ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN...
Click here to load reader
Transcript of ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN...
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA
PENGOLAHAN BUAH
(Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul,
Sawangan, Depok, Jawa Barat)
Henning Pury Asanti
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 / 1432 H
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA
PENGOLAHAN BUAH
(Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul, Sawangan,
Depok, Jawa Barat)
Henning Pury Asanti
NIM: 105092002948
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 / 1432 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul ” Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Buah
(Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul, Sawangan, Depok,
Jawa Barat), yang ditulis oleh Henning Pury Asanti dengan NIM 105092002948
telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu
tanggal 1 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si Dr. U. Maman Kh, M. Si
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Setyo Adhie, MM Eny Dwiningsih, S.TP, M.Si
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Drs. Acep Muhib, MM
NIP. 1968011720011211001 NIP. 196906052001121001
SURAT PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juni 2011
HENNING PURY ASANTI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Henning Pury Asanti
Alamat : Jl. Pengantin Ali I Rt. 02/Rw. 06 No. 6A,
Ciracas, Jakarta Timur 13740
Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 14 Maret 1986
Kewarganegaraan : Indonesia
e-mail : [email protected]
PENDIDIKAN
1992 – 1998 : SD Negeri Lempuyang Wangi III Yogyakarta
1998 – 2001 : SLTP Negeri 1 Ende, NTT
2001 – 2004 : SMA Negeri 58 Jakarta
2005 – 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ORGANISASI
2006 – 2007 : Manager Accounting Lembaga Semi Otonom
Campus Interpreneur Community
2007 – 2008 : Staf Dana Usaha BEM Jurusan Agribisnis
KEPANITIAAN
2007 : Sekretaris pada acara Workshop Kewirausahaan
2007 : Koordinator Konsumsi pada acara Diskusi Panel &
Munas IX POPMASEPI
2007 : Koordinator Acara Pelatihan Jurnalistik pada
rangkaian acara Agri’s Event
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan Ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Analisis
Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Buah (Studi Kasus : CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul, Sawangan, Depok, Jawa Barat”. Shalawat serta salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarga beliau serta
untuk semua kaum muslimin semoga kita mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat serta diberikan syafa’at oleh beliau.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan arahan
yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu
perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Kedua orang tua yang tanpa lelah membimbing dan melindungi penulis
selama ini, juga atas semangat yang tiada henti-hentinya diberikan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih
tak terhingga untuk Bapak dan Ibuku tercinta atas apa yang telah diberikan
pada putrimu ini. Love you so much.
2. Adik-adik tersayang Isna, Nimas, Ibnu, dan Ainur yang selalu menemani
penulis dan memberikan semangat serta menghibur penulis saat penulis
terserang penyakit lelah. Terima kasih atas kegilaannya selama ini
sehingga penulis selalu bisa tersenyum.
3. Bapak Ir. Setyo Adhie, MM selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan banyak pengarahan dan bimbingannya.
4. Ibu Eny Dwiningsih, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak pengarahan dan atas bimbingannya.
5. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku penguji I dalam sidang
munaqosyah yang telah bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan
penulis.
6. Bapak Dr. U. Maman Kh, M.Si selaku penguji II dalam sidang
munaqosyah yang telah bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan
penulis.
7. Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku Ketua Program Studi Agribisnis
yang telah bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan penulis.
8. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi yang telah bersedia memberikan waktunya.
9. Ibu Maria Gigih Sandy selaku pemimpin CV. Winner Perkasa Indonesia
Unggul tempat penulis melakukan penelitian yang telah bersedia
membantu penulis dalam pengumpulan data-data.
10. Karyawan-karyawan yang bekerja di tempat penulis melaksanakan
penelitian. Mba Mul, Dian, Bang Dede, Agus, dan Fajar yang telah
membantu dalam proses penelitian.
11. Teman-teman seperjuangan Agri ’05 yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Hanya satu yang ingin penulis sampaikan, tetaplah kita menjaga
tali persahabatan dan persaudaraan kita, tetap semangat, dan saling
mendoakan. Bersemangat!!
12. Seseorang di hati yang Insyaallah nantinya menjadi pelabuhan terakhirku.
Kakakku Fajar Pambudi Riyanto. Semoga selalu dapat menjadi kakak,
teman hidup, dan sahabat untuk sekarang, nanti, dan selamanya. Terima
kasih selalu menyemangati dan menghibur penulis. Thank you so much for
your love.
13. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun dari semua pembaca. Semoga skripsi ini dapat
berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
RINGKASAN
HENNING PURY ASANTI, Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan
Buah (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul, Sawangan, Depok,
Jawa Barat). (Di bawah bimbingan SETYO ADHIE dan ENY DWININGSIH).
Permintaan terhadap produk olahan buah dewasa ini mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan perubahan perilaku masyarakat modern yang
menyukai mengkonsumsi buah dalam kemasan praktis, khususnya kemasan kecil
dan mempunyai masa kadaluarsa yang lebih lama dari buah segar. Kecenderungan
masyarakat yang dewasa ini menyukai produk olahan menjadikan peningkatan
permintaan produk olahan terhadap buah sebagai peluang dalam peningkatan dan
pengembangan nilai tambah buah-buahan menjadi produk-produk olahan seperti
buah dalam kaleng, minuman sari buah, manisan buah, selai, kripik, dodol, dan
produk olahan buah lainnya. Hal ini yang menyebabkan banyak pelaku usaha
bergerak dalam industri pengolahan makanan dan minuman khususnya yang
berbahan dasar buah. CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul merupakan salah
satu pelaku usaha yang bergerak di bidang pengolahan minuman yang berbahan
dasar buah. Usaha pengolahan buah yang dijalankan diharapkan dapat
memberikan keuntungan. Oleh karena itu, agar tujuan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan tercapai terlebih dahulu dilakukan sebuah studi
kelayakan untuk menilai investasi yang ditanamkan di perusahaan tersebut layak
atau tidak layak untuk dijalankan. Apabila usaha tersebut layak untuk dijalankan
maka akan memberikan keuntungan atau tidak, sehingga dapat meminimalkan
atau menghindari resiko kerugian keuangan yang penuh ketidakpastian di masa
yang akan datang agar penanaman investasi yang dilakukan pada perusahaan
tersebut tidak sia-sia.
Perusahaan tempat penelitian ini dalam menjalankan usahanya belum
melakukan analisis kelayakan khususnya dari segi finansial atau keuangannya
untuk mengetahui kelayakan dalam penanaman investasinya. Oleh karena itu,
hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah acuan untuk perusahaan
mengambil keputusan berkenaan dengan kegiatan perusahaannya dan dapat
dijadikan sebuah model yang dapat diadopsi oleh para petani buah khususnya di
daerah sekitar perusahaan dan para petani di daerah lainnya pada umumnya agar
dapat lebih mengoptimalkan hasil panennya untuk meningkatkan nilai tambah
dari buah-buahan yang produksinya cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis kelayakan finansial
pengolahan buah pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul, (2) Menganalisis
sensitivitas kelayakan finnansial pengolahan buah apabila terjadi perubahan biaya
dan pendapatan.
Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu
pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul dengan lokasi perusahaan di
Jl. Sawangan Raya No. 16, Depok, Jawa Barat 16511. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2010. Tempat penelitian ini dipilih
atas dasar pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan
pengolahan buah yang memiliki kapasitas produksi paling besar dan melakukan
diversifikasi produk diantara perusahaan lain yang terdapat di wilayah yang sama.
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder, analisis data
dengan menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif
digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai perusahaan misalnya untuk
mengetahui gambaran umum perusahaan dan aspek-aspek kelayakan usaha seperti
aspek teknis atau operasi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan
sosial, aspek lingkungan, dan aspek pasar yang terdapat pada perusahaan tersebut.
Metode kuantitatif dilakukan dengan perhitungan data yang telah diperoleh
kemudian diolah dengan penggunaan angka kuantitatif. Penggunaan angka
kuantitatif pada studi kelayakan ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan
finansial usaha pengolahan buah dengan menggunakan kriteria penilaian
kelayakan yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Return On Investment (ROI), Payback
Period (PP), dan Break Event Point (BEP).
Hasil analisis kelayakan finansial dapat disimpulkan bahwa menggunakan
sumber dana 100% modal sendiri, 50% modal pinjaman, dan 100% modal
pinjaman selama 5 tahun dinyatakan layak yang ditandai dengan nilai NPV pada
DF 14% positif, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga Bank (14%), dan
nilai Net B/C lebih besar dari satu. Hasil analisis sensitivitas dapat disimpulkan
bahwa dengan kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan
sebesar 9% dinyatakan layak, serta penurunan penerimaan sebesar 10%
dinyatakan tidak layak. Sedangkan kombinasi antara kenaikan harga bahan bakar,
bahan baku, dan bahan kemasan naik sebesar 9% dengan penurunan penerimaan
sebesar 10% dinyatakan tidak layak, sehingga dapat disarankan: (1) Usaha ini
sebaiknya dikembangkan ke arah industri pengolahan yang lebih besar mengingat
citra produk CV. WPIU sudah baik di mata masyarakat. Namun perlu diwaspadai
saat terjadi kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan serta
penurunan penerimaan karena sangat mempengaruhi kelayakan finansial
perusahaan dan (2) Usaha ini dapat dijadikan contoh dan model yang baik untuk
diadopsi oleh berbagai pihak yang ingin menekuni usaha sejenis, khususnya bagi
para petani buah agar lebih mengoptimalkan hasil panennya untuk meningkatkan
nilai tambah buah sehingga didapatkan keuntungan yang lebih besar.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 4
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1. Landasan Teori ................................................................................. 6
2.1.1. Produk Olahan Buah .............................................................. 6
2.1.1.1. Jus atau Sari Buah ............................................................ 6
2.1.1.2. Sirup Buah ....................................................................... 11
2.1.2. Pengertian Studi Kelayakan ................................................... 13
2.1.3. Aspek Studi Kelayakan ....................................... .................. 15
2.1.4. Kriteria Penilaian Kelayakan Finansial...................................19
2.2. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 22
2.3. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………26
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 26
3.2. Sumber Data ..................................................................................... 26
3.3. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 27
3.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data .................................... 27
3.4.1. Analisis Pendapatan ............................................................... 28
3.4.2. Penyusutan ............................................................................. 29
3.4.3. Net Present Value (NPV) ....................................................... 29
3.4.4. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) .......................................... 30
3.4.5. Internal Rate of Return (IRR) ................................................ 31
3.4.6. Return On Investment (ROI) .................................................. 32
3.4.7. Payback Period (PP) .............................................................. 32
3.4.8. Break Event Point (BEP) ....................................................... 32
3.4.9. Analisis Sensitivitas ............................................................... 33
3.5. Definisi Operasional ........................................................................ 34
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................. 36
4.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ........................................................ 36
4.2. Visi dan Misi Perusahaan ................................................................. 37
4.3. Struktur Organisasi Perusahaan ....................................................... 37
4.4. Perkembangan Usaha ....................................................................... 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 40
5.1. Aspek Teknis .................................................................................... 40
5.2. Aspek Manajemen ........................................................................... 45
5.3. Aspek Hukum .................................................................................. 46
5.4. Aspek Ekonomi dan Sosial .............................................................. 47
5.5. Aspek Lingkungan ........................................................................... 48
5.6. Aspek Pasar ...................................................................................... 48
5.7. Aspek Keuangan .............................................................................. 51
5.7.1. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana ....................................... 51
5.7.1.1. Modal Reinvestasi ............................................................ 51
5.7.1.2. Modal Kerja ..................................................................... 53
5.7.2. Penerimaan Perusahaan ......................................................... 56
5.7.3. Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Buah
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul ................................. 57
5.7.4. Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Buah
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul dengan
Menggunakan Pinjaman ......................................................... 61
5.7.4.1. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan
50% Modal Pinjaman ....................................................... 61
5.7.4.2. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan
100% Modal Pinjaman ..................................................... 63
5.7.5. Analisis Sensitivitas Pengolahan Buah
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul ................................. 65
5.7.5.1. Sumber Dana 100% Modal Sendiri ................................. 65
5.7.5.2. Sumber Dana 50% Modal Pinjaman ................................ 71
5.7.5.3. Sumber Dana 100% Modal Pinjaman .............................. 75
5.7.6. Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan
Finansial dan Sensitivitas Pengolahan Buah
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul ................................. 77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 82
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 82
6.2. Saran ................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Produksi buah-buahan per tahun di Indonesia ................................................. 1
2. Modal reinvestasi tahun 2009 ........................................................................... 53
3. Biaya tetap yang dikeluarkan per bulan dalam melaksanakan
produksi tahun 2009 s/d 2013 ........................................................................... 54
4. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan per bulan dalam
melaksanakan produksi selama tahun 2009 ...................................................... 55
5. Total biaya yang dikeluarkan per bulan dalam melaksanakan
produksi selama tahun 2009 .............................................................................. 56
6. Penerimaan perusahaan per bulan tahun 209 s/d 2013 ..................................... 57
7. Hasil analisis Kelayakan Finansial dengan 100% Modal
Sendiri ............................................................................................................... 58
8. Analisis Break Event Point Jus dan Sirup Buah CV. WPIU
Tahun ke-1 (Tahun 2009) ................................................................................. 59
9. Analisis Return On Investment CV. WPIU dengan 100%
Modal Sendiri .................................................................................................... 60
10. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 50% Modal
Pinjaman ......................................................................................................... 61
11. Analisis Return On Investment CV. WPIU dengan 50%
Modal Pinjaman .............................................................................................. 62
12. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 100% Modal
Pinjaman ......................................................................................................... 63
13. Analisis Return On Investment CV. WPIU dengan 100%
Modal Pinjaman .............................................................................................. 64
14. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri.................................................66
15. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri ................................................. 66
16. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri ................................................. 67
17. Hasil Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, harga
jual tetap dengan 100% Modal Sendiri ........................................................... 68
18. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Baku Naik 9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri........................68
19. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Kemasan Naik 9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri ................. 69
20. Hasil Analisis Sensitivitas Pada Variabel Perubahan, harga
jual tetap dengan 100% Modal Sendiri ........................................................... 70
21. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%,
harga jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman................................................71
22. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9%,
harga jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman ............................................... 71
23. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%,
harga jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman ............................................... 72
24. Hasil Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, harga
jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman ......................................................... 73
25. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Baku Naik 9%, harga jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman.......................73
26. Hasil Analisis Sensitivitas Pada Variabel Perubahan, harga
jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman ......................................................... 74
27. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Pinjaman..............................................75
28. Hasil Analisis Sensitivitas Pada Variabel Perubahan,
harga jual tetap dengan 100% Modal Pinjaman ............................................. 76
56. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial dalam Berbagai
Penggunaan Sumber Dana .............................................................................. 78
57. Hasil Analisis Sensitivitas dengan Sumber Dana 100%
Modal Sendiri .................................................................................................. 79
58. Hasil Analisis Sensitivitas dengan Sumber Dana 50%
Modal Pinjaman .............................................................................................. 80
59. Hasil Analisis Sensitivitas dengan Sumber Dana 100%
Modal Pinjaman .............................................................................................. 81
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram Alir Pengolahan Sari Buah ................................................................ 10
2. Diagram Alir Pengolahan Sirup Buah ............................................................. 13
3. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 25
4. Struktur Organisasi CV.WPIU .......................................................................... 38
5. Saluran Tataniaga Jus dan Sirup Buah Pada CV.WPIU ................................... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Daftar Pertanyaan .............................................................................................. 85
2. Proses Produksi Jus Buah CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul .............................................................................................. 89
3. Proses Produksi Sirup Buah CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul .............................................................................................. 90
4. Laju Inflasi Nasional Periode 2004 - 2009 ....................................................... 91
5. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum
Periode 2004 - 2009 .......................................................................................... 91
6. Rekapitulasi Modal Reinvestasi Tahun 2009 CV. WPIU ................................. 92
7. Rekapitulasi Biaya Tetap CV. WPIU ............................................................... 93
8. Rekapitulasi Biaya Tidak Tetap CV. WPIU ..................................................... 94
9. Analisa Pendapatan dan Biaya CV. WPIU ....................................................... 95
10. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 100%
Modal Sendiri .................................................................................................. 96
11. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 50%
Modal Pinjaman .............................................................................................. 96
12. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 100%
Modal Pinjaman .............................................................................................. 97
13. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri.................................................97
14. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri ................................................. 98
15. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik
9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri .......................................... 98
16. Hasil Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, harga
jual tetap dengan 100% Modal Sendiri ........................................................... 99
17. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Baku Naik 9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri........................99
18. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Kemasan Naik 9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri .................
........................................................................................................................... 10
0
19. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku dan Bahan
Kemasan Naik 9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri .................
........................................................................................................................... 10
0
20. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar, Bahan Baku,
dan Bahan Kemasan Naik 9%, harga jual tetap dengan 100%
Modal Sendiri ..................................................................................................
........................................................................................................................... 10
1
21. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9% dan
Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap dengan 100%
Modal Sendiri ..................................................................................................
............................................................................................................................... 10
1
22. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9% dan
Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap dengan 100%
Modal Sendiri ..................................................................................................
............................................................................................................................... 10
2
23. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%
dan Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap dengan 100%
Modal Sendiri ..................................................................................................
........................................................................................................................... 10
2
24. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Baku Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap
dengan 100% Modal Sendiri ........................................................................... 103
25. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Kemasan Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%, harga
jual tetap dengan 100% Modal Sendiri ..........................................................
........................................................................................................................... 10
3
26. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku dan Bahan
Kemasan Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%, harga jual
tetap dengan 100% Modal Sendiri ................................................................
104
27. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar, Bahan Baku,
dan Bahan Kemasan Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri .................................................
........................................................................................................................... 10
4
28. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%,
harga jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman................................................
105
29. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9%,
harga jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman ................................................
105
30. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%,
harga jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman ...............................................
............................................................................................................................... 10
6
31. Hasil Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, harga
jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman .........................................................
........................................................................................................................... 10
6
32. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Baku Naik 9%, harga jual tetap dengan 50% Modal
Pinjaman..........................................................................................................
107
33. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Kemasan Naik 9%, harga jual tetap dengan 50% Modal
Pinjaman .........................................................................................................
........................................................................................................................... 10
7
34. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku dan Bahan
Kemasan Naik 9%, harga jual tetap dengan 50% Modal
Pinjaman .........................................................................................................
........................................................................................................................... 10
8
35. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar, Bahan Baku,
dan Bahan Kemasan Naik 9%, harga jual tetap dengan 50%
Modal Pinjaman ..............................................................................................
108
36. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9% dan
Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap dengan 50% Modal
Pinjaman .........................................................................................................
109
37. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9% dan
Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap dengan 50% Modal
Pinjaman .........................................................................................................
............................................................................................................................... 10
9
38. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%
dan Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap dengan 50%
Modal Pinjaman ..............................................................................................
110
39. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Baku Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap
dengan 50% Modal Pinjaman ......................................................................... 110
40. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Kemasan Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%, harga
jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman ........................................................
111
41. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku dan Bahan
Kemasan Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%, harga
jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman ........................................................
111
42. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar, Bahan Baku,
dan Bahan Kemasan Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%,
harga jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman ...............................................
........................................................................................................................... 11
2
43. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Pinjaman..............................................
112
44. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Pinjaman .............................................
........................................................................................................................... 11
3
45. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Pinjaman .............................................
............................................................................................................................... 11
3
46. Hasil Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, harga
Jual tetap dengan 100% Modal Pinjaman .......................................................
........................................................................................................................... 11
4
47. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Baku Naik 9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Pinjaman.....................
114
48. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Kemasan Naik 9%, harga jual tetap dengan 100% Modal
Pinjaman .........................................................................................................
........................................................................................................................... 11
5
49. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku dan Bahan
Kemasan Naik 9%, harga jual tetap dengan 100% Modal
Pinjaman .........................................................................................................
........................................................................................................................... 11
5
50. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar, Bahan Baku,
dan Bahan Kemasan Naik 9%, harga jual tetap dengan 100%
Modal Pinjaman ..............................................................................................
........................................................................................................................... 11
6
51. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%
dan Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap dengan
100% Modal Pinjaman ....................................................................................
............................................................................................................................... 11
6
52. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9%
dan Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap dengan
100% Modal Pinjaman ....................................................................................
............................................................................................................................... 11
7
53. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%
dan Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap dengan 100%
Modal Pinjaman ..............................................................................................
........................................................................................................................... 11
7
54. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Baku Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%, harga jual
tetap dengan 100% Modal Pinjaman ..............................................................
........................................................................................................................... 11
8
55. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan
Kemasan Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%, harga jual
tetap dengan 100% Modal Pinjaman ..............................................................
........................................................................................................................... 11
8
56. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku dan Bahan
Kemasan Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%, harga
jual tetap dengan 100% Modal Pinjaman ......................................................
........................................................................................................................... 11
9
57. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar, Bahan Baku,
dan Bahan Kemasan Naik 9% dan Penerimaan Turun 10%,
harga jual tetap dengan 100% Modal Pinjaman .............................................
........................................................................................................................... 11
9
58. Layout CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul .............................................
............................................................................................................................... 12
0
59. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Skripsi .......................................
............................................................................................................................... 12
1
60. SNI 01 – 0222 – 1995, Bahan Tambahan Makanan .....................................
............................................................................................................................... 12
2
61. Dokumentasi CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki potensi besar
dalam hal perkembangan pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang memiliki
potensi besar untuk dikembangkan adalah hortikultura. Buah-buahan merupakan
salah satu komoditas hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan dalam hal
produksi. Tabel 1 menunjukkan jumlah produksi buah-buahan per tahun di
Indonesia.
Tabel 1. Produksi buah-buahan per tahun di Indonesia
No Jenis Buah Tahun (ton)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Mangga 1.412.884 1.621.997 1.818.619 2.013.121 2.243.440
2 Jeruk 2.214.019 2.565.543 2.625.884 2.311.581 2.131.768
3 Pepaya 548.657 643.451 621.524 653.276 772.844
4 Nanas 925.082 1.427.781 2.237.858 1.272.761 1.558.196
5 Durian 566.205 747.848 594.842 602.694 797.798
6 Manggis 64.711 72.634 112.722 65.133 15.558
7 Belimbing 65.967 70.298 59.984 66.700 72.443
8 Rambutan 657.579 801.077 705.823 851.240 986.841
9 Salak 937.930 861.950 805.879 712.263 829.014
10 Jambu Biji 178.509 196.180 179.474 207.025 220.202
11 Sirsak 75.767 84.373 55.798 49.158 65.359
12 Markisa 82.892 119.683 106.788 135.541 120.796 Sumber : Biro Pusat Statistik, 2010
Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi buah-buahan khususnya buah
nanas, belimbing, dan jambu biji cenderung meningkat setiap tahun walaupun
untuk buah nanas pada tahun 2008 mengalami penurunan produksi sebesar
965.097 ton menjadi 1.272.761 ton dari tahun sebelumnya. Produksi buah
belimbing dan jambu biji juga mengalami penurunan di tahun yang sama yaitu
pada tahun 2007, namun jika di lihat secara keseluruhan jumlah produksi buah-
buahan khususnya nanas, belimbing, dan jambu biji cenderung meningkat.
Permintaan terhadap produk olahan buah dewasa ini juga mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan perubahan perilaku masyarakat modern yang
menyukai mengkonsumsi buah dalam kemasan praktis, khususnya kemasan kecil
dan mempunyai masa kadaluarsa yang lebih lama dari buah segar. Menurut
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia (2010 : 10), permintaan produk
olahan buah seperti sari buah atau jus sebesar 76.565 ton pada tahun 2006 dengan
prediksi pertumbuhan permintaan 7% per tahun dengan total permintaan pada
tahun 2010 mencapai 368.875 ton. Kecenderungan masyarakat yang dewasa ini
menyukai produk olahan menjadikan peningkatan permintaan produk olahan
terhadap buah sebagai peluang dalam peningkatan dan pengembangan nilai
tambah buah-buahan menjadi produk-produk olahan seperti buah dalam kaleng,
minuman sari buah, manisan buah, selai, kripik, dodol, dan produk olahan buah
lainnya. Hal ini yang menyebabkan banyak pelaku usaha bergerak dalam industri
pengolahan makanan dan minuman khususnya yang berbahan dasar buah.
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul merupakan salah satu pelaku usaha
yang bergerak di bidang pengolahan minuman yang berbahan dasar buah.
Bermula dari ketersediaan bahan baku yang berlimpah di kota Depok, perusahaan
ini menciptakan produk-produk olahan buah berkualitas dengan basis hasil
pertanian kebanggaan kota Depok, yaitu buah belimbing dewa, didampingi buah
lainnya seperti jambu biji merah, wortel dan nanas. Produk yang dihasilkan adalah
jus dan sirup berbahan dasar buah belimbing, jambu biji merah, dan nanas dengan
tambahan wortel. Pengolahan jus dan sirup buah dilakukan dengan menggunakan
teknologi pengolahan sederhana karena merupakan home industry. Usaha
pengolahan buah yang dijalankan diharapkan dapat memberikan keuntungan
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, agar tujuan
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan tercapai terlebih dahulu dilakukan
sebuah studi kelayakan untuk menilai investasi yang akan ditanamkan di
perusahaan tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan. Apabila usaha
tersebut layak untuk dijalankan maka akan memberikan keuntungan atau tidak,
sehingga dapat meminimalkan atau menghindari resiko kerugian keuangan yang
penuh ketidakpastian di masa yang akan datang baik resiko yang dapat
dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan agar penanaman investasi
yang dilakukan pada perusahaan tersebut tidak sia-sia.
Perusahaan tempat penelitian ini dalam menjalankan usahanya belum
melakukan analisis kelayakan khususnya dari segi finansial atau keuangannya
untuk mengetahui kelayakan dalam penanaman investasinya. Oleh karena itu,
hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah acuan untuk perusahaan
mengambil keputusan berkenaan dengan kegiatan dan keberlangsungan
perusahaannya dan dapat dijadikan sebuah model yang dapat diadopsi oleh para
petani buah khususnya di daerah sekitar perusahaan dan para petani di daerah
lainnya pada umumnya agar dapat lebih mengoptimalkan hasil panennya untuk
meningkatkan nilai tambah dari buah-buahan yang produksinya cenderung
meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin
mengkaji lebih dalam tingkat kelayakan finansial perusahaan dalam judul
“Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Buah (Studi Kasus : CV.
Winner Perkasa Indonesia Unggul, Sawangan, Depok, Jawa Barat)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan finansial pengolahan buah pada CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul?
2. Bagaimana sensitivitas kelayakan finansial CV. Winner Perkasa Indonesia
Unggul jika terjadi penambahan biaya dan penurunan pendapatan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan finansial pengolahan buah pada CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul.
2. Menganalisis sensitivitas kelayakan finnansial pengolahan buah apabila terjadi
perubahan biaya dan pendapatan.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan menganalisis kelayakan finansial pengolahan jus buah
dan sirup buah selama lima tahun. Data-data terakhir yang diambil meliputi aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan, aspek hukum, dan aspek
keuangan berupa data-data keuangan adalah pada akhir tahun 2009. Batasan ini
dilakukan karena keterbatasan yang dimiliki peneliti dalam hal waktu, biaya, dan
tenaga.
1.5. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijabarkan di atas,
maka manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dan menambah
pengalaman dan wawasan ilmu pengetahuan, khususnya studi kelayakan usaha.
2. Bagi perusahaan
Mengetahui kelayakan usaha dan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk pengembangan usaha mendatang.
3. Bagi pembaca
a. Akademis
Memberikan bahan referensi dan acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
b. Dinas Pertanian Kota Depok
Memberikan bahan referensi dalam melakukan kegiatan pengembangan
pertanian khususnya memajukan para petani di daerah Kota Depok dengan
mengadopsi hasil penelitian sehingga para petani dapat meningkatkan nilai
tambah hasil panen buah-buahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Produk Olahan Buah
Kecenderungan masyarakat mengkonsumsi buah dalam kemasan praktis
menjadikan buah dapat diolah menjadi berbagai produk olahan seperti buah dalam
kaleng, minuman sari buah, manisan buah, selai, kripik, dodol, dan produk olahan
buah lainnya. Salah satunya adalah mengolah buah menjadi jus atau sari buah dan
sirup buah.
2.1.1.1. Jus atau Sari Buah
Menurut Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000 : 1), jus adalah sari buah encer yang
diperoleh dari hasil pengepresan daging buah yang dilanjutkan dengan
penambahan air dan gula pasir.
Jus buah dapat dibedakan menjadi jus jernih (clear juice) dan jus keruh
(cloudy juice). Contoh jus jernih adalah jus apel, anggur, pir, dan peach. Contoh
jus keruh adalah jus nanas, mangga, sirsak, jeruk, dan jambu biji. Jus dapat dibuat
dari satu jenis buah (single fruit juice) ataupun gabungan dari beberapa jenis buah
(mixed fruits juice) (Suratin, 2007 : 9).
Perbedaan pengertian antara jus buah (fruit juice) serta minuman rasa buah
(fruit drink) adalah jus buah didefinisikan sebagai cairan yang diperoleh dari
buah-buahan segar melalui proses mekanis (seperti pemerasan), sehingga
memiliki warna, aroma, dan cita rasa yang sama seperti pada buah aslinya. Jus
buah biasanya dijual dalam bentuk 100 persen jus, 70 persen jus, atau 50 persen
jus. Minuman 100 persen jus artinya jus tersebut betul-betul merupakan cairan
hasil perasan dari buah asli dan dikemas tanpa proses pengenceran. Sedangkan
istilah minuman rasa buah berarti minuman tersebut tidak mengandung unsur
buah sama sekali, tetapi dibuat dengan cara menambahkan cita rasa atau flavor
buah (Suratin, 2007 : 9).
Menurut Pujimulyani (2009 : 121-126), tahap-tahap proses produksi jus
atau sari buah adalah sebagai berikut:
1. Sortasi, pengupasan, dan pencucian
Buah disortasi dan dipilih yang matang serta bebas dari kerusakan (biologis
maupun mekanis). Setelah disortasi buah dikupas dan dicuci untuk
menghilangkan kotoran-kotoran, noda, debu serta kotoran lain yang tidak
dikehendaki.
2. Pemotongan dan penghilangan biji
Setelah bahan bersih dan bebas dari kerusakan kemudian dilakukan
pemotongan bahan menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran kurang
lebih 5 cm yang tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi blanching.
3. Blanching
Buah yang telah dibelah kemudian di blanching pada suhu kurang lebih 85oC
selama kurang lebih 10 menit. Pengukuran suhu dilakukan dengan mengukur
suhu uap (steam) menggunakan thermometer.
4. Ekstraksi
Ekstraksi buah dimaksudkan untuk mengeluarkan air dalam buah tersebut.
Buah dihancurkan sampai menjadi bubur kemudian disaring. Untuk
mendapatkan ekstrak lebih banyak, biasanya dilakukan dengan alat press.
5. Penyaringan
Bubur buah hasil ekstraksi kemudian dilakukan penyaringan dengan kain
saring yang menghasilkan sari buah segar.
6. Penjernihan
Cara penjernihan dengan menggunakan sentrifugasi atau filtrasi dengan
menambahkan suatu senyawa yang dapat bereaksi dengan komponen sari buah.
Penambahan senyawa tersebut merangsang pembentukan endapan dengan
membawa bahan-bahan lain dalam suspensi. Bahan yang biasa ditambahkan
yaitu gelatin.
7. Stabilisasi
Penampakan keruh pada sari buah keruh dipengaruhi oleh kestabilan
suspensinya yang nantinya akan mengakibatkan terjadinya pengendapan.
Upaya untuk mempertahankan sistem dispersi tersebut dengan menambah zat
penstabil yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
kecenderungan penggabungan partikel dan pengendapan. Zat penstabil yang
dapat ditambahkan yaitu hidrokoloid misalnya CMC (Johanes, 1973 dalam
Pujimulyani, 2009 : 124-125).
8. Pasteurisasi
Pemanasan sebagai tahap pengawetan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada sari buah. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 80oC selama 20
menit.
9. Pembotolan dan penghilangan udara (Exhausting)
Sari buah yang telah dipasteurisasi kemudian dimasukkan ke dalam botol yang
telah disterilkan dengan kapasitas 250 ml. Air buah yang dimasukkan masih
dalam keadaan panas, hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontaminan
yang terikut. Sebelum dilakukan penutupan botol, sisa udara yang terdapat
dalam botol dihilangkan dengan pemanasan menggunakan air mendidih selama
kurang lebih 5 menit.
10. Penutupan
Tahap selanjutnya adalah penutupan yang merupakan proses finishing dari
pembuatan jus atau sari buah yaitu menutup botol yang terisi sari buah. Hal ini
dimaksudkan supaya sari buah tetap higienis dan aman dari pengaruh udara
luar.
Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Sari Buah (Sumber: Pujimulyani, 2009 : 123)
Sortasi, pengupasan, dan pencucian
Pemotongan dan penghilangan biji
Blanching
Ekstraksi
Penyaringan
Penjernihan
(sentrifugasi/filtrasi/gelatin)
Pencampuran dengan stabilizer
(CMC/gum arab/bahan hidrokoloid)
Pasteurisasi
Pembotolan
Exhausting
Penutupan
Buah
Sari buah
Sari buah dalam
botol
2.1.1.2. Sirup Buah
Menurut SNI 0153-1993, sirup adalah larutan gula pekat (Saccharosa high
fruktose syrup dan atau gula inversi lainnya) dengan atau tanpa penambahan
bahan tambahan makanan yang diijinkan (Pujimulyani, 2009 : 128). Sirup yaitu
cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan
proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain
seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain (Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000 : 1).
Menurut Pujimulyani (2009 : 121-129), tahap-tahap proses produksi sirup
buah adalah sebagai berikut:
1. Sortasi, pengupasan, dan pencucian
Buah disortasi dan dipilih yang matang serta bebas dari kerusakan (biologis
maupun mekanis). Setelah disortasi buah dikupas dan dicuci untuk
menghilangkan kotoran-kotoran, noda, debu serta kotoran lain yang tidak
dikehendaki.
2. Pemotongan dan penghilangan biji
Setelah bahan bersih dan bebas dari kerusakan kemudian dilakukan
pemotongan bahan menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran kurang
lebih 5 cm yang tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi blanching.
3. Blanching
Buah yang telah dibelah kemudian di blanching pada suhu 100oC selama 5
menit dengan menggunakan asam sitrat.
4. Ekstraksi
Ekstraksi buah dimaksudkan untuk mengeluarkan air dalam buah tersebut.
Buah dihancurkan sampai menjadi bubur dan ditambahkan aquades.
5. Penyaringan
Bubur buah hasil ekstraksi kemudian disaring dengan kain saring dan
menghasilkan ekstrak kasar.
6. Pasteurisasi
Selanjutnya dilakukan pengolahan dengan penambahan asam sitrat untuk
meningkatkan cita rasa minuman dan membuat suasana asam, kemudian
ditambahkan CMC untuk penstabil dan gula pasir untuk pemanis. Pemanasan
dilakukan pada suhu 100oC selama 20 menit.
Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Sirup Buah (Sumber: Pujimulyani, 2009 : 130)
2.1.2. Pengertian Studi Kelayakan
Keputusan untuk melakukan investasi yang menyangkut sejumlah besar
dana dengan harapan mendapatkan keuntungan bertahun-tahun dalam jangka
panjang memberikan dampak yang cukup besar bagi kelangsungan usaha suatu
perusahaan. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan untuk menanamkan
investasi terlebih dahulu mengkaji studi kelayakan khususnya aspek finansial dan
Sortasi
Pengupasan
Blanching suhu 100oC dalam waktu 5 menit
dengan asam sitrat
Penghancuran
Penyaringan dengan kain saring
Pendidihan 20 menit
Buah
Bubur buah
Ekstrak buah
CMC 0,1%
Asam sitrat 0,128%
Ekstrak : gula pasir
(100:130)
Sirup buah
Ampas
ekonomi (Soeharto, 1999 : 109). Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
menganalisis resiko dengan menggunakan suatu asumsi tertentu, baik mengenai
biaya yang dikeluarkan untuk investasi maupun pemasukan dari pendapatan yang
akan diperoleh atau faktor-faktor lain. Suatu asumsi tidak akan selalu tepat karena
memiliki resiko berbeda atau meleset dari kenyataan, maka untuk mendapatkan
hasil yang optimal adalah dengan menggunakan cara memisahkan analisis
keputusan investasi dengan keputusan pendanaan (financing decision). Keputusan
investasi mencoba menentukan proyek atau aset apa saja yang akan dipilih dan
berapa besar biayanya, sedangkan keputusan pendanaan menentukan bagaimana
dan dari mana proyek dibiayai, sehingga setelah pemilihan usulan investasi
dianalisis dengan berbagai kriteria (misalnya, NPV atau IRR) maka langkah
selanjutnya adalah mencoba mengaitkan dengan keputusan pendanaan dan
melihat bagaimana kemungkinan interaksi yang terjadi (Soeharto, 1999 : 111).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008 : 6), pengertian kelayakan adalah
penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang
akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang akan dikeluarkan sedangkan pengertian bisnis adalah usaha yang
dijalankan dengan tujuan utamanya untuk memperoleh keuntungan sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengertian Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang
akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut.
Menurut Umar (2005 : 8), Studi Kelayakan Bisnis merupakan penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
bisnis yang dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan,
misalnya rencana peluncuran produk baru.
Menyusun studi kelayakan bisnis banyak hal yang berhubungan dengan
perhitungan bunga dan nilai uang, seperti beban bunga, tingkat bunga, nilai uang
(time value money), nilai pinjaman beserta cicilan (kredit), serta perhitungan
penyusutan terhadap aset yang digunakan (Ibrahim, 2003 : 7).
2.1.3. Aspek Studi Kelayakan
Menentukan penilaian studi kelayakan, terlebih dahulu harus mengetahui
tahapan dari aspek-aspek kelayakan usaha. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Aspek Teknis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah
penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan
pabrik, dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Jadi, analisis
dari aspek teknis adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam
menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi dan
layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan (Kasmir dan Jakfar,
2008 : 145).
2. Aspek Manajemen
Uraian aspek organisasi dan manajemen adalah bentuk kegiatan dan
cara pengelolaan dari gagasan usaha atau proyek yang direncanakan secara
efisien. Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan secara
teknis (jenis pekerjaan yang diperlukan) dan berdasarkan pada kegiatan usaha,
disusun bentuk struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan
kegiatan tersebut. Berdasarkan pada struktur organisasi yang ditetapkan,
kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan
(Ibrahim, 2003 : 95).
3. Aspek Hukum
Aspek hukum terdiri dari dokumen yang perlu diteliti keabsahan,
kesempurnaan, dan keasliannya yang meliputi badan hukum, izin-izin yang
dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan
usaha tersebut (Kasmir dan Jakfar, 2008 : 23).
Aspek hukum mengkaji tentang legalitas usulan proyek yang akan
dibangun dan dioperasikan. Ini berarti bahwa setiap proyek yang akan
didirikan dan dibangun di wilayah tertentu harus memenuhi hukum dan tata
peraturan yang berlaku di wilayah tersebut (Suratman, 2001 : 29).
4. Aspek Ekonomi dan Sosial
Aspek sosial dan ekonomi terdiri dari dampak positif dan negatif yang
akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri,
pemerintah, ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial
dampak positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan
kepada masyarakat khususnya yaitu memberikan peluang untuk meningkatkan
pendapatannya dan pemerintah pada umumnya yaitu memberikan pemasukan
berupa berupa pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah (Kasmir dan Jakfar, 2008 : 193).
5. Aspek Lingkungan
Pengutamaan telaah AMDAL secara khusus adalah meliputi dampak
lingkungan di sekitarnya, baik di dalam usaha atau proyek maupun di luar
suatu proyek yang akan dijalankan. Arti keberadaan suatu usaha atau proyek
akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berada di sekitar rencana lokasi,
baik dampak rencana usaha dan atau kegiatan terhadap kegiatan-kegiatan yang
sudah ada sebaliknya maupun dampak kumulatif dari rencana usaha dan atau
kegiatan yang sudah ada terhadap lingkungan hidup (Kasmir dan Jakfar,
2008 : 203).
6. Aspek Pasar
Menurut Ibrahim (2003 : 100), faktor utama yang perlu dinilai dalam
aspek pasar dan pemasaran, antara lain:
a. Jumlah permintaan produk di masa lalu dan masa kini serta kecenderungan
permintaan di masa yang akan datang.
b. Berdasarkan pada angka proyeksi (perkiraan), berapa besar kemungkinan
market space (market potensial) yang tersedia di masa yang akan datang.
c. Berapa besar market share yang direncanakan berdasarkan pada rencana
produksi.
d. Faktor-faktor apa saja yang mungkin mempengaruhi permintaan di masa
yang akan datang.
e. Strategi apa saja yang perlu dilakukan dalam meraih market share yang
telah direncanakan.
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-
kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain
dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran (Boyd, Walker, dan
Larreche, 2000 : 4). Bauran pemasaran merupakan kiat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk mencapai pasar sasarannya. Kombinasi dari
bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi (Kotler,
2004 : 18).
7. Aspek Keuangan
Kajian aspek keuangan dalam studi kelayakan berkaitan dengan
bagaimana menentukan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus pelaksanaannya
serta mencari sumberdaya yang bersangkutan secara efisien, sehingga
memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor (Suratman,
2002: 140). Keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal
seperti:
a. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh.
b. Kebutuhan biaya investasi.
c. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode
termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur
investasi.
d. Proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode ke depan.
e. Kriteria penilaian investasi.
f. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
(Kasmir dan Jakfar, 2008 : 87).
2.1.4. Kriteria Penilaian Kelayakan Finansial
Pelaksanaan dari sebuah proyek dapat diketahui memberikan keuntungan
atau tidak dengan melakukan evaluasi proyek, yaitu dengan cara menghitung
manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek dengan menggunakan
kriteria penilaian kelayakan finansial. Kriteria penilaian kelayakan finansial yang
digunakan sebagai berikut:
1. Net Present Value (NPV)
Teknik NPV digunakan untuk mengetahui apakah suatu usulan proyek
investasi layak dilaksanakan atau tidak, dengan cara mengurangkan antara
present value (nilai saat ini) dan aliran kas bersih operasional atas proyek
investasi selama umur ekonomis termasuk terminal cashflow dengan initial
cashflow (initial investment). Metode NPV yaitu menghitung selisih nilai
sekarang penerimaan kas bersih dari investasi yang diperlukan (Suratman,
2002 : 120). NPV yaitu selisih antara present value dari investasi dengan
present value dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional
maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar, 2005 : 200).
NPV merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan
PV investasi (capital outlays) selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar,
2008 : 100).
2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C Ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah
didiskon positif dengan net benefit yang telah didiskon negatif. B/C Ratio
merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan dengan nilai
sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi (Ibrahim, 2003 : 151).
Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang
positif dengan jumlah present value yang negatif (Gray, 2005 : 74).
3. Internal Rate of Return (IRR)
Penentuan layak atau tidak layaknya suatu usulan proyek investasi
adalah dengan cara membandingkan antara IRR dengan tingkat keuntungan
yang diharapkan atau diisyaratkan (Suratman, 2002 :132). Metode ini
digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari
arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas dengan
pengeluaran investasi awal (Umar, 2005 : 198). IRR merupakan alat untuk
mengukur tingkat pengembalian hasil intern (Kasmir dan Jakfar, 2008 : 102).
4. Return On Investment (ROI)
ROI merupakan pengembalian atas investasi yaitu perbandingan antara
pemasukan (income) per tahun terhadap dana investasi yang memberikan
indikasi profitabilitas suatu investasi (Soeharto, 2002 : 95). ROI merupakan
rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan
dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen (Kasmir dan
Jakfar, 2008 : 206).
5. Payback Period (PP)
Penentuan layak atau tidak layaknya suatu usulan proyek investasi,
cukup membandingkan antara waktu pengembalian jumlah dana untuk
investasi dengan umur ekonomi proyek (Suratman, 2002 : 112). Payback
Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran
kas (Umar, 2005 : 197). PP merupakan teknik penilaian terhadap jangka
waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha (Kasmir dan
Jakfar, 2008 : 98).
6. Break Event Point (BEP)
BEP merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha dimana jumlah
manfaat (pendapatan) sama besarnya dengan pengeluaran (biaya) dengan kata
lain pada keadaan ini perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi (Fatah,
1994 : 45). Analisis pulang pokok adalah suatu alat analisis yang digunakan
untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel di dalam kegiatan
perusahaan seperti jumlah produksi yang dilaksanakan, biaya yang
dikeluarkan serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya
(Umar, 2005 : 202).
7. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas untuk mengkaji sejauhmana perubahan unsure-
unsur dalam aspek finansial-ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang
dipilih (Soeharto, 2002 : 122). Penentuan resiko investasi adalah dengan
dilakukannya analisis sensitivitas didasarkan pada kemungkinan yang paling
optimis sampai pada kemungkinan yang paling pesimis (Suratman,
2002 : 142). Analisis Sensitivitas merupakan suatu cara untuk mengetahui
pengaruh pada solusi optimal yang dihasilkan oleh perubahan variabel-
variabel kritis yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan (Suherman,
2004 : 8).
2.2. Penelitian Terdahulu
Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan
Usaha Pengolahan Puree Mangga di CV. Promindo Utama, Cirebon, Jawa Barat.
Dapat diketahui bahwa hasil aspek non-finansial menunjukkan bahwa usaha
pengolahan puree mangga telah layak untuk dilaksanakan. Ditinjau dari aspek
pasar, potensi pasar puree mangga dinilai telah memadai yaitu pangsa pasar
berupa industri hilir. Ditinjau dari aspek teknis, pemilihan lokasi unit pengolahan
puree mangga dinilai sangat tepat. Ditinjau dari aspek manajemen, pelaksanaan
kegiatan unit pengolahan diharapkan akan terorganisasi dengan baik. Dari aspek
sosial, pengembangan unit pengolahan puree mangga ini telah meningkatkan
pendapatan petani serta membuka lapangan kerja bagi penduduk sekitar dan dari
aspek lingkungan, limbah yang dihasilkan tidak mencemari sekitar.
Hasil aspek keuangan menunjukkan bahwa usaha pengolahan puree
mangga ini layak untuk dijalankan jika menggunakan bahan baku mangga
Harumanis grade C. Nilai NPV yang diperoleh unit pengolahan selama 10 tahun
yaitu sebesar Rp. 346.825.522,- dengan kapasitas mesin sebesar 78.000 kg selama
5 bulan masa produksi per tahunnya, nilai IRR sebesar 87,26 persen, nilai Net B/C
sebesar 6,14 dan Payback Period 2 tahun 2,6 bulan.
Manijo (2005) melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Jagung pada Proyek Agribisnis BPPT Pemda Sumedang, Sumedang,
Jawa Barat. Ditinjau dari aspek pasar, telah memiliki peluang pasar yang cukup
baik karena besarnya permintaan pasar. Dari aspek teknis, usaha ini layak
dikembangkan karena secara teknis tempat pengolahan dekat dengan tempat
produksi bahan baku, ketersediaan tenaga kerja yang cukup berpengalaman serta
sarana dan prasarana yang dimiliki cukup memadai. Ditinjau dari aspek sosial
telah memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar seperti pembukaan
lapangan kerja baru dan peningkatan keterampilan petani serta peningkatan
pendapatan petani.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial dan ekonomi, usaha
pengolahan jagung ini layak untuk dijalankan karena memberikan nilai NPV
positif, Net B/C lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku di pasaran, dan Payback Period kurang dari umur ekonomis proyek.
Jika dilihat dari analisis sensitivitasnya, kelayakan finansial untuk proyek ini tidak
layak untuk dijalankan ketika terjadi penurunan produksi sebesar 15,38% dan
penurunan harga jual sebesar 23,33%. Untuk kelayakan ekonominya tidak layak
untuk dikembangkan ketika terjadi penurunan produksi sebesar 15,38% dan
kenaikan biaya produksi sebesar 5% dikarenakan proyek ini akan mengalami
kerugian sehingga tidak dapat memberikan manfaat yang positif terhadap
masyarakat.
2.3. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan olahan minuman buah CV.
Winner Perkasa Indonesia Unggul dengan menggunakan beberapa tahap. Hal
yang pertama adalah dengan melakukan observasi dan wawancara langsung untuk
mencari informasi tentang permasalahan yang terdapat di perusahaan tersebut
dengan mengetahui data-data tentang aspek-aspek kelayakan yang berkaitan
dengan kelayakan usaha, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,
aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingungan, serta berkaitan dengan
kelayakan finansial yaitu aspek keuangan perusahaan.
Kebutuhan dan sumber dana terdiri dari modal reinvestasi dan modal kerja
berupa biaya tetap dan biaya tidak tetap. Untuk mengetahui apakah perusahaan
tersebut secara keuangan dapat dikatakan layak dari data biaya dan pendapatan
maka dilakukan beberapa pengukuran kriteria penilaian kelayakan yaitu NPV, Net
B/C, IRR, ROI, Payback Period, dan BEP. Untuk mengestimasi adanya perubahan
harga di masa yang akan datang maka dilakukan analisis sensitivitas. Kemudian
dari data-data keuangan tersebut diolah dan kemudian dianalisis sehingga
didapatkan hasil data yang diperlukan. Setelah mendapatkan hasil tentang studi
kelayakan finansial pada perusahaan maka dapat disimpulkan apakah usaha
tersebut layak atau tidak. Apabila usaha dikatakan layak maka usaha tersebut
dapat terus dilaksanakan dan rekomendasi difokuskan pada pengembangan
perusahaan ke depan, sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka
perusahaan tersebut harus mengadakan evaluasi dan perbaikan dalam usaha dan
adanya pengefisienan terhadap biaya yang dikeluarkan dan perlu adanya
perbaikan dalam perusahaan. Untuk lebih jelas, maka kerangka pemikiran dapat
diuraikan pada Gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
Visi dan Misi
Pengolahan Buah Segar Menjadi
Jus dan Sirup Buah
Aspek Keuangan
1. Analisis Kelayakan Finansial
Pengolahan Buah
Net Present Value (NPV)
Internal Rate of Return (IRR)
Net Benefit Cost-Ratio (Net B/C)
Return On Investment (ROI)
Payback Period (PP)
Break Event Point (BEP)
2. Analisis Sensitivitas Pengolahan Buah
Net Present Value (NPV)
Internal Rate of Return (IRR)
Net Benefit Cost-Ratio (Net B/C)
Payback Period (PP)
Layak
Analisis Kelayakan Finansial
Pengolahan Buah
Tidak Layak
Pengembangan Usaha Evaluasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu
pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul dengan lokasi perusahaan di
Jl. Sawangan Raya No. 16, Depok, Jawa Barat 16511. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2010. Tempat penelitian ini dipilih
atas dasar pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan
pengolahan buah yang memiliki kapasitas produksi paling besar dan melakukan
diversifikasi produk diantara perusahaan lain yang terdapat di wilayah yang sama.
Selain itu perusahaan ini juga memiliki potensi perkembangan yang baik pada
masa yang akan datang dan adanya transparansi data-data yang dapat
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan.
3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperoleh berupa data langsung dari perusahaan yang
berupa observasi dan wawancara dengan pimpinan CV. Winner Perkasa Indonesia
Unggul, dan karyawan di bidang pengolahan. Hal ini dilakukan antara lain untuk
mengetahui aspek-aspek kelayakan yang terdapat pada CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul yaitu data-data mengenai bauran pemasaran, layout perusahaan,
struktur organisasi, penanganan lingkungan, perizinan perusahaan, dan data-data
keuangan. Data primer tersebut digunakan dalam menganalisis studi kelayakan
finansial.
Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan instansi
yang terkait. Data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca, mempelajari,
dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau majalah,
dokumen-dokumen, penelitian terdahulu, bahan-bahan kuliah serta sumber-
sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data-data dan keterangan yang diperlukan melalui
beberapa cara, yaitu observasi, wawancara, dan studi literatur. Observasi adalah
pengumpulan data dengan observasi langsung atau mengamati objek penelitian
secara langsung sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata dari keadaan
perusahaan yaitu lokasi perusahaan, bagaimana layout pabrik tempat produksi,
sistem pengawasan proses produksi, penanganan limbah, sarana dan prasarana
produksi.
Wawancara adalah pengumpulan data yang melakukan tanya jawab secara
langsung dengan pimpinan perusahaan dan karyawan di bidang pengolahan yang
memiliki informasi mengenai data-data perusahaan khususnya data-data
keuangan. Studi literatur adalah pengumpulan data dengan studi literatur berupa
buku-buku atau majalah, dokumen-dokumen, dan sumber-sumber data lainnya
yang berhubungan dengan aspek-aspek kelayakan usaha dan finansial.
3.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Penulis melakukan analisis data dengan menggunakan dua metode
analisis, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif
digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai perusahaan misalnya untuk
mengetahui gambaran umum perusahaan dan aspek-aspek kelayakan usaha seperti
aspek teknis atau operasi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan
sosial, aspek lingkungan, dan aspek pasar yang terdapat pada perusahaan tersebut.
Metode kuantitatif dilakukan dengan perhitungan data yang telah diperoleh
kemudian diolah dengan penggunaan angka kuantitatif. Penggunaan angka
kuantitatif pada studi kelayakan ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan
finansial usaha pengolahan buah.
3.4.1. Analisis Pendapatan
Menurut Niswonger (1992 : 197), pendapatan dari penjualan adalah
seluruh total tagihan kepada pelanggan atas barang yang dijual, baik secara tunai
maupun kredit. Pendapatan yaitu pertambahan harta diluar tambahan investasi
yang mengakibatkan modal bertambah. Pendapatan usaha yaitu pendapatan yang
diperoleh dari hasil usaha pokok perusahaan (untuk perusahaan dagang
penjualan), sedangkan pendapatan diluar usaha yaitu pendapatan yang diperoleh
dari bukan usaha pokok perusahaan (diluar pokok usaha). Menurut Soemarso
(2002 : 274), pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan
kewajiban yang timbul dari penyerahan barang atau jasa atau aktivitas usaha
lainnya dalam suatu periode. Analisis pendapatan usaha dilakukan terhadap biaya
kegiatan produksi dari awal pembuatan hingga pengemasan yang dilakukan dalam
satu bulan. Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui nilai pendapatan
yang diperoleh CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul. Terlebih dahulu dilakukan
perhitungan penerimaan dengan rumus sebagai berikut:
Penerimaan usaha = P . Q
dimana : P = harga jual produk
Q = jumlah produk yang dihasilkan
Perhitungan pengeluaran sebagai berikut:
Total biaya = BT + BV
dimana : BT = total biaya tetap
BV = total biaya variabel
Perhitungan pendapatan sebagai berikut:
Pendapatan = Penerimaan – Total biaya
3.4.2. Penyusutan
Menurut Suratiyah (2006 : 35), untuk memperhitungkan penyusutan pada
dasarnya bertitik tolak pda harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut
dapat memberikan manfaat bagi suatu usaha. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk memperhitungkan nilai penyusutan sekaligus digunakan dalam
penelitian ini adalah metode garis lurus. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Harga Beli – Nilai Sisa
Penyusutan =
Umur Ekonomis
3.4.3. Net Present Value (NPV)
NPV yaitu selisih antara present value dari investasi dengan present value
dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas
terminal) di masa yang akan datang (Umar, 2005: 200). Rumus NPV adalah
sebagai berikut:
n CFt
NPV = ∑ I0
t=1 ( 1 + K)t
dimana : CFt = aliran kas per tahun pada periode t
I0 = investasi awal pada tahun 0
K = suku bunga (discount rate)
Kriteria penilaiannya adalah :
a. NPV positif berarti bahwa proyek tersebut mendapatkan keuntungan dan
proyek dapat dilaksanakan.
b. NPV negatif berarti bahwa proyek tersebut berada dalam kerugian dan proyek
tidak dapat dilaksanakan.
3.4.4. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang
positif dengan jumlah present value yang negatif (Gray, 2005 : 74). Rumus Net
B/C adalah sebagai berikut:
n Bt - Ct
∑ ( untuk Bt – Ct > 0 )
t=0 (1 + i)t
Net B/C =
n Ct - Bt
∑ ( untuk Bt – Ct < 0 )
t=0 (1 + i)t
dimana : n = jumlah tahun
t = tahun ke
Bt - Ct = benefit netto dalam tahun t
i = discount rate
Kriteria penilaiannya adalah:
a. Jika Net B/C > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan.
b. Jika Net B/C < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan.
Kasus perusahaan ini hanya menghitung manfaat langsung dari perusahaan
berupa penerimaan yang didapat dari volume penjualan yang dikalikan dengan
harga produk, dalam kasus ini tidak menghitung manfaat tidak langsung dari
perusahaan berupa nilai kepercayaan konsumen dan nilai-nilai lain yang memiliki
manfaat bersifat tidak langsung yang diterima perusahaan.
3.4.5. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan
nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas
dengan pengeluaran investasi awal (Umar, 2005: 198). Rumus IRR adalah sebagai
berikut:
n CFt
I0 = ∑
t=1 ( 1 + IRR )t
dimana : t = tahun ke
n = jumlah tahun
I0 = nilai investasi awal
CF = arus kas bersih
IRR = tingkat bunga yang dicari harganya
Kriteria penilaiannya adalah jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari
tingkat suku bunga yang ditentukan maka investasi dapat diterima.
3.4.6. Return On Investment (ROI)
Pengembalian atas investasi (ROI) adalah perbandingan antara pemasukan
(income) per tahun terhadap dana investasi yang memberikan indikasi
profitabilitas suatu investasi (Soeharto, 2002 : 95). ROI merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan
atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen (Kasmir dan Jakfar, 2008 : 206).
Rumus ROI sebagai berikut:
Net Profit After Tax
ROI = x 100%
Investasi
3.4.7. Payback Period (PP)
Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan
aliran kas (Umar, 2005: 197). Rumus PP adalah sebagai berikut:
Nilai investasi
Payback Period = x 1 tahun
Kas Masuk Bersih
Kriteria penilaiannya adalah jika payback period lebih pendek waktunya dari
maximum payback period-nya maka usulan investasi dapat diterima.
3.4.8. Break Event Point (BEP)
Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha
dimana jumlah manfaat (pendapatan) sama besarnya dengan pengeluaran (biaya)
dengan kata lain pada keadaan ini perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi
(Fatah, 1994 : 45).
Total biaya produksi
BEP Produksi =
Harga penjualan
Total biaya
BEP Harga =
Total produksi
3.4.9. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan
proyek yang telah dilakukan. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk mengkaji
sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yang
dipilih (Fatah, 1994 : 96).
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan kriteria penilaian
kelayakan finansial, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengukur
perubahan-perubahan yang terjadi yaitu, perubahan harga bahan bakar, perubahan
harga bahan baku, perubahan harga bahan kemasan, dan perubahan penerimaan.
Hal tersebut karena dapat mempengaruhi kondisi kelayakan usaha dari nilai NPV,
Net B/C, IRR, ROI, dan Payback Period setelah terjadi perubahan akibat variabel-
variabel diatas. Kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan
sebesar 9% didapat dari rata-rata inflasi nasional periode 2004 – 2009 yang dapat
dilihat pada Lampiran 4. Penurunan penerimaan diasumsikan sebesar 10% dengan
pertimbangan banyaknya pesaing pada usaha sejenis yang bermunculan. Tingkat
suku bunga yang digunakan dalam analisis sensitivitas adalah 14% yang
merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi bank umum periode
2004 – 2009 yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Adapun variabel-variabel
yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian diantaranya
adalah:
1. Peningkatan harga bahan bakar sebesar 9% pada harga bahan bakar gas untuk
proses produksi dan bahan bakar bensin untuk transportasi.
2. Peningkatan harga bahan baku sebesar 9% pada harga bahan baku buah
(belimbing, jambu biji merah, nanas, dan wortel) dan harga bahan baku
tambahan (gula pasir, CMC, dan bahan tambahan makanan (natrium benzoat,
citrun, pewarna makanan, dan essense)).
3. Peningkatan harga bahan kemasan sebesar 9% pada kemasan botol (plastik dan
kaca) dan kemasan karton pak.
4. Penurunan penerimaan 10 persen.
3.5. Definisi Operasional
1. Modal Reinvestasi adalah komponen biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
usaha perusahaan dalam meningkatkan jumlah produksi dan bersifat jangka
panjang.
2. Modal Kerja adalah semua biaya yang dikeluarkan per periode
dilaksanakannya kegiatan produksi perusahaan. Modal kerja terdiri dari biaya
tetap dan biaya tidak tetap.
3. Perhitungan penyusutan dengan menghitung nilai sisa sebesar 10% dari harga
awal pembelian.
4. Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada
perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk di
dalam interval tertentu.
5. Biaya Tidak Tetap adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan tingkat produksi.
6. Total biaya adalah jumlah dari modal kerja dan biaya penyusutan yang
dikeluarkan selama umur proyek berlangsung.
7. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga yang
berlangsung sekarang yaitu sebesar 14% yang didapat dari rata-rata suku
bunga kredit investasi bank umum periode 2004-2009 dan ditentukan
berdasarkan ketetapan Bank Indonesia.
8. Rata-rata inflasi nasional periode 2004-2009 sebesar 9% untuk menentukan
kenaikan harga bahan bakar, harga bahan baku, dan harga bahan kemasan.
9. Penerimaan diasumsikan mengalami penurunan sebesar 10% akibat adanya
pesaing dengan produk yang sama.
10. Sumber modal CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul untuk reinvestasi
merupakan modal sendiri.
11. Perhitungan analisis kelayakan terdiri dari modal sendiri, modal pinjaman
dengan jumlah pinjaman sebesar 50%, dan modal pinjaman dengan jumlah
pinjaman sebesar 100%.
12. Perhitungan analisis kelayakan tahun 2009 dianggap sebagai tahun pertama
produksi dengan perhitungan umur proyek selama 5 tahun.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) merupakan salah satu
pelaku usaha yang bergerak di bidang pengolahan minuman yang berbahan dasar
buah. Perusahaan ini berdiri pada bulan September 2005 dengan pemiliknya
adalah Ibu Maria Gigih Sandy. Pada awal berdirinya, perusahaan ini bernaung di
bawah satu kesatuan kelompok kerja yaitu Babakan Agro Andalan Desa yang
bergerak pada bidang pengolahan buah menjadi aneka macam produk olahan
seperti jus, sirup, selai, dan instan. Seiring berjalannya waktu, kelompok kerja
tersebut memisahkan diri untuk mendirikan usaha sendiri dengan nama sesuai
yang diinginkan oleh pendirinya masing-masing. Salah satu kelompok yang
memisahkan diri tersebut adalah CV. WPIU dengan membawa komitmen bahwa
masing-masing kelompok memproduksi salah satu jenis hasil olahan buah sebagai
produk utamanya, namun jika ingin memproduksi hasil olahan yang lain
diperbolehkan seperti sirup, selai, dan dodol tetap diproduksi sesuai pesanan.
Merek dagang Winner Perkasa Indonesia Unggul dipilih adalah agar kelak
perusahaan ini menjadi pemenang di dalam industri pengolahan buah, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Kata Indonesia diikutsertakan dalam
penamaan merek dagang supaya bangsa Indonesia tidak selalu dilecehkan oleh
bangsa-bangsa asing dan memberitahukan bahwa Indonesia memiliki sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang unggul dan berkualitas.
3.2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi perusahaan adalah mensejahterakan masyarakat sekitar melalui
pemberdayaan lingkungan guna menciptakan lapangan pekerjaan. Misi
perusahaan ke depan adalah memenuhi kebutuhan pasar lokal secara optimal dan
membudayakan cinta produk Indonesia. Berdasarkan visi dan misi yang
ditetapkan, maka perusahaan ini semakin melebarkan sayapnya menjadi sebuah
perusahaan industri pengolahan yang lebih besar.
3.3. Struktur Organisasi Perusahaan
CV. WPIU adalah sebuah perusahaan berskala kecil yang bergerak di
bidang pengolahan hasil hortikultura khususnya buah-buahan. Perusahaan ini
memiliki struktur organisasi yang sederhana yaitu organisasi garis atau lini yang
dipimpin oleh Ibu Maria Gigih Sandy sebagai pemilik sekaligus pemimpin
(komanditer) dan merangkap juga sebagai manajer tunggal. Jika Ibu Maria sedang
ada keperluan di luar perusahaan maka tugas tersebut dialihkan kepada anaknya
yang juga mempunyai saham pada perusahaan ini. Ibu Maria sebagai manajer
tunggal sekaligus pemimpin dan pemilik (komanditer) membawahi empat staf
pelaksana, yaitu bagian administrasi, bagian produksi, bagian finishing, dan
bagian distribusi. Adapun tugas dari masing-masing pelaksana sebagai berikut:
1. Komanditer yaitu pemilik sekaligus pemimpin perusahaan yang mempunyai
kekuasaan penuh dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
kegiatan dan keberlangsungan perusahaan.
2. Manajer yaitu pengawas dan pengendali yang bertanggung jawab terhadap
kegiatan produksi, finishing, distribusi, dan pemasaran.
3. Bagian administrasi yaitu staf pelaksana yang bertugas mencatat pengeluaran
dan pemasukan kas yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan.
4. Bagian produksi yaitu staf pelaksana yang bertugas melaksanakan kegiatan
produksi hingga menghasilkan suatu produk.
5. Bagian finishing yaitu staf pelaksana yang bertugas melaksanakan kegiatan
pengemasan, pelabelan, dan pengepakan.
6. Bagian distribusi yaitu staf pelaksana yang bertugas melaksanakan kegiatan
penyaluran produk. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai
berikut.
-------------
Gambar 4. Struktur Organisasi CV.WPIU
3.4. Perkembangan Usaha
Perusahaan yang beroperasi sejak tahun 2006 ini dari tahun ke tahun
mengalami perkembangan terlihat dari peningkatan jumlah produksi selama
3 tahun hingga tahun 2009 dan masih bersifat fluktuatif. Tahun 2009 perusahaan
ini melakukan reinvestasi dengan tujuan meningkatkan jumlah produksi dan saat
ini (2011) peningkatan jumlah produksi mencapai kapasitas 1500 liter per hari.
Hal ini bertujuan untuk mencapai target pasar khususnya lokal. Produk ini telah
dikenal oleh berbagai lapisan sosial masyarakat dan dengan cita rasa khas buah
Indonesia, produk-produk ini diharapkan menjadi pilihan pertama konsumen.
Manajer Komanditer
Bagian Produksi Bagian Finishing Bagian
Distribusi
Bagian
Administrasi
Perusahaan ini berada dalam lingkungan daerah Sawangan-Depok yang
didalamnya terdapat sejumlah pesaing yaitu perusahaan sejenis dengan produk
yang sama (jus dan sirup buah) dan penjual minuman dengan produk berbeda (es
kelapa, minuman ringan, dan lain-lain). Kondisi dengan banyaknya pesaing
tersebut perusahaan tetap memproduksi produknya secara kontinyu guna
melengkapi keanekaragaman cita rasa minuman sebagai pilihan untuk konsumen.
Perusahaan ini selalu berupaya untuk memenuhi permintaan pasar yaitu
dengan meningkatkan kapasitas produksinya hingga 150% dengan tingkat
pendistribusian yang kontinyu setiap harinya. Usaha pembuatan jus dan sirup
buah ini memiliki potensi dan prospek yang baik ke depan terlihat dari
peningkatan permintaan dari konsumen. Koperasi dan sejumlah agen telah
menjadi penyalur tetap produk-produknya. Saat ini CV. WPIU mendapat tawaran
untuk memasok produknya ke beberapa supermarket dan hingga saat ini masih
dalam proses. Berdasarkan produk, jus dan sirup buah yang dihasilkan merupakan
minuman instan yang memiliki nilai gizi dan atribut yang lengkap. Informasi ini
penting untuk disampaikan kepada konsumen sehingga dicetak pada label di
setiap kemasan jus maupun sirup buah. Produk yang dihasilkan CV. WPIU sudah
memiliki kelengkapan baik dari segi produksi yang selalu tersedia maupun
kandungan gizi sehingga produk ini dapat diterima di supermarket dan pasar
swalayan lainnya. Pengembangan pemasaran produk jus dan sirup buahnya juga
telah sampai ke luar pulau Jawa seperti Riau dan sedang dalam proses
mengirimkan produknya ke kota Dubai di kawasan Timur Tengah melalui
koperasi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Aspek Teknis
Aspek teknik yang diteliti pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
(WPIU) meliputi lokasi usaha, teknologi, proses produksi, dan layout. Perusahaan
ini beralamatkan di Jl. Sawangan Raya No. 16, Depok, Jawa Barat 16511. Lokasi
pabrik terletak di tengah-tengah perumahan yang berada agak jauh dari jalan raya
yaitu sekitar satu kilometer. Transportasi menuju jalan raya tidak sulit karena
jalan perumahan dilewati oleh angkutan umum. Perusahaan ini berada tidak jauh
dari perkebunan buah milik kelompok tani daerah setempat yaitu sekitar
2 kilometer sehingga untuk pasokan buah-buahan tidak mengalami kendala dan
berada di lingkungan perumahan dan sekolah yang menjadi pasar produknya.
Produk jus dan sirup buah yang dihasilkan perusahaan ini menggunakan
3 bahan dasar buah yaitu belimbing, jambu biji merah, dan nanas yang di campur
dengan wortel (mixed fruit). Jus buah dikemas dalam botol berbahan dasar plastik
dengan ukuran isi 250 ml dan sirup buah dikemas dalam botol kaca berukuran isi
620 ml dengan diberi label masing-masing rasa. Setiap bulan perusahaan ini
memproduksi 1.092 karton atau 26.208 buah botol jus buah dengan kapasitas
perbotol 250 ml dan 157 karton atau 1.256 buah botol sirup buah dengan kapasitas
perbotol 620 ml dengan asumsi produk rusak (reject) sebesar 2% per bulan
produksi dan asumsi produk tidak terjual sebesar 2% per bulan produksi.
Perusahaan ini membeli buah belimbing dari pusat koperasi belimbing
dewa atau petani belimbing yang berada di sekitar perusahaan, buah jambu biji
merah dibeli dari petani jambu biji merah yang juga berada di sekitar perusahaan
dan membeli buah nanas serta wortel di pasar tradisional. Bahan tambahan
makanan yang digunakan sebagai bahan baku tambahan dibeli dari toko
langganan yang menjual bahan-bahan makanan pembuatan kue yang aman untuk
dikonsumsi. Kemasan botol plastik untuk jus dibeli dari toko khusus yang
menyediakan kemasan plastik makanan dan botol kaca didapat dari pasokan agen
khusus. Karton pak untuk jus dan sirup dipesan secara khusus pada percetakan
karton dengan harga yang telah disepakati oleh kedua pihak.
Teknologi dan proses pengolahan tergolong tradisional atau sederhana.
Hal ini dapat dilihat dari peralatan yang digunakan dalam proses produksi hingga
menjadi produk akhir menggunakan peralatan sederhana dan masih menggunakan
tenaga manusia secara langsung. Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam
kegiatan produksi dan finishing termasuk alat-alat yang sederhana dan biasa
digunakan oleh masyarakat pada umumnya, sebagai berikut:
1. Keranjang plastik
Keranjang plastik digunakan sebagai wadah atau tempat untuk meletakkan
buah yang diterima dari suplier sebelum dilakukan uji visual.
2. Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan dalam proses penerimaan bahan baku
untuk mengetahui kuantitas bahan baku. Timbangan yang digunakan adalah
timbangan manual dan timbangan digital.
3. Pisau tahan karat (stainless steel)
Pisau berfungsi untuk membersihkan buah dari bagian-bagian yang tidak
diinginkan.
4. Blender
Blender berfungsi untuk menghancurkan buah setelah dilakukan penimbangan
dan pencucian.
5. Alat pencampuran (bak plastik)
Bak plastik digunakan untuk menempatkan buah yang telah dilakukan
pencucian dan pembersihan. Bak plastik juga digunakan dalam melakukan
pencelupan buah ke dalam air panas sebelum selanjutnya buah dihancurkan.
6. Alat penyaringan
Alat penyaringan adalah alat yang digunakan untuk menyaring hasil
penghancuran buah. Alat ini juga digunakan untuk menyaring hasil akhir
pengolahan jus dan sirup buah agar dihasilkan jus dan sirup buah yang jernih.
7. Kompor Gas
Kompor gas adalah alat yang digunakan sebagai pemanas selama proses
pemasakan dan pencampuran bahan baku buah dan bahan baku tambahan.
8. Panci stainless steel
Panci stainless steel digunakan sebagai wadah atau tempat pemasakan dan
pencampuran semua bahan baku yang dibutuhkan dalam pengolahan jus dan
sirup buah.
9. Pengaduk kayu
Pengaduk adalah alat yang digunakan untuk mengaduk semua bahan baku yang
telah dicampur dalam panci stainless steel selama proses pemasakan diatas
kompor gas.
10. Alat pengisian dalam kemasan (water dispenser)
Pengemas water dispenser adalah suatu alat yang berupa wadah tertutup yang
digunakan sebagai alat untuk mengemas hasil olahan jus dan sirup ke dalam
botol kemasan. Pengemas yang digunakan berkapasitas 21 liter.
11. Krat botol
Krat botol digunakan untuk menempatkan kemasan jus dan sirup buah yang
telah selesai dikemas dalam botol kemasan. Jus dan sirup buah tersebut
disusun dalam krat botol untuk didinginkan dengan menggunakan air dingin.
12. Wadah pelarutan (gentong air plastik)
Alat ini digunakan untuk melarutkan CMC dengan air sebagai bahan untuk
pengolahan jus dan sirup buah.
13. Panci stainless steel persegi
Alat ini digunakan untuk melakukan sterilisasi botol kaca untuk kemasan sirup
buah dengan merendam botol kaca ke dalam air yang telah dididihkan.
14. Alat pengepres
Alat ini digunakan untuk merekatkan tutup botol berbahan stainless steel ke
atas botol kaca untuk kemasan sirup buah.
15. Lemari pendingin
Lemari pendingin adalah salah satu perlengkapan yang dibutuhkan untuk
menyimpan produk akhir jus dan sirup buah yang telah selesai dikemas.
Biasanya lemari pendingin hanya digunakan untuk menyimpan jus buah yang
tidak lolos uji visual yaitu kemasan botol plastik berkerut yang disebabkan jus
buah yang masih terlalu panas sudah dikemas.
Proses pengolahan mulai dari awal yaitu sortasi buah, penimbangan buah
dengan menggunakan timbangan, dan pencucian buah sekaligus dilakukan
pembuangan bagian buah yang tidak diperlukan dengan menggunakan pisau
stainless steel yang seluruhnya dilakukan oleh tenaga kerja bagian produksi.
Kemudian dilakukan blansir atau penirisan menggunakan bak plastik lalu
dilakukan penghancuran buah dengan menggunakan blender. Saat proses
pemasakan juga masih menggunakan kompor gas dan dilakukan pengadukan
manual oleh tenaga kerja. Proses pengemasan juga masih dilakukan oleh tenaga
kerja sampai proses pengepakan. Adapun bagan proses produksi jus buah
ditunjukkan pada Lampiran 2 dan sirup buah pada Lampiran 3.
Pabrik pengolahan jus dan sirup buah berukuran 80 m2 didirikan
disamping rumah tinggal pemiliknya. Kantor dengan pabrik dihubungkan melalui
sebuah pintu. Bangunan pabrik ini didalamnya terdapat satu ruang kantor
berukuran 2x2 m2, satu ruang kamar mandi berukuran 1x2 m
2, dan selebihnya
ruangan dibuat tanpa sekat yang memiliki satu pintu untuk keluar masuk
karyawan yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan yaitu tempat pemasakan,
pencucian buah, dan diisi dengan meja-meja untuk menempatkan
peralatan-peralatan produksi dan bahan pengemas, serta terdapat rak-rak sebagai
tempat penyimpanan bahan tambahan makanan. Kemudian terdapat gentong-
gentong air yang berisi air bersih khusus untuk pemasakan dan bahan baku CMC
yang ditempatkan disamping tempat pemasakan. Terdapat juga saluran air untuk
pembuangan sisa-sisa pencucian buah dan peralatan produksi yang dialirkan
menuju sungai di daerah setempat. Layout CV. WPIU ditunjukkan pada
Lampiran 58.
5.2. Aspek Manajemen
Tenaga kerja yang diperkerjakan berasal dari masyarakat sekitar atau
tetangga yang berdomisili di daerah yang sama dengan perusahaan. CV. WPIU
memperkerjakan 6 orang tenaga kerja tidak tetap dan 3 orang anggota keluarga
sebagai tenaga kerja tetap. Perusahaan belum dapat menambah jumlah tenaga
kerja dikarenakan beberapa faktor alasan tertentu dari pemiliknya, namun Ibu
Maria sebagai pemilik perusahaan berkomitmen dalam waktu dekat akan
menambah jumlah tenaga kerja sebagaimana visi perusahaan yaitu
memberdayakan lingkungan guna menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga
yang berada di sekitar perusahaan.
Perekrutan tenaga kerja, perusahaan tidak memiliki standar khusus karena
perusahaan lebih mengutamakan kemampuan kerja dan keterampilan daripada
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan tenaga kerja tidak tetap rata-rata adalah
SD, SMP dan SMA. Dari 6 orang tenaga kerja tidak tetap, terdapat 1 orang yang
berpendidikan terakhir SMA, 3 orang berpendidikan terakhir SMP, dan 2 orang
berpendidikan terakhir SD yang keseluruhannya ditempatkan pada bagian
produksi, finishing (pengemasan dan pengepakan), dan pendistribusian. Bagian
administrasi perusahaan dikerjakan oleh pemilik sekaligus pemimpin perusahaan
yaitu Ibu Maria dan dibantu oleh anggota keluarga sebanyak 3 orang sebagai
tenaga kerja tetap.
Setiap hari tenaga kerja mulai datang dan bekerja dari pukul 08.00-16.00
WIB dan dengan waktu istirahat selama satu jam dari pukul 12.00-13.00 WIB dan
tenaga kerja diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing saat jam istirahat
karena seluruh tenaga kerja bertempat tinggal di dekat lingkungan pabrik.
Kemudian proses pengolahan jus dan sirup buah dilanjutkan pada malam harinya
oleh Ibu Maria dan keluarga untuk memenuhi pesanan. Kemudian pada saat
waktu-waktu tertentu misalnya saat bulan Ramadhan tiba dan permintaan jus dan
sirup buah meningkat sangat tajam, perusahaan ini dapat merekrut tenaga kerja
harian hingga 18 orang dalam satu hari dengan sistem shift yaitu pembagian kerja
di waktu pagi dan malam hari.
Sistem penggajian untuk tenaga kerja tidak tetap dari masyarakat sekitar
berjumlah 6 orang sebesar Rp. 600.000,- perorang sedangkan untuk tenaga kerja
tetap terdiri dari 3 orang anggota keluarga sebesar Rp. 1.200.000,- perorang dan
gaji manajer Rp. 4.480.000,- untuk Ibu Maria selaku manajer tunggal.
5.3. Aspek Hukum
Perusahaan ini memiliki badan hukum berbentuk Perseroan Komanditer
(CV) dengan nama CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul yang secara hukum
telah terdaftar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) Jakarta,
dan telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sejak tahun 2006. Usaha
ini juga telah mendapatkan Surat Izin Usaha Industri (SIUI) dan Izin domisili atau
lokasi proyek dari Pemerintah Daerah serta memiliki Izin Mendirikan Bangunan
(IMB). Produk-produk perusahaan ini juga telah mendapat izin dari Dinas
Kesehatan dan label halal dari MUI sehingga layak untuk dipasarkan dan
dikonsumsi oleh masyarakat luas. Pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan ini
adalah pajak penghasilan (PPh) yang dibayarkan setiap tahun melalui Bank
Mandiri.
5.4. Aspek Ekonomi dan Sosial
Keberadaan perusahaan ini tidak menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat sekitar karena perusahaan ini tidak menggunakan mesin-mesin yang
menimbulkan kebisingan dalam proses produksi hingga finishingnya, bahkan
memberikan dampak positif karena dengan keberadaan perusahaan ini membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang sebagian besar pengangguran.
Dampak positif juga dapat secara langsung dirasakan oleh petani yang berada di
daerah Sawangan-Depok dan sekitarnya karena perusahaan ini bekerjasama dalam
hal pasokan bahan baku buah sehingga perusahaan memiliki ikatan baik dengan
para petani. Bentuk kerjasama perusahaan dengan petani adalah ketika pasokan
buah untuk diolah telah habis maka perusahaan ini menghubungi petani lewat
telepon supaya mengirimkan buah yang diperlukan dengan system pembayaran
langsung saat buah telah diterima. Buah yang dipasok oleh petani adalah buah
dengan kualitas grade C dengan ketentuan buah yang tidak layak dijual sebagai
buah segar karena mengalami kerusakan-kerusakan fisik namun masih layak
untuk diolah, seperti bentuk buah tidak utuh sempurna atau bengkok, ukuran buah
kecil, dan warna buah tidak menarik atau pudar. Perusahaan ini telah memberikan
sebuah gambaran contoh dan model untuk para petani dalam meningkatkan nilai
tambah buah sehingga akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para
petani.
5.5. Aspek Lingkungan
Limbah yang dihasilkan pada usaha pengolahan jus dan sirup buah ini
adalah limbah padat dan limbah cair. Penanganan limbah dari sisa hasil
pengolahan berupa limbah padat yaitu ampas hasil ekstraksi dari buah-buahan
diolah kembali menjadi pupuk organik. Ampas hasil ekstraksi buah-buahan
dikumpulkan menjadi satu kemudian dialihkan ke kelompok kerja lain yang
kemudian diolah menjadi pupuk organik. Penanganan limbah cair yaitu air sisa
pembersihan buah saat sortasi sampai pencucian alat-alat produksi dan sisa hasil
pemasakan berupa busa-busa dialirkan pada saluran pembuangan dan tidak
mencemari lingkungan karena tidak mengandung bahan-bahan kimia yang
berbahaya sehingga kegiatan produksi yang dilakukan merupakan kegiatan yang
ramah lingkungan.
5.6. Aspek Pasar
Kegiatan pemasaran CV. WPIU dilaksanakan mulai dari menyediakan
produk yaitu jus buah dan sirup buah yang berkualitas, menawarkan harga yang
kompetitif, membuka saluran distribusi dari produsen sampai kepada konsumen,
dan melihat upaya yang dilakukan perusahaan dalam mempromosikan produknya.
Produk yang dihasilkan adalah jus buah dan sirup buah dengan merek dagang
Winner yang terjaga kualitasnya. Terjaga kualitasnya karena produk jus dan sirup
buah ini diolah dengan dengan penggunaan komposisi bahan tambahan
makanannya telah memenuhi persyaratan yang direkomendasikan. Persyaratan
bahan tambahan pangan mengacu pada SNI 01-0222-1995 tentang Bahan
Tambahan Makanan yang dapat dilihat pada Lampiran 60. Merek dagang Winner
diambil dari nama perusahaannya agar memberikan arti yang positif yaitu menjadi
pemenang di antara perusahaan yang berbidang sama. Selain itu merek dagang ini
juga mempunyai maksud untuk menarik perhatian dengan nama merek yang
mudah diingat.
Perusahaan ini menetapkan harga jual berdasarkan perhitungan Harga
Pokok Produksi (HPP) yang akhirnya ditetapkan harga jual untuk jus buah sebesar
Rp. 2.750,- per botol dan sirup buah Rp. 12.000,- per botol. Harga ini ditetapkan
untuk harga grosir yaitu pembelian dalam jumlah besar minimal 1 pak karton
dengan kapasitas 24 botol untuk jus buah dan 12 botol untuk sirup buah. Hal ini
dikarenakan perusahaan ini sebagai supplier.
Saluran distribusi merupakan salah satu kegiatan dalam bauran pemasaran
yang tidak kalah penting dilakukan perusahaan untuk membuat produknya
terjangkau dan tersedia bagi pasar sasarannya sehingga konsumen dapat
memperolehnya. Perusahaan memiliki jalur distribusi yang tidak terlalu panjang
yaitu dengan menyalurkan produk jus buah dan sirup buah melalui agen-agen,
koperasi, dan kemudian dipasarkan kembali sampai kepada konsumen akhir.
Pendistribusian 70% dari keseluruhan produk yang dihasilkan disalurkan ke agen-
agen, 10% disalurkan ke koperasi, dan 20% disalurkan kepada konsumen yang
datang sendiri melakukan pesanan. Agen-agen tersebut berupa outlet-outlet yang
berada di Cinere, Pondok Labu, dan Cimanggis dengan sistem titip jual sehingga
produk yang tidak terjual dalam waktu tertentu dikembalikan ke perusahaan.
Konsumen juga dapat datang langsung ke perusahaan untuk membeli produk-
produk tersebut dengan sistem jual putus dan resiko ditanggung oleh konsumen
sendiri. Selain itu, pihak perusahaan mendistribusikan produknya secara langsung
ke koperasi-koperasi baik itu di sekolah, universitas, kantor sampai Dinas
Pemerintahan yang berada di kota Depok dengan sistem jual putus dan resiko
ditanggung oleh konsumen. Pasar yang dituju pun begitu beragam mulai dari ibu-
ibu PKK, pekerja kantoran sampai anak-anak sekolah, bahkan tidak jarang ada
permintaan dari luar pulau seperti Riau yang juga menggunakan sistem jual putus
sehingga resiko ditanggung oleh konsumen yang melakukan pesanan.
Gambar 5. Saluran Tata Niaga Jus dan Sirup Buah Pada CV.WPIU
Perusahaan menggunakan pameran sebagai alat promosi utama untuk
memperkenalkan produk-produk olahannya ke seluruh masyarakat. Selain
pameran, alat promosi lain yang digunakan adalah dari mulut ke mulut yaitu
melalui perbincangan antara pelanggan dengan masyarakat lain yang kemudian
tertarik untuk membeli produk-produk yang telah dihasilkan dan ditawarkan oleh
perusahaan ini.
CV. WPIU Agen Konsumen
akhir
Koperasi
5.7. Aspek Keuangan
Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini meliputi sumber dana yang
diperoleh, kebutuhan investasi dan biaya investasi, kebutuhan modal kerja,
estimasi penerimaan, dan kriteria penilaian investasi. Aspek ini sangat penting
untuk menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan perusahaan.
5.7.1. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana
Jumlah dana yang diperlukan adalah sebesar Rp. 204.021.150,- (dua ratus
empat juta dua puluh satu ribu seratus lima puluh rupiah). Dana yang tersedia
tersebut digunakan untuk modal reinvestasi pada awal tahun 2009 sebesar
Rp. 129.000.000,- berupa aktiva tetap dan modal kerja sebesar Rp. 75.021.150,-
untuk kegiatan produksi pada bulan pertama dan biaya penyusutan di tahun 2009.
Sumber dana yang digunakan seluruhnya adalah berasal dari modal sendiri dan
pada kasus perusahaan ini, penerimaannya diasumsikan tetap selama 5 tahun dan
biaya tidak tetap yang dikeluarkan diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 5%
setiap tahun pada harga bahan bakar dan harga bahan baku . Skala usaha ini
termasuk skala usaha kecil (berdasarkan Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan) dilihat dari dana yang dibutuhkan yaitu diantara Rp. 50.000.000,-
sampai Rp. 500.000.000,-
5.7.1.1. Modal Reinvestasi
Tahun 2006 merupakan tahun pertama perusahaan mengeluarkan modal
investasi untuk pembelian peralatan produksi dan memulai usahanya. Seiring
berjalannya waktu, pada tahun 2009 perusahaan ini melakukan reinvestasi dengan
tujuan meningkatkan jumlah produksi karena permintaan akan produk jus dan
sirup buah semakin meningkat. Modal reinvestasi adalah komponen biaya yang
dikeluarkan untuk memenuhi usaha perusahaan dalam meningkatkan jumlah
produksi dan bersifat jangka panjang. Modal reinvestasi perusahaan ini
dikeluarkan pada awal tahun 2009 sebagai aktiva tetap. Modal reinvestasi
perusahaan ini meliputi pembelian tanah sekaligus gedung atau pabrik untuk
kegiatan produksi. Aktiva lain yang ditambahkan adalah peralatan dan
perlengkapan yang digunakan selama produksi, pembelian alat transportasi, dan
inventaris kantor. Umur ekonomis untuk gedung dan sepeda motor adalah 10
tahun. Umur ekonomis untuk alat-alat produksi dan inventaris kantor adalah 5
tahun.
Sumber modal reinvestasi didapat dari pengumpulan keuntungan
perusahaan selama 3 tahun yaitu dari tahun 2006 hingga 2009 ditambah dengan
dana yang berasal dari uang pribadi. Khusus untuk pembelian gedung, perusahaan
ini membeli tanah terlebih dahulu pada tahun 2008, selanjutnya mendirikan
gedung untuk kegiatan produksi. Pada awal tahun 2009 pabrik telah berdiri dan
siap untuk digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan produksi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Modal reinvestasi tahun 2009
No Komponen Unit Harga Jumlah
Pembelian 1 set gedung :
1 Tanah dan gedung lengkap dengan
instalasi
1 gedung @ Rp. 85.000.000 Rp. 85.000.000
listrik dan pompa air listrik *)
Pembelian peralatan produksi :
2 Blender 2 buah @ Rp. 540.000 Rp. 1.080.000
3 Alat pencampuran (Bak plastik) 4 buah @ Rp. 120.000 Rp. 480.000
4 Kompor gas 2 buah @ Rp. 380.000 Rp. 760.000
5 Panci stainless steel 2 buah @ Rp. 600.000 Rp. 1.200.000
6 Alat pengisian dalam kemasan
(Water dispenser)
6 buah @ Rp. 120.000 Rp. 720.000
7 Krat botol 6 buah @ Rp. 80.000 Rp. 480.000
8 Wadah pelarutan (Gentong air
plastik)
3 buah @ Rp. 120.000 Rp. 360.000
9 Alat sterilisasi kemasan botol kaca
(Panci stainless steel persegi)
4 buah @ Rp. 300.000 Rp. 1.200.000
10 Tabung gas 3 kg 4 buah @ Rp. 150.000 Rp. 600.000
11 Alat pengepres 1 buah @ Rp. 550.000 Rp. 550.000
Pembelian perlengkapan
produksi:
12 Lemari pendingin 1 buah @ Rp. 2.700.000 Rp. 2.700.000
Pembelian alat transportasi :
13 Sepeda motor 2 buah @ Rp. 12.000.000 Rp. 24.000.000
Inventaris kantor :
14 Meja kayu 4 buah @ Rp. 500.000 Rp. 2.000.000
15 Kursi 6 buah @ Rp. 70.000 Rp. 420.000
16 Lemari kayu 1 buah @ Rp. 950.000 Rp. 950.000
17 Rak buku 2 buah @ Rp. 300.000 Rp. 600.000
18 Telepon genggam 2 buah @ Rp. 1.200.000 Rp. 2.400.000
19 Komputer 1 buah @ Rp. 3.500.000 Rp. 3.500.000
Total Modal Reinvestasi Rp.129.000.000
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Keterangan: *) tanah sekaligus gedung yang berlokasi di Sawangan dengan harga yang tidak
terlalu mahal karena di daerah ini harga jual tanahnya masih terjangkau
5.7.1.2. Modal Kerja
Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan selama perusahaan beroperasi atau selama kegiatan perusahaan
berlangsung. Modal kerja terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik
turunnya produksi yang dihasilkan. Biaya tetap perusahaan ini dikeluarkan setiap
melakukan produksi per bulan terdiri dari gaji tenaga kerja tetap, biaya perawatan
aktiva tetap, pembelian peralatan produksi, dan biaya tidak terduga.
Tabel 3. Biaya tetap yang dikeluarkan per bulan dalam melaksanakan produksi
tahun 2009 s/d 2013
No Komponen Unit Harga Jumlah
Gaji tenaga kerja tetap:
1 Gaji direktur 1 orang @ Rp. 4.480.000 Rp. 4.480.000
2 Gaji tenaga kerja tetap 3 orang @ Rp. 1.200.000 Rp. 3.600.000
Biaya perawatan aktiva tetap :
3 Biaya perawatan gedung Rp. 350.000
4 Biaya perawatan peralatan dan
perlengkapan produksi
Rp. 250.000
5 Biaya perawatan alat transportasi Rp. 250.000
6 Biaya perawatan inventaris kantor Rp. 150.000
Pembelian peralatan produksi :
7 Alat penyaringan *) 16 buah @ Rp. 7.000 Rp. 112.000
8 Pengaduk kayu *) 10 buah @ Rp. 30.000 Rp. 300.000
9 Gayung air *) 6 buah @ Rp. 10.000 Rp. 60.000
10 Biaya tidak terduga Rp. 300.000
Total Biaya Tetap Rp. 9.852.000
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Keterangan : *) merupakan alat produksi yang setiap bulannya harus diganti
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dipengaruhi oleh naik turunnya
produksi. Biaya yang dikeluarkan perusahaan ini terdiri dari biaya gaji tenaga
kerja tidak tetap, pembelian bahan bakar (bensin untuk motor dan gas), pembelian
bahan baku yaitu bahan baku utama buah-buahan segar (belimbing, jambu biji
merah, nanas, dan wortel) dan bahan baku tambahan (gula pasir, CMC, dan bahan
tambahan makanan), bahan bakar gas, pembelian bahan kemasan (kemasan botol
plastik untuk jus dan botol kaca untuk sirup, karton pak), biaya administrasi, biaya
listrik dan air, biaya promosi, biaya telepon, dan biaya sewa mobil. Biaya ini
diasumsikan mengalami kenaikan 5% per tahun pada harga bahan bakar dan
bahan baku. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk proses produksi dan
dihitung per bulan seperti yang dijelaskan pada Tabel 4.
Tabel 4. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan per bulan dalam melaksanakan
produksi selama tahun 2009
No Komponen Unit Harga Satuan Jumlah
Biaya gaji tenaga kerja tidak
tetap :
1 Gaji tenaga kerja tidak tetap 6 orang @ Rp. 600.000 Rp. 3.600.000
Pembelian bahan bakar : *)
2 Bahan bakar bensin untuk motor 2 motor @ Rp. 520.000 Rp. 1.040.000
3 Bahan bakar gas 104 kali @ Rp. 15.000 Rp. 1.560.000
Pembelian bahan baku : *)
a. Bahan baku buah
4 Buah belimbing 600 kg @ Rp. 4.000 Rp. 2.400.000
5 Buah jambu biji merah 400 kg @ Rp. 4.000 Rp. 1.600.000
6 Buah nanas 142 kg @ Rp. 3.700 Rp. 525.400
7 Wortel 58 kg @ Rp. 4.000 Rp. 232.000
b. Bahan baku tambahan
8 Gula pasir 1200 kg @ Rp. 10.000 Rp. 12.000.000
9 CMC Rp. 2.400.000
10 Bahan tambahan makanan
(natrium benzoat, citrun, pewarna
makanan, essence)
Rp. 2.400.000
Pembelian bahan kemasan :
11 Kemasan botol plastik dengan
label
26.208 buah @ Rp. 1.000 Rp. 26.208.000
12 Kemasan botol kaca dengan label 1.256 buah @ Rp. 1.200 Rp. 1.507.200
13 Karton pak jus ukuran 30 x 25 x
18 cm
1.092 buah @ Rp. 1.500 Rp. 1.638.000
14 Karton pak sirup ukuran 30 x 28 x
15 cm
157 buah @ Rp. 3.400 Rp. 533.800
Biaya lain-lain :
15 Biaya administrasi Rp. 500.000
16 Biaya listrik dan air Rp. 300.000
17 Biaya promosi Rp. 5.000.000
18 Biaya telepon Rp. 300.000
19 Biaya sewa mobil Rp. 200.000
Total Biaya Tidak Tetap Rp. 63.944.400
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Keterangan: *) pembelian bahan bakar dan bahan baku diasumsikan mengalami kenaikan 5%
setiap tahunnya
Total biaya merupakan jumlah keseluruhan modal kerja yang terdiri dari
biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiap memulai kegiatan
produksi per bulan ditambah biaya penyusutan gedung dan peralatan per bulan.
Biaya penyusutan untuk tahun 2009 sebesar Rp. 14.697.000,- sehingga biaya
penyusutan yang dibebankan sebesar Rp. 1.224.750,- per bulan selama tahun 2009
dan untuk biaya penyusutan di tahun berikutnya sebesar Rp. 13.410.000,- per
tahun. Perhitungan ini dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 9. Perbedaan
jumlah biaya penyusutan dikarenakan pada tahun 2009 terdapat beberapa
peralatan produksi pada investasi tahun 2006 yang masih memiliki umur
ekonomis 1 tahun pada tahun 2009, kemudian di tahun berikutnya peralatan
produksi tersebut masih digunakan namun sudah tidak memiliki umur ekonomis.
Total biaya pengolahan buah dikeluarkan per bulan yang dapat ditunjukkan pada
Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Total biaya yang dikeluarkan per bulan dalam melaksanakan produksi
selama tahun 2009
No Komponen Jumlah
1 Biaya tetap Rp. 9.852.000
2 Biaya tidak tetap Rp. 63.944.400
Total Modal Kerja Rp. 73.796.400
3 Biaya penyusutan gedung dan peralatan Rp. 1.224.750
Total Biaya Rp. 75.021.150
Sumber : Data Primer, diolah 2011
5.7.2. Penerimaan Perusahaan
Penerimaan perusahaan berasal dari penjualan produk jus dan sirup buah
belimbing, jambu biji merah, dan wornas (wortel nanas) setiap bulannya. Sumber
penerimaan perusahaan didapat dari penjualan jus belimbing sebanyak 12.585
unit, jus jambu biji merah sebanyak 8.390 unit, jus wornas sebanyak 4.194 unit
dengan harga Rp. 2.750,- per unit. Selain itu, penerimaan didapat dari penjualan
sirup belimbing sebanyak 599 unit, sirup jambu biji merah sebanyak 400 unit, dan
sirup wornas sebanyak 208 unit dengan harga Rp. 12.000,- per unit sehingga total
penerimaan yang di dapat adalah sebesar Rp. 83.698.750,- selama satu bulan.
Penerimaan perusahaan dihitung per bulan seperti yang digambarkan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Penerimaan perusahaan per bulan tahun 2009 s/d 2013
No Komponen Jumlah
Produksi
(botol)
Asumsi
Reject
2%
(botol)
Asumsi
Tidak
Terjual 2%
(botol)
Volume
Penjualan
(botol)
c - d - e
Harga
(Rp)
Penerimaan
(Rp)
f x g
a b c d e f g h
1 Jus Belimbing 13.104 262 257 12.585 2.750 34.608.750
2 Jus Jambu Biji
Merah
8.736 175 171 8.390 2.750 23.072.500
3 Jus Wornas 4.368 87 87 4.194 2.750 11.533.500
4 Sirup Belimbing 624 13 12 599 12.000 7.188.000
5 Sirup jambu Biji
Merah
416 8 8 400 12.000 4.800.000
6 Sirup Wornas 216 4 4 208 12.000 2.496.000
Total Penerimaan per bulan (Rupiah) 83.698.750
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Penerimaan perusahaan diasumsikan tetap selama 5 tahun dengan
perhitungan total penerimaan Rp. 83.698.750,- per bulan. Harga jual produk yang
ditetapkan perusahaan merupakan harga grosir.
5.7.3. Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Buah CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul
Hasil analisis kelayakan finansial pada CV. Winner Perkasa Indonesia
Unggul (CV. WPIU) meliputi kriteria Net Present Value, Internal Rate of Return,
Net Benefit-Cost Ratio, Return On Investment, Payback Period, dan Break Event
Point. Perhitungan kelayakan finansial usaha ini diperoleh dari data hasil
pengurangan aliran kas manfaat dengan pengeluaran biaya-biaya yang
menggunakan 100% modal sendiri. Manfaat bersih setelah pajak ditambah
penyusutan kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga investasi sebesar
14% yang didapat dari perhitungan rata-rata tingkat suku bunga investasi periode
2004 - 2009. Hasil perhitungan kelayakan finansial CV. WPIU dengan 100%
modal sendiri dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 100% Modal Sendiri
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 147.726.588 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 62,89% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 2,15 Layak
4 Payback Period (PP) 1 tahun 3 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 7 ditunjukkan bahwa dengan tingkat diskonto 14%
akan diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar 147.726.588 yang berarti
akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 147.726.588,- selama umur proyek
5 tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Kemudian nilai Internal Rate of
Return (IRR) sebesar 62,89% dan lebih besar dari tingkat suku yang berlaku
(14%) yang berarti bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan yang lebih
besar dibandingkan dengan mendepositokan modalnya di Bank dengan suku
bunga yang berlaku. Nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 2,15 yang
berarti bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan
sebesar Rp. 1,15,- dan hasil analisis Payback Period (PP) menunjukkan bahwa
untuk mengembalikan nilai reinvestasi sebesar Rp. 129.000.000,- memerlukan
waktu 1 tahun 3 bulan.
Berdasarkan kriteria kelayakan diatas maka usaha ini dinyatakan layak
yang ditunjukkan dengan nilai NPV positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku (14%), dan nilai Net B/C yang lebih besar dari satu.
Nilai PP usaha ini menunjukkan masa pengembalian investasi yang ditanamkan
cukup singkat yaitu 1 tahun 3 bulan dalam masa proyek lima tahun sehingga arus
perpuratan kas lebih cepat. Perhitungan ini untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada
Lampiran 10.
Analisis Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan yang dalam
hubungan dengan produk, usaha ini tidak memperoleh laba dan tidak mengalami
kerugian atau tingkat keuntungan usaha ini sama dengan nol. BEP ditentukan
berdasarkan pada jumlah penerimaan penjualan sama besarnya dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan. Perhitungan BEP usaha ini ditinjau berdasarkan harga
jual dan volume produksi.
Tabel 8. Analisis Break Event Point Jus dan Sirup Buah CV. WPIU Tahun ke-1
(Tahun 2009)
No Keterangan Jus Buah Sirup Buah
1 Total biaya (Rp) / tahun 765.215.730 135.038.070
2 Volume produksi (botol) / tahun 314.496 15.072
3 BEP harga jual (Rp) 2.433 8.960
4 Harga jual (botol) (Rp) 2.750 12.000
5 BEP volume produksi / tahun 278.260 11.253 Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis Break Event Point bahwa usaha ini akan
mengalami pulang pokok pada saat volume produksi jus dan sirup buah mencapai
278.260 botol dan 11.253 botol dengan BEP harga jual jus buah per botol sebesar
Rp. 2.433,- dan Rp. 8.960,- untuk sirup buah per botol. Apabila jumlah produksi
jus dan sirup buah kurang dari 278.260 botol dan 11.253 botol per tahun maka
akan mengalami kerugian, dan sebaliknya apabila lebih besar maka akan
memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Metode Return On Investment (ROI) menunjukkan pengembalian atas
modal investasi dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi
dengan besarnya modal investasi. Hasil perhitungan ROI ditunjukkan pada
Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Return On Investment CV. WPIU dengan 100% Modal Sendiri
No Uraian Tahun 1
1 Manfaat bersih sesudah pajak (Rp) 88.511.520
2 Biaya investasi (Rp) 129.000.000
3 ROI (%) 68,6 Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa setiap pengeluaran modal investasi
sebesar Rp. 1000,- maka pengembalian investasi diperoleh sebesar Rp. 1.686,-
untuk tahun ke-1. ROI untuk tahun ke-2 sebesar 59,9%, tahun ke-3 sebesar
49,9%, tahun ke-4 sebesar 39,4%, dan tahun ke-5 sebesar 28,3%. Jika dilihat dari
analisis tersebut maka perusahaan ini harus melakukan reinvestasi dengan
peningkatan produksi di tahun ke-5 agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Perhitungan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
5.7.4. Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Buah CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul dengan Menggunakan Pinjaman
Pada usaha pengolahan jus dan sirup buah di CV. WPIU ini akan
dilakukan simulasi penggunaan modal pinjaman dari Bank yaitu dengan asumsi
modal 50% pinjaman dan 100% pinjaman dengan tujuan mengetahui keadaan
keuangan perusahaan pada saat penggunaan modal pinjaman 50% dan
keseluruhan dari kebutuhan modal.
5.7.4.1.Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 50% Modal Pinjaman
Hasil perhitungan kelayakan finansial CV. WPIU dengan 50% modal
pinjaman dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 50% Modal Pinjaman
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 88.201.735 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 45,35% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,68 Layak
4 Payback Period (PP) 1 tahun 4 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 10 ditunjukkan bahwa dengan tingkat diskonto 14%
akan diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar 88.201.735 yang berarti
bahwa dengan tingkat bunga pengembalian 14% usaha ini akan memberikan
keuntungan sebesar Rp. 88.201.735,- selama umur proyek 5 tahun menurut nilai
waktu uang sekarang. Kemudian nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar
45,35% dan lebih besar dari tingkat suku yang berlaku (14%) yang berarti bahwa
dengan melaksanakan usaha ini akan memberikan keuntungan yang lebih besar
dibandingkan apabila mendepositokan modalnya di Bank dengan suku bunga
yang berlaku. Nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,68 yang berarti
bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan
sebesar Rp. 0,68,- dan hasil analisis Payback Period (PP) menunjukkan bahwa
untuk mengembalikan nilai investasi sebesar Rp. 129.000.000,- memerlukan
waktu 1 tahun 4 bulan.
Berdasarkan hasil analisis maka usaha ini dinyatakan layak yang
ditunjukkan dengan nilai NPV positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku (14%), dan nilai Net B/C yang lebih besar dari satu. Nilai PP
menunjukkan masa pengembalian investasi yang cukup singkat yaitu 1 tahun 4
bulan dalam masa proyek lima tahun sehingga arus kas dapat berputar lebih cepat.
Perhitungan ini untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada Lampiran 11.
Metode Return On Investment (ROI) menunjukkan pengembalian atas
modal investasi dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi
dengan besarnya modal investasi. Hasil perhitungan ROI ditunjukkan pada
Tabel 11.
Tabel 11. Analisis Return On Investment CV. WPIU dengan 50% Modal
Pinjaman
No Uraian Tahun 1
1 Manfaat bersih sesudah pajak (Rp) 59.035.882
2 Biaya investasi (Rp) 129.000.000
3 ROI (%) 45,8 Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa setiap pengeluaran modal
investasi sebesar Rp. 1000,- maka pengembalian investasi diperoleh sebesar Rp.
1.458,- untuk tahun ke-1. ROI untuk tahun ke-2 sebesar 37,1%, tahun ke-3
sebesar 27,1%, tahun ke-4 sebesar 16,5%, dan tahun ke-5 sebesar 5,4%. Jika
dilihat dari analisis tersebut maka perusahaan ini harus melakukan reinvestasi
dengan peningkatan produksi di tahun ke-5 agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Perhitungan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
5.7.4.2.Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 100% Modal Pinjaman
Hasil perhitungan kelayakan finansial CV. WPIU dengan 100% modal
pinjaman dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 100% Modal Pinjaman
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 25.764.214 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 24,48% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,20 Layak
4 Payback Period (PP) 2 tahun 1 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 12 ditunjukkan bahwa dengan tingkat diskonto 14%
akan diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar 25.764.214 yang berarti
akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 25.764.214,- selama umur proyek 5
tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Kemudian nilai Internal Rate of Return
(IRR) sebesar 24,48% dan lebih besar dari tingkat suku yang berlaku (14%) yang
berarti bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan mendepositokan modalnya di Bank dengan suku bunga
yang berlaku. Nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,20 yang berarti
bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan
sebesar Rp. 0,20,- dan hasil analisis Payback Period (PP) menunjukkan bahwa
untuk mengembalikan nilai investasi sebesar Rp. 129.000.000,- memerlukan
waktu 2 tahun 1 bulan.
Berdasarkan kriteria kelayakan diatas maka usaha ini dinyatakan layak
yang ditunjukkan dengan nilai NPV positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku (14%), dan nilai Net B/C yang lebih besar dari satu.
Nilai PP usaha ini menunjukkan masa pengembalian investasi yang ditanamkan
cukup singkat yaitu 2 tahun 1 bulan dalam masa proyek lima tahun sehingga arus
perpuratan kas lebih cepat. Perhitungan ini untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada
Lampiran 12.
Metode Return On Investment (ROI) menunjukkan pengembalian atas
modal investasi dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi
dengan besarnya modal investasi. Hasil perhitungan ROI ditunjukkan pada
Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Return On Investment CV. WPIU dengan 100% Modal
Pinjaman
No Uraian Tahun 1
1 Manfaat bersih sesudah pajak (Rp) 29.560.245
2 Biaya investasi (Rp) 129.000.000
3 ROI (%) 22,9 Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa setiap pengeluaran modal
investasi sebesar Rp. 1000,- maka pengembalian investasi diperoleh sebesar Rp.
1.229,- untuk tahun ke-1. ROI untuk tahun ke-2 sebesar 14,2%, dan tahun ke-3
sebesar 4,2%. Pada tahun ke-4 dan tahun ke-5 perusahaan ini dalam keadaan
merugi dilihat dari arus kas. Jika dilihat dari analisis tersebut maka perusahaan ini
harus melakukan reinvestasi dengan peningkatan produksi di tahun ke-3 agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Perhitungan ini untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran 12.
5.7.5. Analisis Sensitivitas Pengolahan Buah CV. Winner Perkasa Indonesia
Unggul
Analisis sensitivitas digunakan untuk mengkaji sejauh mana perubahan
unsur-unsur dalam aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih
(Soeharto, 2002 : 122) karena dalam menganalisis sensitivitas diperlukan
peramalan-peramalan. Hal ini disebabkan biaya dan pendapatan mengandung
banyak ketidakpastian. Analisis sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan parameter perubahan harga bahan baku buah, bahan baku
tambahan, dan bahan bakar sebesar 9% per tahun dengan pertimbangan bahwa
ketiga variabel tersebut sensitif terhadap harga di pasaran serta penurunan
pendapatan 10% per tahun. Penentuan kenaikan harga bahan baku 9% per tahun
diperoleh dari rata-rata inflasi nasional periode tahun 2004 – 2009 (Lampiran 2)
dan penurunan pendapatan 10% dengan pertimbangan akibat persaingan pasar
sehingga banyak pesaing yang muncul sehingga perusahaan mengalami
penurunan penjualan yang akan berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan
dengan harga jual jus dan sirup buah diasumsikan tetap.
5.7.5.1.Sumber Dana 100% Modal Sendiri
Hasil perhitungan analisis sensitivitas menggunakan sumber dana 100%
modal sendiri dapat dilihat pada tabel-tabel berikut dibawah ini.
Tabel 14. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%, harga jual
tetap dengan 100% Modal Sendiri
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 138.785.652 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 60,43% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 2,08 Layak
4 Payback Period (PP) 1 tahun 3 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan bakar naik 9%
dengan harga jual tetap, diketahui bahwa nilai NPV positif pada tingkat diskonto
14% yang memberikan keuntungan Rp. 138.785.652 selama 5 tahun umur proyek,
nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu 60,43% yang artinya
lebih menguntungkan menanamkan modal pada usaha ini daripada
mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh adalah 2,08 yang
berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp. 1,08,- sebagai
keuntungannya. Hasil analisis PP dapat dijelaskan bahwa masa pengembalian
investasinya cukup singkat dalam waktu 1 tahun 3 bulan (Lampiran 13).
Tabel 15. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9%, harga jual
tetap dengan 100% Modal Sendiri
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 73.594.539 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 41,20% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,57 Layak
4 Payback Period (PP) 1 tahun 5 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan baku naik 9% dengan
harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV positif pada tingkat diskonto
14% yang memberikan keuntungan Rp. 73.594.539,- selama 5 tahun umur
proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu sebesar 41,20%
yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada usaha ini daripada
mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh adalah 1,57 yang
berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp. 0,57,- sebagai
keuntungannya. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa masa
pengembalian investasinya cukup singkat yaitu dalam waktu 1 tahun 5 bulan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%, harga jual
tetap dengan 100% Modal Sendiri
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 53.535.665 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 34,15% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,42 Layak
4 Payback Period (PP) 1 tahun 5 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan kemasan naik 9%
dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV lebih besar dari 0 pada
tingkat diskonto 14% yang memberikan keuntungan Rp. 53.535.665,- selama
5 tahun umur proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu
sebesar 34,15% yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada
usaha ini daripada mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh
adalah 1,42 yang berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan
Rp. 0,42,- sebagai keuntungannya. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa
masa pengembalian investasinya cukup singkat yaitu dalam waktu 1 tahun 5
bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 17. Hasil Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap
dengan 100% Modal Sendiri
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% -157.062.204 Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) - Tidak Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) -0,22 Tidak Layak
4 Payback Period (PP) >5 tahun Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi penerimaan turun 10% dengan
harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif pada tingkat diskonto
14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku
bunga (14%) yang artinya lebih menguntungkan mendepositokan dana ke Bank
daripada menanamkan dananya ke perusahaan, dan nilai Net B/C yang diperoleh
adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa masa
pengembalian investasinya dalam waktu > 5 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran 16.
Tabel 18. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan Baku Naik
9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 64.653.603 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 38,33% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,50 Layak
4 Payback Period (PP) 1 tahun 5 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan bakar dan bahan baku
naik 9% dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV positif pada
tingkat diskonto 14% yang memberikan keuntungan Rp. 64.653.603,- selama
5 tahun umur proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu
sebesar 38,33% yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada
usaha ini daripada mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh
adalah 1,50 yang berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp.
0,50,- sebagai keuntungannya. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa
masa pengembalian investasinya cukup singkat yaitu dalam waktu 1 tahun 5
bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
Tabel 19. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan Kemasan
Naik 9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 44.594.729 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 31,12% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,35 Layak
4 Payback Period (PP) 1 tahun 6 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan bakar dan bahan
kemasan naik 9% dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV
positif pada tingkat diskonto 14% yang memberikan keuntungan Rp. 44.594.729,-
selama 5 tahun umur proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%)
yaitu sebesar 31,12% yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal
pada usaha ini daripada mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang
diperoleh adalah 1,35 yang berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan
mendapatkan Rp. 0,35,- sebagai keuntungannya. Hasil analisis PP diatas dapat
dijelaskan bahwa masa pengembalian investasinya cukup singkat yaitu dalam
waktu 1 tahun 6 bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 18.
Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas Pada Variabel Perubahan, harga jual tetap
dengan 100% Modal Sendiri
No
Variabel Perubahan
Alat Analisis
Kelayakan NPV
(DF 14%)
IRR Net
B/C
PP
1 Bahan baku + bahan kemasan
naik 9%
-21.970.013 3,05% 0,83 3 th 1 bln Tidak
Layak
2 Bahan bakar + bahan baku +
bahan kemasan naik 9%
-31.421.610 -2,90% 0,76 3 th 1 bln Tidak
Layak
3 Bahan bakar naik 9% +
penerimaan turun 10%
-167.211.478 - -0,30 > 5 tahun Tidak
Layak
4 Bahan baku naik 9% +
penerimaan turun 10%
-243.790.498 - -0,89 > 5 tahun Tidak
Layak
5 Bahan kemasan naik 9% +
penerimaan turun 10%
-267.389.173 - -1,07 > 5 tahun Tidak
Layak
6 Bahan bakar + bahan baku naik
9% + penerimaan turun 10%
-254.309.246 - -0,97 > 5 tahun Tidak
Layak
7 Bahan bakar + bahan kemasan
naik 9% + penerimaan turun
10%
-277.907.921 - -1,15 > 5 tahun Tidak
Layak
8 Bahan baku + bahan kemasan
naik 9% + penerimaan turun
10%
-354.603.348 - -1,75 > 5 tahun Tidak
Layak
9 Bahan bakar + bahan baku +
bahan kemasan naik 9% +
penerimaan turun 10%
-365.122.096 - -1,83 > 5 tahun Tidak
Layak
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis pada beberapa variabel perubahan dengan harga
jual tetap, memiliki persamaan yaitu dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif
pada tingkat diskonto 14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil
dari tingkat suku bunga (14%) yang artinya lebih menguntungkan
mendepositokan dana ke Bank daripada menanamkan dananya ke perusahaan, dan
nilai Net B/C yang diperoleh adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas
dapat dijelaskan bahwa masa pengembalian investasinya cukup lama yaitu dalam
waktu antara 3 tahun hingga > 5 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 19 – 27.
5.7.5.2.Sumber Dana 50% Modal Pinjaman
Hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan sumber dana 50% modal
pinjaman dapat dilihat pada tabel-tabel berikut dibawah ini.
Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%, harga jual
tetap dengan 50% Modal Pinjaman
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 79.260.799 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 42,60% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,61 Layak
4 Payback Period (PP) 1 tahun 11 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan bakar naik 9%
dengan harga jual tetap, diketahui bahwa nilai NPV positif pada tingkat diskonto
14% yang memberikan keuntungan Rp. 79.260.799,- selama 5 tahun umur
proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu 42,60% yang
artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada usaha ini daripada
mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh adalah 1,61 yang
berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp. 0,61,- sebagai
keuntungannya. Hasil analisis PP dapat dijelaskan bahwa masa pengembalian
investasinya cukup singkat yaitu dalam waktu 1 tahun 11 bulan (Lampiran 28).
Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9%, harga jual
tetap dengan 50% Modal Pinjaman
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 12.339.992 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 19,31% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,10 Layak
4 Payback Period (PP) 2 tahun 1 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan baku naik 9% dengan
harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV positif pada tingkat diskonto
14% yang memberikan keuntungan Rp. 12.339.992,- selama 5 tahun umur
proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu sebesar 19,31%
yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada usaha ini daripada
mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh adalah 1,10 yang
berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp. 0,10,- sebagai
keuntungannya. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa masa
pengembalian investasinya cukup singkat yaitu dalam waktu 2 tahun 1 bulan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 29.
Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%, harga jual
tetap dengan 50% Modal Pinjaman
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% -8.501.857 Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 10,14% Tidak Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 0,93 Tidak Layak
4 Payback Period (PP) 2 tahun 3 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan kemasan naik 9%
dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif pada tingkat
diskonto 14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil dari tingkat
suku bunga (14%) yang artinya lebih menguntungkan mendepositokan dana ke
Bank daripada menanamkan dananya ke perusahaan, dan nilai Net B/C yang
diperoleh adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan
bahwa masa pengembalian investasinya dalam waktu 2 tahun 3 bulan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 30.
Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap
dengan 50% Modal Pinjaman
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% -233.958.632 Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) - Tidak Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) -0,81 Tidak Layak
4 Payback Period (PP) >5 tahun Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi penerimaan turun 10% dengan
harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif pada tingkat diskonto
14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku
bunga (14%) yang artinya lebih menguntungkan mendepositokan dana ke Bank
daripada menanamkan dananya ke perusahaan, dan nilai Net B/C yang diperoleh
adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa masa
pengembalian investasinya dalam waktu > 5 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran 31.
Tabel 25. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan Baku Naik
9%, harga jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 2.844.461 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 15,27% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,02 Layak
4 Payback Period (PP) 2 tahun 2 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan bakar dan bahan baku
naik 9% dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV positif pada
tingkat diskonto 14% yang memberikan keuntungan Rp. 2.844.461,- selama
5 tahun umur proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu
sebesar 15,27% yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada
usaha ini daripada mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh
adalah 1,02 yang berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan
Rp. 0,02,- sebagai keuntungannya. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa
masa pengembalian investasinya cukup singkat yaitu dalam waktu 2 tahun
2 bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 32.
Tabel 26. Hasil Analisis Sensitivitas Pada Variabel Perubahan, harga jual tetap
dengan 50% Modal Pinjaman
No
Variabel Perubahan
Alat Analisis
Kelayakan NPV
(DF 14%)
IRR Net
B/C
PP
1 Bahan bakar + bahan kemasan
naik 9%
-17.997.388 5,38% 0,86 2 th 3 bln Tidak
Layak
2 Bahan baku + bahan kemasan
naik 9%
-89.000.315 - 0,31 >5 tahun Tidak
Layak
3 Bahan bakar + bahan baku +
bahan kemasan naik 9%
-99.149.590 - 0,23 >5 tahun Tidak
Layak
4 Bahan bakar naik 9% +
penerimaan turun 10%
-244.477.379 - -0,90 > 5 tahun Tidak
Layak
5 Bahan baku naik 9% +
penerimaan turun 10%
-321.172.807 - -1,49 > 5 tahun Tidak
Layak
6 Bahan kemasan naik 9% +
penerimaan turun 10%
-344.771.482 - -1,67 > 5 tahun Tidak
Layak
7 Bahan bakar + bahan baku naik
9% + penerimaan turun 10%
-331.691.555 - -1,57 > 5 tahun Tidak
Layak
8 Bahan bakar + bahan kemasan
naik 9% + penerimaan turun
10%
-355.290.230 - -1,75 > 5 tahun Tidak
Layak
9 Bahan baku + bahan kemasan
naik 9% + penerimaan turun
10%
-431.985.657 - -2,35 > 5 tahun Tidak
Layak
10 Bahan bakar + bahan baku +
bahan kemasan naik 9% +
penerimaan turun 105
-442.504.405 - -2,43 > 5 tahun Tidak
Layak
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis pada beberapa variabel perubahan dengan harga
jual tetap, memiliki persamaan yaitu dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif
pada tingkat diskonto 14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil
dari tingkat suku bunga (14%) yang artinya lebih menguntungkan
mendepositokan dana ke Bank daripada menanamkan dananya ke perusahaan, dan
nilai Net B/C yang diperoleh adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas
dapat dijelaskan bahwa masa pengembalian investasinya cukup lama yaitu dalam
waktu antara 2 tahun hingga > 5 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 33 – 42.
5.7.5.3.Sumber Dana 100% Modal Pinjaman
Hasil perhitungan analisis sensitivitas sumber dana 100% modal pinjaman
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut dibawah ini.
Tabel 27. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%, harga jual
tetap dengan 100% Modal Pinjaman
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 14% 16.268.683 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 20,84% Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,13 Layak
4 Payback Period (PP) 2 tahun 3 bulan Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan bakar naik 9%
dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV positif pada tingkat
diskonto 14% yang memberikan keuntungan Rp. 16.268.683,- selama 5 tahun
umur proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu sebesar
20,84% yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada usaha ini
daripada mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh adalah
1,13 yang berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp. 0,13,-
sebagai keuntungannya. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa masa
pengembalian investasinya cukup singkat yaitu dalam waktu 2 tahun 3 bulan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 43.
Tabel 28. Hasil Analisis Sensitivitas Pada Variabel Perubahan, harga jual tetap
dengan 100% Modal Pinjaman
No
Variabel Perubahan
Alat Analisis
Kelayakan NPV
(DF 14%)
IRR Net
B/C
PP
1 Bahan baku naik 9% -55.254.082 - 0,57 >5 tahun Tidak
Layak
2 Bahan kemasan naik 9% -77.669.077 - 0,40 >5 tahun Tidak
Layak
3 Penerimaan turun 10% -311.340.940 - -1,41 >5 tahun Tidak
Layak
4 Bahan bakar + bahan baku naik
9%
-65.403.356 - 0,49 >5 tahun Tidak
Layak
5 Bahan bakar + bahan kemasan
naik 9%
-87.818.351 - 0,32 >5 tahun Tidak
Layak
6 Bahan baku + bahan kemasan
naik 9%
-164.554.463 - -0,28 >5 tahun Tidak
Layak
7 Bahan bakar + bahan baku +
bahan kemasan naik 9%
-175.073.210 - -0,36 >5 tahun Tidak
Layak
8 Bahan bakar naik 9% +
penerimaan turun 10%
-321.859.688 - -1,50 > 5 tahun Tidak
Layak
9 Bahan baku naik 9% +
penerimaan turun 10%
-398.555.115 - -2,09 > 5 tahun Tidak
Layak
10 Bahan kemasan naik 9% +
penerimaan turun 10%
-422.153.790 - -2,27 > 5 tahun Tidak
Layak
11 Bahan bakar + bahan baku naik
9% + penerimaan turun 10%
-409.073.863 - -2,17 > 5 tahun Tidak
Layak
12 Bahan bakar + bahan kemasan
naik 9% + penerimaan turun
10%
-432.672.538 - -2,35 > 5 tahun Tidak
Layak
13 Bahan baku + bahan kemasan
naik 9% + penerimaan turun
10%
-509.367.965 - -2,95 > 5 tahun Tidak
Layak
14 Bahan bakar + bahan baku +
bahan kemasan naik 9% +
penerimaan turun 10%
-519.886.713 - -3,03 > 5 tahun Tidak
Layak
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis pada beberapa variabel perubahan dengan harga
jual tetap, memiliki persamaan yaitu dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif
pada tingkat diskonto 14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil
dari tingkat suku bunga (14%) yang artinya lebih menguntungkan
mendepositokan dana ke Bank daripada menanamkan dananya ke perusahaan, dan
nilai Net B/C yang diperoleh adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas
dapat dijelaskan bahwa masa pengembalian investasinya sangat lama yaitu dalam
waktu > 5 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 44 – 57.
5.7.6. Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas
Pengolahan Buah CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
Perbandingan hasil analisis kelayakan finansial dan sensitivitas
pengolahan buah CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) dimaksudkan
untuk membandingkan kelayakan finansial perusahaan dengan kriteria penilaian
kelayakan terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Return On Investment (ROI), dan Payback
Period (PP) yang dikaitkan dengan sensitivitasnya terhadap perubahan harga
bahan bakar, harga bahan baku, harga bahan kemasan, dan penurunan penerimaan
pada beberapa alternatif penggunaan sumber dana. Alternatif penggunaan sumber
dana yang digunakan adalah 100% modal sendiri (sumber dana yang digunakan
pada awal berdirinya CV. WPIU), 50% modal pinjaman, dan 100% modal
pinjaman.
Tabel 29. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial dalam Berbagai Penggunaan
Sumber Dana
No
Alternatif
Sumber
Dana
Kriteria Penilaian Kelayakan
Kelayakan NPV IRR
Net
B/C
ROI
tahun
ke-1
PP
1
100% modal
sendiri
DF 14%
147.726.588
62,89%
2,15
68,6%
1 th 3 bln
Layak
2
50% modal
pinjaman
DF 14%
88.201.735
45,35%
1,68
45,8%
1 th 4 bln
Layak
3
100% modal
pinjaman
DF 14%
25.764.214
24,48%
1,20
22,9%
2 th 1 bln
Layak
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 29 didapat bahwa nilai NPV, IRR, Net B/C, ROI, dan
PP pada pemakaian sumber dana 100% modal sendiri dinyatakan layak dan hasil
perhitungannya lebih besar dibandingkan dengan pemakaian sumber dana yang
menggunakan pinjaman. Hal ini dikarenakan pada pemakaian sumber dana 100%
modal sendiri tidak dibebankan biaya bunga dan angsuran. Pemakaian sumber
dana yang menggunakan pinjaman yaitu 50% modal pinjaman dan 100% modal
pinjaman juga dinyatakan layak walaupun tidak sebesar hasil perhitungan 100%
modal sendiri. Namun akan terlihat ketidaklayakannya ketika dilakukan analisis
sensitivitas dengan kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, bahan kemasan, dan
penurunan penerimaan. Pada Tabel 30, 31, dan 32 menunjukkan hasil analisis
sensitivitas pada berbagai alternatif penggunaan sumber dana dan dapat dilihat
bahwa penurunan penerimaan sangat mempengaruhi kelayakan perusahaan.
Tabel 30. Hasil Analisis Sensitivitas dengan Sumber Dana 100% Modal Sendiri
No Variabel Perubahan Kelayakan
1 Harga bahan bakar naik 9% Layak
2 Harga bahan baku naik 9% Layak
3 Harga bahan kemasan naik 9% Layak
4 Penerimaan turun 10% Tidak Layak
5 Harga bahan bakar dan bahan baku naik 9% Layak
6 Harga bahan bakar dan bahan kemasan naik 9% Layak
7 Harga bahan baku dan bahan kemasan naik 9% Tidak Layak
8 Harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan naik 9% Tidak Layak
9 Harga bahan bakar naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
10 Harga bahan baku naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
11 Harga bahan kemasan naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
12 Harga bahan bakar dan bahan baku naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
13 Harga bahan bakar dan bahan kemasan naik 9% dan penerimaan turun
10%
Tidak Layak
14 Harga bahan baku dan bahan kemasan naik 9% dan penerimaan turun
10%
Tidak Layak
15 Harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan naik 9% dan
penerimaan turun 10%
Tidak Layak
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Tabel 30 menunjukkan bahwa pada pemakaian sumber dana 100% modal
sendiri dengan variabel perubahan penurunan penerimaan menjadikan usaha ini
tidak layak, kenaikan harga bahan baku yang diikuti dengan kenaikan harga bahan
kemasan juga menjadikan usaha ini tidak layak dikarenakan kebutuhan untuk
bahan kemasan cukup besar. Kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan
kemasan yang diikuti dengan penurunan penerimaan juga menjadikan usaha ini
tidak layak. Hal ini dikarenakan penerimaan perusahaan berkurang sedangkan
biaya untuk pembelian bahan baku dan bahan kemasan cukup besar.
Tabel 31. Hasil Analisis Sensitivitas dengan Sumber Dana 50% Modal Pinjaman
No Variabel Perubahan Kelayakan
1 Harga bahan bakar naik 9% Layak
2 Harga bahan baku naik 9% Layak
3 Harga bahan kemasan naik 9% Tidak Layak
4 Penerimaan turun 10% Tidak Layak
5 Harga bahan bakar dan bahan baku naik 9% Layak
6 Harga bahan bakar dan bahan kemasan naik 9% Tidak Layak
7 Harga bahan baku dan bahan kemasan naik 9% Tidak Layak
8 Harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan naik 9% Tidak Layak
9 Harga bahan bakar naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
10 Harga bahan baku naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
11 Harga bahan kemasan naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
12 Harga bahan bakar dan bahan baku naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
13 Harga bahan bakar dan bahan kemasan naik 9% dan penerimaan turun
10%
Tidak Layak
14 Harga bahan baku dan bahan kemasan naik 9% dan penerimaan turun
10%
Tidak Layak
15 Harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan naik 9% dan
penerimaan turun 10%
Tidak Layak
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 31 diatas dapat dijelaskan bahwa pada pemakaian
sumber dana 50% modal pinjaman dengan variabel kenaikan harga bahan
kemasan menjadikan usaha ini tidak layak karena kebutuhan untuk bahan
kemasan cukup besar, kemudian dengan variabel penurunan penerimaan
menjadikan usaha ini tidak layak, kenaikan harga bahan bakar dan bahan baku
yang diikuti dengan kenaikan harga bahan kemasan juga menjadikan usaha ini
tidak layak dikarenakan kebutuhan untuk bahan kemasan cukup besar. Kenaikan
harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan yang diikuti dengan
penurunan penerimaan juga menjadikan usaha ini tidak layak karena ketika terjadi
kenaikan harga maka biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan bahan bakar, bahan
baku, dan bahan kemasan menjadi lebih besar sementara penerimaan perusahaan
berkurang dan juga harus mengeluarkan beban bunga dan angsuran. Hal ini
dikarenakan 50% sumber dana yang digunakan merupakan modal pinjaman.
Tabel 32. Hasil Analisis Sensitivitas dengan Sumber Dana 100% Modal
Pinjaman
No Variabel Perubahan Kelayakan
1 Harga bahan bakar naik 9% Layak
2 Harga bahan baku naik 9% Tidak Layak
3 Harga bahan kemasan naik 9% Tidak Layak
4 Penerimaan turun 10% Tidak Layak
5 Harga bahan bakar dan bahan baku naik 9% Tidak Layak
6 Harga bahan bakar dan bahan kemasan naik 9% Tidak Layak
7 Harga bahan baku dan bahan kemasan naik 9% Tidak Layak
8 Harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan naik 9% Tidak Layak
9 Harga bahan bakar naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
10 Harga bahan baku naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
11 Harga bahan kemasan naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
12 Harga bahan bakar dan bahan baku naik 9% dan penerimaan turun 10% Tidak Layak
13 Harga bahan bakar dan bahan kemasan naik 9% dan penerimaan turun
10%
Tidak Layak
14 Harga bahan baku dan bahan kemasan naik 9% dan penerimaan turun
10%
Tidak Layak
15 Harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan naik 9% dan
penerimaan turun 10%
Tidak Layak
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Tabel 32 menunjukkan bahwa pada pemakaian sumber dana 100% modal
pinjaman dengan variabel kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan
kemasan menjadikan usaha ini tidak layak. Kemudian kenaikan harga bahan
bakar, bahan baku, dan bahan kemasan diikuti dengan penurunan penerimaan juga
menjadikan usaha ini tidak layak karena ketika terjadi kenaikan harga maka biaya
yang dikeluarkan untuk kebutuhan bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan
menjadi lebih besar dari biaya sebelumnya, sementara penerimaan perusahaan
berkurang dan juga harus mengeluarkan beban bunga dan angsuran yang lebih
besar karena sumber dana yang digunakan merupakan 100% modal pinjaman.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil analisis kelayakan finansial dapat disimpulkan bahwa menggunakan
sumber dana 100% modal sendiri, 50% modal pinjaman, dan 100% modal
pinjaman selama 5 tahun dinyatakan layak yang ditandai dengan nilai NPV pada
DF 14% positif, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga Bank (14%), dan
nilai Net B/C lebih besar dari satu.
Hasil analisis sensitivitas dapat disimpulkan bahwa dengan kenaikan harga
bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan sebesar 9% dinyatakan layak, serta
penurunan penerimaan sebesar 10% dinyatakan tidak layak. Sedangkan kombinasi
antara kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan naik sebesar
9% dengan penurunan penerimaan sebesar 10% dinyatakan tidak layak.
6.2. Saran
1. Usaha ini sebaiknya dikembangkan ke arah industri pengolahan yang lebih
besar mengingat citra produk CV. WPIU sudah baik di mata masyarakat.
Namun perlu diwaspadai saat terjadi kenaikan harga bahan bakar, bahan baku,
dan bahan kemasan serta penurunan penerimaan karena sangat mempengaruhi
kelayakan finansial perusahaan.
2. Usaha ini dapat dijadikan contoh dan model yang baik untuk diadopsi oleh
berbagai pihak yang ingin menekuni usaha sejenis, khususnya bagi para petani
buah agar lebih mengoptimalkan hasil panennya untuk meningkatkan nilai
tambah buah sehingga didapatkan keuntungan yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, Walker, dan Larreche. Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan
Strategis dengan Orientasi Global. (Jakarta : Erlangga, 2000)
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Sari dan Sirup Buah. 20 Maret 2000. 4 hal.
http://www.ristek.go.id [4 Maret 2010]. Pukul 16.15 WIB.
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian.
Roadmap Industri Pengolahan Buah. 2009. 22 hal.
http://iak.depperin.go.id [15 April 2009]. Pukul 22.14 WIB.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP, Deptan. Pedoman
Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pengolahan Hasil
Hortikultura. 26 Juni 2006. 32 hal. http://agribisnis.deptan.go.id [2 Mei
2009]. Pukul 13.36 WIB.
Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial pada Proyek Mikro. (Jakarta : CV. Asona,
1994)
Gray, Clive dkk. Pengantar Evaluasi Proyek, Edisi Kedua. (Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005)
Ibrahim, H. M. Yacob. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). (Jakarta :
PT. Rineka Cipta, 2003)
Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Kedua. (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2008)
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. (Jakarta : Prenhalindo, 2004)
Manijo. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Jagung pada Proyek Agribisnis
BPPT – Pemda Sumedang di Desa Marga Mekar, Kecamatan Sumedang
Selatan, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor,
IPB, Fakultas Pertanian, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis.
2005.
Niswonger, Rollin dkk. Prinsip-prinsip Akuntansi. (Jakarta : Erlangga, 1992)
Pujimulyani, Dwiyati. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan.
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009)
Rustiana, Iswanti N. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Puree Mangga
(Mangifera indica L.) Studi kasus: CV. Promindo Utama, Desa Losari
Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. [Skripsi].
Bogor, IPB, Fakultas Pertanian, Program Studi Manajemen Agribisnis.
2008.
Soeharto, Iman. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional),
Jilid 1. (Jakarta : Erlangga, 1999)
Soeharto, Iman. Studi Kelayakan Proyek Industri (Jakarta: Erlangga, 2002)
Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi ke-4. (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2002)
Suherman. Diklat Perencanaan Tambang Unisba : Prinsip-Prinsip Ekonomi
Mineral. 7 September 2004. 8 hal. http://www.blok21.com [26 Januari
2010]. Pukul 19.54 WIB.
Suratin, Santi. Jangan Terkecoh oleh Minuman Jus Buah. 16 Desember 2007. 13
hal. http://santisuratin053.blogspot.com [27 Januari 2010]. Pukul 14.35
WIB.
Suratiyah, Ken. Ilmu Usahatani, Cetakan 1. (Jakarta : Penebar Swadaya, 2006)
Suratman. Studi Kelayakan Proyek : Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan.
(Yogyakarta : J & J Learning, 2001).
Suratman. Studi Kelayakan Proyek. (Jakarta : Gramedia, 2002)
Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis Secara Komprehensif (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005)
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN BUAH
CV. WINNER PERKASA INDONESIA UNGGUL
Gambaran Umum Perusahaan
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan perusahaan?
2. Apa visi, misi, dan tujuan dari didirikannya perusahaan ini?
3. Dimana lokasi tepatnya perusahaan?
4. Bagaimana kondisi lokasi dan keadaan perusahaan?
5. Berapa jumlah karyawan perusahaan?
6. Bagaimana struktur organisasi perusahaan?
7. Bagaimana cara mengembangkan usaha ini? kiat-kiat apa saja yang
digunakan perusahaan dalam mengembangkan perusahaan ke depan?
8. Bagaimana sistem manajemen dari perusahaan?
9. Apakah perusahaan memiliki kegiatan usaha lain selain kegiatan yang ada
dalam perusahaan?
10. Dimana saja cabang perusahaan yang lain?
Hasil dan Pembahasan
A. Aspek Pasar
1. Apa saja bauran pemasaran yang ada di perusahaan?
2. Apa produk utama dari perusahaan? apakah ada produk sampingan?
3. Berapa harga satuan penjualan jus buah dan sirup buah yang
ditetapkan perusahaan?
4. Bagaimana rantai distribusi?
5. Bagaimana sistem pemasaran yang ada di perusahaan?
6. Bagaimana strategi penjualan terhadap produk tersebut?
7. Apakah konsumen datang langsung atau produk dikirimkan?
8. Apakah perusahaan menggunakan promosi di dalam penjualan
produknya?
9. Apa saja promosi yang dilakukan perusahaan?
10. Berapa biaya promosi yang dikeluarkan?
B. Aspek Teknis
1. Apakah pemilihan lokasi perusahaan sudah efisien?
2. Bagaimana perusahaan menentukan layout proses produksi agar
berjalan efisien?
3. Bagaimana perusahaan menentukan teknologi yang tepat dalam proses
produksinya?
4. Berapa biaya investasi yang ditanamkan perusahaan?
5. Berapa biaya pemeliharaan untuk peralatan dan gedung?
6. Bagaimana perusahaan menentukan metode persediaan yang paling
baik untuk dijalankan?
7. Berapa biaya angkut atau penyimpanan?
C. Aspek Manajemen
1. Bagaimana sistem ketenagakerjaan pada perusahaan?
2. Berasal dari mana rata-rata para karyawan?
3. Berapa jumlah karyawan yang terdapat pada perusahaan?
4. Apa rata-rata tingkat pendidikan karyawan?
5. Bagaimana sistem gaji yang diperoleh karyawan?
D. Aspek Hukum
1. Bagaimana proses perizinan pendirian perusahaan?
E. Aspek Lingkungan
1. Bagaimana penanganan limbah yang terdapat pada perusahaan? (baik
limbah padat maupun cair).
2. Apakah perusahaan mencemari lingkungan di sekitar perusahaan?
3. Apa saja penanganan lingkungan yang dilakukan perusahaan?
4. Berapa besar biaya penanganan lingkungan?
F. Aspek Keuangan
1. Berapa modal yang digunakan untuk mendirikan perusahaan?
2. Berapa jumlah biaya-biaya tetap :
a. Pabrik tempat produksi?
b. Motor?
c. Masing-masing harga peralatan :
Blender?
Water Dispenser?
Penyaring/saringan?
Pengaduk kayu?
Bak plastik?
Gentong air?
Timbangan digital?
Timbangan manual?
Pisau?
Panci stainless steel?
Panci stainless steel persegi?
Tabung gas?
Kompor gas?
Krat botol?
Alat pengepres?
Lemari pendingin?
d. Gaji tenaga kerja tetap?
e. Inventaris kantor :
Meja?
Kursi?
Lemari buku?
Komputer?
f. Biaya tidak terduga?
3. Berapa jumlah biaya-biaya tidak tetap :
a. Harga bahan baku:
Buah segar (belimbing, jambu biji merah, nanas, dan
wortel)?
Bahan tambahan makanan (gula pasir, CMC, dan BTM)?
b. Gaji tenaga kerja tidak tetap?
c. Bahan bakar gas?
d. Kemasan botol :
Plastik untuk jus buah?
Kaca untuk sirup buah?
e. Karton pak :
Untuk jus buah?
Untuk sirup buah?
f. Transportasi?
g. Listrik?
h. Telpon?
i. Air?
4. Berapa harga jual jus buah dan sirup buah per botol?
Lampiran 2. Proses Produksi Jus Buah CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
Sortasi
Penimbangan
Pencucian
Blanching dan penirisan
Ekstraksi
Filtrasi pertama
Pemanasan larutan penstabil
Homogenisasi
Pemasakan
Filtrasi kedua
Penambahan BTP, pengatur keasaman, dan pewarna makanan
Botol plastik ukuran
250 ml
Komposisi buah : air = 1 : 5
Komposisi larutan CMC : air = 1 : 2
Komposisi buah : gula = 1 : 1
Buah
Ampas kasar
Ampas halus
Jus buah kemasan
Pengemasan
Pelabelan
Pengepakan
Lampiran 3. Proses Produksi Sirup Buah CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
Komposisi buah : air = 1 : 1
Komposisi larutan CMC : air = 1 : 1
Komposisi buah : gula = 1 : 2
Botol kaca ukuran
620 ml
Sortasi
Penimbangan
Pencucian
Blanching dan penirisan
Ekstraksi
Filtrasi pertama
Pemanasan larutan penstabil
Homogenisasi
Pemasakan
Filtrasi kedua
Penambahan BTP, pengatur keasaman, dan pewarna makanan
Buah
Ampas kasar
Ampas halus
Pengemasan
Pelabelan
Pengepakan
Sirup buah kemasan
Lampiran 4. Laju Inflasi Nasional Periode 2004 – 2009
Tahun Nilai
2004 6,06%
2005 10,40%
2006 13,33%
2007 6,40%
2008 10,31%
2009 4,90%
Rata-rata 8,57% dibulatkan 9%
Sumber: Bank Indonesia , diolah 2011
Lampiran 5. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2004 – 2009
Tahun Nilai
2004 14,05%
2005 15,66%
2006 15,10%
2007 13,01%
2008 14,40%
2009 13,85%
Rata-rata 14,35% dibulatkan 14%
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 2011
Lampiran 60. SNI 01 – 0222 – 1995, Bahan Tambahan Makanan
No.
Nama Bahan Tambahan
Pangan Jenis/Bahan Makanan Batas Maks. Penggunaan
B. Indonesia B. Inggris
Antioksidan (Antioxidant)
1. Butil
Hidrokinon
Tersier
Tertiary Butyl
Hydroquinine
(TBHQ)
Lemak dan minyak
makan
200 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan BHA,
BHT dan senyawa galat,
tetapi galat tidak boleh
lebih dari 100 mg/kg
2. Butil
Hidroksitoluen
(BHT)
Butylated
Hydroxytoluene
Lemak dan minyak
makan; minyak kacang;
minyak kelapa; dan
minyak lainnya
200 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan BHA,
Butil Hidrokinon Tersier
(TBHQ), atau senyawa
galat, tetapi galat tidak
boleh lebih dari 100 mg/kg
3. Propil Galat Propyl Gallate Lemak dan minyak
makan; minyak kacang;
minyak kelapa; dan
minyak lainnya
100 mg/kg
Pengemulsi, Pemantap, Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener)
4. Dekstrin, Pati
Gosong, Putih,
dan Kuning
Dextrins,
Roasted Starch
Kaldu
Es krim dan sejenisnya
Secukupnya
30 g/kg, tunggal atau
campuran dengan pati lain
Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP, Departemen Pertanian, 2006: 45
Lampiran 61. Dokumentasi CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
Ibu Maria Gigih Sandy Produk Jus Buah Winner
Produk Jus Buah Winner Produk Jus Buah Winner
Jus dan Sirup Buah Dalam Kemasan Karton