amilum amilase
-
Upload
sendy-begenius -
Category
Documents
-
view
233 -
download
39
description
Transcript of amilum amilase
MENGUKUR AKTIVITAS ENZIM AMILASE
LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Fisiologi Tumbuhan
yang dibina oleh Ibu Betty Lukiati
Oleh
Kelompok 1/ Offering G
Duwi Agustin (1103424 )
Dwi Sendi P. (110342422039)
Indriana Rahmawati (1103424 )
Qori Nurhalida (110342406490)
Novika Wahyu W. (1103424 )
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2013
DATA
Tabung Warna awal pH 10’ 20’ 30’
1 Biru tua +++++ 7 - - -
2 Putih kekuningan 1 Kuning ++++ Kuning +++ Kuning ++
3 Putih kekuningan 8 Kuning ++ Kuning + Kuning +
4 Putih kekuningan 7 Kuning + Kuning + bening
Ket :
1. Tabung 1 : amilum + IKI
2. Tabung 2 : amilum + ekstrak + HCl
3. Tabung 3 : amilum + ekstrak + NaOH
4. Tabung 4 : amilum + ekstrak
Waktu
inkubasi
Ket. Waktu terjadi perubahan warna pada konsentrasi
25 % 50% 75% 100%
0 menit 2 menit 3 detik 1 menit 55 detik 1 menit 42 detik 1 menit 35 detik
2 menit 2 menit 49 detik 2 menit 30 detik 2 menit 17 detik 2 menit 2 detik
4 menit 5 menit 30 detik 5 menit 10 detik 5 menit 4 menit 40 detik
6 menit 6 menit 15 detik 6 menit 5 detik 5 menit 35 detik 5 menit 15 detik
ANALISIS DATA
Analisis data Pengaruh Ph terhadap aktivitas amylase
praktikum kali ini mengamati pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase.
nakan Ada 4 tabung yang digunakan, tabung pertama berisi amilum 0,05% 1 ml dan
IKI 2 tetes yang berlaku sebagai kontrol. Tabung kedua berisi amilum, enzim amilase
(supernatan kecambah) dan HCl 10% sebanyak 2ml. Tabung ketiga berisi amilum,
enzim amilase (supernatan kecambah) dan NaOH 1% sebanyak 2ml. Sedangkan
tabung keempat hanya berisi amilum dan enzim amilase saja (supernatan kecambah).
Kemudian keempat tabung tersebut diukur pHnya menggunakan kertas pH indikator.
Tabung satu dan empat memiliki pH netral yaitu 7. Sedangkan tabung 2 memilki pH
asam yaitu sebesar 2, dan tabung 3 memiliki pH basa sebesar 8.
Setelah keempat tabung tersebut didiamkan selama 10 menit, larutan pada
tabung 2,3,dan 4 diuji menggunakan IKI. Setelah diuji, ternyata terjadi perubahan
warna. Tabung 2 mengalami perubahan warna dari bening berubah menjadi kuning,
begitu juga dengan tabung 3. Pada tabung 4, warna larutan tetap, yaitru tetap bening.
Setelah didiamkan selama 20 menit (10 menit kedua), tabung 2,3 dan 4 diuji kembali
dengan IKI. Setelah diuji, terjadi perubahan warna, pada tabung 2 warna berubah dari
kuning menjadi kuning kebeningan, begitu juga dengan tabung 3, sedangkan tabung 4
tetap bening. Setelah keempat tabung didiamkan selama 30 menit, tabung 2,3 dan 4 di
uji kembali menggunakan IKI. Terjadi perubahan warna pada tabung 2 dan 3 yaitu
menjadi lebih bening. Sedangkan tabung 4 tetap berwarna bening.
Analisis data Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas amylase
Pada percobaan pengaruh konsentrasi enzim terhadap amylase ini, sebelumnya
mengambil 0,5 ml amilum yang diisikan pada 4 buah tabung reaksi. Dan masing-
masing tabung reaksi diberi label A, B, C dan D. Tabung A diisi dengan 0,5ml amilum
1 % dan ditambah 2ml amylase 100%. Tabung B diisi dengan 0,5ml amilum 1 % dan
ditambah 2ml amylase 75%. Tabung C diisi dengan 0,5ml amilum 1 % dan ditambah
2ml amylase 50%. Tabung D diisi dengan 0,5ml amilum 1 % dan ditambah 2ml
amylase 25%.
Dari percobaan pengaruh konsentrasi enzim terhadap amylase tersebut
menunjukkan hasil demikian:
Pada pemberian 0,5ml amilum yang ditambah 2ml amylase 100%, pada waktu
inkubasi 0 menit, waktu yang menunjukkan perubahan warna terjadi ketika 1 menit 35
detik setelah penambahan reagen IKI. Perubahan warna yang dapat diamati di plat
tetes adalah larutan yang awalnya berwarna kuning akan menjadi bening. Untuk
larutan dengan 0,5ml amilum 1 % dan ditambah 2ml amylase 75% menunjukkan
perubahan warna saat1 menit 42 detik. Sedangkan larutan dengan pemberian 0,5ml
amilum yang ditambah 2ml amylase 50%, pada waktu inkubasi yang sama, waktu
yang menunjukkan perubahan warna terjadi ketika 1 menit 55 detik setelah
penambahan reagen IKI. Untuk tabung dengan 0,5ml amilum 1 % dan ditambah 2ml
amylase 25% menunjukkan perubahan warna setelah 2 menit 3 detik.
Kemudian larutan dengan penambahan amylase 100% dengan waktu inkubasi
2 menit pertama menunjukkan perubahan warna dari kuning menjadi bening pada saat
2 menit 2 detik. . Untuk larutan dengan 0,5ml amilum 1 % dan ditambah 2ml amylase
75% menunjukkan perubahan warna saat 2 menit 17 detik Sedangkan pada larutan
yang ditambah dengan 50% amilase menunjukkan perubahan warna dari kuning
menjadi bening saat 2 menit 30 detik setelah penambahan IKI. Untuk tabung dengan
0,5ml amilum 1 % dan ditambah 2ml amylase 25% menunjukkan perubahan warna
setelah 2 menit 49 detik.
Selanjutnya adalah larutan yang telah menjalani waktu inkubasi selama 2
menit kedua, menunjukkan perubahan warna dari kuning menjadi bening pada larutan
yang ditambahkan 50% amylase adalah ketika 5 menit 10 detik setelah penambahan
reagen IKI. Untuk larutan dengan 0,5ml amilum 1 % dan ditambah 2ml amylase 75%
menunjukkan perubahan warna saat 5 menit. Tetapi pada larutan dengan penambahan
amilase sebanyak 100% menunjukkan perubahan warna yang lebih cepat yakni 4
menit 40 detik setelah penambahan reagen IKI. Untuk tabung dengan 0,5ml amilum 1
% dan ditambah 2ml amylase 25% menunjukkan perubahan warna setelah 5 menit 30
detik
Pada larutan dengan penambahan 50% amilase pada waktu inkubasi selama 2
menit ketiga menunjukkan perubahan warna dari kuning menjadi bening ketika 6
menit 5 detik setelah penambahan reagen IKI, tetapi perubahan warna ini lebih lambat
jika dibandingkan dengan larutan dengan penambahan amilase sebanyak 100% yang
terjadi perubahan warna saat 5 menit 15 detik setelah penambahan reagen IKI. Untuk
larutan dengan 0,5ml amilum 1 % dan ditambah 2ml amylase 75% menunjukkan
perubahan warna saat 5 menit 35 detik. Untuk tabung dengan 0,5ml amilum 1 % dan
ditambah 2ml amylase 25% menunjukkan perubahan warna setelah 6 menit 15 detik
PEMBAHASAN
A. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase
Enzim adalah protein katalik. Suatu katalis adalah suatu agen kimiawi yang
mengubah laju reaksi tanpa harus dipergunakan oleh reaksi itu. Dengan tidak adanya
enzim, lalu lintas kimiawi melalui jalur-jalur metabolisme akan menjadi sangat macet.
Setiap reaksi kimiawi melibatkan pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan.
Misalnya, hidrolisis sukrosa melibatkan pemutusan ikatan antara glukosa dan fruktosa
dan kemudian pembentukan ikatan baru dengan suatu atom hidrogen dan suatu gugus
hidroksil dari air ( Campbell, 2003 ).
Pada praktikum kali ini, mengamati pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
amilase yang didapatkan dari supernatan ekstraksi kecambah yang berusia 2 hari. Dari
hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa pada tabung pertama (IKI+amilum) sebagai
kontrol memiliki pH netral yaitu 7, begitu juga dengan tabung 4 (amilase+amilum).
Warna yang ditunjukkan dari tabung pertama adalah warna biru tua, hal itu
menunjukkan hasil positif mengandung amilum. Sedangkan pada tabung 4 warna yang
ditunjukkan setelah diuji dengan IKI adalah bening, hal itu menunjukkan bahwa
amilum sudah berhasil dipecah oleh enzim amilase yang didapatkan dari ekstrak
kecambah. Tabung ke 2 berisi amilum, enzim amilase dan diberi tambahan HCl 10%
kemudian diukur pHnya. pH pada tabung ini bernilai 2 (asam). Setelah diuji dengan
IKI pada menit ke 10, 20, dan 30 menit berwarna kuning. Pada tabung 3 yang berisi
amilum dan enzim amilase kemudian diberi NaOH 1%. Tabung ini memilki pH
sebesar 8 sehingga dapat dikatakan bersifat basa. Setelah diuji dengan IKI pada menit
ke 10, 20, dan 30 menit berwarna kuning.
Suasana yang terlalu asam atau alkalis menyebabkan denaturasi protein dan
hilangnya secara total aktivitas enzim. Pada sel hidup, perubahan pH sangat kecil.
Enzim hanya aktif pada kisaran pH yang sempit. pH optimal enzim adalah sekitar pH
7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami
inaktivasi. Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi dalam keadaan asam atau
alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang dikeluarkan ke lambung, hanya dapat
berfungsi dalam kondisi asam, dengan pH optimal 2 (Gaman & Sherrington, 1994).
Berdasarkan teori tersebut, ketika enzim amilase berada dalam keadaan asam
(pada tabung 2) maka enzim tidak dapat bekerja secara optimal. Artinya enzim
amilase tidak dapat memecah amilum sehingga ketika diuji dengan IKI maka
seharusnya larutan akan tetap berwarna biru. Begitu juga dengan tabung dalam
keadaan basa (tabung 3), dalam keadaan basa enzim juga tidak dapat bekerja secara
optimal. Tetapi pada praktikum ini didapatkan hasil yang berbeda, yaitu warna larutan
pada tabung 2 dan 3 setelah diuji dengan IKI menunjukkan warna kuning-bening. Hal
ini menunjukkan bahwa enzim sudah berhasil memecah amilum. Adanya hasil
praktikum yang tidak sesuai dengan teori mungkin disebabkan karena penambahan
HCl maupun NaOH dilakukan setelah penambahan enzim amilase pada amilum.
Sehingga mungkin saja enzim sudah berhasil memecah amilum sebelum keadaan
berubah menjadi asam atau basa.
B. Pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas enzim amilase
Amilase merupakan enzim yang penting dalam bidang pangan dan
bioteknologi. Amilase merupakan enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis pati
menjadi gula‐gula sederhana. Amilase mengubah karbohidrat yang merupakan
polisakarida menjadi maltosa (alfa dan beta) ataupun glukosa (gluko amilase).
(Anam,2010).
Pada praktikum untuk membuktikan pengaruh konsentrasi enzim terhadap
aktifitas enzim amilase, digunakan kecambah kacang hijau yang berumur 2 hari.
Digunakan kecambah kacang hijau karena zat gizi pada biji yang sedang berkecambah
berada dalam bentuk aktif. Germinasi atau perkecambahan meningkatkan daya cerna
karena berkecambah merupakan proses katabolis yang menyediakan zat gizi penting
untuk pertumbuhan tanaman melalui reaksi hidrolisis dari zat gizi cadangan yang
terdapat di dalam biji. Peningkatan zat-zat gizi pada kecambah kacang hijau mulai
tampak kira-kira 24 – 48 jam saat perkecambahan (Anggraeni,2009). Maka dalam
praktikum ini digunakan kecambah yang berumur 2 hari. Larutan yang digunakan
dalam praktikum pengaruh konsentrasi terhadap enzim amylase adalah larutan IKI.
Pada praktikum ini, substrat yang digunakan adalah 0,5 ml amilum 1 %.
Sedangkan enzim yang digunakan adalah amylase. Konsentrasi substrat yang
digunakan tetap untuk masing-masing gelas ukur. Namun konsentrasi amylase yang
digunakan berbeda yaitu: 100 %, 75%, 50% dan 25% . Enzim amylase dapat diperoleh
dari ekstrak kacang hijau yang telah ditumbuk dan ditambah akuades dengan volume
tertentu, tergantung konsentrasi ekstrak yang diperlukan. Penumbukan dalam proses
ekstraksi berfungsi untuk memecah kacambah sehingga mudah untuk diambil sari-
sarinya.
Larutan dalam tabung reaksi yang telah diberi konsentrasi enzim yang berbeda
akan diambil tiap 2 menit sekali sebanyak 5 kali. Pengulangan ini dilakukan untuk
mengetahui kecepatan enzim berekasi dengan subtrat. Larutan, diambil dengan pipet
tetes dan diletakkan pada tiap plat tetes sebanyak 2 tetes.Kemudian diberi 2 tetes
larutan IKI. Fungsi dari larutan IKI adalah untuk mendeteksi butir amilum, reaksi
positif ditandai dengan warna ungu sampai biru kehitaman.
Didapatkan pada pengambilan data di 0 menit inkubasi yang menggunakan
indicator larutan IKI, pada konsentrasi amylase 50% terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi bening ketika 1 menit 55 detik setelah penambahan reagen IKI.
Sedangkan pada pengambilan data di 2 menit pertama yang menggunakan pada
konsentrasi amylase 100% terjadi perubahan warna dari awalnya larutan yang
berwarna kuning menjadi bening ketika setelah 1 menit 35 detik penambahan reagen
IKI. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan warna terjadi lebih cepat pada larutan
dengan konsentrasi amilase yang lebih tinggi. Gradiasi perbedaan waktu terjadinya
perubahan warna juga tampak pada pengamatan pada konsentrasi amilase 75% dan
25%.
Pada 2 menit pertama pengambilan larutan ke plat tetes dan kemudian diberi IKI
didapatkan konsentrasi amylase 50% berwarna kuning saat 2 menit 30 detik setelah
penambahan IKI. Tetapi perubahan warna yang lebih cepat juga ditunjukkan pada
larutan dengan penambahan amilase sebanyak 100% ketika 2 menit 2 detik setelah
penambahan IKI. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi amilase
yang diberikan maka semakin cepat pula terjadi perubahan warna. Tetapi jika
dibandingkan dengan waktu 0 inkubasi, maka perubahan warna baik pada konsentrasi
50% dan konsentrasi 100% pada 2 menit pertama lebih lambat. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa Pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar,
sedangkan kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai
suatu batas kecepatan maksimum (V). Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh
dengan substrat. (Anggraeni,2009)
Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat substrat membentuk
kompleks enzim-substrat [ES], kemudian kompleks ini akan terurai menjadi [E] dan
produk [P]. Makin banyak kompleks [ES] terbentuk, makin cepat reaksi berlangsung
sampai batas kejenuhan [ES]. Pada konsentrasi substrat [S] melampaui batas
kejenuhan kecepatan reaksi akan konstan. Dalam keadaan itu seluruh enzim sudah
berada dalam bentuk kompleks E-S. Penambahan jumlah substrat tidak menambah
jumlah kompleks E-S. Hal ini juga sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
Aktifivitas enzim dan konsentrasi enzim memiliki hubungan perbandingan yang lurus
dimana semakin besar konsentrasi maka semakin tinggi aktivitas enzim tersebut.
Kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi enzim yang berperan sebagai
katalisator dalam reaksi itu. Pada gambar dibawah ini terlihat hubungan jika
konsentrasi enzim yang digunakan tetap, sedangkan substrat dinaikkan. Di sini dapat
terlihat bahwa pada penambahan pertama kecepatan reaksi naik dengan cepat. Tetapi
jika penambahan substrat dilanjutkan, dilanjutkan maka tambahan kecepatan mulai
menurun sampai pada suatu ketika tidak ada tambahan kecepatan reaksi lagi (Girindra,
1990).
Pada Substrat yang spesifik, enzim akan mengkatalisis reaksi sehingga
menghasilkan produk yang spesifik, juga pada penambahan pereaksi kimia tertentu
dapat mengakibatkan enzim menunjukkan bentuk stereokimianya dimana interaksi
enzim dengan substrat terjadi dalam ikatan, dimana kelebihan substrat tidak dapat
diikat seluruhnya oleh enzim (Prawiranata, 1989)
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa
a. pH tidak mempengaruhi aktivitas enzim amilase dalam memecah amilum
karena penambahan larutan asam atau basa dilakukan setelah enzim sudah
berhasil memecah amilum.
b. Mekanisme kerja enzim juga ditentukan oleh jumlah atau konsentrasi substrat
yang tersedia. Jika jumlah substratnya sedikit, kerja enzim juga rendah.
Sebaliknya, jika jumlah substrat yang tersedia banyak, kerja enzim juga
semakin tinggi pada sampai batas tertentu.
c. Aktifivitas enzim dan konsentrasi enzim memiliki hubungan perbandingan
yang lurus dimana semakin besar konsentrasi maka semakin tinggi aktivitas
enzim tersebut
DISKUSI
a. Mengapa pada ekstrak enzim perlu dicentrifugasi?
Jawab : Supaya bisa didapatkan supernatant ekstrak enzim amylase 100%
yang selanjutnya bisa digunakan untuk melakukan pengubahan konsentrasi
enzim amilase yang diinginkan dalam praktikum ini.
b. Mengapa digunakan kecambah kacang hijau umur 2 hari?
Jawab : Pada praktikum untuk membuktikan pengaruh konsentrasi enzim
terhadap aktifitas enzim amilase, digunakan kecambah kacang hijau yang
berumur 2 hari. Digunakan kecambah kacang hijau karena zat gizi pada biji
yang sedang berkecambah berada dalam bentuk aktif. Germinasi atau
perkecambahan meningkatkan daya cerna karena berkecambah merupakan
proses katabolis yang menyediakan zat gizi penting untuk pertumbuhan
tanaman melalui reaksi hidrolisis dari zat gizi cadangan yang terdapat di dalam
biji. Peningkatan zat-zat gizi pada kecambah kacang hijau mulai tampak kira-
kira 24 – 48 jam saat perkecambahan (Anggraeni,2009).Maka dalam
praktikum ini digunakan kecambah yang berumur 2 hari.
c. Bagaimana bila digunakan kecambah kacang hijau umur 4 atau 6 hari unutk
mendapatkan ekstrak enzim? Apakah efeknya akan sama dengan kecambah
umur 2 hari? Jelaskan.
Jawab: Sebenarnya untuk membuktikan pengaruh konsentrasi enzim lebih
baik pada saat kecambah kacang hijau berumur kira-kira 24- 48 jam sesuai
dengan teori yang telah disebutan pada jawaban pertanyaan di atas, tetapi
ketika pada kecambah kacang hijau pada umur 4 atau 6 hari, peningkatan zat
gizi yang tentunya menggunakan enzim amilase akan semakin berkurang,
sehingga efek ketika pengamatan juga lebih tidak jelas dibandingakan dengan
kecambah dengan umur 24-28 jam.
d. Apa kegunaan dari larutan IKI, Fehling A dan B atau larutan Benedict?
Jawab : Fungsi dari larutan IKI adalah untuk mendeteksi butir amilum, reaksi
positif ditandai dengan warna ungu sampai biru kehitaman. Fungsi dari larutan
Fehling A dan B adalah untuk mengidrolisis amilum dengan terbentuknya gula
reduksi.
e. Mengapa digunakan interval waktu 10, 20 dan 30 menit?
Jawab : Untuk mengetahui pada waktu kapan enzim amilase mulai bekerja,
dengan melakukan perbandingan pada interval waktu tersebut, kita dapat
mengetahu kecepatan substrat yang telah terhidrolisis oleh enzim amilase.
f. Pada konsentrasi berapa amilase menunjukkan aktivitas paling cepat?
Jawab : Pada konsentrasi enzim amilase 25%. Hal ini menunjukkan semakin
banyak katalisator, maka substrat yang terhidrolisis juga akan semakin cepat.
g. Mengapa setelah warna campuran ekstrak enzim dan amilum tidak ada
perubahan warna lagi, perlakuan dihentikan?
Jawab : Jika pemberian larutan IKI atau Fehling A dan B berlebih maka,
enzim tidak dapat dihidrolisis. Karena enzim diperlukan dalam jumlah sedikit
untuk menurunkan energy aktivasinya
h. Mengapa perubahan warna dijadikan sebagai indikator aktivitas enzim?\
Jawab : Perubahan warna dijadikan indicator perubahan enzim karena
perubahan warna menunjukkan terjadinya reaksi hidrolisis. Hidrolisis pati
menjadi gula-gula sederhana.
Daftar Pustaka
Anggraeni, 2009. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Semarang ;Universitas Diponegoro
Press.
Campbell, Neil A., dkk. 2002. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Gaman, P.M & K.B. Sherrington.(1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi dan Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta.
Girindra, 1990. Kimia Analisis I. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta
Prawiranata, W. 1989. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan II. IPB, Bandung