Analisis Data Teknik Ekstraksi

3
Analisis Data dan Pembahasan Teknik Ekstraksi, Pemisahan, dan Pemurnian Senyawa Pertama-tama yang dilakukan adalah membuat garis atas dan bawah dari tepi masing-masing 0,3 cm dan 0,15 cm di plat KLT 4 cm x 20 cm yang terbuat dari aluminium dan bagian depannya dilapisi dengan silika, setelah itu dibuat titik-titik pada garis bawah dengan menggunakan pensil 2B dengan jarak 0,5 cm lalu hal yang dilakukan setelah itu adalah melarutkan 20 mg sampel berupa serbuk putih yang berada didalam vial dengan menggunakan 1 ml etanol yang berupa larutan jernih tak berwarna. Etanol dipilih sebagai pelarut karena pelarut tersebut sesuai dengan sampel, atau bisa dibilang pelarut tersebut mempunyai sifat kepolaran yang sama dengan sampel. Setelah dilarutkan sampel tersebut ditutulkan semua di atas plat dengan pipa kapiler. Selanjutnya plat tersebut dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen yang terdiri atas Heksana, Kloroform, dan Metanol dengan perbandingan 7 : 2 : 1 ketiga komponen ini berupa larutan jernih tak berwarna dan dipastikan tidak ada air sedikitpun dalam chamber karena jika terdapat air maka elusi tidak akan mau berjalan naik. Lalu dibiarkan elusi ini berjalan hingga eluen mencapai garis atas. Eluen HKM disini bertindak sebagai fasa gerak yang bergerak karena adanya gaya kapiler. Fasa gerak biasanya berupa campuran yang sesederhana mungkin dan maksimal terdiri atas tiga

description

eks

Transcript of Analisis Data Teknik Ekstraksi

Analisis Data dan Pembahasan Teknik Ekstraksi, Pemisahan, dan Pemurnian SenyawaPertama-tama yang dilakukan adalah membuat garis atas dan bawah dari tepi masing-masing 0,3 cm dan 0,15 cm di plat KLT 4 cm x 20 cm yang terbuat dari aluminium dan bagian depannya dilapisi dengan silika, setelah itu dibuat titik-titik pada garis bawah dengan menggunakan pensil 2B dengan jarak 0,5 cm lalu hal yang dilakukan setelah itu adalah melarutkan 20 mg sampel berupa serbuk putih yang berada didalam vial dengan menggunakan 1 ml etanol yang berupa larutan jernih tak berwarna. Etanol dipilih sebagai pelarut karena pelarut tersebut sesuai dengan sampel, atau bisa dibilang pelarut tersebut mempunyai sifat kepolaran yang sama dengan sampel. Setelah dilarutkan sampel tersebut ditutulkan semua di atas plat dengan pipa kapiler. Selanjutnya plat tersebut dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen yang terdiri atas Heksana, Kloroform, dan Metanol dengan perbandingan 7 : 2 : 1 ketiga komponen ini berupa larutan jernih tak berwarna dan dipastikan tidak ada air sedikitpun dalam chamber karena jika terdapat air maka elusi tidak akan mau berjalan naik. Lalu dibiarkan elusi ini berjalan hingga eluen mencapai garis atas. Eluen HKM disini bertindak sebagai fasa gerak yang bergerak karena adanya gaya kapiler. Fasa gerak biasanya berupa campuran yang sesederhana mungkin dan maksimal terdiri atas tiga komponen. Setelah eluen mencapai garis atas, plat KLT diangkat perlahan-lahan dengan menggunakan pinset dan dibiarkan selama mengering 1 menit, setelah kering plat KLT diletakkan dibawah UV. Setelah diletakkan dibawah lampu UV akan terlihat pita spot atau noda yang selanjutnya diberi tanda dengan menggunakan pensil. Setelah itu pita spot tersebut dikeruk dengan menggunakan spatula sesuai dengan garis yang telah dibuat. Hasil kerukan tersebut di letakkan diatas kertas saring yang dipasang dengan corong kaca yang dibawahnya ditaruh vial. Hasil kerukan dibasahi dengan 1 ml methanol. Methanol dipilih karena methanol merupakan pelarut yang cocok mempunyai sifat kepolaran yang sama. Setelah itu dibiarkan proses filtrasi terjadi, filtrate yang dihasilkan akan masuk kedalam vial yang telah di oven sebelumnya. Proses selanjutnya adalah ditambahkan heksana kedalam vial fungsi penambahan heksana ini adalah untuk mempercepat proses rekristalisasi sebagai langkah selanjutnya. Kristal yang terbentuk di dinding-dinding vial diuji dengan spektrofotometer IR untuk diidentifikasi kandungan senyawa apa saja yang ada dalam sampel. Hasil dari spektrofotometer IR adalah Sampel tersebut merupakan senyawa yang mengandung gugus OH pada 3407 cm-1 hal ini dikarenakan gugus OH terletak pada panjang gelombang dengan rentang 3000 3700 cm-1, lalu terdapat gugus C=C pada 1485 cm-1 yang merupakan benzene hal ini dikarenakan gugus C=C terletak pada panjang gelombang dengan rentang 1400 1800 cm-1, mengandung gugus C-X pada 758,83 cm-1 yang merupakan pengotor sehingga proses pemurnian senyawa belum berjalan dengan baik hal ini diindikasikan dengan adanya pengotor yang masih ada pada sampel, dan yang terakhir mengandung gugus C=O pada 1651 cm-1 hal ini dikarenakan gugus C=O terletak pada panjang gelombang dengan rentang 1650 1780 cm-1.

RAISZA TARIDA SAVANAKIMIA A 201313030234005