ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI …€¦ · ·...
-
Upload
duongnguyet -
Category
Documents
-
view
223 -
download
1
Transcript of ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI …€¦ · ·...
ANALISA
DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN
DI PROVINSI MALUKU
Oleh
BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
PROVINSI MALUKU
2013
“Analisa Dampak Penggunaan Alat Kontrasepsi Terhadap Total Angka
Kelahiran Di Provinsi Maluku “ merupakan bentuk informasi yang disediakan oleh
Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Provinsi Maluku guna menyajikan hasil analisa
yang dikaji terhadap dinamika kependudukan yang tercatat dalam data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 dan 2012.
Analisa ini lebih difokuskan pada angka pengguna kontrasepsi dan angka
kelahiran di Provinsi Maluku, sebab 2 (dua) indikator inilah yang dianalisa untuk
melihat sejauh mana dampak yang terjadi terhadap kelahiran, ketika tren pengguna
alat kontrasepsi mengalami fluktuasi.
Hasil analisa ini diharapkan mampu memberikan informasi serta pemahaman
bagi setiap pihak yang membutuhkan, sekalipun kami menyadari berbagai keterbatasan
yang dimiliki. Namun dengan segala yang dapat kami lakukan, kami harap analisa ini
mampu diterima baik oleh semua pihak.
Bidang Pengendalian Penduduk
(DALDUK)
KATA PENGANTAR
A. Latar Belakang …………………………………………………….... 1
B. Cakupan Laporan ………………………………………………....... 4
Angka Pengguna Kontrasepsi (CPR) ……………………………. 4
Total Angka Kelahiran ………………………………………………. 6
C. Hasil Analisa …………………………………………………………. 7
D. Kesimpulan dan Rekomendasi …………………………………… 10
DAFTAR ISI
1
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia setelah China, India dan Amerika diperhadapkan dengan berbagai
persoalan kependudukan yang tentunya tidak mudah untuk diselesaikan.
Masalah yang dihadapi tidak hanya di sektor pendidikan , sosial, ekonomi , tetapi
juga terjadi pada sektor kesehatan .
Pada tahun 1971 jumlah penduduk Indonesia adalah 119.208.229 jiwa , dan
kemudian meningkat pada setiap pelaksanaan sensus, seperti pada tahun 1980,
jumlah ini meningkat menjadi 147.490.298 jiwa dan 179.378.946 jiwa di tahun
1990, sedangkan di tahun 2000 jumlah penduduk di Indonesia mencapai
206.264.595 jiwa, dan pada sensus terakhir pada tahun 2010 jumlah penduduk
Indonesia meningkat hingga mencapai 237.641.326 jiwa.
Untuk provinsi Maluku, jumlah penduduk di tahun 1971 adalah 1.089.565
jiwa, dan meningkat menjadi 1.411.006 jiwa di tahun 1980. Kemudian di tahun
1990, jumlah penduduk Maluku menjadi 1.857.790 jiwa, dan terus meningkat di
tahun 2000 sebanyak 1.205.539 jiwa dan 1,533,506 jiwa di tahun 2010.
Dari situasi pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun
ke tahun tentunya memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses
pembangunan manusia di Indonesia secara umum, maupun terkhusus di
provinsi Maluku. Misalnya, semakin tinggi tingkat kemiskinan, tingkat
pengangguran yang besar karena tidak ada keseimbangan antara lapangan
kerja yang tersedia dengan jumlah pencari kerja.
2
Dari sektor pendidikan terlihat masih banyak anak-anak yang tidak dapat
bersekolah karena tidak memiliki biaya, selain itu akses kesehatan juga semakin
terbatas karena minimnya tenaga medis dan jangkauan yang semakin jauh.
Inilah beberapa isu kependudukan yang dihadapi bangsa Indonesia yang
tentunya membutuhkan penyelesaian yang tepat.
Provinsi Maluku sebagai salah satu provinsi yang terletak di bagian timur
Indonesia, yang dikenal dengan sebutan provinsi seribu pulau memiliki jumlah
penduduk sebesar 1,533,506 jiwa berdasarkan hasil sensus penduduk tahun
2010 dengan luas wilayah 54.185 km2. Kondisi seperti ini memberikan persepsi
bagi sebagian orang bahwa jumlah penduduk yang ada masih sangat minim jika
dibandingkan dengan luas wilayah yang dimiliki, hal ini tentunya perlu diluruskan
dengan memberikan pemahaman tentang dampak jumlah penduduk yang besar
terhadap sisi lain dari kehidupan masyarakat Maluku itu sendiri.
Berdasarkan hasil Sensus Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007, Total Angka Kelahiran (TFR) di provinsi Maluku adalah 3,9 anak per
perempuan. Angka ini menjadikan provinsi Maluku sebagai provinsi yang
memiliki Total Angka Kelahiran (TFR) yang cukup tinggi dibandingkan dengan
provinsi – provinsi lain. Dengan tingkat kelahiran yang tinggi ini tentunya akan
memberikan dampak terhadap perkembangan kependudukan di provinsi Maluku
kedepan. Disisi lain, provinsi Maluku juga dikategorikan sebagai provinsi dengan
tingkat kemiskinan yang cukup tinggi,dan tentunya jumlah kelahiran yang besar
3
akan berdampak langsung terhadap situasi perekonomian yang sudah jelas
sangat memprihatinkan dengan status tersebut. Untuk mengatasi masalah
kependudukan dalam hal pengendalian penduduk, pemerintah mengambil
kebijakan melalui program keluarga berencana bagi setiap pasangan usia subur.
Program Keluarga Berencana di Indonesia sebenarnya bukan hal yang
baru , namun perbedaan latar belakang masing-masing individu , rumah tangga
dan masyarakat di masing-masing daerah menunjukkan bahwa tidak semua
pasangan usia subur mampu memahami pentingnya pengendalian penduduk
melalui penggunaan kontrasepsi.
Berdasarkan data SDKI 2007, pengguna kontrasepsi di provinsi Maluku
sebesar 34,1 persen, sedangkan untuk kontrasepsi modern hanya sekitar 29,4
persen, sedangkan secara nasional persentase jumlah pengguna kontrasepsi
adalah 57,4 persen. Dengan demikian persentase di provinsi Maluku menunjukan
minimnya kesadaran pasangan usia subur dalam memahami arti pentingnya
penggunaan alat kontrasepsi bagi kehidupan keluarga mereka kedepan.
4
B. Cakupan Laporan
Adapun indikator yang dianalisa dalam penulisan ini adalah mencakup 2 (dua)
hal, antara lain :
Angka Pengguna Kontrasepsi (CPR)
Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007, angka pengguna kontrasepsi di
Indonesia adalah sebesar 61,4 persen, sedangkan untuk provinsi Maluku
hanya sebesar 34,1 persen.
Jika dilihat dari pelaksanaan SDKI tahun 1991 hingga 2012, CPR provinsi
Maluku mengalami fluktuasi, dan pada tahun 2003 tidak tersedianya data
survei yang disebabkan oleh tidak adanya pelaksanaan survei di provinsi
Maluku karena pada saat itu provinsi Maluku sedang ada dalam masa
konflik sosial.
Tren Angka Pengguna Kontrasepsi (CPR)
Di Provinsi Maluku Tahun 1991 – 2012
Sumber : Data SDKI 2007 & 2012
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1991 1994 1997 2003 2007 2012
43.2
34.9
40.1
0
34.1
45.5
5
Tahun 2007 menunjukan bahwa persentase tertinggi adalah suntikan
sebesar 18,5 persen, diikuti dengan pil 4,2 persen, MOW 2,8
persen,Implant 2 persen, IUD 1,3 persen, Kondom 0,6 dan MOP 0.
Di tahun 2012, persentase pengguna kontrasepsi di provinsi Maluku
mengalami kenaikan yang sangat berarti yaitu mencapai 45,5 persen,
yang mana suntikan masih menjadi alat kontrasepsi yang sangat diminati
yaitu 26,3 persen, diikuti Pil 5,9 persen, Implant 5,8 persen, MOW 1,8
persen, IUD 0,5 persen dan 0 untuk kondom dan MOP.
Persentase Pengguna Kontrasepsi Modern Menurut Metode
Di Provinsi Maluku
Sumber : Data SDKI 2007 & 2012
0
5
10
15
20
25
30
PIL IUD Suntik Implant Kondom MOW MOP
4.2 1.3
18.5
20.6 2.8 0
5.9
0.5
26.3
5.8
0 1.8 0
2007 2012
6
Total Angka Kelahiran (TFR)
Total angka kelahiran di Indonesia adalah 2,6 per perempuan, namun
untuk provinsi Maluku lebih besar yaitu 3,9 per perempuan, itu
menunjukan bahwa setiap wanita kawin di provinsi Maluku secara rata-
rata memiliki kemampuan melahirkan hampir 4 anak selama masa
reproduksi. Pada survei terakhir di tahun 2012, angka ini mengalami
penurunan hingga 3,2 anak per perempuan.
Tren Total Angka Kelahiran
Tahun 1994 – 2012 Provinsi Maluku
Sumber : Data SDKI 2007 & 2012
1994 1997 2007 2012
3.73.3
3.9
3.2
7
C. Hasil Analisa
Data hasil SDKI 2007 menunjukan bahwa persentase pengguna
kontrasepsi di provinsi Maluku sebesar 34,1 persen, dan kemudian di tahun 2012
mengalami peningkatan sekitar 11 persen hingga menjadi 45,5 persen secara
keseluruhan. Hal ini membuktikan bahwa program keluarga berencana di
Provinsi Maluku sudah berjalan baik, disamping itu harus diakui pula bahwa
pemahaman akan pentingnya perencanaan dalam menentukan jumlah anak
sudah menjadi pola pikir setiap pasangan usia subur di Maluku.
Selain adanya sosialisasi dan pemahaman tentang program keluarga
berencana yang mulai ditanamkan di kalangan para remaja hingga pasangan
usia subur, perlu diketahui bahwa keberhasilan program KB ini juga dipengaruhi
oleh pelayanan yang diberikan bagi calon peserta KB baru maupun peserta KB
aktif di berbagai daerah terpencil melalui program KB kepulauan. Walaupun jika
dilihat dari segi metode yang digunakan memang tidak terlalu mencapai hasil
yang diharapkan, seperti pada MOW dan MOP maupun IUD yang mengalami
penurunan bahkan tidak sama sekali, namun secara keseluruhan persentase ini
terdorong oleh pemakaian suntik, Pil dan implant yang mengalami peningkatan
yang sangat drastis.
Untuk penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang masih minim, karena
pasangan usia subur di Maluku masih dipengaruhi oleh ketakutan terhadap
dampak yang akan terjadi setelah pemakaian, hal ini terlihat pada MOW yang di
tahun 2012 mengalami penurunan. Sedangkan untuk MOP, dapat dikatakan
8
bahwa suami belum ingin berpartisipasi dalam program KB, yang berarti bahwa
pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Provinsi Maluku masih perlu membekali setiap pasangan dengan
informasi yang lebih mendalam.
Dengan meningkatnya angka pengguna kontrasepsi di tahun 2012 inilah,
maka secara otomatis terbukti bahwa total angka kelahiran anak di provinsi
Maluku mengalami penurunan yang sangat berarti dari 3,9 per perempuan di
tahun 2007 menjadi 3,2 di tahun 2012. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penggunaan kontrasepsi memiliki korelasi positif dengan total angka kelahiran,
sehingga memberikan pengaruh yang signifikan.
Dampak yang timbul dari kondisi penggunaan kontrasepsi (CPR)
terhadap kelahiran (TFR) di provinsi Maluku terlihat lebih jelas pada grafik di
bahwah ini, yang mana menunjukan bahwa di tahun 1994, rata-rata angka
kelahiran di provinsi Maluku sangatlah tinggi dikarenakan minimnya pengguna
kontrasepsi, yang pada tahun tersebut hanya 34,9 persen.
Hal ini dapat dipahami sebagai proses awal perkembangan program KB
yang tentunya masih kurang mendapat perhatian masyarakat di daerah.
Kemudian pada tahun 1997, total angka kelahiran mulai dapat ditekan dari 3,7
menjadi 3,3 dengan peningkatan pengguna kontrasepsi sekitar 5,2 persen dari
tahun sebelumnya, dan angka ini bertambah menjadi 40,1 persen.
9
Kondisi ini bisa terjadi karena perkembangan program KB sudah mulai terlihat
dan diterima oleh sebagian besar masyarakat di provinsi Maluku saat itu.
Tahun 2003 dapat dikatakan sebagai tahun yang sangat memberi
pengaruh luar biasa terhadap kelangsungan program KB di Maluku dan juga
pertumbuhan jumlah penduduk melalui angka kelahiran, karena di tahun ini
terjadi konflik sosial yang mengakibatkan pelaksanaan survei tidak dilakukan.
Hal ini tentunya mengakibatkan kelangsungan program KB berhenti pada masa
– masa sulit tersebut, dan otomatis tingkat kelahiran akan mulai melonjak.
Pengaruh luar biasa ini terbukti ketika di tahun 2007, data pengguna kontrasepsi
sangatlah minim yaitu hanya sebesar 34,1 persen dan angka kelahiran
meningkat hingga 3,9 anak per perempuan.
Tahun 2007 menjadi sebuah realita yang membutuhkan tindak lanjut demi
sebuah keberhasilan, sehingga di tahun 2012 BKKBN provinsi mulai
membuktikan hasil kerja kerasnya bersama petugas KB dan pihak terkait
melalui keberhasilan dalam meningkatkan angka pengguna kontrasepsi hingga
45,5 persen serta menekan angka kelahiran hingga 3,2 anak per perempuan.
Inilah bukti yang menyatakan bahwa program KB di provinsi Maluku
sudah cukup berhasil, dan disamping itu hal ini menjelaskan bahwa ternyata
penggunaan kontrasepsi sangat memberi dampak secara langsung bagi
penekanan angka kelahiran.
10
Tren angka pengguna kontrasepsi (CPR) dan angka kelahiran (TFR)
Tahun 1994 – 2012 Provinsi Maluku
Sumber : Data SDKI 2007 & 2012
D. Kesimpulan dan Rekomendasi
Peningkatan jumlah penggunaan alat kontrasepsi di kalangan pasangan
usia subur di provinsi Maluku, menimbulkan dampak positif terhadap rata-rata
angka kelahiran anak. Hal ini terbukti dalam tren penggunaan kontrasepsi dan
angka kelahiran, yang mana setiap ada peningkatan pengguna kontrasepsi,
maka secara otomatis terjadi penekanan rata- rata angka kelahiran dari setiap
wanita. Posisi ini tentunya dipengaruhi oleh efektifitas pelayanan KB yang
diberikan pada setiap pasangan usia subur di wilayah provinsi Maluku.
1994 1997 2003 2007 2012
CPR 34.9 40.1 0 34.1 45.5
TFR 3.7 3.3 0 3.9 3.2
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
11
Dengan demikian, beberapa hal yang direkomendasikan sebagai tindak lanjut
dari analisis ini adalah sebagai berikut :
1) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) perlu
menjelaskan lebih mendalam tentang arti pentingnya pelaksanaan
program KB terhadap rata- rata angka kelahiran kepada pemerintah
kabupaten/kota, sehingga kelangsungan program ini tetap dapat
dipertahankan dan menjadi prioritas program kerja pemerintah di
daerah.
2) Pemerintah melalui BKKBN provinsi Maluku harus lebih berusaha
keras dalam pemberian informasi dan edukasi terhadap setiap
pasangan usia subur, guna meningkatkan pemahaman tentang arti
pentingnya penggunaan alat kontrasepsi.
3) Partisispasi dalam program KB perlu ditingkatkan melalui
pendekatan – pendekatan secara personal, sehingga mampu
mendongkrak jumlah pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang,
yang pada kenyataannya masih belum mendapat perhatian.
4) Strategi penggarapan program pembangunan KKB di provinsi
Maluku ke depan hendaknya mendekatkan akses informasi dan
layanan KKB khususnya pada kepulauan, galcitas, pesisir pantai
dengan strategi pendekatan KB gugus pulau.