ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA … CENITA MELIANI. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga...
Transcript of ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA … CENITA MELIANI. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga...
ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI
KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI
OLEH
CENITA MELIANI
H14103045
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :
Nama Mahasiswa : Cenita Meliani
NRP : H14103045
Departemen : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja
Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS NIP. 131 284 623
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP. 131 846 872
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 31 Mei 1985 dan merupakan putri
ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan H. Kusna Kurhana, M.Si dan Hj. Titim
Partini, Spd. Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN
IPK. Nyomplong Kota Sukabumi, Jawa barat. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan sekolah ke SLTP Islam Al-Azhar 7 Kota Sukabumi hingga tahun
2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah di SMUN 1 Kota Sukabumi
dan lulus tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2003
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tercatat sebagai
Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Bogor, Agustus 2007
Penulis
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohiim,
Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan syarat
kelulusan program sarjana. Selanjutnya hasil penelitian itu dituliskan dalam
skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja
Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada Bapak Dr.
Ir. Manuntun P Hutagaol M.S yang telah memberikan bimbingan yang baik secara
teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat
diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu
Sahara, SE, M.Si, yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan
beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Fifi Diana Thamrin,
SP, M.Si terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Penulis
menyadari skripsi ini tentu belum sempurna dan masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan yang perlu mandapat perbaikan.
Akhirnya penulis mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada
orang tua penulis, yaitu Bpk. Kusna Kurhana S.Ip M.Si dan ibundaku (alm) Titim
Partini S.pd serta Ibu Ira, saudara-saudara penulis. Kesabaran dan dorongan
mereka sangat besar artinya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap
semoga tulisan ini memberikan sumbangan yang berarti dan bermanfaat bagi
pembaca. Terima kasih
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan
anugerah yang telah mengiringi langkah penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Keluarga besar tercinta, Ayahanda Kusna dan Ibunda Titim (alm) tersayang,
Ibu Ira, A Opep, A Yona, A Adam Saba Anggara SKH juga dede Nahra atas
semua do’a, kerja keras, kesabaran, dorongan semangat dan bantuan dalam
meraih cita-cita penulis.
2. Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS sebagai dosen pembimbing skripsi
terbaik yang dengan kesabarannya telah membimbing, mengarahkan,
memberikan masukan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Sahara SE, M.Si selaku penguji dan sarannya dan Fifi Diana Thamrin SP,
M.Si atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini
4. Teman-teman yang selalu mendukung, Abang, Ani, Onye, Beby, Madu,
Henry, Upe, Weni, Halida dan semua angkatan 40 IE yang tidak bisa
disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan kebersamaannya selama ini.
Bogor, Agustus 2007
Penulis
RINGKASAN
CENITA MELIANI. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi (dibimbing oleh MANUNTUN PARULIAN HUTAGAOL)
Sejak krisis ekonomi yang menyebabkan sektor industri besar dan sedang mengalami kemunduran disebabkan mahalnya harga bahan baku produksi. Industri yang ada mem-PHK sebagian besar karyawannya menyebabkan pengangguran meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dari industri besar ke industri yang berorientasi usaha atau industri kecil. Industri kecil merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi karena tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.
Mochi adalah salah satu alternatif industri kecil yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi peluang usaha dan salah satu alternatif mengatasi masalah tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang rendah. Hal ini diharapkan dapat memberikan lapangan kerja baik sektor produksi maupun distribusinya. Timbulnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi karena adanya kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya lokal dan sebagai usaha melestarikan makanan khas masyarakat Kota Sukabumi.
Untuk mengetahui seberapa besar kinerja industri kecil mochi di Kota Sukabumi, dilakukan analisis kinerja usaha mochi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum perkembangan usaha mochi serta berapa besar keuntungan yang diperoleh dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Alat analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data primer. Selain itu juga digunakan analisis kinerja industri kecil dengan indicator ROI, dan Rasio R/C
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya volume penjualan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keuntungan pengusaha industri kecil mochi di Kota Sukabumi, setiap kenaikan harga mochi sebesar satu rupiah akan meningkatkan keuntungan sebesar 3.53 rupiah (cateris paribus). Modal dan upah tidak berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha mochi di Kota Sukabumi, yaitu peningkatan harga mochi sebesar satu rupiah akan menurunkan keuntungan pengusaha sebesar 8.32 rupiah dan 4.58 rupiah
Hasil kinerja industri kecil mochi, masing-masing perusahaan mochi mempunyai pengembalian atas investasi yang bernilai lebih dari satu, hal tersebut menggambarkan bahwa usaha mochi disukai oleh investor untuk dikembangkan, dan menguntungkan untuk dijalankan.
Industri kecil mochi lebih banyak menyerap tenaga kerja dari luar keluarga dan besarnya pendapatan yang diterima pekerja didasarkan atas upah sistem waktu seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Besarnya upah didasarkan atas lamanya bekerja tidak dikaitkan dengan prestasi kerja. Curahan kerja pekerja akan meningkat apabila terjadi peningkatan jumlah permintaan mochi. Hal ini akan meningkatkan jumlah volume penjualan usaha mochi.
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Agustus 2007
Cenita Meliani H 14103045
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ..................................................................................... IV
DAFTAR GAMBAR................................................................................. V
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. VI
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Permasalahan ....................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Kriteria Industri ........................................................... 7 2.2. Kinerja Ekonomi Industri..................................................................... 9
2.2.1Pendapatan Industri Kecil .......................................................... 11 2.2.2.Return of Investment (ROI) ....................................................... 13 2.2.3.Struktur Penerimaan dan Biaya Usaha Industri Kecil............... 15
2.3. Tenaga Kerja............................................................................... 17 2.4. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Konseptual ........................................................................... 20
3.2. Hipotesis............................................................................................... 23
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .............................................. 24
4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 24
4.3. Metode Pengambilan Data ................................................................... 25
4.4. Analisis Pendapatan Usaha .................................................................. 25
4.4.1. Return of Investment (ROI)...................................................... 26 4.4.2. Rasio R/C ................................................................................. 27
4.5. Penyerapan tenaga kerja....................................................................... 28
4.6. Peubah dan pengukurannya ................................................................. 28
4.6.1. Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 30 4.6.2. Pengujian untuk Masing-masing Parameter Regresi ............... 31 4.6.3. Pengujian terhadap Model Penduga......................................... 32
4.6.4. Heteroskedastisitas................................................................... 33 4.6.5. Multikolinearitas ...................................................................... 34
V. GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI 5.1. Laju Pertumbuhan Penduduk .............................................................. 36
5.2. Angkatan Kerja dan Pengangguran..................................................... 37
5.3. Keadaan Umum Industri Kecil Mochi di Sukabumi........................... 38
VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI INDUSTRI KECIL MOCHI
DI KOTA SUKABUMI
6.1. Kepemilikan Modal............................................................................. 40
6.2. Pendidikan........................................................................................... 41
6.3. Usia ..................................................................................................... 41
6.4. Pengalaman Kerja ............................................................................... 42
6.5. Jenis Kelamin ...................................................................................... 43
6.6. Sumber Pasokan.................................................................................. 43
VII. ANALISIS KINERJA DAN KEUNTUNGAN USAHA MOCHI
7.1. Analisis Kinerja Industri Kecil Mochi Kota Sukabumi ...................... 44
7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Mochi ..................... 49
7.3.1.Uji Validasi Model.................................................................... 49
7.3.1.1.Uji Statistik ................................................................... 50 7.3.1.2.Uji Ekonometrik............................................................ 50
7.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Mochi .......... 52
VIII. ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN
INDUSTRI KECIL MOCHI
8.1. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi................................ 55
8.2. Pendapatan Pekerja Usaha Mochi...................................................... 57
IX. KESIMPULAN
9.1. Kesimpulan ......................................................................................... 61
9.2. Saran ................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 63
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1998 menyebabkan sektor industri mengalami kebangkrutan, khususnya
industri besar dan menengah yang menggunakan bahan baku impor. Industri
terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap sebagian karyawannya
mengakibatkan angka pengangguran meningkat. Pada tahun1998 sekitar 5.5 juta
orang kehilangan kesempatan kerja sementara setiap tahunnya angkatan kerja
bertambah 2.5 juta orang, angka tersebut menunjukkan jumlah pengangguran di
Indonesia sangat memprihatinkan (Kompas, 2007).
Di sisi lain, jatuhnya sebagian usaha industri besar dan menegah serta
adanya keterbatasan yang dimiliki tenaga kerja menjadi momentum bagi
perubahan struktur ekonomi yang berorientasi pada usaha kecil. Sektor industri
kecil merupakan sektor yang masih bertahan ditengah-tengah krisis ekonomi dan
perlu untuk dikembangkan, karena sektor industri kecil merupakan usaha yang
bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat
pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif
sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.
Perkembangan kinerja industri kecil nasional secara umum dilihat dari
jumlah industri kecil meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 11.1% per
tahun sampai tahun 2001. Kedua jumlah tenaga kerja pada industri kecil yang
meningkat tiap tahunnya sekitar 7.592,51 ribu orang, ketiga kinerja sumbangan
nilai tambah, dimana kontribusi terbesar dari industri kecil berasal dari industri
makanan, minuman dan tembakau dengan total output Rp. 31.310.440 juta dan
nilai tambah sekitar Rp. 9.155.728 juta dan keempat dari tingginya produktivitas
tenaga kerja dan penyediaan modal (Departemen Perindustrian dan Perdagangan
RI, 2002)
Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuh kembangkan kinerja
ekonomi industri kecil perlu ditingkatkan. Karena perkembangan pada industri
kecil dan rumah tangga menyerap banyak tenaga kerja, umumnya menjadikan
usaha industri kecil lebih intensif menggunakan sumber daya lokal, sehingga
dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja,
pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan dan
pembangunan ekonomi didaerahnya. Dari sisi kebijakan pemerintah, industri kecil
perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi
sebagian angkatan kerja namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya
pengentasan kemiskinan, memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga juga
berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) ditengah
krisis ekonomi.
Perkembangan industri kecil menggunakan sumber daya lokal akan
membantu penciptaan kesempatan kerja (job creation), khususnya bagi angkatan
kerja yang berpendidikan rendah dan kurang mempunyai keahlian dan
keterampilan. Industri kecil yang bergerak di industri pangan banyak terdapat di
Indonesia, tetapi kemampuan dalam penyerapan teknologi, pengelolaan dan
strategi usaha masih kurang. Kemajuan teknologi pengolahan pangan yang
didukung dengan ketersediaan peralatan modern, pergeseran pola makan dan gaya
hidup modern serba praktis serta keterbatasan waktu telah mendorong
berkembangnya industri makanan jadi. Salah satu industri makanan jadi yang
perkembangannya cukup pesat adalah industri Mochi. Hal ini dapat dilihat dari
bertambahnya jumlah unit usaha mochi tiap tahunnya.
Sukabumi adalah sentra produksi mochi yang dapat memberi peluang
usaha bagi masyarakat Sukabumi dalam membuka usaha sendiri dan
keberadaannya mampu memberikan peningkatan nilai tambah dari produk mochi
yang dihasilkan. karena dalam penyediaan modal yang dibutuhkan tidak terlalu
besar, bahan baku (Input) mudah didapat dengan cara pengolahan yang sederhana.
Selain itu industri tersebut akan memberikan peningkatan kesempatan kerja baik
dalam penyediaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran dan peningkatan nilai
tambah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
keluarga, masyarakat dan pemerintah.
1.2. Permasalahan.
Sebagaimana diketahui Kota Sukabumi merupakan sentra produksi
komoditi unggulan dan khas yaitu mochi. Dimana selama proses produksi mochi
tersebut menghasilkan nilai tambah sehingga dapat dikembangkan menjadi usaha
yang menggunakan bahan baku lokal dan banyak melibatkan banyak orang.
Secara umum aktivitas industri mochi dilaksanakan pada skala kecil dan
merupakan wadah kegiatan ekonomi yang digeluti banyak orang dan secara
tradisional merupakan potensi rakyat yang memiliki dampak positif seperti
sumbangan terhadap peningkatan pendapatan keluarga, penyerapan tenaga kerja
baik dari keluarga maupun bukan keluarga dan memberikan kontribusi dalam
mendorong ekonomi lokal. Keberadaan industri mochi dalam perkembangannya
saat ini, mengalami peningkatan tiap tahunnya pada akhir tahun 2006 jumlah
industri kecil mochi berjumlah sembilan unit, dimana dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Perkembangan Industri Mochi Di Kota Sukabumi Tahun 2001 – 2006
Tahun Jumlah Unit Usaha/ Persentase (%) Jumlah tenaga kerja (orang) Persentase (%)
2001 5 12.8 40 13.2
2002 5 12.8 43 14.2
2003 6 15.4 45 14.9
2004 7 17.9 50 16.5
2005 7 17.9 57 18.8
2006 9 23.1 68 22.4
Sumber : Dinas Perindustrian Kota Sukabumi, 2006
Perkembangan industri mochi ini mengarahkan pada kinerja usaha yang
memperhitungkan aspek pengeluaran dan penerimaan dalam rangka menciptakan
keuntungan. Keuntungan yang diperoleh akan menjadi imbalan bagi setiap faktor
produksi yang digunakan dalam industri kecil mochi tersebut. Besar kecilnya
keuntungan yang diperoleh sangat ditentukan oleh nilai jual hasil produksi dan
biaya yang dikeluarkan. Artinya, keuntungan optimal hanya bisa dicapai apabila
pengusaha mampu meningkatkan produktivitas produksinya atau menekan biaya
produksi seminimal mungkin.
Terkait dengan pencapaian kinerja usaha terdapat berbagai kegagalan
dalam perkembangan industri kecil diduga kuat kurangnya pemahaman yang
memadai terutama tentang karakteristik dan permasalahan serta faktor-faktor yang
mempunyai hubungan dengan kinerja usaha, maka pengusaha harus memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha industri kecil mochi baik faktor
eksternal (lingkungan usaha) dan faktor internal pada industri kecil mochi. Dalam
konteks inilah penelitian ini penting dilakukan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja industri kecil mochi di Kota Sukabumi?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keuntungan industri kecil mochi di
Kota Sukabumi?
3. Bagaimana penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mochi di Kota
Sukabumi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis kinerja usaha dari industri kecil mochi di Kota Sukabumi
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan industri kecil
mochi di Kota Sukabumi
3. Menganalisis besarnya penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mochi di
Kota Sukabumi
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang keadaan
kesempatan kerja di industri kecil mochi. Penelitian ini diharapkan bermanfaat
sebagai bahan rujukan bagi pengambilan kebijakan di sektor usaha kecil,
khususnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi. Acuan pengambilan kebijakan
pemerintah menangani pemberdayaan usaha kecil dan menengah
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Fokus perhatian penelitian ini adalah menganalisis kinerja industri kecil
mochi. Metode analisis ini merupakan salah satu alat ukur untuk dapat mengukur
produktivitas suatu usaha serta melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
keuntungan industri kecil mochi di Kota Sukabumi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Kriteria Industri Kecil
Industri adalah unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi
yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau
lokasi tertentu dan mempunyai catatan administratif tersendiri mengenai produksi
dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha
tersebut. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan
kegiatan mengubah barang jadi atau setengah jadi, atau mengubah barang dari
yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud
mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir, termasuk dalam kegiatan
industri dan pekerjaan perakitan (BPS, 1998). Pengelompokan perusahaan atau
usaha industri pengolahan dibagi dalam empat kategori yaitu industri kerajinan,
industri kecil, sedang, dan industri besar. Dengan demikian industri kecil
merupakan suatu kegiatan usaha yang menghasilkan barang-barang melalaui
proses pengolahan dengan menggunakan keterampilan atau teknologi sederhana,
atau modern dalam skala kecil.
Kriteria mengenai industri kecil berbeda antara instansi satu dengan yang
lainnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Industri kecil didefinisikan sebagai
unit usaha yang memperkerjakan antara 5-19 orang tenaga kerja, jika jumlahnya
kurang dari lima orang atau antara 1-4 orang maka termasuk dalam kategori
industri rumah tangga.
Industri kecil adalah badan usaha yang menjalankan proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa dalam skala kecil. Apabila dilihat dari sifat dan
bentuknya, maka industri kecil mempunyai karakteristik yaitu : (1) Berbasis pada
sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan
memperkuat kemandirian; (2) Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal
sehingga mampu mengembangkan sumberdaya manusia; (3) Menerapkan
teknologi lokal sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal
dan (4) Tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan
pembangunan yang efektif.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Republik
Indonesia Nomor. 256/MPP/Kep/7/97, industri kecil dibedakan atas tiga yaitu :
(1) Semua jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan nilai investasi
perusahaan seluruhnya dibawah Rp. 5.000.000,00 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, tidak wajib memperoleh tanda daftar industri kecil jika
dikehendaki oleh perusahaan yang bersangkutan; (2) Semua jenis industri dalam
kelompok industri kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar
Rp.5.000.000,00 sampai dengan Rp. 20.000.000,00 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan wajib memperoleh tanda daftar industri; (3) Semua
jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan nilai investasi perusahaan
seluruhnya diatas Rp. 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha dan wajib memperoleh izin usaha industri. Kriteria pertama adalah industri
kecil non formal, sedangkan kriteria kedua dan ketiga adalah industri kecil formal
yang bermodal kecil dan menengah dimana menurut Departemen Tenaga Kerja
berdasarkan undang-undang No.3 Tahun 1992 pada ketentuan umum pasal 2
bahwa industri kecil adalah unit sosial dan usaha-usaha yang tidak berbentuk
perusahaan diperlakukan sama dengan perusahaan, apabila mempunyai pengurus
atau badan usaha yang tidak berbadan hukum
2.2. Kinerja Ekonomi Industri
Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun
para ekonom biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi,
kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi(Hasibuan, 1993).
Pengertian efisiensi usaha adalah menghasilkan suatu nilai output yang
maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara kuantitas
fisik maupun nilai ekonomis. Atau secara singkat tidak ada sumber daya yang
tidak digunakan dan terbuang, serta berusaha menggunakan input seminimum
mungkin. efisiensi dikategorikan menjadi dua golongan. Pertama, efisiensi
internal dapat diperoleh melalui pengelolaan yang baik dalam perusahaan. Para
pengusaha melakukan berbagai macam cara untuk memacu para pekerja, menekan
biaya produksi dan mengawasi segala kegiatan produksi. Kedua adalah alokasi
efisien yang menentukan kondisi ekuilibrium, menunjukkan hubungan antara
biaya dan output. Artinya sumber daya yang dialokasikan sedemikian rupa
sehingga baik jumlah dan jenis barang yang diproduksi tepat dan selaras dengan
keinginan konsumen.
Berkaitan dengan kemajuan teknologi, melalui penemuan dan
pembaharuan teknologi orang dapat membuat suatu produk yang baru serta
meningkatkan produktivitas suatu barang yang telah ada. Jika hal ini bekerja
dengan baik maka produksi-produksi baru ditawarkan, biaya-biaya menurun, dan
harga-harga yang akan turun akan memperbesar keuntungan (Jaya, 2001). Namun
penggunaan teknologi ini tergantung dari penggunaan suatu industri.
Pengertian dari keseimbangan dalam distribusi adalah keadilan (equity).
Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan
kesempatan kerja. Kesejahteraan berpola sangat erat dan dapat diukur dalam nilai,
pendapatan diukur dari besarnya pendapatan yang diterima pengusaha dan
keluarga (industri kecil) serta pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja industri.
Sedangkan kesempatan kerja diukur dengan peluang yang dimiliki setiap orang
untuk dapat bekerja dalan suatu industri (Jaya, 2001). Keseimbangan dalam
distribusi pendapatan dapat dilihat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan
untuk memenuhi harapan yang nyata dan bernilai.
Elemen-elemen yang terdapat didalam kinerja menurut Legowo (1996)
yaitu :
1. Efisiensi dalam produksi yaitu kemampuan berproduksi dengan efisien
2. Efisiensi dalam penyaluran yaitu kemampuan mendistribusikan hasil
produksi dengan biaya rendah
3. Dapat mengalokasikan sumber daya sehingga harga yang dikenakan
kepada konsumen rendah sesuai dengan biaya produksi termasuk
keuntungan yang normal bagi produsen.
4. Kinerja berupa mutu, harga, dan jumlah (variasi produk) yang sesuai dan
bisa memuaskan konsumen.
Kinerja pada suatu industri dapat diukur dengan indikator Return of
Investment (ROI), Rasio R/C. Industri yang memiliki kinerja yang baik akan
mampu meningkatkan volume penjualan yang ditandai dengan semakin
rendahnya biaya yang dicapai industri dalam proses produksi. Dengan demikian,
keuntungan yang diperoleh industri semakin besar.
2.2.1. Pendapatan Industri Kecil
Pendapatan dapat didefinisikan dari dua pendekatan yaitu : pendapatan
menurut ilmu ekonomi didefinisikan sebagai nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi oleh seseorang dalam satu periode dengan mengharapkan keadaan
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula, definisi tersebut
menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu
periode. Dengan kata lain, pendapatan merupakan jumlah harta kekayaan awal
periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan
hanya dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan diartikan sebagai jumlah harta
kekayaan awal periode ditambah perubahan nilai yang bukan diakibatkan
perubahan modal dan hutang.
Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dengan
biaya yang dikeluarkan (Tjakrawiralaksana, 1987). Besarnya pendapatan yang
diterima merupakan balas jasa atas tenaga kerja, modal keluarga yang dipakai dan
pengelolaan yang dilakukan anggota keluarga. Analisis kinerja industri umumnya
digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha dalam satu tahun.
Soekartiwi (1986), mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan
dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu :
a. Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk
b. Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian
barang dan jasa bagi industri.
c. Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran
tunai
d. Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik
yang dijual maupun yang tidak dijual.
e. Pengeluaran total usaha, yaitu nilai semua masukan yang habis terpakai atau
dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.
f. Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antara penerimaan kotor usaha dan
pengeluaran total usaha.
Menurut Sucipto (2003), pendapatan merupakan tujuan utama dari setiap
kegiatan usaha baik usaha dagang, industri dan jasa. Sehingga mereka bersaing
untuk meningkatkan pendapatan karena dengan meningkatnya pendapatan maka
laba (keuntungan) yang diperoleh juga akan meningkat. Pendapatan disebabkan
oleh kegiatan industri dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk
mempertahankan diri dan pertumbuhan ekonomi. Pendapatan diperoleh dari hasil
penjualan barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama industri.
Tujuan dari analisa kinerja yaitu untuk menggambarkan keadaan sekarang dari
suatu kegiatan, dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan
atau tindakan yang akan dilakukan.
2.2.2. Return of Investment (ROI)
Analisa return of investment dalam analisa keuangan merupakan salah satu
teknik analisa yang bersifat menyeluruh. Analisa ROI sudah merupakan teknik
analisa lazim yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan. ROI sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana
yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan
keuntungan yang diperoleh dari operasi suatu industri dengan jumlah investasi
atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.
Nilai ROI akan ditentukan oleh dua faktor yaitu marjin laba bersih (net
profit margin) dan tingkat perputaran aktiva total (total assest turnover).
Perubahan dari marjin laba bersih dan tingkat perputaran aktiva. Baik masing-
masing atau keduanya akan menentukan nilai ROI
Analisis ROI memiliki beberapa kelebihan antara lain :
1. Sebagai salah satu kelebihannya yang prinsipil yaitu sifatnya yang
menyeluruh. Industri yang sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik
maka manajemen dengan menggunakan analsisi ROI dapat mengukur efisiensi
penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian
penjualan.
2. Bila industri memiliki data rasio maka dengan analisis ROI dapat
diperbandingkan efisiensi penggunaan modal pada industrinya dengan industri
yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah industri berada di bawah, sama
atau sama diatas rata-rata industri.
Langkah-langkah yang diperlukan untuk menghitung ROI adalah :
1. Menghitung net provit marjin (marjin laba bersih) Industri
Marjin laba bersih merupakan rasio antara laba bersih yang diperoleh
perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai dalam periode yang sama.
Marjin laba bersih merupakan hasil pembagian antara laba bersih dengan
tingkat penjualan industri. Rasio ini menggambarkan laba bersih yang
diperoleh industri untuk setiap rupiah penjualan.
2. Menghitung total asset turnover (tingkat perputaran aktiva total) Industri
Tingkat perputaran aktiva total merupakan rasio antara jumlah aktiva yang
digunakan dalam operasi terhadap penjualan yang dicapai industri dalam
periode yang sama. Tingkat perputaran aktiva total merupakan hasil
pembagian antara penjualan dengan total aktiva industri. Rasio ini mengukur
seberapa sering aktiva dipergunakan dalam kegitan industri.
3. Menghitung ROI
Imbalan terhadap investasi digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
yang akan diperoleh atas penghasilan yang didapat dari total aktiva. Dalam
penghitungan ROI diperhitungkan imbalan tenaga kerja pada suatu industri
kecil yaitu imbalan tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja bukan keluarga.
2.2.3. Struktur Penerimaan dan Biaya Usaha Industri Kecil
Penerimaan usaha adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu
tertentu baik dijual maupun dikonsumsi sendiri (Soekartiwi et,al. 1986).
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan tingkat harga
yang sedang berlaku. Produk yang diperhitungkan bukan hanya produk yang
dijual tetapi juga produk yang dikonsumsi sendiri dengan mengalikannya terhadap
harga yang berlaku dipasar. Penerimaan usaha tidak mencakup pinjaman untuk
keperluan usaha. Bila produk yang dihasilkan lebih dari satu komoditi, maka ;
TR = P x Q
Dimana :
TR = Penerimaan total
P = Harga
Q = Jumlah produk dijual maupun dikonsumsi sendiri
Biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang
semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah. Biaya adalah pengorbanan yang diduga
sebelumnya dan dapat dihitung secara kuantitatif, secara ekonomis tidak dapat
dihindarkan dan berhubungan dengan proses produksi tertentu. Biaya usaha dapat
dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan perilakunya terhadap volume
produksi, yaitu biaya yang berperilaku tetap dan berperilaku variabel.
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan
jumlah barang yang diproduksi, pengusaha harus tetap membayarnya berapapun
jumlah komoditi yang dihasilkan usahanya. Biaya yang tetap adalah lahan, mesin,
pajak, gaji pekerja dan pemeliharaan peralatan serta pajak. Tiap tambahan
investasi hanya dapat dibenarkan apabila pengusaha mampu membelinya dan
dalam jangka panjang dapat memberikan arus keuntungan. Keuntungan ini terjadi
karena berkurangnya biaya tidak tetap (Variabel Cost) atau meningkatnya
produksi pada saat waktu yang bersamaan, atau berkurangnya biaya tetap untuk
setiap satuan komoditi yang dihasilkan
Biaya tidak tetap (Variabel Cost) adalah biaya yang berubah apabila skala
usaha berubah. Biaya ini ada apabila ada komoditas yang diproduksi. Biaya yang
tidak tetap adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain yang mendukung
produksi seperti listrik dan biaya air.
Penentuan apakah suatu biaya tergolong biaya tetap atau variabel
tergantung sebagian kepada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu
dipertimbangkan dalam jangka panjang sebagian besar biaya adalah biaya
variabel.
2.3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang unik. Tenaga kerja berbeda
dengan faktor produksi lainnya seperti modal. Perbedaan yang utama adalah
sumberdaya tenaga kerja tidak dapat dipisahkan secara fisik dari tenaga kerja itu
sendiri. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan
mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 1998).
Besarnya penawaran (supply) tenaga kerja dalam masyarakat adalah
jumlah yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara tenaga kerja ini
sebagian sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa yang
dinamakan dengan golongan yang bekerja (Employed person). Sebagian lainnya
tergolong yang siap bekerja atau sedang berusaha mencari pekerjaan yang
dinamakan pencari kerja atau pengangguran. Sedangkan menurut Simanjuntak
(1998) penyediaan tenaga kerja merupakan sejumah usaha atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat untuk menghasilkan barang atau jasa. Jumlah satuan kerja
tergantung pada : (1) Besarnya jumlah penduduk, (2) Persentase penduduk yang
memilih berada dalam angkatan kerja, (3) Jam kerja yang ditawarkan oleh
anggota angkatan kerja. Ketiga komponen ini dipengaruhi oleh upah pasar.
Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan (demand) dalam
masyarakat. Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan
tingkat upah.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang industri emping melinjo yang dilakukan Chodijah
(1997). Penelitian ini mengkaji keragaan ekonomi, kesempatan kerja dan
distribusi pendapatan pada industri kecil emping melinjo di Kabupaten Cirebon.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari keragaan ekonomi industri kecil
emping melinjo aspek pengadaan bahan baku, permodalan dan pemasaran masih
merupakan kendala utama. Tingkat pengembalian (R/C) industri pada saat bahan
baku melimpah sebesar 1,20 dan pada saat bahan baku jarang tingkat
pengembalian pendapatannya sebesar 1,30 dan 1,08
Dalam hal kesempatan kerja industri ini mampu menyerap tenaga kerja
dari dalam keluarga per unit satu orang. Jika dilihat dari curahan waktu tenaga
kerjanya maka kecenderungan industri ini telah menggunakan jam kerja normal
menurut kriteria BPS. Tingkat pendapatan masing-masing pemilik faktor produksi
terbesar diperoleh oleh pemilik bahan baku biji melinjo, yaitu petani melinjo.
Sedangkan distribusi pendapatan diantara pengusaha dan pemilik modal dan pihak
pekerja belum tercapai pembagian yang merata. Secara keseluruhan industri ini
mampu dijadikan alternatif dalam pemecahan masalah kesempatan kerja dan
pemerataan pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keuntungan yang
diperoleh dari kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja.
Penelitian lain tentang industri mochi pernah dilakukan oleh Erliasna
(2006), yang melakukan penelitian mengenai rencana pengembangan binis
peningkatan kapasitas mochi pada PD. Mochi lampion. Hasil penelitiannya
mengemukakan bahwa aspek-aspek penting dari manjemen industri mochi adalah
penyediaan sarana produksi, proses produksi dan pemasaran. Penyediaan
kebutuhan dapat dipenuhi secara lokal, begitu pula dengan tenaga kerja yang
digunakan pada umumnya tenaga kerja keluarga.
Dari analisis SWOT (Streng Weaknes Opportunity Threats) diperoleh
kekuatan industri mochi terdapat sumber daya manusia yang mempunyai
keterampilan teknis yang tinggi, harga yang murah, beraneka rasa dan produksi
yang berkualitas, sehingga mempunyai daya saing dari industri lainnya yang
sejenis. Adapun kelemahannya adalah belum mampu memenuhi permintaan
konsumen dan memanfaatkan peluang eksternal yaitu tersedianya tenaga kerja
yang membantu direkrut untuk membantu kegiatan produksi.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Konseptual
Alur pemikiran konseptual dalam penelitian ini berawal sejak krisis
ekonomi yang menyebabkan sektor industri besar dan sedang mengalami
kemunduran disebabkan mahalnya harga bahan baku produksi. Industri yang ada
mem-PHK sebagian besar karyawannya menyebabkan pengangguran meningkat.
Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dari industri besar
ke industri yang berorientasi usaha atau industri kecil. Industri kecil merupakan
salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi karena tidak
membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian
(keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi
yang digunakan cenderung sederhana.
Mochi adalah salah satu alternatif industri kecil yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan menjadi peluang usaha dan salah satu alternatif mengatasi
masalah tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang rendah. Hal ini
diharapkan dapat memberikan lapangan kerja baik sektor produksi maupun
distribusinya. Timbulnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi karena adanya
kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya lokal dan sebagai usaha melestarikan
makanan khas masyarakat Kota Sukabumi.
Kinerja industri kecil mochi masih menghadapi keterbatasan dalam
perkembangan usahanya yang ditentukan oleh faktor eksternal (lingkungan usaha)
dan faktor internal (dalam usaha). Faktor eksternal adalah faktor yang berada
diluar kendali seorang pengusaha seperti kebijakan dan peraturan pemerintah,
birokrasi dan politik keamanan. Sedangkan faktor internal adaah faktor yang
berada dalam kendali pengusaha baik faktor kewirausahaan, segi permodalan,
bahan baku, pemasaran dan pengendalian manajemen usaha.
Keterbatasan pada industri kecil mochi mendorong para pengusaha mochi
di Kota Sukabumi untuk dapat memahami pelaksanaan usaha kecil secara lebih
baik. Pemahaman tersebut meliputi kinerja industri mochi dilihat dari pendapatan
dan keuntungan, kondisi sosial ekonomi usaha mochi, dan peranannya dalam
penyerapan tenaga kerja sehingga akan sangat membantu bagi upaya
pengembangan industri kecil yang bersifat kerakyatan.
Pendapatan yang diperoleh pengusaha industri kecil mengalami perubahan
seiring dengan semakin banyaknya jumlah unit usaha mochi yang berkembang
dan dengan adanya biaya operasional yang terdiri dari biaya retribusi, biaya
tenaga kerja bukan keluarga, biaya pengadaan bahan baku, pajak dan lainnya di
Kota Sukabumi, dalam penelitian ini hal-hal yang dianalisis adalah kinerja
ekonomi pada industri kecil mochi dari sisi pendapatan dengan indikator variabel
Return of Investment (ROI), Rasio R/C, besarnya imbalan pendapatan yang
diterima oleh tenaga kerja industri mochi yang terdiri dari tenaga kerja harian
serta berapa besar penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mochi.
Keterkaitan dari analisis tersebut terwujud dalam penentuan jumlah total
pendapatan yang diperoleh pemilik industri kecil mochi. Pada akhirnya
diharapkan industri kecil mochi dapat meningkatkan kesejahteraan bagi
masyarakat lokal, sehingga dalam perkembangannya industri mochi dapat
menggerakkan roda perekonomian Kota Sukabumi.
Potensi Industri Kecil Mochi: Krisis Ekonomi : • Menciptakan Lapangan
Kerja baru • Industri besar dan sedang
mengalami stagnasi • Penggunaan teknologi
sederhana • Pengangguran meningkat
• Menggunakan sumber daya lokal
• Tenaga Kerja non Pentingnya Kinerja Industri
Kecil Mochi : Return of
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
keuntungan industri
mochi terdiri dari :
Penyerapan dan
pendapatan
Gambar 2. Kerangka Analisis Pemikiran.
3.2. Hipotesis
Dari uraian latar belakang dan permasalahan diatas maka penulis mencoba
untuk mengemukakan hipotesis-hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga bahwa modal memiliki pengaruh positif terhadap keuntungan industri
kecil mochi di Kota Sukabumi.
2. Volume penjualan diduga berpengaruh positif terhadap keuntungan industri
kecil mochi di Kota Sukabumi.
3. Upah pekerja diduga memiliki pengaruh negatif terhadap keuntungan industri
kecil mochi di Kota Sukabumi.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Daerah yang menjadi sasaran penelitian adalah Kota Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan
bahwa Kota Sukabumi merupakan sentra penghasil mochi di Indonesia.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Febuari hingga Agustus 2007
meliputi kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan
dalam bentuk skripsi
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer berkaitan dengan data yang dikumpulkan untuk memenuhi
kebutuhan penelitian yang dilakukan dan diperoleh dengan wawancara langsung
serta melakukan pengisian kuisioner oleh para pengusaha dan pekerja di industri
kegiatan produksi mochi. Data primer diperlukan untuk mengetahui besarnya
pendapatan pengusaha dan pekerja serta penggunaan tenaga kerja dalam industri
kecil serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder
merupakan data pelengkap diperoleh dengan cara pencatatan (penggunaan data
sekunder terlebih dahulu sebelum menentukan pengumpulan data primer),
pengumpulan data-data dari literatur atau bahan bacaan yang ada dan dari
instansi-instansi seperti Badan Pusat Statistika, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, Dinas Tenaga Kerja dan sebagainya.
4.3. Metode Pengambilan Data
Metode penelitian adalah metode sensus. Dimana penetapan lokasi
penelitian dipilih dilaksanakan pada semua lokasi industri kecil mochi dimana
terdapat sembilan produsen mochi yang tersebar di berbagai wilayah di Kota
Sukabumi. Data yang diperoleh berasal dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Sukabumi.
Penentuan responden dalam penelitian ini adalah pengusaha dan pekerja
industri kecil mochi. Pekerja merupakan responden untuk menghitung besarnya
penyerapan tenaga kerja yang terserap pada industri kecil mochi. Total responden
pekerja mochi berdasarkan Dinas Perindustrian Sukabumi berjumlah 68 orang,
responden yang akan dijadikan sample dalam penelitian ini adalah sebanyak 35
orang. Responden adalah pekerja yang masih aktif pada saat penelitian dilakukan
serta bersedia diwawancarai
4.4. Analisis Pendapatan Usaha
Pendapatan yang diukur adalah pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari
penerimaan total dikurangi dengan biaya tunai ditambah dengan yang benar-benar
dikeluarkan baik biaya variabel maupun biaya tetap dan merupakan ukuran
kemampuan usaha untuk menghasilkan uang tunai. Termasuk biaya tunai adalah
tenaga kerja keluarga maupun upahan, biaya bahan baku dan fasilitas / peralatan.
Sedangkan biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang
diperhitungkan.
Pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang diperoleh dari total
penerimaan dikurangi dengan biaya tunai termasuk biaya-biaya yang
diperhitungkan adalah penggunaan tenaga kerja keluarga, biaya imbangan atas
sewa lahan milik sendiri. Ukuran pendapatan mencakup nilai transaksi barang dan
perubahan nilai inventaris atau kekayaan usaha (Soekartiwi, 1988).
Penerimaan usaha adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu
tertentu baik dijual maupun dikonsumsi sendiri (Soekartiwi et,al. 1986).
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan tingkat harga
yang sedang berlaku. Produk yang diperhitungkan bukan hanya produk yang
dijual tetapi juga produk yang dikonsumsi sendiri dengan mengalikannya terhadap
harga yang berlaku dipasar. Penerimaan usaha tidak mencakup pinjaman untuk
keperluan usaha. Bila produk yang dihasilkan lebih dari satu komoditi
4.4.1. Return of Investment (ROI)
Pengembalian atas investasi (ROI) adalah perbandingan antara pemasukan
(income) per tahun terhadap dana investasi yang memberikan indikasi probabilitas
suatu investasi. Semakin besar nilai ROI, maka akan semakin disukai industri
tersebut oleh investor. Digunakan rumus :
%100/TAxNBROI =................................................................................................................................ (
4.1)
Dimana :
ROI = Tingkat pengembalian atas investasi/total aktiva (%)
NB = Pendapatan bersih setelah pajak (Rp/thn)
TA = total aktiva /aktiva lancar dan aktiva tetap (Rp/thn)
4.4.2. Rasio R/C
Analisis Return Cost Ratio atau R/C adalah perbandingan (nisbah) antara
penerimaan dan biaya. Return Cost Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi
usaha terhadap setiap penggunaan setiap input. Analisis imbangan penerimaan
dan biaya digunakan untuk mengetahui relatif kinerja usaha berdasarkan
perhitungan finansial.
TCTRCR // =................................................................................................................................ (
4.2)
Dimana :
TR = Total Penerimaan
TC = Total pengeluaran
Kriteria :
R/C > 1, usaha menguntungkan
R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi
R/C < 1, usaha tidak menguntungkan atau rugi
Apabila R/C bernilai lebih dari satu, berarti penerimaan yang diperoleh
lebih besar daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk menerima penerimaan
tersebut. Apabila nilai R/C tersebut kurang dari satu maka tiap unit biaya yang
dikeluarkan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh.
4.5. Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam dan luar
keluarga yang digunakan secara produktif dalam usaha industri kecil mochi.
Penggunaan tenaga kerja dihitung dalam satuan hari orang kerja (HOK), dimana
sekitar delapan jam kerja yaitu jumlah pendapatan yang diperoleh dibagi dengan
jumlah hari kerja.
Untuk mengetahui persentase tenaga kerja yang terserap pada usaha mochi
terhadap jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga, perlu diketahui
potensi kerja. Potensi kerja dihitung dengan menghitung jumlah tenaga kerja yang
tersedia dalam rumah tangga dikonversikan hari orang kerja (HOK) dan dikalikan
300 atau jumlah hari kerja dalam setahun. Dengan demikian akan diperoleh angka
ketersediaan tenaga kerja pertahun dalam rumah tangga. Curahan jam kerja untuk
kegiatan mochi berdasarkan alokasi jam tenaga kerja bukan keluarga dalam sehari
untuk kegiatan usaha mochi.
4.6 Peubah dan pengukurannya
Metode kuadrat terkecil biasa dikemukakan oleh Carl Friedrich Gauss,
seorang ahli matematika bangsa jerman. Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode
Ordinary Least Square (OLS) mempunyai sifat statistik yang sangat menarik yang
membuatnya menjadi satu analisis regresi yang paling populer.
Analisis yang berkenaan dengan tingkat keuntungan industi kecil mochi
menggunakan analisis regresi linier. Model regresi linier merupakan model yang
paling sederhana dan yang paling sering digunakan. Lebih jelasnya analisis ini
dapat ditunjukkan pada persamaan berikut :
Y = i α + Xβ 1 1 + X +β 2 2 β 3X3
+ei.,...………………….......................……(4.3)
Dimana : Y = Keuntungan usaha (Rp/bln) α = Konstanta
... β 1 β n = Koefisien variabel X = Modal (Rp/thn) 1
X = Volume penjualan (Rp/bln) 2 X = Upah tenaga kerja (Rp/bln) 3
Model diatas digunakan untuk mengetahui nilai dari masing-masing faktor
dapat digunakan analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS). Menurut Gauss dalam Gujarati (1995) OLS dapat
menjadi suatu metode analisis regresi yang kuat dengan menggunakan beberapa
asumsi yaitu :
1. Nilai rata-rata hitung dari bias yang berhubungan dengan setiap
variabel independen harus sama dengan nol
2. Tidak ada kolinearitas ganda (multikolineritas) antar setiap variabel
dalam model.
3. Tidak ada korelasi antara koefisien error dengan variabel independen
4. Tidak ada Heteroskerdatisitas
Menurut Teorema Gauss-Markov, dengan melihat asumsi model regresi
linier klasik, penaksir kuadrat terkecil, dalam kelas penaksir linear tak bias
mempunyai varians minimum yaitu, penaksir bersifat BLUE (Best Linear
Unbiased estimator).
Pengolahan model dalam penelitian ini merupakan salah satu pengolahan
data dari ekonometrika, dimana terdapat dua variabel yaitu variabel eksogen
(bebas) X dan variabel endogen (terikat) Y. Variabel eksogen akan mempengaruhi
variabel endogennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
wawancara dan pengamatan langsung. Wawancara dilakukan dengan berpedoman
pada kuesioner yang telah dipersiapkan, meliputi : identitas pengusaha,
karakteristik usaha mochi, penggunaan faktor produksi, harga atau biaya
pengadaan faktor produksi tetap maupun variabel, dan kapasitas produksi (output)
yang dihasilkan, dan lain-lain. Pengamatan secara langsung dilakukan untuk
memperoleh jumlah input produksi yang digunakan dan produksi mochi per
keranjang per hari.
4.6.1. Koefisien Determinasi (R2).
Besaran ini yang paling lazim digunakan untuk mengukur kenaikan-suai
(goodness of fit) garis regresi. Dengan kata lain untuk mengukur proporsi (bagian)
atau persentase total varians dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi.
Meskipun R2 dapat dihitung secara lebih cepat dari rumus berikut :
( ) 10 2
^
2 ≤≤=−
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
=∑∑
rbatasJKGJKT
YYj
YYjR
dimana :
JKT = Jumlah Kuadrat Total JKG = Jumlah Kuadrat Galat Y = Y rata-rata Y = Y Aktual j
Dalam melihat kebaikan suatu model digunakan kebaikan sesuai (goodnes
of fit =R2) yang memperlihatkan persentase variasi total dari peubah terikat yang
dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas atau peubah bebas. Jika R2 tinggi
maka model yang digunakan cukup baik. Namun demikian, nilai R2 yang kecil
bukan berarti bahwa suatu persamaan tidak layak.
4.6.2. Pengujian untuk Masing-masing Parameter Regresi
Pengujian koefisien regresi antara individual dilakukan untuk mengetahui
apakah peubah-peubah yang digunakan per variabel berpengaruh nyata terhadap
besarnya peubah terikat atau tak bebas :
Pengujian hipotesa adalah sebagai berikut :
Ho : = 0 i = 1,2,3.......,6 iβ
H : ≠ 0 iβ1
Uji yang di gunakan adalah uji t, yaitu :
thitung = bi – 0 Sbi
Dimana : bi = salah satu variabel bebas (Modal, volume penjualan/bln, upah
tenaga kerja/bln).
Kriteria pengujiannya adalah :
thitung < ttabel ( α/2 ; n-k) Ho diterima
thitung > ttabel ( α/2 ; n-k) Ho ditolak
dimana : n = jumlah populasi produsen mochi
k = jumlah variabel
Jika Ho ditolak berarti bahwa peubah yang digunakan berpengaruh nyata
terhadap peubah tak bebas dan sebaliknya apabila Ho diterima berarti peubah
yang digunakan tidak berpengaruh nyata. Sedangkan bila bi lebih besar dari nol
(bi>0) maka peningkatan dari peubah i akan mengakibatkan meningkatnya
peubah terikat. Sebaliknya jika bi lebih kecil dari nol maka peningkatan dari
peubah i akan mengakibatkan menurunnya tingkat peubah terikat.
4.6.3. Pengujian terhadap Model Penduga
Dalam menghitung apakah peubah bebas yang digunakan pada model
mempunyai pengaruh atau tidak terhadap peubah yang dijelaskan, maka dilakukan
uji hipotesa bagi koefisien regresi secara serentak. Dalam hal ini uni statistik yang
dipakai adalah uji F, yaitu :
Fhitung = Jumlah Kuadrat Tengah Regresi / (k-1) Jumlah Kuadrat sisa /(n-k)
Dimana : n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel bebas
Prosedur pengujian kesesuaian model digunakan analisis ragam bagi
model regresi dengan hipotesa :
0^
3
^
2
^
1 === βββ=Ho
=1H minimal ada satu variabel eksogen yang berpengaruh terhadap variabel
dependennya
4.6.4. Heteroskedastisitas
Gujarati (1995) bahwa suatu model regresi linier harus memiliki varians
yang sama. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka akan terdapat masalah
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketakbiasan dan
konsistensi dari penaksir OLS, tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi
mempunyai varians yang minimum (efisien).
Konsekuensi bila terjadi heteroskedastisitas, maka akan berakibat :
o Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varians yang
minimum atau estimator tidak efisien
o Prediksi (nilai Y untuk X ) dengan estimator dari data yang sebenarnya akan
mempunyai varians yang tinggi, sehingga prediksi menjadi tidak efisien.
o Tidak dapat diterapkannya uji nyata tidaknya koefisien atau selang
kepercayaan dengan menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai
varians.
Untuk memeriksa keberadaan heteroskedastisitas ditunjukkan dengan
menggunakan uji Hal White yang tidak perlu asumsi normalitas dan relatif
mudah. Kriteria uji yang digunakan :
o Apabila nilai probability obs*R-Square-nya > taraf nyata ( )α yang
digunakan, maka tidak terdapat heteroskedastisitas
o Apabila nilai probability obs*R-Square-nya < taraf nyata ( )α yang
digunakan, maka terdapat heteroskedastisitas.
Solusi dari masalah heteroskedastisitas adalah mencari transformasi model asal
sehingga model yang baru akan memiliki error-term dengan varians yang
konstan.
4.6.5. Multikolineritas.
Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat
apakah terdapat hubungan linear antara variabel-variabel bebas dalam model
regresi. Menurut Gujarati (1995) tanda-tanda penyebabnya adalah :
o Tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan
o R2-nya tinggi tetapi uji individu tidak banyak yang nyata atau bahkan tidak
ada yang nyata
o Korelasi sederhana antar variabel individu tinggi (rij tinggi)
o R2-nya < rij2 menunjukan adanya multikolinearitas
Untuk melihat adanya muoltikol dapat dilihat dengan menghitung
koefisien parsial. Disamping itu untuk melihat variabel eksogen mana yang saling
berkorelasi dilakukan dengan meregresi tiap variabel eksogen dengan sisa variabel
eksogen yang lain dan menghitung nilai R2 yang cocok. Dalam model regresi :
mXXX nn ++++=Υ αααα .......22110
yang lain kemudian menghitung R2dilakukan regresi setiap Xi dari setiap
hasil regresi dan dinyatakan dengan simbol R2Ni. Fornula untuk masing-masing
hasil regresi tersebut dan dinyatakan sebagai berikut :
)1/()1()2(...
..12
12
1 +−−−= knnnR
knnRFk
kn
dimana: n = jumlah obesrvasi k = jumlah variabel bebas
Jika Fni lebih besar dari F tabel pada status level of significance tertentu,
maka dapat diartikan bahwa variable bebas (ni) tertentu mempunyai korelasi
dengan variabel bebas yang lain. Jika Fni lebih kecil dari F tabel pada status level
of significance tertentu, maka dapat diartikan bahwa variable bebas (ni) tertentu
tidak mempunyai korelasi dengan variabel bebas yang lain
Menurut Gujarati (1995), tindakan yang dapat dilakukan untuk perbaikan
dari masalah ini adalah:
o Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya
o Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan waktu
o Meningkatkan variabel yang sangat berkorelasi
o Mentransformasikan data, dan
o Mendapatkan tambahan data baru.
V. GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI
5.1. Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan ekonomi biasanya diukur melalui indikator pertumbuhan
PDRB atas dasar harga konstan, karena dengan dasar ini kita dapat melihat
perkembangan ekonomi secara nyata (rill) tanpa dipengaruhi oleh perubahan
harga. Pada tabel 5 terlihat bahwa, pada tahun 2005 pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh kelompok sektor sekunder yaitu sekitar 9,84 % diikuti oleh kelompok sektor
tersier yaitu sebesar 6,40 %. Kondisi ini berbeda dengan sektor primer yang
mengalami pertumbuhan negatif yaitu sebesar 8,84 %.
Tabel 5.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Sukabumi Menurut Kelompok Sektor Tahun 2003-2005 (Persen) KELOMPOK SEKTOR 2003* 2004** 2005*** Atas Dasar Harga Berlaku 1.Sektor Primer 6,18 14,81 13,56 2.Sektor Sekunder 25,60 10,40 23,31 3.sektor Tersier 14,78 13,81 29,42 PDRB KOTA SUKABUMI 15,41 13,47 27,81 Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.Sektor Primer 1,01 8,70 8,84 2.Sektor Sekunder 9,41 3,97 9,84 3.sektor Tersier 5,30 5,83 6,40 PDRB KOTA SUKABUMI 5,39 5,77 5,93
Sumber : BPS Kota Sukabumi, 2003 Catatan : * Angka Sementara **Angka Sangat sementara *** Angka sangat-sangat sementara
Gambaran pertumbuhan kelompok sektor tersebut, memperlihatkan
adanya kekuatan kelompok sektor sekunder. Kelompok ini disamping memiliki
kontribusi terbesar kedua terhadap PDRB Kota Sukabumi juga mampu tumbuh
cukup signifikan. Kondisi inilah yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi Kota
Sukabumi sebesar 5,93%. Apalagi kalau kita perhatikan adanya pertumbuhan
negatif yang cukup besar dikelompok sektor primer
Data kependudukan yang disajikan dari Registrasi penduduk, Survei
Sosial Ekonomi Nasional dan Estimasi Penduduk. Berdasarkan hasil registrasi
penduduk akhir tahun 2005 jumlah penduduk Kota Sukabumi tercatat sebanyak
263.369 jiwa yang terdiri dari 130.939 penduduk laki-laki (49,72%) dan 132.430
penduduk perempuan (50,28%). Berdasarkan data tersebut maka sex ratio
(perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan) Kota Sukabumi sebesar
98,87%. sedangkan penduduk WNA di Kota Sukabumi tercatat sebanyak 300
jiwa, terdiri dari 105 laki-laki dan 195 perempuan.
5.2. Angkatan Kerja dan Pengangguran
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam
kehidupan masyarakat, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh
karenanya, setiap upaya pembangunan diarahkan pada perluasan kesempatan kerja
dan lapangan usaha, dengan harapan penduduk memperoleh manfaat langsung
dari pembangunan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kantor Sosial dan Tenaga Kerja
Kota Sukabumi, tercatat pencari kerja yang terdaftar mencapai 3.310 orang, yang
terdiri dari 1.806 pencari kerja laki-laki dan 1.504 perempuan. Sedangkan pencari
kerja yang berhasil ditempatkan sebanyak 459 orang.
Sementara itu, berdasarkan Susenas Tahun 2004 diketahui bahwa
penduduk berumur 10 tahun keatas yang bekerja tercatat sekitar 35,52%,
sedangkan yang mencari kerja sekitar 11,56% dengan Tingkat Partispasi
Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 49,08% dan Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) sebesar 11,56%.
Persentase penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang bekerja menurut
lapangan usaha tercatat bahwa penduduk yang bekerja disektor perdagangan,
hotel dan restoran menempati urutan pertama yaitu sekitar 39,64%, disusul
kemudian yang bekerja disektor jasa-jasa yaitu sekitar 19,51% dan
pengangkutan/komunikasi sebesar 12,60 %.
Dari jumlah penduduk yang bekerja dilihat dari status pekerjaan utamanya,
sebesar 46,51% diantaranya berstatus berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain,
41,46% sebagai buruh/karyawan, 4,88% berusaha dengan buruh tetap, 4,01 %
sebagai pekerja keluarga dan 3,14% berusaha dengan dibantu anggota rumah
tangga/buruh tidak tetap.
5.4. Keadaan Umum Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi
Kota Sukabumi merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang
merupakan tempat wisata sekaligus sentra produsen mochi di Sukabumi. Industri
Mochi tersebar di beberapa kecamatan diantaranya kecamatan Cikole dan
Citamiang yang merupakan sentra produsen mochi.
Kegiatan usaha industri mochi yaitu mengolah campuran bahan baku
tepung ketan, gula, kacang tanah, tepung tapioka dan bahan penolong menjadi
mochi. Mochi adalah makanan ringan yang bentuknya bulat kecil. Pembuatan
mochi melalui proses sederhana dan secara keseluruhan dikerjakan oleh tenaga
kerja manusia. Kegiatan ini telah berlangsung cukup lama dan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat serta dapat menyerap tenaga kerja. Mochi
merupakan makanan khas industri kecil di Kota Sukabumi.
Industri mochi yang ada di Kota Sukabumi secara umum tergolong ke
dalam skala rumah tangga, dan kecil. Industri mochi yang berada di Sukabumi
pada umumnya masih sangat sederhana baik dari segi teknologi maupun
manajemennya. Dalam perkembangannya industri mochi tidak diikuti oleh
perkembangan teknologi yang cukup berarti. Sedangkan dari segi manajemen
dalam industri mochi masih menggunakan manajemen tradisional, dimana
pengusaha tidak melakukan pencatatan dalam proses produksinya.
VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI INDUSTRI KECIL MOCHI
Penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada 9 orang pengusaha industri
kecil mochi menghasilkan data mengenai karateristik pengusaha industri kecil
mochi. Berikut disajikan kinerja industri kecil mochi mengenai kepemilikan
modal, pengalaman kerja, jenis kelamin, lokasi berdagang, dan sumber pasokan.
6.1. Kepemilikan Modal
Modal adalah jumlah dana yang dipakai untuk menjalankan usaha
berdagang. Modal yang digunakan bervariasi, ada yang besar dan ada juga yang
kecil tergantung pada kemampuan pedagang itu sendiri. Biasanya modal yang
digunakan dalam industri ini berasal dari modal sendiri dan keluarga.
Tabel 6.1. Kepemilikan Modal Kepemilikan Modal (Rp) Frekuensi Persentase
Rp. 3000.000,- - Rp. 5.000.000,- - -
>Rp. 6000.000,- - Rp. 8.000.000,- 4 44.40
>Rp. 8.000.000,- 5 55.50
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 6.1, kepemilikan modal untuk memulai usaha industri
mochi dibedakan menjadi tiga kategori. Penggunaan modal terbesar berkisar
antara Rp. 6000.000,- - Rp. 8.000.000,- yaitu sebanyak 4 orang (44.40 persen) dan
terbesar sebanyak lima orang (55.50 persen).
6.2. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam menunjang suatu
pekerjaan. Akan tetapi pendidikan formal tidak begitu diutamakan untuk bekerja
sebagai pengusaha industri kecil mochi. Berdasarkan data survei, tidak terdapat
perbedaan berarti bagi mereka yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU/SMK). Dalam
Tabel 6.2 dapat kita lihat frekuensi pengusaha industri kecil mochi berdasarkan
latar belakang pendidikan.
Tabel 6.2. Frekuensi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Pendidikan Lamanya sekolah (tahun) Persentase
SD - -
SMP 3 33,30
SMU 6 66,60
Sumber : Data Primer
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 33.30 persen pengusaha industri kecil
mochi duduk di bangku SMP, 66.60 persen berpendidikan SMU
6.3. Usia
Untuk menjadi seorang pengusaha industri kecil mochi, usia bukanlah
suatu penghalang. Hasil survei, menunjukkan usia mereka berkisar antara 20
tahun sampai 70 tahun yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dapat dilihat
pada Tabel 6.3 dimana frekuensi terbesar berada pada usia >45 tahun – 70 tahun
Tabel 6.3. Frekuensi Responden Berdasarkan Latar Belakang Usia Usia (tahun) Frekuensi Persentase
20 - 45 3 33.30
>45 - 70 6 66.60
Sumber : Data Primer
6.4. Pengalaman Kerja
Seorang pengusaha industri mochi dalam memasarkan dagangannya
dibutuhkan keterampilan tertentu agar dapat banyak mendatangkan pembeli. Para
pengusaha umumnya telah menekuni usaha ini berkisar antara 1 tahun sampai 30
tahun. Berdasarkan Tabel 6.4, pengusaha yang telah bekerja lebih dari 20 tahun
adalah 2 orang (22.20 persen), >10 – 20 tahun sebanyak (33.30 persen), dan yang
telah bekerja 1-10 tahun sebanyak 4 orang (44.40 persen).
Tabel 6.4. Frekuensi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pengalaman Kerja
Pengalaman Kerja (tahun) Frekuensi Persentase
1 – 10 4 44.40
>10 – 20 3 33.30
>20 - 30 2 22.20
Sumber : Data Primer
6.5. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil survei, ditemukan bahwa laki-laki mendominasi usaha
industri mochi. Dapat dilihat dalam Tabel 6.5, dimana jumlah laki-laki yang
bekerja sebesar 6 (66.60persen) sedangkan pengusaha wanita hanya sebesar 44.40
persen
Tabel 6.5. Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 6 66.70
Perempuan 3 33.30
Sumber : Data Primer
6.6. Sumber Pasokan
Berdasarkan hasil survei, didapatkan bahwa pasokan barang seluruh
pengusaha mendapat dari satu kota, yaitu Kota Sukabumi. Hal ini dikarenakan
karena jarak antara toko produsen dengan pasar yang tidak terlalu jauh, sehingga
terjangkau oleh pengusaha. Semakin besar biaya transportasi maka harga suatu
barang yang diperjualbelikan akan semakin tinggi.
VII. ANALISIS KINERJA DAN KEUNTUNGAN USAHA MOCHI
7.1. Analisis Kinerja Usaha Industri Mochi Kota Sukabumi
Kinerja usaha yang diteliti dalam penelitian ini adalah kinerja industri
kecil mochi di Kota Sukabumi. Analisis kinerja industri mochi ini dapat dilihat
dari indikator yaitu Return of Investment (ROI), Rasio imbangan penerimaan R/C
dan tingkat keuntungan. Hasil analisis secara keseluruhan dapat dilihat dalam
Tabel 7.1.
Tabel 7.1. Kinerja Industri Kecil Mochi Tahun 2007 Keuntungan
(Rp/thn) ΠPerusahaan Mochi ROI(%) Rasio R/C
1. Bahagia 22.67 1.33 409.149.600
2. Arjuna 15.16 1.70 711.575.200
3. Berkah 17.45 1.32 559.427.200
4. Bakat 6.50 1.57 226.944.000
5. Hapiness 16.80 1.40 865.044.000
6. Mandiri 15.33 1.81 493.089.600
7. Cecep 17.07 1.38 425.300.800
8. Kaswari 31.20 1.38 1.025.887.200
9. Rezeki 5.00 1.00 1.240.000
Sumber : Data Primer (olah)
7.1.1. Return of Investment (ROI)
Pengembalian atas investasi (ROI) memberikan indikasi probabilitas suatu
investasi. Dengan analisis ini akan dapat diketahui industri mochi yang dilakukan
disukai atau tidak oleh investor, dan berapa besar tingkat pengembalian modal
industri kecil mochi di Kota Sukabumi.
Hasil penelitian pada Tabel 7.1 terlihat nilai tingkat pengembalian modal
berkisar antara 5,00 persen sampai 31,20 persen. Hal ini membuktikan bahwa
pemilik modal mochi lebih memilih memperoleh modalnya sendiri karena tingkat
pengembalian modal yang tinggi daripada meminjam kepada pihak bank atau
rentenir, karena pemilik modal enggan mengikuti prosedur yang berbelit-belit,
serta penentuan bunga bank berkisar 15 persen perbulan. Selain itu dapat dilihat
rata-rata industri kecil mochi pada Tabel 7.2.
Tabel 7.2. Rata-rata Kinerja Industri Kecil Mochi Berdasarkan ROI Tahun2007 Kriteria/uraian Nilai Rata-rata ROI/thn
(persen/thn) Standar Deviasi
ROI ( %/thn) 16,35 7,38
Sumber : (olah data)
Rata-rata ROI industri mochi sebesar 16,35 persen mengindikasikan rata-
rata tingkat pengembalian modal sebesar 16,35 persen per tahun. Misalnya ada
suatu industri mochi yang mempunyai modal dalam satu bulan sebesar Rp.
6.000.000,- dalam satu tahun modal tersebut sebesar Rp. 72.000.000,-. Maka
tingkat pegembalian modal per tahun sebesar kurang lebih sebesar
Rp.12.000.000,- Serta nilai standar deviasi yaitu 7,38 menunjukkan bahwa tingkat
pengembalian modal industri kecil mochi di Kota Sukabumi cukup beragam.
7.1.2. Rasio R/C
Analisis penerimaan atas biaya menunjukkan industri kecil mochi yang
dilakukan menguntungkan atau tidak. Usaha yang dikatakan menguntungkan jika
nilai R/C yang didapat lebih dari satu dan jika tidak menguntungkan jika nilai R/C
yang didapat adalah kurang dari satu.
Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. R/C
yang dihitung adalah R/C atas biaya tunai total. Berdasarkan Tabel 7.1 diperoleh
R/C antara 1.00 sampai 1.81, artinya untuk setiap rupiah biaya tunai yang
dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.00 dan Rp. 1.81
meunjukkan bahwa industri kecil mochi di Kota Sukabumi menguntungkan
untukdikembangkan. Selain itu dapat dilihat rata-rata imbangan penerimaan atas
biaya pada Tabel 7.3.
Tabel 7.3. Rata-rata Kinerja Industri Kecil Mochi Berdasarkan R/C Kriteria/Uraian Nilai rata-rata R/C per
tahun (persen/thn) Standar Deviasi
Rasio R/C 1,43 0,234 Sumber : (Olah Data)
Rata-rata R/C industri mochi sebesar 1,43 persen per tahun
mengindikasikan rata-rata imbangan penerimaan untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan industri kecil mochi di Kota Sukabumi sebesar 1,43 persen per tahun
dan keragamannya sebesar 0,234 menunjukkan bahwa rata-rata imbangan
penerimaan atas biaya cukup beragam.
7.1.3. Keuntungan
Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara
mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjulan yang
diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan baku (input),
pembayaran upah, pembayaran bunga, sewa tanah, dan lain sebagainya. Apabila
hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nilainya
positif maka diperoleh keuntungan atau pendapatan para pengusaha mochi sebagai
pembayaran dari melakukan kegiatan menghadapi risiko ketidakpastian di masa
yang akan datang, melakukan inovasi/pembaruan di dalam kegiatan produksi.
Mendirikan dan menjalankan kegiatan perusahaan adalah kegiatan ekonomi yang
dipenuhi oleh berbagai risiko. Tidak terdapat jaminan bahwa sesuatu usaha akan
pasti berhasil. Setiap tahun banyak perusahaan baru akan muncul, tetapi ada pula
perusahaan yang gulung tikar dan pemiliknya mengalami kerugian dalam bentuk
uang maupun tenaga yang dikeluarkan.
Dalam perekonomian biasanya terdapat banyak industri yang
menghasilkan barang yang sejenis seperti mochi, sehingga industri-industri
tersebut harus saling bersaingan untuk mendapatkan pasaran, dan melakukan
kegiatan produksi yang biaya rata-rata dibawah harga pasar. Sampai dimana
keuntungan yang diperoleh, atau kerugian yang dialami sangat tergantung kepada
usaha-usaha perusahaan/industri untuk meluaskan pasaran dan meminimumkan
biaya.
Kegiatan perusahaan/industri mochi dalam melakukan inovasi, yaitu
mengadakan pembauran dalam manajemen, pemasaran, teknik memproduksi
memegang peranan penting di dalam menjamin kesuksesan usaha tersebut.
Dengan melakukan inovasi, teknik memproduksi yang baru dapat diperkenalkan,
mutu produksi dapat diperbaiki, biaya produksi dapat diturunkan lebih lanjut, dan
barang baru diperkenalkan. Langkah-langkah seperti itu disatu pihak dapat
meningkatkan hasil penjualan (volume penjualan) dan dilain pihak menurunkan
biaya per unit produksi. Kedua perubahan ini akan meingkatkan keuntungan
perusahaan, keberhasilan suatu usaha selain dapat diukur dengan besarnya
pendapatan yang dicapai tetapi dengan melihat kinerja usaha dilihat dari
efisiensinya merupakan penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue
cost ratio).
Dari hasil analisis keuntungan usaha industri kecil mochi maka rata-rata
keuntungan para pemilik usaha industri kecil mochi yaitu sebesar
Rp.524.184.177,78/thn. Selain itu dapat dilihat pada Tabel 7.4.
Tabel 7.4. Rata-rata Kinerja Industri Kecil Mochi Berdasarkan Keuntungan Kriteria/Uraian Rata-rata keuntungan
(Rp/%/thn) Standar Deviasi
Keuntungan (Rp/thn) Rp. 511.961.955.6,- Rp. 295.265.266,1
Sumber : (Olah Data)
Rata-rata keuntungan industri mochi sebesar Rp. 511.961.955.6,- per
tahun mengindikasikan rata-rata imbangan penerimaan untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan industri kecil mochi di Kota Sukabumi sebesar Rp. 511.961.955.6,-
persen per tahun dan keragamannya sebesar Rp. 295.265.266,1/thn menunjukkan
bahwa rata-rata keuntungan yang diperoleh cukup beragam.
7.2. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Industri Kecil
Mochi
7.2.1. Uji Validasi Model
Untuk menganalisis keuntungan para pemilik industri kecil mochi di Kota
Sukabumi, digunakan variabel-variabel eksogen berupa modal (K), volume
penjualan (V), dan upah tenaga kerja (W). Penelitian ini mengestimasi model
dengan menggunakan model ekonometrika dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil (ordinary least square). Perangkat software yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eviews 4.1 dan Microsoft Excell. Berdasarkan hasil estimasi
model secara keseluruhan, penduga dan pengujian model dengan kriteria statistik
yang ada menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dimana parameter-
parameter dalam setiap persamaan memberikan tanda yang sesuai dengan teori
dan keadaan dilapangan. Hasil estimasi ditunjukkan pada Tabel 7.5.
Tabel 7.5. Hasil Estimasi Model Keuntungan Industri Kecil Mochi di Kota
Sukabumi Dependent Variable: UNTUNG Method: Least Squares Date: 05/15/07 Time: 00:31 Sample: 1 9 Included observations: 9
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Konstanta 1.11E+08 1.98E+08 0.559139 0.6002MODAL (X1) -8.315972 23.52787 -0.353452 0.7382
VOLUME**(X2) 3.529283 0.848462 4.159625 0.0088**UPAH (X3) -4.515049 15.64361 -0.288619 0.7845
R-squared 0.861082 Prob(F-statistic) 0.013905 ** Keterangan : = signifikan, α = 10 %
7.2.1.1.Uji Statistik
Uji statistik meliputi goodness of fit, uji F, dan uji t. Nilai R-square sebesar
0.861082 menunjukkan uji ketepatan perkiraan (goodness of fit) dari model
persamaan adalah baik. Hal ini berarti bahwa 86.11 persen keragaman dari
variabel endogen bisa dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel eksogen
(bebas) di dalam model, sedangkan sisanya sebesar 13.89 persen dijelaskan oleh
variabel lain diluar model.
Uji F menunjukkan hasil yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan angka
probablitas F statistik sebesar 0.01 yang lebih kecil dari α = 0.1. Artinya bahwa
minimal ada satu variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap variabel
endogen.
Uji t dapat dilihat dari probabilitas t-Statistik. Berdasarkan uji tersebut
menunjukkan bahwa hanya volume penjulan yang berpengaruh secara signifikan
terhadap keuntungan pengusaha industri kecil mochi di Kota Sukabumi, dengan
taraf nyata α = 0.1.
7.2.1.2.Uji Ekonometrik
Pendugaan parameter regresi dengan teknik OLS harus memenuhi enam
asumsi klasik. Pengujian diperlukan untuk melihat apakah keenam asumsi tersbut
terpenuhi. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran
asumsi yang terjadi akan menghasilkan dugaan yang tidak valid. Pengujian
estimasi tersebut meliputi uji Autokorelasi, uji Heteroskedastisitas dan uji
Multikolineritas.
Pengujian autokoeralsi pada eviews 4.1 dapat ditunjukkan dengan
Breusch-Godfrey serial correlation LM. Obs *R-Squared statistik dijadikan acuan
untuk menerima atau menolak H0 : tidak ada auotokorelasi. Kesimpulan diambil
jika prob dari Obs *R-Squared statistik lebih kecil dari alpha (α ) maka tolak
hipotesis H0. tetapi karena penelitian ini menggunakan data cross section
sehingga autokorelasi tidak perlu diuji.
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah variabel
pengganggu memiliki varians yang sama (homoskedastisitas). Hal ini dapat
diketahui melalui White Heteroskedastisitas. Nilai Obs *R-Squared statistik
dijadikan acuan unutk menerima atau menolak H0 : Homoskedastisitas.
Kesimpulan yang diambil jika prob dari Obs *R-Squared statistik lebih kecil dari
alpha (α ) maka tolak hipotesis H0. Hasil uji menunjukkan bahwa model
persamaan terbebas dari masalah heteroskedastisitas, yang dapat dilihat pada
Tabel 7.5. dimana nilai Obs *R-Squared statistik dari model tersebut sebesar
0.319061 yang berarti nilai lebih besar dari α yang digunakan
Tabel 7.6. Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic 1.181325 Probability 0.525579
Obs*R-squared 7.019355 Probability 0.319061
Uji multikolineritas dilakukan dengan melihat koefisien korelasi antar
variabel eksogen pada correlation matrix (Tabel 7.4). Model persamaan regresi
tingkat keuntungan ini tidak terdapat masalah multikolineritas antar variabel-
variabel penjelas di dalamnya. Hal ini ditunjukkan nilai output koefisien korelasi
setiap variabel eksogennya, seperti yang disajikan pada Tabel 7.6, dimana nilai
koefisien korelasinya lebih kecil dari nilai koefisien R-squared (0.861082).
kesimpulan yang diambil bahwa model regresi ini bebas dari maslah
multikolineritas.
Tabel 7.5. Uji Multikolinearitas MODAL UPAH VOLUME
MODAL 1.000000 0.312852 0.602666 UPAH 0.312852 1.000000 0.566767
VOLUME 0.602666 0.566767 1.000000
Pengujian normalitas menunjukkan bahwa error term model terdistribusi
secara normal. Hal ini terlihat bahwa nilai probabilitasnya yang lebih besar dari
taraf nyata sepuluh persen, terlihat pada Tabel 7.6
Tabel 7.6. Uji Kenormalan Varibel Dependen Jarque - Bera Probability
D (Laba) 0.840266 0.656959
7.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Industri Kecil Mochi
Kota Sukabumi
Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha industri kecil mochi
Kota Sukabumi, maka secara matematis dapat diperoleh persamaan sebagai
berikut :
Y = 1.1100000- 8.315972 M+ 3.529283 V- 4.515049U
Persamaan diatas menunjukkan bahwa faktor yang memiliki pengaruh
paling besar dalam mempengaruhi keuntungan pengusaha industri kecil mochi di
Kota Sukabumi adalah volume penjulan (V) sebesar 3.529283. Artinya setiap
terjadi kenaikan volume penjualan sebesar satu rupiah akan meningkatkan laba/
keuntungan sebesar 3.529283 rupiah.
Modal dalam penelitian ini memberikan pengaruh negatif terhadap
keuntungan usaha industri kecil mochi sebesar -8.315972. Artinya setiap
peningkatan modal sebesar satu rupiah akan menurunkan keuntungan sebesar
8.315972 rupiah.
Modal dan pengaruh negatif dan tidak nyata terhadap keuntungan
pengusaha industri kecil mochi. Hal ini disebabkan pada umumnya kondisi
perkembangan usaha industri kecil mochi kurang baik. Kurangnya cara mengatur
keuangan yang baik, pengaturan upah tenaga kerja yang tidak sesuai sehingga
kesejahteraan yang diterima tenaga kerja. Hal ini sesuai dilapangan umumnya
kondisi perusahaan mochi dalam hal permodalan yang relatif kecil, tenaga kerja
yang tidak terampil, produk yang dihasilkan merupakan oleh-oleh atau jajanan
sehingga perolehan yang diiterima oleh setiap pengusaha berbeda kapasitasnya.
Perbedaan perolehan ini dipengaruhi oleh daya saing pengusaha dalam menarik
minat pasar. Sehingga besarnya volume penjualan sangat berpengaruh dalam
meningkatkan keuntungan.
Dalam penelitian ini variabel modal tidak sesuai dengan asumsi, namun
variabel volume penjualan mempunyai pengaruh signifikan meningkatkan
keuntungan industri kecil mochi di Kota Sukabumi. Kinerja industri yang semakin
baik dilihat dari meningkatnya permintaan akan mochi di pasar, permintaan ini
akan meningkatkan volume penjualan sehingga akan meningkatkan keuntungan
dari industri kecil mochi.
VIII. ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN
INDUSTRI KECIL MOCHI
8.1. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi
Untuk membangun suatu bisnis, ketersediaan sumber daya manusia
(SDM) perlu direncanakan dan dianalisis. Sumber daya manusia perusahaan
merupakan tenaga kerja (human resource) yang menjadi kekuatan untuk
mendukung kegiatan perusahaan dalam menjalankan usaha Struktur penggunaan
tenaga kerja industri kecil mochi akan dilihat dari besarnya tenaga kerja yang
berasal dari dalam wilayah Kota Sukabumi. Hal-hal yang dianalisis adalah jenis
pekerjaan, waktu pekerjaan, tenaga pelaksana dan lainnya.
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan merupakan tenaga
kerja yang umumnya berasal dari dalam Kota Sukabumi, sedangkan tenaga kerja
yang berasal dari luar Sukabumi jarang sekali ditemukan pada industri kecil
mochi. Tenaga kerja yang dimiliki bervariasi dari segi pendidikan, jumlah dan
kualitas. Tenaga kerja yang digunakan perusahaan tidak banyak dan apabila
berkurang akan berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi. Tenaga kerja
yang diserap pada usaha mochi hanya terdiri dari satu komponen, yaitu dari luar
keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga pada usaha mochi pada sembilan industri
tidak ditemukan adanya penggunaan tenaga kerja dalam keluarga. Pada umumnya
penyerapan tenaga kerja luar keluarga usaha mochi lebih tinggi. Curahan kerja
pada penelitian ini dikelompokkan yaitu curahan kerja hanya pada industri kecil
mochi tidak terdapat curahan kerja diluar industri tersebut misalnya sebagai buruh
atau petani, dengan jam kerja per hari sekitar 8 jam sehari dalam satu tahun
dikonversikan 2400 jam/hari daam satu tahun.
Tabel 8.1. Jumlah Pekerja Industri Kecil Mochi Tahun 2007 Perusahaan Mochi Jumlah Pekerja Industri Kecil Mochi
1. Bahagia 13
2. Arjuna 14
3. Berkah 15
4. Bakat 12
5. Hapiness 10
6. Mandiri 4
7. Cecep 9
8. Kaswari 21
9. Rezeki 10
Sumber : Data Primer (olah)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis, pada umumnya
tenaga kerja lebih banyak berasal dari dalam Kota Sukabumi, hal ini
mengindikasikan besarnya penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mochi,
peluang kesempatan kerja lebih terbuka bagi penduduk Kota Sukabumi terutama
pada lingkungan sekitar industri mochi. Dari segi pendidikan umumnya tidak
diperlukan persyaratan tertentu kebanyakan pekerja merupakan lulusan SD dan
SMP karena pekerjaan yang dilakukan hanya membutuhkan keterampilan pekerja.
Dapat dilihat pada Tabel 8.2.
Tabel 8.2. Rata-rata Penyerapan TenagaKerja Industri Kecil Mochi Tahun 2007 Kriteria/Uraian Rata-rata tenaga kerja/thn Standar Deviasi
Jumlah Populasi/tahun/unit usaha
12 4,42
Sumber : (Olah Data)
Rata-rata penyerapan tenaga kerja industri kecil mochi sebesar 12 tenaga
kerja/tahun atau sekitar 11 persen mengindikasikan rata-rata tenaga kerja yang
terserap oleh industri kecil mochi sekitar 12 tenaga kerja dalam satu tahun, serta
keragamannya sebesar 4,42 menunjukkan tingkat penyerapan tenaga kerja pada
industri kecil mochi cukup beragam.
Hari Orang Kerja (HOK) tenaga kerja industri kecil mochi selama delapan
jam sehari, kegiatan jam kerja pekeja sesuai dengan jam kerja berdasarkan Badan
Pusat Statistik selama delapan jam sehari atau sekitar 2400 jam dalam setahun.
8.2. Pendapatan Pekerja Usaha Mochi
Pendapatan tenaga kerja harian usaha mochi bisa diartikan dengan
besarnya upah yang diterima oleh pekerja harian. Upah didefinisikan sebagai
balas jasa dalam mencapai tujuan dari suatu perusahaan. Upah merupakan
imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada pekerja berdasarkan jam
kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan.
Jadi tdak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah bisa berubah-
ubah. Penggolongan upah pada usaha mochi ini berdasarkan sistem waktu yang
diterapkan kepada pekerja. Dalam sistem waktu, besarnya upah ditetapkan
berdasarkan standar waktu seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Besarnya upah
didasarkan kepada lamanya bekerja bukannya dengan prestasi kerjanya.
Analisis pendapatan pekerja dalam usaha industri kecil mochi adalah
pendapatan pekerja usaha industri kecil per hari kerja dalam satu tahun. Dalam
penelitian ini pendapatan pekerja usaha industri kecil mochi diperoleh dari hasil
perhitungan pendapatan pekerja per hari kerja yang ditetapkan per hari kerja
dalam satu tahun adalah 300 hari. Pemberian upah pekerja sudah ditentukan oleh
masing-masing perusahaan mochi dalam satu minggu, besarnya upah tergantung
dari pendapatan yang diperoleh setiap perusahaan . Pada umumnya upah yang
diberikan kepada pekerja sebesar Rp. 25.000 per hari. Pendapatan pekerja dalam
satu tahun paling banyak diterima oleh pekerja perusahaan mochi Kaswari sebesar
Rp. 178.285.714,3/thn, sedangkan yang terkecil diterima oleh pekerja perusahaan
mochi Bakat sebesar Rp. 52.000.00/thn. Hal ini berhubungan dengan semakin
meningkatnya jumlah penjualan dalam satu tahun maka pendapatan yang
diperoleh oleh pekerja juga semakin meningkat.
Tabel 8.3. Pendapatan Pekerja Industri Kecil Mochi Tahun 2007 Perusahaan Mochi Pendapatan Pekerja (Rp/thn)
1. Bahagia 125.538.461,5
2. Arjuna 123.428.571,4
3. Berkah 153.600.000
4. Bakat 52.000.000
5. Hapiness 302.400.000
6. Mandiri 276.000.000
7. Cecep 170.666.666,7
8. Kaswari 178.285.714,3
9. Rezeki 54.000.000
Sumber : Data Primer (olah)
Kualitas tenaga kerja dilihat berdasarkan lamanya pekerja itu bekerja,
semakin lama bekerja berarti pengalaman yang dimiliki semakin baik akhirnya
kualitas tenaga kerja juga akan meningkat. Berdasarkan hasil wawancara pada
pengusaha mochi, tingkat keluar masuk tenaga kerja cukup tinggi yang dapat
mempengaruhi sistem kerja dan produktivitas yang dihasilkan.oleh sebab itu pada
tiap perusahaan perlu adanya perbaikan manajemen dengan meningkatkan upah
pekerja sesuai dengan standar UMR daerah Sukabumi sekitar Rp.650.000 per/bln
dengan curahan waktu jam kerja per hari 8 jam, biasanya diawali dari jam 8 pagi
sampai jam 3 sore. Apabila pada hari tertentu (libur) jumlah permintaan
meningkat perusahaan mochi biasanya mengadakan lembur sekitar kurang lebih 4
jam dengan upah lembur Rp. 5000,-. Sedangkan upah per hari sekitar Rp. 25.000,-
/hari bila dikonversikan dalam satu bulan sekitar Rp. 750.000,-/bln, pemberian
upah ini sudah berada diatas UMR Kota Sukabumi. Namun, hanya beberapa
perusahaan mochi yang sudah mengikuti pemberian upah yang sesuai dan layak
bagi kesejahteraan pekerja dalam menghidupi kebutuhan hidupnya. Dapat dilihat
pada Tabel 8.4.
Tabel 8.4. Rata-rata Imbalan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi Kriteria/Uraian Rata-rata Imbalan
tenaga kerja Standar Deviasi
1.Total Pengeluaran upah/thn/unit usaha
Rp. 14.274.444,4 Rp. 88.341.617,46
2.Upah Setahun (Rp/orang/thn)
Rp. 104.944.444,4 Rp. 1.046.778,74
Sumber : (Olah Data)
Rata-rata total pengeluaran upah pekerja industri kecil mochi sebesar Rp.
14.274.444,4/thn/unit usaha mengindikasikan rata-rata tenaga kerja yang terserap
oleh industri kecil mochi sekitar Rp. 14.274.444,4 yang dikeluarkan industri
mochi dalam pembayaran tenaga kerja dalam satu tahun, serta keragamannya
sebesar Rp. 88.341.617,46 menunjukkan tingkat total pengeluaran upah/thn/unit
usaha pada industri kecil mochi cukup beragam.
Sedangkan, rata-rata Upah setahun industri kecil mochi sebesar Rp.
104.944.444,4/org/thn mengindikasikan rata-rata pemberian upah setahun oleh
industri kecil mochi sekitar Rp. 104.944.444,4/org/thn yang dikeluarkan industri
mochi dalam pembayaran tenaga kerja dalam satu tahun, serta keragamannya
sebesar Rp. 1.046.778,74 menunjukkan tingkat total pengeluaran upah/thn/unit
usaha pada industri kecil mochi cukup beragam.
IX. KESIMPULAN
9.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis kinerja dan penyerapan
tenaga kerja industri kecil mochi di Kota Sukabumi, dapat disimpulkan :
1. Hasil kinerja industri kecil mochi sangat bagus ditunjukkan oleh Return of
Investment (ROI), Rasio R/C dan tingkat keuntungan industri kecil kochi
di Kota Sukabumi
2. Namun, keuntungan yang diperoleh industri kecil mochi sangat
dipengaruhi oleh besarnya volume penjualan, oleh karena itu penting
untuk meningkatkan volume penjualan
3. Usaha di sektor industri kecil mochi ternyata memberikan pendapatan
yang cukup bagi para pengusaha dan pekerja. Hal ini terlihat dari rata-rata
pendapatan yang lebih tinggi dari pengeluaran
4. Pengusaha industri kecil mochi lebih banyak menyerap tenaga kerja dari
luar keluarga dan besarnya pendapatan yang diterima pekerja didasarkan
atas upah sistem waktu seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Besarnya
upah didasrkan atas lamanya bekerja tidak dikaitkan dengan prestasi kerja.
Curahan kerja pekerja akan meningkat apabila terjadi peningkatan jumlah
permintaan mochi. Hal ini akan meningkatkan jumlah volume penjualan
usaha mochi.
9.2. Saran
Saran yang dapat diberikan sebagai bahan pertimbangan menunjang
keberhasilan pengembangan usaha pada industri kecil mochi di kota Sukabumi
adalah :
1. Perusahaan harus meningkatkan jumlah produksi dan penjualan (volume
penjualan) untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Peningkatan
ini harus didukung dengan kualitas produk yang menarik minat konsumen.
2. Peningkatan promosi seperti pemberian bonus kepada konsumen yang
membeli dalam jumlah besar, agar loyalitas tetap terjaga dan produsen
mampu menghadapi persaingan.
3. Maka untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menganalisis
masalah produktivitas dan efisiensi tenaga kerja, karena apabila
produktivitas industri kecil dapat ditingkatkan dan penggunaan tenaga
kerja dalam proses produksi sudah optimal, maka pendapatan pengusaha
dan pekerja dapat lebih ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA Adriyanto, E. 2003. Analisis Kesempatan Kerja dan Nilai Tambah produksi Jamu
Pada KOJAI Sukoharjo, Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Amalia, Nanda C. 2006. Nilai Tambah, Pendapatan dan Kesempatan Kerja dalam
Agroindustri Keripik Pisang di Kecamatan Panjang Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Badan Pusat Statistik. 2002. Kota Sukabumi Dalam Angka 2002. BPS Kota
Sukabumi.Sukabumi . 2003. Kota Sukabumi Dalam Angka 2003. BPS Kota
Sukabumi.Sukabumi . 2004. Kota Sukabumi Dalam Angka 2004. BPS Kota
Sukabumi.Sukabumi Chodijah, Ida. 1997. Keragaman Ekonomi, Kesempatan Kerja, dan Distribusi
Pendapatan pada Industri Kecil Emping Melinjo. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi. 2005. Potensi
Perindustrian dan Perdagangan Sukabumi. Sukabumi. Girsang, Dewi Yuliati. 2004. Analisis Nilai Tambah dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Pekerja Pada Industri Kecil manisan Pala, Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Gujarati, Damodar N. 1995. Ekonometrika Dasar. Zain, Sumarna, Penerjemah.
Jakarta :Erlangga Hasibuan, Nurmansjah. 1993. Ekonomi Industri : Persaingan, Monopoli dan
Regulasi. LP3S. Jakarta. Jaya, Wihana K. 2001. Ekonomi Industri. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE. Legowo. 1996. Persaingan Usaha dan Pengambilan Keputusan Manajerial.
Jakarta : UI-Press
Simanjuntak, Payaman. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Uniersitas Indonesia.
Sri, Kristiyar Gunawan. 1997. Keragaan Usaha dan Penggunaan Faktor Produksi
Industri Kecil-Menengah Pengecoran Logam. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Soekartiwi. 1986. Ilmu Usahatani dan penelitian untuk pengembangan Petani
Kecil. UI Pers. Jakarta. Sucipto. 2003. Analisis PSAK No.23 Tentang Pendapatan. Fakultas Ekonomi.
Universitas Sumatera Utara. Medan Tjakrawiraklaksana, A.1983. Usaha Tani. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KINERJA USAHA DAN PENYERAPANTENAGA
USAHA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI
Kuesioner ini digunakan dalam rangka penyusunan bahan penelitian untuk skripsi oleh
Cenita Meliani, mahasiswa Program Sarjana Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Mohon
Bapak/Ibu berkenan mengisi kuesioner dengan jujur dan objektif sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya, karena hal ini sangat membantu keberhasilan penelitian ini. Terimaksih.
I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Lengkap : ............................................................................................... 2. Alamat Lengkap : ............................................................................................. ..............................................................................................
II. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : (1) laki-laki (2) perempuan 2. Umur :................................................................................................................ 3. Status : (1) Bujangan (2) menikah (3) janda/duda 4. Jumlah anggota keluarga: .................................................................................. org 5. Pekerjaan utama ................................................................................................
III. INFORMASI UMUM USAHA 1. Jenis Usaha : ...................................................................................................... 2. Lama Berusaha: ................................................................................................. thn 3. Lokasi Usaha : (1) lingkungan masyarakat (2) pasar tradisional (3) kaki lima (4)
keliling dan mengapa anda memilih tempat tersebut?....................................... 4. Wilayah pemasaran usaha : (1) wilayah kota sukabumi (2) wilayah kabupaten
sukabumi (3) wilayah luar kota sukabumi 5. Konsumen produk mochi : (1) rumah tangga (2) pegawai/karyawan
(3)mahasiswa/pelajar (4) pedagang dan jelaskan pilihan mana yang mendominasi? 6. Usaha Mochi merupakan pekerjaan utama atau sambilan?............................... 7. Bagaimana prospek usaha mochi (1) menguntungkan (2) rugi (3) ................... 8. Adakah pesaing (1) dalam wilayah kota sukabumi (2) luar kota sukabumi 9. Bagaimana kondisi pesaing tersebut dari dua aspek yaitu :
Keunggulan .......................................................................................................
Kelemahan.........................................................................................................
10. Apa kelebihan produk mochi anda? .................................................................. ...........................................................................................................................
11. Jelaskan kemudahan dan kesulitan dalam mengembangkan usaha mochi anda ...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
IV. PERMODALAN 1. Bagaimana memperoleh modal usaha: (1) sendiri (2) keluarga (3) pinjaman
Berapa besar Rp.................................................................................................
2. Berapa modal awal yang dibutuhkan dalam usaha ini Rp................................. 3. Berapa lama usaha anda mengalami kondisi impas (Break Even Point)
...........................................................................................................................
V. KETENAGAKERJAAN 1. Darimana pengetahuan anda tentang pengolahan mochi?................................. 2. Berapa besar jumlah tenaga kerja dalam industri anda berdasarkan jenis pekerjaan 3. Berapa rataan jam per hari? (bedakan antara pria, wanita dewasa, dan anak-anak) 4. Berapa besarnya upah/gaji untuk pria dewasa, wanita dewasa dan anak-anak 5. Bagaimana cara pembayaran upah/gaji? Sebutkan apabila jika lebih dari satu cara dan
adakah bonus/premi? 6. Bagaimana cara merekrut tenaga kerja (jelaskan kriteria apa yang mendai pilihan)? 7. Dari mana saja asal pekerja tersebut?
Dari luar kota.............................................................................. orang(L/P
atau anak-anak)
Dari dalam kota .......................................................................... orang(L/P
atau anak-anak)
8. Apakah pendidikan/keterampilan khusus tertentu yang diberikan kepada pekerja? Atau adakah keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh pekerja?
9. Apakah ada pekerja yang memiliki pekerjaan lain? 10. Adakah perlindungan tenaga kerja?dan bagaimana bentuknya? 11. Apa masalah ketenagakerjaan yang dihadapi?
VI. PEROLEHAN INPUT 1. Dari mana anda mendapatkan bahan baku mochi (1) pasar tradisional (2) tersedia
sendiri (3) luar kota 2. Bagaimana cara anda mengetahui tempat yang menyediakan bahan baku mochi? 3. Berapa jumlah dan harga bahan baku yang dibutuhkan, terperinci di bawah ini ?
No Bahan Baku Satuan Jumlah kebutuhan Harga satuan Total harga
(Rp)
1 Tepung ketan Kg
2 Gula pasir Kg
3 Kacang tanah Kg
4 Tepung gula Kg
5 Tepung tapioka Kg
6 Flavour Botol
7 Besek Kotak
8 Label Lembar
9 Minyak tanah Liter
10 Plastik mika Kg
11 Kertas bekas Kg
12 Tali rapia gulung
Total
4. Bagaimana sarana transportasi yang ada?jelaskan!
VII. PRODUKSI 1. Bahan baku utama atau penunjang? 2. Jumlah produksi pada awal berproduksi? 3. Bagaimana perkembangan jumlah produksi? 4. Rataan kapasitas produksi sekarang? 5. Produksi secara kontinu atau secara pesanan? 6. Produksi tertinggi dan terendah terjadi kapan dan berapa? 7. Jenis produk yang dihasilkan (utama dan sampingan) 8. Berapa jam kerja industri sehari, hari kerja industri dalam satu bulan dan berapa lama
dalam satu tahun? 9. Sebutkan tahap-tahap proses produksi dan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam
setiap tahap menurut jenis kelamin dan lama setiap tahap produksi? 10. Gambarkan bagan produksi anda? 11. Masalah/hambatan yang dirasakan dalam proses produksi (bahan baku, tenaga kerja,
modal dan peralatan)? 12. Pernakah kesukaran dalam mendapatkan bahan baku? Apabila ada sejak kapan dan
kenapa? 13. Pernakah mengalami kelebihan bahan baku (kapan dan mengapa)? 14. Peralatan apa saja yang diperlukan dalam proses produksi?
VIII. PEMASARAN OUTPUT 1. Adakah proses promosi dalam kegiatan pemasaran output? 2. Jumlah output yang djual......................................Kg/hari 3. Harga jual per keranjang Rp............................... 4. Output dijual kemana? Sebutkan alasannya! 5. Apakah penjualan output hanya kepada orang tertentu/langganan atau berubah-ubah
meurut harga? 6. Dimanakah penyerahan barang dilakukan? 7. Adakah biaya bongkar muat dan biaya angkut? 8. Bagaimana fluktuasi harga output?
Berapa harga tertinggi dan kapan hal ini terjadi?
Berapa harga terendah dan kapan hal ini terjadi?
Berapa harga rataan?
9. Siapa dan bagaimana yang menentukan harga output? 10. Bagaimana cara pembayaran yang dilakukan oleh pembeli? 11. Jika barang/output disimpan?
Dimana disimpannya?
Berapa lama disimpan?
Berapa biaya penyimpanan?
12. Adakah permasalahan/kesulitan dalam pemasaran output, jelaskan? 13. Apakah terdapat hubungan antara pengusaha dengan pabrik, atau pedagang parantara
(misalnya, ikatan hutang dan kontrak)? Dan bagaimana aturan mainnya
IX. ANALISIS PENDAPATAN USAHA Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Pendapatan Usaha Industri Mochi
1. Penerimaan Rata-rata Per hari Rp.........................................................................................................
Per minggu Rp...................................................................................................
Per bulan Rp
2. Pengeluaran Usaha Jenis Pengeluaran Per hari/minggu Per bulan Per tahun
Bahan baku/bahan pelengkap
Upah tenaga kerja
Listrik, Air, Telepon
Biaya Transportsi pembelian bahan
baku
Pajak, retribusi
Tabungan
Gaji lembur
Biaya pemeliharaan peralatan
Biaya lainnya
Total Pengeluaran
Dependent Variable: UNTUNG Method: Least Squares Date: 05/15/07 Time: 00:31 Sample: 1 9 Included observations: 9
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic
Prob. C 1.11E+08 1.98E+08 0.559139 0.6002
MODAL -8.315972 23.52787 -0.353452
0.7382 VOLUME 3.529283 0.848462 4.159625 0.0088
UPAH -4.515049 15.64361 -0.288619
0.7845 R-squared 0.861082 Mean dependent var 5.24E+08 Adjusted R-squared 0.777732 S.D. dependent var 3.14E+08
S.E. of regression 1.48E+08 Akaike info criterion 40.76654 Sum squared resid 1.10E+17 Schwarz criterion 40.85420 Log likelihood -179.4494 F-statistic 10.33084 Durbin-Watson stat 2.448568 Prob(F-statistic) 0.013905
Hasil Estimasi Model dengan menggunakan metode OLS
Uji Multikolinearitas MODAL UPAH VOLUME
MODAL 1.000000 0.312852 0.602666 UPAH 0.312852 1.000000 0.566767
VOLUME 0.602666 0.566767 1.000000 Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic 1.181325
Probability 0.525579
Obs*R-squared 7.019355 Probability
0.319061