Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...
Transcript of Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...
Jurnal Kebijakan Ekonomi Jurnal Kebijakan Ekonomi
Volume 14 Issue 2 Article 6
2019
Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi
Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi
Indonesia Indonesia
Revani Fadhilah Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan
Hera Susanti Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan
Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke
Part of the Economics Commons, Public Affairs, Public Policy and Public Administration Commons,
and the Urban Studies and Planning Commons
Recommended Citation Recommended Citation Fadhilah, Revani and Susanti, Hera (2019) "Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia," Jurnal Kebijakan Ekonomi: Vol. 14 : Iss. 2 , Article 6. Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Jurnal Kebijakan Ekonomi by an authorized editor of UI Scholars Hub.
1
Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di
Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Revani Fadhilah
Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan
Hera Susanti
Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan
ABSTRACT
This thesis discusses the impact of Renewable Energy Power Plant Development in Indonesia
on Economy at Indonesia. This research is quantitative descriptive design using Data Input-
Output Indonesia 2010 to measuring economic impact. The results showed that the
development of Renewable Energy Power Plant Development in Indonesia have a positive
impact on the Indonesia economy, because it can create an increase in output, gross value
added, and public revenue. The economic impact of the creation of the output in construction
phase amounting to Rp. 152.028,12 billion, increased public revenue amounting to Rp. Rp.
19.486,20 billion, and the creation of gross value added amounted to Rp. 59.374,34 billion.
The economic impact of the creation of the output in operation phase amounting to Rp.
148.120,84 billion, increased public revenue amounting to Rp.10.423,41 billion, and the
creation of gross value added amounted to Rp.47.052,87 billion.
Keywords: Renewable Energy, Power Plant, Economic Impact, Input Output Table
ABSTRAK
Tesis ini membahas dampak ekonomi Pembangunan PLT EBT di seluruh Indonesia terhadap
ekonomi Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif
menggunakan Data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2010 untuk menghitung dampak
ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan PLT EBT ini memberikan
dampak positif terhadap perekonomian Indonesia, karena mampu menciptakan peningkatan
output, nilai tambah bruto, dan pendapatan masyarakat. Dampak ekonomi terhadap penciptaan
output selama masa konstruksi kurun waktu 2014-2025 sebesar Rp. 152.028,12 miliar,
peningkatan pendapatan masyarakat sebesar Rp. 10.423,41 miliar, dan penciptaan nilai tambah
bruto sebesar Rp. 59.374,34 miliar.Sedangkan dampak ekonomi terhadap penciptaan output
selama masa operasi kurun waktu 2016-2055 sebesar Rp. 1488.120,84 miliar, peningkatan
pendapatan masyarakat sebesar Rp. 10.423,41 miliar, dan penciptaan nilai tambah bruto
sebesar Rp. 47.052,87 miliar.
Kata Kunci: Pembangkit Listrik Tenaga EBT, Dampak Ekonomi, Tabel Input Output
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional bertujuan
mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang merata materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Tenaga listrik mempunyai peranan yang
sangat penting dan strategis dalam
mewujudkan tujuan pembangunan
nasional maka usaha penyediaan tenaga
listrik dikuasai oleh negara dan
penyediaannya perlu terus ditingkatkan
sejalan dengan perkembangan
pembangunan agar tersedia tenaga listrik
dalam jumlah yang cukup, merata, dan
bermutu.
1
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019
2
Tenaga listrik memiliki manfaat sebagai
sumber penerangan dan sebagai penunjang
aktifitas manusia. Dengan tenaga listrik,
aktifitas rumah tangga dan aktifitas usaha
berpotensi berjalan lebih optimal
dibanding dengan tidak adanya tenaga
listrik. Dengan adanya tenaga listrik, anak-
anak di kabupaten dan desa diharapkan
akan dapat belajar dimalam hari. Demikian
juga industry usaha-usaha kecil, usaha
mikro-menengah yang berada di desa desa
dan jauh dari perkotaan di Indonesia
membutuhkan energi listrik untuk
berkembang. Kurangnya pasokan listrik
mengakibatkan banyak anak-anak
Indonesia terhambat belajar dimalam hari
karena tidak memiliki fasilitas listrik, tidak
mendapat penerangan lampu listrik, hal
tersebut menyebabkan anak akan
terhambat untuk menjadi pintar.
Kurangnya pasokan tenaga listrik juga
dapat menghambat masuknya investasi
dan pertumbuhan industri, yang pada
gilirannya akan menghambat penciptaan
lapangan kerja. Listrik diperlukan untuk
industri, untuk membuka hotel, apabila
pasokan listrik kurang, investor akan sulit
membangun pabrik, yang akibatnya
investasi berpindah ke daerah lain, ke
negara lain. Apabila pabrik tidak
terbangun maka akan banyak anak-anak
muda indonesia yang akan sulit mencari
pekerjaan.
Penelitian yang dilakukan oleh
Chontanawat, et al (2006) mengenai
hubungan kausalitas antara konsumsi
energi dan GDP menyatakan bahwa pada
Negara Negara non OECD konsumsi
energi menjadi faktor yang berpengaruh
terhadap GDP dibanding dengan Negara
OECD.
Penelitian lainya oleh Osigwe dan
Arawomo () menyatakan bahwa terdapat
hubungan Kausalitas antara Konsumsi
energi listrik dan pertumbuhan ekonomi
begitu juga antara konsumsi energi listrik
dan harga listrik.
Konsumsi Listrik di Indonesia sebesar
1.012 Kwh/kapita masih termasuk rendah
bila dibandingkan Negara Asean lainya,
karena konsumsi energi listrik di Indonesia
tidak diimbangi dengan penyediaan energi
listrik yang memenuhi kebutuhan.
Cadangan listrik yang terbatas adalah
cermin dari ketidak mampuan pasokan
dalam mengimbangi pertumbuhan
kebutuhan. Penyebabnya adalah
tertinggalnya pembangunan pembangkit
sebesar 6,5% dibanding pertumbuhan
permintaan listrik sebesar 8,5% dalam
lima tahun terakhir.
Menurut Undang-undang Republik
Indonesia no. 30 tahun 2009,
pembangunan ketenagalistrikan bertujuan
untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik
dalam jumlah yang cukup, kualitas yang
baik, dan harga yang wajar dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata
serta mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Sehubungan dengan hal
tersebut maka Pemerintah terus berupaya
agar seluruh bangsa Indonesia dapat
menikmati listrik, salah satu caranya
melalui sambungan baru pelanggan PT.
2
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
3
PLN (Persero) dan pemanfaatan energi
setempat seperti Pembangkit Listrik
Tenaga Energi Baru Terbarukan yang
khusus diperuntukkan bagi daerah yang
tidak terjangkau jaringan PT PLN.
Pemerintah Republik Indonesia telah
meluncurkan paket kebijakan ekonomi
salah satu fokus utamanya yaitu
percepatan pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan dalam rangka mencapai
target elektrifikasi 97,2 %. Untuk
mengejar target rasio elektrifikasi sebesar
97,2 % pada tahun 2019, pemerintah perlu
memastikan pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan dapat tumbuh rata-rata
8,8 % per tahun.
PT PLN akan menambah pembangkit
listrik dengan total 75.900 MW di seluruh
indonesia hingga 10 tahun ke depan
(RUPTL 2017-2026). Tambahan kapasitas
selama 10 tahun mendatang sekitar 77.9
GW berasal dari pembangkit listrik yang
memanfaatan energi baru terbarukan
(EBT) terdiri dari PLTA 14 GW, PLTP 6,3
GW, dan 31.9 GW (PLTU), PLTUgas 18.8
GW, PLTG/MG 5,6 GW sisanya 1,2 GW
untuk PLTS, PLTB , PLTD PLTSa atau
PLTBm. Seluruh pembangkit secara
bertahap akan dinaikan kapasitasnya.
Pengambangan EBT mengacu pada situasi
local dan potensi energi di setiap daerah.
Dalam Kebijakan Energi Nasional
menunjukan bahwa Pemerintah
memberikan peran PLT EBT yang lebih
besar lagi porsinya dimasa datang
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis
memiliki beberapa rumusan masalah yang
akan dikaji didalam penelitian tesis ini,
sebagai berikut:
1 Bagaimana dampak dari pembangunan
PLT EBT terhadap perekonomian
Indonesia dalam masa konstruksi?
2 Bagaimana dampak dari pembangunan
PLT EBT terhadap perekonomian
Indonesia dalam masa operasi?
Dengan demikian tujuan penelitian ini
adalah mengetahui dampak pembangunan
PLT EBT bagi perekonomian Indonesia
dengan metode Input output.
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Adapun ruang lingkup dan batasan
penelitian dalam analisis dampak
pembangunan PLT EBT ini sebagai
berikut:
a. Tabel Input Output yang
digunakan dalam analisis yaitu
Tabel IO Indonesia Tahun 2010.
Dengan demikian selama masa
penelitian tidak terjadi perubahan
struktur perekonomian yang
signifikan di Indonesia, maka
besaran dampak ekonomi yang
dihasilkan dalam penelitian ini
merupakan angka dampak
minimum yang berpotensi muncul
di masa mendatang.
b Data yang digunakan menjadi
dasar investasi pembangunan PLT
EBT yaitu data dari Kementerian
ESDM berupa data manifest
proyek, Feasibility studi serta RAB
PLT EBT yang ada di Indonesia.
c Analisis dampak pembangunan
PLT EBT dibagi dua, masa
3
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019
4
konstruksi selama 11 Tahun (2014-
2025) dan masa operasional selama
39 tahun (2016-2055).
d Pembangunan yang akan menjadi
objek penelitian adalah proyek
PLT EBT seluruh Indonesia
dengan tahun memulai proyek
rentang tahun 2014- 2019.
e Wilayah yang akan dianalisa
dampak perekonomian akibat
pembangunan PLT EBT adalah
wilayah Indonesia.
f Pekerjaan pembangunan PLT EBT
tidak termasuk pekerjaan
pembangunan tranmisi, gardu
induk, distribusi dan gardu
distribusi. Jaringan distribusi lokal
diasumsikan telah tersedia.
g Karena keterbatasan data tenaga
kerja, maka dampak Ekonomi yang
diteliti hanya terhadap output, nilai
tambah dan pendapatan, peneliti
tidak meneliti dampak Ekonomi
pembangunan PLT EBT terhadap
penciptaan tenaga kerja.
h Masa Operasi ditentukan sesuai
Undang-Undang yaitu selama 30
tahun, setelah itu masa operasi
dianggap selesai.
i Harga Listrik selama masa
penelitian dianggap tetap sesuai
Purchasing Power Agreement di
awal.
j Listrik yang dihasilkan pada masa
operasi pembangunan PLT EBT
yang menjadi objek penelitian
diasumsikan dikonsumsi
seluruhnya.
k Hasil dari penelitian ini hanya
mengindikasi perkiraan dampak
ekonomi sesuai dengan ruang
lingkup penelitian. Apabila
rencana pembangunan PLT EBT
sesuai dengan RUEN maka PLT
EBT yang dibangun akan lebih
banyak lagi dan dampak ekonomi
yang terjadi akan lebih
besar
TINJAUAN LITERATUR
Produk Domestik Bruto
Menurut Robert B. Barsky, Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan
total dari produksi barang yang sama
dengan jumlah upah dan laba separuh
bagian atas dari aliran sirkuler uang.
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah
nilai pasar barang dan jasa akhir yang
diproduksi dalam perekonomian selama
kurun waktu tertentu. PDB sering di
anggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja
perekonomian. Statistik ini dihitung setiap
tiga bulan oleh Biro Analisis Ekonomi dari
sejumlah besar sumber data primer.
Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas
ekonomi dalam nilai uang tunggal selama
periode waktu tertentu (Mankiw,2005).
PDB adalah nilai keseluruhan semua
barang dan jasa yang diproduksi di dalam
wilayah tersebut dalam jangka waktu
tertentu (biasanya per tahun). Produk
Domestik Bruto menghitung hasil
produksi suatu perekonomian tanpa
4
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
5
memperhatikan siapa pemilik faktor
produksi tersebut (sukirno, 1994).
PDB merupakan statistika perekonomian
yang paling diperhatikan karena dianggap
dapat mengukur kesejahteraan
masyarakat. Hal yang mendasari hal ini
adalah karena PDB mengukur dua hal pada
saat bersamaan: total pendapatan semua
orang dalam perekonomian dan total
pembelanjaan negara untuk membeli
barang dan jasa hasil dari perekonomian.
Alasan PDB dapat melakukan pengukuran
total pendapatan dan pengeluaran
dikarenakan untuk suatu perekonomian
secara keseluruhan, pendapatan pasti sama
dengan pengeluaran(Mankiw,2005).
PDB terbagi atas (Riadi, 2018):
Produk Domestik Bruto (PDB) dihitung
berdasarkan total nilai tambah (value
added) yang dihasilkan seluruh kegiatan
produksi. Dalam hal ini, pertumbuhan
PDB menunjukkan adanya peningkatan
balas jasa terhadap faktor produksi.
Produk Domestik Bruto (PDB) dihitung
dengan konsep siklus aliran (circulair flow
concept). Maksudnya adalah, perhitungan
PDB mencakup jumlah nilai produk yang
dihasilkan dalam periode tertentu
(umumnya satu tahun) dan tidak
mencankup perhitungan pada periode
sebelumnya. Dengan menggunakan
konsep aliran dalam perhitungan PDB
maka kita dapat membandingkan jumlah
output pada satu periode dengan periode
sebelumnya.Batas wilayah perhitungan
PDB adalah satu Negara (perekonomian
domestik). Hal ini memungkinkan untuk
mengukur efektivitas suatu kebijakan
ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah
dalam upaya mendorong aktivitas
perekonomian domestik. Pendekatan
perhitungan Produk Domestik Bruto
(PDB) dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Mengacu pada pengertian PDB,
berikut ini adalah tiga cara pendekatan
perhitungan Produk Domestik Bruto (Fair
dan Case, 2007):
Pendekatan Pendapatan
Pendekatan pendapatan adalah metode
atau cara menghitung PDB dengan
menghitung pendapatan seperti upah,
sewa, bunga, dan laba yang diterima oleh
setiap faktor produksi dalam menghasilkan
barang akhir.
Rumus:
PDB = pendapatan nasional + depresiasi +
(pajak tidak langsung – subsidi) +
pembayaran faktor netto kepada luar
negeri
Komponen pendekatan pendapatan;
• Pendapatan nasional adalah total
pendapatan yang diterima oleh faktor
produksi di dalam suatu negara.
Pendapatan nasional meliputi
keuntungan perusahaan, kompensasi
pegawai, bunga bersih, dan
pendapatan sewa.
5
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019
6
• Depresiasi atau penyusutan dari
modal aktiva, disebut dengan
penurunan nilai.
• Pajak tidak langsung, misalnya pajak
penjualan, bea cukai, biaya lisensi.
Subsidi adalah pembayaran oleh
pemerintah tanpa memperoleh
imbalan barang atau jasa.
• Pembayaran faktor netto untuk luar
negeri adalah pembayaran pendapatan
atas faktor produksi untuk luar negeri
dikurangi penerimaan pendapatan
faktor dari luar negeri.
Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan Pengeluaran adalah cara
menghitung PDB dengan mengukur
jumlah pengeluaran atas semua barang
akhir pada kurun waktu tertentu
(umumnya satu tahun).
Rumus;
PDB = Konsumsi + Investasi + (Konsumsi
dan investasi pemerintah) + (Ekspor –
Impor)
Komponen pendekatan pengeluaran;
• Konsumsi pada PDB adalah konsumsi
dari rumah tangga atau pribadi, yaitu
jasa, barang tahan lama, barang tidak
tahan lama.
• Investasi dari rumah tangga atau
perusahaan untuk modal baru,
misalnya pabrik, persediaan,
peralatan, dan lainnya.
• Konsumsi dan investasi pemerintah
meliputi pemerintah federal, negara
bagian, pemerintah lokal, untuk
membeli jasa dan barang-barang
akhir.
• Ekspor Netto merupakan selisih
antara ekspor dan impor. Komponen
ini ditambahkan karena PDB hanya
menghitung barang dan jasa domestik.
Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi adalah cara
menghitung PDB suatu negara dengan
mengukur nilai produksi yang dihasilkan
oleh faktor-faktor produksi pada suatu
negara, baik itu warga negara sendiri
maupun milik warga asing.
Rumus;
PDB = Sewa + Upah + Bunga + Laba
Teori Keynes
Ahli Ekonomi Inggris John Maynard
Keynes berpendapat pengeluaran agregat,
yaitu perbelanjaan masyarakat ke atas
barang dan jasa, adalah factor utama yang
menentukan tingkat kegiatan ekonomi
yang dicapai disuatu negara. Kemudian
Keynes berpendapat bahwa dalam sistem
pasar bebas penggunaan tenaga kerja
penuh dan pertumbuhan ekonomi yang
teguh selalu dicapai (Sukirno, 1994).
Masih dalam Sukirno 1994, Keynes
berpendapat penggunaan tenaga kerja
penuh adalah keadaan yang jarang terjadi,
dalam hal itu disebabkan karena
kekurangan permintaan agregat yang
wujud dalam perekonomian.
6
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
7
Pandangan Keynes yang mengkritik
pandangan klasik adalah:
a. Tabungan bukan ditentukan oleh suku
bunga tetapi oleh tingkat pendapatan
masyarakat. Makin tinggi pendapatan
makin tinggi pula tabungan.
b. Suku bunga bukan ditentukan oleh
penawaran dana untuk tabungan dan
permintaan dana untuk investasi,
tetapi ditentukan oleh permontaan dan
penawaran uang.
c. Menurut Keynes upah tidak fleksibel,
walaupun terdapat banyak
pengangguran tingkat upah tidak akan
turun dan pengangguran tetap wujud.
d. Pendapatan nasional bukan factor-
faktor produksi yang tersedia tetapi
oleh pengeluaran agregat (AE).
Pengeluaran agregat yang wujud
dalam ekonomi selalu kurang daro
potensi pendapatan nasional, dan
menyebabkan pengangguran tenaga
kerja selalu terwujud.
Keynes membagi permintaan agregat
menjadi dua jenis pengeluaran:
a. Pengeluaran konsumsi oleh rumah
tangga
b. Penanaman modal oleh para
pengusaha
Dengan demikian pengeluaran agregat
dapat dibedakan kepada empat komponen
yaitu, konsumsi rumah tangga, investasi
perusahaan, pengeluaran pemerintah dan
ekspor.
Konsep Input Output Leontief
Terjadinya Integrasi ekonomi yang kuat,
menyeluruh dan berkelanjutan diantara
semua sektor ekonomi menjadi kunci
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Integrasi ekonomi akan terlihat jelas dalam
interaksi dipasar input. Salah satu model
yang bisa memaparkan dengan jelas
bagaimana Interaksi antar pelaku ekonomi
itu terjadi adalah model Input-Output (I-O)
yang pertama kali diperkenalkan oleh
Wassily Leontif pada tahun 1980-an (Arif
Daryanto dan Yundi Hafizrianda, 2010).
Model Input Output memiliki kemampuan
dalam melihat keterkaitan antar sektor
demi sektor dalam pertumbuhan hingga
tingkat yang sangat rinci membuat alat
analisis ini cocok bagi proses perencanaan
pembangunan (Nazara,2005). Menurut
Leontif 1986, Analisa IO dapat
memperlihatkan dengan jelas dampak
yang dihasilkan dari suatu kebijakan yang
diterapkan pada masing-masing sektor
melalui hubungan keterkaitan antar sektor
dalam perekonomian wilayah (Arif
Daryanto dan Yundi Hafizrianda, 2010).
Teori Input-Output
Melalui model IO kita dapat melihat alur
distribusi output dari suatu sektor dan
input apa saja yang digunakan oleh sektor
tersebut.
Dalam proses penyusunan dan analisa
menggunakan model IO, perlu diingat
bahwa secara konseptual terdapat 3 (tiga)
7
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019
8
asumsi dasar yang digunakan sebagai
berikut (BPS, 2013):
a. Homogenitas (Homogenity), yaitu
asumsi yang menjelaskan bahwa satu
sektor akan menghasilkan satu jenis
output dengan struktur input yang
tunggal dan tidak ada Substitusi
otomatis antar output dari sektor
berbeda.
b. Proporsionalitas (proportionality),
yaitu asumsi yang menjelaskan bahwa
kenaikan penggunaan input oleh suatu
sektor akan sebanding dengan
kenaikan outputyang dihasilkan oleh
sektor tersebut (fungsi linear)
c. Additivitas (additivity), yaitu asumsi
yag menjelaskan bahwa jumlah
pengaruh dari kegiatan produksi di
berbagai sektor merupakan hasil
penjumlahan dari setiap pengaruh
pada masing masing sektor tersebut.
Asumsi ini menjelaskan bahwa
pengaruh yang berasal dari luar
system IO diabaikan.
Output dari sektor produksi akan
didistribusikan kepada konsumen yang
menggunakan output tersebut sebagai
input umtuk produksi berikutnya juga
didistribusikan kepada konsumen yang
menggunakan output tersebut untuk
dikonsumsi langsung, yang disebut
konsumen akhir, yaitu rumah tangga,
pemerintah, swasta (investasi), dan
konsumen luar negri (ekspor). Bagi
konsumen pertama output sektor tersebut
merupakan input antara, sedangkan pada
konsumen kedua output merupakan
permintaan akhir. , yang berdampak pada
perubahan variabel-variable eksogen yaitu
output sektoral, pendapatan, tenaga kerja,
dan sebagainya. West dan Jensen (1980)
dan West dkk (1989) dalam Modul Input-
Output (FEUI, 2010) membedakan
kategori pengganda menjadi: dampak awal
(initial impact), dampak imbasan kegiatan
produksi (production induced impact).
Dampak imbasan kegiatan produksi terdiri
atas pengaruh langsung (direct effect)
yang juga kadang-kadang disebut dengan
pengaruh putaran pertama (first-round
effect), dan pengaruh tidak langsung
(indirect effect) yang merupakan pengaruh
Tabel 2.1 Rumus Perhitungan Pengganda
Tipe Dampak Output Pendapatan Tenaga Kerja
Dampak Awal 1 pj tj
Pengaruh Langsung aij aij pi aij ti
Pengaruh Tdk Langsung bij - 1 - aij bij pi - pi - aij pi bij ti - ti - aij ti
Dampak Total b*ij b*ij pi b*ij ti
(Sumber : Modul Input-Output, Departemen Ilmu Ekonomi FEUI, 2010)
Catatan:
pi koefisien pendapatan rumah tangga; ti adalah koefisien tenaga kerja; aij adalah koefisien input langsung ;
bij adalah koefisien matriks kebalikan terbuka ; dan b*ij adalah koefisien matriks kebalikan tertutup.
8
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
9
putaran kedua dan seterusnya, Rumus
perhitungan pengganda, menurut tipe
dampak dan output, pendapatan dan tenaga
kerja.
Angka pengganda output menunjukan
nilai total dari output yang dihasilkan oleh
perekonomian untuk memenuhi adanya
perubahan satu unit permintaan akhir di
suatu sektor (Arief, 2010). Angka
pengganda pendapatan rumah tangga atau
sering disebut dengan efek pendapatan
dari model IO, angka ini mencoba untuk
menerjemahkan peningkatan permintaan
akhir tersebut dalam bentuk pendapatan
rumah tangga (Nazara 1997). Dalam
model IO, rumah tangga dapat
ditempatkan sebagai variabel eksogen
maupun endogen, model IO yang
menjadikan rumah tangga sebagai pelaku
eksogen disebut sebagai model IO terbuka
dan dikenal sebagai angka pengganda tipe
I, dan jika model IO yang menjadikan
rumah tangga sebagai pelaku endogen
disebut sebagai model IO tertutup dan
dikenal sebagai angka pengganda tipe II.
Menurut Arif Daryanto dan Yundi
Hadizrianda (2010), dalam model IO
pengaruh interaksi ekonomi dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga jenis (Arif
Daryanto dan Yundi Hafizrianda, 2010),
yatu:
1. Pengaruh langsung atau direct effect,
merupakan pengaruh yang secara
langsung dirasakan oleh suatu sektor
yang outputnya digunakan sebagai
input dari produksi sektor yang
bersangkutan.
2. Pengaruh tidak langsung atau indirect
effect, merupakan pengaruh tidak
langsung yang dirasakan oleh suatu
sektor yang outputnya tidak digunakan
sebagai input dari sektor yang
bersangkutan.
3. Pengaruh total atau total effect yaitu
pengaruh secara keseluruhan dalam
perekonomian dimana sektor yang
bersangkutan berada.
Keterkaitan antar sektor dalam metoda
Input-Output
Adanya penggunaan input antara yang
berasal dari output sektor produksi lain dan
penggunaan input primer seperti tenaga
kerja dan modal, membuat suatu sektor
produksi menjadi terintegrasi dengan
sektor-sektor lainnya dalam suatu
perekonomian untuk melihat begaimana
integrasi perekonomian itu terjadi kita bisa
menggunakan model I-O, yang dapat
merefleksikan hubungan atau keterkaitan
antarsektor (intersectoral) (Arief, 2010).
Hirschman (1958) merinci keterkaitan
antar sektor menjadi:
1. Keterkaitan langsung ke belakang
2 Keterkaitan langsung ke depan
3 Daya sebar ke depan
4 Daya sebar ke belakang
Suatu sektor yang mempunyai ciri ciri
diatas dapat dijadikan sector kunci (key
9
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019
10
sector) dalam pembangunan suatu daerah,
karena sector tersebut yang berperan
sebagai sector penggerak dalam
pembangunan daerah secara
berkesinambungan (Daryanto dan
Hafidzrianda, 2010).
Analisa Dampak Ekonomi
Analisis dampak merupakan salah satu
analisis Input-Output untuk mengetahui
pengaruh dari permintaan akhir dari
pelaku ekonomi terhadap sektor tersebut
ataupun sektor lain serta perekonomian
secara keseluruhan. Analisis ini masih
berkaitan dengan analisis angka
pengganda sebelumnya, sehingga dalam
analisis ini dikenal analisis dampak output
perekonomian, pendapatan, tenaga kerja,
dan nilai tambah.
Mekanisme dampak peningkatan
permintaan akhir tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Adanya tambahan permintaan akhir di
suatu sektor akan berdampak pada
kenaikan output pada sektor tersebut.
2 Kenaikan output ini akan diiringi dengan
pertambahan input antara dan input primer
yang digunakan pada sektor tersebut.
3 Pertambahan input antara akan mendorong
kenaikan produksi pada sektor-sektor
ekonomi yang menjadi faktor inputnya
Sedangkan pertambahan input primer akan
berdampak pada peningkatan tenaga kerja
dan peningkatan penerimaan upah/gaji.
Oleh karena upah/gaji merupakan sumber
pendapatan rumah tangga (masyarakat),
secara tidak langsung peningkatan
permintaan akhir berdampak pada
kenaikan pendapatan masyarakat
(Daryanto & Hafizrianda, 2010). Dapat
terlihat kenaikan permintaan akhir yang
berwujud Konsumsi Rumah Tangga,
Konsumsi Pemerintah, Pembentukan
Modal Tetap (Investasi), Perubahan Stok,
dan Ekspor Barang/Jasa, dapat berdampak
pada peningkatan perekonomian.
METODE PENELITIAN
Objek dan Lokasi Penelitian
Objek yang dikaji dalam penelitian tesis
ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Energi Baru Tertarukan (PLT EBT) yang
terbagi dalam tiga kategori, yaitu PLT
Panas Bumi (PLTP) PLT Biomassa
(PLTB) dan PLT Aneka EBT. PLT Aneka
EBT sendiri terdiri dari gabungan PLT
yang sumber energinya selain panas bumi
dan biomass, seperti Angin, Air dan Sinar
Matahari di Seluruh Indonesia.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Adapun jenis data, sumber data serta cara
pengumpulan data dalam penelitian ini
berasal daro BPS Pusat, Kementerian
ESDM, yang dikumpulkan baik dengan
cara surat menyurat maupun bertatap
muka langsung.
Kerangka Pikir Penelitian
Dalam menganalisis dampak ekonomi
pembangunan PLT EBT, peneliti
membagi dua masa pembangunan PLT
10
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
11
EBT yaitu masa konstruksi dan masa
operasio. Untuk dapat meneliti
pembangunan PLT EBT pada masa
konstruksi, Peneliti terlebih dahulu
menganalisis struktur investasi masa
konstruksi PLT EBT untuk digolongkan
kedalam kelompok sektor yang nantinya
akan menjadi shock dalam pengolahan
data, investasi tersebut berasal dari APBN,
APBD maupun Swasta. Demikian juga
untuk dapat menganalisis dampak
ekonomi pembangunan PLT EBT pada
masa operasi, peneliti menggunakan
konsumsi output operasi PLT EBT sebagai
shock masa operasi. Shock investasi dan
shock konsumsi tersebut kemudian
masing-masing diolah menggunakan
model Leontif, hasilnya kemudian
dianalisa untuk melihat manfaat ekonomi
dari pembangunan PLT EBT terhadap
ekonomi Indonesia.
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode yang digunakan untuk mengolah
data Input-Output Indonesia Tahun 2010
dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif yang hasilnya akan dianalisis
secara deskriptif.
Analisis Angka Pengganda (Multiplier
Analysis)
Pada Penelitian ini karena keterbatasan
data tenaga kerja, maka yang diteliti hanya
angka pengganda output, angka
pengganda pendapatan rumah tangga
angka pengganda nilai tambah bruto.
Analisis Dampak Ekonomi
Untuk menganalisis dampak dari
pembangunan PLT EBT di seluruh
wilayah Indonesia terhadap ekonomi
Indonesia, dilihat dari 3 (tiga) variabel,
yaitu:
1 Output, untuk mengetahui berapa
besar pengaruh pembangunan PLT
Tabel 0.1 Rumus Perhitungan Analisis Dampak
Jenis Analisis
Dampak
Rumus
Keterangan
1.Dampak
Terhadap Output
Mo = (I - A)-1
Mo = matriks multiplier/pengganda output
berukuran n x n ;
I = matriks identitas berukuran n x n
A= matriks koefisien teknis berukuran
(n x n)
(I - A)-1 = matriks kebalikan leontief
2.Dampak
Terhadap Nilai
Tambah Bruto
F VA = Nilai Tambahn Bruto
= Pengganda
F = Stimulus
3.Dampak
Terhadap
Pendapatan
Im = Angka pengganda pendapatan
Sumber : Analisis Model Input-Output, Dr Uka Wikarya, 2015
1)(ˆ −−= dAIVVA1)(ˆ −− dAIV
11
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019
12
EBT terhadap kegiatan
perekonomian secara keseluruhan.
2 Nilai Tambah Bruto (NTB), untuk
mengetahui penciptaan nilai
tambah yang terjadi dari investasi
barang dan jasa yang ada, yang
mencerminkan kinerja
perekonomian.
3 Pendapatan Masyarakat, untuk
mengukur seberapa besar
peningkatan pendapatan
masyarakat akibat dibangunnya
PLT EBT, yang dapat
mencerminkan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Adapun guna menghitung analisis dampak
peningkatan permintaan akhir terhadap
output, nilai tambah bruto, dan pendapatan
masyarakat digunakan rumus sebagaimana
tabel 3. Asumsi-asumsi yang digunakan
dalam perhitungan dampak ekonomi
dengan menggunakan analisis Input-
Output ini sebagai berikut:
Angka Multiplier
Data Input-Output yang digunakan dalam
analisis ini merupakan data IO Indonesia
Tahun 2010. Sedangkan masa analisis
dalam penelitian terbagi menjadi dua yaitu
masa konstruksi selama 11 tahun yaitu
tahun 2014-2025, dan masa
operasionalisasi selama 20 tahun yaitu
2016-2055. Data IO yang digunakan
merupakan Data IO Indonesia tahun 2010
dikarenakan ketersediaan data IO terbaru
yang diterbitkan BPS.
Dengan demikian dapat diasumsikan jika
selama masa penelitian tidak terjadi
perubahan struktur perekonomian yang
signifikan di Indonesia, maka besaran
dampak ekonomi yang dihasilkan dalam
penelitian ini merupakan angka dampak
minimum yang berpotensi muncul di masa
mendatang.
Objek yang Dianalisis
Objek dalam penelitian ini adalah seluruh
PLT EBT di seluruh wilayah Indonesia
yang mulai dibangun diantara tahun 2014
sampai dengan tahun 2018. PLT EBT
terdiri dari PLTP, PLTB dan PLT Aneka
EBT yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. PLT Aneka EBT sendiri terdiri
dari PLTBi, PLTMh dan PLTS. Dalam
kebijakan Energi Nasional ke depannya
Indonesia dirancang akan memaksimalkan
EBT sebagai sumber tenaga listrik,
sehingga ke depan Indonesia akan
membangun lebih banyak PLT EBT.
Sehingga hasil dari penelitian ini hanya
mengindikasi perkiraan dampak ekonomi
yang belum maksimal mengingat akan ada
banyak pembangunan PLT EBT di tahun
tahun mendatang. Apabila rencana
pembangunan PLT EBT sesuai dengan
RUEN maka dampak ekonomi yang
terjadi akan lebih besar.
12
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
13
Identifikasi Variabel
Dampak ekonomi yang ditimbulkan
dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga
EBT ini yang terdiri dari penciptaan
output, nilai tambah dan pendapatan
rumah tangga merupakan suatu variabel
endogen yang hasilnya berasal dari hasil
perhitungan. Biaya-biaya yang
dikeluarkan selama masa konstruksi yaitu
biaya untuk Perizinan, Power Plant
Machinery, Jasa Profesional teknis dan
keuangan, konstruksi Bangunan dan sipil.
Sedangkan selama masa operasi yang
diperhitungkan dalam analisis yaitu
Kapasitas Listrik yang dihasilkan oleh
PLT EBT dalam setahun dikalikan harga
pada saat dalam Power Purchase
Agrement (PPA).
Lama waktu konstruksi PLT EBT
tergantung dari jenis PLT EBT yang
dibangun, sebagai informasi, PLT
Biomass dan PLTS, PLTB, PLTmh
umumnya memakan waktu 2 tahun,
sedangkan PLTP umunya memakan waktu
7 tahun. Peneliti mengambil objek
penelitian yang masa konstruksinya
dimulai tahun 2014, sehingga masa
penelitian untuk masa konstruksi adalah
tahun 2014 hingga tahun 2025.
Selanjutnya masa operasionalisasi PLT
EBT dijelaskan dalam undang-undang
adalah selama 30 tahun dari selesai
konstruksi yaitu tahun 2016 sampai
dengan tahun 2055, sementara setelah itu
PLT EBT diasumsikan selesai beroperasi.
Adapun dalam masa operasi komponen
shock investasi yang dimaksudkan adalah
nilai kapasitas listrik yang dihasilkan PLT
EBT pertahunnya dikalikan harga
Perjanjian penjualan di awal proyek
Tabel 0.2 Analisis Keterkaitan KeBelakang (Backward Lingkage)
Sumber : Tabel IO Indonesia,2010, diolah 2018
13
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019
14
dengan PLN (PPA),diluar itu harga
dianggap stabil hingga akhir masa operasi.
Pada masa konstruksi terdapat 3 (tiga)
sektor yaitu sektor (130) Mesin Lainnya
dan perlengkapannya, sektor (149)
Bangunan tempat tinggal dan bukan
tempat tinggal, dan sektor (175) Jasa
Profesional, ilmiah dan teknis. Sedangkan
pada masa operasionalisasi terdapat sektor
(145) yaitu listrik. Setelah dilakukan
inventarisasi sektor yang terdampak,
kemudian ditentukan nilai shock pada
masing-masing sektor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Input-Output
Analisis Pola Keterkaitan
Keterkaitan Ke Belakang (backward
lingkage) dapat dilihat pada Tabel 5.1.
sektor (145) listrik memiliki peringkat
nilai keterkaitan kebelakang ke- 1 (satu)
dengan nilai sebesar 2,9636, dimana
sebesar 0,7925 merupakan keterkaitan ke
belakang langsung dan sisanya sebesar
2,1711 keterkaitan kebelakang tidak
langsung. Nilai tersebut memiliki makna
bahwa apabila ada kenaikan permintaan
akhir sebesar Rp. 10.000, - pada sektor
(145) listrik, maka akan berdampak
terhadap kenaikan output seluruh sektor
perekonomian sebesar Rp. 29.636, -
dimana sebesar Rp. 7.925, - berasal dari
sektor (145) listrik itu sendiri dan sisanya
Rp. 21.711, - berasal dari sektor lainnya.
Secara peringkat, sektor (145) Listrik
berada pada posisi ke-1 (satu) dari seluruh
sektor perekonomian (185 sektor), sektor
(130) mesin dan perlengkapannya, sektor
(175) Bangunan Tempat tinggal dan bukan
tempat tinggal dan sektor (149) Jasa
Tabel 0.1 Analisis Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)
Kode Sektor Keterkaitan ke Depan (FL)
Peringkat Langsung Total
130 Mesin lainnya dan
perlengkapannya 1.9181 1,4767 5
145 Listrik 1.4504 1,5233 7
149 Bangunan Tempat Tinggal dan
Bukan Tempat tinggal 0,9363 1,919 68
175 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 1,2631 0.9691334 29
Empat Sektor Dengan Derajat Kepekaan Tertinggi
156 Perdagangan selain Mobil dan
Sepeda Motor 7,9226 14,5135 1
95 Barang0barang Hasil Kilang
Minyak dan Gas Bumi 3,8578 10,0059 2
96 Kimia Dasar Kecuali Pupuk 3,6909 9,4365 3
38 Minyak Bumi 1,2088 8,5347 4
Sumber : Tabel IO Indonesia,2010, diolah 2018
14
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
15
Profesional, Ilmiah dan Teknis memiliki
nilai dan peringkat masing-masing berada
pada posisi ke-3, ke-16 dan ke-30. Hal ini
menunjukkan bahwa (145) Listrik,
memiliki keterkaitan paling kuat dengan
sektor-sektor inputnya dibandingkan
sektor lainnya
Selanjutnya kaitannya dengan keterkaitan
ke depan, sektor (145) listrik dan sektor
(130) mesin dan perlengkapannya
memiliki nilai derajat kepekaan yang
tinggi yang masing-masing berada di
peringkat ke-7 dan ke-5 dari 185 sektor
perekonomian. (130) mesin dan
perlengkapannya memiliki nilai
keterkaitan ke depan total sebesar 6,2722
dan keterkaitan ke depan langsung sebesar
3,2239 Nilai ini memiliki makna bahwa
apabila terjadi kenaikan permintaan dari
seluruh sektor produksi sebesar Rp.
10.000, -maka akan berdampak pada
kenaikan output sektor (130) mesin dan
perlengkapannya sebesar Rp. 62.722, -.
Melalui Analisis Sektor kunci, dapat
dilihat 4(empat) sektor yang diidentifikasi
terkait dengan pembangunan PLT EBT di
Indonesia seperti dalam Tabel 5.2, bahwa
di Indonesia pada tahun 2010 sektor sektor
yang terkait pembangunan PLT EBT ini
hanya 2(dua) sektor yaitu sektor (130)
mesin lain dan perlengkapannya, dan
sektor (145) listrik termasuk sektor kunci
karena indeks keterkitan kebelakang dan
indeks keterkaitan kedepan nilainya lebih
dari 1 (satu). Oleh karenanya,
pembangunan PLT EBT di Indonesia ini
akan berdampak positif terhadap
pertumbuhan perekonomian di Indonesia
secara keseluruhan. Karena kedua sektor
kunci tersebut akan mendorong
Tabel 0.2 Analisis Sektor Kunci
Kebelakang Kedepan
130Mesin lainnya dan
perlengkapannya3.2238883 1.4766903 Ya
145 Listrik 2.8823893 1.5232906 Ya
149Bangunan Tempat tinggal dan
bukan tempat tinggal0.9362676 1.1919118 Bukan
175Jasa Profesional, Ilmiah dan
Teknis1.2631325 0.9691334 Bukan
53 Hasil Pemotongan Hewan 1.1656219 1.0486092 Ya
58Minyak Hewani dan Minyak
nabati1.0157669 1.0422117 Ya
61 Tepung Lainnya 1.3157830 1.0695196 Ya
62Tepung Gandum dan tepung
mesin1.2211235 1.0893282 Ya
Kode SektorIndeks Keterkaitan
Sektor Kunci
Sektor Lain Yang Termasuk Sektor Kunci
15
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019
16
peningkatan barang dan jasa baik melalui
mekanisme permintaan maupun
mekanisme penawaran atas barang dan
jasa. Sedangkan sektor (149) Jasa
Profesional, Ilmiah dan Teknis serta sektor
(175) Bangunan Rumah tinggal dan bukan
rumah tinggal bukan merupakan sektor
kunci. Penulis berpendapat bahwa dalam
rangka pembangunan PLT EBT maka
kedua sektor tersebut harus dapat didorong
menjadi sektor kunci dengan cara
memfasilitasi industri hilir sektor tersebut,
juga meningkatkan kualitas sektor tersebut
agar dapat menjadi bahan baku yang
berdaya saing bagi sektor lainnya.
Dengan analisis keterkaitan kedepan dapat
dilihat bahwa ketika terjadi kenaikan
permintaan dari sektor sektor produksi
yang diidentifikasi menjadi sektor yang
berhubungan dengan pembangunan PLT
EBT seperti sektor (130) mesin lain dan
perlengkapannya, maka sektor yang paling
terpengaruh outputnya adalah sektor (130)
mesin lain dan perlengkapanya itu sendiri,
kemudian sektor lain yang paling
terpengaruh selain sektor (130) mesin lain
dan perlengkapannya adalah sektor (129)
Mesin untuk keperluan kantor dan
akunting, dan bagian serta
perlengkapannya dan sektor (44) bijih
nikel, hal ini dapat dipahami karena bijih
besi merupakan bahan dasar baja dimana
baja banyak digunakan sebagai bahan
pembuat mesin. Sedangkan jika terjadi
kenaikan permintaan dari sektor (145)
Listrik maka sektor yang paling
terpengaruh adalah selain sektor (145)
Listrik itu sendiri adalah sektor (157) Jasa
angkutan rel dan sektor (144) Jasa
perawatan dan perbaikan produk-produk
logam pabrikan, mesin-mesin dan
peralatan. Dan jika terjadi kenaikan
Tabel 0.3 Sektor Keterkaitan Kedepan
Sumber: Tabel IO Indonesia tahun 2010, diolah
Pering
kat
(130) mesin Lain dan
perlengkapannya
(145) Listrik (149) bangunan rumah
tinggal dan bukan
rumah tinggal
(175) Jasa Profesional
ilmiah dan teknis
1 (130) mesin Lain dan
perlengkapannya
(145) Listrik (149) bangunan rumah
tinggal dan bukan rumah
tinggal
(175) Jasa Profesional
ilmiah dan teknis
2 (129)Mesin untuk
keperluan kantor dan
akunting
(157) Jasa angkutan rel (148) Pengelolaan
Sampah, Limbah dan
Daur Ulang
(37) Batubara dan Lignit
3 (44) bijih nikel (144) Jasa perawatan dan
perbaikan produk-produk
logam pabrikan, mesin-
mesin dan peralatan
(174) Jasa Real Eastate (169) Jasa Konsultasi
komputer dan teknologi
informasi
16
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
17
permintaan sektor (149) Bangunan tempat
tinggal dan bukan tempat tinggal, maka
sektor yang paling terpengaruh selain
sektor itu sendiri adalah sektor (148)
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang dan sektor (174) Jasa Real Eastate.
Jika terjadi kenaikan permintaan pada
sektor (175) Jasa Profesional ilmiah dan
teknis, maka sektor yang outputnya paling
meningkat selain sektor (175) Jasa
professional ilmiah dan teknis itu sendiri
adalah sektor (37) Batubara dan Lignit dan
sektor (169) Jasa Konsultasi komputer dan
teknologi informasi. Dengan analisis
keterkaitan kebelakang, dapat di lihat
sektor hulu mana yang paling terpengaruh
ketika terjadi kenaikan permintaan
terhadap output sektor sektor yang
diidentifikasi sebagai faktor yang terkait
pembangunan PLT EBT.
Jika terjadi peningkatan kenaikan Output
pada sektor (130) Mesin lain dan
perlengkapannya maka sektor hulu yang
paling terpengaruh selain sektor (130)
sendiri adalah sektor (129) Mesin untuk
keperluan kantor dan akunting, dan bagian
serta perlengkapannya dan sektor (156)
Perdagangan selain Mobil dan Sepeda
Motor. Sedangkan jika terjadi peningkatan
permintaan output pada sektor (145)
Listrik, sektor hulu yang terpengaruh
selain sektor (145) listrik adalah sektor
(95) Barang-barang Hasil Kilang Minyak
dan Gas Bumi dan sektor (39) Gas Bumi
dan Panas Bumi, ketika output sektor
(149) bangunan rumah tinggal dan bukan
rumah tinggal mngalami peningkatan
permintaan maka selain sektor hulu yg
terpengaruh sektor (149) itu sendiri adalah
sektor (120) Barang-barang logam lainnya
dan sektor (114) Besi dan Baja Dasar, dan
ketika terjadi kenaikan out[ut pada sektor
(175) Jasa professional ilmiah dan teknis,
sektor hulu yang terpangaruh selain sektor
itu sendiri adalah sektor (170) Jasa
Keuangan Perbankan dan (150) Bangunan
Tabel 0.4 Sektor Keterkaitan Kebelakang
Sumber: Tabel IO Indonesia,2010, diolah 2018
Pering
kat
(130) mesin Lain dan
perlengkapannya
(145) Listrik (149) bangunan rumah
tinggal dan bukan
rumah tinggal
(175) Jasa Profesional
ilmiah dan teknis
1 (130) mesin Lain dan
perlengkapannya
(145) Listrik (149) bangunan rumah
tinggal dan bukan rumah
tinggal
(175) Jasa Profesional
ilmiah dan teknis
2 (129)Mesin untuk
keperluan kantor dan
akunting
(95) Barang-barang
Hasil Kilang Minyak
dan Gas Bumi
(120) Barang-barang
logam lainnya
(170) Jasa Keuangan
Perbankan
3 (156) Perdagangan
selain Mobil dan
Sepeda Motor
(39) Gas Bumi dan
Panas Bumi
(114) Besi dan Baja
Dasar,
(150) Bangunan & Instalasi
Listrik, Gas, Air Minum Dan
Komunikasi
17
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019
18
& Instalasi Listrik, Gas, Air Minum Dan
Komunikasi dan sektor.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan dan
analisis terkait hasil penelitian, khususnya
4 (empat) sektor terkait pembanunan PLT
EBT di seluruh Indonesia yaitu sektor
(130) Mesin lain dan perlengkapannya,
sektor (145) Listrik, sektor (149) Jasa
Profesional, Ilmiah dan Teknis dan sector
(175) Bangunan tempat tinggal dan bukan
tempat tinggal, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1 Melalui analisis Keterkaitan Sektor,
sektor (130) Mesin lain dan
perlengkapannya dan sektor (145)
Listrik memiliki daya ketergantungan
tinggi terhadap sektor sektor lainnya
juga memiliki daya dorong yang tinggi
terhadap sektor sektor lainnya untuk
menghasilkan output. Sedangkan 2
(dua) sektor lain yaitu (149) Jasa
Profesional, Ilmiah dan Teknis dan
sector (175) Bangunan tempat tinggal
tidak memiliki keterkaitan kebelakang
maupun kedepan yang tinggi dengan
sektor lainnya. Dari keempat sektor
terkait hanya 2 (dua) sektor yang
menjadi sektor kunci dalam
perekonomian Indonesia, yaitu sektor
(130) Mesin lain dan perlengkapannya
dan sektor (145) Listrik. Sektor (145)
Listrik hanya meningkatkan
penciptaan output secara signifikan
terhadap sektor hilirnya.
2 Berdasarkan analisis angka
pengganda, dapat disimpulkan bahwa
dalam hal penciptaan output sektor
(130) Mesin lain dan perlengkapannya,
sektor (145) Listrik mampu
meningkatkan output perekonomian
lebih tinggi jika diberi investasi.
Dalam hal penciptaan NTB sektor
(145) Listrik merupakan sektor yang
paling dominan dalam penciptaan nilai
tambah bila dibandingkan ketiga
sektor yang dianalisis. Sedangkan jika
dilihat dalam hal penciptaan
pendapatan masyarakat empat sektor
yang dianalisis tidak ada yang
dominan dalam hal penciptaan
pendapatan masyarakat, sehingga bila
keempat sektor tersebut diberi
investasi tidak akan terlalu
berpengaruh terhadap penambahan
pendapatan masyarakat.
3 Berdasarkan analisis Dampak
Ekonomi, Pembangunan PLT EBT
baik dalam masa konstruksi maupun
masa operasional diperkirakan
berdampak positif terhadap
perekonomian di Indonesia apabila
dilihat pengaruhnya terhadap
penciptaan output, nilai tambah bruto,
dan pendapatan masyarakat. Secara
rinci perkiraan dampak yang terjadi
sebagai berikut:
a. Peningkatan output yang dihasilkan
dari pembangunan PLT EBT adalah
sebesar Rp. 300.148,96 miliar atau
sebesar 4,9% dari total output awal
18
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
19
perekonomian sebesar
Rp.13.109.120,48 miliar.
Peningkatan Output ini berasal masa
konstruksi sebesar Rp 152.028,12
milyar dan masa operasional sebesar
Rp 148.120,84 milyar.
b. Total Nilai Tambah Bruto yang
tercipta sebesar Rp.106.427,21
miliar, meningkat sebesar 3,2% dari
total nilai tambah bruto awal sebesar
Rp 6.683.679,717 miliar.
Peningkatan Nilai Tambah Bruto ini
berasal masa konstruksi sebesar Rp
59.374,34 milyar dan masa
operasional sebesar Rp 47.052,87
milyar.
c. Peningkatan Pendapatan masyarakat
sebesar Rp 29.809,61 atau
meningkat sebesar 3,2% dari
pendapatan masyarakat di awal
perekonomian sebelum
pembangunan PLT
EBT.Peningkatan Pendapatan ini
berasal masa konstruksi sebesar Rp
19.486,20 milyar dan masa
operasional sebesar Rp 10.423,41
milyar.
d. Sektor yang paling terdampak
dengan adanya pembangunan PLT
EBT ini pada masa konstruksi
yaitu sektor (130) mesin dan
perlengkapannya dan pada masa
operasional adalah sektor (145)
Listrik.
4 Dengan melakukan pembangunan PLT
EBT dalam rangka pemenuhan
kebutuhan Kelistrikan di Indonesia,
dapat memenuhi azas yang
diamanatkan Undang-Undang nomor
30 Tahun 2009 mengenai
pembangunan Kelistrikan dapat
terpenuhi, karena dengan
meningkatnya listrik dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat, dengan
memberdayakan potensi alam daerah
sekitar maka pembangunan PLT EBT
dapat dilakukan secara efisien
sehingga terjadi optimalisasi ekonomi
dalam pemanfaatan sumber daya
energi, karena sumber daya yang
digunakan adalah EBT maka otomatis
kelestarian lingkungan dapat dijaga.
Saran dan Rekomendasi
Saran terkait kebijakan yang penulis dapat
sampaikan, antara lain:
1 Pembangunan PLT EBT memberikan
dampak positif dan memiliki dampak
pengganda terhadap perekonomian
Indonesia. Sektor yang paling
terdampak dengan adanya
pembangunan PLT EBT adalah sektor
(130) mesin lain dan perlengkapannya
dan sektor (145) Listrik. Oleh
karenanya maka agar dampak yang
dirasakan lebih besar terhadap
perekonomian di Indonesia, maka
pemerintah perlu mendorong
tumbuhnya sektor hulu sebagai
penyedia input lokal bagi sektor (130)
mesin dan perlengkapannya agar
tingkat penciptaan output sepenuhnya
masuk kedalam perekonomian lokal.
2 Demikian juga dengan terpengaruhnya
sektor (145) Listrik, pemerintah
diharapkan dapat mendorong
19
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019
20
masyarakat untuk memanfaatkan dan
mengelola potensi EBT yang ada di
daerahnya untuk dijadikan sumber
listrik, dengan demikian diharapkan
terjadi peningkatan konsumsi listrik
masyarakat dan dapat mendorong
peningkatan kesejahteraan.
3 Sampai dengan saat ini kapasitas
Listrik yang dihasilkan PLT EBT
masih dalam skala kecil dibandingkan
dengan skala PLT energi
konvensional, namun mengingat
potensinya EBT yang ada di Indonesia
kedepannya sangat memungkinkan
untuk menggeser energi konvensional.
Walaupun masih berskala kecil,
namun dampak pembangunan PLT
EBTadalah positif, dengan demikian
diharapkan pemerintah dapat terus
menambah pembangunan PLT EBT
agar dampak pembangunan PLT EBT
yang tercipta terhadap ekonomi
Indonesia semakin besar .
Rekomendasi terkait keterbatasan
penelitian sebagai berikut:
1 Dalam perhitungan dampak ekonomi
digunakan Data Input-Output
Indonesia Tahun 2010 karena data
inilah yang tersedia saat ini. Sehingga
untuk penelitian selanjutnya
direkomendasikan agar dapat
digunakan data IO Indonesia yang
lebih baru apabila sudah tersedia.
2 Dampak ekonomi yang dihitung pada
penelitian ini hanya terbatas pada
dampak penciptaan output, nilai
tambah dan pendapatan masyarakat,
namun tidak menghitung dampak
penciptaan tenaga kerja, hal ini
dikarenakan tidak tersedianya data
jumlah tenaga kerja yang bekerja
dalam pembangunan PLT EBT. Untuk
mengetahui dampak ekonomi terhadap
penciptaan tenaga kerja maka
direkomendasikan perlu untuk
melakukan inventarisasi tenaga kerja
yang bekerja dalam pembangunan PLT
EBT.
3 Analisis tabel IO hanya dapat melihat
aspek moneter dari pembangunan PLT
EBT, sehingga untuk melengkapi studi
harus dilakukan studi pada aspek
social dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Adi Putra, muhamad (2016), Analisis
dampak pembangunan pelabuhan
Khusus Batubara khusus ekspor
batubara terhadap perekonomian
Provinsi Kalimantan Timur.
Universitas Indonesia Library.
Agung Santosa, Uji (2012). Dampak
pembangunan infrastruktur terhadap
perekonomian di provinsi jawa
Barat : Analisa Input output tahun
2009. Universitas Indonesia Library
Amalia, sinta (2011). Dampak
pembangunan PLTU Batubara
terhadap perekonomian Provinsi
Sumatera Selatan : analisa model
input output. Universitas Indonesia
Library
Augustine C, Osigwe & Damilola Felix
Arawomo (2015). Energi
Consumption, Energi prices and
20
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6
21
Economic Growth: causal
Relationships based on Error
Correction Model.International
Journal of Energi Economics and
Policy.
Chontanawat, Jaruwan & Lester C hunt,
Richard Pierse (2006). Causality
between Energy Consumption and
GDP: Evidence from 30 OECD and
78 Non-OECD Countries. Surrey
Energy Economic center UK.
Daryanto & hafizrianda (2010), Analisis
Input-Output dan Social Accounting
Matrix. Bogor : IPB Press.
Direktur Utama PT PLN (Sepetember
2017). Press Conference PT PLN.
Kementerian ESDM
Keputusan Menteri ESDM RI nomor 5899
k/20/MEM/2016 tentang
Pengesahan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik Negara
(Persero) tahun 2016 sd 2025.
Miller & Blair (1985), Input-Output
Analysis: Foundations and
Extensions. New Jersey : Prentice-
Hall
Nicholson,Walter (1995), Teori
Mikroekonomi. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Rencana Strategis Kementerian ESDM
2015-2919
Rencana Umum Energi Nasional 2015-
2050
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Negara (Persero) tahun 2016 sd 2025
(2016)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) Tahun 2015-2019 (2015)
Republik Indonesia. Undang-Undang
No.25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan
Nasional
Republik Indonesia. Undang-Undang
Nomor 30 tahun 2009 tentang
ketenagalistrikan
Ridwan Anas Ofyar Tamin Sony S
wibowo (2016), Applying input-
output Model to estimate broader
Economic impact of transportation
Infrastructure Investment. Journal-
dl
Sukirno, Sadono (1994), Teori pengantar
Makroekonomi. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Wong, Sukra (2015). Dampak Proyek
Pembangunan PLTU Sumuradem
terhadap peluang kerja studi kasus
desa Sumuradem sukra indramayu.
Yusuf, Suryanto. (2013). Konsumsi Energi
Listrik dan Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia Aplikasi dan model.
Bappenas Indonesia.
21
Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2019