ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK … · kelayakan usaha. Melalui penelitian pupuk...
Transcript of ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK … · kelayakan usaha. Melalui penelitian pupuk...
74
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI
SUMBER TANI DESA SUMBER ANYAR KECAMATAN MLANDINGAN
KABUPATEN SITUBONDO
Oleh :
Moh. Waris* Martono Achmar**
*Alumni Fakultas Pertanian Universitas Abdurachman Saleh
** Dosen Fakultas Pertanian Universitas Abdurachman Saleh
I. PENDAHULUAN
Pertanian organik kini mulai
menjadi peluang baru dalam usaha
pertanian, hal ini dikarenakan
munculnya kesadaran dari
masyarakat mengenai pentingnya
mengonsumsi makanan, sayuran dan
buah-buahan yang bebas dari bahan-
bahan kimia. Produk pertanian
selama ini banyak menggunakan
bahan kimia, seperti pupuk,
pestisida kimia sintetis dan hormon
tumbuh dalam produksi pertanian.
Gaya hidup sehat dengan slogan
“back to nature” telah menjadi tren
baru meninggalkan pola hidup lama
yang penuh dengan bahan kimia.
Oleh karena itu, usaha pupuk
organik memiliki peluang besar
dalam menanggapi isu yang terjadi.
Penggunaan pupuk kimia
yang terus-menerus menjadi
penyebab menurunnya kesuburan
lahan bila tidak diimbangi dengan
penggunaan pupuk organik. Hasil
penelitian Lembaga Penelitian
Tanah (LPT) menunjukkan bahwa
79 persen tanah sawah di Indonesia
memiliki bahan organik (BO) yang
sangat rendah. Padahal BO sangat
berperan sebagai faktor pengendali
(regulating factor) dalam proses-
proses penyediaan hara bagi
tanaman dan mempertahankan
struktur tanah.
Menurut data World Bank
(1983) dalam Indrasti (2003), pulau
Jawa kehilangan lebih dari 7 juta ton
lapisan tanah atas tiap tahun.
Kehilangan tersebut memerlukan
dana sebesar Rp 4 triliun untuk
79
mengembalikannya. Kehilangan
tersebut diakibatkan oleh
penggunaan pupuk kimia yang tidak
memiliki kemampuan memperbaiki
struktur tanah dan secara tidak
langsung mendorong terjadinya
erosi tanah. Untuk menanggulangi
hal tersebut perlu digalakkan
penggunaan pupuk organik.
Menurut Musnawar (2003), pupuk
organik boleh dikatakan tidak
memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan dan manusia sehingga
aman dipakai.
Pengembangan industri
pupuk organik tidak hanya
berdasarkan atas faktor kerusakan
lahan tetapi juga adanya nilai bisnis
dan ekonomisnya. Pertanian organik
meningkat mengalami
perkembangan yang pesat sehingga
permintaan pupuk organik ikut
meningkat. International Federation
for Organic Agriculture Movement
(IFOAM) sebuah organisasi
internasional yang menjadi payung
gerakan organik seluruh dunia,
memprediksi bahwa pertumbuhan
pasar organik berada di kisaran 20-
30 persen tiap tahun.
Pupuk adalah suatu bahan
yang digunakan untuk memperbaiki
kesuburan tanah sedangkan
pemupukan adalah suatu proses
penambahan bahan tersebut ke tanah
agar tanah menjadi subur. Jenis
pupuk ada dua, yaitu pupuk organik
dan anorganik (kimia) dimana kedua
jenis pupuk ini memiliki manfaat
yang sama yaitu untuk memperbaiki
kesuburan tanah.
Industri pupuk di Indonesia
pada umumnya terdiri dari usaha
kecil menengah dan bersifat parsial.
Hal ini mengakibatkan kebutuhan
pupuk organik di Indonesia masih
belum terpenuhi karena ketersediaan
pupuk organik masih relatif kecil
dan akses untuk memperolehnya
relatif sulit. Menurut data dari
Departemen Pertanian pada tahun
2008 bahwa kebutuhan sebesar
17.000.000 ton.
Desa Sumber Anyar,
Kecamatan Mlandingan, Kabupaten
Situbondo merupakan salah satu
desa yang mengembangkan usaha
pupuk kompos. Hal ini sesuai
dengan potensi alam di desa tersebut
yang masih banyak ditanami
padi.Para petani di Desa Sumber
79
Anyar tergabung dalam beberapa
kelompok tani diantaranya ialah
Kelompok Tani Sumber Tani.
Selama ini telah menjalankan
beberapa unit usaha, diantaranya
usaha pupuk kompos.
Usaha ini merupakan salah
satu usaha kecil atau mikro yang
bergerak di sektor pertanian dan
masih mengandalkan intuisi dalam
menjalankan usahanya. Unit usaha
pupuk kompos membutuhkan biaya
investasi untuk penyediaan
komponen-komponen seperti
kotoran ternak, jerami padi, abu
dapur, bakteri starter, cangkul,
sekop, ember, sabit serta lahan atau
tempat produksi.
Berdasarkan hal tersebut,
perlu dilakukan penelitian terhadap
kelayakan usaha dari pupuk kompos
agar dapat berjalan dengan baik dan
bisa memberikan manfaat yang
lebih daripada biaya yang
dikeluarkan. Penelitian ini
menggunakan analisis finansial
yang meliputi berbagai kriteria
kelayakan usaha. Melalui penelitian
pupuk kompos, aspek-aspek dalam
menilai kelayakan dapat diketahui
sehingga dapat menjadi sumber bagi
para investor yang berminat
menanamkan modalnya ke
Kelompok Tani Sumber Tani untuk
pengembangan usaha pupuk
kompos.
Berdasarkan uraian diatas
maka dapat dirumuskan perumusan
masalah dalam penelitian ini
diantaranya :
1. Bagaimana Profil Usaha Pupuk
Organik Poktan Sumber Tani
Desa Sumber Anyar ?
2. Bagaimana aspek kelayakan
non finansial Usaha Pupuk
Organik Poktan Sumber Tani ?
3. Bagaimana aspek kelayakan
finansial Usaha Pupuk Organik
Poktan Sumber Tani ?
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan
diadakannya penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui Profil Usaha
Pupuk Organik Poktan Sumber
Tani Desa Sumber Anyar ?
2. Mengetahui aspek kelayakan
non finansial Usaha Pupuk
Organik Poktan Sumber Tani?
3. Mengetahui aspek kelayakan
finansial Usaha Pupuk Organik
Poktan Sumber Tani?
77
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan komponen
utama penyusunnya, pupuk
dibedakan atas pupuk organik dan
pupuk anorganik. Pupuk organik
yaitu pupuk yang bahan bakunya
berasal dari sisa makhluk hidup
yang telah mengalami proses
pembusukan oleh mikroorganisme
pengurai sehingga warna, rupa,
tekstur, dan kadar airnya tidak
serupa lagi dengan aslinya. Pupuk
anorganik yaitu pupuk yang bahan
bakunya berasal dari bahan mineral,
senyawa kimia yang telah diubah
menjadi proses produksi sehingga
menjadi bentuk senyawa kimia yang
dapat diserap tanaman. Dalam
Peraturan Menteri Pertanian
(Permentan)
No.2/Pert/Hk.060/2/2006 tentang
pupuk organik adalah pupuk yang
sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan organik, berasal
dari tanaman dan hewan yang telah
melalui proses rekayasa, dapat
berbentuk padat atau cair dan
digunakan untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah.
Definisi tersebut menunjukkan
bahwa pupuk organik lebih
ditujukan kepada kandungan C-
organik atau bahan organik daripada
kadar haranya. Nilai C-organik
itulah yang menjadi pembeda
dengan pupuk anorganik.
Karakteristik umum yang
dimiliki pupuk organik adalah
sebagai berikut :
1. Kandungan hara rendah
Kandungan hara pupuk
organik pada umumnya rendah tapi
bervariasi tergantung pada jenis
bahan dasarnya.
2. Ketersediaan unsur hara lambat
Hara yang berasal dari bahan
organik diperlukan untuk kegiatan
mikrobia tanah kemudian
dialihrupakan dari bentuk ikatan
kompleks organik yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman menjadi
bentuk senyawa organik dan
anorganik sederhana yang dapat
diserap oleh tanaman.
3. Menyediakan hara dalam
jumlah terbatas
Penyediaan hara yang
berasal dari pupuk organik biasanya
terbatas dan tidak dapat memenuhi
asupan hara yang dibutuhkan
tanaman.
79
Sumber bahan organik dapat
berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami,
brangkasan, tongkol jagung, bagas
tebu, dan sabut kelapa), limbah
ternak, limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota. Kompos merupakan
produk pembusukan dari limbah
tanaman dan hewan hasil
perombakan oleh fungi, aktinomiset,
dan cacing tanah. Pupuk hijau
merupakan keseluruhan tanaman
hijau maupun hanya bagian dari
tanaman seperti sisa batang dan
tunggul akar misalnya sisa–sisa
tanaman, kacang-kacangan, dan
tanaman paku air Azolla. Pupuk
kandang merupakan hasil
pengomposan kotoran ternak.
Limbah ternak merupakan limbah
dari rumah potong berupa tulang-
tulang, darah, dan sebagainya.
Limbah industri yang menggunakan
bahan pertanian contohnya seperti
limbah pabrik gula, limbah
pengolahan kelapa sawit,
penggilingan padi, limbah bumbu
masak, dan sebagainya. Limbah
kota yang dapat menjadi kompos
berupa sampah kota yang berasal
dari tanaman, setelah dipisah dari
bahan-bahan yang tidak dapat
dirombak misalnya plastik, kertas,
botol, dan kertas. Dalam penelitian
ini, pupuk organik yang dimaksud
adalah pupuk organik yang sumber
organiknya berasal dari
pengomposan kotoran hewan,
jerami dan bahan lainnya.
Menurut Isroi (2009), bahan-
bahan yang umumnya digunakan
dalam pembuatan pupuk organik
adalah sebagai berikut :
1. Bahan Organik
a. Kompos
Kompos sebagai bahan baku
utama dalam pembuatan pupuk
organik. Kompos adalah bahan
organik padat yang telah mengalami
dekomposisi parsial. Bahan baku
kompos adalah bahan organik padat,
seperti sampah organik, serasah, sisa
daun, jerami dan lain-lain. Bahan
organik yang telah matang dalam
proses pengomposan mempunyai
rasio C/N yang cukup rendah atau
kurang dari 25.
b. Pupuk kandang
Pupuk kandang juga
termasuk jenis kompos, tetapi
berbahan baku kotoran hewan.
79
Pupuk kandang bisa dibuat dari
kotoran ternak (sapi, kambing,
kerbau, unggas atau kotoran
manusia). Kotoran ternak ayam,
sapi, kerbau, dan kambing
mempunyai komposisi hara yang
bervariasi (Lampiran 1). Secara
umum, kandungan hara kotoran
ternak lebih rendah daripada pupuk
kimia sehingga takaran aplikasinya
lebih besar.
c. Gambut
Gambut mirip dengan
kompos, namun proses
dekomposisinya belum sempurna.
Gambut tidak dijadikan sebagai
bahan baku utama pupuk organik.
Umumnya gambut digunakan
sebagai bahan baku organik
tambahan untuk pupuk organik
2. Perekat
Perekat berfungsi untuk
merekatkan pupuk organik agar
pencampuran bahan sempurna dan
menghasilkan tekstur pupuk yang
padat. Beberapa bahan yang biasa
digunakan sebagai perekat antara
lain adalah molase, tepung tapioka,
kalsium, bentonit, kaoline dan lain
sebagainya. Perekat ditambahkan
dalam jumlah sedikit (kurang dari
10 %).
3. Bahan Aditif (Bahan Tambahan)
Bahan aditif adalah semua
bahan yang dapat ditambahkan saat
melaksanakan proses pengomposan
dengan tujuan memperbaiki struktur
kompos dalam timbunan. Bahan-
bahan aditif yang umumnya
digunakan
a. Fosfat alam
Fosfat Alam ditambahkan
untuk meningkatkan P didalam
pupuk organik.
b. Dolomit
Penambahan dolomit
digunakan untuk meningkatkan
kandungan Magnesium (Mg) dalam
pupuk organik.
c. Kapur Pertanian (kaptan)
Kaptan adalah kapur yang
biasa digunakan dalam budidaya
pertanian untuk meningkatkan pH
tanah, khususnya di tanah-tanah
yang bereaksi masam. Dalam
pembuatan pupuk organik, kaptan
juga berfungsi untuk meningkatkan
pH pupuk karena bahan-bahan
dalam pupuk organik bereaksi
masam.
d. Zeolit
79
Zeolit memiliki pengaruh
yang baik untuk tanah, yaitu dapat
meningkatkan kapasitas tukar kation
tanah. Peningkatan kapasitas tukar
kation tanah akan meningkatkan
efiensi penyerapan hara oleh
tanaman.
e. Abu atau arang sekam
Abu atau arang sekam
memiliki kandungan K2O yang
cukup tinggi yaitu kurang lebih 30
persen. Penambahan abu atau arang
sekam digunakan untuk
meningkatkan kandungan hara K.
Menurut Sutanto (2002),
keberhasilan proses pengomposan
dalam pembuatan pupuk organik
sangat tergantung pada kesesuaian
komposisi bahan. Perlakuan yang
paling tepat terhadap bahan dasar
untuk berlangsungnya proses
dekomposisi sangat tergantung pada
karakteristik limbah organik yang
digunakan
Program pengembangan
pertanian organik adalah salah satu
pilihan program untuk mempercepat
terwujudnya pembangunan
agribisnis berwawasan lingkungan
(eco-agribisnis) guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat,
khususnya petani. Langkah awal
yang dilakukan Pemkab Situbondo
yaitu menumbuh-kembangkan
industri kecil pupuk organik.
Tujuannya yaitu meningkatkan
ketersediaan pupuk organik
sehingga petani beralih dari pupuk
kimia ke organik secara bertahap.
Kelompok tani Sumber Tani
Desa Sumber Anyar adalah salah
satu produsen pupuk organik yang
ada di Situbondo. Usaha ini berdiri
sejak awal tahun 2008. Poktan
Sumber Tani dapat menghasilkan 20
ton pupuk organik per bulannya.
Bahkan menurut pengelola, pernah
terjadinya penolakan permintaan
pupuk sebesar 20 ton karena tidak
mampu dipenuhi.
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kelayakan
pengembangan usaha pupuk organik
Poktan Sumber Tani. Analisis
kelayakan dilakukan dengan
menganalisis aspek finansial.
Analisis finansial mancakup kajian
mengenai B/C Rasio dan R/C rasio.
Hipotesis dalam penelitian
ini adalah usaha tani pupuk organik
secara non finansial dan finansial
layak untuk dikembangkan
79
III. METODE PENLITIAN
Penelitian ini dilakukan di
Kelompok Tani Sumber Tani yang
berlokasi di Desa Sumber Anyar
Kecamatan Mlandingan, Kabupaten
Situbondo. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan
bahwa lokasi tersebut adalah salah
satu produsen pupuk organik di
Situbondo.
Data primer dan sekunder
yang diperoleh dari hasil penelitian
akan dianalisis secara kualitatif
maupun kuantitatif. Analisis
kualitatif digunakan untuk melihat
kegiatan produksi, strategi
pengembangan usaha pada usaha
tani pupuk organik di lokasi
penelitian dan beberapa hal lain
yang terkait akan diuraikan secara
deskriptif. Analisis kuantitatif
disajikan dalam bentuk tabulasi
yang bertujuan untuk
menyederhanakan data dalam
bentuk yang mudah dibaca.
Penarikan sampel untuk
analisis kelayakan finansial usaha
menggunakan metode purposive
sampling, dimana pemilihan
responden dipilih secara sengaja.
Responden yang digunakan
penelitian ini terdiri dari pihak
internal dan pihak eskternal di
lokasi penelitian. Pihak internal
pada kelompok tani sumber tani
anyar meliputi manajer, bagian
administrasi dan bagian pemasaran.
Sementara pihak eksternal meliputi
petani/konsumen, masyarakat
sekitar tempat produksi dan
pemerintah desa setempat.
Untuk analisis tujuan
pertama dan kedua dalam penelitian
ini digunakan analisis deskriptif,
kualitatif dengan melakukan
interview pada pengelola Kelompok
Tani Sumber Tani.
Untuk hasil analisis
kuantitatif dilakukan dengan rumus
R/C Ratio dan B/C ratio.
Analisis rasio penerimaan
atas biaya (R/C ratio) merupakan
salah satu cara untuk mengetahui
perbandingan antara penerimaan
dan biaya yang dikeluarkan. Rasio
penerimaan atas biaya
mencerminkan seberapa besar
pendapatan yang diperoleh setiap
satu satuan biaya yang dikeluarkan
79
dalam usahatani. Analisis ini
dibedakan menjadi dua, yaitu R/C
rasio terhadap biaya tunai dan R/C
rasio terhadap biaya total dengan
perhitungan seperti :
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Sumber Anyar
memiliki satu Poktan Sumber Tani.
Usaha yang diketuai oleh Bapak
Abdur Rasid. Keberadaan
Kelompok Tani di Desa Sumber
Anyar diharapkan dapat menjadi
sarana utama bagi petani dalam
penyerapan informasi dan teknologi
baru. Dengan adanya kelompok
Tani dapat menunjang
pembangunan desa dalam
pengembangan agribisnis pedesaan.
Kelompok Tani Sumber Tani
termasuk Kelompok Tani pemula
yang dibentuk pada tahun 2007.
Kelompok Tani Sumber Tani
merupakan Kelompok Tani yang
sudah berdiri lama yang menjadi
pelopor pembentukan Kelompok
Tani di Desa Sumber Anyar.
Aktifitas Sumber Tani yaitu usaha
pembuatan pupuk organik.
Pendirian Sumber Tani di Desa
Sumber Anyar dirancang
sedemikian rupa oleh hasil
musyawarah dengan aparat desa dan
masyarakat dimana setiap
Kelompok Tani mengelola jenis
usaha yang spesifik. Kelompok Tani
Sumber Tani difokuskan dalam
pengolahan dan penyediaan berupa
pupuk organik.
Kelompok Tani Sumber
Tani didirikan sejak tahun 2007 atas
dasar inisiatif dari para petani di
Desa Sumber anyar. Lokasi
sekretariat poktan Sumber tani
berada di rumah Bapak Abdur rasid,
RT 02/03 Dusun IV Desa Sumber
Anyar, Mlandingan-Situbondo.
Kelompok Tani ini terdiri dari 30
anggota yang diketuai oleh Bapak
Abdur Rasid. Visi dari Kelompok
Tani Sumber Tani adalah ”Melalui
Pertanian Kami Hidup Dan
Berkembang”. Misi dari kelompok
tani Sumber Tani adalah
Meningkatkan kesejahteraan dan
pengetahuan petani Desa Sumber
Anyar melalui kelembagaan
kelompok tani.
Motivasi awal dari
pembentukan kelompok tani
Sumber tani adalah ingin mengatasi
masalah-masalah usahatani
bersama-sama terutama dalam hal
79
pemasaran dan budidaya padi.
Seiring dengan berkembangnya pola
pikir anggota petani, usaha dari
Poktan ini tidak hanya dalam hal
budidaya tetapi juga pembibitan
tanaman, pengolahan hasil panen
dan pembuatan pupuk organik.
Usaha pembuatan pupuk
organik yang dimulai sejak tahun
2008 oleh Kelompok Tani Sumber
Tani atas dasar dorongan dari
Pemerintahan Kabupaten Situbondo
dan inisiatif oleh anggota kelompok
tani. Pemrintahan Kabupaten
Situbondo mempunyai proyek yaitu
menumbuh-kembangkan industri
kecil pupuk organik di Situbondo
sebagai program penunjang Go
Organik 2010 untuk Meningkatkan
kesejahteraan dan pengetahuan
petani Desa Sumber Anyar melalui
kelembagaan kelompok tani.
Motivasi dari petani sendiri atas
pembentukan usaha pupuk organik
yaitu kebutuhan pupuk organik yang
meningkat karena semakin sadarnya
para petani akan kerusakana lahan
pertanian mereka. Penggunaan
pupuk anorganik yang semakin
meningkat sementara jumlah pupuk
yang ada terbatas menyebabkan
seringnya terjadi kelangkaan pupuk.
Akibat dari hal tersebut adalah
perkembangan usahatani di Desa
Sumber Anyar menjadi terkendala.
Oleh karena itu, para petani
berinisiatif untuk mengurangi
ketergantungan terhadap
pupukanorganik khususnya urea
dengan cara melakukan pemupukan
terpadu dimana mengurangi
pemakaian pupuk anorganik dengan
penambahan pupuk organik dalam
komposisi pemupukan.
Usaha pembuatan pupuk
organik ini berlokasi di RT 002/RW
003, Desa Sumber Anyar. Usaha ini
dikelola oleh Kelopok Tani yang di
ketuai oleh Bapak Abdur Rasyid.
Dalam pendirian usaha ini, usaha ini
mendapat bantuan dari Pemerintah
Kabupaten Situbondo senilai Rp
32.000.000. Usaha ini baru
berproduksi sejak Februari 2008.
Produksi awal usaha ini adalah 12
ton perbulan. Kemudian seiring
dengan semakin bertambahnya
pengalaman, produksi meningkat
menjadi 20 ton per bulan. Kapasitas
usaha adalah 20 ton karena tempat
produksi masih 7m x 20m diatas
lahan seluas 1500m2 sehingga tidak
79
memungkinkan jika diproduksi
lebih dari 20 ton. Lokasi usaha ini
berada di lahan milik pengelola
yaitu Bapak Abdur Rasyid.
Kepemilikan usaha atas nama
Poktan Sumber Tani. Pupuk organik
yang dibuat oleh Poktan Sumber
Tani berbahan baku utama yaitu
kotoran hewan, jerami dan arang
sekam. Produk dijual dalam bentuk
pupuk organik curah dengan
kemasan karung 50 kilogram. Pada
awal usaha, target pasar usaha ini
adalah petani setempat terutama
petani tanaman pangan.
Aspek kelayakan non
finansial penting untuk dianalisis
karena sebagai gambaran terhadap
usaha yang akan dijalankan maupun
yang sudah dijalankan. Kelayakan
aspek non finansial menjadi penentu
atas kelayakan aspek finansial suatu
usaha. Dalam analisis kelayakan
usaha pupuk organik Poktan Sumber
Tani, aspek yang ditinjau meliputi ;
(1) Aspek teknis dan teknologi, dan
(2) Aspek pasar,
Kajian aspek teknis dan
teknologi menitikberatkan pada
penilaian atas kelayakan proyek dari
sisi teknis dan teknologi. Aspek
Teknis yaitu proses dalam
pembuatan pupuk organik yang
meliputi pemilihan bahan baku yang
bagus, mulai dari pemilihan kotoran
hewan, kualitas jerami, sekam dan
komposisi yang sesuai standar untuk
pencampuran dalam pembuatan
pupuk organik.. Aspek Teknis juga
merupakan proses produksi pupuk
organik yang ramah lingkungan, hal
ini karena proses pembuatan pupuk
organik ini merupakan daur ulang
dari limbah kotoran hewan yang
ramah lingkungan dan tidak
mengganggu atau mencemari tanah.
Aspek Teknologi yaitu meliputi
penggunaan alat – alat teknologi ,
baik dari alat yang digunakan dalan
proses pembuatan serta standar
penggunaan alat – alat agar hasil
pupuk organik sesuai dengan yang
diharapkan.
Setiap bahan organik
memberikan kandungan khusus
dalam pupuk organik. Menurut
Bapak Abdur Rasyid, Ketua poktan
Sumber Tani, komposisi pupuk
organik yang baik yaitu:
1. Kotoran hewan : 40-50 persen
2. Jerami : 20-30 persen
3. Arang sekam : 20 persen
79
4. Bahan Tambahan (Dekomposer,
zeolit,dll) : 10 persen
Komposisi bahan baku
pupuk organik Sumber Tani
diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Komposisi Pupuk Organik Kelompok Tani Sumber Tani
No Jenis Bahan Baku Jumlah Total (kg) Proporsi
(%) Keterangan
1 Kotoran Hewan 460 Karung 13800 68,65 Karung @30kg
2 Arang Sekam 100 Karung 5400 26,86 Karung @54 kg
3 Jerami 1 bak mobil 900 4,47 Bak @500kg
4 Dekomposer 2 botol - - Botol @ 1 liter
5 Air 1500 liter - - 1500 liter
Total 20100 100 Sumber : Kelompok Tani Sumber Tani 2014
Produksi pupuk organik
yang dilakukan Sumber Tani
menggunakan kotoran sebagai salah
satu sumber bahan organik utama.
Kotoran hewan yang digunakan
dalam usaha ini berasal dari kotoran
sapi pedaging, sapi perah, domba
dan ayam. Menurut pengelola,
penggabungan dari beragam jenis
kotoran ini meningkatkan kualitas
pupuk karena setiap kotoran
memiliki karakter sendiri. Kotoran
sapi pedaging lebih banyak
digunakan daripada sapi perah
karena kandungan airnya lebih
sedikit. Sebagian besar pasokan
kotoran berasal dari peternakan
milik warga Desa Sumber Anyar
dan sekitarnya. Menurut pengelola
kualitas kotoran dari peternakan
warga lebih baik dibandingkan yang
berasal dari peternakan besar karena
kandungan sampah ransum dan air
lebih rendah.
Tabel 2. Ketersediaan Kotoran Hewan di Desa Sumber Anyar
No. Jenis Ternak Jumlah
(Ekor)
Rata – rata
Produksi Kotoran
Per hari (kg)
Total Produksi
Kotoran Per
Bulan ( Kg)
1 Sapi 120 3 10.800
2 Kambing,
Domba
100 0.5 1.500
3 Ayam Buras,
Itik
250 0.2 1.500
Total 13.800 Sumber : Kelompok Tani Sumber Tani 2014
79
Seperti diuraikan pada Tabel
2, kebutuhan kotoran dalam
pembuatan 20 ton pupuk organik
yaitu 20.1 ton per bulan. Jika
diasumsikan pasokan kotoran
diperoleh dari desa Sumber Anyar,
maka ketersediaan kotoran terjamin
karena ketersediaan kotoran sebesar
13,8 ton per bulan.
b. Jerami
Fungsi jerami dalam pupuk
organik yaitu memberikan
kandungan karbon dalam pupuk.
Jerami yang baik digunakan untuk
pembuatan pupuk organik yaitu
jerami yang tercacah kasar dan
kering agar mudah dikomposkan.
Dalam usaha pupuk organik Poktan
Sumber Tani, jerami yang
digunakan berasal dari limbah padi
yang sudah tercacah dan terurai
sehingga proses pengomposan
menjadi lebih cepat. Selain itu,
alasan penggunaan jerami dari
limbah jamur adalah ketersediaanya
cukup banyak, harganya lebih
murah dan akses memperolehnya
lebih dekat.
c. Arang sekam
Fungsi arang sekam yaitu
memberikan kandungan unsur K
dalam pupuk organik. Dalam usaha
pupuk organik Sumber Tani, arang
sekam berasal dari usaha
penggorengan kerupuk dan
pembuatan batu bata. Arang sekam
yang berasal dari limbah
penggorengan kerupuk lebih banyak
digunakan dibandingkan dari
pembuatan bata. Alasannya adalah
arang sekam dari limbah
penggorengan kerupuk tidak terlalu
matang dalam pembakaran sehingga
lebih banyak mengandung K2O dan
tidak berbentuk abu.
d. Dekomposer
Dekomposer berbentuk
cairan yang berisi bakteri pembusuk
yang berfungsi mendekomposisi
sampah organik (timbunan).
Menurut Djaja (2008), dekomposer
pada prinsipnya hanya sebagai
pemacu mikroorganisme dalam
proses pengomposan, tetapi tidak
dapat menaikkan kandungan unsur
hara dari bahan penyusun kompos.
Pembuatan kompos tanpa
dekomposer membutuhkan waktu
pengomposan yang lebih lama.
Poktan Sumber Tani menggunakan
dekomposer dalam pembuatan 20
ton pupuk yaitu sebanyak 10 liter
79
dekomposer yang dilarutkan dengan
150 liter air. Pemakaian tersebut
sesuai dengan aturan pakai yang
tertera pada label dekomposer.
Merek dagang dekomposer yang
banyak beredar dipasar yaitu merek
Superfarm dan Em4. Merek
dekomposer yang digunakan dalam
usaha ini yaitu Superfarm yang
diproduksi oleh Greenland
Agrotecht Industries . Alasan dari
penggunaan Superfarm karena
mempunyai bakteri lebih banyak
sehingga hasil pengomposan lebih
baik.
Mesin dan peralatan yang
digunakan oleh Sumber Tani dalam
proses produksi tergolong sederhana
dapat dilihat pada
Tabel 3 Rincian Peralatan dan Fungsinya dalam Pembuatan Pupuk
Organik Sumber Tani
No. Jenis Peralatan Jumlah
( Unit ) Fungsi
1. Mesin Giling 1 Menghaluskan pupuk organik yang
masih kasar
2. Mesin Kemas 1 Menjahit kemasan karung pupuk
organik
3. Timbangan
gantung 100 Kg
1 Menimbang bahan baku dengan
kapasitas beban dibawah 100 kg
4. Timbangan duduk
500 kg
1 Menimbang bahan baku dan pupuk
organik dengan kapasitas beban
dibawah 500 kg
5. Terpal 1 Sebagai penutup alas sewaktu
menjemur
6. Cangkul 4 Sebagai alat pengaduk bahan
kompos
7. Sekop 3 Sebagai alat pengaduk bahan
kompos
8. Ayakan 1 Menyaring partikel kompos
9. Drum 2 Sebagai tempat penampung air
10. Garu 1 Pengaduk bahan kompos
11. Embrat / penyiram 1 Sebagai alat penyiram
12. Sepatu Boot 2 Melindungi kaki pekerja
13. Ember dan gayung 2 Menampung dan mengambil air Sumber : Kelompok Tani Sumber Tani 2014
Proses produksi yang
dilakukan oleh Poktan Sumber Tani
dapat dilihat dari Gambar 1 Proses
produksi dimulai dari penyediaan
bahan baku hingga penyimpanan
produk jadi. Kapasitas produksi
79
Poktan Sumber Tani yaitu 20 ton
pupuk setiap bulannya. Nilai
kapasitas ini diukur berdasarkan
luas bangunan pengomposan.
Penanganan dan
penyimpanan bahan baku
mempengaruhi kualitas
pengomposan. Bahan baku seperti
kotoran hewan dan jerami padi
tidak dapat dibiarkan lama di
ruangan terbuka karena bahan baku
tersebut menjadi padat dan bersifat
anaerobik. Jika demikian, maka
kualitas dari pupuk organik yang
dihasilkan akan menurun. Menurut
Djaja (2008), bahan baku seperti
kotoran, jerami padi dan arang
sekam diletakkan dan disimpan di
tempat yang teduh dan tertutup agar
panas. Namun, tempat yang sangat
tertutup pun tidak dianjurkan,
karena uap bahan baku dapat
menumpuk, sehingga bisa
menimbulkan alergi pada pekerja,
dan keracunan. Jadi, tempat
penyimpanan dan penimbunan yang
baik adalah tempat setengah terbuka
dan beratap. Poktan Sumber Tani
hanya memiliki bangunan untuk
pengomposan sedangkan ruang
penyimpanan bahan baku tidak ada.
Bahan baku seperti kotoran dan
jerami padi disimpan di luar tanpa
atap dan tidak beralas sehingga
dapat dikatakan dalam proses
penyimpanan bahan baku,
penanganan yang dilakukan kurang
baik.
Proses pengomposan yang
dilakukan Poktan sumber Tani
dengan metode Jepang. Tumpukan
dibuat dengan meggunakan alas
bambu untuk mempercepat proses
pengomposan. Menurut Sutanto
(2002) dan Djaja (2008) tinggi
tumpukan kompos yang dianjurkan
adalah 1 - 1,5 meter. Pada metode
ini, tidak digunakan lubang galian
untuk pengomposan tetapi
menggunakan bak penampung yang
terbuat dari anyaman bambu yang
disusun bertingkat (alas bambu).
Fungsi dari alas bambu tersebut
adalah sebagai aerasi (saluran
udara). Menurut Sutanto (2002),
keunggulan dari metode Jepang
adalah memudahkan pengadukan
dalam proses pengomposan dan
menghindari dari pengurangan nitrat
berlebihan akibat pelindian.
Sedangkan menurut pengelola,
pemilihan metode ini karena mudah
79
diterapkan dan menghasilkan
kualitas kompos yang
baik.Tumpukan kompos yang terlalu
tinggi menyebabkan kekurangan
aerasi pada pengomposan. Dalam
usaha ini, bahan kompos disusun
menurut aturannya dengan tinggi
tumpukan kurang lebih 1,5 meter.
Setelah tumpukan dibuat, maka
yang dilakukan adalah penaburan
molase dan penyiraman dengan
larutan dekomposer. Keterbatasan
luas bangunan produksi dan pasokan
bahan baku menyebabkan proses
pengomposan dilakukan secara
bertahap. Dalam waktu satu bulan,
Poktan Sumber Tani hanya dapat
memproduksi 20 ton pupuk atau 8
tumpukan. Tumpukan kompos
dibuat setiap 3 hari sekali dengan
volume tumpukan sekitar 12 meter
kubik (1,5m x 1,5 m x 4m) atau
dengan berat sekitar 2,5 ton.
Gambar 1. Susunan Tumpukan Kompos
Setelah tumpukan 1 dibuat
maka tahap berikutnya adalah
membiarkan tumpukan mengalami
proses pengomposan sambil
memberi perlakuan (pembalikan
atau penyiraman). Lima hari
kemudian, tumpukan kedua dibuat
dan sambil tetap mengontrol kondisi
tumpukan 1 hingga matang. Proses
ini berlangsung terus menerus
selama bahan baku tersedia.
Memberikan perlakuan
berdasarkan suhu dan kelembapan
Setelah dilakukan penumpukan,
maka dalam beberapa hari suhu
tumpukan akan naik perlahan-lahan
yang menandakan bakteri sedang
bekerja. Kondisi tumpukan harus
terus terpelihara agar kegiatan
pelapukan bahan oleh jasad renik
berlangsung dengan baik. Perlakuan
yang dilakukan antara lain:
Kotoran Sapi / Domba
Arang Sekam
Jerami
Kotoran Ayam / Itik
Alas / Semen
79
a. Pemantauan suhu Suhu yang
diinginkan selama proses pelapukan
berkisar antara 45-65ºC.
Pengukuran suhu biasanya hanya
dirasakan dengan tangan. Bila suhu
tumpukan diatas 65ºC maka harus
dilakukan pembalikan sekaligus
penyiraman. Tujuan pembalikan
yaitu : (1) meratakan proses
pelapukan di setiap bagian
tumpukan, (2) membuang panas
yang berlebihan, (3) memasukkan
udara segar kedalam tumpukan, (3)
meratakan pemberian air, dan (4)
membantu penghancuran bahan.
Jika suhu dibawah 45ºC maka yang
dilakukan adalah dengan menutup
sedikit tumpukan dan penambahan
dekomposer.
b. Pemeriksaan kelembapan
Kondisi kelembapan yang
ingin dicapai yaitu 50 persen
dimana jika bahan kompos diremas
maka akan terdapat sedikit air pada
sela tangan. Jika bahan terlalu
kering, dimana saat diremas tidak
keluar air dan terlalu remah
sehingga harus dilakukan
penyiraman. Akan tetapi, jika saat
diremas terlalu banyak air maka
harus dilakukan pembalikan agar
uap air keluar dari tumpukan
kompos.
Kompos yang siap dipanen
memiliki ciri-ciri yaitu suhu rata-
rata setelah dua minggu menurun
hingga dibawah 45ºC dimana bahan
kompos telah menyerupai tanah dan
warnanya coklat kehitaman. Setelah
pengomposan selesai, bahan
kompos dijemur terlebih dahulu
beberapa jam sebelum dikemas.
Bahan kompos yang telah
matang kemudian dijemur atau
dikeringkan terlebih dahulu sebelum
dikemas. Hal ini bertujuan untuk
menormalkan suhu bahan kompos
dan mengeringkannya. Penjemuran
membutuhkan waktu 1-3 hari
tergantung dari hasil pengomposan
dan cuaca. Jika hasil pengomposan
cukup kering saat cuaca kemarau
maka penjemuran bisa dilakukan
dalam waktu sehari. Penjemuran
dilahan kosong disebelah ruang
pengomposan. Lokasi penjemuran
belum bersemen sehingga
digunakan terpal sebagai alas
penjemuran.
Pengayakan dilakukan untuk
memisahkan sampah dan bahan
79
yang tidak terkomposkan sehingga
didapatkan pupuk organik bersih.
Bahan kompos yang telah
diayak kemudian dimasukkan ke
dalam karung dan ditimbang.
Masing-masing karung berisi pupuk
organik seberat 50 kilogram. Setelah
ditimbang, karung tersebut
kemudian dijahit dan pupuk siap
dijual. Kemasan yang digunakan
Poktan Sumber Tani adalah karung
goni plastik.
Pupuk yang dikemas
kemudian disimpan di tempat yang
teduh dan beratap agar tidak terkena
cahaya matahari langsung dan
hujan. Proses penyimpanan pupuk
organik dalam usaha ini kurang
baik. Pupuk disimpan diruang
terbuka menyebabkan pupuk
mengalami pengikisan air hujan dan
terlalu kering saat kemarau.
Analisis yang dilakukan
terhadap aspek teknis dan teknologis
usaha Poktan Sumber Tani
menghasilkan beberapa hal yang
menjadikan usaha ini layak untuk
dijalankan dan dikembangkan.
Kriteria-kriteria yang menyebabkan
usaha ini menjadi layak untuk
dikembangkan berdasarkan analisis
aspek teknis dan teknologi :
Usaha Poktan Sumber Tani
memanfaatkan 90 persen limbah
sebagai bahan baku utama pupuk
organik. Ketersediaan dari bahan
baku seperti arang sekam dan
kotoran hewan cukup melimpah di
daerah sekitar tempat usaha.
Berdasarkan data produksi kotoran
hewan di sekitar Desa Sumber
Anyar (Tabel 15), ketersediaan
kotoran hewan mencapai 13,8 ton
per bulan. Sedangkan pemanfaatan
kotoran hewan baru mnecapai 7,5
persen (13,8 ton). Peningkatan
kapasitas produksi dua kali lipat
tidak akan mengalami kendala
dalam pasokan kotoran hewan.
Ketersediaan jerami juga cukup
terjamin mengingat disekitar Desa
Sumber Anyar merupakan sawah
padi. Berdasarkan data luas panen
padi sawah di Kecamatan
Mlandingan Tahun 2007 dengan
produksi jerami 5 ton per hektar
maka ketersediaan jerami yaitu
sekitar 1750 ton per bulan.
Sedangkan pemanfaatan jerami baru
mencapai 24,5 ton (12,5 persen).
Poktan Sumber Tani memiliki
79
banyak pemasok dan tidak
tergantung pada satu pasokan. Hal
ini juga menyebabkan Poktan
Sumber Tani dapat mengontrol
kualitas pasokan bahan baku.
Kotoran hewan dipasok dari
peternakan warga sekitar. Begitu
juga dengan arang sekam yang
memiliki beberapa pemasok (usaha-
usaha kerupuk, usaha-usaha
pembuatan batu bata) dan jerami
(usaha-usaha jamur dan petani-
petani setempat). Sedangkan untuk
bahan tambahan seperti molase,
dekomposer, zeolit dan lain-lain,
ketersediaannya cukup dan tidak
menjadi masalah.
Metode pengomposan yang
dilakukan oleh Poktan Sumber Tani
merupakan metode yang sederhana
dan mudah dilakukan yaitu metode
Jepang. Kelebihan dari metode ini
dibandingkan dengan metode lain
untuk diterapkan Sumber Tani
adalah : (1) Lebih menghemat
tenaga kerja karena proses
pembalikan dan penumpukan
praktis sehingga mengurangi biaya
upah, (2) Sesuai dengan kondisi
geografis lokasi pengomposan dan
jenis bahan kompos yang digunakan
dan (3) Dapat mengomposkan lebih
banyak bahan kompos dengan luas
bangunan yang terbatas. Akan
tetapi, terdapat juga pertimbangan-
pertimbangan yang menyebabkan
usaha ini menjadi tidak layak jika
ditinjau dari aspek teknis yaitu
belum ada uji mutu pupuk organik.
Pupuk organik yang dihasilkan oleh
Poktan Sumber Tani belum ada uji
mutu sesuai standarisasi pupuk
organik yaitu kandungan C organik,
C/N ratio, kadar air, kadar logam
berat dan bahan ikutan. Uji mutu
pupuk organik penting untuk
meningkatkan keyakinan pembeli
terhadap kualitas produk. Hasil uji
mutu pada umumnya ditunjukkan
dalam kemasan pupuk organik .
Menurut pengelola, belum
dilakukannya pengujian mutu
organik karena belum adanya
tuntutan dari pembeli terhadap uji
mutu dan keterbatasan dana.
Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan diatas, maka secara
umum usaha pembuatan pupuk
organik Poktan Sumber Tani dinilai
layak untuk ditingkatkan kapasitas
usaha jika dikaji secara aspek teknis
dan teknologi. Hal ini dikarenakan
79
atas pertimbangan yang
berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan skala usaha
dan keberlanjutan usaha yaitu
ketersediaan bahan baku dan lokasi
strategis.
Aspek pasar digunakan
untuk mengkaji mengenai potensi
pasar produk pupuk baik dari sisi
permintaan, penawaran maupun
harga yang berlaku, juga strategi
pemasaran yang dilakukan
perusahaan menyangkut bauran
pemasaran yaitu harga, tempat,
promosi, dan distribusi.
Bentuk pasar yang dihadapi
oleh Kelompok Tani Sumber Tani
jika dilihat dari sisi produsen adalah
pasar oligopoli. Karakteistik pasar
oligopoli yaitu ; (1) Terdapat
beberapa perusahaan (penjual) yang
menguasai pasar, baik secara
independen (sendiri-sendiri)
maupun secara bersama-sama, (2)
Terdapat rintangan untuk memasuki
pasar, dan (3) Setiap keputusan
harga yang diambil oleh suatu
perusahaan (penjual) harus
dipertimbangkan oleh perusahaan
lain atau melalui kesepakatan.
Menurut Sudarsono (1995) masing-
masing perusahaan dalam pasar
oligopoli mempunyai hubungan
interdependensi diantara yang satu
dengan yang lainnya.
Kabupaten Situbondo
memiliki luas areal pertanian yang
cukup besar yaitu 63 persen
(129.975 Ha) dari total luas lahan
(205.176 Ha). Berdasarkan anjuran
pemakaian bahan organik (Balitan
2005) dimana setiap hektar lahan
memerlukan minimal 2 ton pupuk
organik per tahun, maka kebutuhan
pupuk organik Situbondo sekitar
259.950 ton per tahun. Hal itu
menunjukkan prospek pasar dari
usaha penyediaan pupuk organik
kedepannya sangat prospektif.
Sejak berdiri dari tahun 2008
hingga Januari 2014, Kelompok
Tani Sumber Tani menghadapi
permintaan yang meningkat hingga
90%. Bahkan menurut pengelola,
ada permintaan yang tidak dapat
dipenuhi sekitar 20 ton pada bulan
Juli 2009. Permintaan tersebut tidak
dapat dipenuhi oleh Kelompok Tani
Sumber Tani karena kapasitas
produksi. Kelompok Tani Sumber
Tani berencana meningkatkan
kapasitas produksinya, dimasa yang
79
akan datang agar dapat memenuhi
semua permintaan yang datang.
Permintaan tidak hanya dilakukan
oleh petani Situbondo saja
melainkan dari luar Kabupaten
seperti Bondowoso dan Banyuwangi
bahkan permintaan tembus hingga
luar pulau jawa seperti dari Pulau
Bali dan Kalimantan.
Produk yang dihasilkan oleh
Kelompok Tani Sumber Tani adalah
pupuk organik padat. Pupuk dijual
dalam bentuk curah dengan satuan
pembelian yaitu karung isi 50
kilogram. Kualitas pupuk organik
yang diproduksi oleh Kelompok
Tani Sumber Tani dikatakan cukup
baik jika dilihat secara fisik.
Kualitas pupuk organik secara kimia
tidak diketahui karena belum pernah
dilakukan uji laboratorium. Kualitas
fisik dari pupuk organik Sumber
Tani baik dilihat dari sifat fisik
organik antara lain; (1) Warna yang
gelap menuju hitam, (2) Bau seperti
tanah, (3) Ukuran partikel serbuk
gergaji dan (4) Bila dikepal tidak
mengumpal keras.
Pengkajian aspek pasar
berfungsi menghubungkan
manajemen suatu organisasi dengan
pasar yang bersangkutan melalui
informasi. Dari hasil analisis
terhadap aspek pasar dapat dinilai
apakah suatu usaha marketable atau
tidak. Analisis yang dilakukan
terhadap aspek pasar usaha
Kelompok Tani Sumber Tani
menghasilkan beberapa hal yang
menjadikan usaha ini layak untuk
dijalankan dan dikembangkan.
Kriteria-kriteria yang menyebabkan
usaha ini menjadi layak untuk
dikembangkan berdasarkan analisis
pasar dapat dilihat dari potensi
pasar. Ketersediaan pupuk organik
di Indonesia baru mencapai dua
persen dari total kebutuhan. Hal ini
menunjukkan potensi pasar pupuk
organik di Indonesia sangat besar.
Untuk Kabupaten Situbondo,
ketersediaan pupuk organik baru
mencapai 1 persen dari total
kebutuhan pupuk organik.
Kebutuhan Pupuk organik di
Situbondo sekitar 259.950 ton per
tahun. Permintaan pupuk organik
yang dihadapi oleh Kelompok Tani
Sumber Tani meningkat hingga 90
persen bahkan menurut pengelola,
ada permintaan yang tidak dapat
dipenuhi sekitar 5 ton pada bulan
79
Juli 2009. Permintaan juga
kedepannya diperkirakan akan
meningkat dengan adanya
sosialisasi pemakaian pupuk organik
yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Situbondo.
Kelompok Sumber Tani di
tahun 2014 mampu memenuhi
permintaan petani yang sudah
menjadi pelanggan tetap. Namun
tidak dapat mencukupi seluruh
kebutuhan petani Situbondo secara
umum. Lahan sawah di Situbondo
membutuhkan pupuk organik
namun petani masih cenderung lebih
memilih menggunakan pupuk kimia.
Analisis aspek finansial
dalam usaha pupuk organik
bertujuan untuk menentukan
kelayakan melalui perhitungan
biaya dan manfaat dengan
membandingkan antara penerimaan
dan biaya yang dikeluarkan
sehingga dapat ditentukan layak
atau tidaknya suatu pengusahaan
tersebut. Untuk menganalisis
kriteria tersebut digunakan 2 analisis
rasio, yakni analisis B/C Rasio dan
R/C Rasio sehingga dapat diketahui
besarnya manfaat dan biaya yang
dikeluarkan oleh Poktan Sumber
Tani dalam pengusahaan pupuk
organik.
Kelayakan finansial suatu
usaha ditentukan dengan
menganalisis laporan penerimaan
dari hasil penjualan pupuk organik.
Setiap produksi menghasilkan 20
ton perbulan ( 20.000 kg ).
Harga ( P ) per kg = Rp. 500,-
Produksi ( Q ) = 20.000 kg
Dengan Penerimaan = Harga x
Produksi = Rp 500 x 20.000 kg =
Rp 10.000.000
Adapun rincian biaya yang dikeluarkan setiap produksi
1. Bahan Kuantitas Total (kg) Harga Keterangan
Kotoran Hewan 460 karung 13.800 Rp 920.000,- Karung @30kg
Arang Sekam 100 karung 5.400 Rp 25.000,- Karung @54 kg
Jerami 1 bak mobil 9.00 Rp 630.000,- Bak @500
Dekomposer 10 botol - Rp 50.000,- Botol @1 liter
Air 1500 liter - Rp 40.500,- 1500 liter
2. Tenaga Kerja
2 orang x 10 hari x Rp. 35.000,- Rp 700.000,-
79
3. Transportasi Rp 100.000,-
Jumlah 20.100 kg Rp 2.465.500,-
Dari rincian di atas
dijelaskan bahwa pupuk yang
dihasilkan sebesar 20.100 kg dalam
kondisi basah dan akan mengalami
penyusutan sebesar 5% sehingga
berat yang dihasilkan menjadi
20.000 kg.
Untuk mengukur kelayakan dengan
analisis rasio penerimaan ( R/C )
maka terdapat kriteria penilaian dari
hasil perhitungan R/C rasio.
Rasio R/C = Penerimaan
Biaya Keterangan :
R/C > 1 = Efisien
R/C ≤ 1 = Tidak Efisien
Rasio R/C = 10.000.000
2.465.500
= 4,05
Hasil Rasio R/C diketahui
4,05 maka sesuai metode yang
digunakan apabila nilai R/C > 1
maka usaha tani pupuk organik
dikatakan Efisien karena setiap satu
rupiah biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan lebih
besar dari satu rupiah.
Pada skenario kedua ini
digunakan rumus B/C rasio dengan
membandingkan antara keuntungan
dan biaya yang dikeluarkan. Adapun
keuntungan usaha tani pupuk
organik sumber tani adalah selisih
antara penerimaan dan total biaya.
Keuntungan = Penerimaan – total
biaya = Rp 10.000.000 – Rp
2.465.500 = Rp 7.534.500
Untuk mengukur kelayakan
dengan analisis rasio keuntunga (
B/C rasio ) maka terdapat kriteria
penilaian dari hasil perhitungan R/C
rasio.
Rasio B/C = Keuntungan
Biaya total
Keterangan :
B/C > 1 = Layak
B/C ≤ 1 = Tidak Layak
Rasio B/C = 7.534.500
2.465.500
= 3,05
Hasil Rasio B/C diketahui
3,05 maka sesuai metode yang
digunakan apabila nilai B/C > 1
maka usaha tani pupuk organik
dikatakan layak karena setiap satu
rupiah biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan keuntungan lebih
besar dari satu rupiah. Sehingga
secara B/C rasio usaha pupuk
organik sumber tani layak
dikembangkan.
79
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian terhadap kelayakan
usaha tani pupuk organik yang
dilakukan kelompok tani sumber tani
adalah sebagai berikut :
1. Desa Sumber Anyar memiliki
satu Poktan Sumber Tani. Usaha
yang diketuai oleh Bapak Abdur
Rasid. Keberadaan Kelompok
Tani di Desa Sumber Anyar
diharapkan dapat menjadi sarana
utama bagi petani dalam
penyerapan informasi dan
teknologi baru. Dengan adanya
kelompok Tani dapat menunjang
pembangunan desa dalam
pengembangan agribisnis
pedesaan. Kelompok Tani
Sumber Tani termasuk
Kelompok Tani pemula yang
dibentuk pada tahun 2007.
2. Analisis kelayakan non finansial
usaha pupuk organik Poktan
Sumber Tani dikatakan layak
jika ditinjau dari aspek : (1)
Teknis dan teknologi, dan (2)
Pasar Aspek teknis usaha
dikatakan layak karena
pemilihan teknologi yang tepat,
ketersediaan bahan baku
terjamin dan lokasi usaha yang
strategis. Aspek pasar dikatakan
layak karena permintaan pasar
pupuk organik di Situbondo
sangat berpotensi dan kondisi
pasar yang kompetitif dan
teratur.
3. Hasil analisis kelayakan
finansial sesuai analisa
menggunakan R/C rasio dan B/C
rasio dikatakan layak dan
menguntungkan. Pada R/C rasio
diperoleh nilai 4,05 dan B/C
rasio dengan nilai 3,05. Dengan
nilai lebih dari 1 maka dikatakan
dapat menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga.1992. Ilmu Usaha Tani.
Bandung: Cetakan ke III. Alumni.
Boediono.1982. Pengantar Ilmu
Ekonomi. Jakarta: UI.Press.
Fahmi, I.2012. Analisis Laporan
Keuangan. Bandung: Penerbit
Alfabet.
Gadmer Ackley.1982. Teori
Ekonomi Mikro. Jakarta: UI.Press.
79
Gilango,T.2003. .Pengantar Ilmu
Ekonomi Mikro. Jogjakarta:
Penerbit Kansius.
Hernanto, F. 1989. Ilmu Usaha
Tani. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Ibrahim Yacob, H.M.2003..Studi
Kelayakan Bisnis. Jakarta:
Edisi Revisi. Penerbit PT.
Rineka Cipta.
Indrasti, N.S.2003. .Pedoman
Pengolahan Tanah. http//agribisnis.web.id.20
Januari 2014
Isro’M.2008. Makalah “ Kompos”
Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan
Indonesia. Bogor
Mubyarto.1986. Pengantar
Ekonomi Pertanian. Jakarta:
LP3ES.
Musnawar.2003. Pupuk Organik
(Cair dan Padat,
Pembuatan Aplikasi).
Jakarta: Penebar Swadaya.
Nasirudin.2000.Ekonomi Produksi.
Bandung: Alfabet.
Nuraeni.2001.Manajemen Usaha
Tani. Jakarta: UI.
Sueharjo dan Patoeng.1973.Sendi-
sendi pokok Usaha Tani.
Bogor: Departemen Ilmu
sosial Ekonomi. Fakultas
Pertanian, Institute
Pertanian Bogor.
Sukartawi.2002. Prinsip Dasar
Manajemen Pemasaran
Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Raja Grafindo.
Suekartawi.1995 .Ilmu Usaha Tani.
Jakarta: UI.Press.
Sutanto,R.2002. Penerapan
Pertanian Organik
Permasyarakatan dan
Pengembangan. Jogjakarta:
Penerbit Kanisius.