Analisa Hormon Dengan ELISA
Transcript of Analisa Hormon Dengan ELISA
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN REPRODUKSI HEWAN
ACARA V
ANALISA HORMON DENGAN METODE ELISA
OLEH
LALU ACHMAD TAN TILAR WSK.
10/306157/PBI/00959
PROGRAM PASCASARJANA S2
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
ACARA V
ANALISA HORMON DENGAN METODE ELISA
1. Tujuan
Mempelajari langkah-langkah penting dalam analisa hormon dengn menggunakan
metode Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
2. Bahan dan Alat
a. Bahan
Antigen yang dimurnikan
Antibodi yang dimurnikan
Larutan standard
Sampel yang ingin dites
Cairan pencuci (buffer)
Antibodi atau antigen yang tertaut dengan enzim signal
Substrat yang bersifat spesifik terhadap enzim signal.
b. Alat
Microtiter
Micropipet
ELISA reader (spektrofotometer) untuk pengukuran kuantitatif
3. Cara Kerja
Tentukan jumlah microtitter yang akan digunakan kemudian letakkan pada
penahannya.
Masukkan masing-masing 25 L sebagai larutan standar, kontrol dan sampel
Masukkn 200 L enzim conjugate ke dalam setiap sumuran dan diaduk selama
10 detik
Inkubasi selama 60 menit dalam suhu ruangan
Mengeluarkan seluruh isi sumuran dan dicuci 3 kali menggunakan larutan
pencuci sebanyak 400 L setiap sumuran
Menghentakkan sumuran dengan keras di atas kertas penyerap untuk
menghilangkan gumpalan residu
Menambahkan 200 L substrat solution pada setiap sumuran
Inkubasi selama 15 menit pada suhu ruangan
Menghentikan reaksi enzimatik dengan menuangkan 100 L stop solution
pada setiap sumuran
Membaca penyerapan pada setiap sumuran menggunakan microtitter plate
reader, 10 menit setelah penambahan stop solution.
4. Tinjauan Pustaka
ELISA (singkatan bahasa Inggris: Enzyme-linked immunosorbent assay)
atau 'penetapan kadar imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang
umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapa
keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan
memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971
oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen
dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai
pelapor (reporter label) (Lequin, 2005).
ELISA tradisional secara khusus memiliki reporter dan substrat yang
menghasilkan beberapa bentuk perubahan warna yang dapat diamati untuk
mengetahui kehadiran antigen atau analyte. Bentuk teknik ELISA terbaru seperti
teknik flurogenic, electrochemiluminescent, dan real-time PCR dibuat untuk
mengetahui sinyal kuantitatif. Metode ini dapat memberikan berbagai keuntungan
diantaranya sensitifitas yang tinggi dan bersifat multiplexing (Leng et al, 2008).
Teknik ELISA merupakan teknik kuantitatif yang sangat sensitif,
penggunaannya sangay luas, memerlukan peralatan yang sedikit, reagen yang
diperlukan sudah tersedia dan dijual secara komersial dan sangat mudah didapat.
Tes ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi antigen maupun antibodi
Pemeriksaan ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi dalam tubuh
manusia maupun hewan. Terdapat berbagai teknik dalam pemeriksaan ELISA.
Tes ini dapat dilakukan dengan kit yang sudah jadi atau dapat juga dilakukan
dengan menggunakan antigen yang diracik sendiri (Setiawan, 2007).
5. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pembacaan hormon menggunakan ELISA reader (spektrofotometer)
Kadar Testosteron
0 0.2 0.5 1 2 6 16
Absorbansi 0.807 0.665 0.179 0.108 0.024 0.399 0.402
Grafik hasil pembacaan hormon menggunakan ELISA reader (spektrofotometer)
6. Pembahasan
Enzim-linked immunosorbent assay (ELISA) atau dalam bahasa
indonesianya disebut sebagai uji penentuan kadar imunosorben taut-enzim,
merupakan teknik pengujian serologi yang didasarkan pada prinsip interaksi
antara antibodi dan antigen. Pada awalnya, teknik ELISA hanya digunakan dalam
bidang imunologi untuk mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi dalam
suatu sampel seperti dalam pendeteksian antibodi IgM, IgG, & IgA pada saat
terjadi infeksi (pada tubuh manusia khususnya). Namun seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik ELISA juga diaplikasikan dalam bentuk
lain termasuk menganalisis kadar hormon yang terdapat dalam suatu organisme.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa teknologi ELISA yang digunakan
untuk asai hormon dalam cairan tubuh adalah sistem competitive enzyme
immunoassay yang analog dengan teknik RIA. Antigen yang berlabel dan antigen
yang tidak berlabel saling bersaing untuk berikatan dengan tapak pengikatan
antibodi yang terdapat dalam jumlah terbatas. Saturasi antibodi terjadi secara
simultan bila semua reaktan diinkubasikan bersama – sama. Contoh reaksi seperti
ini adalah ELISA untuk mengukur progesteron, estradiol, dan kortisol.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Konsentrasi
Absorbansi
Pengukuran hormon kortisol dalam saliva menggunakan teknik ELISA dapat
mengetahui tingkat stres yang di alami oleh organisme (Haussmann et al., 2007).
Teknik ini tidak membutuhkan peralatan yang banyak.
Hormon – hormon reproduksi seperti estrogen, progesteron, dan testosteron,
merupkan hormon yang tersusun dari steroid. Steroid tidak bersifat imunogenik
secara alami karena senyawa ini mempunyai berat molekul yang rendah sehingga
untuk dapat menghasilkan respons imun steroid harus diikatkan pada senyawa
dengan berat molekul yang lebih tinggi.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kadar hormon testosteron sangat erat
kaitannya dengan absorbansi yang dihasilkan. Testosteron dengan konsentrasi
yang lebih rendah cenderung memiliki tingkat absorbansi yang lebih tinggi.
Sedangkan kadar hormon yang lebih tinggi (konsentrasi 6 dan 16) memiliki
absorbansi yang relatif stabil. Hasl ini mungkin dipengaruhi oleh banyak faktor
terutama faktor kelemahan dari teknik ELISA yang digunakan. Kelemahan yang
dapat diketahui antara lain:
Immunoreaktivitas antibodi kemungkinan akan berkurang akibat bertaut
dengan enzim.
Penautan enzim signal ke setiap antibodi menghabiskan waktu dan mahal.
Tidak memiliki fleksibilitas dalam pemilihan tautan enzim (label) dari
antibodi pada percobaan yang berbeda.
Amplifikasi signal hanya sedikit.
Larutan yang mengandung antigen yang diinginkan harus dimurnikan sebelum
digunakan untuk uji ELISA direct.
7. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan serta pembahasan yang dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan penting antara lain:
a. Secara singkat dapat dikatakan bahwa teknologi ELISA yang digunakan untuk
asai hormon dalam cairan tubuh adalah sistem competitive enzyme
immunoassay yang analog dengan teknik RIA.
b. Steroid tidak bersifat imunogenik secara alami karena senyawa ini mempunyai
berat molekul yang rendah sehingga untuk dapat menghasilkan respons imun
steroid harus diikatkan pada senyawa dengan berat molekul yang lebih tinggi.
c. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kadar hormon testosteron sangat erat
kaitannya dengan absorbansi yang dihasilkan.
Daftar Pustaka
Haussmann, M. F., C. M. Vleck, and E. S. Farrar. 2007. A laboratory exercise to
illustrate increased salivary cortisol in response to three stressful conditions
using competitive ELISA. Adv. Physiol. Educ. 31: 110–115.
Leng, S. J. McElhaney, J. Walston, D. Xie, N. Fedarko, G. Kuchel (October 2008).
"Elisa and Multiplex Technologies for Cytokine Measurement in
Inflammation and Aging Research". J Gerontol a Biol Sci Med Sci 63 (8):
879–884. PMC 2562869. PMID 18772478.
Lequin, RM (2005). "Enzyme Immunoassay (EIA)/Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay (ELISA)". Clinical Chemistry 51 (12): 2415–2418.
Setiawan, I Made. 2007. Pemeriksaan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
untuk diagnosis Leptospirosis . EBERS PAPYRUS.