Alzheimer

19
MODUL GERONTOLOGI MEDIK “Seorang wanita usia lanjut sejak tiga hari ini berteriak ketakutan dan mengamuk tanpa sebab yang jelas, terutama malam hari.” KELOMPOK 7 0302007192 NOVITA NATASI K 0302008011 AHMAD FAUZI 0302008034 ANRICO MUHAMMAD 0302008052 AZHARI GANESHA 0302008072 CYNTIA KARAMINA ELVIA 0302008096 FAISHAL LATHIFI 0302008115 HASNAN HABIB 0302008145 LYSTIANA 0302008170 NADHILLA NURAYU LATHIFA 0302008193 PRICILLA HORAS THE 0302008220 SELVI ANNISA 0302008251 VILMA SWARI 0302008271 FAIRUZ BT MAHAMAD RODZI 0302008291 NOR AZLYZA BT AHMAD MOIN

description

MNHRGMFHGGFXJY

Transcript of Alzheimer

Page 1: Alzheimer

MODUL GERONTOLOGI MEDIK

“Seorang wanita usia lanjut sejak tiga hari ini berteriak ketakutan dan

mengamuk tanpa sebab yang jelas, terutama malam hari.”

KELOMPOK 7

0302007192 NOVITA NATASI K

0302008011 AHMAD FAUZI

0302008034 ANRICO MUHAMMAD

0302008052 AZHARI GANESHA

0302008072 CYNTIA KARAMINA ELVIA

0302008096 FAISHAL LATHIFI

0302008115 HASNAN HABIB

0302008145 LYSTIANA

0302008170 NADHILLA NURAYU LATHIFA

0302008193 PRICILLA HORAS THE

0302008220 SELVI ANNISA

0302008251 VILMA SWARI

0302008271 FAIRUZ BT MAHAMAD RODZI

0302008291 NOR AZLYZA BT AHMAD MOIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

Page 2: Alzheimer

BAB I

PENDAHULUAN

Page 3: Alzheimer

BAB II

LAPORAN KASUS

Skenario 1

NY. Ani, 65 tahun datang diantar oleh kedua anaknya ke IGD RS tempat Anda bertugas.

Selama 3 hari ini terutama pada malam hari pasien berulang kali berteriak “pergi kamu” dengan

ekspresi ketakutan. Kadang diikuti pula dengan gerakan seperti memukuli seseorang. Hal itu tidak

jelas ditujukan kepada siapa, karena tidak ada orang lain di kamarnya. Walau semalaman tidak tidur,

namun pagi hari pasien tampak lebih tenang.

Sejak seminggu ini keluarga memberikan pasien obat untuk mengatasi masalah tidur. Setelah

“obat tidur” habis tidak dilanjutkan lagi dan diganti dengan “obat Amitri...” (keluarga lupa nama

obatnya). Selanjutnya pasien tampak gelisah, mengeluh pusing, sulit b.a.b, mulut / bibir tampak

kering dan selera makan menurun. Keluarga menduga timbulnya perubahan pada pasien, baik fisik

maupun mental terkait dengan obat yang diberikan.

Satu bulan yang lalu pasien diajak menginap di rumah anak bungsunya, Tn. Ardi, 30 tahun di

Tangerang untuk menjenguk cucunya yang baru lahir. Selama ini pasien tinggal di Jakarta dengan

anaknya yang kedua, Nn. Ade, 33 tahun. Keluarga berpendapat, keadaan pasien mungkin bisa lebih

baik bila dekat dengan cucu-cucunya. Kenyataannya, pasien kesal bila mendengar tangisan atau

teriakan sang cucu yang justru dianggap sangat mengganggu. Pagi hai badan terasa lemah, siang

mengantuk dan menjelang senja mulai gelisah. Lalu malam sering marah-marah bila mendengar

suara berisik anak/cucunya atau dari televisi, hingga beberapa hari tidak tidur.

Skenario 2

Menurut kedua anak pasien, “obat Amitri...” (nama obat itu masih belum diingat) sudah biasa

dikonsumsi ibunya bila sedang mengalami “down”. Disamping mudah diperoleh dari toko obat dekat

rumah (seharusnya dengan resep dokter), obat relatif murah dan ampuh. Juga aman terhadap jantung

pasien yang menurut dokter kondisinya cukup baik, demikian dengan hasil pemeriksaan fisik

lainnya.

Tahun 2000 obat tersebut mulai dikonsumsi pasien setelah meninggalnya sang suami akibat

serangan jantung. Saat kondisi ayahnya kritis, apalagi setelah wafat, anaknya yang tertua (Tn Ahmat

Page 4: Alzheimer

– 35 tahun) terus bertanya tentang warisan rumah dan sempat mengancam bila haknya tidak

diberikan. Saat itu pasien terpukul, hingga mangalami depresi berat dan harus dirawat.

Tahun 2001 setelah pensiun dari pekerjaannya, pasien ingin total beristirahat. Fungsi

pekerjaan rumah masih baik, mau membantu memasak atau merapikan rumah. Namun pasien

manjadi jarang berkomunikasi dan mulai enggan menelepon rekan-rekan sekerjanya dulu, juga malas

beraktivitas di luar rumah.

Tahun 2003 pasien kembali terpukul akibat desakan Tn. Ahmat terhadap kepemilikan rumah

warisan tersebut. Setiap kali “down”, Ny. Ani merasakan pikirannya seperti buntu, telat mikir, susah

konsentrasi, malas beraktivitas, tanpa selera makan dan problem tidur. Setelah minum “obat

Amitri...” biasanya kondisi membaik. Selanjutnya obat dikonsumsi diluar anjuran dokter.

Sejak tahun 2006 terlihat perubahan pada perilaku pasien. Obat-obatan atau vitamin sering

diminum melebihi dosis, karena pasien lupa apakah ia sudah meminumnya atau belum. Keluarga

manyadari ibunya semakin sering lupa sejak rentetan peristiwa yang membebaninya.Selain

penurunan daya ingat, terjadi pula gangguan dalam daya pikir lainnya. Menurut cucu-cucunya, sang

nenek mulai “telmi” / telat mikir dan “tidak nyambung”, sering mengulang pertanyaan dan

ucapannya. Akhirnya cucu-cucu malas berbicara dengan sang nenek.

Skenario 3

Lima tahun belakangan ini pasien perlahan-lahan menunjukkan perubahan perilaku. Pasien

sering mengatakan bahwa dirinya orang bodoh karena sering lupa dan seketika tidak tahu apa yang

harus dikerjakan. Belakangan bukan hanya lupa barang-barang, tetapi salah meletakkannya. Pernah

didapati makanan di lemari pakaian atau kunci dalam lemari es. Beberapa kali nyaris terjadi

kebakaran karena pasien lupa mematikan kompor gas sehabis memasak; memasaknyapun sudah tak

dapat dilakukan dengan benar. Tak mampu lagi mengurus atau menghitung uang dengan benar,

padahal mantan karyawati senior keuangan. Sebelumnya pasien dikenal sebagai orang yang disiplin,

sangat rapi, pembersih, menyukai keteraturan (termasuk pemberian nama anak-anak yang

disesuaikan dengan inisial namanya, yaitu Ahmat-Ade-Ardi), dalam keluarga sering terjadi

kesalahpahaman akibat perfeksionisnya. Kini keadaan sang ibu berubah drastis. Atas kejadian

selama ini membuat keluarga bingung apa yang sebenarnya terjadi. Sementara dimaklumi sebagai

penyakit orang tua (“sakit tua”) akibat usia dan peristiwa berat yang dialami.

Sejak tiga tahun unu pasien semakin sering lupa. Lupa/keliru nama anak-anaknya. Terkadang

Nn. Ade dikira adik perumpuannya, kedua anak laki-lakinya (Tn Ahmat dan Tn. Ardi) sebagai

kakaknya atau mengira Tn. Ardi adalah suaminya. Kadang bicara sendiri sambil menyebut nama

sang suami dan marah ketika dijelaskan bahwa suaminya telah tiada. Pasien pernah ke luar sendirian

Page 5: Alzheimer

dan tidak tahu alamat rumah sehingga diantar pulang oleh petugas keamanan. Pasien menganggap ia

hanya menginap sementara di rumah saudaranya (sebenarnya rumahnya sendiri) dan harus segera

pulang karena orangtua (padahal sudah lama meninggal) menunggu di rumah. Mondar-mandir tanpa

tujuan, membongkar dan merapikan kembali baju-baju secara berulang. Marah-marah tanpa sebab

yang jelas, tiba-tiba menangis dab sebaliknya gembira berlebihan. Keluarga kuatir akan kekambuhan

depresinya.

Satu tahun terakhir keadaannya makan memburuk, aktivitas dan perawatan diri menurun.

Walau pasien masih dapat melakukan sendiri, seperti makan, mandi atu berpakaian, namun hasilnya

akan berantakan, sehingga perlu dibantu.

Gejala yang sama dialami pula oleh kakak perempuan pasien yang sebelum meninggal

menderita radang paru-paru akibat tidak bergerak, hanya di tempat tidur dan tidak bisa bicara lagi.

Skenario 4

Seorang wanita lansia, 65 tahun, tampak lebih tua dari usia, berpenampilan kurang rapi,

ekspresi gelisah.

Status Internus dan Status Neurologis :

Saat kondisi fisik lebih tenang dalam kondisi berbaring, hasil menunjukkan : TD: 110/80 mmHg; N:

90x/m, RR: 20x/m, suhu afebril, kulit lembab. Konjungtiva/sklera normal. Paru: sonor, vesikuler,

ronkhi -/-. Jantung: BJ murni, murmur-,gallop-. Abdomen: NT epigastrium, H/L: tak tertaba, BU+

normal. Fungsi motorik, sensorik dan koordinasi: dalam batas normal, kecuali tremor kasar; reflek

fisiologis normal, patologis:-.

Laboratorium : dalam batas normal.

Status mental :

Kesadaran neurologis: compos mentis, psikologis dan sosial: terganggu. Aktivitas psikomotor pada

awal wawancara hiperaktif dengan ekspresi gelisah, irritable, sikap tidak kooperatif, lalu pada

pertengahan wawancara tampak lebih tenang. Arus pikir produktivitas kurang, kontinuitas

inkoherensi, tanpa hendaya berbahasa. Gangguan isi pikir berupa waham curiga, non bizar,

sistematik. Gangguan persepsi halusinasi visual dan auditorik +, ilusi -. Pemeriksaan fungsi

kongnitif: penurunan memori jangka pendek/ segera dan remote memory, perhatian/ konsentrasi

terganggu (seven sereal test +),disorientasi waktu, tempat dan orang, fungsi eksekutif (+pikiran

abstrak) terganggu;Agnosia +. Kemampuan menolong diri terganggu (Indeks ADL: 11→Apraxia

+,IADL: 8→fungsi eksekutif lainnya terganggu).

Pemeriksaan diagnostik lanjut/Penunjang:

Page 6: Alzheimer

Keluarga menolak dilakukan pemeriksaan diagnosis lanjut (mis: CT scan), kecuali Lab, EKG,

Rontgen dengan alasan biaya. Pemeriksaan Psikometri akan dilakukan bila kondisi pasien mulai

tenang.

Skenario 5

Psikometri: Hasil CDT dan MMSE, sbb

MMSE:- Orientasi:2;- Registrasi:3;- Atensi dan kalkulasi:1;- Recall:1;- Bahasa: 3( nama benda:1;pengulangan/pengertian verbal:0, baca:1, tulis:1)

Hasil Visuospasial MMSE:SCAN

CDT:SCAN

Page 7: Alzheimer

BAB II

PEMBAHASAN KASUS

Masalah yang terdapat pada pasien :

Masalah yang didapati Interpretasi masalah

Tidak tidur pada malam hari selama 3 hari Adanya insomnia akibat halusinasi visual dan

auditorik

Berteriak-teriak “pergi kamu” pada malam

hari disertai ekspresi ketakutan dan gerakan

memukul seseorang tanpa ada orang di

sekitarnya

-Akibat halusinasi visual dan auditorik,yang

merupakan gejala demensia fase II.

- Efek samping obat amitriptilin

Mengeluh pusing, sulit b.a.b, mulut/bibir

tampak kering dan selera makan menurun

Efek samping pemberian obat Amitriptilin

- Termasuk golongan obat antidepresan trisiklik.

- Bekerja dengan cara  menghambat pengambilan

kembali (re-uptake) senyawa-senyawa

neurotransmitter seperti norepinefrin dan

serotonin oleh sel-sel syaraf.

- Antidepresan trisiklik memiliki afinitas

terhadap reseptor-reseptor muskarinik

dan histamin H1.

- Efek samping mengantuk disebabkan oleh

penurunan efek histamin pada reseptor H1 akibat

afinitas antidepresan trisiklik pada reseptor

histamin H1.

Tampak gelisah,lebih tua dari usia dan

penampilan kurang rapih

Akibat depresi dan gangguan dalam ADL

Riwayat depresi berat akibat kematian suami

dan desakan anak yang meminta warisan

Faktor resiko terjadinya demensia

Pikiran sering buntu,telat mikir, tidak

nyambung, mengulang pertanyaan atau

ucapan, susah konsentrasi, terjadi penurunan

daya ingat dan ganguan daya pikir

Adanya penurunan fungsi kognitif akibat

demensia

Page 8: Alzheimer

Salah dalam meletakkan barang Agnosia +,merupakan gejala demensia tipe

alzheimer,menyebabkan penurunan IADL

Sering berbicara sendiri sambil menyebut

nama suami dan marah ketika dijelaskan

bahwa suaminya telah tiada.

Akibat halusinasi

Sering marah tanpa sebab yang jelas,tiba-tiba

menangis,gembira berlebihan

Perubahan kepribadian akibat demensia

Perlu bantuan dalam aktivitas sehari-hari Ada gangguan ADL

Ada riwayat keluarga yang mengalami gejala

serupa

Faktor resiko terjadinya demensia tipe

alzheimer

Didapati Tremor kasar Bisa diakibatkan gangguan emosional,

kekurangan vitamin B6 dan

B12,kemungkinan Parkinson

Arus pikir produktivitas kurang, inkoherensi

kontinuitas

Adanya ganguan kognitif

Waham curiga non bizare, sistematik Pendukung demensia alzheimer

Ganguan persepsi halusinasi visual dan

auditorik,penurunan memori jangka pendek dan

remote memory

Pendukung demensia alzheimer

Seven serial test + Ada gangguan dalam konsentrasi

Disorentasi waktu, tempat dan orang Gangguan fungsi kognitif

Fungsi eksekutif terganggu Pendukung demensia alzheimer

Interpretasi Pemeriksaan Psikometri

CDT :

Gambar lingkaran: 1

Tempatkan angka-angka:1

Angka 1-12 ditempatkan tepat:0

Jarum jam tepat:0

Hasil CDT: 2 Gangguan kognitif

MMSE

Page 9: Alzheimer

- Orientasi : 2

- Registrasi : 3

- Atensi dan Kalkulasi : 1

- Recall : 1

- Bahasa : 3 ( nama benda:1,pengulangan/pengertian verbal : 0,baca : 1,tulis : 1)

Hasil Visuospasial MMSE :10 Moderate Cognitive Impairment

Diagnosis Multiaksial menurut PPDGJ III

Aksis I: Demensia Alzheimer F.00.0

Aksis II: ciri kepribadian anankastik

Aksis III: -

Aksis IV: Primary support group (keluarga)

Kriteria Diagnosis Demensia Alzheimer menurut PPDGJ III:

Pedoman diagnostic F.00 Demensia pada Alzheimer adalah sebagai berikut;

1) Terdapatnya gejala demensia

2) Onset bertahap (insidious onset) dengan deteriorasi lambat. Onset biasanya sulit ditentukan

waktunya yang persis, tiba-tiba orang lain sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Dalam

perjalanan penyakitnya dapat terjadi suatu taraf yang stabil (plateau) secara nyata

3) Tidak adanya yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit

otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia (misalnya hipotiroidisme,

hiperkalsemia, defisiensi vitamin B12, defisiensi niasin, neurosifilis, hidrosefalus bertekanan

normal, atau hematom subdural)

4) Tidak adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neurologic kerusakan otak fokal

seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan mata, dan inkoordinasi yang

terjadi dalam masa dini dari gangguan itu (walaupun fenomena ini di kemudian hari dapat

bertumpang tindih)

Pedoman diagnostic F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer onset dini adalah sebagai berikut;

1) Demensia yang onsetnya sebelum 65 tahun

2) Perkembangan gejala cepat dan progresif (deteriorasi)

Page 10: Alzheimer

3) Adanya riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer merupakan faktor yang menyokong

diagnosis tetapi tidak harus dipenuhi

Pada pasien ini ditemukan:

a.Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan oleh:

1.Gangguan daya ingat : pasien semakin sering lupa.Lupa sudah makan obat atau

belum,lupa mematikan kompor,lupa nama anak-anaknya.

2. Adanya gangguan kogntif,berupa:

a.Afasia (gangguan bahasa) : sering menggulang-ulang pertanyaan atau

ucapannya

b. Agnosia (kegagalan untuk mengenali/mengidentifikasikan benda walaupun

fungsi sensoriknya utuh) : salah meletakkan barangPasien menaruh makanan

di lemari pakaian atau kunci di lemari es.

c.Gangguan dalam fungsi eksekutif ( gangguan dalam

merencanakan,mengorganisasi,mengurutkan,abstrak) : salah dalam

menghitung uang.

3.Adanya disorientasi :

- Personal : Pasien mengira anaknya, Nn. Ade sebagai adik perumpuannya,

kedua anak laki-lakinya (Tn Ahmat dan Tn. Ardi) sebagai kakaknya atau

mengira Tn. Ardi adalah suaminya.

- Tempat : Pasien menganggap ia hanya menginap sementara di rumah

saudaranya (sebenarnya rumahnya sendiri) dan harus segera pulang karena

orangtua (padahal sudah lama meninggal) menunggu di rumah.

4. Adanya perubahan personality pasien berupa pasien menjadi suka marah-marah

tanpa sebab yang jelas, tiba-tiba menangis dan sebaliknya gembira berlebihan

5. MMSE yang bernilai 10 :

- Moderate Cognitive Imparment

6.CDT yang bernilai 2:

- Benar menggambar lingkaran tertutup.

- Benar menempatkan angka-angka 1-12 dalam posisi yang benar.

Dementia pada pasien ini adalah onset dini karena mulai timbul gejala pada umur kurang dari

65 tahun.

Page 11: Alzheimer

b.Defisit kognitif menyebabkan gangguan yang bermakna dalam pekerjaan,ditunjukkan

dengan:

- ADL 11 : Ketergantungan sedang.

- IADL 8 yang berarti memerlukan bantuan dalam aktifitas sehari-hari.

c. Penurunan kognitif yang bertahap.

d.Defisit kognitif bukan karena penyakit lain berupa penyakit susunan saraf

pusat,gangguan sistemik,atau akibat pemakaian zat-zat tertentu.

Perjalanan penyakit Alzheimer Ny.Ani termasuk Demensia Alzheimer fase II,karena :

a.Adanya halusinasi

b.Adanya disfungsi lobus parietal yang ditandai dengan adanya agnosia,apraksia,akalkulia.

c.Fungsi berbahasa masih baik.

Pada pasien ini juga sudah terdapat BPSD (Behavioural and Psychological Symptoms of

Dementia) yang terlihat dari gejala delusi,halusinasi,depresi,cemas,dan agitasi.

Berdasarkan gejala klinis pasien,disimpulkan letak lesi pasien ini ada di bagian kortikal,yang

disebabkan oleh penyakit Alzheimer karena :

1. Terdapat gejala 4 A : amnesia,afasia,apraksia,agnosia.

2. Adanya defisit kognitif

3. Affect-unconcerned or dishibitited

4. Normal motor system,tone,gait.

Diagnosis Banding

Pseudodementia of Depression

o Ada gangguan kognitif

o Ada depresi

Patofisiologi Demensia Alzheimer:

Page 12: Alzheimer

Genetik : APO-E4 allele di kromosom 19 Usia lanjut : > 65 th Wanita;Depresi;Gaya Hidup&Lingkungan

Produksi&Akumulasi Amiloid di luar Neuron

Kematian Neuron

Defisiensi Neurotransmiter : Asetilkolin,Norepinefrin,Scopolamine , Atropin

Perubahan Kognitif & PerilakuTerbentuk Neurofibrillary Tangles di dalam Neuron

Atrofi otak difus & pembesaran ventrikel serebral

BAB III

KESIMPULAN

Page 13: Alzheimer

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Alzheimer

1. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis,

Jilid 1. Ed.7. Tangerang: Binarupa Aksara; 2010.

2. Lonergan E. a LANGE Clinical Manual Geriatrics. 1st ed. London: Prentice-Hall International

Inc.;1996.

3.

: