Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

download Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

of 21

Transcript of Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    1/21

    TUGAS VULKANOLOGI

    ANALISA GUNUNG RINJANI BERDASARKAN TIPE

    LETUSAN DAN DATA GEOKIMIA

    Disusun Oleh:

    Kelas D

    Yudha Prasetya 111.130.070

    Linda Mahadita 111.130.079

    Monica Wulandari 111.130.111

    Satryo Budiraharjo 111.130.113

    Husna Thoibah 111.130.202

    JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

    FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” 

    YOGYAKARTA

    2016

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    2/21

     

    GUNUNG RINJANI

    Keterangan Umum  

    Nama  : G. Rinjani

    Nama Lain  : Kaldera Rinjani (danau Segara Anak),

    Ada 2 (dua) kerucut di bagian timur danau,yaitu G. Barujari

    atauG. Tenga, tingginya 2376 m dan G. Mas atau G.

    Rombongan, tingginya 2110 m dpl.

    Lokasi 

    a. Geografi 

    b. Administratif  

    :

    :

    08°25' Lintang Selatan dan 116°28' Bujur Timur

    Kac. Aikmel, Kab. Lombok Timur, Prop. NTB.

    Ketinggian  : 3726 m dpl

    Di atas kota terdekat 3650 m dpl

    Kota Terdekat  : Selong (kab. Lombok Timur)

    Tipe Gunungapi  : Strato dengan danau kawah

    Pos Pengamatan  : Kampung Sembalun Lawang

    Gambar 1. 1 Gunung Rinjani

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    3/21

     

    Gunung Rinjani terletak di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu

    gunung berapi aktif yang berada di Indonesia dengan jenis letusan yang eksplosif.

    Gunung ini terletak di zona subduksi antar lepeng samudra sehingga menghasilkan

     busur kepulauan. Karena terletak di zona subduksi maka sifat magma, pola letusan,

     jenis gunung apinya juga berbeda. Gunung Rinjani memiliki morfologi yang unik

     berupa kaldera yang luas menjadi Danau Segara anakan, kerucut parasite dan bukti

    adanya aliran lava.

    Tektonik Settling

    A

    B

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    4/21

     

    Dari tatanan tektonik island arc dari Pulau Lombok, kita mengetahui bahwa Gunung

    Rinjani adalah salah satu bagian dari vulkanik arc, dan daratan di bagian selatan dari

    gunung api tersebut disebut fore arc basin dimana terdapat material vulkanik hasil dari

    letusan Gunung Rinjani.

    Karakter Letusan

    Karena sebaran batuapung yang sangat luas, menandakan bahwa letusan G. Rinjani

     pada waktu itu sangatlah dahsyat, sehingga terbentuk lubang kaldera yang sangat besar.

    Dari sejarah letusan dan material yang dikeluarkan selama terjadinya letusan adalah

    endapan lava dan endapan jatuhan piroklastik serta endapan aliran piroklastik, hal ini

    mencirikan bahwa sifat letusan G. Rinjani adalah Strombolian yang diiukuti dengan

    aliran lava. Kegiatan vulkanik G. Rinjani purna kaldera telah berpindah ke dalam

    kaldera, sehingga bahaya letusan gunungapi yang langsung mengancam terhadap

    kehidupan masyarakat kecil sekali, karena produk letusan yang berbahaya

    dimuntahkan di dalam kaldera, hanya abu yang diterbangkan ke angkasa dan terbawa

    oleh angin ke segala arah, tergantung arah angin.

    B

    Gunung Rinjani

    A

    Gambar 1. 2 Peta Pulau Lombok

    Gambar 1. 3 tektonik settling Pulau Lombok

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    5/21

     

    Jenis Gunung Api

    Yaitu yang Bentuk Kaldera karena Gunung api dengan tipe kaldera berasal dari letusan

    yang sangat dahsyat, kemudian terjadilah keruntuhan permukaan akibat kosongnya

    dapur magma pasca erupsi. Kaldera merupakan kawah yang luas dengan dasar yang

    hampir datar berdiameter 1,5-10 km (Sumintadiredja, 2005). Komposisi magma bentuk

    kaldera bisa bervariasi, namun umumnya berupa magma intermidier hingga asam yang

    menghasilkan letusan eksplosif besar yang mengakibatkan runtuhan. Jika dilihat

    gunung Rinjani memiliki kaldera yang luas dan ditemukan banyak sekali material

     piroklastik.

    MORFOLOGI GUNUNG RINJANI

    Morfologi utama dari tubuh G. Rinjani adalah morfologi kaldera dan kerucut

    gunungapi. Morfologi kaldera berbentuk elip, dengan kemiringan lereng 60 - 80

    derajat. Batuan dasarnya adalah lava dan jatuhan piroklastik. Morfologi kerucut

    gunungapi menempati bagian dalam kaldera serta tebing dinding kaldera, yaitu kerucut

    G. Barujari, G. Rombongan, Rinjani, serta kerucut G. Manuk. Kemiringan lereng

     berkisar antara 30 - 70 derajat, dengan pola aliran sungai radial, sedangkan batuan

    dasarnya adalah jatuhan piroklastik.

    Gambar 1. 4 Erupsi tahun 1994 Gambar 1. 5 letusan oktober 2004

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    6/21

     

    Berdasarkan catatan sejarah letusan, G. Rinjani memiliki 3 masa kegiatan, yaitu

    kegiatan sebelum pembentukan kaldera (pra kaldera), masa pembentukan kaldera dan

    masa sesudah pembentukan kaldera. Batuan yang dihasilkan pada perioda Pra Kaldera

    didominasi oleh endapan lava yang tersebar hampir kesegala arah, dengan pusat

    erupsinya berasal dari beberapa lokasi dari tua ke muda yaitu: Produk G. Rinjani Tua,

    G. Kondo G. Sangkareang dan G. Rinjani. Batuan-batuan tersebut tersebar dari

     baratlaut kaldera, lereng bagian selatan, ke arah utara dan yang produk batuan yang

    lebih muda sebagian besar tersebar ke arah tenggara, timur hingga timurlaut.

    Gambar 1. 6 Pola Pengaliran Radial pada Gunung Rinjani, Source : Google Maps

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    7/21

     

    Sebelum terbentuknya kaldera kemungkinan G. Rinjani memiliki tubuh yang

    indah, dengan bentuk kerucut menjulang tinggi seperti halnya gunung-gunung yang

     belum terpotong bagian kerucutnya, sehingga membentuk morfologi kerucut.

    Morfologi G. Rinjani dibagi kedalam beberapa satuan morfologi, yaitu:

    Satuan morfologi perbukitan tinggi

    Menempati bagian timur, barat serta bagian lereng puncak komplek Rinjani,

    dengan ciri memiliki tebing yang terjal dengan sudut lereng 30 - 80, dengan lembahnya

     berbentuk V sampai U yang mencerminkan tingginya tingkat erosi. Aliran sungai pada

    morfologi ini adalah radial dan dendritik serta paralel, batuan dasarnya adalah lava dan

     jatuhan piroklatik dengan vegetasi cukup lebat.

    Satuan morfologi punggungan rendah dan bergelombang

    Menempati sekeliling lereng bawah komplek Rinjani yang dicirikan dengan

    sudut lereng kurang dari 30 derajat. Batuan dasarnya adalah jatuhan dan aliran

     piroklastik, dengan vegetasi terbuka berupa ilalang.

    Satuan morfologi kaldera

    Gambar 1. 7 Morfologi Gunung Rinjani, Source : Google Maps

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    8/21

    Ditemukan di dinding kaldera yang berbentuk elip, dengan kemiringan lereng 60 - 80

    derajat. Batuan dasarnya adalah lava dan jatuhan piroklastik.

    Satuan morfologi kerucut gunungapi

    Satuan ini menempati bagian dalam kaldera serta tebing dinding kaldera, yaitu

    kerucut G. Barujari, G. Rombongan, Rinjani, serta kerucut G. Manuk. Kemiringan

    lereng berkisar antara 30 - 70 derajat, dengan pola aliran sungai radial, sedangkan

     batuan dasarnya adalah jatuhan piroklastik.

    Satuan morfologi dataran

    Mengambil tempat pada daerah-daerah seperti dataran tinggi Sembalun dengan

    elevasi 1000 m dpl, dataran pantai utara serta dataran di bagian selatan komplek

    Rinjani. Batuan dasar umumnya adalah aluvium dan lahar.

    Analisa Gunung Rinjani dari Endogen

    1.  Analisis Aktif

    Dari analisis tenaga endogen, serangkaian letusan besar pernah terjadi pada

    Gunung Rinjani dalam pembentukan kaldera yang kini dinamai Danau Segara

    Anak. Jejak letusan katastropik itu ditemukan hingga di wilayah Korleko, pantai

    Lombok Timur sekitar 30 kilometer dari Gunung Rinjani. Timbunan batu apung

    dari Rinjani memenuhi pantai ini. Saat ini batu apung ini ditambang dan diekspor

    ke Singapura, Hongkong, Korea, dan Taiwan.

    Letusan itu terjadi sekitar 14.000 tahun lalu. Kesimpulan itu diambilnya setelah

    mengukur umur arang Korleko pada 2002. Selain itu diperkirakan Gunung Rinjani

     purba semula tumbuh hingga ketinggian 5.000 meter dari permukaan laut (mdpl).

    Tubuh gunung api kemudian runtuh oleh beberapa kali letusan dahsyat yang

    membentuk kaldera sehingga tersisa puncak dengan ketinggian 3.726 mdpl.

    Bukti bahwa letusan itu terjadi beberapa kali terlihat dari bentuk kaldera Danau

    Segara Anak yang lonjong dengan ukuran sisi-sisi terpanjang 4.800 m x 3.500 m.

    Kaldera yang terbentuk oleh satu kali letusan dahsyat cenderung bulat simetris.

    Pasca-terbentuknya Danau Segara Anak seluas 11 juta meter persegi dan

    kedalaman maksimal 230 meter, magma di perut Gunung Rinjani ternyata terus

    aktif ditandai dengan pembentukan kerucut Gunung Barujari dari dalam Danau

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    9/21

    Segara Anak. Saat ini Gunung Api Barujari telah mencapai ketinggian 2.376 mdpl

    atau lebih dari 300 meter dari tinggi permukaan air danau yang berketinggian 2.008.

    Letusan cukup besar dan menghasilkan aliran lava terjadi pada 1944, 1966,

    serta 1994. Letusan ini berasal dari Gunung Rombongan dan Gunung Barujari. Volume

    lava yang dikeluarkan masing-masing berkisar 6 juta meter kubik hingga 73 juta meter

    kubik. Erupsi Gunung Barujari pada periode Mei-Agustus 2009 menutupi area seluas

    650.000 meter persegi. Garis tepi danau berubah secara signifikan akibat masuknya

    lava ke danau Segara Anak. Luas danau berkurang 460.000 meter persegi. Lava hasil

    letusan ini berona paling gelap yang menutupi produk lava sebelumnya yang lebih

    terang. Saat ini Gunung Barujari, yang merupakan anak Gunung Rinjani, masih dalam

    tahap membangun.

    Selain itu juga akibat Lempeng Samudera India dengan Lempeng Eurasia juga

    menghasilkan lajur gunung api yang memanjang dari Sumatera sampai Nusa Tenggara

    dan membentuk sebuah rangkaian gunung api. Rangkaian gunung api ini dikenal

    dengan istilah busur vulkanik dan berhenti di Pulau Sumbawa, kemudian berbelok arah

    ke Laut Banda menuju arah utara ke daerah Maluku Utara, Sulawesi Utara dan terus

    ke Filipina. Busur gunung api ini sendiri ada yang masih aktif salah satunya Gunung

    Rinjani.

    Gambar 1. 8 Kawah Gunung Rinjani

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    10/21

    Dari segi analisis tenaga eksogen, terjadi pelapukan yang kuat, membentuk

     perbukitan yang halus dari Batuan Rinjani Tua didominasi oleh endapan lava. Selain

    itu juga terjadi erosi pada proses erupsi Gunung Rinjani yang mengakibatkan longsoran

     pada kawah. Erosi juga ditemukan pada jalur pendakian Gunung Rinjani.

    2.  Analisis Pasif

    Dari segi analisis material, Gunung Rinjani mengeluarkan sejumlah besar lava

     batu basaltik yang beransur-ansur membina gunung lebar berbentuk perisai. Aliran

    lavanya biasanya amat panas dan cair, menyumbang kepada aliran jauh. Sedangkan

    dari segi analisis struktur, Gunung Rinjani merupakan kelanjutan Zona Solo dari Pulau

    Jawa yang merupakan pembentukan bagian puncak jalur geantiklin. Zona Solo ke

     bagian timur tersingkap di Pulau Lombok bagian barat dengan basementnya tertutupi

    oleh intrusi plutonik, dan struktur ini berakahir di Pulau Lombok.

    Struktur Gunung Rinjani pada akhir Tersier atau awal Kuarter terdapat beberapa

    struktur sesar yang arahnya bervariasi, sesar-sesar yang berarah baratdaya - timurlaut,

    selatan baratdaya - utara timurlaut dan utara - selatan kemungkinan sesar aktif bergerak

    sejak Tersier hingga Kuarter. Berdasarkan hasil survey gaya berat regional, terdapat

    struktur sesar yang berarah utara timurlaut - selatan baratdaya. Sedangkan berdasarkan

    hasil penafsiran kelurusan pada citra landsat menunjukan arah kelurusan selatan

     baratdaya - utara timurlaut.

    Sejarah Letusan

    Letusan G. Rinjani yang diketahui sejak tahun 1847 hingga 1994 dan tercatat telah

     berlangsung 9 kali. Letusan umumnya menghasilkan lava dan jatuhan

     piroklastik. Masa istirahat sejak letusan 1847 hingga1994 adalah berkisar antara 3

    hingga 37 tahun hal ini menunjukan bahwa G. Rinjani termasuk gunungapi yang giat.

    Secara lengkap letusan Rinjani sebagai berikut:

    Tabel 1. Tahun dan Kejadian letusan G. Rinjani

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    11/21

    Tahun kejadian  Keterangan 

    1846 Zollinger mengatakan, bahwa dalam tahun 1846 kegiatan G.

    Rinjani dalam stadia fumarola, selanjutnya letusan yang terjadi

     berlangsung di dalam Kaldera Rinjani (G. Barujari dan G.

    Rombongan/Mas).

    1884 Dalam Natuurkunding Tijdschrift voor Nederl. Indie, v. 45,

    mencantumkan bahwa asap dan nyala api tampak pada beberapa

    hari pertama bulan Agustus.

    1901 1 Juni, pukul 23.00 terdengar suara ledakan, dan malam

     berikutnya di Mataram terjadi hujan abu tipis.

    1906 April, pukul 21.15 terdengar suara ledakan.

    1909 30 November, pukul 21.15 hujan abu di Lombok yang

     berlangsung hingga 2 Desember. Setelah itu tampak kegiatan

    meningkat berupa asap tebal yang mengepul. Air sungai tampak

    keruh..

    1915 4 November tampak tiang asap.

    1944 30 Mei terlihat asap di atas puncak G. Rinjani. Menurut

    Petroeschevsky kegiatan mulai pada 25 Desember 1943.Pukul 16.00 terdengar suara gemuruh yang disusul dengan

    hembusan asap tebal. Pada malam hari tampak sinar api dan kilat

    sambung-menyambung. Gempa bumi terasa terjadi antara 25 - 30

    Desember disertai suara gemuruh. Hujan abu turun selama 7 hari

    dengan lebatnya, merusak tanaman dan rumah.

    G. Rombongan atau G. Mas muncul dari dalam danau (2110 m)

    yang berada di kaki G. Barujari sebelah baratlaut, melebar ke utara

    dan barat. Mitrohartono (1969) menghitung, bahwa jumlah bahan

     baru yang dikeluarkan waktu itu adalah sebanyak lk. 7,4 x 107 m3.

    Kusumadinata (1969, 1973) dengan menggunakan rumus

    Yokoyama (1956 - 1957) telah menghitung Energi Kalor yakni 2,3

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    12/21

    x 1024 erg, sedangkan Kebesaran Letusan adalah 8,98 dan

    Kesetaraan Bom Atomnya 273,8.

    1966 28 Maret Pulau Lombok digoncang gempabumi. Sejak itu

    terdengar suara dentuman berasal dari Segara Anak.

    21 Mei terlihat dari puncak G. Punduk, bahwa di sebelah selatan

    kepundan G. Baru tempak ke luar pasir dari dasar Segara Anak

    menuju ke utara dan melebar ke barat dan timur. Persentuhan pasir

     panas dengan air Segara Anak menyebabkan terjadinya suatu

    kukusan, asap mengepul.

    Kusumadinata (1969), mengatakan bahwa yang disebut pasir panas

    ini pada hakekatnya adalah lava baru yang muncul di lereng G.Barujari sebelah timur, yang mencapai Segara Anak di utara dan

    Segara Endut di selatan.

    Mitrohartono (1969) telah menghitung luas penyebaran lava

    sebesar 954.350 m2 dan isi 6,6. 106 m3. Kusumadinata (1969)

    menghitung Energi Kalornya ialah 2,1. 1021 erg, Kebesaran

    Letusan 6,44 dan Kesetaraan Bom Atom 250,0.

    1994 4 Juni, pkl. 02.00 WITA terjadi suatu ledakan sangat kuat yang

     berasal dari dalam Kaldera Rinjani, terdengar hingga di Desa

    Sembalun. Pukul 08.00 terlihat asap hitam tebal membumbung ke

    udara mencapai tinggi 400 m dari puncak G. Plawangan. Pada 6

    Juni, pkl 17.40 Wita terjadi hujan abu di sekitar Pos Pengamatan

    dengan ketebalan endapan 2 - 3 mm. Titik letusan mengambil

    tempat di G. Barujari dan berlangsung hingga awal bulan Januari

    1995.

    Letusan tersebut tidak menyebabkan korban jiwa, hanya petani

     bawang di Sembalun gagal panen karena rusak oleh hujan abu.

    Volume material letusan sebesar 15.036.405,07 m3, dengan energi

    thermal sekitar : 4,7 X 1023 erg.

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    13/21

    Stratigrafi

    G. Rinjani merupakan salah satu gunungapi aktif tipe A yang tersebar

    di Indonesia, dan merupakan gunungapi kedua tertinggi setelah G.

    Kerinci. Berdasarkan catatan sejarah letusan, G. Rinjani memiliki 3 masa kegiatan,

    yaitu kegiatan sebelum pembentukan kaldera (pra kaldera), masa pembentukan kaldera

    dan masa sesudah pembentukan kaldera (purna kaldera).

    Batuan gunungapi Pra Kaldera 

    Batuan yang dihasilkan pada perioda Pra Kaldera didominasi oleh endapan lava

    yang tersebar hampir kesegala arah, dengan pusat erupsinya berasal dari beberapa

    lokasi dari tua ke muda yaitu: Produk G. Rinjani Tua, G. Kondo G. Sangkareang dan

    G. Rinjani.

    Batuan Rinjani Tua didominasi oleh endapan lava yang dicirikan dengan

     pelapukan yang kuat, membentuk perbukitan yang halus. Selain endapan lava juga

    terdapat aliran piroklastik yang tersusun dari dari material berukuran pasir sampai

    kerakal, tersebar di bagian lereng baratlaut kaldera. Dalam masa Rinjani Tua pernah

    terjadi erupsi samping G. Manuk, endapanya tersebar di lereng bagian selatan, bersifat

     basal.

    Endapan batuan G. Kondo yang tersingkap adalah endapan lava yang masif,

     berwarna abu-abu gelap hingga terang, terdapat lubang-lubang bekas gas, sebagian

    telah mengalami pelapukan, endapan lava ini tersebar diselatan G. Kondo. Batuan yang

     berasal dari G. Sangkareang yang tersingkap umumnya adalah endapan lava yang

    tersebar ke arah utara G. Sangkareang, dicirikan dengan lava yang masif, sebagian telah

    menunjukan proses pelapukan, berwarna abu-abu terang hingga gelap, bersifat

    andesitik hingga andesit basaltis.

    Batuan yang terakhir dari Pra Kaldera adalah batuan hasil G. Rinjani yang

    sebagian besar tersebar ke arah tenggara, timur hingga timurlaut. Endapan batuan hasil

    G. Rinjani dicirikan dengan perselingan antara endapan lava dengan aliran piroklastik

    Batuan gunungapi pembentukan Kaldera

    Produk kaldera merupakan hasil letusan paroksismal Gunung Rinjani Tua,

    menghancurkan bagian puncak G. Rinjani Tua. Letusan tersebut menghasilkan sebuah

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    14/21

    kaldera berbentuk ellip dengan diameter 2,4 x 4,8 km. Endapan yang dihasilkan dari

    letusan yang dahsyat tersebut adalah endapan aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik.

    Batuan aliran piroklastik terendapkan ke arah selatan dan utara merupakan endapan

    yang terluas dibandingkan hasil letusan yang lainnya, hal ini dimungkinkan, karena

    letusan ini merupakan letusan yang sangat kuat. Penyusun endapan batuan aliran

     piroklastik didominasi oleh fragmen batuapung, selain itu juga terdapat fragmen litik

    dan scoria.. Endapan jatuhan piroklastik tersebar luas di bagian puncak kaldera yang

    tersusun dari batuapung berukuran pasir sampai kerikil serta litik, berwarna putih

    kotor, fragmen scoria umumnya berwarna abu kehitaman, dibeberapa tempat dijumpai

    adanya perlapisan yang baik (graded bedding).

    Batuan gunungapi Purna Kaldera Setelah terbentuknya Kaldera Rinjani, kegiatan gunungapi berpindah ke bagian

    dalam kaldera yaitu ke G. Barujari dan G. Rombongan. Kegiatan letusan di dalam

    kaldera dimulai dengan pembentukan G. Barujari. Batuannya dicirikan dengan lava

    yang masif, sebagian telah teralterasi berwarna kuning hingga merah kecoklatan,

    secara umum berwarna abu-abu terang, bersifat basal, sebagian pada permukaan

    dijumpai lava bloken dengan lubang-lubang bekas gas serta permukaannya kasar.

    Kegiatan G. Barujari yang terakhir terjadi dalam tahun 1994 yang menghasilkan lava

    serta jatuhan piroklastik. Lava tersebar ke arah baratlaut hampir menutupi G.

    Rombongan,sedangkan yang ke barat masuk kedalam danau Segara Anak. Lavanya

    adalah lava bloken dengan permukaan yang kasar lubang bekas gas.

    Pembentukan G. Rombongan (G. Mas) terjadi pada tahun 1944 mengambil

    tempat di kaki bagian baratlaut G. Barujari. Batuan umumnya tersusun dari endapan

    lava yang tersebar ke bagian utara hingga barat.

    Komposisi Magma Berdasarkan Data Geokimia

    Jenis Batuan 

    Hasil analisa batuan yang dilakukan terhadap batuan lava dari lava 1944 adalah basalt

    andesit dan basalt menurut hasil analisa dari Suyatna (1969), sedangkan lava 1966 hasil

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    15/21

    dari analisa Hardjadinata (1969) adalah berjenis basalt. Analisa kimia yang dilakukan

    terhadap beberapa contoh batuan dari setiap produk letusan adalah sebagai berikut :

    Analisa kimia batuan G. Rinjani (Suyatna dan Hardjadinata).

    Unsur

    Kimia 

    Conto Batuan 

    Lava 

    1944 

    Lava 

    G. Mas 

    Lava 

    1966 

    Lava 

    G. Tenga 

    Lumpur 

    Kokok Putih

    (Batusanek) 

    SiO2 

    Fe2O3 

    FeO

    Al2O3 CaO

    MgO

    P2O5 

    MnO

    K 2O

    TiO2 

     Na2O

    SO3

    H2O- 

    Hilang

    dibakar

    51.65%

    7.04

    2.59

    19.268.31

    4.02

    0.00

    0.17

    0.88

    1.18

    2.58

    2.06

    0.10

    0.10

    52.3%

    4.86

    2.87

    19.778.71

    4.32

    0.00

    0.17

    0.83

    1.20

    2.75

    1.92

    0.13

    0.13

    52.60%

    7.44

    0.54

    19.138.37

    3.15

    0.00

    0.20

    1.70

    0.85

    2.59

    3.19

    0.18

    0.18

    52.16%

    7.70

    1.40

    19.518.68

    3.29

    0.00

    0.20

    1.48

    0.90

    2.61

    1.91

    0.20

    0.20

    4.83%

    2.68

    0.00

    1.5946.78

    0.43

    0.01

    0.43

    0.00

    0.45

    0.08

    2.88

    2.50

    39.80

    Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh Santosa I, dkk (1994), deskripsi

     petrografi diketahui tekstur batuan lava-lava G. Rinjani umumnya porfiritik dengan

    fenokris plagioklas, piroksen dan olivin. Selain tekstur tersebut ditemukan juga tekstur

    intergranular dengan mineral piroksen dan olivin terdapat atau sering dijumpai diantara

    mineral plagioklas yang memanjang dan tidak teratur. Jumlah fenokris di dalam masa

    dasar berkisar antara 35 - 80 % volume seluruh batuan.

    Table 1. 1 analisa kimia Batuan Gunung Rinjani

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    16/21

    Santosa I (1994) melakukan analisa kimia terhadap conto batuan yang tersebar di

     bagian tubuh G. Rinjani, jumlah conto batuan yang dianalisa sebanyak 17 conto batuan,

    maka hasil analisa kimia batuan menunjukan bahwa silika (SiO2) antara 48,95% -

    56,86%, kandungan TiO2 kurang dari 1 (satu) %, hanya 2 conto yang mempunyai harga

    1,02% dan 1,04% ini adalah suatu fenomena bahwa lava G. Rinjani terdapat pada busur

    kepulauan. Berdasarkan diagram Le Maitre 1989 (SiO2 terhadap K2O), komposisi

     batuan G. Rinjani umumnya basalt - basalt andesit.

    Berdasarkan komposisi kimia, seri G. Rinjani termasuk ke dalam kerabat Kalk-Alkalin

    yang unsur K-nya sangat tinggi. Komposisi umumnya berkisar antara basaltis sampai

    andesitis. Dalam tabel berikut disajikan analisa kimia beberapa sample lava dari nilai

    silica terendah hingga tertinggi.

    Unsur  Ri-16  Ri-17  Ri-18  Ri-27 

    SiO2 

    Al2O3 

    Fe2O3 

    CaO

    MgO

     Na2O

    K 2O

    MnO

    TiO2 

    P2O5 

    H2O- 

    HD

    Jumlah

    48.95

    18.82

    9.80

    8.78

    4.91

    4.54

    1.33

    0.15

    0.89

    0.31

    0.26

    1.18

    99.92

    52.62

    18.65

    8.63

    7.76

    5.08

    3.74

    1.91

    0.13

    1.02

    0.31

    0.06

    0.02

    99.93

    53.37

    17.48

    8.93

    7.33

    5.35

    3.93

    1.79

    0.13

    0.85

    0.30

    0.03

    0.02

    99.03

    56.86

    17.54

    7.60

    6.69

    3.65

    3.85

    1.96

    0.13

    0.78

    0.42

    0.06

    0.35

    99.89

    Evolusi magmatis berdasarkkan konsentrasi unsur utama produk G. Rinjani terhadap

    kandungan SiO2 dan TiO2 menunjukkan fraksinasi kristal mineral-mineral piroksen

    dan plagioklas, sedangkan korelasi negatif antara SiO2 terhadap unsur-unsur Al2O3,

    Table 1. 2. Hasil Analisa Kimia ( Santosa I, 1994) beberapa conto batuan.

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    17/21

    Fe2O3, MgO dan CaO menunjukkan adanya dominasi fenokris dari plagioklas,

     piroksen dan olivin.

    Hasil penelitian tentang pemeriksaan air juga dilakukan pada tahun 1994, yaitu pada

     bulan Mei dan Oktober (Priatna, dkk, 1994), hal ini dilakukan untuk melihat perubahan

    yang terjadi pada kimia air di sekitar G. Barujari. Contoh air yang analisa adalah

    airpanas di S. Kokok Putih, air danau Segara anak dan airpanas Sprela, contoh-contoh

    tersebut adalah:

    Unsur

    Kimia 

    Airpanas 

    S. Kokok Putih 

    Air Danau 

    Segara Anak  

    Airpanas 

    Sprela 

    Mei  Oktober  Mei  Oktober  Mei  Oktober SiO2 

    Ca

    Mg

     Na

    K

    Mn

    SO4 

    H2S

     NH3 

    Cl(-)

    HCO3(-

    )

    B

    Suhu

     pH

    119,10

    191,00

    184,00

    320,25

    51,60

    0,00

    648,50

    9,25

    1,44

    1.552,00

    628,58

    1,07

    6,67

    120,20

    180,80

    172,00

    330,20

    60,25

    0,00

    630,50

    12,25

    2,02

    1.425,00

    520,23

    1,05

    6,82

    139,83

    209,00

    232,00

    213,50

    54,00

    0,26

    970,50

    6,94

    1,74

    296,00

    806,83

    0,00

    6,58

    142,25

    211,00

    240,00

    215,50

    59,25

    0,43

    982,50

    7,24

    1,62

    283,00

    812,00

    0,00

    6,52

    129,23

    119,00

    355,30

    299,50

    46,00

    0,00

    724,00

    6,94

    1,64

    1.334,00

    450,33

    0,89

    6,34

    128,32

    121,23

    342,36

    310,50

    50,50

    0,00

    716,00

    8,82

    1,84

    1,223

    432,50

    0,69

    6,65

    Table 1. 3. Analisa Kimia Air G. Rinjani, Mei dan Oktober 1994.

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    18/21

    Kalau dilihat dari tabel hasil analisa kimia air G. Rinjani sebelum dan sesudah letusan

    G. Barujari, terlihat adanya perbedaan kandungan unsur yang meningkat dan menurun,

    kemungkinan adanya unsur yang menambah pada lokasi-lokasi tersebut.

    Berdasarkan grafik diatas kita mengetahui bahwa afinitas magma dari Gunung Rinjani

     berjenis Calc-Alkaline. Afinitas magma jenis ini merupakan penciri dari subduksi

    lempeng yang berpengaruh terhadap sifat magma yaitu mafic – 

     intermediet. Dengan

     batuan dari daerah penelitian tersebar pada daerah andesit basal, andesit, dan dasit

     berafinitas kalk  – alkali kalium sedang (medium – K),

    45 50 55 60 65 70 75

     0

     1

     2

     3

     4

     5

     6

    Shoshonitic series

    High-K Calc-Alkaline series

    Calc-Alkaline series

    Tholeii tic series

    SiO2

          K      2      O 

    Gambar 1. 9 SiO2 vs K2O after Peccerillo & Taylor, 1976

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    19/21

     

    Dari grafik diatas batuan dari Calc-Alkaline tersebut memiliki sifat dominan batuannya

    adalah sub alkali dimana mengandung Kalium Sedang dan terdapat 2 sampel yang

    memiliki kandungan kalium yang tinggi. Sifat dari batuan ini dipengaruhi oleh

     pergerakan lempeng subduksi antar lempeng samudera.

    44 46 48 50 52 54

     0

     1

     2

     3

     4

     Alkal ic Rocks

    Sub Al kali c Rocks

    Low K - Sub Alkalic Rocks

    SiO2

          K      2      O 

     35 40 45 50 55 60 65 70 75

     0

     2

     4

     6

     8

     10

     12

     14

     16

    Dacite AndesiteBasaltic AndesiteBasalt

    Picro

    Basalt

    TrachyBasalt

    BasalticTrachy-andesite

    Trachy-andesite

    Rhyolite

    Trachyte

    Trachydacite

    Phonolite

    TephriPhonoliteFoidite

    Phonotephrite

    Tephrite

    Basanite

    SiO2

          (        N    a 

          2      O      +

          K      2      O       )  

    Gambar 2.0 Grafik SiO2 vs K2O after Middlemost, 1975

    Gambar 2.1 Grafik (Na20+K20) vs SiO2 after LeBas et al, 1986

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    20/21

    Dari grafik antara (Na2O + K2O) vs SiO2 menurut after Le Bas 1986 batuan di Gunung

    Rinjani termasuk dalam batuan yang bersifat basa-andesite. Sifat batuan ini merupakan

     penciri dari subduksi antar lempeng samudra yang memiliki afinitas magma calc-

    alkalin dan kalium yang bersifat medium.

    Berdasarkan grafik diatas menunjukan suatu pola yaitu afinitas magma dari GunungRinjani calc-alkaline dengan batuan bersifat basalt hingga basalt andesitic.

    F

    A M

    Gambar 2.2 Grafik AFM

    AFM Diagram Tholeiitic--Calc-Alkaline boundary

    after Irvine and Baragar (1971).

    Can. J. Earth Sci., 8, 523-548 

  • 8/16/2019 Analisa Gunung Rinjani Dan Petrokimia

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Foden, J.D and R. Varne, The Geochemistry and Petrology of the basal - andesitic

    - dacite suite from Rinjani Volcano, Lombok . Proc. Of the CCOP - IOC SEATAR

    The geology and Tectonic of Eastern Indonesia, 1981 : 115 - 134.

    Hendrasto M, dkk, 1992, Laporan Kegiatan Pemetaan Geologi Komplek

     Rinjani, Lombok, Nusatenggara Barat , Direktorat Vulkanologi.

    Imam Santosa, Iman KS (1994), Laporan Penyelidikan Petrokomia G. Rinjani,

    Bulan Juni 1994, No. 85/DV/94, Direktorat Vulkanologi.

    Iing Kusnadi, dkk, 1994, Laporan Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan

     Kawah G. Rinjani, Juni - September 1994, No. 67/DV/1994, Direktorat

    Vulkanologi.Kusumadinata K, 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanogi

     Nasution A., dkk, 1984, Geologi Panas Bumi Daerah Sembalun, Lombok

    Timur, NTB, Sub Dit. Panas Bumi, Direktorat Vulkanologi.

    Ruska Hadian (1995), Laporan Pengumpulan Bahan Informasi dan

     Dokumentasi G. Rinjani, P. Lombok , Propinsi Nusa Tenggara Barat , Bulan Juni

    1995, No. 17/DV/96, Direktorat Vulkanologi

    Suparto S, 1981, Seismologi Gunungapi, Direktorat Vulkanologi.

    Priatna, dkk, 1994, Laporan Penyelidikan Kimia Gas dan Air G. Rinjani

     Nusatenggara Barat , Direktorat Vulkanologi.