Aliran aliran hukum pidana
-
Upload
hanggardatu -
Category
Law
-
view
1.483 -
download
6
description
Transcript of Aliran aliran hukum pidana
ALIRAN-ALIRAN HUKUM PIDANA DATU HANGGAR JAYA NINGRAT
ALIRAN-ALIRAN DALAM HUKUM PIDANA
Aliran-aliran hukum pidana ini berusaha memperoleh suatu sistem hukum
pidana yang praktis dan bermanfaat,bukan untuk mencari dasar hukum atau
pembenaran hukum.secara garis besar aliran-aliran hukum pidana ini dapat dibagi
menjadi tiga aliran yaitu aliran Klasik,aliran Modern dan aliran Neo-klasik atau
gabungan ( Muladi dan Nawawi Arief 1998 ): 67.
A.ALIRAN KLASIK (CLASSICAL SCHOOL)
Pada abad ke 18 di Perancis ada terdapat reaksi terhadap ancient regime yang
arbitrair yang kemudian banyak menimbulkan ketida-pastian hukum ,ketidak-samaan
dalam hukum dan ketidak-adilan.
Aliran ini terutama menghendaki hukum pidana yang tersusun secara
sistematis dan menitik beratkan kepada kepastian hukum.Pada aliran ini menghendaki
ialah hukum perbuatan atau daadstrafrecht.Sifat daripada aliran Klasik ini sendiri
adalah absolut dan berorientasi pada perbuatan masalalu.Perumusan undang-undang
dan perbuatan yang melawan hukum merupakan titik sentral yang menjadi perhatian
hukum pidana.Perbuatan diartikan secara abstrak dan dilihat secara yuridis belaka
terlepas dari orang yang melakukannya.Jadi Aliran ini mengobyektifkan hukum
pidana dari sifat-sifat pribadi si pelaku.
Dalam hal pemidanaan pada permulaanya sangat membatasi kebebasan hakim
untuk menentukan jenis pidana dan ukuran pemidanaan.Hal ini dikarenakan pada
awal timbulnya aliran ini terdapat suatau system yaitu “the definite sentence” yang
sangat kaku yng dapat diperhatikan di dalam Code Perancis 1791.Code Perancis 1791
ini tidak membolehkan individualisasi dalam penerapan pidana.Pidana yang
ditetapkannoleh UU tidak mengenal system peringanan atau pemberatan yang
berhubungan dengan factor usia,keadaan jiwa si pelaku kejahatnnya maupun
keadaanya yang terdahulu yang menyebabkan perbuataan itu dilakukan.Sebagai
bentuk kebijakan untuk mengatasi pemidannan tak terkendali itu,maka Code Perancis
1791 itu berusaha mengatasi melalui penerapan pidana secara mekanis.Aliran ini juga
bertujuan semata-mata untuk pembalasan dan menitik beratkan pada perbuatan yang
telah dilakukan harus pula dirasakan oleh pelaku itu sendiri ( qhisas ).1
1 Prof.Dr.Muladi,SH&Dr.Barda Nawawi A,SH,Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,(bandung:Alumni,1992),25-26
ALIRAN KLASIK BERPIJAK PADA TIGA TIANG
a) Asas Legalitas, yang menyatakan bahwa tiada pidana tanpa undang-
undang,tiada tindak pidana tanpa undng-undang dan tiada tuntutan tanpa
undang-undang.
b) Asas Kesalahan,yang berisi bahwa orang hanya dapat dipidana untuk tindak
pidana yang dilakukannya dengan sengaja atau karena kealpaan.
c) Asas pengimbalan ( pembalasan ) yang sekuler,yang berisi bahwa pidana
secara kongkrit tidak dikenakan dengan maksud untuk mencapai sesuatu hasil
yang bermanfaat,melainkan setimpal dengan berat ringannya perbuatan yang
dilakukan.2
2 Ibid,26-27
ALIRAN KLASIK INI MEMILIKI KARAKTERISTIK SEBAGAI BERIKUT
a) Legal definition of crime
Hal ini merupakan penggambaran daripada jenis-jenis prilaku tertentu.yang
kemudian dianggap oleh pembuat undang-undang sebagai tindak pidana.
b) Let the punishment fit the crime
Hal ini sering disebut sebgai kontribusi utama opera sarjana yang menganut
aliran ini .Yakni Casare Bccaria yang pada tahun 1794 menuis sebuah karya
yang terkenal Del Delitti e Delle Pene ( On Crime and Punishment ).
c) Doctrine of free will
Doktrin ini meragukan bahw landasan perilaku masusia bersiaft
purposip.Melainkan landasan perilaku manusia itu adalah yang disebut
hendonism.Dimana manusia bebas melakukan perbuatan yang dapat
menimbulkan kesenagan bagi mereka dan menjauhkan mereka dari perbuatan
yang dapat menyusahkan mereka.
d) Death penalty for some offenses
Hal ini mengenai tindak pidana mati untuk beberapa tindak pidana.hal ini
tidak bersifat mutlak,karena Beccarai sendiri sebagai pelopor aliran ini
menolak pidana mati ini karena adanya beberapa alasan.
e) Anecdotal methode – no empirical research
Hal ini sejalan dengan pandangan hendonistik.Sehingga hukum harus
dirumuskan secara jelas dan tertutup bagi interprestasi hakim.3
3 Ibid,61-62
Adapun beberapa sarjana utama yang menganut aliran Klasik ini adalah Casare
Beccaria dan Jeremy Bentham.
Cesare Beccaria
Lahir di Milan,Italia,pada tanggal 15 Maret 1738.Ia memili sebuah karya
berjudul “Dei delitti e delle pene” yang dibuatnya dalam usia 26 tahun dan diterbitkan
di Italia pada tahun1764 dan diterbitkan pula pertama kalinya di inggris pada tahun
1767 dengan judul “On Crime and Puishment “ .Pekerjaan /karya Beccaria sangatlah
penting untuk masa sekarang ini;Eliott Monochese menyatakan:” tidaklah
berkelebihan untuk memandang karya Beccaria sebagai yangsangat penting dalam
memberikan jalan bagi pembaharuan hukum pidana untuk masa sekarang lebih dua
abad terakhir ini.”
Karyanya berisi hampir menegenai semua pembaharuan hukum pidana
modern,tetapi sumbangannya yang terbesar dari karyanya itu menurut Stphen Schafer
ialah dasar-dasar/landasan yang diletakkannya untuk perubahan-perubahan yang
kemudian pada perundang-undangan pidana.
Di dalam karya yaitu “On Crime and Puishment “ ia memaparkan konsep
kontrak sosial dan berpendapat bahwa idividu menyerahakan kebebasan/kemerdekaan
mereka secukupnya kepada Negara Negara agar masyarakat itu dapat hidup
( berlangsung terus; viable).Prinsip dasar yang harus menuntun ( menjadi pedoman )
perundang-undangan dan tentu saja menjadi kekuatan adalah bahwa “kebahagiaan
yang terbesar sama-sama digunakan/dibagi oleh jumlah rakyat yang terbesar.”
Beccaria sangat dipengaruhi oleh filsafat mengenai “kebebasan kehendak
“.Yang kemudian dikemukakan bahwa perbuatan manusia bersifat purpositive
(bertujuan)dan didasarkan pada paham Hedonisme,atau prinsip kesenangan dan
kesusahan,yaitu: “ manusiamemilih perbuatan-perbuatan yang akan memberikan
mereka kesenangan dan menghindari perbuatan-perbuatan yang membawa
kesusahan.”
Oleh karena itu Beccaria berpendapat pidana itu harus dirancang untuk
masing-masing kejahatan menurut tingkatnya yang akan menghasilkan lebih banyak
kesusahan daripada kesenagan terhadap perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan
Pandangan mengenai perbuatan orang secara hedonistic ini mengemukakan
bahwa UU harus dirumuskan secara jelas dan tidak memberikan kesempatan untuk
adanya penafsiran oleh hakim.
Filsafat Beccaria ini yang berlaku ini kemudian mengakibatkan skala keadilan
tidak ditergantungkan pada prasangka-prasanka perseorangan dan tentu bersifat buta.
Beccaria berpendapat bahwa alas an utama dari penjatuhan pidana adalah
untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat dan untuk mencegah orang untuk
melakukan kejahatan.Ia juga yakin bahwa pidana mati menyia-nyiakan sumber daya
manusia yang merupakan modal utama bagi negara.Ia juga mengunggkapkan bahwa
pidana mati menggoncangkan sentiment moral pada umumnya.Kenyataan itu
diperlihatkan oleh kebencian umum aripada pelaksana pidana mati dan hasilnya
melemahkan moralitas umum yang seharusnya dipertahankan/diperkuat oleh hukum.4
Jeremy Bentham
Jeremy Bentham merupakan seorang filosofis inggris yang hidup anatara
tahun 1748-1832 sangat ahli dalam hukum tetapi tidak ernah melakukan praktek
hukum.Ia diklsifikasikan sebagai penganut utilitarian hedonist.Bentham juga
sependapat mengenai ajaran atau doktrinya yaitu “kebebasan kehendak”,walaupun ia
mengisyaratkan kea rah teori mengenai perbuatan yang terpola.
Jeremy Bentham juga berpendapat bahwa tujuan-tujuan dari pidana ialah:
1. mencegah semua pelanggaran ( to prevent all offenses )
2. mencegah pelanggaran yang paling jahat ( to prevent the worst offenses )
3. menekan kejahatan ( to keep down mischief ),dan
4. menekan kerugian/biaya sekecil-kecilnya ( to act the least expense )
Jeremy Bentham sama halnya pula dengan beccaria ia memaafkan pidana yang berat
yang sifatnya memperbaiki,tetapi bahwa semua rakyat harus mengakui pidana berat
dan harus pula menerimanya sebelum diperlakukan atau dieffektifkan.Bentahm juga
menerangkan bahwa suatu bentuk pidana berat seperti pidana mati hanya membawa
kekejaman dan kebrutalan luar biasa,tidaklah merupakan pidana yang memuaskan
tetapi hanya akan membawa kesusahan dan nestapa yang daripada apa yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.5
4 Ibid,27-305 Ibid,30-32
B..ALIRAN MODERN ( POSITIVE SCHOOL)
Pada abad 19 aliran hukum pidana modern ini mulai muncul dan seketika
menjadi pusat perhatiaanya adalah si pembuat.
Karena dalam mencari sebab kejahatan menggunakan ilmu alam dan
bermaksud untuk lansung mendekati dan mempengaruhi penjahat secra positif sejauh
dia masih dapat diperbaiaki,aliran hukum pidana modern ini kemudian sering disebut
juga sebagai aliran positif.
Aliran hukum pidana modern ini menganggap bahwa suatu perbuatan yang
dilakukan seseorang tidak boleh hanya dilihat secara abstrak dan yuridis. namun harus
pula dilahat secara kongkrit bahwa kenyataannya perbuatan itu sangat dipengaruhi
watak kepribadian seseorang itu sendiri baik diliahat dari berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhi perbuatan itu, seperti faktor biologis maupun faktor lingkungan
dimana seseorang itu berada.Aliran modern ini menolak pandangan adanya
pembalasan berdasarkan kesalahan yang subjektif.Aliran ini lebih bertujuan kepada
pembinaan pelaku itu.Pertanggung jawaban seseorang berdasarkan kesalahan harus
diganti dengan sifat berbahayanya si pelaku.Bentuk pertanggung jawaban kepada si
pelaku lebih bersifat tindakan untuk melindungi masyarakat dan bersifat
relative.Aliran ini lebih mengedepankan orientasi kepada masa depan dari sifat-sifat
pelaku.Jadi aliran ini menghendaki adanya individualisasi pidana yang bertujuan
mengadakan resosialisasi si pelaku agar kemudian hari dapat diterima kembali di
dalam masyarakat.6
CIRI-CIRI DARIPADA ALIRAN MODERN INI ADALAH
6 Ibid,32-39
a. Rejected legal definition of crime and substituted natural crime
“Natural” dalam hal ini diartikan sebagai sesuatu yang tidak
konvensional,sesuatu yangada di dalam masyarakat,bebas daripada keadaan-
keadaan dsn urgensi-urgensi daripada masa tertentu atau pandangan-
pandangan tertentu dari pembuat undang-undang.Jadi “natural crime” dalam
hal ini menggambarkan perbuatan-perbuatan yang oleh masyarakat berabad
diakui sebgai kejahatan.
b. Let the punishment fit the criminal
Menurut Cesare Lambroso (1835-1909) salah satu pelopor aliran
ini,sepanjang pelaku tindak pidana mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang
berbeda-beda, adalah merupakan suatu kebodohan untuk menerapkan pidana
yang sama kepada semua orang yang melakukan tindak pidana tertentu.
c. Doctrine of determinism
Doctrine ini menyatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan
hasil interaksi antara kepribadian dan lingkungan hidup seseorang.Bukan
pelaku tindak pidana yang hendaki perbuatan pidana ,tetapi situasilah yag
mendaorongnya demikian.Situasi dalam hal ini mencangkup personal dan
moral,sedangkan lingkungan hidup tersebut di atas menjadikannya sebagai
mata rantai sebab akibat,eksternal dan internal yang menentukan dia sebagai
penjahat.Oleh Enrico Ferri (1856-1929) salah seorang pelopor aliran modern
yang lain,hal ini disebut sebagai law of criminal situation.
d. Abortion of the death penalty
Menurut Vernon Fox hal ini juga tidak terlalu mutlak.Hal ini terbukti
dari usu Raffaele Gorafalo(1852-1934) yang juga seorang pelopor aliran
modern ,untuk mempertahankan pidana mati bagi mereka yang melakukan
tindak pidana sebagai akibat kerusakan psikologi yang bersifat permanen yang
menjadikannya tidak layak hidup di masyarakat.
e. Empirical research: use of the inductive method.
Menurut Stepen Schafer,kelahiran aliran positip pada akhir abad 18
melambangkan bahwa “the era of faith” telah lalu dan “scientific age” telah
dimulai .Scientifik age ini didasarkan atas penemuan-peneman ilmiah,baik
ilmu-ilmu alam,sebagai landasan filsafat individualisasi serta pembinaan
narapidan secra ilmiah.
f. Indeterminate sentence
Pidana yang tidakditentukan secara pastiini sesuai dengan pandangan
Lambroso yangmenyatakanbahwa “different criminal have different
needs”.Dalam hal ini keputusan tentang pidana di serahkan kepada
pengadilan.Undang-undang dalam hal ini hanya menentukan alternatif-
alternatif dalam batas-batas minimum dan maksimum yang
diperkenankan oleh undang-undang.(Reid, 1976 : 128).pada tahun-
tahun setelah perang dunia II,aliran modern ini berkembang menjadi
aliran atau gerakan perlindungan masyarakat ( social defence ) yang
memusatkan tujuannya pada pencegahan kejahatan dan pembinaan
para pelaku tindak pidana ( the prevention of crime and the treatment
of offenders )7
Aliran modern ini dipelori oleh Lombroso, dan Ferri
Lambroso
Menganjurkan bahwa pidana tidak ditetapkan secra pasti oleh
pengadilan,pidana mati merupakan seleksi terakhir yang bilamana penjara
pembuangan dan kerja keras,penjahat tetap mengulangi kejahatan yang mengancam
masyarakat dan korban kejahatan harus diberi kompensasi atas kerugian yang
diakibatkan oleh penjahat dan ia memberi tekanan yang besar pada pencegahan
kejahatan.
Ferri
Menyatakan bahwa seseorang memiliki kecenderungan bawaan menuju
kejahatan tetapi bilamana ia mempunyai lingkungan yang baik ia akan hidup terus
tanpa melanggar pidana ataupun hukum moral,kejahatan terutama dihasilkan oleh tipe
masyarakat darimana kejahatan itu dating,olehkarena itu pembuat undang-undang
harus selalu memperhitungkan faktor-faktor ekonomi,moral,sosial dan politik.8
7 Ibid,63-658 Ibid,32
C.ALIRAN NEO-KLASIK (NEO-CLASSICAL SCHOOL)
Aliran ini pada mulanya merupakan hasil reaksi daripada hasil pidana daripada
aliran klasik yang dimana menurut penganut aliran neo-klasik terlalu berat dan telah
merusak semngat kemanusaian.Aliran ini berkembang sekitar pada abad 19 yang
memiliki basis yang sama seperti aliran klasik yaitu “kebebasan kehendak”
Hal ini semata-mata dimaksudkan agar beberapa pidana dalam kebijakan
pengadilan dapat dirumuskan secara manimum dan maksimum dan mengakui asas-
asas tentang keadaan yang meringankan.Aliran ini juga bertujuan untuk
mengantisipasi banyaknya kebijakan pengadilan yang didasarkan pada keadaan
objektif.9
KARAKTERISTIK ALIRAN NEO-KLASIK (NEO-CLASSICAL SCHOOL)
a. Modifikasi dari “doctrine of free will”,yang dapat dipengaruhi oleh
patologi,ketidakmampuan,penyakit jiwa,atau keadaan-keadaan lain.
b. Diterima berlakunya kedaan-keadaan yang meringankan baik fiscal maupun
lingkunagn maupun mental
c. Modifikasi dari doktrin pertanggung-jawab pidana guna menetapkan
peringanan pidana dengan pertanggung-jawaban sebagaian, didalam hal-hal
yang khusus ,misalnya gila,dibawah umur dan keadaan-keadaan lain yang dapt
mempegaruhi pengetahuan dan niat seseorang pada waktu terjadinya
kejahatan.
d. Diperkenankan masuknya kesaksian ahli 9 (expert testimony) untuk
menentukanderajat pertanggung jawaban.10
9Ibid,6510 Ibid
ADAPUN ALIRAN-ALIRAN DALAM HUKUM PIDANA YANG MENJADI
LANDASAN PERTIMBANGAN BAGI PENUNTUTAN YANG DILAKUAN
ATAU TIDAK DILAKUKAN TERHADAP PELAKU
Aliran –aliran tersebut pada dasarnya ialah :
A. Aliran Indeterminisme
B. Aliran Determinisme
A.Aliran Indeterminisme
Aliran indeterminisme pada dasarnya mengajarksn bahwa dalam dalam
mempertimbangkan dapat tidaknya seorang pelaku itu diperhatikan beberapa pokok
pikiran berikut ini yakni bahwa :
a. Setiap orang itu pada dasarnya mempunyai kehendak yang bebas dalam
melakukan perbuaannya tanpa tergantung pada faktor apa pun juga
(indeteminitif)
b. Karena itu tidak ada faktor desakan yang menyebabkannya menjadi terpaksa
melakukan perbuatannya tersebut selain hanya kemauanya sendiri yang bebas
itu
c. Dengan demikian berarti segala akibat yang timbul karena perbuatannya itu
jelas merupakan hal yang dikehendakinya atau dapat dianggap sebagai suatu
kesengajaan.
d. Karena itu orang yang bersangkutan dapat dituntut untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya itu berikut segala akibatnya secara
penuh
Aliran ini juga memiliki nama lain teori atau ajaran kehendak,atau Aliran
Voluntarisme
B.Aliran Determinisme
Aliran Determinisme pada dasarnya mengajarkan bahwa dalam
mempertimbangkan dapat tidaknya seorang pelaku itu dijatuhi hukuman perlu
diperhatikan beberapa pokok pikiran berikut ini,yakni bahwa :
a. Setiap orang itu pada dasarnya tidak mempunyai kehendak yang bebas dalam
melakukan perbuatannya karena ia selalu tergantung pada berbagai faktor dan
latar belakang yang pasti mempengaruhi
b. Karena itu berbagai akibat yang ditimbulkan oleh perbuatannya itu pun dapat
dikatakan bukan terjadi karena kehendaknya, melainkan berbagai akibat itu
terjadi sebagai keterpaksaan yang tenttunya berada di luar kesalahannya
c. Karena itu maka orangyang melakukan sesuatu tindak pidana itu tidak dapat
dituntut untuk bertanggung jawab atas perbuatannya atau dengan perkataan
lain ia tidak dapat dijatuhi hukuman11
CONTOH-CONTOH BEBERAPA NEGARA YANG MENGANUT ALIRAN-
ALIRAN HUKUM PIDANA
A.BELANDA
Sejak semula telah terdapat perbedaan antara KUHP Indonesia dengan
Belanda itu dikarenakan adanya perbedaan situasi dan kondisi yang terjadi .
Belanda sendiri banyak menerima pengaruh daripada pidana modern,misalnya apa
yang disebut Subsosaialitas ( Subsocialiteit ),yang mengatakan bahwa jika seuatu
perbuatan merupakan suatu delik tetapi secara sosial kecil artinya.maka tidaklah perlu
dipidana atau tindakan,menjelma dalam pasal sisipan dalam KUHP Belanda,yaitu
pasal 9a yang dapat diterjemahkan sebagai berikut:
“Jika Hakim menngangap patut berhubung dengan kecilnya arti suatu
perbuatan,kepribadian pelaku atau keadaan-keadaan pada waktu perbuatan
dilakukan,begitu pula sesudah perbuatan di lakukan,ia menentukan dalam putusan
bahwa tidak ada pidana atau tindakan yang akan dikenakan.
Sebagai perwujudan lain sebagai penganut aliran modern ,bahwa di Belanda
juga menghapus atau tidak memberlakukan lagi pidana mati mulai sejak tahun 1870.12
B.JERMAN11 Prof.Purnadi Purbacaraka.SH& Ridwan Halim,Filsafat Hukum Pidana Dalam Tanya Jawab,(Jakarta:Rajawali,1982),188-19012 Dr.A.Hamzah,SH, Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara, (Jakarta: Sinar Grafika,1995),6-15
jerman adalah satu negara yang melakukan revisi dan memberlakukan
KUHPya yang baru pada tahun 1974.Revisi ini dapat dikataka sebagai bentuk
pemolesan KUHP lama sehingga sesuai dengan perkembangan zaman
beberapa hal yang perlu dicatat sebagai hal-hal yang berbeda dengan KUHP
Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Sesudah perang dunia II berakhir,negara-negara Eropa pada umumnya
termasuk jerman umumnya sangat kecewa terhadap model rehabilitasi dalam
pemidanaan.Jerman menjadi salah satu negara yang menerapkan pembinaan
klinik ( clinical treatment )
2) Diterapkan alternatif denda sebagai pengganti pidana penjara yng
singkat.Dalam hal ini diperlukan apa yang disebut dengan denda harian
(day fine ) pada tahun 1975
pidana pokok da;am KUHP jerman hanya dua yang penting,yaitu pidan
penjara yang maksimum 15 tahun atau seumur hidup,dan pidana denda sebagai
alternatif terpenting.Di samping itu dikenal pidana yang ditunda (suspended
sentence).13
C.REPUBLIK RAKYAT CINA
RRC adalah salah satu negara komunis yang masih bertahan,walaupun dalam
kehidupannya telah membuka diri dan dalam hal-hal tertentu menemuh pula”jalan
kapitalisme”.
KUHP RRC disusun dalam tahun 1979 dan mulai berlaku pada tanggal 1
januari 1980,jadi termasuk KUHP modern dalam arti masih baru.
KUHP RRC masih sangat bercirikan komunisme,dengan tiadanya ketentuan
tentang asas legalitas (nullum delictum sine lege stricta ).Juga tidak ada ketentuan
tentang”perubahan perundang-undangan”yang pada umumnya ditentukan dalam
banyak KUHP di dunia ini,yang diterapkan adalah yang menguntungkan
terdakwa.Ditegaskan pula dalam pasal 2,bahwa pidana di RRC dipergunakan sebgai
alat perjuangan untuk mengahadapi perbuatan yang kontrarevolusioner,untuk
mempertahankan sistem kediktatoran proletariat untuk melindungi harta benda
sosialis dan seterusnya.14
DAFTAR PUSTAKA13 Ibid,16-2014 Ibid,22-28
1. Muladi,Nawawi,Teori-Teori dan Kebujakan Pidana,Bandung:Alumni,1992
2. Hamzah,Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara,Jakarta:Sinar
Grafika,1995
3. Purbacaraka,Halim,Filsafat Hukum Pidana Dalam Tanya
jawab,Jakarta:Rajawali,1982