Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

14
Aliran Esensialisme dalam Filsafat Pendidikan PENDAHULUAN Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu kehilangan arah. Berhubung dengan itu pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah truji oleh waktu. Nilai- nilai yang dapat memenuhi adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama 4 abad belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. PEMBAHASAN A. PENGERTIAN ALIRAN ESENSIALISME DAN SEJARAHNYA Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama.

Transcript of Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

Page 1: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

Aliran Esensialisme dalam Filsafat Pendidikan

PENDAHULUAN

             Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini

dapat menjadikan pendidikan itu kehilangan arah. Berhubung dengan itu

pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan

kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang

mempunyai tata yang jelas dan yang telah truji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat

memenuhi adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama 4

abad belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaisans, sebagai pangkal

timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Essensialisme percaya bahwa

pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak

awal peradaban umat manusia.

 PEMBAHASAN

 A.    PENGERTIAN ALIRAN ESENSIALISME DAN SEJARAHNYA

Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang

menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Mereka

beranggapan bahwa kebudayaan lama itu telah banyak memperbuat

kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Yang mereka maksud dengan

kebudayaan lama itu adalah yang telah ada semenjak peradaban manusia

yang pertama-tama dahulu. Akan tetapi yang paling mereka pedomani

adalah peradaban semenjak zaman Renaissance, yaitu yang tumbuh dan

berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman

Renaissance itu telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk

menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan

purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala. Renaissance

itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan sebagai puncak timbulnya

Page 2: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari

aktivitas manusia. Sumber utama dari kebudayaan itu terletak dalam ajaran

para ahli filsafat, ahli-ahli pengetahuan yang telah mewariskan kepada umat

manusia segala macam ilmu pengetahuan yang telah mampu menembus

lipatan qurun dan waktu dan yang telah banyak menimbulkan kreasi-kreasi

bermanfaat sepanjang sejarah umat manusia.

Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan

yang memprotes terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan

progrevisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/

sosial. Menurut Esensialisme, nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara

berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama

beratus-ratus tahun, dan didalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita

yang telah teruji dalam perjalanan waktu.

Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, Pendidikan

Sebagai Pemelihara Kebudayaan. Karena ini maka aliran Esensialisme

dianggap para ahli “Conservative Road to Culture” yakni aliran ini ingin

kembali kekebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan

kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme percaya

bahwa pendidikan itu harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang

telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak

pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama sehinga

memberikan kestabilan dan arah yang jelas.

B.     CIRI-CIRI UTAMA ALIRAN ESENSIALISME

Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai

tinjauan yang berbeda dengan progressivisme mengenai pendidikan dan

kebudayaan. Jika progressivisme menganggap pendidikan yang penuh

fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan

doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah dan berkembang,

maka aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu

Page 3: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi

sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan kurang

terarah dan tidak menentu serta kurang stabil. Karenanya pendidikan

haruslah diatas pijakan nilai yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah

teruji oleh waktu, tahan lama dan nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan

terseleksi

Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan

dan filsafat yang korelatif, selama empat abad belakangan ini, dengan

perhitungan zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-

pandangan Esensialistis awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada

pertengahan kedua abad ke sembilan belas.

Idealisme dan Realisme adalahaliran-aliran filsafat yang membentuk

corak Esensialisme. Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing ini

bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat ini bertemu sebagai pendukung

Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu. Berarti, tidak melepaskan

sifat-sifat utama masing-masing.

Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme,

titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik; sedangkan

idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya

bersifat spiritual.

Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama

dengan substansi gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik duni fenomenal ini ada

jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya

kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan

kekuasaan Tuhan. Dengan menguji menyelidiki ide-ide serta gagasan-

gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang sumbernya

adalah Tuhan sendiri.

Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan

oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut :

Page 4: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

1.      minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya

belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan

dari dalam diri siswa.

2.      pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah

melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan

yang khusus pada spsies manusia.

3.      oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan

pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan

untuk mencapai tujuan tersebut.

4.      esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang

pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme)

memberikan sebuah teori yang lemah.

C.    POLA DASAR PENDIDIKAN ESSENSIALISME

Uraian berikut ini akan memberikan penjelasan tentang pola dasar

pendidikan aliran esensialisme yang didasari oleh pandangan humanisme

yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah kepada keduniaan,

serba ilmiah dan materialistik.

Untuk mendapatkan pemahaman pola dasar yang lebih rinci kita

harus mengenal dari referensi pendidikan esensialisme. Imam Barnadib

(1985)11) mengemukakan beberapa tokoh terkemuka yang berperan dalam

penyebaran aliran essensialisme dan sekaligus memberikan pola dasar

pemikiran mereka.

1.      Desidarius Erasmus,  humanis Belanda yang hidup pada akhir abad ke15

dan permulaan abad ke 16, adalah tokoh pertama yang menolak pandangan

hidup yanag berbijak pada “dunia lain”. Ia berusaha agar kurikulum di

sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional, sehingga dapat

diikuti oleh kaum tengahan dan aristokrat.

2.      Johann Amos Comeniuc (1592-1670), tokoh Reinaissance yang pertama

yang berusaha mensistematiskan proses pengajaran. Ia memiliki pandangan

realis yang dogmatis, dan karena dunia ini dinamis dan bertujuan, maka

Page 5: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

tugas kewajiban pendidikaan adalah membentuk anak sesuai dengan

kehendak Tuhan.

3.      John Lock (1632-1704), tokoh dari inggris dan populer sebagai “pemikir

dunia” mengatakan bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan

situasi dan kondisi.

4.      Johann Henrich Pestalozzi (1746-1827), mempunyai kepercayaan bahwa

sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada diri manusia

terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya. Selain itu ia percaya kepada

hal-hal yang transendental, dan manusia mempunyai hubungan

transendental langsung dengan Tuhan.

5.      Johann Frederich Frobel (1782-1852), seorang tokoh transendental pula

yang corak pandangannya bersifat kosmissintetis, dan manusia adalah

makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari alam ini. Oleh karena

itu ia tunduk dan mengikuti ketentuan dari hukum-hukum alam. Terhadap

pendidikan ia memandang anak sebagai makhluk yang berekspresi kreatif,

dan tugas pendidikan adalah memimpin peserta didik kearah kesadaran diri

sendiri yang murni, sesuai fitrah kejadiannya.

6.      Johann Fiedrich Herbart (1776-1841), salah seorang murid Immanuel Kant

yang berpandangan kritis. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah

menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari Yang Mutlak, berarti

penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan, dan ini pula yang disebut

“pengajaran yang mendidik” dalam proses pencapaian pendidikan.

7.      Tokoh terakhir dari Amerika Serikat, William T. Harris (1835-1909)-

pengikut Hegel, berusaha menerapkan Idealisme Obyektif pada pendidikan

umum. Menurut dia bahwa tugas pendidikan adalah mengizinkan

terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan

spiritual. Keberhasilan sekolah adalah sebagai lembaga yang memelihara

nilai-nilai yang telah turun temurun dan menjadi penuntun penyesuaian diri

setiap orang kepada masyarakat

 

D.    BEBERAPA PANDANGAN DALAM ESENSIALISME

Page 6: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

Sebagai reaksi dalam tuntutan zaman yang ditandai oleh suasana

hidup yang menjurus kepada keduniaan, perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, yang mulai terasa sejak abad ke15, realisme dan idealisme

perlu menyusun pandangan-pandangan yang modern. Untuk itu perlu

disusun kepercayaan yang dapat menjadi penuntun bagi manusia agar

dapat jadi penuntun bagi manusia agar dapat menyesuaikan diri dengan

tuntutan keadaan itu. Kepercayaan yang dimaksud diusahakan tahan lama,

kaya akan isinya dan mempunyai dasar-dasar yang kuat.

Dasar-dasar yang telah diketemukan, yang akhirnya dirangkum

menjadi konsep filsafat pendidikan esensialisme ini, tamapk manifestasinya

dalam sejarah dari zaman Renaisans sampai timbulnya Progresivisme.

1.      PANDANGAN MENGENAI REALITA

            Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu

konsepsi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur

dunia beserta isinya dengan tiada cela pula, ini berarti bagaimanapun

bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan

tata tersebut. Dibawah ini adalah uraian mengenai penjabarannya menurut

realisme dan idealisme.

a.       Realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme obyektif

karena mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam serta tempat

manusia didalamnya. Terutama sekali ada dua golongan ilmu pengetahuan

yang mempengaruhi realisme ini.

Dari fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat dipelajari bahwa tiap

aspek dari alam fisik ini dapat dipahami berdasarkan adanya tata yang jelas

khusus. Ini berarti bahwa suatu kejadian yang sederhanapun dapat

ditafsirkan menurut hukum alam, seperti misalnya daya tarik  bumi.

b.      Idealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis

dibandingkan dengan realisme obyektif. Yang dimaksud dengan ini adalah

bahwa pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan

Page 7: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

meliputi segala sesuatu. Dengan landasan pikiran bahwa totalitas dalam

alam semesta ini pada hakikatnya adalah jiwa atau spirit, idealisme

menetapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata.

Ajaran-ajaran Hegel memperjelas pandangan tersebut diatas.

2.      PANDANGAN MENGENAI NILAI

Nilai, seperti halnya pengetahuan berakar pada dan diperoleh dari

sumber-sumber obyektif. Sedangkan sifat-sifat nilai tergantung dari

pandangan yang timbul dari realisme dan idealisme. Kedua aliran ini

menyangkutkan masalah nilai dengan semua aspek peri kehidupan manusia

yang berarti meliputi pendidikan. Pandangan dari dua aliran ini, yang

mengenai nilai pada umumnya dan nilai keindahan pada khususnya akan

dipaparkan berikut ini.

Untuk hal yang pertama, dapatlah ditunjukan bahwa nilai mempunyai

pembawaan atas dasar komposisi yang ada. Misalnya, kombinasi warna

akan menimbulkan kesan baik, bila penempatan dan fungsinya disesuaikan

dengan pembawaan dari komponen-komponen yang ada.

Untuk hal yang kedua, dapatlah diutarakan bahwa sikap, tingkah laku

dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan

buruk.

3.      PANDANGAN MENGENAI PENDIDIKAN

Pandangan mengenai pendidikan yang diutarakan disini bersifat

umum, simplikatif dan selektif, dengan maksud agar semata-mata dpat

memberikangambaran mengenai bagian-bagian utama dari esensialisme.

Disamping itu karena tidak setiap filsuf idealis dan realis mempunyai faham

esensialistis yang sistematis, maka uraian ini bersifat eklektik.

Esensialisme timbul karena adanya tantangan mengenai perlunya

usaha emansipasi diri sendiri, sebagaimana dijalankan oleh para filsuf pada

umumnya ditinjau dari sudut abad pertengahan. Usaha ini diisi dengan

pandangan-pandangan yang bersifat menanggapi hidup yang mengarah

Page 8: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

kepada keduniaan, ilmiah dan teknologi, yang ciri-cirinya telah ada sejak

zaman Renaisans.

Tokoh yang perlu dibicarakan dalam rangka menyingkap sejarah

esensialisme ini adalah William T. Harris (1835-1909). Sebagai tokoh

Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh Hegel ini berusaha menerapkan

idealisme obyektif pada pendidikan umum. Menurut Harris, tugas

pendidikan adalah mengijinkan terbukanya realita berdasarkan susunan

yang tidak terelakan (pasti) bersendikan kesatuan spiritual. Sekolah adalah

lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun-menurun, dan

menjadi penuntun penyesuaian orang kepada masyarakat.

Oleh karena terasaskan adanya saingan  dari progresivisme, maka

pada sekitar tahun 1930 timbul organisasi yang bernama Esentialist

Comittee for the Advancement of Education. Dengan timbulnya Komite ini

pandangan-pandangan esensialisme (menurut tafsiran abad xx), mulai

diketengahkan dalam dunia pendidikan.

4.      PANDANGAN MENGENAI PENGETAHUAN

Pada kacamata realisme masalah pengetahuan ini, manusia adalah

sasaran pandangan sebagai makhluk yang padanya berlaku hukum yang

mekanistis evolusionistis. Sedangkan menurut idealisme, pandangan

mengenai pengetahuan bersendikan pada pengertian bahwa manusia

adalah makhluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang

timbul dari hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos.

5.      PANDANGAN MENGENAI BELAJAR

Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai

pribadi individual dengan menitikberatkan pada aku, menurut idealisme,

seseorang belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri,

terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos

menuju kemakrokosmos.

Page 9: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

Sebagai contoh, dengan landasan pandangan diatas, dapatlah

dikemukakan pandangan Immanuel Kant (1724-1804). Dijelaskan bahwa

segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia lewat indera memerlukan

unsur a priori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.

6.      PANDANGAN MENGENAI KURIKULUM

Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu

hendaklah berpangkal pada landasan ideal dan organisasi yang kuat.

Bersumber atas pandangan ini, kegiatan-kegiatan pendidikan dilakukan.

Pandangan dari dua tokoh dipaparkan dibawah ini.

Herman Harrell Horne menulis dalam bukunya yang berjudul This

New Education mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan

atas fundamental tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri

masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan

ditujukan kepada yang serba baik tersebut. Atas dasar ketentuan ini berarti

bahwa kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan

dengan fundamen-fundamen itu.

Bogoslousky, dalam bukunya The Ideal School, mengutarakan hal-hal

yang lebih jelas dari Horne. Disamping menegaskan supaya kurikulum

dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang satu dengan

yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah rumah yang

mempunyai empat bagian, ialah :

a.       Universum. Pengetahuan yang merupakan latar belakang dari segala

manifestasi hidup manusia, diantaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan

alam, asal-usul tata surya dan lain-lainnya. Basis pengetahuan ini adalah

ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas.

b.      Sivilisasi. Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat.

Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan terhadap

lingkungannya, mengejar kebutuhan, hidup aman dan sejahtera.

Page 10: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

c.       Kebudayaan. Karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat,

kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai

lingkungan.

d.      Kepribadian. Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti

riil yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal.

Jadi, tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi

bahagia didunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu

pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakan kehendak

manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam

miniatur  dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran

dan kegunaan. Maka dalam sejarah perkembangannya, kurikulum

esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme,

realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam

menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip

dan kenyataan sosial yang ada dimasyarakat.

 

PENUTUP

 SIMPULAN

            Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

a.       Aliran filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan

agar manusia kembali kepada kebudayaan lama.

b.      Aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu

pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi

sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah, kurang

terarah, tidak menentu dan kurang stabil.

c.       Ciri-ciri filsafat pendidikan Esensialisme oleh William C. Bagley sebagai

berikut :

1)      Minat-minat yang kuat dan tahan lama yang sering tumbuh dari upaya-

upaya belajar awal.

2)      Pengawasan, pengarahan dan bimbingan orang yang dewasa adalah

melekat dalam masa balita yang panjang.

Page 11: Aliran Esensialisme Dalam Filsafat Pendidikan

3)      Kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan.

4)      Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh tentang pendidikan

d.      Tokoh-tokoh terkemuka yang berperan dalam penyebaran aliran

esensialisme diantarnya adalah Desidarius Erasmus, Johann Amos

Comenius, John Locke, Johann Henrich Pesta Lozzi, Johann Friederich

Frobel, Johann Friedrich Herbart dan William T. Harris.

e.       Beberapa pandangan dalam esensialisme diantaranya :

1)      Pandangan mengenai realita,

2)      Pandangan mengenai nilai pendidikan,

3)      Pandangan mengenai pengetahuan,

4)      Pandangan mengenai belajar, dan

5)      Pandangan mengenai kurikulum.