ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL...
Transcript of ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL...
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH
DALAM NOVEL PESANTREN ILALANG
KARYA AMAR DE GAPI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh
TRIANI SUGIANINGSIH
NIM: 105051001915
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH
DALAM NOVEL PESANTREN ILALANG
KARYA AMAR DE GAPI
S K R I P S I
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh:
TRIANI SUGIANINGSIH
NIM: 105051001915
Di bawah bimbingan:
Umi Musyarofah, MA
NIP: 150281980
JURUSAN KOMUNIKASI DANPENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ABSTRAK
Triani Sugianingsih
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang karya Amar De
Gapi
Novel sebagai media cetak masih memiliki pengaruh penting dalam
menyampaikan dakwah, terbukti dengan masih cukup banyaknya penggemar novel di Indonesia . Novel menjadi media yang efektif dalam berdakwah karena
pembaca dapat memahami lewat perspektif masing-masing, pesan yang ingin
disampaikan pengarang. Novel diharapkan dapat membantu para aktivis dakwah
dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang berhubungan dengan pesan
aqidah, akhlak dan syariah kepada pembaca. Khususnya dai yang kurang mampu
atau kurang percaya diri berbicara dalam sebuah majelis, sehingga dai tetap bisa
menuangkan pemikiran mereka dan berdakwah menggunakan media cetak atau
tulisan.
Dalam novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi yang merupakan
kumpulan dari pengalaman pribadi pengarang sebagai pengajar di sebuah
pesantren. Novel ini cukup berbeda dibanding novel best seller lain yang banyak
mengusung tema seputar percintaan. Novel ini berkisah tentang kehidupan di
pesantren dengan segala konflik dan permasalahannya yang disisipkan berbagai
pesan dakwah yang lekat dengan kehidupan pesantren. Karena novel ini bernuansa Islam, maka diduga didalamnya terdapat pesan
dakwah. Mengacu pada hal diatas, dapat disimpulkan perumusan masalahnya adalah apakah isi pesan dakwah yang terkandung dalam novel Pesantren Ilalang?
Apa pesan dakwah yang paling dominan dalam novel tersebut? Penelitian ini menggunakan metode analisis isi yakni melalui pendekatan kuantitatif, dengan
membuat kategorisasi pesan meliputi pesan aqidah, syariah, akhlak, yang terdapat dalam paragraf dan dialog dalam novel Pesantren Ilalang. Dan untuk memperoleh
reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan, dimintakan pengujian
kategori kepada tiga orang juri atau koder.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, pesan dakwah yang terdapat dalam
novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi ialah seputar aqidah, akhlak dan
syariah. Dan pesan yang paling dominan disampaikan adalah pesan syariah,
karena novel ini berlatar tempat pesantren sehingga pengarang lebih banyak
memasukkan pesan ibadah/ syariah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, sembah sujud dan puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya yang tak
terhingga sehingga skripsi ini dapat selesai.
Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW serta para sahabatnya yang telah membawa kebaikan kepada
umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan jasa dari berbagai pihak,
maka penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Arif Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
sekaligus Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Mahmud Jalal, MA
sebagai Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Study
Rizal, LK, MA sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Wahidin Saputra, MA, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam,dan Umi Musyarofah, MA, sebagai Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus sebagai Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta telah memberikan saran,
kritik dan motivasi dalam membimbing untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Muammar S, Si (Amar De Gapi), sebagai pengarang novel dan telah
menjadi narasumber yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai
dan berbagi cerita serta dorongan motivasi dan semangatnya.
4. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Sumarlan serta Almh. Ibu Juminem,
atas segenap doa, cinta, kasih sayang, serta motivasi baik moril maupun
materiil yang diberikan kepada saya. Tanpa mereka saya bukanlah siapa-
siapa.
5. Kedua kakak saya Hermanto,dan Dwi Susilowati,serta kakak ipar saya
Dadang Supriyanto atas segala perhatian dan doa.
6. Seluruh keluarga besar saya yang selalu mendoakan, memberikan
perhatian dan dukungannya.
7. Kak Ros, kak Eva serta Robi’ah sebagai juri/koder, yang telah
meluangkan waktu untuk membaca, mengerti dan meresapi novel
Pesantren Ilalang sehingga dapat menilai dan bertindak sebagai juri.
8. Teman-teman saya angkatan 2005, seluruh anak kelas KPI B, Dina, Eha,
Ita, Nanda, serta seluruh teman yang selalu baik dan selalu memberi
motivasi, dukungan, dan tempatku bertanya. Segala bantuan yang teman-
teman berikan hanya Allah Swt yang akan membalas.
9. Serta seluruh kerabat, tetangga saya, teman rumah saya dan pihak yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan
seluruh bantuannya. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan
Allah SWT, Amin.
Penulis
Triani Sugianingsih
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………...5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...…………………………………5
D. Metodologi Penelitian…….……………………………………….6
E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………10
F. Sistematika Penulisan ……………………………………………11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Isi ………………………………………….12
B. Pengertian Pesan Dakwah……………….……………………...13
C. Pengertian Novel dan Novel Islam
1. Pengertian Novel……………..………………………………19
2. Pengertian Novel Islam………………………………………20
D. Novel Sebagai Bentuk Sastra…………………………..……….21
E. Unsur Intrinsik Novel……………………………………….….22
F. Novel Sebagai Media Dakwah…………………………….…...26
BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI AMAR DE GAPI
A. Latar Belakang Kehidupan Amar De Gapi………………………28
B. Unsur Intrinsik dan Sinopsis Novel Pesantren Ilalang
a) Unsur Intrinsik Novel Pesantren Ilalang……………………..34
b) Sinopsis Novel Pesantren Ilalang…………………………… 37
C. Karya-Kaya Amar De Gapi………………………………………41
BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL
PESANTREN ILALANG KARYA AMAR DE GAPI
A. Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang……………….42
B. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang……...54
C. Pesan Dakwah Dominan dalam Novel Pesantren Ilalang………..74
BAB V PENUTUP
A. Simpulan…………………………………………………………75
B. Saran ……………………………………………………………..77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Kategorisasi Pesan Dakwah……………………………………………….8
2. Koefisien Reliabilitas Kesepakatan..……………………………………..43
3. Rincian Hasil Kategori Pesan Aqidah……………………………………45
4. Rincian Kategosisasi Pesan Aqidah……………………………………...46
5. Rincian Hasil Kategori Pesan Akhlak……………………………………48
6. Rincian Kategorisasi Pesan Akhlak……………………………………...48
7. Rincian Hasil Kategosi Pesan Syariah…………………………………...50
8. Rincian Kategosisasi Pesan Syariah……………………….......................51
9. Pesan Dakwah Dominan dalam Novel Pesantren Ilalang………………..74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan semakin pesatnya perkembangan media komunikasi dan
informasi. Media komunikasi melalui tulisan seperti buku , novel, surat kabar,
atau majalah masih memiliki pembaca setia. Ditengah maraknya media
komunikasi dan informasi elektronik seperti televisi, internet, bahkan e-book
(electronic book), ternyata buku atau novel yang diterbitkan masih tetap eksis di
pasaran.
Pada dekade sebelum abad ke-20, alat-alat mekanik ynag menyertai
lahirnya publisistik atau komunikasi massa adalah alat-alat percetakan yang
menghasilkan surat kabar, buku-buku, majalah,brosur dan materi cetak lain1.
Sebenarnya sejak zaman Rasulullah SAW karya sastra dalam bentuk
tulisan telah diterapkan walaupun masih sangat sederhana, terbukti saat
Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk menulis wahyu yang turun
dari Allah SWT berupa ayat-ayat Al-Quran dengan pelepah kurma agar tidak
tercecer atau hilang. Pada abad selanjutnya banyak pujangga Islam yang
menuangkan karya mereka tentang pemikiran mereka mengenai Islam melalui
tulisan yang berbentuk kitab. Setelah revolusi industri, kemudian menghasilkan
alat-alat percetakan yang memudahkan karya tulis dibuat ke dalam bentuk buku
yang bisa dicetak dalam jumlah banyak.
1 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Grasindo, 2000) hlm.1
Walaupun saat ini sudah banyak masyarakat yang ingin membaca buku
atau novel hanya dengan mengakses internet. Bagi masyarakat sibuk di perkotaan
yang memiliki mobilitas tinggi mungkin ini adalah salah satu alternatif baik untuk
tetap bisa memperoleh pengetahuan melalui buku, dan tidak perlu repot-repot ke
toko buku.
Banyak orang berpendapat buku adalah jendela dunia, melalui buku kita
bisa memperoleh pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu. Buku juga menjadi
media hiburan, jika kita membaca buku atau novel ber’genre’ humor, seperti
komik. Buku juga merupakan media edukasi yang tepat dalam mentransfer ilmu
pengetahuan.
Pembaca novel di Indonesia sudah cukup banyak, mereka tidak hanya dari
kalangan dewasa, tapi saat ini anak-anak remaja beranjak dewasa juga menikmati
novel. Novel yang paling diminati pembaca khususnya bertemakan cinta, yang
dibumbui unsur komedi.
Sesuatu yang bertemakan cinta pasti mendapat perhatian lebih,dan pasti
digemari banyak orang. Cinta merupakan kata ampuh dalam menyampiakan pesan
komunikasi. Terbukti dengan banyaknya novel yang bertemakan cinta menjadi
best seller, film tentang percintaan menjadi box office, dan banyaknya program
acara televisi yang mengatas namakan cinta memperoleh rating tinggi.
Sastra Islam(fiksi Islami) merupakan karya seni dan merupakan unsur
penting peradaban Islam. Apa yang dimaksud dengan sastra Islam paling tidak
mengacu pada pengertian dan hakikat Islam sendiri yang tentu saja terbuka
diperdebatkan. Secara general Islam berarti “berserah diri” dihadapan yang Maha
Mutlak. Dalam hal ini, tauhidlah landasannya.2
Begitu pula dengan novel Islam yang banyak mengusung tema cinta,
namun tetap memasukkan unsur-unsur dakwah dalam cerita. Karena esensi karya
sastra Islam, seperti novel Islam selalu mengandung unsur dakwah.
Dakwah dapat diartikan dengan seruan, undangan atau ajakan yang
kesemuanya menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak, dimana pihak
pertama da’i berusaha menyampaikan pesan, informasi, mengajak dan
mempengaruhi pihak kedua mad’u namun dalam proses berdakwah hendaknya
pesan-pesan agama disampaikan dengan cara yang baik.3
Saat ini media dakwah sudah mulai berkembang, seiring dengan
perkembangan teknologi komunikasi, dakwah tidak hanya dapat dilakukan dari
masjid ke masjid, terbatas ruang dan waktu. Aktivis dakwah sudah banyak
menggunakan media komunikasi seperti buku, televisi, radio, sampai internet
yang bisa diakses oleh siapapun diseluruh penjuru dunia.
Begitu pula dengan Novel Islam yang saya baca yang berjudul “Pesantren
Ilalang” novel ini tidak seperti kebanyakan novel yang dipajang dirak-rak toko
buku yang kebanyakan bertemakan cinta. Novel “Pesantren Ilalang” mengisahkan
tentang pengabdian seorang guru yang harus mengajar disebuah pesantren yang
letaknya cukup jauh dari kota, bisa disebut pedalaman. Novel ini pengarang tulis
berdasarkan pengalaman pribadi sebagai pengajar di Pesantren Subulussalam
Aceh, Singkil.
2 Helmi Setiawan, Sastra-Sastra Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2004) hlm.24 3 Toha Yahya, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992) hlm.1
Mungkin novel ini tidak jauh berbeda kisahnya dengan novel best seller
seperti novel Laskar Pelangi yang bertemakan tentang pengabdian seorang guru
yang mencurahkan segenap hati dan jiwa demi kepentingan pendidikan, yang
membedakan hanya setting tempat dan waktu.
Karena pengarang sebagai pelaku kejadian dan tokoh utama, maka
deskripsi yang dituturkan pengarang sangat detail mengenai situasi tempat dan
setting waktu. Novel ini bercerita tentang tokoh utama yang bernama ustadz
Kemal yang tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan saat dirinya telah lulus dari
Universitas. Awalnya tawaran sebagai pengajar di pesantren yang letaknya jauh
dari kota tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Sampai akhirnya dia sangat
menikmati sebagai pengajar dan sangat mencintai anak-anak didiknya. Walaupun
dia hanya mendapat gaji dengan honor kecil.
Kehidupan pesantren tradisional yang sangat sederhana tidak membuat
ustadz Kemal menyerah dan merasa bosan untuk mengajar. Berbagai konflik yang
terjadi selama ustadz Kemal mengajar menjadi perekat antara usatadz Kemal
dengan seluruh penghuni pesantren. Hingga akhirnya ustadz Kemal diberi
kepercayaan menjadi Kepala Sekolah. Ustadz Kemal juga harus melibatkan diri
secara pribadi dengan berbagai permasalahan yang dialami oleh para santri.
Penulis cukup mahir dalam menceritakan tiap konflik yang terjadi dengan
sangat menarik dan cukup membuat pembaca penasaran. Karakter tokoh utama
yang sangat kalem dan sabar serta penggambaran aktivitas sehari-hari para santri
di pesantren tradisional, merupakan daya tarik khusus bagi pembaca yang tidak
pernah merasakan kehidupan pesantren.
.
Berdasarkan ketertarikan peneliti terhadap novel yang sarat dengan pesan-
pesan dakwah. Maka peneliti tertarik untuk meneliti sebuah novel, dengan
mengangkat judul penelitian “Analisis Pesan Dakwah Dalam Novel Pesantren
Ilalang Karya Amar De Gapi”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dari beberapa karya yang telah dihasilkan oleh Amar De Gapi, dalam hal
ini penulis membatasi dengan mengambil salah satu karya yaitu novel ” Pesantren
Ilalang”. Penelitian ini dibatasi pada tiap paragraf dan dialog yang terdapat dalam
novel “Pesantren Ilalang”. Karena buku ini bernuansa Islam, maka diduga di
dalamnya banyak terdapat pesan dakwah yang mengandung unsur-unsur pesan
dakwah yaitu aqidah, akhlak, syariah. Mengacu pada hal di atas, kemudian
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa isi pesan dakwah yang terkandung dalam novel “Pesantren Ilalang”?
2. Apa pesan dakwah yang cenderung mendominasi isi novel tersebut?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pesan dakwah yang disampaikan melalui novel
”Pesantren Ilalang”.
b. Mengetahui pesan dakwah yang paling dominan yang terdapat
dalam novel ”Pesantren Ilalang”.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan praktis yaitu menambah pengetahuan dan wawasan para
juru dakwah mengenai pentingnya pemanfaatan berbagai media
dakwah melalui media cetak yaitu sebuah novel.
b. Kegunaan akademis yaitu memberikan kontribusi tentang
pengembangan media dakwah dengan memasukkan pesan dakwah
ke dalam karya tulis berupa novel
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis isi yang biasanya dipakai untuk
memberikan gambaran secara jelas tentang kecenderungan pesan-pesan dakwah.
R. Hostly mendefinisikan analisis isi sebagai metode analisis isi pesan
dalam suatu yang sistematis menjadi petunjuk untuk mengamati dan menganalisis
pesan-pesan tatanan yang disampaikan oleh komunikator.4
Metode analisis isi juga diartikan sebagai objek data dianalisis secara
manifest, artinya dianalisis menurut apa yang dikatakannya (tersurat) bukan
menurut arti yang terkandung diatas baris demi baris (tersirat)5.
Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi adalah suatu teknik
penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang reflicable (yang
dapat ditiru) dan shahih dari data atas dasar konteksnya6.
Metode yang digunakan analisis isi yakni membaca novel “Pesantren
Ilalang” karya Amar De Gapi yang diterbitkan oleh Diva Press pada tahun 2009,
dan unit pengamatannya adalah tiap paragraph dan dialog yang mengandung
4 R. Hostly. Et al, Konteks Analisis dalam Handbook Psycology, edited by: Gardner
Lindsey 5 Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Teori dan
Aplikasi (Jakarta: PT Raja Garafindo, 2006), h.7 6 Klaus Krippendrof, Analisis isi: Pengantar Teori dan Metodologi (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1993) h.56
pesan dakwah dalam novel tersebut.
1. Alat pengumpulan data:
a. Koding (coding sheet) , yaitu tabel yang berisi kategori-kategori
pesan dakwah yang menjadi objek penelitian. Coding sheet dibuat
berdasarkan kategori yang ditetapkan.
b. Wawancara merupakan alat pengumpulan informasi yang langsung
tentang beberapa jenis data. Teknik yang digunakan adalah
interview terpimpin, yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan
kepada pengarang novel “Pesantren Ilalang”, yang dijawab
langsung dengan bebas dan terbuka. Dalam hal ini penulis
melakukan wawancara dengan Amar De Gapi (pengarang) pada
tanggal 13 Mei 2009 di School Of Universe Parung, Bogor. Penulis
juga berkomunikasi lewat media handphone di nomor
08158397731 dan media facebook atau email dengan alamat
c. Studi dokumentasi, dengan mengumpulkan data-data berupa buku-
buku yang menunjang penulisan skripsi ini, seperti buku penelitian,
buku dakwah, buku komunikasi, dan novel.
Setelah mengumpulkan data-data dari hasil dokumentasi dan wawancara.
Kemudian mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat
ringkas, kemudian hasilnya diuraikan dengan dijelaskan dalam deskripsi hasil
penelitian. Karena teknik analisis data yang dipakai oleh penulis adalah analisis
deskriptif. Maka data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi dan wawancara
dijabarkan dengan memberikan analisis kemudian diambil kesimpulan akhir .
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Kategorisasi
Penyusunan kategorisasi pesan yang diteliti meliputi tiga kategori
besar yaitu aqidah, akhlak, syariah Data tersebut dibuat dalam bentuk
cooding sheets. Dan untuk memperoleh reliabilitas dan validitas
kategori-kategori isi tulisan, dimintakan pengujian kategori kepada tiga
orang juri/koder.
Koder terdiri dari juri 1 adalah Rosdiana yang merupakan alumni
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
juri 2 adalah Robiatul Adawiyah alumni Universitas Indonesia jurusan
Geografi, saat ini mengajar privat dan TPA, juri 3 adalah Amla Eva
Nadya alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Perbankan
Syariah.
Tabel I
Kategorisasi Pesan
NO KATEGORI SUB KATEGORI
1 Aqidah 1. Iman Kepada Allah
2. Iman Kepada Rasul
2. Akhlak 1. Akhlak kepada sesama manusia
2. Akhlak kepada Allah
3. Syariah 1. Ibadah
2. Muamalah
Setelah itu untuk menghitung frekuensi masing-masing kategori
menggunakan rumus sebagai berikut:
P = F X 100%
N
Keterangan: P = Prosentase
F = Frekuensi
N= Jumlah Populasi
b. Analisa Data
Data akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analisa dengan
menggunakan kuantitatif. Kegiatan deskriptif dilakukan dengan menjelaskan dan
menggambarkan tokoh dan menganalisis isi novel ”Pesantren Ilalang” karya Amar
De Gapi. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan yang
cermat mengenai isi novel ”Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi. Dan untuk
memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan dimintakan
pengujian kategori kepada tiga orang juri atau koder. Hasil kesepakatan tim juri
tersebut, dijadikan koefisien reliabilitas dengan rumus dari Hostly7, yaitu:
Koefisien reliabilitas = 2m
N1+N2
7 Jumroni, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet ke-1
Keterangan :
2M : Nomor keputusan yang sama antar juri
NI+N2 : Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M : Kesepakatan antar juri
N : Jumlah yang diteliti
Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antara juri (komposit
reliabilitas) dengan menggunakan rumus:
Komposit reliabilitas = N (X antar juri)
1+(N-1)(X antar juri)
Keterangan :
N : Jumlah juri
X : Rata-rata
c. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti melakukan wawancara dengan penulis novel yaitu Amar De Gapi
pada tanggal 13 Mei 2009, yang bertempat di School of Universe Parung, Bogor.
Kemudian di waktu yang berbeda pada tanggal 8 Juni 2009 penulis bertemu
langsung dengan 3 juri, dan semua data terkumpul pada 22 Juni 2009.
d. Teknis Penulisan
Untuk keperluan skripsi, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta, Ceqda, 2007).
E. Tinjauan Pustaka
Terdapat banyak skripsi yang membahas tentang analisis isi, terbukti
dengan banyaknya skripsi yang ditemukan penulis di Perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi serta di Perpustakaan Utama UIN Jakarta, penulis
menjadikan skripsi berikut sebagai referensi yaitu: Analisis Isi Pesan Dakwah
dalam Novel ”Di Atas Sajadah Cinta” Karya Habiburahman El-Shirazy , ditulis
oleh Zakiyah Fiddini, 2008 unit pengamatan skripsi ini adalah per bab dan dialog,
dengan membagi 3 kategori pesan yaitu aqidah, akhlak syariah. Dalam skripsi ini
pesan dakwah yang paling dominan adalah aqidah dengan prosentase 52,63%,
kemudian akhlak dengan prosentase 26,31%, sedangkan syariah dengan
prosentase 5,26 %.
Kemudian skripsi yang berjudul Analisis Isi Pesan Dakwah dalam novel
”Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer, ditulis oleh Toni Sultoni, 2007.
Secara garis besar ia membahas pesan moral, dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pesan dakwah yang paling dominan yaitu aqidah dengan prosentase
38,1%, akhlak 28,6%, dan syariah 11,2%.
Dari sekian banyak skripsi yang membahas analisis isi, belum terdapat
skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah dalam novel ”Pesantren Ilalang”
karya Amar De Gapi. Oleh karena itu penulis mengajukan judul tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis, maka penulisan skripsi ini
disusun:
BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teoritis, berisikan konseptualisasi dakwah, pengertian pesan
dakwah, unsur-unsur dakwah, pengertian novel dan novel Islam, novel
sebagai bentuk sastra, unsur intrimsik, novel sebagai media dakwah.
BAB III : Sekilas tentang biografi Amar De Gapi, membahas tentang latar
belakang kehidupan Amar De Gapi, unsur intrinsik dalam novel
Pesantren Ilalang, karya-karya Amar De Gapi.
BAB IV : Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Pesantren Ilalang karya Amar
De Gapi, membahas isi pesan dakwah, analisis isi pesan dakwah dan
pesan dakwah paling dominan.
BAB V : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Isi
Dalam bukunya Jalaluddin Rakhmat menjelaskan, definisi analisis isi
(content analysis) merupakan tekhnik penelitian untuk memperoleh keterangan
dari isi komunikasi yang dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan
untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti surat kabar, buku, puisi,
lagu, cerita rakyat, lukisan, novel, dll.8
Menurut Klauss Krippendorf metode analisis isi ialah sebuah teknk
penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasikan
secara sistematik dan objektif karakteristik-karakteristik dalam sebuah teks.9
Menurut Agus Putranto menjelaskan penelitian dengan menggunakan
metode analisis isi yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan penyajian
data yang secara terstruktur serta memberikan gambaran secara terperinci
tentang objek penelitian yaitu berupa pesan komunikasi.10
Menurut Wazer dan Wiener analisis isi adalah suatu prosedur sistematika
yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam.11
Berger menyatakan bahwa, analisis isi adalah teknik penelitian yang
melibatkan pengukuran suatu pesan. Seperti menghitung kekerasan
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,
1993), hal. 19 Klaus Krippendorf, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1993), h. 19, diterjemahkan oleh Farid Wjidi
M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Gintanyali, 2004), hal.146 11
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), hal.68-69
menentuakan presentase orang kulit hitam, atau apapun secara acak dari
beberapa bentuk komunikasi seperti: komik, komedi situasi, opera sabun, berita
dsb.12
B. Pengertian Pesan Dakwah
Pesan (message) dakwah adalah pesan yang dikomunikasikan, dalam
dakwah adalah ajaran Islam yang dikemas dengan baik oleh da’i13
.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pesan dakwah adalah perintah,
nasihat, permintaan amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang
lain14
.
Pengertian dakwah menurut etimologis adalah ‘panggilan, seruan, ajakan’.
Pengertian dakwah menurut istilah dalam arti terbatas yaitu,penyampaian Islam
kepada manusia, baik secara lisan, tulisan,maupun secara lukisan (panggilan,
seruan ajakan kepada manusia kepada Islam)15
Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat mutlak bagi
kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini merupakan kewajiban fitrah
manusia sebagai makhluk sosial (makhluq ijtima’i) dan kewajiban yang
ditegaskan oleh Risallah Kitabullah dan Sunah Rasul16
.
Islam adalah agama dakwah, karena disebarkan dan diperkenalkan melalui
aktivitas dakwah dan mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif dalam
12
Ibidh, hal. 69 13
Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib dan Mubaligh, ( Jakarta: Gema Insani, 2001 ),
h.28 14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997 ), h.761 15
Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Paradigma dan Sistem Islam ,( Jakarta: Gema
Insani, 2004 ), h.152 16
M. Natsir. Fiqhud Dakwah ( Solo: CV. Ramdani, 1965 ), h. 109
berdakwah. Alquran merupakan sumber utama dalam melakukan dakwah, yang
mengandung pesan untuk melaksanakan nilai-nilai kebenaran.17
Dakwah Islam tidak sekedar diartikan sebagai ajaran Islam, tetapi lebih
diartikan sebagai “mengundang” objek dakwah untuk menerima informasi
keIslaman. Dengan demikian, para dai sebagai pengundang harus menempatkan
objek dakwah sebagai tamu yang mesti dihormati.18
Dalam buku Membumikan Al-Quran, Quraisy Syihab berpendapat bahwa
pesan dakwah adalah Al Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist sebagai
sumber utama yang meliputi akidah, ibadah, dan akhlak. Dasar dari pembagian
tersebut merujuk pada tujuan pokok diturunkannya Al-Quran yaitu sebagai
petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia serta petunjuk
mengenai akhlak dengan jalan menerangkan norma-norma agama dan susila.19
1. Unsur-Unsur Dakwah
Dakwah dikatakan berhasil apabila semua unsur dalam dakwah dipenuhi
dan bisa dioperasionalkan dengan baik. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut
adalah :
• Da’i
Seorang da’i hendaknya memiliki kepribadian yang baik bagi
seorang da’i. kepribadian itu bisa bersifat ruhaniah, (psikologis), yang
meliputi sikap, sifat,dan kemampuan diri seorang da’i. sifat dari pribadi
dai diantaranya, iman kepada Allah, ikhlas yang tidak mementingkan
17
Enung Asamaya, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, ( Jakarta: PT Mizan
Publika, 2004 ), h.33 18
Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya ( Jakarta: Gema Insani, 1999 ),
h.80 19
Quraisy Syihab, Membumikan Al-Quran, ( Bandung: Mizan,1997 ), h.40
kepribadian, ramah dan penuh pengertian, tawadhu’ rendah diri, sederhana
dan jujur, tidak egois, sabar20
Seorang da’i menyampaikan dakwah secara sengaja untuk
mengajak setiap manusia ke jalan kebenaran sesuai dengan Al-Quran dan
Hadits. Allah berfirman dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 104:
�����☺����
����������� ���������� � �� ����!�����" #$%�& ��� '(��
�)�*+,-��./� 0�-��1���� 34����5�6�☺�� ,�7 8
�9;<=�� �*+��
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar merekalah orang-orang yang beruntung”
a) Objek Dakwah
Mereka yang menerima dakwah (mad’u) lebih tepat disebut mitra
dakwah daripada sebutan objek dakwah, sebab sebutan yang kedua lebih
mencerminkan kepasifan penerima dakwah, padahal sebenarnya dakwah
adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir
tentang keimanan, syariah, dan akhlak kemudian untuk diupayakan
dihayati dan diamalkan bersama-sama.21
b) Materi Dakwah
Maddah (materi dakwah) adalah masalah isi pesan atau materi
yang disampaikan da’i pada mad’u dalam hal ini sudah jelas bahwa yang
20
Enung Asamaya, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, ( Jakarta: PT Mizan
Publika, 2004 ), h.37 21
Drs. Moh. Ali Aziz, M.Ag, Ilmu Dakwah, h.90
menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu,
membahas yang menjadi dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri,
sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah
dakwah Islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu
pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu,
akidah, syari’ah, akhlak.22
1. Aqidah, secara etimologi diambil dari kata “aqad” yakni ikatan yang
kuat. Dapat berarti juga teguh, permanent, saling mengikat, dan rapat.
Dalam ensiklopedi Islam, aqidah dalam I’tiqad bersifat yang mencakup
masalah masalah-masalah yang berhubungan dengan rukun iman.23
pengertian aqidah secara terminologi yaitu, wajib dibenarkan hati dan
jiwa menjadi tentram karenanya sehingga menjadi suatu keyakinan yang
teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan. Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada
orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam
agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan seperti
aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul24
.
Aqidah dalam Islam adalah bersifat ‘Itiqad bathinyah yang
mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iman.25
a) Iman kepada Allah
22
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71 23
Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT Wijaya, 1971) hal.1 24
AA. Hamid al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta, Niaga
Swadaya, 2004), h.34
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ihklas,1983),
h. 60
b) Iman kepada Malaikat-Nya
c) Iman kepada Kitab-kitab-Nya
d) Iman kepada Rasul-rasul-Nya
e) Iman kepada hari akhir
f) Iman kepada qadha dan qadhar
2. Akhlak, kata akhlak secara etimologi berasala dari bahasa Arab, dalam
bentuk jamak dari khula yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Secara linguistik kata akahlak merupakan isim dari jaid.
Maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang
dari pencipta (Allah Swt). Ada pula yang mengatakan akhlak yaitu
perkataan jama, dari bahsa Arab yang berarti khulk, sedangkan didalam
kamus Al- Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.
Sedangkan di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan akhlak ialah sifat
manusia yang terdidik26. Sedangkan menurut Al-Ghazali akhlak
diartikan sebagai suatu sifat yang tetap pada seseorang yang mendorong
untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah
pemikiran. Secara garis besar akhlak terbagi menjadi:
a) Akhlak kepada Allah
b) Akhlak terhadap sesama manusia
3. Syariah, secara etimologis berarti jalan. Syariah adalah segala yang
diturunkan oleh Allah swt. Kepada nabi Muhammad saw. Berbentuk
wahyu di dalam Al-Quran dan sunnah. Sedangkan secara terminologi
26
Asamaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1992), hal.1
syariah ialah ketentuan (norma) Illahi yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan (ibadah) dan hubungan manusia dengan sesamanya
(muamalah)27. Syariah yang mencakup pengertian dalam hukum-hukum
yang berdalil pasti dan tegas yang tertera dalam Al-Quran dan hadits
shahih atau ditetapkan dengan ijma’.
a) Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah, sholat, zakat,
shaum (puasa), haji bila mampu.
b) Muamalah (dalam arti luas) meliputi: Al-Qununul Khas
(hukum perdata); muamalah (hukum niaga), munakahat
(hukum nikah), waratsah (hukum waris) dan sebagainya.
Kemudian Al- Qunnul’am (hukum publik), hinayah, (hukum
pidana), khilafah (hukum negara), jihad (hukum perang dan
damai) dan sebagainya.
c) Media Dakwah
Media berasal dari bahasa latin yaitu “median” yang berarti alat
perantara. Pengertian media secara istilah segala sesuatu yang dapat
dijadikan alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.28
Media adalah alat atau perantara dalam menyampaikan dakwah,
saat ini para juru dakwah (dai) sudah menggunakan teknologi. Dengan
cara berdakwah melalui berbagai media, seperti media cetak yaitu melalui
buku, koran , majalah dan novel. Melalui media elektronik yaitu radio,
televisi, hingga dakwah melalui internet.
27
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta:PT Pustaka Firdaus, 1994), hal.343 28 Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1993), h.165
d) Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara atau jalan yang hArus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari
kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq29
B. Pengertian Novel dan Novel Islam
1) Pengertian Novel
Novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan dari kata
“novies” yang berarti baru. Menurut Henry Tarigan dalam bukunya Prinsip-
Prinsip Dasar Sastra dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-
jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini
muncul kemudian.
Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa narasi, bersifat
imajinatif, ceritanya lebih panjang dari cerpen, merupakan peniruan dari
kehidupan manusia, dan melibatkan banyak tokoh30
.
Novel adalah salah satu karya yang berbentuk prosa, dimana sastra
adalah karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan, standar
kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan daya
bahasa serta gaya cerita yang menarik.31
29
Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.35 30
Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung:Media Grafindo
Pratama 2006), h.45 31 Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1992),h.99
Novel merupakan satu jenis prosa fiksi. Prosa fiksi adalah karya sastra
yang khasnya mempunyai elemen-elemen seperti: plot, tokoh, setting, dan
lain-lain. Dalam sebuah novel juga cenderung menitikberatkan munculnya
kompleksitas. Novel merupakan produk masyarakat kota yang terpelajar,
mapan, kaya, cukup waktu luang untuk menikmatinya. Di Indonesia, masa
perkembangannya terjadi pada tahun 1970-an.32
2) Pengertian Novel Islam
Novel Islam merupakan novel yang berisikan kisah cerita yang
memiliki nilai-nilai dakwah. Dalam alur cerita novel tersebut, menyisipkan
unsur dakwah. Nilai-nilai dakwah yang dimasukkan dalam isi cerita novel
Islam sengaja dimasukkan oleh pengarang novel. Biasanya nilai-nilai
dakwah yang dimasukkan seperti aqidah, akhlak, syariah.
Novel Islam menurut Amar De Gapi adalah novel yang berkisah
sesuai dengan norma-norma agama Islam. Maksudnya setiap kisah yang
terkandung di dalamnya harus memberi perubahan, wawasan yang baik pada
pembaca. Khususnya pembaca digiring untuk menjadi lebih taat kepada
Allah Swt, juga kisah tentang pembelajaran tentang aturan Islam33
Menurut Sunarwoto Prono Legsono dalam buku Menandai
Kebangkitan Fiksi Islam, mengartikan sastra Islami dalam 3 bagian:
32
Jacob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1970-1977, (Bandung: Alumni,
1999), h.12
33
Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu, 13 Mei 2009
1) Sastra Islami adalah karya sastra yang menampilkan persoalan
(tema) dan latar belakang dunia Islam. Tidak hanya dalam
konteks Indonesia, tetapi dunia Islam secara universal.
2) Sastra Islami adalah karya yang menampilkan tokoh-tokoh Islam.
Para pelaku cerita adalah orang-orang Islam yang berjuang atau
memperjuangkan ke-Islamannya.
3) Para penulis adalah orang-orang Islam.
C. Novel Sebagai Bentuk Sastra
Karya sastra adalah karya yang kreatif, sehingga ada hal yang baru
muncul, sastra mempunyai intensitas terhadap realitas bukan sekedar meletakkan
kembali realitas tersebut.34
Dalam hal ini beberapa para ahli yang mengungkapkan pengertian dari
sastra:
1) Menurut M. Atar Semi, bahwa sastra adalah bentuk seni kreatif yang
objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa
sebagai medianya.35
2) Panuti Sujiman mengemukakan, sastra adalah karya lisan dan tulisan yang
memilki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, karakteristik,
keindahan dalam isi dan ungkapannya.36
34
Goenawan Muhammad, Sejarah Sastra Indonesia, Perkembangan Yang Tak Pernah
Mengagetkan,( Prisma no.8 tahun 1998 ), h.53 35
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, ( Padang: Angkasa Raya, 1998 ), h.8
3) Menurut Jan Van Luxembrug, pada dasarnya sastra adalah seni kreatif.
Hal ini lahir karena adanya objek peristiwa dari kegiatan manusia itu
sendiri. Dan sastra merupakan ciptaan sebuah kreasi bukan semata-mata
sebuah imitasi.37
Segala yang berhubungan dengan sastra adalah sesuatu yang bisa dipahami
dan dimengerti. Dan sebuah karya sastra selalu mengandung banyak pesan di
dalamnya, yang dirangkai dengan kata-kata indah.
D. Unsur Inrinsik Novel
Novel memiliki unsur-unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung)
turut membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang
membuat sebuah novel berwujud. Unsur yang dimaksud antara lain: plot, tokoh
dan penokohan, latar atau setting, point of view atau sudut pandang.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi. Menurut Welleck dan
Warren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro bahwa unsur-unsur tersebut
antara lain keadaan subjektifitas penagarang yang memiliki sikap, keyakinan dan
pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.38
36
Panuti Sujiman, Kamus Istilah Sastra, ( Jakarta: UI Press, 1990 ), h.71 37
Jan Van Luxembrug, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko, (Jakarta: PT
Gramedia, 1989 ), h.112 38 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University
Press,1995), h.23
Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel atau prosa yaitu:
1. Plot
Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang
sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi lain39. Hal itu kiranya
beralasan, sebab kejelasan plot, kejelasan tentang kaitan antara peristiwa yang
dikisahkana secara linear, akan memepermudah pemahamankita terhadap
cerita yang ditampilkan. Kejelasan plot dapat berarti kejelasan cerita,
kesederhanan plot berarti kemudahan serita umtuk dimengerti. Sebaliknya plot
sebuah karya fiksi yang kompleks dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar
peristiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami40
.
Plot sering dikupas menjadi lima elemen penting, yaitu pengenalan,
timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan masalah41.
Secara teoritis plot dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, plot
progresif atau lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang diceritakan bersifat
kronologis, peristiwa yang pertama kali diikuti oleh (atau: menyebabkan
terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara berurutan cerita
dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik),
tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Kedua, plot
regresif atau alur sorot balik (flash back), yakni peristiwa yang diceritakan
tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mulai
dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita
39
Ibid , h.110 40
Ibid , h.120 41 Jacob Sumardjo dan Saini K. M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia 1986), h.49
dikisahkan. Namun tidak ada novel yang secara mutlak berplot lurus-
kronologis atau sebaliknya sorot-balik. Maka Burhan Nurgiantoro dalam
pembahasan yang sama mengenai plot, menambahkan satu kategori plot yaitu
progresif-regresif atau dapat dinamakn plot-campuran42.
2. Tokoh dan Penokohan
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagio
jawaban terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel itu?”, atau ada
beberapa jumlah pelaku novel itu?” dan lain sebagainya. Watak, perwatakan,
dan karakter,menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafirkan
oleh pembaca, lebih menunujuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang
ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.
Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu
dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Atau seperti yang dikatakan Jones,
sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita43
.
Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis,
tritagonis, dan tokoh pembantu:
a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritannya dalam sebuah
novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termasuk konflik sehingga
42
Burhan Nurgiantoro, , Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University
Press,1995), h.153-156
43
Ibid, h. 164-165
tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot44
. Kriteria yang
digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan
tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh-tokoh
didalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita45.
b. Tokoh Protagonis
Altenberhand dan Lewis, sebagaimana yang dikutip oleh Burhan
Nurgiantoro, megartikan tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita
kagumi, tokoh yang merupakan pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai
yang ideal bagi kita46
.
c. Tokoh Antagonis
Yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh protagonis sehingga terjadi
konflik dalam cerita47
d. Tokoh Tritagonis
Yaitu tokoh yang menjadi penengah antara pelaku protagonis dengan
antagonis.
e. Tokoh pembantu atau tambahan
44
Ibid , h. 176 45
Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam
Layar Terkembang, (Bandung : Katarsis, 2003), h.16 46
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University
Press, 1995), h. 178 47
Ibid , h.180
Yaitu pelaku yang bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian
mata rantai cerita pelaku pembantu, mungkin berperan sebagi pahlawan,
mungkin juga sebagai penenang atau penengah jika terjadi konflik.
3. Setting atau latar
Latar atau setting, menurut M.H. Abrams adalah sebagaimana yang
dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, dapat juga disebut sebagai landas tumpu yang
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar atau tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu
lampau berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu temapat yang
diceritakan dalam karya fiksi48.s
4. Point Of View
Sudut pandang atau point of view oleh Robert Stanton, sebagaimana yang
dikutip oleh Adib Sofia dan Sugihastuti, diartikan sebagai posisi yang merupakan
dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki
hasil yang sangat memadai49
.
Sudut pandang dalam novel tersebut memiliki keindahan dan tatanan
bahasa, yang tetap sesuai dengan gaya bahasa sastra dan menggugah pembacanya
48
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gajah mada University
Press, 1995), h.81 49 Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam
Layar Terkembang, (Bandung : Katarsis, 2003) h.16
untuk terus membaca dan tidak merasa bosan terlarut dalam cerita yang
diceritakan.
Unsur lain yang menarik dari novel dapat dilihat dari isi dialog dalam
sebuah novel. Dialog dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
percakapan (sandiwara atau cerita), atau karya tulis yang disajikan dalm bentuk
percakapan antara dua tokoh atau lebih50
.
E. Novel Sebagai Media Dakwah
Tulisan merupakan salah satu dari sekian banyak cara dalam berdakwah,
saat ini telah banyak penulis yang mengaplikasikan hal tersebut ke dalam sebuah
buku. Novel merupakan salah satunya, banyak pembaca yang menikmati novel
Islam.
Novel Islam dibuat karena hal itu merupakan salah satu cara mengemas
materi dakwah agar selalu terlihat menarik, tidak monoton, dapat menghibur,
dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, pembaca juga membaca ulang
materi dakwah yang disampaikan jika lupa.
Dakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah Rasulullah Saw.
Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat pada sejumlah pengurus Arab
saat itu Atau yang paling mungkin lagi karena pesan pertama Al-Quran adalah
membaca, tentu perintah membaca ini erat kaitannya dengan perintah menulis51
.
Sebuah novel bernilai dakwah bila segala unsur yang terdapat dalam novel
tersebut memiliki pesan-pesan dakwah dan nilai-nilai keislaman. Hal itu juga bisa
50
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1988), h. 204 51
Aep Kusnawan, Berdakwah Lewar Tulisan, (Bandung : Mujahid, 2004), h.5
dilihat dari pribadi pengarangnya, keinginan pengarang dalam berdakwah, dan
pengetahuan pengarang mengenai Islam.
Dalam novel terdapat banyak pesan-pesan dakwah yang dapat
disampaikan dari setiap uraian kalimat yang diuntai oleh pengarang. Pengarang
juga dapat menyisipkan pengetahuan Islam mereka kedalam alur cerita sebuah
novel. Pembaca juga dapat mengikuti alur cerita yang dibuat pengarang, pembaca
mulai menenggelamkan atau menyatu dengan alur cerita. Biasanya tanpa sadar
pembaca, juga ikut membayangkan dan ikut merasakan menjadi tokoh utama .
Pemanfaatan novel Islam sebagai media komunikasi dakwah merupakan
salah satu alternatif pengarang dalam mencapai target dakwah penggemar novel.
Pengarang sebagai dai bisa memasukkan materi-materi dakwah dan referensi
mengenai pengetahuan Islam ke dalam teks narasi dalam sebuah novel
Dengan membaca novel Islam, secara tidak langsung pembaca telah
mendapat pesan-pesan dakwah dan pengetahuan tentang Islam, pembaca juga
tidak merasa digurui. Novel juga dapat memberikan waktu kepada pembaca untuk
memahami pesan-pesan dakwah dalam novel tersebut. Pembaca diharapkan dapat
mengaplikasikan pesan-pesan dakwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari
BAB III
SEKILAS TENTANG BIOGRAFI AMAR DE GAPI
A. Latar belakang Kehidupan Amar De Gapi
Penulis novel Pesantren Ilalang adalah Amar De Gapi yang merupakan
nama pena dari Muammar S.Si. Pria kelahiran Blang Kumot, Aceh pada 12
Januari 1977, saat ini bermukim di komplek Griya Melati, Blok D, Bubulak
Bogor. Bang Amar begitu pria ini akrab dipanggil, merupakan pribadi yang
sedikit pemalu, saat ditemui disela-sela aktivitas mengajarnya di sekolah alam
pada Rabu, 13 Mei 2009 di daerah Parung. Bang Amar banyak bercerita tentang
dirinya. Alasan mengapa ia menggunakan nama pena juga dijelaskan, Amar
merupakan nama panggilannya sejak kecil. Sedangkan Gapi merupakan sebutan
bagi anak-anak Aceh yang memiliki kulit putih atau cerah.
Bang Amar juga menceritakan kalau dia merupakan anak kedua dari
pasangan M. Yacob dan Khadijah Yusuf. Kakaknya sudah lama merantau jadi
perhatian orang tuanya tercurah seluruhnya untuknya. Saat bang Amar kecil,
pemberontak GAM telah membuat keadaan di Aceh menjadi daerah operasi
militer, karena GAM telah membuat rakyat Aceh risau. Bang Amar juga termasuk
anak yang jahil, suasana di Aceh sedikit mencekam bila malam tiba. Pada waktu
itu bila Maghrib tiba pintu rumah sudah mulai tetutup.
Bang Amar kecil bersekolah di SDN Lhok Igeuh, Aceh Pidie. Dia
bercerita saat SD dia termasuk anak yang cukup nakal. Dia suka tidak mengikuti
pengajian, dan malah bersembunyi di kolong tempat tidur, biasanya ayahnya akan
memarahinya.52
Bang Amar tergolong anak yang cukup pintar karena, ia selalu bersekolah
di sekolah negeri, seperti pendidikan SMP yang ditempuhnya di SMP No.1 Kota
Bakti, Aceh Pidie. Kehidupannya semasa SMP sama seperti anak SMP
kebanyakan. Bakat menulisnya telah terlihat sejak kecil. Tapi ia mulai
52
Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009
memberanikan diri untuk mempublikasikan tulisannya, saat ia duduk bangku
SMA yang ditempuhnya di SMA N Darussalam Banda Aceh. Saat itu ia
mengikuti semacam lomba menulis kreatif yang diadakan oleh kantor pos dekat
rumahnya dan tidak disangka dirinya memenangkan lomba tersebut, bahkan
tulisannya sempat dipajang di kantor pos tersebut53.
Hobi menulisnya berlanjut hingga di bangku kuliah, bang Amar berkuliah
di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh jurusan Matematika. Bang Amar
merupakan mahasiswa yang cukup aktif, ia merupakan salah satu anggota BEM,
sehingga biasanya tulisannya dimuat di buletin kampus. Terbukti dengan
pengalaman organisasinya sebagai Ketua Humas KAMMI periode 1998-2001
daerah Aceh, Banda Aceh, NAD. Kemudian ia juga menjabat sebagai Ketua
Rohani Islam (Rohis) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA Unsyiah,
Banda Aceh-NAD periode 1999-2001. Ia juga menjadi Ketua Bidang Jurnalistik
dan Data, Social Service Centre, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI) Banda Aceh pada tahun 1998-2001, karena dirinya aktif menulis54.
Dia juga cukup sering mengirimkan hasil tulisannya ke majalah-majalah
Islam seperti Annida, Sabili, Koran Republika dan masih banyak lagi. Biasanya
tulisannya berkisah tentang pengalaman pribadi yang dialaminya, maupun
pengalaman pribadi orang lain yang diceritakannya kembali ke dalam tulisan
dengan sangat baik.
Sama halnya dengan novel Pesantren Ilalang yang merupakan novel
pertamanya. Novel ini merupakan pengalaman pribadinya saat mengajar di
53 Ibidh 54
Ibidh
Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil selama
2001-2004. Pengalamannya selama mengajar selalu ditulisnya dibuku catatan
hariannya, sehingga tidak ada satu pun kejadian menarik yang dialaminya luput
dari tulisannya55.
Bang Amar beraktivitas sebagai pengajar di sekolah alam (School of
Universe) Parung, Bogor. Bang Amar sangat dekat dengan dunia pendidikan,
karena dia menganggap mengajar sama dengan berdakwah. Bang Amar sangat
mendedikasikan dirinya dalam mengajar, ia hampir mempergunakan seluruh
waktunya di sekolah dari pukul 08.00-16.00, dirinya berada di sekolah. Jadi ia
jarang sekali berada di rumah, ia mengkhususkan waktunya pada hari Sabtu dan
Minggu hanya untuk keluarga.
Dalam urusan rumah tangga Bapak dari Muhammad Faruq Abdillah dan
Muhammad Afif Abdillah ini menyerahkan masalah pendidikan yang terbaik
untuk anaknya kepada sang istri Susanna. Kebetulan istrinya merupakan lulusan
S2 IPB, sehingga sang istri mendedikasikan seluruh waktunya menjadi ibu rumah
tangga, hanya untuk mencurahkan segala perhatian kepada anaknya. Bapak yang
satu ini sangat menyayangi keluarganya, ia juga sempat menyatakan alasan
mengapa ia memberanikan diri untuk mengirimkan tulisannya kepada penerbit
yaitu agar hasil tulisannya kelak bisa menjadi referensi yang baik bagi anak
cucunya kelak dan anaknya bisa belajar dari pengalaman pribadi bapaknya.
55
Ibidh
Alasan yang cukup sederhana tetapi merupakan salah satu hal yang cukup
penting56.
Sebenarnya tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mengirimkan
hasil tulisannya selama mengajar di Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin,
Subulussalam-Aceh Singkil, dijadikan sebuah novel. Hal ini bisa terwujud karena
dorongan sang istri, saat mengetahui dirinya telah menyelesaikan tulisannya, sang
istri memberikan ide untuk mengirimkannya kepada penerbit. Saat itu bang Amar
berfikir kenapa tidak dicoba, kemudian dia memasukkan hasil tulisannya ke
sebuah penerbit. Tetapi ternyata penerbit tersebut menolak untuk menerbitkan
tulisannya menjadi novel. Alasan penerbit tersebut menolak tulisan bang Amar
karena tulisannya tidak sesuai dengan konsep penerbit tersebut57
.
Bang Amar tidak berputus asa, ia kemudian mencari tahu tentang penerbit
lewat browsing internet. Kemudian pilihannya jatuh ke penerbit diva press, karena
menurutnya cover buku yang diterbitkan penerbit tersebut sangat menarik. Saat ia
mengirimkan tulisannya ke penerbit diva press tidak berselang lama, ia dikabari
pihak penerbit bahwa tulisannya bisa diterbitkan menjadi sebuah novel. Hal ini
bisa terwujud berkat dorongan istri dan teman-temannya. Bahkan teman
mengajarnya ada yang didaulat menjadi editor untuk mengoreksi apabila terdapat
kesalahan pada tanda baca pada tulisannya58
.
Bang Amar sangat mencintai pekerjaannya sebagai pengajar disekolah
tempatnya mengajar saat ini, karena sekolah alam dimana ia mengajar merupakan
sekolah inklusif. Sekolah alam tersebut juga memiliki metode belajar khusus,
56
Percakapan melalui handphone, pada 2 Juni 2009 57 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 58
Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009
yaitu anak didiknya belajar di alam terbuka. Anak didik bang Amar di sekolah
alam juga tidak hanya berasal dari anak-anak normal seperti kebanyakan, tetapi
juga terdapat anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti anak-anak autis
yang bersosialisasi di kelas yang sama. Dalam menghadapi anak-anak dengan
kebutuhan khusus bang Amar dituntut memiliki kesabaran lebih dibanding dengan
mengajar anak-anak normal lain. Metode belajar yang diberikan juga tidak sama
dengan anak-anak normal. Selain harus memiliki kesabaran lebih, dirinya juga
dituntut harus memiliki daya kreatifitas tinggi dalam mengajar59
.
Novel Pesantren Ilalang menceritakan segala pengalaman pribadi yang
dirasakan Bang Amar selama mengajar di Pondok Pesantren Modern Husni
Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil. Novel ini sedikit berbeda dengan novel-
novel best seller lain yang banyak menekankan cerita tentang percintaan. Novel
ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi tenaga pengajar lain yang baru terjun
menjadi pengajar di tempat terpencil dengan segala keterbatasan fasilitas.
Novel ini bisa menjadi sedikit gambaran bagi pembaca yang belum pernah
merasakan kehidupan pesantren. Dalam novel ini bang Amar juga ingin
menyampaikan pesan bahwa keterbatasan fasilitas tidak membuat anak-anak
didiknya patah semangat. Bahkan mantan anak didik bang Amar di pesantren ada
yang menuntut ilmu sampai ke negara Mesir. Dan tidak sedikit yang melanjutkan
ke perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan fasilitas tidak
membatasi prestasi seseorang, asal kita memiliki niat, doa, dan usaha.
59
Ibidh
Pesantren Ilalang merupakan novel perdana bang Amar, ia berharap novel
ini dapat menjadi awal yang baik bagi dirinya dalam melakukan aktivitas dakwah
melalui media tulisan atau novel. Bang Amar berharap novel Pesantren Ilalang
dapat diterima masyarakat dan penggemar novel Islam.
Saat ini bang Amar juga sedang menulis mengerjakan novel berikutnya,
masih berkisah mengenai pengalaman pribadinya sendiri. Novel ini bercerita
tentang masa kecil bang Amar di Aceh, yang saat itu masih dilanda kecemasan
karena saat itu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melakukan pemberontakan dan
berkuasa. Bang Amar ingin menggambarkan bagaimana suasana sangat
mencekam dan rasa tidak aman mengancam warga Aceh sewaktu-waktu saat itu60
.
Bang Amar sangat independent dalam menulis, karena dirinya menulis
sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya dan apa yang dirasakannya.
Dirinya mengaku tidak pernah terpengaruh oleh karya-karya pengarang novel
lain. Itu sebabnya dia lebih memilih membuat novel berdasarkan pengalaman
pribadi dirinya61.
Menulis merupakan salah satu cara bang Amar dalam berdakwah, namun
dirinya mengaku akivitasnya sebagai pengajar juga merupakan salah satu cara
dalam berdakwah. Ia akan sangat senang bila novel Pesantren Ilalang bisa
menjadi referensi postif bagi pembacanya. Bang Amar juga sempat bercerita
novel Pesanten Ilalang akan segera diterbitkan di negara Malaysia. Dan novel
berikutnya yang saat ini sedang dikerjakannya bisa segera diterbitkan62
.
60
Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 61
Percakapan melalui handphone pada 2 Juni2009 62 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009
B. Unsur Intrinsik dan Sinopsis Novel Pesantren Ilalang
a) Unsur Intrinsik Dalam Novel Pesantren Ilalang
Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Pesantren Ilalang, diantaranya
adalah:
1.Plot
Dalam novel Pesantren Ilalang cerita yang digambarkan termasuk
dalam kategori plot progresif atau lurus, yaitu novel ini mulai
menceritakan tentang alasan tokoh utama bisa mengajar di Pasantren yaitu
tahap awal, yang terdapat dalam novel berikut:
Kujalani hidup ini dengan sebuah keyakinan akan skenario Tuhan. Meski serba kebetulan dan tak diharapkan, dan meski dengan sedikit rasa
keikhlasan di dada, tetap bisa memberi warna lain akan jalan hidup. Profesi yang kujalani sekarang sebagai seorang guru: jauh dari harapan,
dan tak pernah singgah di impianku. Latar belakang pendidikanku yang di
fakultas MIPA Matematika bertolak belakang dengan apa yang kujalani
sekarang. Setelah lulus kuliah, tawaran mengajar di Pesantren as-Salam,
menghadapkanku pada kenyataan lain: menjadi seorang guru di tempat
yang terpencil? Segala predikat harus kutanggalkan sejenak. Melipat rapi
dalam benak kepala63
.
Kemudian masuk ke tahap tengah atau konflik, seperti kutipan
dalam novel berikut:
Rahmad duduk di bangku kelas tiga Tsanawiyah, dia tergolong anak
pintar. Dia sering jadi bintang dilapangan sepak bola, dia juga selalu
mengumandangkan azan dan dan ayat-ayat suci al-Quran di masjid. Namun rahmad menjadi pribadi yang berbeda saat dikirimi kabar melalui
surat bahwa ayahnya yang menjadi tulang pungung keluarganya ditangkap polisi karena terlibat kasus narkoba. Dirumahnya, ditemukan satu
kilogram pil ekstasi yang berasal dari temannya di Medan. Rahmad menangis tersedu-sedu, ia menyesali setiap butir nasi yang masuk ke
dalam perutnya, setelah tahu itu adalah hasil dari penjualan barang haram. Puncak dari kegamangan jiwanya, ia kabur dari pesantren64.
Dan akhirnya sampai pada tahap akhir atau penyelesaian, yang
terdapat dalam novel berikut:
63 Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.7-9 64
Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h. 141-143
Didalam laci lemari Rahmad ditemukan surat yang berisi tentang
keinginannya untuk pergi berjihad ke Ambon.Ustadz Kemal yang merupakan guru yang paling dekat mendapat tugas untuk menyusul
Rahmad ke Medan, mencari dimana pos relawan jihad Ambon. Ketika tiba di Medan dan bingung harus mencari kemana, akhirnya Ustadz Kemal
berinisiatif menghubungi Ustadz Amir yang rumahnya berada di Binjai. Dan ternyata Rahmad juga berada disana, karena Rahmad juga
kebingungan dan tidak menemukan posko jihad Ambon. Setelah bertemu dengan Rahmad, hari itu juga aku langsung membawa Rahmad ke
pesantren65
.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam novel yang memiliki beberapa cerita ini dapat dibedakan
menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh
pembantu.
a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam novel
tersebut adalah Ustadz Kemal, Siti, Rahmad, Kepala Sekolah,
Ustadzah Ainun.
b. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, sesuai dengan novel tersebut adalah Ustadz Kemal.
c. ]Tokoh antagonis adalah tokoh yang menantang protagonis,
sesuai dengan novel tersebut adalah Amran, Rahmad.
d. Tokoh tritagonis adalah tokoh penengah, sesuai dengan novel
tersebut yaitu Ustadzah Sarah, Ustadzah Mutia, Ustadz Ramzy.
e. Tokoh Pembantu atau tambahan yaitu tokoh pembantu pelaku tokoh utama yaitu Fauzan, Haris, Ustadz Amir.
3. Setting atau latar
Latar tempat cerita dalam novel merupakan Pondok Pesantren
Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil, berada di perbatasan
Sidikalang dan Nangroe Aceh Darussalam. Latar waktu dalam novel
dikisahkan pada tahun 2001 sampai tahun 200466.
65 Ibid, h. 144-147
66 Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h 6
Latar sosial Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin,
Subulussalam-Aceh Singkil berada di daerah perbatasan dan
perkampungan yang cukup jauh letaknya dari kabupaten kota, masyarakat
sekitar pesantren masih memiliki pemikiran tradisional dan masih dekat
dengan budaya mistis, pengetahuan agama belum diaplikasikan dengan
baik. Dan mata pencaharian masayarakat sekitar masih tradisional, seperti
berburu (keluar-masuk hutan), menjadi sopir angkutan, buruh tani dan
pekerjaan kasar lain67
.
4. Point Of View
Sudut pandang yang digunakan pengarang sudut pandang orang
pertama karena pengarang memposisikan dirinya sendiri dalam cerita. Tata
bahasa yang digunakan oleh penulis juga sudah baik dan telah memenuhi
standard Ejaan Bahasa Indonesia yang telah disempurnakan. Gaya bahasa
yang digunakan juga menggugah hati pembaca. Pembaca juga digiring ke
dalam alur cerita yang menarik dan tidak mudah ditebak.
b) Sinopsis Novel Pesantren Ilalang
Dalam benak Ustadz Kemal tidak pernah terlintas dalam
pikirannya selepas lulus kuliah di sebuah Universitas di Banda Aceh, dia
akan menjadi seorang guru, tapi kenyataan berbeda dengan harapan dan
impian68
.
67 Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.71 68
Ibidh, h.19
Setelah lulus kuliah dirinya ditawari pekerjaaan sebagai guru/ustadz di
pesantren as-Salaam, letak pesantren tersebut cukup jauh dari kota Banda
Aceh, terletak di perbatasan Aceh dan Medan, Aceh-Singkil. Semula dia
ditawari mengajar dengan gaji sebesar Rp 450.000,- tidak sesuai dengan
kenyataan, karena menurut Kepala Sekolah ustadz Kemal hanya
mendapat gaji sebesar Rp 300.000,- terkadang gaji tersebut dibayar tidak
tepat waktu, mengingat keuangan yayasan tidak cukup baik69
.
Keuangan yayasan hanya bergantung dari iuran para santri dan tidak
sedikit santri yang menunggak iuran bulanan. Karena orang tua para santri
berasal dari keluarga kurang mampu. Biasanya mereka hanya bekerja
keluar masuk hutan untuk berburu atau menjadi supir angkutan.
Ustadz Kemal mengaajar lebih daari lima mata pelajaran, kkhususnya
mata pelajaran karena background pendidikannya yang berasal dari
fakultas MIPA. Guru di as-Salam, banyak yang tidak betah dengan kondisi
tersebut sehingga, banyak guru yang menyerah dan meninggalkan as-
Salaam.Perasaan tersebuut sering menghinggaapi perasaan Ustadz Kemal,
tetapi perasaan tersebut mulai hilang ketika memikirkan para santri70
.
Sebagai guru ustadz Kemal juga bertindak sebagai teman curhat para
santri, mereka malah sering meminjaam uang kepada Ustadz Kemal saat
kiriman uang dari orang tua mereka belum tiba. Seiring dengan waktu
ustadz Kemal menganggap para santrinya sebagai teman dan saudaranya.
69 Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h. 35 70
Ibidh, h.79
Tahun pertama ustadz Kemal dihadapkan dengan masalah, ada salah
satu santri putri bernama Siti, mengalami kesurupan. Selama beberapa
bulan Siti selalu kerasukan, tidak banyak hal yang dapaat dilakukan oleh
para guru, saat Siti kesurupan para guru dan santri hanya bisa
membacakan Ayat Kursi, karena tidak ada penghuni pesantren yang bisa
melakukan pengobatan ruqyah, seperti yang dicontohkan Rasulullah.
Setelah diselidiki ustdz Kemal ddaan atas pengakuan para jin yang
merasuki Siti. Para jin tersebut disuruh merasuki tubuh Siti oleh salah satu
santri, yang bernama Amran. Tidak jelas, mengapa Amraan melakukan hal
tersebut. Setelah ustadz Kemal melakukan penggeledehan di kamar santri
putra, dia menemukan sekumpulan penggalan ayat alQuran, lengkap
dengan arti dan kegunaan penggalan ayat al Quran, bungkusan kain, serta
selongsong peluru. Akhirnya barang-barang tersebut dibawa ustad Kemal
untuk dimusnahkan. Sedangkan Siti setelah kembali kerumah orang
tuanya, beberapa bulan kemudian akhirnya jin yang merasuki tubuh Siti
tidak pernah merasuki tubuhnya lagi71
.
Pada tahun kedua, pesantren as-Salam kedatangan guru baru, usatadz
Iman. Dia membaawa suasana baru, karena semenjak kedatangannya,
terdapat program renungan Shubuh, para santri juga dapat mengisi pidato
bergantian. Masalah yang dihadapi adalah seoraang santri yang bernama
Rahmad tertimpa masalah saat mengetahui ayahnya adalah seorang
pengedar narkoba, dia sangat terpukul menghadapi masalah tersebut dan
71
Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h. 55
memutuskan untuk pergi berjihad ke Ambon, tetapi akhirnya dia kembali
ke pesantren dijemput ustad Kemal. Permasalahan kembali muncul saat
ada seorang anak yang merupakan warga desa sekitar pesantren yang
tersambar petir. Setelah kejadian tersebut para santri jaadi lebih sering
beribadah, mereka melakukaan shalat berjamaah tepat pada waktunya,
mereka rajin melakukan tadarus, mereka belajar dengan sangat rajin,
mereka sebenarnya takuta akan kematian ynag datang tidak terduga72
.
Pada tahun ketiga, ustad Kemal mengajar, dia diangkat menjadi Kepala
Sekolah pessantren as-Salam. Setelah ustadz Iman diterima menjadi PNS,
dan menikah dengan ustadzah Mutia. Tidak banyak pilihan guru yang akan
dijadikan kepala sekolah. Saat menjadi kepala sekolah, masalah yang
dihadapinya adalah saat mengetahui santrinya yang bernama Haris ditimpa
musibah, karena Haris dituduh membeli barang tadahan. Dia membeli
parabola dari temannya yang ternyata adalah barang hasil curian. Haris
dipanggil ke kantor polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatan
yang tidak dilakukannya73
.
Tahun ketiga merupakan tahun terakhir ustadz Kemal berada di As-
Salam karena dia menikah dan mendapatkan seorang istri yang shalehah,
yang medapat beasiswa di sebuah perguruan tinggi di luar negeri. Tetapi
kenangannya selama mengajar di as-Salam tidak akan pernah dia lupakan.
Pengalamanya, tersebut ditulis disebuah buku catatan hariannya, dan
72 Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.188 73
Ibidh, h. 209
kemudian dijadikan sebuah novel untuk mengabadikan pengalaman
hidupnya, dan berbagi pengalaman dengan para pembaca74.
C. Karya-karya Amar De Gapi
Pada tahun 1998 membuat Solving Linier Equation System Using
Gauss Seidel Method karya tulis yang dibuat sesuai dengan ilmu yang
dipelajari bang Amar dibangku kuliah. Pada tahun 2000 karyanya yang
berjudul Pancaran di Kursi Pengantin dimuat di Surat Pembaca majalah
Annida75.
Masih pada tahun 2000 bulan April karyanya yang berjudul Air
Mata Megawati dipublikasikan pada Surat Pembaca, majalah SAKSI.
Tepat di tahun yang sama pula karyanya yang berjudul Ramadhan
Bersama KAMDA dimuat di berita Republika yang terdapat bagian kolom
daerah. Kemudian novel perdananya yang diterbitkan pada Februari 2009
yaitu Pesantren Ilalang76
.
74
Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.285 75 Percakapan melalui facebook pada 13 Juni 2009 76
Ibidh
BAB IV
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PESANTREN
ILALANG KARYA AMAR DE GAPI
A. Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang
Pada pembahasan Bab IV ini penulis akan menguraikan data dalam
memperoleh validitas dan reliabilitas tentang isi pesan dakwah dalam novel
“Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi. Data yang diolah berupa kalimat atau
dialog yang terdapat dalam paragrap yang mengandung pesan dakwah.
Pengolahan data pada novel “Pesantren Ilalang” sesuai dengan kategori
yang ditentukan, yaitu kategori pesan aqidah, yang meliputi Iman kepada Allah,
Iman Kepada Rasul, Iman Kepada Kitab. Kemudian akhlak yang meliputi akhlak
kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia. Selanjutnya kategori syariah
dengan subkategori ibadah dan muamalah, yang kemudian akan ditmapilkan
dalam data dan jumlah frekuensi.
Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori isi pesan dalm novel
“Pesantren Ilalang”, peneliti membuat pengujian kategori yang sudah penulis
tetapkan kepada tiga orang juri yang dipilih berdasarkan latar belakang
pendidikan mereka dan pengetahuan mereka dalam bidang dakwah dan
komunikasi. Koder terdiri dari juri 1 yaitu Amla Eva Nadya, juri 2 yaitu Rosdiana,
juri 3 yaitu Robiatul Adawiyah. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan
sebagai koefisien. Berikut ini adalah table rincian kesepakatan antar juri.
Untuk memperoleh koefisien reliabilitas kategori antar juri, penulis
menguraikan rumus dari Hostly77, sebagai berikut:
Koefisien reliabilitas = 2M
N1+N2
2M = Nomor keputusan yang sama antar juri
NI+N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M = Kesepakatan antar juri
N = Jumlah yang diteliti
Tabel yang menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri berada pada
halaman lampiran.
Berikut ini adalah tabel hasil kesepakatan antar juri:
Tabel 2
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Ke 1 dan 2 73 65 8 0,89
Ke 2 dan 3 73 67 6 0,91
Ke 1 dan 3 73 71 2 0,97
77
Jumroni, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet ke-1
Dari tabel diatas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2
sebesar 0,89 , menujukkan bahwa terdapat kesepakatan yang cukup tinggi antar
juri. Pada kesepakatan juri 2 dan 3 nilai kesepakatannya sebesar 0,91, angka
tersebut menunjukkan kesepakatan yang tinggi antar kedua juri. Sedangkan
kesepakatan tertinggi berada pada kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,97, itu
berarrti juri 1 dan juri 3 lebih memahami pesan-pesan dakwah yang terdapat
dalam novel “Pesantren Ilalang”.
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri dapat dihitung dengan rumus komposit reliabilitas sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas = N (X antar juri)
1+(N-1) (X antar juri)
Keterangan :
N = Jumlah juri
X = Rata-rata
Aqidah = 47:73 = 0,64
Akhlak = 60:73 = 0,82
Syariah = 96:73 = 1,31
Jadi 0,64+0,82+1,31 = 2,77
Komposit Reliabilitas = N (X antar juri)
1+(N-1) (X antar juri)
= 3 (2,77)
1+(3-1)(2,77)
= 8,31
1+5,54
= 1,27
Dari hasil yang ditemukan penulis maka rata-rata tingkat kesepakatan
antar juri cukup tinggi yaitu sebesar 1,27.
Setelah penulis melakukan perhitungan reliabilitas kepada tiga juri
terhadap kategori-kategori yang telah penulis buat. Selanjutnya akan ditampilkan
data mengenai kalimat atau dialog dalam paragraf yang mengandung pesan
dakwah, kemudian dihitung mendapatkan nilai frekuensi dari masing-masing
kategori tersebut.
Berikut ini merupakan rincian hasil penelitian dengan memakai rumus
penelitian:
P= F/N X 100%
Keterangan:
P : Presentase
F :Frequensi data
N : Jumlah data yang dimaksud
Tabel 3
Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Aqidah
Novel “Pesantren Ilalang”
No. Kategori pesan aqidah F %
1. Iman kepada Allah 16 94,1
2. Iman kepada Rasul 1 5,9
17 100
Dari rincian hasil kategorisasi diatas menunjukkan pesan aqidah yang
terdapat dalam novel ”Pesantren Ilalang” adalah pesan yang mengandung unsur
Iman kepada Allah yang mendominasi terlihat dari hasil prosentase Iman Kepada
Allah sebanyak 94,1%, sedangkan prosentase Iman kepada Rasul hanya 5,9%.
Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan
aqidah.
Tabel 4
Rincian Kategorisasi Pesan Aqidah
No Halaman/
paragraf
Kutipan/uraian Keterangan
1. H.7, P.1 Kujalani hidup ini dengan sebuah keyakinan
akan skenario Tuhan.
Iman kepada
Allah
2. H.8, P.3 Seperti bertambahnya keimanan seseorang
tatkala mendengar ceramah seorang ustadz
yang menggelora.
Iman kepada
Allah
3. H.10, P.1
Senada dengan tasbih yang dilantunkan oleh
hati-hati yang sadar akan kemaha sempurnaan
Tuhan.
Iman kepada
Allah
4. H.44, P.1
Setiap pasang mata terjaga menyongsong
berkah dari Sang Maha Pencipta.
Iman kepada
Allah
5 H.51, P.1
Kecuali dengan kemurahan hati Sang Khalik
dengan Cahaya Kasih Nya untuk tidak
terjerumus kejurang kemusyrikan.
Iman Kepada
Allah
6. H.53, P.1
Pengobatan terhadap Siti tak kunjung
membuahkan hasil. Tak seorang pun diantara
mereka yang bisa melakukan rukyah, termasuk
aku. Pengobatan seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah.
Iman kepada
Rasul
7. H.83,P.1
Aku mencoba menghanyutkan diri dalam
kekhusukan berharap meraih keridhaan Illahi.
Mencari setitik ketenangan untuk jiwa.
Iman kepada
Allah
8. H.103, P.1
“Doa pengasih dan dan doa untuk memanggil
jin” kata ustadz Amir. “Dan biasa digunakan
untuk jimat.” Katanya lagi
Iman kepada
Allah
9. H.110, P.2 Aku menemukan sekumpulan penggalan ayat-
ayat Alquran di beberapa murid Tsanawiyah,
lengkap dengan arti dan kegunaan penggalan
ayat Al-Quran tersebut. Tulisan berbahasa Arab
itu ada di buku pelajaran santri bernama
Rahmad. Doa menolak turunnya hujan , doa
supaya sembuh dari sakit gigi, doa pengasih,
Iman kepada
Allah
doa tahan dari tusukan benda tajam, doa
membuat omongan agar didengar orang, doa
memanggil roh atau jin.
10. H.112, P.2 “Barang siapa yang menggantungkan jimat,
maka Allah tidak akan menolongnya, dan
barang siapa yang menggantungkan
pengasihan ,maka Allah akan
menggagalkannya.” Arti hadits itu begitu lancar
keluar dari mulutnya.
Iman kepada
Allah
11. H.139, P. 4 Namun Allah berkehendak lain. Kudapat kabar
dari santri yang satu daerah dengan Siti.
Beberapa minggu setelah siti kembali ke
rumahnya, ia sembuh total seperti tidak terjadi
apa-apa. Tanpa pengobatan dukun ataupun
dokter. Kelima puluh empat jin yang merasuki
tubuh Siti tak pernah mengganggunya lagi.
Iman kepada
Allah
12. H.143, P. 1 Aku mencoba menopang jiwanya dengan
memberi semangat bahwa: Allah tidak akan
mencoba hambaNya di luar kemampuannya.
Iman kepada
Allah
13. H.178, P.1
Aku bertakbir dan bertasbih saat mendengar
kata-kata yang keluar dari mulut ustadzah
Mutia.
Iman kepada
Allah
14. H.178, P.5 “Serahkan semuanya kepada Allah. Hanya Dia Iman kepada
yang paling tahu mana yang terbaik untuk
hamba-Nya
Allah
15. H.192, P.4
Ternyata sang Illahi menjawab kesedihan hati si
kakek, selang dua jam kemudian si kakek
meninggal.
Iman kepada
Allah
16. H.247,P. 2 Ternyata Allah menjawab perkataanku sebagai
sebuah doa. Dan terkabulkan.
Iman kepada
Allah
17. H.303, P.1 Ya Allah jangan Kau bangunkan aku dalam
mimpi yang tak kuharap hanya sekejap ini. Tlah
kukumpulkan yang terserak. Kau himpun yang
terpisah. Kau bawa kami dalam berkah
dijalanMu. Maka biarkan sayap-sayap kami
mengepakkan cinta dan mimpi kami setingi-
tingginya. Mengekalkan kebahagiaan ini.
Iman kepada
Allah
Tabel 5
Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak
Novel ”Pesantren Ilalang”
No. Kategori pesan akhlak F %
1. Akhlak kepada Allah 2 10
2. Akhlak kepada sesama manusia 18 90
20 100
Dari rincian hasil penelitian kategorisasi pesan akhlak diatas, sub kategori
hubungan manusia kepada Allah yang lebih banyak dimuat dalam novel
“Pesantren Ilalang” dengan prosentase 90%, sedangkan hubungan antar sesama
manusia prosentasenya sebesar 10%.
Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan akhlak.
Tabel 6
Rincian Kategorisasi Pesan Akhlak
No. Halaman/
paragraf
Kutipan/uraian Keterangan
1. H.21, P.2 “Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.” Bapak ketua yayasan
memberi salam. ”Wa’alaikum salam wa
rahmatullahi wa barakatuh.” Jawaban
salam yang semangat.
Akhlak kepada
sesama manusia
2. H.23, P.2 “Assalamu’alaikum. Maaf ustadz Kemal,
sandalnya saya pakai. Terima kasih.
Tertanda Ustadz Arif
Akhlak kepada
sesama manusia
3. H.30, P.2 Namun aku cukup amanah dalam hal
memegang rahasia orang lain.
Akhlak kepada
sesama manusia
4. H.38, P.2 “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh…!” si anak memberi salam.
Salam dijawab dengan suara keras oleh
santri yang berada di luar kelas, mengusir
Akhlak kepada
sesama manusia
kantuk di pelupuk mata.
5. H.57, P.2 “Assalamu’alaikum.” Seseorang
memberiku salam. “Wa’alaikum salam.”
Jawabku.
Akhlak kepada
sesama manusia
6. H.63, P.1 Ah! tidak…,tidak… aku tidak boleh
percaya dengan apa yang dikatakannya
(jin). Meskipun itu benar.
Akhlak kepada
Allah
7. H.65, P.2 “Assalamu’alaikum. Maaf ustadz,
menggangggu sebentar.”
Akhlak kepada
sesama manusia
8. H.70, P.3 “Baik kalau begitu. Karena kamu muslim,
maka setiap kali masuk ke tubuh Siti
wajib kasih salam.”
Akhlak kepada
sesama manusia
9. H.75, P.3 Aku sudah lebih terbiasa dengan menu
makanan disini. Meski awalnya sempat
kaget. Namun, rasa ingin mengabdiku
menutup semua kekurangan yang sering
terlintas didepan mata.
Akhlak kepada
sesama manusia
10. H.75, P.4 Kami jadi lebih kuat dengan kebersamaan
dalam senasib dan sepenanggungan
Akhlak kepada
sesama manusia
11. H.73-74, P.4 “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh…!” suaraku terdengar
dicorong mikrofon yang bertengger di
sudut atas masjid. ”Wa’alaikum salam wa
Akhlak kepada
sesama manusia
rahmatullahi wa barakatuh..” suara
menjawab salam terdengar dari asrama
putra dan putri.
12. H.97, P.1 Hanya kata sabar yang keluar dari mulut
Bapak ketua yayasan, menggambarkan
keuangan yang sulit saat itu.
Akhlak kepada
Allah.
13. H.164, P.1 Akhirnya masalah ini jatuh ke tangan
kepala desa. Selaku pimpinan warga, dia
minta maaf kepada seluruh warga as-
Salam.
Akhlak kepada
sesama manusia
14 H.168, P.1 Aku menutup pelajaran dengan senyum
yang selalu menjadi ciri khasku dalam
setiap menagajar, juga dalam keseharian.
Sama dengan senyumku saat kelas akan
dimulai.
Akhlak kepada
sesama manusia
15. H.179, P.1
Ia berterimakasih atas saran yang
kuberikan.
Akhlak kepada
sesama manusia
16. H.187, P.1
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un..!” aku
berucap dalam bingung dan takut.
Berpuluh pasang mata berkedip menatap
jasad yang masih berlumuran Lumpur.
Hangus mengenaskan.
Akhlak kepada
sesama manusia
17. H.208, P.3 “Assalamualaikum, ustadz Kemal.” Lelaki Akhlak kepada
bertubuh sedang dan berkulit putih itu
memberiku salam. Kakinya yang basah
naik ke atas koridor. Dia meletakkan
payungnya yang basah di atas lantai
semem. Tangannya yang dingin menjulur
ke arahku. Aku menyambut uluran
tangannya sambil menjawab salam
darinya. ”Wa’alaikum salam.”
sesama manusia
18. H.253, P.1 “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh…!”
”Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa
barakatuh..”
Akhlak kepada
sesama manusia
19. H.277, P.4 Dia juga mengatakan sikapku yang
melarang santri untuk menonton acara
keyboard dangdutan semalam suntuk
adalah tindakan yang sangat benar.
Karena ditempat itulah salah satu ajang
pertemuan untuk melakukan hal-hal yang
tidak pantas.
Akhlak kepada
sesama manusia
20. H.281, P.3
Sebelum beranjak dari atas masjid aku
menitipkan kata sabar kepada Haris untuk
menyikapi hidupnya.
Akhlak kepada
sesama manusia
Tabel 7
Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Syariah
Novel ”Pesantren Ilalang”
No. Kategori pesan syariah F %
1. Ibadah 82 83,3
2. Muamalah 14 16,7
96 100
Dari rincian hasil penelitian penelitian dalam novel “Pesantren Ilalang”
banyak terdapat pesan ibadah terlihat dari prosentase data sebesar 83,3%, untuk
pesan yang mengandung muamalah prosentase data sebesar 16,7%.
Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan syariah.
Tabel 8
Rincian Kategosisasi Pesan Syariah
No. Halaman/
paragraf
Kutipan/uraian Keteranga
n
1. H.44, P.1 Seperti biasa, penghuni asrama melaksanakan
shalat Shubuh berjamaah di masjid.
Ibadah
2. H.45, P.2 Lantunan ayat kursi keluar dari mulut beberapa
santri putri.
Ibadah
3. H.49, P.1 Dia pula yang membetakku untuk bersegera ke
masjid untuk shalat berjamaah.
Ibadah
4. H.55,P.1 Hanya saja aku disuruh oleh Ustadz Amir
membaca Ayat Kursi sambil memencet jempol
kaki siti, saat jin yang ada di tubuhnya
mengamuk.
Ibadah
5. H.82, P.2 Setelah itu aku berwudhu. Rasa sejuk itu ke
seluruh jiwaku.
Ibadah
6. H.82, P.4 Di masjid, Ustadz Aziz memimpin shalat
berjamaah, suasana hening.
Ibadah
7. H.83, P.2 Setelah shalat Ashar, semua santri putra dan
putri membaca Alquran di masjid. Kurang lebih
lima belas menit. Aku juga melakukan hal yang
sama seperti mereka. Aku ikut larut membaca
kalam Illahi di dalam masjid yang lapang
berlantai keramik berwarna hijau.
Ibadah
8. H.90,P.1 Minggu sore setelah sholat ashar berjamaah di
masjid, Amran mengajak Deni murid kelas tiga
Tsanawiyah ke perkebunan kelapa di belakang
asrama putra pesantren as-Salam.
Ibadah
9. H.104, P.2 Di pagi-pagi buta setelah shalat berjamah di Ibadah
masjid, otakku kembali dicekoki oleh
pertanyaan-pertanyaan tentang doa pemanggil
jin dan doa pengasih yang dikatakan Ustadz
Amir kemarin sore.
10. H.104,P.4 Mulutku membaca hafalan ma’sturat di luar
kepala.
Ibadah
11. H.108,
P.6
Setelah shalat dzuhur aku mengingat kembali
nama-nama pemilik jimat dari benda-benda
jimat yang kutemukan.
Ibadah
12. H.138, P.4 Dia mengadakan ceramah Subuh rutin, yang
sebelumnya tidak pernah diadakan sebelumnya
di Pesantren as-Salam.
Ibadah
13. H.141, P.4 Orang-orang akan terkesima dengan mendengar
indahnya lantunan ayat-ayat suci al-Quran yang
ia baca hampir setiap hari menjelang sholat
Maghrib tiba.
Ibadah
14. H.144, P.1 Rahmad ingin pergi berjihad ke Ambon. Ia tak
ingin mati sia-sia, tapi dengan cara pergi
berjihad ke Ambon.
Muamalah
15. H.152, P.2 Setelah wudhu dan sholat sunnah witir tiga
rakaat, hilang semua kemarahan yang
membakar habis emosiku. Pikiranku sedikit
lebih tenang.
Ibadah
16. 155, P.1 Keesokan harinya, penggundulan bagian
samping kiri dan kanan kepalanya. Sanksi bagi
siapa saja yang ketahuan merokok.
Muamalah
17. H.178, P.5 “Cobalah istikharah” Ibadah
18. H.188, P,2 Saat hari menjelang Maghrib, tak seperti
biasanya anak-anak sudah berkumpul di dalam
masjid lebih awal. Listrik padam, hanya ada
lilin dan beberpa buah lampu teplok menyala.
Biasanya, menjelang Maghrib guru-guru disini
harus menggiring anak-anak untuk shalat di
masjid. Meski aturan yang disepakati akan ada
sanksi bagi mereka yang masbuk mengerjakan
shalat Maghrib berjamaah di msjid. Toh tetap
saja ada anak yang terlambat. Tapi tidak
demikian halnya dengan hari itu.
Ibadah
19. H.188, P.3 Semua anak serius membaca al-Quran. Tak ada
yang bercanda aku sangat yakin kalau mereka
semua takut akan kematian.
Ibadah
20. H.189, P.2 Semua santri putra dan putri ikut shalat jenazah
di masjid sekolah.
Ibadah
21. H.190, P.3 Selama satu minggu sejak peristiwa anak yang
meninggal disambar petir, santri putra dan putri
Ibadah
tidak jadi lebih disiplin, dan rajin dalam segala
hal. Membaca al-Quran, menghafal kosakata
bahasa Arab, mengulang pelajaran di asrama
atau masjid.
22. H. 192, P.1 Ia menjadi penghubung kami, jika shalat
jenazah yang enggan dilakukan di masjid
sekolah dimulai.
Ibadah
23. H.209, P.4 “Alhamdulillah, baik ustadz.” Ibadah
24 H.216, P.1 “Barang siapa membeli, menyewa, menukar,
menerima gadai, menyewakan, menukarkan,
menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau
menyembunyikan sesuatu benda, yang
diketahui atau sepatutnya. Harus diduga bahwa
diperoleh dari kejahatan penadahan.”
Muamalah
25. H.216, P.2-4) “Barang siapa menarik keuntungan dari hasil
sesuatu benda, yang diketahuinya atau
sepatutnya diduga bahwa diperoleh dari hasil
kejahatan.” “Si pelaku penadahan bisa
dikenakan hukuman kurungan empat tahun
penjara atau membayar denda satu juta rupiah.”
Dua ayat ini terdapat dalam pasal 480 KUHP.
Muamalah
26. H.220, P.2 “Ternyata hukum tidak bisa ditawar lagi. Haris Muamalah
tetap berada diantara dua opsi yang
membingungkan, sekaligus menakutkan
baginya. Ia harus membayar denda satu juta
rupiah tanpa kurang.
27. H.253, P.1 Suatu saat, Setelah shalat Zhuhur berjamaah di
masjid, Bapak ketua yayasan dan tamunya juga
ikut shalat di masjid berbentuk kubus itu.
Ibadah
28. H.253, P.2 Setelah selesai shalat dan dzikir, Bapak ketua
yayasan mengambil alih mikrofon yang masih
berada di tangan Ustadz Subki.
Ibadah
29. H. 263, P.1 Aku berharap akan tertidur lagi setelah shalat
Subuh berjamaah di masjid, dan bangun
menjelang Zhuhur bila ingin shalat jamaah dan
makan siang.
Ibadah
30. H.285, P.2 Ceramah setelah shalat Maghrib pun, akhirnya
jadi ajang pelampiasan kemarahanku.
Ibadah
31. H.286, P.1 Kali ini aku tak berkompromi dengan aturan
menggunduli rambut bagi yang kedapatan
melanggarnya.
Muamalah
32. H.286, P.2 Setelah shalat Shubuh, sidang kemarahanku
digelar
Ibadah
33. H.287, P.1 Shalat Zhuhur dan Ashar berjamaah. Ibadah
34. H.287, P.1 Shalat Maghrib berjamaah. Ibadah
35. H.287, P.2 Waktu luang antara Maghrib dan Isya biasanya
diisi dengan tadarus bersama atau kultum secara
bergiliran. Sampai menjelang shalat Isya.
Otomatis mereka menunggu selesainya shalat
berjamaah, ketimbang makan malam.
Ibadah
36. H.297, P.2 Saat setelah shalat Isya di dalam masjid, desiran
alunan dzikir masih terdengar pelan dari mulut
para santri yang menunaikan perintahNya.
Suasana begitu syahdu dan tenang.
Ibadah
B. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang
Setelah melakukan pengolahan data untuk memperoleh koefisien reliabilitas
kategori dan rincian hasil hasil kategorisasi pesan yang terdapat dalam novel
“Pesantren Ilalang”, maka dapat ditemukan pesan-pesan dakwah yang terdapat
dalam novel tersebut seperti terlihat dalam uraian berikut.
1. Pesan Dakwah yang mengandung Aqidah
Aqidah Islam dasarnya adalah Iman Kepada Allah, Iman Kepada Malaikat,
Iman kepada Rasul, Iman kepada Kitab, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman
kepada qadha dan qadar.
Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk dalam Iman
kepada Allah dalam novel “Pesantren Ilalang”.
Kujalani hidup ini dengan sebuah keyakinan akan skenario Tuhan. ( H.7,
P.1)
Kalimat tersebut terdapat dalam bagian awal novel “Pesantren Ilalang”. Hal
ini menjelaskan betapa pengarang novel yang merupakan tokoh utama dalam
novel tersebut menjalani hidup ini dengan percaya bahwa segala yang ia lakukan
dalam hidup ini telah digarariskan oleh Allah Swt. Sebagai manusia kita hanya
dapat berusaha dengan sepenuh hati dan tetap berdoa untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
Seperti bertambahnya keimanan seseorang tatkala mendengar ceramah
seorang ustadz yang menggelora. (H.8, P.3)
Pengarang novel yang merupakan representasi dari Ustadz Kemal, selalu
memperoleh ilmu pengetahuan yang baru dari belajar baik dari buku dan juga
mendengarkan orang yang mempunyai pengalaman lebih banyak.
Senada dengan tasbih yang dilantunkan oleh hati-hati yang sadar akan
kemaha sempurnaan Tuhan. (H.10, P.1)
Sebagai manusia biasa, kita harus selalu bersyukur akan kebesaran, berkah
yang diberikan dan kekuasaan Allah, salah satunya dengan selalu mengingatNya
yaitu dengan berzikir.
Setiap pasang mata terjaga menyongsong berkah dari Sang Maha Pencipta.
(H.44, P.1)
Kita harus selalu bersyukur akan segala berkah yang diberikan oleh Allah
Swt, menjalani hidup ini dengan segala keikhlasan, dan selalu berfikir positif
dengan berkah yang diberikanNya, karena percayalah segala sesuatu yang
diberikan Allah Swt kepada pasti yang terbaik untuk kita.
Kecuali dengan kemurahan hati Sang Khalik dengan Cahaya Kasih Nya
untuk tidak terjerumus kejurang kemusyrikan. (H.51, P.1)
Pengarang novel ingin menyampaikan pesan agar kita jangan gampang
percaya dengan apa dikatakan orang, terutama bisikan syetan yang selalu
bertujuan untuk menggoyahkan keyakinan kita terhadap Allah Swt.
Aku mencoba menghanyutkan diri dalam kekhusukan berharap meraih
keridhaan Illahi. Mencari setitik ketenangan untuk jiwa. (H.83,P.1)
Saat manusia ditimpa musibah cara yang paling tepat adalah mengadu pada
Sang Khalik, penguasa alam semesta dengan segala isinya. Berharap akan
menemukan jawaban akan segala pertanyaan yang ada dalam hati dan pikiran kita.
Kita akan menjadi lebih ringan dalam menghadapi segala cobaan dan akan lebih
ikhlas dalam menjalaninya.
“Doa pengasih dan doa untuk memanggil jin” kata ustadz Amir. “Dan biasa
digunakan untuk jimat.” Katanya lagi (H.103, P.1)
Sebagai manusia modern yang berfikiran logis, sebaiknya kita tidak
mengamalkan hal-hal yang tidak dianjurkan Allah Swt dan Rasulullah. Karena
hal-hal yang berhubungan dengan jimat dikhawatirkan mendekati syirik
(mempersekutukan Allah), walaupun doa tersebut berasl dari penggalan ayat suci
alQuran, tetapi sebaiknya doa-doa tersebut tidak dipraktekkan.
Aku menemukan sekumpulan penggalan ayat-ayat Alquran di beberapa
murid Tsanawiyah, lengkap dengan arti dan kegunaan penggalan ayat Al-Quran
tersebut. Tulisan berbahasa Arab itu ada di buku pelajaran santri bernama
Rahmad. Doa menolak turunnya hujan , doa supaya sembuh dari sakit gigi, doa
pengasih, doa tahan dari tusukan benda tajam, doa membuat omongan agar
didengar orang, doa memanggil roh atau jin. (H.110, P.2)
Dalam Pesantren yang masih lekat dengan unsur tradisional, biasanya
amalan berupa doa-doa tersebut diatas sering diberikan langsung oleh pengajar.
Sebenarnya doa-doa tersebut tidak diperbolehkan diamalkan, namun dalam kasus
yang terjadi di Pesantren yang terdapat dalam novel, doa-doa tersebut masih
diamalkan, malah menjadi ‘senjata pamungkas’ dalam mengerjai teman
sekamarnya.
“Barang siapa yang menggantungkan jimat, maka Allah tidak akan
menolongnya, dan barang siapa yang menggantungkan pengasihan ,maka Allah
akan menggagalkannya.” Arti hadits itu begitu lancar keluar dari mulutnya.
(H.112,P.2)
Pengarang novel menjelaskan bahwa mengamalkan doa-doa tersebut sama
dengan menggantungkan jimat dan Allah tidak akan membantu manusia yang
melakukan hal tersebut. Sebaiknya setiap manusia percaya akan kemampuan diri
sendiri dan tetap berdoa pada Allah Swt. Hal itu jelas tertulis dalam hadist yang
diriwayatkan Ahmad.
Namun Allah berkehendak lain. Kudapat kabar dari santri yang satu daerah
dengan Siti. Beberapa minggu setelah siti kembali ke rumahnya, ia sembuh total
seperti tidak terjadi apa-apa. Tanpa pengobatan dukun ataupun dokter. Kelima
puluh empat jin yang merasuki tubuh Siti tak pernah mengganggunya lagi.
(H.139, P. 4)
Pengarang novel ingin menyampaikan pesan bahwa selama kita tidak
meyakini syetan, maka syetan tersebut akan pergi dengan sendirinya. Syetan
merasuki jiwa manusia yang percaya akan kehadirannya, karena manusia makhluk
lemah yang bisa dipengaruhi lewat alam pikirannya. Jadi sebagai manusia yang
bertakwa sebaiknya kita lebih mendekatkan diri pada Allah Swt, dengan lebih
memperbanyak ibadah dan berfikir positif.
Aku mencoba menopang jiwanya dengan memberi semangat bahwa: Allah
tidak akan mencoba hambaNya di luar kemampuannya.(H.143, P. 1)
Pengarang novel ingin menyampaikan bahwa kita harus selalu percaya
segala yang diberikan Allah Swt, baik itu rizki atau cobaan merupakan sebuah
berkah yang patut disyukuri. Karena Allah selalu memberikan berkah di balik
peristiwa atau musibah. Manusia akan menjadi lebih dewasa saat dia melewati
sebuah cobaan.
“Serahkan semuanya kepada Allah. Hanya Dia yang paling tahu mana yang
terbaik untuk hamba-Nya. (H.178, P.5)
Percayalah hanya Allah yang mengerti segala kebutuhan makhlukNya, dan
akan memberikan yang terbaik untuk setiap manusia. Sebaiknya kita
menyerahkan hasil dari perbuatan yang kita lakukan setelah kita berusaha dengan
maksimal dan berikhtiar.
Ternyata sang Illahi menjawab kesedihan hati si kakek, selang dua jam
kemudian si kakek meninggal. (H.192, P.4)
Allah akan memberikan yang terbaik setiap makhlukNya, seperti kematian
kakek dalam novel. Kakek tersebut merasa sudah cukup hidupnya di dunia ini dan
dia merasa kesedihan teramat sangat karena istrinya, teman hidupnya dalam
keadaan susah dan senang telah dipanggil Sang Maha Pencipta. Jika manusia
berdoa dengan sungguh Allah akan mengabulkan doa tersebut jika hal itu terbaik
untuk makhlukNya.
Ternyata Allah menjawab perkataanku sebagai sebuah doa. Dan
terkabulkan. (H.247,P. 2)
Terkadang tanpa diduga apa yang manusia ucapkan sering menjadi sebuah
doa, apabila meyakini perasaan tersebut hal itu akan menjadi doa. Sebaiknya kita
berhati-hati akan ucapan kita.
Ya Allah jangan Kau bangunkan aku dalam mimpi yang tak kuharap hanya
sekejap ini. Tlah kukumpulkan yang terserak. Kau himpun yang terpisah. Kau
bawa kami dalam berkah dijalanMu. Maka biarkan sayap-sayap kami
mengepakkan cinta dan mimpi kami seetingi-tingginya…. Mengekalkan
kebahagiaan ini. (H.303, P.1)
Pengarang novel ingin berbagi kisahnya saat dia menemukan belahan
jiwanya, yaitu istrinya, dia sangat bersyukur Allah memberikan seorang istri yang
terbaik untuknya. Padahal sebelum menikah dia belum mengenal istrinya lebih
dalam, karena dia menikah melalui taaruf. Allah paling mengetahui jodoh yang
terbaik untuk setiap makhlukNya.
Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk dalam Iman
kepada Rasul dalam novel “Pesantren Ilalang”.
Pengobatan terhadap Siti tak kunjung membuahkan hasil. Tak seorang pun
diantara mereka yang bisa melakukan rukyah, termasuk aku. Pengobatan seperti
yang dicontohkan oleh Rasulullah. (H.53, P.1)
Pengarang novel lebih mengajurkan kita untuk kembali ke jalan yang
diridhai Allah, saat syetan mengganggu manusia. Karena ada pengobatan yang
telah dicontohkan Rasulullah, hal itu jauh lebih baik dan sudah terbukti hasilnya.
2. Pesan Dakwah yang Mengandung Akhlak
. Sub kategori yang mengandung pesan akhlak adalah akhlak kepada Allah
dan akhlak kepada sesama manusia. Berikut ini adalah kutipan beserta uraian dari
pesan akhlak kepada sesama manusia.
“Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh..”Bapak ketua yayasan
memberi salam. ”Waalaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh.” Jawaban
salam yang semangat. (H.21, P.2)
Dalam dialog diatas, bapak ketua yayasan sebagai pemimpin dalam
pesantren selalu memberikan contoh yang baik kepada seluruh penghuni as-Salam
dengan selalu mengucapkan salam saat ingin membuka pembicaraan, karena
salam merupakan doa, dan orang yang menjawab salam mendapat berkah
“Assalamu’alaikum. Maaf ustadz Kemal, sandalnya saya pakai. Terima
kasih. Tertanda Ustadz Arif.(H.23, P.2)
Dari dialog diatas dijelaskan bahwaustadz Amir yang merupakan salah satu
pengajar di pesantren as-Salam harus selalu memberi teladan yang baik kepada
santrinya. Dengan selalu meminta izin bila hendak meminjam barang seseorang
tetapi lebih baik jika kita meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik barang
sebelum meminjam, agar orang tersebut mengetahui dan tidak perlu repot
mencari.
Namun aku cukup amanah dalam hal memegang rahasia orang lain. (H.30,
P.2)
Ustadz Kemal sebagai orang yang cukup dekat dengan para santri harus
sanggup memegang amanah atas rahasia yang dipercayakan kepadanya. Sebagai
seorang yang amanah, dia tidak menyebarkan rahasia tersebut ke pengajar lain
karena kepercayaan adalah hal yang harus dipegang teguh.
“Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh…!” si anak memberi
salam. Salam dijawab dengan suara keras oleh santri yang berada di luar kelas,
mengusir kantuk di pelupuk mata. (H.38, P.2)
Dalam dialog diatas para santri dalam keseharian belajar mengajar
khususnya dalam mata pelajaran muhadharah (pidato) para santri harus memulai
pidato dengan mengucap salam. Dari dialog tersebut dapat diketahui bahwa saat
menjawab para santri tidak merasa kantuk.
“Assalamu’alaikum.” Seseorang memberiku salam. “Wa’alaikum salam.”
Jawabku. (H.57, P.2)
Dalam dialog tersebut, ustadz Kemal menjawab salam yang dikatakan
seseorang kepadanya, dengan reaksi langsung. Hal ini juga menjelaskan bahwa
kita harus menghormati orang yang memberi salam kepada kita dengan langsung
menjawab salam hingga jawaban salam tersebut terdengar orang yang
memberikan salam.
“Assalamu’alaikum. Maaf ustadz, menggangggu sebentar.” (H.65, P.2)
Dalam dialog diatas, saat santri ingin berbicara dengan para ustadz (pengajar),
mereka sebaiknya menyapa diawali dengan salam, dan sebaiknya saat berbicara
dengan orang yang dihormati harus dengan kata-kata yang sopan.
“Baik kalau begitu. Karena kamu muslim, maka setiap kali masukke tubuh
Siti wajib kasih salam.” (H.70, P.3)
Dari dialog diatas, ustadz Kemal menyuruh jin yang mengaku merasuki
tubuh Siti untuk memberi salam kepadanya saat dia berbicara dengan ustadz
Kemal, hal itu menandakan kalau jin tersebut adalah jin muslim. Ustadz Kemal
ingin membiasakan hal-hal yang bersifat baik kepada sesame makhluk ciptaan
Allah.
Aku sudah lebih terbiasa dengan menu makanan disini.meski awalnya
sempat kaget. Namun, rasa ingin mengabdiku menutup semua kekurangan yang
sering terlintas didepan mata. (H.75, P.3)
Ustadz Kemal sebagai pengajar yang baru mengajar dan baru mersakan
kehidupan pesantren yang berada di pedesaan dengan segala keterbatasan fasilitas
dan hal-hal yang sederhana, harus tetap berada dipesantren as-Salam dengan
ikhlas karena rasa ingin mengabdinya yang begitu dalam.
Kami jadi lebih kuat dengan kebersamaan dalam senasib dan
sepenanggungan. (H.75, P.4)
Karena kebersamaan yang dijalani oleh ustadz Kemal dan seluruh penghuni
pesantren, hal itu yang mempererat hubungan senasib dan sepenanggungan. Hal
itu yang membuat ustadz Kemal selalu ingin kembali mengajar di pesnatren as-
Salam, dan ikhlas menjadi pengajar di as-Salam walaupun dengan bayaran yang
sangat minim.
“Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh…!” suaraku terdengar
dicorong mikrofon yang bertengger di sudut atas masjid. ”Wa’alaikum salam wa
rahmatullahi wa barakatuh..” suara menjawab salam terdengar dari asrama putra
dan putri. (H.73-74, P.4)
Dalam mengawali pembicaraan ustadz Kemal selalu mengawali dengan
salam, karena hal itu merupakan akhlak baik, dan sebagai muslim yang baik
sebaiknya kita juga selalu menjawab salam.
Akhirnya masalah ini jatuh ke tangan kepala desa. Selaku pimpinan warga,
dia minta maaf kepada seluruh warga as-Salam. (H.164, P.1)
Dalam kalimat ini, kepala desa selaku pemimpin yang bijaksana akan
meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan oleh warga desanya, karena dia
merupakan representasi dari seluruh warganya. Dia juga harus memberi teladan
yang baik pada warganya.
Aku menutup pelajaran dengan senyum yang selalu menjadi ciri khasku
dalam setiap mengajar, juga dalam keseharian. Sama dengan senyumku saat kelas
akan dimulai.(H.168, P.1)
Ustadz Kemal merupakan orang yang ramah dan mudah bersahabat, dia juga
murah senyum, karena senyum dapat mencairkan suasana saat ustadz Kemal ingin
memulai pelajaran. Saat kita tersenyum wajah kita akan terlihat lebih indah.
Ia berterimakasih atas saran yang kuberikan. (H.179, P.1)
Ustadzah Mutia mengucapkan terimakasih kepada ustadz Kemal atas saran
yang diberikannya, karena saat kita menemukan masalah dan kita menghadapi
kebingungan saat akan menyelesaikan masalah tersebut, mungkin bertanya atau
berbagi pendapat dengan orang lain dapat membantu menemukan jawaban dari
masalah tersebut. Setelah kita selesai meminta tolong pada orang lain sebaiknya
kita mengucapkan terima kasih, itu adalah adab dalam pergaulan.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un..!” aku berucap dalam bingung dan takut.
Berpuluh pasang mata berkedip menatap jasad yang masih berlumuran Lumpur.
Hangus mengenaskan. (H.187, P.1)
Saat para santri as-Salam mengetahui bahwa warga sekitar meninggal saat
memonton pertandingan bola para santri mereka langsung mengucap doa, yang
ditujukan bagi anak yang meninggal tersebut, walaupun sebenarnya mereka
ketakutan, dan kaget.
“Assalamualaikum, ustadz Kemal.” Lelaki bertubuh sedang dan berkulit
putih itu memberiku salam. Kakinya yang basah naik ke atas koridor. Dia
meletakkan payungnya yang basah di atas lantai semen. Tangannya yang dingin
menjulur ke arahku. Aku menyambut uluran tangannya sambil menjawab salam
darinya. ”Wa’alaikum salam.” (H.208, P.3)
Lelaki tersebut merupakan kerabat dari salah seorang santri, walaupun dia
bukan penghuni pesantren tetapi dia tetap memberi contoh akhlak yang baik
dengan mengucapkan salam kepada ustadz Kemal. Sebagai muslim yang baik
ustadz Kemal langsung menjawab salam pria tersebut.
“Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh…!”
”Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh..” (H.253, P.1)
Dalam novel ini pesan akhlak yang banyak dimuat adalah mengucap salam,
karena hal itu sangat penting dalam pergaulan, dengan mengucap salam kita
berarti mendoakan orang yang menjawab salam.
Dia juga mengatakan sikapku yang melarang santri untuk menonton acara
keyboard dangdutan semalam suntuk adalah tindakan yang sangat benar. Karena
ditempat itulah salah satu ajang pertemuan untuk melakukan ha-hal yang tidak
pantas. (H.277, P.4)
Ustadz Kemal melarang santri menonton acara keyboard dangdutan untuk
menghindari hal atau tindakan yang dilarang agama, dan tidak sesuai dengan
ajaran agama, dia merasa bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan
para santri as-Salam.
Sebelum beranjak dari atas masjid aku menitipkan kata sabar kepada Haris
untuk menyikapi hidupnya. (H.281, P.3)
Sebagai pengajar yang baik dan guru yang dipercaya muridnya, dia selalu
memberikan nasehat yang baik untuk para santrinya, dan memberikan pendapat
mengenai masalah yang dihadapi para santrinya. Hal yang paling dibutuhkan saat
seseorang santrinya dilanda masalah adalah perhatian dari orang lain. Walaupun
sebebenarnya kata sabar tidak menyelesaikan masalah, tetapi hal itu yang bisa
dilakukan oleh orang yang beriman saat ditimpa musibah.
Pesan akhlak yang mengandung sub kategori akhlak kepada Allah yang
terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang”.
Ah! tidak…,tidak… aku tidak boleh percaya dengan apa yang dikatakannya
(jin). Meskipun itu benar. (H.63, P.1)
Pengarang novel ingin meyakinkan hatinya, bahwa dia tidak boleh percaya
pada sesuatu yang dibisikkan oleh syetan.Sebagai manusia yang diciptakan Allah
Swt dengan sempurna mengapa kita harus percaya kepada syetan, sebaiknya kita
selalu percaya pada apa yang diperintahkan Allah, karena kita makhluk
ciptaanNya.
Hanya kata sabar yang keluar dari mulut Bapak ketua yayasan,
menggambarkan keuangan yang sulit saat itu. (H.97, P.1)
Ketua yayasan sebagai penyandang dana dari seluruh kegiatan yang ada di
pesantren as-Salam,selalu berfikir positif, tidak pernah mau memberitahu tentang
masalah kesulitan keuangan yang terjadi di dalam pesantren. Dia tidak ingin
membebani pikiran pengajar di as-Salam. Sebagai muslim yang baik sabar adalah
tindakan yang paling baik saat terdapat masalah, walau sebagai manusia biasa
sabar adalah hal yang sulit dilakukan.
3. Pesan Dakwah yang Mengandung Syariah.
Subkategori yang meliputi pesan syariah adalah ibadah dan muamalah.
Berikut kutipan pesan syariah yang mengandung sub kategori ibadah.
Seperti biasa, penghuni asrama melaksanakan shalat Shubuh berjamaah di
masjid. (H.44, P.1)
Kehidupan di setiap pesantren yaitu mewajibkan setiap penghuni asrama
untuk shalat berjamaah tepat pada waktunya, hal itu merupakan cara
mendisiplinkan tiap santri uantuk shalat tepat waktu, tidak menunda-nundanya.
Karena keutamaan shalat adalah berada di awal waktu.
Lantunan ayat kursi keluar dari mulut beberapa santri putri. (H.45, P.2)
Santri putri membacakan ayat kursi saat Siti mengalami kerasukan, hal ini
biasa yang dilakukan saat ada seseorang yang kerasukan. Tetapi akan lebih baik
saat ada yang kerasukan disembuhkan dengan rukyah, yaitu pengobatan yang
dilakukan Rasulullah.
Hanya saja aku disuruh oleh Ustadz Amir membaca Ayat Kursi sambil
memencet jempol kaki siti, saat jin yang ada di tubuhnya mengamuk. (H.55,P.1)
Para santri putri ingin membantu Siti saat dia mengalami kerasukan, dengan
membacakan ayat kursi. Sebagai guru yang bukan berlatang belakang pendidikan
pesantren ustadz Kemal merasa bingung saat dia harus mengahadapi santri yang
kerasukan, yang bisa dilakukannya hanya mengikuti perintah ustadz Amir yang
merupakan pengajar yang sudah lama mengajar di as-Salam.Seharusnya ayat kursi
tidak hanya dibaca saat seseorang kerasukan saja, tetapi juga diamalkan setiap
saat.
Setelah itu aku berwudhu. Rasa sejuk itu ke seluruh jiwaku. (H.82, P.2)
Saat ustadz Kemal menghadapi masalah dia akan segera mengadu kepada
sang Pencipta diawali dengan thaharah atau bersuci. Saat dia berwudhu dia
merasakan masalah yang dihadapinya bisa sedikit berkurang.
Di masjid, Ustadz Aziz memimpin shalat berjamaah, suasana hening. (H.82,
P.4)
Kehidupan dipesantren selalu dikaitkan dengan ibadah saat sholat berjamaah
seluruh penghuni pesantren wajib ikut, bagi yang tidak berhalangan. Saat shalat
berjamaah adalah saat yang paling hening dan khusyuk, karena pada saat itu
manusia menghadap Allah Swt.
Setelah shalat Ashar, semua santri putra dan putri membaca Alquran di
masjid. Kurang lebih lima belas menit. Aku juga melakukan hal yang sama seperti
mereka. Aku ikut larut membaca kalam Illahi di dalam masjid yang lapang
berlantai keramik berwarna hijau. (H.83, P.2)
Ustadz Kemal ikut membaca alQuran seperti para santri lakukan, dengan
membaca al Quran, segala permasalahan dalam dirinya, bisa sedikit dilupakan
berganti dengan ketenangan batin. Segala ibadah yang dilakukan membuat hati
dan pikiran tenang.
Minggu sore setelah sholat ashar berjamaah di masjid, Amran mengajak
Deni murid kelas tiga Tsanawiyah ke perkebunan kelapa di belakang asrama
putra pesantren as-Salam. (H.90,P.1)
Pada kalimat ini yang mendung pesan dakwah adalah saat para santri
melaksanakan shalat ashar berjamaah, dalam shalat akan lebih banyak pahala
yang didapat saat kita melakukan berjamaah dan tepat waktu.
Di pagi-pagi buta setelah shalat berjamah di masjid, otakku kembali
dicekoki oleh pertanyaan-pertanyaan tentang doa pemanggil jin dan doa pengasih
yang dikatakan Ustadz Amir kemarin sore. (H.104, P.2)
Pesan ibadah yang terdapat dalam kalimat ini adalah shalat berjamaah yang
dilakukan seluruh penghuni pesantren yang dilakukan di masjid di lingkungan
pesantren as-Salam.
Mulutku membaca hafalan ma’sturat di luar kepala. (H.104,P.4)
Dari kalimat diatas ustadz Kemal membaca hafalan ma’sturat untuk
mengusir kegundahan dalam hatinya. Hal ini biasa dia lakukan setelah
melaksanakan shalat.
Setelah shalat dzuhur aku mengingat kembali nama-nama pemilik jimat dari
benda-benda jimat yang kutemukan. (H.108, P.6)
Ustadz Kemal setelah melaksanakan shalat dzuhur kembali mengingat
nama-nama pemilik jimat yang dia temukan saat melakukan pemeriksaan di
seluruh ruangan santri putra. Setelah shalat biasanya pikiran ustadz Kemal
kembali jernih tidak dipengaruhi emosi.
Dia mengadakan ceramah Subuh rutin, yang sebelumnya tidak pernah
diadakan sebelumnya di Pesantren as-Salam. (H.138, P.4)
Ustadz Subkhi yang merupakan tenaga pengajar baru, mengadakan ceramah
shubuh rutin yang belum pernah diadakan sebelumnya di pesantren as-Salam. Hal
ini merupakan salah satu ibadah dan dapat menjadi ajang dakwah kepada seluruh
penghuni santri. Para santri juga dapat mengisi ceramah tersebut sebagai ajang
latihan.
Orang-orang akan terkesima dengan mendengar indahnya lantunan ayat-ayat
suci al-Quran yang ia baca hampir setiap hari menjelang sholat Maghrib tiba.
(H.141, P.4)
R ahmad adalah salah satu anak yang berbakat, dia bisa mengumandangkan
dan melantunkan suci alQuran menjelang sholat Maghrib tiba, dia juga termasuk
anak yang pintar. Selain anak yang sholeh, dia juga anak yang mudah
bersosialisasi.
Setelah wudhu dan sholat sunnah witir tiga rakaat, hilang semua kemarahan
yang membakar habis emosiku. Pikiranku sedikit lebih tenang. (H.152, P.2)
Saat ustadz Kemal dilanda emosi dia lebih tenang mengadu kepada Allah,
dengan membersihkan diri atau thaharah, seluruh badannya kembali segar, setelah
melaksanakan salat witir, hatinya menjadi tenang.
Aku bertakbir dan bertasbih saat mendengar kata-kata yang keluar dari
mulut ustadzah Mutia.(H.178, P.1)
Ustadz Kemal mengucap syukur saat mendengar berita bahwa ustadz Iman
melamar ustadzah Mutia, ini merupakan berita bahagia, yang patut disyukuri.
Sebagia manusia kita bersyukur dengan mengingat Allah.
“Cobalah istikharah” (H.178, P.5)
Saat ustadzah merasa bimbang dengan jawaban lamaran dari ustadz Iman,
ustadz Kemal memberi saran kepada usatdzah Mutia untuk berserah diri kepada
Allah dengan melakukan shalat istikharah, lebih memantapkan hatinya dalam
memilih jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di hatinya. Karena hanya
Allah yang akan memberikan jalan keluar terbaik dari kebimbangan setiap
manusia.
Saat hari menjelang Maghrib, tak seperti biasanya anak-anak sudah
berkumpul di dalam masjid lebih awal. Listrik padam, hanya ada lilin dan
beberapa buah lampu teplok menyala. Biasanya, menjelang Maghrib guru-guru
disini harus menggiring anak-anak untuk shalat di masjid. Meski aturan yang
disepakati akan ada sanksi bagi mereka yang masbuk mengerjakan shalat Maghrib
berjamaah di msjid. Toh tetap saja ada anak yang terlambat. Tapi tidak demikian
halnya dengan hari itu. (H.188, P,2)
Setiap santri di as-Salam menjadi rajin dalam beribadah dan melaksanakan
ibadah tepat waktu, pasca kejadian anak kecil yang tersambar petir. Mereka
semua takut menghadapi kematian, manusia akan memikirkan rajin melaksanakan
ibadah saat dihadapkan dengan kematian, mereka takut saat kematian menjemput,
mereka belum siap, atau masih diliputi dosa.
Semua anak serius membaca al-Quran. Tak ada yang bercanda aku sangat
yakin kalau mereka semua takut akan kematian. (H.188, P.3)
Semua santri menjadi rajin beribadah dan serius dalam melaksanakan ibadah
karena merasa takut akan kematian, tetapi akan lebih baik jika para santri
mempunyai kesadaran yang tumbuh dari dalam hati bila menyangkut ibadah,
karena ini merupakan hubungan yang dilakukan manusia dengan sang Pencipta.
Semua santri putra dan putri ikut shalat jenazah di masjid sekolah. (H.189,
P.2)
Untuk menghormati anak yang meninggal tersambar petir di pesantren as-
Salam seluruh penghuni as-Salam mengikuti shalat jenazah untuk mendoakan
arwah anak tersebut.
Selama satu minggu sejak peristiwa anak yang meninggal disambar petir,
santri putra dan putri tidak jadi lebih disiplin, dan rajin dalam segala hal.
Membaca al-Quran, menghafal kosakata bahasa Arab, mengulang pelajaran di
asrama atau masjid. (H.190,P.3)
Satu minggu setelah kejadian anak yang meninggal disambar petir kesadaran
akan kematian dapat menjemput pada waktu yang tak terduga, membuat mereka
rajin beribadah tetapi setelah satu minggu berlalu, mereka kembali seperti semula.
Ia menjadi penghubung kami, jika shalat jenazah yang enggan dilakukan di
masjid sekolah dimulai. (H. 192, P.1)
Haris menjadi penghubung warga as-Salam saat mengetahui ada warga
sekitar yang meninggal tetapi tidak mau disholatkan di masjid pesantren as-Salam.
Warga as-Salam merasa ikut bertanggung jawab saat ada warga desa yang
meninggal. Mereka khawatir warga desa tidak melaksanakan shalat jenazah.
“Barang siapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menyewakan,
menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan
sesuatu benda, yang diketahui atau sepatutnya. Harus diduga bahwa diperoleh dari
kejahatan penadahan.” (H.216, P.1)
“Barang siapa menarik keuntungan dari hasil sesuatu benda, yang
diketahuinya atau sepatutnya diduga bahwa diperoleh dari hasil kejahatan.” .“Si
pelaku penadahan bisa dikenakan hukuman kurungan empat tahun penjara atau
membayar denda satu juta rupiah.” Dua ayat ini terdapat dalam pasal 480 KUHP.
(H.216, P.2-4)
“Ternyata hukum tidak bisa ditawar lagi. Haris tetap berada diantara dua
opsi yang membingungkan, sekaligus menakutkan baginya. Ia harus membayar
denda satu juta rupiah tanpa kurang. (H.220, P.2)
Dari uraian diatas dijelaskan bahwa Haris membeli antenna parabola dari
seorang temannya. Tetapi ternyata barang tersebut merupakan barang curian hal
tersebut langsung diketahui polisi, Haris dibawa ke kantor polisi, sebagai wali
kelas usatadz Kemal membela Haris, dengan menjelaskan kepada polisi bahw
aHaris tidak bersalah, tapi ternyata hal itu tidak berarti karena barang bukti telah
ditemukan di rumah Haris. Sehingga Haris harus menanggung hasil kejahatan
orang lain dengan membayar denda atau menerima hukuman penjara. Akhirnya
pihak keluarga berusaha mencari uang untuk membayar uang denda. dari uraian
diatas dijelaskan bahwa hukum tidak main-main, dan kita harus mematuhi hukum
yang berlaku di Negara tempat kita tinggal.
Setelah selesai shalat dan dzikir, Bapak ketua yayasan mengambil alih
mikrofon yang masih berada di tangan Ustadz Subki. (H.253, P.2)
Hal yang biasa penghuni as-Salam adalah shalat berjamaah diikuti dengan
berdzikir, hal yang selalu menjadi ibadah yang selalu dilakukan penghuni as-
Salam.
Waktu luang antara Maghrib dan Isya biasanya diisi dengan tadarus bersama
atau kultum secara bergiliran. Sampai menjelang shalat Isya. Otomatis mereka
menunggu selesainya shalat berjamaah, ketimbang makan malam. (H.287, P.2)
Setelah melakukan shalat berjamaah penghuni asrama mengisi waktu luang
dengan memperbanyak beribadah sebelum makan malam ,karena biasanya jika
ibadah dilaksanakan setelah makan malam mereka menjadi kurang konsentrasi
karena kenyang.
Saat setelah shalat Isya di dalam masjid, desiran alunan dzikir masih
terdengar pelan dari mulut para santti yang menunaikan perintahNya. Suasana
begitu syahdu dan tenang (H.297, P.2)
Saat berdzikir adalah saat yang tepat seseorang berkomunikasi dengan Allah
Swt, kita akan merasa sangat dekat dengan sang Maha Pancipta.
Berikut adalah kutipan pesan yang mengandung sub kategori muamalah
dalm novel “Pesantren Ilalang”.
Rahmad ingin pergi berjihad ke Ambon. Ia tak ingin mati sia-sia, tapi
dengan cara pergi berjihad ke Ambon. (H.144, P.1)
Setelah mengetahui kalau ayahnya adalah seorang pengedar narkoba,
Rahmad menjadi pendiam dan tidak pernah menjadi muadzin, dia menyesal
selama ini menerima nafkah haram, akhirnya dia memutuskan untuk pergi
berjihad ke Ambon memperjuangkan agama Islam disana.
Keesokan harinya, penggundulan bagian samping kiri dan kanan kepalanya.
Sanksi bagi siapa saja yang ketahuan merokok. (155, P.1)
Sanksi yang diberikan tersebut untuk dipatuhi seluruh santri putra pesantren
as-Salam tanpa terkecuali. Karena merokok makruh hukumnya, merokok juga
dapat merusak kesehatan dan kita menjadi boros dalam keuangan.
Kali ini aku tak berkompromi dengan aturan menggunduli rambut bagi
santri yang kedapatan melanggarnya. (H.286, P.1)
Ustadz Kemal langsung melaksanakan hukuman bagi santri yang melanggar
peraturan, agar santri lebih disiplin dan taat peraturan.
C Kategorisasi Pesan yang Paling Dominan Dalam Novel Pesantren
Ilalang
Dalam mencari pesan dakwah yang paling dominan dalam novel ”Pesantren
Ilalang” ini, maka penulis menggunakan rumus:
P = F X 100%
N
Berikut ini tabel penghitungan pesan yang paling dominan dalam
novel ”Pesantren Ilalang”
Tabel 9
No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase
1. Aqidah 17 23,3
2. Akhlak 20 27,4
3. Syariah 36 49,3
Total 73 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kalimat dan dialog yang terdapat
dalam paragraf yang mengandung pesan aqidah yaitu sebesar 23,3%, yang
mengandung pesan akhlak sebesar 27,4%, dan untuk pesan syariah yang terdapat
dalam novel “Pesantren Ilalang adalah sebesar 49,3%. Dapat diketahui dari hasil
penelitian diatas pesan dakwah yang paling dominan dalam novel “Pesantren
Ilalang adalah pesan syariah dengan prosentase sebesar 49,3%.