara indikatif, namun dilaksanakan secara “cover blanket system”
Universitas Sumatera Utara
6
artinya ada atau tidak hama tanaman, racun berbahaya ini terus disemprotkan
ketanaman. Selain itu teknik penyemprotan yang kadang melawan arah angin,
menyebabkan petani menghirup pestisida tanpa disadarinya. Perilaku penggunaan
pestisida yang berlebihan seperti itu justru menyebabkan masalah baru yakni
adanya residu pestisida pada produk pertanian dan pada akhirnya membahayakan
petani dan masyarakat luas baik keselamatan maupun kesehatan kerjanya.
Pengendalian hama dan penyakit juga dapat dilakukam dengan pengaplikasian
pestisida. Untuk pencegahan itu sendiri, penyemprotan dilakukan sebelum hama
menyerang tanaman atau secara rutin di semprot 1-2 minggu sekali dengan dosis
ringan dan sesuai dengan kebutuhan tanaman kubis tersebut. Untuk
penanggulangan, penyemprotan dilakukan sendini mungkin dengan dosis tepat,
agar hama dapat segera ditanggulangi (cahyono, 1995).
Gejala yang paling sering dijumpai pada tanaman kubis adalah ulat perusak daun,
ulat krop/cabbage heart petsai caterpillar (Crocidalomia binotalis). Dengan
gejala yang ditimbulkan adalah adanya kerusakan pada bagian bawah permukaan
daun kubis. Daun-daun bisa habis dimakan ulat ini, khusus nya daun muda dan
titik tumbuh kubis atau krop. Pestisida yang umum digunakan untuk mengatasi
hama tersebut adalah Decis 2,5 EC 0,5-1 cc/l/ha, Dupont Valacor 35 wg 100 g/ha
Hostathion 40 EC 0,75-1,5 cc/l, dan Ambush 2 EC (Liferdi dan Saparinto, 2016).
Sementara yang dilakukan petani kubis di Kabupaten Karo dalam pengendalian
hama dan penyakit tidak selalu dilakukan dengan tepat. Penyemprotan dilakukan
setelah atau saat tanaman kubis terserang hama penyakit, tentu itu dapat
merugikan petani dalam usahatani mereka. Jika terlambat penangganannya
Universitas Sumatera Utara
7
kualitas kubis akan menurun dan bahkan dapat terjadi kegagalan panen.
Penyemprotan juga dilakukan dengan sesuai kebutuhan, menurut Koordinator
PPL Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, penyemprotan di lakukan
dengan sesuai kebutuhan, jika tanaman Kubis tidak memerlukan penyemprotan di
saat tertentu maka jangan dilakukan dikarenakan dapat menambah biaya produksi
tanaman kubis sehingga dapat mengurangi pendapatan petani.
Dalam melakukan pekerjaannya untuk meningkatkan hasil pertaniannya para
petani selalu menggunakan pestisida untuk mengurangi serangan hama ataupun
serangga pada usaha pertaniannya. Pada tesis Adil Sitepu (2012) penggunaan
pestisida perharinya di kabupaten karo adalah sebanyak ±10 ton untuk
mengendalikan organisme tanaman pengganggu. Penggunaan pestisida oleh
petani masih kurang tepat, diantaranya penggunaan pestisida tidak sesuai dengan
dosis dan takaran yang dianjurkan, mengaduk campuran pestisida dengan tangan.
Petani juga mengaku sengaja melebihkan takaran pestisida yang digunakan agar
lebih efektif membunuh hama tanaman.
Menurut Untung (1984), hama yang sering menyerang tanaman kubis adalah ulat
daun. Mengatasi gangguan ulat daun pada tanaman kubis dengan mengunakan
insektisida kimia karena pengendalian hama kubis secara kimia dapat dilakukan
dengan cara yang sederhana. Penggunaan insektisida kimia secara terus-menerus
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem.
Hasil survey yang dilakaukan pada petani sayuran menyebutkan bahwa petani
mengeluarkan 50% biaya produksi untuk pengendalian secara kimiawi dengan
mencampur berbagai macam pestisida, karena belum diketahui bagaimana
penggunaan pestisida yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
8
Dampak negatatif lain pestisida terhadap lingkungan juga adanya residu pestisida
di dalam tanah yang dapat meracuni organisme non target, terbawa sampai ke
sumber-sumber air dan meracuni lingkungan bahkan terbawa pada mata rantai
makanan sehingga dapat meracuni konsumen sehingga membahayakan kesehatan,
pada hewan dan manusia (Nopriani, 2011).
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbedaan kebutuhan biaya pemeliharaan normatif komoditas
kubis dengan praktek pelaksanaannya di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang
Empat, KabupatenKaro?
2. Bagaimana pengaruh biaya pupuk dan biaya pengendalian hama dan penyakit
terhadap produksi kubis di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
KabupatenKaro?
3. Berapa presentasi biaya pemeliharaan khususnya bahan kimia usahatani kubis
per musim tanam di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
KabupatenKaro?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapuntujuanpenelitianiniadalah :
1. Untuk Menganalisis sejauh mana perbedaan kebutuhan biaya pemeliharaan
normatif komoditas kubis dengan praktek pelaksanaannya di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, KabupatenKaro.
2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh biaya pupuk dan biaya pengendalian
hama dan penyakit terhadap produksi usahatani kubis di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
9
3. Untuk menganalisis berapa presentasi biaya pemeliharaan khususnya bahan
kimia usahatani kubis permusim tanam.
1.4. ManfaatPenelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai sumber informasi dan masukan untuk petani agar dapat mengelola dan
mengembangkan usahataninya dengan baik.
2. Sebagai bahan masukan serta evaluasi bagi pemerintah daerah dalam
menentukan kebijakan di bidang pertanian dalam usaha penyempurnaan sistem
pertanian terutama untuk komoditikubis.
3. Sebagai bahan evaluasi bagi penelitian yang akan datang agar dapat
memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang ada.
4. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
5. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kubis (Brassica oleraceae L.)
Menurut Rukmana (1994), sistematika tanaman kubis berdasarkan klasifikasinya
adalah :
Divisio : spermatophyta
Sub divisio : angiospermae
Kelas : dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae L. var. capitata L.
Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan
berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan
merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani kuno. Kubis
dengan nama Latin (Brassica Oleracea Var Capitata) pada mulanya merupakan
tumbuhan liar di daerah subtropik. Tanaman ini berasal dari daerah Eropa yang
ditemukan pertama di Cyprus, Italia dan Mediteranian. Tanaman kubis termasuk
dalam golongan tanaman sayuran semusim atau umur pendek. Tanaman kubis
hanya dapat berproduksi satu kali setelah itu akan mati. Pemanenan kubis
dilakukan pada saat umur kubis mencapai 60 – 70 hari setelah tanam (Cahyono,
2001).
Syarat tumbuh tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24˚ Celcius dengan
suhu optimum 17˚ Celcius. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kol/ kubis
Universitas Sumatera Utara
11
tahan dingin (minus 6-10˚ Celcius), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak
kecuali kubis berdaun kecil (<3 cm). Untuk kelembaban udara, tanaman
kubis akan hidup dengan baik pada kisaran 60-90%. Kelembaban di atas 90%
maka muncul penyakit busuk lunak berair, penyakit semai rebah dan penyakit lain
yang disebabkan oleh cendawan. Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan
dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin yang tinggi dalam waktu lama
mengakibatkan keseimbangan kandungan air antara tanah dan udara terganggu,
tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara
berkurang dan menimbulkan racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas.
2.1.1 Tinjauan Agronomi Komoditas Kubis (Brassica oleraceae L.)
Kubis adalah salah satu sayuran dari keluarga cruciferae (brassicaceae) yang
dapat menjadi pilihan makanan yang baik karena memberikan serat dan vitamin
dasar namun rendah kalori. Sayuran ini lazim ditanam di Indonesia seperti
keluarga cruciferae yang lain seperti kubis bunga, kubis tunas, brokoli, sawi, dll.
Sayuran ini dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan
curah hujan rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong,
membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara
lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan (forma rubra). Buahnya buah
polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4
mm, berwarna cokelat kelabu (Kusumaningrum, 2013).
Kondisi fisik tanah yang sesuai adalah bertekstur sedang yaitu liat berpasir,
berstruktur remah (gembur), subur, banyak mengandung bahan organik, tetapi
masih toleran terhadap tanah yang agak berat. Jenis tanah yang sesuai untuk
tanaman kubis adalah latosol, regosol dan andosol, kubis masih dapat hidup pada
Universitas Sumatera Utara
12
jenis tanah lain, tetapi hasilnya kurang baik. Keasaman tanah (pH) yang cocok
adalah 5,5-6,5. Sri Setyati Haryadi (1979) mengemukakan bahwa pH tanah yang
rendah (< 4) dan terlalu tinggi (> 9), merupakan racun bagi akar tanaman.
Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF
antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang
cukup baik ( Pracaya,1981).
Kubis merupakan jenis tanaman hortikultura yang paling baik ditanam di daerah
yang bersuhu rendah dan mendapatkan sinar matahari yang cukup. Namun harus
mendapatkan cukup air juga tapi jangan sampai tergenang. Kubis mengandung
banyak vitamin dan mineral yang berperan penting bagi kesehatan manusia.
Manfaat kubis bagi tubuh manusia adalah dapat membantu dalam mencerna
makanan, menetralisirkan zat-zat asam dan mempermudah membuang kotoran
yang banyak mengandung serat. Kebaikan yang ada didalam kubis antara lain
vitamin C, A, B1, B2, mineral-mineral dan protein (Anonim, 2015).
Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara
penyiapan adalah sebagai berikut: a. Sterilisasi benih, dengan merendam benih
dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam
benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
b. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik
akan tenggelam. c. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat
pecah agar benih cepat berkecambah. Kebutuhan benih per hektar tergantung
varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300 g/ha. Benih harus disemai dan
di bumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di
Universitas Sumatera Utara
13
bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun
pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil (Md, dkk 2012).
Pemeliharaan komoditas kubis (Brassica oleraceae L.) adalah sebagai berikut:
1. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan persamaan dengan penyiangan gulma. Pembumbunan
dilakukan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan
kedalaman bedengan. Pembumbunan ini dilakukan untuk menjaga kedalaman
parit dan ketinggian bedeng serta meningkatkan kegemburan tanah sehingga akar
akan dapat menyerap air serta unsur hara secara optimal (Anonim, 2008).
2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap sore hari. Tanaman disiram sampai benar-benar
hidup. Daun yang tertutup tanah segera disiram agar tidak menganggu proses
fotosintesis. Apabila temperatur udara tinggi dan matahari bersinar terik,
penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu dan diulang pada
umur 4 minggu setelah tanam. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik dan
pupuk buatan, sedangkan pupuk buatan berupa Urea 100 kg, ZA 250 kg, SP-36
250 kg dan KCl 200 kg/ha. Untuk tiap ktanaman diperlukan Urea sebanyak 4 gr,
ZA 9 gr, SP-36 9 gr dan KCl 7 gr. Pupuk organik 1 kg, setengah dosis pupuk N
(Urea 2 gr, ZA 4,5 gr), pupuk SP-36 9 gr dan KCl 7 gr) diberikan
sebelum tanam pada setiap ubang tanam sebagai pupuk dasar. Sisa pupuk N
(Urea 2 gr dan ZA 4,5 gr/tanaman) diberikan pada saat tanaman berumur 4
minggu (Pracaya, 2001).
Universitas Sumatera Utara
14
4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan
atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman.
Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat
merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya
tidak dilakukan.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang paling sering menyerang tanaman kubis adalah ulat daun. Dalam
usaha peningkatan produksi tanaman kubis seringkali dihadapkan adanya
gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat
terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik. Kehilangan hasil kubis
akibat serangan hama cukup tinggi yakni dapat mencapai 100% oleh Pluttela
xylostella (Rukmana, 1994). Kerusakan yang dihasilkan sangat khas, pada daun
terbentuk suatu lubang dengan diameter 0,5 cm sehingga daun berlubang-lubang
dan apabila serangan cukup berat, tanaman kubis gagal membentuk krop dan
gagal panen. Untuk 1 hektar tanaman kubis memerlukan 100 g insektisida cukup
diaplikasikan 4-5 kali dalam satu musim tanam.
2.1.2 Tinjauan Ekonomi Usahatani Kubis (Brassica oleraceae L.)
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi di
bidang pertanian yang cukup tinggi. Dengan topografi yang bervariasi dari mulai
datar, landai berombak, berbukit hingga bergunung merupakan tempat yang sesuai
untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman, seperti sub sektor pangan,
perkebunan, dan hortikultura. Sumatera Utara juga dikenal sebagai
penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan), misalnya:
Universitas Sumatera Utara
15
jeruk Medan, jambu Deli, sayur Kubis, tomat, kentang, dan wortel yang sebagian
besar dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan
Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan
Singapura (Balitbang Sumut, 2005).
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang
memiliki sektor-sektor perekonomian dan antara lain sektor pertanian (peternakan,
perikanan, holtikultura dan kehutanan) dengan persentase kontribusi PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) menurut lapangan usaha sebesar 60 ,46%,
sektor jasa-jasa (12,88%), sektor lembaga keuangan dan bank (1,74%), sektor
pengangkutan dan komunikasi (7,73%), sektor perdagangan, hotel dan
restoran (11,97%), sektor bangunan/konstruksi (3,76%), sektor listrik, gas dan air
sebesar (0,36%), sektor industri pengolahan (0,75%), sektor penggalian dan
pertambangan sebesar 0,36% (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2010).
Kubis/kol juga merupakan salah satu sayuran yang berhasil menembus pasar
ekspor. Kubis/kol (Brassica oleracea) termasuk salah satu diantara 18 jenis
sayuran komersial yang dihasilkan di Indonesia dan mendapat prioritas
pengembangan dalam setiap repelita. Tanaman kubis/kol mempunyai nilai
ekonomi dan sosial cukup tinggi, karena dijadikan salah satu andalan sumber
nafkah para petani dalam rangka meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
mereka, juga sebagai komoditas ekspor (Rukmana, 1994).
Universitas Sumatera Utara
16
Tabel 2.1. Data Luas Tanam, Luas Panen, Jumlah Produksi dan Jumlah
Produktivitas Kubis di Sumatera Utara Tahun 2011-2015
Tahun Luas
Tanam
(Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Jumlah Produksi
(Ton)
Jumlah
Produktivitas
(Kw/Ha)
2012 7.348 7.906 173.565 219,54
2013 7.617 7.569 180.162 238,03
2014 6.880 6.958 165.589 237,98
2015 8.411 7.163 173.486 242,20
2016 7.508 7.579 170.665 225,18
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016
Tabel 2.1. memperlihatkan bahwa produksi dari kubis di Sumatera Utara pada
tahun 2013 yaitu sebesar 180.162 Ton yang merupakan produksi tertinggi dari
tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2014
yaitu sebesar 165.589 Ton. Terjadi naik turunnya atau fluktuasi setiap tahunnya
dari produksi kubis di Sumatera Utara.
Salah satu komoditi pertanian yang tumbuh subur di Kabupaten Karo adalah
komoditi hortikultura, baik hortikultura semusim maupun tahunan yang
cakupannya cukup luas yaitu meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman
hias dan obat-obatan. Komoditi tersebut banyak diusahakan oleh rumah tangga
pertanian di Kabupaten Karo yang hasilnya selain untuk memenuhi kebutuhan
lokal, beberapa hasil komoditi dari daerah ini juga dijual ke daerah lain, bahkan
ada yang di ekspor ke luar negeri (BPS Kabupaten Karo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
17
Tabel 2.2. Data Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Sayur-sayuran Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
No Kabupaten Kubis
Luas
Tanam
(Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Jumlah
Produksi
(Ton)
Jumlah
Produktivitas
(Kw/Ha)
1 Nias - - - -
2 Mandailing Natal 35 34 477 140,35
3 Tapanuli Selatan - - - -
4 Tapanuli Tengah - - - -
5 Tapanuli Utara 232 256 3,439 134,34
6 Toba Somosir 2 4 80 200,00
7 Labuhan Batu - - - -
8 Asahan - - - -
9 Simalungun 3.118 3.466 78.463 226,38
10 Dairi 539 569 12.727 223,67
11 Karo 3.308 2.927 69.530 237,55
12 Deli Serdang - - - -
13 Langkat - - - -
14 Nias Selatan - - - -
15 Humb. Hasundutan 241 243 4.822 198,42
16 Pak-Pak Barat - - - -
17 Samosir 33 74 1.124 151,89
18 Serdang Bedagai - - - -
19 Batu Bara - - - -
20 Paluta - - - -
21 Palas - - - -
22 Labusel - - - -
23 Labura - - - -
24 Nias Utara - - - -
25 Nias Barat - - - -
26 Tanjung Balai - - - -
27 Pematang Siantar - - - -
28 Tebing Tinggi - - - -
29 Medan - - - -
30 Binjai - - - -
31 Padang Sidempuan - 6 3 5,00
32 Gunung Sitoli - - - -
Jumlah 7.508 7.579 170.665 168,62
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016
Tabel 2.2. memperlihatkan bahwa jumlah luas tanam kubis sebesar 3.308 Ha,
jumlah panen kubis sebesar 2.927 Ha, jumlah produktivitas kubis sebesar
168.62 Kw/Ha dan produksi kol yaitu sebesar 69.530 Ton terdapat di Kabupaten
Karo. Produksi yang ada di Kabupaten Simalungun lebih tinggi dibandingkan di
Universitas Sumatera Utara
18
Kabupaten Karo, akan tetapi produktivitas kubis Kabupaten Karo jauh lebih tinggi
dibandingkan produktivitas kubis Kabupaten Simalungun.
Tabel 2.3 Data Luas Panen, Rata-rata Produktivitas, dan Produksi Sayur-
Sayuran Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo
Kecamatan Kubis
Luas Panen
(Ha)
Luas Produksi
(Ton)
Rata-Rata
Produktivitas
(Kw/Ha)
Mardingding 0 0 0,00
Laubaleng 0 0 0,00
Tigabinanga 0 0 0,00
Juhar 0 0 0,00
Munte 17 202 118,82
Kutabuluh 0 0 0,00
Payung 14 400 285,71
Tiganderket 63 753 119,52
Simpang Empat 756 19.062 252,14
Naman Teran 454 9.804 215,95
Merdeka 236 7.120 301,70
Kabanjahe 281 9.979 355,12
Berastagi 199 6.054 304,21
Tigapanah 356 4.355 122,32
Dolat Rayat 76 1.367 179,88
Merek 377 8.773 232,71
Barusjahe 91 2.862 314,51
Jumlah 2920 70.711 233,88
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016
Tabel 2.3. memperlihatkan bahwa jumlah luas panen kubis terbesar terdapat di
Kabupaten Karo terdapat di Kecamatan Simpang Empat yaitu sebesar 753 Ha.
Jumlah produksi kubis terbesar terdapat di Kabupaten Karo terdapat di Kecamatan
Simpang Empat yaitu sebesar 19.062 Ton, Kecamatan Simpang Empat merupakan
salah satu kecamatan yang produktivitas nya tertinggi di Kabupaten Karoy aitu
sebesar 252,14 Kw/Ha..
Produk hortikultura yang sering dijadikan sumber pendapatan petani adalah
produk sayuran. Keunggulan sayuran dibandingkan dengan tanaman lainnya
adalah mempunyai produktivitas yang tinggi, pemasaran mudah, dan mempunyai
Universitas Sumatera Utara
19
harga yang relatif stabil, sehingga dari ekonomi menguntungkan. Produksi
sayuran terbesar di Sumatera Utara adalah tanaman kubis. Perkembangan
produksi kubis selama empat tahun terakhir cenderung megalami peningkatan
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,42 persen per tahun. Pada tahun 2010,
produksi kubis terbesar 196.718 Ton (BPS, 2011).
Bila ditinjau dari segi harga, sayuran kubis memiliki harga yang cukup tinggi
untuk dipasarkan. Sayuran ini memang tidak terlepas dari setiap hidangan yang
ada di Indonesia karena hampir semua rumah makan menggunakan sayuran kubis
sebagai bahan baku, seperti masakan mie, nasi goreng, dan berbagai jenis
masakan lainnya.
Kubis merupakan salah satu tanaman hortikultura yang masuk dalam kategori
sayuran. Tanaman kubis adalah salah satu jenis sayuran daun yang populer dan
banyak diusahakan para petani di sentra produksi sayuran dataran tinggi.
Penerapan usahatani intensif untuk memacu produktivitas tanaman yang tinggi
dengan mutu yang baik tetap merupakan faktor penentu keberhasilan usahatani.
Dalam usahatani kubis petani sering menghadapi resiko ekonomis diantaranya
disebabkan oleh fluktuasi harga kubis di pasaran komoditas umumnya petani
hanya sebagai “price taker” (Sihite, 2017).
Permintaan sayuran kubis semakin berkembang, oleh sebab itu, diharapkan
kepada para petani kubis untuk meningkatkan produksinya agar tetap
terpenuhinya kebutuhan terhadap kubis. Kesadaran masyarakat tentang
pentingnya mutu makanan, termasuk sayuran semakin meningkat seiring dengan
Universitas Sumatera Utara
20
meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Dengan demikian mutu
dan kesegaran sayur sangat menentukan harganya.
2.1.3 Isu Lingkungan Usahatani Komoditas Kubis (Brassica oleraceae L.)
Isu pelestarian lingkungan kini begitu kuat mempengaruhi aspek kehidupan,
sehingga segala usaha atau tindakan yang berkaitan dengan pembangunan perlu
memasukkan unsur pelestarian ke dalamnya. Berkaitan dengan hal itu, tekhnologi
pertanian yang banyak menimbulkan efek negatif terhadap keseimbangan
ekosistem perlu ditinjau kembali untuk dicarikan jalan keluar atau penggantinya.
Pertanian organik, pengendalian hama terpadu, dan biopestisida merupakan cara-
cara alternatif dalam menuju pertanian berwawasan lingkungan
Salah satu tujuan pengelolaan lingkungan hidup menurut undang undang adalah
terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi
sekarang dan yang mendatang. Berbagai cara yang dilakukan untuk
meminimalkan penggunaan pestisida kimiawi dalam mewujudkan pertanian
berwawasan lingkungan antara lain adalah pengendalian hama terpadu, pertanian
organik (Warsana, 1998).
Dalam usaha peningkatan produksi dan produktivitas pertanian sayuran
khususnya kubis, sering mengalami kerugian atau kerusakan akibat adanya
gangguan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) atau hama, penyakit dan gulma.
Selain gangguan OPT, masalah lain dalam penyediaan pangan adalah para petani
saat ini mengalami perubahan lingkungan strategis yang disebabkan oleh
globalisasi, liberalisasi perdagangan (pasar bebas), isu lingkungan, adanya
kerjasama regional dan internasional yang menuntut adanya peningkatan mutu
Universitas Sumatera Utara
21
dan kontiunitas hasil pertanian, aman dikonsumsi dan man bagi lingkungan
(Untung, 2001).
Dalam upaya memperkecil kerugian ekonomi usahatani kubis karena serangan
OPT, pada umumnya petani kubis menggunakan pestisida secara intensif.
Pestisida umumnya digunakan oleh petani secara tunggal maupun secara
campuran dari berbagai jenis pestisida dengan konsentrasi penyemprotan yang
melebihi rekomendasi dan interval penyemprotan yang pendek dan tidak benar
(Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran, 2001).
Dewasa ini, penggunaan pestisida di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan
lingkungan tempat tinggal kita telah mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dan menjadi bagian penting dari sistem pertanian modern.
Bersama-sama dengan adopsi varietas unggul, penggunaan pupuk anorganik,
perbaikan sistem pengairan (irigasi) dan penggunaan alat-alat berat (machinery),
penggunaan herbisida dan berbagai jenis pestisida lainnya telah memberikan
kontribusi yang sangat penting terhadap peningkatan produktivitas pertanian
(Cheng, 1990).
2.1.4 Kondisi Eksisting Usahatani Kubis di Sumatera Utara
Dalam rangka meningkatkan produksi komoditas hortikultura di Provinsi
Sumatera Utara, maka diperlukan strategi yang diimplementasikan dalam bentuk
kebijakan pengembangan yang berupa pengembangan komoditas unggulan. telah
menetapkan empat komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara yaitu; komoditas
kentang, jeruk, kubis, dan tanaman hias. Masing-masing komoditas tersebut
Universitas Sumatera Utara
22
berada pada daerah sentra produksi Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, dan
Kota Medan (Dirjen Hortikultura, 2008).
Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran yang telah berhasil menembus
pasar ekspor. Menurut salah seorang eksportir kubis besar di Kabupaten Karo,
upaya menembus pasar luar negeri ini sudah dimulai sejak 20 tahun yang lalu.
Salah satu ciri kubis yang diminta pasar ekspor adalah yang berbentuk pipih.
Bentuk kepala atau crop yang pipih masih menjadi idola pasar ekspor dan yang
lebih penting lagi bobotnya berkisar antara 1,5 – 2 Kg atau dalam 20 Kg kubis
berisi 10 hingga 14 buah (Tanindo, 2013)
Dalam pengembang selanjutnya, banyak negara penghasil benih kubis yang
memperkenalkan (memasarkan) benih kubis ke Indonesia. Termasuk diantaranya
Jepang dan Taiwan yang telah menghasilkan dan menyebarkan benih varietas
kubis yang tahan (toleran) terhadap suhu panas. Prospek pengembangan budidaya
kubis diperkirakan tetap cerah. Pada tahun 1991 luas panen kubis di Indonesia
sudah mencapai 52.657 Hektar dengan produksi 974.553 Ton, tersebar dan
dihasilkan di 24 provinsi (Rukmana, 1994).
2.1.4.1 Sub Sistem Pra Produksi
Sesuai dengan konsep agribisnis, dalam pengembangan bisnis dan budidaya
komoditas kubis terdapat beberapa sub sistem yang saling berkaitan untuk
membentuk satu kesatuan dalam sistem agribisnis. Sub sitem tersebut diantara nya
adalah sub sistem pengadaan sarana produksi. Budidaya komoditas kubis sangat
membutuhkan sarana penunjang terutama bibit, pupuk, obat-obatan, dan
peralatan.
Universitas Sumatera Utara
23
Permasalahan yang dihadapi adalah pupuk dan obat-obatan yang digunakan oleh
petani. Pola penggunaan pupuk yang dilakukan petani kubis tidak mengikuti pola
penggunaan pupuk sesuai dengan komposisi yang tepat. Petani kubis masih belum
mengikuti prosedur pemupukan yang benar. Hal ini didasari, petani sayuran di
sana menentukan jumlah pupuk yang akan diberikan berdasarkan tingkat produksi
panen yang diperoleh pada musim tanam sebelumnya. Jadi, apabila produksi
panen sebelumnya dinilai cukup memuaskan, maka petani sayuran di daerah
tersebut akan berupaya menambah dosis pupuk untuk musim tanam berikutnya.
Inilah yang kemudian menyebabkan biaya produksi akan semakin bertambah,
sementara hasil produksi belum tentu mengalami pertambahan juga. Dikarenakan
hal tersebut pendapatan petani kubis bisa menjadi berkurang.
Kemudian pada penggunaan pestisida, petani kubis menggunakaan pola
penyemprotan pestisida yang tidak sesuai, yaitu penggunaan pestisida oleh petani
bukan atas dasar keperluan secara indikatif, namun dilaksanakan
secara “cover blanket system” artinya ada atau tidak hama tanaman, racun
berbahaya ini terus disemprotkan ketanaman. Hal ini menyebabkan biaya akan
terus dikeluarkan sia-sia, dan juga penyemprotan yang dilakukan tidak efektif.
Pada dasarnya petani adalah penanggung jawab, pengelola dan penentu keputusan
di lahannya sendiri. Petugas dan orang-orang lain merupakan nara sumber,
pemberi informasi dan pemandu petani apabila diperlukan. Sebagai ahli PHT di
lahan sendiri petani harus mampu menjadi pengamat, pengambil keputusan
pengendalian dan sebagai pelaksana teknologi pengendalian sesuai dengan
prinsip-prinsip PHT.
Universitas Sumatera Utara
24
2.1.4.2 Sub Sistem Produksi
Dalam penanaman tanaman kubis di lapangan, ada tiga hal penting yang harus
diperhatikan yaitu jarak tanam, cara tanam dan saat tanam. Sebelum penanaman
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengolahan tanah yang merupakan tindakan
pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Menurut Siswanto,
Sudarman, dan Kusumo (1995) pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur
tanah yang semula padat menjadi gembur sehingga sesuai untuk perkembangan
akar tanaman, menstabilkan peredaran air, dan suhu di dalam tanah.
Penyulaman, penyiraman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan dan
pengendalian hama penyakit merupakan kegiatan yang dilakukan
dalam pemeliharaan tanaman kubis. Pupuk yang digunakan dalam
budidaya tanaman kubis berupa pupuk organik dan pupuk buatan.
Pupuk buatan berupa urea 100 Kg, ZA 250 Kg, SP-36 250 Kg dan KCl 200 Kg
per Hektar. Untuk tiap tanaman diperlukan urea sebanyak 4 gram, ZA 9 gram,
SP-36 9 gram dan KCl 7 gram. Pengaplikasian pertama dilakukan sebelum
tanaman sebagai pupuk dasar yaitu pupuk organik 10 gram, setengah
dosis pupuk N (Urea 2 gram, ZA 4,5 gram), pupuk SP-36 9 gram, dan KCl 7
gram). Sisa pupuk N (Urea 2 gram dan ZA 4,5 gram) diberikan pada saat tanaman
berumur 4 minggu, Pengendalian hama dan penyakit juga dapat dilakukan dengan
pengaplikasian pestisida. Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum
hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis
ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan
dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi (Cahyono, 1995).
Universitas Sumatera Utara
25
Risiko kegagalan panen tanaman kubis dapat terjadi akibat keadaan cuaca yang
tidak menentu dan serangan hama penyakit tanaman (HPT). Kerugian yang
ditimbulkan oleh gangguan hama dan penyakit sangat besar nilainya sehingga
dapat menyebabkan terjadinya kegagalan panen. Hama yang sering menyerang
tanaman kubis antara lain ; ulat tritip, ulat tanah, ulat grayak, ulat jengkal, kutu
(aphids), jangkrik, dan siput. Penyakit pada tanaman kubis diantaranya : penyakit
cendawan ( rebah batang, bercakhitam, akar bengkak), penyakit bakteri (busuk
hitam, busuk lunak), penyakit virus (cincin hitam), penyakit nematoda dan
penyakit non-parasit. Untuk organisme pengganggu tanaman (OPT), pengendalian
dapat secara mekanis, kimia, biologis dan pergiliran tanaman (Pracaya, 2005).
2.1.4.3 Sub Sistem Post Produksi
Menurut Utama (2001), perlakuan-perlakuan pada pasca panen adalah bertujuan
memberikan penampilan yang baik dan kemudahan-kemudahan untuk konsumen,
memberikan perlindungan produk dari kerusakan dan memperpanjang masa
simpan. Sukses penanganan pasca panen memerlukan koordinasi dan integrasi
yang hati-hati dari seluruh tahapan dari operasi pemanenan sampai ke tingkat
konsumen untuk mempertahankan mutu produk awal. Beberapa tahapan
perlakuan umum pasca panen antara lain adalah pre-sorting, pencucian, pelilinan,
pengendalian penyakit, pengendalian insekta, dan grading.
Kelemahan sistem pemasaran konvensional bagi petani adalah bahwa petani tidak
memiliki daya tawar yang kuat dalam menentukan harga sehingga petani sebagai
pemilik produk hanya menerima harga yang lebih ditentukan oleh pedagang.
Sehingga hal inilah yang sering kali merugikan bagi petani. Keuntungan bagi
petani kubis dari sistem konvensional terbuka hanya sebatas menerima
Universitas Sumatera Utara
26
pembayaran tunai dan keleluasaan menjual produknya kepada lembaga pemasaran
yang dikehendaki serta seberapa besar kubis yang dimiliki petani akan bisa dijual
(Istanto dkk, 2016).
Potensi pasar untuk bisnis budidaya tanaman kubis bisa dikatakan cukup baik.
Bahkan untuk komoditi ini peluang pasarnya tidak terbatas di dalam negeri saja,
melainkan sudah menjangkau ke berbagai negara lain. Misalnya saja seperti
Singapura, Jepang, Taiwan, Malaysia, Jerman, Hongkong dan negara lainnya.
Semakin bertambahnya jumlah permintaan sayuran kubis dan bertambahnya
jumlah negara yang meminta pasokan kubis bisa diperkirakan bahwa akan terjadi
sebuah peningkatan permintaan terhadap sayuran kubis setiap tahunnya. Belum
lagi, untuk permintaan sayuran kubis di dalam negeri sendiri juga terbilang cukup
besar. Kondisi seperti itulah yang menjadikan budidaya kubis sebagai peluang
bisnis yang cocok untuk pensiunan dan dapat mendatangkan keuntungan yang
besar. Kebutuhan akan sayur datang dari masyarakat, baik digunakan sebagai
konsumsi pribadi maupun untuk pemenuhan bahan baku untuk peluang bisnis
yang mereka jalankan. Mulai dari para ibu-ibu rumah tangga yang mencari
sayuran untuk memenuhi gizi anggota keluarganya, pelaku bisnis makanan yang
membutuhkan sayuran kubis sebagai lalapan maupun bahan baku, sampai dengan
pedagang sayuran segar di pasar atau supermarket (Redaksi Bisnis UKM, 2014).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Usahatani
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya alam yang ada secara efektif
dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
Universitas Sumatera Utara
27
tertentu.Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang
mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.
Menurut Daniel (2002). ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal. Melalui kegiatan tersebut diharapkan mampu
memberikan manfaat. Lebih spesifik, ilmu usaha tani merupakan ilmu yang
mempelajari cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Setiap petani mempertimbangkan biaya dan hasil, betapapun primitif atau
majunya metode bertaninya. Pertimbangannya mengenai biaya selain
mencangkup jerih payah yang harus dicurahkan. Biaya tunai untuk peralatan dan
bahan yang dipergunakan pun diperhitungkan. Petani memperhitungkan pula dana
untuk menghadapi resiko kegagalan panen, kemungkinan jatuhnya harga pasar
pada waktu panen dan ketidak-pastian tentang efektifnya metode baru yang
sedang dipertimbangkan (Mosher, 1987).
2.2.2 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (1986), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
yaitu:
1. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap didefinikasikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya
Universitas Sumatera Utara
28
biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh.
Misalnya : pajak tanah, pajak air dan penyusutan alat bangunan pertanian.
2. Biaya tidak tetap (variabel cost)
Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Yang tergolong biaya variabel antara
lain, biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, tenaga kerja
dan biaya panen.
2.2.3 Pendapatan
Pendapatan Bersih adalah penerimaan dikurangi jumlah biaya produksi. Petani
dalam memperoleh pendapatan bersih harus mengupayakan penerimaan yang
tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan
mengupayakan biaya produksi yang rendah dengan mengatur biaya, menggunakan
teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala
produksi yang efisien (Simanjuntak, 2004).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antar produksi yang diperoleh dengan
harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam
satu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antar pengeluaran dan
penerimaan dalam usahatani (Soekartawi, 1995).
2.2.4 Komparasi
Kata komparasi dalam bahasa Inggris comparation, yaitu perbandingan. Makna
dari kata tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini peneliti bermaksud
mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah kedua kondisi
Universitas Sumatera Utara
29
tersebut sama, atau ada perbedaan, dan kalau ada perbedaan, kondisi di tempat
mana yang lebih baik antara keduanya (Arikunto, 2013).
Analisis data yang digunakan berupa analisis komparatif atau analisis komparasi
atau analisis perbedaan yaitu bentuk analisis variabel (data) untuk mengetahui
perbedaan di antara dua kelompok data (variabel) atau lebih. Teknik statistik yang
digunakan adalah uji statistik yaitu, pengujian hipotesis komparatif. Analisis
komparatif atau uji perbedaan ini sering disebut uji signifikansi (Hasan, 2010).
Macam-macam penelitian komparasi yaitu :
1. Penelitian Non-hipotesis.
Dalam penelitian non-hepotesis peneliti mengadakan komparasi fenomena dengan
standarnya. Oleh karena itu, sebelum memulai penelitian kancah, harus ditetapkan
dahulu standarnya. Tentu saja penentuan standar ini harus dilakukan berdasarkan
landasan yang kuat misalnya hukum, peraturan, hasil lokakarya, dan sebagainya.
Selanjutnya standar ini di jadikan sejauh mana fenomena mencapai standar.
2. Penelitian Berhipotesis.
Ditinjau dari analisis data, perbedaan antara penelitian non-hipotesis dengan
penelitian berhipotesis terletak pada belum dan telah dirumuskannya kesimpulan
sementara oleh peneliti. Dalam peneliti non-hipotesis, peneliti belum mempunyai
ancer-ancer jawaban. Penelitian mulai dengan melakukan penelitiannya, akhirnya
sampai pada suatu kesimpulan yang didasarkan atas data yang diperoleh
setelahmelalui proses analisis. Sebenarnya langkah bagi penelitian hipotesis pun
sama seperti langkah penelitian non-hipotesis, sampai dengan analisis datanya.
Setelah diperoleh angka akhir dari analisis barulah peneliti menengok kembali
kepada hipotesis yang telah dirumuskannya (Meikalyan, 2016).
Universitas Sumatera Utara
30
2.3 Penelitian Terdahulu
No Nama Judul
Penelitian
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
Hasil
1 Siman-
juntak,.
D.E.G
(2016)
Analisis
Komparasi
Efisiensi
Tataniaga
Kubis
Secara
Ekspor
dan Lokal
(Kasus:
Kecama-
tan Purba,
Kabupaten
Simalu-
ngun)
Bagaimana
biaya
tataniaga, price
spread, share
margin
masing-masing
lembaga
tataniaga kubis
dan tingkat
efisiensi
tataniaga kubis
ekspor di
daerah
penelitian?
Bagaimana
biaya
tataniaga, price
spread, share
margin
masing-masing
lembaga
tataniaga kubis
dan tingkat
efisiensi
tataniaga kubis
secara lokal di
daerah
penelitian?
Bagaimana
perbandingan
efisiensi
tataniaga kubis
secara ekspor
dan lokal di
daerah
penelitian?
Metode
Efisiensi
dan Tata
niaga
(1) Hasil analisis biaya
tataniaga, price spread,
dan share margin terhadap
sistem tataniaga kubis
secara ekspor
menunjukkan bahwa
eksportir adalah lembaga
tataniaga yang memiliki
biaya, margin keuntungan
dan share margin paling
besar dan analisis efisiensi
tataniaga menujukkan
bahwa tataniaga kubis
secara ekspor sudah
efisien
(2) Hasil analisis biaya
tataniaga, price spread,
dan share margin terhadap
sistem tataniaga kubis
secara lokal menunjukkan
bahwa lembaga tataniaga
yang paling banyak
mengeluarkan biaya
adalah petani, margin
keuntungan dan share
margin yang paling besar
ada pada kelompok tani
dan analisis efisiensi
tataniaga menujukkan
bahwa tataniaga kubis
secara lokal sudah efisien
(3) Tataniaga kubis secara
ekspor lebih efisien
daripada tataniaga kubis
secara lokal.
2 Faleth
an,
F.H (2006
)
Analisis
Faktor-
Faktor yang Mempengar
uhi
Produksi
Kubis
(Studi
Apakah pupuk
organik dan
pupuk kimia berpengaruh
terhadap
produksi kubis
di daerah
penelitian?
Metode
Cobb-
Douglas
Pengunaan pengunaan
pupuk organik
berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat 5
persen, nilai koefisien
regresi pupuk organik
adalah 0,4137. Hal ini
menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
31
kasus Desa
Cimenyan,
Kabupaten
Bandung,
Jawa Barat)
setiap penambahan pupuk
sebesar 1 persen akan
meningkatkan produksi
kubis sebesar 0,4137
persen. Sedangkan dengan
menggunakan pupuk
kimia berpengaruh positif
dan signifikan pada
tingkat 25 persen. Nilai
koefisien regresi pupuk
kimia sebesar 1 persen
akan meningkatkan
produksi kubis sebesar
0,2564 persen dengan
asumsi faktor produksi
lainnya tetap.
3 Rini
Utami
Sari
(2013)
Analisis
Efesiensi
Usahatani
Kubis
(Brassisca
Olearacea)
(Studi
kasus Desa
Sukomama
kmur,
Kecamatan
Kajoran,
Kabupaten
Magelang)
Bagaimana
kelayakan
usahatani
kubis di daerah
penelitian?
Faktor
produksi apa
saja yang
berpengaruh
terhadap
produksi
usahatani
kubis di daerah
penelitian?
Metode
Regresi
Linear
Berganda
dan
Analisis
Kelayaka
n
usahatani kubis di Desa
Sukomakmur dengan luas
lahan 0,57 hektar
total biaya yang
digunakan sebesar Rp
5.395.771, penerimaan
total
sebesar Rp 11.666.666,
pendapatan sebesar Rp
7.600.843, keuntungan
sebesar Rp 6.270.895 per
musim tanam. R/C ratio
sebesar 2,16 artinya setiap
pengunaan sebesar Rp 1
akan mendapatkan
penerimaan sebesar Rp
2,16, sehingga usahatani
kubis layak diusahakan.
Faktor produksi yang
berpengaruh nyata
terhadap prodksi kubis
adalah bibit, tenaga kerja
pria, pupuk, dan zat
tumbuh tanaman.
Sedangkan faktor yang
tidak berpengaruh adalah
luas lahan,tenaga kerja
wanita, pestisida.
4 Josia
Situmo
rang
(2012)
Kajian
faktor-
faktor
yang
Bagaimana
kinerja
penyuluh
pertanian
Metode
analisis
deskriptif
dan
Ada kinerja penyuluh
pertanian rendah dalam
penyuluhan penggunaan
pestisida menurut petani
Universitas Sumatera Utara
32
mempenga
ruhi
adopsi
tatacara
penggunaa
n pestisida
pada
tanaman
kubis-
kubisan
dalam
penyuluhan
penggunaan
pestisida
menurut petani
di daerah
penelitian?
Bagaimana
adopsi tatacara
penggunaan
pestisida pada
tanaman kubis-
kubisan di
daerah
penelitian?
Apakah faktor
tingkat
pendidikan
petani, umur
petani,
lamanya
bertani, kinerja
penyuluh
pertanian dan
luas lahan
mempengaruhi
adopsi tatacara
penggunaan
pestisida pada
tanaman kubis-
kubisan di
daerah
penelitian?
mengguna
kan
metode
scoring
di daerah penelitian Ada
adopsi rendah terhadap
tatacara penggunaan
pestisida pada tanaman
kubis-kubisan di daerah
penelitian. Terdapat
faktor umur, lamanya
bertani, dan luas lahan
tidak berpengaruh nyata
terhadap adopsi tatacara
penggunaan pestisida.
Akan tetapi terdapat
faktor tingkat pendidikan
dan kinerja penyuluhan
pertanian berpengaruh
nyata terhadap adopsi
tatacara penggunaan
pestisida.
5 Roma
Kasihta
Sinaga
(2015)
Analisis
tataniaga
sayuran
kubis
ekspor
di desa
saribudolo
k
kecamatan
silimakuta
kabupaten
simalungu
n
Berapa saluran
tataniaga kubis
ekspor di
daerah
penelitian?
Fungsi-fungsi
tataniaga apa
saja yang
dilakukan oleh
masing-masing
lembaga yang
telibat dalam
tataniaga kubis
ekspor di
Metode
Analisis
Tataniaga
Hasil analisis
menunjukkan variabel
yang berpengaruh secara
signifikan terhadap
variabel ekspor kubis di
Kabupaten Karo adalah
harga domestik kubis,
harga internasional kubis
di Malaysia, nilai tukar
rupiah, produk domestik
bruto (PDB) Singapura,
PDB Malaysia, produksi
kubis Kabupaten Karo
Universitas Sumatera Utara
33
daerah
penelitian?
Bagaimana
biaya tataniaga,
price spread,
dan share
margin masing-
masing
lembaga
tataniaga kubis
ekspor di
daerah
penelitian?
Bagaimana
tingkat efisiensi
tataniaga kubis
ekspor di
daerah penelitian?
dan kebijakan
perdagangan CAFTA.
Sedangkan variabel
harga internasional kubis
di Singapura tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
ekspor kubis di
Kabupaten Karo.
2.4. Kerangka Pemikiran
Kubis/kol merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten
Karo yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan petani di daerah
tersebut. Besarnya kontribusi kubis/kol dalam meningkatkan pendapatan akan
menumbuhkan sentra pengembangan kubis/kol baru. Ketersediaan varietas
unggul, baik mutu maupun produktivitas yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas. Untuk
mencapai imbangan antara permintaan dan penawaran, maka produksi kubis/kol
nasional perlu terus ditingkatkan.
Dalan usahatani kubis akan dibandingkan antara peraktek pelaksanaannya dengan
teori agronomi yang seharusnya dilakukan. Perbandingan yang dilakkukan adalah
perbandingan antara biaya pemeliharaan yang terdiri dari biaya pupuk, biaya
Universitas Sumatera Utara
34
pengendalian hama dan penyakit, biaya penyiraman, biaya pembumbunan, dan
biaya penyiangan. Dari biaya pemeliharaan tersebut ditemukan perbedaan-
perbedaaan antara praktek yang dilakukan petani dengan teori yang seharusnya
dilakukan oleh petani. Dari sini kemudian akan dianalisis masalah-masalah
tersebut sehingga akan didapatkan upaya untuk mengatasinya. Sekaligus dalam
penelitian ini saya akan mengetahui berapa besar pendapatan petani kubis. Setelah
proses pemeliharaan dilakukan makan akan diperoleh hasil produksinya. Untuk
mendapatkan penerimaan dikalikan hasil produksi dengan harga jual. Untuk
mendapatkan pendapatan dilakukan pengurangan dari penerimaan dengan biaya
produksi.
Universitas Sumatera Utara
35
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat digambarkan dengan skema kerangka
pemikiran sebagai berikut:
v
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Komparasi Kebutuhan
Biaya Pemeliharaan Normatif Komoditas Kubis Dengan
Praktek Pelaksanaannya di Kabupaten Karo
Ket :
: Menyatakan Hubungan
Usahatani Kubis
Biaya Pemeliharaan :
- Biaya Pupuk
- Biaya Pengendalian
Hama dan Penyakit
- Biaya Penyiraman
- Biaya Pembumbunan
- Biaya Penyiangan
Usahatani Kubis
Berdasarkan
Praktek
Pelaksanaannya
Usahatani
Kubis
Berdasarkan
Teori
Agronomi
Masalah-
Masalah
Masalah-
Masalah
Upaya-upaya Upaya-upaya
Produksi
Penerimaan
Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
36
2.5. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan landasan teori yang sudah diuraikan, maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Ada perbedaan yang nyata antara kebutuhan biaya pemeliharaan normatif
komoditas kubis dengan biaya praktek pelaksanaannya yang dilakukan petani
kubis di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo?.
2. Biaya pupuk dan biaya pengendalian hama dan penyakit berpengaruh nyata
terhadap produksi usahatani kubis yang dilakukan petani di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo?
3. Presentasi biaya pemeliharaan khususnya bahan kimia pada usahatani kubis
mencapai 25 % dari seluruh biaya pemeliharaannya di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo?.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten
Karo. Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara purposive. Artinya daerah
penelitan ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan
dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1989).
Pemilihan daerah penelitan atas dasar pertimbangan sebagai berikut :
1. Kabupaten Karo dipilih atas dasar pertimbangan karena Kabupaten Karo
merupakan salah satu sentra produksi kubis terbesar di Sumatera Utara.
Kabupaten Karo memiliki produktivitas tertinggi sebagaimana disajikan
pada Tabel 2.2.
2. Kecamatan Simpang Empat dipilih karena merupakan Kecamatan yang
memiliki produksi kubis tertinggi di Kabupaten Karo sebagai mana
dilampirkan pada Tabel 2.3.
3. Desa Surbakti dipilih karena memiliki luas lahan dan produksi kubis
tertinggi di Kecamatan Simpang Empat sebagai mana dilampirkan pada
Tabel 3.3
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat produktivitas komoditi kubis di Sumatera
Utara Menurut Kabupaten/Kota.
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel 3.1. Produktivitas Komoditas Kubis di Provinsi Sumatera Utara
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016
Kabupaten Produktivitas (Kw/Ha)
1. Nias -
2. Mandailing Natal 140,35
3. Tapanuli Selatan -
4. Tapanuli Tengah -
5. Tapanuli Utara 134,34
6. Toba Somosir 200,00
7. Labuhan Batu -
8. Asahan -
9. Simalungun 226,38
10. Dairi 223,67
11. Karo 237,55
12. Deli Serdang -
13. Langkat -
14. Nias Selatan -
15. Humb. Hasundutan 198,42
16. Pak-Pak Barat -
17. Samosir 151,89
18. Serdang Bedagai -
19. Batu Bara -
20. Paluta -
21. Palas -
22. Labusel -
23. Labura -
24. Nias Utara -
25. Nias Barat -
26. Tanjung Balai -
27. Pematang Siantar -
28. Tebing Tinggi -
29. Medan -
30. Binjai -
31. Padang Sidempuan 5,00
32. Gunung Sitoli -
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016
Dari Tabel 3.1 memperlihatkan Kabupaten Karo dipilih atas dasar pertimbangan
bahwa kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang produktivitas kubis nya
tertinggi di sumatera utara yaitu sebesar 237,55 Kw/Ha dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota yang lainnya yang ada di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
37
Tabel 3.2. Luas Panen dan Produksi Komoditas Kubis Menurut
Kecamatan di Kabupaten Karo, 2016 (Ha/Ton)
Kecamatan Kol
Luas Panen Produksi
Mardingding 0 0
Laubaleng 0 0
Tigabinanga 0 0
Juhar 0 0
Munte 17 202
Kutabuluh 0 0
Payung 14 400
Tiganderket 63 753
Simpang Empat 756 19062
Naman Teran 454 9804
Merdeka 236 7120
Kabanjahe 281 9979
Berastagi 199 6054
Tiga Panah 356 4355
Dolat Rayat 76 1367
Merek 377 8773
Barusjahe 91 2862
Jumlah 2920 70730
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2016
Tabel 3.2 memperlihatkan bahwa Kecamatan Simpang Empat dipilih atas dasar
pertimbangan karena Kecamatan Simpang Empat memiliki produksi tertinggi
diantara kecamatan yang lain yaitu 756 hektar. Kecamatan Simpang Empat juga
dipilih dikarenakan produksi kubis tertinggi di Kabupaten Karo
yaitu sebesar 19.062 Ton dibandingkan dengan kecamatan yaang lain yang ada di
Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 3.3. Jumlah Produksi Komoditas Kubis Menurut Desa Di Kecamatan
Simpang Empat tahun 2016 (Ton)
Desa/Kelurahan Produksi (Ton)
1. Berastepu 930
2. Pintubesi 1.010
3. Gamber 960
4. Kutatengah 990
5. Beganding 1.310
6. Jeraya 980
7. Tigapancur 980
8. Lingga 990
9. Surbakti 2.020
10. Perteguhen 960
11. Ndokum Siroga 1.010
12. Lingga Julu 1.100
13. Torong 1.001
14. Nangbelawan 980
15. Sirumbia 981
16. Gajah 1.610
17. Bulan baru 1.250
JUMLAH 19.062
Sumber : Penyuluh Pertanian Kecamatan Simpang Empat 2016
Tabel 3.3 memperlihatkan bahwa Desa Surbakti dipilih atas dasar pertimbangan
karena Desa Surbakti memiliki produksi kubis tertinggi di Kecamatan Simpang
Empat yaitu sebesar 2.020 Ton dibandingkan dengan desa yang lain yang ada di
Kecamatan Simpang Empat.
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan
secara acak setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil
sebagai sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut
(Sugiyono, 2004).
Universitas Sumatera Utara
39
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani kol yang terdapat di Desa
Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Jumlah populasi petani
dalam penelitian ini sebanyak 84 petani.
Pada dasarnya semua anggota populsi mempunyai peluang yang sama menjadi
anggota sampel dalam sebuah penelitian. Menurut Arikunto (2006) sampel adalah
sebagai atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini yang
mewakili populasi yang terdiri sari seluruh petani kubis. Dimana dalam
menentukan besar sampel, dihitung dengan rumus Slovin, dengan mengunakan
rumus sebagai berikut ini:
n =
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e2
= Taraf kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (Umar, 2000).
Pada penelitian ini tingkat ketelitian atau keyakinan yang dikehendaki adalah 90%
atau dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir adalah 10%.
Berdasarkan rumus Slovin diperoleh besar sampel petani kol adalah sebagai
berikut :
n =
n = 46 petani
Universitas Sumatera Utara
40
Berdasarkan perhitungan di atas di peroleh nilai sampel sebesar 46 petani kol
sebagai responden yang dianggap sudah mewakili dari kieseluruhan petani yaitu
84 petani.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data
primer yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan wawancara
langsung dengan petani responden dengan mengajukan pertanyaan yang dibuat
dalam bentuk kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yang
dikumpulkan diperoleh dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat
Statistik, Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian, dan Pemerintah Daerah di
lokasi penelitian. Selain itu, data-data pendukung lainnya juga diperoleh melalui
internet, literatur dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menjawab Idenfifikasi Masalah 1 yaitu bagaimana perbedaan kebutuhan
biaya pemeliharaan normatif komoditas kubis dengan yang dilakukan di Desa
Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo digunakan analisis
Uji t Untuk Dua Sampel Berpasangan. Dengan membandingkan dua rata-rata
sampel yang berpsangan. Sampel berpasangan adalah sebuah sampel yang terdiri
dari satu subyek tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda (Supriana, 2016).
Rumus:
t =
√
(
√ ) (
√ )
Universitas Sumatera Utara
41
Keterangan:
= Rata-rata sampel 1
= Rata-rata sampel 2
S1 = Simpangan baku sampel 1
S2 = Simpangan baku sampel 2
S12= Varian sampel 1
S22 = Varian sampel 2
T = Korelasi antar dua sampel
Untuk menjawab Identifikasi Masalah 2 yaitu bagaimana pengaruh biaya
pupuk dan biaya pengendalian hama dan penyakit terhadap produksi usahatani
kubis di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo dengan
mengunakan metode regresi linier berganda dengan variabel bebas adalah seperti
pada persamaan (Sugiono, 2001).
Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini, persamaan regresi
linear berganda sebagai berikut:
Y’ = b0 + b1X1+ b2X2+ e
Dimana:
Y = Produksi (kg)
X1 = Biaya pupuk (Rp/Ha)
X2 = Biaya pengendalian hama dan penyakit (Rp/Ha)
b0 = Koefisien Intersep
e = Error
Universitas Sumatera Utara
42
1. Uji asumsi klasik
a. Multikolinearitas
Salah satu asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa tidak terdapat
multikolinearitas diantara variabel bebas yang masuk ke dalam model. Uji asumsi
multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau
hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi diantara variabel
bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik.
Cara mendeteksi terjadinya multikolinearitas (Gujarati, 1988) adalah sebagai
berikut:
a. Jika nilai koefisien determinasi (R2) tinggi; dalam uji secara serempak (F-test),
variabel-variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat; tetapi dalam uji secara parsial (t-test), variabel-variabel bebas secara
parsial banyak yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, maka
hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.
b. Menganalisis matriks korelasi antar variabel-variabel bebas. Jika antar variabel
bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi, umumnya di atas 0,90, maka hal ini
mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.
c. Melihat nilai standart error besar mengindikasikan terjadi multikolinearitas.
d. Melihat nilai toleransi (tolerance) dav VIF.
Dengan kriteria uji sebagai berikut:
1. Jika toleransi ≤ , dan VIF ≥ : terjadi multikolinearitas.
2. Jika toleransi > 0,10 dan VIF < 10 : tidak terjadi multikolinearitas.
Universitas Sumatera Utara
43
b. Heteroskedastisitas
Uji asumsi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam
model regresi. Jika varians dari residual yang satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 1988).
Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji heteroskedastisitas yaitu
(1) menggunakan metode grafik, metode ini lazim digunakan meskipun
menimbulkan bias, hal ini karena subjektivitas sangat tinggi sehingga pengamatan
antara satu dengan lainnya bisa menimbulkan perbedaan persepsi dan (2)
menggunakan uji statistik sehingga diharapkan dapat menghilangkan unsur bias
akibat subjektivitas. Statistik yang sering digunakan untuk menguji
heteroskedastisitas yaitu koefisien korelasi Sperman, uji glejser, uji park, dan uji
white (Sudarmanto, 2013).
c. Normalitas
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi yaitu adanya distribusi normal atas data
yang diperoleh. Untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dan atau
uji-F, menuntut suatu asumsi yang harus diuji yaitu populasi harus berdistribusi
normal. Untuk menguji normalitas distribusi data adalah dapat menggunakan
dengan statistic nonparametric-Kolmogorov-Smirnov. Dengan menggunakan nilai
Asymp. Sig. (2-tailed), maka harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang
ditetapkan sebelumnya, apakah 10%, 5% atau 1%. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-
Universitas Sumatera Utara
44
tailed) lebih besar dari tingkat alpha yang ditetapkan dapat dikatakan bahwa data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sudarmanto, 2013).
2. Uji Kesesuaian Model
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data
sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat
yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).
Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah
variabel terikat dalam suatu hubungan (Firdaus, 2011).Nilai koefisien determinasi
(R2) berkisar antara 0 < R
2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R
2 yang
semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu
menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.
b. Uji F (Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak)
Nilai f digunakan untuk mengetahui apakah variabel biaya faktor produksi
(X1, X2,) yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
variabel biaya pemeliharaan kol (Y). Pengujian f-hitung adalah sebagai berikut:
Hipotesis:
H0 = Variabel faktor-faktor produksi (X1, X2,) secara serempak tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi kubis(Y)
H1 = Variabel faktor-faktor produksi (X1, X2,) secara serempak berpengaruh nyata
terhadap produksi kubis(Y)
Kriteria Uji:
Berdasarkan nilai signifikansi α = . 5
1. Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
Universitas Sumatera Utara
45
2. Jika nilai signifikansi ≤ α maka H0 ditolak
Apabila nilai signifikansi ≤ α maka variabel biaya pupuk X1), biaya pengendalian
hama dan penyakit (X2), secara serempak berpengaruh tidak nyata terhadap
produksi kubis (Y).
c. Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial)
Uji t adalah uji secara parsial yang menunjukkan pengaruh variabel independen
(bebas) terhadap variabel dependen (terikat) dan digunakan untuk mengetahui
apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap
variabel terikat. Taraf signifikansi α yang digunakan dalam ilmu sosial adalah
5% (Firdaus, 2011).
Hipotesis:
H0 = Variabel biaya faktor produksi (X1, X2,) secara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi ku (Y)
H1 = Variabel biaya faktor produksi (X1, X2,) secara parsial
berpengaruh nyata terhadap produksi kubis (Y)
Kriteria Uji:
Berdasarkan nilai signifikansi α = . 5
1. Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
2. Jika nilai signifikansi ≤ α maka H0 ditolak
Apabila nilai signifikansi ≤ α maka variabel biaya pupuk (X1), biaya
pengendalian hama dan penyakit (X2), secara parsial berpengaruh tidak nyata
terhadap produksi kubis (Y).
3. Untuk mengetahui variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap
variabel terikat digunakan uji-F sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
46
Untuk Membuktikan Hipotesis 3, yaitu berapa presentasi biaya pemeliharaan
khususnya bahan kimia usahatani kubis per hektar digunakan Analisis Proporsi.
Analisis Proprsi digunakan untuk mengetahui berapa presentasi biaya
pemeliharaan khususnya bahan kima usahatani kubis per musim tanam. Analisis
proporsi ditentukan dengan menggunakan rumus dari Tan (1977), yaitu:
Dimana :
Y = Presentase biaya pemeliharaan, khususnya bahan kimia
Ai = Biaya bahan kimia usahatani kubis
Bi = Total Biaya pemeliharaan usahatani kubis
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran tentang
istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis membuat definisi dan batasan
operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi
1. Biaya produksi adalah pengeluaran yang dipakai untuk pembelian
pupuk,benih,pestisida,upah,tenaga kerja dan pembelian peralatan (Rp/bulan)
2. Komparasi atau analisis perbedaan yaitu bentuk analisis variabel (data) untuk
mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data (variabel) atau lebih.
3. Produktivitas adalah jumlah produksi dibagi dengan luas lahan
4. Penerimaan usahatani kubis adalah jumlah produksi kubis dikali dengan
harga jual jagung yang dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).
Universitas Sumatera Utara
47
5. Pendapatan usahatani kol adalah selisih dari total pengeluaran usahatani kubis
yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
usahatani kubis yang dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).
6. Faktor produksi adalah berbagai input yang digunakan dalam proses produksi
yaitu luas lahan (ra), bibit (kg), pupuk (kg), obat-obatan dan tenaga kerja
untuk memperoleh output yang diinginkan.
7. TC (total cost) atau total biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi dalam usahatani kubis atau jumlah biaya tetap dan biaya
tidak tetap usahatani kubis per musim tanam dinyatakan dalam Rupiah
(Rp).
8. FC (Fixed Cost) atau biaya tetap adalah biaya usahatani kubis permusim yang
besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan dinyatakan
dalam Rupiah (Rp).
9. VC (variabel cost) adalah biaya usahatani kubis per musim tanam yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan dan di nyatakan dalam
Rupiah (Rp).
10. Berpengaruh nyata artinya faktor-faktor produksi berpengaruh dalam
meningkatkan produksi tanaman kubis, sedangkan berpengaruh tidak nyata
artinya faktor-faktor produksi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan
produksi.
11. Kubis merupakan jenis tanaman hortikultura yang paling baik ditanam di
daerah yang bersuhu rendah dan mendapatkan sinar matahari yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
48
12. Kebutuhan biaya adalah biaya input (biaya pupuk,biaya pengendalian hama
dan penyakit,biaya penyiraman, biaya pembumbunan, biaya penyiangan)
sesuai dengan teori agronomi.
13. Peraktek pelaksanaannya adalah kegiatan usahatani kol yang dilakukan
berdasarkan praktek petani.
14. Biaya Pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan pada serangkaian
tindakan penyiangan, penyiraman, pembumbunan, pemupukan, dan
pengendalian HPT setelah langkah penanaman pada budidaya.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo.
2. Sampel penelitian adalah petani Kubis.
3. Penelitian dilakukan pada tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
Desa Surbakti terletak di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Provinsi
Sumatera Utara. Desa Surbakti Berjarak 1 km arah barat dari Kantor Camat
Simpang Empat dan berjarak 7 km ke ibu kota kabupaten yaitu Kota Kabanjahe.
Daerah ini bertopografi dataran tinggi yaitu berada pada ketinggian antara ± 1.000
m s/d 1.300 m diatas permukaan laut.Curah hujan rata-rata per tahun adalah 2.000
mm s/d 3.000 mm, dan suhu temperaturnya adalah 160 C s/d 270 C. Secara
administrasi Desa Surbakti mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Di sebelah Utara berbatasa dengan Desa Perteguhan Kec. Simpang Empat
Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lingga Kec.Simpang Empat
Di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ndokum Siroga Kec. Simpang Empat
Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Beganding Kec. Simpang Empat
Tata Guna tanah dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat kemampuan
tanah menurut fungsinya yang dapat digambarkan pada Tabel 4.1. :
Tabel 4.1. Jenis dan Luas Penggunaan Tanah di Desa Surbakti Tahun 2017
No Uraian Ha Jumlah
Persentase (%)
1 Jalan Umum/Jalan Dusun 100 11,6
2 Sawah/Perikanan 60 7,1
3 Pertanian/Perladangan 680 82,3
4 Perumahan/Pemukiman 10 1,0
Jumlah 850 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti 2017
Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa penggunaan lahan kering sebagai pertanian
perladangan merupakan yang terluas yaitu 655 Ha (82.3 %). Lahan
Universitas Sumatera Utara
50
Pertanian/Perladangan digunakan untuk mengusahakan tanaman palawija dan
hortikultura seperti jagung, kubis, jeruk, kopi, selada, cabe, tomat dan lainnya.
4.2. Komposisi Penduduk
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala Desa Surbakti Kecamatan
Simpang Empat, jumlah penduduk desa penelitian berjumlah 2167 jiwa dan
jumlah rumah tangga 1050 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari perempuan
sebanyak 1164 jiwa dan laki-laki sebanyak 1003 jiwa. Jumlah dan distribusi
penduduk desa penelitian menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017
No Jenis Kelamin Jumlah Jumlah
Persentase (%)
1 Laki-laki 1.003 46,29
2 Perempuan 1.164 53,71
Jumlah 2167 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017
Tabel 4.2 memperlihatkan jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki dimana jumlah penduduk
perempuan sebanyak 1.164 jiwa dengan persentase 53,71 % sedangkan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 1.003 jiwa dengan persentase 46,29 %. Jumlah
penduduk Desa Surabkti berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala
Desa Surbakti tahun 2017 ialah 2.167 jiwa.
4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Penduduk di Desa Surbakti memiliki jenis pekerjaan yang beraneka ragam. Jumlah
Kepala Keluarga (KK) di Desa Surbakti berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
51
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa
Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun
2017
No Jenis Pekerjaan Jumlah
(KK)
Persentase
1 Petani 770 73,33
2
3
PNS
Wiraswasta
155
125
14,76
11,91
Jumlah 2167 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa penduduk Desa Surbakti yang Berjumlah 2.167
jiwa terbagi atas 1.050 kepala keluarga (KK). Sebagian besar penduduk di Desa
Surbakti bekerja sebagai petani dengan jumlah 770 KK dengan persentase 73,33
% dari jumlah kepala keluarga (KK) yang ada, sedangkan penduduk yang bekerja
sebagai PNS sebanyak 155 kepala keluarga (KK) dengan persentase 14,76 % dan
penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 125 kepala Keluarga (KK)
dengan persentase 11,91 %.
4.3. Sarana dan Prasarana
Adapun kondisi sarana dan prasarana umum di Desa Surbakti dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.3. Sarana Dan Prasana di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang
Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017
No Sarana dan Prasarana Jumlah
(Unit)
1 Balai Desa 1
2
3
4
5
TK/SD
Polindes
Masjid
Gereja
3
1
1
3
Jumlah 9
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa sarana / prasarana di Desa Surbakti sudah cukup
untuk menunjang kegiatan penduduk setempat. Hal ini dapat dilihat dari sudah
Universitas Sumatera Utara
52
adanya fasilitas-fasilitas yang membantu kegiatan penduduk seperti fasilitas
kesehatan, rumah ibadah, balai desa, maupun fasilitas pendidikan. Hanya saja
fasilitas pendidikan yang ada hanya fasilitas pendidikan TK/SD.
4.4. Karakteristik Sampel
Petani sampel yang dimaksud disini ialah seluruh petani kubis yang memiliki
usahatani kubis dengan tanaman kubis yang menghasilkan di Desa Surbakti
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Karateristik petani sampel dalam
penelitian ini teriri dari umur petani, pendidikan petani, luas lahan usahatani kubis
dan jumlah tanggungan keluarga.
4.4.1 Umur Petani
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan
kemampuan petani dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua
umur petani maka kemampuan bekerjanya pun cenderung menurun. Hal ini
dikarenakan pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan kondisi fisik
dari petani. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan umur petani sampel dapat
dilihat pada tabel berkut:
Tabel 4.4. Keadaan umur petani sampel di Desa Surbakti, Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017
No Rentang Umur
(Tahun)
Responden
(Orang)
(%)
1 20-29 6 13,04
2
3
4
5
30-39
40-49
50-59
>60
14
16
8
2
30,43
34,78
17,39
4,34
Jumlah 46 100%
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017
Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa pada petani sampel komoditi kol terbanyak
berada pada kelompok umur 40-49 yakni sebanyak 16 orang dengan persentase
Universitas Sumatera Utara
53
34,78% dan untuk petani sampel terkecil berada pada kelompok umur > 60
sebanyak 2 orang dengan persentase 4,34%.
4.4.2 Pendidikan Petani Sampel
Sampel Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam
mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang usahataninya. Pendidikan
petani yang semakin tinggi membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi
teknologi baru yang diperoleh dari penyuluh pertanian maupun lemabaga swadaya
masyarakat (LSM) yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dari usahatani
petani tersebut. Adapun tingkat pendidikan petani sampel yang ada di Desa
Surbakti sangat bervariasi dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk lebih jelas lagi
mengenai tingkat pendidikan petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5. Pendidikan petani sampel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang
Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017
No Pendidikan Jumlah
(jiwa)
Presentase
(%)
1 SD 9 19,56
2
3
SMP
SMA
17
20
36,95
43,47
Jumlah 46 100 %
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa untuk jumlah petani sampel kubis terbanyak
berada pada tingkat pendidikan SMA dengan jumlah 20 jiwa dengan persentase
43,47% dan terkecil berada pada tingkat pendidikan SD sebanyak 9 jiwa dengan
persentase 19,56%.
Universitas Sumatera Utara
54
4.4.3 Luas Lahan Petani Sampel
Luas lahan petani kubis di Desa Surbakti berbeda-beda sehingga berkaitan
langsung terhadap jumlah produksi kubis. Semakin luas lahan penanaman maka
hasil produksinya pun cenderung meningkat yang akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan yang diperoleh petani itu sendiri, begitu pula sebaliknya
Tabel 4.6. Luas Lahan petani sampel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang
Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017
No Luas Lahan
(ha)
Jumlah
1 0,10-0,19 12
2
3
4
5
0,20-0,29
0,30-0,39
0,40-0,49
>0,50
8
7
4
15
Jumlah 46
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa luas lahan petani kubis terluas berada pada
kelompok luas lahan >0,50 ha dengan jumlah 15 jiwa. Sedangkan untuk luas
lahan terkecil berada pada kelompok luas lahan 0,40-0,49 ha dengan jumlah
petani kubis sebanyak 4 jiwa. Artinya petani kubis di Desa Surbakti memiliki luas
lahan yang beragam.
Universitas Sumatera Utara
55
4.4.4 Jumlah Tanggungan
Tabel 4.7. Jumlah Tanggungan petani sampel di Desa Surbakti, Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017
No Tanggungan
(orang)
Responden
(orang)
(%)
1 1 15 32,60
2
3
4
5
2
3
4
5
12
8
7
4
26,08
17,39
15,21
8,69
Jumlah 46
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017
Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa jumlah tanggungan petani kubis di Surbakti
terbesar dengan jumlah 1 orang dengan presentase 32,60 %. Dan yang terkecil
dengan jumlah tanggungan 5 orang yaitu sebesar 8,69 %.
Universitas Sumatera Utara
56
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perbedaan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Secara Normatif Komoditas
Kubis dengan Biaya Praktek Pelaksaannya di Desa Surbakti, Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo
Kubis merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Karo
yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan dan sumber devisa
negara. Besarnya kontribusi agroindustri kubis dalam meningkatkan pendapatan
akan menumbuhkan sentra pengembangan kubis baru. Penyiraman, penyiangan,
pembumbunan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit merupakan kegiatan
yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kubis. Usahatani kubis merupakan
usahatani yang memiliki beberapa kendala yang di hadapi petani dalam kegiatan
pemeliharaannya. Kurangnya pengetahuan petani dalam kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan dapat mengakibatkan kerugian bagi petani, seperti pemberian
dosis pupuk dan pestisida yang tidak tepat dapat mengakibatkan menambah biaya
produksi.
5.1.1 Tahapan Kegiatan dan Komponen Biaya Pemeliharaan Komoditas
Kubis Berdasarkan Praktek Pelaksanaannnya
1. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan gulma. Pembumbunan
dilakukan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan
kedalaman bedengan. Pembumbunan ini dilakukan untuk menjaga kedalaman
parit dan ketinggian bedeng serta meningkatkan kegemburan tanah sehingga akar
akan dapat menyerap air serta unsur hara secara optimal. Adapun alat yang
digunakan untuk pembumbunan adalah arit dan jangkul.
Universitas Sumatera Utara
57
Tabel 5.1 Rata-rata Biaya Pembumbunan dan rata-rata Petani Sampel
Usahatani Kubis Per Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti
HK JK Jumlah TK HOK Upah
Pria 5 2,00 2 3,11 Rp 217,609
Wanita 5 2,00 1 3,78 Rp 264.580
Total
Rp 582.189
Sumber: Diolah dari Lampiran 6 a
Tabel 5.1 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 1,55 dengan total upah Rp. 108.804. Jumlah HK untuk wanita
5 dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,89 dengan total upah Rp.
132.289. Jadi total biaya pembumbunan yang di lakukan petani komoditas nya
sebesar Rp. 241.093.
2. Pemupukan
Pumupukan yang dilakukan petani sampel di Desa Surbakti berbeda-beda, ada
yang melakukan pemupukan 2 kali per rmusim tanam, ada juga yang 3 kali per
musim tanam, jenis pupuk yang digunakan juga bermacam-macam, antara lain
pupuk Phonska, Amophos, Urea, KCL, Hydro, TSP, dan NPK.
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 5.2 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pupuk pada Petani Sampel
Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa Surbakti
No. Jenis Pupuk Kebutuhan Per
Petani (Kg)
Harga Per Petani
(Rp/Kg)
Total
Biaya
Pupuk
1 Phonska 40 3900 156.000
2 Amophos 36 6000 216.000
3 Urea 59 6000 354.000
4 KCL 40 4000 160.000
5 Hydro 42 9000 378.000
6 TSP 55 3500 192.500
7 NPK 48 3500 168.000
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 a
Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa pupuk yang digunakan petani sampel komoditas
kubis di Desa Surbakti adalah pupuk Phonska, Amophos, Urea, KCL, Hydro,
TSP, dan NPK. Pupuk yang paling banyak digunakan adalah Urea dengan rata-
rata 59 kg per petani.
3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah bila terdapat
tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman biasa nya dilakukan 1-2
minggu sekali. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam
karena dapat merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman
sebaiknya tidak dilakukan.
Tabel 5.3 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Penyiangan Petani Sampel
Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa Surbakti
HK JK Jumlah TK HOK Upah
Pria 5 2,00 1 3,11 Rp 217.609
Wanita 5 2,00 1 3,78 Rp 264.580
Total
Rp 582.189
Sumber: Diolah dari Lampiran 7 a
Universitas Sumatera Utara
59
Tabel 5.3 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 1,53 dengan total upah Rp. 108.804. Jumlah HK untuk wanita 5
dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,89 dengan total upah
Rp. 132.289. Jadi total biaya penyiangan yang di lakukan petani komoditas nya
sebesar Rp. 241.093
4. Penyiraman
Apabila temperatur udara tinggi dan matahari bersinar terik, penyiraman
dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Di daerah penelitian petani
memanfaatkan kondisi iklim yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi, maka
penyiraman memanfaatkan air hujan.
Tabel 5.4 Rata-rata Biaya Penyiraman Petani Sampel Usahatani Kubis Per
Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti
HK JK Jumlah TK HOK Upah
Pria 18 2,00 2 3 Rp 62.609
Wanita 18 2,00 1 1 Rp 29.217
Total
Rp 91.826
Sumber: Diolah dari Lampiran 9 a
Tabel 5.4 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 18 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 3 dengan upah Rp.62.609. Jumlah HK untuk wanita 18 dengan
2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1 dengan upah Rp. 29.217. Jadi total
biaya penyiraman yang di lakukan petani komoditas nya sebesar Rp. 91.826
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang paling sering menyerang tanaman kubis adalah ulat daun. Dalam
usaha peningkatan produksi tanaman kubis seringkali dihadapkan adanya
gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat
terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik. Kehilangan hasil kubis
Universitas Sumatera Utara
60
akibat serangan hama cukup tinggi yakni dapat mencapai 100% oleh hama
tersebut. Adapun jenis pestisa yang digunakan di daerah penelitian adalah
pestisida Siklon, Lannate, Pirfos, Score, Sagribeat, Saaf, Prevathon, Endure,
Antracol, dan Albacel. Berikut adalah tabel jenis pestisida beserta harga yang
digunakan di Desa Surbakti:
Tabel 5.4 Rata-rata Pengunaan Pestisida Besereta Harga Yang Digunakan
Petani Sampel Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa
Surbakti
No. Jenis Pestisia
Kebutuhan Per
Petani (Kg/botol)
Harga Per Petani
(Rp/Kg/Botol)
Biaya
Penggunan
Pestisida (Rp)
1 Prevathon 3 botol 75.000/botol 225.000
2 Endure 1 kg 150.000/kg 150.000
3 Antracol 1 kg 90.000/kg 90.000
4 Albacel 3 botol 75.000/botol 225.000
5 Score 3 botol 60.000/botol 180.000
6 Sagribeat 1 botol 60.000/kg 60.000
7 Saaf 1 botol 50.000/kg 50.000
8 Joker 1 kg 70.000/kg 70.000
9 Siklon 1 kg 80.000/kg 80.000
10 Lannate 1 kg 85.000/kg 85.000
11 Pirfos 1 botol 160.000/botol 160.000
12 Higrade 1 botol 170.000/botol 170.000
Sumber: Diolah dari Lampiran 4 a
Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa jenis pestisida yang digunakan di Desa Surbakti
adalah pestisida Prevathon, Endure, Antracol, Albacel, Score, Sagribeat, Saaf,
Joker, Siklon, Lannate, Pirfos, Higrade. harga pestisida termahal adalah higrade
dengan Rp. 170.000 per botol. Harga pestisida termurah adalah Saaf dengan harga
Rp. 50.000 per botol. Pestisida yang paling banyak digunakan adalah Prevathon,
Albacel, dan Score dengan jumlah 3 botol.
Universitas Sumatera Utara
61
5.1.2 Tahapan Kegiatan Dan Komponen Biaya Pemeliharaan Normatif
Komoditas Kubis
1. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan persamaan dengan penyiangan gulma. Pembumbunan
dilakukan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan
kedalaman bedengan. Pembumbunan ini dilakukan untuk menjaga kedalaman
parit dan ketinggian bedeng serta meningkatkan kegemburan tanah sehingga akar
akan dapat menyerap air serta unsur hara secara optimal. Adapun alat yang
digunakan untuk pembumbunan adalah arit dan jangkul.
Tabel 5.5 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pembumbunan Normatif Kubis
Per Hektar di Desa Surbakti
HK JK Jumlah TK HOK Upah
Pria 5 2,00 1 1,52 Rp 106.141
Wanita 5 2,00 1 1,79 Rp 125.148
Total
Rp 231.289
Sumber: Diolah dari Lampiran 6 b
Tabel 5.5 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 1,52 dengan total upah Rp. 106.141. Jumlah HK untuk wanita 5
dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,79 dengan total upah
Rp. 125.148. Jadi total biaya pembumbunan normatif komoditas nya sebesar
Rp. 231.289
2. Pemupukan
Komposisi pupuk yang di aplikasikan untuk tanaman kubis antara lain berupa
pupuk urea 100 kg, ZA 250 kg, TSP 250 kg dan KCl 200 kg per hektar. Untuk
tiap tanaman diperlukan urea sebanyak 4 gram, ZA 9 gram, SP-36 9 gram dan
KCl 7 gram. Pengaplikasian pertama dilakukan sebelum tanaman sebagai pupuk
dasar yaitu pupuk organik 10 gram, setengah dosis pupuk N (Urea 2 gram, ZA 4,5
Universitas Sumatera Utara
62
gram), pupuk SP-36 9 gram, dan KCl 7 17 gram). Sisa pupuk N (Urea 2 gram dan
ZA 4,5 gram) diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu (Musriati, 2013).
Tabel 5.6 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pupuk Normatif pada Usahatani
Kubis Per Musim Tanam
No. Jenis
Pupuk
Kebutuhan
Pupuk
(Kg/Ha)
Penggunaan
Pupuk (kg)
Harga Pupuk
(Kg)
Biaya
penggunaan
pupuk (Rp)
1 Za 250 80 Rp. 2000 Rp. 180.000
2 Urea 100 32 Rp. 3000 Rp. 96.000
3 TSP 250 80 Rp. 3500 Rp. 280.000
4 KCL 200 64 Rp. 4000 Rp. 256.000
Jumlah Rp. 812.000
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 b
Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa kebutuhan pupuk per hektar adalah Za 250 kg,
Urea 100 kg, TSP 250 kg, KCL 200 kg dengan total 700 kg pupuk per hektar tiap
musim tanam, dengan harga rata-rata pupuk per kg nya sebesar Rp. 4875. Total
biaya pupuk per ha yang di keluarkan tiap musim tanam sebesar Rp. 3.575.000.
3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah bila terdapat
tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman biasa nya dilakukan 3
hari sekali. Penyiangan dilakukan ketika ditemukan gulma yang tumbuh di lahan
kubis.
Tabel 5.7 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Penyiangan Normatif pada
Usahatani Kubis Per Musim Tanam
HK JK Jumlah TK HOK Upah
Pria 5 2,00 1 1,52 Rp 106.141
Wanita 5 2,00 1 1,79 Rp 125.148
Total
Rp 231.289
Sumber: Diolah dari Lampiran 7 b
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 5.7 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 1,52 dengan total upah Rp. 106.141. Jumlah HK untuk wanita 5
dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,79 dengan total upah
Rp. 125.148. Jadi total biaya penyiangan normatif komoditas nya sebesar
Rp. 231.289
4. Penyiraman
Tanaman disiram sampai benar-benar hidup. Daun yang tertutup tanah segera
disiram agar tidak menganggu proses fotosintesis. Apabila temperatur udara tinggi
dan matahari bersinar terik, penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan
sore hari
Tabel 5.8 Rata-rata Biaya Penyiraman Normatif Usahatani Kubis Per
Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti
HK JK Jumlah TK HOK Upah
Pria 90 2,00 2 3 Rp 313.043
Wanita 90 2,00 1 1 Rp 146.086
Total
Rp 459.129
Sumber: Diolah dari Lampiran 9 b
Tabel 5.8 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 90 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 3 dengan upah Rp.313.043. Jumlah HK untuk wanita 90 dengan
2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1 dengan upah Rp.146.086 Jadi total
biaya penyiraman yang di lakukan petani komoditas nya sebesar Rp. 459.132
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Menurut Liferdi dan Saparinto (2016). Hama yang paling sering menyerang kubis
adalah ulat daun. Dengan memakan daun-daun muda yang membetuk krop. Daun-
daun bisa habis dimakan ulat ini. Pestisida yang umum digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
64
mengatasi hama tersebut adalah Decis 2,5 EC 0,5-1 cc/l/ha, Dupont Valacor 35
wg 100 g/ha Hostathion 40 EC 0,75-1,5 cc/l, dan Ambush 2 EC.
Tabel 5.9 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pestisida Secara Normatif pada
Usahatani Kubis Per Musim Tanam
No. Jenis
Pestisida
Penggunaan
Pestisida Per
Ha (ml/g)
Penggunaan
Pestisidaper
petani (ml/g)
Harga
Pestisida
(ml/g)
Biaya
Penggunaan
Pestisida(Rp)
1 Decis 300 ml 95,74 Rp. 700 Rp. 67.017
2 Valacor 25 g 3,46 Rp. 4800 Rp. 82.957
3 Hostathion 750 ml 239,35 Rp. 140 Rp. 33.508
4 Ambush 450 ml 287,33 Rp. 233 Rp. 67.016
Jumlah Rp. 250.498
Sumber: Diolah dari Lampiran 4 b
Tabel 5.9 memperlihatkan pestisida yang digunakan secara normatif adalah
pestisida Decis 300 ml/ha, valacor 25 g/ha, Hostathion 750 ml/ha, dan Ambush
450 ml/ha dengan total biaya biaya pestisida yang dikeluarkan petani per musim
tanam adalah Rp. 539.850.
5.1.3 Perbandingan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Normatif Komoditas
Kubis Dengan Biaya Praktek yang dilakukan Petani di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
Untuk membandingkan bagaimana perbedaan kebutuhan biaya pemeliharaan
secara normatif komoditas kubis dengan yang dilakukan oleh petani di Desa
Surbakti digunakan Analisis Uji t Dua Sampel Berpasangan. Dengan
membandingkan dua rata-rata sampel yang berpsangan. Sampel berpasangan
adalah sebuah sampel yang terdiri dari satu subyek tetapi mengalami dua
perlakuan yang berbeda (Supriana, 2016).
Universitas Sumatera Utara
65
Tabel 5.10 Hasil Uji Paired Sampels t-Test Untuk Biaya Pestisida Paired Samples Test
Mean N T Df
Sig. (2-
tailed)
Pair 1 biaya petani 1.54 46 -9.797 45 .000
biaya normatif 1.96 46
Sumber : Data diolah 2017
Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa hasil estimasi menunjukkan nilai
signifikansi t sebesar 0,000 dimana nilai tersebut < 0,05. Maka H1 diterima yang
berarti ada perbedaan antara biaya normatif dengan biaya petani yang dilakukan
petani di Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Biaya
pemeliharaan normatif lebih besar dari biaya pemeliharaan yang di keluarkan
petani di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
Dapat dilihat dari tabel 5.10 nilai Mean untuk masing-masing variabel, biaya
petani dan biaya normatif adalah 1,54 dan 1,96. Dimana, ada perbedaan yang
nyata biaya normatif lebih besar dari pada biaya petani.
5.2 Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama Penyakit
Terhadap Produksi Kubis di Desa Surbakti
Produksi kubis dipengaruhi oleh biaya pupuk dan biaya pengendalian hama
penyakit tanaman. Data yang digunakan diperoleh melalui wawancara langsung
kepada petani. Hasil estimasinya dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 5.11 Hasil Estimasi Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama
Penyakit Terhadap Produksi Tanaman
Variabel Koefisien t-hitung Sig VIF
Intersep 1188789.387 2.931 .005
Biaya Pupuk 2.810 3.089 .004 4.725
Biaya Pestisida -141.268 -.070 .945 4.725
R-Squared .708 F-Hitung 21.647
Adj-R-Squared .502 Sig 0.000
Durbin Watson 1.950
Universitas Sumatera Utara
66
5.2.1 Uji Kesesuaian Model (Test Goodness of Fit)
1. Uji Koefisien Determinasi (R-Squared)
Nilai R-Squared mencerminkan seberapa besar keragaman dari variabel
dependent yang dapat diterangkan oleh variabel independent. Nilai R-Squared
memiliki besaran yang positif dan besarannya adalah 0 < R-squared < 1.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 5.11 diperoleh koefisien biaya
pupuk 2.810 dan biaya pestisida -141.268. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
bebas yaitu biaya pupuk (X1) berpngaruh nyata terhadap produksi kubis dan biaya
pestisida (X2) tidak berpengaruh nyata tehadap produksi kubis.
2. Uji F (Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independent atau bebas (Xi)
secara bersama-sama terhadap variabel dependent atau terikat (Y). Berdasarkan
hasil pengolahan data pada Tabel 5.11 diperoleh nilai signifikansi yaitu 0,04 <
0,05. Artinya biaya pupuk (X1) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu
produksi tanaman (Y).
3. Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial)
Uji t dilakukan untuk menghitung koefisien regresi masing-masing variabel
independent sehingga dapat diketahui pengaruh variabel independent tersebut
terhadap variabel dependentnya. Berdasarkan hasil pengolahan data pada
Tabel 5.11. dapat dilihat bahwa variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model
yaitu biaya pupuk (X1) secara nyata mempengaruhi produksi kubis (Y).
Sedangkan variabel bebas lainnya yaitu biaya pestisida (X2) secara nyata tidak
mempengaruhi produksi kubis
Universitas Sumatera Utara
67
Namun, agar diperoleh Model Regresi Linear Berganda yang baik, maka model
harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat
dicapai bila memenuhi asumsi klasik.
5.2.2 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Berdasarkan Uji Asumsi Normalitas Residual menunjukkan bahwa data terlihat
menyebar mengikuti garis diagonal. Maka dapat dinyatakan model regresi linier
memenuhi asumsi normalitas. Hal tersebut dapat dilihat melalui gambar dibawah
ini.
Gambar 2 Grafik Uji Normalitas
Universitas Sumatera Utara
68
Gambar 3. Histogram Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama Penyakit Terhadap Biaya Pemeliharaan
b. Uji Autokorelasi
Dalam menguji ada tidaknya terjadinya autokorelasi pada sampel digunakan uji
statistik Durbin Watson. Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan
pada tabel 5.11 diperoleh nilai statistik Durbin Watson sebesar 1,950 yang
membuktikan bahwa autokorelasi tidak terjadi karena nilai tersebut berada pada
kisaran 0 sampai 4.
c. Uji Multikubisinearitas
Untuk menguji terjadi atau tidaknya multikubisinearitas dalam model, maka
digunakan nilai VIF dengan kriteria apabila nilai VIF yang dihasilkan dibawah 10,
maka dapat disimpulkan bahwa model tidak mengalami multikubisinearitas.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan pada gambar 3 dapat dilihat
Universitas Sumatera Utara
69
bahwa variabel biaya pupuk (X1) dan biaya pestisida (X2) berada di bawah 10. Hal
ini membuktikan bahwa di dalam model tidak terjadi multikubisinearitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Adapun pengujian tidak terjadinya heteroskedastisitas ditunjukkan dari Grafik
Scatterplots berikut ini. Dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, baik
diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola
apapun.
Gambar 4. Grafik Scatterplots
5.2.3 Pengaruh Tiap Variabel Terhadap Produksi Kubis
Model hasil estimasi regresi faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi kubis
adalah:
Universitas Sumatera Utara
70
Y = 1188789.3 + 2,8 X1 -141.2 X2+ ɛ
Dimana :
Y = Produksi kubis (Ton/Ha/Musim Tanam)
X1 = Biaya pupuk (Rp/Ha/Musim Tanam)
X2 = Biaya pengendalian hama dan penyakit (Rp/Ha/Musim Tanam)
b0 = Koefisien Intersep
e = Error
Pengaruh Biaya Pupuk (X1) terhadap Produksi kubis (Y)
Berdasarkan hasil estimasi, koefisien biaya pupuk bertanda positif dan memiliki
nilai signifikansi 0,004 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pupuk
berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi kubis di Desa Surbakti
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Tanda positif berarti semakin besar
biaya pupuk yang di keluarkan, maka semakin besar produksi tanaman kubis yang
dilakukan petani. Pengaruh biaya pupuk bepengaruh positif terhadap Produksi.
Pengaruh Biaya Pestisida (X2) Produksi kubis (Y)
Berdasarkan hasil estimasi, koefisien biaya pestisida bertanda negatif dan
memiliki nilai signifikansi 0,945 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa biaya
pestisida berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap produksi kubis di Desa
Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Pengaruh biaya pestisida
bepengaruh negatif terhadap produksi kubis, semakin besarnya biaya pestisida
yang dikeluarkan pada tanaman, tidak mempengaruhi hasil dari produksi tanaman
kubis.
Universitas Sumatera Utara
71
5.3 Persentase Biaya Pemeliharaan Khusus nya Bahan Kimia pada
Usahatani Kubis dari Seluruh Biaya Pemeliharaannya
Persentase biaya pemeliharaan digunakan untuk mengetahui berapa persentase
biaya pemeliharaan khususnya bahan kimia usahatani kubis per musim tanam
menggunakan analisis proporsi.
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa persentase biaya
pemeliharaan khususnya bahan kimia adalah sebesar 28,98% dari total biaya
pemeliharaann kubis. Ini berarti hipotesis ke tiga yang menyatakan biaya
pemeliharaan pada usahatani kubis mencapai 25% dari seluruh biaya
pemeliharaan ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa biaya bahan kimia kubis di
Desa Surbakti lebih besar dari pradugaaan sementara.
Universitas Sumatera Utara
72
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan yang nyata antara biaya pemeliharaan secara normatif
Komoditas kubis dengan yang dilakukan petani di Desa Surbakti
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai signifikansi uji paired sampels dimana nilai sig.2.tailed 0,000 < 0,05.
2. Biaya pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi kubis, sedangkan biaya
pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kubis.
3. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa persentase biaya pemeliharaan
khususnya bahan kimia adalah sebesar 28,98 % dari total biaya
pemeliharaan yang di keluarkan pada usahatani kubis di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
6.2 Saran
1. Dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan pendapatan
petani di daerah penelitian dengan melakukan pemeliharaan sesuai dengan
teori agronomi yang ada agar mengurangi pengunaan bahan kimia berlebih
pada tanaman.
2. Pemerintah diharapkan memberikan penyuluhan dalam penggunaan bahan
kimia pada komiditi kubis, edukasi yang diberikan tentang kebutuhan bahan
kimia pada tanaman kubis selain dapat membatu petani dalam meningkatan
pendapatan usahatani yang dijalankan, juga dapat terlaksananya pertanian
berwawasan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
73
3. Peneliti selanjutkan diharapkan dapat membahas tentang komoditi kubis lebih
lanjut.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:
Jakarta.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT.Rineka
Cipta: Jakarta.
A.T. Mosher. 1987. Budidaya Kubis Bunga & Broccoli. Kanisius: Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2010. Profil Pertanian Kabupaten Karo 2010. Kabupaten
Karo.
Badan Pusat Statistik. 2011. Profil Pertanian Kabupaten Karo 2011. Kabupaten
Karo.
Badan Pusat Statistik. 2016. Profil Pertanian Kabupaten Karo 2016. Kabupaten Karo.
Balai Penelitian Tanaman dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura.
2010. Produksi Kubis Menurut Provinsi 2009-2010
Balitbangsumut. 2005. Kegiatan Diseminasi Mendukung Pengembangan:Medan.
Cahyo, M.D., N. Hanani, dan Fahriyah. 2012. Analisis efisiensi alokatif dan
faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani kubis (Brassica
oleracea L). Naskah Publikasi Jurnal Universitas Brawijaya: Malang
Cahyono, B. 2001. Budidaya Kubis Bunga dan Brocoli. Kanisius: Yogyakarta.
Cahyono, Bambang. 2002. Kubis bunga & brocoli : teknik budi daya dan analisis
usaha tani. Kanisius: Yogyakarta.
Cheng, H.H. 1990. Pesticide in The Soil Environment: Processes, Impact, and
modeling. Soil Sci. Soc.Am. Inc., Madison, Wisconsin, USA.
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. 2015. Produksi Kol/Kubis di Sumatera
Utara. Medan.
Edi, S dan Julista B. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian
Teknologi Jambi: Jambi.
Firdaus, M. 2011. Ekonometrika: Suatu Pendekatan Aplikatif. Edisi Kedua.
Cetakan Pertama. Bumi Aksara: Jakarta.
Gujarati, D. 1998. Ekonometrika Dasar. Erlangga: Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Karsinah, S. Purnomo, Sudjidjo, dan Sukarmin. 2002. Perbaikan Tekstur Buah
Jeruk Siam melalui Hibridisasi. Seminar Hasil Penelitian tahun 2002.
Semarang.
Khazanani, Annora. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi
Usaha Tani Cabai Kabupaten Temanggung (Skripsi). Universitas
Diponegoro. Semarang.
Kusumaningrum, 2013. Pengaruh Pemberian Jus Kubis. Universitas Diponegoro:
Semarang.Vertikultur Tanaman Sayur. Penebar Swadaya Group.
Jakarta
Mahyuni,E.L. 2015. Faktor Risiko Dalam Penggunaan Pestisida Terhadap
Keluhan Kesehatan Pada Petani Di Kecamatan Berastagi Kabupaten
Karo 2014. Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Musriati, A. 2013. Budidaya Tanaman Kubis.Pdf.
Nasution, Z. Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman
Sayuran (Kubis, Kubis Bunga, dan Wortel) (Studi kasus : Kecamatan
Tigapanah, Kabupaten Karo)
Noprianti, L. S. 2011. Teknik Uji Cepat Untuk Identifikasi Pencemaran Logam
Berat Tanah Di Lahan Apel Batu. Disertasi. Universitas Brawijaya:
Malang.
Penelitian Tanaman Buah: Solok.Badan Pusat Statistik. 2015.Profil Pertanian
Sumatera Utara 2015.Sumatera Utar: Medan
Pracaya, 1981. Kol alias Kubis. Penebar Swadaya: Jakarta.
Pracaya, Ir. 2001. Kol Alias Kubis. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta.
Rukmana, 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brocoli. Kanisius: Yogyakarta.
Sihite, S. 2017. Analisis Integrasi Pasar Kubis (Brassica Oleracea) Antara
Kabupaten Karo Dengan Pasar Induk Medan. Universitas Usmatera
Utara: Medan.
Simanjuntak, D. 2016. Analisis Komparasi Efisiensi Tataniaga Kubis Secara
Ekspor dan Lokal (Kasus:Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun).
Skirpsi. Sumatera Utara: Medan.
Simatupang, R. 1990. Pertanian Organik, Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Kanisius: Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
Singarimbun, M dan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES : Jakarta.
Soekartawi. 1986. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
Soekartawi. 1987. Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan
Aplikasinya. CV. Rajawali: Jakarta.
Sudarmanto, R dan Gunawan. 2013. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan
Program IBM SPSS Statistics 19. PT Mitra Wacana Media: Jakarta.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Supriana, T. 2016. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Universitas Sumatera
Utara: Medan.
Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta.
Tan.1977.Metode Penelitian Administrasi. Bandung: .
Tim Prima Tani Balitsa.2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Umar, 2000. “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan tesis Bisnis”, Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
Utama.2001. Kol Alias Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Warsana. 1998. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang. Tabloid
Sinar Tani: Jawa Tengah.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Karakteristik Petani Sampel
Sampel Luas Lahan (Ha) Umur (Tahun) Tanggungan (Jiwa) Pengalaman Bertani (Tahun) Pendidikan
1 0,5 27 1 3 SMP
2 0,5 46 4 30 SMP
3 0,2 68 1 50 SD
4 0,5 49 2 30 SD
5 0,32 44 3 28 SD
6 0,2 27 0 15 SMA
7 0,32 32 2 20 SD
8 0,16 45 4 35 SD
9 0,5 56 4 45 SMP
10 0,16 42 5 35 SD
11 0,32 38 1 30 SMA
12 0,32 55 5 43 SMA
13 0,2 47 3 40 SMP
14 0,32 56 3 45 SMP
15 0,16 51 3 34 SD
16 0,5 27 1 15 SD
17 0,16 38 2 30 SMP
18 0,32 42 2 26 SD
19 0,16 46 5 33 SMA
20 0,5 29 0 20 SMP
21 0,5 33 3 15 SMP
22 0,24 35 1 15 SMA
23 0,4 37 2 20 SMA
24 0,5 31 1 16 SMA
25 0,16 46 3 36 SMA
26 0,2 61 1 50 SMA
27 0,24 24 2 10 SMP
28 0,16 36 2 15 SMP
29 0,16 44 4 29 SMP
Universitas Sumatera Utara
30 0,5 47 4 34 SMA
31 0,4 48 3 36 SMA
32 0,16 53 4 45 SMA
33 0,32 34 1 16 SMA
34 0,4 56 2 40 SMP
35 0,5 47 2 36 SMA
36 0,2 57 2 40 SMP
37 0,5 29 1 15 SMA
38 0,5 31 1 10 SMA
39 0,24 35 2 14 SMP
40 0,16 36 1 13 SMP
41 0,2 46 2 30 SMA
42 0,5 39 1 23 SMA
43 0,16 44 1 28 SMA
44 0,4 37 3 21 SMP
45 0,5 41 4 30 SMP
46 0,16 55 5 36 SMA
jumlah 14,68 1947 109 1280
per petani 0,32 42,33 2,48 27,83
Sumber: Data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Tabel penggunaan bibit
No Sampel Luas Lahan
(Ha)
Kebutuhan Bibit
(batang)
Harga Bibit
(Rp/Benih) Total Biaya Bibit (Rp)
1 0,5 6.250 200 1.250.000
2 0,5 6.438 200 1.287.500
3 0,2 2.550 200 510.000
4 0,5 6.500 200 1.300.000
5 0,32 4.200 200 840.000
6 0,2 2.500 200 500.000
7 0,32 4.320 200 864.000
8 0,16 2.140 200 428.000
9 0,5 6.250 200 1.250.000
10 0,16 2.000 200 400.000
11 0,32 4.160 200 832.000
12 0,32 4.000 200 800.000
13 0,2 2.575 200 515.000
14 0,32 4.400 200 880.000
15 0,16 2.000 200 400.000
16 0,5 6.250 200 1.250.000
17 0,16 2.040 200 408.000
18 0,32 4.000 200 800.000
19 0,16 2.200 200 440.000
20 0,5 6.750 200 1.350.000
21 0,5 6.375 200 1.275.000
22 0,24 3.000 200 600.000
23 0,4 5.200 200 1.040.000
24 0,5 6.250 200 1.250.000
Universitas Sumatera Utara
25 0,16 2.040 200 408.000
26 0,2 2.500 200 500.000
27 0,24 3.150 200 630.000
28 0,16 2.000 200 400.000
29 0,16 2.100 200 420.000
30 0,5 6.375 200 1.275.000
31 0,4 5.000 200 1.000.000
32 0,16 2.000 200 400.000
33 0,32 4.000 200 800.000
34 0,4 5.100 200 1.020.000
35 0,5 6.250 200 1.250.000
36 0,2 2.600 200 520.000
37 0,5 6.375 200 1.275.000
38 0,5 6.250 200 1.250.000
39 0,24 3.000 200 600.000
40 0,16 2.000 200 400.000
41 0,2 2.550 200 510.000
42 0,5 6.500 200 1.300.000
43 0,16 2.080 200 416.000
44 0,4 5.000 200 1.000.000
45 0,5 6.250 200 1.250.000
46 0,16 2.000 200 400.000
Jumlah 15 187.468 9.200 37.493.500
Per Petani 0.32 4,075 200 815,076
Sumber: Data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3 a. Penggunaan dan Biaya Pupuk Petani
No Sampel
Luas
Lahan
(Ha)
Pupuk
Phoska Amophos Urea KCL
Jumla
h (Kg)
Harga
(RP)
biaya
(Rp)
Jumlah
(Kg)
Harga
(RP)
biaya
(Rp)
Jumlah
(Kg)
Harga
(RP)
biaya
(Rp)
Jumlah
(Kg)
Harga
(RP)
biaya
(Rp)
1 0,5 80 4000 320000 0 0 0 60 6000 360000 0 0 0
2 0,5 0 0 0 0 0 0 80 6000 480000 50 8000 400000
3 0,2 20 4000 80000 40 6000 240000 40 6000 240000 0 0 0
4 0,5 0 0 0 50 6500 325000 100 6000 600000 40 8000 320000
5 0,32 80 3800 304000 0 0 0 60 5500 330000 0 0 0
6 0,2 0 0 0 30 6000 180000 30 6000 180000 0 0 0
7 0,32 20 4000 80000 0 0 0 75 6000 450000 0 0 0
8 0,16 30 4000 120000 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
9 0,5 40 4000 160000 0 0 0 100 6000 600000 0 0 0
10 0,16 35 4000 140000 20 6000 120000 30 6000 180000 0 0 0
11 0,32 0 0 0 0 0 0 70 5500 385000 0 0 0
12 0,32 50 3500 175000 0 0 0 60 6000 360000 0 0 0
13 0,2 45 4000 180000 0 0 0 60 5500 330000 0 0 0
14 0,32 0 0 0 0 0 0 50 6000 300000 30 8000 240000
15 0,16 0 0 0 0 0 0 20 6000 120000 20 8000 160000
16 0,5 20 4000 80000 0 0 0 0 0 0 60 8000 480000
17 0,16 20 4000 80000 30 6000 180000 20 5500 110000 0 0 0
18 0,32 0 0 0 30 6000 180000 50 6000 300000 0 0 0
19 0,16 0 0 0 0 0 0 80 6000 480000 0 0 0
20 0,5 0 0 0 30 6000 180000 0 0 0 50 8000 400000
21 0,5 0 0 0 0 0 0 100 5500 550000 0 0 0
22 0,24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45 8000 360000
Universitas Sumatera Utara
24 0,4 0 0 0 80 6000 480000 80 6000 480000 0 0 0
24 0,5 60 4000 240000 0 0 0 100 6000 600000 0 0 0
25 0,16 20 4000 80000 0 0 0 30 6000 180000 0 0 0
26 0,2 50 4000 200000 20 6000 120000 30 5500 165000 0 0 0
27 0,24 50 3500 175000 20 6000 120000 50 6000 300000 0 0 0
28 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0,16 30 4000 120000 0 0 0 40 6000 240000 0 0 0
30 0,5 30 4000 120000 40 6000 240000 0 0 0 0 0 0
31 0,4 40 3500 140000 0 0 0 80 6000 480000 0 0 0
32 0,16 0 0 0 30 6000 180000 30 5500 165000 0 0 0
33 0,32 20 3500 70000 0 0 0 0 0 0 50 8000 400000
34 0,4 0 0 0 20 6000 120000 0 0 0 0 0 0
35 0,5 0 0 0 60 6000 360000 100 5500 550000 0 0 0
36 0,2 50 3500 175000 0 0 0 60 6000 360000 0 0 0
37 0,5 50 3500 175000 0 0 0 100 6000 600000 0 0 0
38 0,5 0 0 0 50 6000 300000 80 6000 480000 50 8000 400000
39 0,24 0 0 0 0 0 0 45 5500 247500 30 8000 240000
40 0,16 20 4000 80000 0 0 0 50 6000 300000 0 0 0
41 0,2 20 4000 80000 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
42 0,5 60 4000 240000 0 0 0 100 5500 550000 0 0 0
43 0,16 0 0 0 0 0 0 30 6000 180000 0 0 0
44 0,4 60 4000 240000 0 0 0 60 5500 330000 0 0 0
45 0,5 0 0 0 0 0 0 30 5500 165000 0 0 0
46 0,16 30 4000 120000 20 6000 120000 20 5500 110000 0 0 0
Jumlah 14,68 1030 100800 3974000 570 96500 3445000 2200 215500 12837500 485 96000 3880000
Per Petani 0,32 40 3877 152846 36 6031 229667 59 5824 346959 40 8000 323333
Sumber: Data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Lampiran 3 a
No Sampel
Luas
Lahan
(Ha)
Pupuk
Hydro TSP NPK
Jumlah
(Kg) Harga (RP) biaya (Rp) Jumlah (Kg)
Harga
(RP) biaya (Rp)
Jumlah
(Kg)
Harga
(RP) biaya (Rp)
1 0,5 60 9000 540000 0 0 0 0 0 0
2 0,5 0 0 0 0 0 0 50 8000 400000
3 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,32 0 0 0 30 3000 90000 0 0 0
6 0,2 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
7 0,32 30 9000 270000 30 3000 90000 0 0 0
8 0,16 0 0 0 0 0 0 20 8000 160000
9 0,5 0 0 0 100 3500 350000 0 0 0
10 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0,32 20 8500 170000 0 0 0 30 8000 240000
12 0,32 0 0 0 50 3500 175000 0 0 0
13 0,2 0 0 0 30 3000 90000 0 0 0
14 0,32 30 8500 255000 0 0 0 0 0 0
15 0,16 0 0 0 0 0 0 20 8000 160000
16 0,5 0 0 0 0 0 0 100 8000 800000
17 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0,32 50 9000 450000 0 0 0 0 0 0
19 0,16 0 0 0 40 3000 120000 0 0 0
20 0,5 0 0 0 0 0 0 80 8000 640000
21 0,5 80 8500 680000 0 0 0 0 0 0
22 0,24 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
Universitas Sumatera Utara
23 0,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0,5 0 0 0 50 3000 150000 0 0 0
25 0,16 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
26 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0,24 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0,16 0 0 0 50 3000 150000 30 8000 240000
29 0,16 20 9000 180000 0 0 0 0 0 0
30 0,5 0 0 0 0 0 0 80 8500 680000
31 0,4 0 0 0 60 3000 180000 0 0 0
32 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 0,32 0 0 0 0 0 0 50 8000 400000
34 0,4 50 9000 450000 0 0 0 50 8000 400000
35 0,5 30 9000 270000 0 0 0 0 0 0
36 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
37 0,5 60 9000 540000 0 0 0 0 0 0
38 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 0,24 30 9000 270000 0 0 0 0
40 0,16 0 0 0 60 3500 210000 0
41 0,2 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
42 0,5 30 9000 270000 0 0 0 30 8000 240000
43 0,16 0 0 0 0 0 0 50 8000 400000
44 0,4 60 9000 540000 0 0 0 0 0 0
45 0,5 0 0 0 100 3000 300000 100 8000 800000
46 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 14,68 550 115500 4885000 600 34500 1905000 810 136500 6520000
Per Petani 0,32 42 8885 375769 55 2875 173182 48 8029 383529
Sumber: Data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3b. Penggunaan Pupuk Secara Normatif
No
Sampel
Luas
Lahan
(Ha)
Pupuk
Total
Biaya (Rp) ZA Urea TSP KCL
Jumlah
(Kg)
Harga
(RP)
biaya
(Rp)
Jumlah
(Kg)
Harga
(RP)
biaya
(Rp)
Jumlah
(Kg)
Harga
(RP)
biaya
(Rp)
Jumlah
(Kg)
Harga
(RP)
biaya
(Rp)
1 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
2 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
3 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
4 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
5 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
6 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
7 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
8 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
9 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
10 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
11 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
12 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
13 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
14 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
15 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
16 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
17 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
18 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
19 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
20 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
21 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
22 0.24 60 2000 120000 24 3000 72000 60 3500 210000 48 4000 192000 594000
23 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
24 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
Universitas Sumatera Utara
25 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
26 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
27 0.24 60 2000 120000 24 3000 72000 60 3500 210000 48 4000 192000 594000
28 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
29 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
30 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
31 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
32 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
33 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
34 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
35 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
36 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
37 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
38 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
39 0.24 60 2000 120000 24 3000 72000 60 3500 210000 48 4000 192000 594000
40 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
41 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
42 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
43 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
44 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
45 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
46 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
Jumlah 14.68 3670 92000 7340000 1468 138000 4404000 3670 161000 12845000 2936 184000 11744000 36333000
Per
Petani 0.32 80 2000 159565 32 3000 95739 80 3500 279239 64 4000 255304 789848
Lanjutan Lampiran 3b
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4 a. Penggunaan dan Biaya Pestisida yang dikeluarkan Petani
No
Sampel
Luas
Lahan
Pestisida
Prevathon Endure Antracol Albacel
Jumlah
(botol)
Harga
(Rp) Biaya (Rp)
Jumlah
(kg) Harga (Rp) Biaya (Rp)
Jumlah
(kg)
Harga
(Rp) Biaya (Rp)
Jumlah
(botol)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
1 0,5 5 75.000 375.000 1 148.000 148.000 1 90.000 90.000 0 0 0
2 0,5 0 0 0 0 0 0 1 100.000 100.000 3 75.000 225.000
3 0,2 3 75.000 225.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 75.000 225.000
5 0,32 0 0 0 1 148.000 148.000 1 100.000 100.000 0 0 0
6 0,2 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
7 0,32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
9 0,5 0 0 0 0 0 0 1 100.000 100.000 0 0 0
10 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 1 100.000 100.000 0 0 0
11 0,32 0 0 0 1 148.000 148.000 0 0 0 0 0 0
12 0,32 3 75.000 225.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0,2 0 0 0 1 150.000 150.000 0 0 0 0 0 0
14 0,32 0 0 0 1 150.000 150.000 0 0 0 2 75.000 150.000
15 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
16 0,5 4 75.000 300.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0,16 0 0 0 0 0 0 1 90.000 90.000 0 0 0
18 0,32 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0,16 0 0 0 1 150.000 150.000 1 90.000 90.000 0 0 0
20 0,5 5 75.000 375.000 0 0 0 1 90.000 90.000 0 0 0
21 0,5 0 0 0 1 150.000 150.000 0 0 0 3 75.000 225.000
22 0,24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
23 0,4 3 75.000 225.000 0 0 0 1 90.000 90.000 0 0 0
24 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
Universitas Sumatera Utara
27 0,24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
28 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
29 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 0,5 0 0 0 0 0 0 1 90.000 90.000 5 75.000 375.000
31 0,4 0 0 0 1 145.000 145.000 0 0 0 0 0 0
32 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 0,32 0 0 0 0 0 0 1 90.000 90.000 0 0 0
34 0,4 4 75.000 300.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0,5 0 0 0 0 0 0 1 90.000 90.000 5 75.000 375.000
36 0,2 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
37 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 0,24 0 0 0 0 0 0 1 90.000 2 75.000 150.000
40 0,16 2 75000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
41 0,2 0 0 0 0 0 0 1 90000 90.000 3 75000 225.000
42 0,5 5 75000 375.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43 0,16 2 75000 150.000 0 0 0 1 90000 90.000 0 0 0
44 0,4 0 0 0 1 145000 145.000 0 0 0 0 0 0
45 0,5 4 75000 300.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 0,16 0 0 0 0 0 0 1 90000 90.000 0 0 0
Jumlah 14,68 60 1575000 4500000 9 1334000 1334000 16 1480000 1390000 40 1125000 3000000
Per
Petani 0,31913 2,8571 75000 214285,7 1 148222,222 148222,2 1 92500 92666,67 2,667 75000 3,466667
Sumber: Data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Lampiran 4 a.
No
Sampel
Luas
Lahan
Pestisida
Score Sagribeat Saaf Joker
Jumlah
(botol) Harga (Rp)
Biaya
(Rp) Jumlah (kgl)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
Jumlah
(kg)
Harga
(Rp) Biaya (Rp)
Jumlah
(kg) Harga (Rp)
Biaya
(Rp)
1 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0,5 2 60.000 120.000 2 60.000 120.000 0 0 0 0 0 0
3 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
4 0,5 0 0 0 1 60.000 60.000 1 50.000 50.000 0 0 0
5 0,32 2 60.000 120.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0,2 0 0 0 0 0 0 1 50.000 50.000 0 0 0
7 0,32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 75.000 75.000
8 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
9 0,5 5 65.000 325.000 0 0 0 1 50.000 50.000 1 70.000 70.000
10 0,16 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 0 0 0
11 0,32 1 65.000 65.000 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
12 0,32 0 0 0 1 60.000 60.000 1 50.000 50.000 1 70.000 70.000
13 0,2 1 60.000 60.000 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
14 0,32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0,5 4 60.000 240.000 0 0 0 1 50.000 50.000 1 70.000 70.000
17 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0,32 2 60.000 120.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0,16 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 0 0 0
20 0,5 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 1 70.000 70.000
21 0,5 0 0 0 0 0 0 1 50.000 50.000 2 70.000 140.000
22 0,24 2 60.000 120.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0,4 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 1 70.000 70.000
24 0,5 4 60.000 240.000 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0,16 0 0 0 1 60.000 60.000 1 50.000 50.000 0 0 0
26 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Universitas Sumatera Utara
27 0,24 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 1 70.000 70.000
28 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0,16 0 0 0 1 65.000 65.000 0 0 0 0 0 0
30 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0,4 4 60.000 240.000 1 60.000 60.000 0 0 0 0 0 0
32 0,16 0 0 0 0 0 0 1 55.000 55.000 0 0 0
33 0,32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0,4 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 1 70.000 70.000
35 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
36 0,2 0 0 0 0 0 0 1 55.000 55.000 1 70.000 70.000
37 0,5 4 60.000 240.000 1 60.000 60.000 1 60.000 60.000 0 0 0
38 0,5 4 60.000 240.000 1 60.000 60.000 0 0 0 0 0 0
39 0,24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
40 0,16 0 0 0 0 0 0 1 55000 55.000 0 0 0
41 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
42 0,5 0 0 0 2 60000 120.000 0 0 0 0 0 0
43 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 0,4 3 60000 180.000 0 0 0 1 55000 55.000 1 70.000 70.000
45 0,5 0 0 0 1 60000 60.000 1 55000 55.000 0 0 0
46 0,16 2 60000 120.000 1 60000 60.000 0 0 0 0
Jumlah 14,68 40 850000 2430000 19
102500
0 1145000 13 685000 685000 18 1195000 1265000
Per Petani 0,31913 2,8571 60714,2857 173571,4 1,1176
60294,
1176 19,08333 0,2955
15222,22
22 14891,3043
1,058823
529 70294,1176
74411,76
5
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4b. Penggunaan Pestisida Secara Normatif
No
Sampel
Luas
Lahan
(Ha)
Pestisida
Total Biaya
(Rp) Decis(35 rb/boto (300ML)l 1 ha) Valacor 24 rb (5 g) Per Ha Butuh 50 g Hostathion 140 ml/ha Ambush
Jumlah
(ml)
Harga
(RP/ml)
biaya
(Rp)
Jumlah
(bungkus)
Harga
(RP/bungkus)
biaya
(Rp) Jumlah Harga (RP) biaya (Rp)
Jumlah
(ml)
Harga
(RP/ml) biaya (Rp)
1 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
2 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
3 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
4 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
5 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
6 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
7 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
8 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
9 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
10 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
11 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
12 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
13 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
14 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
15 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
16 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
17 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
18 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
19 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
20 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
21 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
22 0.24 72 700 50400 3 24000 72000 180 140 25200 216 233.33 50399 197999
23 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
24 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
Universitas Sumatera Utara
25 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
26 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
27 0.24 72 700 50400 3 24000 72000 180 140 25200 216 233.33 50399 197999
28 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
29 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
30 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
31 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
32 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
33 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
34 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
35 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
36 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
37 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
38 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
39 0.24 72 700 50400 3 24000 72000 180 140 25200 216 233.33 50399 197999
40 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
41 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
42 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
43 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
44 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
45 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
46 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
Jumlah 14.68 4404 32200 3082800 159 1104000 3816000 11010 6440 1541400 13212 10733.18 3082756 11522955.96
Per
Petani 0.32 95.74 700.00 67017.39 3.46 24000.00 82956.52 239.35 140.00 33508.70 287.22 233.33 67016.43 250499.04
Lanjutan Lampiran 4b.
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pemupukan
sampel
luas
lahan
TKDK TKLK
HK JK Jlh TK Pria
Jlh TK
Wanita
HOK
Pria
HOK
Wanita Upah HOK Pria
Upah HOK
Wanita L P L P
1 0,5 3 0 0 0 2 7 3 0 5,25 0,00 367500 0
2 0,5 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
3 0,2 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
4 0,5 0 0 2 1 3 8 2 1 6,00 3,20 420000 224000
5 0,32 1 0 1 0 2 7 2 0 3,50 0,00 245000 0
6 0,2 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
7 0,32 2 0 0 0 2 7 2 0 3,50 0,00 245000 0
8 0,16 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
9 0,5 1 1 1 0 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
10 0,16 1 0 0 1 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
11 0,32 2 1 0 0 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
12 0,32 2 0 0 0 2 8 2 0 4,00 0,00 280000 0
13 0,2 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
14 0,32 2 0 0 1 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
15 0,16 0 1 0 1 2 7 0 2 0,00 3,73 0 261333
16 0,5 3 0 0 0 2 7 3 0 5,25 0,00 367500 0
17 0,16 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
18 0,32 0 1 1 1 2 7 1 2 1,75 3,73 122500 261333
19 0,16 0 1 0 1 2 7 0 2 0,00 3,73 0 261333
20 0,5 2 1 0 0 2 8 2 1 4,00 2,13 280000 149333
21 0,5 1 2 0 1 2 7 1 3 1,75 5,60 122500 392000
22 0,24 0 2 1 0 2 7 1 2 1,75 3,73 122500 261333
23 0,4 1 1 1 0 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
24 0,5 1 0 1 1 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
25 0,16 0 1 1 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
26 0,2 1 0 0 0 2 8 1 0 2,00 0,00 140000 0
Universitas Sumatera Utara
27 0,24 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
28 0,16 1 0 0 1 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
29 0,16 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
30 0,5 1 1 1 1 2 7 2 2 3,50 3,73 245000 261333
31 0,4 0 2 0 1 2 7 0 3 0,00 5,60 0 392000
32 0,16 1 0 1 0 2 7 2 0 3,50 0,00 245000 0
33 0,32 1 0 1 1 2 8 2 1 4,00 2,13 280000 149333
34 0,4 1 1 1 0 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
35 0,5 1 0 0 0 2 8 1 0 2,00 0,00 140000 0
36 0,2 0 1 0 0 2 8 0 1 0,00 2,13 0 149333
37 0,5 2 1 1 0 3 7 3 1 7,88 2,80 551250 196000
38 0,5 1 1 1 1 2 7 2 2 3,50 3,73 245000 261333
39 0,24 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
40 0,16 0 0 0 1 2 7 0 1 0,00 1,87 0 130667
41 0,2 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
42 0,5 2 1 0 0 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
43 0,16 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
44 0,4 0 1 0 2 2 7 0 3 0,00 5,60 0 392000
45 0,5 0 1 1 2 2 7 1 3 1,75 5,60 122500 392000
46 0,16 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
JUMLAH 14,68 46 34 16 18 94 336 62 52 117,375 102 8216250 7140000
PER
PETANI 0,32 1,00 0,74 0,35 0,39 2,04 7,30 1,35 1,13 2,55 2,22 178614,13 155217,39
PER HA 1 3,45 2,55 1,20 1,35 7,05 25,20 4,65 3,90 8,80 7,65 616218,75 535500,00
Sumber: Data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6a. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pembumbunan
sampel
luas
lahan
TKDK TKLK
HK JK Jlh TK Pria
Jlh TK
Wanita
HOK
Pria
HOK
Wanita
Upah HOK
Pria
Upah HOK
Wanita L P L P
1 0,5 1 2 0 0 6 2 3 0 4,50 0,00 315000 0
2 0,5 1 2 0 0 8 2 1 2 2,00 4,27 140000 298667
3 0,2 0 0 2 1 8 2 2 1 3,00 1,60 210000 112000
4 0,5 0 0 3 0 6 2 3 0 4,5 0 315000 0
5 0,32 1 2 0 0 6 2 1 2 1,5 3,2 105000 224000
6 0,2 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
7 0,32 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
8 0,16 0 0 0 2 4 2 0 2 0 2 0 149333
9 0,5 2 1 0 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
10 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
11 0,32 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
12 0,32 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
13 0,2 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
14 0,32 1 1 1 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
15 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
16 0,5 1 1 0 1 8 2 1 2 2 4 140000 298667
17 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
18 0,32 0 1 0 2 4 2 0 3 0 3 0 224000
19 0,16 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
20 0,5 0 1 1 1 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
21 0,5 1 1 1 1 6 2 2 2 3 3 210000 224000
22 0,24 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
23 0,4 2 1 0 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
24 0,5 1 1 0 1 8 2 1 2 2 4 140000 298667
25 0,16 0 1 1 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
26 0,2 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
Universitas Sumatera Utara
27 0,24 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
28 0,16 0 0 0 2 4 2 0 2 0 2 0 149333
29 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
30 0,5 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
31 0,4 1 2 0 0 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
32 0,16 0 2 0 0 4 2 0 2 0 2 0 149333
33 0,32 0 1 1 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
34 0,4 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
35 0,5 0 1 0 0 6 2 0 1 0 2 0 112000
36 0,2 1 0 0 0 4 2 1 0 1 0 70000 0
37 0,5 1 2 0 1 6 2 1 3 1,5 5 105000 336000
38 0,5 1 2 0 0 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
39 0,24 0 1 0 1 6 2 0 2 0 3 0 224000
40 0,16 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
41 0,2 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
42 0,5 1 1 1 0 8 2 2 1 4 2 280000 149333
43 0,16 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
44 0,4 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
45 0,5 1 2 1 1 4 2 2 3 2 3 140000 224000
46 0,16 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
JUMLAH 14,68 38 46 15 17 240 92 55 61 73,5 87 5145000 6048000
PER
PETANI 0,32 0,83 1,00 0,33 0,37 5,22 2,00 1,20 1,33 1,55 1,89 108.804 132.289
PER HA 1 2,85 3,45 1,13 1,28 18,00 6,90 4,13 4,58 5,51 6,48 385875,00 453600,00
Sumber: Data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6b. Biaya Tenaga Kerja Pembumbunan Secara Normatif
Sampel
Luas
Lahan
(Ha)
TKDK TKLK HK JK
Jlh TK
Pria
Jlh TK
Wanita
HOK
Pria
HOK
Wanita
Upah HOK
Pria
Upah HOK
Wanita
Total Upah
(Rp) L P L P
1 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 0 1.88 0.00 131250 0 131250
2 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
3 0.2 0 0 2 1 3 2 2 1 1.50 0.80 105000 56000 161000
4 0.5 0 0 3 0 7.5 2 3 0 5.63 0.00 393750 0 393750
5 0.32 1 2 0 0 4.8 2 1 2 1.20 2.56 84000 179200 263200
6 0.2 1 0 0 1 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
7 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
8 0.16 0 0 0 2 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
9 0.5 2 1 0 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
10 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
11 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
12 0.32 1 1 0 0 4.8 2 1 1 1.20 1.28 84000 89600 173600
13 0.2 1 1 0 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
14 0.32 1 1 1 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
15 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
16 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
17 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
18 0.32 0 1 0 2 4.8 2 0 3 0.00 3.84 0 268800 268800
19 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
20 0.5 0 1 1 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
21 0.5 1 1 1 1 7.5 2 2 2 3.75 4.00 262500 280000 542500
22 0.24 1 0 0 1 3.6 2 1 1 0.90 0.96 63000 67200 130200
23 0.4 2 1 0 0 6 2 2 1 3.00 1.60 210000 112000 322000
24 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
25 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
Universitas Sumatera Utara
26 0.2 0 1 1 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
27 0.24 1 1 0 0 3.6 2 1 1 0.90 0.96 63000 67200 130200
28 0.16 0 0 0 2 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
29 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
30 0.5 2 1 0 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
31 0.4 1 2 0 0 6 2 1 2 1.50 3.20 105000 224000 329000
32 0.16 0 2 0 0 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
33 0.32 0 1 1 0 4.8 2 1 1 1.20 1.28 84000 89600 173600
34 0.4 2 1 0 0 6 2 2 1 3.00 1.60 210000 112000 322000
35 0.5 0 1 0 0 7.5 2 0 1 0.00 2.00 0 140000 140000
36 0.2 1 0 0 0 3 2 1 0 0.75 0.00 52500 0 52500
37 0.5 1 2 0 1 7.5 2 1 3 1.88 6.00 131250 420000 551250
38 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
39 0.24 0 1 0 1 3.6 2 0 2 0.00 1.92 0 134400 134400
40 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
41 0.2 0 1 1 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
42 0.5 1 1 1 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
43 0.16 1 0 0 1 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
44 0.4 1 1 0 0 6 2 1 1 1.50 1.60 105000 112000 217000
45 0.5 1 2 1 1 7.5 2 2 3 3.75 6.00 262500 420000 682500
46 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
Jumlah 14.68 38 46 15 17 220.2 92 53 61 69.75 82.24 4882500 5756800 10639300
Per
Petani 0.32 0.83 1.00 0.33 0.37 4.79 2.00 1.15 1.33 1.52 1.79 106141.30 125147.83 231289.13
Lanjutan Lampiran 6b.
Sumber: Data sekunder (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7a. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Penyiangan
sampel
luas
lahan
TKDK TKLK
HK JK Jlh TK Pria
Jlh TK
Wanita
HOK
Pria HOK Wanita
Upah HOK
Pria
Upah HOK
Wanita L P L P
1 0,5 1 2 0 0 6 2 3 0 4,5 0 315000 0
2 0,5 1 2 0 0 8 2 1 2 2 4 140000 298667
3 0,2 0 0 2 1 8 2 2 1 4 2 280000 149333
4 0,5 0 0 3 0 6 2 3 0 4,5 0 315000 0
5 0,32 1 2 0 0 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
6 0,2 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
7 0,32 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
8 0,16 0 0 0 2 4 2 0 2 0 2 0 149333
9 0,5 2 1 0 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
10 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
11 0,32 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
12 0,32 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
13 0,2 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
14 0,32 1 1 1 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
15 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
16 0,5 1 1 0 1 8 2 1 2 2 4 140000 298667
17 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
18 0,32 0 1 0 2 4 2 0 3 0 3 0 224000
19 0,16 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
20 0,5 0 1 1 1 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
21 0,5 1 1 1 1 6 2 2 2 3 3 210000 224000
22 0,24 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
23 0,4 2 1 0 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
24 0,5 1 1 0 1 8 2 1 2 2 4 140000 298667
25 0,16 0 1 1 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
26 0,2 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
Universitas Sumatera Utara
27 0,24 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
28 0,16 0 0 0 2 4 2 0 2 0 2 0 149333
29 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
30 0,5 2 1 0 0 4 3 2 1 3 2 210000 112000
31 0,4 1 2 0 0 6 3 1 2 2,25 5 157500 336000
32 0,16 0 2 0 0 4 2 0 2 0 2 0 149333
33 0,32 0 1 1 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
34 0,4 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
35 0,5 0 1 0 0 6 2 0 1 0 2 0 112000
36 0,2 1 0 0 0 4 2 1 0 1 0 70000 0
37 0,5 1 2 0 1 6 2 1 3 1,5 5 105000 336000
38 0,5 1 2 0 0 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
39 0,24 0 1 0 1 6 2 0 2 0 3 0 224000
40 0,16 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
41 0,2 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
42 0,5 1 1 1 0 8 2 2 1 4 2 280000 149333
43 0,16 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
44 0,4 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
45 0,5 1 2 1 1 4 2 2 3 2 3 140000 224000
46 0,16 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
JUMLAH 14,68 38 46 15 17 242 94 55 61 76,25 87 5337500 6234666,667
PER
PETANI 0,32 0,83 1,00 0,33 0,37 5,26 2,04 1,20 1,33 1,55 1,89 116032,61 135536,23
PER HA 1 2,85 3,45 1,13 1,28 18,15 7,05 4,13 4,58 5,72 6,68 400312,50 467600,00
Sumber: Data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7b. Biaya Tenaga Kerja Penyiangan Secara Normatif
Sampel
Luas
Lahan
(Ha)
TKDK TKLK HK JK
Jlh TK
Pria
Jlh TK
Wanita
HOK
Pria
HOK
Wanita
Upah HOK
Pria
Upah HOK
Wanita
Total Upah
(Rp) L P L P
1 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 0 1.88 0.00 131250 0 131250
2 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
3 0.2 0 0 2 1 3 2 2 1 1.50 0.80 105000 56000 161000
4 0.5 0 0 3 0 7.5 2 3 0 5.63 0.00 393750 0 393750
5 0.32 1 2 0 0 4.8 2 1 2 1.20 2.56 84000 179200 263200
6 0.2 1 0 0 1 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
7 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
8 0.16 0 0 0 2 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
9 0.5 2 1 0 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
10 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
11 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
12 0.32 1 1 0 0 4.8 2 1 1 1.20 1.28 84000 89600 173600
13 0.2 1 1 0 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
14 0.32 1 1 1 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
15 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
16 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
17 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
18 0.32 0 1 0 2 4.8 2 0 3 0.00 3.84 0 268800 268800
19 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
20 0.5 0 1 1 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
21 0.5 1 1 1 1 7.5 2 2 2 3.75 4.00 262500 280000 542500
22 0.24 1 0 0 1 3.6 2 1 1 0.90 0.96 63000 67200 130200
23 0.4 2 1 0 0 6 2 2 1 3.00 1.60 210000 112000 322000
24 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
25 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
Universitas Sumatera Utara
26 0.2 0 1 1 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
27 0.24 1 1 0 0 3.6 2 1 1 0.90 0.96 63000 67200 130200
28 0.16 0 0 0 2 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
29 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
30 0.5 2 1 0 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
31 0.4 1 2 0 0 6 2 1 2 1.50 3.20 105000 224000 329000
32 0.16 0 2 0 0 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
33 0.32 0 1 1 0 4.8 2 1 1 1.20 1.28 84000 89600 173600
34 0.4 2 1 0 0 6 2 2 1 3.00 1.60 210000 112000 322000
35 0.5 0 1 0 0 7.5 2 0 1 0.00 2.00 0 140000 140000
36 0.2 1 0 0 0 3 2 1 0 0.75 0.00 52500 0 52500
37 0.5 1 2 0 1 7.5 2 1 3 1.88 6.00 131250 420000 551250
38 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
39 0.24 0 1 0 1 3.6 2 0 2 0.00 1.92 0 134400 134400
40 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
41 0.2 0 1 1 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
42 0.5 1 1 1 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
43 0.16 1 0 0 1 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
44 0.4 1 1 0 0 6 2 1 1 1.50 1.60 105000 112000 217000
45 0.5 1 2 1 1 7.5 2 2 3 3.75 6.00 262500 420000 682500
46 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
Jumlah 14.68 38 46 15 17 220.2 92 53 61 69.75 82.24 4882500 5756800 10639300
Per
Petani 0.32 0.83 1.00 0.33 0.37 4.79 2.00 1.15 1.33 1.52 1.79 106141.30 125147.83 231289.13
Lanjutan Lampiran 7b.
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Jumlah Tenaga Kerja Pengendalian HPT
sampel
luas
lahan
TKDK TKLK
HK JK
Jlh TK
Pria
Jlh TK
Wanita
HOK
Pria
HOK
Wanita
Upah HOK
Pria
Upah HOK
Wanita L P L P
1 0,5 1 0 0 0 22 7 1 0 19,25 0 1347500 0
2 0,5 1 0 0 0 22 7 1 0 19,25 0,000 1347500 0
3 0,2 1 0 0 0 34 4 1 0 17 0 1190000 0
4 0,5 0 0 2 0 22 7 2 0 38,5 0 2695000 0
5 0,32 0 0 1 0 22 7 1 0 19,25 0 1347500 0
6 0,2 0 0 1 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
7 0,32 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
8 0,16 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
9 0,5 2 0 0 0 22 7 2 0 38,5 0 2695000 0
10 0,16 0 0 1 0 12 4 1 0 6 0 420000 0
11 0,32 1 0 0 0 22 7 1 0 19,25 0 1347500 0
12 0,32 1 0 1 0 22 7 2 0 38,5 0 2695000 0
13 0,2 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
14 0,32 1 0 1 0 22 4 2 0 22 0 1540000 0
15 0,16 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
16 0,5 1 0 0 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
17 0,16 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
18 0,32 1 0 1 0 22 4 2 0 22 0 1540000 0
19 0,16 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
20 0,5 2 0 0 0 34 4 2 0 34 0 2380000 0
21 0,5 0 0 1 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
22 0,24 0 0 1 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
23 0,4 1 0 1 0 22 4 2 0 22 0 1540000 0
24 0,5 2 0 0 0 11 4 2 0 11 0 770000 0
25 0,16 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
26 0,2 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
27 0,24 2 0 0 0 11 4 2 0 11 0 770000 0
28 0,16 0 0 1 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
29 0,16 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
30 0,5 1 0 0 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
Universitas Sumatera Utara
31 0,4 1 0 0 0 22 7 1 0 19,25 0 1347500 0
32 0,16 1 1 0 0 22 4 1 1 11 12 770000 821333
33 0,32 1 0 0 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
34 0,4 1 1 0 0 34 7 1 1 29,75 32 2082500 2221333
35 0,5 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
36 0,2 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
37 0,5 0 0 2 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
38 0,5 1 1 0 0 34 7 1 1 29,75 32 2082500 2221333
39 0,24 1 1 0 0 22 4 1 1 11 12 770000 821333
40 0,16 0 0 1 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
41 0,2 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
42 0,5 1 0 0 0 22 7 1 0 19,25 0 1347500 0
43 0,16 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
44 0,4 1 0 0 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
45 0,5 1 1 0 0 34 7 1 1 29,75 32 2082500 2221333
46 0,16 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
JUMLAH 14,68 41 5 15 0 1046 238 55 5 830,75 118,6666667 58152500 8306666,667
PER
PETANI 0,32 0,89 0,11 0,33 0,00 22,74 5,17 1,20 0,11 18,06 2,58 1264184,78 180579,71
PER HA 1 3,08 0,38 1,13 0,00 78,45 17,85 4,13 0,38 62,31 8,90 4361437,50 623000,00
Sumber: Data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9a. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Penyiraman
sampel luas
lahan
TKDK TKLK HK JK Jlh TK Pria Jlh TK Wanita
HOK
Pria
HOK
Wanita
Upah HOK
Pria
Upah HOK
Wanita L P L P
1 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
2 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0,000 1050000 0
3 0,2 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
4 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
5 0,32 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
6 0,2 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
7 0,32 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
8 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
9 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
10 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
11 0,32 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
12 0,32 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
13 0,2 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
14 0,32 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
15 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
16 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
17 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
18 0,32 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
19 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
20 0,5 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
21 0,5 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
22 0,24 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
23 0,4 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
24 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
25 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
Universitas Sumatera Utara
26 0,2 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
27 0,24 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
28 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
29 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
30 0,5 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
31 0,4 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
32 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
33 0,32 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
34 0,4 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
35 0,5 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
36 0,2 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
37 0,5 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
38 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
39 0,24 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
40 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
41 0,2 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
42 0,5 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
43 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
44 0,4 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
45 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
46 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
JUMLAH 14,68 26 14 6 0 1380 184 32 14 480 224 33600000 15680000
PER
PETANI 0,32 0,57 0,30 0,13 0,00 30,00 4,00 0,70 0,30 10,43 4,87 730434,78 340869,57
PER HA 1 1,95 1,05 0,45 0,00 103,50 13,80 2,40 1,05 36,00 16,80 2520000,00 1176000,00
Sumber: data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9b. Biaya Tenaga Kerja Penyiraman Secara Normatif
Sampel
Luas
Lahan
(Ha)
TKDK TKLK HK JK
Jlh TK
Pria
Jlh TK
Wanita HOK Pria
HOK
Wanita
Upah HOK
Pria (Rp)
Upah HOK
Wanita (Rp)
Total Upah
(Rp) L P L P
1 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
2 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0.000 450000 0 450000
3 0.2 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
4 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
5 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
6 0.2 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
7 0.32 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
8 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
9 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
10 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
11 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
12 0.32 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
13 0.2 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
14 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
15 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
16 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
17 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
18 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
19 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
20 0.5 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
21 0.5 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
22 0.24 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
23 0.4 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
24 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
25 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
Universitas Sumatera Utara
26 0.2 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
27 0.24 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
28 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
29 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
30 0.5 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
31 0.4 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
32 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
33 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
34 0.4 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
35 0.5 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
36 0.2 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
37 0.5 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
38 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
39 0.24 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
40 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
41 0.2 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
42 0.5 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
43 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
44 0.4 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
45 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
46 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
Jumlah 14.68 26 14 6 0 4140 92 32 14 720 336 14400000 6720000 21120000
Per
Petani 0.32 0.57 0.30 0.13 0.00 90.00 2.00 0.70 0.30 15.65 7.30 313043.48 146086.96 459130.43
Lanjutan Lampiran 9b.
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Pendapatan Petani Sampel
No Sampel Luas Lahan
(Ha)
Produksi
(kg)
Harga
(Rp)
Penerimaan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
Pendapatan Per
bulan(Rp)
1 0,5 9750 2.000 19.500.000 4.824.500 14.675.500 4.891.833
2 0,5 10125 2.000 20.250.000 5.053.600 15.196.400 5.065.467
3 0,2 4075 2.000 8.150.000 4.091.387 4.058.613 1.352.871
4 0,5 9875 2.000 19.750.000 6.443.450 13.306.550 4.435.517
5 0,32 6400 2.100 13.440.000 4.276.009 9.163.991 3.054.664
6 0,2 4075 2.000 8.150.000 3.002.617 5.147.383 1.715.794
7 0,32 6400 1.800 11.520.000 3.556.783 7.963.217 2.654.406
8 0,16 3200 2.000 6.400.000 2.556.036 3.843.964 1.281.321
9 0,5 10313 2.000 20.625.000 6.173.317 14.451.683 4.817.228
10 0,16 3300 2.000 6.600.000 2.632.825 3.967.175 1.322.392
11 0,32 6400 1.800 11.520.000 4.218.150 7.301.850 2.433.950
12 0,32 6240 2.000 12.480.000 5.458.286 7.021.714 2.340.571
13 0,2 4000 1.900 7.600.000 3.044.100 4.555.900 1.518.633
14 0,32 6240 2.000 12.480.000 4.617.317 7.862.683 2.620.894
15 0,16 3240 2.000 6.480.000 2.882.317 3.597.683 1.199.228
16 0,5 9875 2.000 19.750.000 5.763.773 13.986.227 4.662.076
17 0,16 3200 1.900 6.080.000 2.612.875 3.467.125 1.155.708
18 0,32 6400 2.000 12.800.000 4.411.958 8.388.042 2.796.014
19 0,16 3200 1.900 6.080.000 2.604.317 3.475.683 1.158.561
20 0,5 9750 2.000 19.500.000 6.112.733 13.387.267 4.462.422
21 0,5 9500 2.000 19.000.000 5.941.600 13.058.400 4.352.800
22 0,24 4800 1.800 8.640.000 3.365.867 5.274.133 1.758.044
23 0,4 8200 2.000 16.400.000 4.764.769 11.635.231 3.878.410
24 0,5 9750 2.000 19.500.000 4.450.625 15.049.375 5.016.458
25 0,16 3200 2.000 6.400.000 3.139.667 3.260.333 1.086.778
26 0,2 4000 2.000 8.000.000 2.480.108 5.519.892 1.839.964
Universitas Sumatera Utara
27 0,24 4800 2.000 9.600.000 3.192.667 6.407.333 2.135.778
28 0,16 3200 2.000 6.400.000 2.984.675 3.415.325 1.138.442
29 0,16 3200 1.800 5.760.000 2.916.900 2.843.100 947.700
30 0,5 10188 2.000 20.375.000 5.596.725 14.778.275 4.926.092
31 0,4 8150 2.000 16.300.000 4.752.995 11.547.005 3.849.002
32 0,16 3260 2.000 6.520.000 3.688.545 2.831.455 943.818
33 0,32 6400 2.000 12.800.000 4.944.458 7.855.542 2.618.514
34 0,4 8000 2.500 20.000.000 7.363.783 12.636.217 4.212.072
35 0,5 9625 2.200 21.175.000 3.281.125 17.893.875 5.964.625
36 0,2 4000 1.800 7.200.000 2.430.533 4.769.467 1.589.822
37 0,5 9750 2.000 19.500.000 6.180.500 13.319.500 4.439.833
38 0,5 9500 2.000 19.000.000 7.889.737 11.110.263 3.703.421
39 0,24 4560 1.800 8.208.000 4.101.786 4.106.214 1.368.738
40 0,16 3200 2.000 6.400.000 2.968.467 3.431.533 1.143.844
41 0,2 3850 2.100 8.085.000 3.157.017 4.927.983 1.642.661
42 0,5 9750 2.000 19.500.000 5.176.783 14.323.217 4.774.406
43 0,16 3260 2.000 6.520.000 2.922.042 3.597.958 1.199.319
44 0,4 8000 1.800 14.400.000 5.073.500 9.326.500 3.108.833
45 0,5 10125 1.800 18.225.000 8.026.108 10.198.892 3.399.631
46 0,16 3200 2.000 6.400.000 3.043.013 3.356.987 1.118.996
Jumlah 14,68 291.525 91.000 579.463.000 198.170.343 381.292.657 127.097.552
Rataan/petani 0,32 6.338 1.978 12.597.022 4.308.051 8.288.971 2.762.990
Rataan/hektar 1 20.343 6.350 40.436.440 13.828.843 26.607.596 8.869.199
Sumber: Data Primer (diolah), 2018
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Hasil Uji Paired Sampels t-Test untuk biaya pemeliharaan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 biaya petani & biaya normatif 46 .953 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 biaya petani - biaya normatif -4.15139E5 2.87408E5 42376.04536 -5.00488E5 -3.29789E5 -9.797 45 .000
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 biaya petani 1.5469E6 46 5.21548E5 76897.99001
biaya normatif 1.9621E6 46 7.36316E5 1.08564E5
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16 SPSS Regrsi Linier Berganda Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama Penyakit Terhadap Produksi Usahatani
Kubis
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1188789.387 405524.765 2.931 .005
biaya pupuk 2.810 .910 .723 3.089 .004 .212 4.725
biaya pestisida -141.268 2023.300 -.016 -.070 .945 .212 4.725
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .708a .502 .479 8.89071E5 1.950
a. Predictors: (Constant), biaya pestisida, biaya pupuk
b. Dependent Variable: produksi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.422E13 2 1.711E13 21.647 .000a
Residual 3.399E13 43 7.904E11
Total 6.821E13 45
a. Predictors: (Constant), biaya pestisida, biaya pupuk
b. Dependent Variable: produksi
Universitas Sumatera Utara
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1188789.387 405524.765 2.931 .005
biaya pupuk 2.810 .910 .723 3.089 .004 .212 4.725
biaya pestisida -141.268 2023.300 -.016 -.070 .945 .212 4.725
a. Dependent Variable: produksi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara