Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

47
Amoxicillin Sebagai Terapi Pnemonia 1. I Komang Gede Widiatmika 08700172 2. Shelly Stephanie Bintoro 08700174 3. Siti Naimah 08700176 4. Bagus Pattiwael 08700180 5. Gede Bagus Subha Jana Giri 08700244 6. IGusti Agung Ngurah Rai J.W 08700285 Surabaya : 8 Mei 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Transcript of Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Page 1: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Amoxicillin Sebagai Terapi Pnemonia

1. I Komang Gede Widiatmika 087001722. Shelly Stephanie Bintoro 087001743. Siti Naimah 087001764. Bagus Pattiwael 087001805. Gede Bagus Subha Jana Giri 087002446. IGusti Agung Ngurah Rai J.W 08700285

Surabaya : 8 Mei 2012

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Page 2: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

KATA PENGANTAR

Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami bersyukur telah menyelesaikan tugas makalah

ini, sebagaimana untuk persyaratan dalam mengikuti perkuliahan Kefarmasian Kedokteran .

Semoga dari apa yang kami tulis ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa

khususnya, tentunya lebih memahami dari topik “Amoxicillin Sebagai Terapi Pnemonia”

seperti dari apa yang kami uraikan dalam penulisan tugas makalah ini.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada para dosen Farmasi Kedokteran yang telah

memberikan kami ilmu yang begitu bermanfaat.

Adapun pepatah mengatakan “Tiada Gading yang Tak Retak”, jika ada kesalahan dari penulisan

tugas paper ini, kami mohon maaf sebelumnya dan kami terbuka atas kritik dan saran Anda.

Sekian dan terimakasih.

Surabaya, 26 Januari 2012

Penulis

Page 3: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan

Bab II Farmasi-Farmakologi :

a. Sifat fisika kimo-kimia obat dan rumus kimia obat

b.Farmasi umum : dosis, preparat-preparat, cara penggunaan

c. Farmakologi umum : khasiat , kegunaan terapi/indikasi dan kontra indikasi

Bab III Farmakokinetik

a. Mekanisme kerja obat

Bab IV Farmakokinetik

a. Pola ADME (absorbs,distribusi, metabolism, ekskresi)

b. Waktu paruh

c. Ikatan protein

d. Bioavailability

Bab V Toksisitas

a. Efek samping dan toksisitas

b.Gejala toksisitas dan penanggulannya

Bab VI Penyelidikan/Penelitian yang telah/pernah dilakukan orang lain

a. “Clinical trial”

b. “ Case history”

c. Eksperimen-eksperimen lain

Bab VII Diskusi/Pembahasan

a.Kritik, koreksi, analisa kuantitatif/komaparatif

Bab VIII Ringkasan ( dan kesimpulan )

Bab IX Summary ( conclusion )

Bab X Daftar Kepustakaan.

Page 4: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Pada tahun 1928 Alaxander Fleming menemukan antibiotik pertama yaitu penisilin .Dan

satu decade kemudian hal ini dikembangkan oleh Florey dari biakan Pennicillium notatum

untuk penggunaan sistemik.Kemudian digunakan P.chrysogenum yang meghasilkan banyak

penisilin(1).Dan salah satu antibiotic dari golongan ini yang sering dipergunakan adalah

amoksisilin. Bila dilihat pembagian antibilotik berdasarkan cara kerjanya amoksisilin

termasuk antibiotik yang memiliki aktivitas broad spectrum yang luas.Amoksisilin

merupakan antibiotik yang menghambat kerja antimikroba melalui sintesis dinding sel dan

memiliki struktur kimia seperti beta lactam.Amoksisilin merupakan antibiotik yang memiliki

struktur 90% C16H19N3O5S,dihitung terhadap anhidratnya,dan mempunyai potensi yang setara

dengan tidak kurang dari 900 μg dan tidak lebih dari 1050 μg per mg(2).Amoksisilin digunakan

sebagai pengobatan infeksi pada saluran nafas,saluran empedu,saluran seni,

gonnorhea,gastroenteritis,meningitis karena infeksi dari salmonella dan juga pada penyakit

pneumonia.Pnemonia adalah penyakit yang merupakan infeksi pada paru yang disebabkan

oleh virus,bakteri ,jamur dan juga beberapa organisma parasit.Penyakit ini memiliki ciri

utama yakni adanya proses inflamasi pada alveoli pada paru atau pada alveoli yang terisi oleh

cairan.Pnemonia pada keadaan gawat darurat bisa menyebabkan masalah yang cukup parah

sampai dengan kematian.walaupun penyakit ini bisa muncul pada umur berapapun dan paling

berbahaya mengenai orang tua,bayi dan orang yang memiliki penyakit yang berkaitan dengan

imunitas(3).

1.1 Tujuan

Mengetahui bagimana pengaruh dari antibiotic amoxicillin terhadap terapi

pneumonia,dan bias meresepkannya secara rasional

Page 5: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

1.2 Manfaat

1. mengetahui efektivitas amoksisilin terhadap pnemonia

2.bisa meresepkan antibiotic amoksisilin secar tepat kepada pasien dengan pneumonia

1.3 Metode

Metode yang kami gunakan adalah metode studi pustaka yakni mengumpulkan

berbagai informasi baik dari buku,jurnal,dan situs-situs internet yang ada kaitannya dengan

topic kami,lalu mendiskusikannya dengan dosen pembimbing

Page 6: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

BAB II

FARMASI FARMAKOLOGI

A.Pneumonia

Pneumonia merupakan peradangan dari paru-paru, terutama pada alveolus (organ di dalam

paru-paru yang berfungsi untuk memindahkan oksigen ke dalam sel darah). Pada keadaan

radang, terjadi penumpukan cairan oleh karena proses radang itu sendiri yang menyebabkan

terganggunya perpindahan oksigen ini, selain itu juga di produksinya banyak cairan di dalam

rongga alveoli. Penderita akan mengeluh sulit untuk bernafas (sesak) sehingga penderita akan

bernafas dangkal dan cepat. Keluhan lain berupa demam (akibat proses peradangan) dan batuk

(akibat produksi cairan (sekret) yang berlebihan).

Penyebab dari pneumonia ini adalah infeksi dari bakteri, virus, parasit, dan juga zat-zat lain yang

dapat menyebabkan iritasi dan peradangan dari paru-paru (zat kimia, logam, asbes, asap rokok

dll). Peradangan yang disebabkan oleh infeksi, bersifat ringan sampai berat. Pada kondisi infeksi

yang berat akan menyebabkan gangguan yang hebat pada pernafasan yang disebut respiratory

distress syndrome. Selain itu infeksi yang tidak ditanggulangi dengan tepat dapat menyebar

keseluruh tubuh dan menyebabkan peradangan dan gangguan fungsi dari organ-organ lainnya,

kondisi ini disebut sebagai sepsis, yang dapat berakhir dengan kematian.

Berdasarkan tempat asal penyebabmua, pneumonia dapat dibagi menjadi pneumonia berasal dari

Rumah Sakit dan pneumonia berasal dari lingkungan).

1. Hospital Acquired Pneumonia (HAP)

Pneumonia yang didapatkan dari rumah sakit, didefinisikan sebagai pneumonia yang

terjadi setetalh 48 jam perawatan di rumah sakit, tanpa inkubasi. Terjadinya infeksi ini

disebabkan ketidak seimbangan antara kemampuan pertahanan tubuh penderita dibandingkan

kemampuan bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Rute utama adalah melalui cairan

pernafasan seseorang yang terinfeksi (ludah, bersin, udara pernafasan) terhisap oleh

Page 7: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

penderita.Bakteri yang paling sering menyebabkan HAP ini adalah bakteri aerob gram negative

seperti streptococcus pneumonia, H. influenza, S.aureus, dll

Faktor resiko terjadinya pneumonia nosokomial dapat dikelompokkan atas 2 golongan

yaitu (1) hal yang tidak dapat dirubah (laki-laki, penyakit paru kronik, gangguan fungsi organ)

dan terkait tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit (pemasangan selang pernafasan, selang

lambung), (2) faktor yang dapat dirubah yaitu mengontrol infeksi, disinfeksi dengan alkohol,

pengawasan bakteri resisten terhadap antibiotika.    Pneumonia nosokomial  terjadi dalam 4 hari

pertama masuk RS, biasanya disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap antibiotika, kecuali

bila penderita sebelumnya sudah mendapatkan antibiotika atau dirawat di RS dalam 90 hari

sebelumnya. Pneumonia nosokomial yang terjadi setelah lebih dari 5 hari, lebih mungkin

disebabkan oleh bakteri yang tahan terhadap antibiotika

2. Pneumonia Komunitas

Penyebab terjadinya pneumonia komunitas ini dijumpai cenderung penderita dengan faktor

resiko tertentu, misalnya H. Influenza pada pasien perokok, patogen atipikal pada lansia, gram

negatif pada pasien dari rumah jompo.

Faktor resiko terjadinya pneumoni komunitas adalah (1) usia > 65 th, (2) infeksi pada paru yang

multilobuler / nekrotikans, (3) penyakit penyerta seperti (infeksi paru kronis, DM, gagal ginjal

kronik, gagal jantung, gangguan hati), (4) gangguan fungsi organ lainnya.

Beberapa indikasi rawat RS, dari American Thoracic Sociaty, penderita dengan sakit berat bila

didapatkan 1 dari 2 kriteria mayor atau 2 dari 3 kriteria minor. Kriteria mayor adalah kebutuhan

akan ventilator dan syok septik, kriteria minor adalah tekanan darah sistolik < 90 mmHg, terkena

multilobular. Indikasi rawat ICU adalah frekuensi nafas > 30 x/mnt, tensi diastolik < 60 mmHg

dan adanya gangguan kesadaran. 

Patologi Pneumonia

Page 8: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Pada saat infeksi paru, inflamasi akut akan menyebabkan migrasi dan pengumpulan

neutrofil dari kapiler menuju ruang udara. Neutrofil tersebut akan memfagosit mikroba dan

mematikannya dengan bantuan spesies oksigen reaktif, protein antimikroba dan enzim-enzim

degradatif. Berbagai reseptor membran dan ligan terlibat dalam suatu interaksi yang kompleks

antara mikroba, sel paru dan sel-sel imun.

Secara anatomis/radiografis pneumonia dapat digolongkan menjadi:

-        Pneumonia lobaris, yaitu pneumonia focal yang melibatkan satu/beberapa lobus paru.

-        Bronkopneumonia, disebut juga pneumonia multifocal merupakan pneumonia dengan

gambaran berbercak dengan penebalan peribronchial.

-        Pneumonia interstisial, pneumonia interstisial dapat dikatakan sebagai pneumonia

fokal/difus, di mana terjadi infiltrasi edema dan sel-sel radang terhadap jaringan interstisial paru.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Ditujukan untuk memperkirakan kemungkinan sumber infeksi berhubungan dengan

faktor resiko, seperti : (a) adanya penyakit sebelumnya : PPOK (penyakit paru obstruktif kronis)-

(H.influenzae), kejang / tidak sadar-(kuman gram negatif dari pencernaan), penurunan

kemampuan pertahanan tubuh / kecanduan obat-obatan terlarang – (gram  negatif, jamur), usia

bayi – (virus), muda – (M. pneumoniae), perjalanan penyakit cepat dengan dahak yang kotor

berwarna kemerahan – (S. pneumoniae), perjalanan penyakit perlahan dengan dahak sedikit –

(M. pneumoniae) 

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

- Peningkatan sel darah putih (leukositosis)

Page 9: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

- Pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui seberapa berat perjalanan penyakit dan

kondisi penderita saat itu.

- Pemeriksaan perkembang biakan bakteri (kultur bakteri) 

2. Pencitraan

Pemeriksaan x-ray dada masih menjadi andalan untuk menegakkan diagnosis pneumonia ini.

Dari gambaran x-ray dapat ditemukan gambaran bercakan keras (infiltrat) pada segmen apikal

lobus bawah atau di daerah tengah paru, diperkirakan akibat aspirasi kuman di saluran

pencernaan. (5)

B. Sifat fisiko kimia dan rumusan kimia obat

Amoksisilin yang memiliki struktur kimiawi C16H19N3O5S atau (2S, 5R, 6R)-6-[(R)-2-

amino-2-(4-hydroxyphenyl) acetamido]-3, 3-dimethyl-7-oxo-4-thia-1-azabicyclo[3.2.0] heptane-

2-carboxylic acid (jangan dibaca deh!) ditemukan tahun 1972 merupakan antibiotik yang umum

dipakai karena cukup manjur dalam menyerap bakteri dan mudah diminum karena berbentuk

kapsul. Hak paten amoksilin sudah habis dan kini banyak merek dagang amoksilin seperti

Actimoxi®, Amoxibiotic®, Amoxicilina®, Pamoxicillin®, Lamoxy®, Polymox®, Trimox® dan

Zimox®

Page 10: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Menurut Ditjen POM (1995), sifat FISIKA KIMIA Dan amoksisilin adalah sebagai berikut

Amoxicillin

Rumus molekul C 16 H 19 N 3 O 5 S.3H 2 O

Berat molekul 419, 45

365, 9 dalam bentuk anhidrat

Pemberian serbuk, halus, putih, praktis, berbau

Kelarutan Sukar larut dalam udara Dan metanol, larut dalam

benzen , dalam karbon tetraklorida dan dalam

kloroform

Tabel 1 Rumus, berat Molekul, pemberian, dan kelarutan Aminiphilin

Page 11: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Deskripsi :

Nama & Struktur Kimia Asam (2S,5R,6R)-6[ (R)-(-)-2-amino-2-(p-hidroksifenil)asetamido]-3-3-

dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3,2,0]-heptana-2-karboksilat trihidrat .

C16N19N3NaO5S

Sifat Fisikokimia Mengandung tidak kurang dari 90.0% C16N19N3NaO5S dihitung

sebagai anhidrat. Amoksisilin berwarna putih, praktis tidak berbau. Sukar

larut dalam air dan methanol; tidak larut dalam benzena, dalam

karbontetraklorida dan dalam kloroform. Secara komersial, sediaan

amoksisilin tersedia dalam bentuk trihidrat. serbuk hablur, dan larut

dalam air. Ketika dilarutkan dalam air secara langsung, akan berbentuk

amoksisislin suspensi oral dengan pH antara 5 - 7.5.

Keterangan Amoksisilin adalah aminopenisilin yang perbedaan strukturnya dengan

ampisilin hanya terletak pada penambahan gugus hidroksil pada cincin

fenil. pH larutan 1% dalam air = 4.5-6.0.1

Tabel 2 Deskripsi Aminophilin

Page 12: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi Nama Dagang

- Abdimox - Aclam - Amobiotic - Amocomb

- Amosine - Amoxan - Amoxil - Amoxillin

- Ancla - Arcamox - Athimox - Auspilin

- Ballacid - Bannoxillin - Bellamox - Biditin

- Bimoxyl - Bintamox - Broadamox - Bufamoxy

- Clacomb - Claneksi - Claxy - Comsikla

- Corsamox - Danoxillin - Dexymox - Erphamox

- Etamox - Farmoxyl - Goxallin - Hiramox

- Hufanoxil - Ikamoxyl - Improvox - Inamox

- Intemoxyl - Kalmoxillin - Kamox - Kemosillin

- Kenoko - Kimoxil - Lactamox - Leomoxyl

- Liskoma - Medimox - Mestamox - Mexylin

- Mokbios - Moxaxil - Moxigra - Moxtid

- Novax - Nufamox - Omemox - Opimox

- Ospamox - Palentin - Penmox - Primoxil

- Pritamox - Protamox - Ramoxlan - Ramoxyl

- Robamox - Sammoxil F - Scannoxyl - Sirimox

- Solpenox - Ssilamox - Supramox - Surpas

- Topcillin - Varmoxillin - Vibramox - Vulamox

- Widecillin - Yefamox - Yusimox - Zemoxil

- Zumafen

Tabel Golongan dan Nama dagang Amoksilin

Page 13: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

C. Farmasi umum

C.1. DOSIS

Dosis Oral Anak Umum: Anak <>3 bulan dan <40kg;>

Tabel Dosis Amoksisilin Anak

Dosis Dewasa Rentang dosis antara 250 – 500 mg setiap 8 jam atau 500 – 875 mg dua kali

sehari.

Infeksi saluran nafas bawah: 875 mg setiap 12 jam atau 500 mg setiap 8 jam

Tabel 3 Dosis amoksisilin Dewasa

C.2. CARA PENGGUNAAN

Pemberian dan lama pemberian

Antibiotik amoksisilin termasuk antibiotik time deppendent sehingga untuk menjaga

konsentrasi obat dalam plasma tetap berada pada kadar puncak, maka obat diberikan sesuai

dengan jadwal waktu yang telah dibuat. Obat dapat diberikan bersamaan dengan makanan.

Tergantung pada jenis dan tingkat kegawatan dari infeksinya, juga tergantung pada respon klinis

dan respon bakteri penginfeksi. Sebagai contoh untuk infeksi yang persisten, obat ini digunakan

selama beberapa minggu. Jika amoksisilin digunakan untuk penanganan infeksi yang disebabkan

oleh grup A ß-hemolitic streptococci, terapi digunakan tidak kurang dari 10 hari guna

menurunkan potensi terjadinya demam reumatik dan glomerulonephritis. Jika amoksisilin

digunakan untuk pengobatan ISK (infeksi saluran kemih) maka kemungkinan bisa lebih lama,

bahkan beberapa bulan setelah menjalani terapi pun, tetap direkomendasikan untuk diberikan.

C.3 STABILITAS PENYIMPANAN

Stabilitas obat: amoksilin 125 dan 250 mg kapsul, chewable tablet, dan serbuk suspensi oral harus

disimpan dalam suhu 20°C atau lebih rendah. Amosisilin 200 dan 400 mg chewable tablet dan salut tipis

disimpan pada suhu 25°C atau lebih rendah

Page 14: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

C.4 Interaksi

Interaksi dengan obat Lain

Meningkatkan efek toksik 1. Disulfiram dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar

amoksisilin.

2. Warfarin kemungkinan dapat meningkatkan kadar amoksisilin

3. Secara teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat

meningkatkan efek ruam kulit.

Menurunkan efek toksik 1. Kloramfenikol dan tetrasiklin secara efektif dapat menurunkan

kadar amoksisilin

2. Dicurigai amoksisilin juga dapat menurunkan efek obat

kontrasepsi oral.

Tabel 4 Interaksi amoksisilin dengan obat lain

Terhadap kehamilan Faktor risiko : B, Data keamanan penggunaan pada ibu hamil belum

diketahui.

Terhadap ibu menyusui Karena amoksisilin terdistribusi kedalam ASI (air susu ibu) maka

dikhawatirkan amoksisilin dapat menyebabkan respon hipersensitif untuk

bayi, sehingga monitoring perlu dilakukan selama menggunakan obat ini pada

ibu menyusui.

Terhadap anak-anak Data tentang keamanan masih belum diketahui.

Terhadap hasil lab Berpengaruh terhadap hasil pengukuran : Hematologi dan hepar.

Tabel 5 interaksi amoksisilin terhadap makanan

Parameter Monitoring Pengamatan rutin terhadap: Fungsi ginjal (ClCr), Fungsi

Page 15: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Hepar (SGPT, SGOT), Henatologi. (Hb), Indikator infeksi.

(Suhu badan, kultur).

Tabel 6 parameter monitoring amoksisilin

C. farmakologi umum

C. 1 Indikasi

Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi Yang disebabkan Oleh Bakteri gram

negatif saling melengkapi Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis,

Salmonella. Amoksisilin juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan Oleh

Bakteri gram positif saling melengkapi: Streptococcus pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase

penghasil staphylococci, Listeria. Tetapi walaupun demikian, amoksisilin secara Umum MEDIA

NUSANTARA dapat digunakan secara sendirian untuk pengobatan yang disebabkan Oleh

infeksi streprtococcus Dan staphilococcal. Amoksisilin diindikasikan untuk infeksi saluran

pernapasan, infeksi saluran kemih, infeksi klamidia, sinusitis, bronkitis, pneumonia, abses gigi

Dan infeksi rongga mulut lainnya.

Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif

(Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella). Amoksisilin juga

dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri positif (seperti;

Streptococcus pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase-producing staphylococci, Listeria)

tetapi walaupun demikian, aminophenisilin, amoksisilin secara umum tidak dapat digunakan

secara sendirian untuk pengobatan yang disebabkan oleh infeksi streprococcus dan

staphilococcal.

C. 2 Farmakologi

Page 16: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Amoksisilin adalah antibiotik spektrum moderat-aktif terhadaplebar kisaran Gram-positif,

dan yang terbatas Gram-negatif organisma.Biasanya obat ini di pilih karena lebih cepat diserap,

setelah pemberian oral, dari lain beta-laktam antibiotik. amoksisilin adalah rentan terhadap

degradasi oleh β-laktamase bakteri, dan mungkin diberikan dengan asam klavulanat untuk

meningkatkan susceptability nya. Insiden β-laktamase yang menghasilkan organisme resisten,

termasuk E. coli, tampaknya meningkat. Amoksisilin kadang dikombinasikan dengan asam

klavulanat, β-laktamase inhibitor, untuk meningkatkan spektrum tindakan terhadap Gram-negatif

organisme, dan untuk mengatasi dimediasi resistensi bakteri antibiotik melalui β-laktamase

produksi.

Amoksisilin adalah antibiotik Spektrum Luas, digunakan untuk pengobatan saling

melengkapi Yang tertera Diatas, yaitu untuk infeksi saluran napas pada, saluran empedu, Dan

saluran Seni, gonorhu, gastroenteris, meningitis dan infeksi karena Salmonella sp, saling

melengkapi Demam tipoid.. Amoksisilin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi Tahan

terhadap penisilinase (Siswandono, 2000). Amoksisilin aktif melawan bakteri gram positif Yang

menghasilkan β-laktamase Dan Aktif Melawan Bakteri gram negatif karena Obat tersebut dapat

Pori-Pori menembus membran fosfolipid dalam luar.

Untuk pemberian oral, amoksilin merupakan pilihan. Karena obat di absorpsi lebih baik

daripada ampisilin, yang seharusnya diberikan secara parental.

Amoksisilin merupakan turunan bahasa Dari penisilin setengah sintetik dan stabil dalam suasana

asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi cepat dan baik pada saluran pencernaan, Tergantung

adanya makanan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam bentuk berubah di dalam urin.

Ekskresi amoksisilin dihambat saat pemberian bersamaan probenesid sehingga memperpanjang

Efek Terapi (Siswandono, 2000).

Amoksisilin mempunyai Spektrum antibiotik ampisilinl serupa.Beberapa keuntungan

amoksisilin dibanding ampisilin adalah absorbsi Obat dalam saluran Cerna lebih Sempurna,

sehingga kadar darah dalam plasma Dan saluran Seni lebih Tinggi. Efek terhadap Bacillus

disentri amoksisilin lebih rendah dibanding ampisilin karena banyak lebih obat yang diabsorbsi

dibuat saluran cerna (Siswandono, 2000).

Page 17: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Namun, resistensi terhadap amoksisilin dan ampisilin merupakan suatu masalah, karena

adanya inaktifasi Dibuat plasmid yang diperantai penisilinase. Pembentukan penghambat β-

laktamase saling melengkapi asam klavunat atau sulbaktam melindungi amoksisilin atau

ampisilin bahasa Dari hidrolisis enzimatik dan meningkatkan spektrum antimikrobanya.

Absorbsi cepat dan hampir sempurna, tidak dipengaruhi oleh makanan.

Distribusi secara luas terdistribusi dalam seluruh cairan tubuh serta tulang; penetrasi

lemah kedalam sel mata dan menembus selaput otak; konsentrasi tinggi dalam

urin; mampu menembus placenta; konsentrasi rendah dalam air susu ibu.

Ikatan protein 17-20%

Metabolisme secara parsial melalui hepar.

Bayi lahir sempurna 3,7 jam

Anak 1-2 jam.

Dewasa fungsi ginjal normal 0.7-1,4 jam.

Time peak kapsul 2 jam; suspensi 1 jam

Ekskresi urin (80% bentuk utuh); pada neonates eksresi lebih rendah

Dialysis Moderat diálisis melalui Hemo atau peritonial diálisis: 20-50%

Diálisis melalaui Arteriovenous atau venovenous mampu memfilter 50mg/ liter

amoksisilin

Tabel 7 farmakologi amoksisilin

C. 3 Interaksi obat

Menurut Widodo (1993), amoksisilin dapat memberikan Interaksi Baru senyawa lain bila

diberikan dalam terbalik yang bersamaan. Interaksi tersebut antara lain :

Page 18: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

1. Eliminasi amoksisilin diperlambat pemberian Uricosurika (Misal Probenesid),

diuretika, Dan Asam-asam Lemah (Misal asam Acetylsalicylat Dan Phenilbutazon).

2. Pemberian antasida bersamaan-Alumunium menurunkan ketersediaan biologik bahasa

Dari amoksisilin.

3. Pemberian bersamaan Allopurinol dapat memudahkan timbulnya Reaksi- Reaksi kulit

alergik.

4. Menurunkan keterjaminan kontrasepsi preparat hormon.

5. Kemungkinan terjadi alergik Silang Sepalosporin Antibiotik.

6. Antibiotik bacteriostatik mengurangi bakterisida amoksisilin bahasa Dari.

7. Inkompabilitas Cairan / larutan dekstrosa

C. 4 Efek samping

Kemungkinan efek samping

      • Mual, muntah

      • Diare

      • Ruam

      • Kehilangan nafsu makan

      • Sakit kepala

      • Sakit perut

      • Reaksi alergi dengan gejala sebagai berikut: ruam, gatal-gatal, gatal, panas dingin, demam,

sesak napas,nyeri otot, pembengkakan wajah atau leher, sesak di tenggorokan, atau batuk.

Ini adalah efek samping yang paling umum, tapi mungkin ada orang lain. Silahkan

melaporkan semua efek samping ke dokter atau perawat.

Amoxicillin bisa diminum baik sebelum maupun setelah makan dan obat ini sangat

jarang ditemukan berinteraksi dengan obat obat yang lain. Amoxicillin juga aman diberikan

untuk ibu hamil dan menyusui walaupun ada beberapa kasus diare yang terjadi pada bayi yang

disusui oleh ibu yang minum Amoxicillin.

Page 19: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Efek samping dari Amoxicillin antara lain : diare, gangguan tidur, rasa terbakar di dada,

mual, gatal, muntah, gelisah, nyeri perut, perdarahan dan reaksi alergi lainnya

C. 5 Kontra indikasi obat

Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau

komponen lain dalam obat.(4)

Page 20: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

BAB III

FARMAKODINAMIK

A. Mekanisme kerja

Amoksisilin mengikat terhadap penisilin - mengikat protein 1A (PBP-1A) terletak di

dalam sel bakteri juga. Penisilin acylate penisilin-transpeptidase domain C-terminal sensitif

dengan membuka cincin laktam. Inaktivasi enzim ini mencegah pembentukan hubungan lintas

dari dua linier peptidoglikan helai, menghambat tahap ketiga dan terakhir dari dinding sel bakteri

sintesis. Lisis sel ini kemudian dimediasi oleh enzim dinding sel bakteri autolytic seperti

autolysis; ada kemungkinan bahwa amoxicllin mengganggu autolysis sebuah inhibitor.

B. Mekanisme Aksi

Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan

penisilin-protein (PBPs – Protein binding penisilin’s), sehingga menyebabkan penghambatan

pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya

biosintesis dinding sel terhambat, dan sel bakteri menjadi (4)

Page 21: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

BAB IV

FARMAKOKINETIK OBAT

A. Pola ADME

Absorbsi cepat dan hampir sempurna, tidak dipengaruhi oleh makanan.

Distribusi secara luas terdistribusi dalam seluruh cairan tubuh serta tulang; penetrasi

lemah kedalam sel mata dan menembus selaput otak; konsentrasi tinggi dalam

urin; mampu menembus placenta; konsentrasi rendah dalam air susu ibu.

Ikatan protein 17-20%

Metabolisme secara parsial melalui hepar.

Bayi lahir sempurna 3,7 jam

Anak 1-2 jam.

Dewasa fungsi ginjal normal 0.7-1,4 jam.

Time peak kapsul 2 jam; suspensi 1 jam

Ekskresi urin (80% bentuk utuh); pada neonates eksresi lebih rendah

Dialysis Moderat diálisis melalui Hemo atau peritonial diálisis: 20-50%

Diálisis melalaui Arteriovenous atau venovenous mampu memfilter 50mg/ liter

amoksisilin

Tabel 8 farmakologi amoksisilin

B.Waktu paruh

Waktu paruh dari amoksisilin adalah sekitar 61,3 menit, bila tidak adanya fungsi ginjal

adalah 7 sampai 10 jam. Waktu paruh dapat lebih lama pada neonatus dan orang tua. Secara

umum, dibutuhkan 5-6 jam untuk amoksisilin untuk meninggalkan sistem.

Page 22: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

C.Bioavailabilty

bioavailabilitas absolut amoksisilin tergantung pada dosis dan rentang antara 75 dan 90%.

Pada kisaran dosis antara 250 mg dan 1000 mg bioavailabilitas (parameter: AUC dan Cmax)

adalah linear sebanding dengan dosis. Pada dosis yang lebih tinggi tingkat absorpsi menurun.

Penyerapan tidak dipengaruhi oleh asupan makanan secara bersamaan. Oral pemberian dosis

tunggal 500 mg amoksisilin hasil dalam konsentrasi plasma dari 6 - 11 mg / l. Setelah pemberian

dosis tunggal 3 g amoksisilin, konsentrasi plasma mencapai 27 mg / l. konsentrasi puncak plasma

yang hadir sekitar 1-2 jam setelah pemberian.

Distribusi:

Protein mengikat untuk amoksisilin adalah sekitar 17% (albumin). Tingkat obat terapeutik

dengan cepat dicapai dalam serum, jaringan paru-paru, sekresi bronkial, telinga cairan tengah,

empedu dan urin. Dalam meningen sehat amoksisilin berdifusi buruk di cairan cerebrospinalis.

Amoksisilin melintasi plasenta dan sebagian kecil diekskresikan ke dalam ASI.

Biotransformasi daneliminasi:

Rute utama ekskresi amoksisilin adalah ginjal. Sekitar 60-80% dari dosis oral diekskresikan

amoksisilin dalam bentuk aktif tidak berubah dalam urin dalam waktu 6 jam dari administrasi,

dan sebagian kecil diekskresikan dalam empedu. Sekitar 7 - 25% dari dosis yang dimetabolisme

menjadi asam penicilloic tidak aktif. Waktu paruh pada pasien dengan fungsi ginjal normal

adalah sekitar 1 - 1,5 jam. Pada pasien dengan stadium akhir gagal ginjal waktu paruh berkisar

antara 5 sampai 20 jam. Substansi adalah haemodialysable.

Pada bayi prematur dengan usia kehamilan 26-33 minggu, pembersihan total tubuh setelah

pemberian dosis intravena amoksisilin, hari ke 3 kehidupan, berkisar antara 0,75-2 ml / menit,

sangat mirip dengan bersihan inulin (GFR) pada populasi ini. Setelah pemberian oral, pola

penyerapan dan ketersediaan hayati amoksisilin pada anak-anak kecil mungkin berbeda dengan

orang dewasa. Akibatnya, karena CL menurun, paparan ini diharapkan akan meningkat pada

kelompok pasien ini, meskipun hal ini peningkatan paparan mungkin sebagian dikurangi dengan

bioavailabilitas menurun bila diberikan secara lisan.(9)

BAB V

Page 23: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

TOKSISITAS

A. Efek samping

Organ Efek

Susunan Saraf PusatHiperaktif, agitasi, ansietas, insomnia,

konfusi, kejang, perubahan perilaku, pening.

KulitAcute exanthematous pustulosis, rash,

erytema multiform, sindrom stevens-

johnson, dermatitis, tixic ephidermal

necrolisis, hypersensitif vasculitis, urticaria.

Gastro IntestinalMual, muntah, diare, hemorrhagic colitis,

pseudomembranous colitis, hilangnya warna

gigi.

HematologiAnemia, anemia hemolitik, trombisitopenia,

trombositopenia purpura, eosinophilia,

leukopenia, agranulositosi.

Hepatic AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat,

cholestatic joundice, hepatic cholestatis,

acute cytolitic hepatitis

Tabel 9 Toksisitas obat

Page 24: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Pernah dilaporkan: Reaksi hipersensitifitas, meliputi reaksi  anaphilaksis dapat mengakibatkan

efek yang fatal (kematian). Penggunaan jangka panjang, kemungkinan dapat mengakibatkan

terjadinya suprainfeksi termasuk Pseudomembranous collitis. Pada pasien gagal ginjal, perla

penyesuaian dosis. Kasus diare merupakan kasus terbanyak jika amoksisilin digunakan sendiri.

Interaksi :

Allupurinol Meningkatkan risiko ruam saat amoxicillin

atau ampicillin diberikan bersama allupurinol

Antibakterial Absorbsi phenoxymetilpenicilin berkurang

oleh neomycin

Antikoagulan INR dapat terganggu dengan pemberian

penisilin spectrum luas seperti ampicillin,

meskipun studi gagal menunjukkan interaksi

dengan coumarin atau phenindione

Citotoksik Penisilin mengurangi pengeluaran metotrexate

(meningkatkan risiko toksisitas)

Probenesid Pengeluaran/ekskresi penisilin dikurangi oleh

probenesid (risiko kecil)

Estrogen Mungkin mengurangi efek kontrasepsi dari

estrogen

Table 10 Interaksi obat

Efek yang tidak di inginkan :

Mual dan muntah, diare, ruam, reaksi hipersensitifitas termasuk urtikaria, angioedema,

anafilaksis, reaksi menyerupai serum sickness anemia hemolitik, nefritis interstitialis; Jarang :

colitis berhubungan dengan antibiotik neutropenia, trombositopenia, gangguan pembekuan

darah, pusing, sakit kepala, kejang (khususnya pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal)

hepatitis, jaundis kolestasis, sindrom steven johnson, nekrolisis epidermal toksisk, dermatitis

Page 25: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

eksfoliatif, vaskulitis (dilaporkan) pewarnaan permukaan gigi dengan penggunaan suspense

phlebitis pada tempat injeksi. (10)

BAB VI

PENYELIDIKAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG LAIN

A. Clinical Trial

Metoda Pemilihan Antibiotika pada Terapi Empiris Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut (ISPBA)

Abstrak

Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut (ISPBA) terutama penumonia masih merupakan

masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini menjadi

penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di Indonesia. Dalam upaya

memperbaiki tingkat dan derajat kesehatan masyarakat keadaan ini perlu segera diperbaiki.

Metoda pemilihan antibiotik pada terapi empiris Saluran Pernapasan Bawah (ISPBA) yang

secara kronologis terdiri dari patogenesis, pendekatan diagnostik dan terapeutik bertujuan

memberikan mengatur tatalaksana terapi empirik pada penderita ISPBA, dengan berdasarkan

pemilihan antibiotika yang paling cocok dan ampuh terhadap kuman yang diperkirakan menjadi

penyebab infeksi.

Penggunaan metoda ini di Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad/RS Hasan Sadikin telah

menunjukkan hasil yang memuaskan. Dengan demikian kiranya akan dapat dijadikan acuan

untuk memilihan antibiotik yang paling tepat dalam usaha mengatasi penyakit penderita ISPBA

menjelang diketahuinya kuman penyebab dari hasil pemeriksaan bakteriologik.Metoda ini

diharapkan dapat menjadi alat yang ampuh dalam penanganan ISPBA pada khususnya,

penanggulangan penyakit infeksi dan peningkatan taraf kesehatan rakyat Indonesia pada

umumnya.

Metode Pemilihan Antibiotik

Pemilihan antibiotik berdasarkan efektifitas obat terhadap kuman, kadar serum dan di

jaringan, efek samping yang kecil, tak ada gangguan lokal, daya tahan tubuh. Faktor penetrasi

Page 26: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

obat bukan masalah pada pneumonia tetapi penting pada ISPBA seperti asbes, bronkiektasis

terinfeksi atau bronkitis kronik.Perlu dipikirkan kemungkinan resistensi dan pola resistensi ini

bervariasi pada berbagai kuman yang berbeda, dan berlainan pada kelompok masyarakat, RS

atau negara yang berlainan. Kepekaan kuman tertentu terhadap berbagai antibiotika perlu

diketahui. Keputusan pemilihan antibiotik ditentukan oleh diagnosis klinik bentuk pneumonia

yang dijumpai dan perkiraan kuman yang paling mungkin menjadi penyebab.

Kedua pengobatan oxacillin/ceftriaxone dan amoksisilin / asam klavulanat efektif dalam

mengobati CAP yang sangat parah dalam 2 bulan sampai 5 tahun yang dirawat di rumah sakit

anak-anak. Hasil dari analisis hanya antibiotik amoksisilin / asam klavulanat yang banyak

dipilih, pengobatannya diperlukan untuk perbaikan takipnea

Pada penderita yang asalnya sehat dan gambaran kliniknya suggestif disebabkan oleh tipe

kuman tertentu, dapat dipertanggung jawabkan pemberiann antibiotik tunggal yang paling cocok

dan hanya meluaskan cakupan antibiotik bila kemajuan pengobatan tidak memuaskan. Tetapi

pada penderita yang mengalami infeksi lebih berat atau mungkin disebabkan oleh berbagai

kuman penyebab dianjurkan pemberian regimen antibiotik yang dapat mencakup semua kuman

yang mungkin menjadi penyebab; misalnya pemberian antibiotik yang mencakup berbagai

kuman penyebab pada CAP tingkat sedang/berat. Perlu pula diingat pentingnya drainage sputum

.misalnya pada bronkiektasis terinfeksi atau PPOM.

KESIMPULAN

Metoda pemilihan antibiotik pada terapi empriis Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut

(ISPBA) merupakan metoda yang dapat digunakan dalam upaya memberikan pengobatan yang

tepat pada ISPBA ataupun pneumonia secara empiris. (7)

B. Case history

Pola pengobatan infeksi saluran pernapasan (Pneumonia) akut anak usia bawah lima

tahun (balita) rawat jalan di Puskesmas I Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara tahun

2004.

Djoko Wahyono, Indri Hapsari dan Ika Wahyu Budi Astuti

Page 27: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

1) Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

2) Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Abstrak

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan utama.

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA oleh pemarintah dimaksudkan untuk

penanggulangan pneumonia pada balita. Angka kematian balita karena pneumonia di Indonesia

masih cukup tinggi, yaitu 6 kasus per 1000 balita pada tahun 2000. Penelitian ini dimaksudkan

untuk mengetahui pola pengobatan infeksi saluran pernafasan akut pasien balita di Puskesmas I

Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara. Data diperoleh secara retrospektif terhadap kartu

rekam medik seluruh pasien infeksi saluran pernafasan akut balita di Puskesmas tersebut selama

tahun 2004. Analisa dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif non analitik, kemudian

dibandingkan dengan standar penatalaksanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 120

kasus yang terjadi pada balita usia 0 – 59 bulan, seluruhnya terdiagnosa sebagai penderita infeksi

saluran pernafasan akut pneumonia, terdiri dari 55,8% anak laki-laki dan 44,2% anak

perempuan. Antimikroba yang digunakan adalah dalam bentuk tunggal, yakni kotrimoksasol

sebanyak 86,7%, dan amoksisilin sebanyak 13,3%. Sebagian besar (91,7%) dalam bentuk

sediaan sirup dan sisanya tablet (8,3%) yang disajikan dalam bentuk serbuk terbagi. Penggunaan

antimikroba tersebut sudah sesuai dengan standar penatalaksanaan menurut Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Kata kunci: infeksi saluran pernafasan akut (ispa), balita, antimokroba, Puskesmas I Purwareja

Klampok Banjarnegara(11)

C.Eksperimen eksperimen lain

1.Studi sampel

Ini adalah prospektif acak studi klinis dari 2 bulan sampai 5 tahun anak-anak dirawat di

bangsal anak São Paulo State University Hospital ("University Hospital") di Botucatu, São

Paulo, Brasil, antara April 2007 dan Mei 2008 dengan CAP yang sangat parah, didiagnosis

Page 28: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

menurut kriteria WHO CARI Program. Menurut untuk kriteria ini, CAP didefinisikan sebagai

parah radang paru parenkim, mempengaruhi ruang alveolar dan interstisial jaringan, yang

disebabkan oleh infeksi masyarakat agen, terkait dengan tanda dan gejala pneumonia, disertai

oleh paru menyusup di dada X-ray atau auskultasi paru kompatibel dengan pneumonia (kenaikan

atau pengurangan murmur vesikuler), pada pasien rawat jalan atau pasien yang telah lebih dari

14 hari sebelum onset gejala . CAP dianggap parah ketika takipnea (napas frekuensi ≥ 60 mpm

untuk anak yang di bawah 2 bulan, ≥ 50 mpm untuk anak 2-bulan sampai 1 tahun, dan ≥ 40

mpm pada mereka antara 1 dan 5 tahun) didampingi oleh retraksi subkostal, lubang hidung

melebar, atau mendengus. Keadaan penyakit seperti ini dianggap sangat parah ketika klinis

gambaran yang dijelaskan di atas dikaitkan dengan satu atau lebih dari tanda-tanda berikut atau

gejala: kejang, mengantuk, ekspirasi mengi saat tidur, parah gizi buruk, ketidakmampuan untuk

memberi makan, atau pusat sianosis. Hasil dianalisis adalah:

waktu untuk perbaikan klinis (demam dan takipnea),

waktu pada saat oksigenasi,

panjang terapi pada saat tinggal di rumah sakit,

perlu memperluas spektrum antimikroba, dan

komplikasi.

Studi ini disetujui oleh Rumah Sakit kelembagaan penelitian komite etik, dan persetujuan

tertulis diperoleh dari orang tua masing-masing pasien atau wali sebelum dimasukkan dalam

studi. Bentuk A selesai untuk setiap pasien dan termasuk data tentang identitas, jenis kelamin,

tanggal penerimaan, komorbiditas, diagnosis saat masuk rumah sakit, durasi penyakit.

Diperkirakan University Hospital melayani 1,5 juta orang dari 68 kota dan daerah. Rumah sakit

ini memiliki 415 tempat tidur, dengan 52 dalam perawatan intensif. Para anak bangsal memiliki

80 tempat tidur. Pasien dikeluarkan dari penelitian jika mereka:

1. memiliki immunodeficiency (primer atau sekunder) atau insufisiensi ginjal (akut atau

kronis),

2. dirujuk kerumah sakit sementara sudah menerima usulanantibiotik, atau

3. adalah alergi terhadap diusulkan perawatan. randomisasi

2. Randomisasi

Page 29: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

Pasien secara acak ditugaskan untuk membentuk dua kelompok yang berbeda menurut

jenis pengobatan: kelompok oksasilin / ceftriaxone (OCG) dan amoksisilin / klavulanat asam

kelompok (ACG). Sebuah komputer acak urutan generator (Penelitian Randomizer versi 3.0,

www.randomizer.Org). Digunakan untuk menetapkan pasien ke dua kelompok tersebut. Urutan

ditempatkan dalam amplop buram, sehingga tidak mungkin untuk memprediksi kelompok pasien

mana yang akan dialokasikan. Dokterterlibat dalam penilaian untuk pengobatan. Pengobatan

Antibiotik dan skema waktu: Pasien OCG mendapat infus(IV) oksasilin (Staficilin ®) pada dosis

200 mg / kg /hari tiap 6 jam selama 10 hari dan ceftriaxoneIV (Rocefin ®) pada 100 mg / kg /

hari setiap 12 jam selama 10 hari (12). ACG pasien menerima amoksisilin / klavulanat asam IV

(Clavulin ®) pada 100 mg / kg / hari setiap 8 jam pada awalnya amoksisilin dasar pengobatan

(27, 28). Jika ada klinis, perbaikan setelah 48 jam, yang didefinisikan sebagai takipnea

ditingkatkan dengan turun paling sedikit 20% pada awal pernapasan, frekuensi, dan demam

remisi, ACG pasien diubah dengan memberi antibiotik yang sama dengan rute oral (OR) pada

50 mg / kg / hari (Dibagi menjadi tiga dosis) sampai 10 hari pengobatan selesai (29, 30). jika

perbaikan gejala klinis dipertahankan untuk 24 jam berikutnya.

Antibiotik OCG diberikan secara parenteral seluruh rute pengobatan. Setiap kebutuhan

untuk mengubah antibiotik awal pengobatan dievaluasi pada individu dasar, menurut gejala

klinis, laboratorium, dan data radiologi. Antibiotik diberikan sesuai rumah sakit anak bangsal

keperawatan standar dan resep dokter. Pengobatan oksigen ditentukan menurut kriteria

internasional berikut: Pasien dengan pneumonia sangat parah dengan pusat sianosis,

ketidakmampuan untuk makan, subkostal retraksi, frekuensi pernapasan > 70 mpm, mengi , atau

SaO2 <92%, diukur dengan saturometer Dixtal BioMedica Industria e Comercio Ltda, Manaus,

Brasil)., Menerima oksigen dengan kateter nasal pada 3 L / menit, menyediakan fraksi

terinspirasi oksigen (FiO2) dari 28% -35%, atau dengan masker wajah menyediakan 35% -50%

FiO2. Jika ada perbaikan, pasien memakai masker dengan reservoir (FiO2 = 100%) sampai

stabilisasi (Penurunan tingkat pernapasan dan subkostal retraksi, dan meningkatkan SaO2).

Oksigen pengobatan dipertahankan sampai pasien menunjukkan perbaikan gejala klinis.

Page 30: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

BAB VII

DISKUSI

A. Analisis

Dari hasil penelitian diatas menyebutkan bahwa penmonia merupakan penyakit utama

Infeksi saluran nafas akut di Indonesia dan untuk menggulangi itu pemerintah dalam hal ini

adalah departemen kesehatan RI membuat sebuah procedure penatalaksanaan terapi di

puskesmas yakni dengan menggunakan pemberian antibiotic amoksisilin dan clotrimoxazole

atau bisa campuran keduanya dan penelitian yang dilakukan diatas yang dilakukan di

puskesmas purwareja I,Klampok,Banjarnegara,pengambilan data yang dilakukan adalah

dengan cara retrospektif studi yakni dengan mengumpulkan data dari periode januari -

Desember 2004. Dan dari penelitian diatas didapatkan bahwa penganan pneumonia di

puskesmas tersebut sudah sesuai dengan system procedural yang ditetapkan pemerintah.

Page 31: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

BAB VIII

RINGKASAN

A.Ringkasan

Amoksisilin merupakan antibiotic dengan spectrum yang luas dan merupakan obat

yang merupakan terapi pilihan untuk pneumonia.Amoksisilin dapat mengatasi bakteri gram

negatif seperti Haemophilus influenza dan juga dapat mengatasi bakteri gram psotif seperti

streptococcus pnemonie. Dan berdasarkan hasil penelitian yang didapat juga

mengindikasikan bahwa amoksisilin yang merupakan anggota antibiotic beta laktam

merupakan obat yang direkomendasikan oleh who untuk pengobatan CAP(Comunnity

acquired pneumonia)dan juga direkemendasikan oleh departemen kesehatan sebagai obat

terapi pneumonia

A.2 Saran-saran

Pemberian antibiotic amoksisilin merupakan obat terapi yang direkomendasikan

banyak WHO dan Departemen kesehatan RI,namun

Page 32: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

BAB IX

Summary (Conclusion)

Amoxcicillin is a large spectrum antibiotic and it’s one of the drug of choice of

pneumonia.And based on the research said that amoxicillin is one of the recommended drug

by WHO and also Health Departement of Indonesia.But one of the reseach that held by

Sanglah Hospital try to see are there any differences giving monotherapy and dual therapy

for pneumonia and the result is there are’t specifics results that proved giving dual therapy is

more effective that monotherapi.Based on the data the conclusion in these paper is

amoxsisilin giving good result for patien that get pneumonia

Page 33: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

BAB X

DAFTAR PUSTAKA

1. Gan Gunawan,Sulistiana.Setiabudi ,Rianto.Nafriadi.Elysabeth:FARMAKOLOGI

DAN THERAPI.ed 5.jakarta.2011

2. Anonym.amoksisilin.Universitas sumatera utara

3. Pnemonia symptom treatment and vaccine available

from:http/www.medicinet/pnemonia,accesed at 30 april 201 2

4. farmakologi umum amoksisilin.available from :from http/ translate.google.com/translate?hl=en&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F

%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F18820%2F4%2FChapter

%2520II.pdf

5. Shah PB, Gludice JC, Griesback R, Morley TF, Vasoya A. The newer guidelines for

the management of community-acquired pneumonia. JAOA 2004;104(12):5510-26.

6. Mirjam CC. Procalcitonin guidance of antibiotic therapy in community acquired

pneumonia. Am J Respir Crit Care Med 2006;174:84-93.

7. Zul Dahlan, Soeria Soemantri E. Subunit Pulmonologi Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin, Bandung http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=penelitian%20antibiotik%20amoxicillin%20untuk%20pneumonia&source=web&cd=23&ved=0CCkQFjACOBQ&url=http%3A%2F%2Fwww.kalbe.co.id%2Ffiles%2Fcdk%2Ffiles%2F11_MetodePemilihanAntibiotika.pdf%2F11_MetodePemilihanAntibiotika.pdf&ei=P5eaT_WHHdTViAL-qDUDg&usg=AFQjCNH8wJ8L7FhAPaEEVpyHwefB2YiY0Q&cad=rjaaccesed at 3 April 2012

8. Weiss K, Tillotson GS. The controversy of combination vs monotherapy in the traeatment hospitaized community-aquired pneumonia. CHEST 2005;128:940-6

Page 34: Amoxicillin sebagai terapi Pneumonia

9. anonymous.Farmakodinamik dan farmakokinetik.available at http://www.scribd.com/doc/58524335/8/Farmakokinetik-dan-Dinamik-Amoksisilin,accesed at 30 april 201 2

10. anonymous.toksisitas amoksisilin.availble at http://apps.who.int/emlib/Medicines.aspx?Language=ENBritish National Formulary

ed.57 M arch 2009.accesed at 1 May 2012 11. Wahyono,djoko.Hapsari,indra.dkk.Pola pengobatan infeksi saluran pernapasan

(Pneumonia) akut anak usia bawah lima tahun (balita) rawat jalan di Puskesmas I Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara tahun 2004.available at http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/3._Pak_djoko.pdf .accesed at 1 May 2012