ANALISIS CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY …kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder....
Transcript of ANALISIS CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY …kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder....
7
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memicu
munculnya basis perusahaan baru disamping basis bisnis perusahaan yang
berdasarkan tenaga kerja (labour-based business). Basis bisnis perusahaan baru yang
kini mulai berkembang yaitu bisnis berdasarkan teknologi (technology-based
business). Namun demikian, perusahaan yang berdasarkan tenaga kerja kini juga
telah banyak yang memasukkan unsur-unsur teknologi guna mendukung berjalannya
kegiatan operasi perusahaan. Hal tersebut berpengaruh terhadap berubahnya
penciptaan nilai organisasi. Manajemen harus mampu memanfaatkan nilai-nilai yang
tidak tampak dari aset tidak berwujud yang nantinya akan mempengaruhi masa depan
dan prospek organisasi. Beberapa peneliti telah menemukan adanya gap yang besar
antara nilai pasar dengan nilai buku yang diungkapkan oleh perusahaan karena
perusahaan-perusahaan tersebut gagal melaporkan “hidden value” dalam laporan
tahunannya (Mouritsen, Bukh, dan Marr, 2004 dalam Wardhani 2009). Menurut
Canibano, Garcia-Ayuso, dan Sanches (2000) pendekatan yang pantas untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah dengan mendorong peningkatan
informasi pengungkapan Intellectual Capital.
Sebagian besar perusahaan hanya menyajikan aset fisik atau finansial dalam
neraca perusahaannya. Padahal, bagi perusahaan – perusahaan yang bergerak
dibidang industri berbasis teknologi, kekayaan perusahaan tidak hanya diukur dari
aset berwujudnya saja namun juga mencakup aset tak berwujud yang mereka sebut
Intellectual Capital (IC). Aset tak berwujud ini yang meliputi proses organisasi,
8
pengetahuan dan know-how karyawan, dan hubungan yang mendukung atau
menciptakan kekayaan (keuntungan) bagi perusahaan. IC dianggap memiliki peran
penting dalam meningkatkan nilai bagi perusahaan serta mendukung terciptanya
kenggulan kompetitif yang berkelanjutan. Intellectual capital diakui dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan yang labanya dipengaruhi oleh inovasi dan
knowledge-intensive services (Edvinsson dan Sullivan, 1996 dalam Wardhani, 2009).
Seperti yang dikemukakan oleh Mouritsen (1998), bahwa intellectual capital
menyangkut kapasitas luas pengetahuan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. oleh
karena itu, bagi perusahaan berbasis teknologi, Intellectual Capitaljuga merupakan
aset yang harus diungkapkan dallam neraca perusahaan.
Informasi Intellectual Capital (IC) dapat membantu investor untuk menilai
kapabilitas perusahaan dalam menciptakan kekayaan di masa datang dengan lebih
baik. (Brennan, 2001). Intellectual capital dilaporkan dalam laporan tahunan
perusahaan sebagai disclosure atas laporan keuangan. Dalam perkembangan dunia
usaha diperlukan laporan keuangan tahunan perusahaan yang lebih berkualitas.
Dimana di dalamnya juga mengungkapkan komunikasi eksternal yang berdasar pada
pengetahuan. Permintaan terhadap informasi ini tidak hanya diterapkan pada
pelaporan tahunan tradisional, namun juga pada tipe-tipe laporan yang baru seperti
laporan Intellectual Capital (IC) yang digunakan sebagai tambahan pada laporan
bisnis dan prospektus perusahaan.
Pemanfaatan seluruh kekayaan perusahaan, termasuk modal intelektual
(Intellectual Capital) secara efektif dan efisien akan membantu meningkatkan
9
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Semakin tinggi transparansi terhadap
pengungkapan Intellectual Capital(IC) akan membantu investor menilai masa depan
perusahaan. Jika prospek perusahaan di masa yang akan datang menjanjikan, investor
akan tertarik untuk menanamkan modalnya, sehingga akan meningkatkan permintaan
saham perusahaan tersebut. Peningkatan permintaan tersebut juga akan berpengaruh
pada meningkatnya harga saham di pasar. Jadi, prospek yang menjanjikan di masa
yang akan datang akan menyebabkan naiknya harga saham.
Penelitian mengenai pengaruh pengungkapan Intellectual Capital (IC)
terhadap kinerja pasar menarik untuk dilakukan, karena sebagian besar penelitian
mencoba membuktikan pengaruh dari IC itu sendiri, terhadap variabel yang
dipengaruhinya. Salah satu penelitian tersebut adalah penelitian Ulum (2007)
mengenai pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan. Penelitiaan ini
mencoba menganalisis apakah terciptanya kinerja pasar yang bagus juga dipengaruhi
oleh kecenderungan perusahaan dalam pengungkapan Intellectual Capital (IC) dalam
laporan tahunan perusahaan.
Penelitian ini menggunakan kategori dan komponen dari kerangka kerja
deskriptif mengenai informasi Intellectual Capital untuk menganalisis kandungan
dari laporan tahunan dengan mengelompokkan antara industri “high tech industries”
dan “traditional industries”. Pengelompokkan ini, mengacu pada penelitian Bozzolan
et al. (2003) dimana perusahaan Internet providers, Biotechnology, Entrainment,
Internet, IT distribution, High-tech manufacturing, Media, Retail, Software, System
Integration and Telekomunication, Web service termasuk ke dalam kelompok high
10
tech industries, sedangkan perusahaan Food, Automobile, Chemical, Building,
Electronics, Manufacturing, Oil, Utilities,Clothing and Textiles, Tourism and Leisure
masuk ke dalam kelompok traditional industries.
Alasan pengelompokan ini, didasari atas perkermbangan perusahaan yang
bergerak dengan basis teknologi. Perusahaan-perusahaan tersebut tentunya akan terus
mengembangkan teknologi yang bertujuan untuk menciptakan produk serta layanan
berteknologi tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap pengetahuan serta keahlian yang
dimiliki karyawan. Semakin tinggi pengetahuan dan keahlian yang dimiliki
karyawan, maka akan semakin banyak inovasi-inovasi yang dapat dilakukan. Hal
tersebut akan mempengaruhi kualitas output yang dikeluarkan perusahaan dengan
basis teknologi tinggi.
Penelitian Boedi (2008) yang menguji perbedaan pengungkapan Intellectual
Capital antara sektor industri lama dengan sektor industri baru membuktikan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara sektor industri baru dan lama berkaitan
dengan pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan perusahaan. Selain
itu, terbukti bahwa variabel pengungkapan Intellectual Capital berpengaruh positif
namun hasilnya tidak signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar.
Ulum (2007) meneliti pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja
keuangan perusahaan dan menemukan bahwa IC berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan perbankan yang go public maupun tidak di Indonesia. Berbeda
dengan penelitian Wahdikorin (2010) yang menyatakan bahwa Human Capital
Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Value Added of Intellectual
11
Capital (VAIC) dan Jenis Bank (GROUP) tidak berpengaruh terhadap Return on
Asset (ROA).
Penelitian ini hendak menguji persoalan penelitian :
1. Apakah pengungkapan komponen Intellectual Capital dalam laporan tahunan
perusahaan “high tech industries” lebih banyak dibandingkan “traditional
industries”
2. Apakah jumlah pengungkapan IC dalam laporan tahunan berpengaruh terhadap
kinerja pasar perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi perusahaan maupun
investor. Bagi Perusahaan, memberikan bukti empiris mengenai pentingnya
pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan keuangan untuk meningkatkan
kualitas dari laporan keuangan perusahaan, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan
perusahaan dalam memaksimalkan pengelolaan modal intelektual agar dapat
menciptakan nilai bagi perusahaan. Bagi Investor, penelitian ini dapat dijadikan
dasar pertimbangan dalam menginvestasikan modalnya.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 KONSEP
Penelitian mengenai pengungkapan Intellectual Capital dan pengaruhnya
terhadap kinerja pasar perusahaan ini menggunakan dua konsep yang mendasari yaitu
12
Intellectual Capital Disclosure dan kinerja pasar. Penjelasan dari masing-masing
konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
2.1.1 Intellectual Capital Disclosure
Definisi Intellectual Capital Disclosure sendiri telah banyak diperdebatkan
oleh para ahli di berbagai literature. Intellectual Capital Disclosure dapat dipandang
sebagai suatu laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi
pengguna, hal itu dipersiapkan untuk laporan sehingga dapat memenuhi seluruh
kebutuhan mereka(Abeysekera, 2006).
Mouritsen et al (2001) menyatakan bahwa IC disclosure dalam suatu laporan
keuangan sebagai suatu cara untuk mengungkapkan bahwa laporan tersebut
menggambarkan aktifitas perusahaan yang kredibel, terpadu (kohesif) serta ”true and
fair”. Saat ini masih sedikit perusahaan yang menyampaikan pelaporan Intellectual
Capital secara terpisah. Hal ini dikarenakan ketika IC disclosure dilaksanakan dengan
cara yang berbeda, kemungkinan akan menyebabkan laporan-laporan yang kohesif,
sehingga tidak perlu untuk menyediakan disclosure yang kredibel mengenai kegiatan
perusahaan. IC disclosure dikomunikasikan untuk stakeholder intern dan ekstern
yaitu dengan mengkombinasikan laporan berbentuk angka, visualisasi dan naratif
yang bertujuan sebagai penciptaan nilai. Bentuk laporan yang lebih sempurna
tersebut, telah menjadi suatu cara untuk memberikan arahan mengenai aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban baru bagi karyawan dan bagaimana seharusnya para
karyawan tersebut memberikan kontribusi mereka terhadap penciptaan nilai bagi
13
perusahaan. Disclosure IC telah menjadi suatu bentuk komunikasi yang baru yang
mengendalikan ”kontrak” antara manajemen dan pekerja. Bagi seorang manajer
memungkinkan dapat membuat strategi-strategi untuk mencapai permintaan
stakeholder seperti investor dan untuk meyakinkan stakeholder atas keunggulan atau
manfaat kebijakan perusahaan.
Berkembangnya wacana mengenai intellectual capital tidak lepas dari teori-
teori riset sebagai landasan pengembangan penelitian. Beberapa teori yang mendasari
kecenderungan pengungkapan sukarela intellectual capital, yaitu teori stakeholder
dan teori legitimasi.
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk
melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan
kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa
seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana
aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai contoh, melalui polusi,
sponsorship, inisiatif pengamanan, dll), bahkan ketika mereka memilih untuk tidak
menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara
langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi.
(Deegan, 2004). Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh
melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa
organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja
lingkungan, sosial dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya,
14
untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh
stakeholder.(Deegan, 2004)
Tujuan utama teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi
mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih
efektif diantara keberadaan hubungan-hubungan dilingkungan perusahaan
mereka.(Ulum, 2007).
Teori stakeholder juga diperkuat oleh adanya teori legitimasi yang
menyatakan bahwa organisasi secara terus-menerus memastikan bahwa operasi
mereka berada dalam batas dan norma masyarakat. Hal ini didasarkan pada pikiran
bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat, yang
mengharuskan perusahaan untuk melaporkan secara sukarela, aktivitas tertentu yang
diharapkan oleh masyarakat (Purnomosidhi, 2006 dalam Wardhani, 2009).
Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat ’kontrak sosial’
antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut beroperasi.
Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar harapan
masyarakat tentang bagaimana seharusnya organisasi melaksanakan operasinya.
Harapan sosial ini tidak tetap, namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini
menuntut perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka beroperasi
(Deegan, 2004). Berdasarkan teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan
menunjukkan telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai sosial
(Guthrie dan Parker, 1989 dalam Ulum, 2007). Hal ini seringkali dapat dicapai
melalui pengungkapan (disclosure) dalam laporan perusahaan.
15
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan teori stakeholder. Teori
stakeholder lebih mempertimbangkan posisi stakeholder yang dianggap powerfull.
Hal tersebut karena stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen
dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi, karena
hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah
organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja
keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam
mengintervensi manajemen. Kelompok inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi
perusahaan dalam mengungkapkan suatu informasi didalam laporan tahunan
perusahaan. Pengungkapan Intellectual Capital diperlukan bagi para stakeholder. Hal
tersebut dikarenakan dengan adanya pengungkapan Intellectual Capital stakeholder
dapat menganalisis sejauh mana kemampuan perusahaan dalam mengolah dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki yang nantinya akan mendatangkan nilai
tambah serta kekayaan di masa yang akan datang.
2.1.1 Kinerja Pasar
Nugrahanti dan Supatmi (2010) menyatakan bahwa kinerja pasar diproksi
dengan Tobin’s Q. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah
satu rasio yang dinilai bisa memberikan informasi yang paling baik adalah Tobin’s Q.
Tobin’s Q merupakan ukuran penilaian yang paling banyak digunakan dalam data
keuangan perusahaan. Tobin’s Q menggunakan (estimated) replacement cost
16
sebagai denominator. Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan
untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai faktor, sehingga nilai yang
digunakan mencerminkan nilai pasar dari aset yang sebenarnya dimasa kini,
salah satu faktor tersebut adalah inflasi. Selain itu, Tobins’ Q memberikan
wawasan yang lebih luas bahwa perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya
menggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari
sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh
karena itu, penilaian yang dibutuhkan perusahaan tidak hanya dari investor
ekuitas saja, tetapi juga dari kreditor. Semakin besar pinjaman yang diberikan
oleh kreditur, menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan yang diberikan.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih besar
lagi. Proses perhitungan Rasio Tobin’s Q merupakan ukuran yang menggambarkan
prediksi pasar terhadap return yang dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan
dalam aktiva perusahaan. Dengan kata lain Tobin’s Q merefleksikan ekspektasi
investor tentang tingkat kembalian ekonomi (economic return)perusahaan masa
depan.
2.2 PERUMUSAN HIPOTESIS
Perusahaan yang termasuk dalam kelompok “high tech industries” selain
pengungkapan terhadap aset fisik dan finansial, mereka juga diperkirakan lebih
banyak mengungkapkan aset tak berwujud mereka dalam laporan tahunan
perusahaan. Hal tersebut karena perusahaan yang masuk dalam kelompok ini
17
merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang teknologi. Perusahaan yang
memiliki fokus akan pengembangan teknologi tinggi tentunya akan memberikan
perhatian lebih terhadap terhadap perkembangan pengetahuan, dan keahlian
karyawan dalam operasional teknologi tersebut. Hal ini penting untuk melakukan
inovasi atau pengembangan produk baik dari segi kualitas maupun kuantitas output
yang dihasilkan. Selain itu, perusahaan juga akan memberikan perhatian lebih
terhadap tersedianya sistem informasi yang terstruktur dan canggih untuk
mempermudah stakeholder dalam memperoleh informasi mengenai kinerja
perusahaan tersebut. Tersedianya system informasi yang lebih canggih dan terstruktur
serta sumber daya manusia yang berkualitas merupakan informasi yang penting untuk
diungkapkan. Hal tersebut karena dengan adanya pengungkapan tersebut, dapat
membantu investor menilai kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
sumberdaya yang dimiliki yang akan mendatangkan kekayaan di masa yang akan
datang. Sementara itu, untuk perusahaan pada yang termasuk dalam kelompok
“traditional industries”, diperkirakan lebih mendominasi pengungkapan aset fisik
dan finansial dibanding aset tak berwujud dalam laporan tahunan perusahaannya. Hal
tersebut dikarenakan perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dimana roda penggerak
utama dalam menjalankan operasi perusahaan adalah tersedianya modal yang cukup
serta dimilikinya peralatan serta mesin yang akan digunakan untuk menghasilkan
barang hasil produksi.
Dari uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
18
H1: Pengungkapan komponen Intellectual Capital dalam laporan tahunan
kelompok high tech industries lebih banyak dibandingkan kelompok traditional
industries
Laporan tahunan merupakan salah satu bahan pertimbangan investor dalam
menanamkan modalnya. Investor akan memberikan perhatian lebih pada perusahaan
yang tidak hanya melaporkan pengungkapan wajibnya, namun juga melaporkan
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunannya. Salah satu aset yang merupakan
pengungkapan sukarela perusahaan adalah Intellectual Capital Disclosure. Investor
dapat menganalisis value added dan return yang diperoleh perusahaan atas
dimanfaatkannya Intellectual Capital (IC) dalam kegiatan operasi perusahaan dari
adanya pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahuna perusahaan. Dengan
adanya pengungkapan tersebut, dapat diketahui sejauh mana kemampuan perusahaan
dalam mengolah sumber daya secara efektif dan efisien sehingga akan mendapat
value added dan return yang tinggi. Pengungkapan IC secara lengkap dan baik akan
membantu investor menilai kinerja perusahaan. Jika IC dapat memberi gambaran
kepada investor mengenai prospek kinerja yang baik di masa yang akan datang, hal
tersebut akan meningkatkan permintaan saham perusahaan sehingga harga saham dan
kinerja pasar juga akan ikut meningkat.
Healy et al (1999) dalam Boedi (2008) menyatakan bahwa tingkat
pengungkapan informasi yang tinggi akan mengarahkan investor untuk merevisi
penilaian mereka terhadap harga saham perusahaan, hal tersebut dapat meningkatkan
19
likuiditas saham perusahaan, yang pada akhirnya akan menciptakan nilai institusional
tambahan dan meningkatkan ketertarikan para analis akan surat berharga, hasil akhir
dari Healy dan hasil akhir yang dilaporkan oleh Healy dan Palepu (1993; Skinner,
1994; Walker, 1995; Botosan, 1997) mengindikasikan bahwa pengungkapan IC yang
makin tinggi akan memberikan informasi yang kredibel atau dapat dipercaya, dan
akan mengurangi kesalahan evaluasi dalam harga saham perusahaan, sekaligus
meningkatkan kinerja pasar. Dari uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H2: Terdapat pengaruh positif jumlah pengungkapan komponen Intellectual
Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), sedangkan sampelnya adalah perusahaan non-financial yang
termasuk dalam indeks kompas 100 periode Januari – Juli 2010.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder berupa laporan keuangan
tahunan dan harga saham perusahaan publik yang terdaftar di BEI pada tahun 2010.
20
Data-data tersebut diperoleh dari situs www.idx.co.id maupun melalui pusat data
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univesritas Kristen Satya Wacana (FEB UKSW).
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Intellectual
Capital Disclosure dan kinerja pasar. Definisi dari masing-masing variable akan
dijelaskan sebagai berikut :
3.3.1 Intellectual Capital Disclosure (ICD)
ICD adalah jumlah pengungkapan komponen IC pada masing-masing
kategori. Skema pengungkapan Intellectual Capital yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan metode indeks disclosure yang digunakan untuk menghitung
jumlah informasi pada pengungkapan item-item Intellectual Capital pada laporan
tahunan perusahaan. Komponen pengungkapan Intellectual capital terdiri dari 27
item yang terbagi ke dalam 3 kategori umum. Skema pengungkapan Intellectual
Capital yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada klasifikasi yang digunakan
dalam penelitian Wardhani (2009). Ketiga kategori tersebut meliputi: Employee
Competence (Human Capital), Internal Capital (Structural Capital), External Capital
(Relational Capital). Selengkapnya mengenai komponen IC dapat dilihat dalam tabel
di bawah ini
21
Tabel 3.1
Item – item Intellectual Capital Disclosure
Sumber: Oliveira et al., (2008)
.3.2 Kinerja Pasar
Internal Capital External Capital Employee Competence
Intelletual property
1.Patens
2.Copyrights
3.Trademarks
Infrastructur asset
1.Management
philosophy
2. Corporate culture
3. Management process
4. Information system
5. Networking system
6.Research& development
activities
7.Patens, copyrights &
trademarks
8.Corporate know-how
1.Brands
2.Customers
3.Customers loyalty
4.Company names
5.Distribution channels
6. Business collaboration
7.Favourable contracts
8.Financial contracts
9.Licensing agreements
10.Franchising agreements
1.Know-how
2.Education
3.Vocational qualification
4.Work-related knowledge
5.Work-related competence
6.Enterpreneurial spirit
22
Variabel kinerja pasar diukur menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q
dikalkulasikan dengan formula :
Q= (EMV + D) / (EBV + D)
Q : nilai Tobin’s Q
EMV : nilai pasar ekuitas ( EMV = closing price x jumlah saham yang
beredar)
D : nilai buku total hutang
EBV : nilai buku total aktiva
3.4 Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
teknik uji beda rata-rata dan analisis regresi. Langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam menguji kedua teknik analisis tersebut adalah sebagai berikut :
3.4.1 Uji Beda Rata-rata
Digunakan untuk menguji hipotesis pertama yaitu untuk mengetahui apakah
jumlah pengungkapan Intellectual Capital pada perusahaan yang termasuk kelompok
“high tech industries” lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang termasuk
kelompok “traditional industries” yang terdaftar di BEI tahun 2010.
Hipotesis statistik yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
23
H0 : μICD-HIGH TECH ≤ μICD-TRADITIONAL
Ha : μICD-HIGH TECH > μICD-TRADITIONAL
Kriteria pengujian sebagai berikut :
a. Jika probabilitas (p-value) > 0.05 (α) maka H0 diterima, artinya jumlah
pengungkapan kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan.
b. Jika probabilitas (p-value) < 0.05 (α) maka H0 ditolak, artinya artinya
jumlah pengungkapan kelompok “high tech industries” terbukti lebih
banyak dibandingkan kelompok “traditional industries”
3.4.2 Analisis Regresi
Analisis Regresi yang akan digunakan untuk menguji pengaruh Intellectual
Capital Disclosure terhadap kinerja pasar. Analisis yang digunakan adalah regresi
sederhana dengan variabel dependennya adalah kinerja pasar dan variabel
independennya adalah Intellectual Capital Disclosure. Untuk menguji pengaruh
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, menggunakan model
empiris sebagai berikut:
Tobin’s Q = b0 + b1IC Disclosure + ε
Tobin’s Q : ukuran kinerja pasar perusahaan
24
ICD : Intellectual Capital Disclosure; pengungkapan dari kategori
Intellectual Capital
ε : error
Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan
pengujian asumsi klasik. Model regresi yang baik adalah model yang dapat
memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan. Adapun pengujian terhadap
asumsi klasik dengan program SPSS yang dilakukan pada penelitian ini
meliputi uji normalitas dan uji heterokedastisitas.
Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi, variabel
independen dan variabel dependen, keduanya terdistribusikan secara normal
atau tidak. uji normalitas menurut Ghozali (2000:55), dapat dilakukan dengan
uji Normal P-Plot of Regression dan uji secara statistik yaitu menggunakan
Kolmogorov_Smirnov. Normalitas data dalam penelitian dilihat dengan cara
memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-Plot of Regression
Standardized Residual dari variabel terikat. Persyaratan dari uji normalitas
data adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data
menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti garis diagonal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan kriteria
pengujian dengan menggunakan Kolmogorov_Smirnov adalah jika
25
signifikasi lebih kecil dari 0,05, maka data tidak normal, sebaliknya apabila
nilai signifikasi lebih besar dari 0,05. maka data dikatakan normal
Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi adanya heteroskedastisitas.
Dengan melihat grafik scatterplot pada output yang dihasilkan. Jika
titik-titik membentuk suatu pola tertentu, maka hal ini mengindikasikan
terjadinya heteroskedastisitas, tetapi apabila titik-titik pada grafik scatterplot
menyebar di atas dan di bawah angka 0, maka hal ini mengindikasikan tidak
terjadinya heteroskedastisitas.
Uji Koefisien Regresi Individual (Uji t)
Uji untuk melihat kesamaan parameter β1 secara individual yaitu digunakan
untuk mengukur besarnya pengaruh hubungan variabel bebas terhadap variabel
terikat. Dalam pengujian ini digunakan statistik uji t.
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :
26
a. H0 : β 1 ≤ 0 ( tidak terdapat pengaruh positif jumlah komponen
pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja
pasar perusahaan)
b. Ha : β 1 > 0 (terdapat pengaruh positif jumlah komponen pengungkapan
Intellectual Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar
perusahaan)
Pengujian digunakan uji t dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Bila thitung < ttabel, maka H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh positif
jumlah komponen pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan
tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan
Bila thitung > ttabel, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh positif
jumlah komponen pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan
tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 dan satu. Nilai koefisien determinasi
kecil, berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
27
variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai koefisien determinasi
mendekati satu, berarti kemampuan variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Dalam penelitian ini menggunakan R square, dengan alasan hanya
menggunakan satu variabel bebas, yaitu modal intelektual.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Perusahaan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk index
Kompas 100 sebanyak 80 perusahaan. Perusahaan yang masuk kategori adalah
perusahaan non financial dan memiliki data yang lengkap untuk penelitian. Jumlah
sampel dengan kriteria di atas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Sampel
No. Keterangan Jumlah Perusahaan
1. Perusahaan masuk dalam index Kompas
100
100 Perusahaan
2. Perusahaan kategori Financial (15 perusahaan)
3. Perusahaan tidak memiliki data lengkap
untuk penelitian
(5 perusahaan)
4. Perusahaan sampel 80 perusahaan
28
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 5 perusahaan yg dikeluarkan
dari sampel. perusahaan yang termasuk dalam kategori ini merupakan perusahaan
yang file laporan tahunannya mengalami kerusakan.
Berikut ini adalah statistika deskriptif dari variabel-variabel penelitian
(pengungkapan komponen intellectual capital, kinerja pasar perusahaan dan jenis
industri). Secara lebih jelas statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah :
Tabel 4.2
Statistika Deskriptif
Descriptive Statistics
80 9 24 14,63 3,095
80 ,131 50,530 3,04256 7,415262
80
IC
Tobin'Q
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah intellectual
capital yang diungkapkan oleh perusahaan sampel adalah 14,63 dari 27 item yang
seharusnya diungkapkan atau sebesar 54,18 persen. Nilai terendah item
pengungkapan intellectual capital adalah sebesar 9 item atau hanya 33%, yang
diungkapkan oleh PT. Nusantara Infrastruktur dan PT. Suprama, sedangkan nilai
tertinggi dari item pengungkapan intellectual capital adalah sebesar 24 item atau 89%
yang diungkapkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui pula bahwa rata-rata kinerja pasar
perusahaan yang diukur dengan Tobins’Q perusahaan sampel adalah 3,04 artinya
29
bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai Equity market value 3,04 kali dari
nilai buku total aktiva dan hutang perusahaan,. Nilai terrendah kinerja pasar
perusahaan adalah sebesar 0,131 yang dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal
Perkasa, sedangkan nilai tertinggi dari kinerja pasar perusahaan adalah sebesar
50,530 yang dimiliki oleh PT. Gozco Plantation. Nilai standar deviasi sebesar 7,415
lebih besar dibandingkan dengan rata-rata sebesar 3,0425, hal ini mengindikasikan
bahwa penyebaran data untuk kinerja pasar perusahaan adalah tidak merata, artinya
perbedaan data satu dengan data yang lainnya tinggi.
Selain itu, ditinjau dari jenis industry, perusahaan yang termasuk kategori
high tech industries (Internet Providers, Biotechnology, Entrainment, Internet, IT
Distribution, High Tech Manufacturing, Media, Retail, Sofware, System Integration
and Telecomunication, Web Service) sebanyak 14 perusahaan atau 17,50 persen dari
total sampel yang dipergunakan. Sedangkan kategori perusahaan traditional
industries (Food and Beverage, Automobile, Chemical, Building, Electronics,
Manufacturing Oil, Utilities, Clothing and Textile, Tourism and Leisure) adalah
sebanyak 66 perusahaan atau 82,50 persen dari total sampel yang dipergunakan.
Dengan demikian sampel dalam penelitian ini banyak kategori perusahaan traditional
industries
30
4.1 Pembahasan
Perbandingan Pengungkapan Komponen Intellectual Capital Dalam
Laporan Tahunan High-Tech Industries Lebih Banyak Dibandingkan
Tradisional Industries
Pengujian Data
Langkah pertama yang akan dilakukan dalam pengujian data yaitu
dengan melakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, untuk
melihat apakah data dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan terhadap dua kategori sampel yaitu perusahaan-perusahaan yang
termasuk dalam “High-tech industries” dan perusahaan-perusahaan yang termasuk
dalam kelompok “Traditional Industries”. Pada kategori High-tech Industries
diperoleh nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov 0,988 > 0,05 dapat dilihat pada
lampiran 1. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, hal ini membuktikan
bahwa data tersebut terdistribusi normal. Begitu juga dengan data perusahaan pada
kategori Traditional Industries diperoleh nilai signifikansi kolmogorov-Smirnov
0,497 > 0,05. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang membuktikan bahwa data
terdistribusi normal, maka alat analisis yang digunakan adalah uji beda rata-rata
untuk dua populasi independen dengan metode parametrik.
31
Tabel 4.3
Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengungkapan
Komponen Intellectual Capital
Variabel Mean Levene’s Test t-test
IC High-tech 16,79 F Sig t Sig (2-tailed)
IC Traditional 14,17 11,234 ,001 -2,112 ,005
Sumber : Lampiran 1
Terlihat dari tabel 4.3 bahwa F hitung levene test sebesar 11,234 dengan probabilitas
0,001, karena probabilitas lebih kecil 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 atau
memiliki variance berbeda. Dengan demikian analisis uji beda rata-rata harus
menggunakan equal variance not assumed. Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t
pada equal variance not assumed adalah -2, 112 dengan probabilitas 0,005 (two tail),
namun dalam penelitian ini, menggunakan uji satu sisi (one tail) sehingga nilai
probabilitasnya adalah 0,0025. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan item
pengungkapan komponen IC high lebih besar dibandingkan dengan item komponen
pengungkapan IC traditional industries adalah diterima.
Perusahaan yang termasuk dalam kelompok high-tech industries selain
pengungkapan terhadap aset fisik dan financial, juga terbukti lebih banyak
mengungkapkan asset tidak berwujud dalam hal ini Intellectual Capital dalam
32
laporan tahunan. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai rata-rata item
pengungkapan komponen IC high tech industries sebesar 16,79 yang berarti lebih
besar dibandingkan dengan item komponen pengungkapan IC traditional industries
yang memiliki nilai rata-rata sebesar 14,17. Pengungkapan 27 item Intellectual
Capital yang dikelompokkan ke dalam 3 kategori umum yaitu internal capital,
eksternal capital, dan employee competence oleh perusahaan high-tech industries
memiliki rata-rata pengungkapan item Intellectual Capital lebih banyak daripada
perusahaan traditional industries pada setiap pengelompokkan kategori di atas. Pada
kategori internal capital, Management philosophy, Corporate Culture, Management
Process, Corporate Know-how merupakan item-item yang selalu diungkapkan oleh
perusahaan high-tech industries maupun Traditional Industry. Sedangkan
information system, networking system, RnD activities merupakan item Intellectual
Capital yang dominan lebih banyak diungkapkan oleh perusahaan-perusahaan yang
termasuk dalam kategori high-tech industries. Hal tersebut karena perusahaan yang
masuk kategori kelompok ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
teknologi, sehingga perusahaan lebih memfokuskan pada pengembangan teknologi
tinggi terhadap sistem jaringan dan informasi serta kegiatan riset dan pengembangan.
Sedangkan pada kategori eksternal capital item Company Name merupakan item
Intellectual Capital yang lebih banyak diungkapkan oleh perusahaan yg masuk
kategori high-tech industries selain itu customer, financial contract juga diungkapkan
oleh seluruh perusahaan kategori high-tech industries. Sedangkan distribution chanel
diungkapkan oleh 10 perusahaan, dan pada Kategori employee competence item
33
know-how dan work-related knowledge merupakan item yang diungkapkan oleh
seluruh perusahaan sampel high-tech industries. Perusahaan high-tech industries
memerlukan karyawan yang memiliki pengetahuan dan keahlian tentang teknologi,
dan hal tersebut perlu diungkapkan untuk menambah keyakinan investor bahwa
kegiatam operasional perusahaan dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten
dibidangnya. Sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan secara
maksimal.
Pengaruh Jumlah Komponen Pengungkapan Intellectual Capital Dalam
Laporan Keuangan Tahunan Terhadap Kinerja Pasar Perusahaan
Model Persamaan Regresi Sederhana
Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik. Model regresi yang baik adalah model yang dapat memenuhi asumsi
klasik yang disyaratkan. Adapun pengujian terhadap asumsi klasik dengan program
SPSS yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
heterokedastisitas.
Hasil pengujian dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov untuk menguji
normalitas residual adalah sebagai berikut :
34
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Residual
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
80
,0000000
7,36630181
,321
,321
-,302
2,868
,000
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012
Berdasarkan hasil nilai signifikasi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,000 <
0,05, nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga bisa diasumsikan data tidak normal.
Data yang tidak normal dapat dinormalkan dengan menghilangkan data outlier atau
data yang ekstrim.Dalam penelitian ini terdapat 17 perusahaan yang memilki data
ekstrim. Oleh karena itu, 17 data perusahaan ini dihilangkan. Hasil pengujian
normalitas setelah menghilangkan outlier adalah sebagai berikut :
35
Tabel 4.5
Hasil Uji Nomalitas
Setelah Menghilangkan Data Ekstrim
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
63
,0000000
1,06960757
,146
,146
-,111
1,162
,134
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Sumber : data sekunder yang diolah, 2011
Berdasarkan hasil nilai signifikasi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,134 <
0,05, hasil tersebut lebih kecil dari 0,05, maka residual dari model regresi yang baru
sudah berdistribusi normal. Langkah selanjutnya setelah dilakukan uji normalitas
adalah melakukan uji heterokedastisitas. Hasil pengujian heterokedastisitasadalah
sebagai berikut :
36
Gambar 4.1
Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas
3210-1-2
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
Reg
ress
ion
Stan
dard
ized
Pre
dict
edVa
lue
Dependent Variable: Tobin'Q
Scatterplot
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
Dari grafik scatterplot, terlihat titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dari pengamatan
pada grafik di atas maka disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas dan
uji heterokedastisitas , dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah memenuhi
asumsi tersebut. Langkah selanjutnya adalah dilakukannya pengujian model
regresi. Berikut adalah model regresi yang dihasilkan :
37
Tabel 4.6
Hasil Regresi
Coefficientsa
-,286 ,646 -,442 ,660
,123 ,043 ,343 2,854 ,006
(Constant)
IC
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Tobin'Qa.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Dari Tabel 4.6 hasil pengolahan data dengan bantuan program SPSS 13,
maka didapatkan model persamaan regresi akhir sebagai berikut :
Tobins’Q = -0,286 + 0,123 IC + e
Konstanta sebesar -0,286 menyatakan bahwa jika pengungkapan komponen
intellectual capital sama dengan nol atau tidak ada pengungkapan, maka kinerja pasar
perusahaan adalah sebesar -0,286. Sedangkan nilai koefisien regresi 0,123,
menyatakan setiap peningkatan sebesar 1 item pengungkapan komponen intellectual
capital, maka akan meningkatkan variabel kinerja pasar perusahaan sebesar 0,123.
Hasil pengujian Intellectual Capital Disclosure terhadap kinerja pasar
diperoleh nilai koefisien 0,123 dengan nilai uji t hitung sebesar 2,854 dan nilai
tingkat signifikansi sebesar 0,006. Nilai tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari α
= 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak Ha diterima. Jadi dapat
38
disimpulkan bahwa Intellectual Capital Disclosure berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pasar perusahaan.
Tabel 4.7
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
,343a ,118 ,103 1,078339 2,133
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), ICa.
Dependent Variable: Tobin'Qb.
Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai R square sebesar 0,118,
dapat diartikan bahwa variabel independen (intellectual capital) dapat menjelaskan
variabel dependen (kinerja pasar perusahaan) sebesar 11,80 % sedangkan sisanya
diterangkan oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini seperti ROA,
Book Value, dan DER.
Pengujian hipotesis kedua dalam model regresi ini dapat membuktikan secara
statistik bahwa terdapat pengaruh positif jumlah komponen pengungkapan
Intellectual Capital dalam laporan keuangan tahunan terhadap kinerja pasar
perusahaan. Terdapat 3 kategori Intellectual Capital yaitu internal capital, eksternal
capital dan employee competence. Perusahaan yang memiliki internal capital yang
lengkap menunjukkan bahwa terdapat struktur intern yang baik pada perusahaan
tersebut. Keadaan tersebut akan menciptakan iklim kondusif yang dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan tersebut. Hal tersebut juga akan berpengaruh
39
terhadap citra serta nama baik perusahaan dimata kompetitor maupun investor.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki nama baik tentunya akan menggunakan tenaga
yang berkompeten dibidangnya untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan terhadap ketiga kategori Intellectual
Capital dapat membantu investor dalam menilai kinerja perusahaan tersebut. Jika IC
dapat memberi gambaran kepada investor mengenai prospek kinerja yang baik di
masa yang akan datang, hal tersebut akan meningkatkan permintaan saham
perusahaan sehingga harga saham dan kinerja pasar juga akan ikut meningkat.
Intellectual Capital Disclosure berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan pasar perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa Intellectual Capital
lebih luas dari sekedar sumber daya manusia, dan bukan pada hanya property
intelektual, bukan pula sekedar aktiva tidak berwujud, tidak hanya terjadi di dalam
perusahaan, tetapi merupakan sinergi dari unsure manusia sebagai pengelola
perusahaan dengan segala atribut yang melekat padanya (seperti pengetahuan,
keterampilan, pengalaman), teknologi (berwujud maupun tidak) dengan segala
kecanggihannya untuk memudahkan pengelolaan informasi dan terciptanya inovasi,
serta interaksinya dengan pihak-pihak di dalam maupun dengan pelanggan yang ada
di luar perusahaan sehingga memberikan nilai lebih bagi perusahaan. Intellectual
Capital Disclosure tidak hanya berguna pada pada saat sekarang akan tetapi juga
bisa digunakan untuk jangka panjang.
40
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah:
1. Pengujian hipotesis pertama dalam model regresi ini dapat membuktikan secara
statistik dengan toleransi kesalahan 5%, bahwa item pengungkapan komponen IC
high tech industries lebih besar dibandingkan dengan item komponen
pengungkapan IC traditional industries.
2. Pengujian hipotesis kedua dalam model regresi ini dapat membuktikan secara
statistik bahwa terdapat pengaruh positif jumlah komponen pengungkapan
Intellectual Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan.
Implikasi dari penelitian ini, diharapkan investor lebih memperhatikan
Intellectual capital dari setiap perusahaan di BEI, yaitu dengan memperhatikan
komponen item pengungkapannya agar investasinya menguntungkan. Investor juga
dapat bisa menganalisis Intellectual capital sebagai bahan perbandingan dengan
perusahaan yang kurang memperhatikan Intellectual capital.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum adanya aturan pasti terhadap
penetapan penilaian modal intelektual sehingga menyebabkan subjektifitas penilaian
dalam mengkategorikan informasi yang terkandung dalam laporan tahunan, serta
jumlah sampel yang berbeda jauh antara kelompok high-tech industries dan
traditional industries untuk uji beda rata-rata yang dapat mempengaruhi hasil dari
pengujian data. Untuk itu saran yang diberikan adalah :
41
Mencari ukuran baku yang lebih objektif dalam penilaian pengungkapan
Intellectual Capital yang dilakukan perusahaan, agar mengurangi subjektifitas
penelitian, serta mencari kategori penggolongan yang lebih efektif agar jumlah
sampel yang didapat tidak berbeda jauh satu sama lain.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdolmohammadi, M.J. 2005. “Intellectual Capital disclosure and market
capitalization”. Journal of Intelletual Capital Vol.6 No. 3. Pp.397-416
Abeysekera, I. 2006. The Project Of Intellectual Capital Disclosure: researching the
research. Journal of Intellectual Capital. Vol. 7 No.1
Boedi, Soelistijono (2008). Pengungkapan Intellectual Capital dan Kapitalisasi pasar.
Thesis Universitas Diponegoro. Semarang.
Bozzolan, S., Favotto, F and Richeri , F. (2003). “ Italian Annual Intellectual Capital
Disclosure: an empirical analysis”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No.
4. pp . 543-558.
Brennan, N. 2001. “Reporting Intellectual Capital in Annual reports; evidence from
Ireland”. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol. 14
No. 4. Pp. 423-36
Carnibano, L., Garcia-Ayuso., dan Sanchez, P. 2000. Accounting for Intangibel: A
Literatur Review . Journal of Accounting Literatur, 19: 102-130
Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company.
Sydney.
Ghozali, H. Imam., 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS.Universitas Diponegoro. Semarang.
Mouritsen, J. 1998. Driving Growth: Economic Value Added Versus Intellectual
Capital. Management Accounting Research, 9(4): 461-483.
Mouritsen, J., Larsen, H.T., Bukh, P. N. D. 2001. Intellectual Capital and The
„Capable Firm‟: Narrative, Visualising and Numbering For Managing
Knowledge. Accounting, Organitation and Society, 26.
Nugrahanti, Yeterina Widi dan Supatmi. 2010. “Pengaruh Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan”. Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
43
Pambudi, Sedyo., Nugrahanti, Yeterina Widi. 2011. Pengaruh Intellectual Capital
Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di BEI tahun 2007-2008. Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
Ulum, Ihyaul (2007). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Perbankan Di Indonesia. Thesis Universitas Diponegoro
Semarang.
Wahdikorin, Ayu (2010). Pengaruh Modal Intellectual Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-
2009. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.
Wardhani, Mari (2009). Intellectual Capital Disclosure: Studi Empiris Pada
Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
www.idx.co.id
situs resmi beberapa perusahaan
44
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ika Hayu Hardiyanti
Tempat/tgl. Lahir : Magelang, 10 September 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah : -
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 43 kg
Agama : Islam
Kota asal : Semarang
Alamat : Pagersalam rt04/02 Gunungpati Semarang
No.Hp : 085742959345
Pendidikan : Tk Perwanida–Ungaran (1994-1996)
SDN Plalangan 01-Gunungpati (1996-2002)
SMPN 24-Semarang (2002-2005)
SMAN 1-Ungaran (2005-2008)
Universitas Kristen Satya Wacana (2008-2012)
Pengalaman : Satgas :Ngabekti Ing Ndeso” (2011)