ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO ) … · Teori Konsumsi Islami 9 Halal dan Kriteria...
-
Upload
truongthuan -
Category
Documents
-
view
299 -
download
6
Transcript of ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO ) … · Teori Konsumsi Islami 9 Halal dan Kriteria...
ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO
PAY) TERHADAP DAGING AYAM BERSERTIFIKAT HALAL
(Studi Kasus Konsumen PT. Tri Satya Mandiri)
NISRINA PRIYANDANI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kesediaan
Membayar (Willingness to Pay) terhadap Daging Ayam Bersertifikat Halal (Studi
Kasus Konsumen PT. Tri Satya Mandiri) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripisi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Nisrina Priyandani
NIM H54120084
ABSTRAK
NISRINA PRIYANDANI. Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay)
terhadap Daging Ayam Bersertifikat Halal (Studi Kasus Konsumen PT. Tri Satya
Mandiri). Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI.
Sebesar 87.18 % dari total penduduk di Indonesia beragama Islam.
Berdasarkan Alquran dan Hadis, mengonsumsi makanan halal merupakan suatu
kewajiban. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik responden
yang bersedia membayar biaya tambahan terhadap daging ayam bersertifikat
halal, menghitung besarnya nilai kesediaan konsumen membayar biaya tambahan
terhadap daging ayam bersertifikat halal, dan menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi kesediaan konsumen membayar (willingness to pay) biaya
tambahan terhadap daging ayam bersertifikat halal. Metode yang digunakan
adalah Contingent Valuation Method (CVM) dan Regresi Logistik. Penelitian
dilakukan pada bulan Maret 2016 di PT. Tri Satya Mandiri dengan jumlah
responden sebanyak 70 orang. Hasil penelitian menunjukkan nilai rataan (EWTP)
kesediaan konsumen untuk membayar biaya tambahan terhadap daging ayam
bersertifikat halal adalah sebesar Rp 3582 per kilogram. Variabel yang siginifikan
memengaruhi kesediaan membayar (willingness to pay) biaya tambahan
responden pada daging ayam bersertifikat halal adalah pengetahuan daging halal,
jumlah tanggungan keluarga, dan kepedulian terhadap Sertifikat Halal.
Kata kunci: CVM, Daging Ayam, Halal, Regresi Logistik, Willingness to Pay.
ABSTRACT
NISRINA PRIYANDANI. Analysis of Willingness to Pay for Halal Certified
Chicken Meat (Study Case Consumer of PT. Tri Satya Mandiri) . Supervised by
TANTI NOVIANTI.
As much as 87.18 percent of the total population of Indonesia are Muslim.
According to a set of rules written in Alquran and Hadis, consuming Halal food is
an obligation. The purpose of this study is to analyze characteristic of
respondents that willing to pay additional cost for halal certified chicken meat, to
calculate the value of willingness to pay additional cost for halal certified
chicken meat, and to analyze the factors affecting the consumers’ willingness to
pay additional cost for Halal certified chicken meat. The method used is the
Contingent Valuation Method (CVM) and Logistic Regression. The study was
conducted in March 2016 in PT. Tri Satya Mandiri with 70 respondents. The
result shows that the mean value (EWTP) of consumers’ willingness to pay
additional cost for halal certified chicken meat is Rp 3582 per kilogram. The
variables that are significant in affecting consumers’ willingness to pay additional
cost for halal certified chicken meat are the consumers’ knowledge of halal meat,
total of family members, and awareness of Halal certificate.
Keywords: Chicken meat, CVM, Halal, Logistic Regression, Willingness to Pay.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY)
TERHADAP DAGING AYAM BERSERTIFIKAT HALAL
(Studi Kasus Konsumen PT. Tri Satya Mandiri)
NISRINA PRIYANDANI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih
dalam penelitian ini ialah Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay)
terhadap Daging Ayam Bersertifikat Halal (Studi Kasus Konsumen PT. Tri Satya
Mandiri). Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
Salallahi ‘Alaihi Wasalam karena berkat jasa beliau kita dapat merasakan nikmat
Islam sampai hari ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Orang tua Bapak Supriyanto dan Ibu Yanti Zaini Dwikoryanti atas segala doa
dan dukungan yang selalu diberikan.
2. Ibu Dr Tanti Novianti, S P, M Si selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar,
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof Dr Muhammad Firdaus, S P, M Si selaku penguji utama dan Ibu
Ranti Wiliasih, S P, M Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas
kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
4. Seluruh pihak PT. Tri Satya Mandiri yang telah membantu dalam penyediaan
data untuk penyelesaian skripsi ini.
5. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
6. Kelompok bimbingan skripsi, Nadia Dwi Fitria, Amatullah Afifah, Nindya
Latifa, Rizki Maha Putra, Andhika Nanang Permana, dan Gisa Rachma yang
telah saling berbagi ilmu dan pelajaran dalam menyelesaikan skripsi.
7. Sahabat penulis, Haning Safrida Nurlaila, Addina Silmi, Hanifah Azizah,
Ichria Nurul Arda, Auliya Hidayati, Tamara Yuanita Muji Mardani, dan
Arintia Firda Utami yang telah memberikan saran, kritik, dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga Besar Sharia Economics Student Club (SES-C) FEM IPB khususnya
Divisi BMT atas segala ilmu dan pengalaman kepada penulis.
9. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 49 terima
kasih atas segala persahabatan, kenangan, perjuangan, dan asa untuk mencapai
tujuan.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2016
Nisrina Priyandani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
Willingness to Pay 6
Teori Konsumsi Islami 9
Halal dan Kriteria Pangan dalam Islam 11
Tata Cara Penyembelihan Hewan Menurut Syariat Islam 12
Sertifikasi Halal 14
Penelitian Terdahulu 15
Kerangka Penelitian 16
Hipotesis Penelitian 18
METODE 18
Jenis dan Sumber Data 18
Lokasi dan Waktu Penelitian 18
Metode Pengumpulan Data 18
Metode Pengolahan dan Analisis Data 19
HASIL DAN PEMBAHASAN 22
Gambaran Umum Perusahaan 22
Karakteristik Responden 23
Estimasi Nilai Kesediaan Membayar Daging Ayam Bersertifikat Halal 27
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesediaan Membayar
Daging Ayam Bersertifikat Halal 29
SIMPULAN DAN SARAN 31
Simpulan 31
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
1 Populasi dan produksi daging ayam tahun 2010-2015 3 2 Karakteristik responden berdasarkan usia 24 3 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga 24 4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 25 5 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga 25 6 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembelian 26 7 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembelian daging ayam 26 8 Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan sertifikasi halal 27
9 Distribusi rata-rata WTP 28 10 Classification table 29 11 Omnimbus test of model coefficient, model summary, hosmer and
lemeshow test 29 12 Hasil analisis regresi logistik 30
DAFTAR GAMBAR
1 Konsumsi Daging per Kapita tahun 2010-2014 2
2 Kurva Indiferen 6 3 Kurva Inverse Demand 7 4 Peningkatan Kurva indiferen untuk Barang Halal 10 5 Peningkatan Kurva indiferen untuk Barang Haram X dengan Halal Y 11 6 Kerangka Penelitian 17 7 Sebaran kesediaan membayar 23 8 Kurva Agregat Willingness to Pay 28
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian 35 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 39 3 Hasil Regresi Logistik 41
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pemeluk agama Islam
terbesar di dunia. Sebesar 87.18 % dari 237 641 326 juta jiwa penduduk di
Indonesia beragama Islam (BPS 2010). Agama Islam mewajibkan umatnya untuk
mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib. Makanan dan minuman dapat
memengaruhi tubuh baik secara fisik maupun psikis. Dalam Hadis yang
diriwayatkan sahabat Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Perut adalah telaga bagi raga. Pembuluh-pembuluh darah berujung
padanya. Jika perut sehat, pembuluh-pembuluh itu akan sehat. Sebaliknya, jika
perut sakit, pembuluh darah pun akan ikut sakit.” (HR Thabrani)
Berdasarkan Hadis riwayat tersebut makanan memiliki peranan penting
dalam kehidupan manusia. Menurut Rezai et al. (2010), makanan merupakan
komponen vital dalam menentukan kelangsungan hidup dan perilaku manusia.
Makanan yang halal dan thayyib akan memberikan pengaruh yang baik terhadap
kualitas hidup manusia. Perintah mengonsumsi makanan halal dan thayyib
ditegaskan dalam Alquran Surah Al Maidah ayat 88:
“ Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai
rezeki yang halal dan yang thayyib kepadamu dan bertakwalah kepada Allah
yang kamu beriman kepada-Nya.”
Secara tegas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk
mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib. Halal berarti seluruh proses
pengolahannya, kualitas, dan kuantitasnya terbebas dari sesuatu yang haram.
Thayyib berarti makanan tersebut sehat dan tidak membahayakan konsumennya.
Selain itu ditegaskan untuk bertakwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi segala laranga-Nya. Bentuk ketakwaan kepada Allah
SWT salah satunya dengan mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib.
LPPOM MUI mengeluarkan suatu jaminan kehalalan suatu produk layak
untuk dikonsumsi dalam bentuk Sertifikat Halal. Sertifikat Halal adalah fatwa
tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat
Islam. Proses penerbitan Sertifikat Halal harus diawali dari permohonan produsen
kemudian pihak LPPOM MUI akan melakukan audit sesuai standar operasional
yang berlaku, apabila semua prosedur telah terpenuhi maka Komisi Fatwa MUI
akan menyatakan kehalalan produk tersebut dan MUI akan menerbitkan Sertifikat
Halal. Sertifikat Halal merupakan salah satu bentuk perlindungan pemerintah
kepada masyarakat Muslim dalam hal konsumsi. Keberadaan Sertifikat Halal
sangat penting dalam industri pangan.
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama yang harus dipenuhi secara
kualitatif dan kuantitatif. Salah satu kandungan gizi yang harus dipenuhi dalam
pangan adalah protein. Protein merupakan komponen utama dalam metabolisme
tubuh manusia. Daging mengandung protein tinggi yang dapat memenuhi
kebutuhan protein tubuh. Terdapat dua jenis daging yang sering dikonsumsi
masyarakat Indonesia, yaitu daging ayam dan daging sapi. Dilihat dari sisi
2
pemenuhan kebutuhan protein, daging ayam dapat memenuhi 53 % dari
kebutuhan protein hewani dan sisanya diperoleh dari jenis daging lainnya1. Selain
itu, harga daging ayam relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan harga daging
sapi sehingga konsumsi daging ayam lebih tinggi dibandingkan konsumsi daging
sapi. Perbedaan jumlah konsumsi daging ayam dan daging sapi per kapita periode
tahun 2010 sampai 2014 dijelaskan pada Gambar 1.
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015 (diolah)
Gambar 1 Konsumsi Daging per Kapita tahun 2010-2014
Konsumsi daging ayam pada periode 2010 sampai dengan 2014 cenderung
meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 2.01 % dan rata-rata konsumsi
daging ayam per kapita per tahun sebesar 4.19 kilogram. Peningkatan konsumsi
daging ayam tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 10.1 % sedangkan pada
tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 8.35 % sehingga konsumsi daging ayam
hanya mencapai 3.95 kilogram per kapita per tahun. Setelah mengalami
penurunan pada tahun 2012, jumlah konsumsi mengalami peningkatan di tahun
2013 dan 2014. Hal tersebut berbeda dengan konsumsi daging sapi pada periode
2010 sampai 2014, rata-rata konsumsi daging sapi per kapita hanya mencapai 0.34
kilogram per tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar -7.04 %. Peningkatan
pertumbuhan konsumsi terjadi pada tahun 2011 sebesar 30.05 % kemudian terjadi
penurunan drastis pada tahun 2013 sebesar 27.78 % sehingga konsumsi daging
sapi per kapita pada tahun 2013 hanya 0.26 kilogram.
Konsumsi daging ayam di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan
konsumsi daging ayam di negara ASEAN. Konsumsi daging ayam di Brunei
Darussalam mencapai 40 kilogram per kapita per tahun kemudian di Malaysia
mencapai 32 kilogram per kapita per tahun. Selain itu, konsumsi daging ayam di
Thailand mencapai 10 kilogram per kapita per tahun dan di Filipina mencapai 8
kilogram per kapita per tahun (ILO dan PCdP2 UNDP 2014). Hal ini disebabkan
1 Disampaikan oleh Wakil Menteri Pertanian Rusman Heryawan pada event International Livestock
and Dairy Expo (ILDEX) Indonesia dan Festival Ayam dan Telur 2013 yang diselenggarakan pada 3-5
Oktober di Jakarta International Expo. Tersedia pada: http://www.satuharapan.com/read-detail/read/wamen-
pertanian-daging-ayam-penuhi-53-%-kebutuhan-protein-hewani-masyarakat
3
harga daging ayam di Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan negara lainnya
dan kurangnya edukasi masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi ayam
sebagai sumber protein yang murah dan menyehatkan (Pinsarin 2015)
Indonesia mulai tahun 2010 sudah swasembada daging ayam, artinya
kebutuhan daging ayam dapat dicukupi dari produksi dalam negeri. Produksi
daging ayam periode 2010 sampai dengan 2015 cenderung meningkat. Rata-rata
pertumbuhan produksi daging ayam per tahun mencapai 6.06 % dengan jumlah
rata-rata produksi mencapai 1437.01 ribu ton. Tingginya produksi daging ayam di
Indonesia diimbangi dengan populasi daging ayam meningkat pesat dalam kurun
waktu tahun 2010 sampai dengan 2015. Rata-rata peningkatan pertumbuhan
populasi sebesar 8.83 % per tahun dan rata-rata populasi daging ayam sebesar
1283 ribu ekor. Peningkatan ini seiring dengan perkembangan teknologi terutama
sektor budidaya (on farm) yang semakin modern sehingga proses produksi
menjadi lebih cepat dan efisien (Kementan 2015). Perkembangan populasi dan
produksi daging ayam periode tahun 2010-2015 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Populasi dan produksi daging ayam tahun 2010-2015
Tahun Populasi
(ribu ekor)
Pertumbuhan
(%)
Produksi
(ribu ton)
Pertumbuhan
(%)
2010 987 - 1214.34 -
2011 1178 19.35 1337.91 10.18
2012 1244 5.64 1400.47 4.68
2013 1344 8.02 1497.87 6.96
2014 1443 7.38 1544.38 3.10
2015* 1498 3.76 1627.11 5.36
Rata-rata 1283 8.83 1437.01 6.06 *Angka sementara
Sumber: Kementrian Pertanian Republik Indonesia 2015 (diolah)
Produksi daging ayam dilakukan oleh rumah pemotongan hewan modern
dan tradisional. Proses penanganan di RPH merupakan kunci yang menentukan
kelayakan daging untuk dikonsumsi. Berkaitan dengan hal tersebut salah satu
proses produksi adalah penyembelihan. Secara fisik daging yang disembelih
dengan cara yang sama tetapi tidak dengan membaca basmallah, tidak dapat
dibedakan sama sekali. Daging tersebut dapat diindikasikan tidak halal sedangkan
salah satu kriteria daging yang layak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
adalah daging yang halal. Menurut Apriyantono (2005) diperlukan proses
sertifikasi halal dan pengawasan ketat terhadap rumah potong hewan, khususnya
rumah potong ayam yang tersebar dengan skala kecil sampai besar agar
terjaminnya kehalalan suatu daging. Berdasarkan data LPPOM MUI (2013),
Rumah Potong Hewan (RPH) yang memiliki Sertifikat Halal hanya 17.14 % dari
seluruh RPH yang terdapat di Indonesia. Hal ini disebabkan sertifikasi halal untuk
rumah potong ayam masih bersifat sukarela. Selain itu besarnya biaya sertifikasi
halal bagi rumah potong hewan berdasarkan ukuran skala usaha produsen
(LPPOM MUI 2013). Rendahnya RPH yang memiliki Sertifikat Halal
dikarenakan para pelaku usaha belum menemukan nilai ekonomi keberadaan
Sertifikat Halal. Keberadaan nilai ekonomi pada daging ayam bersertifikat halal
dapat dilihat dari sisi konsumen dalam menilai barang tersebut. Penilaian
4
konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh persepsi konsumen terhadap
barang tersebut dan dapat menimbulkan kesediaan kesediaan membayar
(willingness to pay).
Perumusan Masalah
Dalam mengonsumsi daging ayam, ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan, yaitu daging ayam harus aman, sehat, utuh dan halal. Aman artinya
daging ayam terbebas dari zat atau bahan yang membahayakan kesehatan tubuh.
Sehat artinya daging ayam tanpa pewarna, tidak berbau, warna daging ayam agak
mengkilap, daging kenyal, serta tidak terdapat darah pada pembuluh darah di leher
dan sayap. Utuh artinya daging ayam tidak tercampur bahan lainnya, daging
gelonggongan adalah salah satu daging yang tidak utuh. Halal artinya daging
ayam terbebas dari unsur-unsur yang diharamkan baik dari proses penyembelihan,
penyimpanan, hingga daging ayam sampai ke tangan konsumen (Kementan 2012).
Himpunan Peternakan Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) melakukan
penelusuran di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya,
dan Makassar sejak tahun 2011 sampai tahun 2014, hasil penelusuran
menunjukkan 90 % daging ayam lokal yang dijual di pasar modern tidak
bersertifikat Halal2. Selain itu diketahui jika banyak penyembelih ayam tidak
memahami cara menyembelih ayam berdasarkan syariat Islam, Himpuli
menemukan salah satu tempat pemotongan ayam di Bogor merendam ayam
dengan air panas sehingga ayam mati bukan karena disembelih dan terpotong
saluran darah, nafas dan makanan melainkan karena direndam dengan air panas3.
Apabila daging tersebut termakan maka sama saja dengan memakan bangkai
sedangkan umat Islam dilarang untuk memakan bangkai seperti yang ditegaskan
dalam Alquran Surah Al-Maidah ayat 3:
”Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya…”
Berkaitan dengan hal tersebut untuk menjaga kepercayaan dan
meningkatkan kepuasan konsumen, PT. Tri Satya Mandiri melakukan sertifikasi
halal. Perusahaan ini melakukan sertifikasi halal sejak tahun 2005. Masa berlaku
Sertifikat Halal hanya dua tahun apabila masa berlaku Sertifikat Halal habis maka
perusahaan ini segera mengajukan permohonan sertifikasi halal kembali. Sertifikat
Halal yang dimilki PT. Tri Satya Mandiri berlaku sampai Juni 2017. Perusahaan
yang akan mengajukan sertifikasi halal harus memiliki Sistem Jaminan Halal
(SJH). Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh produsen dengan cara
menerapkan Sistem Jaminan Halal. Keberadaan Sistem Jaminan Halal merupakan
2Disampaikan oleh Ade Zulkarnaen, Ketua Umum Himpunan Unggas Lokal Indonesia di Kantor
MUI Pusat pada 12 Mei 2014 dimuat dalam harian terbit. Teresdia pada:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/05/12/n5g881-90-persen-daging-ayam-tak-
bersertifikat-halal 3 Disampaikan oleh Ade Zulkarnaen, Ketua Umum Himpunan Unggas Lokal Indonesia di Kantor
MUI Pusat pada 12 Mei 2014 dimuat dalam harian terbit. Teresdia pada:
http://www.harianterbit.com/hanterekonomi/read/2014/05/13/2145/31/21/Ayam-Dipotong-Tidak-
Sampai-Mati-Tidak-Halal-dan-Tidak-Sehat
5
salah satu sistem untuk menjaga konsistensi pelaksanaan halal di lingkungan
pelaku usaha apabila suatu perusahaan tidak memiliki dan tidak memenuhi Sistem
Jaminan Halal maka proses sertifikasi tidak akan diteruskan (LPPOM MUI 2016).
Kesadaran pentingnya keberadaan Sertifikat Halal pada daging ayam
belum banyak disadari oleh masyarakat Indonesia sehingga belum terdapat
pengukuran yang pasti mengenai besarnya nilai kesediaan membayar (willingness
to pay) konsumen terhadap keberadaan Sertifikat Halal pada daging ayam.
Kesediaan membayar (willingness to pay) diartikan sebagai jumlah maksimal
seseorang ingin membayar untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas
terhadap suatu barang. Konsumen menilai seberapa pantas harga barang atau jasa
tersebut dibandingkan dengan kegunaan serta manfaat yang akan didapatkan dari
barang atau jasa tersebut (Fauzi 2004). Daging ayam dengan Sertifikat Halal
memiliki nilai yang berbeda dibandingkan dengan daging ayam tanpa Sertifikat
Halal. Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan dijawab
dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana karakteristik responden yang bersedia membayar biaya
tambahan terhadap daging ayam bersertifikat halal?
2. Berapa nilai kesediaan membayar (willingness to pay) konsumen
terhadap pembayaran tambahan dengan adanya Sertifikat Halal pada
produk daging ayam?
3. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kesediaan konsumen untuk
membayar (willingness to pay) biaya tambahan terhadap daging ayam
bersertifikat halal ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang disampaikan sebelumnya, maka
tujuan dari peneltian ini, antara lain :
1. Menganalisis karakteristik responden yang bersedia membayar biaya
tambahan terhadap daging ayam bersertifikat halal.
2. Menghitung besarnya nilai kesediaan membayar (willingness to pay)
konsumen terhadap pembayaran tambahan dengan adanya Sertifikat
Halal pada daging ayam.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kesediaan konsumen
untuk membayar (willingness to pay) biaya tambahan terhadap daging
ayam bersertifikat halal.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan masukan bagi
pemerintah, lembaga terkait, dan kalangan akademisi:
1. Bagi sektor industri peternakan (PT. Tri Satya Mandiri) dapat
menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas
dan kinerja perusahaan agar memenuhi harapan kepuasan konsumen.
2. Bagi LPPOM MUI, Himpuli, dan Pemerintah dapat menjadikan
penelitian ini sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan, dan
meningkatkan kualitas kinerja dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
6
ΔX
2 ΔX
1
X2
Slope =
X1
3. Bagi kalangan akademisi dapat menjadikan referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis bagaimana kesediaan
responden untuk membayar (willingness to pay) biaya tambahan pada daging
ayam bersertifikat halal yang merupakan konsumen PT. Tri Satya Mandiri.
Variabel-variabel yang digunakan meliputi pendapatan rumah tangga, jumlah
tanggungan keluarga, frekuensi pembelian daging ayam dalam sebulan,
pengetahuan daging halal, dan kepedulian konsumen terhadap sertifikasi halal.
Selain itu meneliti nilai kesediaan membayar (willingness to pay) terhadap biaya
tambahan dengan adanya Sertifikat Halal pada daging ayam.
TINJAUAN PUSTAKA
Willingness to Pay
Konsep kesediaan membayar (willingness to pay) merefleksikan keinginan,
kerelaan seseorang akan harga yang akan dibayarkan terhadap suatu barang atau
jasa. Menurut Fauzi (2004), kesediaan membayar atau (willingness to pay)
diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang ingin membayar untuk menghindari
terjadinya penurunan kualitas terhadap sesuatu barang. Menurut Varian (2010)
Konsep WTP merupakan intrepretasi lain dari tingkat substitusi marginal
(marginal rate of substitution) dimana MRS merupakan slope negatif dari kurva
indiferen. Tingkat substitusi marginal (MRS) mengukur tingkat kesediaan atau
kerelaan konsumen untuk melepaskan atau mengganti sejumlah unit barang untuk
memperoleh satu unit tambahan barang lain dengan kepuasan yang sama. Rasio
menunjukkan seberapa besar keinginan seseorang untuk mengganti
sejjumlah barang 2 untuk mendapatkan satu tambahan barang 1. Rasio tersebut
merupakan slope kurva indiferen yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber: Varian (2010)
Gambar 2 Kurva Indiferen
7
Inverse demand
curve p1(x1)
X1
P
1
Berdasarkan Gambar 2 slope MRS negatif, hal ini menunjukkan semakin
meningkat jumlah konsumsi barang 1 maka jumlah konsumsi barang 2 akan
semakin menurun. Slope MRS menyerupai kurva permintaan yang menunjukkan
slope negatif. Apabila suatu kurva memiliki slope negatif kurva tersebut
mendefinisikan fungsi inverse demand. Fungsi Inverse demand menggambarkan
posisi harga (P) sebagai fungsi dari kuantitas (Q). Bentuk Kurva Inverse Demand
menunjukkan hubungan jumlah barang atau jasa yang diinginkan pada berbagai
tingkat harga yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber: Varian (2010)
Gambar 3 Kurva Inverse Demand
Kurva Willingness to Pay memiliki slope yang sama dengan kurva
Inverse Demand yang menunjukkan semakin tinggi nilai yang bersedia
dibayarkan (WTP) maka semakin rendah jumlah barang yang akan dikonsumsi.
Konsep WTP berkaitan dengan kepuasan dimana dalam fungsi permintaan
terdapat intrepretasi ekonomi lain, yaitu selama barang yang dikonsumsi
berjumlah positif dan terdapat pilihan- pilihan untuk memaksimalkan kepuasan,
hal tersebut berkaitan dengan tingkat substitusi marginal (MRS) dimana tingkat
substitusi marginal sama dengan rasio harga :
Jika harga (P2) dan utilitas marjinal (MU2) dari barang lain dianggap
konstan, maka harga suatu barang tertentu (P1) proporsional terhadap kepuasan
atau utilitas dari unit tambahan (MU1) dari barang tersebut.
Nilai yang harus dibayarkan berbeda dengan nilai yang bersedia dibayarkan.
Nilai yang harus dibayarkan ditentukan berdasarkan harga yang tertera pada suatu
barang sedangkan nilai yang bersedia dibayarkan tergantung pada preferensi
individu dan manfaat yang didapatkan dari barang tersebut. Rasio antara benefit
dengan cost untuk memperoleh barang atau jasa tersebut atau disebut juga B/C
ratio. Apabila nilai B/C ratio > 0 maka konsumen berada pada tahap bersedia
untuk membayar (Willingness to Pay), namun jika nilai B/C < 0 atau negatif maka
8
konsumen berada pada tahap penilaian diterima (Willingness to Accept)
(Tietenberg 2009). Studi-studi tentang penggunaan kesediaan membayar
(Willingness to Pay) dalam barang atau jasa publik telah banyak dilakukan dalam
bidang tertentu, diantaranya keselamatan mengkonsumsi makanan (food safety)
(Rozan et al. 2004).
Pengukuran WTP dapat dilakukan dengan pendekatan Contingent
Valuation Method (CVM). Pendekatan CVM secara teknis dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, dengan teknis eksperimental melalui simulasi dan
permainan. Kedua, dengan teknik survey. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk
mengetahui keinginan membayar (WTP) dari masyarakat. Terdapat beberapa
tahapan untuk menerapkan pendekatan CVM, diantaranya (Fauzi 2004) :
1. Membuat Hipotesis Pasar
Pada awal proses kegiatan CVM, seorang peneliti biasanya harus
membuat hipotesis mengenai permasalahan yang akan dievaluasi. Dalam
hipotesis pasar digambarkan mengenai masalah yang akan dievaluasi
dengan kondisi yang yang diharapkan kemudian bagaimana cara
memperoleh dana. Kuesioner bisa diujikan pada kelompok kecil untuk
mengetahui reaksi atas proyek yang akan dilakukan sebelum melakukan
proyek yang sebenarnya.
2. Mendapatkan Nilai Lelang
Tahap berikutnya adalah memperoleh nilai lelang, terdapat
beberapa teknik untuk mendapatkan nilai lelang diantaranya:
a. Permintaan lelang (Bidding Game), melalui teknik ini responden
diberi pertanyaan secara berulang-ulang tentang apakah mereka
ingin membayar sejumlah tertentu. Setelah itu nilai ditawarkan dari
nilai terendah sampai tertinggi. Pertanyaan dihentikan jika sudah
mencapai nilai tertinggi.
b. Pertanyaan terbuka, melalui teknik ini responden diberi kebebasan
untuk menyatakan nilai yang ingin dibayar untuk suatu produk
sesuai dengan persepsi individu namun terkadang bisa
menimbulkan pencilan karena persepsi responden terhadap suatu
produk berbeda dan akan menimbulkan banyak nilai variasi.
c. Payment Cards, metode ini menggunakan media kartu sebagai
penawaran nilai lelang. Dalam kartu tersebut terdapat kisaran nilai
yang akan ditawarkan kepada responden dan responden akan
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan memilih kartu yang
berisi nilai yang sesuai dengan nilai yang bersedia responden
bayarkan. Dibutuhkan pemahaman statistik yang relatif baik untuk
menggunakan teknik ini.
d. Model referendum atau discrete choice (dichotomous choice),
metode ini menawarkan kepada responden suatu nilai rupiah
kemudian responden dipersilahkan untuk memilih setuju atau tidak
setuju dengan nilai tersebut.
3. Menghitung Rataan WTP
Setelah survey dilaksanakan, tahap berikutnya adalah dengan
menghitung nilai WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai
lelang (bid) yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini didasarkan
pada nilai mean (rataan) dan nilai median (tengah). Pada tahap ini harus
9
diperhatikan kemungkinan munculnya outlier (nilai yang sangat jauh
menyimpang dari rata-rata).
4. Memperkirakan Kurva Lelang ( Bid Curve)
Kurva lelang atau bid curve diperoleh dengan meregresikan WTP
sebagai variabel yang tidak bebas (dependent variable) dengan beberapa
variabel bebas.
5. Mengangregatkan Data
Tahap terakhir dalam penerapan CVM adalah mengagregatkan
rataan lelang yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan
konversi data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah
satu cara untuk mengonversi ini adalah mengalikan rataan sampel dengan
jumlah populasi.
Menurut Hanley and Splash (1993), terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengoperasian CVM agar mendapatkan hasil yang terbaik ,
diantaranya :
1. Hipotesis pasar yang digunakan harus kredibilitas dan realistis
2. Alat pembayaran yang digunakan dan/atau ukuran kesejahteraan (WTP)
sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang terkait di
masyarakat.
3. Responden sebaiknya diberikan informasi yang cukup mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan isi kuesioner dan sistem penawaran yang akan
digunakan.
4. Idealnya, responden memiliki cukup informasi mengenai hal-hal yang
akan diteliti sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
5. Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari karena responden
sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka
berikan .
6. Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah
perolehan selang kepercayaan dan reabilitas.
7. Pengujian kebiasan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk
memperkecil strategi bias secara khusus.
8. Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi.
9. Memastikan contoh memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dan
lakukan penyesuaian jika diperlukan.
10. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat jika mereka
setuju dengan harapan yang tepat.
Teori Konsumsi Islami
Secara umum konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi Islam konsumsi juga
memiliki pengertian yang hampir sama, tetapi ada perbedaan yang melingkupinya.
Perbedaan yang mendasar adalah tujuan pencapaian dari konsumsi dan cara
pencapaiannya yang harus memenuhi Kaidah Syariah Islam. Tujuan utama
10
Halal Y
Halal X
IC’’
IC’
IC
konsumsi bagi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah
kepada Allah (P3EI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 2008).
Dalam ekonomi Islam konsep terdapat konsep maslahah atau
kesejahteraan sosial atau utilitas, yaitu sebuah konsep yang mencakup semua
urusan manusia baik ekonomi ataupun urusan lainnya yang erat kaitannya antara
individu dengan masyarakat. Kandungan mashlahah terdiri atas manfaat dan
berkah. Dalam konsumsi, seorang konsumen akan mempertimbangkan manfaat
dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya. Dalam teori ekonomi
tingkat kepuasan (utility function) digambarkan oleh kurva indiferen yang
melambangkan kombinasi antara dua barang yang memberikan tingkat kepuasan
yang sama. Secara grafis tingkat utilitas yang lebih tinggi digambarkan
dengan utility function yang letaknya di sebelah kanan atas. Bagi konsumen
semakin ke kanan atas atau semakin menjauhi titik asal maka semakin tinggi
tingkat kepuasannya seperti dapat dilihat pada Gambar 4.
Sumber : Karim (2007)
Gambar 4 Peningkatan Kurva indiferen untuk Barang Halal
Konsumsi dalam Islam dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu halal
dan haram. Halal artinya boleh atau diperkenankan sedangkan haram adalah
kebalikannya. Tidak semua komoditas memiliki sifat yang sama yaitu halal dan
haram. Barang haram dan barang halal memiliki nilai yang berbeda sehingga
memberikan nilai kepuasan yang berbeda. Kesejahteraan konsumen akan
meningkat jika mengonsumsi lebih banyak banyak barang halal, bermanfaat dan
mengurangi mengonsumsi barang yang haram (Karim 2007). Utility function
untuk dua barang yang salah satunya tidak disukai digambarkan dengan utility
function terbalik (Frank 1991). Semakin sedikit konsumsi barang yang haram
maka tingkat kepuasan akan semakin tinggi. Hal ini digambarkan dengan utility
function yang semakin ke kiri atas semakin tinggi tingkat kepuasannya. Secara
grafis, sumbu X sebagai barang haram dan sumbu Y sebagai barang halal yang
dapat dilihat pada Gambar 5.
11
Halal Y
I’
I
I’’
Haram X
Sumber : Karim (2007)
Gambar 5 Peningkatan Kurva indiferen untuk Barang Haram X dengan Halal Y
Halal dan Kriteria Pangan dalam Islam
Kata Halal berasal dari bahasa arab yang berarti “melepaskan” dan “tidak
terikat”. Secara etimologi Halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan
karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya.
Konsep makanan halal menekankan pada keamanan pangan, higienis, dan
menyehatkan secara keseluruhan dari bahan baku sampai ke penyajian (Rezai et
al. 2010). Yaqub (2009), membagi kriteria pangan Halal ke dalam lima bagian,
yaitu:
1. Thayyib.
At-thayyib adalah sesuatu yang suci, enak, dan tidak berbahaya pada
tubuh dan akal. At-thayyib berarti sesuatu yang terhindar dari al-khabits
(sesuatu yang membahayakan tubuh dan akal, tidak suci dan tidak enak).
Halal dan thayyib merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar oleh
manusia dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Menurut Qardhawi
(2000), segala sesuatu yang dipandang baik oleh selera manusia yang
standard dan dinilai baik pula oleh manusia secara keseluruhan dan
penilaian tersebut tidak berasal dari suatu adat kebiasaan.
2. Tidak membahayakan/dharar.
Al-dharar adalah sesuatu yang dilakukan manusia berupa hal yang
tidak disukai atau menyakitkan, baik menimpa pada akal, keturunan, harta,
jiwa dan agamanya. Segala sesuatu yang membahayakan manusia, maka
haram menggunakannya, baik untuk makan, minum, berobat dan bersolek.
3. Tidak Najis
Najis adalah sesuatu yang dipandang jijik dan menghalangi sahnya
sholat dan tidak ada keringanan di dalamnya. Najis merupakan salah satu
kriteria haram makanan, minuman, obat dan alat kosmetika. Babi serta
turunannya dan khamar serta turunannya termasuk golongan najis.
12
Keharaman babi dan khamar termaktub di dalam Al-Quran dan Hadis.
Seiring dengan perkembangan zaman, produk turunan dari babi dan khamar
semakin bervariasi. Kaum muslimin harus waspada terhadap produk turunan
tersebut, sebab keharamannya sama seperti keharaman babi dan khamar.
Para ulama sepakat bahwa setiap benda yang najis tidak dapat disucikan
dengan istihalal (perubahan sesuatu benda dari sifat atau hakikat yang satu
ke sifat atau hakikat yang lain) kecuali khamar yang berubah sendiri
menjadi cuka, darah hewan yang berubah menjadi susu dan darah kijang
yang berbuah minyak kasturi. Ulama Hanafiyah berpendapat setiap benda
najis dapat disucikan dengan istihalal secara mutlak, baik terjadi dengan
sendirinya maupun campur tangan manusia dengan syarat adanya bala
(kesulitan yang menimpa secara umum).
4. Tidak memabukkan/iskar.
Iskar (memabukkan) adalah salah satu kriteria yang menentukan
keharaman, baik terdapat pada minuman-minuman yang bersifat cairan
seperti khamar dan nabidz yang memabukkan atau benda-benda yang
padat seperti narkotika dan zat-zat adiktif lainnya. Setiap yang
memabukkan, apapun jenisnya cair atau padat, mentah atau matang,
berasal dari perasan anggur atau bahan lainnya, adalah haram dan hal ini
dijelaskan dalam sebuah hadis:
“ Semua yang memabukkan adalah khamr dan semua khamr adalah
haram.” (HR. Muslim)
Mayoritas ulama dari kalangan ahli fikih hijaz, ahli Hadis dan
ulama-ulama Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah
berpendapat bahwa kadar haram pada minuman-minuman yang
memabukkan baik sedikit maupun banyak selagi memiliki potensi
memabukkan, minuman tersebut haram meskipun ketika dikonsumsi tidak
sampai memabukkan.
5. Tidak mengandung organ manusia.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, sebagian
orang mulai berpendapat bahwa organ manusia dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pangan, obat dan kosmetika. Sebagian orang memanfaatkan
bagian tubuh manusia sebagai pengembang makanan, kesuburan air susu,
obat, kecantikan dan lainnya. Kandungan organ manusia yang terdapat
pada pangan menjadi salah satu kriteria haram.
Tata Cara Penyembelihan Hewan Menurut Syariat Islam
Penyembelihan adalah cara melepaskan nyawa hewan dengan jalan paling
mudah, meringankan dan tidak menyakiti. Alat yang digunakan berupa pisau,
mesin potong atau benda tajam lainnya. Hewan yang disembelih harus halal dan
dalam keadaan masih hidup bukan bangkai, termasuk ketika menyembelih dengan
teknik pemingsanan hewan harus tetap hidup. Hal ini dikarenakan memakan
bangkai hukumnya haram seperti yang telah dijelaskan dalam Alquran Surah An
Nahl ayat 115:
“ Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai,
darah, daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain
Allah”
13
Namun ada dua binatang yang dikecualikan oleh syariat Islam dari
kategori bangkai, yaitu belalang, ikan, dan binatang yang hidup di dalam air.
Rasulullah S.A.W. ketika ditanya tentang masalah air laut, beliau menjawab:
"Laut itu airnya suci dan bangkainya halal." (Riwayat Ahmad dan ahli sunnah).
Selain itu dijelaskan dalam Al-Quran Surah Al Maidah ayat 96 :
"Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut dan makanan dari laut.."
Terkait belalang, Rasulullah S.A.W. memberikan suatu perkenan untuk
dimakannya walaupun sudah menjadi bangkai, karena satu hal yang tidak
mungkin untuk menyembelihnya. Ibnu Abi Aufa mengatakan: "Kami pernah
berperang bersama Nabi tujuh kali peperangan, kami makan belalang bersama
beliau." (Riwayat Jama'ah, kecuali Ibnu Majah).
Penyembelihan hewan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tradisonal dan
mekanik. Tradisonal menggunakan pisau atau benda tajam lainnya sedangkan
mekanik menggunakan mesin potong. Penyembelihan dengan cara mekanik lebih
sering digunakan untuk penyembelihan dalam jumlah banyak karena prosesnya
lebih cepat. Ada hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penyembelihan
baik secara tradisional maupun mekanik, yaitu (1) penyembelih harus beragama
Islam atau ahli kitab, (2) baligh dan berakal, (3) menyembelih dengan sengaja,
dan (4) bisa melihat dan tidak buta. Setelah syarat-syarat penyembelihan
terpenuhi, berikut langkah-langkah penyembelihan hewan sesuai syariat Islam
(Qardhawi 2000) :
1. Hewan tersebut harus disembelih atau ditusuk (nahr) dengan suatu alat
yang tajam yang dapat mengalirkan darah dan mencabut nyawa hewan
tersebut, baik alat itu berupa batu ataupun kayu. Dalam penyembelihan,
dilarang menyembelih dengan menggunakan gigi dan kuku karena alat-
alat tersebut dapat menyakiti binatang dan umumnya alat-alat tersebut
hanya bersifat mencekik.
2. Penyembelihan atau penusukan (nahr) itu harus dilakukan di leher hewan
tersebut. Penyembelihan yang paling sempurna, yaitu terputusnya
kerongkongan, tenggorokan dan urat nadi. Persyaratan ini dapat gugur
apabila penyembelihan itu ternyata tidak dapat dilakukan pada tempatnya
yang khas, misalnya karena binatang tersebut jatuh dalam sumur, sedang
kepalanya berada di bawah yang tidak mungkin lehernya itu dapat
dipotong, atau karena binatang tersebut menentang sifat kejinakannya.
Dalam hal ini hewan boleh diperlakukan seperti buronan, yang cukup
dilukai dengan alat yang tajam di bagian manapun yang memungkinkan.
3. Harus menyebut nama Allah (membaca bismillah) ketika menyembelih.
Hal ini diterangkan dalam Alquran Surah Al An’am ayat 121:
"Dan janganlah kamu makan dari apa-apa yang tidak disebut asma'
Allah atasnya, karena sesungguhnya dia itu suatu kefasikan..."
Berdasarkan ayat tersebut apabila pada saat penyembelihan tidak
membaca basmallah maka hal tersebut dikategorikan suatu perbuatan yang
fasik. Hal ini dikarenakan orang-orang jahiliah bertaqarrub kepada Tuhan
dan berhalanya dengan cara menyembelih binatang kemudian mereka
menyebut berhala-berhala itu ketika menyembelih dan ada kalanya
penyembelihannya itu diperuntukkan kepada sesuatu berhala tertentu.
14
Sertifikasi Halal
Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang
menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat Halal
MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan izin pencantuman label halal pada
kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang. Adanya Sertifikat
Halal MUI pada produk memberikan jaminan bagi konsumen bahwa produk
tersebut layak dikonsumsi. Kesinambungan proses produksi Halal dijamin oleh
produsen dengan cara menerapkan Sistem Jaminan Halal. Keberadaan Sistem
Jaminan Halal merupakan salah satu sistem untuk menjaga konsistensi
pelaksanaan halal di lingkungan pelaku usaha apabila suatu perusahaan tidak
memiliki dan tidak memenuhi Sistem Jaminan Halal maka proses sertifikasi tidak
akan diteruskan (LPPOM MUI 2016). Setelah semua syarat terpenuhi maka
proses sertifikasi bisa dilakukan dengan mengikuti tata cara berikut ini : 1. Setiap produsen yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal bagi
produknya, harus mengisi borang (formulir) yang telah disediakan.
Borang tersebut berisi informasi tentang data perusahaan, jenis dan
nama produk serta bahan-bahan yang digunakan. Produsen harus
mendaftarkan seluruh tempat penyembelihan yang berada dalam satu
perusahaan yang sama.
2. Barang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya dikembalikan
ke sekretariat LPPOM MUI untuk diperiksa kelengkapannya dan bila
belum memadai perusahaan harus melengkapi sesuai dengan
ketentuan.
3. LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai jadwal
audit. Tim Auditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan atau
audit ke lokasi produsen dan pada saat audit, perusahaan harus dalam
keadaan memproduksi produk yang disertifikasi.
4. Hasil pemeriksaan atau audit dan hasil laboratorium (bila diperlukan)
dievaluasi dalam Rapat Auditor LPPOM MUI. Hasil audit yang belum
memenuhi persyaratan diberitahukan kepada perusahaan melalui audit
memorandum. Jika telah memenuhi persyaratan, auditor akan
membuat laporan hasil audit guna diajukan pada Sidang Komisi Fatwa
MUI untuk diputuskan status kehalalannya.
5. Laporan hasil audit disampaikan oleh Pengurus LPPOM MUI dalam
Sidang Komisi Fatwa MUI pada waktu yang telah ditentukan.
6. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika
dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan,
dan hasilnya akan disampaikan kepada produsen pemohon sertifikasi
halal.
7. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah
ditetapkan status kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI.
8. Sertifikat Halal berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan
fatwa.
9. Tiga bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Halal berakhir, produsen
harus mengajukan perpanjangan Sertifikat Halal sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan LPPOM MUI.
15
Berdasarkan serangkaian proses tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu
produk yang dikatakan halal tidak semata-mata hanya terdiri dari penyediaan
bahan-bahan baku pembuatan, tetapi juga pengolahan, penyimpanan, pengemasan,
pendistribusian, penjualan, hingga penyajian. Sertifikat Halal hanya berlaku dua
tahun dan selama masa sertifikat LPPOM MUI akan melakukan audit internal
dalam enam bulan sekali.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan dalam melakukan
penelitian sehingga dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji
penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu pada penelitian ini mengacu pada
penelitian Safitri (2013) mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi niat
mengonsumsi daging halal studi kasus konsumen muslim di Semarang. Penelitian
ini mengambil 100 sampel dengan teknik accidental sampling. Metode yang
digunakan adalah regresi berganda dengan dua model. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa norma subjektif dan kontrol perilaku berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesadaran religi atas produk halal dan kesadaran religi atas
produk halal berpengaruh positif secara signifikan terhadap niat berperilaku
mengkonsumsi daging halal. Penelitian mengenai karakteristik konsumen
mengacu pada penelitian Burhanudin (2011) yang melakukan analisis mengenai
perilaku konsumen pada pembelian daging ayam ras (broiler chicken) di pasar
traditional dan pasar modern Kota Jember. Penelitian ini menggunakan 80 sampel
dan dianalisis menggunakan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan karakteristik konsumen yang melakukan pembelian di pasar
tradisional dengan di pasar modern dilihat dari sisi pendapatan dan pekerjaan.
Selain itu faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen terhadap daging
ayam ras adalah faktor deskripsi produk, faktor karakteristik eksternal konsumen,
dan faktor psikologi.
Penelitian mengenai kesediaan membayar (willingness to pay) dilakukan
untuk menghindari terjadinya penuruan kualitas suatu barang. Hal ini berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Alqudsi (2014), yaitu menganalisis
mengenai permintaan konsumen terhadap rantai pasok 100 % halal untuk daging.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 130 responden dari Singapura, 40
responden dari Australia, dan 30 responden dari Malaysia dengan teknik
purposive sampling. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk meneliti
kepedulian, pengetahuan, pandangan, dan persepsi konsumen terhadap rantai
pasok 100 % halal untuk daging. Hasil penelitian menunjukkan agar terciptanya
rantai pasok 100% halal diperlukan pengawasan dari berbagai pihak yang terlibat
agar terciptanya kualitas terbaik. Selain itu konsumen bersedia membayar 10
sampai 20 % tambahan biaya agar bisa mendapatkan daging halal secara
keseluruhan.
Ibrahim (2011) yang menganalisis dan menghitung kesediaan membayar
harga yang lebih tinggi untuk daging kambing bersertifikat halal di Atlanta,
Georgia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi
willingness to pay untuk daging kambing bersertifikat halal adalah status
pernikahan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah konsumsi
16
daging kambing per bulan. Biaya tambahan yang bersedia dibayarkan oleh
responden untuk daging kambing Halal adalah 50 cents per pound. Nilai yang
bersedia dibayarkan dapat diketahui melalui metode Contingent Valuation Method
(CVM) sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhinya dapat
dianalisis menggunakan metode regresi. Mayoritas penelitian menggunakan
metode analisis regresi berganda, namun pada penelitian ini mengunakan metode
analisis regresi logistik karena variabel dependent berupa variabel kategorik. Hal
ini mengacu pada penelitian Hidayati (2013) yang menganalisis kesediaan
membayar (willingness to pay) untuk sayur organik di Toko All Fresh Bogor.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 100 responden dengan teknik non
probability sampling. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif, regresi
logistik, crosstab dan Contingent Valuation Method (CVM). Hasil dari penelitian
ini menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi willingness to pay untuk sayur
organik adalah status pernikahan, usia konsumen, kepedulian konsumen terhadap
sayur organik, dan jumlah anggota keluarga.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu maka pada penelitian ini akan
menganalisis karakteristik responden yang bersedia membayar biaya tambahan
pada daging ayam bersertifikat halal, nilai yang bersedia ditambahkan oleh
responden untuk mendapatkan daging ayam bersertifikat halal, dan faktor-faktor
yang memengaruhi kesedian membayar biaya tambahan (willingness to pay) pada
daging ayam bersertifikat halal. Pemilihan daging ayam sebagai sebagai produk
yang diteliti karena daging ayam memiliki protein tinggi selain itu jumlah
konsumsi daging ayam lebih tinggi dibandingkan daging sapi. Variabel yang
digunakan lebih beragam karena menggabungkan variabel dari penelitian
terdahulu dan variabel baru yang belum diujikan pada penelitian terdahulu.
Variabel baru yang diujikan pada penelitian ini adalah pengetahuan daging halal.
Selain itu lokasi penelitian berbeda dengan penelitian terdahulu. Lokasi penelitian
adalah salah satu toko semi modern di Bogor yang menjual daging ayam segar
yang dilengkapi dengan Sertifikat Halal.
Kerangka Penelitian
Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Dalam agama Islam
diwajibkan untuk mengonsumsi makanan halal. Salah satu makanan yang
digemari penduduk Indonesia adalah daging ayam. Daging ayam mengandung
protein tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh, namun daging ayam yang tidak
bersertifikat halal mulai beredar di pasar. LPPOM MUI telah mengeluarkan
sertifikasi halal sebagai bentuk jaminan bahwa produk tersebut terjamin
kehalalannya dan memenuhi kriteria daging yang aman, sehat, utuh, dan halal
(ASUH) sehingga layak untuk dikonsumsi. Pelaku usaha belum mementingkan
keberadaan Sertifikat Halal karena Sertifikat Halal masih bersifat sukarela namun
PT. Tri Satya Mandiri peduli dengan keberadaan Sertifikat Halal untuk menjaga
kepuasan konsumen dan memberikan rasa aman pada konsumen. Daging ayam
yang memiliki Sertifikat Halal memiliki nilai yang berbeda dibandingkan dengan
daging ayam yang tanpa sertifikat karena daging ayam tanpa sertifikat
kehalalannya belum terjamin. Kondisi ini menimbulkan adanya kesediaan
membayar (Willingness to Pay) responden untuk mendapatkan daging ayam
aman, sehat, utuh, dan halal.
17
Faktor-faktor yang
memengaruhi kesediaan
membayar (Willingness to Pay)
Sertifikat Halal sebagai bentuk
jaminan kehalalan suatu produk
Nilai kesediaan membayar
(Willingness to Pay)
responden
Analisis Regresi
Logistik
Contingent Valuation
Method (CVM)
Peningkatan jumlah daging
ayam yang bersertifikat halal
Daging ayam tanpa Sertifikat Halal
beredar di pasar
Mayoritas penduduk Indonesia
beragama Islam
Mengonsumsi makanan halal adalah
kewajiban bagi setiap umat Islam
Pendapatan
rumah tangga
Frekuensi pembelian
Kualitas
produk
Jumlah
tanggungan
keluarga
Kepedulisn
terhadap
sertifikat halal
Kualitas
pelayanan
Pengetahuan
daging halal
Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh pendapatan rumah tangga,
jumlah tanggungan keluarga, kualitas pelayanan, kualitas produk, frekuensi
pembelian, pengetahuan mengenai daging halal, dan kepedulian terhadap
Sertifikat Halal terhadap kesediaan membayar biaya tambahan (willingness to
pay) responden. Selain itu dapat diketahui biaya tambahan yang bersedia
dibayarkan responden pada daging ayam bersertifikat halal. Diharapakan dari
hasil penelitian ini kepedulian pelaku usaha terhadap keberadaan Sertifikat Halal
pada daging ayam meningkat sehingga lebih banyak daging ayam bersertifikat
halal lebih banyak di pasar modern dan pasar tradisional. Adapun kerangka
pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Kerangka Penelitian
18
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut
1. Pengetahuan daging halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesediaan membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal.
2. Kepedulian terhadap Sertifikat Halal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesediaan membayar biaya tambahan pada daging ayam
bersertifikat halal.
3. Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan
membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal.
4. Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan
membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal.
5. Frekuensi kunjungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesediaan membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal.
6. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kesediaan membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal.
7. Pendapatan rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesediaan membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal.
METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara langsung
menggunakan kuesioner. Data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang
relevan, seperti skripsi, jurnal, buku, internet, dan instansi yang terkait dengan
penelitian ini.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di PT. Tri Satya Mandiri.
Pemilihan PT. Tri Satya Mandiri dikarenakan perusahaan ini merupakan salah
satu pelaku usaha di Kota Bogor yang bergerak dari hulu ke hilir dalam bidang
peternakan dan memiliki Sertifikat Halal bagi rumah pemotongan ayamnya
sehingga produk yang dijualnya terjamin kehalalannya. Perpanjangan sertifikasi
halal baru dilakukan pada Juni 2015 dan berlaku sampai Juni 2017.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil selama tiga minggu
dengan metode studi kasus wawancara langsung kepada konsumen PT. Tri Satya
Mandiri yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner. Metode
penarikan sampel responden pada penelitian ini menggunakan non- probability
sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang dipilih dengan
19
pertimbangan responden konsumen Muslim yang sedang atau pernah melakukan
pembelian daging ayam potong di PT. Tri Satya Mandiri. Jumlah responden yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 70 responden. Penentuan jumlah
responden ini berdasarkan Gay et al. (2006) yang menyatakan bahwa untuk studi
korelasi, setidaknya dibutuhkan 30 responden yang diperlukan untuk menetapkan
suatu hubungan.
Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap intrumen yang menggunakan
skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif.
Menurut Suliyanto (2005), banyaknya pilihan respon biasanya 3,5,7,9, dan 11.
Namun yang paling banyak digunakan pada penelitian adalah 5 pilihan,
susunannya akan dimulai dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju dengan
bobot nilai sangat setuju paling besar. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi
mengenai pemahaman mengenai pengetahuan daging halal, kepedulian terhadap
Sertifikat Halal, kualitas produk dan kualitas pelayanan.
Pengujian Kuesioner
Setiap butir pertanyaan yang ada pada kuesioner kemudian diuji validitas
dan reliabilitasnya menggunakan program Statistical Package for the Social
Science (SPSS) versi 16.
a. Uji validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji
validitas dilakukan dengan mengorelasikan skor item dengan skor total
(Suliyanto 2005). Uji Validitas dikatakan valid apabila koefisien spearman
correlation > r-tabel (α= n-2) dimana n adalah jumlah sampel. Uji
validitas pada penelitian ini dilakukan pada 30 responden.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat menunjukkan dipercaya atau tidak. Uji ini setelah uji
validitas dilakukan dan dilakukan pada pertanyaan yang sudah memiliki
validitas. Uji reliabilitas yang paling sering digunakan adalah Uji Alpha,
Hoyt, dan Spearman Brown (Suliyanto 2005). Penelitian ini menggunakan
Uji Alpha dengan nilai alpha cronbach sebesar 0.898
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskrtiptif, analisis regresi logistik dan Contingent Valuation Method (CVM).
Alat bantu analisis berupa software Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS versi
16. Analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
Willingness to Pay responden terhadap kesediaan pembayaran tambahan pada
daging ayam bersertifikat halal dan Contingent Valuation Method (CVM) untuk
20
menghitung nilai rataan kesediaan membayar (Willingness to Pay) biaya
tambahan pada daging ayam bersertifikat halal.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang
diteliti melalui data sampel atau populasi (Sugiyono 2011). Analisis deskriptif
dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan karakteristik sosial ekonomi
responden, tingkat pengetahuan konsumen terhadap daging halal dan kepedulian
konsumen terhadap sertifikat halal yang diklasifikasikan menjadi kategori besedia
membayar lebih dan tidak bersedia membayar lebih terhadap daging ayam
bersertifikat halal.
Regresi Logistik
Regresi logistik (Logistik Regression Model) adalah bagian analisis yang
mengkaji hubungan pengaruh peubah-peubah penjelas (X) terhadap peubah
respon (Y) melalui model persamaan sistematis tertentu. Secara umum, analisis
regresi logistik menggunakan peubah penjelasnya berupa peubah kategorik
ataupun peubah numerik untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari
kategori peubah respon (Firdaus et al. 2011). Bentuk persamaan regresi logistik
dalam penelitian ini adalah
Dimana,
Pi : Probabilitas bersedia membayar biaya tambahan
1-Pi : Probabilitas tidak bersedia membayar biaya tambahan
: Konstanta atau intersep model garis regresi
: Koefisien variabel ke i (i = 1...7)
PDH : Pengetahuan daging halal (skor)
KSH : Kepedulian terhadap sertifikasi halal (skor)
PLY : Kualitas pelayanan (skor)
PRD : Kualitas produk (skor)
FRP : Dummy Frekuensi pembelian (0 = <4 kali; 1= ≥ 4 kali)
JTK : Jumlah tanggungan keluarga (orang)
PDT : Dummy Pendapatan rumah tangga (0 = ≤ Rp 3 juta; 1= >Rp 3 juta )
: Error
Definisi Operasional
1. Pengetahuan daging halal adalah tingkat pengetahuan konsumen mengenai
daging halal.
2. Kepedulian terhadap Sertifikasi halal adalah tingkat kepedulian responden
terhadap keberadaan Sertifikat Halal.
3. Kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan guna memenuhi harapan kosumen.
21
4. Kualitas produk adalah tingkat kualitas produk yang diberikan oleh
perusahaan kepada konsumen. Variabel ini dilihat dari dua aspek yaitu
aspek kesegaran dan keamanan daging.
5. Frekuensi pembelian adalah jumlah pengulangan, atau siklus, yang terjadi
selama interval waktu tertentu untuk meakukan pembelian daging ayam.
6. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang ditanggung dalam
keluarga.
7. Pendapatan rumah tangga adalah besarnya pendapatan yang diterima dan
digunakan untuk keperluan rumah tangga dalam satu bulan.
Contingent Valuation Method (CVM)
Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode perhitungan
secara langsung untuk mengetahui nilai kesediaan masyarakat untuk membayar
biaya tambahan untuk daging ayam potong bersertifikat halal. Menurut Fauzi
(2004), metode ini memungkinkan semua komoditas yang tidak memiliki pasar
dapat di-estimasi nilai ekonominya. Pada penelitian ini menggunakan empat
tahapan penerapan pendekatan CVM, diantaranya:
1. Membuat hipotesis pasar
Skenario yang akan digunakan pada penelitian ini adalah “Daging
ayam merupakan salah satu sumber protein yang dapat memenuhi
kebutuhan protein tubuh. Mengonsumsi makanan yang halal adalah
kewajiban bagi umat Muslim. Namun, daging ayam yang dijual dipasaran
belum terjamin kehalalannya. Kriteria daging halal, yaitu penyembelihan
harus sesuai syariat Islam selain itu tidak terkontaminasi sesuatu yang
diharamkan. Oleh karena itu, LPPOM MUI mengeluarkan Sertifikat Halal
sebagai bukti tertulis untuk menyatakan kehalalan suatu produk sesuai
dengan syariat Islam sehingga terdapat jaminan bahwa produk tersebut
layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat, khususnya umat Muslim.
Keberadaan Sertifikat Halal belum memiliki nilai ekonomi bagi pelaku
usaha selain itu Sertifikat Halal masih bersifat sukarela sehingga belum
banyak rumah pemotongan ayam yang memiliki Sertifikat Halal. Daging
ayam yang bersertifikat halal sudah terjamin kehalalannya oleh LPPPOM
MUI sehingga memiliki nilai yang berbeda dengan daging ayam tanpa
Sertifikat Halal”.
Berdasarkan skenario di atas, diharapkan dapat memberikan
gambaran kepada responden mengenai pencantuman Sertifikat Halal pada
produk ayam potong sebagai upaya jaminan kehalalan.
2. Mendapatkan nilai lelang Willingness to Pay (WTP)
Nilai lelang diperoleh melalui survey langsung berupa kuesioner
dengan menggunakan dua teknik, yaitu: (1) Pertanyaan terbuka (Open
ended question) dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka
mengenai nilai maksimal yang bersedia dibayarkan konsumen terhadap
suatu produk (2) Permintaan lelang (Bidding Game), melalui teknik ini
responden diberi pertanyaan secara berulang-ulang tentang apakah mereka
ingin membayar sejumlah tertentu. Setelah itu nilai ditawarkan dari nilai
terendah sampai tertinggi. Pertanyaan dihentikan jika sudah mencapai nilai
tertinggi.
22
3. Memperoleh rataan Willingness to Pay (WTP)
Dugaan nilai WTP diperoleh melalui rataan (mean) dari jumlah
nilai lelang yang diperoleh dari tahap kedua dibagi jumlah responden.
Rumus perhitungan rataan:
Dimana
EWTP = dugaan rataan WTP
Wi = nilai WTP ke-i
Pfi = nilai relatif
i = responden ke-i yang bersedia membayar sertifikasi halal
pada produk
Apabila terdapat nilai yang jauh menyimpang dari nilai yang lain
(outlier), maka nilai tersebut tidaak dimasukkan pada perhitungan.
4. Memperkirakan kurva lelang ( Bid Curve)
Kurva lelang pada penelitian menghubungkan antara nilai
willingness to pay yang dibayarkan oleh responden dengan frekuensi
kumulatif responden yang bersedia membayar biaya tambahan pada
daging ayam bersertifikat halal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
PT Tri Satya Mandiri, Perusahaan ini merupakan usaha ini bergerak dari
hulu ke hilir dalam bidang peternakan. Berawal dari sebuah peternakan ayam,
tahun 2005 usaha ini berkembang menjadi tempat penjualan daging ayam potong
segar dan menjadi distribusi daging ayam potong ke beberapa supermarket. Toko
yang bermodelkan semi modern ini memberikan pelayanan dan fasilitas
selayaknya supermarket namun dengan harga yang cukup terjangkau Perusahaan
ini memiliki empat toko yang berlokasi di Pagelaran, Yasmin, Cimanggu, dan
Ciomas (Perumahan Bukit Asri). Dalam sebulan PT. Tri Satya Mandiri mampu
menjual daging ayam hingga 15 ton per bulan dari empat toko tersebut.
Sejak berdirinya toko pemotongan ayam segar segala perlengkapan usaha
sudah dipersiapkan, diantaranya Sertifikat Halal. Perusahaan ini tidak pernah lalai
dalam memperpanjang Sertifikat Halal. Beberapa bulan sebelum masa berlaku
Sertifikat Halal habis, perusahaan segera mengurusi keperluan untuk
memperpanjang Sertifikat Halal. Sejak pertama kali mengajukan permohonan
sertifikasi pada tahun 2005 dan mendapatkan sertifikasi pada tahun yang sama
karena seluruh prosedur telah terpenuhi, perusahaan ini sudah melakukan enam
kali perpanjangan Sertifikat Halal karena masa berlaku Sertifikat Halal hanya dua
tahun. Sertifikat Halal yang dimiliki perusahaan ini berlaku sampai dengan Juni
2017.
23
87%
13%
bersedia membayar
tidak bersedia membayar
Setiap perusahaan yang akan mengajukan permohonan Sertifikat Halal
harus memiliki Sistem Jaminan Halal untuk menjaga kehalalan produknya. Sistem
Jaminan Halal yang dilakukan oleh PT. Tri Satya Mandiri adalah selalu
melakukan pengecekan sebelum dan sesudah melakukan penyembelihan, alat-alat
yang digunakan selalu steril dan terbebas dari sesuatu yang diharamkan.
Penyembelihan dilakukan secara manual, pisau yang digunakan harus tajam dan
penyembelih sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Sebelum
dilakukan penyembelihan, ayam harus berada dalam kondisi tenang agar ayam
tidak merasa tersiksa sehingga darah bisa mengalir dengan baik. Setelah
disembelih bulu ayam dibubuti menggunakan mesin. Apabila ada ayam hasil
penembelihan dan pembubutan yang tidak sesuai kriteria maka daging ayam
tersebut dipisahkan dari daging ayam yang akan dijual.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua
kategori, yaitu kategori responden yang bersedia membayar biaya tambahan dan
kategori responden yang tidak bersedia membayar biaya tambahan pada daging
ayam bersertifikat halal. Responden dalam penelitian ini adalah 70 konsumen
muslim PT. Tri Satya Mandiri. Dalam Gambar 7 dapat dilihat perbandingan
responden yang bersedia membayar sebanyak 61 orang atau 87.1 % sedangkan
responden yang tidak bersedia membayar hanya sembilan orang atau 12.9 %.
Sumber : Data Primer 2016 (diolah)
Gambar 7 Sebaran kesediaan membayar
Karakteristik responden responden dijelaskan melalui beberapa
karakteristik diantaranya usia, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan,
pendapatan rumah tangga, frekuensi pembelian daging ayam dalam satu bulan,
jumlah pembelian daging ayam dalam satu bulan, dan pengetahuan responden
mengenai sertifikasi halal. Setiap karakteristik dijelaskan dalam bentuk tabel dan
diklasifikasikan antara kategori yang bersedia membayar biaya tambahan dengan
kategori tidak bersedia membayar biaya tambahan.
Usia
Karakteristik usia responden dalam penelitian ini berada pada interval 21
tahun sampai 64 tahun. Tabel 2 menunjukkan lima kategori usia responden
beserta sebaran kesediaan membayar. Kategori dengan proporsi terbesar berada
24
pada kategori usia 41 sampai dengan 50 tahun dengan presentase adalah sebesar
41.4 %. Dilihat dari kesediaan membayar biaya tambahan pada daging ayam
bersertifikat halal, presentase tertinggi responden yang bersedia membayar adalah
sebesar 41 % berada pada interval usia 41 tahun sampai dengan 50 tahun
sedangkan presentase tertinggi responden yang tidak bersedia membayar adalah
sebesar 44.4 % dengan interval usia tresponden pada interval usia usia 41 tahun
sampai dengan 50 tahun.
Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan usia
Usia (tahun)
Kesediaan membayar
Bersedia Tidak bersedia Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
21-30 3 4.9 2 22.2 5 7.1
31-40 18 29.5 2 22.2 20 28.6
41-50 25 41 4 44.4 29 41.4
51-60 12 19.7 0 0 12 17.1
> 61 3 4.9 1 11.1 4 5.7 Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Jumlah Tanggungan Keluarga
Karakteristik jumlah tanggungan keluarga dalam penelitian ini berada
pada interval dua sampai sembilan orang dan seluruh responden sudah menikah.
Tabel 3 menunjukkan jumlah tanggungan keluarga beserta sebaran kesediaan
membayar. Mayoritas responden memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak
empat orang dengan presentase adalah sebesar 32.9 %. Dilihat dari sebaran
kesediaan membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal,
presentase tertinggi responden bersedia membayar adalah sebesar 34.4 % dengan
jumlah tanggungan keluarga empat orang sedangkan presentase tertinggi
responden yang tidak bersedia membayar adalah sebesar 44.4 % dengan jumlah
tanggungan keluarga tiga orang.
Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
Jumlah tanggungan
keluarga (orang)
Kesediaan membayar
Bersedia Tidak bersedia Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
2 4 6.6 0 0 4 5.7
3 11 18 4 44.4 15 21.4
4 21 34.4 2 22.2 23 32.9
5 13 21.3 3 33.3 16 22.9
6 7 11.5 0 0 7 10
>6 5 8.2 0 0 5 7.1 Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Tingkat Pendidikan
Kategori tingkat pendidikan pada penelitian ini, diantaranya SD,
SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, dan Perguruan Tinggi. Berdasarkan kategori
tersebut, mayoritas responden atau 41.4 % dari total responden memiliki
25
pendidikan akhir SMA/Sederajat. Dilihat dari sebaran kesediaan membayar biaya
tambahan pada daging ayam bersertifikat halal, presentase tertinggi responden
yang bersedia membayar adalah sebesar 42.6 persesn dengan latar belakang
pendidikan terakhir perguruan tinggi sedangkan presntase tertinggi responden
yang tidak bersedia membayar adalah sebesar 66.7 % dengan latar belakang
pendidikan terakhirnya adalah SMA/Sederajat.
Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat
pendidikan
Kesediaan membayar
Bersedia Tidak bersedia Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
SD 1 1.6 1 11.1 2 2.9
SMP/Sederajat 11 18 0 0 11 15.7
SMA/Sederajat 23 37.7 6 66.7 29 41.4
Perguruan Tinggi 26 42.6 2 22.2 28 40 Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Pendapatan Rumah Tangga
Karakteristik pendapatan rumah tangga pada penelitian ini dikategorikan
menjadi lima kategori pendapatan rumah tangga, yaitu pendapatan kurang dari
atau sama dengan 1 juta rupiah, lebih besar dari 1 juta rupiah sampai dengan 3
juta rupiah, lebih besar dari 3 juta rupiah sampai 5 juta rupiah, lebih besar dari 5
juta rupiah sampai 10 juta rupiah, dan lebih besar dari 10 juta rupiah. Mayoritas
responden atau 48.6 % dari total responden memiliki pendapatan dengan interval
lebih besar dari 3 juta rupiah sampai dengan 5 juta rupiah. Dilihat dari kesediaan
membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal, presentase
tertinggi responden yang bersedia membayar adalah sebesar 47.5 % sedangkan
presentase tertinggi responden yang tidak bersedia membayar adalah sebesar 55.6
% dengan pendapatan rumah tangga berada pada interval lebih besar dari 3 juta
rupiah sampai dengan 5 juta rupiah.
Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga
Pendapatan rumah tangga
(bulan)
Kesediaan membayar
Bersedia Tidak bersedia Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤Rp 1 juta 0 0 1 11.1 1 1.4
>Rp 1 juta – Rp 3 juta 4 6.6 3 33.3 7 10
>Rp 3 juta – Rp 5 juta 29 47.5 5 55.6 34 48.6
>Rp 5 juta – Rp 10 juta 21 34.4 1 11.1 22 31.4
>Rp 10 juta 6 9.8 0 0 6 8.6 Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Frekuensi Pembelian
Frekuensi pembelian pada penelitian ini merupakan suatu siklus pembelian
daging ayam yang dilakukan selama satu bulan. Tabel 6 menjelaskan sebaran
kesediaan membayar beserta frekuensi pembelian daging ayam dalam satu bulan
sebanyak satu yang diklasifikasikan menjadi tiga kategori, diantaranya frekuensi
26
pembelian 1-3 kali, 4-6 kali, dan lebih dari enam kali. Mayoritas responden atau
47.1 % dari total responden melakukan pembelian sebanyak 4-6 kali dalam satu
bulan. Dilihat dari sebaran kesediaan membayar biaya tambahan pada daging
ayam bersertifikat halal, presentase tertinggi responden yang bersedia membayar
adalah sebesar 50.8 % dengan frekuensi pembelian responden sebanyak 4-6 kali
per bulan sedangkan presentase tertinggi responden yang tidak bersedia
membayar adalah sebesar 44.4 % dengan frekuensi pembelian responden
sebanyak 1-3 kali per bulan.
Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembelian
Frekuensi pembelian
(per bulan)
Kesediaan membayar
Bersedia Tidak bersedia Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1-3 10 16.4 4 44.4 14 20
4-6 31 50.8 2 22.2 33 47.1
>6 20 32.8 3 33.3 23 32.9 Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Jumlah Pembelian Daging Ayam
Jumlah pembelian daging ayam dalam penelitian menunjukkan jumlah
pembelian dalam satu bulan. Tabel 7 menunjukkan sebaran kesediaan membayar
beserta jumlah pembelian daging ayam yang diklasifikasikan menjadi tiga
kategori. Mayoritas responden atau 44.3 % dari total responden melakukan jumlah
pembelian lebih dari 5 kilogram dalam satu bulan. Dilihat dari sebaran kesediaan
membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal, presentase
tertinggi responden yang bersedia membayar adalah sebesar 44.3 dengan jumlah
pembelian lebih dari 5 kilogram dalam satu bulan sedangkan presentase tertinggi
responden yang tidak bersedia membayar adalah sebesar 44.4 % dengan jummlah
pembelian lebih dari lima kilogram dan satu sampai tiga kilogram dalam satu
bulan.
Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembelian daging ayam
Jumlah pembelian
(kg/bulan)
Kesediaan membayar
Bersedia Tidak bersedia Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1-3 13 21.3 4 44.4 17 24.2
>3-5 21 34.4 1 11.1 22 31.4
>5 27 44.3 4 44.4 31 44.3 Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Pengetahuan Sertifikat Halal
Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan sertifikat halal terbagi
menjadi dua kategori yaitu mengetahui dan tidak mengetahui. Mayoritas
responden atau 78.6 % dari total responden sudah mengetahui sertifikasi halal dan
sisanya sebesar 21.4 % belum mengetahui sertifikasi halal. Sumber informasi
mengenai Sertifikat Halal didapat melalui word of mouth atau informasi yang
27
didapat dari teman atau keluarga , media elektronik, dan media lainnya seperti
event daerah, spanduk maupun baliho (Nuriana 2013).
Dilihat dari aspek kesediaan membayar biaya tambahan pada daging ayam
bersertifikat halal, sebesar 82 % responden yang bersedia membayar didominasi
oleh kategori yang mengetahui sertifikasi halal dan sisanya sebesar 18 % berasal
dari kategori yang tidak mengetahui sertifikasi halal. Presentase responden yang
tidak bersedia membayar biaya tambahan dengan kategori mengetahui sertifikasi
halal adalah sebesar 55.5 peresn dan sisanya sebesar 44.4 % berasal dari kategori
yang tidak mengetahui sertifikasi halal.
Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan sertifikasi halal
Pengetahuan
sertifikasi halal
Kesediaan membayar
Bersedia Tidak bersedia Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Mengetahui 50 82 5 55.5 55 78.6
Tidak Mengetahui 11 18 4 44.4 15 21.4 Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Estimasi Nilai Kesediaan Membayar Daging Ayam Bersertifikat Halal
Berdasarkan hasil penelitian, total responden secara keseluruhan sebanyak
70 responden. Sebanyak 61 responden bersedia membayar biaya tambahan pada
ayam bersertifikat halal sedangkan sisanya sebanyak 9 responden tidak bersedia
membayar biaya tambahan pada ayam bersertifikat halal. Estimasi besarnya nilai
kesediaan membayar daging ayam bersertifikat halal berdasarkan hasil analisis
menggunakan pendekatan analisis Contingent Valuation Method (CVM). Hasil
pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) adalah sebagai berikut :
a. Membangun Hipotesis Pasar
Berdasarkan skenario yang dijelaskan melalui kuesioner penelitian,
responden mampu memahami pentingnya pencantuman Sertifikat Halal
pada daging ayam untuk menjamin kehalalan daging. Selain itu, daging
yang memiliki Sertifikat Halal memiliki nilai yang yang berbeda dengan
daging ayam tanpa Sertifikat Halal.
b. Mendapatkan nilai lelang Willingness to Pay (WTP)
Berdasarkan nilai lelang yang diperoleh melalui survei langsung
berupa kuesioner. Mayoritas nilai lelang diperoleh melalui teknik open
ended question (pertanyaan terbuka), yaitu responden menjawab langsung
nilai maksimal yang bersedia dibayarkan untuk mendapatkan daging ayam
bersertifikat halal. Permintaan lelang (Bidding Game), melalui teknik ini
responden diberi pertanyaan secara berulang-ulang tentang apakah mereka
ingin membayar sejumlah tertentu. Setelah itu nilai ditawarkan dari nilai
terendah sampai tertinggi. Pertanyaan dihentikan jika sudah mencapai nilai
tertinggi. Nilai lelang yang didapatkan pada penelitian ini berada pada
interval Rp 500 sampai dengan Rp 12000.
c. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP
Dugaan nilai rataan WTP (EWTP) responden dihitung berdasarkan
data distribusi WTP responden dengan menggunakan rumus EWTP. Nilai
tersebut dijadikan kelas dan diurutkan dari urutan terkecil hingga terbesar.
28
Hasil perhitungan EWTP pada penelitian ini, didapatkan dugaan rataan
WTP terhadap pembayaran ayam bersertifikat halal terdapat pada Tabel 9.
Tabel 9 Distribusi rata-rata WTP
Kelas WTP (Rp) Frekuensi
(orang)
Frekuensi
Relatif (Pfi)
EWTP (Rp)
500 1 0.02 8
1000 4 0.07 66
2000 20 0.33 656
2500 2 0.03 82
3000 16 0.26 787
4000 4 0.07 262
5000 7 0.11 574
8000 2 0.03 262
10000 3 0.05 492
12000 2 0.03 393
61 1.00 3582 Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
d. Kurva Willingness to Pay
Kurva WTP pada penelitian menghubungkan antara nilai
Willingness to Pay yang dibayarkan oleh responden dengan frekuensi
kumulatif dari jumlah responden yang bersedia membayar biaya tambahan
pada daging ayam bersertifikat halal. Adapun kurva tersebut dapat dilihat
pada Gambar 8.
Gambar 8 Kurva Agregat Willingness to Pay
Kurva Agregat Willingness to Pay daging ayam bersertifikat halal
menunjukkan slope negatif, artinya semakin tinggi nilai willingness to pay yang
ditawarkan maka frekuensi kumulatif responden yang bersedia membayar
semakin berkurang. Nilai WTP terendah adalah Rp 500 dan nilai WTP tertinggi
adalah sebesar Rp 12000.
29
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesediaan Membayar
Daging Ayam Bersertifikat Halal
Pengolahan data untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
kesediaan membayar ayam bersertifikat halal dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi logistik dengan metode Enter yang dijelaskan pada Lampiran 3.
Dalam Tabel 10 terdapat nilai overall percentage sebesar 91.4 yang menunjukkan
bahwa secara klasifikasi 91.4% baik untuk dibangunnya sebuah model dan
variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan oleh model.
Tabel 10 Classification table
Observed
Predicted
WTP Percentage
Correct Tidak bersedia
membayar
Bersedia
membayar
WTP
Tidak bersedia
membayar
5 4 55.6
Bersedia
membayar
2 59 96.7
Overall Percentage 91.4
Berdasarkan data hasil classification table pada Tabel 10 diketahui bahwa
model regresi yang dihasilkan cukup layak. Kelompok tidak bersedia membayar
biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal berjumlah sembilan
responden, hanya lima responden atau 55.6 % yang dapat diklasifikasikan secara
benar. Kelompok yang bersedia membayar biaya tambahan daging ayam
bersertifikat halal berjumlah 61 responden dengan 59 responden atau 96.7 %
dapat diklasifikasikan secara benar.
Tabel 11 Omnimbus test of model coefficient, model summary, hosmer and
lemeshow test
Omnimbus Test Of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
24.067 7 0.010
Model Summary
-2 Log Likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
29.646 0.291 0.543
Hosmer and Lemeshow test
Chi-square Df Sig.
5.445 7 0.709
Dalam Tabel 11 dijelaskan nilai Omnimbus Tests of Model Coefficients
dihasilkan pada tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 artinya minimal terdapat
satu variabel bebas (independent) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas
(dependent). Kemudian hasil ouput dari Model Summary menunjukkan bahwa
nilai Nagelkerke R Square sebesar 0.543 dapat diartikan bahwa kemampuan
30
variabel bebas (independent) dalam menjelaskan model sebesar 54.3% dan
sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Selain itu, nilai Hosmer and
Lemeshow test menujukkan nilai signifikansi 0.709 yang lebih besar dari α= 10%,
artinya model tersebut telah layak untuk digunakan dalam analisis.
Hasil analisis regresi logistik yang dijelaskan dalam Tabel 12
menunjukkan bahwa terdapat dua variabel yang signifikan pada taraf nyata 0.05,
diantaranya pengetahuan daging halal dan kepedulian terhadap Sertifikat Halal.
Selain itu terdapat satu variabel yang signifikan pada taraf nyata 0.1 yaitu variabel
jumlah tanggungan keluarga.
Tabel 12 Hasil analisis regresi logistik
Variabel B Sig Exp (B)
Pengetahuan Daging halal (PDH) 1.268 0.029* 3.555
Kepedulian terhadap Sertifikat Halal (KSH) .536 0.028* 1.709
Kualitas Pelayanan (PLY) -1.031 0.213 .357
Kualitas Produk (PRD) .032 0.966 1.033
Frekuensi Pembelian (FRP) 2.838 0.154 17.075
Jumlah Tanggungan Keluarga (JTK) 1.022 0.092** 2.778
Pendapatan Rumah Tangga (PRT) .353 0.790 1.423
Constant -24.068 0.025 .000 Ket: *Signifikan pada taraf 5
**Signifikan pada taraf 10%
Variabel pengetahuan daging halal memiliki ood ratio berdasarkan nilai
Exp (B) sebesar 3.555 yang menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki
pengetahuan mengenai daging halal lebih tinggi satu skor memungkinkan bersedia
membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal sebesar 3.555
kali, cateris paribus. Dalam hal ini pengetahuan daging halal berpengaruh positif
terhadap kesedian membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal
artinya semakin tinggi pengetahuan konsumen mengenai daging halal maka
keinginan membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal
semakin tinggi.
Variabel kepedulian terhadap Sertifikat Halal memiliki odd ratio
berdasarkan nilai Exp (B) sebesar 1.709 yang menunjukkan bahwa konsumen
yang memiliki kepedulian terhadap Sertifikat Halal yang lebih tinggi satu skor
memungkinkan bersedia membayar biaya tambahan pada daging ayam
bersertifikat halal sebesar 1.709 kali, cateris paribus. Dalam hal ini kepedulian
terhadap Sertifikat Halal berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar biaya
tambahan pada daging ayam bersertifikat halal. Responden yang memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap keberadaan Sertifikat Halal pada daging ayam
maka telah menjaga dirinya dari segala sesuatu yang syubhat. Syubhat adalah
sesuatu yang berkenaan dengan ketidakjelasan status kehalalan suatu makanan.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad
SAW bersabda:
“Maka barangsiapa yang menjaga (dirinya) dari syubhat, ia telah
berlepas diri (demi keselamatan) agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa
yang terjerumus ke dalam syubhat, ia pun terjerumus ke dalam (hal-hal yang)
haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)
31
Hasil ini sesuai dengan penelitian Ma’rifat et al. (2015) bahwa kepedulian
terhadap Sertifikat Halal memengaruhi kesediaan membayar produk ayam
bersertifikat halal. Sertifikat Halal merupakan jaminan kehalalan suatu produk
yang diterbitkan oleh LPPOM MUI dan telah melalui standar operasional yang
berlaku sehingga tidak ada keraguan didalamnya.
Variabel jumlah tanggungan keluarga memiliki odd ratio berdasarkan nilai
Exp (B) sebesar 2.778 yang menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki
jumlah tanggungan keluarga lebih banyak satu orang memungkinkan bersedia
membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal sebesar 2.778
kali, cateris paribus. Dalam hal ini jumlah tanggungan dalam keluarga
berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar ayam bersertifikat halal artinya
semakin besar jumlah tanggungan dalam keluarga maka kesediaan membayar
biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat halal akan semakin tinggi. Hasil
ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah tanggungan
keluarga berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar biaya tambahan pada
daging ayam bersertifikat halal. Hal ini dikarenakan dalam Islam memberikan
nafkah yang baik adalah kewajiban seorang ayah atau suami. Nafkah yang baik
diantaranya makanan yang halal dan thayyib sehingga tidak mengganggu
kelangsungan hidup keluarganya. Selain itu seseorang tidak akan diberi beban
diluar batas kemampuannya seperti yang ditegaskan dalam Alquran Surah Al-
Baqarah ayat 233 :
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian mereka dengan cara
yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya.”
Berdasarkan ayat tesebut ditegaskan bahwa rezeki seseorang sudah diatur
oleh Allah SWT dan membayar biaya tambahan pada daging ayam bersertifikat
halal merupakan salah satu cara untuk menghindari penurunan kualitas suatu
barang dan terhindar dari segalal sesuatu yang syubhat sehingga setiap anggota
keluarga tetap mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pemaparan pada hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
a. Karakteristik responden yang bersedia membayar biaya tambahan pada
daging ayam bersertifikat halal mayoritas berada pada rentang usia 41-
50 tahun, memiliki jumlah tanggungan keluarga 4 orang, pendidikan
terakhir yang dicapai adalah SMA/Sederajat, dan pendapatan rumah
tangga berada pada interval >Rp 3 juta-5 juta. Selain itu mayoritas
responden melakukan pembelian daging ayam sebanyak 4-6 kali dalam
satu bulan dengan jumlah pembelian lebih dari 5 kilogram dalam satu
bulan. Responden yang bersedia melakukan pembayaran tambahan
pada ayam bersertifikat halal mayoritas memiliki pengetahuan tentang
Sertifikat Halal yang cukup baik.
b. Besarnya nilai rataan biaya tambahan yang bersedia dibayarakan
konsumen (EWTP) pada daging ayam bersertifikat halal adalah
32
sebesar Rp 3582 per kilogram dengan nilai WTP paling rendah sebesar
Rp 500 dan paling tinggi sebesar Rp 12000.
c. Faktor-faktor yang memengaruhi kesediaan konsumen untuk
membayar (willingness to pay) biaya tambahan terhadap daging ayam
bersertifikat halal adalah variabel pengetahuan daging halal, jumlah
tanggungan keluarga, dan kepedulian terhadap Sertifikat Halal.
Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
a. Kepedulian konsumen terhadap Sertifikat Halal dan pengetahuan
daging halal konsumen merupakan faktor utama yang memengaruhi
kesediaan responden dalam membayar daging bersertifikat halal, hal
ini perlu didukung dengan ketersediaan daging ayam bersertifikat
halal. Oleh karena itu, diharapkan para pelaku usaha mampu
memenuhi kebutuhan konsumen dengan melakukan sertifikasi halal
untuk usahanya.
b. Pengetahuan responden terhadap Sertifikat Halal sudah cukup baik
diharapkan proses sertifikasi halal bisa menjadi lebih informatif dan
transparan agar masyarakat lebih percaya kepada lembaga terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Alqudsi, S. 2014.Awareness and Demand for 100% Halal supply chain meat
products. Australia: Journal of Social and Behaviour Sciences 130: 167-178.
Apriyantono, A. 2005. Makanan & Minuman Halal. Bandung: Kiblat Buku
Utama.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Menurut Wilayah dan Agama.
[internet]. [diunduh 2016 Februari 26]. Tersedia pada:
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/Tabel?tid=321.
. 2015. Konsumsi Rata-Rata per Kapita Seminggu Beberapa Macam
Bahan Makanan Penting, 2007-2014 [internet]. [diunduh 2016 April 1].
Tersedia pada: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/950.
Burhanudin. 2011. Analisis Perilaku Konsumen Pada Pembelian Daging Ayam
Ras (Broiler Chicken) di Pasar Traditional dan Pasar Modern Kota Jember.
[skripsi] Jember (ID) : Universitas Jember.
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber daya alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Firdaus M, Harmini, Afendi FM. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk
Manajemen dan Bisnis. Bogor: IPB Press.
Frank, R. 1991. Microeconomics and Behaviour. New Jersey : Mc Graw-Hill.
Gay LR, Miils GE, Airasian P. 2006. Educational Research Analysis and
Apllications 8th
Edition. New Jersey (US): Prentice Hall
Hanley N, Splash CL. 1993. Cost Benefit Analysis and the Environment. England:
Edward Elgar Published Limiited.
33
Hidayati, N. 2013. Analisis Willingness to Pay untuk Sayuran Organik di Toko
All Fresh Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ibrahim, M. 2011. Consumers willingness to pay a premium price for halal goat
meat. Georgia: Journal of Food Distribution Research 42 (1): 72-76.
ILO dan PCdP2 UNDP.2014. Kajian Rantai Nilai Ayam Buras dan lklim Investasi
Boven Digoel. [internet]. [diunduh pada 2016 April 8]. Tersedia pada:
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/--
ilojakarta/documents/publication/wcms_342733.pdf.
Karim,A. 2007. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[KEMENTAN] Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2012. Daging Ayam
Sumber Makanan Bergizi. Jakarta : Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Sub Sektor PeternakanDaging
Ayam. Jakarta : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia. 2013. RPH Harus Disertifikasi halal. [internet]. [diunduh
2016 Februari 17]. Tersedia pada:
http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1501/8/1
. 2013. Biaya Sertifikasi halal. [internet]. [diunduh 2016 Februari
17]. Tersedia pada: http://www.Halalmuikepri.com/biayasertifikat/. . 2016. Sertifikat SJH untuk Kepuasan Konsumen.
[internet].[diunduh 2016 April 6]. Tersedia pada:
http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/detil_page/8/23282/30/1
Ma’rifat TN, Ismoyowati D,Wikarta JM. 2015. Analisis Perilaku Konsumen
Dalam Pembelian Produk Olahan Ayam Bersertifikat halal di Provinsi D.I
Yogyakarta. Yogyakarta(ID): Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya
Nasional FKPT-TPI ;2015 Sep 2-3.
Nuriana, WD. 2013. Analisis Willingness to Pay terhadap Sertifikasi Halal Produk
Kosmetik Wardah pada Dua Lokasi Penjualan di Bogor. [skripsi] Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
P3EI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 2008. Ekonomi Islam cetakan
keempat. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Pinsarin. 2015. Peringatan Hari Ayam dan Telur Nasional ke 5 dan WorldEgg
Day 2015 Sukses Digelar di Palembang. [internet]. [diunduh pada 2016 April
25]. Tersedia pada: http://pinsarindonesia.com/peringatan-hari-ayam-dan-telur-
ke-5-dan-world-egg-day-2015-sukses-digelar-di-palembang/
Rezai G, Mohammed, Abidin Z, Shamsudin, Nasir M, Chiew, Chong EF . 2010.
Non Muslims’ awareness of Halal principles and related food products in
Malaysia. Malaysia: International Food Research Journal 17: 667-674.
Rozan A, Stenger A, Willinger M. 2004. Willingness to Pay for Food Safety: an
Experimental Investigation of Quality Certification on Bidding Behavior.
Inggris: European Review of Agricultural Economics Vol 31 (4) December
2004, 409-425.
Safitri, A. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Niat Mengkonsumsi
Daging Halal. [skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro.
Suliyanto. 2005. Analisis Data dala Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Sugiyono.2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
34
Tietenberg T, Lewis L.2009. Environmental & Natural Resource Economics.
Pearson Education : United States of America.
Qardhawi YA. 2000. Halal Haram dalam Islam. Ahmadi W, Jasiman, Faqih KA,
Fauzi K, penerjemah; Ahmadi W, Badawi M, Saptorini, editor. Jakarta (ID):
Era Intermedia.
Varian,H. 2010. Intermediate Microeconomics A Modern Approach. United States
of America: W. W. Norton & Company.
Yaqub AM. 2009. Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan Kosmetika
Menurut Al-Quran dan Hadis. Jakarta (ID): Pustaka Firdaus.
35
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY)
TERHADAP DAGING AYAM BERSERTIFIKAT HALAL (STUDI KASUS
PT TRI SATYA MANDIRI)
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara menjadi responden untuk
mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian dalam
rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh:
Nama/ NIM : Nisrina Priyandani / H54120084
Program Studi : Ekonomi Syariah
Departemen : Ilmu Ekonomi
Fakultas : Ekonomi dan Manajemen
Universitas : Institut Pertanian Bogor
Saya mohon Bapak/Ibu/Saudara untuk berpartisipasi mengisi kuisioner ini
secara lengkap dan benar agar informasi ilmiah yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan. Oleh karena itu,
responden diharapkan mengisi semua pertanyaan yang diberikan. Informasi yang
diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk
kepentingan akademik. Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya mengucapkan
terima kasih.
Petunjuk : Jawablah pertanyaan dengan melingkari jawaban yang telah
disediakan
Hari/Tanggal wawancara :
A. SCREENING
1. Apakah saudara mengetahui tentang sertifikasi halal LPPOM MUI?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah keberadaan Sertifikat Halal pada daging ayam penting ?
a. Ya b. Tidak
(Jika jawaban (a), lanjutkan pengisian kuesioner)
(Jika jawaban (b), pengisian kuesioner berhenti sampai disini)
36
3. Apakah anda mengetahui jika PT TRI SATYA MANDIRI memiliki
Sertifikat Halal?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah selalu membeli daging ayam di PT TRI SATYA MANDIRI?
a. Ya b. Tidak, sebutkan tempat lainnya…….
5. Seberapa sering saudara membeli daging ayam di PT TRI SATYA
MANDIRI?
a. 1-3 kali/bulan b. 4-6 kali/bulan c. > 6kali/bulan
6. Berapa kg rata-rata pembelian daging ayam potong di PT TRI SATYA
MANDIRI dalam satu bulan ?
a. 1-3 kg / bulan b. >3-5 kg/ bulan c. >5kg/bulan
B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. No. Telp/Hp :
4. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki b. Perempuan
5. Status pernikahan :
a. Menikah b. Belum Menikah
(jika jawaban (b), maka langsung menjawab pertanya nomor 7)
6. Berapa jumlah (orang) anggota keluarga yang ditanggung ?
a. 1 orang c. 3 orang e. 5 orang
b. 2 orang d. 4 orang f. lainnya,
sebutkan……
7. Berapakah usia saudara saat ini ?
a. < 20 tahun d. 41- 50 tahun
b. 21-30 tahun e. 51-60 tahun
c. 31- 40 tahun f. > 61 tahun
8. Apakah agama saudara?
a. Islam d. Budha g. Lainnya, sebutkan ........
b. Kristen Protestan e. Hindu
c. Katolik f. Konghucu
9. Apakah pekerjaan saudara saat ini ?
a. Pelajar / Mahasiswa d. Ibu rumah tangga
b. Pegawai Negeri Sipil e. Wiraswasta
c. Pegawai Swasta f. Lainnya, sebutkan ........
10. Apakah pendidikan terakhir saudara ?
a. SD c. SMA/Sederajat
b. SMP/Sederajat d. Perguruan Tinggi
11. Berapakah pendapatan rumah tangga (dalam rupiah) saudara dalam satu
bulan?
a. ≤1.000.000 d. >5.000.00-10.000.000
b. >1.000.000 – 3.000.000 e. >10.000.000
c. > 3.000.000 – 5.000.000
37
C. WILLINGNESS TO PAY DAGING AYAM BERSERTIFIKAT HALAL
1. Apakah saudara bersedia membayar pada harga premium/harga yang lebih
mahal terhadap daging ayam bersertifikat halal?
a. Ya (lanjutkan menjawab pertanyaan selanjutnya)
b. Tidak , alasannya………………………………………
(langsung mengisi bagian D)
2. Berapakah tambahan biaya yang bersedia anda bayarkan untuk daging ayam
bersertifikat halal?
……………………………………………………………….
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI WILLINGNESS TO PAY
Berilah tanda ( √ ) pada salah satu jawaban pada kolom yang telah
tersedia. Bila Saudara ingin memperbaiki jawaban yang telah Saudara
buat, maka berilah tanda sama dengan (=), kemudian pilih dan berilah
tanda ( √ ) pada jawaban yang baru dan benar, dimana :
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
KS = Kurang setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
NO PERNYATAAN STS TS KS S SS
PENGETAHUAN TENTANG DAGING HALAL
1. Daging ayam yang halal adalah daging yang
disembelih dengan menyebut nama Allah SWT.
2. Alat-alat yang digunakan untuk penyembelihan
ayam harus tajam sehingga tidak menyiksa hewan.
3.
Penyembelihan yang sempurna terputusnya
saluran pernafasan/tenggorokan, saluran makan,
dan kedua urat nadi.
4. Daging ayam yang penyimpanannya dekat daging
babi belum tentu Halal.
“Daging ayam merupakan salah satu sumber protein yang dapat memenuhi kebutuhan
protein tubuh. Mengonsumsi makanan yang halal adalah kewajiban bagi umat Muslim. Namun,
daging ayam yang dijual dipasaran belum terjamin kehalalannya. Kriteria daging halal, yaitu
penyembelihan harus sesuai syariat Islam selain itu tidak terkontaminasi sesuatu yang diharamkan.
Oleh karena itu, LPPOM MUI mengeluarkan Sertifikat Halal sebagai bukti tertulis untuk
menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam sehingga terdapat jaminan bahwa
produk tersebut layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat, khususnya umat Muslim. Keberadaan
Sertifikat Halal belum memiliki nilai ekonomi bagi pelaku usaha selain itu Sertifikat Halal masih
bersifat sukarela sehingga belum banyak rumah pemotongan ayam yang memiliki Sertifikat Halal.
Daging ayam yang bersertifikat halal sudah terjamin kehalalannya oleh LPPPOM MUI sehingga
memiliki nilai yang berbeda dengan daging ayam tanpa Sertifikat Halal.
38
KEPEDULIAN TERHADAP SERTIFIKAT HALAL STS TS KS S SS
5.
Saya selalu memerhatikan ada tidaknya Sertifikat
Halal sebelum melakukan pembelian daging
ayam
6. Saya selalu membeli daging di tempat yang
memiliki Sertifikat Halal
7. Saya tidak akan membeli daging ayam yang tidak
memiliki Sertifikat Halal.
KUALITAS PRODUK STS TS KS S SS
8. Daging ayam yang disediakan PT TRI SATYA
MANDIRI ini selalu segar
9. Daging ayam yang disediakan PT TRI SATYA
MANDIRI ini selalu sehat dan aman dikonsumsi
KUALITAS PELAYANAN STS TS KS S SS
10. Pelayanan pada PT TRI SATYA MANDIRI ini
cepat
11. Pelayanan pegawai pada PT TRI SATYA
MANDIRI ini ramah
PENGETAHUAN TENTANG SERTIFIKAT HALAL STS TS KS S SS
12.
Saya mengetahui maksud dari
gambar di samping
13.
Gambar di samping
menunjukkan bahwa produk
sudah di sertifikasi oleh pihak
MUI
14. Sertiifikasi halal merupakan jaminan bahwa
produk tersebut halal dan layak dikonsumsi
15.
Adanya sertifikat halal pada PT TRI SATYA
MANDIRI ini memberi informasi dan keyakinan
akan kehalalan daging ayam yang dijual
16.
Bagaimana pendapat dan saran anda mengenai PT TRI SATYA MANDIRI ?
................................................................................................................................
39
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Uji Validitas
a. Pengetahuan Daging halal
Correlations
P1 P2 P3 P4 total_PDH
P1 Pearson Correlation 1 .850**
.630**
.771**
.903**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
P2 Pearson Correlation .850**
1 .850**
.768**
.951**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
P3 Pearson Correlation .630**
.850**
1 .456* .751
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .011 .000
N 30 30 30 30 30
P4 Pearson Correlation .771**
.768**
.456* 1 .912
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .011 .000
N 30 30 30 30 30
total_PDH Pearson Correlation .903**
.951**
.751**
.912**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
b. Kepedulian terhadap Sertifikat Halal
Correlations
P_5 P_6 P_7 total_KSH
P_5 Pearson Correlation 1
.593*
*
.494*
*
.819**
Sig. (2-tailed) .001 .006 .000
N 30 30 30 30
P_6 Pearson Correlation .593*
*
1 .603
*
*
.864**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000
N 30 30 30 30
P_7 Pearson Correlation .494*
*
.603*
*
1 .843**
Sig. (2-tailed) .006 .000 .000
N 30 30 30 30
40
total_KSH Pearson Correlation .819*
*
.864*
*
.843*
*
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
c. Kualitas Produk
Correlations
P_8 P_9 total_PRD
P_8 Pearson Correlation 1
.82
3**
.973
**
Sig. (2-tailed) .00
0 .000
N 30 30 30
P_9 Pearson Correlation .82
3**
1 .932
**
Sig. (2-tailed) .00
0
.000
N 30 30 30
total_PRD Pearson Correlation .97
3**
.93
2**
1
Sig. (2-tailed) .00
0
.00
0
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
d. Kualitas Pelayanan
Correlations
P_10 P_11 total_PLY
P_10 Pearson Correlation 1 .750**
.941**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
P_11 Pearson Correlation .750**
1 .930**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
total_PLY Pearson Correlation .941**
.930**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
41
Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30
100
.0
Excludeda 0 .0
Total 30
100
.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Lampiran 3 Hasil Regresi Logistik
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 24.067 7 .001
Block 24.067 7 .001
Model 24.067 7 .001
Model Summary
S
tep -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 29.646a .291 .543
a. Estimation terminated at iteration number 8 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 5.445 8 .709
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.898 11
42
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
WTP = 0 WTP = 1
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 5 4.850 2 2.150 7
2 2 2.112 5 4.888 7
3 0 1.122 7 5.878 7
4 2 .584 5 6.416 7
5 0 .213 8 7.787 8
6 0 .058 7 6.942 7
7 0 .032 7 6.968 7
8 0 .016 7 6.984 7
9 0 .010 7 6.990 7
1
0 0 .003 6 5.997 6
Classification Tablea
Observed
Predicted
WTP Percentage
Correct 0 1
Step 1 WTP 0 5 4 55.6
1 2 59 96.7
Overall Percentage 91.4
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a PDH 1.268 .581 4.759 1 .029 3.555 1.137 11.111
KSH .536 .244 4.803 1 .028 1.709 1.058 2.759
PLY -1.031 .828 1.552 1 .213 .357 .070 1.806
PRD .032 .749 .002 1 .966 1.033 .238 4.484
43
FRP 2.838 1.990 2.034 1 .154 17.075 .346 843.372
JTK 1.022 .606 2.844 1 .092 2.778 .847 9.110
PRT .353 1.323 .071 1 .790 1.423 .106 19.030
Constant -24.068 10.766 4.997 1 .025 .000
a. Variable(s) entered on step 1: PDH, KSH, PLY, PRD, FRP, JTK, PRT.
Correlation Matrix
Constant PDH KSH PLY PRD FRP JTK PRT
Step 1 Constant 1.000 -.890 -.347 .503 -.330 -.762 -.583 .158
PDH -.890 1.000 .295 -.522 .037 .820 .514 -.232
KSH -.347 .295 1.000 -.590 .153 .270 .527 .023
PLY .503 -.522 -.590 1.000 -.590 -.544 -.494 -.083
PRD -.330 .037 .153 -.590 1.000 .155 .087 .131
FRP -.762 .820 .270 -.544 .155 1.000 .400 -.300
JTK -.583 .514 .527 -.494 .087 .400 1.000 -.116
PRT .158 -.232 .023 -.083 .131 -.300 -.116 1.000
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 9 September 1994 dari
Bapak Supriyanto dan Ibu Yanti Zaini. Penulis adalah anak pertama dari dua
bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1998 di TK Insan
Kamil, kemudian melanjutkan pendidikan ke SDN Panaragan I pada tahun 2000.
Setelah itu melanjutkan pendidikan ke SMPN 4 Bogor pada tahun 2006 dan pada
tahun 2009 melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Bogor. Tahun 2012 penulis lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM dengan program studi
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manjemen.
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan akademik maupun
non akademik. Penulis pernah menjadi Kepala Divisi BMT Sharia Economics
Student Club (SES-C) FEM IPB pada masa kepengurusan 2014-2015. Selain itu
penulis aktif di berbagai kepanitiaan yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi dan
Manajemen yaitu sebagai anggota medis Masa Perkenalan Departemen Ilmu
Ekonomi angkatan 50, anggota divisi sponsorship Season 9, dan Sekretaris The 8th
Sportakuler.