ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN FOTO PRE WEDING...
Transcript of ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN FOTO PRE WEDING...
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN FOTO PRE
WEDING PADA MEDIA ONLINE DETIK.COM DAN
KOMPAS.COM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Nur Aisya Wulandari
NIM: 1110051000228
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN FOTO PRE
WEDDING PADA MEDIA ONLINE DETIK.COM DAN
KOMPAS.COM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Nur Aisya Wulandari
NIM: 1110051000228
Pembimbing:
Dr. H. Sunandar, M.Ag
Nip. 19620626 199403 1 002
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN FOTO PRE
WEDDING PADA MEDIA ONLINE DETIK.COM DAN KOMPAS.COM telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu 7 Mei 2014. Skripsi ini diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada
Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 7 Mei 2014
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarrofah, MA
NIP.19630515 199203 1 006 NIP.19710816 199703 2 002
Anggota,
Penguji I Penguji II
Hj. Nunung Khairiyah, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
NIP.19730252 00701 2 018 NIP.19710412 200003 2 001
Pembimbing
Dr. H. Sunandar, MA
NIP. 19620626 199403 1 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Mei 2014
Nur Aisya Wulandari
ABSTRAK
NUR AISYA WULANDARI
Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Foto Pre Wedding Pada Detik.com dan
Kompas.com
Belakangan ini banyak kita ketahui bahwa foto pre wedding sudah banyak
diperbincangkan. Terkait dengan berita isu pengharaman foto sebelum pernikahan
atau pre wedding menimbulkan banyak pro - kontra pada publik, karena tren fotografi
pre wedding berkembang sekitar akhir dekade ini karena kebutuhan para calon
pengantin untuk menampilkan foto diri mereka dan kepentingan mengabadikan
sebelum acara resepsi pernikahan dilaksanakan. Namun perkembangan ini kemudian
sempat menimbulkan polemik. Dan tentunya permasalahan pengharaman hukum foto
pre wedding oleh sebagian pendapat Ulama, yang menimbulkan pro – kontra dalam
masyarakat.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana bingkai pemberitaan larangan foto pre wedding dalam model
Robert N. Entman pada Detik.com? bagaimana bingkai pemberitaan larangan foto
pre wedding dalam model Robert N. Entman pada Kompas.com?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing model
Robert N. Entman. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan melakukan observasi
teks yang terdapat dalam surat kabar online yaitu Detik.com dan Kompas.com dan
juga dokumentasi dengan mempelajari dokumen dan arsip yang isinya sesuai dengan
tujuan penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruksi sosial
media massa atas realitas sosial. Dimana fakta atau realitas adalah hasil konstruksi.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan bingkai
antara Detik.com dan Kompas.com dalam membingkai suatu berita. Terlihat jelas
pada bagaimana kedua media tersebut mengkonstruksi berita isu pengharaman foto
pre wedding yang menimbulkan pro - kontra. Pada Detik.com, media ini tidak
memihak manapun dan mencoba memberitakan dengan seimbang sesuai dengan apa
yang terjadi. Sedangkan Kompas.com lebih bersifat klarifikasi dengan berita yang di
tampilkan, dan kedua media online tersebut telah berhasil membuat opini publik
sesuai kehendak masing-masing media tersebut .
Keyword: Framing, Detik.com, Kompas.com, pre wedding
ii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena
rahmat dan hidayah-Nya serta limpahan anugerah yang tak terhitung penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Framing Terhadap Pemberitaan
Foto Pre Wedding Atas Fatwa MUI Pada Detik.com dan Kompas.com” dengan
baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan
Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan yang baik kepada
seluruh umat manusia.
Skripsi ini penulis persembahkan khusus kepada ayahanda tercinta Darwin
(Alm) dan Ibunda tercinta Maharani, terima kasih untuk terus bersabar dalam
seluruh proses pengerjaan skripsi ini. Dan penulis pun mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Bapak Dr. Suprapto, M.Ed, M.A, selaku Wadek I, Bapak Drs.
Jumroni, M.Si selaku Wadek II, dan juga Bapak Drs Sunandar, M.Ag selaku
Wadek III.
2. Bapak Rachmat baihaky, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, dan Ibu Hj. Umi Musyarrofah, M.A, selaku Sekertaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Bapak Drs Sunandar, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan-
masukan dalam penulisan skripsi ini.
iii
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik serta memberikan beragam ilmu yang sangat bermanfaat. Semoga
ilmu-ilmu para Dosen dibalas dengan pahala yang tak terhingga.
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu penulis dalam hal administrasi selama perkuliahan dan
penelitian skripsi ini.
6. Untuk semua keluarga yang tiada hentinya membantu dukungan secara moril
serta materil sehingga penulis dapat melanjutkan kuliah dan menyelesaikan
skripsi.
7. Wisnu Bimantoro yang selalu memberikan motivasi dan kesabaran untuk
mengingatkan penulis dalam mengerjaan skripsi.
8. Teman-teman angkatan 2010 khususnya KPI G, KKN BUMI 2013 dan
Sahabat-sahabat terbaik Desi Puji Rahayu dan Vivi Selviyani.
Pada akhirnya dengan ketidaksempurnaan ini, penulis berharap semoga
karya sederhana ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca. Dan semoga Allah
SWT membalas jasa baik yang telah diberikan dari berbagai pihak kepada penulis
selama pembuatan skripsi ini, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin
yarabbal alaamiin.
Jakarta, 2 Mei 2014
Nur Aisya Wulandari
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Fokus dan Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8
E. Kajian Pustaka .............................................................................................. 9
F. Metodologi Penelitian ................................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ................................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Teori Tentang Framing ................................................................................. 18
1. Konsep Framing ..................................................................................... 18
2. Metode Penelitian Analisis Framing ...................................................... 22
3. Framing Model Robert N.Entman .......................................................... 23
vi
4. Efek Framing .......................................................................................... 26
BAB III PROFIL DETIK.COM DAN KOMPAS.COM
A. Sejarah Umum Detik.com ............................................................................ 28
1. Visi dan Misi Detik.com ......................................................................... 30
2. Kanal Detik.com ..................................................................................... 30
3. Redaktur Detik.com ................................................................................ 32
4. Struktur Organisasi Detik.com ............................................................... 32
B. Sejarah Umum Kompas.com ........................................................................ 33
1. Visi dan Misi Kompas.com .................................................................... 34
2. Kanal Kompas.com ................................................................................ 35
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Bingkai Pemberitaan Detik.com Model Robert N.Entman .......................... 37
1. Detik.com 15 Januari 2010 ..................................................................... 37
B. Bingkai Pemberitaan Kompas.com Model Robert N.Entman ...................... 46
1. Kompas.com 17 Januari 2010 ................................................................ 46
C. Pembahasan Frame Detik.com dan Kompas.com Dalam Pemberitaan Foto
Pre Wedding ................................................................................................. 54
1. Frame Detik.com .................................................................................... 54
a. Frame Detik.com Define Problems (Pendefinisian Masalah) .......... 54
b. Frame Detik.com Diagnose Causes (Memperkirakan Penyebab
Masalah) ........................................................................................... 56
vii
c. Frame Detik.com Make Moral Judgement (Membuat Pilihan
Moral) .............................................................................................. 57
d. Frame Detik.com Treatment Recommendation
(Menekankan Penyelesaian) ............................................................. 58
2. Frame Kompas.com ................................................................................ 59
a. Frame Kompas.com Define Problems (Pendefinisian Masalah) ...... 59
b. Frame Kompas.com Diagnose Causes (Memperkirakan
Penyebab Masalah) ........................................................................... 61
c. Frame Kompas.com Make Moral Judgemnt (Membuat
Pilihan Moral) .................................................................................... 63
d. Frame Kompas.com Treatment Recommendation
(Menekankan Penyelesaian) ............................................................. 64
D. Visual Image ................................................................................................. 66
1. Foto-foto yang Dianggap Haram ............................................................ 66
2. Foto-foto yang dianggap Tidak Haram .................................................. 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 72
B. Saran ............................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 75
LAMPIRAN ............................................................................................................ 77
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Judul Berita Pada Detik.com dan Kompas.com ........................... 13
2. Tabel 1.2 Konsep Entman ............................................................................ 15
3. Tabel 2.2 Entman Melihat Dalam Dua Dimensi .......................................... 23
4. Tabel 2.3 Konsep Entman ............................................................................ 24
5. Tabel 4.1 Bingkai Pemberitaan Entman ....................................................... 38
6. Tabel 4.2 Bingkai Pemberitaan Entman ....................................................... 47
7. Tabel 4.3 Detik.com Define Problems (Pendefinisian Masalah) ................. 54
8. Tabel 4.4 Detik.com Diagnose Causes (Memperkirakan
Penyebab Masalah) ....................................................................................... 56
9. Tabel 4.5 Detik.com Moral Judgement (Membuat Pilihan Moral) .............. 57
10. Tabel 4.6 Detik.com Treatment Recommendation
(Menekankan Penyelesaian) ........................................................................ 58
11. Tabel 4.7 Kompas.com Define Problems (Pendefinisian Masalah) ............. 59
12. Tabel 4.8 Kompas.com Diagnose Causes (Memperkirakan
Penyebab Masalah) ...................................................................................... 61
13. Tabel 4.9 Kompas.com Moral Judgement (Membuat Pilihan Moral) .......... 63
14. Tabel 4.10 Kompas.com Treatment Recommendation (Memperkirakan
Penyebab Masalah) ...................................................................................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Foto adalah alat komunikasi atau penyampaian berita atau informasi
yang dijadikan sebagai bukti dalam dunia jurnalistik.1 Informasi merupakan
salah satu kebutuhan manusia yang terus menerus mengalami perkembangan.
Oleh karena itu tantangan pun semakin besar bagi perusahaan penerbit pers atau
redaksi yang berbentuk media massa baik cetak maupun media elektronik dalam
dunia media atau foto jurnalistik bisa dijadikan informasi, bukti dalam suatu
moment tertentu untuk dikenang atau dilihat kembali, antara lain yaitu foto pre
wedding yang sekarang ini sedang menjadi tradisi dalam masyarakat. Foto pre
wedding ialah foto yang diambil sebelum melakukan pernikahan untuk dijadikan
kenangan atau bukti foto tersebut.2
Foto pre wedding pun menuai pro dan kontra didalam masyarakat.
Sedangkan sekarang ini terdapat fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang
melarang bahwa “foto pre wedding haram” dilakukan. Menurut MUI foto pre
wedding haram dilakukan dikarenakan didalam dunia Islam “suatu pasangan
1Aditiawan, Rangga dan Bianca, Ferren. Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan Bisnis (Jakarta:
Dunia Komputer, 2010), hal. 5. 2Ibid
2
dilarang bersentuh tubuh apalagi melebihi dari itu, maka haram hukumnya
dalam Agama Islam”.
Akan tetapi adapula pro kontra dalam foto pre wedding tersebut. Ada
pun faktor penyebab masyarakat kontra atau anti akan adanya foto pre wedding,
antara lain :
1. Adanya pasangan muda yang sebelum melaksanakan pernikahan
sudah membuat foto tanpa busana.
2. Banyak foto pre wedding yang sebelum melakukan pernikahan sudah
bersentuhan.
3. Foto pre wedding terlalu mengikuti kebudayaan barat dan sekarang
menjadi tradisi dalam masyarakat.3
Ada pun faktor yang mendukung (pro) terhadap adanya foto pre wedding
antara lain :
1. Untuk fotografernya memberikan tempat untuk mencari penghasilan
2. Untuk mengabadikan moment-moment sebelum menikah
3. Memberikan nilai seni dalam unsur pemotretan atau foto, karena pre
wedding dilakukan dengan baik dan dengan ada nya tema yang
diinginkan pasangan tersebut.4
3 http:/www.google.com/kompasiana.html , artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul
13.00 4 http:/www.google.com/kompasiana.htm, artikel diakses pada tanggal l 7 Januari 2014 pukul
13.00
3
Tidak pernah lepas dari bagian media massa baik cetak maupun
elektronik terkait dengan content atau isi media, foto merupakan bagian yang
penting dan menarik dalam setiap pemberitaan media karena foto merupakan
kekuatan yang dapat memberikan gambaran secara detail dan valid sesuai fakta
yang disajikan agar para pembaca lebih memahaminya.
Fotografi dari bahasa Inggris : photography, yang awalnya dari bahasa
Yunani yaitu “Fos” : cahaya dan “Grafo” : melukis atau menulis. Jadi fotografi
adalah proses melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya.
Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan
gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang
mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer
untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang
bisa dibuat.5
Terkait dengan persoalan berita isu pro-kontra foto pre wedding, peneliti
mengkutip penjelasan tentang pendapat Ulama secara umum. Dikalangan
„Ulama ushul, ijtihad diistilahkan dengan “istafraagh al-wus „iy fi thalab al-
dzann bi syai‟i min ahkaam al-syar‟iyyah „ala wajh min al-nafs al-ajziy „an al-
maziid fiih”; yakni mencurahkan seluruh kemampuan untuk menggali hukum-
hukum syara‟ dari dalil-dalil dzanniy, hingga batas dirinya merasa tidak mampu
melakukan usaha lebih dari apa yang telah dicurahkannya.”
5Aditiawan, Rangga dan Bianca, Ferren. Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan Bisnis (Jakarta:
Dunia Komputer, 2010), hal. 9.
4
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan, bahwa ijtihad adalah
proses menggali hukum syara‟ dari dalil-dalil yang bersifat dzanniy dengan
mencurahkan segenap tenaga dan kemampuan, hingga dirinya tidak mungkin
lagi melakukan usaha lebih dari itu.
Sedangkan penjelasan fatwa terkait dengan obyek yang diteliti adalah
Imam Ibnu Mandzur di dalam Lisaan al-Arab menyatakan, “Aftaahu fi al-amr
abaanahu lahu (menyampaikan fatwa kepada dia pada suatu perkara,
maksudnya adalah menjelaskan perkara tersebut kepadanya). Waa afta al-rajulu
fi al mas-alah (seorang laki-laki menyampaikan fatwa pada suatu masalah). Wa
astaftaituhu fiihaa fa aftaaniy iftaa‟an wa futaa (aku meminta fatwa kepadanya
dalam masalah tersebut, dan dia memberikan kepadaku sebuah fatwa).”
Sedangkan perkataan “wa fataay” adalah asal dari kata futya atau
fatway. Futya dan fatwa adalah dua isim (kata benda) yang digunakan dengan
makna al-iftaa‟. Oleh karena itu, dinyatakan “aftaitu fulaan ru‟yan ra‟aaha idza
abratuhaa lahu (aku memfatwakan kepada si fulan sebuah pendapat yang dia
baru mengetahui pendapat itu jika aku telah menjelaskan jawaban atas masalah
itu). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa , fatwa adalah penjelasan
hukum syariat atas berbagai macam persoalan yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat.6
6http://www.hizbut.tahrir.or.id/mui, artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 14.15
5
Sesuai dengan obyek yang diteliti, penulis mencoba meneliti tentang foto
pre wedding terkait dengan dunia fotografi. Menurut Kusuma dalam bukunya
“Trik Foto Pre-Wedding Kreatif”. Fotografi pre wedding adalah sesuatu hal
yang menarik untuk didalami karena sifatnya yang “kompleks”. Untuk
menguasainya, anda harus menggali teknik memotret orang (potrait), mengatur
pose, hingga teknik berkreasi dengan sudut pandang memotret, namun juga
untuk mendapatkan penghasilan atau bisnis. Hal tersebut membuat penulis
tertarik untuk meneliti karena hal tersebut membuat jalur fotografi jadi
bervariasi dan menarik. Pre wedding photography telah menjadi tren wajib bagi
pasangan yang akan menikah. Bisa dibilang, Indonesia adalah negara satu-
satunya yang mempopulerkan konsep ini. Padahal, secara konseptual di dunia
fotografi, kegiatan ini tidak lazim.7
Demikian yang sempat diungkapkan oleh fotografer kawakan, Arbain
Rambey dalam salah satu tulisannya di harian kompas. “ Istilah fotografi pre
wedding punya kesalahan bahasa yang parah,”. Kata pertama menggunakan
bahasa Indonesia, namun kata selanjutnya adalah bahasa Inggris. Kalaupun
dibuat benar secara tata bahasa Inggris adalah pre-wedding photography.
Namun ini pun kesalahan yang makin salah, karena fotografer luar selain
Indonesia akan binggung pada istilah ini karena ini termasuk tidak lazim dalam
dunia fotografi mereka. “Fotografi pre wedding” muncul di Indonesia dan
sampai saat ini hanya lazim dimasyarakat Indonesia. Fotografi pre wedding
7Kusuma, Yuliandi. Trik Foto Pre-Wedding Kreatif (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2010), hal. 3.
6
begitu biasa disebut terjadi karena pelaku fotografi „melebarkan‟ market bisnis
di dunia pernikahan sampai ke segala segi,” ungkapnya.8
Dalam dunia fotografi luar negeri, tidak mengenal istilah pre wedding
photography, melainkan wedding photography. Secara teoritis orang Barat
mengenal istilah ini sebagai Engagement Photo. Memotret pengantin saat
kegiatan pemberkatan pose pengantin setelah pemberkatan didalam studio dan
diluar studio. Bedakan dengan fotografi pre wedding di Indonesia yang
memotret calon pengantin untuk keperluan detil pernikahan. Seperti sampul
surat undangan, standing foto memasuki gerbang pernikahan dan sebagainya.
Semuanya diatur dalam pose pengantin yang sedang berbahagia.9
Tren fotografi pre wedding berkembang sekitar akhir dekade ini karena
kebutuhan calon pengantin untuk menampilkan foto diri mereka. Namun
perkembangan ini sempat menimbulkan polemik. Dan tentunya permasalahan
keluarnya fatwa haram hukumnya foto pre wedding oleh sebagian pendapat
ulama, yang menimbulkan pro-kontra dalam masyarakat. Pada intinya dalam
foto itu sendiri dalam fotografi pre wedding tidak ada masalah, yang jadi
permasalahan adalah yang ditimbulkan dari fotografi pre wedding itu sendiri,
seperti selama ini sering kita melihat pose-pose dalam foto pre wedding identik
menampilkan adegan yang dilarang syariat agama, contohnya pose saat
8http://www.fotografer.net/kompas-online, artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul
15.30 9 http://www.fotografer.net/kompas-online, artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul
15.30
7
berpelukan, berciuman dan pose sensual lainnya, itu yang mengakibatkan foto
pre wedding haram hukumnya.
Media online disini berusaha membentuk opini publik menurut kehendak
media tersebut, setiap media mempunyai cara yang berbeda-beda dalam
menyajikan atau mengkonstruksi suatu realitas. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
setiap media memiliki ideologi yang berbeda-beda, sehingga pengambilan sudut
pandang terhadap suatu realitas di sesuaikan dengan Ideologi media tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka untuk mengetahui lebih jauh isi
teks berita mengenai larangan foto pre wedding dalam media online Detik.com
dan Kompas.com serta analisis Framing dalam mengungkap berita seputar
masalah yang terkandung didalamnya, peneliti bermaksud mengadakan
penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi berjudul “Analisis
Framing Pemberitaan Foto Pre Wedding Pada Media Online Detik.com
dan Kompas.com”
B. Fokus dan Rumusan Masalah
Fokus dari penelitian ini adalah pemberitaan larangan foto pre wedding
pada Detik.com dan Kompas.com. berdasarkan fokus masalah diatas, maka
rumusan masalahnya, adalah:
8
1. Bagaimana bingkai pemberitaan larangan foto pre wedding dalam
model Robert N. Entman pada Detik.com?
2. Bagaimana bingkai pemberitaan larangan foto pre wedding dalam
model Robert N. Entman pada Kompas.com?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok batasan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana Detik.com dan Kompas.com mengemas
berita mengenai larangan foto pre wedding
2. Untuk mengetahui bagaimana bingkai pemberitaan larangan foto pre
wedding dalam model Robert N. Entman
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Dari segi akademis penelitian ini diharapkan menjadi sebuah sumbangan
pemikiran, memperkaya ilmu dakwah dan ilu komunikasi melalui konsep
analisis framing, dan metodologi penelitian kualitatif serta model Robert
N.Entment.
Memberikan kontribusi keilmuan bagi pengembangan ilmu dakwah dan
ilmu komunikasi (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini
diharapkan juga dapat digunakan sebagai acuan referensi dalam penelitian
selanjutnya.
9
2. Manfaat Praktis
Memberi kontribusi pada para praktisi media cetak dalam menganalisis
berita melalui analisis framing dan manfaatnya dapat memberikan gambaran
untuk penelitian selanjutnya dalam menganalisis suatu berita dalam media
dengan menggunakan analisis framing, bagi praktisi dakwah dan praktisi
komunikasi media cetak.
E. Kajian Pustaka
Maysayarah, penelitian ini menemukan mengenai pemberitaan-
pemberitaan terorisme yang terjadi di indonesia. Persamaannya adalah sama-
sama menggunakan analisis framing model Robert N. Entman. Perbedaan
penelitian ini terletak pada subyek dan obyek penelitian. Pada skripsi ini subyek
yang diteliti adalah surat kabar Sindo dan obyek yang diteliti adalah berita-berita
mengenai aksi terorisme yang terjadi di Indonesia.10
Fatimatuzzahro, penelitian ini membahas mengenai bagaimana harian
umum Republika mengemas berita kriminal mutilasi. Persamaannya adalah
sama-sama menggunakan analisis framing model Robert N. Entman. Perbedaan
10
Maysyarah, “Analisis Framing Berita Aksi Terorisme di Indonesia dalam Surat Kabar Sindo
(Seputar Indonesia),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri
Syarif Hidayutallah Jakarta,2010).
10
penelitian ini terletak pada surat kabar yang diteliti yaitu harian umum
republika.11
Muhammad Rifad Syauqi menyimpulkan mengenai pengemasan berita
yang dilakukan Media Indonesia terkait satu tahun SBY Budiono.
Persamaannya adalah sama-sama menggunakan model analisis framing model
Robert N. Entman. Perbedaan penelitian ini terletak pada obyek penelitian yang
meneliti tentang berita satu tahun SBY Budiono.12
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, hal ini karena naturalistik, maksudnya adalah harus sesuai adanya,
non-hitung, dengan wawasan seluas-luasnya dan alternatif sebanyak-
banyaknya. Penulisan kualitatif adalah penelitian yang hasil temuannya tidak
berdasar pada hitung-hitung-hitungan angka statistik.13
Penelitian ini bersifat
deskriptif karena hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Peneliti ini tidak
menguji hipotesis atau membuat prediksi dan juga tidak menguji teori.
Penelitian deskriptif menurut Jalaludin Rakhmat ditujukan untuk:
11
Fatimatuzzahro, “Analisis Framing Berita Kriminal Koran Harian Umum Republika,” (Skripsi
S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayutallah
Jakarta,2009). 12
Muhammad Rifad Syauqi, “Analisis Framing Pemberitaan Satu Tahun SBY Budiono di
Harian Media Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negri Syarif Hidayutallah Jakarta,2013) 13
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakrya, 2006), hal.6.
11
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang
melukiskan gejala yang ada.
2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan
praktek yang berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi.14
Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti yaitu data
yang sebenarnya terjadi bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data
yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap.15
Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dari penelitian jenis lainnya, diantaranya :
1. Latar alamiah
2. Manusia sebagai alat (instrumen) : disini sebagai obyek penelitian
3. Deskriptif: data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan
angka-angka.
4. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data penelitian kualitatif
tidak menggunakan validitas, realibilitas, objektivitas, yang lazim
digunakan dalam penelitian klasik.16
14
Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),
hal. 25. 15
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hal. 2. 16
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya.2001), hal
.4-8.
12
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen (1982)
adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) langsung kesumber data dan peneliti adalah instrumen
kunci.
2. Peneliti kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada
angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk
atau outcame
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif
5. Penelitian kulitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang
teramati).17
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis framing, yaitu
model Robert N. Entman di mana dalam penelitian ini akan dijelaskan
mengenai pembingkaian suatu teks yang tersaji dalam rubrik khusus
mengenai pengharaman foto pre wedding dalam surat kabar Detik.com dan
Kompas.com.
17
Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hal. 9-10.
13
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini ialah dari Detik.com dan Kompas.com,
sedangkan yang menjadi objek penelitian ini ialah pemberitaan foto pre
wedding atas fatwa MUI.
Tabel 1.1
Judul Berita Pada Detik.com dan Kompas.com
No. Edisi Judul Keterangan
1. 15 Januari 2010 “ketua MUI sependapat foto
pre wedding haram”
Detik.com
2. 17 Januari 2010 “ MUI : foto “pre wedding”
masih boleh”.
Kompas.com
4. Tahapan penelitian
Prosedur dalam melakukan penelitian adalah :
a. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih baik
hasilnya dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematik sehingga mudah
untuk diolah. Adapun yang menjadi instrumen penelitian ini adalah :
1) Analisis Teks
14
Penelitian analisis teks yang diambil dalam media massa online
mengenai pemberitaan foto pre wedding atas fatwa MUI pada detik.com
dan kompas.com, yang penulis pilih dari berita yang dimuat dalam
rubrik harian detik.com dan kompas.com, yakni sebanyak 2 berita
diantaranya: ketua MUI sependapat foto pre wedding haram (15 Januari
2010) dan MUI : foto “pre wedding” masih boleh (17 Januari 2010)
2) Observasi
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi teks. Observasi teks
ini merupakan pengamatan yang bertujuan untuk menganalisa isi pesan
yang terdapat dalam sebuah berita, kemudian peneliti melakukan
pengamatan secara sistematis tentang fenomena yang terdapat pada
harian Detik.com dan Kompas.com.
3) Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, diolah kedalam tabel,grafik, bagan
dll.Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4) Teknik Analisis Data
15
Dalam pemberitaan foto pre wedding atas fatwa MUI pada
Detik.com dan Kompas.com, penulis menggunakan teknik analisis
framing model Robert N. Entman. Dalam konsep framing Entman,
digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek
tertentu dari realitas oleh media. Framing memberikan tekanan lebih
pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang
ditonjolkan/dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu
sendiri dapat didefinisikan; membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih
bermakna, atau lebih mudah diingat oleh khalayak.
Dalam konsep Entman terdiri dari empat konsep yaitu:
Tabel 1.2
Konsep Entman18
Define Problem
(pendefinisian masalah)
bagaimana suatu peristiwa dilihat, sebagai apa,
atau sebagai masalah apa.
Diagnoses Causes
(memperkirakan
penyebab masalah)
peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa, apa
yang dianggap sebagai penyebab dari suatu
masalah, siapa (aktor) yang dianggap sebagai
penyebab masalah.
Make Moral Judgement
(membuat pilihan moral)
nilai moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah, nilai moral apa yang
dipakai untuk melegitimasi atau
mendelegitimasi suatu tindakan.
Treatment
Recommendation
(menekankan
penyelesaian)
penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
mengatasi masalah atau isu, jalan apa yang
ditawarkan dan harus ditempuh untuk
mengatasi masalah.
18
Eriyanto, Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2002),
Cet ke-1 h. 186-189
16
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis
penulisannya dibagi ke dalam lima bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan tentang keterangan-keterangan yang
berisikan mengenai latar belakang, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian baik
secara akademis maupun praktis, tinjauan pustaka,
kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Bab ini menerangkan tentang teori tentang framing,
framing model Robert N. Entman, efek framing.
BAB III :PROFIL DETIK.COM DAN KOMPAS.COM
Pada bab ini berisikan tentang Gambaran umum, Profil
Harian Detik.com, Sejarah Harian Detik.com, Visi dan
Misi, Struktur redaksional serta Profil Harian
Kompas.com, Sejarah Harian Kompas.com, Visi dan
Misi, serta Struktur redaksional.
17
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini menjelaskan Analisa Berita Foto Pre
Wedding atas Fatwa MUI pada Detik.com, Analisis
Framing Robert N. Entman, Analisa Berita Foto Pre
Wedding Atas Fatwa MUI pada Kompas.com, Analisis
Framing Robert N. Entman.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan
terhadap apa yang telah diteliti oleh penulis dalam karya
ilmiah ini, serta memberikan saran-saran dan juga
beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.
18
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Teori Tentang Framing
1. Konsep Framing
Analisis framing pada dasarnya merupakan versi terbaru dari pendekatan
analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai
framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya “frame
dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang
mengorganisasikan pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang
menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas”.1
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis
untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja)
dibingkai oleh media melalui proses konstruksi.2 Dalam perspektif komunikasi,
analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat
mengkonstruksi fakta.3
Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta
kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih mudah diingat, untuk
menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Kata penonjolan
1Alex Sobur, Analisis Teks: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan
Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 161-162.
2 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2002),
h. 3. 3Alex Sibur, Analisis Teks: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan
Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 162.
19
didefinisikan sebagai sebuah informasi agar lebih diperhatikan, bermakna dan
berkesan. Suatu peningkatan dalam penonjolan mempertinggi probabilitas
penerima agar lebih memahami informasi, melihat makna tajam, lalu
memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan.4
Analisis framing merupakan salah satu metode analisis teks yang berada
dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas
kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi
karenanya, konsentrasi analisis paradigma konstruksionis adalah menemukan
bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa
konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini
sering kali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna.5
Framing juga merupakan cara atau gaya bercerita yang digunakan oleh
wartawan dalam media massa. Cara bercerita, berhubungan dengan apa yang
dilihat, didengar, dan dirasakan oleh wartawan. Perspektif wartawan dibutuhkan
ketika menseleksi dan menulis isu berita, karena perspektif ini yang nantinya
akan menjadi parameter untuk menentukan hal-hal apa saja yang perlu
ditonjolkan dan dikabulkan dalam penulis berita.
Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas, proses
memilih fakta yang didasarkan pada asumsi wartawan, apa yang dipilih dan apa
yang dibuang. Kedua, menulis fakta, proses ini berhubungan dengan bagaimana
4Alex Sobur, Analisis Teks: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan
Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya.2001), h. 164. 5Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2002), h.
37
20
fakta yang dipilih disajikan kepada khalayak. Analisis framing melihat bagaiman
cara media memaknai, memahami, dan membingkai peristiwa yang diberitakan
dengan jalan menguraikan dengan penjelasan panjang lebar.
Konsep framing sesungguhnya dapat dibedakan menjadi dua :
a. Frame Media (Media Framing)
Menurut Robert N, Entman “frame” berarti memilih beberapa aspek dari
realitas yang tersepsikan dan membuatnya lebih penting dalam suatu
pengkomunikasian teks, sedemikian rupa untuk mempromosikan definisi
tertentu tentang suatu persoalan, interpretasi, penilaian moral, dan atau
pemberian saran.
Pada dasarnya media framing adalah framing berita yang mencerminkan
produk media sekaligus produk dari para wartawannya ketika harus
mengidentifikasi dan mengklasifikasi serta kemudian menyampaikan
informasi dan opini khalayak, dengan kata lain media framing pada
hakikatnya merupakan konstruksi atau pendefinisian oleh media mengenai
realitas suatu peristiwa-peristiwa yang ada atau terjadi dalam masyarakat.6
b. Frame Khalayak (Individual Audience Framing)
Menurut Robert N, Entman menyebutkan bahwa individual frame
sebagai gagasan yang tersimpan dalam pemikiran yang dapat membimbing
seseorang dalam memproses informasi, dimana gagasan yang dimaksud
bersifat umum dan garis besar serta menyangkut kurun waktu yang lama
6 Prawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.2007.h.191
21
namun dapat juga bersifat spesifik dan menyangkut kurun waktu relatif
pendek berkenaan dengan peristiwa-peristiwa atau isu-isu tertentu.7
Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran
tentang sesuatu kejadian dibalikkan secara halus dengan memberikan sorotan
kepada aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang
mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat
ilustrasi lainnya.8 proses framing digambarkan sebagai berikut :
a. Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
penyuntingan yang melibatkan semua pekerja dibagian keredaksian
media cetak, redaktur dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur
pelaksana menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat atau
tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan.
b. Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers tetapi juga
pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus informasi yang ingin
ditonjolkannya (sambil menyembunyikan sisi lain). Proses framing
menjadikan media massa sebagai arena dimana informasi tentang
masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara
berbagai pihak
yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung pembaca.
7Prawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.2007.h.191
8Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta:
LKIS.2002.h.22
22
2. Metode Penelitian Analisis Framing
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian
kulitatif dengan studi analisis framing.
Menurut Bogdan dan Taylor, metode kulitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku orang yang diamati. Dengan kata lain, pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu secara utuh. Dengan demikian, tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi
perlu memandangnya sebagian dari keutuhan. 9
Sedangkan penelitian menurut jenis data dan analisis terbagi menjadi
dua, antara lain :
1. Peneltian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data kualitatif ( data
yang berbentuk data, kalimat, skema, dan gambar )
2. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data kuantitatif ( data
yang berbentuk angka atau data yang diangkakan)
Dalam penjelasan diatas jelas terlihat data-data yang disajikan nantinya
dalam penelitian adalah secara kata-kata dan tidak menggunakan data angka-
angka atau statistik. Penelitian akan melakukan studi framing tentang
pemberitaan yang ditulis di media online Detik.com dan Kompas.com yang
memberitakan tentang pengharaman foto pre wedding terhadap fatwa MUI yang
telah dikeluarkan oleh media online.
9Lexy J Moeleong.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya,2009.h.4
23
3. Framing Model Robert N.Entman
Robert N.Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar
bagi analisis framing untuk studi isi media. Entman melihat framing dalam dua
dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu
dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih
bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang
disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu
realitas.
Tabel 2.1
Entman Melihat dalam Dua Dimensi10
Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan
pemilihan fakta . dari realitas yang
kompleks dan beragam itu, aspek mana
yang diseleksi untuk ditampilkan?
Dari proses ini selalu terkandung
didalamnya ada bagian berita yang
dimasukkan (included), tetapi ada juga
berita yang dikeluarkan (excluded).
Tidak semua aspek atau bagian dari isu
ditampilkan, wartawan memiliki aspek
tertentu dari suatu isu.
Penonjolan aspek tertentu dari isu Aspek ini berhubungan dengan
penulisan fakta. Ketika aspek tertentu
dari suatu peristiwa/isu tersebut telah
dipilih, bagaimana aspek tersebut
ditulis?
Hal ini sangat berkaitan dengan
pemakaian kata, kalimat, gambar dan
citra tertentu untuk ditampilkan kepada
khalayak.
10
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.187.
24
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau
cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis
berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa
yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak
dibawa kemana berita tersebut. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya
merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam
suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa
yang diwacanakan.
Dalam konsep Entman terdiri dari empat konsep yaitu:
Tabel 2.2
Konsep Entman11
Define Problems (pendefinisian
masalah)
Bagaimana suatu peristiwa dilihat,
sebagai apa, atau sebagai masalah apa.
Diagnose Causes (memperkirakan
penyebab masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh
apa, apa yang dianggap sebagai
penyebab dari suatu masalah, siapa
(aktor) yang dianggap sebagai
penyebab masalah.
Make Moral Judgement (membuat
pilihan Moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah, nilai moral apa
yang dipakai untuk melegitimasi atau
mendeligimtimasi suatu tindakan.
Treatment Recommendation
(menekankan penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan
untuk mengatasi masalah atau isu,
jalan apa yang ditawarkan dan harus
ditempuh untuk mengatasi masalah.
11
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.188.
25
Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama
kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master
frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami
oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu
tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami berbeda. Dan bingkai
yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.
Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan
elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu
peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa
(who). Bagaiman peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang
dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara
berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara
berbeda pula.
Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing
yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian
masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab
masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung
gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang
familiar dan dikenal oleh khalayak.
Elemen framing lain adalah Treatment recommendation (menekankan
penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh
wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu
26
tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang
dipandang sebagai penyebab masalah.12
4. Efek Framing
Media massa pada dasarnya adalah media diskusi publik tentang suatu
masalah yang melibatkan tiga pihak: wartawan, sumber berita, dan khalayak.
Ketiga pihak itu mendasarkan keterlibatannya pada peran sosial masing-masing
dan hubungan diantara mereka terbentuk melalui operasionalisasi teks yang
mereka konstruksi. Media massa dilihat sebagai forum bertemunya pihak-pihak
dengan kepentingan, latar belakang dan sudut pandang yang berbeda-beda.
Setiap pihak yang berbeda-beda. Setiap pihak berusaha untuk menonjolkan basis
penafsiran, klaim atau argumentasi masing-masing, berkaitan dengan persoalan
yang diberitakan. Setiap pihak juga menggunakan bahasa-bahasa simbolik atau
retorika dengan konotasi tertentu.
Peristiwa-peristiwa penting yang bersentuhan langsung dengan kepentingan
publik selalu menarik perhatian masyarakat dan memfokuskannya pada
problem sosial tertentu. Peristiwa ini umumnya mendorong kalangan media
untuk menghadirkan suatu diskusi di mana semua pihak dapatb
menyuarakan pendapat dan penafsirannya tentang peristiwa itu sendiri dan
masalah sosial yang terkandung di dalamnya.
12
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.189.
27
Seleksi isu, aspek memilih isu ini berkaitan dengan pemilihan fakta.
Bagian mana yang akan diliput oleh wartawan dari suatu isu/peristiwa?
Aspek memilih fakta tidak dapat dilepaskan bagaimana fakta dipahami oleh
media. Ketika melihat peristiwa, wartawan mau tidak mau memakai
kerangka konsep dan abstraksi dalam menggambarkan realitas.
Penonjolan aspek tertentu dari suatu isu sangat berkaitan dengan
penulisan fakta. Proses ini mau tidak mau sangat berhubungan dengan
pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca oleh khalayak.
Pilihan kata-kata tertentu yang dipakai tidak sekedar teknis jurnalistik, akan
tetapi sebagai politik bahasa.13
13
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 195-200.
28
BAB III
PROFIL DETIK.COM DAN KOMPAS.COM
A. Sejarah Umum Detik.com
Detik.com lahir diprakarsai oleh beberapa wartawan dari berbagai media
di Indonesia pada Oktober 1995. Mereka adalah Budiono Darsono (mantan
wartawan Tempo dan mantan Redpel Detik), Yayan Sopyan dan Didi Nugrahadi
(mantan redaktur majalah Detik) serta Abdul Rahman (mantan wartawan
Tempo) yang bermaksud mendirikan bisnis internet (www.agrakom.com).1
Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, banyak
media cetak yang mulai berpindah menjadi media online hanya dengan
memindahkan berita dari media cetak ke blog internet. Konsep media internet
atau lebih dikenal dengan istilah media online ini tidak memiliki kendala waktu
juga batasan halaman dan ruang. Oleh karena itu, Budiono (kini menjabat
pemimpin Redaksi Detik.com) bersama ketiga rekannya di agrakom sepakat
mengadopsi konsep media online ini pada 9 Juli 1998 dan lahirlah media online
Detik.com.
Detik.com (http://www.detik.com) yang banyak orang dinilai sebagai
pelopor praktek pers online di Indonesia. Detik.com bukan hanya
mempercayakan format penerbitnya dalam bentuk halaman-halaman Web saja
tanpa versi cetak, namun juga memang sejak awal dirancang dengan
1Company Profile Detik.com.
28
29
mengakomodasi dan memanfaatkan kecanggihan, kemudahan dan keleluasaan
yang menjadi karakter teknologi Web. Bersamaan dengan itu, Detik.com
memang sengaja dirancang bagi pengakses internet yang mempunyai kultur
agak berbeda dengan pembaca media tradisional.
Januari 2001 Detik.com memindahkan kantornya yang semula berada di
kawasan kompleks perkantoran di sekitar stadion lebak bulus ke wisma pondok
indah. Kantor yang berjarak 20 meter dari Pondok Indah Mall II ini ternyata
tidak mampu menampung banyaknya organisasi redaksional Detik.com yang
tumbuh dan semakin berkembang.
Pada akhirnya akhir desember 2006, Detik.com kembali pindah kantor di
Aldevco Octagon Building, yang terletak di jalan Warung Buncit Raya No.75,
Jakarta Selatan 12740 menjadi pilihan untuk kantor baru Detik.com hingga saat
ini. Di gedung ini, Detik.com menempati lantai dua dengan luas 1.046 meter
persegi, atau dua kali lipat dibandingkan kantor sebelumnya. Dengan space yang
cukup luas ini, Budi Dharsono dkk berharap bisa mengimbangi irama
perkembangan media online Detik.com yang semakin berkembang.
Dalam pemberitaan Detik.com lebih memilih berita konservatif.
Walaupun internet dikenal sangat bebas, namun Detik.com justru tidak memilih
bebas dalam arti sebebas-bebasnya, tetapi tetap menjalankan prinsip-prinsip
jurnalistik yang berlaku, termasuk penyajian secara cover.
Kepercayaan adalah target utama Detik.com, hal ini terbukti dengan
banyaknya media cetak yang mengkutip pemberitaan Detik.com. Bahkan media
30
cetak, ada yang tidak saja mengkutip, tetapi juga menirukan berita Detik.com
secara utuh, terutama media-media di daerah. Yang menjadi target pembaca
Detik.com bukanlah perusahaan pers, melainkan end user. Karena itulah
Detik.com tidak bisa disebut sebagai kantor berita.
1. Visi dan Misi Media Online Detik.com
Visi
- Menjadi perusahaan yang lebih besar dan menjadi pemain tunggal atau utama
dalam industri periklanan online ataupun mobile industri.
Misi
- Menyajikan informasi yang akurat, rinci dan cepat kepada masyarakat
- Tidak adanya periodesasi seperti harian, mingguan, bulanan seperti media cetak
lainnya. Ini menunjukkan Detik.com memberikan berita yang segar dan
terpercaya
- Mengupdate masyarakat untuk dapat lebih cepat mendapatkan berita atau
informasi lainnya lewat internet (Company Profile Detik.com).
2. Kanal Detik.com
- DetikNews : berisi tentang informasi berita politik – peristiwa.
- DetikFinance : memuat berita ekonomi dan keuangan.
- DetikFood : informasi tentang resep makanan dan kuliner.
- DetikHot : berisi info gosip artis / selebritis dan infotaiment.
31
- DetikNet : memuat informasi teknologi informasi.
- DetikSport : berisi info olahraga termasuk sepak bola.
- DetikHealth : memuat info dan artikel kesehatan.
- DetikTv : memuat info mengenai video (tv berita).
- DetikFoto : memuat berita tentang foto.
- DetikTravel : memuat informasi tentang liburan dan pariwisata.
- DetikSurabaya : memuat info mengenai surabaya dan provinsi
jawa timur.
- DetikBandung : memuat info mengenai bandung dan provinsi
jawa barat.
- DetikForum : tempat diskusi online antar forum pengguna
detik.com.
- BlogDetik : tempat mengakses berisi info atau artikel.
- Wolipop : berisi informasi mengenai wanita dan gaya
hidup.
- TanyaSaya : tempat para pengakses tanya jawab mengenai hal
apapun.
- DetikMap : semacam alat/tool untuk melihat peta lokasi.
- IklanBaris : berisi iklan yang langsung di isi konsumen.
- MyTrans : live streaming dari trans tv dan trans 7.
- HarianDetik : berisi berita dalam bentuk koran digital.
- Detikoto : memuat informasi mengenai otomotif.
32
3. Redaktur Detik.com pusat
Pemimpin redaksi : Budiono Darsono
Wakil pemimpin redaksi : Ine Yordenaya
Dewan redaksi : Iin Yumianti
Redaktur eksekutif : Nurul Hidayati
Redaktur pelaksana : Andi A (detik sport), Is Mujiarso
(detik hot), Wicaksono dan Hidayat (detiknet), Indra S.(detik news),
Nurul Qomariyah (detik finance), Dadan K. (detik oto), Irna Gustia
(detik health), Iin Yumianti (new media).2
4. Struktur Organisasi Detik.com Pusat
Komisaris Utama : Drs. Raden Suroyo Bimantoro
Wakil Komisaris Utama : Zainal Rahman
Komisaris : Sutrisno Iwanto dan Calvin L
Direktur Utama : Abdul Rahman
Wakil Dirut : Budiono Darsono
Direktur Sales dan Marketing : Nur Wahyuni.S
Direktur IT : Andy S. Huzin
Direktur Keuangan dan HRD : Warnedy
2Company Profile Detik.com.
33
B. Sejarah Umum Kompas.com
Kompas.com berdiri pada tahun 1997 dengan nama Kompas Online. Saat
itu, Kompas Online hanya berperan sebagai edisi internet dari Harian Kompas.
Kemudian pada tahun 1998, Kompas Online merubah namanya menjadi
Kompas.com dengan berfokus pada pengembangan isi, desain dan strategi
pemasaran yang baru. Kompas.com pun memulai langkahnya sebagai portal
berita terpercaya di Indonesia.
Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 2008 Kompas.com tampil dengan
perubahan penampilan yang signifikan. Mengusung ide “Reborn”, Kompas.com
membawa logo, tata letak, hingga konsep baru didalamnya. Lebih kaya, lebih
segar, lebih elegan dan tentunya tetap mengedepankan unsur user – friendly dan
advertiser – friendly.3
Sinergi ini menjadikan Kompas.com sebagai sumber informasi lengkap,
yang tidak hanya menghadirkan berita dalam bentuk teks, namun juga gambar,
video, live streaming. Perubahan ini pun mendorong bertambahnya pengunjung
aktif Kompas.com di awal tahun 2008 yang mencapai 20 juta pembaca aktif
perbulan, dan total 40 juta page views/impression per bulan. Saat ini,
kompas.com telah mencapai 120 juta page view perbulan.
Pada tahun tersebut juga mulai ditampilkan channel - channel atau kanal
– kanal di halaman depan Kompas.com. kanal – kanal ini didesain sesuai dengan
tema berita dan membuat setiap pengelompokkan berita memiliki karakter.
3Company Profile Kompas.com.
34
1. Visi dan Misi Media Online Kompas.com
Visi
- Menjadi perusahaan terbesar, terbaik, terpadu, dan tersebar di Asia Tenggara.
Melalui usaha berbasis pengetahuan untuk menciptakan masyarakat terdidik,
tercerahkan, menghargai kebhinekaan, adil, dan sejahtera.
Misi
- Kompas.com memulai langkahnya sebagai portal berita terpercaya di Indonesia.
- Berita yang ditulis secara berani, kritis dan tajam.
- Lebih kaya, lebih segar, lebih elegan dan tentunya tetap mengedepankan unsur
user – friendly dan advertiser – friendly.
- Sinergi ini menjadikan Kompas.com sebagai sumber informasi lengkap, yang
tidak hanya menghadirkan berita dalam bentuk teks, namun juga gambar, video,
live streaming.
- Kompas.com juga telah menciptakan komunitas menulis dengan konsep citizen
journalism dalam kompasiana. Setiap anggota Kompasiana dapat mewartakan
peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi
dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video.4
4Company Profile Kompas.com.
35
2. Kanal Kompas.com
- KOMPAS Female
Memuat informasi seputar dunia wanita: tips-tips seputar karier, kehamilan, trik
keuangan serta informasi belanja.
- KOMPAS Bola
Tempat akurat untuk mengetahui update skor, berita seputar tim dan
pertandingan sepak bola.
- KOMPAS Health
Berisi tips-tips dan artikel tentang kesehatan, informasi medis terbaru, beserta
fitur informasi kesehatan interaktif.
- KOMPAS Tekno
Mengulas gadget-gadget terbaru di pasaran, menampilkan review produk dan
beragam berita teknologi
- KOMPAS Entertainment
Menyajikan berita-berita selebriti, ulasan film, musik dan hiburan dalam dan
luar negeri.
- KOMPAS Otomotif
Menampilkan berita-berita seputar kendaraan, trend mobil dan motor terbaru
serta tips-tips merawat kendaraan.
- KOMPAS Properti
Memuat direktori lengkap properti dan artikel tentang rumah, apartemen serta
tempat tinggal.
36
- KOMPAS Images
Menyajikan foto-foto berita berkualitas dalam resolusi tinggi, hasil pilihan editor
foto KOMPAS.com.
- KOMPAS Karier
Kanal yang tak hanya berfungsi sebagai direktori lowongan kerja, namun juga
sebagai one-stop career solution bagi para pencari kerja maupun karyawan.
Kompas.com juga telah menciptakan komunitas menulis dengan konsep
citizen journalism dalam kompasiana. Setiap anggota Kompasiana dapat
mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan
aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video.
Kompasiana juga melibatkan kalangan jurnalis Kompas Gramedia dan para
tokoh masyarakat, pengamat serta pakar dari berbagai bidang, keahlian dan
disiplin ilmu untuk ikut berbagi informasi, pendapat dan gagasan. Kompasiana,
yang setiap hari melahirkan 300 hingga 400 tulisan telah berhasil membangun
komunitas jurnalisme warga yang mencapai 50.000 anggota.
37
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Bingkai Pemberitaan Model Robert N.Entman
1. Detik.com 15 Januari 2010
Judul : Ketua MUI sependapat foto pre wedding haram
Tanggal : 15 Januari 2010
Didalam pemberitaan Detik.com mengenai larangan adanya foto pre
wedding ini memang diamini oleh ketua MUI yaitu KH.Cholil Ridwan yang
sependapat dengan forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri. Merujuk ajaran Islam sebelum menikah seperti suami istri
memang haram hukumnya. Kalau sudah menikah di foto dengan pose suami istri
itu tidak apa-apa, itu tidak melanggar syariat, jelasnya. Karena foto pre-wedding
itu sudah merupakan budaya, seperti halnya pacaran itu sebenarnya haram,
karena sudah jadi budaya, sepertinya tidak haram.
KH.Cholil Ridwan menegaskan bahwa yang menjadi masalah didalam
foto pre wedding adalah berpose layaknya suami istri dan dia juga menegaskan
bahwa MUI pusat tidak akan membahas hal itu sepanjang tidak ada permintaan
ke masyarakat atau ke lembaga.
37
38
Tabel 4.1
Bingkai Pemberitaan Entman
15 Januari 2010 Ketua MUI Sependapat Foto Pre Wedding
Haram
Define Problems
(pendefinisian masalah)
KH.Cholil Ridwan selaku ketua MUI pusat
mengamini dan memberikan pendapat bahwa
foto pre wedding haram yang dikeluarkan oleh
forum bahtsul masail.
Diagnose Causes
(memperkirakan penyebab
masalah)
Ketua MUI menjelaskan bahwa “kalau
dikembalikan ke syariat, saya tidak keberatan
atas fatwa itu”
Make Moral Judgement
(membuat pilihan moral)
Menurut penjelasan KH.Cholil Ridwan selaku
ketua MUI :
-Kalau foto laki-laki dan perempuan sebelum
menikah seperti suami istri memang haram
hukumnya.
Treatment
Recommendation
(menekankan
penyelesaiannya)
KH.Cholil Ridwan menegaskan MUI pusat tidak
akan membahas hal itu sepanjang tidak ada
permintaan ke masyarakat atau ke lembaga.
Artinya MUI pusat tidak mengeluarkan berupa
fatwa tentang persoalan tersebut.
Define Problems, dalam pemberitaan Detik.com ini , pendefinisian
masalahnya adalah KH.Cholil Ridwan selaku ketua MUI pusat mengamini dan
memberikan pendapat bahwa foto pre wedding haram sebagaimana dengan
fatwa yang dikeluarkan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini)
Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di
Ponpes Lirboyo, Kediri. Seperti yang terlihat pada judul berita yang ditulis
Detik.com Jum’at, 15 Januari 2010, “Ketua MUI Sependapat Foto Pre
Wedding haram”. Judul yang diangkat menggambarkan bahwa foto pre
wedding haram sebagaimana dengan keluarnya fatwa oleh forum bahtsul masail
Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se – Jawa Timur ke 12 di
39
Ponpes Lirboyo, Kediri pada waktu yang lalu. Dan di perkuat dengan pendapat
ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan.
Kejadian tersebut diawali Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri
(FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri 14 Januari 2010 usai
menghadiri forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) pada waktu
yang lalu tentang pembahasan foto pre wedding dalam keputusannya haram
pembuatan foto pre wedding.
Pendapat KH.Cholil Ridwan tentang foto Pre Wedding terlihat dalam
teks:
Pengharaman fotografi pra nikah (pre wedding) forum bahtsul masail
(pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri
(FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri, diamini oleh ketua
MUI KH.Cholil Ridwan. KH.Cholil Ridwan setuju karena itu selaras dengan
ajaran islam. Kalau dikembalikan dengan syariat islam, dia tidak keberatan
dengan fatwa itu, ujarnya.
Diagnose Causes, pada berita ini Detik.com memberitakan tentang
bagaimana pengharaman pembuatan foto pre wedding yang dikeluarkan oleh
hasil keputusan forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se. Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri. Kemudian di amini oleh pendapat Ketua MUI KH.Cholil
Ridwan dengan memberikan penjelasan merujuk dengan syariat secara agama
Islam. Yang menjadi perkiraan sumber masalahnya adalah pengharaman foto pre
40
wedding oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri. Yang kemudian disetujui oleh pendapat Ketua MUI pusat
KH.Cholil Ridwan, keadaan ini menimbulkan pro-kontra di kalangan sebagian
masyarakat khususnya para kalangan fotografer selaku yang melakoni bidang
fotografi pre wedding dimana merupakan suatu pekerjaannya dan juga para
kalangan ulama khususnya.
Hal ini dapat terlihat di teks :
KH.Cholil Ridwan setuju, karena hal itu selaras dengan ajaran islam.
“Kalau di kembalikan dengan syariat, saya tidak keberatan dengan fatwa itu,
“Ujar Cholil pada Detik.com.
Ucapan ketua MUI pusat Cholil Ridwan menggambarkan dengan jelas
dia menyetujui bahwa foto pre wedding haram hukumnya karena hal itu selaras
dengan ajaran islam dan dikembalikan pada syariat agama islam. Dan
mengamini fatwa yang dikeluarkan oleh forum bahtsul masail (pembahasan
masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa
Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri.
Terlihat jelas permasalahan yang menimbulkan pro-kontra dalam
masyarakat ini khususnya para pelaku bidang fotografi yaitu fotografer dan para
ulama khususnya para ulama MUI adalah dengan keluarnya pengharaman foto
pre wedding oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
41
Lirboyo, Kediri. Di amini atau disetujui oleh pendapat Ketua MUI pusat yaitu
KH.Cholil Ridwan.
Make Moral Judgement, penilaian moral yang terkandung dalam berita
Ketua MUI sependapat foto pre wedding haram di Detik.com dan terlihat
dengan pernyataan yang menjelaskan foto pre wedding dapat dikatakan haram
hukumnya. Pernyataan KH.Cholil Ridwan yaitu, pertama, “ Pasangan sebelum
menikah di foto dengan pose selayaknya telah menikah melanggar syariat
agama, merujuk ajaran Islam sebelum menikah seperti suami istri memang
haram hukumnya”. Kedua, “ Kalau sudah menikah di foto dengan pose seperti
suami istri itu tidak apa-apa, itu tidak melanggar syariat, jelasnya. Karena foto
pre wedding itu sudah merupakan budaya, seperti halnya pacaran itu sebenarnya
haram, karena sudah jadi budaya, sepertinya tidak haram. Dan dia menegaskan,
yang jadi masalah pada foto pre wedding adalah foto berpose layaknya suami
istri”.
Berikut kutipan pernyataan KH.Cholil Ridwan :
Jika merujuk ke ajaran Islam, lanjut Cholil, foto laki-laki dan perempuan
sebelum menikah seperti suami istri memang haram hukumnya. “Kalau sudah
nikah difoto dengan pose suami istri itu tidak apa-apa. Itu tak langgar syariat, “
jelasnya. Menurut Cholil, saat ini, seperti halnya pacaran, foto pre wedding
sudah seperti budaya dan itu sebenarnya haram. “Karena sudah jadi budaya,
42
sepertinya tidak haram. Masalahnya kan mereka foto berpose suami istri,”
katanya.
KH.Cholil Ridwan menyatakan bahwa dalam syariat agama islam tidak
mengenal istilah pacaran. Dan foto pre wedding itu dilakukan sebelum adanya
pernikahan. Jelas perlu adanya penjelasan dari para ahli agama Islam khususnya
MUI, juga selama ini yang beredar di masyarakat foto-foto yang di tunjukkan
foto pre wedding itu sendiri identik dengan pose-pose seperti layaknya pasangan
yang sudah menikah atau pose yang terlalu berlebihan tentunya jelas dilarang
oleh syariat agama, seperti foto dengan adegan mesra seperti berciuman,
berpelukan.
Dalam pemberitaan ini, dengan pendapat dari ketua MUI pusat
KH.Cholil Ridwan sekaligus mengajarkan dan memberikan nasihat kepada
masyarakat khususnya para pelaku fotografer itu sendiri untuk memperhatikan
nilai-nilai agama dalam kehidupan dalam melakukan sesuatu karena di negara
kita mayoritas masyarakat menganut agama Islam dan menyangkut kepentingan
manusia terutama saat melakukan pengambilan foto itu sendiri. Karena hasil
foto dapat membuat intepretasi publik dan juga opini publik tergantung hasil
foto yang di tunjukkan. Bagaimanapun ideologi atau agama disini yang menjadi
nilai dan norma dalam kehidupan bermasyarakat.
Treatment Recommendation, penekanan penyelesaian dalam
permasalahan ini adalah ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan yang menegaskan
bahwa MUI pusat tidak akan membahas hal itu sepanjang tidak ada permintaan
43
ke masyarakat atau ke lembaga. Artinya, MUI tidak mengeluarkan berupa fatwa
tentang persoalan tersebut. Kalau ada lembaga pribadi yang meminta MUI agar
memberikan fatwa, MUI berkewajiban menjawabnya, tapi memang selama ini
tidak ada permintaan dari masyarakat
Hal ini dapat dilihat di teks :
Namun begitu, Cholil mengaku MUI pusat tidak akan membahas
hal itu sepanjang tidak ada permintaan dari masyarakat ke lembaga.
“Kalau ada lembaga atau pribadi yang meminta MUI agar memberikan
fatwa, MUI berkewajiban menjawabnya, tapi memang selama ini tidak
ada permintaan dari masyarakat. MUI sudah sibuk dengan permintaan
(fatwa) yang menumpuk itu”, jelasnya.
Situasi yang menimbulkan pro - kontra dalam sebagian masyarakat pada
pemberitaan di Detik.com, banyak yang mengira dari masyarakat pada
umumnya dan fotografer bahwa fatwa tentang foto pre wedding haram di
keluarkan oleh MUI, padahal sebenarnya MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa
tersebut secara formal atau resmi. Karena realitanya tidak ada permintaan dari
lembaga atau masyarakat yang meminta MUI untuk mengeluarkan fatwa
tersebut. Karena hal tersebut banyak yang salah paham dan salah pandang
terhadap MUI. Karena MUI disini berperan sebagai penengah dari permasalahan
pro – kontra dalam masyarakat yang terlibat dan MUI menjelaskan
permasalahan tersebut secara syariat islam.
44
Berdasarkan framing dari keempat aspek tersebut, maka berita ini dapat
dipandang pula dari dua dimensi besar framing Robert N.Entman, yaitu
mengenai seleksi isu dan penonjola aspek realitas atau tertentu. Pada dimensi
seleksi isu, Detik.com menyeleksi tentang persoalan pengharaman foto pre
wedding yang di keluarkan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah
terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke
12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Dan kemudian hasil keputusan tersebut diamini
dengan pendapat oleh ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan yang setuju dengan
hal tersebut karena tidak selaras dengan ajaran islam.
Sementara pada Dimensi peninjolan aspek realitas atau tertentu,
Detik.com menonjolkan pada kalimat – kalimat yang menggambarkan suatu
nasihat dengan menjelaskan permasalahan yang terjadi dalam realita kehidupan
masyarakat dengan berdasarkan syariat dan merujuk dengan ajaran Agama
Islam. Dengan judul berita di Detik.com “Ketua MUI Sependapat Foto Pre
Wedding Haram” karena, sebelum di keluarkan pengharaman foto pre wedding
oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah
Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo,
Kediri, foto pre wedding identik dengan pose – pose layaknya pasangan yang
telah menikah, karena hal tersebut tidak selaras dengan syariat agama Islam
seperti halnya pacaran yang tidak di perbolehkan demikian pendapat ketua MUI
pusat KH.Cholil Ridwan.
45
Judul berita tersebut mewakili, bahwa MUI sebagai lembaga agama itu
sendiri tidak mengeluarkan fatwa tentang permasalahan tersebut, melainkan
MUI yang diwakili oleh Ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan mengeluarkan
pendapat tentang permasalahan serta penjelasan mengenai permasalahan
tersebut.
46
B. Bingkai Pemberitaan Kompas.com Model Robert N.Entman
1. Kompas.com 17 Januari 2010
Judul : “MUI: Foto “pre wedding” masih boleh”
Tanggal : 17 Januari 2010
Penegasan dari wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am
Sholeh pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok
Pesantren Putri (FMP3), dari hasil bahtsul masail beberapa waktu lalu bahwa
pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah
pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan.
Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh tentang
pengharaman pembuatan foto pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3), dari hasil bahtsul masail beberapa
waktu lalu, dia memberikan penegasan bahwa pemotretan pre wedding atau
pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan
yang diharamkan, apabila pengambilan foto tersebut untuk mengenalkan siapa
yang akan menikah. Itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i.
Dengan demikian, ia mengatakan bahwa pengambilan foto pre wedding tidak
dilarang.
47
Tabel 4.2
Bingkai Pemberitaan Entman
Define Problems
(pendefinisian
masalah)
Pernyataan Wakil Sekertaris Komisi Fatwa MUI Asrorun
Ni’am Sholeh yang menegaskan bahwa pemotretan pre
wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan
pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan. Apabila
foto tersebut untuk mengenalkan siapa yang akan menikah, itu
tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i.
Dengan demikian, dia mengatakan bahwa pengambilan foto
untuk pre wedding tidak dilarang tetapi dengan pengecualian
kalau foto pre wedding dia ambil dengan adegan mesra atau
berciuman jelas itu tidak boleh.
Diagnose Causes
(memperkirakan
penyebab masalah)
- (apa) Asrorun Ni’am Sholeh sebagai Wakil Sekretaris
Komisi Fatwa MUI memberikan penegasan tentang wacana
haram foto pre wedding
- (siapa) Asrorun Ni’am Sholeh memberikan pernyataan
tentang pengharaman foto pre wedding oleh forum bahtsul
masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah
Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di
Ponpes Lirboyo, Kediri bahwa pemotretan pre wedding atau
pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan
bukanlah perbuatan yang diharamkan.
Make Moral
Judgement
Pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh tentang wacana haram
pada foto pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur,
ia memberikan penegasan bahwa :
- Pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan
menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar
ketentuan syar’i,
- Pre wedding tidak dilarang “Foto Pre wedding itu kan
biasa dipakai di undangan atau ketika acara
pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan
berciuman, jelas tidak boleh.
Treatment
Recommendation(m
enekankan
penyelesaian)
Pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh menanggapi bahwa wacana
foto pre wedding haram yang dikeluarkan oleh Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur,
Kediri. Ia menegaskan pembuatan foto pre wedding tidak apa-
apa selama tidak melanggar syar’i dan tentunya ada
pengecualian bahwa bisa dikatakan haram apabila foto pre
wedding dengan adegan berciuman dan berpelukan.
48
Define Problems, dalam pemberitaan pada Kompas.com ini,
pendefinisian masalahnya adalah pernyataan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa
MUI Asrorun Ni’am Sholeh yang menegaskan bahwa pemotretan pre wedding
atau pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah
perbuatan yang diharamkan, pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang
akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i, akan
tetapi apabila pengambilan foto pre wedding dengan adegan mesra seperti
berciuman jelas itu suatu perbuatan yang diharamkan. Seperti yang terlihat pada
headlines atau judul berita yang ditulis Kompas.com Minggu, 17 Januari 2010,
“MUI: Foto “Pre Wedding” Masih Boleh”. Judul yang diangkat
menggambarkan bahwa foto pre wedding ,masih bisa diperbolehkan tetapi
dengan adanya ketentuan yang tidak melanggar syariat agama Islam,
sebagaimana dengan keluarnya rumusan haram pembuatan foto pre wedding
oleh forum bahtsul masail Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3)
se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri pada waktu yang lalu.
Kejadian tersebut diawali Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri
(FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri 14 Januari 2010 usai
menghadiri forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) pada waktu
yang lalu tentang pembahasan foto pre wedding dalam keputusannya haram
pembuatan foto pre wedding
49
Pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh tentang foto pre wedding terlihat
dalam teks :
JAKARTA, KOMPAS.com. Pemotretan pre wedding atau pengambilan
foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang
diharamkan. Hal tersebut ditegaskan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa
MUI Asrosun Ni’am Sholeh, Ketika dihubungi Kompas.com di Jakarta,
Minggu (17/1/2010).
Diagnose Causes, pada berita ini, Kompas.com memberitakan tentang
pernyataan dari wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh
sebagaimana pengharaman pembuatan foto pre wedding yang dikeluarkan oleh
hasil keputusan forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri. Yang kemudian Asrorun Ni’am Sholeh menegaskan bahwa
pembuatan foto pre wedding itu untuk mengenalkan siapa yang menikah
merupakan suatu yang tidak apa-apa dengan pengecualian bahwa selama tidak
melanggar ketentuan syariat agama Islam tentunya. Yang menjadi perkiraan
sumber masalahnya adalah pengharaman foto pre wedding oleh forum bahtsul
masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren
(FMP3) se- jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Keadaan ini
menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat khususnya para kalangan
fotografer selaku yang melakoni bidang fotografi pre wedding dimana
50
merupakan suatu pekerjaannya dan juga para kalangan ulama khususnya para
Ulama MUI.
Hal ini dapat terlihat di teks :
“pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah
itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i” ujar Ni’am.
Pada pernyataan dari Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asronun
Ni’am Sholeh bahwa pembuatan foto pre wedding masih bisa di
perbolehkan tetapi selama tidak melanggar ketentuan syar’i, ketentuan
tidak melanggar syar’i disini artinya, pada proses pembuatan foto pre
wedding tidak melakukan adegan atau pose mesra seperti halnya
berciuman. Pada pemberitaan Kompas.com disini menggambarkan
bahwa keadaan yang menimbulkan pro-kontra dalam sebagian
masyarakat dari persoalan wacana haram foto pre wedding untuk contoh
bentuk pro terhadap wacana tersebut tidaklah selamanya dari kalangan
Ulama khususnya MUI, maksudnya janganlah kita salah
mempersepsikan sebelum kita mengambil keputusan.
Make Moral Judgement, penilaian moral yang terkandung di dalam
berita “MUI: Foto “Pre Wedding” Masih Boleh”, pada Kompas.com terlihat
dari hasil pernyataan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am
Sholeh wacana haram pada foto pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur, dia memberikan
penegasan bahwa pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum
51
mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan,
pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa
selama tidak melanggar ketentuan syar’i.
Menurutnya pembuatan foto pre wedding tidak dilarang. Foto pre
wedding itu kan biasa dipakai di undangan atau ketika acara pernikahan,
terkecuali jika foto diambil dengan berciuman,
Berikut kutipan pernyataan dari Asrorun Ni’am Sholeh:
“pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah
itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i,” ujar Ni’am.
Dengan demikian, dia mengatakan bahwa pengambilan foto untuk pre
wedding tidak dilarang. “Foto pre wedding itu kan biasa dipakai di
undangan atau ketika acara pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan
berciuman, jelas tidak boleh,” tandasnya.
Dengan pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh dengan dia memberikan
penegasan bahwa pembuatan foto pre wedding bukanlah suatu perbuatan yang
diharamkan. Tetapi jelas ada pengecualian yang tertulis pada berita
Kompas.com apabila foto pre wedding di tampilkan dengan adegan atau pose
mesra seperti halnya berciuman itu merupakan suatu yang dilarang karena
menampilkan foto terutama foto pre wedding dengan adegan mesra seperti
pelukan, ciuman ataupun berpegangan tangan merupakan sesuatu yang
melanggar syariat agama, apalagi yang menjadi obyek dari foto tersebut belum
ada ikatan pernikahan. Sebagai umat beragama yang mayoritas negara kita
52
adalah agama Islam haruslah kita mrnyadari bahwa kita harus menanamkan
nilai-nilai agama dalam kehidupan yang menyangkut kepentingan pribadi.
Karena dengan menampilkan foto adegan mesra akan menimbulkan dampak
negatif dan menimbulkan interpretasi publik dan opini publik yang negatif juga.
Dan menanggapi persoalan tersebut tergantung dan dikembalikan lagi kepada
masyarakat itu sendiri. Pada pemberitaan Kompas.com disini menggambarkan
bahwa tidak selamanya dari kalangan Ulama khususnya MUI menanggapi
persoalan tersebut dan sependapat dengan wacana pre wedding haram, pada
berita dari Kompas.com memberikan klarifikasi, situasi yang menimbulkan pro
– kontra dari sebagian masyarakat agar tidak salah memandang, memahami dan
mempersepsikan tentang MUI atau tidak menyudutkan MUI, karena MUI disini
hanya memberikan pendapat pribadi masing-masing terkait dengan persoalan
tersebut.
Treatment Recommendation, penekanan penyelesaian dalam
permasalahan ini Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh
menegaskan bahwa disamping menurutnya pembuatan foto pre wedding itu
tidak apa-apa dan bukan merupakan suatu perbuatan yang diharamkan, tetapi
secara garis besar adanya pengecualian pada pemberitaan di Kompas.com yakni
selama tidak melanggar ketentuan syar’i atau syariat agama islam artinya
pembuatan foto pre wedding tidak dengan adegan atau pose mesra seperti halnya
berciuman jelas tidak boleh.
Hal ini dapat dilihat di teks :
53
“foto pre wedding itu kan biasa dipakai di undangan atau ketika
acara pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan berciuman, jelas tidak
boleh”, tandasnya.
Berdasarkan framing dari empat aspek tersebut, maka berita ini dapat
dipandang pula dari dua dimensi besar framing Robert N. Entman, yaitu Seleksi
Isu dan Penonjolan Aspek realitas atau tertentu. Pada dimensi Seleksi Isu,
Kompas.com menyeleksi tentang persoalan pengharaman foto pre wedding yang
dikeluarkan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri. Dan kemudian hasil keputusan tersebut di tanggapi dengan
pernyataan yang di tegaskan oleh Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am
Sholeh, bahwa pemotretan pre wedding atau pengmbilan foto untuk
mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar
ketentuan syar’i. Dengan demikian, ia mengatakan bahwa pengmabilan foto
untuk pre wedding tidak dilarang tetapi dengan adanya pengecualian kalau foto
pre wedding di ambil dengan adegan mesra seperti berciuman jelas itu tidak
boleh.
Sementara pada dimensi penonjolan Aspek realitas / tertentu,
Kompas.com menonjolkan pada kalimat-kalimat yang menggambarkan suatu
klarifikasi, situasi yang menimbulkan pro-kontra dari sebagian masyarakat agar
tidak salah memandang, memahami dan mempersepsikan tentang MUI atau
54
tidak menyudutkan MUI, karena MUI disini hanya memberikan pendapat
pribadi masing – masing terkait dengan persoalan tersebut.
Melalui pemberitaan ini, bahwa media benar-benar berfungsi sebagai alat
control social dalam kehidupan bermasyarakat, karena tentunya dapat membuat
opini publik sesuai apa yang diberitakan pada media tersebut. Judul berita
tersebut mewakili, bahwa MUI menanggapi persoalan wacana foto pre wedding
haram dengan pendapat pribadi masing – masing.
C. Pembahasan Detik.com dan Kompas.com Dalam Pemberitaan Foto Pre
Wedding
Berikut adalah pembahasan dari berita yang dipilih penulis untuk
mengetahui tentang frame media online Detik.com dan Kompas.com, melihat
berita isu yang menimbulkan pro-kontra dari pengharaman pembuatan atau
pemotretan foto pre wedding.
1. Frame Detik.com
Tabel 4.3
a. Pendefinisian Masalah (Define Problems)
Judul Define Problems
Berita 1 Ketua MUI Sependapat
Foto Pre Wedding Haram
KH.Cholil Ridwan (Ketua MUI Pusat)
menyetujui dan memberikan pendapat
bahwa foto pre wedding haram
55
Pendefinisian Masalah (Define Problems)
Pendefinisian masalah yang diambil Detik.com dari berita tersebut
adalah Rumusan haram yang di hasilkan oleh hasil keputusan forum bahtsul
masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren
Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri, pada sejumlah
permasalahan yang mengemuka di tengah masyarakat yang diantaranya adalah
pembuatan foto pre wedding dinilai haram yang kemudian di tanggapi dari
sebagian masyarakat yang di wakili oleh kalangan Ulama MUI juga sebagian
kalangan masyarakat yang di wakili oleh kalangan selebritis sebagai bentuk pro
dan kontra menyikapi persoalan tersebut.
Detik.com juga memberitakan berbagai tanggapan yang timbul
menyikapi kejadian tersebut termasuk sejumlah media ibu kota baik cetak
maupun elektronik yang menjadikan peristiwa ini sebagai headline dalam
pemberitaan mereka. Dalam mengkonstruksi pemberitaan tanggapan berupa
pendapat dari sebagian masyarakat sebagai bentuk pro dan kontra menanggapi
persoalan pengharaman pemotretan foto pre wedding, pendefinisian masalah
yang diambil Detik.com bervariasai.
Tidak hanya pemberitaan tentang wacana pengharaman pemotretan foto
pre wedding, tetapi juga pemberitaan tentang respon yang muncul akibat
peristiwa tersebut yakni bentuk respon pro dan kontra dari sebagian masyarakat.
Berita mengenai sejumlah media yang mengangkat peristiwa ini sebagai
headline karena merupakan suatu pemberitaan yang menarik dan hangat
56
dibicarakan masyarakat, menunjukkan Detik.com dalam mengkonstruksi
pemberitaannya berusaha membentuk suatu opini publik tentang pengharaman
pemotretan foto pre wedding yang dihasilkan oleh forum bahtsul masail
(pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri
(FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Dan juga peranan
MUI dalam menyingkapi persoalan tersebut di mata masyarakat terkait dengan
peristiwa tersebut.
Tabel 4.4
b. Memperkirakan Penyebab Masalah (Diagnose Causes)
Judul Diagnose Causes
Berita 1 Ketua MUI
Sependapat Foto
Pre Wedding
Haram
- (apa) fatwa bahwa foto pre wedding haram
- (siapa) forum bahtsul masail (pembahasan
masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok
Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12
di Ponpes Lirboyo, Kediri
Memperkirakan Penyebab Masalah (Diagnose Causes)
Yang menjadi perkiraan sumber masalah dalam pemberitaan yang dibuat
Detik.com ini adalah pendapat berbagai kalangan yakni dari kalangan Ulama
MUI dan masyarakat, bentuk pro dan kontra menyingkapi hasil kegiatan yang
diputuskan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri, yang diantaranya pengharaman pemotretan foto pre wedding,
pendapat – pendapat dari tokoh Ulama MUI dan sebagian masyarakat serta hasil
57
dari keputusan pengharaman pemotretan foto pre wedding dapat membentuk
suatu opini publik pada masyarakat.
Sikap media dalam menanggapi permasalahan tersebut yang dirangkum
oleh Detik.com, memberikan gambaran jelas kepada masyarakat bagaimana
bentuk pro dan kontra tanggapan sebagian masyarakat terhadap hasil kegiatan
yang diputuskan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri. Yang diantaranya pengharaman pemotretan foto pre wedding.
Dalam mengkonstruksi perkiraan sumber masalah yang ada, Detik.com menitik
beratkan pada tanggapan yang muncul akibat kejadian tersebut dan bagaimana
sejumlah tokoh dari sebagian masyarakat seperti dari kalangan Ulama MUI dan
Ustadz di Ponpes Lirboyo juga dari kalangan selebritis, menyikapi hasil kegiatan
yang di putuskan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini)
Forum Mustawarah Pondok Pesantren (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri. Yang diantaranya pengharaman pemotretan foto pre wedding.
Tabel 4.5
c. Membuat Pilihan Moral (Moral Judgement)
Judul Make Moral Judgement
Berita 1 Ketua:
MUI
Sependapat
Foto Pre
Wedding
Haram
pendapat dan penjelasan ketua MUI pusat KH.Cholil
Ridwan bahwa foto pre wedding haram :
- Pasangan sebelum menikah di foto dengan pose
selayaknya telah menikah melanggar syariat agama,
merujuk, merujuk ajaran islam sebelum menikah
seperti suami istri memang haram hukumnya
- Kalau sudah menikah di foto dengan pose suami
istri itu tidak apa-apa, itu tidak melanggar syariat,
jelasnya. Karena foto pre wedding itu sudah
58
merupakan budaya, seperti halnya pacaran itu
sebenarnya haram. Dan dia menegaskan, yang jadi
masalah pada foto pre wedding adalah foto berpose
layaknya suami-istri
Membuat Pilihan Moral (Moral Judgement)
Pilihan moral yang diambil Detik.com dari berita yang dibuat mengarah
pada hikmah yang dapat diambil atas kejadian tersebut. Diantaranya adalah
menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran yang berharga untuk masa depan yang
lebih baik lagi tentang bagaimana dapat menyingkapi tentang permasalahan
pengharaman foto pre wedding. Danm untuk masyarakat baik yang menanggapi
pro dan kontra dengan permasalahan tersebut bisa saling menghormati dan
menghargai pendapat masing-masing bukan untuk suatu perdebatan yang tak
berujung, karena pribadi manusia dapat mengambil hikmah yang baik untuknya.
Pemberitaan beberapa media yang diangkat Detik.com dalam isu ini,
memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang peristiwa yang terjadi
sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian sendiri dalam menyingkapi
peristiwa tersebut.
Tabel 4.6
d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation)
Judul Treatment Recommendation
Berita 1 Ketua MUI
Sependapat Foto Pre
Wedding Haram
KH.Cholil Ridwan menegaskan MUI
pusat tidak akan membahas hal itu
sepanjang tidak ada permintaan ke
masyarakat atau ke lembaga. Artinya
MUI pusat tidak mengeluarkan fatwa
tentang persoalan tersebut.
59
Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation)
Penekanan penyelesaian dalam masalah ini adalah penegasan dari Ketua
MUI pusat KH.Cholil Ridwan bahwa MUI pusat tidak akan membahas
persoalan pengharaman foto pre wedding selama tidak ada pertanyaan langsung
dari masyarakat, artinya MUI pusat tidak mengeluarkan fatwa terkait persoalan
tersebut.
Selain itu, penegasan Juru Bicara dari forum bahtsul masail FMP3 se
Jawa Timur, Muhammad Nabiel Haroen yang menghasilkan rumusan haram
yang diantaranya pengharaman foto pre wedding yang menurutnya rumusan
yang dibuat tidak bersifat mengikat penerapannya dikembalikan ke masyarakat,
dengan tanggung jawab dan tanggunggan masing-masing pribadi, “Intinya kami
membuat rumusan yang diantaranya haramnya pembuatan foto pre wedding
untuk saran bukan fatwa.
2. Frame Kompas.com
Tabel 4.7
a. Pendefinisian Masalah (Define Problems)
Judul Define Problems
Berita 1 MUI: Foto “Pre
Wedding”
Masih Boleh”
Pernyataan wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI
Asrorun Ni’am Sholeh yang menegaskan bahwa
pemotretan pre wedding atau pengambilan foto
sebelum mengadakan sebuah pernikahan
bukanlah perbuatan yang diharamkan.
Pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang
akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak
melanggar ketentuan syar’i. Dengan demikian,
dia mengatakan bahwa pengambilan foto untuk
60
pre wedding tidak dilarang tetapi dengan adanya
pengecualian kalau foto pre wedding diambil
dengan adegan mesra seperti berciuman jelas itu
tidak boleh
Pendefinisian Masalah (Define Problems)
Pendefinisian masalah yang diambil Kompas.com dari berita tersebut
adalah pernyataan dari Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh
bahwa pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak
apa-apa selama tidak melanggar syar’i. Pengambilan foto pre wedding itu tidak
dilarang tetapi adegan mesra seperti berciuman jelas dilarang. Sekretaris Komisi
Fatwa MUI pusat Hasanuddin bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat
akan mengkaji persoalan rumusan haram yang diantaranya pemotretan foto pre
wedding. Pada intinya MUI akan mengkaji dulu. Harus tahu dulu persis
fatwanya seperti apa. Kalau misalnya haram, tentu harus ada solusi-solusi.
Kompas.com memberitakan tanggapan dari individu yang berbeda tetapi
dengan satu lembaga yang sama yakni MUI pusat, yang mempunyai peranan
menaggapi persoalan rumusan haram yang dikeluarkan Ponpes di Lirboyo.
Kompas.com menampilkan suatu kejadian yang menjadikan peristiwa ini
sebagai headline dalam pemberitaan mereka. Dalam mengkonstruksi
pemberitaan tanggapan berupa pendapat pribadi sebagai bentuk klarifikasi
menaggapi persoalan pengharaman pemotretan foto pre wedding, pendefinisian
masalah yang diambil Kompas.com bervariasi.
61
Berita mengenai sejumlah media yang mengangkat peristiwa ini sebagai
headline karena merupakan suatu pemberitaan yang menarik dan hangat
dibicarakan masyarkat, menunjukkan Kompas.com dalam mengkonstruksi
pemberitaannya berusaha membentuk opini publik tentang pengharaman
pemotretan foto pre wedding yang dihasilkan oleh forum bahtsul masail
(pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri
(FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Juga suatu peranan
MUI dalam menyingkapi persoalan tersebut dimata masyarakat terkait dengan
peristiwa tersebut sebagai bentuk klarifikasi agar tidak salah mempersepsikan
dan tidak menyudutkan MUI terkait dengan persoalan tersebut.
Tabel 4.8
b. Memperkirakan Penyebab Masalah (Diagnose Causes)
Judul Diagnose Causes
Berita 1 MUI: Foto “Pre
Wedding masih
boleh”
- (apa) Asrorun Ni’am Sholeh sebagai Wakil
Sekretaris Komisi Fatwa MUI memberikan
penjelasan tentang wacana haram foto pre
wedding
- (siapa) Asrorun Ni’am Sholeh memberikan
pernyataan tentang pengharaman foto pre
wedding oleh forum bahtsul masail
(pembahasan masalah terkini) Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri
(FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri. Bahwa pemotretan pre
wedding atau pengambilan foto sebelum
mengadakan sebuah pernikahan bukanlah
perbuatan yang diharamkan.
62
Memperkirakan Penyebab Masalah (Diagnose Causes)
Yang menjadi perkiraan sumber masalah dalam pemberitaan yang di
buat Kompas.com ini adalah pendapat Asrorun Ni’am Sholeh dan Hasanuddin
sebagai Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI pusat menyingkapi hasil kegiatan
yang di putuskan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini)
Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di
Ponpes Lirboyo, Kediri. Yang diantaranya pengharaman pemotretan foto pre
wedding pendapat dari kedua Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI pusat
tersebut dan hasil dari keputusan pengharaman pemotretan foto pre wedding
dapat membentuk suatu opini publik pada masyarakat.
Sikap media dalam menanggapi permasalahan tersebut yang dirangkum
oleh Kompas.com, memberikan gambaran jelas kepada masyarakat kepada
bagaimana bentuk klarifikasi dari lembaga MUI yang mempunyai peranan
menyingkapi persoalan pengharaman sesuatu hal terhadap hasil kegiatan yang
diputuskan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri, yang diantaranya pengharaman pemotretan foto pre wedding.
Dalam mengkonstruksi perkiraan sumber masalah yang ada, Kompas.com
menitikberatkan pada tanggapan yang muncul akibat kejadian tersebut dan
bagaimana sejumlah tokoh dari MUI pusat yakni Wakil Sekretaris Komisi Fatwa
MUI pusat, menyikapi hasil kegiatan yang di putuskan oleh forum bahtsul
masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren
63
Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri, yang diantaranya
pengharaman pemotretan foto pre wedding.
Tabel 4.9
c. Membuat Pilihan Moral (Make Moral Judgement)
Judul Make Moral Judgement
Berita 1 MUI : Foto
“Pre Wedding”
Masih Boleh
Pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh tentang
wacana haram foto pre wedding yang di
keluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok
Pesantren Putri (FMP3) se Jawa Timur, ia
memberikan penegasan bahwa:
- Pengambilan foto untuk mengenalkan
siapa yang akan menikah itu tidak apa-
apa selama tidak melanggar ketentuan
syar’i
- Pre wedding tidak dilarang. “Foto pre
wedding” itu kan biasa dipakai
diundangan atau ketika acara pernikahan,
kecuali jika foto diambil dengan
berciuman, jelas tidak boleh.
Membuat Pilihan Moral (Moral Judgement)
Pilihan Moral yang diambil Kompas.com dari berita yang dibuat
mengarah pada hikmah yang dapat diambil atas kejadian tersebut. Diantaranya
adalah menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran yang berharga untuk masa
depan yang lebih baik lagi tentang bagaimana dapat menyingkapi tentang
permasalahan pengharaman foto pre wedding. Dan tidak selama pendapat dari
kalangan khususnya MUI menyetujui suatu perkara haram foto pre wedding
seperti halnya pendapat dari Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI pusat Asrorun
Ni’am Sholeh tetapi dengan adanya pengecualian untuk pembuatan foto pre
wedding yakni akan dilarang apabila dilakukan dengan adegan mesra seperti
64
berciuman. Juga pendapat dari Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI pusat
Hasanuddin bahwa MUI pusat akan mengkaji terlebih dahulu persoalan haram
yang diantaranya pembuatan foto pre wedding yang menurutnya kalau misalnya
memang benar haram pastinya ada solusi-solusi terkait apa yang diharamkan,
pendapat demikian merupakan suatu bentuk klarifikasi untuk tidak salah
mempersepsikan MUI dan tidak menyudutkan MUI dalam persoalan perkara Isu
tersebut. Dan untuk masyarakat baik yang menanggapi pro dan kontra dengan
permasalahan tersebut, bisa saling menghormati dan menghargai pendapat
pribadi masing – masing bukan untuk suatu perdebatan yang tak berujung,
karena pribadi manusia dapat mengambil hikmah yang baik untuknya.
Pemberitaan beberapa media yang diangkat Kompas.com dalam Isu ini,
memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang peristiwa yang terjadi.
Sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian sendiri dalam menyikapi
peristiwa tersebut.
Tabel 4.10
d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation)
Judul Treatment
Recommendation
Berita 1 MUI: Foto “Pre Wedding”
Masih Boleh
Pernyataan Asrorun
Ni’am Sholeh
menanggapi bahwa
wacana foto pre
wedding haram yang
dikeluarkan oleh Forum
Musyawarah Pondok
Pesantren Putri (FMP3)
se Jawa, bahwa dia
menegaskan pembuatan
65
foto Pre Wedding tidak
apa-apa selama tidak
melanggar syar’i dan
tentunya ada
pengecualian bahwa
bisa dikatakan haram
apabila foto pre
wedding dengan adegan
berciuman.
Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation)
Penekanan penyelesaian dalam masalah ini adalah pernyataan Wakil
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh menanggapi bahwa
wacana foto pre wedding haram yang dikeluarkan oleh Forum Musyawarah
Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa, bahwa dia menegaskan pembuatan
foto pre wedding tidak apa-apa selama tidak melanggar syar’i dan tentunya ada
pengecualaian bahwa bisa dikatakan haram apabila foto pre wedding dengan
adegan berciuman. Pernyataan tersebut memiliki pesan bahwa tidak selamanya
dikalangan Ulama berpendapat bahwa foto pre wedding itu haram tentunya
dengan adanya pengecualian saat melakukan adegan pemotretan pre wedding.
Selain itu, pernyataan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI pusat
Hassanuddin menanggapi bahwa wacana foto pre wedding haram yang di
keluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se Jawa,
bahwa Hassanuddin menyatakan sepanjang yang saya tahu, belum melakukan
kajian terhadap masalah itu. Prioritas kan adanya pertanyaan yang dikirim
masyarakat kepada MUI. Karena belum ada pertanyaan dari masyarakat tentang
itu, jadi belum ada fatwanya meskipun fatwa tersebut belum dikaji oleh MUI.
66
Pernyataan tersebut merupakan suatu bentuk klarifikasi agar selama ada polemik
pro – kontra dalam sebagian masyarakat terkait dengan pengharaman foto pre
wedding agar tidak menyudutkan kepada MUI atau tidak salah mempersepsikan
atau tidak salah pandang terhadap MUI. Dan tentunya apa yang dikatakan
Hassanuddin memiliki pesan yaitu seperti apa yang di tulis pada berita di
Kompas.com yakni kalau misalnya memang benar pemotretan pre wedding
haram tentunya harus ada solusi – solusi yang dapat memperjelas persoalan
tersebut. Juga MUI pusat tidak secara resmi mengeluarkan fatwa terkait dengan
persoalan tersebut yang diantaranya pengharaman foto pre wedding hanya MUI
pusat menanggapi persoalan tersebut dengan berupa pendapat pribadi masing –
masing terkait dengan persoalan tersebut.
Visual Image (Foto-foto yang di anggap haram dan foto-foto yang di anggap tidak
haram atau boleh)
- Foto-foto yang di anggap haram
67
68
Pada pernyataan MUI pusat KH.Cholil Ridwan tentang foto pre wedding
haram, apabila pasangan yang belum menikah di foto dengan pose selayaknya
pasangan yang telah menikah karena menurutnya itu melanggar syariat agama.
Merujuk kepada ajaran Islam bahwa sebelum menikah melakukan pose seperti
suami istri memang haram hukumnya. Dan juga pernyataan dari alasan mereka
“mempelai” diharamkan apabila dalam pembuatan foto dilakukan dengan
dibarengi adanya ikhtilat (percampuran laki-laki dan perempuan), kholwat
(berduaan) dan kasyful aurat (membuka aurat) dan juga pernyataan dari Wakil
Sekretaris Komisi Fatwa MUI pusat Asrorun Ni’am Sholeh bahwa pengambilan
foto pre wedding itu tidak dilarang tetapi dengan adanya pengecualian, kalau
pengambilan foto pre wedding dengan adegan mesra seperti berciuman dan
seperti foto diatas jelas di larang karena itu melanggar syar’i. Foto pre wedding
memang sebaiknya jangan dijadikan ajang pamer dengan menampilkan adegan
kemesraan, karena hasil berupa visual seperti itu akan dapat menggambarkan
kepada siapapun yang melihat dan memiliki dampak yang sangat negatif dalam
kehidupan. Untuk sisi art (seni) bisa di jadikan ajang kreativitas foto pre
wedding dengan menampilkan pasangan sebelum menikah dalam
mengekspresikan rasa kasih sayang tanpa melakukan adegan yang memamerkan
kemesraan kepada publik. Memang setiap individu memiliki pendapat dan opini
masing-masing terkait dengan menaggapi persoalan tersebut tetapi haruslah
semua itu kita kembalikan kepada ajaran agama yang dianut dan juga yang telah
diajarkan dalam agama agar tidak salah dalam melangkah dan menentukan atau
69
menyimpulkan, tidak dalam kesulitan tetapi menggembalikan kepada
pemahaman dan kemudahan.
- Foto-foto yang dianggap tidak haram atau boleh
Pada pernyataan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI
70
Asrorun Ni’am Sholeh yang menegaskan bahwa pemotretan pre
wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan pernikahan bukanlah
perbuatan yang diharamkan, apabila pengambilan foto untuk mengenalkan siapa
yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i.
Dengan demikian, ia mengatakan bahwa pengambilan foto pre wedding tidak
dilarang.
Semenjak foto pre wedding di haramkan oleh forum bahtsul masail
Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur, telah
banyak komentar atau respon dari masyarakat. Ada yang merasa kalau
pengharaman tersebut perlu dilaksanakan, ada pula yang merasa kalau
pengharaman tersebut terlalu berlebihan. Sekarang ,mari kita lihat apakah arti
dari foto pre wedding itu sendiri. Foto pre wedding adalah foto yang di lakukan
oleh sepasang manusia yang akan melangsungkan pernikahan. Foto pre wedding
dilakukan hanya untuk keperluan menyimpan kenangan semata.
Foto pre wedding bisa dikatakan diharamkan atau dilarang karena,
sepasang manusia berpose seperti sepasang suami istri tetapi belum
melaksanakan akad nikah dan hal seperti itu akan menimbulkan efek atau
dampak yang sangat negatif. Jadi, yang seharusnya di haramkan itu adalah pose
seperti suami istri tersebut, bukan foto pre wedding nya. Karena banyak orang
yang melakukan foto pre wedding tanpa harus saling bersentuhan, seperti sedang
solat berjamaah, sedang membaca Al-Qur’an, dan masih banyak pose-pose lain.
71
Yang terpenting adalah di dalam foto pre wedding tersebut, mempelai wanita
dan mempelai pria tidak saling bersentuhan.
Pengharaman foto pre wedding tersebut, juga berimbas langsung kepada
seseorang yang memiliki mata pencarian sebagai fotografer pre wedding.
Apabila pengharaman ini dibenarkan, maka pekerjaan sebagai fotografer pre
wedding tidak akan ada lagi.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menganalisis mengenai pemberitaan foto pre wedding pada
frame detik.com dan kompas.com di bab IV, maka kesimpulan yang peneliti
peroleh adalah sebagai berikut:
1. Frame Detik.com:
Pemberitaan pengharaman foto pre wedding pada Detik.com
berusaha membentuk sebuah opini publik tentang bagaimana
rumusan yang telah di keluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) tentang pengharaman foto pre wedding. Detik.com lebih
membingkai tentang berita yang dikeluarkan oleh MUI saja,
namun pemberitaan yang yang dikeluarkan Detik.com seakan-
akan membenarkan mengenai pengharaman berita tentang foto
pre wedding tersebut. Pemberitaan yang dikeluarkan Detik.com
lebih menyudutkan foto pre wedding kepada masalah etika serta
syariat agama yang menjadi pokok pembahasan pengharaman
foto pre wedding tersebut.
2. Frame Kompas.com
Kompas.com dalam pemberitaan foto pre wedding sebagai
bentuk klarifikasi dari MUI, dimana MUI mempunyai peranan
menanggapi dan membahas persoalan hukum haram atau tidak,
72
73
seperti yang dikeluarkan ponpes Lirboyo yakni tentang
pemotretan foto pre wedding. Kompas.com mengkonstruksikan
pemberitaannya berusaha membentuk suatu opini publik tentang
pengharaman pemotretan foto pre wedding dan juga suatu
peranan MUI dalam menyikapi persoalan tersebut di mata
masyarakat terkait dengan peristiwa tersebut sebagai bentuk
klarifikasi agar tidak salah mempersepsikan dan tidak
menyudutkan MUI terkait dengan persoalan tersebut.
B. Saran
Detik.com merupakan salah satu media online terbesar di Indonesia
dengan segmentasi pembaca yang mencakup seluruh kalangan masyarakat,
mulai dari pelajar, mahasiswa sampai politikus. Hal ini membuat Detik.com
harus lebih selektif dalam pemberitaannya. Dalam mengkonstruksi berita
Detik.com harus menyajikan berita apa adanya sesuai fakta yang ada dengan
mengangkat sejumlah tokoh yang terkait dengan kasus atau isu yang diberitakan
untuk membuat suatu opini publik.
Kompas.com merupakan kantor berita Nasional dalam mengkonstruksi
suatu peristiwa kedalam sebuah berita, Kompas.com harus dapat menyajikan
sebuah berita sesuai dengan fakta yang di dapat saat di lapangan dan di beritakan
sebagaimana mestinya serta tidak keluar dari kaidah-kaidah jurnalistik dan etika
74
profesional jurnalistik, agar pemberitaan yang ditampilkan dapat bermanfaat
bagi khalayak.
75
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi Buku
Aditiawan, Rangga dan Bianca, Ferren. Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan
Bisnis. Jakarta: Dunia Komputer, 2010
Assegaf H, Dja’far. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2001
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media.
Yogyakarta: LkiS, 2002
----------, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media.
Yogyakarta: LkiS, 2004
----------, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media.
Yogyakarta: LkiS, 2009
Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, Jakarta: Granit,
2004
Jusuf,Soewadji. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta.FISIP Universitas
Nasional, 2003
Kusuma, Yuliandi. Trik Foto Pre-wedding Kreatif. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2010
McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta:
Erlangga, 1996
----------, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga, 1996
76
Moeleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya,2009.
Nurudin. Komunikasi Massa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003
Ph. D, Prawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS, 2007
Rachmat Krisyantono,Teknis Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media Public Relations,Advertising,Komunikasi
Organisasi,Komunikasi Pemasaran.Jakarta:Kencana Prenada Media Group,
2006.
Sobur, Alex. Analisis Teks: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Yuliandi, Kusuma. Trik Foto Pre-wedding Kreatif. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. 2010
Wahyudi, J.B. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta: Grafiti
Pustaka Utama, 1996
77
B. Referensi Internet
http://docs.google.com/viewer
www.fotografer.net/kompas.online
http://www.hizbut.tahrir.or.id/mui
http:/www.google.com/kompasiana
78
C. Referensi Skripsi
Fatimatuzzahro. “Analisis Framing Berita Kriminal Koran Harian Umum
Republika.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negri Syarif Hidayutallah Jakarta, 2009.
Maysyarah. “Analisis Framing Berita Aksi Terorisme di Indonesia dalam Surat
Kabar Sindo (Seputar Indonesia).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayutallah Jakarta,
2010.
Muhammad Rifad Syauqi. “Analisis Framing Pemberitaan Satu Tahun SBY
Budiono di Harian Media Indonesia.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayutallah
Jakarta, 2013.
Ketua MUI Sependapat Foto Pre Wedding Haram Amanda Ferdina - detikNews
Jakarta - Pengharaman kegiatan fotografi pra nikah (pre wedding) oleh forum bahtsul masail
Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur ke-12 di Ponpes Lirboyo,
Kediri, diamini Ketua Majelis Utama Indonesia (MUI) Cholil Ridwan. Cholil setuju karena hal
itu selaras dengan ajaran Islam.
"Kalau dikembalikan ke syariat, saya tidak keberatan atas fatwa itu," ujar Cholil pada detikcom,
Jumat (15/1/2010).
Jika merujuk ke ajaran Islam, lanjut Cholil, foto laki-laki dan perempuan sebelum nikah seperti
suami istri memang haram hukumnya. "Kalau sudah nikah difoto dengan pose suami istri itu
tidak apa-apa. Itu tak langgar syariat," jelasnya.
Menurut Cholil, saat ini, seperti halnya pacaran, foto pre wedding sudah seperti budaya dan itu
sebenarnya haram. "Karena sudah jadi budaya, sepertinya tidak haram. Masalahnya kan mereka
foto berpose suami istri," katanya.
Namun begitu, Cholil mengaku MUI pusat tidak akan membahas hal itu sepanjang tidak ada
permintaan ke masyarakat ke lembaganya.
"Kalau ada lembaga atau pribadi meminta ke MUI agar memberikan fatwa, MUI ada kewajiban
menjawabnya. Tapi selama tidak ada permintaan masyarakat, MUI sudah sibuk dengan
permintaan (fatwa) yang menumpuk itu," jelasnya.
Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timursebelumnya memberikan
pengharaman pada beberapa hal, antara lain rebonding dan foto pra nikah. Cholil menganggap
pengharaman terhadap rebonding berlebihan. (amd/nrl)
MUI: Foto 'Pre Wedding' Masih Boleh
NOVA
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum
mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan. Hal tersebut ditegaskan
Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni'am Sholeh, ketika dihubungi Kompas.com di
Jakarta, Minggu (17/1/2010).
"Pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak
melanggar ketentuan syar'i," ujar Ni'am. Dengan demikian, dia mengatakan bahwa pengambilan
foto untuk pre wedding tidak dilarang. "Foto pre weddingitu kan biasa dipakai di undangan atau
ketika acara pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan berciuman, jelas tidak boleh,"
tandasnya.
Seperti diberitakan, Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3), dari hasil bahtsul
masailbeberapa waktu lalu, menetapkan hukum haram terhadap pemotretan pre wedding. Hal ini
berlaku bagi pasangan calon mempelai yang akan menikah dan fotografer yang mengambil
gambarnya. Fatwa tersebut juga mengharamkan rebonding rambut karena dianggap dapat
memicu timbulnya kemaksiatan.