ambliopia

download ambliopia

of 28

description

mata

Transcript of ambliopia

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Ambliopia merupakan suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau bilateral disebabkan karena kehilangan pengenalan bentuk, interaksi binokular abnormal, atau keduanya, dimana tidak ditemukan kausa organik pada pemeriksaan fisik mata dan pada keadaan baik, dapat dikembalikan fungsinya dengan pengobatan.

Ambiopia dikenal juga dengan istilah mata malas (lazy eyes), adalah masalah dalam penglihatan yang memang hanya mengenai 2 3 % populasi, tetapi bila dibiarkan akan sangat merugikan nantinya bagi kehidupan si penderita. Ambliopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya dan ambliopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka penderita akan bergantung pada penglihatan buruk mata yang ambliopia, oleh karena itu ambliopia harus di terapi secepat mungkin.

Ambliopia telah diakui sebagai gangguan klinis selama lebih dari 300 tahun. Istilah ini telah digunakan untuk menggambarkan monokuler yang berpotensi reversibel atau kehilangan penglihatan binokular yang berhubungan dengan oklusi dari sumbu visual (bentuk kekurangan), strabismus, atau anisometropia / ametropia. Oklusi mata tidak terkena dampak tetap bentuk utama terapi sejak tahun 1740-an.

Hampir seluruh ambliopia dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi dini dan intervensi yang tepat. Anak dengan ambliopia atau yang beresiko ambliopia hendaknya dapat diindentifikasi pada umur dini, dimana prognosis keberhasilan terapi akan lebih baik.

1.2 Jaras Penglihatan SensorikNervus kranialis II merupakan indera khusus untuk penglihatan. Cahaya dideteksi oleh sel-sel batang dan sel kerucut diretina, ( dapat dianggap sebagai end-organ sensoris khusus penglihatan). Badan sel dari reseptor-reseptor ini mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang bersinap dengan selbipolar (neuron kedua dijaras penglihatan). Selsel bipolar kemudian bersinap dengan sel-selganglion retina.akson-akson sel ganglion membentuk lapisan serat syaraf pada retina dan menyatu membentuk nervus optikus.Di dalam tengkorak 2 nervus optikus menyatu membentuk kiasma optikus. Dikiasma lebih dari separuh serabut (yang berasal dari separuh retina) mengalami dekusasi dan menyatu dengan serabut-serabut temporal yang tidak menyilang dari nervus optikus kontralateral untukmembentuk traktus optikus. Masing-masing traktus optikus berjalan mengelilingi pedunkulus cerebri menuju ke nukleus genikulatus lateralis, tempat traktus tersebut akan bersinaps. Semua serabut yang menerima impuls dari separuh kanan lapangan pandang tiap-tiap mata membentuktraktus optikus kiri dan berproyeksi pada hemisfer serebrum kiri. Demikian juga, separuh kiri lapangan pandang berproyeksi pada hemisfer serebrum kanan. 20 % serabut ditraktus menjalankan fungsi pupil. Serabut-serabut ini meninggalkan traktus tepat di sebelah anteriornucleus dan melewati brachium coliculli superioris menuju ke nukleus pretectalis otak tengah. Serat-serat lainnya bersinaps dinukleus genikulatus lateralis. Badan-badan sel struktur ini membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus genikulokalkarina berjalan melalui crus posteriuscapsula interna dan kemudian menyebar seperti kipas dalam radiation optica yang melintasilobus temporalis dan parietalis dalam perjalanan ke korteks oksipitalis (korteks kalkarina, striata, atau korteks penglihatan primer).1. 3 RefraksiPembelokkan suatu berkas cahaya terjadi ketika berkas berpindah dari suatu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan tertentu. Cahaya lebih bergerak cepat melalui udara daripada melalui transparan lain (air/kaca). Cahaya masauk ke medium dengan densitas lebih tinggi menimbulkan cahaya lambat.2 Faktor yang berperan dalam derajat refraksi :1. Densitas komparatif antara 2 media (semakin besar perbedaan densitas, semakin besar pula derajat pembelokkan).2. Sudut jatuhnya berkas cahaya di medium ke-2 (semakin besar sudut, semakin besar pembiasan).2 Struktur yang penting dalam kemampuan refraktif mata adalah :1. Kornea, permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu mata masukmata, yang melengkung berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total mata karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar daripada perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya.2.Lensa, kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat atau jauh. Struktur-struktur mata refraksi pada mata harus membawa bayangan sudah terfokus sebelum mencapai retina atau belum terfokus sewaktu mencapai retina, bayangan tersebut tampak kabur.Refraksi Lensa :1. Lensa dengan permukaankonveks(cembung) menyebabkan konvergensi atau penyatuan, berkas-berkas cahaya, yaitu persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus, dengan demikian permukaan refraktif mata bersifat konveks.2. Lensa dengan permukaankonkaf(cekung) menyebabkan divergensi atau penyebaran berkas cahaya, suatu lensa konkaf berguna untuk memperbaiki kesalahan refraktif matatertentu, misalnya : berpenglihatan dekat.1.4 Tahap Perkembangan Penglihatan1. Perkembangan Penglihatan MonokularPada saat lahir, tajam penglihatan berkisar antara gerakan tangan sampai hitung jari. Hal ini karena pusat penglihatan di otak yang meliputi nukleus genikulatum lateral dan korteks striata belum matang. Setelah umur 4-6 minggu, fiksasi bintik kuning atau foveasentral timbul dengan pursuit halus yang akurat. Pada umur 6 bulan respon terhadap stimulus optokinetik timbul. Perkembangan penglihatan yang cepat terjadi pada 2-3 bulan pertama yang dikenal sebagai periode kritis perkembangan penglihatan.2. Perkembangan Penglihatan BinokularPerkembangan penglihatan binokular terjadi bersamaan dengan meningkatnya penglihatan monocular. Kedua saraf dari mata kanan dan kiri akan bergabung memberikan penglihatan binokular (penglihatan tunggal dua mata). Di korteks striatajalur aferen kanan dan kiriberhubungan dengan sel-sel korteks monocular yang berekasi terhadap rangasangan hanya satu mata. Kira-kira 70% sel-sel di korteks striata adalah sel-sel binokular. Sel-sel tersebut berhubungan dengan saraf di otak yang menghasilkan penglihatan tunggal binokular dan stereopsis (penglihatan tiga dimensi). Fusi penglihatan binokular berkembang pada usia 1,5 hingga 2 bulan, sementara stereopsis berkembang kemudian pada usia 3 hingga 6 bulan.3. Penglihatan Binokular Tunggal dan StereopsisPenglihatan binokular normal adalah proses penyatuan bayangan do retina dari dua matake dalam persepsi penglihatan tunggal tiga dimensi. Syarat penglihatan binokular tunggal adalah memiliki sumbu mata jatuh pada titik di retina yang sefaal, yang akan diteruskan ke sel-sel binokular korteks yang sama. Obyek di depan atau belakang horopter akan merangsang titik retina nonkorespondensi. Titik di belakang horopter empiris merangsang retina binasal, dan titik di depan horopter merangsang retina bitemporal. Ada daerah yang terbatas di depan dan di belakang garis horopter tempat obyek merangsang titik-titik retina non korespondensi sehingga masih dapat terjadi fusi menjadi bayangan binokular tunggal. Area ini disebut area panum. Obyek dalam area ini akan menghasilkan penglihatan binokular tunggal dengan penglihatan stereopsis atau tiga dimensi. Fovea atau bintik kuning mempunyai resolusi atau daya pisah ruang yang tinggi, sehingga perpindahan kecil pada garis horopter pada lapang pandang sentral dapat terdeteksi, menghasilkan stereopsis derajat tinggi.4.Adaptasi Sensoris pada Gangguan Rangsangan PenglihatanHal ini terjadi karena keduamata kita terpisah dan masing-masing mata mempunyai perbedaan penglihatan menyesuaikan dengan kekacauan bayangan retina yang tidak sama dengan menghambat aktivitas korteks dari satu mata. Hambatan korteks ini biasanya melibatkan bagian sentral lapag pandang dan disebut supresi kortikal. Bayangan yang jatuhdalamlapangsupresikortikaltidakakandirasakandiareainidisebutskotomasupresi. Supresi tergantung pada adanya penglihatan binokular, dengan satu mata berfiksasi, sedang mata satunya supresi. Ketika mata fiksasi ditutup, skotoma supresi hilang. Supresi korteks mengganggu perkembangan sel-sel kortikal bilateral dan akan menghasilkan penglihatan binokular abnormal tapa stereopsis atau stereopsis yang buruk. Jika supresi bergantian antara kedua mata, tajam penglihatan akan berkembang sama meskipun terpisah tanpa fungsi binokular normal sehingga terjadi penglihatan bergantian atau alternating. Supresi terus menerus terhadap aktivitas korteks pada satu mata akan mengakibatkan gangguan perkembangan penglihatan binokularitas dan tajam penglihatan buruk.

1.5 Gangguan Pada Tahap Perkembangan Penglihatan Yang Berhubungan Dengan Ambliopia

A. StrabismusStrabismus adalah gangguan visual di mana mata tidak sinkron dan titik fokus menuju ke arah yang berbeda.Jenis Klasifikasi strabismus dibagi menjadi 4:

Esotropia. Keadaan strabismus, yakni juling ke dalam atau strabismus konvergen manifest di mana sumbu penglihatan mengarah ke arah nasal. Eksotropia.Keadaan strabismus, yakni juling ke luar atau strabismus divergen manifest di mana sumbu penglihatan ke arah temporal. Hipertropia. Keadan strabismus, dimana salah satu bola mata normal, sedangkan bola mata yang lain bergulir kearah atas, atau seakan akan salah satu mata melihat kearah alis atau rambut. Hipotropia. Keadan strabismus, dimana salah satu bola mata normal, sedangkan bola mata yang lain bergulir ke arah bawah, atau seakan akan melihat kearah mulut.B. Gangguan RefraksiDalam keadaan normal, cahaya sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat atau tidak berakomodasi akan difokuskan pada satu titik di retina. Kondisi ini disebut emetropia. Ketika mata dalam keadaan tidak berakomodasi dengan baik, mata tidak dapat memfokuskan cahaya ke retina. Keadaan ini disebut ametropia. Namun, ada suatu keadaan dimana mata mempunyai kelainan refraksi yang tidak samapada mata kanan dan matamata kiri.Ada tiga keadaan yang dapat menyebabkan ametropia, yaitu:1. Miopia

2. Hipermetropia (disebut juga hiperopia)

3. Astigmat

Miopia disebut sebagai rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Hipermetropia dikenal juga dengan istilah hiperopia atau rabun dekat. Pasien dengan hipermetrop mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada astigmat atau silinder, sinar-sinar yang masuk ke mata tidak dapat difokuskan pada satu titik di retina akibat perbedaan kelengkungan kornea atau lensa. Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, dimana akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Pada usia di atas 40 tahun umumnya seseorang akan membutuhkan kacamata baca. Keadaan ini akibat telah terjadinya presbiopia.Pada keadaan tidak terfokusnya sinar pada retina, hal yang dapat dilakukan adalah memperlemah pembiasaan sinar seperti pada myopia dipergunakan lensa negatif untukmemindahkan focus sinar ke belakang. Bila sinar dibiaskan di belakang retina seperti pada hipermetropia maka diperlukan lensa positif untuk menggeser sinar ke depan sehingga melihat jelas. Lensa positif atau lensa negatif dapat dipergunakan dalam bentuk kacamata ataupun dalam bentuk lensa kontak. Penggeseran bayangan sinar dapat pula dilakukan dengan tindakan bedah yang dinamakan bedah refraktif.C. Gangguan Penglihatan FungsionalPenurunan ketajaman visual bilateral pada anak yang disebabkan karena anak mengalami stres, seperti kelahiran saudara baru, perceraian, atau kehilangan orang yang dicintai. Seorang anak dengan gangguan penglihatan fungsional tidak akan menunjukkan factor risiko amblyogenic seperti strabismus, kesalahan bias yang signifikan, dan kekeruhan media.BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ambilopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan). Dikenal juga dengan lazy eye atau mata malas.

Ambliopia merupakan suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau bilateral disebabkan karena kehilangan pengenalan bentuk, interaksi binokular abnormal, atau keduanya, dimana tidak ditemukan kausa organik pada pemeriksaan fisik mata dan pada keadaan baik, dapat dikembalikan fungsinya dengan pengobatan.

2.2 Epidemiologi

Jumlah ambliopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan berbeda pada tiap literatur, berkisar antara 1 3,5 % pada anak yang sehat sampai 4 5,3 % pada anak dengan masalah mata. Hampir seluruh data mengatakan sekitar 2 % dari keseluruhan populasi menderita ambliopia. Di cina, menurut data bulan Desember tahun 2005 yang lalu, sekitar 3 5 % atau 9 hingga 5 juta anak menderita ambliopia.

Jenis kelamin dan ras tampaknya tidak ada perbedaan. Usia terjadinya ambliopia yaitu periode kritis dari perkembangan mata. Resiko meningkat pada anak yang perkembangannya terlambat, prematur dan atau dijumpai adanya riwayat keluarga ambliopia.

2.3 Etiologi

Penyebab ambliopia adalah :

1. Strabismus adalah penyebab tersering ambliopia dimana satu mata digunakan terusmenerus untuk fiksasi, sedangakan mata yang lain tidak digunakan. Pada strabismus yangalternating, biasanya tidak ditemukan ambliopia.

2. Gangguan refraksi (anisometropia) tinggi, adalah penyebab tersering kedua, apabilagangguan refraksi ini tidak dikoreksi dengan lensa kaca mata.

3. Kelainan fiksasi juga menjadi penyebab ambliopia misalnya nistagmus padausia dini.Ketiga kelompok tersebut diatas disebut ambliopia fungsional yaitu secara anatomis tidakterlihat kelainan pada msing-masing mata tetapi didapati gangguan fungsi penglihatanbinocular.

4. Kekeruahan pada media lintasan visual, misalnya kataka pada bayi adalah penyebabambliopia yang sering tidak terlihat sampai timbulnya strabismus.

Hal yang sama dapat terjadi bila kita melakukan oklusi total pada slah satu mata misalnya karena ada ulkus kornea pada anak usia dibawah 6 tahun. Kelompok ini digolongklan padaambliopia ex-anopsia yaitu adanya gangguan penusuran sinar pada media lintasan visual, baikgangguan organic maupun gangguan karena penutupan total terlalu lam pada anak usia dini.

Pada kelompok ambliopia fungsional dan ex-anopsia keduanya dapat dicegah dan ataudiobati, misalnya dilakukan koreksi strabismus pada usia dini, koreksi kacamata pada anak usiadibawah 6 tahun, operasi katarak pada usia sedini mungkin, serta tidak melakukan oklusi totalmata pada anak usia kurang dari 6 tahun.

5. Kelompok lain ambliopia adalah ambliopia toksik, oleh Karena obat-obatan ataumeminum minuman keras yang mengandung metal alcohol. Ambliopia pada keadaan iniadalah permanent hingga timbul kebutaan

2.4 PatofisiologiSeperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat suatu periode kritis penglihatan. Dalam studi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukungkonsep adanya suatu periode tersebut yang peka dalam berkembangnya keadaan ambliopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan anak yang peka terhadapmasukan abnormal yang diakibatkan rangsanga deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.Periode kritis tersebut adalah :1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6), yaitu pada saat lahir sampai usia 3-5 tahun.

2. Periode yang berisko (sangat) tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi, yaitu diusia beberapa bulan hingga usia 7-8 tahun.

3. Periode dimana kesembuhan ambliopia mash dapat dicapai, yaitu sejak terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.

Walaupun meknisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih sangat belum jelas, studi eksprimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan percobaan laboratorium pada manusia dengan ambliopia telah memberi beberapa masukkan, pada binatang percobaan menunjukkan gangguan sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/besar yang diakibatkan pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel yang masih responsif fungsinya akhirnya dapat menurun. Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikulatum lateral.

Ambliopia seharusnya tidak dilihat hanya dari masalah di mata saja, tetapi juga kelainan di otak akibat rangsangan visual abnormal selama periode kritis perkembangan penglihatan. Penelitian pada hewan, bila ada pola distorsi pada retina dan strabismus pada perkembangan penglihatan awal, bisa mengakibatkan kerusakan structural dan fungsional nukleus genikulatumlateral dan korteks striata. Ambang sistem penglihatan pada bayi baru lahir adalah di bawah orang dewasa meskipun sistem optik mata memiliki kejernihan 20/20. Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan khususnyainteraksi kompetisi antara kedua jalur lintasan mata kanan dan kiri di korteks penglihatan untukberkembang menjadi penglihatan seperti orang dewasa, yaitu visus menjadi 20/20. Pada Ambliopia terdapat defek pada visus sentral, sedangkan medan penglihatan perifer tetap normal.Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama interaksi kompetitif antar jalur penglihatan di kedua mata pada visual korteks untuk berkembang hingga dewasa. Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir, tetapi mereka harus belajar bagaimana untuk fokus, dan bagaimana cara menggunakan kedua mata bersamaan. Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada kedua mata. Bila bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan baik, bahkan dapat memburuk. Bila hal ini terjadi, otak akan mematikan mata yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk melihat.2.5 Tanda dan Gejala

Tanda ambliopia dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari penderita dalam melihat sebuahobjek. Tanda-tanda tersebut meliputi :1.Memicing-micingkanmata

2.Memiringkankepalauntukmelihatobjek

3.Dudukterlaludekatdenganobjek

4.Menutupsebelahmatasaatmembaca

5.Mataterasalelah

6.Memanfaatkantelunjuksaatmembaca

7.Pekaterhadapcahaya

8. Sering mengeluh sakit kepala

Gejala ambliopia meliputi semua kegiatan yang dilakukan penderita untuk melihat sebuah objek yang dapat ditinjau dan dinilai secara medis. Berikut adalah gejala-gejala dari ambliopia :

1. Hilangnya sensitivitas kontras

2.Menurunnya tajam penglihatan, terutama pada fenomena crowding

3. Hilangnya sensitivitas kontras

4. Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik

5. Anisokoria

6. Tidak mempengaruhi penglihatan mata7. Daya akomodasi menurun

2.6 Jenis Ambliopia

1.Strabismic amblyopia

Strabismus, kadang-kadang keliru juga disebut''mata malas'', adalah suatu kondisi di mana mata sejajar. Strabismus biasanya menghasilkan penglihatan normal dalam penampakan pilihan (atau "sesama") mata, tetapi dapat menyebabkan penglihatan abnormal pada mata menyimpang atau strabismic karena perbedaan antara gambar proyeksi ke otak dari kedua mata. Strabismus onset dewasa biasanya menyebabkan penglihatan ganda (diplopia), karena kedua mata tidak terpaku pada obyek yang sama. Otak anak-anak, bagaimanapun, adalah lebih neuroplastic, dan karena itu dapat lebih mudah beradaptasi dengan menekan gambar dari salah satu mata, menghilangkan penglihatan ganda. Ini respon plastis otak, bagaimanapun, mengganggu perkembangan normal otak, mengakibatkan amblyopia itu.Strabismic amblyopia diperlakukan dengan memperjelas gambar visual dengan gelas, dan / atau menggunakan mendorong mata amblyopic dengan bertampal mata atas mata dominan atau hukuman farmakologis dari itu. Hukuman biasanya terdiri dari menerapkan tetes atropin untuk sementara melebarkan pupil, yang menyebabkan kabur penglihatan di mata yang baik. Ini membantu untuk mencegah bullying dan menggoda terkait dengan mengenakan patch, meskipun penerapan obat tetes mata yang lebih menantang. Penyesuaian mata itu sendiri dapat diobati dengan metode bedah atau non-bedah, tergantung pada jenis dan tingkat keparahan yang strabismus.2. Bias atau anisometropic amblyopia

Amblyopia bias dapat hasil dari anisometropia (kesalahan bias yang tidak sama antara dua mata). Anisometropia ada ketika ada perbedaan dalam pembiasan antara dua mata. Mata yang menyediakan otak dengan gambar yang lebih jelas (lebih dekat ke 20/20) biasanya menjadi mata dominan. Gambar di mata lain adalah kabur, yang menghasilkan perkembangan abnormal dari satu setengah dari sistem visual. Amblyopia bias biasanya kurang parah dari amblyopia strabismic dan umumnya terjawab oleh dokter perawatan primer karena penampilannya kurang dramatis dan kurangnya manifestasi fisik yang jelas, seperti dengan strabismus. Sering, amblyopia dikaitkan dengan kombinasi anisometropia dan strabismus.Amblyopia pada mereka yang mempertahankan fungsi teropong dapat diobati berhasil sampai usia lanjut dibandingkan dengan amblyopia strabismic. Amblyopia bias Murni diperlakukan dengan mengoreksi kesalahan bias dini dengan resep lensa dan patching atau menghukum mata yang baik. Amblyopia meridionaladalah suatu kondisi ringan di mana garis-garis yang terlihat kurang jelas di beberapa orientasi dari orang lain setelah koreksi bias penuh. Seorang individu yang telah Silindris di sebuah usia muda yang tidak dikoreksi oleh kacamata nantinya akan telah Silindris yang tidak dapat dikoreksi optik.3. Formulir-kekurangan dan amblyopia oklusi

Formulir-kekurangan amblyopia (''Ambliopia mantan anopsia'') hasil ketika media okular menjadi buram, seperti halnya dengan katarak atau jaringan parut kornea dari cedera forsep selama kelahiran. Kekeruhan ini mencegah masukan visual yang memadai dari mencapai mata, dan karenanya mengganggu pembangunan. Jika tidak ditangani secara tepat waktu, amblyopia dapat bertahan bahkan setelah penyebab opacity akan dihapus. Kadang-kadang, melorot dari kelopak mata (ptosis) atau beberapa masalah lain yang menyebabkan kelopak mata atas secara fisik menutup jalan visi anak, yang dapat menyebabkan amblyopia cepat. Amblyopia oklusi mungkin komplikasi dari hemangioma yang menghalangi sebagian atau seluruh mata.

4. Ambliopia IsometropiAmbliopia isometropi terjadi akibat kelainan refraksi tinggi ynag tidak dikoreksi, yang ukurannya hampir sama pada mata kanan dan kiri. Dimana walaupun telah dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberi hasil penglihatan normal. Tajam penglihatan membaik sesudah koreksi lensa dipakai pada suatu periode waktu (beberapa bulan). Khas untuk ambliopia tipe ini yaitu, hilangnya penglihatan ringan dapat diatasi dengan terapi penglihatan, karena interaksi abnormal binokular bukan merupakan faktor penyebab. Mekanismenya hanya karena akibat bayangan retina yang kabur saja. Pada ambliopia isometropi, bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama dalam hal kejelasan/kejernihan dan ukuran. Hiperopia leih dari 5 D dan miopia lebih dari 10 D beresiko menyebabkan bilateral ambliopia dan harus dikoreksi sedini mungkin agar tidak terjadi ambliopia.

2.7 Diagnosis dan PemeriksaanAmbliopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat dijelaskan, dimana hal tersebut ada kaitan dengan riwayat atau kondisi yang dapat menyebabkan ambliopia.AnamnesisPada anamnesis ditanyakan riwayat keluarga yang menderitastrabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan predisposisi seorang anakmenderita ambliopia. Strabismus dijumpai sekitar 4% dari keseluruhan populasi. Frekuensi strabismus yang diwariskan berkisar antara 22% - 66%. Frekuensi esotropia diantara saudara sekandung, dimana pada orangtua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orangtuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40% (Informasi ini tidak mempengaruhi prognosis, tapi penting untuk keturunannya). Pemeriksaan dan mengetahui perkembangan tajam penglihatan sejak bayi sampai usia 9 tahun adalah perlu untuk mencegah keadaan terlambat untuk memberikan perawatan.

Pemeriksaan

1. Uji Crowding Phenomena

Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihatan yang dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu subnormal.Telah diketahui bahwa penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita lakukan dengan penderita di minta membaca kartu snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya fenomena crowding pada mata tersebut. Mata ini menderita ambliopia. Hal ini disebut Crowding Phenomenon. Terkadang mata Ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) pada huruf isolasidapat turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk(countour interaction).

2. Uji Density Filter NetralDasar uji adalah diketahui pada mata yang ambliopia secara fisiologik berada dalamkeadaan beradaptasi gelap, sehingga bila pada mata ambliopia dilakukan uji penglihatandengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai filter density) tidak akan terjadipenurunan tajam penglihatan.Dilakukan dengan mmemakai filter yang perlahan-lahan di gelakan sehingga penglihatanpada mata normal turun 50% pada mata ambliopia fungsional tidak akan atau hanyasedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan sebelumnya.Dibuat terlebih dahulu gabungan filter sehingga tajam penglihatan pada mata yangnormal turun dari 20/20 menjadi 20/40 atau turun 2 baris pada kartu pemeriksaan gabungan filter tersebut di taruh pada mata di duga ambliopia.Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan berkurang satubaris atau tidak terganggusama seali. Bila matatersebutambliopia organic maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan peakaian filter tersebut.3. Uji Worths Four DotUji unutk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina abnormal, supresi pada satu mata dan juling. Penderita memakai kaca mata dengan filter merah pada mata kanan dan filter biru matakiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau 1 putih. Lampu ataupada titik putih akanterlihat merah oleh matakanan dan hijauoleh mata kiri.Lampumerah hanya dapat dilihat oleh ata kanan dan lampu hijau hanya dapat dilihat oleh matakiri.Bila fusi baikmaka akanterlihat 4 titik dansedang lampu putihterlihat sebagaiwarna capuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata juling akan tetapi telahterjadi korespondensi retina yang tidak normal. Bila dominan atau 3 hijau bila mata kiriyang dominan. Bila terlihat 5 titik 3 merah dan 2 hijau yang bersilangan berarti maka berkedudukan esotropia.2.8 Penatalaksanaan 1.Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak. 2.Koreksi kelainan refraksi.3.Paksakan penggunaan matayang lebihlemah denganmembatasi penggunaanmata yang lebih baik.1. Pengangkatan KatarakKatarak yang dapat menyebabkan ambliopia harus segera dioperasi, tidak perlu ditunda- tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama kehidupan, sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal. Pada kasus katarakbilateral, interval operasi pada mata yang pertama dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1- 2 minggu. Terbentuknya katarak traumatika berat dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat dalam beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila memungkinkan. Katarak traumatika itu sangat bersifat amblyopiogenik.Kegagalan dalam menjernihkan media, memperbaiki optikal, dan penggunaan regulermata yang terluka, akan mengakibatkan ambliopia berat dalam beberapa bulan, selambatlambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.2.Koreksi RefraksiBila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat diterapidengan kacamata atau lensa kontak. Ukuran kaca mata untuk mata ambliopia diberi dengankoreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia. Bila dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk.Karena kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun, maka ia tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi seperti pada mata anaknormal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi defisit optikal berat. Ambliopia anisometropik dan ambliopia isometropik akan sangat membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.3.OklusidanDegradasiOptikalA. Oklusi

Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi pilihan, yangkeberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time) atau paruh waktu (part-time).A.1 OklusiFull TimePengertian oklusifull- time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk semuaatau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga (occlusion for all or all but one wakinghour). Arti ini sangat penting dalam penatalaksanaan ambliopia dengan carapenggunaanmatayangrusak.Biasanyapenutup mata yang digunakan adalahpenutup adesif (adhesive patches) yang tersedia secara komersial.Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka sewaktutidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak, atau

AnnisasFunPatches dapat juga menjadi alternatiffull-timepatching bila terjadi iritasi kulit atau perekatpatch-nya kurang lengket. Full-time patching Baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan binokular, karena full-timepatching mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung dalam hal penglihatan binokular.Ada suatu aturan / standar mengatakan full-time patching diberi selama 1 minggu untuk setiap tahun usia misalnya penderita ambliopia pada mata kanan berusia 3 tahun harus memakai full-timepatch selama 3 minggu, lalu dievaluasi kembali.Hal ini untuk menghindarkan terjadinya ambliopia pada mata yang baik.A.2. Oklusi Part-timeOklusipart-timeadalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi hasil samadenganoklusi full-time.Durasi intervalbuka dantutuppatch-nya tergantung dari derajat ambliopia.AmbliopiaTreatmentStudies (ATS) telah membantu dalam penjelasan peranan full-timepatching dibandingpart-time. Studi tersebut menunjukkan, pasien usia 3- 7tahun dengan ambliopia berat (tajam penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 =6/120 ), full-time patching memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari.Dalam studi lain,patching 2 jam/hari menunjukkan kemajuan tajam penglihatan hampir sama denganpatching 6 jam/hari pada ambliopia sedang / moderate (tajam penglihatan lebih baikdari 20/100)pasien usia37 tahun. Dalam studi ini,patching dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/ hari.Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajampenglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masingmasing mata. Hasil initidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan, maka penatalaksanaan harus tetap diteruskan.B.DegradasiOptikalMetode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan kualitasbayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih burukdari mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi (penalization). Sikloplegik(biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali dalam seharipada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila melihat dekat. Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi, yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih baik dilihat dari segi kosmetis. Dengan atropinisasi, anak sulit untuk menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi.Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensapositif dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter.Metode inimencegah terjadinyaefeksamping farmakologik atropine.Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasiendengan mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadi memungkinkan penglihatan binokular.

2.9 Komplikasi

Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk terjadinya ambliopia pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan harus dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1 minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4 minggu untukanak usia 4 tahun). Oklusipart-time dan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi full-time, tapi follow-up reguler tetap penting. Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi alternat, tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata. Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut : Derajat ambliopia Pilihan terapeutik yang digunakan Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih Usia pasien

Semakin berat ambliopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan yang lebih lama. Oklusi full-time padabayi dan balitadapat memberiperbaikan ambliopia strabismik beratdalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang memakai penutup hanyaseusai sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk dapat berhasil.

2.10 Prognosis

Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusipertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat tercapai. Hal ini semakin berkurangseiring dengan pertambahan usia.Masa sensitif dimanaamblyopia bisa disembuhkan s/d 8 tahun pada strabismus dan s/d 12 tahun pada anisometropi.Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan amblyopia adalah sebagai berikut :

Jenis Amblyopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainanorganik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan amblyopia strabismik prognosisnyapaling baik. Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis semakinbaik. Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan awal pada mata amblyopia, maka prognosisnya juga semakin baik.BAB. 3 KESIMPULAN

Ambilopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimalsesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau bilateral disebabkan karena kehilangan pengenalan bentuk, interaksi binokular abnormal, atau keduanya, dimana tidakditemukan kausa organik pada pemeriksaan fisik mata dan pada kasus yang keadaan baik, dapat dikembalikan fungsinya dengan pengobatan.

Ambliopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya, dan ambliopia yang tidak diterapidapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yag baik itu timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka penderita akan bergantung pada penglihatan buruk mata yang ambliopia. Hampir seluruh ambliopia itu dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi dinidan intervensi yang tepat. Anak dengan ambliopia atau yang berisko ambliopia hendaknya dapat diidentifikasi pada umur dini, dimana prognosis keberhasilan terapi akan lebih baik.DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M; Ambilopia.Ilmu PenyakitMata. 2005. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2. Prof. dr. Wasisdi Gunawan, Sp.M (K); Gangguan Penglihatan Pada Anak karenaAmbliopia dan Penanganannya. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. 2007. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universtas Gajah Mada.3. American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5 :Amblyopia; Section 6; Basic and Clinical Science Course; 20042005; p.6370.4. Lee,J; Bailey,G; Thompson, V; Amblyopia (Lazy Eye). Available at: http://www.allaboutvision.com/conditions/amblyopia.htm7. Yen, K.G ; Amblyopia. Available at :http://www.emedicine.com/OPH/topic316.htm8. Ciufrfreda, K.J; Levi,D.M ; Selenow, A ; Amblyopia Basic and Clinical Aspects, Butterworth Heinemann; 1991.

9. Greenwald, M.J; Parks, M.M; in Duanes Clinical Ophthalmology; Volume 1; Revised Edition; Lippincott Williams & Wilkins; 2004; Chapter 10p.1-19; Chapter 11 p1-8.

10. Noorden,G.K.V; Atlas Strabismus; Edisi 4; EGC; Jakarta; 1988; p78-93.11.Langston, D.P; Manual of Ocular Diagnosis and Therapy; 5th Edition; LippincottWlliams & Wilkins; Philadelphia; p 344-346.12. Amblyopia. Available at :http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID=6413.MedicalEncyclpedia:Amblyopia.Availableat:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001014.htm14.DR. Med. Dr. Jannes Fritz Tan Sp.M; Dr. Elisabet Surjani Widjaja; Modul Skill LabBagian IP. Mata FK UKI. 2005. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas KristenIndonesia.15.Riordan Eva, Paul; Whitcher, John PVaighan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17.2009. Jakarta: EGC.16.Sherwood, Lauralee. Sistem Indera. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. 2001.Jakarta: EGC.17.Streopsis. Available at:www.strabismus.org/all_about_strabismus.html18.Ilyas S. Kelainan refraksi dan kacamata. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006. 1-14, 35-4819.Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M;Strabismus.Ilmu PenyakitMata. 2005.Jakarta :Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.20.Differential Diagnosis of Amblyopia. Available at:http://bestpractice.bmj.com/best-

HYPERLINK "http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/1162/diagnosis/differential.html" \t "_blank" practice/monograph/1162/diagnosis/differential.html

INCLUDEPICTURE "http://htmlimg2.scribdassets.com/5k11j3zpmo1oqp8d/images/29-a5ec8e822c.png" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "http://htmlimg2.scribdassets.com/5k11j3zpmo1oqp8d/images/29-a5ec8e822c.png" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "http://htmlimg2.scribdassets.com/5k11j3zpmo1oqp8d/images/29-a5ec8e822c.png" \* MERGEFORMATINET

3021.Flynn JT. Amblyopia: its treatment today and its portent for the future.BinoculVisStrabismus Q. Summer 2000;15(2):109.22.Signs and Symptomps of Amblyopia. Available at :http://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-

HYPERLINK "http://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Lazy-Eye" \t "_blank" problems/Pages/Lazy-Eye..