ANAL ISIS DESKRIPTIF GAYA KOMUNIKASI...
Transcript of ANAL ISIS DESKRIPTIF GAYA KOMUNIKASI...
ANALISIS DESKRIPTIF GAYA KOMUNIKASI
USTADZ SOLEH MAHMOED (USTADZ SOLMED) DALAM
BERDAKWAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Di Susun Oleh:
Ferdian
NIM 108051000088
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1434 H
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1) Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 07 Januari 2013
FERDIAN
ii
ABSTRAK
Nama : Ferdian
NIM : 108051000088
Analisis Deskriptif Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed (Ustadz Solmed)
Dalam Berdakwah
Proses komunikasi seseorang dipengaruhi oleh gaya komunikasi. Gaya
komunikasi adalah suatu kekhasan yang dimiliki setiap orang dan gaya
komunikasi antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Gaya komunikasi
penting sebagai cara yang khas pada diri seseorang untuk menyampaikan
maksudnya dan untuk mengetahui respon dari orang yang diajak komunikasi. Hal
demikian ditujukan Ustadz Soleh Mahmoed dengan gaya komunikasi yang khas
ketika menyampaikan pesan, dalam berdakwah
Perumusan masalahnya adalah Bagaimana gaya komunikasi Ustadz Soleh
Mahmoed ketika menyampaikan dakwah? Bagaimana pandangan kolega
terhadap gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed? Apakah gaya komunikasi
Ustadz Soleh mahmoed termasuk gaya komunikasi konteks tinggi atau konteks
rendah?
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskritif. Tipe
penelitian ini bertujuan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara
komprehensif, berbagai aspek individu, memberikan gambaran umum tentang
data yang diperoleh, mendeskripsikan temuan di lapangan apa adanya.
Dalam melihat gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed melalui rekaman
video dan wawancara kepada informan terdekat Ustadz Soleh Mahmoed, teori
yang tepat adalah teori terministic screen. Pemilihan kata-kata itu bersifat
strategis. Dengan demikian, kata yang diungkapkan, simbol yang diberikan, dan
intonasi pembicaraan, tidaklah semata-mata sebagai ekspresi pribadi atau cara
berkomunikasi, namun dipakai secara sengaja untuk maksud tertentu dengan
tujuan mengarahkan cara berfikir dan keyakinan khalayak. Berdasarkan hasil
penelitian, temuan yang dapat diketemukan adalah informan menyatakan sesui
dengan asumsi Deddy Mulyana bahwa komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed
menunjukan lebih condong pada gaya komunikasi konteks rendah yang ditandai
dengan jelas, lugas, tulus, santun, dan juga ada perpaduan antara sisi-sisi positif
gaya komunikasi konteks tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah yang
ditandai dengan ketulusan, kejernihan, keterbukaan, keterusterangan,
kesederhanaan, dan kesantunan dalam berbicara.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tercurah hanya kepada-Nya Tuhan semesta alam.
Shalawat dan salam semoga Allah curahkan kepada Nabi Muhamad SAW yang
telah membimbing kita pada derajat kemanusiaan yang lebih baik.
Atas hidayah-Nya, penulis berhasil menyelesaikan tugas skripsi. Skripsi
yang diberi judul “Analisis Deskriptif Gaya Komunikasi Ust. Soleh Mahmoed
(Ust. Solmed) Dalam Berdakwah” ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi penulis untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Komunikasi dan
Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini telah mendapat bantuan,
dukungan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati,
perkenankanlah penulis mengungkapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
3. Drs. Jumroni M.Si dan Umi Musyarrofah M.A. selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima
kasih penulis ucapkan karena telah bersabar dapat meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi hingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan keilmuan serta
berbagai wawasan dan pengalamannya kepada penulis selama menuntut
ilmu di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Semoga penulis dapat
mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan, Amin.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam
urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
7. Ustadz Soleh Mahmoed (Ust. Solmed), April Jasmin, Ustadz Hasbiallah,
Fuji Rahcman, Rizal, dan Muhidin selaku narasumber yang telah
meluangkan waktu kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
8. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Syamsudin, AS dan
Ibunda Khoiriyah yang telah memberikan banyak hal yang berarti dalam
hidup penulis. Cinta, kasih, sayang, do’a, dan dukungan baik moral
maupun materil yang semuanya itu tidak dapat tergantikan dengan apapun.
9. Kakak-kakakku yang tersayang. Kakak Irma Eka Sakti dan Kakak Firman
Syah yang selalu memberi dukungan dan menjadi inspirasi dalam
v
melewati setiap langkah kehidupan dan selalu menghiasi hari-hari penulis
dengan penuh keceriaan.
10. Keponakanku Izzatul Auliya yang selalu menjadi penghilang duka dan
selalu memberikan keceriaan.
11. Keluarga besar Nurul Fachri yang telah meluangkan waktu untuk sharing
dan berbagi info dalam menyusun dan menyelesaikan tugas akhir
perkuliahan ini.
12. Ina Siti Munawaroh, yang selalu memberikan support dan semangatnya,
pengorbanan waktu, tenaga serta perhatiannya saat penulis mengerjakan
tugas akhir ini.
13. Teman-teman mahasiswa seperjuangan KPI angkatan 2008, yang telah
memberikan banyak cerita, pengalaman, dan inspirasi untuk penulis.
Dhiyaa Bule, Ahmad Fauzi, Saiful Bahri, Nurul Iman, Ika Kurnia Utami,
Gana Buana, Anisaturohmah, Aimatunisa, Herdina Rosidi. Yang selalu
memberikan senyum kalian sebagai penambah semangatku. Terimakasih
do’a dan semangat kalian teman…
14. Semua pihak yang telah memberikan konstribusi terhadap penyelesaian
skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, namu tidak
mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak.
Ciputat, 07 Januari 2013
FERDIAN
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 14
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Konseptualisasi Gaya Komunikasi ....................................... 16
1. Pengertian Gaya .............................................................. 16
2. Pengertian Komunikasi ................................................... 16
3. Pengertian Gaya Komunikasi .......................................... 21
a. Bahasa ......................................................................... 23
b. Retorika ....................................................................... 25
B. Komunikasi Efektif ............................................................... 27
vii
BAB III BIOGRAFI USTADZ SOLEH MAHMOED (UST SOLMED)
A. Profil Ustadz Soleh Mahmoed ............................................. 30
B. Riwayat Pendidikan dan Aktifitas Dakwah Ustadz Soleh
Mahmoed .............................................................................. 34
1. Riwayat Pendidikan ust. Soleh Mahmoed ...................... 34
2. Aktifitas Dakwah Ust. Soleh Mahmoed ....................... 35
3. Karya-karya dan Karir Ust. Soleh Mahmoed ................ 37
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS GAYA KOMUNIKASI
USTADZ SOLEH MAHMOED DALAM BERDAKWAH
A. Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed dalam
Berdakwah............................................................................. 39
1. Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed Terkait
dengan Retorika .............................................................. 42
2. Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed dengan
Bahasa (Pemilihan Kata) ................................................. 48
B. Pandangan Kolega Terhadap Gaya Komunikasi Ustadz
Soleh Mahmoed .................................................................... 50
C. Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed Termasuk Gaya
Komunikasi Konteks Tinggi atau Rendah ............................ 51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 53
B. Saran ...................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56
LAMPIRAN......................................................................................................... 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan komunikasi yang baik dan efektif tentunya bisa
mengantarkan seseorang meraih tahta dan cita-cita tertinggi. Pengucapan kata
yang jelas dalam komunikasi sangat diperlukan sehingga pesan sampai ke
komunikan (penerima pesan) lancar dan tidak terkena gangguan (noise). Gaya
komunikasi efektif merupakan perpaduan antara sisi positif komunikasi konteks
tinggi dan komunikasi konteks rendah yang ditandai dengan ketulusan,
kejernihan, keterbukaan, keterusterangan, kesederhanaan, dan kesantunan dalam
berbicara.1
Onong Uchjana Effendy mengatakan agar komunikasi efektif, proses
penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian
oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang
harus dikenal oleh komuikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman
komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan
yang dikomunikasikan.2
Onong Uchjana Effendy menyatakan komunikasi secara etimologis berasal
dari kata latin “communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis”
yang berarti sama, sama disini maksudnya sama makana atau sama arti. Jadi
komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang
1 Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,2006) cet ke-2 h. 149. 2 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), cet. Ke-2 h.53
1
2
disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.3Sedangkan Sasa
Djuarsa Senjaja mengatakan, komunikasi adalah suatu proses pembentukan,
penyampaian penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang
dan dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.4 Selain pernyataan di atas, para
ahli komunikasi juga mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian
komunikasi, diantaranya Bereslon dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai
penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilan, dan seterusnya
melalui penggunaan symbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Kemudian
Shannon dan Weaver mengartikan komunikasi mencangkup sebagai prosedur
melalui mana pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain.5
Komunikasi harus terdapat pada pesan yang sengaja diarahkan kepada
seseorang dan diterima oleh orang lainnya. Paradigma ini menyatakan bahwa
pesan harus disampaikan dengan sengaja, dan pesan itu harus diterima. Artinya,
untuk dapat terjadi komunikasi harus terdapat : (a) komunikator, (b) pesan, dan (c)
komunikan. Implikasinya, jika pesan tidak diterima, tidak ada komunikan karena
tidak ada manusia yang menerima pesan. Maka, tidak ada komunikasi dan proses
komunikasi yang merupakan kajian paradigma ini.6
Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat
mengesandi hanya dalam pengalaman yang dimiliki masing-masing. Biarpun
tidak demikian dalam teori komunikasi dikenal dengan istilah empathy, yang
3 Onong Uhcjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : PT. Citra
Aditya Bakri,2003), cet. Ke-3 h.30 4 Sasa Djuarsa Senjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999)cet.
Ke-4.h.8 5 Aubery Fisher, Teori-Teori Komunikasi (Bandung: Remaja Karya, 1986), h.10
6 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi (Jakarta: Indeks, 2005) h. 27
3
berarti kemampuan memproyeksi diri kepada peranan orang lain. Maka jika
komunikator bersifat empatik, maka komunikasi tidak akan gagal.7
Dalam berkomunikasi seorang tidak lepas dari gaya komunikasinya. Gaya
komunikasi dapat dilihat dari bagaimana seorang komunikator menggunakan
bahasa, pemilihan kata, retorika, dan menggunakan bahasa tubuhnya. Seperti
diungkapakan Sidik Suhada seorang Jurnalis media dan televisi, bahwa “bahasa
menunjukan bangsa. Identitas dan citra diri seseorang dimata orang lain pun
dipengaruhi oleh bagaimana cara dia berkomunikasi. Selain itu juga pemilihan
kata, istilah serta intonasi (tekanan suara). Semua akan dapat mencerminkan
identitas dan citra diri seseorang yang sedang berbicara.8
Seperti yang telah dijelaskan di atas komunikasi juga harus mengikuti
selera masyarakat yang selalu mengalami perubahan konteksnya. Dalam hal ini
gaya komunikasi Ust. Soleh Mahmoed dalam penyampaian ceramah atau pidato.
Untuk memahami bagaimana gaya komuikasi yang baik agar pesan dakwah
secara efektif kepada komunikan, maka hal demikian menjadi perhatian penulis
pada sosok Ustadz Soleh Mahmoed atau Ustadz Solmed, sapaan akrabnya.
Kepiawaian Ustadz Solmed dalam berkomunikasi bisa dilihat dengan
bagaimana gaya komunikasi atau ciri khas tokoh ini menyampaikan dakwahnya,
atau ceramah dalam khutbah Jum’at. Seseorang yang santun, sederhana, dan
memiliki tutur kata yang baik dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti oleh
7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), cet. Ke-2 h.9 8 Sidik Suhada, “Media dan Komunikasi,” artikel diakses pada 26 Januari 2012 pukul
13:14 pm dari http://sidiksuhada.blogspot.com/2010/01/bahasa-dan-ideologi-dalam-retorika.hlm1
4
masyarakat banyak itulah yang sepertinya tampak pada diri seorang Ustadz
Solmed.9
Ustadz Solmed adalah seorang Ustadz yang selalu melontarkan ide,
gagasan yang menekankan bagaimana pentingnya mencari jawaban dari sebuah
permasalahan yang sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat beragama.
Melalui ceramah, pidato, khutbah Jum’at dengan kemampuan retorika dan gaya
komunikasinya yang khas menjelaskan bahwa sangatlah indah agama Islam itu.10
Dalam buku Deddy Mulyana tersebut juga dikatakan bahwa gaya
komunikasi efektif merupakan perpaduan antara sisi positif komunikasi konteks
tinggi dan komunikasi konteks rendah yang ditandai dengan ketulusan,
kejernihan, keterbukaan, keterusterangan, kesederhanan dan kesantunan dalam
berbicara.11
Secara teoritik Edward T. Hall mengungkapkan bahwa gaya
komunikasi dapat dibedakan ke dalam bentuk gaya konteks tinggi dan gaya
komunikasi konteks rendah.12
Spesifikasi konteks tinggi biasanya orang lebih
suka bicara secara implicit, tidak langsung dan suka basa-basi. Sementara gaya
komunikasi konteks rendah biasanya biasanya digunakan oleh orang-orang yang
memiliki pola pikir linier (searah). Bahasa yang digunakan langsung, lugas, dan
eksplisit.13
Dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ustadz Solmed. Bisa
menyesuaikan diri, ketika Ia berada dikalangan yang lebih tua, seolah-olah Ia
9 Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam),
Jakarta, 6 Oktober 2012 10
Wawancara pribadi dengan Rizal (manager sekaligus asisten pribadi merupakan kolega
dekat Ust. Solmed)
11
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006)cet ke-2h.149. 12
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006)cet ke-2 h.147. 13
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif,Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006)cet ke-2 h. 129
5
menjadi orang yang dewasa, ketia Ia memasuki ranah remaja, Ia menjadi
komunikator yang bisa berinteraksi dengan kalangan remaja, dan ketika Ia
berinteraksi dengan anak-anak, maka anak-anak pun dapat terhibur, dan dapat
mengambil makna ilmu yang telah disampaikan olehnya.14
Karena Ustadz
Solmed meyakini perubahan sosial berasal dari kelas menengah, maupun kelas
menengah kebawah. Pilihan gaya komunikasi Ustadz Solmed disesuaikan dengan
konteks budaya jamaahnya. Seperti yang ditegaskan oleh Fiske bahwa komunikasi
merupakan sentral bagi kehidupan budaya kita.15
Kehebatan dalam menyampaikan ceramah Ustadz Solmed merupakan da’i
yang sudah tidak bisa diragukan lagi, karena Ia sudah memiliki keahlian dalam
berceramah sangat lama, bahkan sebelum siaran TV, keahliannya dalam
berceramah mudah dipahami oleh para jamaahnya, interaktif dan inovatif,
penyampaian keilmuan dan wawasannya dipadukan menjadi paduan yang lebur,
sehingga menjadi daya tarik yang menarik.16
Daya tarik yang paling mencolok ketika pertama kali melihat Ustadz
Solmed ialah dari sosoknya, Ia merupakan Ustadz muda, dari situlah point
plusnya, dan pendekatan Ia kepada ranah remaja bisa dibilang baik, karena tidak
terpaut pada jarak usia yang tidak jauh, biasanya anak-anak muda lebih mudah
dalam mengungkapkan permasalahan yang sedang dihadapi, dan Ia menjawab
14
Wawancara pribadi dengan Ust. Hasbiallah (Ulama, kolega dalam menyampaikan
dakwah) Jakarta, 6 Oktober 2012
15
John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif, (Yogyakarta : Jalasutra, 2007), h.xi 16
Wawancara pribadi dengan Ust. Hasbiallah (Ulama, kolega dalam menyampaikan
dakwah) Jakarta, 6 Oktober 2012
6
permasalahan itu tidak menggurui, tetapi lebih dekat sebagai sesama sahabat atau
saudara sendiri.17
Peneliti melakukan penelitian ini dengan metode analisis deskriptif.
Analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang
diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik
data yang kita peroleh.18
Begitu pula penelitian ini, penelitian akan
mendeskripsikan temuan di lapangan apa adanya. Sebisa mungkin akan
mengurangi pengaruh terhadap objek, sehingga data yang diperoleh dapat diolah
secara memadai.
Oleh karena itu, Penulis bermaksud meneliti dengan menganalisis gaya
komunikasi Ust. Solmed dalam berdakwah melalui wawancara dengan beberapa
teman dan jama’ah Ust. Solmed serta mengamati melalui rekaman audio visual
(youtube) Ust. Solmed. Dan itulah beberapa yang dapat dijadikan Penulis sebagai
alasan atau landasan, mengapa topik ini diangkat dan dijadikan sebuah penelitian
dan karya ilmiah yang berjudul “Analisis Deskriptif Gaya Komunikasi Ustadz
Soleh Mahmoed (Ustadz Solmed) Dalam Berdakwah”. Atas dasar itulah
penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk tidak melebarnya permasalahan dalam penulisan skripsi ini maka
penulis membatasi pada gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed dalam
menyampaikan dakwah sehingga dakwahnya terus berkembang hingga saat ini.
17
Wawancara pribadi dengan April Jasmin (Istri dari Ust. Solmed) Jakarta, 6 Oktober
2012 18
“Analisis Deskrptif” artikel diakses pada 26 Januari 2012 pukul 13:15 dari
inparametric.com/bhinablog/donload/04_analisis_deskriptif.pdf-halaman_sejenis
7
Dari pembatasan masalah di atas, maka muncul rumusan masalah, yakni sebagai
berikut:
1. Bagaimana gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed dalam dakwah?
2. Bagaimana pandangan kolega terhadap gaya komunikasi Ustadz Soleh
Mahmoed?
3. Apakah gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed termasuk gaya
komunikasi konteks tinggi atau konteks rendah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, membahas dan
mengetahui bagaimana gaya komunikasi Ustadz Solmed dalam berdakwah
dan pandangan kolegan terhadap gaya komunikasi Ustadz Solmed ketika
menyampaikan dakwah dalam konteks Islam melalui ceramah atau
maupun pidato dalam forum ceramah.
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
pengetahuaan tentang gaya komunikasi yang baik dan efektif
khususnya bagi instansi akademis di Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan umumnya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8
b. Praktis
Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan dan
membuka pandangan bagi para teoritis, praktisi dan pemikir berbagai
perspektif tentang gaya komunikasi efektif.
c. Teoritis
Dengan penelitian ini dilakukan juga menambah pengetahuan
Penulis mengenai pentingnya gaya komunikasi seseorang dalam
keberhasilannya dalam menyampaikan sebuah pesan, idea tau gagasan
sehingga terjadi komunikasi yang efektif dan tercapainya tujuan yang
diharapkan seorang komunikator.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Metode kualitatif adalah dengan mengamati kasus dari berbagai
sumber data yang digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan
secara komprehensif, berbagai aspek individu, kelompok suatu program,
organisasi atau pristiwa secara sistematis. Penelaah berbagai sumber data ini
membutuhkan berbagai macam instrument pengumuman data. Karena itu,
penulis menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi-dokumentasi,
rekaman bukti-bukti fisik.19
Dengan menggunakan analisis deskriptif dimana
19
Rahmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, 2007), cet ke-2 h. 102
9
peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat.20
Ciri lain dalam analisis ini ialah titik berat pada observasi dan suasana
alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Peneliti
hanya membuat kategori prilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam
buku observasinya. Dengan susunan alamiah yang dimaksudkan bahwa
peneliti terjun kelapangan. Peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi
variabel. Karena kehadirannya mungkin mempengaruhi prilaku gejala
(reactive measures), peneliti berusaha memperkecil pengaruh ini. Penelitian
sosial telah menghasilkan beberapa pengukuhan yang tidak terlalu banyak
“merusak” kenormalan (unobstrusive measures).21
Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum
tentang data yang diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk
melihat karakteristik data yang kita peroleh.22
Begitu pula penelitian ini,
penelitian akan mendeskripsikan temuan di lapangan apa adanya. Sebisa
mungkin akan mengurangi pengaruh terhadap objek, sehingga data yang
diperoleh dapat diolah secara memadai.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh
keterangan.23
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Ustadz Solmed
dengan menggunakan rekaman audio visual Ustadz Solmed, dan koleganya.
20
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005) h.22 21
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, 2005 h.25 22
“Analisis Deskrptif” artikel diakses pada 26 Januari 2012 pukul 13:15 dari
inparametric.com/bhinablog/donload/04_analisis_deskriptif.pdf-halaman_sejenis
23
Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Rajawali 1978/2003) h. 92
10
Sedangkan objeknya adalah bagian dari subjek yang diteliti secara terperinci.
Objek penelitian merinci fenomena yang akan diteliti sekaligus merupakan
deskripsi dari penelitian yaitu gaya komunikasi Ustadz Solmed dalam
menyampaikan dakwah.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan data primer yaitu
wawancara terhadap kolega Ustadz Solmed (field research). Selain itu,
peneliti juga menggunakan data skunder melalui rekaman audio visual Ustadz
Solmed ketika menyampaikan dakwah dalam kutbah jum’at maupun program
acara beliau di stasiun televisi. Penelitian lapangan (field research), yaitu
penelitian yang di lapangan, tempat dimana objek penelitian itu berada.24
Untuk pengambilan data penelitian lapangan digunakan metode sebagai
berikut:
a. Wawancara, yaitu percakapan antara peneliti, yang berharap mendapat
informasi dari informan (seseorang yang diasumsikan mempunyai
informasi langsung dari sumbernya).25
Dalam penelitian ini wawancara
dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada kolega yang pasti
memiliki keterkaitan erat dan berhubungan baik secara langsung dengan
ust. Solmed guna memperoleh data-data mengenai gaya komunikasinya.
Teknik wawancara yang digunakan yaitu bebas terbuka yaitu peneliti
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gaya
komunikasi ust. Solmed yang kemudian dikembangkan bersamaan dengan
24
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia,2004), h.89 25
Rahmat Kriyantono, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Pranada
Group, 2007)cet. ke-2, h.116
11
dijawabnya pertanyaan yang diajukan peneliti. Dari hasil wawancara
peneliti mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan guna
mendukung penelitian ini. Sebagai informan yang telah diwawancarai
dalam rangka untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) April Jasmin, sebagai istri dari Ustadz Solmed.
2) Ust. Hasbiallah yang lebih di kenal dengan nama Ustadz Abu Nawas,
sebagai kolega Ustadz Solmed, dan merupakan sesama mubalig dalam
mensiarkan dakwah.
3) Rizal, sebagai manager dan asisten pribadi Ustadz Solmed, selalu ikut
kemana saja ketika Ustadz Solmed berdakwah.
4) Fuji Rachman, sebagai kolega Ustadz Solmed, dan merupakan
photographer pribadi Ustadz Solmed.
5) Muhidin, sebagai kolega Ustadz Solmed, dan merupakan Ketua RT 005/03
Kelurahan Kebun Jeruk.
b. Observasi, adalah informasi atau data yang dikumpulkan dalam penelitian.26
Observasi dapat juga berarti pengamatan yang merupakan kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan pancaindra mata, mulut, dan kulit. Oleh karena
itu, observasi adalah metode pengmpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.27
Dalam
hal ini peneliti ikut serta dalam penyajian ceramah.
26
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey, (Editor: Sofian Effendi), (Jakarta:
h.192) 27
Burham Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik , dan
Ilmu Sosial, (Jakarta: Kencana,2008), cet ke-2 h.155
12
c. Dokumentasi, yaitu mengkaji data-data yang didapat dari arsip-arsip stasiun
televisi SCTV dalam program acara Kata Ustadz Solmed maupun dari buku-
buku, majalah yang ada kaitannya dengan penelitian, juga dari jejaring sosial
Youtube, seperti rekaman audio visual.
4. Tehnik Analisis Data
Analisis data menurut Patton, adalah proses mengatur uraian data.
Mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satu uraian dasar. Ia
membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan
tehadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara
dimensi-dimensi uraian.28
Untuk menganalisis data atau fakta yang telah
didapatkan, digunakan metode analisis deskriptif. Disiplin ilmu ini bekerja
dengan mengungkapkan data dan fakta secara alamiah tanpa sedikitpun
mempengaruhi subjek dan objek penelitian.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengumpulan informasi, melalui wawancara, kuisioner maupun
observasi langsung.
b. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai
dan tidak sesuai dengan masalah penelitian.
c. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan bisa dalam bentuk
tabel, ataupun uraian penjelasan.
d. Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan.
28
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1993)cet ke-10 h.103
13
Pertanyaan melalui wawancara yang diajukan kepada informan semata-
mata sebagai bahan kajian yang mendasar unjuk membuat kesimpulan.
Bagaimana pendapat banyak orang merupakan hal penting meskipun tidak
dijamin validitasnya. Semakin banyak informasi, maka diharapkan akan
menghasilkan data yang sudah tersaring dengan ketat dan lebih akurat.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka diperpustakaan utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Maka tidak ditemukan judul atau tema yang sama dengan penelitian
(skripsi) ini. Namun berdasarkan hasil penelusuran peneliti ada beberapa skripsi
yang hampir sama dengan judul, yaitu sebagi berikut:
a. Analisis Deskriptif Gaya Komunikasi Nurcholis Madjid oleh Imelda Dwi
Putri Sari (106051001830), Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Yang garis besarnya berisi bahwa dalam menyampaikan pesan
(ide, gagasan) seorang komunikator harus mampu, mengerti dan menguasai
apa yang disampaikan, tentang apa, siapa komunikannya, dan apa efek yang
diharapkan.
b. Analisis Deskriptif Pola Komunikasi Organisasi Kenadziran Kesultanan
Maulana Hasanuddin Banten oleh Desty Putri Sari (106051001797),
Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Yang garis besarnya
berisi, Pola komunikasi yang ditangkap oleh peneliti adalah adanya alur
birokrasi yang melingkupi perjalanan organisasi kenadziran. Artinya ketua
tidak berkoordinasi langsung dengan anggotanya.
14
c. Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN Jakarta:
Perspektif Gegar Budaya oleh Arip Hidayat (107051002490) Mahasiswi
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Yang garis besarnya berisi,
budaya merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam kegiatan proses
komunikasi yang dilakukan pada komunikasi lintas budaya. Jadi sangat
dimungkinkan bahwa komunikasi antarbudaya dapat terganggu karena
perbedaan budaya itu sendiri.
Tentu saja penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan apa yang akan
peneliti lakukan . karena peneliti akan melakuakan penelitian mengenai Analisis
Deskriptif Gaya Komunikasi Ust. Soleh Mahmoed Dalam Berdakwah
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran
yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang dijadikan pokok
dalam skripsi ini maka penulis mengelompokan dalam lima bab pembahasan,
yaitu sebagai berikut :
BAB I Merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang Latar
Belakang Masalah, Pembahasan dan Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustakan
serta Sistematika Penulisan.
BAB II Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan dalam
penulisan skripsi untuk menganalisa serta merancang sistem yang
diperoleh dari berbagai sumber seperti rekaman, buku referensi
maupun internet yang menjadi landasan penulisan skripsi ini
diantaranya terdapat teori terministic screen.
15
BAB III Bab ini berisi gambaran lebih jauh sosok tokoh da’i muda yaitu
biografi Ustadz Soleh Mahmoed (Ustadz Solmed) yang berisikan
Riwayat Hidup Soleh Mahmoed, Riwayat Pendidikan, Karir dan
Aktifitas Intelektual.
BAB IV Bab ini membahas analisis data yakni Analisis hasil wawancara
kepada informan terikat Gaya Komunikasi Ustadz Soleh
Mahmoed.
BAB V Bab ini merupakan penutup dari penelitian ini yang berisikan
kesimpulan dan saran.
16
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konseptual Gaya Komunikasi
1. Pengertian Gaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya memiliki banyak
konotasi kekuatan, sikap, irama/lagu, elok dan ragam (cara, rupa, bentuk) yang
khusus, mengenai tulisan, karangan, pemakaian bahasa dan bangunan
rumah.1Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia juga mengartikan gaya
sebagai cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk
tulisan dan lisan.2 Jadi penyelesaian di atas mengenai gaya bisa
dikonfrontasikan bahwa ciri khas seseorang dalam menyatakan pikiran dan
perasaannya dalam bentuk lisan maupun tulisan.Dalam konteks komunikasi,
gaya bisa diartikan ragam (cara) seseorang dalam pemakaian bahasa untuk
menyampaikan pesan kepeda komunikan.3
2. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis berasal komunikasi merupakan terjemahan dari kata
latin “communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang
berarti sama, sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi
komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan
1 Sumardjo, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Anonim, 1999) h. 146
2 Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jombang: Penerbit Lintas
Media) h. 166 3 Rimun Wibowo, dkk, “Gaya KomunikasiPemimpin dan Keefektifan Kelompok Tani
dalam Melaksanakan Program Konservasi Tanah Air”, artikel diakses pada 31 Januari 2012 pukul
12:08 am dari http:www.rudyct.com/PPS702-ipb/1217/psl067_3.pdf
16
17
yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.4
Sedangkan ditinjau dari segi terminologis (istilah), para ahli komunikasi
mendefinisikan komunikasi antara lain sebagai berikut :
a. Sasa Djuarsa Senjaja dalam bukunya Pengantar Komunikasi mengatakan,
komunikasi adalah suatu peruses pembentukan, penyampaian penerimaan
dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan dua orang
atau lebih denga tujuan tertentu.5
b. Harold Dwight Laswell, menjelaskan bahawa komunikasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang menjelaskan tentang apa? Mengatakan apa?
Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat apa? (who says what in
which channel to whom with what effect?).6
c. Bereslon dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian
informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui
penggunaan symbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Kemudian
Shannon dan Weaver mengartikan komunikasi mencangkup sebagai
prosedur melalui mana pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi orang
lain.7
d. Everett M. Rogers menyatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.8
4 Onong Uhcjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : PT. Citra
Aditya Bakri,2003), cet. Ke-3 h.30 5 Sasa Djuarsa Senjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999)cet.
Ke-4.h.8 6 Widjadja. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,
2002) h. 11 7 Aubery Fisher, Teori-Teori Komunikasi (Bandung: Remaja Karya, 1986), h.10
8 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.
20.
18
e. Wilbur Schramm dalam uraiannya mengatakan bahwa sebenarnya definisi
komunikasi berasal dari bahasa latin communis, common, bila mana kita
mengadakan komunikasi, itu artinya kita mencoba untuk berbagi
informasi, ide atau sikap. Jadi inti dari komunikasi itu adalah menjadikan
si pengirim dapat berhubungan bersama dengan si penerima guna
menyampaikan isi pesan.9
f. Nurdin Mendefinisikan Komunikasi adalah proses hal dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud
mengubah prilaku. Definisi tersebut menekankan bahwa dalam
komunikasi ada sebuah proses pengoperan (pemerosesan) ide, gagasa,
lambing, dan di dalam proses itu melibatkan orang lain.10
Adapula yang
menekankan pada unsur penyampaian atau pengoperan bahwa komunikasi
adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-
individu.11
g. Sedangkan menurut Onong uchyana Effendy, komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahukan atau merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik
langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.12
Dari beberapa definisi komunikasi menurut para ahli di atas. Dapat dikatan
bahwa seseorang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut
berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan, harapan dan isi pesan yang
disampaikan. Jadi diantara orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus
9 T. A. Lathief Rosyidi, Dasar Rhetorika Komunikasi Informasi, (Medan: 1985), h.48
10 Nurdin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)
11
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Sbagai Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007 , h.26)
12
Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi, h.4
19
memiliki harus memiliki kesamaan arti, dan harus sama-sama mengetahui hal-hal
yang dikomunikasikan. Sehingga kegiatan komunikasi dapat berlangsung efektif.
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyaluran. Dalam “bahasa” komunikasi
pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut
komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi
makna komunikan (communicate).13
Menurut Onong Uchajana, ada beberapa sebab mengapa manusia
melakukan komunikasi, yakni:
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini/pendapat/pendangan (to change the opinion)
c. Mengubah prilaku (to change the behavior)
d. Mengubah masyarakat (to change socity)
Komunikasi juga dilakukan dengan berbagai metode, istilah metode atau
dalam bahasa Inggris “method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang
berarti rangaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah
dibina berdsarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis. Agar komunikasi berjalan
efektif, maka kita juga memerlukan strategi dalam menyampaikan pesan agar
dapat diterima oleh orang lain.14
Meminjam istilah Laswell untuk berkomunikasi yang baik itu dibutuhkan
lima kategori penting yang tidak bisa di pungkiri yakni unsur-unsur komunikasi,
sebagai berikut:
13
Onong Uhcjana Effendy, Dinamaika Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosdakarya,
1992), h.4 14
Onong Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 56
20
a. Source (sumber)
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan, yang
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa
orang, lembaga, buku dan sejenisnya.15
b. Communicator (penyampai pesan)
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,
kelompok orang, organisasi komunikasi, seperti : surat kabar, televisi, film
dan sebagainy. Komunikator dalam penyampaian pesannya bisa juga menjadi
komunikan begitu juga sebaliknya. Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh
seorang komunikator adalah:
1. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya.
2. Keterampilan berkomunikasi.
3. Mempunyai pengetahuan yang luas.
4. Sikap.
5. Memiliki daya tarik.16
c. Message (pesan)
Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator. Pesan
dapat bersifat informatif member keterangan-keterangan yang kemudian
komunikasi dapat mengambil kesimpulannya sendiri. Persuasuf bujukan,
yakni membangkitkan dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita
sampaikan akan member pendapat atau sikap, sehingga ada perubahan.
15
Widjadja. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002) h. 11 16
Widjadja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002) h.12
21
d. Cannel (saluran)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima
melalui pancaindra atau media. Pada dasarnya komunikasi yang sering
dilakukan dapat berlangsung menurut dua saluran yaitu:
1. Saluran formal atau yang bersifat resmi.
2. Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi.
e. Communican (penerima pesan)
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam tiga jenis
yakni personal, kelompok, massa.
f. Effect (hasil)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan.
3. Pengertian Gaya Komunikasi
Mengacu kepada pernyataan Bereslon dan Steiner dan arti gaya serta
komunikasi di atas maka gaya komunikasi dapat diartikan sebagai cara
seseorang menyampaikan ide, gagasan dengan bahasa sebagai alat penyaluran
untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.
Pendapat lain menyatakan gaya komuniasi adalah suatu khasan yang
dimiliki setiap orang. Proses komunikasi seseorang dipengarui oleh gaya
komunikasi. Gaya komunikasi antara orang yang satu dengan orang yang lain
tentu berbeda. Perbedaan gaya komunikasi antara orang yang satu dengan
yang lain dapat berupa perbedaan cirri-ciri model dalam berkomunikasi, tata
22
cara berkomunikasi, cara berekspresi dalam berkomunikasi dan tanggapan
yang diberikan atau ditunjukan pada saat berkomunikasi.17
Kemudian gaya komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini
mengacupada gaya komunikasi yang dikemukakan oleh Edward T. Hall.
Menurut Hall, gaya komunikasi dalam konteks budaya dapat diklasifikasikan
ke dalam gaya komunikais konteks tinggi dan gaya komunikasi konteks
rendah.18
Secara teoretik, Edward T. Hall dalam buku Deddy Mulyana,
menyebut dalam konteks budaya, gaya komunikasi dapat dibedakan ke dalam
bentuk komunikasi tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah. Gaya bicara
komunikasi konteks tinggi ini, orang lebih suka bicara secara implicit (halus,
diam-diam), tidak langsung, dan suka basa-basi. Salah satu tujuannya, untuk
memelihara keselarasan klompok dan tidak ingin berkonfrontasi
(bertentangan), maksudnya agar tidak mudah menyinggung perasaan orang
lain. Komunikasi budaya konteks tinggi, cenderung lebih tertutup dan mudah
curiga terhadap pendatang baru atau orang asing. Sementara gaya komunikasi
dalam konteks rendah, biasanya digunakan oleh orang-orang yang memiliki
pola piker linier. Selain itu komunikasi konteks rendah, cepat dan mudah
berubah karena tidak mengikat kelompok.19
Untuk mempermudah peneliti
membuatnya dalam bentuk tabel di bawah ini :
17 Junaedi Wijaya dan Yenny Wiyanto “Analisis Pengaruh Tipe Kepribadian dan Gaya
Komunikasi Public Relation Manager Hotel “X” Surabaya dalam Membangun Hubungan Baik
dengan Media dan Meningkatkan Publisitas” artikel diakses pada 2 Februari 2012
http://puslit2.petra.ac.id/ejumal/index.php/hot/article/viewFile/16514/16506
18
Deddy Mulyana, Komunikasi Effektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2005)h:129 19
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif. Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2005) H.129
23
Tebel 1. Perbedaan Gaya Komunikasi Konteks Tinggi dan Gaya Komunikasi
Konteks Rendah
No. Gaya Komunikasi Konteks Tinggi Gaya Komunikasi Konteks Rendah
1. Mengandung pesan yang kebanyakannya
ada dalam konteks fisik, sehingga makna
pesan hanya dapat dipahami dalam
konteks pesan tersebut.
Sibuk dengan spesifikasi, rincian, jadwal
waktu yang persis dengan mengabaikan
konteks.
2. Bicara secara implisit, tidak langsung dan
suka basa-basi.
Bicaranya eksplisit, bahasa yang digunakan
langsung dan lugas.
3. Kebanyakan masyarakat homogen
berbudaya konteks – tinggi, pola pikir non
linier.
Biasanya digunakan oleh orang-orang yang
memiliki pola pikir linier.
4. Kekuatan kohesif bersama yang memiliki
sejarah yang panjang, lamban berubah dan
berfungsi untuk menyatukan kelompok.
Cepat dan mudah berubah, tidak mengikat
kelompok.
5. Orang berbudaya konteks-tinggi gemar
berdiam diri, tidak suka berterus terang,
dan misterius.
Orang berbudaya konteks-rendah dianggap
berbicara berlebihan, mengulang-ngulang
apa yang sudah jelas.
Sumber: Deddy Mulyana, “Komunikasi Efektif”, h.129
a. Bahasa
Apabila ditinjau dari ilmu komunikasi, bahasa sebagai lambang dalam
proses komunikasi itu tidak berdiri sendiri, tetapi bertautan dengan komponen-
komponen komunikasi lainnya, dalam buku “Komunikasi: Teori dan Praktek”
karya Onong Uchjana Effendy menyebutkan komponen-komponen yang
lainnya yaitu, komunikator yang menggunakan bahasa itu, pesan yang
dibawakan oleh bahasa itu , media yang akan meneruskan bahasa itu,
komunikan yang dituju dari bahasa itu, dan efek yang yang diharapkan dari
komunikan dengan menggunakan bahasa itu.
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Komunikasi melalui
bahasa itu memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan
24
lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk
mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya
masing-masing.20
1. Aspek Bahasa
Bahasa merupakan satu system komuniksi yang mempergunakan
symbol-simbol vocal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer21
, yang dapat
diperkuat dengan gerak-gerak badaniah yang nyata. Ia merupakan symbol
karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus
diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap
panca indra.
Berati bahasa mencangkup dua bidang, yaitu bunyi vocal yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu hubungan antara
rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang diwakilinya itu. Bunyi itu
merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita ( yang diserap
panca indra kita), sedangkan arti adalah isi yang terkadang di dalam arus
bunyi yang menyebabkan rekasi atau tanggapan dari orang lain.22
2. Fungsi Bahasa
Fungsi Bahasa adalah:
a.) Untuk menyatakan ekspresi diri
b.) Sebagai alat komunikasi
c.) Sebagai alat untuk mengadakan interaksi dan adaptasi sosial
20
Gorys Keraf, Komposisi, (Jakarta: Penerbit Nusa Indah, 1994) 21
Dalam Jhon Fiske, Communication Studies, Arbitrer adalah istilah dalam semiotika
yang menyatakan bahwa relasi antara penanda dan petanda semata-mata berdasarkan konvensi
sosial, bukan relasi yang rumrah atau alamiah. 22
Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia bebas artikel diakses pada 7 Februari 2012
pukul 12:25 dari www.wikipedia.org/bahasa
25
d.) Sebagai alat untuk mengadakan control social
b. Retorika
Gaya komunikasi seseorang juga dapat dilihat dari retorika. Retorika
adalah ilmu berbicara. Dalam bahasa Inggris, yaitu rhetoric dan dari kata
Latin rehetorica yang berarti ilmu bicara.23
Bagi Aristoteles retorika adalah
seni persuasi, suatu yang harus singkat, jelas dan meyakinkan, dengan
keindahan bahasa yang disusun untuk hal-hal yang bersifat memperbaiki
(corrective), memetintah (instructive), mendorong (suggestive) dan
memepertahankan (defensive).24
Aristoteles menulis :
“Persuasi terjadi karena karakteristik personal pembicara, yang
ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat
dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada pendapata orang-
orang baik dari pada pada orang lain: ini berlaku umumnya pada masalah
apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan
pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa
kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa
pada kekuatan persuasinya: sebaliknya, karakternya hampir bisa disebut
sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya”.25
23
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), cet. Ke-21 h.53 24
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2003), cet ke-3 h,4
25
(Aristoteles, 1954:45) dalam Jalaludin Rachmat, Psikologi Komuniksai, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2007) cet.ke-25 h.225
26
Menurut Aristoteles. Dalam retorika terdapat3 bagaian inti yaitu:26
a. Ethos (ethical) yaitu, karakter pembicaraan yang dapat dilihat dari cara ia
berkomunikasi
b. Pathos (emotional) yaitu, perasaan emosional khalayak yang dapat
dipahami dengan pendekatan “psikologi massa”.
c. Logos (logical) yaitu, pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan oleh
pembicara.
Kemudian ada dua persyaratan mutlak bagi seseorang yang akan muncul
dalam mimbar atau forum untuk berpidato. Syarat pertama adalah apa yang
dinamakan source credibility atau kredibilitas sumber, dan yang kedua adalah
source attractiveness atau daya tarik sumber.27
1.) Kepercayaan kepada Komunikator/ kredibilitas sumber (source credibility)
Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan
dapat tidaknya ia dipercaya. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan
bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan
kenyataan empiris. Selain itu, kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan
profesi atau keahlian yang dimiliki sesorang komunikator. Seorang dokter
akan mendapat kepercayaan jika ia menerangkan soal kesehatan. Seorang duta
besar akan mendapat kepercayaan jika berbicara mengenai situasi
internasional.28
26
Fathurin “Pengantar Retorika dan Public Speaking”, artikel diakses pada 2 Februari
2012 pukul 14:45 dari http://www.fathurin-zen.com/?p=89 27
Onong Uchjana Effendi, Komunikasi, Teori dan praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) cet. Ke-20 h. 68 28
Onong Uchjana, komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007) cet. Ke-20 h. 38
27
2.) Daya Tarik Komunikator (source attactiveness)
Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya
tarik, jika pihak komunikasi merasa bahwa komunikator itu serta dengan
mereka dalam hubungannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan
yang dilancarkan oleh komunikator.29
Salah satu teori yang memiliki hubungan erat dengan definisi retorika
tersebut adalah teori terministic screen. Teori ini dikembangkan oleh seseorang
ahli bidang retorika dari Amerika Serikat, Kenneth Burke. Inti dari teori ini ialah
bahwa dalam komunikasi, manusia cenderung memilih kata-kata tertentu untukk
mencapai tujuannya. Pemilihan kata-kata ini bersifat strategis. Dengan demikian,
kata yang diungkapkan, symbol yang diberikan, dan intonasi pembicaraan, tidak
semata-mata sebagai ekspresi pribadi atau cara berkomunikasi, namun dipakai
secara sengaja untuk maksud tertentu dengan tujuan mengarahkan cara berfikir
dan keyakinan khalayak.30
B. Komunikasi Efektif
Menurut Deddy Mulyana dalam buku “Komunikasi efektif”, gaya
komunikasi efektif merupakan perpaduan antara sisis positif komunikasi konteks
tinggi dan komunikasi konteks rendah yang ditandai dengan ketulusan,
29
Onong Uchjana, komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007) cet. Ke-20h. 43-44
30
Dalam Sidik Suhada, “Media dan Komunikasi,”penulsnya mengutip dari Eriyanto
(2000:5) artikel diatas diakses pada 7 Februari 2012 pukul 12:37 dari
http://sidiksuhada.blogspot.com/2010/01/bahasa-dan-ideologi-dalam-retorika.html
28
kejernihan, keterbukaan, keterusterangan, kesederhanaan, dan kesantunan dalam
berbicara.31
Sedangkan dalam buku karya Onong Uchjana Effendi “Ilmu, Teori dan
Filsafat Komunikasi” disebutkan factor-faktor penunjang komunikasi efektif, ia
menjelaskan apa yang dikatakan Wilbur Schramm “the condition of success in
communication”, yakni kondisi yang dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu
pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Faktor-faktor tersebut
yaitu:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh tadi yang layak
bagi situasi klompok dimana komunikan berada saat ia digerakan untuk
memberikan tanggapan yang dikehendaki.32
Onong Uchjana Effendy dalam karya lain “Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek” mengatakan agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh
komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan.
Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh
31
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,2006) cet ke-2 h. 149. 32
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti) cet ke-3 h.41-42
29
komuikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman komunikator dengan
bidang bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang
dikomunikasikan.
Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat
mengesandi hanya dalam pengalaman yang dimiliki masing-masing. Biarpun
tidak demikian dalam teori komunikasi dikenal dengan istilah empathy, yang
berarti kemampuan memproyeksi diri kepada peranan orang lain. Maka jika
komunikator bersifat empatik, maka komunikasi tidak akan gagal.33
Dalam konteks komunikasi Ustadz Solmed adalah sebagai seorang Da’i
dan komunikator yang baik, dia memiliki program acara televisi sendiri dan
Ustadz Solmed memiliki komunikan yakni jamaahnya. Dilihat dari elemen-
elemen tersebut dakwahnya terus berkembang hingga sekarang dan memiliki
jama’ah-jama’ah yang baik dalam kalangan Islam.
33
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) cet. Ke-20 h.9
30
BAB III
BIOGRAFI USTADZ SOLEH MAHMOED (USTADZ SOLMED)
A. Profil Ustadz Soleh Mahmoed (Ustadz Solmed)
Ustadz Soleh Mahmoed lahir di Jakarta pada tanggal 19 Juli 1983, Ia anak
tunggal dari keturuan Bapak H. Nadjamuddin Nasution dan Ibu Hj. Salmah Lubis.
“Ia merupakan anak satu-satunya yang nakal, anak satu-satunya yang baik, anak
satu-satunya yang membuat tersenyum, anak satu-satunya yang membuat tertawa,
dan anak satu-satunya yang membuat kedua orang tuanya menangis” itu kata ibu
Ustadz Solmed. Tetapi sewaktu kecil Ia cendrung lebih nakal, oleh sebab itu
semenjak menginjak pendidikan dibangku SD pun Ia sudah dipondokin oleh
kedua orangtuanya.1
Sejak kecil Ustadz Solmed memiliki cita-cita ingin menjadi Presiden,
malah tidak sempat terfikir untuk menjadi seorang ustadz, tokoh ulama, bahkan
seorang mubalig. Ia dimasukan di pondok oleh orangtuanya supaya menjadi orang
soleh, bahasa orang awamnya supaya inget sama orang tua, mau jadi apa saja
kalau inget sama orangtua itu harus. Bertahun-tahun mondok dipesantren,
Alhamdulillah dulu Ia merasa benci terhadap orang tuanya karena ketika Ia baru
berumur 6 tahun sudah dimasukin pesantren. Karena dulu Ia merasa anak
buangan, Ia merasa anak pungut, Ia merasa tidak diperhatikan, maklum ketika
pertama Ia nyantren baru berusia 6 tahun. Anak diusia seperti itu merasa disayang
sama orangtua ketika dibelikan mainan, merasa disayang sama orang tua ketika
diberi uang, merasa disayang oleh orang tua ketika kemauannya selalu dituruti. Itu
sayangnya orangtua menurut pandangan anak-anak pada usianya ketika itu. Tapi
1 Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
30
31
pandangan orangtuanya tidak seperti itu, karena ada yang lebih berharga dari
semua harta didunia ini yaitu dibekali ilmu. Disinilah letak hikmahnya, Ia merasa
sangat bersyukur kepada kedua orangtuanya karena telah memberikan bekal ilmu,
khususnya ilmu agama. Sekarang semua orang memanggil ustadz, mubaliqh,
maupun da‟i. Itu berkat apa yang telah diberikan pendidikan agama oleh
orangtuanya.2
Ketika kelas 1 SD Ia masuk pesantren Mambaul Ulum di daerah Jawa
Timur, karena Ia anak tunggal jadi Ibunya selalu merasa rindu terhadapnya, setiap
menjenguk selalu menangis, jadi Ia dipindahkan ke Pesantren Al-Kamal Jakarta
pas kelas 2 SD hingga lulus SD. Kemudian melanjutkan kejenjang Madrasah
Tsannawiah Pesantren As-Sidiqiah di Tanggerang hingga lulus, kemudian Ia
melanjutkan di Madrasah Aliyah As-Sidiqiah Jakarta Barat Kebun Jeruk hingga
lulus, setelah itu Ia melajutkan studinya ke UIN Jakarta Fakultas Syariah.
Pada tahun 2001 Ia mengikuti lomba Da‟i se Indonesia di Masjid Istiqlal
yang mewakili Pondok Pesantrennya, Ia ketika itu niatnya hanya hikmat kepada
pondok pesantrennya, tidak memikirkan menang atau kalah, karena sebagai santri
yang baik ketika nyantren hanya memikirkan berkah ilmu, berkah kepada
Kiyainya, Alhamdulillah Ia mendapat juara umum dalam lomba itu.
Dari situlah awal karirnya, dari situlah kolega-kolega Ayahnya tertarik
untuk mengundang ceramah-ceramah di acara pengajian bulanan dan tiga
bulanan. Dari situlah berlanjut ceramah dari mushola ke mushola, dari masjid ke
masjid, dari pesantren ke pesantren, dari acara ke acara. Dan seiring berjalannya
2Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
32
waktu secara tidak langsung itu menjadi media promosinya berkembang hingga
akhir tahun 2009.3
Seiring waktu berjalan Ia semakin banyak mengenal ulama-ulama, ustadz-
ustadz muda, salah satu sahabat Ia adalah Ustadz Jefrry Al-Buhkori atau biasa
dikenal dengan sapaan tenarnya yaitu UJ. Ditengah keakrabannya dengan UJ, Ia
diajak UJ untuk mendampingi mengisi ceramah, biarpun awalnya hanya diberi
waktu 3 menit untuk berceramah, karena ketika itu Ia hanya sebagai Bintang
Tamu di acara “Damai Indonesiaku” di stasiun TVONE. Tidak disangka-sangka
pihak TVONE mengundang lagi untuk berceramah, awalnya hanya bintang tamu,
lama kelamaan menjadi bintang utama, tidak hanya pernah berduet dengan UJ, Ia
juga pernah berduet dengan Ustadz Subqi, dan bahkan Ia pernah berduet dengan
alm KH. Zainuddin MZ.4
Dari stasiun TVONE berlanjut ke satasiun-stasiun TV lain, hampir semua
media stasiun TV pernah didatangi, selain sebagai bintang tamu juga sebagai
bintang utama distasiun-stasiun TV tersebut. Dan sampai hari ini masih memilik
program acara di stasiun SCTV. Dan tidak hanya sebagai tokoh ulama yang
bercerama-ceramah diberbagai media, Ia juga membintangi beberapa sinetron TV,
tetapi ketika Ia acting di sinetron tersebut Ia tidak mau berperan menjadi siapapun,
Ia hanya ingin berperan menjadi dirinya sendiri.5
Alhamdulillah, dakwah kini kian berkembang dengan pesat, dakwah tidak
hanya dinikmati oleh sekelompok orang, dan pada saat-saat waktu tertentu, kini
media masa berkembang cepat secepat perkembangan dakwah, karena bila
berdakwah di media massa seperti TV, Radio, Internet dan lain lain, bisa
3 Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
4 Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
5 Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
33
dinikmati oleh jutaan orang diseluruh dunia, ini jugalah yang menjadi salah satu
keuntungan dakwah melalui media massa.6
Secara ekonomi Ustadz Solmed, termasuk keluarga yang berkecukupan
dan sederhana. Ia merupakan anak dari keluarga pedagang, karena orangtuanya
awalnya hanya membuka usaha dagang dirumah lamanya, awalnya dulu tinggal
didaerah Tomang Tinggi, ketika lahir Ia pindah kedaerah Kedoya kebon Jeruk
sampai tahun 2011, dan sekarang sudah pindah lagi kedaerah Kebun Jeruk jl.
Musyawarah.7
Ustadz Solmed memang sosok Ustadz muda yang penuh dengan hal baru,
contoh kata yang sering digunakan dalam berdakwah guna membuat suasan
menjadi lebih ringan adalah “ Terus Gue Harus Bilang WOW Gitu?” dan juga
ketika Ia membawakan salah satu program TV yaitu program acara dakwah “Kata
Ustadz Solmed” di SCTV, ada kata khas yang sering di ucapkan dan langsung di
jawab oleh jama‟ahnya contohnya seperti “ Kata Siapa? Kata Ustadz Solmed”
dan kata yang diucapakan setiap dakwahnya “Are You Ready!!!” seperti itulah
kata-kata yang sering terucap guna mencairkan suasana ketika sudah mulai kurang
baik.
Ketika melihat sosok muda, tampan dan santun. Ada saja berita yang
kurang baik mengenai Ia, ada yang mengatakan Ia adalah Ustadz Seleb, Ustadz
yang mau berceramah ketika menerima bayaran yang sangat tinggi. Itulah roda
kehidupan, tidak selamanya hidup itu mulus-mulus saja, hal ini menjadikan
6 Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
7 Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
34
pelajaran bagi setiap da‟i maupun para ulama untuk selalu bersikap sesuai dengan
ajaran agama Islam. 8
Kalaupun dia dicitrakan sebagai sosok kontroversial, itu sepenuhnya bisa
dimakluminya. Baginya, kontroversi menjadi semacam hukum alam (sunnah
Allah) yang tak bisa dielakkan. Pada dirinya berlaku pepatah Inggris: “To avoid
critism, do nothing, say nothing, and be nothing!” Ia tidak mau menjadi nothing
bukan karena dia mengharapkan popularitas, tetapi karena ia memandang bahwa
itulah tugas yang harus diembannya sebagai hamba Allah SWT.9
B. Riwayat Pendidikan dan Aktifitas Dakwah Ustadz Soleh Mahmoed
1. Riwayat Pendidikan Ustadz Soleh Mahmoed
Sejak kecil Ustadz Solmed memang telah memperlihatkan tanda-tanda
akan menjadi seorang intelektual muslim10
. Para santri yang belajar di
pesanteren As-Sidikqiah termasuk Ustadz Solmed tidak hanya diproyeksikan
memiliki kemampuan menguasai bahasa Arab klasik, tetapi juga bahasa
Inggris, dengan alasan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa internasional
yang dibutuhkan untuk masa sekarang sebagai usaha untuk mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin kompleks. Para santri di
pesanteren pun didorong untuk selalu berkomunikasi antar mereka hanya
8 Artikel pengertian tentang Ustadz Seleb dikemukakan Sunandar, menurutnya ustadz
yang baik itu adalah ustadz yang tidak keluar dari kerangka ahlak mubaliq “BONGKAR!…TARIF
USTADZ SELEB / DA’I KONDANG” (Jakarta 21 Januari 2013) 9 Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
10 Pengertian sederhana tentang intelektual dikemukakan George A. Theodoran dan
Achilles G. Theodore, menurut keduanya, kaum intelek adalah anggota-anggota masyarakat yang
mengabdikan dirinya pada pengembangan ide-ide orisinil dan terikat dalam penacarian pemikiran
kreatif. Lihat Azyumardi Azra, “Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium
Baru” (Jakarta: Logos, 1999) h. 157
35
dengan bahasa Inggris atau bahasa Arab, sehingga pluralisme pun disini cukup
terjaga.11
Dari situlah petualang Ia dalam berdakwah mulai berkembang, dari
mulut ke mulut Ia mulai banyak dikenal jamaahnya, hingga pada sekarang ini
Ia sudah banyak memiliki pengalaman dalam mengisi program-program acara
yang dibintangi olehnya. Dari cuma orang sederhana yang tidak dikenal oleh
siapa-siapa, menjelma menjadi mubaligh yang sudah tidak diragukan lagi
dalam memberikan tausiyahnya.12
Dibawah ini merupakan daftar jenjang pendidikan Ustadz Solmed
1. Pesantren Mambaul Ulum, Jawa Timur 1989.
2. Pesantren Al-Kamal, Jakarta 1990.
3. Pesantren As-Sidiqiah, Tanggerang 1996.
4. Madrasah Aliah As-Sidiqiah, Jakarta 1999.
5. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2002.
2. Aktifitas Dakwah Ustadz Soleh Mahmoed
a. Aktifitas Dakwah Ustadz Solmed di TV
Sudah banyak program TV yang telah dibintanginya, melalui
media TV Ia banyak berkarya, karena selain TV merupakan media yang
paling banyak dinikmati oleh khalayak jamaahnya, juga melalui TV
dakwahnya sangat cepat sekali berkembang, ketika berceramah langsung
dari mimbar ke mimbar dakwahnya hanya bisa dinikmati oleh sekelompok
muslim saja, tetapi bila melalui TV atau media yang lain dakwahnya bisa
dinikmati oleh jutaan mukmin secara langsung dan bersamaan dipelosok
11
Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012 12
Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
36
Indonesia maupun luar negeri.13
Dibawah ini merupakan program TV dan
karya-karya lainnya yang pernah di bintanginya pada tahun 2009 hingga
sekarang:
1) Kata Ustadz Solmed @ SCTV pada tahun 2012
2) Akhirnya Aku Tahu @ Global TV pada tahun 2012
3) Indahnya Cinta Para Ustadz @ MNCTV pada tahun 2012
4) Assalamu‟alaikum Ustadz @ RCTI pada tahun 2011
5) Cahaya Hati @ ANTV pada tahun 2011
6) Titian Qolbu @ TV One pada tahun 2010
7) Damai Indonesiaku @ TV One pada tahun 2009
8) Teropong Iman @ Trans TV pada tahun 2011
9) Sentuh Hati dengan Cinta @ MNCTV pada tahun 2010
10) Indahnya Berbagi @ Alif TV pada tahun 2010
11) Syiar Islam @ Alif TV pada tahun 2010
12) Jejak KebersamaanMu @ Global TV pada tahun 2010
13) Pertalian Hati Indonesi @ MNCTV pada tahun 2010
14) Kultum Buka Puasa @ Global TV pada tahun 2012
15) Anak Soleh @ MNCTV pada tahun 2011
16) Flyers Adzan Maghgrib @ Global TV pada tahun 2012
Program Radio yang pernah Ustadz Solmed bintangi adalah Siraman
Rohani Sahur, Buka Puasa dan Quote Motivasi Hati @ Radio Sonora 92.0 FM
b. Aktifitas Dakwah Ustadz Solmed di Masyarakat
13
Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
37
Untuk memperjelas penelitian, dapat dilihat dalam video youtube tausiyah
Ustadz Solmed yang menjadi penelitian penulis ini berjudul:
1. Tabligh Akbar Sambut Ramadhan 21 Ustadz Lahirnya Manusia.
2. Keutamaan Sholat Qobliayah Subuh.
Terlihat jelas bahwa Ustadz Solmed memenuhi syarat untuk
menjadi seorang komunikator yang baik dengan source credibility dan
source attractiveness yang ditunjukkan oleh Ustadz Solmed, yaitu pertama
ethos (ethical) yaitu, karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara ia
berkomunikasi, kedua pathos (emotional) yaitu, perasaan emosional
khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan “Psikologi Massa”,
ketiga logos (logical) yaitu, pemilihan kata atau kalimat atau ungapan oleh
seseorang pembicara.
Dalam kegiatan rutinnya dalam berdakwah Ustadz Solmed
mengadakan pengajian rutin yang dilakukan setiap satu bulan sekali di
kediamannya yaitu di Kebon Jeruk. Pengajian itu sudah berjalan rutin
sejak Ustadz Solmed pertama kali pindah ke kediamannya di Kebun Jeruk
tersebut, setiap setahun sekali anggota pengajiannya mendapat undian
berangkat umroh untuk satu orang secara gratis. Tapi tahun ini akan ada
dua orang yang berangkat dikarenakan Ustadz Solmed mendapat sponsor
dari lembaga haji.14
3. Karya-karya dan karir Ustadz Solmed
Sinetron yang pernah Ustadz Solmed bintangi dari awal tahun 2010
antara lain adalah:
14
Wawancara pribadi dengan Muhidin (ketua RT 005/013 Kelurahan Kebun Jeruk) Jakarta, 6 Oktober 2012
38
a. Anak-anak Cahaya @ TVRI pada tahun 2010
b. Pesantren & Rock „n Roll @ SCTV pada tahun 2011
c. Calon Bini @ SCTV pada tahun 2011
Selain sinetron ada juga sketsa yang pernah ust. Solmed bintangi
Cerita Anak Langitan @ RCTI pada tahun 2011
Buku yang ditulis oleh Ustadz Solmed adalah Follow Me, buku ini
merupakan buku pertama Ustadz Solmed, terbit pada tahun 2012 dan berisi
tentang hadist-hadist pilihan, maksud dari follow me adalah supaya kita
sebagai umat Islam mengikuti jejak nabi Muhammad SAW.
Dalam konteks komunikasi, Ustadz Solmed adalah sebagai seorang
komunikator yang baik, mempunyai media untuk menyampaikan pesan-
pesannya berupa ide, gagasan yang terus berkembang hingga saat ini. dilihat
dari kepiawaiannya berkomunikasi menyampaikan ide dan gagasannya Ust.
Solmed berhasil membawakan pesan-pesannya sehingga efektif dan masih
dikembangkan hingga sekarang. Sehingga ditinjau dari elemen tersebut selain
gagasan-gagasan yang masih terus berkembang.
39
BAB IV
GAYA KOMUNIKASI USTADZ SOLEH MAHMOED
DALAM BERDAKWAH
A. Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed dalam Berdakwah
Memiliki keterampilan dan daya tarik dalam berdakwah, hal tersebut
memang dimiliki oleh Ustadz Solmed, sebagai seorang komunikator, mubaliq,
da’i, atau ulama yang memajukan peradaban agama Islam di Indonesia. Ia
memiliki source credibility, source atractiveness, sikap yang santun, bahkan daya
tarik ketampanan seperti yang dikatakan oleh Ustadz Hasbillah, kolega dekat
Ustadz Solmed dalam menyiarkan agama Islam. Dalam wawancara kepada
penulis ia mengatakan bahwa “Ustadz Solmed berbeda dengan komunikator
lainnya, dengan daya tarik beliau ada pada penyampaiaan keilmuan dan wawasan
beliau yang disampaikan menjadi lebur, sehingga menjadi daya tarik yang sangat
menarik.1
Ustadz Solmed dengan keluasan khazanah pengetahuannya menuangkan
pemikirannya terhadap komunikan melalui pidato, ceramah khutbah Jum’at
maupun pesan yang ia sampaikan dalam menyampaikan tausiyah tidak terlepas
dengan gaya komunikasinya yang khas. Gaya komunikasi yang dimaksud adalah
cara seseorang menyampaikan ide, gagasan dengan bahasa sebagai alat
penyalurnya untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.2
1 Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam),
Jakarta, 6 Oktober 2012 2 Widjaja, H. A., Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), Cet. 3, h. 8.
39
40
Gaya komunikasi terkait retorika dan bahasa (pemilihan kata) Ustadz
Solmed ketika menyampaikan berbagai ide dan gagasannya memang
menunjukkan ketulusan, kelugasan, keterusterangan atau keterbukaan,
kesederhanaan dan kesantunan seperti yang diungkapkan Deddy Mulyana dalam
bukunya “Komunikasi Efektif”. Pakar ilmu komunikasi tersebut menyebutkan
gaya komunikasi tersebut merupakan perpaduan antara sisi-sisi positif gaya
komunikasi konteks tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah.3
Gaya bicara komunikasi konteks rendah yaitu gaya yang biasanya dimiliki
oleh orang-orang yang berpikir linier, bahasa yang digunakan langsung, lugas dan
eksplisit (jelas, terang, gamblang/tegas), gaya komunikasi konteks rendah ini juga
cepat dan mudah berubah karena tidak mengikat kelompok. Sedangkan gaya
bicara komunikasi konteks tinggi cenderung berbicara secara implisit (halus,
diam-diam), tidak langsung, dan suka basa-basi. Salah satu tujuannya, untuk
memelihara keselarasan kelompok dan tidak ingin berkonfrontasi (bertentangan),
maksudnya agar tidak mudah menyinggung perasaan orang lain. Dengan
menganalisis pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Ustadz Solmed lebih
condong memiliki gaya komunikasi konteks rendah, meskipun terdapat perpaduan
antara sisi-sisi positif gaya komunikasi konteks tinggi dan gaya komunikasi
konteks rendah. Hal ini dibenarkan juga oleh Fuji Rahman, ia mengatakan
meskipun Ustadz Solmed tidak memiliki kemampuan berorator menggebu-gebu
seperti yang dilakukan FPI tetapi sebagai seorang komunikator, Ustadz Solmed
dalam menyampaikan gagasan itu dalam bahasa yang damai, sejuk, dan tenang.
Beliau sangat lowprofile, beliau seperti bisa memainkan irama ketika berceramah,
3 Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006) cet ke-2 h.149.
41
bias membawa dengan irama yang tinggi atau rendah, jadi beliau bisa menguasai
jamaah.4
Dalam hal ini berdasarkan wawancara dengan informan penulis menandai
gaya komunikasi Ustadz Solmed lebih condong ke gaya komunikasi konteks
rendah, namun terdapat pula perpaduan sisi-sisi positif gaya komunikasi konteks
tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah. Seperti juga yang diungkapkan April
Jasmin, ia mengatakan “Ustadz Solmed tokoh yang jika menyampaikan pesan, ia
tahu apa yang dia katakan, dia seorang yang tidak memaksa-maksa, sehingga
orang tahu bahwa apa yang disampaikannya itu memang penting, karena beliau
memiliki tehnik sendiri dalam berceramah dengan cara yang halus, dan tidak
menggurui”.5
Tidak dapat diragukan lagi keahlian Ustadz Solmed dalam berkomunikasi,
hal itu dibuktikannya dengan Ustadz Solmed sebagai ahli dalam berpidato, kala
itu Ustadz Solmed menjadi juara umum dalam lomba pidato sebagai seorang da’i
tingkat nasional yang di laksanakan di Masjid Istiqlal pada tahun 2001 lalu. Hal
ini dibenarkan oleh Muhidin, pejabat setempat Ketua RT 005/03 Kelurahan
Kebun Jeruk juga sebagai jama’ah ust. Solmed.6
Kemampuan sebagai komunikator yang baik diperoleh Ustadz Solmed
dengan pengalaman aktifitasnya sebagai santri di Pesantren Mambaul Ulum di
daerah Jawa Timur, Pesantren Al-Kamal, Pesantren As-Sidikiah di Tanggerang,
Madrasah Aliyah di As-Sidiqiah Jakarta Barat Kebun Jeruk. Menjadikan
komunikator atau da’i sebagai tuntutan dalam kiprahnya. Selain itu aktifitasnya
4 Wawancara pribadi dengan Fuji Rahman (Photografer pribadi dan sebagai kolega Ust.
Solmed) Jakarta, 6 Oktober 2012 5 Wawancara pribadi dengan April Jasmin (Istri dari Ust Solmed) Jakarta, 6 Oktober 2012
6 Wawancara pribadi dengan Muhidin (ketua RT 005/013 Kelurahan Kebun Jeruk)
Jakarta, 6 Oktober 2012
42
sebagai pembicara dalam program TV, baik TV suasta maupun TV negeri juga
membuktikan bahwa ia seorang komunikator atau da’i yang credible.
Berikut adalah analisa dan pembahasan pertanyaan wawancara yang diajukan
penulis kepada informan berkaitan dengan gaya komunikasi Ustadz Solmed yang
ditandai dengan retorika dan bahasa khas ketika menyampaikan ceramah dalam
khutbah Jum’at serta menyampaikan pidato atau pesan dalam menyampaikan
tausiyah bertujuan untuk mengetahui gaya komunikasi Ustadz Solmed.
1. Gaya Komunikasi Ustadz Solmed Terkait dengan Retorika
Berdasarkan hasil wawancara pada 5 (lima) orang informan, kelima
informan tersebut menyimpulkan bahwa Ustadz Solmed memiliki kemampuan
retorik yang baik, sebagai seorang komunikator ia membawakan pesannya
dengan bahasa yang santun, damai dan sejuk, seperti yang diutarakan oleh
photogarfer pribadi juga sekaligus muridnya, Fuji Rahman.7 Sebagai seorang
da’i atau ulama yang sangat dikenal di Indonesia keahlian Ustadz Solmed
dalam berkomunikasi memang tidak dapat diragukan lagi, hal ini diakui oleh
Ustadz Hsbiallah atau yang lebih dikenal dengan Ustadz Abu Nawas yang
mengatakan bahwa kemampuan retorika Ustadz Solmed sudah memiliki
keahlian cukup lama, bahkan sebelum masuk TV, beliau bila khutbah atau
ceramah syarat dan rukunnya tercapai, kemudian isi dari khutbah sampai
kepada para jamaahnnya, dan alhadulillah bila khutbah jum’at tidak ada yang
tidur, artinya tegas isi ceramahnya disampaikan dengan arif Maupun
bijaksana, jadi jama’ah yang pulang mendapat bekal ilmu yang dapat
7 Wawancara pribadi dengan Fuji Rahman (Photografer pribadi dan sebagai kolega Ust.
Solmed) Jakarta, 6 Oktober 2012
43
dipergunakan sehari-hari.8 Sependapat dengan hal tersebut Rizal yang
merupakan manager sekaligus asisten pribadinya, juga mengakui keahlian
Ustadz Solmed. keahlian beliau tidak hanya dari cara berkomunikasinya,
tetapi juga dari bahasa tubuhnya, memiliki karakter ketika menyampaika
tausiyah, daya tariknya memang dari tampilan beliau yang selalu santun, dan
memiliki suara yang tegas, jadi itu menurut saya menjadi modal utama yang
dimiliki beliau ketia sedang memberikan tausiyah.9
Mereka sependapat bahwa sebagai pembawa pesan (komunikator)
Ustadz Solmed memiliki dua syarat mutlak yang memang harus dimiliki bagi
seorang yang akan muncul dalam mimbar atau forum untuk berceramah10
,
pertama yaitu source credibility, adalah kepercayaan yang ditentukan oleh
keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya, kepercayaan kepada
komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap
benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Selain itu, kepercayaan ini banyak
bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang
komunikator. Menurut Fuji Rahman Beliau sangat lowprofile, beliau seperti
bisa memainkan irama ketika berceramah, bisa membawa dengan irama yang
tinggi atau rendah, jadi beliau bisa menguasai jamaah.11
Hal senada yang
8 Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam),
Jakarta, 6 Oktober 2012 9 Wawancara pribadi dengan Rizal (manager sekaligus asisten pribadi merupakan kolega
dekat Ust. Solmed) 10
Onong Uchjana Effendi, Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) cet. ke-20 h.68 11
Wawancara pribadi dengan Fuji Rahman (Photografer pribadi dan sebagai kolega Ust. Solmed) Jakarta, 6 Oktober 2012
44
diungkapkan oleh April Jasmin, bahwa Ustadz Solmed beliau memiliki tehnik
sendiri dalam berceramah dengan cara yang halus, dan tidak menggurui.12
Kedua, yakni source atractiveness artinya seorang komunikator akan
mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, opini, dan prilaku
komunikan melalui mekanisme daya tarik, menurut Ustadz Hasbiallah daya
tarik beliau ada pada penyampaiaan keilmuan dan wawasan beliau yang
disampaikan menjadi lebur, sehingga menjadi daya tarik yang sangat
menarik.13
Sependapat dengan hal itu Rizal juga mengungkapkan daya
tariknya memang dari tampilan beliau yang selalu santun, dan memiliki suara
yang tegas, jadi itu menurut saya menjadi modal utama yang dimiliki beliau
ketia sedang memberikan tausiyah.14
Di samping itu, sebagai seorang komunikator Ustadz Solmed juga
memenuhi kriteriainti seorang retorik yaitu15
, ethos (etichal) merupakan
karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara seorang komunikator
berkomunikasi, karakter yang diperlihatkan Ustadz Solmed ketika
berkomunikasi menggambarkan kesantunan, keramahan pada dirinya. Hal
tersebut dikatakan oleh setiap informan, seluruh informan sependapat bahwa
karakter kesantunan dalam berbicara sangat melekat pada Ustadz Solmed.
Kemudian pathos (emotional) yakni perasaan emosional khalayak
yang dapat dipahami dengan pendekatan “Psikologi Massa”. Berdasarkan
12
Wawancara pribadi dengan April Jasmin (Istri dari Ust Solmed) Jakarta, 6 Oktober 2012
13 Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam),
Jakarta, 6 Oktober 2012 14
Wawancara pribadi dengan Rizal (manager sekaligus asisten pribadi merupakan kolega dekat Ust. Solmed)
15 Fathurin, “Pengantar Retorika dan Public Speaking”, 2008 artikel diakses pada 18
Oktober 2012 pukul 15.03 pm dari http://www.fathurin-zen.com/?p=89
45
wawancara dari seluruh informan bahwa kedekatan emosional yang
ditunjukkan Ustadz Solmed kepada khalayak (komunikan) sangat baik, Ustadz
Solmed sungguh memperhatikan audiensya ketika bertanya dalam setiap
ceramah, tidak hanya itu menurut Hasbiallah bahkan bisa menyesuaikan,
artinya ketika beliau berada dikalangan yang lebih tua, beliau bisa
menyesuaikan seolah-olah beliau menjadi orang tua, beliau ketika masuk
keranah remaja beliau masuk kepada dunia remaja, dan ketika beliau ceramah
didepan anak-anak, anak-anakpun bisa terhibur, dan dapat mempelajari dan
mengambil hikmah dari ilmu agama yang disampaikan oleh beliau.16
Kriteria selanjutnya adalah logos (logical), merupakan pemilihan kata
atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara. Dalam pemilihan kata atau
kalimat, berdasarkan wawancara dengan informan, dikatakan Ustadz Solmed
menguasai sekali apa yang disampaikannya, dia tidak hanya menguasai bahasa
Indonesia dengan baik tetapi juga menguasai bahasa Inggris.
Bahkan menurut Hasbiallah, Pemilihan kata tergantung tingkatan
akademis, ketika bercerama dengan orang awam maka beliau akan
menyampaikan pesan yang dapat dimengerti kepada orang tersebut, dan ketika
bertemu dengan orang-orang akademis lebih tinggi, beliau akan mengunakan
bahasa-bahasa akademis,artinya konotasi bisa interaktif dan bisa nyambung
dengan apa yang diterima oleh jamaah tersebut.17
Hal ini juga dibenarkan oleh
April Jasmin yang mengatakan bahwa Ustadz Solmed Pasti ada kaliat/kata
16
Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam), Jakarta, 6 Oktober 2012
17 Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam),
Jakarta, 6 Oktober 2012
46
yang khas terlontar dari mulut beliau, hanya saja semua kata-katanya
disesuaikan supaya mudah dimengerti oleh jamahnya.
Secara keseluruhan kelima orang informan berpendapat sama bahwa
gaya komunikasi terkait retorika Ustadz Solmed adalah Ust. Solmed bukan
seorang retorik yang memukau, namun dapat dikatakan bahwa ia adalah
seorang retorik yang baik dan pesan-pesan yang disampaikannya efektif, hal
tersebut ditandai dengan kredibilitasnya sebagai komunikator mampu
menunjukkan keahliannya dengan kedalaman dan keluasan ilmunya,
menguasai perkara yang disampaikannya dengan bersikap santun,
mengutarakan makna apa yang terdapat dalam pesan-pesannya, terbuka, apa
adanya, jernih, dekat dan memperhatikan komunikannya. Selain itu Ustadz
Solmed juga mampu memberikan informasi yang diinginkan oleh komunikan
sesuai dengan khazanah keilmuan yang dikuasainya. Ia selalu menguraikan
substansi pemikirannya yang didukung dengan ayat al’Quran dan hadits.
Jika dianalisis dengan mengunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam
al-Qur’an , hal demikian sesuai dengan prinsip qaulan sadidan, terdapat dalam
surat An-Nisa: 9
Artinya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar.(QS. An-Nisaa:9)
47
Serta Allah juga menyuruh manusia menyampaikan qaulan
sadidan dalam surat Al-Ahzab:70
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
Katakanlah Perkataan yang benar”.
Bila di analisis menurut prinsip-prinsip komunikasi dalam al-
Qur’an. Komunikasi Ustadz Solmed ini sesuai dengan prinsip qaulan
sadidan artinya pembicaraan yang benar, jujur (Pichhall
menerjemahkannya straight to the point), lurus tidak bohong, dan tidak
berbelit-belit. Prinsip komunikasi yang pertama menurut al-Qur’an adalah
berkata benar. Ada beberapa makna dari pengertian benar sesuai dengan
kriteria kebenaran al-Qur’an. Salah satunya adalah sesuai dengan kriteria
kebenaran. Buat orang lain ucapan tentu ucapan yang sesuai dengan al-
Qur’an, sunnah, dan ilmu. Al-Qur’an menyindir keras orang-orang yang
berdiskusi tanpa merujuk pada al-kitab, petunjuk dan ilmu. Al-Qur’an
menyatakan bahwa berbicara yang benar dan menyampaikan pesan yang
benar adalah prasyarat untuk kebesaran (kebaikan, kemaslahatan).18
Merujuk pada hal tersebut Ustadz Solmed sebagai seorang
komunikator memang memiliki kredibilitas sumber yang bagus. Ia dalam
menyampaikan pesannya tidak terlepas dari data-data yang lengkap sesuai
dengan keluasan ilmunya dan didukung berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah.
18
Ujang Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi: Pendekatan Agama dan Budaya,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 68.
48
2. Gaya Komunikasi Ustadz Solmed terkait dengan Bahasa (Pemilihan
Kata)
Berdasarkan hasil dari wawancara pada 5 (lima) orang informan,
kelima orang informan tersebut sependapat dan menyimpulkan bahwa Ustadz
Solmed menguasai kata atau kalimat bahasa pesannya kepada komunikan, ia
tidak hanya mengerti namun menguasai dan memahami isi pesan dan makna
yang disampaikannya. Ustadz Solmed tidak hanya asal bicara, tetapi juga
memiliki integritas yang tinggi dalam menggunakan bahasa (pemilihan kata).
Menurut Rizal, tidak terlalu terasa yah bahasa-bahasa yang sulit dipahami oleh
para jamaah menurut saya, karena ya memang apa yang di bicarakan beliau
ketika ceramah itu sama dengan apa yang terjai dalam kehidupannya. Jadi
ketika ada bahasa yang sulit dipahami pasti memang ada tujuan yang ingin
dituju.19
Hal itu sependapat dengan Ustadz Hasbialla bahwa tujuan-tujaun
tertentu pasti ada, yang pasti tujuannya supaya bisa mudah dimengerti oleh
para jamaahnya, karena tidak semua jamaahnya itu memiliki persamaan
pendidikan, ada yang dari kalangan ibu-ibu, maupun remaja juga anak
kuliahan, jadi beliau harus bisa menempatkan diri supaya bisa diterima dimana
saja.20
Karena ceramah-ceramah beliau ada tujuan untuk mencapai ukuah
islamiyah kepada para jamaah yang mendengarkannya.21
19
Wawancara pribadi dengan Rizal (manager sekaligus asisten pribadi merupakan kolega dekat Ust. Solmed)
20 Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam),
Jakarta, 6 Oktober 2012 21
Wawancara pribadi dengan Muhidin (ketua RT 005/013 Kelurahan Kebun Jeruk) Jakarta, 6 Oktober 2012
49
Sisi bahasa dan gaya komunikasi Ustadz Solmed juga tidak lepas dari
pengaruh pengalamannya lamanya mengenyam pendidikan di Pondok
Pesantren. Perjalanan pendidikannya disana selama kurang lebih 9 tahun
mempengaruhi gaya komunikasi Ustadz Solmed yang condong kepada gaya
komunikasi konteks rendah.22
Ustadz Solmed menguasai bahasa dalam
menyampaikan pesan, bahasa yang dipakainya tentu tidak lepas dari fungsi
bahasa itu sendiri, yaitu untuk menyatakan ekspresi diri, sebagai alat
komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial,
sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.
Dengan kemampuannya menguasai bahasa dan kepiawaiannya
berkomunikasi Ustadz Solmed mampu menyumbangkan ide dan gagasannya
yang kokoh sebagai kontrol sosial kepada umat Islam pada kuhusnya dan
masayarakat Indonesia pada umumnya guna mencapai kehidupan yang
terkandung nilai-nilai keadilan, toleransi dan pluralisme. Sebagai penggagas
ketika mebawakan pesannya kepada komunikan, Ustadz Solmed dapat
menempatkan dirinya diantara masyarakat yang plural (majemuk). Sehingga
pesan-pesan yang disampaikannya hingga kini masih terus berkembang.
Hal demikian sesuai dengan prinsip qaulan balighan, yang terdapat
dalam surat An-Nisa: 63
Artinya:
22
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006) cet ke-2 h.147.
50
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di
dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan
berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka”.
Sesuai dengan teori yang diangkat oleh penulis di bab 2 (dua),
tentang terministic screen, maka Ustadz Solmed menyampaikan pesannya
kepada komunikan yang tidak terlepas dari pemikiran berlandaskan al-
Qur’an dan hadits, cenderung memilih kata-kata tertentu untuk mencapai
tujuannya. Pemilihan kata-kata itu bersifat strategis. Dengan demikian,
kata yang diungkapkan, simbol yang diberikan, dan intonasi pembicaraan,
tidaklah semata-mata sebagai ekspresi pribadi atau cara berkomunikasi,
namun dipakai secara sengaja untuk maksud tertentu dengan tujuan
mengarahkan cara berpikir dan keyakinan khalayak.23
B. Pandangan Kolega Terhadap Gaya Komunikasi Ustadz Solmed
Proses komunikasi seseorang dipengaruhi oleh gaya komunikasi. Gaya
komunikasi adalah suatu kekhasan yang dimiliki setiap orang dan gaya
komunikasi antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Hal ini ditunjukkan
Ustadz Solmed dengan gaya komunikasinya yang khas ketika menyampaikan
pesan, ide gagasan dalam konteks Islam dan keidonesiaan maupun gagasan
pemikiran Islam.
Demikianlah Ustadz Solmed. Dengan gaya komunikasinya, keluasan dan
kedalaman pengetahuannya, juga kearifannya sebagai mubaliq yang tanpa pamrih
dan keberanian moralnya yang nothing to lose, ia tampil dengan gagasan-gagasan
23
Dalam Sidik Suhada,” Media dan Komunikasi,” penulisnya mengutip dari Eriyanto
(2000:5) artikel diakses pada 18 Oktober 2012 pukul 11.11 pm dari
http://sidiksuhada.blogspot.com/2010/01/bahasa-dan-ideologi-dalam-retorika.html
51
yang segar dan membebaskan. Semuanya itu menempatkannya dalam posisi yang
unik sebagai seorang mubaliq Muslim Indonesia.
Hampir semua kolega berpendapat sama Ustadz Hasbialla, Muhidin, Rizal,
Fuji Rahman, April Jasmin selaku istri berkesimpulan bahwa Ustadz Solmed
adalah seorang da’i atau ulama yang memiliki kepiawaian dalam berkomunikasi,
dengan keluasan dan kedalaman ilmunya Ustadz Soleh Mahmoed mampu
berkomunikasi secara efektif membawa ide maupun gagasannya kepada
komunikan atau jamaahnya melalu ceramah, tabliq akbar, maupun mengisi
program acara di TV, Khutbah Jum’at, dan lain sebagainya melalui media audio
visual (TV), audio (Radio), maupun secara langsung.
C. Gaya Komunikasi Ustadz Solmet Termasuk Gaya Komunikasi Konteks
Tinggi atau Rendah
Dari hasil wawancara dengan informan, gaya komunikasi penting sebagai
cara yang khas pada diri seseorang untuk menyampaikan maksudnya dan untuk
mengetahui respon dari orang yang diajak komunikasi.
Gaya komunikasi seseorang juga dapat dilihat dari retorikanya. Retorika
adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan rangkaian kata atau kalimat
yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Retorika juga
dapat dimaknai sebagai suatu proses komunikasi, seorang kumunikator
menyampaikan pesan kepada komunikan.
Berdasarkan hasil dari keseluruhan wawancara dengan informan, kelima
informan tersebut menyimpulkan bahwa gaya komunikasi Ustadz Soleh
Mahmoed sesuai dengan asumsi Deddy Mulyana yang menyatakan gaya
52
komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed lebih condong pada gaya komunikasi konteks
rendah yang ditandai dengan jelas, tulus, terbuka, jernih, damai, santun, didukung
dengan substansi (isi) pesan yang padat dan bermakna, argumentasi yang jelas dan
lengkap dengan referensi yang jelas berdasarkan ilmu, al-Qur’an dan hadits serta
pertanggungjawaban otentik yang dikatakan tetapi tetap menghargai perbedaan.
Gaya komunikasi konteks rendah tersebut sesuai dengan teori Edward T. Hall, ia
mengemukakan gaya komunikasi konteks rendah dan gaya komunikasi konteks
tinggi.
53
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dengan menganalisis pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa Ustadz
Solmed dalam berdakwah lebih condong memiliki gaya komunikasi
konteks rendah, meskipun terdapat perpaduan antara sisi-sisi positif gaya
komunikasi konteks tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah.
2. Hampir semua kolega berpendapat sama Ustadz Hasbialla, Muhidin, Rizal,
Fuji Rahman, April Jasmin selaku istri berkesimpulan bahwa Ustadz
Solmed adalah seorang da’i atau ulama yang memiliki kepiawaian dalam
berkomunikasi, dengan keluasan dan kedalaman ilmunya Ustadz Solmed
mampu berkomunikasi secara efektif membawa ide maupun gagasannya
kepada komunikan atau jamaahnya melalu ceramah, tabliq akbar, maupun
mengisi program acara di TV, Khutbah Jum’at, dan lain sebagainya melalui
media audio visual (TV), audio (Radio), maupun secara langsung.
3. Berdasarkan hasil penelitian, informan menyatakan sependapat dengan
asumsi Deddy Mulyana terkait dengan gaya komunikasi Ustadz Solmed
yang lebih cendong ke dalam gaya komunikasi konteks rendah, hal tersebut
di benarkan oleh setiap informan dengan mengatakan benar adanya
komunikasi yang ditunjukkan Ustadz Solmed memang santun, tidak
menggebu-gebu, tidak muluk-muluk dalam berbicara, ramah, menghargai
lawan bicaranya dan didukung oleh keluasan khazanah ilmu pengetahuan
dan keahlian maupun kepiawaian Ustadz Solmed dalam menyampaikan
54
pesan atau gagasan-gagasannya melalui ceramah, pidato, tabliq akbar, dan
khutbah jum’at.
B. Saran
Tentu sebagai mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang
mempelajari studi komunikasi dapat mempraktekkan sisi-sisi positif dari gaya
komunikasi Ustadz Solmed sebagai seorang komunikator yang memiliki
kedalaman dan keluasan ilmu dalam menyampaikan pesan (ide, gagasan). Tidak
asal bicara tetapi dapat mempertanggungjawabkan otentisitasnya, menghargai
segala bentuk perbedaan dan tetap bersikap santun ketika berkomunikasi. Ada
beberapa catatan yang ingin penulis sampaikan, tentunya saran-saran ini
disampaikan bertujuan tak lain demi kebaikan dan kualitas di masa yang akan
datang. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan seorang komunikator dapat menyampaikan pesannya dengan
baik, jelas, terbuka, ringkas dan tidak berbelit-belit supaya para
komunikan (lawan bicara) dapat menangkap pesan yang disampaikan
sehingga terjalin komunikasi efektif dan tidak terkena gangguan (noise)
2. Sebagai generasi Indonesia baik sebagai dosen, guru, mahasiswa,
diharapkan dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
3. Sebagai generasi muda hendaknya dapat meneladani kesantunan dan
kewibawaan gaya komunikasi Ustadz Solmed dalam berbicara.
4. Tentunya, sebagai mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
kita dapat berkomunikasi dengan baik, agar setiap pesan yang ingin
disampaikan dapat terjalin secara efektif untuk mencapai tujuan yang
55
diinginkan. Dalam berkomunikasi tentunya juga harus mengerti dan
menguasai pesan apa yang disampaikan berdasarkan ilmu dan
pengetahuan.
56
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkasan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1995.
Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali 2003
Artmanda W, Frista. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Penerbit
Lintas Media, 2005.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi menuju Melenium
Baru. Jakarta : Logos, 1990.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif; pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Grapindo Persada, 2006.
_____________. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana, 2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
ketiga Jakarta: Balai Pustaka, 1985.
Effendy, Onong Uhcjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992.
____________________. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2003.
____________________. Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Fisher, Aubery. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Karya, 1986.
Fiske, John. Cultural and Communication Studies; sebuah Pengantar Paling
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra, 2007.
Hardiman, F. Budi. Menuju masyarakat Komunikatif: Ilmu, Masyarakat, Politik
dan Postmodernisme Menurut Juger Habermas. Yogyakarta: Kanisius,
2009.
Keraf, Gorys. Kompiosisi. Jakarta: Penerbit Nusa Indah, 1994.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. 2007.
Moeleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. emaja
Rosdakarya. 1993.
57
Mulyana, Deddy. Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Partanto, Pius A, dan Al Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Popoler. Surabaya:
Arkola, 1994.
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
________________. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Saefullah, Ujang. Kapita Selekta Komunikasi: Pendekatan Agama dan Budaya.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.
Senjaja, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.
Singarimbun, Masri, Sofian Efendi. Metodologi Penelitian Survey,Jakarata:
LP3ES, 1989.
Susanto, Astrid S. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Bina Cipta
1974.
West, Richard dan Thuner, Lynn H. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008.
Widjadja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumu Aksara, 2002.
Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004.
58
Internet:
Abu Fatheer, “Retorika Dakwah”, artikel dikasis pada 10 April 2012 pukul 11.38
dari http://pks-kotabekasi.com/component/content/article/38-
motivasi/119-retorika-dakwah.html
“Analisis Deskrptif” artikel diakses pada 26 Januari 2012 pukul 13:15 dari
http://inparametric.com/bhinablog/donload/04_analisis_deskriptif.pdf-
halaman_sejenis
Fathurin “Pengantar Retorika dan Public Speaking”, artikel diakses pada 2
Februari 2012 pukul 14:45 dari http://www.fathurin-zen.com/?p=89
Junaedi Wijaya dan Yenny Wiyanto “Analisis Pengaruh Tipe Kepribadian dan
Gaya Komunikasi Public Relation Manager Hotel “X” Surabaya dalam
Membangun Hubungan Baik dengan Media dan Meningkatkan Publisitas”
artikel diakses pada 2 Februari 2012
http://puslit2.petra.ac.id/ejumal/index.php/hot/article/viewFile/16514/1650
6
Rimun Wibowo, dkk, “Gaya KomunikasiPemimpin dan Keefektifan Kelompok
Tani dalam Melaksanakan Program Konservasi Tanah Air”, artikel
diakses pada 31 Januari 2012 pukul 12:08 am dari
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/1217/psl067_3.pdf
Sidik Suhada, “Media dan Komunikasi,” artikel diakses pada 26 Januari 2012
pukul 13:14 pm dari http://sidiksuhada.blogspot.com/2010/01/bahasa-
dan-ideologi-dalam-retorika.hlm1
Sonnya K. Foss (1989: 4-5) dalam Sidik Suhada,” Media dan Komunikasi,”
artikel diakses pada 18 Oktober 2012 pukul 11.11 pm dari
http://sidiksuhada.blogspot.com/2010/01/bahasa-dan-ideologi-dalam-
retorika.html
Sunandar, menurutnya ustadz yang baik itu adalah ustadz yang tidak keluar dari
kerangka ahlak mubaliq “BONGKAR!…TARIF USTADZ SELEB / DA’I
KONDANG” (Jakarta 21 Januari 2013)
http://thetrueideas.multiply.com/notes/item/1995?&show_interstitial=1&u=%2Fn
otes%2Fitem)
Team Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia bebas artikel diakses pada 7
Februari 2012 pukul 12:25 dari www.wikipedia.org/bahasa
HASIL WAWANCARA
Dengan : Ustadz Soleh Mahmoed
Tempat : kediaman Ust Solmed
Tanggal : 06 Oktober 2012
Q : Kapan dan dimana Ustadz lahir? Berapa bersaudarakah Ustadz? Dan anak
dari pasangan siapa?
A: Saya lahir di Jakarta pada tanggal 19 Juli 1983, Saya anak tunggal dari
keturuan Bapak H. Nadjamuddin Nasution dan Ibu Hj. Salmah Lubis.
“Saya merupakan anak satu-satunya yang nakal, anak satu-satunya yang
baik, anak satu-satunya yang membuat tersenyum, anak satu-satunya yang
membuat tertawa, dan anak satu-satunya yang membuat kedua orang
tuanya menangis” itu kata ibu Saya.
Q : Apa cita-cita Ustadz sebenarnya?
A: Sejak kecil Saya memiliki cita-cita ingin menjadi Presiden, malah tidak
sempat terfikir untuk menjadi seorang ustadz, tokoh ulama, bahkan
seorang mubalig. Saya dimasukan di pondok oleh orangtua Saya supaya
menjadi orang soleh, bahasa orang awamnya supaya inget sama orang tua,
mau jadi apa saja kalau inget sama orangtua itu harus. Bertahun-tahun
mondok dipesantren, Alhamdulillah dulu Saya merasa benci terhadap
orang tuanya karena ketika Ia baru berumur 6 tahun sudah dimasukin
pesantren. Karena dulu Saya merasa anak buangan, Saya merasa anak
pungut, Saya merasa tidak diperhatikan, maklum ketika pertama Saya
nyantren baru berusia 6 tahun. Anak diusia seperti itu merasa disayang
sama orangtua ketika dibelikan mainan, merasa disayang sama orang tua
ketika diberi uang, merasa disayang oleh orang tua ketika kemauannya
selalu dituruti. Itu sayangnya orangtua menurut pandangan anak-anak pada
usianya ketika itu. Tapi pandangan orangtua Saya tidak seperti itu, karena
ada yang lebih berharga dari semua harta didunia ini yaitu dibekali ilmu.
Disinilah letak hikmahnya, Saya merasa sangat bersyukur kepada kedua
orangtua Saya karena telah memberikan bekal ilmu, khususnya ilmu
agama. Sekarang semua orang memanggil ustadz, mubaliqh, maupun da’i.
Itu berkat apa yang telah diberikan pendidikan agama oleh orangtua Saya.
Q: Apa saja jenjang pendidikan yang pernah Ustadz jalani?
A: Ketika kelas 1 SD Saya masuk pesantren Mambaul Ulum di daerah Jawa
Timur, karena Saya anak tunggal jadi Ibu Saya selalu merasa rindu
terhadap saya, setiap menjenguk selalu menangis, jadi Saya dipindahkan
ke Pesantren Al-Kamal Jakarta pas kelas 2 SD hingga lulus SD. Kemudian
melanjutkan kejenjang Madrasah Tsannawiah Pesantren Assidiqiah di
Tanggerang hingga lulus, kemudian Saya melanjutkan di Madrasah Aliyah
Assidiqiah Jakarta Barat Kebun Jeruk hingga lulus, setelah itu Saya
melajutkan studinya ke UIN Jakarta Fakultas Syariah.
Q: Bagaimana awal karir Ustadz sehingga bisa seperti sekarang ini?
A: Pada tahun 2001 Ia mengikuti lomba Da’i se Indonesia di Masjid Istiqlal
yang mewakili Pondok Pesantrennya, Saya ketika itu niatnya hanya
hikmat kepada pondok pesantrennya, tidak memikirkan menang atau
kalah, karena sebagai santri yang baik ketika nyantren hanya memikirkan
berkah ilmu, berkah kepada Kiyainya, Alhamdulillah Saya mendapat Juara
Umum dalam lomba itu. Dari situlah awal karir Saya, dari situlah kolega-
kolega Ayahnya tertarik untuk mengundang ceramah-ceramah di acara
pengajian bulanan dan tiga bulanan. Dari situlah berlanjut ceramah dari
mushola ke mushola, dari masjid ke masjid, dari pesantren ke pesantren,
dari acara ke acara. Dan seiring berjalannya waktu secara tidak langsung
itu menjadi media promosinya berkembang hingga akhir tahun 2009.
Seiring waktu berjalan Saya semakin banyak mengenal ulama-ulama,
ustadz-ustadz muda, salah satu sahabat Saya adalah Ustadz Jefrry Al-
Buhkori atau biasa dikenal dengan sapaan tenarnya yaitu UJ. Ditengah
keakrabannya dengan UJ, Saya diajak UJ untuk mendampingi mengisi
ceramah, biarpun awalnya hanya diberi waktu 3 menit untuk berceramah,
karena ketika itu Saya hanya sebagai Bintang Tamu di acara “Damai
Indonesiaku” di stasiun TVONE. Tidak disangka-sangka pihak TVONE
mengundang lagi untuk berceramah, awalnya hanya bintang tamu, lama
kelamaan menjadi bintang utama, tidak hanya pernah berduet dengan UJ,
Saya juga pernah berduet dengan Ustadz Subqi, dan bahkan Ia pernah
berduet dengan alm KH. Zainuddin MZ.
Q: Bagaimana pendapat Ustadz jikalau berbicara mengenai dakwah di media
massa?
A: Alhamdulillah, dakwah kini kian berkembang dengan pesat, dakwah tidak
hanya dinikmati oleh sekelompok orang, dan pada saat-saat waktu tertentu,
kini media masa berkembang cepat secepat perkembangan dakwah, karena
bila berdakwah di media massa seperti TV, Radio, Internet dan lain lain,
bisa dinikmati oleh jutaan orang diseluruh dunia, ini jugalah yang menjadi
salah satu keuntungan dakwah melalui media massa.
Jakarta, 29 Desember 2012
Ustadz Soleh Mahmoed
HASIL WAWANCARA
Dengan : April Jasmin
Tempat : kediaman Ust Solmed
Tanggal : 06 Oktober 2012
Kedekatan Dengan Ustadz Soleh Mahmoed
Q : Seberapa dekat anda dengan Ust. Solmed?
A: Iya kalau masalah kedekatan, karena saya istrinya ust ya pasti dekat, hal-
hal diluar rumah yang pasti saya yang pertama deberi tahu, setelah itu
keluarga dekat dan keluarga jauh.
Q: Pasti anda pernah mendengar Ust. Solmed menyampaikan khutbah jum’at,
ceramah, dan tabliq akbar?
A: Sudah pasti pernah
Q: Artinya sering kali anda mengikuti aktivitas bersama Ust. Solmed seperti
khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?
A: Sangant sering, bahkan saya juga suka menjadi pendamping dalam
aktifitas ceramah beliau.
Gaya Komunikasi terkait Retorika Ust. Soleh Mahmoed
Q: Seorang komunikator harus memiliki source credibility (keahlian / dapat
atau tidaknya seorang komunikator dapat dipercaya), bagaimana anda
melihat keahlian Ust. Solmed?
A: Keahlian beliau sangat baik, karena beliau memiliki tehnik sendiri dalam
berceramah dengan cara yang halus, dan tidak menggurui
Q: Artinya keahlian beliau tidak dapat diragukan lagi?
A: Iya, memang sudah tidak dapat diragukan lagi.
Q: Seorang komunikator juga harus memiliki source attractiveness (daya
tarik komunikator) apa yang menjadi daya tarik seorang Ust. Solmed
menurut anda?
A: Daya tarik beliau pertama beliau ustadz muda, jadi memiliki nilai plus
ketika berceramah dikalangan muda, dan pautan usia yang menjadi hal
penting, karena kebanyakan anak muda akan mudah bergaul dengan yang
usianya sepantaran atau tidak terlaluh jauh, jadi tidak memiliki rasa
canggung ketika bertannya.
Q: Menurut anda bagaimana dengan ethos (karakter pembicaraan yang dapat
dilihat dari cara berkomunikasi) yang dimiliki Ust.Solmed?
A: karakter beliau Insyallah komplit, ada masanya beliau akan menasihati
dengan lembut, dan ada masanya beliau menasihati dengan tegas.
Q: Bagaimana pathos (kedekatan emotional) terhadap komunikan (lawan
bicara) yang diperlihatkan Ust. Solmed ketika menyampaikan khutbah
jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?
A: Sangat dekat, ketika beliau berceramah diluar kota, maka beliau tidak akan
canggung untuk berbaur dengan para jamaahnya.
Q: ketika beliau dalam forum ceramah agama, apakah ada waktu untuk tanya
jawab?
A: Terkadang iya, sesuai momentum saja, karena ketika mengadakan tabliq
akbar, beliau berkomunikasi satu arah, tetapi bila memasuki forum
ceramah yang lebih formal iya sering dilakuakan Tanya jawab
Q: Adakah logos (pemilihan kata/kalimat) yang khas sekali bagi Ust. Solmed
ketika berkomunikasi, seperti khutbah jum’at, ceramah dan tabliq akbar?
A: Pasti ada kaliat/kata yang khas terlontar dari mulut beliau, hanya saja
semua kata-katanya disesuaikan supaya mudah dimengerti oleh jamahnya.
Q: Apakah dalam gaya komunikasi beliau cenderung santun, terbuka, apa
adanya, dan jernih bagaimana menurut anda?
A: Iya semuanya ada dibeliau, yak arena memang begitu pembawaan beliau,
supaya mudah dicerna oleh para jamaahnya.
Gaya Komunikasi terkait Bahasa
Q: Dalam menyampaikan khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar. Apakah
Ust. Solmet sering menggunakan bahasa yang akademik, ilmiah dan sulit
dipahami oleh kebanyakan orang? Apakah ada tujuan-tujuan tertentu yang
ingin dicapai dengan menggunakan bahasa-bahasa seperti itu?
A: kalau menurut saya, beliau pinter membawa keadaan, ketika sekalipun ada
yang mau beliau sampaiakan, beliau selalu member ideology yang tepat.
Gaya Komunikasi terkait Konteks Tinggi dan Konteks Rendah
Q: Bagaimana anda melihat kepiawan Ust. Solmed dalam berkomunikasi?
A: saya melihat dari sikap, tutur kata, dan pembawaan. Dari semua itu akan
memberikan paket ketika berkomunikasi dengan jamaahnya.
Q: Apakah kepiawaiannya dalam berkomunikasi mempengaruhi gagasan-
gagasannya yang memang hingga kini masih terus berkembang?
A: Pasti, dan gagasan beliau pasti akan terus berkembang.
Q: Adakah pebedaan komunikasi Ust.Solmed ketika menghadapi masyarakat
kelas bawah dan kelas menengah ke atas?
A: Perbedaan itu pasti ada, karena kalau membicarakan tingkatan seseorang
maka perlu juga cara untuk penyampaian yang berbeda
Q: Ketika condong ke komunikasi konteks rendah (jelas, ringkas, tulus, gaya
komunikasi konteks rendah ini tidak pernah mengatakan sesuatu diluar
informasi yang diperlukan, meskipun dianggap dingin) Bagaimana
menurut anda?
A: terkadang ketika berceramah wibawa itu penting, jadi sah-sah saja ketika
memang beliau dianggap dingin.
Jakarta, 29 Desember 2012
April Jasmine
HASIL WAWANCARA
Dengan : Hasbiallah
Tempat : kediaman Ust Solmed
Tanggal : 06 Oktober 2012
Kedekatan Dengan Ustadz Soleh Mahmoed
Q : Seberapa dekat anda dengan Ust. Solmed?
A: saya dengan beliau bisa dibilang sangat dekat, karena saya dengan beliau
dulu satu perjuangan di kurf mubaliq untuk mensiarkan ajaran Islam.
Q: Artinya sering kali anda mengikuti aktivitas bersama Ust. Solmed seperti
khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?
A: ketika kebetulan kita berada dalam satu forum yang sama, saya juga
mengikuti akfivitas beliau.
Gaya Komunikasi terkait Retorika Ust. Soleh Mahmoed
Q: Seorang komunikator harus memiliki source credibility(keahlian / dapat
atau tidaknya seorang komunikator dapat dipercaya), bagaimana anda
melihat keahlian Ust. Solmed?
A: beliau sendiri sudah memiliki keahlian cukup lama, bahkan sebelum
masuk TV, beliau bila khutbah atau ceramah syarat dan rukunnya tercapai,
kemudian isi dari khutbah sampai kepada para jamaahnnya, dan
alhadulillah bila khutbah jum’at tidak ada yang tidur, artinya tegas isi
ceramahnya disampaikan denganarif Maupin bijaksana, jadi jamaah yang
pulang mendapat bekal ilmu yang dapat dipergunakan sehari-hari.
Q: Seorang komunikator juga harus memiliki source attractiveness (daya
tarik komunikator) apa yang menjadi daya tarik seorang Ust. Solmed
menurut anda?
A: daya tarik beliau ada pada penyampaiaan keilmuan dan wawasan beliau
yang disampaikan menjadi lebur, sehingga menjadi daya tarik yang sangat
menarik.
Q: Menurut anda bagaimana dengan ethos (karakter pembicaraan yang dapat
dilihat dari cara berkomunikasi) yang dimiliki Ust.Solmed?
A: Bisa menyesuaikan, artinya ketika beliau berada dikalangan yang lebih
tua, beliau bisa menyesuaikan seolah-olah beliau menjadi orang tua, beliau
ketika masuk keranah remaja beliau masuk kepada dunia remaja, dan
ketika beliau ceramah didepan anak-anak, anak-anakpun bisa terhibur,
dan dapat mempelajari dan mengambil hikmah dari ilmu agama yang
disampaikan oleh beliau.
Q: Bagaimana pathos (kedekatan emotional) terhadap komunikan (lawan
bicara) yang diperlihatkan Ust. Solmed ketika menyampaikan khutbah
jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?
A: beliau itu adalah seorang ustadz yang lowprofil, ketika memberikan
tausiyah atau sedang keadaan santai sekalipun beliau tidak segan untuk
menyapa jamaahnya, tidak ada pembatas antara seorang guru dengan
murid-muridnya, dalam artian mudah sekali membaur.
Q: ketika beliau dalam forum ceramah agama, apakah ada waktu untuk tanya
jawab?
A: biasanya beliau mengadakan sesi Tanya jawab ketika belia membawakan
acara TV, dan terkadang bila mengisi tausiah di luar daerah masih
memiliki banayak waktu beliau mengadakan sesi Tanya jawab.
Q: Adakah logos (pemilihan kata/kalimat) yang khas sekali bagi Ust. Solmed
ketika berkomunikasi, seperti khutbah jum’at, ceramah dan tabliq akbar?
A: Pemilihan kata tergantung tingkatan akademis, ketika bercerama dengan
orang awam maka beliau akan menyampaikan pesan yang dapat
dimengerti kepada orang tersebut, dan ketika bertemu dengan orang-orang
akademis lebih tinggi, beliau akan mengunakan bahasa-bahasa
akademis,artinya konotasi bisa interaktif dan bisa nyambung dengan apa
yang diterima oleh jamaah tersebut
Q: Apakah dalam gaya komunikasi beliau cenderung santun, terbuka, apa
adanya, dan jernih bagaimana menurut anda?
A: benar, seperti yang sudah saya ceritakan tadi, beliau itukan apa adanya,
jadi beliau tidak ditutup-tutupi karena karakter beliau cepat akrab dengan
jamaahnya, jadi beliau itu kalau terjun kelapangan itu lowprofil. Bahkan
ketika tatap muka beliau akan menegur duluan kepada jamaahnya.
Gaya Komunikasi terkait Bahasa
Q: Dalam menyampaikan khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar. Apakah
Ust. Solmet sering menggunakan bahasa yang akademik, ilmiah dan sulit
dipahami oleh kebanyakan orang? Apakah ada tujuan-tujuan tertentu yang
ingin dicapai dengan menggunakan bahasa-bahasa seperti itu?
A: tujuan-tujaun tertentu pasti ada, yang pasti tujuannya supaya bisa mudah
dimengerti oleh para jamaahnya, karena tidak semua jamaahnya itu
memiliki persamaan pendidikan, ada yang dari kalangan ibu-ibu, maupun
remaja juga anak kuliahan, jadi beliau harus bisa menempatkan diri supaya
bisa diterima dimana saja.
Gaya Komunikasi terkait Konteks Tinggi dan Konteks Rendah
Q: Bagaimana anda melihat kepiawan Ust. Solmed dalam berkomunikasi?
A: bila beliau tidak piawai mana mungkin jamaahnya menunggu beliau,
karena kepiawaian itulah yang menjadi kolaborasi antara ilmu dengan
tehnik yang baik, bahasa kasarnya para jamaah sudah terbius oleh
kepiawainanya.
Q: Apakah kepiawaiannya dalam berkomunikasi mempengaruhi gagasan-
gagasannya yang memang hingga kini masih terus berkembang?
A: Beliaukan mengajak dan memberikan solusi, ada juga jamaah yang
mendengarkan masuk kuping kanan keluar kuping kiri, tapi ada juga
jamaah ketika beliau menyampaikan gagasan solusi untuk menjalankan
hidup ini ada juga yang berhasil, apa yang disampaikan apa yang dicetus
melalui gagasan beliau itu pernah terjadi dalamkehidupan sehari-hari
hingga sekarang. Berarti itu adalah contoh dari gagasannya yang
berkemabang hingga sekarang.
Q: Adakah pebedaan komunikasi Ust.Solmed ketika menghadapi masyarakat
kelas bawah dan kelas menengah ke atas?
A: pasti ada perbedaannya, seperti apa yang sudah saya ceritakan, beliau akan
menyesuaikan diri, tergantung acara atau even dan para jamaah yang
sedang dihadapinya.
Q: Ketika condong ke komunikasi konteks rendah (jelas, ringkas, tulus, gaya
komunikasi konteks rendah ini tidak pernah mengatakan sesuatu diluar
informasi yang diperlukan, meskipun dianggap dingin) Bagaimana
menurut anda?
A: Beliau ini sosok seorang ustadz, figure masyarakat yang materinya ringan
mudah dimengerti, mudah diamalkan, mudah diingat, maka jamaah
condong lebih dekat dengan beliau karena tidak ada batas, jadi kalau
menurut saya tidak, bila memang beliau dianggap dingin, mungkin ketika
beliau menyampaikan tausiah yang isinya memang wajib, dan itu supaya
para jamaahnya mengikuti dengan benar.
Jakarta, 29 Desember 2012
Ustadz Hasbiallah (Abu Bakar)
HASIL WAWANCARA
Dengan : Fuji Rachman
Tempat : kediaman Ust Solmed
Tanggal : 06 Oktober 2012
Kedekatan Dengan Ustadz Soleh Mahmoed
Q : Seberapa dekat anda dengan Ust. Solmed?
A: Dekat, malah sangat dekat, karena saya merupakan patner kerjanya, setiap
beliau ada kegiatan, maka saya akan dihubungi beliau untuk
mendokumentasikannya.
Q: Pasti anda pernah mendengar Ust. Solmed menyampaikan khutbah jum’at,
ceramah, dan tabliq akbar?
A: Tentu saja.
Q: Artinya sering kali anda mengikuti aktivitas bersama Ust. Solmed seperti
khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?
A: Sangat sering sekali.
Gaya Komunikasi terkait Retorika Ust. Soleh Mahmoed
Q: Seorang komunikator harus memiliki source credibility(keahlian / dapat
atau tidaknya seorang komunikator dapat dipercaya), bagaimana anda
melihat keahlian Ust. Solmed?
A: Beliau sangat lowprofile, beliau seperti bisa memainkan irama ketika
berceramah, bisa membawa dengan irama yang tinggi atau rendah, jadi
beliau bisa menguasai jamaah
Q: Artinya keahlian beliau tidak dapat diragukan lagi?
A: Sudah tidak diragukan lagi.
Q: Seorang komunikator juga harus memiliki source attractiveness (daya
tarik komunikator) apa yang menjadi daya tarik seorang Ust. Solmed
menurut anda?
A: Banyak pendapa dari akhwat-akhwat kalau beliau berparas tampan,
mungkin itu yang menjadi daya tariknya.
Q: Menurut anda bagaimana dengan ethos (karakter pembicaraan yang dapat
dilihat dari cara berkomunikasi) yang dimiliki Ust.Solmed?
A: Karakter beliau bisa menyesuaikan dengan tempatnya, maka bila beliau
berada dalam keadaan resmi, maka beliau akan serius, dan hanya sedikit
menyelipkan candaan.
Q: Bagaimana pathos (kedekatan emotional) terhadap komunikan (lawan
bicara) yang diperlihatkan Ust. Solmed ketika menyampaikan khutbah
jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?
A: Sangat dekat dengan jamaahnya, beliau tuh lowprofil, maka sangat dekat
sekali.
Q: ketika beliau dalam forum ceramah agama, apakah ada waktu untuk tanya
jawab?
A: terkadang ada, terganting situasi.
Q: Adakah logos (pemilihan kata/kalimat) yang khas sekali bagi Ust. Solmed
ketika berkomunikasi, seperti khutbah jum’at, ceramah dan tabliq akbar?
A: Beliau menempatkan diri kepada sesuatu yang pada porsinya, jadi pasti
ada yang khas dari beliau, malah terkadang apa adanya.
Q: Apakah dalam gaya komunikasi beliau cenderung santun, terbuka, apa
adanya, dan jernih bagaimana menurut anda?
A: semuanya ada, dan saya setuju, malah terkadang ceplas-ceplos.
Gaya Komunikasi terkait Bahasa
Q: Dalam menyampaikan khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar. Apakah
Ust. Solmet sering menggunakan bahasa yang akademik, ilmiah dan sulit
dipahami oleh kebanyakan orang? Apakah ada tujuan-tujuan tertentu yang
ingin dicapai dengan menggunakan bahasa-bahasa seperti itu?
A: tergantung even dan jamaahnya, dan apa bila ada pasti memnag memiliki
tujuan-tujuan tertentu.
Gaya Komunikasi terkait Konteks Tinggi dan Konteks Rendah
Q: Bagaimana anda melihat kepiawan Ust. Solmed dalam berkomunikasi?
A: Ketika berceramah mengenai syariat bil haq maka beliau akan keras.
Q: Apakah kepiawaiannya dalam berkomunikasi mempengaruhi gagasan-
gagasannya yang memang hingga kini masih terus berkembang?
A: iya pasti, ide dan gagasan beliau asti berkembang.
Q: Adakah pebedaan komunikasi Ust.Solmed ketika menghadapi masyarakat
kelas bawah dan kelas menengah ke atas?
A: Kalau menurut saya tidak ada perbedaanya, malah sama saja.
Q: Ketika condong ke komunikasi konteks rendah (jelas, ringkas, tulus, gaya
komunikasi konteks rendah ini tidak pernah mengatakan sesuatu diluar
informasi yang diperlukan, meskipun dianggap dingin) Bagaimana
menurut anda?
A: Dalam berceramah sangat jarang beliau terlihat dingin, mungkin hanya
ketika berada dalam sinetron saja, dan mungkin ketika menjaga wibawa
saja.
Jakarta, 29 Desember 2012
Fuji Rachman
HASIL WAWANCARA
Dengan : Rizal (manager)
Tempat : kediaman Ust Solmed
Tanggal : 06 Oktober 2012
Kedekatan Dengan Ustadz Soleh Mahmoed
Q : Seberapa dekat anda dengan Ust. Solmed?
A: saya sangat dekat, karena selain saya memang managernya, saya juga
sebagai supir pribadinya, dan selalu mengantarkan ustadz untuk
berceramah dimana saja.
Q: Pasti anda pernah mendengar Ust. Solmed menyampaikan khutbah jum’at,
ceramah, dan tabliq akbar?
A: iya, pasti saya memang selalu mengikuti kemanapun ustadz pergi.
Q: Artinya sering kali anda mengikuti aktivitas bersama Ust. Solmed seperti
khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?
A: iya sangat sering sekali, setiap ada pangilan ceramah selalu saya yang
mengantarkannya.
Gaya Komunikasi terkait Retorika Ust. Soleh Mahmoed
Q: Seorang komunikator harus memiliki source credibility(keahlian / dapat
atau tidaknya seorang komunikator dapat dipercaya), bagaimana anda
melihat keahlian Ust. Solmed?
A: keahlian beliau tidak hanya dari cara berkomunikasinya, tetapi juga dari
bahasa tubuhnya, memiliki karakter ketika menyampaika tausiyah.
Q: Artinya keahlian beliau tidak dapat diragukan lagi?
A: iya, tidak dapat diragukan lagi memang.
Q: Seorang komunikator juga harus memiliki source attractiveness (daya
tarik komunikator) apa yang menjadi daya tarik seorang Ust. Solmed
menurut anda?
A: daya tariknya memang dari tampilan beliau yang selalu santun, dan
memiliki suara yang tegas, jadi itu menurut saya menjadi modal utama
yang dimiliki beliau ketia sedang memberikan tausiyah.
Q: Menurut anda bagaimana dengan ethos (karakter pembicaraan yang dapat
dilihat dari cara berkomunikasi) yang dimiliki Ust.Solmed?
A: karakternya memang cukup khas, karena memiliki pemikiran-pemikiran
yang up to date, dimana istilah-istilah yang cukup trend menjadi gaya khas
beliau, beliau menyesuaikan dengan istilah anak muda pada zaman
sekarang yang dipakai sebagai materi ceramahnya.
Q: Bagaimana pathos (kedekatan emotional) terhadap komunikan (lawan
bicara) yang diperlihatkan Ust. Solmed ketika menyampaikan khutbah
jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?
A: hampir tidak ada jarak terlalu jauh dengan para jamaahnya, beliau
berceramah selalu berinteraksi dengan jamaahnya, bahkan ketika sedang
tidak mengisi tausiah, beliau sangat suka sekedar bincang-bincang dengan
para tetangga atau para teman-temannya di rumahnya.
Q: ketika beliau dalam forum ceramah agama, apakah ada waktu untuk tanya
jawab?
A: Tanya jawab hanya ketika beliau sedang mengisi program TV, karena
memang ketika memberikan tausiah kebanyakan cenderung hanya beliau
yang berbicara, tetapi bila masuh memiliki banyak waktu ada kalanya
beliau mengadakan Tanya jawab.
Q: Adakah logos (pemilihan kata/kalimat) yang khas sekali bagi Ust. Solmed
ketika berkomunikasi, seperti khutbah jum’at, ceramah dan tabliq akbar?
A: pemilihan kaliamat atau katanya cukup up to date ya, dimana beliau suka
sekali menyelipkan istilah-istilah anak muda ketika berceramah, mungkin
memang beliau seorang ustdz muda, dan supaya keakraban dengan jamaah
tidak terlalu terlihat, beliau tidak ingin terlihat terlalu menggurui, tetapi
beliau lebih ingin sebagai seorang sahabat yang sedang memberikan
nasihat kepada sahabatnya sendiri.
Q: Apakah dalam gaya komunikasi beliau cenderung santun, terbuka, apa
adanya, dan jernih bagaimana menurut anda?
A: iya memang, beliau selalu apa adanya, sangat terbuka ketika
berkomunikasi, dan memberikan informasi yang sebenarnya kepada para
jamaahnya.
Gaya Komunikasi terkait Bahasa
Q: Dalam menyampaikan khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar. Apakah
Ust. Solmet sering menggunakan bahasa yang akademik, ilmiah dan sulit
dipahami oleh kebanyakan orang? Apakah ada tujuan-tujuan tertentu yang
ingin dicapai dengan menggunakan bahasa-bahasa seperti itu?
A: tidak terlalu terasa yah bahasa-bahasa yang sulit dipahami oleh para
jamaah menurut saya, karena ya memang apa yang di bicarakan beliau
ketika ceramah itu sama dengan apa yang terjai dalam kehidupannya. Jadi
ketika ada bahasa yang sulit dipahami pasti memang ada tujuan yang ingin
dituju.
Gaya Komunikasi terkait Konteks Tinggi dan Konteks Rendah
Q: Bagaimana anda melihat kepiawan Ust. Solmed dalam berkomunikasi?
A: beliau itu bisa membawa tempo para jamaahnya dengan baik, terkadang
serius mendengarkan tausiahnya, tapi terkadang para jamaahnya bisa
tertawa ketika ustadz menyelipkan candaan yang bisa mencairkan suasana
menjadi tidak terlalu tegang, karena terkadang jamaah tuh ketika
mendengarkan tausiah tentang agama suasananya akan serius, jadi ustadz
mensiasatinya dengan sedikit candaan.
Q: Apakah kepiawaiannya dalam berkomunikasi mempengaruhi gagasan-
gagasannya yang memang hingga kini masih terus berkembang?
A: gagasan itu memang terkadang ada saja yang terlontar dari mulut beliau,
hingga saat ini pengajian yang rutin setiap bulannya masih terus
berkembang, dan jamaahnya terus bertambah.
Q: Adakah pebedaan komunikasi Ust.Solmed ketika menghadapi masyarakat
kelas bawah dan kelas menengah ke atas?
A: hampir tidak ada yah menurut saya, karena memang beliau apa adanya,
dan ketika memberi tausiah juga pasti apa adanya, tidak ada yang ditutup-
tutupi.
Q: Ketika condong ke komunikasi konteks rendah (jelas, ringkas, tulus, gaya
komunikasi konteks rendah ini tidak pernah mengatakan sesuatu diluar
informasi yang diperlukan, meskipun dianggap dingin) Bagaimana
menurut anda?
A: itu mungkin bukan dingin, tapi ada wibawa ketika bertausiah, tidak
masalah selama memang memberikan tasiyah yang sifatnya penting, itu
supaya para jamaahnya mengikuti karena tau bahwa yang diberi tahu itu
benar dan benar-benar penting.
Jakarta, 29 Desember 2012
RIZAL
HASIL WAWANCARA
Dengan : Muhidin
Tempat : Kediaman Ust Solmed
Tanggal : 06 Oktober 2012
Kedekatan Dengan Ustadz Soleh Mahmoed
Q : Seberapa dekat anda dengan Ust. Solmed?
A: Kenal sekali, karena saya ketua RT di sini, dimana ust. Solmed tinggal
dirumahnya yang baru
Q: Pasti anda pernah mendengar Ust. Solmed menyampaikan khutbah jum’at,
ceramah, dan tabliq akbar?
A: Sering sekali, bahkan saya bangga dengan beliau, karna dengan
kedatangan beliau di sini, beliau rutin mengadakan pengajian setiap
sebulan sekali, bahkan tiap tahunnya beliau memberangakatkan umroh
bagi jamaah yang benar-benar rutin datang kepengajaian.
Q: Artinya sering kali anda mengikuti aktivitas bersama Ust. Solmed seperti
khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?
A: Tentu saja, saya rutin mengikuti pengajian beliau di sini.
Gaya Komunikasi terkait Retorika Ust. Soleh Mahmoed
Q: Seorang komunikator harus memiliki source credibility(keahlian / dapat
atau tidaknya seorang komunikator dapat dipercaya), bagaimana anda
melihat keahlian Ust. Solmed?
A: beliau tuh pernah juara umum lomba pidato tingkat nasional di Istiqlal,
berarti pengalamannya sudah mapan lah untuk memberikan tausiah di
masyarakat.
Q: Artinya keahlian beliau tidak dapat diragukan lagi?
A: Sangat tidak diragukan lagi.
Q: Seorang komunikator juga harus memiliki source attractiveness (daya
tarik komunikator) apa yang menjadi daya tarik seorang Ust. Solmed
menurut anda?
A: menurut saya daya tarik beliau tuh karena tutur katanya yang lugas, tegas,
sederhana, merupakan sebuah karunia barangkali untuk menambah Ukuah
Islamiah khususnya di tempat kami tinggal, karena memang rutin diadakan
pengajaian disini.
Q: Menurut anda bagaimana dengan ethos (karakter pembicaraan yang dapat
dilihat dari cara berkomunikasi) yang dimiliki Ust.Solmed?
A: Seperti yang sudah saya bicarakan tadi, beliau bertutur kata ketika
berceramah atau tidak sama-sama memilik karakter yang baik yaitu lugas,
tegas, sederhana, dan apa yang disampaikan oleh beliua tuh mengena di
para jamaahnya.
Q: Bagaimana pathos (kedekatan emotional) terhadap komunikan (lawan
bicara) yang diperlihatkan Ust. Solmed ketika menyampaikan khutbah
jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?
A: sangat dekat, contohnya saja pengajian yang diadakan disini, beliau
memberikan undian kepada satu orang jamaahnya untuk diberangkatkan
umroh, itu merupaka suatu kedekatan emosional yang baik kepada para
jamaahnya.
Q: ketika beliau dalam forum ceramah agama, apakah ada waktu untuk tanya
jawab?
A: terkadang iya, tergantung waktu, cukup atau tidaknya untuk memberikan
sesi tanya jawab.
Q: Adakah logos (pemilihan kata/kalimat) yang khas sekali bagi Ust. Solmed
ketika berkomunikasi, seperti khutbah jum’at, ceramah dan tabliq akbar?
A: pemilihan kalimat barang kali yang sulit dimengerti itu tidak yah, karena
memang ustadz itu kalau berceramah lugas, tegas, dan sederhana, bahkan
para jamaahnya menikmati dengan nyaman, siraman tausiah beliau.
Q: Apakah dalam gaya komunikasi beliau cenderung santun, terbuka, apa
adanya, dan jernih bagaimana menurut anda?
A: iya memang saya setuju sekali itu.
Gaya Komunikasi terkait Bahasa
Q: Dalam menyampaikan khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar. Apakah
Ust. Solmet sering menggunakan bahasa yang akademik, ilmiah dan sulit
dipahami oleh kebanyakan orang? Apakah ada tujuan-tujuan tertentu yang
ingin dicapai dengan menggunakan bahasa-bahasa seperti itu?
A: ohhh pasti ada tujuan-tujuan tertentu, karena ceramah-ceramah beliau ada
tujuan untuk mencapai ukuah islamiyah kepada para jamaah yang
mendengarkannya.
Gaya Komunikasi terkait Konteks Tinggi dan Konteks Rendah
Q: Bagaimana anda melihat kepiawan Ust. Solmed dalam berkomunikasi?
A: ustadz tuh berceramah mementingkan jamaahnya, maksudnya begini, ada
ulama atau tokoh yang memberikan tausiah itu tidak terlalu berinteraksi
dengan jamaahnya, jadi tidak tau apakah jamaahnya tersebut mengerti atau
tidak atas apa yang disampaikannya, berbeda dengan ustadz, beliau
memilih kata-kata yang mudah dimengerti dan sangat suka berinteraksi
dengan jamaahnya, itu membuat para jamaahnya mengerti karena sangat
suka berinteraksi.
Q: Apakah kepiawaiannya dalam berkomunikasi mempengaruhi gagasan-
gagasannya yang memang hingga kini masih terus berkembang?
A: sangat bisa, gagasan beliau sangat berkembang, bahkan semenjak beliau
pindah disini, beliau membuat yayasan Raudol Mahmuda, itu
mengumpulkan jamaahnya untuk datang menuntut ilmu.
Q: Adakah pebedaan komunikasi Ust.Solmed ketika menghadapi masyarakat
kelas bawah dan kelas menengah ke atas?
A: iya pasti ada, beliau itu fleksibel, maka akan menyesuaikan ketika akan
menghadapi jamaahnya.
Q: Ketika condong ke komunikasi konteks rendah (jelas, ringkas, tulus, gaya
komunikasi konteks rendah ini tidak pernah mengatakan sesuatu diluar
informasi yang diperlukan, meskipun dianggap dingin) Bagaimana
menurut anda?
A: ceramah itu kan sebuah dakwah, dakwah itu butuh aturan, jadi berdasarkan
ketentuan, ketika beliau dianggap dingin mungkin itu untuk memberikan
kesan tegas, karena menyangkut masalah-masalah yang serius dalam
agama, jadi berdakwah itu bisa dimodifikasi bagaimana
menyampaikannya, tetapi tidak bisa melencengkan hukum yang ada di
dalamnya.
Jakarta, 29 Desember 2012
MUHIDIN
FOTO SETELAH WAWANCARA BERSAMA FUJI RACHMAN
(KOLEGA UST. SOLMED) SEKALIGUS PHOTOGRAPHER PRIBADI
UST. SOLMED TANGGAL 06 OKTOBER 2012
FOTO SETELAH WAWANCARA BERSAMA UST. HASBIALLAH
(KOLEGA UST. SOLMED) SEKALIGUS TEMAN DALAM
BERDAKWAH TANGGAL 06 OKTOBER 2012
FOTO SETELAH WAWANCARA BERSAMA BAPAK MUHIDIN
(KOLEGA US. SOLMED) KETUA RT 005/013 KELURAHAN KEBUN
JERUK TANGGAL 06 OKTOBER 2012
FOTO SETELAH WAWANCARA BERSAMA RIZAL (MANAGER
UST. SOLMED TANGGAL 06 OKTOBER 2012
FOTO BERSAMA UST. SOLEH MAHMOED (UST SOLMED)
TANGGAL 06 OKTOBER 2012
FOTO SETELAH WAWANCARA BERSAMA APRIL JASMIN
(ISTRI UST. SOLMED) TANGGAL 06 OKTOBER 2012