Aminofilin, Ginekomastia, Diagnosis Banding
-
Upload
belladinarti -
Category
Documents
-
view
53 -
download
1
description
Transcript of Aminofilin, Ginekomastia, Diagnosis Banding
1. AMINOFILIN
AMINOFILIN
Aminofilin adalah jenis teofilin yang berikatan dengan suatu substantial kimia (etilendiamin)
yang membuatnya menjadi lebih larut dengan air. Aminofilin adalah jenis teofilin yang
diberikan dalam bentuk injeksin namun sangat perih dan iritasi jika diberikan melalui
suntikan intramuskular.
Sifat Fisikokimia :
Serbuk berwarna putih atau sedikit kekuningan. Bersifat anhydrous atau tidak mengandung
lebih dari 2 molekul air. Aminofilin mengandung tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih
dari 87.4% teofilin anhydrous, serta mengandung 13.5% sampai 15% anhydrous
ethylenediamine. Larut dalam air (larutan menjadi keruh akibat pengaruh karbon dioksida),
tidak larut dalam dehydrated alkohol. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
cahaya.
Nama Dagang :
- Amicain
- Aminophyllinum
Indikasi
Asma dan penyakit paru obstruksi kronis.
Cara pemberian
1. Oral : dapat digunakan bersama dengan makanan maupun tidak
2. Intravenous:
* Dapat diberikan dengan injeksi lambat IV bolus atau dapat diberikan dengan infus
* Jangan dicampur dengan obat lain didalam syringe
* Hindari penggunaan obat-obat yang tidak stabil dalam suasana asam bersamaan
dengan aminofilin
* Jangan digunakan jika terdapat kristal yang terpisah dari larutan
Dosis :
Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin.
Injeksi IV pelan : 250-500mg (5 mg/kg) (diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring
ketat, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat
Dewasa : Asma akut berat : IV infus 500 mcg/kg/jam (dengan monitoring ketat) disesuaikan
dengan konsentrasi plasma Teofilin.
Anak-anak : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin.
Injeksi IV pelan : 5 mg/kg (diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat,
selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat.
Anak-anak : Asma akut berat: IV infus: anak usia 6 bulan - 9 tahun 1mg/kg/jam anak usia 10
- 16 tahun 800 mcg/kg/jam disesuaikan dengan konsentrasi teofilin dalam plasma.
Farmakologi
Absorpsi : Oral, tablet: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar puncak 10 mcg/mL
(range 5-15 mcg/mL) adalah 1-2 jam setelah pemberian dosis 5mg/kg pada dewasa. Adanya
makanan tidak mempengaruhi absorpsi.
Distribusi : Protein binding: 40%, khususnya dengan albumin.
Metabolisme : Hepatik; isoenzyme P450 CYP1A2, CYP2E1, CYP3A3; pasien lebih dari 1
tahun, 90% metabolisme terjadi di hati. Metabolit aktif: 3-methylxanthine; caffeine (tidak
ditemukan pada pasien dewasa, diduga dapat terakumulasi pada neonatus dan dapat
menyebabkan efek farmakologi).
Ekskresi : Pada ginjal
Stabilitas Penyimpanan
Sediaan oral: Tablet harus di simpan pada suhu ruang 20°C-25°C, terlindung cahaya dan
lembab. Sediaan parenteral: Simpan pada suhu 15°C-30°C, terlindung dari cahaya. Simpan
dalam kardus sampai pada waktu ingin digunakan. Aminofilin merupakan larutan yang stabil
pada suhu ruangan. Pada pH 3.5-8.6, stabilitas dalam suhu kamar pada konsentrasi tidak
kurang dari 40 mg/mL dapat dijaga hingga 48 jam. Stabilitas Aminofilin dalam plastic
syringes ± 5 jam. Aminofilin bersifat basa (pH sekitar 8.8) sehingga memiliki kecenderungan
untuk meluluhkan plastik dan karet, oleh karena itu tidak direkomendasikan penyimpanan
dalam plastic syringes dalam waktu lama.Larutan tidak boleh digunakan bila terjadi
perubahan warna atau bila terbentuk kristal.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiamine.
Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi : Saluran cerna : diare, mual dan muntah; Neurologi :
pusing, sakit kepala, insomnia, dan tremor; Renal : diuresis;
Efek samping serius : Cardiovascular : Atrial fibrilasi, Bradiaritmia apabila administrasi
terlalu cepat dapat menyebabkan Cardiac arrest, Takiaritmia Dermatologic : Erythroderma;
Gastrointestinal : Necrotizing enterocolitis in fetus OR newborn; Immunologic : Immune
hypersensitivity reaction; Neurologic : perdarahan pada intracranial, kejang.
Interaksi Dengan Obat Lain :
Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar Teofilin: Propanolol, Allopurinol (>600mg/day),
Erythromycin, Cimetidin, Troleandomycin, Ciprofloxacin (golongan Quinolon yang lain),
kontrasepsi oral, Beta-Blocker, Calcium Channel Blocker, Kortikosteroid, Disulfiram,
Efedrin, Vaksin Influenza, Interferon, Makrolida, Mexiletine, Thiabendazole, Hormon
Thyroid, Carbamazepine, Isoniazid, Loop diuretics. Obat lain yang dapat menghambat
Cytochrome P450 1A2, seperti: Amiodaron, Fluxosamine, Ketoconazole, Antibiotik
Quinolon).
Obat-obat yang dapat menurunkan kadar Teofilin: Phenytoin, obat-obat yang dapat
menginduksi CYP 1A2 (seperti: Aminoglutethimide, Phenobarbital, Carbamazepine,
Rifampin), Ritonavir, IV Isoproterenol, Barbiturate, Hydantoin, Ketoconazole,
Sulfinpyrazone, Isoniazid, Loop Diuretic, Sympathomimetics.
Dengan Makanan : Hindari konsumsi Caffein yang berlebihan. Hindari diet protein dan
karbohidrat yang berlebihan. Batasi konsumsi charcoal-broiled foods.
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Termasuk dalam kategori C. Teofilin dapat melewati plasenta, efek
obat yang tidak dikehendaki dapat terlihat pada bayi yang baru lahir. Metabolisme Teofilin
dapat mengalami perubahan selama kehamilan sehingga perlu dilakukan pemantauan kadar
Teofilin dalam darah.
- Terhadap Ibu Menyusui : Tereksresi pada air susu. American Academy of Pediatrics
menyatakan "compatible with breastfeeding". Pengaruh terhadap bayi kecil.
- Terhadap Anak-anak : Neonatus (term and premature), anak - anak dibawah satu tahun
mengalami penurunan clearance; risiko terjadinya "fatal theophylline toxicity" meningkat.
- Terhadap Hasil Laboratorium : Teofilin menyebabkan reaksi positif palsu terhadap
peningkatan kadar asam urat apabila diukur dengan menggunakan metode Bittner atau
Colorimetric tetapi tidak demikian halnya apabila diukur dengan menggunakan metode
Uricase. Penelitian in vitro yang telah dilakukan dengan metode pengukuran menggunakan
spektrofotometri menunjukkan peningkatan palsu kadar teofilin dalam darah akibat pengaruh
penggunaan furosemide, sulfathiazole, fenilbutazon, probenesid, theobromin, kafein, coklat,
dan asetaminofen. Tidak demikian halnya apabila metode pengukuran yang digunakan adalah
HPLC.
Bentuk Sediaan
Tablet 225 mg, Ampul 10ml Tablet 225 mg, 350 mg.
Injeksi : 25 mg/ml, dalam 10 ml.
Mekanisme Aksi
Teofilin, sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara
relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of
airway stimuli). Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek
bronkodilasi disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase
(PDE III) dan PDE IV. Sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas
molekular yang lain. Teofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara
peningkatan uptake Ca melalui Adenosin-mediated Chanels.
Monitoring Penggunaan Obat
1.Perbaikan pada gejala asma,
2.Tes fungsi paru,
3.Rentang terapeutik teofilin adalah 10 sampai 20 mcg/mL,
4.Serum teofilin (ambil sampel darah pada waktu kadar puncak yang diharapkan); setelah
awal pemberian terapi, sebelum dosis ditingkatkan, jika tanda terjadinya toksisitas Teofilin
muncul,atau dengan terjadinya perubahan status penyakit atau terapi obat.
2. Ginekomastia
Definisi : Ginekomastia merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu gyvec yang
berarti perempuan dan mastos yang berarti payudara, yang dapat diartikansebagai payudara
seperti perempuan. Ginekomastia berhubungan dengan beberapakondisi yang menyebabkan
pembesaran abnormal dari jaringan payudara pada pria.Ginekomastia merupakan pembesaran
jinak payudara laki-laki yang diakibatkan proliferasi komponen kelenjar. Ginekomastia
biasanya ditemukan secarakebetulan saat pemeriksaan kesehatan rutin atau dapat dalam
bentuk benjolan yangterletak dibawah regio areola baik unilateral maupun bilateral yang
nyeri saat ditekan,atau pembesaran payudara yang progresif yang tidak menimbulkan rasa
sakit
G inekomastia dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya. Ginekomastiaidiopatik terjadi
sekitar 75% dari kasus. Keadaan fisiologis terjadi pada bayi barulahir dan usia dewasa saat
memasuki pubertas. Pada bayi baru lahir, jaringan payudara yang membesar berasal dari
interaksi estrogen ibu melalui transplasenta.Ginekomastia pada orang dewasa sering
ditemukan saat puberitas dan sering bersifat bilateral. Ginekomastia pada masa remaja terjadi
pada 2/3 remaja. Dan bertahansampai beberapa bulan. Jika ginekomastia selama masa puber
ini menetap makadisebut ginekomastia esensial.
Kondisi patologik diakibatkan oleh defisiensi testosteron, peningkatan produksi estrogen atau
peningkatan konversi androgen ke estrogen. Kondisi patologik juga didapatkan pada
anorchia kengenital, klinefelter sindrom, karsinoma adrenal,kelainan hati dan malnutrisi.
Penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan ginekomastia. Obat-obat penyebab
ginekomastia dapat dikategorikan berdasarkan mekanisme kerjanya. Tipe pertama adalah
yang bekerja seperti estrogen, seperti diethylstilbestrol, digitalis, dan juga kosmetik yang
mengandung estrogen. Tipe kedua adalah obat-obat yangmeningkatkan pembentukan
estrogen endogen, seperti gonadotropin.Tipe ketiga adalah obat yang menghambat sintesis
dan kerja testosteron, sepertiketokonazole,metronidazole, dan cimetidine. Tipe terakhir
adalah obat yang tidak diketahui mekanismenya seperti captopril, antidepresan trisiklik,
diazepam danheroin.
Pathogenesis
Jaringan payudara pada kedua jenis kelamin pria dan wanita secrahistologi sama saat lahir
dan cenderung untuk pasif selama masa anak-anak sampai pada saat puberitas. Pada
kebanyakan pria, proliferasi sementara duktus dan jaringanmesenkim sekitar terjadi saat masa
pematangan seksual, yang kemudian diikutiinvolusi dan atrofi duktus. Sebaliknya, duktus
payudara dan jaringan periduktal padawanita terus membesar dan membentuk terminal acini,
yang memerlukan estrogen dan progesteron
Karena stimulasi estrogen terhadap jaringan payudara dilawan dengan efek androgen,
ginekomastia dipertimbangkan sejak dulu akibat ketidakseimbangan antar hormone tersebut.
Masa transisi dari prepuber ke
post puber diikuti oleh peningkatan 30kali lipat hormon testosteron dan 3 kali lipat hormon
estrogen. Ketidakseimbanganrelatif antara level estrogen dan androgen menghasilkan
ginekomastia. Perubahan rasioestrogen dan androgen ditemukan pada pasien ginekomastia
yang berhubungan denganobat-obatan, neoplasma adrenal dan testis, sindrom Klinefelter,
tirotoksikosis, sirosis,hipogonadisme, malnutrisi, dan penuaan.
Estradiol adalah hormon pertumbuhan pada payudara, yang dapatmeningkatkan proliferasi
jaringan payudara. Sebagian estradiol pada pria didapat darikonversi testosteron dan adrenal
estrone. Mekanisme dasar ginekomastia adalah penurunan produksi androgen, peningkatan
produksi estrogen dan peningkatanavailabilitas prekursor estrogen untuk konversi estradiol.
1. Peningkatan konsentrasi estrogen serum
Normalnya testis pria dewasa menghasilkan 15 persen estradiol dan kurang dari5 persen
estron dalam sirkulasi. Dan 85 persen estradiol dan lebih dari 95 persen estrondiproduksi di
jaringan ekstragonad melalui aromatisasi prekusor. Prekusor utama dariestradiol adalah
testosterone, 95% dihasilkan oleh testis. Androstenedion, androgen yangdisekresikan oleh
kelenjar adrenal, menjadi prekursor pada pembentukan estron. Tempatekstragrandular yang
penting terhadap aromatisasi adalah jaringan adipose, hati, danotot. Derajat intervensi
substasial antara estron dan estradiol terjadi melalui reduktaseenzim 17-kortikosteroid, yang
juga mengkatalis konversi andostenedion ke testosteron.
Peningkatan patologis dari konsentrasi estrogen dalam serum ditemukan pada beberapa
keadaan. Tumor sel Leydig dan neoplasma adrenokortikal feminis mensintesisdan
menghasilkan jumlah estrogen yang meningkat. Aromatisasi prekusor estrogen
yangmeningkat terjadi pada sel sertoli atau tumor seksual testis, tumor sel-germ testis
terdiridari jaringan tropoblastik, beberapa kanker nontropoblastik, dan pada pasien
obesitas, penyakit hati, hipertiodisme, feminisasi testicular, atau pada sindrom Klinefelter,
priayang mengkonsumsi spironolakton. Peningkatan aromatisasi juga ditemukan
ditemukan pada penuaan, yang menggambarkan peningkatan lemak tubuh. Peningkatan
idiopatik pada aromatisasi ekstraglandular, biasanya berhubungan dengan aromatase janin
yangmengakibatkan produksi estrogen perifer yang masif.
Meskipun globulin pengikat hormone seksual sama-sam mengikat estrogen danandrogen,
afinitas pengikatan terhadap androgen lebih besar daripada estrogen.Kemudian, obat-obatan
seperti spironolakton dan ketokonazol, yang dapat memecahikatan steroid dengan globulin,
memecah estrogen lebih mudah daripada endrogen padakonsentrasi yang rendah. Situasi lain
dimana level sirkulasi estrogen bebas dapatmeningkat antara lain metabolism estrogen yang
menurun, sebuah mekanisme yangmenyebabkan ginekomastia pada pasien dengan sirosis.
Hal ini tidak sepenuhnya benar karena laju klearens metabolic dari estrogen normal pada
pasien sirosis. Konsumsiestrogen baik sengaja maupun sebagai obat, juga dapat memicu
peningkatan darikonsentrasi estrogen total dan bebas dan menimbulkan ginekomastia pada
beberapa pasien. Aktivasi dari reseptor estrogen pada jaringan payudara dapat terjadi
padakonsumsi obat yang memiliki struktur yang sama dengan esterogen seperti digoksin.
2. Penurunan konsentrasi androgen serum
Peningkatan rasio estrogen-androgen akan ditemukan pada pasien dengan levelestrogen yang
normal atau meningkat tapi mengalami penurunan konsentrasi androgen.Penurunan sekresi
androgen biasanya ditemukan pada pria tua sebagai akibat dari proses penuaan, pasien
dengan hipogonadisme primer atau sekunder, pasien dengankekurangan enzim testikuler,
atau pada konsumsi obat seperti spironolakton danketokonazol yang menginhibisi biosintesis
testosterone. Penurunan sekresi jugaditemukan pada keadaan hiperesterogenik, baik pada
supresi hormone LH hipofisis yangdiinduksi estrogen, yang menghasilkan supresi sekresi
hormone testosterone, maupun pada inhibisi aktivitas enzim sitokrom P-450c 17 di testis
yang diiduksi estrogen yangdibutuhkan pada biosintesis testosterone. Efek yang sama terlihat
pada stimulasi LH pada sel interstisial testis yang terjadi pada hipogonadisme primer,
gonadotropinkorionik yang dihasilkan oleh tumor germ-sel testikuler dan ekstragonad dan
pada beberapa neoplasma nontropoblastik, seperti tumor paru-paru, abdomen, hati, atauginjal.
Level gonadotropin serum yang tinggi menstimulasi aktivitas aromatase selinterstisial dan
peningkatan sekresi estradiol yang kemudian menginhibisi aktivitas enzim sitokrom P-450c
17. Level testosterone serum juga dapat turun sebagai akibat peningkatan aromatase
testosterone ke estradiol pada beberapa kondisi berhubungandengan ginekomastia atau
peningkatan klirens dari sirkulasi melalui aktivitas reduktasecincin reduktase-A testosterone
hepatic sebagai akibat konsumsi alcohol. Karenaandrogen terikat erat dengan globulin
pengikatan hormon seks, maka kondisi-kondisiyang meningkatkan level dari protein ini dapat
mengakibatkan konsentrasi androgen bebas rendah, terutama jika kondisi tersebut juga
menurunkan produksi androgen.
3. Masalah reseptor androgen
Defek pada struktur dan fungsi dari reseptor androgen, yang ada pada pasiendengan sindrom
insensitivitas androgen komplit atau parsial, atau pelepasan androgendari reseptor androgen
payudara oleh obat seperti spironolakton, cyproterone asetat,flutamide, atau cimetidine
mengakibatkan efek yang tidak diinginkan pada jaringan payudara
4. Hipersensitivitas pada jaringan payudara
Ginekomastia terjadi jika jaringan payudara pada pria memiliki sensitivitas yangmeningkat
pada estrogen. Meskipun, peningkatan aktivitas aromatase ditemukan pada pasien
ginekomastia. Aromatase androgen ke estrogen dalam jaringan payudaramerupakan
penyebab dari ginekomastia idiopatik. Ginekomastia yang terjadi padaneonatus biasanya
diikuti pada masa pubertas yang mendukung bahwa jaringanglanduler payudara lebih sensitif
terhadap stimulasi estrogen pada beberapa priadibandingkan pria lainnya.
Hormon utama pada laki-laki adalah testosteron, yang dihasilkan testis . Padawanita hormon
utama adalah estrogen, yang dikeluarkan oleh ovarium. Keduahormon tersebut masing-
masing diproduksi oleh kedua kelenjar. Estrogen jugadiproduksi di testis dan sejumlah
testosteron juga diproduksi di ovarium.Ginekomastia terjadi karena ketidakseimbangan
antara estrogen (yang menstimuli jaringan payudara) dan androgen (yang menghambat
stimulus).
DIAGNOSIS
Langkah pertama dalam evaluasi klinik adalah menetapkan bahwa benjolanini adalah
ginekomastia. Keadaan yang paling sulit dibedakan dengan ginekomastiaadalah pembesaran
jaringan lemak subareolar payudara tanpa proliferasi kelenjar (psuedoginekomastia).
Pasien dengan pseudoginekomastia memiliki badan obesitas menyeluruh dantidak
mengeluhkan nyeri. Dan sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan payudara.
Pemeriksaan yang baik dengan meletakkan tangan pasien dibelakangkepala sambil pasien
baring. Pemeriksa meletakkan ibu jari pada sisi yang satu dan jari kedua diletakkan pada sisi
lain lalu memeriksa dengan seksama. Pada pasienginekomastia akan didapatkan benjolan
yang kenyal dan berbatas tegas dan berada ditengah dan puting susu serta mudah dipalpasi.
Sedangkan pada pseudoginekomastiatidak ada hambatan saat kedua jari dipertemukan.
Biasanya ginekomastia terjadi asimetrik. Ginekomastia unilateral biasanyamenandakan
adanya pertumbuhan ginekomastia bilateral. Meskipun kelainan sepertineurofibroma,
limpangioma, hematoma, lipoma, dan kistra dermoid dapatmengakibatkan pembesaran
unilateral, namun yang paling harus dibedakan ialahdengan karsinoma payudara yang terjadi
pada pria kurang dari 1%. Kanker payudara pada pria biasanya massanya unilateral, keras,
terfiksasi pada jaringan dibawahnya,adanya dimpling, retraksi atau crusting puting susu,
keluarnya cairan dari puting susu,atau adanya limfadenopati aksilla.
Setelah diagnosis ginekomastia dapat dibuat, beberapa etiologi lain dapatdiketahui melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan rasa sakit pada payudara.
Riwayat penggunaan obat-obatan dan juga riwayat kelainan hati danginjal menjadi hal
penting dalam menetapkan etiologi. Riwayat penurunan berat badan, takikardi, gemetar,
diaporesis, dan hiperdefekasi dapat membantu ke arahhipertirod. Pada pemeriksaan fisis
dilakukan palpasi pada payudara untuk membedakandengan pembesaran akibat jaringan
lemak. Pemeriksaan palpasi pada testis juga perludilakukan untuk menilai apakah ada rasa
sakit atau tidak. Gejala-gejala danhipogonadisme juga perlu di periksa, seperti penurunan
libido, impotensi, penurunankekuatan, dan juga atrofi testis. Pemeriksaan yang teliti terutama
untuk massa di abdomen,dapat membantu dalam menemulcan kanker adrenocortical.
Mammografi atau FNA sangat membantu dalam membedakan kanker atauginekomastia,
meskipun biopsy bedah harus dilakukan jika kedua prosedur sebelumnyatidak menunjukkan
adanya proses keganasan.. Pada pasien dengan kemungkinanneoplasma testikular dapat
dilakukan USG testis.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan kadar serumhormon-hormon
tertentu untuk dapat menentukan etiologi, seperti pemeriksaangonadotropin korionik serum
(hCG), testosterone, estradiol dan LH. Algoritma pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
Penatalaksanaan
Penanganan ginekomastia dilakukan berdasarkan penyebabnya. Secara umum tidak ada
pengobatan bagi ginekomastia fisiologis. Tujuan utama pengobatan adalah untuk mengurangi
kesakitan dan menghindari komplikasi. Penanganan ginekomastia meliputi tigahal yaitu
observasi, medikamentosa dan operasi.
1. Observasi
Observasi dilakukan pada pasien-pasien yang mendapatkan terapi obat-obatan yang bias
menyebabkan ginekomastia. Penggunaan obat-obatan tersebut dihentikan dan
pasiendievaluasi setelah 1 bulan. Jika ginekomastia terjadi akibat obat-obatan, maka
penghentiankonsumsi obat-obatan tersebut akan menyebabkan berkurangnya rasa sakit pada
payudara.Penggantian obat yang menyebabkan ginekomastia dengan obat lainnya dapat
dilakukan.
Sebagai contoh, ketika hendak memberikan obat calcium channel blocker pada orangtua,
penggunaan nifedipine lebih berpotensi timbulnya ginekomastia, dibandingkan dengan
verapamil dan juga diltiazem. Keadaan yang sama juga terjadi pada penggunaan histamin
reseptor atau parietal cell proton-pump. Penggunaan obatcimetidine lebih memiliki resiko
dibandingkan ranitide dan juga omeprazole.
Observasi juga dapat dilakukan pada keadaan fisiologis, termasuk pasien usia puberitasdan
memiliki pemeriksaan fisik dan testis yang normal. Pasien tersebut dievaluasi selam6 bulan
1. Medikamentosa
Identifikasi kelainan penyebab ginekomastia dapat membantu meringankan pembesaran
payudara. Obat-obat yang dapat digunakan sebagai berikut:
a) clomiphene (anti estrogen) dapat diberikan dengan dosis 50-100 mg setiap hariselama 6
bulan. Efek samping obat ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan, muntah dan bintik
merah.
b) Tamoxifen (antagonis estrogen) dapat diberikan dengan dosis 10-20 mg dua kalisehari
selama 3 bulan. Efek samping obat ini dapat mengganggu epigastrium danmual.
c) Danazol, obat testosteron sintetik, yang menghambat sekresi LH dan FSH
danmenurunkan sintesis estrogen di testis. Dierikan dengan dosis 200 mg dua kalisehari. Efek
samping obat ini adalah akne, penambahan berat badan, retensi cairan,mual, dan hasil fungsi
hati yang abnoprmal.
d) Testolactone (inhitor aromatisasai), diberikan 450 mg sehari selama 6 bulan. Efek
samping obat ini adalah mual, muntah, udem
1. Operatif
Pengobatan dengan bedah bertujuan mengembalikan bentuk normal payudaradan
memperbaiki kalainan payudara, puting dan areola. Pengobatan operatif dilakukan jika
respon obat-obatan tidak mencukupi. Pembedahan yang bersifatkuratif dapat dilakukan pada
tumor yang menyerang penghasil estrogen atau hCG.
Ada 2 jenis operasi yang dapat dilakaukan yaitu Surgical resection
(subcutaneousmastectomy) dan Liposuctio-assisted mastectomy.
Surgical Resection (Subkutaneus Mastektomi)Ada beberapa jenis irisan pada eksisi
payudara laki-laki. Jenis irisan yangsering dilakukan adalah dengan insisi intra-areolar
atau Webster incision. InsisiWebster dibuat sepanjang lingkaran areola bagian bawah
dan dengan panjang irisan yang bervariasi tergantung dari areola pasien. Insisi lain
yang digunakan adalahinsisi tranversal yang melewati papilla mamae. Insisi ini
memiliki bukaan yangterbatas. Triple-V incision memiliki bukaan yang paling besar
namun jarangdigunakan saat sekarang. Sebelum operasi, dokter bedah harus
menetukan garis insisidan memperkirakan kedalaman jaringan lemak dan jaringan
payudara yang akandikeluarkan. Selain itu ada teknik Letterman dan juga teknik yang
digunakan jikaginekomastia bersifat masif.
Liposuctio-assisted mastectomyLiposuctio-assisted mastectomy merupakan salah satu
jenis operasi untuk pseudognikomastia. Insisi dibuat sekitar 1 cm diatas areola., lalu
jaringan kelenjar dan parenkim disedot keluar. Diperkenalkan pertama kali pada tahun
1980an. Sekarangdigunakan ultrasonic liposuction yang meningkatkan hasil koreksi
payudara. Komplikasi pascaoperasi ini lebih kecil dibandingkan dengan operasi open
mastektomi
PROGNOSIS
Prognosis dari ginekomastia baik untuk semua etiologi. Suatu studimenunjukkan 90% pasien
ginekomastia fisiologis membaik dalam 2 tahun. pasienginekomastia akibat keadaan
patologik dapat membaik dengan terapi obat dan pembedahan.
Diagnosis banding PPOK
Asma SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis) Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita
pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal. Pneumotoraks Gagal jantung kronik Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed
lung.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus d itegakkan karena terapi dan prognosisnya berbeda.