ANALISA METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PROYEK ...
Transcript of ANALISA METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PROYEK ...
TUGAS AKHIR – RC09 – 1380 ANALISA METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN CIPUTRA WORLD MALL EDY BRAMELD MANIK NRP 3105 100 067 DOSEN PEMBIMBING Ir. RETNO INDRYANI MS. JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010
ANALISA METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN CIPUTRA WORLD MALL
Nama Mahasiswa : Edy Brameld Manik NRP : 3105 100 067 Jurusan : Teknik Sipil Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani MS. ABSTRAK Proyek pembangunan Ciputra World Mall membutuhkan bahan/material yang sangat banyak. Untuk menjamin ketersediaan bahan/material tersebut perlu dilakukan pengendalian atas tiap-tiap bahan/material yang dibutuhkan. Pengendalian terhadap persediaan bahan/material tentu memerlukan biaya. Kesalahan dalam melakukan pengendalian persediaan bahan/material akan menambah biaya yang harus dikeluarkan. Penerapan metode pengendalian persediaan dapat digunakan menangani masalah persediaan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan metode pengendalian persediaan yang memberikan biaya total persediaan ekonomis. Penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan dalam beberapa tahapan penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data material yang digunakan di dalam proyek dan rencana pengadaan material yang dilakukan oleh kontraktor, menentukan metode persediaan teoritis yang memberikan biaya total persediaan ekonomis, dan dikemudian dibandingkan dengan metode pengendalian persediaan yang diterapkan di lapangan. Biaya total persediaan ekonomis teoritis didapatkan dengan menggunakan metode pengendalian persediaan tradisional yakni metode economic order quantity (EOQ), lot for lot, fixed period requirement (FPR), dan algoritma Wagner dan Within. Sedangkan, biaya total persediaan berdasarkan perencanaan proyek didapatkan sesuai dengan data rencana pengadaan yang sudah dibuat oleh kontraktor. Material-material yang akan dimodelkan adalah material yang memiliki volume kebutuhan terbesar dan dibutuhkan paling lama. Dari analisa data diketahui, metode pengendalian persediaan teoritis yang memberikan biaya total persediaan ekonomis untuk semua material permodelan adalah metode algoritma Wagner dan Within. Metode ini lebih ekonomis dibandingkan dengan biaya total persediaan berdasarkan perencanaan proyek. Metode ini memberikan penghematan sebesar 6 % dari total biaya persediaan berdasarkan perencanaan proyek. Kata kunci: Ciputra World Mall, metode pengendalian persediaan, persediaan material.
THE ANALYSIS OF INVENTORY CONTROL METHOD ON CIPUTRA WORLD MALL DEVELOPMENT PROJECT
Student Name : Edy Brameld Manik NRP : 3105100067 Department : Civil Engineering Supervisor : Ir. Retno Indryani MS. ABSTRACT Ciputra World Mall development project needs a lot of material. To ensure the availability of materials we need to control for each material/material required. Control of this materials need some cost. Error in material inventory control will increasing the costs. The application of inventory control methods can be used to handle the problem of supplies. The purpose of this final project was to determine the inventory control method that provides economical total supply costs. The preparation of this final project was done in several stages of research. Research methods will be performed include material data collection that used in the project and procurement plans undertaken by the contractor, determine the inventory control method that provides the economical theoretical total inventory cost lives, and in the future compared to the inventory control method applied in the field. Theoretical total inventory cost can be obtained by using traditional inventory control method such as economic order quantity (EOQ), lot for lot, fixed period requirements (FPR), and algorithm of Wagner and Within. Meanwhile, the total cost of project planning inventory based on data obtained in accordance with procurement plans that have been made by the contractor. Materials that will be modeled is material that has the greatest needs and the required volume at the latest. From the analysis of the data are known, theoretical inventory control methods that provide economical total inventory cost for each modeling material is a method of Wagner and Within algorithm. This method also gives the economical cost lives rather than total inventory cost through planning project. This method provides savings of 6 % of the total cost of inventories based on planning project. Key words: Ciputra World Mall, inventory control methods, material supplies.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini industri konstruksi mengalami
perkembangan yang pesat seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia. Dalam perkembangannya, industri konstruksi membutuhkan banyak bahan baku/material yang akan digunakan dalam sebuah proyek konstruksi, misalnya pembangunan gedung, perumahan, perhotelan, jembatan, dan lain-lain. Ketersediaan bahan baku/material merupakan suatu hal mutlak yang dibutuhkan pada sebuah proyek konstruksi.
Di Surabaya, perkembangan industri konstruksi juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu proyek konstruksi yang sedang berlangsung di Surabaya adalah proyek pembangunan Ciputra World. Proyek Ciputra World ini merupakan sebuah proyek super blok dengan apartemen dan mall di dalamnya. Pada proses pelaksanaannya, proyek ini juga membutuhkan banyak bahan baku/material.
Pada proyek pembangunan Ciputra World, tanggungjawab penyediaan bahan baku/material dilakukan bersama-sama oleh pihak kontraktor dan pemilik proyek (owner). Hal ini sesuai dengan MoU yang telah disepakati sebelumnya. Untuk menjamin ketersediaan bahan/material, pihak kontraktor melakukan rekapitulasi material yang dibutuhkan, dan membuat penjadwalan material (material schedule). Penjadwalan material yang dimaksud adalah, melakukan pendataan terhadap jumlah material yang dibutuhkan, kapan material tersebut dibutuhkan, dan kapan melakukan pemesanan barang sehingga material yang dimaksud dapat tiba pada waktunya.
Pada pelaksanaan di lapangan, terdapat keganjilan karena persediaan bahan/material sering kosong (stockout) dan sering pula berlebih (overstock). Bila terdapat aktivitas pekerjaaan yang dalam proses pelaksanaannya berlangsung cepat, sering mengakibatkan terjadinya kekosongan stock di gudang sehingga tidak dapat melanjutkan pekerjaan berikutnya. Hal ini disebabkan karena pihak kontraktor melakukan pemesanan barang hanya untuk aktivitas pekerjaan yang dimaksud dan tidak melakukan peramalan apabila aktivitas tersebut selesai lebih cepat dari jadwal yang ada. Demikian sebaliknya, bila terdapat aktivitas
pekerjaan yang dalam proses pelaksanaannya berlangsung lama ataupun terlambat dari jadwal yang seharusnya, maka akan terjadi penimbunan bahan/material. Kedua masalah tersebut tentu menjadi problematika besar yang sangat merugikan pihak kontraktor. Selain harus mengeluarkan biaya besar dalam pengadaan bahan/material, aktivitas proyek juga terhambat.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, perlu digunakan cara atau metode yang tepat dalam pengadaan dan pengendalian bahan/material. Artinya, perlu ada manajemen inventori yang baik yang harus dilakukan oleh kontraktor selaku pelaksana proyek. Manajemen inventori adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, berapa besar jumlah persediaan yang harus ada, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Manajemen inventori ini bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain, sistem persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penjadwalan dari persediaan secara optimal.
Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan perbandingan terhadap model-model persediaan yang ada, untuk mengetahui model persediaan mana yang memberikan persediaan bahan/material yang optimal. Optimal yang dimaksud adalah tersedianya bahan/material dalam jumlah yang tepat (tidak kurang ataupun berlebih), dan biaya yang ekonomis. Dengan metode pengadaan dan pengendalian material yang tepat diharapkan dapat menguntungkan berbagai pihak baik kontraktor selaku pelaksana proyek, maupun investor proyek tersebut. 1.2 PERMASALAHAN Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini antara lain:
1. Bagaimana menentukan metode pengendalian persediaan yang menghasilkan pemesanan yang paling ekonomis.
2. Manakah yang lebih ekonomis antara metode pengendalian persediaan hasil studi dengan perencanaan proyek.
1.3 TUJUAN PENULISAN Tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1. Menentukan metode
pengendalian persediaan teoritis (hasil studi) yang ekonomis.
2. Membandingkan metode pengendalian persediaan hasil studi dengan perencanaan proyek.
1.4 LINGKUP PENELITIAN Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membatasi lingkup kerja hanya pada hal-hal yang tersebut di bawah ini:
1. Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah proyek pembangunan Ciputra World Mall di Surabaya, yakni pekerjaan basement hingga lantai empat mall.
2. Harga bahan per unit tetap dan memperhitungkan adanya pengurangan harga (diskon) bila melakukan pemesanan dalam jumlah tertentu.
3. Pemodelan dilakukan dalam situasi perekonomian normal, sehingga tidak terpengaruh oleh fluktuasi perekonomian yang terjadi.
4. Jadwal kegiatan proyek dianggap tetap.
5. Biaya persediaan dan waktu antara pemesanan dan kedatangan material diketahui secara pasti (deterministic).
6. Material yang ditinjau adalah material yang dibutuhkan paling lama di lapangan dan material yang memiliki volume kebutuhan terbesar.
7. Material yang ditinjau adalah material yang disediakan oleh pihak kontraktor saja.
8. Tidak terjadi kekurangan stok. 9. Alternatif metode yang akan
dibandingkan adalah metode pengendalian tradisional, yakni metode economic order quantity (EOQ), lot for lot, fixed period
requirement (FPR), dan algoritma wagner dan within.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERSEDIAAN 2.1.1 KONSEP PERSEDIAAN Terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan pengertian persediaan. Adapun diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Persediaan atau inventori adalah sumber daya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. (Arman dan Yudha 2008).
2. Inventori adalah sejumlah bahan atau barang yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu pada saat ini ataupun masa yang akan datang. (Barry, dkk 2003). Timbulnya persediaan dalam suatu
sistem, baik sistem manufaktur maupun non manufaktur adalah merupakan akibat dari kondisi-kondisi sebagai berikut (Arman dan Yudha 2008):
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan (transaction move). Permintaan akan suatu barang tidak akan dapat dipenuhi dengan segera bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya, karena untuk mengadakan barang tersebut diperlukan waktu untuk pembuatannya maupun mendatangkannya. Hal ini berarti bahwa adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.
2. Adanya keinginan untuk meredam ketidakpastian (precautionary motive). Ketidakpastian yang dimaksud adalah:
a. Adanya permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan.
b. Waktu ancang-ancang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena berbagai faktor yang tak dapat dikendalikan sepenuhnya.
c. Ketidakpastian ini akan diredam oleh jenis persediaan yang disebut persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman ini digunakan jika permintaan melebihi peramalan produksi lebih rendah dari rencana atau waktu ancang-ancang (lead time) lebih panjang dari yang diperkirakan semula.
2.1.2 MANFAAT PENGADAAN PERSEDIAAN Persediaan atau inventori memiliki berbagai manfaat penting yang menambah fleksibilitas dari suatu kegiatan. Menurut Barry dan Jay (2001), ada enam manfaat persediaan/inventori, yaitu:
1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang akan timbul.
2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan barang-dalam-proses (work-in-process inventory) dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu untuk memproduksi barang.
2.1.3 JENIS-JENIS SEDIAAN Jenis-jenis sediaan adalah sebagai berikut, (Pontas 2005):
a. Sediaan banyak tahap (multistage inventory).
b. Sediaan banyak tingkat (multiechelon inventory).
c. Sediaan siklus (cycle inventory). d. Sediaan pengaman (buffer stock). e. Sediaan berjaga-jaga (anticipation
inventory).
f. Sediaan dalam perjalanan (pipeline inventory).
2.1.4 KLASIFIKASI PERMINTAAN
Menurut Arman dan Yudha (2008), permintaan terhadap ketersediaan bahan ditinjau dari sifat kejadiannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Statis deterministik. b. Dinamis deterministik. c. Stasioner probabilistik. d. Non stasioner probabilistik.
Pada kebutuhan yang bersifat probabilitas ini, kebutuhan di masa yang akan datang hanya diketahui berdasarkan distribusi kemungkinan data kebutuhan masa lalu. 2.1.5 BIAYA-BIAYA SEDIAAN Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan, dan biaya kekurangan persediaan.
1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost). Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang.
2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost). Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar.
3. Biaya Penyimpanan (Holding/Carrying Cost).
Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang.
4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost). Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.
2.2 METODE PENGENDALIAN
PERSEDIAAN DETERMINISTIK Dalam mencari jawaban atas permasalahan-permasalahan dalam persediaan, secara kronologis metode pengendalian
persediaan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Metode pengendalian tradisional. b. Metode perencanaan kebutuhan
material (MRP). c. Metode kanban/just in time.
2.2.1 METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN TRADISIONAL Metode ini menggunakan matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada dasarnya, metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan:
a. Jumlah ukuran pemesanan ekonomis. b. Titik pemesanan kembali (reorder
point). c. Jumlah cadangan pengaman (safety
stock) yang diperlukan. 2.2.1.1 ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) Model persediaan ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi:
a. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan (deterministic).
b. Lead time diketahui, dan bersifat konstan.
c. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously) atau tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan berlimpah (tak terhingga).
d. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.
e. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (storage).
f. Harga pembelian atau biaya pembuatan tidak berubah-ubah.
g. Tidak ada potongan harga (quantity discount).
h. Variabel biaya hanya biaya pesan (ordering cost) dan biaya simpan (holding cost).
Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan, dimana: Biaya total persediaan = Ordering cost + Holding cost +
Purchasing cost
2.2.1.2 LOT FOR LOT Teknik penetapan ukuran lot dengan metode ini dilakukan atas dasar pesanan diskrit, di samping itu teknik ini merupakan cara paling sederhana dari semua teknik ukuran lot yang ada. Teknik ini hampir selalu melakukan perhitungan kembali (dinamis) terutama apabila terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol. Oleh karena itu sering sekali digunakan untuk item-item yang mempunyai harga per unit sangat mahal. 2.2.1.3 FIXED PERIOD REQUIREMENT (FPR) Teknik penetapan ukuran lot dengan kebutuhan periode tetap (FPR) ini membuat pesanan berdasarkan periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah kebutuhan tidak berdasarkan ramalan, tetapi dengan cara menjumlahkan kebutuhan bersih pada periode yang akan datang. Penentuan periode waktu pemesanan dapat didasarkan pada pengalaman atau intuisi. 2.2.1.4 ALGORITMA WAGNER DAN WITHIN Algoritma Wagner dan Within memperoleh solusi maksimum dengan penyelesaian masalah yang dinamis dan deterministik. Permintaan tiap periode dipenuhi agar dapat menyelesaikan pesanan yang datang pada periode sebelumnya. Algoritma Wagner dan Within adalah suatu pendekatan pemrograman dinamis yang dapat digunakan untuk menentukan kebijakan biaya yang minimum dengan menyederhanakan perhitungan melalui tiga tahapan sebagai berikut:
1. Mengkalkulasi total biaya variabel untuk semua alternatif pemesanan yang mungkin terjadi pada N periode. Total biaya variabel meliputi biaya pemesanan dan biaya simpan. Z digambarkan sebagai total biaya variabel di dalam periode c melalui e dalam penempatan suatu pesanan di dalam periode c untuk memenuhi kebutuhan dalam periode c sampai e.
푍 = 퐶 + ℎ푃 (푄 − 푄 ) 푑푖푚푎푛푎 1 ≤ 푐 ≤ 푒 ≤ 푁
C = biaya pemesanan tiap pesanan h = biaya simpan setiap periode P = pembelian unit untuk pemenuhan kebutuhan
2. Menggambarkan fe sebagai biaya yang minimum sampai periode e, tingkat persediaan pada akhir periode e adalah nol. Algoritma mulai dengan f0 = 0 dan kalkulasi f1, f2 .... fN di dalam pesanan tersebut. Kemudian fe dihitung dengan menggunkan rumusan
푓 = 푀푖푛{푍 + 푓 } 푑푖푚푎푛푎 푐 = 1,2, … , 푒 Dengan kata lain, untuk masing-masing periode dengan membandingkan semua kombinasi alternatif pemesanan dan pengganti fe. Dipilih yang terbaik pada saat fe yaitu ketika kebutuhan untuk periode sampai e terpenuhi. Nilai fN adalah ongkos pesanan terjadwal yang optimal.
3. Solusi maksimum fN diperoleh dari algoritma untuk jumlah pesanan berikut: fN = ZWN.N + fW-1 Urutan terakhir terjadi pada periode w untuk memenuhi permintaan pada periode w sampai N. fW-1 = ZVW-1 + fV-1 Pesanan sebelum urutan terakhir pada periode v yang dapat memenuhi permintaan di dalam periode v sampai w-1. fu = Z 1U-1 + fo Adalah pesanan yang pertama terjadi di dalam periode yang dapat memenuhi permintaan di dalam periode sampai 1 U-1.
2.2.2 METODE KANBAN/JUST IN TIME Metode just in time merupakan sistem produksi yang dikembangkan oleh ahli-ahli produksi Jepang, berupa metode-metode baru dalam aktivitas-aktivitas manajemen material dan pengendaliannya. Timbulnya JIT dilandasi oleh karakteristik dari alam Jepang dan budaya masyarakatnya. Sedikitnya sumber daya alam dan banyaknya penduduk, dibandingkan dengan lahan tanah yang ada menyebabkan mereka cenderung menghindari hal-hal yang tidak produktif sebanyak mungkin dalam setiap aspek kehidupannya. Metode just in time merupakan tipe proses yang biasa disebut produksi masal (mass
production), atau disebut juga repetitif manufakturing. Pada repetitif manufakturing, operasi yang sama atau serupa diulang secara berkali-kali dengan tanpa berhentinya material-material yang urut-urutan operasi tersebut. Dengan repetitif manufakturing, persediaan dan lead time dapat direduksi, sehingga akan meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya. Inovasi sistem JIT ini diperkenalkan pertama kali oleh Toyota Motor dan telah banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan lain. Konsep dasar sistem JIT adalah memproduksi item-item yang dibutuhkan pada saat yang tepat dan dengan jumlah yang cermat. Artinya item-item akan diproduksi pertama kali hanya ketika dibutuhkan. Tenaga penggerak dibelakang sistem JIT adalah koordinasi urutan aktivitas produksi. Krajewski (1981), seorang ahli sistem produksi Amerika, memerinci faktor-faktor penting yang membuat kita bisa menerima suasana dalam JIT, yaitu:
1. Ukuran lot produksi yang kecil. 2. Set up yang cepat (satu digit). 3. 100 persen kualitas output. 4. Keandalan mesin yang tinggi. 5. Keseimbangan aliran kerja antar
stasiun-stasiun. 6. Jadwal induk produksi yang
stabil. 7. Otomasi berbiaya rendah. 8. Satu pekerja-banyak mesin. 9. Sedikit perubahan dalam BOM. 10. Keandalan penjual. 11. Lead time yang pendek dari
penjual. 12. Kinerja jadwal harian.
2.2.3 METODE PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MRP) MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan jadwal induk produksi atau MPS (Master Production Schedulling) menjadi kebutuhan bersih atau NR (Net Requirement) untuk semua item. Sistem MRP dikembangkan untuk membantu perusahaan mengatasi kebutuhan akan item-item dependen secara lebih baik dan efisien. Tujuan utama dari sistem MRP adalah merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk melakukan aksi
yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, penjadwalan ulang). 2.2.3.1 INPUT UNTUK METODE MRP Ada tiga input yang dibutuhkan oleh sitem MRP, yaitu:
a. Jadwal induk produksi. b. Catatan keadaan persediaan. c. Struktur produk.
2.2.3.2 OUPUT DARI METODE MRP Rencana pemesanan merupakan output dari MRP yang dibuat atas dasar waktu ancang-ancang dari setiap konsumen. Waktu ancang-ancang dari suatu item yang dibeli merupakan periode antara pesanan dilakukan sampai barang diterima (on hand). Ada dua tujuan yang hendak dicapai dengan adanya rencana pemesanan yaitu:
a. Menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah.
b. Memproyeksikan kebutuhan kapasitas.
Secara umum, output dari MRP adalah: a. Memberikan catatan tentang
pesanan penjadwalan yang harus dilakukan/direncanakan baik dari pabrik sendiri maupun dari suplier.
b. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang.
c. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan.
d. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan.
2.2.3.3 SYARAT PENDAHULUAN DAN ASUMSI METODE MRP Syarat pendahuluan dari sistem MRP yang standar adalah sebagai berikut:
1. Ada dan tersedianya jadwal induk produksi (JIP), dimana terdapat jadwal rencana dan jumlah pesanan dari item/produk.
2. Item persediaan mempunyai identifikasi khusus.
3. Tersedianya struktur produk pada saat perencanaan.
4. Tersedianya catatan tentang persediaan untuk semua item, yang menyatakan keadaan
persediaan sekarang dan yang akan datang/direncanakan.
Asumsi-asumsi dari sistem MRP yang standar adalah sebagai berikut:
1. Adanya data file yang terintegrasi.
2. Waktu ancang-ancang untuk semua item diketahui.
3. Setiap item persediaan selalu ada dalam pengendalian.
4. Semua komponen untuk suatu perakitan dapat disediakan pada saat perakitan akan dilakukan.
5. Pengadaan dan pemakaian komonen bersifat diskrit.
6. Proses pembuatan suatu item tidak bergantung terhadap proses pembuatan item lainnya.
2.2.3.4 LANGKAH-LANGKAH DASAR PROSES PENGOLAHAN MRP Setelah semua persyaratan serta asumsi diperoleh dengan baik maka langkah-langkah dasar sistem MRP dapat berjalan dengan baik. Adapun langkah-langkah mendasar pada proses MRP adalah sebagai berikut:
1. Netting. Proses perhitungan untuk menetapkan kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan).
2. Lotting. Proses untuk menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih.
3. Offsetting. Langkah ini bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh dengan mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan besarnya lead time. Lead time adalah besarnya waktu saat barang mulai dipesan atau diproduksi sampai barang tersebut selesai dan diterima siap untuk dipakai.
4. Explosion. Proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item/komponen yang lebih bawah, tentu saja didasarkan
atas rencana pemesanan. Dalam proses explosion ini data mengenai dua struktur produk sangat memegang peranan karena atas dasar struktur produk inilah proses explosion akan berjalan dan dapat menentukan ke arah komponen mana harus dilakukan explosion.
2.3 PENGADAAN MATERIAL PROYEK Prinsip dasar aktivitas pengadaan material adalah mendapatkan material dengan kualitas yang sesuai, kuantitas yang efisien, harga yang wajar, pada waktu yang tepat, dari produsen atau pemasok yang dapat dipercaya, sehingga mampu menjamin kontinuitas persediaan bahan di lapangan. Prosedur pengadaan material pada sebuah proyek adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan. a. Menyusun jadwal pengadaan
material proyek merujuk pada master schedule proyek.
b. Adanya permintaan pengadaan bahan dari unit yang memerlukan, yang dinyatakan dengan surat permintaan pembelian, yang menguraikan tentang volume material, waktu pengiriman/penerimaan, nama, merk, dan spesikasi material.
2. Tahap Seleksi. a. Unit logistik mencari
penawaran harga dari beberapa pemasok (supplier) berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh unit peminta. Biasanya minimal 3 pemasok.
b. Unit logistik melakukan kualifikasi dan negosiasi harga atas penawaran dari calon-calon pemasok. Materi kualifikasi meliputi:
Spesifikasi bahan baku yang digunakan.
Spesifikasi bahan hasil produksi.
Kemampuan produksi serta pasokannya.
Harga satuan bahan yang ditawarkan.
c. Proses seleksi dilaksanakan untuk memperoleh jaminan bahwa supplier yang dimintakan penawaran, produknya mampu memproduksi dan menyerahkan bahan sesuai kualitas dan kuantitas yang disyaratkan.
3. Tahap Pembelian. a. Pimpinan unit logistik
memutuskan harga final yang dituangkan delam berita acara negosiasi dan disetujui oleh kedua belah pihak, dengan pertimbangan kemampuan delivery, kualitas bahan, harga yang wajar.
b. Menyiapkan surat pemesanan yang isinya:
Kuantitas bahan yang dipesan.
Uraian bahan. Spesifikasi bahan. Harga satuan bahan. Waktu penyerahan
bahan. Cara pembayaran. Syarat-syarat
pembayaran. Harga satuan dan total
yang disepakati. Kewajiban dan sanksi
masing-masing pihak. Penyelesaian bila
terjadi dispute. 4. Tahap Penerimaan.
a. Aktivitas penerimaan material meliputi:
Kedatangan material. Penerimaan. Penyimpanan. Pemeliharaan. Pencatatan/administrasi
. Pengiriman/distribusi
ke pamakai. b. Pemeriksaan dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut: Bahan harus sesuai
spesifikasi dan kualitas yang disyaratkan.
Jika memenuhi syarat, bahan disimpan di
dalam gudang dan dicatat dalam bon penerimaan gudang, jika tidak bahan ditolak.
Petugas penerimaan barang mencatat penerimaan dan pengeluaran bahan pada kartu stok.
Setiap akhir bulan melakukan pemeriksaan berkala untuk menentukan apakah bahan masih layak dipakai atau tidak.
Menyerahkan bahan kepada si pemakai di lapangan berdasarkan bon permintaan pengeluaran bahan dan mencatatnya pada kartu stok.
5. Tahap Pembayaran. a. Tahapan pembayaran kepada
supplier dilaksanakan berdasarkan kesepakatan yang tercantum dalam kontrak.
b. Cara pembayaran yang berlaku adalah sebagai berikut:
Pembayaran diproses: semua pembayaran yang dilakukan atas transaksi kepada produsen tidak diperkenankan dengan pembayaran tunai, melainkan harus diproses sesuai prosedur yang berlaku dan dibayarkan dengan cara T/T (telegraphic transfer) melalui bank yang disepakati.
Pembayaran dengan L/C (letter of credit), baik L/C local maupun L/C impor: fasilitas dari bank kepada pembeli/importer dalam melaksanakan pembayaran kepada eksportir.
BAB III METODOLOGI
3.1 DATA PENELITIAN Data-data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapatkan langsung dari pihak yang bersangkutan, dalam hal ini PT. Adhi Karya.
Data sekunder yang diperoleh antara lain sebagai berikut:
1. Jadwal pengadaan bahan/material (material schedule).
2. Jumlah bahan/material tiap kali pesan, biaya pesan, biaya per unit material, biaya simpan.
3.2 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA Setelah data-data yang dimaksud sudah didapatkan, data- data tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan metode persediaan ekonomis. Dalam pengolahan dan analisa data, digunakan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Sifat kebutuhan material adalah deterministik dinamis.
2. Metode pengendalian persediaan/inventori yang digunakan adalah metode persediaan tradisional.
3. Metode pengendalian tradisional yang digunakan adalah economic order quantity (EOQ), lot for lot, fixed period requirement (FPR), dan algoritma Wagner dan Within.
3.2.1 MENENTUKAN METODE PERSEDIAAN EKONOMIS Untuk menentukan metode persediaan yang ekonomis dilakukan dengan mengolah data sekunder yang didapat dengan menggunakan metode persediaan yang telah ditentukan yaitu metode pengendalian persediaan tradisional. Penggunaan metode persediaan tersebut harus disesuaikan dengan asumsi yang berlaku untuk tiap-tiap metode. Asumsi-asumsi yang berlaku untuk tiap-tiap metode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Economic Order Quantity (EOQ). Langkah-langkah penggunaan metode ini yaitu:
a. Hitung jumlah pemesanan paling ekonomis.
퐸푂푄 =
b. Apabila dalam pemesanan tertentu mendapatkan potongan harga, pertimbangkan untuk mengganti jumlah pemesanan paling ekonomis menjadi jumlah pemesanan yang mendapat potongan harga.
c. Hitung biaya total untuk setiap pemesanan dengan jumlah pemesanan paling ekonomis dan jumlah pemesanan yang mendapat potongan harga.
d. Pilih pemesanan yang memberikan biaya total terkecil.
2. Lot for Lot. Langkah-langkah penggunaan metode ini yaitu:
a. Hitung jumlah kebutuhan tiap periode.
b. Pemesanan dilakukan sesuai dengan kebutuhan pada periode yang dimaksud, sehingga tidak ada biaya simpan.
c. Hitung biaya total untuk seluruh pemesanan pada periode yang dimaksud.
3. Fixed Period Requirement (FPR). Langkah-langkah penggunaan metode ini yaitu:
a. Tentukan periode waktu pemesanan. Penentuan periode waktu dapat berdasarkan pengalaman atau intuisi, misalnya tiap 2 minggu sekali.
b. Hitung jumlah kebutuhan pada tiap periode yang telah ditentukan.
c. Pemesanan dilakukan berdasarkan jumlah kebutuhan dari tiap periode pemesanan.
d. Hitung biaya total persediaan. 4. Algoritma Wagner dan Within.
Langkah-langkah penggunaan metode ini yaitu:
a. Hitung matriks total ongkos (ongkos simpan + ongkos pesan) untuk semua alternatif
pemesanan selama horizon perencanaannya.
b. Hitung matriks ongkos minimum yang mungkin untuk semua alternatif pemesanan.
c. Menterjemahkan matriks total ongkos dan matriks ongkos minimum menjadi ukuran jumlah pemesanan, waktu pemesanan, dan biaya total persediaan.
3.2.2 EVALUASI PERBANDINGAN Setelah mendapatkan metode pengendalian persediaan yang ekonomis, selanjutnya dilakukan evaluasi perbandingan dengan metode pengendalian persediaan yang diterapkan pada proyek pembangunan Ciputra World Mall. Perbandingan yang dimaksud adalah perbandingan biaya total persediaan antara metode pengendalian persediaan hasil studi dengan metode pengendalian persediaan yang diterapkan di dalam proyek. Untuk mendapatkan biaya total persediaan dari metode pengendalian persediaan yang diterapkan pada proyek pembangunan Ciputra World Mall, dilakukan analisa terhadap material schedule yang telah ditetapkan. Material schedule tersebut berisi jumlah kebutuhan bahan/material per periode, dengan penambahan atas biaya yang dibutuhkan seperti biaya pesan, biaya simpan, biaya per unit. Hasil dari evaluasi perbandingan tersebut adalah metode pengendalian persediaan yang paling ekonomis. Metode tersebut akan menjamin ketersediaan bahan/material pada jumlah yang tepat, waktu yang tepat, dengan biaya ekonomis. 3.3 TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur. 2. Pengumpulan data. 3. Pengolahan dan analisa data. 4. Kesimpulan dan saran.
Studi Literatur a) Pengumpulan literatur yang didapat dari:
i. Literatur mengenai pengadaan dan pengendalian bahan/material (inventori).
ii. Alamat website yang ada dalam internet, mengenai pengadaan dan pengendalian inventori.
b) Studi mengenai inventori, meliputi: i. Pengertian inventori.
ii. Jenis-jenis model inventori deterministik. Metode Tradisional.
– Economic Order Quantity (EOQ).
– Lot For Lot. – Algoritma
Wagner & Within.
– Fixed Period Requirement.
(Arman dan Yudha 2008)
Pengumpulan Data Data sekunder yang ditinjau meliputi:
a. Material schedule dan jumlah bahan/material yang dipesan per periode.
b. Harga pesan, harga per unit, biaya simpan untuk tiap material yang ditinjau.
Biaya Total Persediaan Berdasarkan
Perencanaan Proyek
Permasalahan 1. Menentukan model inventori yang menghasilkan
pemesanan yang paling ekonomis. 2. Membandingkan model inventori hasil studi dengan
model inventori di lapangan, model inventori manakah yang lebih ekonomis
Latar Belakang
Biaya Total Persediaan Hasil Studi
Kesimpulan dan Saran
Evaluasi Perbandingan
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 GAMBARAN UMUM PROYEK CIPUTRA WORLD 4.1.1 DATA UMUM Ciputra World Surabaya merupakan proyek komersial pertama dan terbaru dari PT. Ciputra Surya Tbk. Proyek ini merupakan kerjasama dari PT. Ciputa Surya Tbk. dengan 9 perusahaan ternama lainnya. Ciputra World Surabaya dibangun di atas lahan seluas 7,7 ha dan berlokasi di Jalan Mayjend. Sungkono, tepatnya di pintu gerbang Surabaya Barat. Tema dari proyek ini adalah mengangkat semangat Surabaya sebagai kota pesisir. Sehingga bentukan dasar massanya diilhami bentukan kapal layar tradisional. Nantinya tempat ini akan menjadi dunia rekaan yang akan menampung aktivitas warga sekaligus sebagai ikon kawasan tersebut. Berikut adalah informasi tentang proyek Ciputra World.
1. Data Administrasi. a. Komposisi Proyek.
5 tower apartment 39 lantai, mall 7 lantai, giant convention hall, 2 hotel bintang lima.
b. Luas Lahan. 75.870 m2.
c. Lokasi. Jalan. Mayjend Sungkono No. 89 Surabaya.
d. Pemilik (owner). Ciputra Group.
e. Konsultan Arsitek. DP Architect Singapore.
2. Spesifikasi Material dan Finishing. a. Pondasi.
Reinforced concrete bored piles. b. Superstructure.
Reinforced concrete. c. Material Lantai.
Stone, polished marble and granite, timber laminate flooring, homogenous tile, ceramic tile.
d. Material Dinding dan Fasade. Precast concrete panels in paint finish, glass curtain wall, aluminum composite panel, masonry wall plaster and paint finish, gypsum drywall in paint finish.
e. Material Ceiling. Gypsum board in paint finish, wood in paint finish, fiberglass in paint finish, metal sheet powder coating, expose concrete paint finish.
f. Material Pintu. Glass door, solid timber composite in stained finish, hollow timber in stained finish, steel door, PVC.
g. Material Atap. Metal roof, concrete deck.
Pembangunan tahap pertama Ciputra World Surabaya telah dimulai sejak Juli 2007, dan diperkirakan menelan biaya Rp. 425 miliar. 4.1.2 STRUKTUR ORGANISASI PROYEK Pada suatu proyek sangat dibutuhkan suatu struktur organisasi yang baik, baik dalam pelaksanaan maupun pengaturannya, sehingga semua aktivitas yang dilakukan di lapangan atau proyek dapat terkoordinir dengan baik dan juga dapat menciptakan suatu suasana manajemen yang mantap. Untuk itu maka harus diperhatikan faktor-faktor berikut:
a. Jalur instruksi harus langsung dan sependek mungkin.
b. Masing-masing staf personil harus memiliki uraian pekerjaan secara jelas terperinci dan dibuat oleh atasannya.
c. Masing-masing individu harus dibekali dengan wewenang yang sesuai dengan jabatannya.
d. Iklim kerja harus dibina dan dipelihara untuk memungkinkan tiap orang bekerja secara maksimal sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.
4.1.2.1 MANFAAT STRUKTUR ORGANISASI Kelancaran suatu proyek sangat ditentukan oleh adanya pembagian kerja yang jelas antara setiap komponen dalam proyek. Manfaat yang diperoleh dengan adanya struktur organisasi proyek yang jelas antara lain:
a. Tiap-tiap anggota dari struktur organisasi mengetahui tugas dan tanggung jawabnya atas setiap aktivitas pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Hubungan kerja antar personel ditetapkan dengan jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan yang akan menyebabkan terjadinya kekacauan.
4.1.2.2 TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB Adapun tugas dan tanggungjawab dari masing-masing pihak dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pemilik (Owner). Pemilik proyek adalah Ciputra Group. Dalam pelaksanaan proyek, pemilik proyek adalah penentu ketentuan. Namun, pemilik proyek tetap harus berkonsultasi dengan konsultan perencana tentang kemungkinan pelaksanaannya. Tugas dan wewenang pemilik proyek adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan dana atau biaya proyek. b. Mengambil keputusan untuk menunjuk konsultan pelaksana arsitektur maupun pelaksana sipil. c. Menolak pekerjaan yang tidak sesuai gambar bestek. d. Menetapkan denda jika terjadi keterlambatan proyek.
2. Konsultan. Pada proyek Ciputra World terdapat beberapa konsultan yang terlibat, yaitu:
a. Konsultan arsitek: DP Architect Singapore.
b. Konsultan lokal (arsitek, struktur, mekanikal, elektrikal) : Arkonin.
c. Konsultan biaya konstruksi dan quantity surveyors: PT. Reynolds Partnership.
Tugas dan wewenang konsultan adalah:
a. Bertanggungjawab kepada pemilik proyek.
b. Membuat rencana kerja yang lengkap sesuai dengan bidangnya, misalnya rencana arsitektur, struktur, spesifikasi teknik, penjelasan, dan perhitungan.
c. Mempertimbangkan usul-usul dari pihak owner mengenai masalah perencanaan.
3. Kontraktor Pelaksana. Kontraktor pelaksana dalam proyek ini adalah PT. Adhikarya (Persero) Tbk. Kontraktor pelaksana adalah pihak yang melaksanakan pembangunan proyek di lapangan menurut syarat-syarat yang telah ditetapkan dengan imbalan tertentu sesuai kontrak. Tugas dan wewenang kontraktor pelaksana adalah:
a. Bertanggungjawab atas keseluruhan pelaksanaan proyek di lapangan.
b. Menyediakan material, tenaga kerja, dan peralatan untuk pelaksanan pekerjaan di lapangan.
c. Memulai pelaksanaan proyek setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK).
d. Mengatur dan mengkoordinir semua pelaksanaan di lapangan sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak.
4.2 DATA-DATA PERMODELAN PERSEDIAAN 4.2.1 MATERIAL PERMODELAN Jenis dan volume kebutuhan material pada proyek pembangunan Ciputra World Mall, disajikan dalam suatu daftar yang disebut dengan material schedule. Material schedule adalah sebuah daftar material yang berisikan jenis-jenis material yang digunakan dan jumlah kebutuhan material sesuai permintaan lapangan. Material yang ditinjau pada proyek pembangunan Ciputra World Mall adalah material yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Material yang disediakan oleh kontraktor.
b. Material yang dibutuhkan paling lama di lapangan (lebih dari 4 bulan, ditinjau per jenis material).
c. Material yang memiliki volume kebutuhan terbesar (ditinjau per jenis material).
Tabel 4.1 Material permodelan.
4.2.2 DATA BIAYA PERSEDIAAN
Data biaya persediaan yang ditinjau berupa biaya pembelian, biaya pesan, dan biaya simpan.
a. Biaya Pembelian. Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Untuk mendapatkan biaya pembelian didasarkan pada HSPK Kota Surabaya tahun 2009. Harga satuan untuk tiap-tiap material yang dimodelkan adalah sebagai berikut:
Semen gresik (zak): Rp. 55.050,-
Pasir pasang (m3): Rp. 183.450,- Kayu bekisting/meranti (m3):
Rp. 2.800.000,- Batu pecah mesin (m3): Rp.
142.700,- Plafond gypsum 9 mm (m2)
: Rp. 50.900,-
b. Biaya Pesan. Biaya pesan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya pengetikan, telekomunikasi, penerimaan, inspeksi. Biaya ini diasumsikan tetap untuk setiap kali pesan, dengan area pemesanan material adalah Surabaya, Jawa Timur. Asumsi biaya pesan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya telekomunikasi dan biaya inspeksi.
Tabel 4.2 Biaya telekomunikasi.
Bulan (2009)
Biaya Telekomunikasi
Oktober Rp. 3.521.602,- Nopember Rp. 3.742.500,- Desember Rp. 4.334.791,-
Januari Rp. 4.310.277,-
Tabel 4.3 Biaya inspeksi material.
Material Biaya Inspeksi Semen Gresik Rp. 25.000,- Pasir pasang Rp. 10.000,-
Kayu bekisting (meranti)
Rp. 30.000,-
Batu pecah mesin Rp. 15.000,- Plafond gypsum
9 mm Rp. 20.000,-
Tabel 4.4 Biaya pesan material.
NO. Material Biaya
Telekomunikasi (Rp.)
Biaya Inspeksi
(Rp.)
Biaya Pesan (Rp.)
1. Semen Gresik
39.773 25.000 64.773
2. Pasir pasang
39.773 10.000 49.773
3. Kayu bekisting (meranti)
39.773 30.000 69.773
4. Batu pecah mesin
39.773 15.000 54.773
5. Plafond gypsum
39.773 20.000 59.773
c. Biaya Simpan.
Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Diperhitungkan berdasar biaya modal yang diinvestasikan pada inventori (dihitung berdasar suku bunga bank per tahun), penyusutan kuantitas selama penyimpanan, penanganan material saat penyimpanan.
Suku bunga bank per tahun: 13%. (Sumber: Harian Umum Sore Sinar Harapan)
Penyusutan kuantitas: 0,2 %. Penanganan bahan: 0,2 %.
Jadi, dapat disimpulkan biaya simpan per tahun adalah:
NO. Jenis Material
Satuan Keterangan Lama Dibutuhkan
(bulan)
Volume
1. Semen Gresik
zak Supply by kontraktor
9
4.996,66
2. Pasir pasang m3 Supply by kontraktor
7 5.135,53
3. Kayu bekisting (meranti)
m3 Supply by kontraktor
9
17,87
4. Batu pecah mesin
m3 Supply by kontraktor
9 449,36
5. Plafond gypsum
board 9 mm
m2 Supply by kontraktor
8 28.448,54
퐵푖푎푦푎 푠푖푚푝푎푛 푝푒푟 푡푎ℎ푢푛 = (13 % + 0,2 % 0,2 %) × 푏푖푎푦푎 푝푒푚푏푒푙푖푎푛
퐵푖푎푦푎 푠푖푚푝푎푛 푝푒푟 푏푢푙푎푛 = 13,4 %
12 푏푢푙푎푛× 푏푖푎푦푎 푝푒푚푏푒푙푖푎푛
Tabel 4.5 Biaya simpan material per unit per bulan.
NO. Material Biaya Simpan per unit per bulan
(Rp.)
1. Semen Gresik 614 2. Pasir pasang 2.048 3. Kayu bekisting (meranti) 31.266 4. Batu pecah mesin 1.593
5. Plafond Gypsum 568
4.3 KEBUTUHAN MATERIAL
Kebutuhan total material yang akan dimodelkan didapatkan langsung dari material schedule proyek pembangunan Ciputra World Mall. Material schedule adalah sebuah daftar material yang berisikan jenis-jenis material yang digunakan dan jumlah kebutuhan material sesuai permintaan lapangan. Daftar inilah yang digunakan sebagai acuan bagi kontraktor dalam melakukan pengadaan material.
Tabel 4.6 Kebutuhan Material.
4.4 PERMODELAN PERSEDIAAN
4.4.1 ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) Dalam metode ini, jumlah material yang akan dipesan didapatkan dengan menghitung jumlah pemesanan terhemat. Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung jumlah pemesanan terhemat (EOQ) adalah jumlah permintaan rata-rata per periode (mis: 1 tahun), biaya pembelian, biaya pesan, dan biaya simpan. Untuk mendapatkan jumlah pemesanan terhematnya, dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
EOQ =
Keterangan: EOQ = jumlah (lot) pemesanan terkemat D = jumlah kebutuhan per periode (bulan) k = biaya pesan untuk tiap kali pesan h = biaya simpan per periode (bulan)
MATERIAL SATUAN
VOLUME
TOTAL
TAHUN 2008 TAHUN 2009
AUG SEP OCT NOV DEC JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL
Semen Gresik
zak 4.997 - - - 82 328 682 682 682 1.164 653 483 241
Pasir pasang m3 5.135,04 - 395,27 860,27 70,22 - - - - 952,32 952,32 952,32 952,32
Kayu bekisting (meranti)
m3 17,88 - - - 0,29 1,17 2,44 2,44 2,44 4,17 2,34 1,73 0,86
Batu pecah mesin
m3 449,35 - - - 7,37 29,49 61,30 61,30 61,30 104,72 58,74 43,42 21,71
Plafond gypsum 9 mm
m2 27.872,96 - - - - 150,99 575,58 7.868,85 7.080,98 6.988,29 4.257,38 937,91 588,56
Tabel 4.7 Ukuran lot.
4.4.1.1 PENGADAAN MATERIAL SEMEN GRESIK
Tabel 4.8 Pengadaan material Semen Gresik dengan EOQ.
Dari pengaturan tersebut, biaya total persediaan yang harus dikeluarkan adalah hasil penjumlahan dari total biaya pesan dengan total biaya simpan. Maka, biaya total persediaan material Semen Gresik dengan metode EOQ adalah sebesar Rp. 1.477.456,-.
Material Satuan Permintaan total
Lama Dibutuhkan
(bulan)
Permintaan rata-rata per
bulan (D)
Biaya Pembelian
(c)
(Rp.)
Biaya Pesan
(k)
(Rp.)
Biaya Simpan
per bulan (h)
(Rp.)
Lot (EOQ)
Semen Gresik
zak 4.997 9
555,18 55.050 60.000 615 263
Pasir pasang
m3 5.135,04 7 733,58 183.450 45.000 2.049 143
Kayu bekisting (meranti)
m3 17,88 9
1,99 2.800.000 65.000 31.267 2
Batu pecah mesin
m3 449,35 9 49,93 142.700 50.000 1.593 45
Plafond gypsum 9
mm
m2 28.448,54 8 3.556 50.900 59.773 568 865
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (Zak)
- - - 82 328
682
682
682
1.164
653
483
241
4.997
Lot (Zak)
- - - 263 263 789
526
789
1.052
789
526
263 5.260
Sisa (Zak)
- - - 181 116
223
67
174
62
198
241
263
Biaya Pesan (Rp.)
- - - 60.000 60.000
60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 540,000
Biaya Simpan (Rp.)
- - - 111.265 71.308
137.084
41.187
106.962
38.113
121.716
148.149
161.673
937.456
Biaya Total (Rp.)
- - - 171.265
131.308
197.084
101.187
166.962
98.113
181.716
208.149
221.673
1.477.456
4.4.1.2 PENGADAAN MATERIAL PASIR PASANG
Tabel 4.9 Pengadaan material pasir pasang dengan EOQ.
Dari permodelan tersebut, didapatkan biaya total persediaan material pasir pasang dengan metode EOQ adalah sebesar Rp. 2.195.583,-. 4.4.1.3 PENGADAAN MATERIAL KAYU BEKISTING (MERANTI)
Tabel 4.10 Pengadaan material kayu bekisting (meranti) dengan EOQ.
Dari permodelan tersebut, biaya total persediaan untuk pengadaan material kayu bekisting (meranti) dengan metode EOQ adalah sebesar Rp. 707.947,-.
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- 395,27
860,27
70,22
- - - - 952,32
952,32
952,32
952,32
5.135,04
Lot (m3)
- 429
858
143
- - - - 858
1.001
1.001
1.001
5.291
Sisa (m3)
- 33,73
31,46
104,24
104,24
104,24
104,24
104,24
9,92
58,60
107,28
155,96
Biaya Pesan (Rp.)
- 45.000
45.000
45.000
- - - - 45.000 45.000 45.000 45.000 315.000
Biaya Simpan (Rp.)
- 69.097
64.447
213.538
213.538
213.538
213.538
213.538
20.321
120.004
219.766
319.488
1.880.853
Biaya Total (Rp.)
- 114.097
109.447
258.538
213.538
213.538
213.538
213.538
65.321
165.004
264.766
364.488
2.195.853
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 0,29
1,17
2,44
2,44
2,44
4,17
2,34
1,73
0,86
17,88
Lot (m3)
- - - 2
- 2
4
2
4
2
2
- 18
Sisa (m3)
- - - 1,71
0,54
0,1
1,66
1,22
1,05
0,71
0,98
0,12
-
Biaya Pesan (Rp.)
- - - 65.000
- 65.000
65.000
65.000
65.000
65.000
65.000
- 455.000
Biaya Simpan (Rp.)
- - - 53.466
16.884
3.127
51.903
38.145
32.830
22.199
30.641
3.752
252.947
Biaya Total (Rp.)
- - - 118.466
16.884
68.127
116.903
103.145
97.830
87.199
95.641
3.752
707.947
4.4.1.4 PENGADAAN MATERIAL BATU PECAH MESIN
Tabel 4.11 Pengadaan material batu pecah mesin dengan EOQ.
Dari permodelan tersebut, biaya total persediaan untuk material batu pecah mesin dengan metode EOQ adalah sebesar Rp. 645.910,-. 4.4.1.5 PENGADAAN MATERIAL PLAFOND GYPSUM
Tabel 4.12 Pengadaan material plafond gypsum dengan EOQ.
Dari permodelan tersebut, biaya total persediaan untuk material plafond gypsum dengan metode EOQ adalah sebesar Rp. 2.572.684,-.
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 7,37
29,49
61,3
61,3
61,3
104,72
58,74
43,42
21,71
449,35
Lot (m3)
- - - 45
- 90
45
45
135
45
45
-
450
Sisa (m3)
- - - 37,63
8,14
36,84
20,54
4,24
34,52
20.78
22,36
0,65
Biaya Pesan (Rp.)
- - - 50.000
- 50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
-
350.000
Biaya Simpan
(Rp.)
- - - 59.963
12.971
58.704
32.730
6.756
55.007
33.113
35.630
1.036
295.910
Biaya Total (Rp.)
- - - 109.963
12.971
108.704
82.730
56.756
105.007
83.113
85.630
1.036
645.910
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - - 150,99
575,58
7.868,85
7080.98
6.988,29
4.257,38
937,91
588,56
28.448,54
Lot (m3)
- - - - 865
- 7.785
7.785
6.920
4.325
865
- 28.545
Sisa (m3)
- - - - 714,01
138,43
54,58
759
690.31
757,93
685,02
96,46
Biaya Pesan (Rp.)
- - - - 59.773
- 59.773
59.773 59.773 59.773 59.773 - 358.638
Biaya Simpan (Rp.)
- - - - 405.831
78.681
31.022
431.176
392.361
430.795
389.354
54.826
2.214.046
Biaya Total (Rp.)
- - - - 465.604
78.681
90.795
490.949
452.134
490.568
449.127
54.826
2.572.684
4.4.2 LOT FOR LOT
Untuk penjadwalan pengadaan material dengan metode lot for lot, masing-masing material diadakan sama besar dengan kebutuhan pada periode rencana. Waktu pengadaan disesuaikan dengan waktu kebutuhan, sehingga tidak ada biaya simpannya atau material langsung habis terpakai. Variabel biaya yang digunakan dalam menghitung biaya total persediaan adalah biaya pesan saja. 4.4.2.1 PENGADAAN MATERIAL SEMEN GRESIK
Tabel 4.13 Pengadaan material Semen Gresik dengan Lot for Lot.
Dari permodelan tersebut, biaya total persediaan material Semen Gresik dengan metode Lot for Lot adalah sebesar Rp. 540.000,-. 4.4.2.2 PENGADAAN MATERIAL PASIR PASANG
Tabel 4.14 Pengadaan material pasir pasang dengan Lot for Lot.
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 82
328
682
682
682
1.164
653
483
241
4.997
Lot (m3)
- - - 82
328
682
682
682
1.164
653
483
241
4.997
Sisa (m3)
- - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Pesan (Rp.)
- - - 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 540.000
Biaya Simpan (Rp.)
- - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Total (Rp.)
- - - 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 540.000
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- 395,27
860,27
70,22
- - - - 952,32
952,32
952,32
952,32
5.135,04
Lot (m3)
- 395,27
860,27
70,22
- - - - 952,32
952,32
952,32
952,32
5.135,04
Sisa (m3)
- 0 0 0 - - - - 0 0 0 0
Biaya Pesan (Rp.)
- 45.000 45.000 45.000 - - - - 45.000 45.000 45.000 45.000 315.000
Biaya Simpan (Rp.)
- 0 0 0 - - - - 0 0 0 0 0
Biaya Total (Rp.)
- 45.000 45.000 45.000 - - - - 45.000 45.000 45.000 45.000 315.000
Dari permodelan tersebut, biaya total persediaan material pasir pasang dengan metode Lot for Lot adalah sebesar Rp. 315.000,-. 4.4.2.3 PENGADAAN MATERIAL KAYU BEKISTING (MERANTI)
Tabel 4.15 Pengadaan material kayu bekisting (meranti) dengan Lot for Lot.
Dari permodelan tersebut, biaya total persediaan material kayu beksiting (meranti) dengan metode Lot for Lot adalah sebesar Rp. 585.000,-. 4.4.2.4 PENGADAAN MATERIAL BATU PECAH MESIN
Tabel 4.16 Pengadaan material batu pecah mesin dengan Lot for Lot.
Dari permodelan tersebut, biaya total persediaan material batu pecah mesin dengan metode Lot for Lot adalah sebesar Rp. 450.000,-.
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 0,29
1,17
2,44
2,44
2,44
4,17
2,34
1,73
0,86
17,88
Lot (m3)
- - - 0,29
1,17
2,44
2,44
2,44
4,17
2,34
1,73
0,86
17,88
Sisa (m3)
- - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Pesan (Rp.)
- - - 65.000 65.000 65.000 65.000 65.000 65.000 65.000 65.000 65.000 585.000
Biaya Simpan (Rp.)
- - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Total (Rp.)
- - - 65.000 65.000 65.000 65.000 65.000 65.000 65.000 65.000 65.000 585.000
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 7,37
29,49
61,3
61,3
61,3
104,72
58,74
43,42
21,71
449,35
Lot (m3)
- - - 7,37
29,49
61,3
61,3
61,3
104,72
58,74
43,42
21,71
449,35
Sisa (m3)
- - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Pesan (Rp.)
- - - 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 450.000
Biaya Simpan (Rp.)
- - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Total (Rp.)
- - - 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 450.000
4.4.2.5 PENGADAAN MATERIAL PLAFOND GYPSUM
Tabel 4.17 Pengadaan material plafond gypsum dengan Lot for Lot.
Dari permodelan tersebut, biaya total persediaan material batu pecah mesin dengan metode Lot for Lot adalah sebesar Rp. 478.184,-. 4.4.3 FIXED PERIOD REQUIREMENT (FPR) Metode ini membuat pesanan berdasarkan periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah kebutuhan tidak berdasakan ramalan, tetapi dengan cara menjumlahkan kebutuhan bersih pada periode yang akan datang. Penentuan periode waktu pemesanan dapat didasarkan pada pengalaman atau intuisi. 4.4.3.1 PENGADAAN MATERIAL SEMEN GRESIK
Tabel 4.18 Pengadaan material Semen Gresik dengan FPR.
Biaya total persediaan material Semen Gresik dengan metode FPR adalah sebesar Rp. 3.516.113,-.
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - - 150,99
575,58
7.868,85
7080.98
6.988,29
4.257,38
937,91
588,56
28.448,54
Lot (m3)
- - - - 150,99
575,58
7.868,85
7080.98
6.988,29
4.257,38
937,91
588,56
28.448,54
Sisa (m3)
- - - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Pesan (Rp.)
- - - - 59.773
59.773 59.773
59.773 59.773 59.773 59.773 59.773 478.184
Biaya Simpan (Rp.)
- - - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Total (Rp.)
- - - - 59.773
59.773 59.773
59.773 59.773 59.773 59.773 59.773 478.184
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 82
328
682
682
682
1.164
653
483
241
4.997
Lot (m3)
- - - 1.092
- - 2.528
- - 1.377
- 4.997
Sisa (m3)
- - - 1.010
682
0
1.846
1.164
0
724
241
0
Biaya Pesan (Rp.)
- - - 60.000
- - 60.000
- - 60.000
- 180.000
Biaya Simpan (Rp.)
- - - 620.872
419.242
0
1.134.782
715.540
0
445.061
615
0
3.336.113
Biaya Total (Rp.)
- - - 680.872
419.242
0
1.194.782
715.540
0
505.061
615
0
3.516.113
4.4.3.2 PENGADAAN MATERIAL PASIR PASANG
Tabel 4.19 Pengadaan material pasir pasang dengan FPR.
Biaya total persediaan material pasir pasang dengan metode FPR adalah sebesar Rp. 6.086.682,-. 4.4.3.3 PENGADAAN MATERIAL KAYU BEKISTING (MERANTI)
Tabel 4.20 Pengadaan material kayu bekisting (meranti) dengan FPR.
Biaya total persediaan material kayu bekisting dengan metode FPR adalah sebesar Rp. 829.088,-.
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- 395,27
860,27
70,22
- - - - 952,32
952,32
952,32
952,32
5.135,04
Lot (m3)
- 1.325,76
- - - - - - 1.904,64
- 1.904,64
- 5.135,04
Sisa (m3)
- 930,49
70,22
0
- - - - 952,32
0
952,32
0
Biaya Pesan (Rp.)
- 45.000
- - - - - - 45.000
- 45.000
- 135.000
Biaya Simpan (Rp.)
- 1.906.132
143.847
0
- - - - 1.950.851
0
1.950.851
0
5.951.682
Biaya Total (Rp.)
- 1.951.132
143.847
0
- - - - 1.995.851
0
1.995.851
0
6.086.682
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 0,29
1,17
2,44
2,44
2,44
4,17
2,34
1,73
0,86
17,88
Lot (m3)
- - - 3,90
- - 9,05
- - 4,93
- - 17,88
Sisa (m3)
- - - 3.61
2,44
0
6,61
4,17
0
2,59
0,86
0
Biaya Pesan (Rp.)
- - - 65.000
- - 65.000
- - 65.000 - - 195.000
Biaya Simpan (Rp.)
- - - 112.873
76.291
0
206.673
130.382
0
80.981
26.889
0
634.088
Biaya Total (Rp.)
- - - 177.873
76.291
0
271.673
130.382
0
145.981
26.889
0
829.088
4.4.3.4 PENGADAAN MATERIAL BATU PECAH MESIN
Tabel 4.21 Pengadaan material batu pecah mesin dengan FPR.
Biaya total persediaan material kayu bekisting dengan metode FPR adalah sebesar Rp. 962.151,-. 4.4.3.5 PENGADAAN MATERIAL PLAFOND GYPSUM
Tabel 4.22 Pengadaan material plafond gypsum dengan FPR.
Biaya total persediaan material plafond gypsum dengan metode FPR adalah sebesar Rp. 7.345.305,-. 4.4.4 ALGORITMA WAGNER DAN WITHIN Metode algoritma Wagner dan Within didasarkan atas permintaan beberapa periode mendatang yang sudah diramalkan sebelumnya. Algoritma Wagner dan Within dimulai dari akhir periode, dimana pembelian bahan dilakukan hanya jika persediaan diperhitungkan sama dengan nol. Dari akhir periode
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 7,37
29,49
61,3
61,3
61,3
104,72
58,74
43,42
21,71
449,35
Lot (m3)
- - - 98,16
- - 227,32
- - 123,87
- - 449,35
Sisa (m3)
- - - 90,79
61,3
0
166,02
104,72
0
65,13
21,71
0
-
Biaya Pesan (Rp.)
- - - 50.000
- - 50.000 - - 50.000 - - 150.000
Biaya Simpan (Rp.)
- - - 144.672
97.681
0
264.550
166.870
0
103.784
34.595
0
812.151
Biaya Total (Rp.)
- - - 194.672
97.681
0
314.550
166.870
0
153.784
34.595
0
962.151
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - - 150,99
575,58
7.868,85
7.080,98
6.988,29
4.257,38
937,91
588,56
28.448,54
Lot (m3)
- - - - 727
- 14.950
- 11.246
- 1.526
- 28.449
Sisa (m3)
- - - - 576
0
7.081
0
4.257
0
589
0
Biaya Pesan (Rp.)
- - - - 59.773
- 59.773
- 59.773
- 59.773
- 239.092
Biaya Simpan (Rp.)
- - - - 327.150
0
4.024.711
0
2.419.824
0
334.528
0
7.106.213
Biaya Total (Rp.)
- - - - 386.923
0
4.084.484
0
2.479.597
0
394.301
0
7.345.305
perencanaan, algoritma bergerak mundur ke belakang dengan mempertimbangkan permintaan dari pembelian terakhir, dimana pada setiap periode selalu ditanyakan: apakah pembelian bahan dibutuhkan pada saat ini, jika ya, berapa ukuran ekonomisnya. 4.4.4.1 PENGADAAN MATERIAL SEMEN GRESIK Untuk mengatur pengadaan material Semen Gresik dengan metode ini, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menghitung matriks total ongkos (ongkos simpan + ongkos pesan) dari semua alternatif pemesanan selama horizon perencanaannya.
b. Menghitung ongkos minimum yang mungkin. c. Menterjemahkan ongkos minimum menjadi ukuran lot.
Biaya pesan tiap kali pesan Rp. 60.000,- dan biaya simpan per zak per bulan sebesar Rp. 614,-.
Tabel 4.23 Pengadaan material Semen Gresik dengan Algoritma Wagner dan Within.
Bulan Dec 2008
Nov 2008
Jan 2009
Feb 2009
Mar 2009
Apr 2009
May 2009
Jun 2009
Jul 2009
Permintaan (zak)
82 328 682 682 682 1.164 653 483 241
Jumlah Pesanan
(zak)
82 328 682 682 682 1.164 653 483 241
Biaya total kumulatif
(Rp.)
60.000 120.000 180.000 240.000 30.000 360.000 420.000 480.000 540.000
Dengan demikian biaya total persediaan untuk material Semen Gresik dengan metode Algoritma Wagner dan Within adalah sebesar Rp. 540.000,-. 4.4.4.2 PENGADAAN MATERIAL PASIR PASANG Pengaturan pengadaan material pasir pasang dengan metode ini, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung matriks total ongkos (ongkos simpan + ongkos pesan) dari semua alternatif pemesanan selama horizon perencanaannya.
b. Menghitung ongkos minimum yang mungkin. c. Menterjemahkan ongkos minimum menjadi ukuran lot.
Biaya pesan tiap kali pesan Rp. 45.000,- dan biaya simpan per m3 per bulan sebesar Rp. 2.048,-.
Tabel 4.24 Pengadaan material pasir pasang dengan Algoritma Wagner dan Within.
Dengan demikian biaya total persediaan untuk material pasir pasang dengan metode Algoritma Wagner dan Within adalah sebesar Rp. 315.000,-.
Bulan 2008 2009
Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
Permintaan (m3)
- 395,27 860,27 70,22 - - - - 952,32 952,32 952,32 952,32
Jumlah pesanan
(m3)
- 395,27 860,27 70,22 - - - - 952,32 952,32 952,32 952,32
Biaya total kumulatif
(Rp.)
- 45.000 90.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000 180.000 225.000 270.000 315.000
4.4.4.3 PENGADAAN MATERIAL KAYU BEKISTING (MERANTI) Pengaturan pengadaan material kayu bekisting dengan metode ini, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung matriks total ongkos (ongkos simpan + ongkos pesan) dari semua alternatif pemesanan selama horizon perencanaannya.
b. Menghitung ongkos minimum yang mungkin. c. Menterjemahkan ongkos minimum menjadi ukuran lot.
Biaya pesan tiap kali pesan Rp. 65.000,- dan biaya simpan per m3 per bulan sebesar Rp. 31.267,-.
Tabel 4.25 Pengadaan material kayu bekisting (meranti) dengan Algoritma Wagner dan Within.
Dengan demikian biaya total persediaan untuk material kayu bekisting dengan metode Algoritma Wagner dan Within adalah sebesar Rp. 518.742,-. 4.4.4.4 PENGADAAN MATERIAL BATU PECAH MESIN Pengaturan pengadaan material batu pecah mesin dengan metode ini, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung matriks total ongkos (ongkos simpan + ongkos pesan) dari semua alternatif pemesanan selama horizon perencanaannya.
b. Menghitung ongkos minimum yang mungkin. c. Menterjemahkan ongkos minimum menjadi ukuran lot.
Biaya pesan tiap kali pesan Rp. 50.000,- dan biaya simpan per m3 per bulan sebesar Rp. 1.593,-.
Tabel 4.26 Pengadaan material batu pecah mesin dengan Algoritma Wagner dan Within.
Dengan demikian biaya total persediaan untuk material batu pecah mesin dengan metode Algoritma Wagner dan Within adalah sebesar Rp. 446.978,-.
Bulan 2008 2009
Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
Permintaan (m3)
- - - 0,29 1,17 2,44 2,44 2,44 4,17 2,34 1,73 0,86
Jumlah pesanan
(m3)
- - - 1,46 - 2,44 2,44 2,44 4,17 4,93 - -
Biaya total kumulatif
(Rp.)
- - - 101.582 101.582 166.582 231.582 296.582 361.582 518.472 518.472 518.472
Bulan 2008 2009
Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
Permintaan (m3)
- - - 7,37 29,49 61,30 61,30 61,30 104,72 58,74 43,42 21,71
Jumlah pesanan
(m3)
- - - 36,86 - 61,30 61,30 61,30 104,72 58,74 43,42 21,71
Biaya total kumulatif
(Rp.)
- - - 96.978 96.978 146.978 196.978 246.978 296.978 346.978 396.978 446.978
4.4.4.5 PENGADAAN MATERIAL PLAFOND GYPSUM Pengaturan pengadaan material plafond gypsum dengan metode ini, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung matriks total ongkos (ongkos simpan + ongkos pesan) dari semua alternatif pemesanan selama horizon perencanaannya.
b. Menghitung ongkos minimum yang mungkin. c. Menterjemahkan ongkos minimum menjadi ukuran lot.
Biaya pesan tiap kali pesan Rp. 59.773,- dan biaya simpan per m2 per bulan sebesar Rp. 568,-.
Tabel 4.27 Pengadaan material plafond gypsum dengan Algoritma Wagner dan Within.
Dengan demikian biaya total persediaan untuk material plafond gypsum dengan metode Algoritma Wagner dan Within adalah sebesar Rp. 478.184,-. 4.5 PENENTUAN METODE PERSEDIAAN EKONOMIS HASIL STUDI Penentuan metode persediaan ekonomis hasil studi dilakukan dengan membandingkan biaya total persediaan untuk masing-masing material permodelan. Biaya total persediaan tersebut didapatkan dengan menggunakan metode persediaan tradisional. Metode persediaan tradisional yang digunakan adalah economic order quantity (EOQ), lot for lot, fixed periode requirement (FPR), dan algoritma Wagner dan Within.
Tabel 4.28 Biaya total persediaan hasil studi.
Jenis Material
Biaya Total Persediaan EOQ
(Rp)
Lot for Lot
(Rp)
FPR
(Rp)
Alg. Wagner – Within
(Rp)
Semen Gresik 1.475.703 540.000 3.516.112 540.000 Pasir pasang 2.333.514 315.000 6.086.682 315.000 Kayu bekisting (meranti)
695.440 585.000 829.088 518.742
Batu pecah mesin
743.586 450.000 962.150 446.978
Plafond gypsum
2.572.684
478.184
7.345.305
478.184
Bulan 2008 2009
Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
Permintaan (m3)
- - - - 150,99
575,58
7.868,85
7.080,98
6.988,29
4.257,38
937,91
588,56
Jumlah pesanan
(m3)
- - - - 150,99
575,58
7.868,85
7.080,98
6.988,29
4.257,38
937,91
588,56
Biaya total kumulatif
(Rp.)
- - - - 59.773 119.546 179.319 239.092 298.865 358.638 418.411 478.184
Dari hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan metode persediaan yang memberikan biaya total persediaan ekonomis adalah algoritma Wagner dan Within. Rincian biaya total persediaan hasil studi dengan menggunakan algoritma Wagner dan Within adalah sebagai berikut:
a. Biaya total persediaan untuk material Semen Gresik adalah Rp. 540.000,-. b. Biaya total persediaan untuk material pasir pasang adalah Rp. 315.000,-. c. Biaya total persediaan untuk material kayu bekisting (meranti) adalah Rp. 518.742,-. d. Biaya total persediaan untuk material batu pecah mesin adalah Rp. 446.978,-. e. Biaya total persediaan untuk material plafond gypsum adalah Rp. 478.184,-.
4.6 PENENTUAN BIAYA TOTAL PERSEDIAAN BERDASARKAN PERENCANAAN PROYEK Penentuan biaya total persediaan berdasarkan perencanaan proyek ini, dibuat sesuai dengan data rencana pengadaan material yang sudah dibuat oleh kontraktor. Dengan demikian, dapat diketahui biaya total persediaan yang harus dikeluarkan kontraktor untuk masing-masing material permodelan. 4.6.1 PENGADAAN MATERIAL SEMEN GRESIK
Tabel 4.29 Pengadaan material Semen Gresik berdasarkan perencanaan proyek.
Dari pengaturan tersebut, biaya total persediaan yang harus dikeluarkan adalah hasil penjumlahan dari total biaya pesan dengan total biaya simpan. Maka, biaya total persediaan material Semen Gresik berdasarkan perencanaan proyek adalah sebesar Rp. 22.499.921,-.
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 82 328 682 682 682 1.164 653 483 241 4.997
Lot (m3)
4.997 - - - - - - - - - - - -
Sisa (m3)
4.997 4.997 4.997 4915
4587
3905
3,223
2,541
1,377
724
241
0
Biaya Pesan (Rp.)
60.000 - - - - - - - - - - - 60.000
Biaya Simpan (Rp.)
3.071.780
3.071.780
3.071.780
3.021.373
2.819.743
2.400.501
1.981.258
1.562.016
846.476
445.060
148.148
0 22.439.921
Biaya Total (Rp.)
3.131.780
3.071.780
3.071.780
3.021.373
2.819.743
2.400.501
1.981.258
1.562.016
846.476
445.060
148.148 0 22.499.921
4.6.2 PENGADAAN MATERIAL PASIR PASANG
Tabel 4.30 Pengadaan material pasir pasang berdasarkan perencanaan proyek.
Dari pengaturan tersebut, biaya total persediaan yang harus dikeluarkan adalah hasil penjumlahan dari total biaya pesan dengan total biaya simpan. Maka, biaya total persediaan material pasir pasang berdasarkan perencanaan proyek adalah sebesar Rp. 78.943.182,-. 4.6.3 PENGADAAN MATERIAL KAYU BEKISTING (MERANTI)
Tabel 4.31 Pengadaan material kayu bekisting (meranti) berdasarkan perencanaan proyek.
Dari pengaturan tersebut, biaya total persediaan yang harus dikeluarkan adalah hasil penjumlahan dari total biaya pesan dengan total biaya simpan. Maka, biaya total persediaan material kayu bekisting berdasarkan perencanaan proyek adalah sebesar Rp. 4.149.990,-.
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- 395,27
860,27
70,22
- - - 952,32
952,32
952,32
952,32
5.135,04
Lot (m3)
5.135,04
- - - - - - - - - - - 5.135,04
Sisa (m3)
5.135,04
4.739,77
3.879,50
3.809,28
3.809,28
3.809,28
3.809,28
3.809,28
2.857
1.905
952
0
Biaya Pesan (Rp.)
45.000
- - - - - - - - - - - 45.000
Biaya Simpan (Rp.)
10.519.257
9.709.537
7.947.252
7.803.405
7.803.405
7.803.405
7.803.405
7.803.405
5.852.553
3.901.702
1.950.851
0
78.898.182
Biaya Total (Rp.)
10.564.257
9.709.537
7.947.252
7.803.405
7.803.405
7.803.405
7.803.405
7.803.405
5.852.553
3.901.702
1.950.851
0
78.943.182
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 0,29
1,17
2,44
2,44
2,44
4,17
2,34
1,73
0,86
17,88
Lot (m3)
17,88
- - - - - - - - - - - 17,88
Sisa (m3)
17,88
17,88
17,88
17,59
16,42
13,98
11,54
9,10
4,93
2,59
0,86
0
Biaya Pesan (Rp.)
65.000
- - - - - - - - - - - 65.000
Biaya Simpan (Rp.)
559.048
559.048
559.048
549.981
513.399
437.108
360.817
284.527
154.145
80.981
26.889
0
4.084.990
Biaya Total (Rp.)
624.048
559.048
559.048
549.981
513.399
437.108
360.817
284.527
154.145
80.981
26.889
0
4.149.990
4.6.4 PENGADAAN MATERIAL BATU PECAH MESIN
Tabel 4.32 Pengadaan material batu pecah mesin berdasarkan perencanaan proyek.
Dari pengaturan tersebut, biaya total persediaan yang harus dikeluarkan adalah hasil penjumlahan dari total biaya pesan dengan total biaya simpan. Maka, biaya total persediaan material batu pecah mesin berdasarkan perencanaan proyek adalah sebesar Rp. 5.281.246,-. 4.6.5 PENGADAAN MATERIAL PLAFOND GYPSUM
Tabel 4.33 Pengadaan material plafond gypsum berdasarkan perencanaan proyek.
4.7 ANALISA PERBANDINGAN Setelah melalui proses analisa dan pengolahan data, akhirnya didapatkan metode pengendalian persediaan teoritis (hasil studi) yang memberikan biaya total persediaan yang ekonomis, serta biaya total persediaan menurut perencanaan proyek. Kedua hasil tersebut akan dibandingkan untuk mengetahui model yang memberikan biaya total persediaan kumulatif yang paling ekonomis.
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - 7,37
29,49
61,3
61,3
61,3
104,72
58,74
43,42
21,71
449,35
Lot (m3)
449,35
- - - - - - - - - - - 449,35
Sisa (m3)
449,35
449,35
449,35
441,98
412,49
351,19
289,89
228,59
123,87
65,13
21,71
0
Biaya Pesan (Rp.)
50.000
- - - - - - - - - - - 50.000
Biaya Simpan (Rp.)
716.031
716.031
716.031
704.287
657.295
559.615
461.934
364.254
197.384
103.783
34.594
0
5.231.246
Biaya Total (Rp.)
766.031
716.031
716.031
704.287
657.295
559.615 461.934
364.254
197.384
103.783
34.594
0
5.281.246
Bulan
Tahun 2008
Tahun 2009
Jumlah
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Permintaan (m3)
- - - - 150,99
575,58
7.868,85
7.080,98
6.988,29
4.257,38
937,91
588,56
28.448,54
Lot (m3)
- - - 28.448,54
- - - - - - - - 28.448,54
Sisa (m3)
- - - 28.448,54
28.298
27.722
19.853
12.772
5.784
1.526
588,56
0
Biaya Pesan (Rp.)
- - - 59.773
- - - - - - - - 59.773
Biaya Simpan (Rp.)
- - - 16.169.676
16.083.856
15.756.706
11.284.183
7.259.472
3.287.444
867.620
334.528
0 71.043.483
Biaya Total (Rp.)
- - - 16.229.449
16.083.856
15.756.706
11.284.183
7.259.472
3.287.444
867.620
334.528
0 71.103.256
Biaya total persediaan yang dihitung nerupakan biaya total persediaan kumulatif dengan variabel biaya yang digunakan adalah biaya pembelian, biaya simpan, dan biaya pesan. Permodelan material dengan metode pengendalian persediaan tradisional maupun dengan perencanaan proyek pada pembahasan sebelumnya tidak memperhatikan biaya pembelian karena biaya pembelian selalu tetap dan akan timbul tanpa memperhitungkan frekuensi pemesanan. Namun, pada sub-bab analisa perbandingan ini biaya pembelian tersebut dimasukkan dalam perhitungan untuk mendapatkan biaya total persediaan kumulatif yang lebih akurat. Biaya pembelian untuk tiap material berbeda-beda, dan tergantung pada harga satuan material dan kuantitas pembelian. Biaya pembelian kumulatif untuk masing-masing material disajikan pada tabel 4.34. Metode pengendalian persediaan teoritis yang memberikan biaya total persediaan kumulatif yang ekonomis adalah metode algoritma Wagner dan Within. Rincian biaya total persediaan hasil studi dengan menggunakan algoritma Wagner dan Within dan menurut perencanaan proyek adalah seperti pada tabel 4.35.
Tabel 4.38 Rincian biaya pembelian kumulatif.
Jenis Material
Sat. Jumlah Kebutuhan
Harga Satuan
(Rp.)
Biaya Pembelian Kumulatif
(Rp.)
Semen Gresik zak 4.997
55.050
275.084.850
Pasir pasang m3 5.135,04
183.450
942.023.088
Kayu belisting (meranti)
m3 17,88 2.800.000
50.064.000
Batu pecah mesin
m3 449,35 142.700
64.122.245
Plafond gypsum
m2 27.872,96 50.900
1.448.030.686
Tabel 4.39 Rincian biaya total persediaan kumulatif.
Jenis Material
Biaya
Pembelian
Biaya Total Persediaan Biaya Total Persediaan Kumulatif
Alg. Wagner
– Within (Rp.)
Perencanaan Proyek
(Rp.)
Alg. Wagner – Within
(Rp.)
Perencanaan Proyek
(Rp.)
Semen Gresik
275.084.850
540.000 22.499.921 275.624.850
297.584.771
Pasir pasang
942.023.088
315.000 78.943.182 942.338.088
1.020.966.270
Kayu bekisting (meranti)
50.064.000
518.742 4.149.990 50.582.742
54.213.990
Batu pecah mesin
64.122.245
446.978 5.281.246 64.569.223
69.403.491
Plafond gypsum
1.448.030.686
478.184 71.103.256
1.448.508.870
1.519.133.942
Jumlah Total Kumulatif 2.781.623.773 2.961.302.464
Rincian biaya total persediaan paling ekonomis adalah sebagai berikut:
a. Biaya total persediaan minimum untuk material Semen Gresik adalah Rp. 275.624.850,-. (Metode algoritma Wagner dan Within).
b. Biaya total persediaan minimum untuk material pasir pasang adalah Rp. 942.338.088,-. (Metode algoritma Wagner dan Within).
c. Biaya total persediaan minimum untuk material kayu bekisting adalah Rp. 50.582.742,-. (Metode algoritma Wagner dan Within).
d. Biaya total persediaan minimum untuk material batu pecah mesin adalah Rp. 64.569.223,-. (Metode algoritma Wagner dan Within).
e. Biaya total persediaan minimum untuk material plafond gypsum adalah Rp. 1.519.133.942,-. (Metode algoritma Wagner dan Within).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan uraian dari bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Metode pengendalian persediaan teoritis yang memberikan biaya total persediaan paling minimum adalah metode algoritma Wagner dan Within.
b. Metode algoritma Wagner dan Within memberikan biaya total persediaan yang paling minimum dibanding dengan metode pengendalian persediaan berdasarkan perencanaan proyek. Metode ini lebih hemat 6 % dari metode pengendalian persediaan berdasarkan perencanaan proyek.
5.2 SARAN Saran yang dapat diberikan setelah mengerjakan tugas akhir ini adalah:
a. Perhitungan biaya total persediaan sebaiknya dibuat dalam satuan waktu per minggu, agar didapatkan hasil yang lebih akurat.
b. Dalam perhitungan biaya simpan perlu mencermati tingkat suku bunga bank terhadap kepemilikan modal, karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya total persediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Barry R., dan Heizer Jay, 2001, Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi, Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Hanna E. Michael, R. Barry, dan Stair M. Ralph, 1997, Quantitative Analysis for Management, New Jersey : Prentice Hall. Nasution Arman H., dan Prasetyawan Yudha, 2008, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Yogyakarta : Graha Ilmu. Pardede M. Pontas, 2005, Manajemen Operasi dan Produksi, Yogyakarta : Penerbit Andi. Taha Hamdi A., 1996, Riset Operasi, Jakarta : Binarupa Aksara.