Analisa Kebijakan Investigasi Anti Dumping Cina Terhadap Impor Produk Ayam Dan Otomotif Amerika...
-
Upload
erika-angelika -
Category
Documents
-
view
2.203 -
download
12
Transcript of Analisa Kebijakan Investigasi Anti Dumping Cina Terhadap Impor Produk Ayam Dan Otomotif Amerika...
Page | 1
Analisa Kebijakan Investigasi Anti-Dumping Cina terhadap
Impor Produk Ayam dan Otomotif Amerika Serikat
Disusun oleh :
Erika
0706291243
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Tugas Makalah Akhir
Mata Kuliah Rejim Perdagangan Internasional
Program Studi S1 Reguler Ilmu Hubungan Internasional
Semester Ganjil 2009/2010
DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2009
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan dalam struktur perekonomian
negara-negara dunia. Jika dulunya perekonomian dunia seperti dikuasai oleh Amerika Serikat
dan negara Eropa lainnya, sekarang tren itu telah bergeser ke arah negara-negara berkembang
yang semakin menunjukkan eksistensinya dalam perekonomian internasional. Di antara
semua negara berkembang tersebut, ada empat negara yang disebut-sebut akan menggantikan
posisi Amerika Serikat (AS) sebagai poros perekonomian internasional yaitu Brazil, Rusia,
India, dan Cina—atau yang lebih dikenal dengan singkatan BRIC, empat negara emerging
giants dalam perdagangan internasional kala ini. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, didorong
dengan besarnya kontribusi keempat negara tersebut dalam perdagangan internasional,
menjadikan keempat negara tersebut sebagai pemain besar dalam perdagangan internasional.
Di antara keempat negara tersebut, Cina disebut-sebut sebagai negara dengan kans terbesar
yang dapat menggantikan posisi AS sebagai pusat perekonomian internasional, terutama
paska krisis finansial global yang sukses menghancurkan perekonomian AS. Karena itu,
sangatlah menarik untuk memperhatikan perekonomian Cina, terutama memperhatikan
hubungan perdagangan Cina dan AS sebagai dua kekuatan ekonomi besar dunia.
Hubungan perdagangan antara Cina dan AS sebagai dua kekuatan ekonomi besar
dunia, merupakan hubungan yang rumit. Walaupun kedua negara tersebut saling
membutuhkan satu sama lain—Cina bergantung pada ekspornya ke AS untuk mengendalikan
pertumbuhan ekonominya, sementara AS memerlukan investasi dari Cina untuk membiayai
defisit perekonomiannya yang besar—Beijing dan Washington secara rutin sering bertengkar
mengenai berbagai isu sensitif antar keduanya.1 Hingga kini, berbagai sengketa perdagangan
telah terjadi antara keduanya. Sengketa perdagangan paling baru terjadi pada 11 September
2009 kemarin, saat pemerintahan Obama mengumumkan kenaikan tarif impor pada ban-ban
1 Michael Schuman, Why the China-US Trade is Heating Up. http://www.time.com/time/business/article/
0,8599,1922155,00.html, diakses pada 4 November 2009, pukul 05.20.
Page | 3
produksi Cina menjadi 35%. Dua hari kemudian, Departemen Perdagangan Cina
mengumumkan bahwa Cina akan mulai melakukan investigasi anti-dumping terhadap produk
ayam dan otomotif dari AS. Walaupun kementrian Cina sama sekali tidak menyebutkan
kaitan investigasi anti-dumping tersebut dengan kenaikan tarif ban yang diterapkan AS,
jangka waktu yang relatif singkat dengan pengumuman kenaikan tarif ban, menjadikan
kebijakan Cina tersebut seakan merupakan reaksi2 terhadap keputusan Obama. Spekulasi
terhadap faktor utama yang mendasari penerapan kebijakan investigasi anti-dumping yang
diterapkan pemerintah Cina terhadap impor ayam dan otomotif AS pun terus bergulir.
Makalah ini kemudian akan mencoba menganalisa faktor-faktor utama yang mendasari
penerapan kebijakan tersebut.
1.2. Pertanyaan Permasalahan
Makalah ini akan mencoba menjawab pertanyaan: Mengapa pemerintah Cina
menerapkan kebijakan perdagangan berupa investigasi anti-dumping terhadap impor
produk ayam dan otomotif Amerika Serikat?
1.3. Kerangka Konsep
1.3.1. Kebijakan Anti-Dumping dalam Perdagangan Internasional
Dalam kerangka perdagangan internasional, World Trade Organization (WTO)
mengijinkan anggotanya untuk melindungi industri domestik pada suatu kesempatan tertentu
dan dengan metode tertentu. Metode ini, yang oleh John Ruggie diistilahkan sebagai
―embedded liberalism‖, mengajak negara untuk meliberalisasikan perekonomiannya,
sekaligus mengijinkan mereka untuk mengadopsi metode-metode tertentu untuk
memperingan tekanan pada buruh domestik dan pada kepentingan bisnis tertentu.3 Kebijakan
anti-dumping, karenanya, diperbolehkan penggunaannya untuk melawan berbagai praktik
tidak adil dari perdagangan internasional, seperti misalnya lewat pelaksanaan dumping dan 2 Michael Schuman menyebut keputusan Cina ini sebagai an-eye-for-an-eye reaction to Obama’s decision.
Lihat Ibid. 3 John G. Ruggie, ―Embedded Liberalism Revisited: Institutions and Progress in International Economic
Relations‖, dalam E. Adler dan B. Crawford (ed.), Progress in Postwar International Relations, (New York:
Columbia University Press, 1991), hal. 201–234.
Page | 4
pemberian subsidi4, terutama apabila ada bukti-bukti bahwa penjual luar negeri melakukan
dumping. Tarif untuk melawan dumping ini diizinkan dalam International Anti Dumping
Code yang ditandatangani oleh kebanyakan anggota GATT dalam tahun 1967.5 Dumping
sendiri didefinisikan sebagai diskriminasi harga secara internasional di mana suatu
perusahaan yang mengekspor menjual di pasar luar negeri dengan harga yang lebih rendah
daripada di pasar-pasar (biasanya di dalam negerinya sendiri) lain.6 Praktik dumping sendiri
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu dumping yang bersifat perampasan (predatory
dumping), yang terjadi bila perusahaan melakukan diskriminasi dan menguntungkan untuk
sementara pembeli di luar negeri dengan tujuan untuk menghilangkan beberapa saingan dan
setelah saingan itu menyingkir, harga kembali dinaikkan; dan dumping yang bersifat
terus-menerus (persistent dumping) yang berlangsung tanpa batas waktu.7
Praktik dumping sendiri dapat terjadi karena pemerintah suatu negara cenderung
menerapkan hambatan tinggi dalam perdagangan (high trade barriers), menyediakan subsidi,
atau membiarkan adanya kartel sehingga para eksporter di negara tersebut dapat memperoleh
keuntungan maksimal dari penjualan produknya di suatu negara, dan keuntungan itu
kemudian digunakan untuk mempermurah harga jual produk tersebut di negara lain. Sehingga
yang terjadi adalah harga impor suatu barang akan lebih rendah dibanding harga barang
sejenis dari negara lain yang tidak menerapkan high trade barriers, subsidi, atau kartel. Bila
suatu negara terbukti melakukan dumping, negara ―korban‖ dapat menerapkan tarif terhadap
produk dumping tersebut, sebesar jumlah yang sama dengan ―dumping margin‖8.
Pertemuan GATT tahun 1947 mendefinisikan dumping sebagai praktik perdagangan
di mana produk sebuah negara diperdagangkan ke negara lain pada harga yang lebih rendah
dari nilai sebenarnya produk tersebut. Awalnya dumping didefinisikan sebagai kebijakan
menjual dengan harga lebih rendah daripada harga yang adil, ―less than fair value‖ (LTFV),
akan tetapi seiring perkembangannya, terjadi berbagai amandemen terhadap definisi dumping
4 Scott Kennedy, ―China’s Porous Protectionism: The Changing Political Economy of Trade Policy‖, dalam Ka
Zeng (ed.), China’s Foreign Trade Policy: The New Constituencies, (New York: Routledge, 2007), hal. 76. 5 Peter H. Lindert, dan Charles P. Kindleberger. Ekonomi Internasional, dalam Rudy Sitompul (ed.), (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1987), hal. 181. 6 Ibid, hal. 179.
7 Ibid.
8 ―dumping margin‖ dimengerti sebagai perbedaan antara harga ekspor suatu produk dengan harga normal
produk tersebut tanpa praktik dumping.
Page | 5
dalam perdagangan internasional. The Tokyo Round pada tahun 1979, misalnya, menyebutkan
bahwa definisi LTFV tersebut diperluas tidak hanya dalam diskriminasi harga, tetapi juga
dalam penjualan di bawah harga normal.9 Berbagai perubahan definisi pada kebijakan
dumping ini tentunya berpengaruh pada kebijakan anti-dumping itu sendiri, karena kebijakan
anti-dumping baru dapat dijalankan apabila suatu negara terbukti melakukan praktik dumping.
Dalam hal ini, kebijakan anti-dumping berupa pajak dumping dapat dikenakan apabila aksi
dumping tersebut dapat menyebabkan ―kerugian material‖ pada industri domestik.10
Unsur ―kerugian material‖ pada industri domestik yang menjadi prasayarat
penerapan kebijakan anti-dumping pun pada perkembangannya terus berkembang. Patrick
Low menyebutkan bahwa setiap industri yang merasa dirinya diperlakukan tidak adil oleh
perusahaan asing dan dapat membuktikannya melalui petisi pengajuan kebijakan
anti-dumping, memiliki kesempatan besar untuk membuktikan dirinya mengalami ―kerugian
material‖.11
Perkembangan yang terus-menerus terjadi pada definisi dumping dan pada definisi
―kerugian material‖ tersebut menjadikan penerapan praktik kebijakan anti-dumping menjadi
berbeda-beda di setiap negara. Yang menjadi persamaan dari setiap kebijakan anti-dumping
itu adalah semua kebijakan anti-dumping negara-negara dunia pasti berdasar pada the WTO
guidelines anti-dumping code, di mana WTO guidelines itu sendiri sebenarnya masih ―kabur‖.
Tidak mengherankan, masih ―kabur‖nya aturan dari WTO mengenai kebijakan anti-dumping
membuat terdapat berbagai variasi substansial mengenai undang-undang anti-dumping, di
mana setiap negara akan mengklaim kebijakannya sebagai yang paling adil.12
1.3.2. Kebijakan Anti-Dumping di Cina
Awalnya, Cina belum mengenal adanya kebijakan anti-dumping (AD). Akan tetapi,
seiring dengan pengajuan kebijakan AD pada produk-produk ekspor Cina, Cina mulai
memahami pentingnya penggunaan AD untuk melindungi industri domestiknya dari berbagai
9 Peter H. Lindert, dan Charles P. Kindleberger, op.cit., hal. 255.
10 Bruce A. Blonigen, dan Thomas J. Prusa, ―Antidumping‖, dalam E. Kwan Choi dan James Harrigan,
Handbook of International Trade, (Oxford: Blackwell Publishing, 2003), hal. 254. 11
Patrick Law, Trading Free: The GATT and US Trade Policy. (New York: The Twentieth Century Fund Press,
1993), hal. 86. 12
Blonigen dan Prusa, op.cit., hal. 256.
Page | 6
praktik perdagangan internasional yang tidak adil. Pemakaian kebijakan AD di Cina sendiri
dimulai pada tahun 1980-an, ketika pembicaraan mengenai pentingnya AD muncul di
berbagai universitas yang mempelajari mengenai hukum perdagangan internasional. Salah
satu universitas yang ketika itu dominan membicarakan mengenai penggunaan kebijakan AD
adalah University of International Business and Economics (UIBE). Dari universitas itulah,
lahir dua pemikir Cina yang sangat berpengaruh pada pembuatan kebijakan AD di Cina, yaitu
Zhou Shijian dan Wang Xuehua. Zhou dan Wang kemudian memperkenalkan kebijakan AD
di Cina, melalui berbagai seminar dan kantor-kantor hukum. WTO pun mulai
memperkenalkan kebijakan AD di Beijing melalui training seminar yang
diselenggarakannya.13
Berbagai seminar dan training ini kemudian melahirkan
kelompok-kelompok spesialis serta melahirkan kesadaran Cina akan hak dan tanggung
jawabnya sebagai anggota WTO kini.
Penerapan kebijakan AD di Cina sendiri secara resmi dimulai pada 1997, ketika
Cina mulai mengeluarkan undang-undang anti-dumpingnya yang pertama, yang bersumber
dari GATT/WTO guidelines. Peraturan AD di Cina ini kemudian direvisi pada tahun 2001
seiring dengan masuknya Cina sebagai anggota WTO; berbagai peraturan implementasi AD
juga dikeluarkan pada 2002, hingga akhirnya direvisi kembali pada tahun 2004. Revisi
terakhir undang-undang AD di Cina dibuat semirip mungkin dengan WTO Antidumping
Agreement, bahkan sampai secara kata per kata.14
Perubahan pada undang-undang AD di
Cina kemudian memungkinkan investigasi anti-dumping dilakukan dengan berbagai cara
selain membandingkan harga impor produk dengan harga jual di negara asal, misalnya
membandingkannya biaya produksi (setelah ditambah dengan profit margin), atau
membandingkan harga jual impor suatu produk dengan harga produk tersebut di negara
ketiga. Sementara untuk menyelidiki unsur ―kerugian material‖, sebuah investigasi harus
menemukan koeksistensi dari praktik dumping dan performa industri domestik yang buruk,
untuk membuktikan hubungan antar keduanya.15
Dalam melaksanakan kebijakan AD itu sendiri, Cina mengadopsi cara yang relatif
mirip dengan Amerika Serikat, yaitu dengan menggunakan dua agensi terpisah, 13
Scott Kennedy, op.cit., hal. 78-79. 14
Ibid, hal. 79. 15
Ibid, hal. 80.
Page | 7
masing-masing untuk menyelidiki apakah praktik dumping benar-benar terjadi, dan apakah
praktik dumping tersebut menyebabkan kerugian pada industri yang dimiliki pengaju petisi.
Agensi penyelidik praktik dumping tersebut adalah Ministry of Foreign Trade and Economic
Cooperation (MOFTEC) Fair Trafe Bureau for Imports and Exports, sementara agensi
penyelidik kerugian material pada industri domestik adalah State Economic and Trade
Commission (SETC) Industry Injury Investigation Bureau. Kedua agensi ini terletak di bawah
pimpinan Departemen Perdagangan, dan dibentuk sejak Maret 2003.16
Pelaksanaan
kebijakan AD di Cina sendiri memiliki banyak kemiripan dengan pelaksanaan kebijakan AD
di mayoritas negara-negara industri maju dunia.
16
Ibid, hal. 81-82.
Page | 8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Permulaan Sengketa Perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina: Kenaikan
Tarif Impor pada Produk Ban Cina oleh Amerika Serikat
Sengketa perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina dimulai pada 11
September 2009 lalu, ketika Presiden Obama mengumumkan kenaikan tarif impor pada
produk ban Cina sebesar 35%, di luar pajak sebesar 4% yang sudah diterapkan sebelumnya.
Tarif impor ini sendiri akan berlaku selama tiga tahun ke depan, dengan rincian 35% pada
tahun pertama, 30% pada tahun kedua, dan 25% pada tahun ketiga. Kebijakan perdagangan
yang dikeluarkan Presiden Obama tersebut mendapat reaksi negatif dari berbagai kalangan
dunia, yang mengatakan langkah tersebut seperti bertentangan dengan prinsip dasar
perdagangan bebas, yaitu keharusan menerapkan tarif yang rendah dalam perdagangan
internasional yang ditetapkan oleh General Agreements of Tariff and Trade (GATT).17
Menanggapi berbagai kritik sehubungan dengan kebijakan perdagangan yang baruy
dikeluarkannya tersebut, Presiden Obama mengatakan bahwa perjanjian perdagangan
haruslah dipaksakan untuk memastikan sistem perdagangan global tetap berfungsi dengan
baik.18
Kebijakan kenaikan tarif ban ini sendiri dikeluarkan Obama dengan
mempertimbangkan beberapa faktor, salah satunya adalah karena adanya tuntutan dari United
Steelworkers, yang mengatakan telah kehilangan 5.000 pekerjaan sejak tahun 2004 karena
ban-ban Cina berharga rendah memenuhi pasar.19
Adapun sebenarnya, kenaikan tarif yang
diajukan United States International Trade Commission (USITC)—lembaga yang bertugas
memberikan saran pada Presiden dan Konggres mengenai perdagangan—adalah sebesar 55%
di tahun pertama, dan 45% serta 35% di tahun-tahun berikutnya, dengan argumen keberadaan
17
Ketentuan rendahnya tarif impor dalam GATT ini akhirnya justru memunculkan berbagai macam hambatan
non-tarif dalam perdagangan, lihat Cletus C. Coughlin dan Geoffrey E. Wood, An Introduction to Non Tariff
Barriers to Trade, diakses dari http://research.stlouisfed.org/publications/review/89/01/
Trade_Jan_Feb1989.pdf, 27 Oktober 2009, pukul 17.15. 18
Michael Schuman, op.cit. 19
Jason Simpkins, US Trade Spat with China Escalates, But Is Unlikely to Cause a Significant Rift.
http://www.moneymorning.com/2009/09/14/u.s.-china-trade/, diakses pada 4 November 2009, pukul 05.45.
Page | 9
ban dari Cina tersebut merusak perekonomian AS.20
2.2. Reaksi Cina Menanggapi Kebijakan Tarif Ban AS
2.2.1. Protes Keras Sehubungan dengan Kenaikan Tarif Impor Ban Cina
Sesaat setelah Presiden Obama mengumumkan diterapkannya kenaikan tarif impor
atas produk ban Cina selama tiga tahun ke depan, pemerintah Cina pun segera memberikan
komentar. Menurut pemerintah Cina, kebijakan perdagangan yang diambil AS ini sangatlah
proteksionis21
dan bertentangan dengan konsep perdagangan bebas yang diakui kedua negara.
Kebijakan AS ini juga dinilai tidak sesuai dengan komitmennya dalam G20 Financial Summit,
yang dapat membahayakan hubungan perdagangan dan perekonomian Cina-AS di masa
mendatang. Pemerintah Cina sendiri telah berulang kali menyampaikan kritik kerasnya atas
kebijakan perdagangan AS ini, seperti misalnya yang disampaikan salah seorang juru bicara
Departemen Luar Negeri Cina, Jiang Yu, yang menyatakan ketidaksetujuannya pada
kebijakan AS, yang dinilai sebagai bentuk proteksionisme.22
Ketidaksetujuan Cina pada
kebijakan perdagangan AS juga didukung fakta bahwa kebijakan tersebut akan sangat
berpengaruh pada kehidupan perekonomian Cina, di mana pemerintah mengatakan kenaikan
tarif ban tersebut akan berpengaruh pada 100.000 tenaga kerja Cina, serta bahwa tarif
ban tersebut akan merugikan ekspor Cina senilai 1 bilyun Dollar AS.23
Respon negatif tidak hanya datang dari kalangan pemerintah Cina, tetapi juga datang
dari masyarakat Cina secara keseluruhan. Seorang ekonom dari Chinese Academy of Social
Sciences di Beijing bernama Yu Yongding mengatakan bahwa langkah pemerintah AS ini
akan merusak hubungan Sino-Amerika, terutama di waktu sekarang di mana kerjasama untuk
20
Ibid. 21
Bendjamin Stokson, World Markets Shaken by the US-China Trade Dispute.
http://bendjaminstokson.vox.com/library/post/world-markets-shaken-by-us-china-trade-dispute.html, diakses
pada 4 November 2009, pukul 05.42. 22
Jiang Yu mengatakan ―We hereby express our strong discontent and firm opposition to the US decision‖.
Lihat Bangkok Post, China Hits Back in US Trade Dispute. http://www.bangkokpost.com/
breakingnews/154254/china-hits-back-in-us-tyre-import-dispute, diakses pada 6 November 2009, pukul
07.16. 23
Terence Poon, et.all., China Seeks Talk at WTO Over Tire-Import Tariff. http://online.wsj.com/article/
SB125292818818208401.html, diakses pada 4 November 2009, pukul 06.35.
Page | 10
menghadapi krisis global sedang sangat dibutuhkan.24
Sebuah situs berita resmi Cina,
Xinhua menyebutkan bahwa proteksionisme merupakan penyebab utama dari Great
Depression di masa lampau, dan bahwa tindakan AS untuk menaikkan tarif terhadap produk
ban Cina merupakan salah satu bentuk proteksionisme, yang dapat membawa dunia kembali
pada kondisi Great Depression seperti dahulu.25
The Global Times, sebuah koran yang sering
menampilkan pandangan nasionalisme keras di Cina juga pernah mengeluarkan front-page
headline berbunyi ―America has Erred Before the World‖.26
Reaksi negatif juga datang dari
dunia maya, di mana berbagai opini negatif terhadap kebijakan AS muncul di berbagai blog,
seperti misalnya komentar terkenal dari seorang pengguna internet yang berkata "Americans
are shameless, ..., They always blame others for their own problems."27
Berbagai komentar
negatif di dunia maya ini juga lantas meminta pemerintah Cina untuk mengambil langkah
retaliasi yang tegas dalam menyikapi kebijakan tarif ban AS tersebut.
2.2.2. Investigasi Anti-Dumping terhadap Impor Ayam dan Otomotif AS
Dua hari setelah pemerintahan Obama mengeluarkan kebijakan perdagangan berupa
kenaikan tarif impor pada produk ban Cina, pemerintah Cina pun mengeluarkan sebuah
investigasi anti-dumping terhadap produk impor ayam dan otomotif AS. Departemen
Perdagangan Cina mengatakan bahwa investigasi tersebut dikeluarkan menyusul adanya
laporan bahwa AS menerapkan praktek dumping pada produk otomotif dan ayamnya, atau
bahwa kedua produk tersebut merupakan produk yang banyak mendapat subsidi dari
pemerintah AS sehingga harganya relatif lebih murah dibanding harga produk sejenis dari
negara lain.28
Juru bicara Departemen Perdagangan juga mengatakan bahwa impor ayam dan
otomotif dari AS tersebut telah ―memberikan pukulan pada industri domestik‖.29
Kementrian perdagangan, melalui website resminya, juga mengatakan bahwa ia
menerima laporan dari industri domestik bahwa produk impor ayam dan otomotif dari AS
24
Michael Schuman, loc.cit. 25
Ibid. 26
The Economist print edition. The Tyre Wars, Playing with Fire. http://www.economist.com/world/
unitedstates/displaystory.cfm?story_id=14460069, diakses pada 4 November 2009, pukul 05.32. 27
Michael Schuman, loc.cit. 28
The New Zealand Herald, US China Trade Dispute Worsens. http://www.nzherald.co.nz/business/news/
article.cfm?c_id=3&objectid=10597173, diakses pada 4 November 2009, pukul 05.26. 29
Ibid.
Page | 11
tersebut telah memasuki Cina melalui praktik dumping, subsidi, dan berbagai praktik
perdagangan tidak adil lainnya—tanpa memberikan detail lebih spesifik mengenai produk
apa yang disebut-sebut memasuki Cina melalui praktik-praktik tidak adil tersebut.30
Seorang
juru bicara Departemen Perdagangan Cina, Yao Jian mengatakan bahwa langkah Cina untuk
melaksanakan investigasi anti-dumping dan anti-subsidi pada produk impor ayam dan
otomotif AS merupakan langkah yang ―didasari pada fakta‖.31
Yao juga mengatakan bahwa Departemen Perdagangan Cina telah menerima
permintaan dari berbagai asosiasi perdagangan hewan Cina untuk melakukan investigasi
terkait masalah praktik dumping dan subsidi tersebut. Ma Chuang, wakil ketua dari China
Animal Agriculture Association (CAAA) mengatakan bahwa sebanyak 17 perusahaan
anggota CAAA, bersama dengan berbagai perusahaan domestik lainnya, telah mengajukan
permohonan investigasi pada Departemen Perdagangan Cina.32
Adanya permohonan
investigasi dari berbagai asosiasi perdagangan hewan domestik ini melegitimasi langkah
pemerintah Cina untuk melaporkan dan meminta pada World Trade Organization (WTO)
untuk mengadakan investigasi anti-dumping terhadap AS.
Sementara dari sisi produk otomotif, Menteri Perdagangan Cina, Chen Deming
mengatakan bahwa Beijing akan mulai menginvestigasi hubungan antara bantuan finansial
yang diberikan Washington tahun ini pada General Motors, Ford, dan Chrysler dan efeknya
pada ekspor produk otomotif dari perusahaan tersebut di Cina,33
karena boleh jadi bantuan
finansial yang diberikan pemerintah AS membantu menurunkan harga jual produk otomotif
tersebut di Cina—hal yang tentu saja membuktikan adanya praktek dumping di AS pada
industri otomotifnya. Menyinggung bantuan finansial yang diterima ketiga industri otomotif
tersebut, Edward Harrison mengatakan bahwa General Motors dan Chrysler memang
menerima bantuan sebesar 60 bilyun Dollar Amerika,34
walaupun Harrison tidak
30
Jason Simpkins, op.cit. 31
Xinhua, China Says Anti-Dumping Probe Into US Auto, Chicken Products “Based on Facts.
http://english.people.com.cn/90001/90776/90883/6758489.html, diakses pada 7 November 2009, pukul
09.23. 32
Ibid. 33
Geoff Dyer. China and US Move to Defuse Trade Row. http://edition.cnn.com/2009/BUSINESS/
10/29/china.us.trade.ft/index.html, diakses pada 6 November 2009, pukul 07.20. 34
Edward Harrison, China Launches Retaliatory Investigation Into U.S. Auto Subsidies.
http://www.creditwritedowns.com/2009/10/china-launches-retaliatory-investigation-into-u-s-auto-subsidies.h
tml, diakses pada 8 November 2009, pukul 07.25.
Page | 12
menyebutkan apakah bantuan itu memang berpengaruh terhadap harga jual impor kedua
industri tersebut di Cina.
Lebih lanjut lagi, bila paska investigasi anti-dumping, AS terbukti melakukan
dumping pada produk ayam dan otomotifnya, Cina kemudian dapat mengeluarkan kebijakan
perdagangan berupa kenaikan tarif pada produk impor ayam dan otomotif AS tersebut, sesuai
dengan aturan dalam WTO. Bila AS terbukti melakukan praktik dumping, hal ini tentu saja
akan berpengaruh besar pada kondisi perdagangan internasional secara keseluruhan, di mana
negara-negara dunia kemudian juga akan menaikkan tarif impor terhadap produk ayam dan
otomotif AS secara khusus, dan produk impor AS lainnya secara umum, dengan alasan
ketakutan akan adanya praktik dumping untuk produk AS lainnya. Hal ini akan secara
langsung berdampak pada perekonomian AS, yang hingga saat ini sedang berjuang
memperbaiki kondisi perekonomiannya.
2.3. Analisa Investigasi Anti-Dumping Cina terhadap Impor Ayam dan Otomotif AS
Jika menggunakan pengertian kebijakan anti-dumping seperti yang disampaikan
pada kerangka konsep di awal, maka kebijakan anti-dumping diperbolehkan apabila terdapat
dua unsur, yaitu unsur keberadaan praktik dumping itu sendiri (baik berupa adanya perbedaan
harga jual yang lebih rendah dibandingkan harga normalnya, ataupun berupa adanya
pemberian subsidi, kartel, dan berbagai praktik perdagangan lainnya yang dapat membantu
eksporter sehingga harga jual impor menjadi lebih tinggi), dan unsur kerugian material yang
menimpa industri domestik. Bagian ini akan mencoba menganalisa pengajuan investigasi
anti-dumping Cina pada produk impor ayam dan otomotif AS dari kedua unsur tersebut,
adanya praktik dumping dan kerugian material yang menimpa industri Cina.
2.3.1. Analisa Investigasi Anti-Dumping Cina terhadap Impor Ayam AS
Berdasarkan data yang diperoleh dari China customs data, sejak tahun 2005 sampai
tahun 2008, Amerika Serikat menduduki posisi pertama dalam urutan negara dengan jumlah
impor produk peternakan terbesar di Cina (lihat tabel 1), diikuti oleh Brazil, Argentina, Chili,
dan Perancis. Sejak tahun 2005, jumlah impor produk peternakan AS mencapai angka
54,32% dari keseluruhan impor peternakan Cina. Jumlah ini terus meningkat hingga tahun
Page | 13
2008. Pada tahun 2008, persentase jumlah impor produk peternakan dari AS ke Cina bahkan
mencapai 72,96% dari keseluruhan impor produk peternakan dari negara-negara dunia
lainnya. Jumlah ekspor yang semakin meningkat ini menunjukkan besarnya permintaan Cina
pada produk ayam AS.
Tabel 1 : Data Impor Produk Peternakan Cina pada Tahun 2005-200835
Tabel 2 : Ekspor Ayam AS ke Cina Tahun 2004-200836
Sementara itu, tabel 2 menunjukkan bahwa dari keseluruhan ekspor ayam AS ke Cina sejak
35
US Department of Agriculture, International Egg and Poultry Review. http://search.ams.usda.gov/
MNDMS/2009/01/PY20090127WIntlPoultryandEgg.pdf, diakses pada 8 November 2009, pukul 08.11. 36
Ibid.
Page | 14
tahun 2004 hingga tahun 2008, mayoritas bagian yang paling banyak diekspor adalah bagian
kaki/ceker ayam, di mana jumlahnya mencapai lebih dari 300.000 metrik ton pada tahun
2007, dan mencapai 400.000 metrik ton pada tahun 2008, sementara bagian lainnya relatif
kurang diminati oleh rakyat Cina (ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah ekspor pada bagian
lain selain ceker ayam tersebut).
Kedua tabel di atas menunjukkan persentasi ekspor AS yang besar pada produk
ayam impor Cina, terutama untuk bagian ceker ayam. Sehingga, jika Cina ingin
mengadakan investigasi anti-dumping pada produk ayam AS, maka seharusnya
investigasi itu diadakan secara spesifik untuk impor ceker ayam AS, karena impor
produk peternakan lainnya relatif tidak besar sehingga tidak begitu berpengaruh pada
perekonomian Cina, mengingat tujuan diterapkannya kebijakan AD seperti yang telah
disebutkan di muka adalah untuk melindungi industri domestik dari praktik perdagangan
internasional yang tidak adil. Lebih lanjut lagi, keabsahan sebuah investigasi anti-dumping
akan mengacu pada dua bukti, bukti adanya penerapan praktik dumping pada impor ceker
ayam dari negara pengekspor—dalam hal ini, AS—dan bukti adanya kerugian material dari
industri domestik di negara pengimpor—dalam hal ini industri yang menjual produk ayam di
Cina.
Untuk bukti pertama berupa penerapan praktik dumping, sebenarnya kurang begitu
terbukti dalam kasus impor ceker ayam AS ke Cina. Menurut USA Poultry and Egg Export
Council (USAPEEC), harga jual ceker ayam di Cina mencapai 40 sen Dollar AS per pon, di
mana di AS harga jualnya hanya mencapai 2 sen Dollar AS per pon,37
sehingga jelas
eksporter AS tidak melakukan praktik dumping pada produk impor ceker ayamnya di
Cina, karena harga jual domestik ceker ayam di AS jauh lebih rendah daripada di Cina
dikarenakan bagian ceker ayam memang kurang diminati di AS. Adapun harga 2 sen dan 40
sen Dollar AS per pon itu adalah harga jual produk ceker ayam masing-masing di AS dan di
Cina, harga yang sudah termasuk biaya-biaya tambahan lainnya. Harga jual impor ceker
ayam AS di Cina itu, lebih lanjut lagi, disebabkan hanya karena tingginya biaya transportasi
37
Global Times. MOFCOM Launches US Chicken Anti-Dumping Case. http://business.globaltimes.cn/
china-economy/2009-09/472508.html, diakses pada 7 November 2009, pukul 09.19
Page | 15
dari AS ke Cina.38
Jika dibandingkan dengan harga jual ceker ayam di negara lain pun, AS
terbukti tidak melakukan praktik dumping karena bagian ceker ayam ini memang kurang
diminati di negara lain selain Cina, sehingga harga jualnya pun relatif lebih rendah daripada
di Cina.
Sementara untuk bukti kedua, yaitu adanya kerugian material dari industri domestik,
hingga kini masih belum dapat dibuktikan. Penulis tidak menyangkal, memang ada—seperti
yang telah disebutkan sebelumnya—laporan dan pengajuan petisi dari China Animal
Agriculture Association (CAAA), yang mencakup sebanyak 17 perusahaan anggota CAAA
dan berbagai perusahaan domestik lainnya, mengenai kerugian-kerugian yang diderita
industri domestik Cina terkait impor produk ayam dari AS tersebut. Akan tetapi hingga
tulisan ini dibuat, penulis masih belum menemukan data yang memadai terkait kerugian
material tersebut. Sehubungan dengan permintaan produk ayam di Cina, Reuters mengatakan
bahwa masyarakat Cina mengkonsumsi 11 juta ton ayam per tahunnya, di mana 10% dari
konsumsi tersebut berasal dari impor, dan AS adalah suplier terbesar dari impor tersebut.39
Data tersebut membuktikan bahwa sebenarnya impor ayam AS seharusnya tidak terlalu
membahayakan kelangsungan industri ayam domestik di Cina, karena produk impor ayam
tersebut hanya mencapai 10% dari keseluruhan konsumsi ayam di Cina. Sehingga seharusnya,
tidaklah beralasan jika pemerintah Cina mengeluarkan investigasi anti-dumping terhadap
produk ayam AS dengan alasan untuk menyelamatkan industri domestik dari ―kerugian
material‖, seperti yang disyaratkan oleh WTO sebagai prasyarat diajukannya investigasi
anti-dumping.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengajuan investigasi
anti-dumping yang dilakukan Cina atas produk impor ayam AS sebenarnya kurang beralasan
karena dua faktor yang merupakan prasyarat diajukannya kebijakan anti-dumping tidaklah
terpenuhi. Pertama, penerapan praktik dumping jelas tidak terbukti pada produk ayam AS,
yang dibuktikan dari harga jual ceker ayam di Cina lebih tinggi dibanding harga jual produk
tersebut di AS sendiri maupun di negara lainnya. Kedua, masuknya impor ayam AS
38 Hal ini disampaikan oleh China Animal Agriculture Association (CAAA), dapat diakses secara online melalui
http://news.alibaba.com/article/detail/agriculture/100172059-1-factbox-u.s.-china-poultry-trade-tensions.html 39
― ―, Factbox-US-China Poultry Trade Tensions. http://news.alibaba.com/article/detail/agriculture/
100172059-1-factbox-u.s.-china-poultry-trade-tensions.html, diakses pada 8 November 2009, pukul 07.46.
Page | 16
seharusnya tidak terlalu membahayakan ataupun mendatangkan ―kerugian material‖ bagi
industri ayam domestik di Cina karena impor ayam AS hanya mencapai 10% dari total
konsumsi ayam di Cina, sementara sisanya dipenuhi oleh industri ayam domestik Cina.
2.3.2. Analisa Investigasi Anti-Dumping Cina terhadap Impor Otomotif AS
Sama seperti analisa pada investigasi anti-dumping Cina terhadap impor ayam AS,
penulis akan menganalisa investigasi anti-dumping Cina terhadap impor otomotif AS
berdasarkan dua faktor, yaitu faktor keberadaan praktik dumping, pemberian subsidi, atau
kartel pada industri otomotif AS yang mengekspor produknya ke Cina, serta faktor ―kerugian
material‖ yang diderita industri otomotif domestik di Cina.
Pertama, faktor keberadaan praktik dumping. Seperti telah disebutkan sebelumnya,
investigasi anti-dumping muncul karena adanya kecurigaan industri otomotif AS yang
mengekspor produknya ke Cina mendapat bantuan keuangan berupa pemberian subsidi dari
pemerintah AS paska krisis finansial global kemarin. Penulis juga telah menyebutkan bahwa
memang benar tiga industri otomotif besar dunia—General Motors, Ford, dan
Chrysler—menerima bantuan finansial dari pemerintah AS, terutama General Motor dan
Chrysler yang menerima bantuan sebesar 60 bilyun Dollar Amerika. Akan tetapi, yang
menjadi pertanyaan adalah, seberapa besar peran ketiga industri otomotif tersebut dalam
ekspor otomotif di Cina? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis akan menyajikan data
dari sebuah situs otomotif Cina pada tabel 3 berikut ini.
Page | 17
Tabel 3 : Sepuluh Besar Industri Otomotif dan Penjualannya pada September 2009
Dari tabel 3 tersebut, dapat dilihat bahwa sebenarnya General Motors, sebagai salah
satu penjual otomotif utama di Cina, memproduksi produknya secara lokal (ditandai dengan
nama perusahaan yang bernama Shanghai GM, berarti perusahaan tersebut merupakan
General Motors cabang Shanghai, yang berarti produksinya dilakukan di Shanghai, bukan
produk ekspor). Posisi dua sampai sembilan juga tidak satupun yang diduduki oleh Ford
ataupun Chrysler, yang disebut-sebut menerima banyak bantuan finansial dari pemerintah AS.
Hal yang sama terjadi pada Ford Motor Co. yang—sama seperti General Motors
Co.—memproduksi mayoritas kendaraan yang dijual di Chinanya secara lokal, sehingga
seharusnya investigasi anti-dumping yang dilakukan Cina tidak akan berpengaruh banyak
pada dua industri otomotif tersebut.40
Hal yang berbeda akan dialami Chrysler, yang
memang bergantung pada impor sedan Jeep SUV, 300C dan Sebring—tiga produk Chrysler
yang banyak diminati di Cina. Akan tetapi, walaupun Chrysler terbukti mendapat bantuan
finansial dari pemerintah AS, kehadiran ekspor produknya dalam perdagangan otomotif Cina
terbilang kecil yaitu hanya menjual 4.000 unit selama periode Januari-September 2009,
jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan penjualan Shanghai General Motors yang
mencapai angka 1,29 juta unit dan Ford yang menjual 228.000 unit kendaraan pada periode
40
Gasgoo Automotive News. China Starts Investigating Some US Auto Imports. http://autonews.gasgoo.com/
auto-news/1012849/China-starts-investigating-some-U-S-auto-imports.html, diakses pada 8 November 2009,
pukul 08.23.
Page | 18
yang sama.41
Lebih lanjut lagi, sebuah data menyebutkan bahwa penjualan ekspor otomotif di
Cina sebenarnya lebih berfokus pada kendaraan dari Jepang dan Korea Selatan, bukan dari
AS.42
Sehingga seharusnya walaupun industri otomotif AS banyak mendapat bantuan
finansial berupa subsidi dari pemerintah AS, penjualan produk otomotif tersebut tidak akan
mendatangkan ―kerugian material‖ pada industri otomotif domestik Cina karena impor
industri otomotif AS di Cina terbilang sangat kecil. Data dari China Association of
Automobile Manufactures juga mengatakan bahwa dari 6,22 juta unit kendaraan yang terjual
di Cina pada periode Januari-Agustus 2009, kurang dari 200.000 unit berasal dari produk
impor; dan dari jumlah unit impor tersebut, hanya 27.000 unit yang berasal dari AS43
—berarti
hanya 0,43% produk otomotif Cina yang berasal dari AS, jumlah yang sangat kecil untuk
mengindikasikan terjadinya ―kerugian material‖ pada industri otomotif domestik Cina.
Dari berbagai uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa sebenarnya investigasi
anti-dumping pada impor otomotif AS merupakan kebijakan yang tidak perlu dilakukan dan
tidak mempunyai alasan yang kuat. Hal tersebut dikarenakan, walaupun terbukti bahwa
beberapa industri otomotif AS mendapat bantuan subsidi dari pemerintah AS, penjualan
kendaraan-kendaraan impor tersebut hanya mencakup sebagian kecil dari seluruh penjualan
otomotif di Cina. Sehingga seharusnya pemberian subsidi tidak akan terlalu berpengaruh
pada pertumbuhan industri otomotif domestik, atau dengan kata lain praktik dumping yang
terjadi pada impor produk otomotif AS tidak akan menimbulkan “kerugian material”
pada industri domestik, yang merupakan salah satu syarat utama diajukannya kebijakan
anti-dumping di suatu negara.
2.4. Investigasi Anti-Dumping Cina pada Impor Ayam dan Otomotif AS dan Kaitannya
dengan Kenaikan Tarif Impor Ban Cina oleh AS
Sebelas September 2009 lalu, Presiden Obama mengumumkan adanya kenaikan tarif
pada impor ban dari Cina sebesar 35%. Keputusan ini melahirkan protes dari berbagai pihak 41
Ibid. 42
MercoPress. Beijing Reacts to Higher Tyre’ Tariff With Probes Into US Poultry and Cars.
http://en.mercopress.com/2009/09/14/beijing-reacts-to-higher-tyre-tariffs-with-probes-into-us-poultry-and-ca
rs, diakses pada 7 November 2009, pukul 09.40. 43
Gasgoo Automotive News, op.cit.
Page | 19
terutama dari pihak Cina yang memandang kebijakan Obama itu sebagai kebijakan yang
proteksionis. Dua hari setelah kebijakan tarif ban itu diumumkan, pemerintah Cina
mengumumkan bahwa Cina akan melakukan investigasi anti-dumping pada impor ayam dan
otomotif dari Cina, dengan alasan kedua produk tersebut memasuki pasar Cina dengan cara
yang tidak adil, dengan didukung adanya praktik dumping dan pemberian subsidi oleh
pemerintah AS. Jangka waktu yang sangat singkat atas pengeluaran kebijakan investigasi
anti-dumping dengan kebijakan AS berupa kenaikan tarif ban Cina mengundang spekulasi
dari berbagai pihak, yang menyebutkan kebijakan investigasi anti-dumping Cina sebagai
langkah retaliasi atas kebijakan tarif ban AS.
Adapun dari berbagai analisis sebelumnya, penulis telah membuktikan bahwa
sebenarnya investigasi anti-dumping Cina terhadap impor ayam dan otomotif AS merupakan
kebijakan yang cenderung mengada-ada dan tidak memiliki alasan yang jelas, karena produk
impor ayam dan otomotif tersebut jelas tidak memenuhi dua kriteria utama diajukannya
kebijakan anti-dumping (AD), yaitu adanya penerapan praktik dumping di negara pengekspor
(dalam hal ini, AS), dan adanya ―kerugian material‖ pada industri domestik di negara
pengimpor (dalam hal ini, Cina). Tidak dipenuhinya dua faktor tersebut meyakinkan
anggapan penulis bahwa kebijakan investigasi ini sebenarnya hanyalah merupakan langkah
pemerintah Cina untuk ―membalas‖ kebijakan kenaikan tarif ban yang dikeluarkan AS atas
impor ban Cina.
Terlalu singkatnya jangka waktu pengeluaran kebijakan tarif ban AS dengan
kebijakan investigasi anti-dumping Cina, yaitu hanya berselang dua hari, juga memperkuat
dugaan utama penulis. Penulis berpendapat, adapun kebijakan pemerintah Cina ini diambil
untuk menunjukkan pada AS bahwa Cina tidak senang dengan kebijakan perdagangan yang
baru AS keluarkan tersebut. Sehingga memang apa yang ditargetkan pemerintah Cina,
menurut penulis, bukanlah penurunan penjualan ekspor ayam dan otomotif AS ke Cina, akan
tetapi lebih kepada efek dari kebijakan investigasi anti-dumping itu sendiri terhadap
kepercayaan pasar internasional pada produk-produk ekspor AS. Penulis berkesimpulan,
dengan menyebarkan dugaan bahwa produk ayam dan otomotif AS memasuki pasar Cina
dengan praktik-praktik perdagangan tidak adil seperti dumping dan pemberian subsidi,
pemerintah Cina bermaksud mengirimkan sinyal pada negara-negara pengimpor produk AS
Page | 20
lain, bahwa ada kemungkinan produk-produk impor AS lainnya juga merupakan hasil praktik
perdagangan internasional yang tidak adil. Sehingga, menurut penulis, alasan sesungguhnya
di balik kebijakan investigasi anti-dumping Cina atas impor ayam dan otomotif AS bukanlah
didasarkan pada kepentingan ekonomi—yaitu untuk menyelamatkan industri domestik Cina
dari serbuan produk impor AS—melainkan lebih ke alasan politik, yaitu untuk mengirimkan
pesan pada AS bahwa Cina tidak takut dan tidak senang pada kebijakan tarif ban AS,
sekaligus berusaha mempengaruhi negara pengimpor produk AS lain agar berhati-hati pada
produk dari AS.
Page | 21
BAB III
KESIMPULAN
Dalam pernyataannya, pemerintah Cina menyebutkan bahwa kebijakan investigasi
anti-dumpingnya sama sekali tidak berhubungan dengan kebijakan perdagangan kenaikan
tarif impor ban Cina yang baru saja dikeluarkan Presiden Obama dua hari sebelum
pengeluaran keputusan kebijakan investigasi anti-dumping Cina. Kebijakan investigasi
anti-dumping itu sendiri dikeluarkan menyusul adanya laporan bahwa eksporter ayam dan
otomotif dari Amerika Serikat melakukan praktik dumping pada penjualannya di Cina. Cina
pun memutuskan untuk melakukan investigasi anti-dumping pada impor ayam dan otomotif
Amerika Serikat (AS), langkah yang harus diambil sebelum menerapkan kebijakan
anti-dumping. Adapun kebijakan anti-dumping dapat dilaksanakan setelah proses investigasi
anti-dumping dilakukan, yaitu apabila negara eksportir terbukti melakukan praktik dumping,
atau apabila produk impor tersebut mendatangkan ―kerugian material‖ pada industri domestik
negara pengimpor. Dua faktor ini ternyata, hingga tulisan ini dibuat, belum dapat dibuktikan
kebenarannya sehingga alasan Cina mengeluarkan kebijakan investigasi anti-dumping pun
semakin diragukan.
Pemerintah Cina awalnya beralasan investigasi ini diambil demi alasan ekonomi,
yaitu untuk melindungi industri domestik Cina dari praktik perdagangan internasional yang
tidak adil dari AS. Akan tetapi, analisis dalam makalah ini membuktikan bahwa alasan
ekonomi itu sesungguhnya tidak cukup kuat. Sebaliknya, alasan politik justru memegang
peranan besar dalam menjelaskan kebijakan investigasi anti-dumping ini. Penulis melihat,
alasan utama pemerintah Cina mengeluarkan kebijakan investigasi anti-dumping terhadap
impor ayam dan otomotif AS sebenarnya lebih sebagai upaya pembalasan terhadap kebijakan
kenaikan tarif ban AS, sebuah alasan politik untuk membuktikan ketidaksetujuan pemerintah
Cina pada kebijakan perdagangan AS tersebut.
Page | 22
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Blonigen, Bruce A., dan Thomas J. Prusa. 2003. ―Antidumping‖, dalam E. Kwan Choi dan
James Harrigan, Handbook of International Trade. Oxford: Blackwell Publishing.
Kennedy, Scott. 2007. ―China’s Porous Protectionism: The Changing Political Economy of
Trade Policy‖, dalam Ka Zeng (ed.), China’s Foreign Trade Policy: The New
Constituencies. New York: Routledge.
Law, Patrick. 1993. Trading Free: The GATT and US Trade Policy. New York: The
Twentieth Century Fund Press.
Lindert, Peter H., dan Charles P. Kindleberger. 1987. Ekonomi Internasional, dalam Rudy
Sitompul (ed.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ruggie, John G. 1991. ―Embedded Liberalism Revisited: Institutions and Progress in
International Economic Relations‖, dalam E. Adler dan B. Crawford (ed.), Progress in
Postwar International Relations. New York: Columbia University Press.
Sumber Internet:
Bangkok Post, China Hits Back in US Trade Dispute. http://www.bangkokpost.com/
breakingnews/154254/china-hits-back-in-us-tyre-import-dispute, diakses pada 6
November 2009, pukul 07.16.
Coughlin, Cletus C., dan Geoffrey E. Wood, An Introduction to Non Tariff Barriers to Trade,
diakses dari http://research.stlouisfed.org/publications/review/89/01/Trade_Jan_
Feb1989.pdf, 27 Oktober 2009, pukul 17.15.
Dyer, Geoff. China and US Move to Defuse Trade Row.
http://edition.cnn.com/2009/BUSINESS/ 10/29/china.us.trade.ft/index.html, diakses pada
6 November 2009, pukul 07.20.
Gasgoo Automotive News. China Starts Investigating Some US Auto Imports.
http://autonews.gasgoo.com/auto-news/1012849/China-starts-investigating-some-U-S-aut
o-imports.html, diakses pada 8 November 2009, pukul 08.23.
Global Times. MOFCOM Launches US Chicken Anti-Dumping Case. http://business.global
times.cn/china-economy/2009-09/472508.html, diakses pada 7 November 2009, pukul
Page | 23
09.19
Harrison, Edward. China Launches Retaliatory Investigation Into U.S. Auto Subsidies.
http://www.creditwritedowns.com/2009/10/china-launches-retaliatory-investigation-into-u
-s-auto-subsidies.html, diakses pada 8 November 2009, pukul 07.25
MercoPress. Beijing Reacts to Higher Tyre’ Tariff With Probes Into US Poultry and Cars.
http://en.mercopress.com/2009/09/14/beijing-reacts-to-higher-tyre-tariffs-with-probes-int
o-us-poultry-and-cars, diakses pada 7 November 2009, pukul 09.40.
Poon, Terence, et.all., China Seeks Talk at WTO Over Tire-Import Tariff.
http://online.wsj.com/article/ SB125292818818208401.html, diakses pada 4 November
2009, pukul 06.35.
Schuman, Michael. Why the China-US Trade is Heating Up. http://www.time.com/time/
business/article/0,8599,1922155,00.html, diakses pada 4 November 2009, pukul 05.20.
Simpkins, Jason. US Trade Spat with China Escalates, But Is Unlikely to Cause a Significant
Rift. http://www.moneymorning.com/2009/09/14/u.s.-china-trade/, diakses pada 4
November 2009, pukul 05.45.
Stokson, Bendjamin. World Markets Shaken by the US-China Trade Dispute.
http://bendjaminstokson.vox.com/library/post/world-markets-shaken-by-us-china-trade-di
spute.html, diakses pada 4 November 2009, pukul 05.42.
The Economist print edition. The Tyre Wars, Playing with Fire. http://www.economist.com/
world/unitedstates/displaystory.cfm?story_id=14460069, diakses pada 4 November 2009,
pukul 05.32.
The New Zealand Herald, US China Trade Dispute Worsens. http://www.nzherald.co.nz/
business/news/article.cfm?c_id=3&objectid=10597173, diakses pada 4 November 2009,
pukul 05.26.
US Department of Agriculture, International Egg and Poultry Review. http://search.ams.
usda.gov/MNDMS/2009/01/PY20090127WIntlPoultryandEgg.pdf, diakses pada 8
November 2009, pukul 08.11.
Xinhua, China Says Anti-Dumping Probe Into US Auto, Chicken Products “Based on Facts.
http://english.people.com.cn/90001/90776/90883/6758489.html, diakses pada 7
November 2009, pukul 09.23.
.― ―, Factbox-US-China Poultry Trade Tensions. http://news.alibaba.com/
article/detail/agriculture/100172059-1-factbox-u.s.-china-poultry-trade-tensions.html,
diakses pada 8 November 2009, pukul 07.46.