ANALISIS CAMPUR KODE DALAM DIALOG INTERAKTIF …repository.usd.ac.id/32830/2/131224035_full.pdf ·...
Transcript of ANALISIS CAMPUR KODE DALAM DIALOG INTERAKTIF …repository.usd.ac.id/32830/2/131224035_full.pdf ·...
ANALISIS CAMPUR KODE DALAM DIALOG INTERAKTIF
INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE
PERIODE AGUSTUS-SEPTEMBER 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun Oleh
Faradhita Dian Maharani
NIM : 131224035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikan mereka.
( H. R.At-thabrani dan khatib )
Saya benci setiap menit latihan, namun saya berkata ‘jangan menyerah’.
Menderitalah dahulu, lalu jalani hidup anda sebagai seorang juara.
( Muhammad Ali)
Sekuat apapun perasaanmu pada satu nama, pada akhirnya akan tetap
kalah dengan ketetapannya.
(Faradhita Dian Maharani)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada :
Allah SWT yang telah menjadikan saya sebagai manusia yang senantiasa berpikir,
berilmu, beriman, dan bersabar dalam menyelesaikan karya ini.
Kedua orang tua tercinta Bapak Sugiyanto dan Ibu Tukinah yang tiada pernah
hentinya selama ini memberikan semangat, doa, dorongan, nasehat, dan kasih
sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan sehingga saya selalu kuat
menghadapi setiap rintangan yang ada. Adikku tersayang Dwi Andika Dimas
Candy Satrio yang senantiasa memberikan motivasi, semangat, dan doa untuk
saya agar dapat menyelesaikan karya ini dengan baik.
Keluarga besar Wiryo Suwito dan Arjo Utomo yang telah mendukung saya untuk
menyelesaikan karya ini dengan baik.
Sahabat terbaikku Kiki, Siska, Anin, Natali, Indah, Winda, Riska, Timo, Lukas,
Sam, dan Andreas yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam
mengerjakan skripsi. Sahabat yang telah melewati suka duka bersama dan saling
mendoakan untuk sebuah kelancaran dalam proses pencapaian gelar S.Pd.
Teman-teman sejawat terbaik di PBSI 2013 kelas A dan B serta keluarga besar
PBSI.
Tidak lupa juga skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang selalu
bertanya „kapan lulus?‟. Pertanyaan itu saya jadikan sebagai cambuk agar saya
mampu bangkit dan lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan karya ini,
terima kasih kalian luar biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Maharani, Faradhita Dian. 2018. Analisis Campur Kode dalam Dialog
Interaktif Indonesia Lawyers Club di TvOne Periode Agustus-September
2017. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini membahas tentang wujud Campur Kode (CK) dan tujuan
terjadinya campur kode dalam acara dialog interaktif. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan, menjelaskan wujud campur kode dan penyebab terjadinya
CK dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club (ILC).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian
ini berisi tuturan yang mengandung CK. Subjek penelitian ini adalah tokoh-tokoh
yang ada dalam acara dialog interaktif ILC. Penelitian ini juga memaparkan
tujuan terjadinya CK dalam acara dialog interaktif ILC. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode rekam, metode simak, dan metode catat.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kontekstual. Metode
kontekstual ini terperinci pada konteks Sosiolinguistik. Sebuah konteks yang
membahas dimensi-dimensi konteks sosial seperti percakapan sehari-hari dalam
masyarakat, penggunaan ragam baku, serta dialek-dialek kedaerahan yang
digunakan sebagai media mengidentifikasi data, klasifikasi data, dan
menginterpretasi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wujud campur kode terdiri atas 30
tuturan campur kode internal, 54 tuturan campur kode eksternal, dan 5 tuturan
campur kode untuk unsur tercampur. Adapun tujuan terjadinya campur kode
dalam acara dialog interaktif ILC yaitu untuk memberitahukan sesuatu, untuk
mempertegas, menjelaskan, menghormati lawan tutur, sekadar bergengsi,
membangkitkan rasa humor, dan untuk menunjukkan kedekatan penutur dengan
mitra tutur.
Kata kunci : campur kode, tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Maharani, Faradhita Dian. 2018. Analysis Code-Mixing in the Interactive
Dialogue Program Indonesia Lawyers Club in TvOne Period August-
September 2018. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesia Language
and Literature Education Study Program. Departement of Languages and
Arts Education, Faculty of Teacher Training and Education. Sanata
Dharma University.
This research discuss about the form of code-mixing and its purpose in
interactive dialogue. This research is aimed to describe and explain the forms and
purpose of code-mixing in the event of interactive dialogue program ILC.
This research is a qualitative descriptive research since this research
contains speeches which contain code mixing. Subjects of this research are
debaters in ILC. This research is also explaining the purposes of each code-mixing
in ILC. Methodology used in this research is record method, listen method, and
note-taking method. Method used in analyzing data in this research is contextual
method, which is detailed in the context of sosiolinguistics. A context that takes
into account social contextual dimensions such as dalily conversation in society,
the us of standart variation, as well as regional dialects is used as a medium for
identifying, classifying, and interpreting data.
The result of this research shows that there are 3 code-mixing form found,
they are consists of internal code-mixing (30 speeches), external code-mixing (54
speeches), and mixed element code-mixing (5 speeches). There are also purposes
code-mixing appear in the program. The purposes are to inform, to emphasize, to
explain something, to show respect toward each others, to merely show prestige,
to bring the humorous atmosphere, and to show the intimacy toward each others.
Keyword: code-mixing, purpose
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmad dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Campur Kode Dalam Dialog Interaktif Indonesia
Lawyers Club di TvOne Periode Agustus-September 2017. Skripsi ini disusun
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dalam kurikulum Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia ( PBSI ), Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni ( JPBS ), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( FKIP ), Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan
dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak
dukungan, pendampingan, dan saran selama penulis menempuh
pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia ( PBSI ),
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Danang Satria Nugraha, M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu dan mendukung
penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Prof. Dr.Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan setia,
penuh perhatian, dan sabar membimbing, memotivasi, mengarahkan, dan
memberikan banyak masukan yang sangat berharga bagi penulis dari awal
hingga akhir penulisan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Program Studi Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma yang dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing,
mengarahkan, dan memberikan bantuan kepada penulis dari awal
perkuliahan sampai selesai.
6. Segenap karyawan sekretariat Program Studi PBSI yang dengan sabar
memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan
berbagai urusan administrasi.
7. Bapak Sugiyanto dan Ibu Tukinah yang selalu mendampingi, memberi
dukungan dan doa yang tiada habisnya.
8. Adik tersayang Dwi Andika Dimas Candy Satrio yang senantiasa
memberikan motivasi, semangat, dan doa untuk saya agar dapat
menyelesaikan karya ini dengan baik.
9. Sahabat yang selalu mendukung Kiki, Natali, Sisca, Indah, Riska, Winda,
Anin, Lukas, Timo, Andreas, Sam dan semua sahabat PBSI angkatan 2013
yang telah berjuang bersama selama menjalani perkuliahan di PBSI.
10. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih
untuk bantuan dan dukungannya selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah .............................................................................................................. 6
1.6 Sistematika Penelitian .................................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Relevan ........................................................................................................ 9
2.1 Landasan Teori .............................................................................................................. 10
2.1.1 Sosiolinguistik ....................................................................................................... 11
2.1.2 Kode ...................................................................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.1.3 Bahasa ................................................................................................................... 13
2.1.3.1 Variasi Bahasa ............................................................................................. 14
2.1.4 Campur Kode ........................................................................................................ 19
2.1.4.1 Jenis Campur Kode ..................................................................................... 21
2.1.4.2 Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode ................................................ 25
2.1.5 Tuturan .................................................................................................................. 27
2.1.6 Interferensi ............................................................................................................. 27
2.1.7 Kedwibahasaan ...................................................................................................... 28
2.1.7.1 Bentuk Kedwibahasaan ............................................................................... 29
2.1.8 Konteks .................................................................................................................. 30
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................................. 34
3.2 Sumber Datadan Data Penelitian .................................................................................. 35
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................ 35
3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................................................... 36
3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................................................... 36
3.6 Triangulasi..................................................................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data .............................................................................................................. 39
4.2 Hasil Analisis ................................................................................................................ 39
4.2.1 Wujud Campur Kode ke Dalam ( Inner Code-Mixing) ......................................... 39
4.2.1.1 Penyisispan Kata ......................................................................................... 40
4.2.1.2 Penyisipan Frasa .......................................................................................... 42
4.2.1.3 Pengulangan Kata ........................................................................................ 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.2.2 Wujud Campur Kode ke Luar (Outer Code-Mixing) ............................................ 45
4.2.2.1 Penyisipan Kata ........................................................................................... 46
4.2.2.2 Penyisipan Frasa .......................................................................................... 48
4.2.2.3 Pengulangan Kata ........................................................................................ 50
4.3 Temuan Tambahan ................................................................................................... 51
4.4 Tujuan Campur Kode ............................................................................................... 53
4.4.4.1 Tujuan Campur Kode ke Dalam .................................................................. 53
4.4.4.2 Tujuan Campur Kode ke Luar ..................................................................... 59
4.5 Pembahasan ................................................................................................................... 64
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ....................................................................................................................... 67
5.2 Saran .............................................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 70
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................................... 72
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk
berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa berperan penting dalam aktifitas
komunikasi. Untuk menunjukkansuatu maksud, komunikator (pengirim
pesan) berusaha menyampaikan informasi kepada komunikan (penerima
pesan) agar dapat dimengerti oleh komunikan. Untuk dapat di mengerti,
komunikator harus menggunakan bahasa yang baik dan mudah dipahami
oleh komunikan.
Dalam suatu masyarakat, manusia tidak mungkin dapat berkomunikasi
apabila anggota masyarakat tersebut tidak menggunakan bahasa sebagai
media atau sarananya. Manusia bukan makhluk individu, melainkan
makhluk sosial yang di dalam kesehariannya membutuhkan yang namanya
bahasa. Tanpa adanya bahasa, manusia belum bisa dikatakan sebagai
makhluk sosial (Nababan, 1986: 46). Lebih singkatnya, bahasa adalah
bentuk alat komunikasi paling utama yang dimiliki manusia untuk
menyampaikan sebuah pesan, ide, gagasan, ataupun konsep pada lawan
tuturnya.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman baik suku,
budaya, dan bahasa Indonesia memiliki tiga kelompok bahasa, yaitu
bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa asing. Keberagaman ini bukan
menjadi tembok raksasa yang menghadapi setiap suku bangsa untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
berinteraksi melainkan sebagai salah satu faktor pemersatu setiap orang
Indonesai dalam berkomunikasi. Kenyataan tersebut mengakibatkan
adanya variasi kode-kode yang telah dikuasai masyarakat menjadikan
masyarakat yang multilingual, yaitu menguasai banyak bahasa dan
masyarakat yang bilingual, yaitu menguasai dua bahasa.
Setiap bahasa memiliki frase yaitu gabungan dua kata atau lebih yang
tidak dapat dipisahkan dan melampaui batas fungsi. Bahasa juga memiliki
kalimat yaitu satuan bahasa secara gramatis terdiri satu atau lebih klausa
yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu
kalimat. Kalimat sebagaimana kita ketahui, dibentuk dari kata atau
kelompok kata. Di dalam pembentukan atau penyusunan kalimat, setiap
bahasa mempunyai tipologi atau pola kalimat, baik itu bahasa indonesia,
bahasa daerah, dan bahasa asing, kemungkinan terjadinya kontak bahasa
sangatlah besar. Mackey (Suwito, 1983) memberikan pengertian kontak
bahasa sebagai pengaruh bahasa yang satu kepada bahasa yang lain, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kontak bahasa terjadi apabila
seorang penutur yang menguasai dua bahasa yang dikuasainya secara
bergantian.
Akibat kontak bahasa dan kedwibahasaan dapat menimbulkan saling
pengaruh antara dua bahasa yang bersangkutan. Peristiwa kontak bahasa
akan terjadi campur kode tuturan. Peristiwa yang terjadi dalam dialog
interaktif Indonesia Lawyers Club, penulis menemukan tuturan yang
digunakan baik pembawa acara maupun tokoh narasumber dalam dialog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tersebut menggunakan campur kode bahasa Indonesia dengan bahasa
Daerah, bahasa Indonesia dengan bahasa Asing, dan bahasa Indonesia
dengan bahasa Daerah dan bahasa Asing.
Kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan
unsur bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang
penutur, relasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada
(Rahardi, 2010:25).
Campur kode adalah gejala penutur menyelipkan serpihan-serpihan
bahasa daerah atau asing (Appel dalam Chaer dan Agustina, 2010:107).
Tingkat pendidikan, status sosial atau profesi merupakan hal yang sangat
berperan terhadap gejala pencampuran kode bahasa satu dengan bahasa
lain. Hal inilah yang dapat dicermati dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club di Tvone.
Indonesia Lawyers Club atau yang sebelumnya bernama Jakarta
Lawyers Club adalah salah satu acara dialog interaktif yang menampilkan
dialog-dialog mengenai masalah hukum, kriminalitas, selama 210 menit
dan dipandu oleh Karni Ilyas. Acara dialog interaktif Indonesia Lawyers
Club selalu menghadirkan narasumber dari latar belakang yang berbeda-
beda sehingga bahasa yang muncul pada interaksi sangat berbeda.
Terkadang pada saat acara berlangsung Karni Ilyas melakukan campur
bahasa. Seperti percampuran bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau
bahasa Indonesia ke bahasa Daerah pada saat-saat tertentu. Tentunya
peristiwa ini didasari oleh faktor-faktor tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dewasa ini, perkembangan masyarakat dalam hal penguasaan bahasa
sudah sangat banyak, menjadikan mereka untuk saling bersaing di dalam
dunia bahasa, sehingga tidak jarang kita temui masyarakat yang
menggunakan pergantian penggunaan bahasa satu dengan bahasa yang lain
dalam proses komunikasi. Hal tersebut sangat menarik untuk dikaji.
Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik
untuk mengkaji dan mengangkat masalah ini ke dalam bentuk karya tulis
yang berbentuk skripsi guna memperdalam pemahaman tentang
penggunaan campur kode dengan judul skripsi yang diangkat yaitu
“Analisis Campur Kode Dalam Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club
Tv One Periode Agustus-September 2017”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat diambil
rumusan masalah utama yaitu campur kode apa sajakah yang terjadi dalam
acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club?
Berdasarkan rumusan masalah utama tersebut dapa disusun sub
masalah sebagai berikut :
1. Wujud campur kode apa sajakah yang terjadi dalam dialog interaktif
ILC?
2. Tujuan apa saja yang menyebabkan terjadinya campur kode dalam
dialog interaktif ILC?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini
bertujuan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode dalam acara dialog
interaktif ILC.
2. Mendeskripsikan tujuan terjadinya campur kode dalam acara dialog
interaktif ILC.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu manfaat praktis
dan manfat teoritis.
1. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pembaca mengenai penggunaan campur kode dalam
acara Indonesia Lawyers Club. Penelitian ini adalah sebagai bentuk
aplikasi pemahaman penulis terhadap teori kebahasaan, khususnya
tetang teori campur kode dalam pemahaman bahasa Indonesia
berdasarkan kajian sosiolinguistik. Di samping itu, hasil penelitian
ini dapat memberi masukan bagi pembaca mengenai proses
interaksi campur kode berserta hal-hal yang melingkupinya.
2. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan acuan
yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan teori atau kajian
sosiolinguistik, khususnya mengenai campur kode. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi
peneliti-peneliti selanjutnya.
1.5 Batasan Istilah
1. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat
interdisipliner dengan ilmu sosiologi dengan objek penelitian
hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial didalam suatu
masyarakat tutur (Chaer dan Agustina, 2010: 4).
2. Kedwibahasaan
Kedwibahasaan adalah the alternative use of two more
languages by the same individual (kebiasaan menggunakan dua
bahasa atau lebih oleh seseorang) Mackey (dalam Aslinda dan
Leni, 2007: 24). Kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa
seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara
bergantian (Nababan, 1988: 2).
3. Kode
Kode adalah suatu sistem tutur yang penerapan unsur
bahasanya mempunyai ciri khas dengan latar belakang penutur,
relasi penutur dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada (
Rahardi 2001:22).
4. Interferensi
Interfersi adalah penyimpangan-penyimpangan dari norma-
norma salah satu bahasa yang terjadi dalam tuturan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dwibahasawan sebagai akibat dari pengenalan mereka lebih dari
satu bahasa yaitu sebagai hasil dari kontak bahasa (Weinrich
1953:1 dalam Aslinda dan Leni, 2007: 66). Interfernsi dapat
dikatakan sebagai perubahan dari suatu bahasa ke bahasa lain
dengan adanya sentuhan lain dari penutur yang bilingual.
5. Campur Kode
Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa dimana orang
mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa
tanpa sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran
itu (Nababan, 1991: 32).
1.6 Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini akan dipaparkan dalam 5 bab, yaitu bab I
pendahuluan, bab II landasan teori, bab III metodologi penelitian,bab IV hasil
penelitian, dan bab V penutup.
Bab I adalah Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan
sistematika penyajian. Bab II adalah landasan teori.bab ini berisi penelitian
terdahulu, kerangka berpikir dan landasan teori yang digunakan dalam
penelitian ini. Adapun teori yang digunakan ialah a) Sosiolinguistik, b) Kode,
c) Bahasa; Variasi Bahasa, d) Campur Kode; Jenis Campur Kode; Faktor
Penyebab Terjadinya Campur Kode, e) Tuturan, f) Interverensi, g)
Kedwibahasaan; Bentuk Kedwibahasaan, dan h) Konteks. Bab III memuat
metodologi penelitian. Bab ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dalam penelitian ini, yaitu jenis penelitian,sumber data dan data penelitian,
metode pengumpulan data,instrumen penelitian, teknik analisis data, dan
triangulasi.
Bab IV berisi hasil penelitian. Bab ini berisi hasil analisis data dan
pembahasan. Pada bab ini pertama-tama disajikan deskripsi data, kemudian
disajikan hasil pembahasan dari hasil analisis data sesuai dengan rumusan
masalah yang telah ditentukan yakni tentang campur kode yang meliputi
bentuk dan tujuan penyebab terjadinya campur kode. Bab V adalah penutup.
Bab ini berisi kesimpulan penelitian, implikasi hasil penelitian yang meliputi
aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Relevan
Ada beberapa penelitian dalam kajian sosiolinguistik yang menjadi acuan
dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian yang pernah dilakukan terdapat
beberapa bentuk dan faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode.
Penelitian yang dilakukan oleh Sinung Lebda Wisesa (2010) berjudul
Campur Kode dalam Iklan Majalah Hai. Dalam penelitian ini, Sinung mengambil
data berupa kalimat-kalimat di dalam iklan majalah hai yang mengandung gejala
campur kode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) wujud satuan lingual yang
bercampur dibagi menjadi dua, campur kode ke dalam berupa penggunaan unsur-
unsur bahasa Jawa ke dalam kalimat berbahasa Indonesia dan campur kode ke
luar berupa penggunaan bahasa Inggris ke dalam kalimat bahasa Indonesia, (2)
faktor penyebab campur kode meliputi tidak ada ungkapan yang tepat, style, gaya,
dan istilah. (3) gejala campur kode yang ditemukan di dalam penelitian ini
meliputi tiga tataran, yaitu: tataran kata, frasa, dan klausa. (Sinung, 2010: vii).
Penelitian yang dilakukn oleh Yemi Eka Putranto (2005) berjudul
Campur Kode Tuturan Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas I, II,
III SD Negeri Banyuraden, Gamping, Sleman Tahun Ajaran 2010/2011. Dalam
penelitian ini, data yang diperoleh oleh peneliti dianalisis berdasarkan dua
kategori yaitu asal bahasa dan satuan lingual. Berdasakan asal bahasa ditemukan
campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Tataran satuan lingual yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
paling banyak ditemukan peneliti dalam penelitian ini adalah kata dan yang paling
sedikit adalah klausa.
Ekaristi (2004) pernah melakukan penelitian yang berjudul Campur Kode
dalam Novel Belantik Karya Ahmad Tohari. Dalam penelitian tersebut, Ekaristi
mengambil data berupa tuturan-tuturan dan kalimat-kalimat yang diangapnya
mengandung gejala campur kode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
satuan lingual yang bercampur bahasa asing dan bahasa daerah, (2) bahasa yang
bercampur berupa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Jawa dan
campur kode keluar berasal dari bahasa Inggris, (3) semua satuan lingual yang
tercampur mempunyai makna denotatif, (4) faktor penyebab campur kode
meliputi partisipan, kunci, situasi, tujuan, instrumen, dan norma.
Penelitian alih kode dan campur kode yang akan dilakukan mempunyai
kesamaan dan perbedaan tema dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinung
Lebda Wisesa, Yemi Eka Putranto, dan Ekaristi, yaitu tentang alih kode dan
campur kode. Penelitian yang dilakukan sekarang berjudul Wujud Campur Kode
Dalam Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club di TvOne Periode Agustus-
September 2017 masih relevan dengan penelitian terdahulu. Hasil penelitian yang
dilakukan diharapkan dapat menambah penelitian tentang dan campur kode.
2.2 Landasan Teori
Peneliti akan memaparkan beberapa materi yang terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti. Materi tersebut digunakan untuk
pedoman atau landasan dalam menganalisis data penelitian dan diharapkan dapat
memperkuat keakuratan data yang diperoleh. Teori yang digunakan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
penelitian ini yaitu: a) Sosiolinguistik, b) Kode, c) Bahasa; Variasi Bahasa, d)
Campur Kode; Jenis Campur Kode; Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode,
e) Tuturan, f) Interverensi, g) Kedwibahasaan; Bentuk Kedwibahasaan, dan h)
Konteks. Adapun uraian selanjutnya disampaikan pada paparan sebagai berikut.
2.2.1 Sosiolinguistik
Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan lazimnya dibagi atas bidang-
bidang bawahan atau cabang. Demikian pula ilmu linguistik juga lazimnya dibagi
menjadi bidang bawahan yang bermacam-macam. Misalnya, ada linguistik
antropologis, yaitu cara menyelidiki linguistik yang dimanfaatkan oleh para ahli
antropologis budaya; ada juga linguistik sosiologis, atau sering disebut
sosiolinguistik, untuk meneliti bagaimanakah dalam bahasa itu dicerminkan hal-
hal sosial dalam golongan penutur tertentu. Akan tetapi, bidang-bidang bawahan
tadi semuanya mengandaikan adanya pengetahuan linguistik yang mendasarinya.
Adapun bidang-bidang dalam ilmu linguistik yakni struktur kata yang disebut
morfologis, strukturr antar kata dalam kalimat yang disebut sintaksis dan
masaalah makna yang disebut dengan semantik (Verhaar, 2004:9).
Salah satu kajian ekstralinguistik adalah sosiolinguistik yang berasal dari
kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah
mengenai manusia di dalam masyarakat. Linguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek
kajiannya (Chaer, 2010: 2). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam kaitannya
dengan penggunaan bahasa itu sendiri dalam masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Dalam penelitian ini peristiwa kebahasaan yang akan dibahas adalah
wujud dan tujuan campur kode dalam dialog interaktif Indonesia Lawyers Club di
TvOne periode Agustus-September 2017. Peristiwa campur kode yang
dimaksudkan adalah berupa tuturan yang mengandung campur kode serta tuturan
tokoh yang menyebabkan campur kode.
2.2.2 Kode
Sehubungan dengan pengertian kode, Syamsudin, dkk (1997: 123)
mengatakan bahwa kode ialah sistem tutur yang penerapannya unsur ciri khas
sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan bicara dan
situasi yang ada. Kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang
penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang
penutur, relasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada. Kode
biasanya berbentuk varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi
anggota suatu masyarakat bahasa (Poedjosoedarmo, 1978: 30). Suwito (1983: 67)
juga mengemukakan bahwa kode adalah salah satu varian di daalam hierarki
kebahasaan yang dipakai dalam komunikasi. Dengan demikian dalam sebuah
bahasa dapat terkandung beberapa buah kode yang merupakan varian bahasa itu.
Kode biasanya berbentuk varian-varian bahasa yang secara nyata dipakai dalam
berkomunikasi dan berinteraksi anatara orang satu dengan orang lain. Bagi
masyarakat yang monolingual, kode terjadi dari varian-varian satu bahasa, tetapi
bagi masyarakat multilingual kode terjadi dar varian satu bahasa atau lebih dari
dua bahasa. Menurut Suwito (1985: 67) Kode adalah untuk menyebutkan salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
satu varian didalam hierarki kebahasaan, misalnya varian regional, kelas sosial,
raga, gaya, kegunaan, dan sebagainya.
Selanjutnya Wardhaugh (dalam Kunjana, 2001: 22) mengemukakan
bahwa kode itu memiliki sifat netral. Dikatakan netral karena kode itu tidak
memiliki kecenderungan interpretasi yang menimbulkan emosi. Lebih lanjut dia
juga mengatakan bahwa kode adalah semacam sistem yang dipakai oleh dua
orang atau lebih untuk berkomunikasi.
Bagi suatu masyarakat ekabahasa (monolingual), kode merupakan varian
dari bahasanya yang satu. Akan tetapi, bagi masyarakat yang dwibahasa atau
aneka bahasa (multilingual), inventarisasi kode itu menjadi lebih luas dan
mencakup carian dua bahasa atau lebih. Kode itu dengan sendirinya mengandung
makna yang sifatnya menyerupai makna unsur-unsur bahasa yang lain.
2.2.3 Bahasa
Menurut KBBI (2007), bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang
arbitrer (manasuka), yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk
melakukan kerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Selanjutnya KBBI
(2007) memberikan definisi konteks sebagai situasi yang ada hubungannya
dengan suatu kejadian. Di dalam suatu proses komunikasi, bahasa dan konteks
tentunya saling mempengaruhi. Individu dapat saja melakukan komunikasi
dengan menggunakan bahasa tersebut apabila konteksnya tertentu pula.
Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai alat komunikasi yang utama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bahasa harus mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan
penuturnya.
Bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa
yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya (Chaer
dan Agustina, 1995: 21). Fungsi dari bahasa adalah sebagai alat ekspresi diri, alat
komunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, serta sebagai
kontrol sosial (Keraf, 1984: 3). Menyadari fungsi bahasa sangat penting dapat
dikatakan bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan
lumpuh tanpa bahasa. Bahasa dipergunakan manusia dalam segala aktivitas
kehidupan.
2.1.3.1 Variasi Bahasa
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, hubungan
pembicara, lawan bicara, dan orang orang yang dibicarakan serta medium
pembicaraan (KBBI, 2003: 920). Sebuah bahasa telah memiliki sistem dan
subsistem yang dapat dipahami secara sama oleh para penutur bahasa tersebut.
Meskipun penutur itu berada dalam masyarakat tutur yang sma, tidak merupakan
kumpulan manusia homogen, wujud bahasa yang konkret menjadi tidak seragam
atau bervariasi. Keragaman dan kevariasian bahasa ini tidak hanya terjadi karena
para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan dan interaksi sosial
yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer dan Agustina, 2010:61).
Pada variasi bahasa ini, terdapat dua pandangan. Pertama, variasi atau
ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada
untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang
beraneka ragam. Variasi bahasa dibedakan menjadi empat, yaitu variasi bahasa
dari segi penutur, pemakaian, keformalan, dan sarana (Chaer dan Agustina, 2010:
62).
1) Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Variasi bahasa dapat dilihat dari segi penuturnya mempunyai
beberapa macam keragaman di dalamnya. Setidaknya ada empat
keragaman dari segi penutur yaitu
a. Idiolek
Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan
karena setiaporang mempunyai variasi bahasanya masing-masing.
Variasi idiolek ini berkenaan dengan warna suara pilihan kata, gaya
bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Namun secara garis besar
yang paling dominan adalah “warna” suara, jika kita cukup
akrabdengan seseorang maka kita akan mengenalinya meskipun kita
hanya mendengar suaranya tanpa melihat orangnya.
b. Dialek
Variasi bahasa yang kedua ialah dialek. Dialek adalah variasi
bahasa dari kelompok penutur yang jumlahnya relatif yang berada
dalam satu tempat wilayah atau area tertentu. Halliday (1972: 14)
menyebut dialek sebagai the variety acconding to users, bahwa dialek
adalah variasi bahasa yang ditentukan menurut pengguna bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Kronolek
Kronolek ialah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok
sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada
tahun lima puluhan yang cenderung menggunakan penulisan kata
dengan huruf “d” dan “j”. Variasi bahasa yang digunakan pada tahun
itu cenderung kearah perbedaan lafal, ejaan, morfologi, maupun
sintaksis.
d. Sosiolek
Sosiolek merupakan variasi bahasa yang berkenaan dengan status,
golongan, dan kelas sosial penuturnya (Chaer dan Agustina 2010: 62).
Pekerjaan, profesi, jabatan, lingkungan adalah salah satu perbedaan
dari para penutur yang dapat menyebabkan adanya variasi sosial.
Perbedaan variasi bahasa itu tampak pada bidang kosakata yang
mereka gunakan.
2) Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penguasaannya, pemakaiannya
atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam atau register. Variasi bahasa
berdasarkan pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan
untuk keperluan dan bidang apa. Misalnya bidang pendidikan, keilmuan
perekonomian pelayaran, pertanian, militer, jurnalistik, dan sastra.
Variasi bahasa berdasarkan fungsi ini lazim disebut register.
Pengertian register ini biasanya berhubungan dengan masalah. Dialek
berkenaan dengan bahasa itu digunakan oleh siapa di mana dan kapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
maka register berkenaan dengan masalah bahasa itu digunakan untuk
kegiatan apa.
3) Variasi dari Segi Keformalan
Berdasarkan tingkat keformalannya variasi atau ragam bahasa ini
atas lima macam yaitu ragam beku (frozen) ragam resmi (formal), ragam
usaha (konsultatif) ragam santai (casual) dan ragam akrab (Martin Joos
dalam Chaer dan Agustina 2010: 70).
a. Ragam Beku (Frozen)
Ragam beku adalah ragam bahasa yang digunakan dalam
situasi-situasi khidmat atau upacara-upacara kenegaraan khotbah di
masjid, dan tata cara pengambilan sumpah. Disebut ragam beku
karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap tidak
boleh diubah.
b. Ragam Resmi ( Formal)
Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang
digunakan dalam pidato kenegaraan rapat dians buku-buku
pelajaran dan sebagainya. Kaidah dalam ragam resmi ini sudah
ditetapkan secara mantap dan sebagai suatu standar. Ragam resmi
ini pada dasarnya sama dengan ragam bahasa beku atau standar
yang digunakan dalam situasi resmi.
c. Ragam Usaha (Konsultatif)
Ragam usaha adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
yang berorientasi pada hasil produksi. Ragam usaha ini adalah
ragam yang paling operasional karena ragam ini berada diantara
ragam formal dan informal.
d. Ragam Santai (Casual)
Ragam santai atau casual yakni variasi bahasayang digunakan
oleh penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti anggota
keluarga atau teman karib (Chaer dan Agustina 2010: 71). Ragam
santai ini banyak menggunakan alegro yakni bentuk kata atau
ujaran yang dipendekkan. Kosakatanya banyak dipenuhi unsur
leksikal dialek dan unsur bahasa daerah.
e. Ragam Akrab
Ragam akrab ini hampir seperti ragam santai tetapi variasi
baha4sa ini biasanya digunakan penutur yang hubungannya sudah
akrab seperti anggota keluarga atau antar teman yang sudah
menjalin pertemanan lama. Ragam ini ditandai dengan penggunaan
bahasa yang tidak lengkap pendek-pendek dan dengan artikulasi
yang seringkali tidak jelas.
4) Variasi dari Segi Sarana
Variasi inimeliputi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini
dapat disebut adannya ragam lisan atau ragam tulis atau juga ragam
berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu misalnya
menggunakan surat telepon atau telegram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.2.4 Campur Kode
Pranowo (1996: 12) mengungkapkan campur kode (code mixing) adalah
pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang
satu ke dalam bahasa lain secara konsisten. Campur kode merupakan pemakaian
dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu
ke dalam bahasa yang menyisip di dalam bahasa lain (Rokhman 2013: 39). Suatu
keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau
ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam
situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu sendiri itulah yang
disebut campur kode (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).
Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan
suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur
bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti
latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri
menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena
keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya,
sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya
mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan
(linguistic convergence).
Thelander (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) mengatakan bahwa
campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun
frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing-
masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Nababan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(1984) mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin
menunjukkan keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang
diucapkan merupakan kata yang tidak baku atau tidak tepat pengucapannya.
Kemudian Fasold (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) yang mengatakan bahwa
campur kode terjadi apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu
bahasa.
Campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara penutur,
bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Artinya, penutur yang mempunyai latar
belakang tertentu cenderung memilih campur kode untuk mendukung fungsi-
fungsi tertentu. Pemilihan bentuk campur kode demikian dimaksudkan untuk
mewujudkan status sosial dan identitasnya dalam masyarakat.
Contoh campur kode yang diambil dari buku Chaer dan Agustina (2010:
124), dapat dikemukakan sebagai berikut :
Mereka akan merried bulan depan.
(Mereka akan menikah bulan depan)
Nah karena saya sudah kadhung apik sama dia ya saya tanda tangan saja.
(Nah, karena saya sudah benar-benar baik dengan dia, maka saya tanda
tangan saja)
Contoh di atas adalah kalimat-kalimat bahasa Indonesia yang di dalamnya
terdapat serpihan-serpihan dari bahasa Inggris dan bahasa Jawa yang berupa kata
dan frasa. Ciri yang menonjol dala campur kode ini adalah kesantaian atau situasi
informal. Dalam situasi berbahasa formal jarang terjadi campur kode kalaupun
terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu
memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Nababan.
1986: 32). Seorang penutur misalnya, dalam berbahasa Indonesia banyak
menyelipkan bahasa daerahnya, maka penutur itu dapat dikatakan telah
melakukan campur kode (Aslinda dan Syafyahya, 2010: 87).
2.2.1.4 Wujud dan Faktor Campur Kode
Peneliti membahas wujud-wujud campurkode untuk mempertajam
pisau analisis data. Seperti apa yang dikatakan Fasold bahwa batasan dari campur
kode itu sendiri adalah kata dan frasa di luar gramatika tersebut sudah bukan
campur kode itu sendiri melainkan alih kode.
2.2.1.5 Jenis-jenis Campur Kode
Jendre (2001) membedakan campur kode menjadi tiga golongan, yaitu
campur kode ke dalam (inner code mixing), campur kode keluar (outer code
mixing) dan campur kode Campuran. Campur kode ke dalam adalah jenis kode
yang menyerap unsur-unsur bahasa daerah yang sekerabat. Umpamanya gejala
campur kode pada peristiwa tuturan bahasa Indonesia terdapat di dalamnya unsur-
unsur bahasa daerah seperti bahasa Sumbawa, Lombok, Bima, bahasa Jawa, dan
sebagainya. Campur kode ke luar adalah campur kode yang menyerap unsur-
unsur bahasa asing (Jendre, 2001:132). Misalnya, dalam peristiwa campur kode
pada pemakaian bahasa Indonesia terdapat sisipan dari bahasa asing seperti
bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jepang, bahasa Cina, dan lain sebagainya.
Sedangkan campur kode campuran adalah campur kode yang di dalam (mungkin
klausa atau kalimat) telah menyerap unsur bahasa Sumbawa/Lombok/Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(bahasa daerah) dan bahasa asing (Jendra, 1991:132). Selanjutnya Jendra telah
tegas mengatakan bahwa campur kode campuran merupakan unsur serapan yang
diterima oleh bahasa penyerap dengan pembagian menjadi dua bagian seperti
(inner dan outer code mixing) telah pula dilakukan. Misalnya, “seorang
mahasiswa hendaknya bisa eling dan established”. Kalimat tersebut menunjukkan
sebuah kalimat yang bercampur kode campuran. Jika kita melihat kata eling yang
berasal dari bahasa daerah yaitu bahasa Bali, kalimat tersebut merupakan campur
kode ke dalam. Namun jika kita melihat kata established yang berasal daribahasa
asing (bahasa Inggris) maka kalimat diatas merupakan kalimat yang bercampur
kode ke luar. Jadi secara keseluruhan kalimat di atas dimasukkan dalam kalimat
yang bercampur dengan kode campuran karena dalamkalimat di atas terdapat
unsur bahasa daerah(bahasa Bali) dan bahasa asing (bahasa Inggris).
Campur kode ke dalam dan campur kode keluar dapat berupa peyisipan
kata, frasa, klausa, ungkapan, reduplikasi, daan baster. Sehingga berdasarkan
unsur-unsur kebahasaannya Suwito (1993: 92) membedakan wujud campur kode
menjadi beberapa macam antara lain :
1) Penyisipan unsur-unsur yag berwujud kata.
Kata merupakan unsur terkecil dalam pembentukan kalimat yang
sangat penting peranannya dalam tata bahasa, yang dimaksud kata adalah
satuan bahasa yang berdiri sendiri, terdiri dari morfem tunggal dan
gabungan morfem. Menurut bentuknya, kata dapat dibagi menjadi 4
kategori yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a. Kata Dasar
Kata dasar adalah satuan terkecil yang mendasari pembentukan
kata yang lebih kompleks (Tarigan 1985: 9). Contohnya adalah
“sepeda” dalam kata “bersepeda” kata dasar “tidur” memperoleh
afiks-an menjadi “tiduran”.
b. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses
pengimbuhan atau (afiksasi) baik di awal (prefiks), di tengah (infiks),
di akhir (sufiks). Prefiks adalah suatu unsur yang diletakkan di depan
kata dasar. Indiks adalah morfem yang diselipkan di tengah kata dasar.
Sufiks adalah morfem terikat yang diletakkan di belakang kata dasar.
c. Kata ulang
Kata ulang adalah pengulangan satuan gramatik baik seluruhnya
maupun sebagian, baik fonem maupun tidak (Ramlan, 1981: 83).
Pengulangan kata dapat dibagi menjadi empat yaitu (1) kata ulang
seluruh yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar seperti buku-buku,
rumah-rumah, dan sebagainya; (2) kata ulang sebagian yaitu
pengulangan sebgaian dari bentuk dasarnya, seperti melambai-lambai,
membaca-baca; (3) kata ulang berkombinasi dengan afiks yaitu kata
ulang dasar yang dikombinasikan dengan afiks seperti, mobil-
mobilan, kuda-kudaan; (4) kata ulang perubahan fonem, seperti bolak-
balik, gerak-gerik, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
d. Kata Majemuk
Ramlan (2009: 76) mengatakan bahwa kata majemuk adalah
gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kata yang
terjadi gabungan dua kata itu lazim dengan kata majemuk. Misalnya
rumah sakit, meja makan, panjang tangan dan sebagainya. Dapat
disimpulkan bahwa kata majemuk yaitu kata yang terdiri dari dua kata
sebagai unsurnya.
2) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa
Penyisipan frasa adalah penyisipan unsur frasa yang berasal dari
bahasa asing atau bahasa daerah yang masuk ke dalam tuturan yang
menggunakan suatu bahasa pokok tertentu. (Ramlan, 1987: 151) frasa
ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi klausa. Unsur klausa yang terdiri dari dua atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik
yang disebut frasa. Fasold (dalam Chaer dan Agustina. 2010:115),
menjelaskan kriteria gramatika campur kode yaitu apabila seseorang
menggunakan satu kata atau frasa dari suatu bahasa.
3) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan
Perulangan adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa
sebagai alat fonologis atau gramatikal, misalnya rumah-rumah, lari-lari,
dsb (Kridalaksana, 2008: 193). Kata ulang atau reduplikasi adalah satuan
gramatik, baik sebagian atau seluruhnya, baik fonem maupun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(Ramlan, 1981: 63). Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan
satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 2001: 64).
4) Penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom
Ungkapan adalah konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih,
masing-masing anggota memiliki makna yang ada bersama yang lain
(Kridalaksana, 2001: 81). Ungkapan dapat berfungsi untuk
menghidupkan dan mendorong perkembangan bahasa dan akan
menciptakan keindahan bahasa agar tidak membosankan.
5) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.
Harimukti (2001:110) mendefinisikan klausa adalah satuan
gramatikal yang berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terduru
dari subjek dan predikat serta berpotensi untuk menjadi kalimat.
2.2.4.1 Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode
Campur kode tidak muncul karena tuntutan situasi, tetapi ada hal lain yang
menjadi faktor terjadinya campur kode itu. Suwito (1983) memaparkan beberapa
faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode yaitu sebagai berikut.
1) Faktor Peran
Peran adalah status sosial, pendidikan, serta golongan dari peserta
bicara atau penutur bahasa tersebut.
2) Faktor Ragam
Ragam ditentukan oleh bahasa uang digunakan oleh penutur pada
waktu melakukan campur kode, yang akan menempat pada hirarki status
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3) Faktor keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan
Faktor ini adalah tampak pada peristiwa campur kode yang
menandai sikap dan hubungan penutur terhadap orang lain, dan
hubungan orang lain terhadapnya.
Jendra (1991: 134-135) mengatakan bahwa “setiap peristiwa wicara
(speech event) yang mungkin terjadi atas beberapa tindak tutur (speech act) akan
melibatkan unsur: pembicara dan pembicara lainnya (penutur dan mitra tutur),
media bahasa yang digunakan, dan tujuan pembicaraan”. Lebih lanjut, Jendra
(1991) menjelaskan bahwa ketiga faktor penyebab itu dapat dibagi lagi menjadi
dua bagian pokok, umpamanya peserta pembicaraan dapat disempitkan menjadi
penutur, sedangkan dua faktor yang lain (faktor media bahasa yang digunakan dan
faktor tujuan pembicaraan) dapat dipersempit lagi menjadi faktor kebahasaan:
1) Faktor Penutur
Pembicara kadang-kadang sengaja bercampur kode terhadap mitra
bahasa karena dia mempunyai maksud dan tujuan. Pembicara kadang-
kadang melakukan campur kode antara bahasa yang satu ke bahasa
yang lain karena kebiasaan dan kesantaian.
2) Faktor Bahasa
Dalam proses belajar mengajar media yang digunakan dalam
berkomunikasi adalah bahasa lisan. Penutur dalam pemakaian
bahasanya sering mencampurkan bahasanya dengan bahasa lain
sehingga terjadi campur kode. Umpamanya hal itu ditemput dengan
jalan menjelaskan atau mengamati istilah-istilah (kata-kata) yang sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dipahami dengan istilah—istilah atau kata-kata dari bahasa daerah
maupun bahasa Asing sehingga dapat lebih mudah dipahami.
2.2.5 Tuturan
Tuturan adalah hasil komunikasi yang berupa ucapan atau ujaran (Chaer
dan Agustina 2004: 47). Komunikasi dalam bentuk tuturan dapat terjadi dalam
acara diskusi rapat, sidang, serta proses pembelajaran di kelas antara guru dengan
siswa, dan lain sebagainya. Komunikasi ini berupa ucapan atau ujaran
menyampaikan informasi berupa pikiran gagasan maksdu perasaan maupun emosi
secara langsung. Dengan ini dapat dikatakan bahwa tuturan merupakan suatu
peristiwa yang terjadi atau sedang berlangsung interaksi linguistik dalam suatu
bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur
yang melibatkan suatu waktu tempat, dan situasi tertentu untuk saling tukar
informasi.
Suwito (1983: 30) menyebutkan lima faktor yang menentukan suatu
tuturan, yaitu penutur lawan tutur, pokok pembicaraan tempat dan suasana. Faktor
ini menentukan terjadinya suatu kontak bahasa. Kontak bahasa yang dapat
dijumpai pada peristiwa persentuhan bahasa antara beberapa bahasa yang dikuasai
penutur dan mitra tutur. Hal ini dapat berakibat pada munculnya kemungkinan
pergantian pemakaian bahasa oleh penutur dlam konteks sosialnya. Peristiwa atau
gejala semacam ini terlihat dala wujud kedwibahasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.2.6 Interferensi
Chaer dan Agustina (2010: 120) interferensi adalah digunakannya unsur
bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa, yang dianggap sebagai suatu
kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan.
Jendra (1995 : 187) menyatakan bahwa interferensi sebagai gejala penyusupan
sistem suatu bahasa kedalam bahasa lain.
Weinreich (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 120) mengemukakan bahwa
interferensi adalah perubahan sistem atau bahasa sehubungan dengan adanya
persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh
penutur bilingual. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
interferensi adalah kekeliruan atau kesalahan yang menyimpang akibat kebiasaan-
kebiasaan ujaran atau dialek ibu ke dalam bahasa keseharian yang dipakai.
2.2.7 Kedwibahasaan
Istilah kedwibahasaan oleh para ahli bahasa dianggap mengandung
pengertian yang relatif, oleh karena batasan seorang untuk dapat disebut
dwibahasawan itu bersifat arbitrer dan hampir tidak dapat ditentukan secara pasti
(Anwar, 2006: 11).Kedwibahasaan atau bilingualisme merupakan kebiasaan
menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang
lain.menurut Bloomfield (dalam Suwito, 1985: 40) mula-mula kedwibahasaan
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya
oleh seorang penutur.
Nababan (1991: 27) mengemukakan tentang kedwibahasaan yaitu
ketika kita melihat seseorang memakai dua bahasa dalam pergaulan dengan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
lain, dia berdwibahasa dalam arti dia melaksanakan kedwibahasaan yang kita akan
sebut bilingualisme. Jadi bilingualisme ialah kebiasaan menggunakan dua bahasa
dalam interaksi dengan orang lain.
Abdul Chaer dan Agustina (2004: 84) berpendapat masyarakat tutur
yang terbuka, artinya yang mempunyai hubungan dengan masyarakat tutur lain,
tentu akan mengalami apa yang disebut kontak bahasa dengan segala peristiwa-
peristiwa kebahasaan sebagai akibatnya. Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang
memungkinkan terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa itu adalah apa yang
disebut kedwibahasaan. Sementara itu, Pranowo (1996: 9) menyatakan bahwa
kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara
produktif maupun reseptif oleh seorang individu atau masyarakat.
Berdasarkan beberapa definisi kedwibahasaan di atas, peneliti
mengacu pada pendapat Pranowo karena definisi yang diberikan memiliki batasan
yang jelas yaitu a) pemakaian dua bahasa b) dapat sma baiknya atau salah satunya
yang lebih baik, c) pemakaian dapat produktif maupun reseptif, dan dapat oleh
individu maupun oleh masyarakat.
2.2.7.1 Bentuk Kedwibahasaan
Orang yang memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa dengan
sama baiknya disebut kedwibahasawan (Pranowo, 1996: 8). Untuk dapat
menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu
(pertama bahasa ibunya [B1] dan yang kedua bahasa lain yang menjadi bahasa ke
dua [B2]), orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang
bilingual (kdwibahasawan), (Chaer dan Agustina, 2010: 84).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dwibahasawan adalah pembicara yang memakai dua bahasa secara
bergantian dalam sistem komunikasi. Seseorang yang terlibat dalam praktik
penggunaan dua bahasa secara bergantian itulah yang disebut biliungal atau
dwibahasawan (Weinrich dalam Aslinda dan Syafyahya 2010: 26). Mempelajari
bahasa kedua apalagi bahasa asing tidak dengan sendirinya akan memberi
pengaruh terhadap bahasa aslinya. Seorang yang mempelajari bahasa asing
kemampuan bahasa asing atau B2-nya akan selalu berada pada posisi di bawah
penutur asli bahasa tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai dwibahasawan di atas
peneliti mengacu pada pendapat Chaer dan Agustina yang mengatakan “untuk
dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua
bahasa itu (pertama bahasa ibunya [B1] dan yang kedua bahasa lain yang menjadi
bahasa kedua [B2] ), orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut
orang yang bilingual (dwibahasawan)”.
Masyarakat tutur yang tertutup yang tidak tersentuh oleh masyarakat
tutur lain karena tidak mau berhubungan dengan masyarakat tutur lain, akan tetap
menjadi masyarakat tutur yang statis dan tetap menjadi masyarakat yang
monolingual. Sebaliknya masyarakat tutur yang terbuka yang mempunyai
hubungan dengan masyarakat tutur lain akan mengalami kontak bahasa dengan
segala peristiwa kebahasaan. Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang dapat terjadi
antara lain adalag interferensi, integrasi alih kodedan campur kode (Chaer dan
Agustina 2010: 84). Berdasarkan beberapa akibat kedwibahasaan di atas, dalam
penelitian ini peneliti membatasi pada peristiwa campur kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2.2.8 Konteks
Konteks menurut KBBI (2007), konteks sebagai situasi yang ada
hubungannya dengan suatu kejadian. Dalam setiap peristiwa tutur, konteks sangat
diperlakukan untuk menafsirkan maksud dari tuturan penutur. Sebagai deskripsi
konteks, penutur akan cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam suasana
tuturan formal. Namun dalam penelitian ini, konteks dalam tuturan tokoh di acara
dialog interaktif Indonesia Lawyers Club dapat terjadi dengan menggunakan
bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.
Menurut Hymes (dalam Aslinda dan Syafahya, 2007: 34), menyatakan
bahwa menurut pengamatannya situasi tutur adalah situasi ketika tuturan dapat
dilakukan dan dapat pula tidak dilakukan, situasi tidak murni komunikatif dan
tidak mengatur adanya aturan berbicara, tetapi mengacu pada konteks yang
menghasilkan aturan berbicara. Sebuah peristiwa tutur terjadi dalam satu situasi
tutur dan peristiwa tutur itu mengandung satu atau lebih tindak tutur.
Dari pendapat diatas, dapat diketahui bahwa dalam suatu komunikasi,
tuturan tidak lepas dari konteks yang saling mempengaruhi terhadap tindak
komunikasi. Poedjosoedarmo (dalam Rahardi, 2001), menyatakan konsep tuturan
yang sebetulnya merupakan pengembangan dari konsep tuturan yang disampaikan
oleh Hymes di atas.
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian mengenai campur kode dalam dialog interaktif Indonesia
Lawyers Club memiliki kerangka berpikir. Kerangka berpikir digunakan sebagai
dasar teori dan pemikiran dari seluruh proses penelitian yang akan dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tujuan dari adanya kerangka berpikir ini adalah untuk memudahkan peneliti
dalam menjelaskan alur penelitian campur kode dalam dialog interaktif Indonesia
Lawyers Club. Dalam kerangka berpikir ini, peneliti berusaha membahas
permasalahan yang diangkat, yakni wujud campur kode dan faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya campur kode. Pembahasan masalah tersebut akan
dijelaskan dengan konsep, teori, dan metode yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
Peneliti menggunakan teori sosiolinguistik sebagai pisau analisis dalam
penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah campur kode dalam tuturan
tokoh, maka peneliti berpikir bahwa teori sosiolinguistik sangat tepat digunakan
sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Komponen penting dalam teori
sosiolinguistik yang menjadi fokus peneliti adalah tuturan yang mengandung
campur kode. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif yang hasil datanya berupa data deskriptif dalam bentuk lisan maupun
tuturan. Peneliti memberi gambaran menyeluruh mengenai data penelitian
berdasarkan proses pengumpulan data dan analisis data.
Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi
mengumpulkan data-data untuk menjawab permasalahan yang diangkat oleh
peneliti. Data yang telah terkumpul dari sumber data akan diproses melalui
analisis data. Analisis data merupakan penelusuran melalui temuan-temuan yang
diperoleh peneliti. Proses analisis daya dimulai dengan menelaah seluruh data
yang telah didapatkan dari sumber data. Analisis data merupakan cara peneliti
untuk mengolah data yang sudah terkumpul guna menjawab permasalahan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
penelitian. Dari hasil kegiatan pengumpulan data dan analisis data, peneliti
berupaya untuk menuliskan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian merupakan
sasaran yang ingin dicapai dalam penelitiannya. Dalam hasil penelitian, peneliti
menguraikan secara runtut proses penelitian yang kemudian mendeskripsikan
secara singkat dalam poin-poin yang lebih spesifik.
Kerangka Berpikir
DIALOG
INTERAKTIF
SOSIOLINGUISTK
TUJUAN
CAMPUR KODE
KODE
KODE
KODE
CAMPUR KODE
KELUAR
CAMPUR KODE
KE DALAM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan
dan Taylor (1975:5) dalam Moelong (2010:4) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif karena hasil penelitian berupa kata-
kata atau tulisan yang dimaksudkan untuk menggambarkan sejelas-jelasnya
informasi mengenai gejala yang ada dan mementingkan proses daripada hasil.
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud menemukan gejala campur kode
dalam tuturan dialog interaktif ILC. Penelitian ini menyajikan dengan sebenar-
benarnya kenyataan mengenai gejala campur kode dalam tuturan dialog interaktif
ILC.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu pendekatan
metodologis dan pendekatan teoritis. Pendekatan metodologis yang digunakan
berupa bentuk-bentuk verbal bahasa yang berwujud tuturan pada ILC. Pendekatan
teoritis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik karena data
yang diteliti berupa ujaran yang terdapat pada ILC yang difokuskan pada bentuk
dan tujuan yang menyebabkan terjadinya campur kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah tuturan percakapan atau dialog interaktif
yang terdapat dalam acara Talkshow “Indonesia Lawyers Club” di Tvone.
Sumber data diperoleh dengan merekam percakapan dalam Talkshow “Indonesia
Lawyers Club” periode Agustus-September 2017. Dialog interaktif Indonesia
Lawyers Club (ILC) mulai awal tahun 2017 tayang setiap hari Selasa pukul 19.30
WIB.
Data penelitian ini berupa penggalan tuturan yang mengandung campur
kode dalam acara Talkshow “Indonesia Lawyers Club” di Tvone. Tidak semua
percakapan dalam acara Talkshow “Indonesia Lawyers Club”di Tvone dapat
dijadikan sebagai data penelitian, sehingga harus dianalisis terlebih dahulu untuk
menentukan data yang tepat.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data rekam, simak dan
catat. Teknik rekam yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara
merekam percakapan informan, terutama yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Teknik rekam digunakan dengan pertimbangan bahwa data yang diteliti
berupa data lisan. Teknik ini dilakukan dengan berencana, dan sitematis.Teknik
simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak
penggunaan bahasa (Mahsun, 2012:92). Teknik simak dalam penelitian dilakukan
dengan cara menyimak percakapan dalam acara dialog interaktif ILC yang di
dalamnya terdapat campur kode. Teknik berikutnya adalah teknik catat. Teknik
catat dilakukan dengan menggunakan alat tulis tertentu. Teknik catat ini dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dengan cara mencatat tuturan percakapan yang ada pada ILC ke dalam kolom
tabel data yang telah disiapkan. Di bawah ini contoh tabel data campur kode.
Tabel data Campur Kode Keluar dalam Acara Dialog Interaktif Indonesia
Lawyers Club
Gambar 1. Tabel Data
Keterangan :
Ttr : Tuturan
01 : Nomor Data
30-09-17 : Tanggal menyimak
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpul data adalah peneliti sendiri. Pengumpulan
data yang dilakukan oleh peneliti akan dibantu dengan catatan yang telah dibuat
sebelumnya oleh peneliti tentang kajian sosiolinguistik. Peneliti memiliki peranan
penting dalam perencanaan dan pelaksanaan pengumpulan data.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data tersebut berhubungan dengan perbandingan data,
yakni kegiatan yang dilakukan dengan cara membandingkan verbal yang ada
dalam acara dialog interaktif ILC yang kemudian diubah kedalam tulisan baik itu
frasa, klausa atau kalimat. Peneliti akan melakukan katagorisasi yang dilakukan
dengan cara mengelompokkan data yang sesuai dengan ciri-ciri tertentu. Analisis
No Data : 01/30-09-17
Ttr : KI : “Sebelumnya saya minta applause dulu
untuk Tata Janeta untuk Negeri Diatas
Awan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
data tentang tuturan yang dicurigai mengandung campur kode ini bermaksud
mengorganisasikan data sehingga mampu menjawab rumusan masalah yang
dikemukakan dan bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasinya sekaligus
bermanfaat untuk penelitian berikutnya.
Dalam teknik pengolahan data ini, peneliti dapat menjawab beberapa
rumusan masalah penelitian. Pada teknik pengolahan data ini pun akan dijelaskan
langkah-langkah secara rinci yang ditempuh peneliti dalam menganalisis atau
mengolah data yang sudah diperoleh melalui teknik pengumpulan data. Adapun
teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tuturan yang diduga mengandung campur kode pada
dialog interaktif Indonesia Lawyers Club.
2. Mengklasifikasi berdasarkan jenis campur kode ke dalam atau ke luar pada
dialog interaktif Indonesia Lawyers Club.
3. Menginterpretasi atau menafsirkan maksud dari tuturan yang ada pada
dialog interaktif Indonesia Lawyers Club yang mengandung campur kode.
4. Peneliti menyusun hasil penelitian.
3.6 Trianggulasi
Untuk menguji dengan benar derajat keabsahan penelitian data digunakan
trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada (Sugiyono). Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini guna
mencari kepercayaan dan keabsahan maka digunakan trianggulasi sumber, teknik.
Trianggulasi sumber digunakan untuk membandingkan data yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
terkumpul dengan para ahli agar memiliki kesamaan pandangan, pendapat, dan
pemikiran. Trianggulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini berupa tuturan dialog interaktif Indonesia Lawyers
Club di TvOne periode Agustus-September 2017. Data setiap percakapan dibagi
menjadi beberapa dialog untuk dianalisis dan dikategorikan ke dalam wujud kode
yang termasuk campur kode ke dalam dan ke luar beserta penyebab, sehingga
didapatkan 89 data yang ditabulasikan. Data tersebut kemudian dianalisis dan
dikategorikan ke dalam jenis kode yang termasuk campur kode ke dalam dan
campur kode ke luar beserta faktor penyebabnya, sehingga data tersebut terbagi
dalam 30 data campur kode ke dalam dan 54 data campur kode ke luar. Dari
keseluruhan data campur kode baik ke dalam maupun ke luar terdapat 5 data yang
pada masing-masing tuturannya termasuk dalam jenis campur kode ke dalam dan
ke luar.
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Wujud Campur Kode ke Dalam (inner Code-Mixing)
Campur kode (code mixing) adalah pemakaian dua bahasa atau lebih
dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa lain secara
konsisten (Pranowo, 1996: 12). Suatu keadaan berubah ketika seorang penutur
mencampur dua atau lebih ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech
act) tanpa ada sesuatu berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu
sendiri itulah yang disebut campur kode (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Fasold (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) mengatakan bahwa campur kode
terjadi apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu bahasa.
Suwito (1983: 76) membedakan campur kode menjadi dua golongan. Yaitu
campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur kode ke dalam adalah
campur kode yang menggunakan bahasa asli dengan segala variasinya. Campur
kode ke dalam terbagi menjadi tiga jenis bentuk penyisipan bahasa dalam
komunikasi. Ketiga penyisipan tersebut adalah penyisipan kata, penyisipan frasa,
dan pengulangan kata. Dari ketiga penyisipan tersebut, masing-masing memiliki
faktor-faktor yang menyebabkan penutur harus menyisipkan kode-kode dalam
berkomunikasi. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 36 data campur kode ke
dalam.
4.2.1.1 Penyisipan Kata
Penyisipan kata yang dimaksud dalam campur kode ini adalah penyisipan
yang menggunakan kata tidak baku, kata yang bercampur dialek, dan kata
yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penyisipan kata
ini digunakan agar mitra tutur mengerti maksud dari apa yang diinginkan
penutur. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 24 data campur kode
penyisipan kata, yaitu sebagai berikut.
1. BSM : “tapi betapapun juga ada konspirasi, tapi kezaliman,
kebiadaban itu ndak boleh berlangsung dong, kita punya sila ke dua
to “Kemanusiaan yang adil dan beradab” jangan diubah menjadi
“Kemanusiaan yang dzholim dan biadab”. (CK/ILC/04/300917)
Konteks : Peristiwa tutur dilakukan oleh tokoh BSM dalam acara
Indonesia Lawyers Club yang tayang pada 1 Agustus 2017. Tokoh
menegaskan argumennya terkait dengan dasar negara Indonesia yang
terdiri dari lima sila. Pada sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang
adil dan beradab” bukan “kemanusiaan yang dzholim dan biadab”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. SS : “Ini yang kita lihat teman-teman di DPR ini
sekarang membuat lembaga DPR ini perkoncoan tidak lagi dia peka
terhadap masyarakat”. (CK/ILC/44/300917)
Konteks : Peristiwa tutur dilakukan oleh tokoh SS dalam acara
Indonesia Lawyers Club yang tayang pada 5 September 2017. Dalam
argumennya tokoh menyindir tentang lembaga DPR yang lebih
mengutamakan pertemanan tanpa memperdulikan masyarakat.
3. HA : “tetapi juga menemukan tingkat kealotan dari masing-
masing peristiwa itu”. (CK/ILC/19/300917)
Konteks : Tokoh HA dalam tuturannya di Indonesia Lawyers Club
menjelaskan tentang tingkat kesusahan atau kerumitan dari masing-
masing peristiwa yang sedang terjadi.
4. NS : “bahwa semua itu tidak menghitung ngawur, saya itu
bermitra dengan Gapoktan. Sehingga kalau jualpun itu akhirnya akan
dibeli orang yang merasa dibelikan itu bisa dikatakan pahlawan, kalau
lagi musim rendeng untuk mendapatkan itu tidak semua orang”.
(CK/ILC/30/300917)
Konteks : Tokoh HA dalam tuturannya menjelaskan bahwa proses
menjual hasil panen dilakukan dengan perhitungan yang benar tidak
hanya asal-asalan dan tidak semua orang bias mendapatkan panenan
itu saat musim hujan.
Data nomor 1 merupakan contoh tuturan campur kode penyisipan kata.
Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan “tapi betapapun juga ada konspirasi, tapi
kezaliman, kebiadaban itu ndak boleh berlangsung dong, kita punya sila ke dua
to” Dalam tuturan tersebut terdapat penyisipan kata ragam tidak baku “ndak”
yang dalam bentuk baku “tidak”. Data nomor 2 merupakan contoh tuturan campur
kode penyisipan kata yang dapat dilihat pada tuturan “Ini yang kita lihat teman-
teman di DPR ini sekarang membuat lembaga DPR ini perkoncoan tidak lagi dia
peka terhadap masyarakat”. Dalam tuturan tersebut terdapat penyisipan kata
“konco” yang dalam bahasa Indonesia berarti “teman”. Data nomor 3 merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
contoh tuturan campur kode penyisipan kata yang dapat dilihat pada tuturan
“tetapi juga menemukan tingkat kealotan dari masing-masing peristiwa itu”.
Dalam tuturan tersebut terdapat penyisipan kata “alot” yang dalam bahasa
Indonesia berarti “liat;tidak mudah putus”. Data nomor 4 merupakam contoh
tuturan campur kode penyisipan kata yang dapat dilihat pada tuturan “bahwa
semua itu tidak menghitung ngawur, saya itu bermitra dengan Gapoktan.
Sehingga kalau jualpun itu akhirnya akan dibeli orang yang merasa dibelikan itu
bisa dikatakan pahlawan, kalau lagi musim rendeng untuk mendapatkan itu tidak
semua orang”. Dalam tuturan itu terdapat penyisipan kata “ngawur” yang dapat
diartikan dalam bahasa Indonesia “asal-asalan” dan penyisipan kata “rendeng”
yang berasal dari bahasa Jawa, dalam bahasa Indonesia berarti musim hujan.
Hal ini sejalan dengan pendapat (Nababan dalam Suandi, 2014: 139)Suatu
keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau
ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam
situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu sendiri.
4.2.1.2 Penyisipan Frasa
Ramlan (1987: 151) mengatakan bahwa frasa isalah satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa.
Dalam campur kode ke dalam, peneliti menemukan penyisipan frasa di dalam
tuturan campur kode dalm Indonesia Lawyers Club. Pada penelitian ini,
peneliti menemukan 2 data campur kode penyisipan frasa, yaitu :
5. KI : “Sujiwo ini bikin cemburu semua laki-laki,
datang dari ndeso bawa sekian banyak, biasanya dia hanya bawa satu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Sujiwo dan Eya Grimonia, selamat wong ndeso”. (CK/
ILC/37/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. KI mengatakan bahwa sosok Sujiwo Tedjo
yang datang dari desa biasanya hanya membawa satu teman, namun
kali ini membawa banyak teman.
6. ST : “apakah kalau tidak ada ya kita bergaul
memperbanyak teman kan itu tugasnya pembukaan undang-undang
dasar akeh e bolo-bolomu, lagipula secara beras kita sudah tidak
punya kebudayaan sekarang”. (CK/ILC/79/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. ST memaparkan argumennya mengenai
beras dengan menggunakan gaya dan bahasa yang berlatar belakang
sebagai seorang seniman.
Data nomor 5 merupakan contoh tuturan campur kode ke dalam penyisipan
frasa. Pada data tersebut, penutur menggunakan frasa dalam bahasa jawa. Penutur
menggunakan frasa “wong ndeso” yang berarti “orang desa”. Data nomor 6
merupakan contoh tuturan campur kode ke dalam penyisipan frasa. Pada data
nomor 6 penutur juga menggunakan frasa dalam bahasa Jawa. Penutur
menggunakan frasa “akeh e bolo-bolomu” yang berarti “banyaknya teman-
temanmu”. Penutur melakukan penyisipan frasa dalam bahasa Jawa karena
bermaksud untuk memberitahukan sesuatu terkait topik pembicaraan. Hal ini
seperti pendapat Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 115) yang menjelaskan
kriteria gramatika campur kode yaitu apabila seseorang menggunakan satu kata
atau frasa darisuatu bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4.2.1.3 Pengulangan Kata
Kata ulang atau reduplikasi adalah satuan gramatik, baik sebagian atau
seluruhnya, baik fonem maupun tidak (Ramlan, 1981: 63). Hasil pengulangan
itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk
dasarnya (Ramlan, 2001: 64). Dalam penelitian ini, peneliti menemukan
adanya pengulangan kata pada tuturan tokoh dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club, pada penelitian ini, peneliti menemukan 6 data
campur kode pengulangan kata, yaitu :
7. KI : “pemirsa kita lanjutkan diskusi kita, harusnya
ke juru bicara KPK Febri Diansyah, tapi karena Buya Safii Maarif
sudah siap di Jogja, kami bergabung dulu dengan pendiri Maarif
Institute Buya Safii Maarif”
BSM : “sampun-sampun, sudah siap saya bung Karni”.
(CK/ILC/03/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. KI sebagai pembawa acara dalam dialog
tersebut menyapa salah seorang tokoh atau narasumber ILC yang
sudah siap menyampaikan argumennya melalui panggilan video
dikarenakan sedang berhalangan hadir langsung di studio.
8. RIK : “yang jelas pada penyiraman tidak ada saksi yang
melihat, jadi yang dimaksud ini adalah sebelum kejadian kurang lebih
kalau di ancer-ancer waktu kejadian 5 menit sebelum kejadian
mereka”. (CK/ILC/10/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. RIK menegaskan bahwa kurang lebih 5 menit
sebelum kejadian penyiraman tidak ada saksi yang melihat.
9. SR : “bahkan kalau kita lihat data dari asosiasi penggilingan
ada kurang lebih 120ribu penggilingan yang ada di indonesia itu
kurang lebih duaribu yang gēdé- gēdé”. (CK/ILC/24/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Maknyus Menuai Kasus. SR dalam tuturannya menjelaskan bahwa
ada kurang lebih 120 ribu penggilingan yang ada di Indonesia itu
kurang lebih dua ribu penggilingan yang besar.
Dari keempat data diatas yang ditemukan, peneliti menemukan adanya
campur kode pengulangan kata. Pengulangan kata yang digunakan dalam tuturan
tersebut adalah pengulangan kata dalam bahasa Jawa. Kata yang diulang yaitu 7)
“sampun-sampun” yang dalam bahasa Indonesia berarti “sudah-sudah”, 8)
“ancer-ancer” yang berarti dalam bahasa Indonesia berarti “kira-kira”, dan 9)
“gēdé- gēdé” yang dalam bahasa Indonesia berarti “besar-besar”. Maksud penutur
menggunakan pengulangan kata dalam tuturannya tersebut adalah untuk
menyampaikan atau memberitahukan sesuatu kepada mitra tutur. Hal ini sejalan
dengan pendapat (Ramlan, 1981: 63) kata ulang atau reduplikasi adalah satuan
gramatik, baik sebagian atau seluruhnya, baik fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan
bentuk dasarnya.
4.2.2 Wujud Campur Kode ke Luar (Outer Code-Mixing)
Suatu keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua atau lebih
bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act) tanpa ada
sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu sendiri
itulah yang disebut campur kode (Nababan dalam Suandi, 2014: 139). Campur
kode ini biasanya terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa
secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsure bahasa lainnya.
Campur kode biasanya terjadi karena ketidaksengajaan dengan suasana baik
formal maupun informal. Campur kode ke luar terbagi menjadi empat jenis bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
penyisipan bahasa dalam komunikasi. Keempat penyisipan tersebut adalah
penyisipan kata, penyisipan frasa, dan pengulangan kata, dan penyisipan Klausa.
Pada penelitian ini, peneliti menemukan 58 data campur kode keluar.
4.2.2.1 Penyisipan Kata
Penyisipan kata yang dimaksud dalam campur kode ini adalah penyisipan
yang menggunakan kata tidak baku, kata yang bercampur dialek, dan kata yang
tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penyisipan kata ini
digunakan agar mitra tutur mengerti maksud dari apa yang diinginkan penutur.
Pada penelitian ini, peneliti menemukan 34 data campur kode penyisipan kata,
yaitu sebagai berikut.
10. KI : “sebelumnya saya minta applause dulu untuk Tata
Janeta yang sudah membawakan lagu Negeri Diatas Awan”.
(CK/ILC/01/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017. KI mengajak
para penonton beserta tokoh-tokoh yang sudah hadir di dalam studio
untuk mengapresiasi Tata Janeta yang sudah membuka acara dengan
menyanyikan lagu Negeri diatas Awan.
11. RM : “Belum ada persiapan karenakan masih sama baby terus
ketika saya sudah siap turun rumah saya sudah banyak orang, ada baju
gamis pak Novel yang sudah basah, ada cangkir atau apa yang sudah
terkena air keras terus saya disuruh segera menyusul pak Novel yang
sudah dibawa ke Rumah Sakit”. (CK/ ILC/13/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesai Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017. RM selaku
isteri dari Novel Baswedan menceritakan tentang peristiwa yang
dialami oleh suaminya setelah shalat subuh.
12. FY : “Kapolri sudah membuka diri, silahkan KPK dalam hal
ini join dalam tim meskipun dia dalam hal umum tidak mempunyai
wewenang”. (CK/ ILC/21/300917)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017. FY
menyarankan kepada KPK untuk bergabung dengan tim penyidik
meskipun tidak mempunyai wewenang dalam hal umum.
13. KZ : “kalau istilah orang-orang Romawi, orang-orang Yunani
namanya Rekonsiasi kita islah saja”. (CK/ILC/88/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 19 September 2017. KZ
memberitahukan istilah Rekonsiasi untuk orang-orang Romawi dan
Yunani.
14. SG : “kalau untuk medium bias kita lihat bahwa dari warna,
bijipun sudah kelihatan, warna agak lebih hitam terus kalau yang
medium dia tingkat brokennya lebih tinggi”. (CK/ILC/77/300917)
Konteks : dalam tuturannya tokoh SG bermaksud menjelaskan
tentang kualitas dari beras yang termasuk dalam ukuran sedang.
Dari kelima data di atas merupakan contoh tuturan campur kode keluar
penyisipan kata. Keempat data tersebut tiga diantaranya menggunakan penyisipan
kata dalam bahasa inggis kemudian salah satu dari data tersebut menggunakan
penyisipan kata dalam bahasa Arab.tuturan yang menggunakan bahasa Inggris
yaitu kata 10) “applause” yang dalam bahasa Indonesia “tepuk tangan”, KI
bermaksud mengajak audiensi, bintang tamu, dan semua orang di dalam studio
untuk mengapresiasi Tata Janeta yang telah membuka acara dengan sebuah lagu.
11) “baby” yang dalam bahasa Indonesia “bayi”, RM bermaksud menceritakan
belum adanya persiapan ketika peristiwa terjadi. 12) “join” yang dalam bahasa
Indonesia “ikut serta”, FY bermaksud memberitahukan sesuatu kepada KPK. 13)
“islah” dalam bahasa Indonesia “perdamaian”, KZ bermaksud memberitahukan
sesuatukepada mitra tuturnya. 14) “broken” dalam bahasa Indonesia yang berarti
“patah”. Dari beberapa data tuturan campur kode diatas, sejalan dengan pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
(Nababan dalam Suandi, 2014: 139) Suatu keadaan berubah ketika seorang
penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa itu sendiri.
4.2.2.2 Penyisipan Frasa
Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi klausa (Ramlan, 1987: 151). Dalam penelitian campur
kode keluar, peneliti menemukan penyisipan frasa pada tuturan tokoh. Pada
penelitian ini, peneliti menemukan 13 data campur kode penyisipan frasa, yaitu
sebagai berikut.
15. NU : “ada semacam fenomena over promotion, promosi yang
sangat proaktif untuk mengajak umat kita untuk Haji, Umroh yang
sangat berlebihan”. (CK/ ILC/52/300917)
Konteks : peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 22 Agustus 2017 dengan tema
First Travel. NU menceritakan tentang agen biro jasa Haji yang sudah
menipunya.
16. DAS : “Faktanya selama ini tetap ada double loyality yang
terjadi, misalnya penyidik-penyidik dari kepolisian biasanya lebih
patuh kepada atasannya di kepolisian”. (CK/ ILC/59/300917)
Konteks : peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 5 September 2017. DAS
menjelaskan bahwa penyidik dari kepolisian lebih patuh kepada
atasannya.
17. AB : “Tetapi pastinya nanti next time kita akan lakukan
pemeriksaan terhadap yang bersangkutan”. (CK/ ILC/66/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesai Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017. AB
menjelaskan bahwa aka nada pemeriksaan terhadap yang
bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
18. TA : “Konsumen yang membeli adalah konsumen yang well
inform dia mungkin melihat karena beberapa lebel beras yang
mengatakan beras cocok untuk diabet”. (CK/ILC/76/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesai Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. TA memberitahukan tentang konsumen yang
paham atau mengerti akan beras.
19. RR : “tiga juta hektar tambahan itu nanti akan membuat
Indonesia bias jadi rice bowlnya Asia Tenggara dan Asia Selatan.
(CK/ILC/78/300917)
Konteks : dalam tuturannya tokoh RR bermaksud memberitahu
keuntungan yang akan diraih oleh Indonesia berkat tiga juta hektar
tambahan tempat untuk menanam padi.
Dari keempat data diatas merupakan contoh campur kode keluar
penyisipan frasa. Pada masing-masing data tersebut, penutur menggunakan frasa
dalam bahasa Inggris, yaitu 15) “Over promotion” dalam bahasa Indonesia yang
berarti “promosi berlebih”. 16) “double loyality” dalam bahasa Indonesia yang
berarti “ loyalitas ganda”. 17) “next time” dalam bahasa Indonesia yang berarti
“lain waktu”. 18) “well inform” dalam bahasa Indonesia yang berarti
“berpengetahuan luas”. 19) “rice bowl” dalam bahasa Indonesia berarti “mangkuk
padi” atau dapat juga diartikan sebagai “lumbung padi”. Dari masing-masing
contoh tuturan tersebut, penutur melakukan penyisipan frasa dalam bahasa asing
bermaksud untuk memberitahukan sesuatu kepada lawan tuturnya. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Fasold (dalam Chaer dan Agustina. 2010:115), menjelaskan
kriteria gramatika campur kode yaitu apabila seseorang menggunakan satu kata
atau frasa dari suatu bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
4.2.2.3 Pengulangan Kata
Pengulangan kata adalah sekelompok kata dalam kalimat yang mengalami
reduplikasi yang berarti bahwa dalam kalimat tersebut terdapat kata-kata yang
diulang. Berdasarkan proses terjadinya, kata ulang bias terjadi menjadi beberapa
bentuk. Misalnya, pengulangan bunyi kata, pengulangan kata semu, pengulangan
kata berimbuhan, dan pengulangan sebagian kata. Menurut (Ramlah, 1981: 63)
kata ulang atau reduplikasi adalah satuan gramatik, baik sebagian atau seluruhnya,
baik fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan
satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya. Dalam penelitaian ini peneliti
menemukan 2 data campur kode keluar pengulangan kata.
20. HA : “Dokter memberikan treatment-treatment, kalau
bahasanya orang jakarta lebih bersosialita, lebih bergaul menikmati
udara keluar menikmti kota”. (CK/ ILC/16/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. HA memberitahukan mengenai penanganan
Dokter terhadap korban Novel Baswedan selama masa penyembuhan.
21. RM : “Alhamdulillah itu setelah diketahui segera ditangani dan
itu sudah tidak ada problem-problem lagi yang terhirup
ditenggorokan dan di paru-paru sudah tidak ada lagi”. (CK/
ILC/12/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. RM menceritakan perkembangan kesehatan
suaminya setelah melewati proses perawatan yang ditangani oleh
Dokter.
Dari dua data diatas merupakan data campur kode ke luar pengulangan
kata yang ditemukan oleh peneliti dalam acara dialog interaktif Indonesia
Lawyers Club. Kata yang diulang yaitu 20) “treatment-treatment”, yang dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
bahasa Indonesia berarti “perlakuan-perlakuan” dan 21) “problem-problem”
yang dalam bahasa Indonesia berarti “masalah-masalah”. Maksud penutur
menggunakan pengulangan kata dalam tuturannya adalah untuk memberitahukan
dan menjelaskan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Ramlan, 1981: 63) kata ulang atau reduplikasi adalah satuan gramatik, baik
sebagian atau seluruhnya, baik fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu
disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya.
4.3 Temuan Tambahan
Selain bentuk campur kode ke dalam dan campur kode keluar, di dalam
penelitian ini juga ditemukan adanya suatu bentuk campur kode yang bahasa
tercampurnya berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Temuan jenis campur
kode ini jumlahnya sangat terbatas, yaitu 5 unsur tercampur.
22. NS : “Di Demak kalau panen raya tidak semua penggilingan
itu mempunyai dryer, itu kadang-kadang sudah panen. Pada saat
jemur boro-boro sinar matahari yang ada hujan”. (CK/
ILC/28/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. NS menceritakan kondisi penggilingan beras
yang tidak semuanya mempunyai fasilitas memadai.
23. SI : “jadi kalau ada harga sembilan ribu
kemudian harga limabelas ribu kan hanya orang mendhem yang
harga beras sembilan ribu dibeli limabelas ribu atau duapuluh ribu.
Kemudian kalau terjadi kartel itu siapa yang mempunyai
kewenangan? Menteri Pertanian ujug-ujug pergi kesana padahal
bukan tugasnya. Tolonglah kalau perkara itu belum jelas jangan over
exposed jangan bergembor-gembor di media karena itu sangat
menggangu”. (CK/ ILC/31/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Maknyus Menuai Kasus. SI menjelaskan tentang permasalahan yang
sedang terjadi di bidang pertanian.
24. RR : “Saya ingat dulu ada mantan presiden kité yang doktor
pertanian. Saya pikir tadinya mau all out dalam bidang pertanian,
ternyata tidak.” (CK/ ILC/35/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. RR menceritakan tentang salah seorang
Kepala Negara yang mempunyai gelar doctor pertanian.
25. RIK : “Kemudian berkaitan dengan masalah-masalah mereka
yang menanyakan sampai dimana sih progresnya kok sepertinya
mandhék, stag, Ini kita sampaikan”. (CK/ ILC/73/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. RIK memberitahukan tentang beberapa
elemen masyarakat yang menanyakan progres dari penyelidikan kasus
yang dialami Novel Baswedan.
26. SS : “Pak Rikwanto boleh mengklaim bahwa pekerjaannya
sudah sedemikian monggo. Ini saya ingat statement dari Kapolda
yang sebelumnya”. (CK/ ILC/75/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017. SS menegaskan
menegaskan argument dari pak Rikwanto.
Data di atas merupakan contoh data campur kode yang bahasa
tercampurnya berasal dari dua bahasa yang ditemukan oleh peneliti pada tuturan
tokoh yang ada dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club.data nomor
22) terdapat kata ”dryer” dan ”boro-boro”, kata “dryer” berasal dari bahasa
Jawa sedangkan kata “boro-boro” berasal dari bahasa Jawa. 23) terdapat kata
“mendhem” berasal dari bahasa Jawa, “ujug-ujug” berasal dari bahasa Jawa, dan
“over exposed” yang berasal dari bahasa Inggris. 24) “kite” berasal dari bahasa
Indonesia dialek Jakarta/Betawi, “all out” berasal dari bahasa Inggris. 25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
“mandhék” berasal dari bahasa Jawa, “stop” berasal dari bahasa Inggris, dan data
26) “monggo” berasal ari bahasa Jawa, “statement” berasal dari bahasa Inggris.
Maksud penutur menggunakan gabungan kata dalam masing-masing contoh data
di atas yang berasal dari dua bahasa yang berbeda sebagai unsur tercampur dalam
tuturannya adalah untuk memberitahukan dan menjelaskan sesuatu kepada mitra
tuturnya.
4.4 Tujuan Campur Kode
Campur kode dilakukan seseorang karena ada beberapa macam tujuan
yang ingin disampaikan dalam suatu tuturan. Penutur tidak asal bertutur dalam
melakukan percampuran bahasa yang digunakan. Berikut adalah beberapa data
yang ditemukan oleh peneliti mengenai tujuan yang ingin disampaikan oleh
penutur.
4.4.1 Tujuan Campur Kode ke Dalam
Campur kode adalah suatu keadaan berubah ketika seorang penutur
mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa itu sendiri (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).
Seorang penutur dalam suatu tindak berbahasa atau melakukan
komunikasi akan mengandun beberapa macam tujuan yang ingin disampaikan
dalam tuturannya. Berikut adalah beberapa data yang ditemukan oleh peneliti
mengenai tujuan yang ingin disampaikan oleh penutur berdasarkarkan wujud
campur kode ke dalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
4.4.1.1 Memberitahukan sesuatu
Campur kode rata-rata terjadi pada saat seseorang melakukan dialog
atau perbincangan dengan lawan tutur menggunakan dua bahasa atau
lebih, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Pada data di bawah
ini dialog terjadi dalam suasana tutur informal. Hal ini dapat dilihat pada
dialog di bawah ini.
27. KI : “pemirsa kita lanjutkan diskusi kita, harusnya
ke juru bicara KPK Febri Diansyah, tapi karena Buya Safii Maarif
sudah siap di Jogja, kami bergabung dulu dengan pendiri Maarif
Institute Buya Safii Maarif”.
BSM : “sampun-sampun, sudah siap saya bung Karni”.
(CK//ILC/03/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. KI sebagai pembawa acara dalam dialog
tersebut menyapa salah seorang tokoh atau narasumber ILC yang
sudah siap menyampaikan argumennya melalui panggilan video
dikarenakan sedang berhalangan hadir langsung di studio.
28. RIK : “yang jelas pada penyiraman tidak ada saksi yang
melihat, jadi yang dimaksud ini adalah sebelum kejadian, kurang
lebih kalau di ancer-ancer waktu kejadian 5 menit setelah kejadian
penyiraman”. (CK/ILC/10/300917)
Konteks : Dalam tuturannya RIK memberitahukan bahwa kejadian
penyiraman tersebut tidak ada saksi yang melihat tepat pada saat
penyiraman terjadi, baru kurang lebih 5 menit kemudian para warga
mengetahui jika ada kejadian penyiraman tersebut.
29. BU : “banyak bapak-bapak kami yang sêpuh-sêpuh tidak
boleh masuk”. (CK/ILC/64/300917)
Konteks : Dalam tuturannya tokoh memberitahu bahwa bapak-
bapak yang sudah tua atau sêpuh tidak boleh masuk kedalam ruangan
dimana sedang berlangsungnya suatu konferensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pada data di atas, penutur menggunakan penyisipan pengulangan kata
yang menyebabkan terjadinya campur kode ke dalam. Data di atas menunjukan
salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam adalah tujuan untuk
memberitahukan sesuatu. Hal tersebut dapat dilihat dari ketiga tuturan tokoh,
BSM yang mengatakan, “sampun-sampun”, dalam tuturan tersebut BSM
menyisipkan pengulangan kata “sampun-sampun” yang dalam bahasa Indonesia
berarti “sudah atau sudah-sudah”. “Ancer-ancer” merupakan penyisipan
pengulangan kata yang dilakukan oleh RIK, yang dalam bahasa Indonesia berarti
“kira-kira atau perkiraan” dan tuturan BU yang mengatakan “sêpuh-sêpuh”
dalam bahasa Indonesia berarti “tua atau tua-tua”. Dalam suasana informal dan
santai, campur kode yang digunakan ketiga tokoh diatas bermaksud ingin
memberitahukan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Nababan (1992) memaparkan pengertian tentang campur kode sebagai
pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu tindak bahasa tanpa ada situasi
yang menuntut percampuran itu. Ditambahkan pula, percampuran bahasa tersebut
disebabkan oleh kesantaian atau kebiasaan yang dimiliki oleh pembicara dan
biasanya terjadi dalam situasi informal.
4.4.1.2 Mempertegas Sesuatu
Peristiwa campur kode ke dalam di bawah ini disebabkan karena
faktor penutur ingin mempertegas sesuatu. campur kode yang terjadi pada
tuturan di bawah ini adalah campur kode penyisipan kata. Percampuran
kode tersebut dapat terjadi karena penutur ingin mempertegas sesuatu
kepada mitra tuturnya. Hal itu dapat dilihat pada data di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
30. BSM : Tapi betapapun juga ada konspirasi, tapi kezaliman,
kebiadapan itu ndak boleh berlangsung dong, kita punya sila ke dua
to “Kemanusiaan yang adil dan beradab” jangan diubah menjadi
“Kemanusiaan yang dzholim dan biadab”. (CK/ILC/04/300917)
Konteks : Peristiwa tutur dilakukan oleh tokoh BSM dalam acara
Indonesia Lawyers Club yang tayang pada 1 Agustus 2017. Tokoh
menegaskan argumennya terkait dengan dasar negara Indonesia yang
terdiri dari lima sila. Pada sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang
adil dan beradab” bukan “kemanusiaan yang dzholim dan biadab”.
Data di atas merupakan peristiwa campur kode ke dalam dengan faktor
penyebab penutur ingin mempertegas sesuatu. Pada data di atas tokoh
menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku. Dalam tuturannya tokoh
menggunakan kata “ndak” yang seharusnya “tidak”. Penyisipan kata yang
digunakan tokoh bermaksud untuk mempertegas tuturannya. Peristiwa campur
kode di atas terjadi dalam suasana serius. Hal ini sejalan dengan pendapat
Nababan (1992) memaparkan pengertian tentang campur kode sebagai
pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu tindak bahasa tanpa ada situasi
yang menuntut percampuran itu.
4.4.1.3 Membangkitkan Rasa Humor
Salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam
adalah untuk membangkitkan rasa humor. (Nababan dalam Suandi, 2014:
139) mengatakan bahwa suatu keadaan berubah ketika seorang penutur
mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa itu sendiri itulah yang disebut campur kode.
Pada peristiwa tutur dibawah ini, peneliti menemukan salah satu faktor
penyebab campur kode adalah untuk membangkitkan rasa humor. Berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
adalah contoh data campur kode ke dalam dengan faktor penyebab untuk
membangkitkan rasa humor.
31. KI : “Sujiwo ini bikin cemburu semua laki-laki, datang dari
ndeso bawa sekian banyak, biasanya dia hanya bawa satu, Sujiwo dan
Eya Grimonia, selamat wong ndeso”. (CK/ ILC/37/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. KI mengatakan bahwa sosok Sujiwo Tedjo
yang datang dari desa biasanya hanya membawa satu teman, namun
kali ini membawa banyak teman.
Pada peristiwa tutur di atas, merupakan salah satu contoh campur kode ke
dalam dengan faktor penyebab untuk membangkitkan rasa humor. Pada
tuturannya, KI menggunakan campur kode penyisipan kata dan penyisipan frasa
dalam bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat pada tuturan “datang dari ndeso bawa
sekian banyak” dan “selamat wong ndeso”. Penyisipan kata “ndeso” dan
penyisipan frasa “wong ndeso” yang dalam bahasa Indonesia berarti “desa” dan
”orang desa”. Dalam tuturannya penutur menggunakan ragam informal dengan
maksud untuk membangkitkan rasa humor. Hal ini sejalan dengan pendapat
Nababan (1992) memaparkan pengertian tentang campur kode sebagai
pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu tindak bahasa tanpa ada situasi
yang menuntut percampuran itu.
4.4.1.4 Menunjukkan Kedekatan Penutur dan Mitra Tutur
Penelitian dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club
ini, peneliti menemukan data campur kode ke dalam dengan faktor
penyebab untuk menunjukkan kedekatan penutur dan mitra tutur. peristiwa
campur kode ini terjadi dalam suasana formal ke informal. Penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku dalam tuturannya. Hal ini
dapat dilihat pada tuturan di bawah ini.
32. RW : “saya tadi hanya menyampaikan bahwa”
SS :“sebentar-sebentar Bro, giliran saya ngomong
kamu diem dulu. Abang ngomong kamu diem”. (CK/ILC/72/300917)
Konteks : Peristiwa tutur dalam acara dialog interaktif Indonesia
Lawyers Club tayang pada 15 Agustus 2017. SS meminta RW
memberikan kesempatan dirinya untuk berbicara.
Data di atas, merupakan data campur kode ke dalam dengan menggunakan
penyisipan kata ragam tidak baku. SS menggunakan kata ragam tidak baku
“diem” yang dalam bentuk baku “diam”. Maksud dari penggunaan kata ragam
tidak baku tersebut adalah untuk menunjukkan kedekatan penutur dengan mitra
tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Nababan (1984), yang mengatakan
campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan keterpelajarannya,
tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan merupakan kata yang tidak
baku atau tidak tepat pengucapannya.
4.4.1.5 Menjelaskan Sesuatu
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode pada data di
bawah ini adalah tujuan untuk menjelaskan sesuatu. Dalam tuturannya,
tanpa disadari bahasa yang dipakai penutur mengalami campur kode
penyisipan kata dalam bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat pada data di
bawah ini.
33. NS : “bahwa semua itu tidak menghitung ngawur, saya itu
bermitra dengan Gapoktan. Sehingga kalau jualpun itu akhirnya akan
dibeli orang yang merasa dibelikan itu bisa dikatakan pahlawan, kalau
lagi musim rendheng untuk mendapatkn itu tidak semua orang”. (CK/
ILC/30/300917)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. NS menejlaskan bahwa perhitungan harga
jual tidak dilakukan secara sembarangan.
Pada data di atas, peneliti menemukan faktor tujuan untuk menjelaskan
sesuatu dalam tuturan tokoh. Tokon bercampur kode menggunakan penyisipan
kata dalam bahasa Jawa “ngawur” yang dalam bahasa Indonesia berarti
“sembarangan” dan “rendheng” yang dalam bahasa Indonesia berarti musim
“penghujan”. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2010) bahwa campur kode
dapat terjadi karena penutur ingin menafsirkan atau menjelaskan sesuatu kepada
mitra tutur.
4.4.2 Tujuan Campur Kode Keluar
Campur kode adalah suatu keadaan berubah ketika seorang penutur
mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa itu sendiri (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan lima faktor penyebab terjadinya
campur kode keluar, yaitu sebagai berikut.
4.4.2.1 Memberitahukan Sesuatu
Menurut Chaer (2010) bahwa campur kode dapat terjadi karena
penutur ingin menafsirkan atau menjelaskan sesuatu kepada mitra
tuturnya. Dalam penelitian ini, penelii menemukan salah satu contoh data
yang mengandung faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu untuk
memberitahukan sesuatu. Pada tuturannya, tanpa disadari bahasa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dipakai penutur mengalami campur kode penyisipan kata dalam bahasa
Inggris. Hal ini dapat dilihat pada data di bawah ini.
34. SS : “Saya tadi sangat prihatin atas pernyataan
saudara Taufik Hadi menyangkut, menghantam personalitynya
saudara Febri dia tidak pantas katanya menjadi juru bicara dan lain-
lain”. (CK/ ILC/45/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 15 Agustus 2017. SS
memberitahukan bahwa beliau tidak setuju dengan pernyataan
saudara Taufik Hadi terhadap saudara Febri.
Pada data di atas, tuturan yang mengandung penyisipan kata dalam bahasa
Inggris “personality” yang dalam bahasa Indonesia berarti “kepribadian”.
Penutur menggunakan kata dalam bahasa Inggris karena bermaksud untuk
memberitahukan sesuatu kepada mitra tuturnya serta ingin menunjukkan
keterpelajarannya dalam menguasai bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Nababan dalam Suandi, 2014: 139) bahwa suatu keadaan berubah ketika seorang
penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa itu sendiri.
4.4.2.2 Menegaskan Sesuatu
Menurut Nababan (1991: 32) campur kode adalah suatu keadaan di
mana orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
bahasa dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran itu. Pada data
campur kode di bawah ini terjadi karena faktor penyebab penutur ingin
menegaskan sesuatu kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
35. NB : “yang dimaksud powerful itu apa, sehingga saya dapat
melihat apakah benar saya sebagaimana definisi itu”. (CK/
ILC/58/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 29 Agustus 2017. NB
menegaskan hal apa yang membuat mitra tutur mempunyai
pandangan tersendiri terhadap NB.
Pada tuturan di atas, tuturan terjadi dalam suasana informal. NB
menggunakan penyisipan kata dalam bahasa Inggris yaitu “powerful” yang
berarti “sangat kuat”. Penyisipan kata dalam bahasa Inggris tersebut dimaksudkan
oleh penutur untuk menegaskan sesuatur. Selain itu, penutur menggunakan
penyisipan kata dalam bahasa Inggris karena penutur ingin menunjukkan
keterpelajarannya dalam berbahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Nababan,
(1984) yang mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin
menunjukkan keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang
diucapkan tidak baku atau tidak tepat penggunaannya.
4.4.2.3 Menjelaskan Sesuatu
Penyebab campur kode muncul biasanya karena penutur dan mitra
tutur menyisipkan bahasa asing atau ragam bahasa yang tidak baku dalam
tuturannya. Seperti yang dikatakan oleh Nababan (1991: 32) bahwa
campur kode adalah suatu keadaan di mana orang mencampur dua bahasa
atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa dalam situasi berbahasa
yang menuntut percampuran itu. Pada percakapan di bawah ini, campur
kode terjadi karena faktor penyebab penutur ingin menjelaskan sesuatu
kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
36. DAS : “Faktanya selama ini tetap ada double loyality yang
terjadi, misalnya penyidik-penyidik dari kepolisian biasanya lebih
patuh kepada atasannya di kepolisian”. (CK/ ILC/59/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 5 September 2017. DAS
menjelaskan bahwa penyidik dari kepolisian lebih patuh kepada
atasannya.
Pada data di atas, tuturan terjadi dalam suasana informal ke formal.
Penutur menggunakan penyisipan frasa dalam bahasa Inggris yaitu “double
loyality” yang berarti “loyalitas ganda”. Penyisipan frasa dalam bahasa asing
tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu yang ingin disampaikan
penutur. Penutur menggunakan frasa tersebut karena juga ingin menunjukkan
keterpelajarannya dalam berbahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Nababan,
(1984) yang mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin
menunjukkan keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang
diucapkan tidak baku atau tidak tepat penggunaannya.
4.4.2.4 Menghormati Lawan Tutur
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode pada data di
bawah ini adalah tujuan untuk meenghormati lawan tutur. Dalam
tuturannya, tanpa disadari bahasa yang dipakai penutur mengalami campur
kode penyisipan kata dalam bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat pada data
di bawah ini.
37. HA : “Saya minta maaf ke teman-teman penyidik, saya tahu
penyidik kerja udah tidak pulang barangkali dari airport langsung
verivikasi ke mana crosscheck dari saksi dan ke yang lain-lain”.
(CK/ILC/17/30092017)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club tayang pada 15 Agustus 2017. HA meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
maaf terhadap teman-teman penyidik dan menghargai tanggung jawab
dan kerja keras penyidik dalam melakukan pekerjaannya.
Peristiwa tutur di atas terjadi dalam suasana informal ke formal. Tuturan
yang mengandung penyisipan kata dalam bahasa Inggris “airport” dalam bahasa
Indonesia berarti “lapangan terbang/bandara” dan “crosscheck” atau dalam
bahasa Indonesia berarti “pemeriksaan kembali”. Penutur menggunakan
penyisipan tersebut karena bermaksud untuk menghormati lawan tuturnya.
Campur kode keluar ini sejalan dengan pendapat dari (Nababan dalam Suandi,
2014: 139) bahwa suatu keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua
atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act)
tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa
itu sendiri.
4.4.2.5 Sekadar Bergaya atau Bergengsi
Pada data di bawah ini, tuturan yang ditemukan oleh peneliti dalam
acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club menunjukkan sebagai
faktor sekedar bergengsi yang menyebabkan munculnya campur kode.
Walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik,dan faktor sosio-situasional
tidak mengahrapkan adanya campur kode atau terjadinya campur kode,
sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung dan
cenderung tidak komunikatif.gejala seperti ini banyak ditemukan pada
gaya bahasa anak remaja atau selebritis. Campur kode dapat terjadi apabila
penutur kesulitan menyampaikan kata yang ingin disampaikan pada mitra
tutur (Nababan, 1984). Pada data di bawah ini, penutur menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
penyisipan kata untuk sekedar bergengsi. Hal tersebut dapat dilihat pada
data di bawah ini.
38. ES : “kalau tidak dicopot saya minta pertanggung
jawaban kepada klien saya, you harus tanggungjawab dimana uang
itu”. (CK/ ILC/50/300917)
Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lwyers Club tayang pada 22 Agustus 2017. ES akan
meminta pertanggung jawaban dari kliennya dan akan meminta
uangnya kembali.
Data di atas merupakan contoh peristiwa tutur campur kode keluar dengan
faktor penyebab untuk sekedar bergengsi. Dalam suasana tuturan formal ke
informal. Maksud penutur menggunakan penyisipan kata tersebut untuk sekedar
bergengsi pada mitra tuturnya. Penggunaan kata “you” menunjukkan bahwa hal
tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nababan, (1984) yang
mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan
keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan tidak baku
atau tidak tepat penggunaannya.
4.5 Pembahasaan
Dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club yang tayang di TV
One, peneliti menemukan campur kode. Pada acara tersebut peneliti banyak
mendapatkan informasi baru, penejelasan mengenai suatu topik hangat yang
sedang dibicarakan, pro dan kontra dalam suatu kasus di Indonesia dan lain
sebagainya. Data campur kode ke dalam berjumlah 30 data, campur kode keluar
sebanyak 54 data, dan 5 data untuk unsur tercampur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club, menemukan
beberapa tujuan terjadinya campur kode. Terdapat 23 data campur kode keluar
dengan tujuan untuk memberitahukan sesuatu, 8 data dengan tujuan mempertegas
sesuatu, 21 data dengan tujuan menjelaskan sesuatu, 1 data dengan tujuan
menghormati lawan tutur, dan 1 data dengan tujuan sekedar bergengsi.
Sedangkan dalam campur kode kedalam terdapat 14 data dengan tujuan
memberitahukan sesuatu. 5 data dengan tujuan mempertegas sesuatu, 1 data
dengan tujuan membangkitkan rasa humor, 1 data dengan tujuan menunjukkan
kedekatan penutur dengan mitra tutur, dan 9 data dengan tujuan menjelaskan
sesuatu. Untuk mengkaji tuturan-tuturan yang mengandung campur kode dalam
acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club peneliti menggunakan teori dari
Pranowo, Abdul Chaer, Suandi, Fasold, dan Nababan.
Dialog interaktif Indonesia Lawyers Club merupakan salah satu program
yang ada di TV One. Indonesia Lawyers Club mulai pertengahan tahun 2017
tayang seminggu sekali dengan menyuguhkan tema yang berbeda setiap
episodenya. Tema yang diangkat dalam Indonesia Lawyers Club ini selalu topik
dan isu yang sedang hangat diperbincangkan dikalangan masyarakat. Topik yang
diangkat dalam ILC ini tidak lepas dari masalah-masalah yang ada di Indonesia,
seperti kasus di bidang politik, hokum, ekonomi, dan lain sebagainya.
Campur kode merupakan salah satu ruang lingkup sosiolinguistik yang
tidak lepas dari konteks. Konteks adalah latar belakang pengetahuan yang sama-
sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang memungkinkan mitra tutur untuk
memperhitungkan tuturan dan memaknai arti tuturan dari si penutur (Grice dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Rusminto, 2015: 50). Dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club,
untuk memahami setiap tututran tokoh dalam acara tersebut, setiap tokoh harus
memahami setiap konteks tuturan yang ada.
Menurut Fasold (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) yang mengatakan
bahwa campur kode terjadi apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa
dari satu bahasa. Selain itu, Suwito (1983:76) membedakan campur kode menjadi
dua golongan, yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode
keluar (outer code mixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode yang
menggunakan bahasa asli dengan segala variasinya, dan campur kode keluar
adalah campur kode yang menggunakan bahasa asing. Kemudian, Nababan
(1984) mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin
menunjukkan keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang
diucapkan merupakan kata yang tidak baku atau tidak tepat pengucapannya.
Dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club, peneliti
menemukan tujuan terjadinya campur kode yang dibagi menjadi tujuan campur
kode ke dalam dan tujuan campur kode keluar. Pada campur kode kedalam,
tujuan yang ditemukan peneliti dalam penelitiannya adalah tujuan untuk
memberitahukan sesuatu, mempertegas sesuatu, membangkitkan rasa humor,
menunjukkan kedekatan dengan mitra tutur, dan untuk menjelaskan sesuatu.
Kemudian tujuan terjadinya campur kode keluar adalah tujuan untuk
memberitahukan sesuatu, mempertegas sesuatu, menjelaskan sesuatu,
menghormati lawan tutur, dan untuk sekadar bergaya atau bergengsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan temuan penelitian campur kode dalam dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club periode Agustus-September 2017, maka dikemukakan
simpulan sebagai berikut.
1. Wujud campur kode pada tuturan tokoh dalam acara dialog interaktif
Indonesia Lawyers Club periode Agustus-September 2017 terbagi dalam 3
jenis yaitu campur kode kedalam, campur kode keluar dan temuan
tambahan yakni campur kode campuran. Dalam penelitian ini campur kode
ke dalam dan campur kode keluar terbagi menjadi tiga jenis bentuk
penyisipan bahasa dalam komunikasi. Penyisipan yang ditemukan berupa
penyisipan kata, penyisipan frasa, dan pengulangan kata. Dalam campur
kode campuran peneliti menemukan tiga jenis bentuk penyisipan bahasa
dalam komunikasi, yaitu penyisipan kata dan pengulangan kata,
penyisipan kata dan penyisipan frasa, kemudian penyisipan kata.
2. Campur kode memiliki fungsi terkait dengan tujuan berkomunikasi.
Dalam kegiatan komunikasi pada masyarakat multilingual, campur kode
pada umumnya dialkukan untuk suatu tujuan. Penelitian ini peneliti
menemukan beberapa tujuan terjadinya campur kode pada tuturan tokoh
dalam acara Indonesia Lawyers Club. Temuan itu sebanyak tujuh tujuan
terjadinya campur kode, diantaranya adalah untuk memberitahukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
sesuatu, mempertegas sesuatu, menjelaskan sesuatu, menghormati lawan
tutur, menunjukkan kedekatan dengan mitra tutur, membangkitkan rasa
humor, dan sekedar bergengsi.
Tujuan penggunaan campur kode yang dipaparkan diatas barulah
sebagian. Sebuah penelitian/kajian sosiolinguistik yang lebih khusus, dapat
memberikan gambaran lebih banyak tentang berbagai tujuan campur kode, serta
berbagai implikatur lainnya yang terkandung dalam sebuah peristiwa tutur.
Keberagaman jenis campur kode dapat dilihat melalui analisis data berupa
tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh dalam acara tersebut. Hasil
analisis menunjukkan bahwa wujud campur kode berdasarkan teori dari Pranowo,
Nababan, Fasold, Abdul Chaer, dan Suwito dapat ditemukan melalui dialog
interaktif Indonesia Lawyers Club. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa penggunaan campur kode dalam dialog interaktif Indonesia
Lawyers Club tersebut digunakan penutur untuk membahas topik permasalahan
atau mengemukakan pendapat yang diangkat dalam dialog tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian dengan judul
“Analisis Campur Kode Dalam Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club
TvOne Periode Agustus- September 2017”, masih banyak fenomena kebahasaan
yang belum banyak diteliti dalam acara dialog interaktif tersebut, karena peneliti
hanya terfokus meneliti campur kode dalam acara tersebut yaitu mengenai bentuk
campur kode dan penyebab terjadinya campur kode. Peneliti menyarankan agar :
1. Peneliti lanjutan dapat meneliti mengenai ciri alih kode, tujuan alih
kode dan pola interaksi alih kode atau fenomena campur kode, prinsip
kesantunan, prinsip kerjasama, dan yang lainnya yang ada dalam acara
dialog interaktif Indonesia Lawyers Club sesuai dengan kebutuhan
peneliti dan menunjang sebagai penelitian kajian sosiolinguistik.
2. Dalam penelitian ini peneliti menemukan data campur kode yang
bahasa tercampurnya berasal dari dua bahasa yaitu bahasa Jawa dan
bahasa Inggris. Diharapkan peneliti lanjutan dapat menemukan
temuan-temuan lain agar dapat menyempurnakan penelitian terdahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, dan Alek Abdullah. 2013. Linguistik Umum. Jakarta:
Erlangga.
Alawiyah, Astuti. 2016. Alih Kode dan Campur Kode dalam Acara
dalam Acara Talk Show Just Alvin Di Metro TV dan
Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
Alwasilah, Chaedar. 1985. Sosiologi bahasa. Bandung: Angkasa.
Aslinda & Syafyaha, Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik.
Bandung: PT Refika Aditama.
Aslinda & Syafyaha, Leni. 2010. Sosiolinguitisk. Bandung: Refika
Aditama.
Chaer, Abdul dan Agustina Leoni. 2004. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Chaer, Abdul dan Agustina Leoni. 2010. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Ekaristi, Nur Vicincia. 2004. Campur Kode dalam Novel Belantik
Karya Ahmad Tohari. (Skripsi). Yogyakarta: Sanata Dharma.
Keraf, Gorys. 1984. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.
Ende: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta:
Gramedis Pustaka Utama.
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Nababan, PWJ. 1984. Sosiolinguistik;suatu pengantar. Jakarta: PT
Gramedia.
Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa
Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Poedjosoedarmo, Supomo. 1986. ”Kode dan Alih Kode”.
Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.
Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Putranto, Eka Yemi. 2012. Campur Kode Tuturan Guru Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas I, II, III SD Negeri
Banyuraden, Gamping, Sleman Tahun Ajaran 2010/2011.
(Skripsi). Yogyakarta: Sanata Dharma.
Rahardi, Kunjana. 2010. Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan
Alih Kode. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Rusminto, Nurlaksana E. 2015. Analisis Wacana: Sebuah kajian
Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suandi, I Nengah. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik (Teori dan
Problem). Surakarta: Henary Offiset.
Wasesa, Sinung Lebda. 2010. Campur Kode Dalam Iklan Majalah
Hai. (Skripsi). Yogyakarta: Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BIOGRAFI PENULIS
Faradhita Dian Maharani lahir di Sleman, 23
Januari 1995 dari pasangan Bapak Sugiyanto dan Ibu
Tukinah. Beralamat di Sidorejo, Caturharjo, Sleman,
Yogyakarta. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri Bintaos
pada tahun 2001-2006. Pada tahun 2007-2009, ia melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMP N 1 Tepus. Selanjutnya, pada tahun 2010-2012 ia
menempuh pendidikan menengah kejuruan di SMK N 3 Wonosari, Yogyakarta.
Pada tahun 2013, ia tercatat sebagai mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata
Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Analisis
Campur Kode Dalam Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club TV One Periode
Agustus-September 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
TRIANGULASI HASIL PENELITIAN
ANALISIS CAMPUR KODE DALAM DIALOG INTERAKTIF INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE
PERIODE AGUSTUS-SEPTEMBER 2017
Triangulator dimohon untuk memeriksa kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data. Triangulator yang
dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang sosiolinguistik.
Petunjuk pengisian :
1. Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang (√ ) pada kolom setuju atau tidak setuju berdasarkan jenis dan faktor penyebab
campur kode dalam tuturan tokoh-tokohIndonesia Lawyers Club.
2. Triangulator dimohon untuk memberikan kritik dan saran pada kolom komentar.
Keterangan :
CK : Campur Kode
ILC : Indonesia Lawyers Club
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
No No. Data Tuturan Perubahan
Kode
Jenis
Campur
Kode
Faktor
Penyebab
dan
Tujuan
Campur Kode
Indikator Konteks
Situasi
Triangul
a-tor
Komentar
I E S TS
1. CK/ILC/
01/30091
7
KI : “sebelumnya
saya minta
applause dulu
untuk Tata Janeta
yang sudah
membawakan
lagu Negeri
Diatas Awan”.
Penyisipan
kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menggunakan
bahasa Inggris
untuk
mengapresiasi
Tata Janeta
yang sudah
menyanyikan
lagu berjudul
Negeri diatas
Awan.
Membahas
tentang topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai.
√
2 CK/ILC/
02/30091
7
KI : “malam ini
terpaksa saya
jelaskan karena
banyak banget
yang bertanya,
bahwa yang
benar,
narasumber untuk
beras tersebut
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menegaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menegaskan
sesuatu yang
dalam
tuturannya
terdapat
bahasa
asingnya.
Membahas
tentang topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai.
√
TABULASI CAMPUR KODE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
yang udah
conform sampai
hari minggu
kemarin pada
senin pagi
mengatakan
bahwa persoalan
sudah selesai”.
3 CK//ILC/
03/30091
7
KI :
“pemirsa kita
lanjutkan diskusi
kita, harusnya ke
juru bicara KPK
Febri Diansyah,
tapi karena Buya
Safii Maarif
sudah siap di
Jogja, kami
bergabung dulu
dengan pendiri
Maarif Institute
Buya Safii
Maarif”.
BSM :
“sampun-
sampun, sudah
siap saya bung
Karni”.
Penyisipan
pengulanga
n kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam tuturan
Buya Safii
Maarif
menggunakan
pengulangan
kata dalam
bahasa jawa
yaitu
“sampun-
sampun” yang
menunjukkan
munculnya
campur kode.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
4 CK/ILC/
04/30091
7
BSM : “tapi
betapapun juga
ada konspirasi,
tapi kezaliman,
kebiadapan itu
ndak boleh
berlangsung
dong, kita punya
sila ke dua to
“Kemanusiaan
yang adil dan
beradab” jangan
diubah menjadi
“Kemanusiaan
yang dzholim dan
biadab”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertegas
sesuatu
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menegaskan
sesuatu dengan
menggunakan
kata dalam
bahasa tidak
baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius.
√
5 CK/
ILC/05/3
00917
BSM : “pulihkan
kembali,
walaupun
kemarin kritik
luar biasa banyak
sekali, macam-
macam ada e-ktp,
ada simulasi SIM,
apa ndak kapok-
kapoknya kita
berbuat jahat”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertegas
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menegaskan
sesuatu
menggunakan
kata ragam
tidak baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
6 CK/
ILC/06/3
00917
FD : “ya
memang
kewenangan ada
di Polri saya kira,
namun kemarin
ketika presiden
memanggil kalau
memang ada
kebijakan-
kebijakan lain
sesuai dengan
peraturan UU
yang berlaku bagi
kami di KPK
tentu saja poin
yang paling
penting adalah
agar pelaku
penyerangan itu
memang bisa
diungkap segera
dan diproses
sehingga kita bisa
tahu sebenarnya
siapa
mastermeind
dari peristiwa
tersebut”.
Penyisipn
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menggunakan
bahasa asing di
tengah-tengah
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
7 CK/
ILC/07/3
00917
KI :
“hari-hari terakhir
ada
perkembangan
bahwa Tito
dipanggil ke
istana oleh
Presiden.
Mungkin pak
Rikwanto udah
dapat briefing
dari kapolri, apa
yang dibahas
dengan
Presiden?”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertegas
sesuatu
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menggunakan
kata tidak baku
dan bahasa
asing dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
8 CK/
ILC/08/3
00917
RIK : “setelah
kembali penyidik
langsung mencari
siapa yang
dimaksud saksi
kunci, dan
memang
ditemukan, kita
melakukan
pemeriksaan
terhadap yang
bersangkutan, kita
melakukan
crosscheck dan
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menggunakan
bahasa asing
dan kata tidak
baku dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
sebagainya
akhirnya kita
makin mendapatkan
gambaran jelas
tentang peristiwa
yang ada”.
9 CK/
ILC/09/3
00917
RIK : “ini kita
sampaikan,
memang dalam
proses penyidikan
itu kita urut
timelinenya
seolah-olah
tanggal 1 kita
melakukan apa, 2
melakukan apa, 3
melakukan apa,
terus ada terus
tidak”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dengan
menggunakan
bahasa asing.
Membahas
tentang topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
10 CK/
ILC/10/3
00917
RIK :
“yang jelas pada
penyiraman tidak
ada saksi yang
melihat, jadi yang
dimaksud ini
adalah sebelum
kejadian kurang
lebih kalau di
Penyisipan
Pengulanga
n Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
menggunakan
pengulangan
kata dalam
bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam situasi
santai tapi
serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
ancer-ancer waktu kejadian 5
menit sebelum
kejadian
penyiraman”.
11 CK/
ILC/11/3
00917
AY : “kita gelar
kembali kita
lakukan kembali,
jadi kita tidak ada
bosennya kita
menerima
informasi dari
msayarakat
karena kita buka
semua apa yang
kita lakukan”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertegas
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
mempertegas
sesuatu dengan
menggunakan
bahasa Jawa.
Membahas
topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
12 CK/
ILC/12/3
00917
RM :
“Alhamdulillah
itu setelah
diketahui segera
ditangani dan itu
sudah tidak ada
problem-
problem lagi
yang terhirup
ditenggorokan
dan di paru-paru
sudah tidak ada
lagi”.
Penyisipan
Pengulanga
n Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu
menggunakan
pegulangan
kata dalam
bahasa Inggis.
Membahasa
topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
13 CK/
ILC/13/3
00917
RM : “belum ada
persiapan
dikarenakan
masih sama baby
terus ketika saya
sudah siap turun
rumah saya sudah
banyak orang, ada
baju gamis pak
Novel yang sudah
basah, ada
cangkir atau apa
yang sudah
terkena air keras
terus saya disuruh
segera menyusul
pak Novel yang
sudah dibawa ke
Rumah Sakit”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dengan
menggunakan
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
14 CK/
ILC/14/3
00917
DM : “Pak Novel
beberapa waktu
yang lalu di
media televisi
ataupun secara
gamblang beliau
sampaikan bahwa
ada seorang
pamen dari
Mabes Polri yang
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dengan
menggunakan
bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
menyerahkan
pamen Densus
Mabes Polri”.
15 CK/
ILC/15/3
00917
DM : “kemudian
kami juga tindak
lanjuti dengan
kemudian datang
ke TKP dan
dibackup oleh
senior-senior
kami dan teman-
teman kami dari
wilayah maupun
Bareskrim dan
Mabespolri”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dengan
menggunakan
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
16 CK/
ILC/16/3
00917
HA : “Dokter
memberikan
treatment-
treatment, kalau
bahasanya orang
jakarta lebih
bersosialita, lebih
bergaul
menikmati udara
keluar menikmti
kota”.
Penyisipan
Pengulanga
n Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dengan
menggunakan
pengulangan
kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
17 CK/
ILC/17/3
00917
HA : “saya minta
maaf ke teman-
teman penyidik,
saya tahu
penyidik kerja
udah tidak pulang
barangkali dari
airport langung
verikasi ke mana
crosscheck dari
saksi dan ke yang
lain-lain”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menghormati
lawan tutur.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menggunakan
bahasa Inggris
dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
18 CK/
ILC/18/3
00917
HA : “saya
melihat langsung
kemarin press
conferencenya
Kapolri setelah
selesai bertemu
dengan Presiden”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dengan
menggunakan
bahasa Inggris
di tengah-
tengah tuturan
dengan bahasa
Indonesianya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
19 CK/
ILC/19/3
00917
HA : “tetapi juga
menemukan
tingkat kealotan
dari masing-
masing peristiwa
itu.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dengan
terdapatsisipan
kata bahasa
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Jawa dalan
tuturannya.
20 CK/
ILC/20/3
00917
DA :
“perkembangan
kesehatannya
justru
menunjukkan
trend yang sangat
positif. Karena
itulah ada
penjagaan secara
intens di
lingkungan
tempat tinggal
Novel”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dengan
menggunakan
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
21 CK/
ILC/21/3
00917
FY : “Kapolri
sudah membuka
diri, silahkan
KPK dalam hal
ini join dalam tim
meskipun dia
dalam hal umum
tidak mempunyai
wewenang”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertegas
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dengan
menggunakan
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
22 CK/
ILC/22/3
00917
SS :
“sementara di
tingkat midleman
itu mendapat
sampai 330 juta
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dengan
menggunakan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
setahun. Memang
ternyata ada juga
fleksibilitas
mereka di
masing-masing
region itu tapi
tetap saja harga
tidak bisa
kompetitif”.
bahasa Inggris
di tengah-
tengah
tuturannya
yang
menggunakan
bahasa
Indonesia.
santai.
23 CK/
ILC/23/3
00917
SW : “kita
berharap kasus ini
menjadi
momentum untuk
kita bersama-
sama seluruh
stake holder menata
perberasan kita”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu
menggunakan
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius.
√
24 CK/
ILC//24/
300917
SR : “bahkan
kalau kita lihat
data dari asosiasi
penggilingan ada
kurang lebih
seratus duapuluh
ribu penggilingan
yang ada di
Indonesia itu
Penyisipan
Pengulanga
n Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu
menggunakan
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkanpe
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kurang lebih
duaribu yang
gēdé- gēdé”.
ngulangan kata
dalam bahasa
Jawa.
25 CK/
ILC/25/3
00917
SD :
“harga penetapan
pemerintah itu
namanya sale
price flor price”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberikan
suatu
informasi
tentang harga
penetapan
pemerintah
menggunakan
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai
√
26 CK/
ILC/26/3
00917
MD :
“kalau
penggilingan pada
tradisional yang
kecil itu tingkat
pecahnya tinggi
headnya itu
kurang lebih
hanya 45%”.
MD : “untuk itu
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu
menggunakan
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
beberapa kata
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
penggilingan padi
apapun dia tidak
akan bisa
bersaing apapun
itu karena dilihat
dari technical
tadi teknologinya.
Untuk itu juga
agar mereka tetap
bisa survive
mungkin juga ada
solusi. Apakah
perlu mereka
diberikan subsidi
oleh pemerintah
agar penggilingan
padi itu bisa
survive yang
kecil khususnya”.
dalam bahasa
Inggris.
27 CK/
ILC/27/3
00917
MD : “berikutnya
perlu dipikirkan
rice to rice, jadi
mungkin
penggilingan pada
yang kecil itu
cukup dia pecah
kulit. Selanjutnya
untuk pecah kulit
Penyisipan
Frasa dan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu
menggunakan
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
menuju ke glossy
sampai dengan
beras itu
kondisinya
mengkristal.
Sekarang sudah
jadi passion saya
itu ya”.
beberapa frasa
dan kata dalam
bahasa Inggris.
28 CK/
ILC/28/3
00917
NS : “di
Demak kalau
panen raya tidak
semua
penggilingan itu
mempunyai
dryer, itu
kadang-kadang
sudah panen.
Pada saat jemur
boro-boro sinar
matahari yang ada
hujan”.
Penyisipan
Kata dan
Pengulanga
n Kata
√ √ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberikan
suatu
informasi
menggunakan
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris
dan
pengulangan
kata dalam
bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
29 CK/
ILC/29/3
00917
NS : “munafik
hadirnya, wong
ternyata memang
mohon maaf
sekali lagi, pabrik
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu
menggunakan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
besar datang itu
pasti ada ijinnya”.
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Jawa.
serius.
30 CK/
ILC/30/3
00917
NS : “bahwa
semua itu tidak
menghitung
ngawur, saya itu
bermitra dengan
Gapoktan.
Sehingga kalau
jualpun itu
akhirnya akan
dibeli orang yang
merasa dibelikan
itu bisa dikatakan
pahlawan, kalau
lagi musim
rendeng untuk
mendapatkn itu
tidak semua
orang”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu
menggunakan
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
sanatai tapi
serius.
√
31 CK/
ILC/31/3
00917
SI : “jadi
kalau ada harga
sembilan ribu
kemudian harga
limabelas ribu
Penyisipan
Kata dan
Penyisipan
Pengulanga
n Kata
√ √ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu
menggunakan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
kan hanya orang
mendhem yang
harga beras
sembilan ribu
dibeli limabelas
ribu atau
duapuluh ribu.
Kemudian kalau
terjadi kartel itu
siapa yang
mempunyai
kewenangan?
Menteri Pertanian
ujug-ujug pergi
kesana padahal
bukan tugasnya.
Tolonglah kalau
perkara itu belum
jelas jangan
overexposed
jangan
bergembor-
gembor di media
karena itu sangat
menggangu”.
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Jawa,
bahasa Inggris
dan
menyisipkan
pengulangan
kata dalam
bahasa Jawa.
serius tapi
santai.
32 CK/
ILC/32/3
00917
AS :
“apakah misalnya
Buya safii sudah
melakukan
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertegas
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menegaskan
sesuatu dengan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
surveillance terhadap
produknya PT
Ibu. Kalau dia
melakukan
surveillance apakah ada
ketidak sesuaian,
apakah ada
potensi unsur-
unsur pidana
disana. Kalau
ditemukan gejala
seperti itu apakah
ada regulasi yang
mengatur mereka
harus mereport
kepada
kepolisian”.
mengulang-
ulang kata “
apakah”
dalam
tuturannya dan
menggunakan
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris.
suasana
serius.
33 CK/
ILC/33/2
00917
Prof. HD :
“bukan untuk
membuat
rengginan, bukan
untuk membuat
ketupat, bukan
untuk membuat
lontong dan lain-
lain sebagai
intermediate atau
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dalam bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
untuk membuat
kukis dan lain
sebagainya. Tapi
saya lihat dari sisi
gizinya next slide
saja, itukan
didalam tabel gizi
ada informasi
nilai gizi”.
34 CK/
ILC/34/3
00917
RR :
“Pejabat bulognya
kagak tahu,
menterinya kagak
tahu, 2-3 tahun
yang lalu”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dengan
menyisipkan
kata ragam
tidak baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
35 CK/ILC/
35/30091
7
RR : “saya ingat
dulu ada mantan
presiden kité
yang doktor
pertanian. Saya
pikir tadinya mau
all out dalam
bidang pertanian,
ternyata tidak.”
Penyisipan
Kata dan
Penyisipan
Frasa
√ √ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
Kata dari
bahasa daerah
Betawi dan
menyisipkan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
frasa dalam
bahasa Inggris.
36 CK/
ILC/36/3
00917
ST : “ulu yang
namanya beras itu
harus dimasak di
dandhang, saya
tanya ke orang-
orang kimia apa
artinya
dandhang, ditus
artinya air itu
netes sehingga
kadar gulanya
turun”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
Kata dalam
bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
37 CK/
ILC/37/3
00917
KI : “Sujiwo ini
bikin cemburu
semua laki-laki,
datang dari ndeso
bawa sekian
banyak, biasanya
dia hanya bawa
satu, Sujiwo dan
Eya Grimonia,
selamat wong
ndeso”.
Penyisipan
frasa
√ Untuk
membangkitkan
rasa Humor.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
berusaha
membangkitka
n rasa humor
dengan
menggunaka
tuturan dengan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
38 CK/
ILC/38/3
00917
BS : “kunjungan
Raja Salman ke
Indonesia sebagai
headline, koran
Tempo memasang
headline yang
berjudul “Data
pribadi rawan
bocor”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
ansesuatu
dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
Kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
39 CK/
ILC/39/3
00917
BS : “kepada pak
Johanes Marliem
untuk wawancara
melalui facetime
karena kami bisa
mengecek
wajahnya. Dari
komunikasi audio
visual itu
kemudian kami
mengcapture lalu
kami kirimkan
kepada orang-
orang yang sudah
bertemu”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
Kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
40 CK/
ILC/40/3
00917
BS : “jadi lima
ratus empat puluh
miliyar ini adalah
dana rekaman
sorry dana yang
menurut dia.
Menurut dia fee
dari rekaman
setiap sidik jari
yang kita rekam”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
dalam bahasa
Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
41 CK/
ILC/41/3
00917
RR : “sekaligus
mungkin akan
menjadi semacam
warning bahwa
hal-hal yang
berkaitan dengan
e-ktp ini”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
Kata dari
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
42 CK/
ILC/42/3
00917
FH : “ada
bagi-bagi uang
bancakan uang
sebesar 2,3
Triliyun pada
periode
september-
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
oktober 2010”. menyisipkan
Kata dari
bahasa Jawa.
43 CK/
ILC/43/3
00917
PRG :
“kalau saya
bandingkan
dengan kasus
yang sekarang
kita banyak
bercerita tentang
behind scene
daripada kasus
ini. Sekalipun
rekaman itu sudah
dibuka di
pengadilan tidak
automatic
rekaman itu suatu
barang bukti yang
tidak bisa diolah”.
Penyisipan
Frasa dan
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
frasa dan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
44 CK/
ILC/44/3
00917
SS : “ini
yang kita lihat
teman-teman di
DPR ini sekarang
membuat lembaga
DPR ini
perkoncoan tidak
lagi dia peka
terhadap
Penyisipan
Kata
√ Untuk
meberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menginformasi
kan sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
Kata
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
masyarakat”. menggunakan
bahasa Jawa.
45 CK/
ILC/45/3
00917
SS : “saya tadi
sangat prihatin
atas pernyataan
saudara Taufik
Hadi
menyangkut,
menghantam
personalitynya
saudara Febri dia
tidak pantas
katanya menjadi
juru bicara dan
lain-lain”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menginformasi
kan sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
46 CK/46/3
00917
AD : “tidak ada
keinginan untuk
turutlah sharing
dalam konteks
duka yang
kontruktiflah. Di
Indonesia
mengedepankan
privacy ride
dikatakan sama
pak Marliem
seperti itu”.
Penyisipan
Kata dan
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
Kata dan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
47 CK/47/3
00917
HH : : “kemudian
kita cari-cari info,
kita tanya sana-
sini kemudian
kita push agent,
kita cari informasi
kapan kita
berangkat.
Kemudian last
minute sampai
dengan tanggal 8
akhirnya tidak
ada info jadwal
perjalanannya”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
48 CK/
ILC/48/3
00917
MT :
“akhirnya di
bulan Januari kita
melihat tidak ada
pemberangkatan
karena high
season katanya”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menginformasi
kan sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
49 CK/
ILC/49/3
00917
AR :
“maksud saya ini
juga harus ada
treatment dan
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertegas
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menegaskan
sesuatu dalam
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
juga formula dari
Kemenag”.
tuturannya
dengan
menyisipkan
dalam bahasa
Inggris.
suasana
serius tapi
santai.
50 CK/
ILC/50/3
00917
ES : “kalau tidak
dicopot saya
minta
pertanggung
jawaban kepada
klien saya, you
harus
tanggungjawab
dimana uang itu”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk sekedar
bergengsi.
Dalam dialog
tersebut, dalam
tuturannya
tokoh
menyisipkan
dalam bahasa
Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius.
√
51 CK/
ILC/51/3
00917
MC :
“karena
pemerintah Arab
Saudi ini
khususnya
kementrian Haji
begitu care, dia
tidak mau begitu.
Ada orang datang
ke Saudi itu
iftiros dipinggir
jalan itu tidak
mau. Hanya
mungkin ya
pertamanya dia
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
Kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
berangkatkan
supaya nanti bisa
dapat customer
yang lebih banyak
lagi”.
52 CK/
ILC/52/3
00917
NU : “ada
semacam
fenomena over
promotion,
promosi yang
sangat proaktif
untuk mengajak
umat kita untuk
Haji, Umroh yang
sangat
berlebihan”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
53 CK/ILC/
53/30091
7
Ade Armando
:
“1999 Ambon,
kristen Islam itu
pembunuhan
terhadap kaum
Tionghoa masih
real belum jauh
dari sekarang
masih terjadi”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
54 CK/
ILC/54/3
00917
JG : “tadi
ada seorang
teman di twitter
saya nulis tapi
belum sempat
saya screenshoot.
Katanya dia
sudah searching
di google info-
info tentang
saracen itu baru
beredar sekitar
seminggu ini”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
55 CK/
ILC/55/3
00917
GN: “mereka
bahkan dengan
mudah
meneruskan
sharing atau
forward ke
orang-orang yang
mereka kenal
tanpa mengcek
dulu. Jadi benar-
benar terstruktur
ini bukan kerja
random kerja
yang rapi”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menejelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
56 CK/
ILC/56/3
00917
AF : “apakah
betul anda pernah
memposting
ini?”.
JG : “iya”
AF : Nah,
monggo pak
polisi ini adalah
pengakuan”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertegas
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menegaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
Kata dalam
bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius.
√
57 CK/ILC/
57/30091
7
RG : “saya akan
terangkan
kedangkalan itu
dengan cepat
beredar di sosial
media real time.
Padahal Hoax
mempunyai
fungsi
balanching”.
Penyisipan
Frasa dan
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
frasa dan kata
dalam bahasa
Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
58 CK/
ILC/58/3
00917
NB : “yang
dimaksud
powerful itu apa,
sehingga saya
dapat melihat
apakah benar saya
sebagaimana
definisi itu”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertegas
sesuatu
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menegaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
bahasa Inggris.
59 CK/
ILC/59/3
00917
DAS : “faktanya
selama ini tetap
ada double
loyality yang
terjadi, misalnya
penyidik-penyidik
dari kepolisian
biasanya lebih
patuh kepada
atasannya di
kepolisian”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
60 CK/
ILC/60/3
00917
ZAM : “kejadian
kemarin itu
adalah kejadian
bedhol yang
kemudian tiba-
tiba, itu menurut
saya
mempengaruhi
apa yang terjadi
pada hari ini”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menginformasi
kan sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
61 CK/
ILC/61/3
00917
RA : “saya kaget
ini pak, baru
dengar bahwa
kasus Probo
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Sutejo barang
buktinya dibuat,
made by bukan
barang bukti hasil
kejahatan”.
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris.
suasana
santai.
62 CK/
ILC/62/3
00917
RA : “soal
style leadership
penting, kasus
seperti ini
kejadian kalau
saya lihat Aris
tadi cerita ini
mungkin masalah
tersumbat”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
63 CK/
ILC/63/3
00917
HS : “tapi kami
tidak menerima
BPJS”, it’s oke
tidak apa-apa
yang penting anak
saya diselamatkan
dulu. Dia
menyodorkan
price list disitu
dituliskan uang
muka 19.800.00
dan sewa kamar
perhari 900
Penyisipan
Kata dan
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
somethinglah.
Dia keep uang
saya. Kita bagi
tugas.
Saya by phone
rumah sakit yang
ada picunya. Saya
minta tolong ke
teman-teman saya
untu bantu saya,
karena ini
memang urgent.
pada saat saya
menghubungi
teman-teman
saya, tiba-tiba ada
suster yang lari-
lari sepertiorang
panik masuk
ruangan anak
saya. Perasaan
saya tidak enak
ini ada something
ini sepertinya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
64 CK/
ILC/64/3
00917
BU : “banyak
bapak-bapak kami
yang sêpuh-
sêpuh tidak boleh
masuk”.
Penyisipan
Perulangan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menginformasi
kan sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
perulangan
kata dalam
bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
65 CK/
ILC/65/3
00917
BU : “jangan
sampai kita
mendapatkan
beban sejarah the
boredom of the
history, lets open
at up kalau tidak
habislah negara
ini”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
mempertegas
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menegaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
Frasa dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
66 CK/
ILC/66/3
00917
AB : “tetapi
pastinya nanti
next time kita
akan lakukan
pemeriksaan
terhadap yang
bersangkutan”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menginformasi
kan sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
67 CK/
ILC/67/3
00917
KI : “ada
sorotan juga ke
Polri kok gak
seperti kasus-
kasus lain, Polri
dalam hal ini
seolah-olah tidak
ada kemajuan
dalam penyidikan
ini. Padahal yang
lain dalam tempo
gak sampai 3
bulan sudah
terungkap”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa yang
tidak baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
68 CK/
ILC/68/3
00917
Jend. Pol TK
: “ada
videonya, ada
orang yang
menyebut nama
Novel, dia
merasa ditekan
memberikan
pengakuan palsu,
namanya Nico
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa yang
tidak baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
kalo gak salah
itu langsung
cepat dicari
anggota”.
69 CK/ILC/
69/30091
7
Jend. Pol TK :
“kita tangkep
mungkin ada
hubungannya,
dikorek sampai
kaitannya dengan
kelapa gading
Novel ternyata
belum nyambung
juga. Nah tim
terus
bergerak,jalan,
nah sekarang
yang terbaru saya
kira kita berhasil
meneukan saksi
yang melihat dua
orang berspeda
motor itu
beberapa menit
sebelum kejadian
penyiraman”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
tidak baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
70 CK/ILC/
70/30091
7
RM : “Pak Novel
sampaikan kalau
saya pergi lebih
berhati-hati dan
rumahnya selalu
dikunci, tapi
semuanya tidak
membuat pak
Novel yang
merubah
kebiasaannya,
beliau tetap
bekerja
sebagaimana
mestinya sampe
hari itu sampe
kejadian itu”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa yang
tidak baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
71 CK/
ILC/71/3
00917
AA : “jadi
saya ketemu
Novel bersama
Dahnil itu
minggu lalu, kita
ngobrol banyak
hal secara
informal, dan
saya pikir kayak
bertamu
bisabukan kayak
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu dalam
tuturannya
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa tidak
baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
orang
menjenguk”.
72 CK/ILC/
72/30091
7
RW : “saya tadi
hanya
menyampaikan
bahwa”
SS : “sebentar-
sebentar Bro,
giliran saya
ngomong kamu
diem dulu. abang
ngomong kamu
diem”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menunjukkan
kedekatan
penutur dan
mitra tutur.
Pada dialog
tersebut, tokoh
menyisipkan
kata tidak baku
dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius tapi
santai.
√
73 CK/
ILC/73/3
00917
RIK : “kemudian
berkaitan dengan
masalah-masalah
mereka yang
menannyakan
sampai dimana
sih progresnya
kok sepertinya
mandhék, stop,
ini kita
sampaikan”.
Penyisipan
Kata
√ √ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada dialog
tersebut tokoh
menyisipkan
kata dari
bahasa Jawa
dan bahasa
Inggris dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
serius
mengenai
suatu topik
pembicaraan
yang
berkaitan
dengan
pertanyaan
dari pihak
lain tentang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
progres KPK
dalam
menangani
kasus yang
menimpa
Novel
Baswedan.
74 CK/ILC/
74/30091
7
RW : “tadikan
dibangun dari
kesan penyidik
tidak melakukan
apa-apa atau
écék-écék saja”.
Penyisipan
pengulanga
n kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
menggunakan
pengulangan
kata dalam
bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan
suasana
serius.
√
75 CK/ILC/
75/30091
7
SS : “Pak
Rikwanto boleh
mengklaim
bahwa
pekerjaannya
sudah
sedemikian
monggo. Ini saya
ingat statement
dari Kapolda
yang
sebelumnya”.
Penyisipan
kata
√ √ Untuk
memberitahukan
sesuatu.
Pada dialog
tersebut, tokoh
menggunakan
penyisipan
kata dalam
bahasa Jawa
dan bahasa
Inggis.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan
suasana
serius saat
dialog
berlangsung
dengan topik
pembicaraan
terkait kasus
Novel
Baswedan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
76 CK/ILC/
76/30091
7
TA :
“konsumen yang
membeli adalah
konsumen yang
well inform dia
mungkin melihat
karena beberapa
lebel beras yang
mengatakan
beras cocok
untuk diabet”.
Penyisipan
frasa
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
mengenai
beras yang
cocok untuk
diabet,
dengan
suasana
santai tapi
serius.
√
77 CK/ILC/
77/30091
7
SG :
“kalau untuk
medium bisa kita
lihat bahwa dari
warna, bijipun
sudah kelihatan,
warna agak lebih
hitam terus kalau
yang medium dia
tingkat
brokennya lebih
tinggi”.
Penyisipan
kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
karakteristik
beras dengan
menyisipkan
bahasa Inggris
di sela-sela
tuturannya.
Membahas
suatu topik
dengan
suasana
santai tapi
serius.
√
78 CK/ILC/
78/30091
7
RR : “tiga juta
hektar tambahan
itu nanti akan
membuat
Indonesia bisa
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dengan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
tentang
perkembanga
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
jadi rice
bowlnya Asia
Tenggara dan
Asia Selatan”.
menyisipkan
frasa bahasa
Inggris dalam
tuturannya.
n lahan
pertanian
beras di
Indonesia,
dengan
suasana
serius.
79 CK/ILC/
79/30091
7
ST :
“apakah kalau
tidak ada ya kita
bergaul
memperbanyak
teman kan itu
tugasnya
pembukaan
undang-undang
dasar akeh e
bolo-bolomu,
lagipula secara
beras kita sudah
tidak punya
kebudayaan
sekarang”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dengan
menyisipkan
farasa bahasa
Jawa dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
yang
dilakukan
oleh
seseorang
yang berlatar
belakang
seniman
dengan
memaparkan
argumennya
menggunaka
n gaya
seorang
seniman yang
santai tapi
tetap serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
80 CK/ILC/
80/30091
7
RR :
“dalam sepuluh
tahun kita harus
jadi rice bowl
atau food
bowlnya Asia
Tenggara”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dalam
argumennya
dengan
meyisipkan
frasa bahasa
Inggris dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai tapi
serius
tentang
perkembanga
n pertanian
beras dalam
jangka waktu
sepuluh
tahun.
√
81 CK/ILC/
81/30091
7
FH : “kasus
century 6,7
Triliyun jelas itu
vonisnya
mengatakan Budi
Mulia dan
kawan-kawan
sampai hari ini
KPK diam kok,
dan itu duit
rakyat juga, anda
tidak pernah
teriak karena itu
konco-konco
Penyisipan
pengulanga
n kata
√ Untuk
menegaskan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
menegaskan
sesuatu dengan
menggunakan
pengulangan
kata bahasa
Jawa dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
tentang kasus
century yang
tidak ada
tindak lanjut
dari pihak
KPK dengan
suasana
serius dan
bersifat
informal
karena nada
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
anda mungkin”. bicara sedikit
emosional.
82 CK/ILC/
82/30091
7
GL : “ada dugaan
terkait dengan
kasus yang
sedang dibongkar
di negeri kami,
siapa tahu
ortoritas Amerika
nemu hal-hal
yang terkait
dengan kasus
tersebut”.
Penyisipan
kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
terkait proses
penyelidikan
atas kasus
kematian
Johanes
Marliem
dengan
menyisipkan
kata bahasa
Jawa dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
terkait
kematian
Johanes
Marliem
dengan
suasana
serius.
√
83 CK/ILC/
83/30091
7
ES :
“membiarkan
tanggal 18 itu
boleh berjalan
sampai Januari
2018 kenapa
cicing wae.”
Penyisipan
frasa
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Sunda
ditengah-
tengah
tuturannya
yang
menggunakan
bahasa
Indonesia
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan
suasana
serius yang
bersifat
informal
dengan gaya
sedikit
emosional.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
dimana bahasa
Sunda itu
meru;pakan
bahasa Ibu dari
tokoh yang
bersangkutan.
84 CK/ILC/
84/30091
7
GN : “mereka
memainkan isu
yang begitu
rawan untuk
menjadi konflik
ditengah kondisi
masyarakat kita
yang traditional
literasi read dan
digital literasi
readnya rendah.”
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
menjelaskan
sesuatu tentang
kondisi
masyarakat
Indonesia
terkait topik
pembicaraan
Saracen, tokoh
menjelaskan
dengan bahasa
Indonesia yang
ditengah
tuturannya
menyisipkan
frasa dallam
bahasa Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai tapi
serius.
√
85 CK/ILC/
85/30091
7
JP : “kalau
misalnya nanti
polisi membuat
Densus anti
Penyisipan
kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
Membahas
suatu topik
pembicaraan
terkait
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
korupsi, kalau
jaksanya tidak
siap mandhék”.
dengan
menyisipkan
kata dalam
tuturannya
menggunakan
bahasa Jawa.
pembentukan
Densus anti
korupsi
dengan
suasana
santai tapi
serius.
86 CK/ILC/
86/30091
7
Heri :
“anggapan saya
berarti BPJS ini
di budget tiga
hari sembuh
tidak sembuh
pulang”.
Penyisipan
kata
√ Untuk
mempertegas
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
mempertegas
argumen
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris
di tengah-
tengah
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
terkait
sepengetahua
nnya tentang
BPJS dengan
suasana
santai tapi
dengan nada
sedikit
emosional.
√
87 CK/ILC/
87/30091
7
HP : “makanya
silahkan nanti ke
tim apakah benar
bahwa tindakan
disini itu sudah
maksimal
sehingga ke
ruang picu itu
Penyisipan
kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan
suasana
serius terkait
pelayanan
rumah sakit
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
hanya next
karena hanya ada
tiga alternatif
dari ruang IGD
ke picu, pulang,
atau ke ruang
inap biasa”.
di sela-sela
tuturannya.
dimana bayi
Debora
dirawat.
88 CK/ILC/
88/30091
7
KZ : “kalau
istilah orang-
orang Romawi,
orang-orang
Yunani namanya
Rekonsiasi kita
islah saja”.
Penyisipan
kata
√ Untuk
memberitahukan
sesuatu
Pada dialog
tersebut, tokoh
memberitahuk
an sesuatu
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Arab di
sela-sela
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI