Registro de pessoal Albertina Sousa [email protected] 8661-6089.
Albertina 121210002 IndofoodTPSFood
-
Upload
albertina-widiana-sentyaji -
Category
Documents
-
view
30 -
download
9
description
Transcript of Albertina 121210002 IndofoodTPSFood
ANALISIS SWOT DAN KINERJA KEUANGAN PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK
DAN PT TIGA PILAR SEJAHTERA TBK
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi syarat nilai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen Strategis
ALBERTINA WIDIANA SENTYAJI NIM: 121210002
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG
MALANG
2015
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya, makalah dengan judul “Analisis Swot dan Kinerja Keuangan PT
Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk“ dapat selesai tepat
pada waktunya. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa
pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
1. Bapak Tarsisius Renald Suganda, S.E., M.Si., selaku dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Strategis.
2. Bapak Yuswanto, S.Pd, MSA., selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Strategis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Malang, Desember 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................ 1
1.1 PT Indofood Sukses Makmur Tbk ........................................................ 1 1.1.1 Bisnis dan Produk .................................................................... 1 1.1.2 Visi dan Misi ............................................................................ 3 1.1.3 Penghargaan dan Sertifikasi .................................................... 3 1.1.3.1 Penghargaan ................................................................ 3 1.1.3.2 Sertifikasi ...................................................................... 3 1.2 PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk ................................................................. 4 1.2.1 Bisnis dan Produk .................................................................... 4 1.2.2 Visi dan Misi ............................................................................ 5 1.2.3 Penghargaan dan Sertifikasi .................................................... 5 1.2.3.1 Penghargaan ................................................................ 5
1.2.3.2 Sertifikasi ...................................................................... 6
BAB II ANALISIS SWOT DAN KINERJA KEUANGAN ............................... 6
2.1 Analisis SWOT .................................................................................... 6 2.1.1 SWOT PT Indofood Sukses Makmur Tbk................................. 6 2.1.2 SWOT PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk.......................................... 7 2.2 Analisis Kinerja Keuangan ................................................................... 9 2.2.1 Analisis Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk .............. 9
2.2.2 Analisis Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk ....................... 10
BAB III IMPLEMENTASI STRATEGI ........................................................... 11
3.1 Implementasi Strategi PT Indofood Sukses Makmur Tbk ..................... 11
3.2 Implementasi Strategi PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk .............................. 16
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 21
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 21 4.2 Keterbatasan ....................................................................................... 22 4.3 Saran ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rasio Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk ......................... 9
Tabel 2 Rasio Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk .................................. 10
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Produk-Produk PT Indofood Sukses Makmur Tbk ........................ 3
Gambar 2 Produk-Produk PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk ................................. 5
1
BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1.1 PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) didirikan tahun 1990 oleh
Sudono Salim dengan nama PT Panganjaya Intikusuma, kemudian tahun 1994
berubah nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Pada tahun yang sama,
Indofood terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham INDF.
Indofood berkomitmen menghasilkan produk makanan olahan yang bermutu,
aman dan halal dikonsumsi. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya,
Indofood memperoleh manfaat dari model bisnisnya yang terdiri dari empat
kelompok usaha strategis yang saling melengkapi, yaitu konsumen bermerek,
bogasari, agribisnis, distribusi serta budidaya dan pengelolaan sayuran.
1.1.1 Bisnis dan Produk
a. Konsumen Bermerek
Kelompok ini dikelola oleh anak perusahaan PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk (ICBP). Terdapat empat divisi di dalamnya yaitu mi instan, dairy,
penyedap makanan, makanan ringan, nutrisi dan makanan khusus, minuman,
dan kemasan. Produk divisi mi instan yaitu bag noodles, cup noodles, mi telur
dan bihun instan dengan merek-merek seperti Indomie, Supermi, Sarimi,
Sakura, Pop Mie, Pop Bihun dan Mi Telur Cap 3 Ayam. Divisi dairy dijalankan
oleh PT Indolakto, anak perusahaan yang 68,57% sahamnya dimiliki oleh
ICBP secara tidak langsung. Produk yang dihasilkan meliputi susu kental
manis, susu ultra-high temperature, susu steril dalam botol, susu pasteurisasi,
susu bubuk, mentega dan es krim dengan nama merek Indomilk, Cap Enaak,
Tiga Sapi, Orchid Butter, dan Indoeskrim.
Divisi makanan ringan terdiri dari unit usaha makanan ringan dan biskuit.
Unit usaha makanan ringan merupakan perusahaan gabungan dengan
PepsiCo yang memproduksi makanan ringan seperti keripik kentang,
singkong dan tempe, kerupuk keriting, dan kerupuk udang serta extruded
snack dengan merek-merek Chitato, Lays, Qtela, Cheetos dan JetZ. Unit
usaha biskuit seperti produk dengan merek Trenz dan Wonderland dijalankan
sendiri oleh ICBP. Divisi penyedap makanan memproduksi produk-produk
kuliner bagi Grup Indofood dan perusahaan asosiasi, PT Nestlé Indofood
Citarasa Indonesia (NICI), yang merupakan perusahaan gabungan dengan
Nestlé SA kecuali untuk produk dry-mix seasonings yang diproduksi sendiri
oleh NICI. Produk yang dipasarkan adalah kecap, saus sambal, saus tomat,
2
bumbu instan, kaldu, sirup dengan merek Indofood, Piring Lombok, Indofood
Racik, Maggi, dan Freiss. Produk yang dihasilkan divisi nutrisi dan makanan
khusus meliputi bubur dan biskuit untuk bayi dan balita (Promina, SUN), cereal
snacks (Govit), minuman sereal (Provita), serta produk susu bagi para ibu.
b. Bogasari
Grup ini memproduksi tepung terigu dan pasta, didukung oleh unit usaha
perkapalan dan kemasan. Beberapa merek produk dalam grup ini adalah
Cakra Kembar, Segitiga Biru, Kunci Biru, Lencana Merah, Taj Mahal, Chesa,
dan La Fonte.
c. Agribisnis
Kegiatan di bidang agribisnis dijalankan oleh PT Salim Ivomas Pratama
Tbk dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, serta merupakan anak
perusahaan Indofood Agri Resources Ltd. (IndoAgri), yang sahamnya tercatat
di Bursa Efek Singapura (SGX). Kegiatan di bidang agribisnis meliputi
penelitian dan pengembangan, pemuliaan benih bibit, pembudidayaan dan
pengolahan kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran produk minyak
goreng, margarin, pembudidayaan dan pengolahan karet dan tebu serta
tanaman lain. Perusahaan juga memiliki area perkebunan serta fasilitas
produksi yang sebagian besar di Sumatera dan Kalimantan. Produk yang
dipasarkan adalah minyak goreng, margarin, dan minyak kelapa (Crude
Coconut Oil dengan merek Bimoli, Happy Soya Oil, dan Palmia.
d. Budidaya & Pengolahan Sayuran
Kegiatan usaha budidaya dan pengolahan sayuran dilaksanakan oleh
China Minzhong Food Corporation Limited (CMFC) yang sahamnya tercatat
di Bursa Efek Singapura (SGX) dan merupakan perusahaan pengolahan
sayuran terintegrasi di Tiongkok.
e. Distribusi
Grup Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi yang menjangkau
hampir seluruh pelosok Indonesia. Jumlah stock point telah berkembang
dengan cepat sejak tahun 2005, untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan
lebih dalam melalui mata rantai pasokan dan pengiriman yang efisien. Stock
point yang dibangun di wilayah dengan tingkat kepadatan outlet ritel yang
tinggi termasuk pasar tradisional, memungkinkan setiap stock point untuk
melayani dalam waktu yang singkat. Berikut adalah produk-produk yang
dihasilkan oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
3
Gambar 1 Produk-Produk PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Sumber: www.indofood.com, 2015
1.1.2 Visi dan Misi PT Indofood Sukses Makmur Tbk
a. Visi: Menjadi perusahaan Total Food Solutions.
b. Misi: (1) memberikan solusi atas kebutuhan pangan secara berkelanjutan, (2)
senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan
teknologi, (3) memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan
lingkungan secara berkelanjutan, (4) meningkatkan stakeholder’s value
secara berkesinambungan.
1.1.3 Penghargaan dan Sertifikasi
1.1.3.1 Penghargaan
a. Indonesia Most Admired Companies Award 2014 by Warta Ekonomi Magazine.
b. Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brand 2014 (Indomie, Most Valuable
Brand (ranked 14) by SWA Magazine and Brand Finance.
c. Indonesia Public Companies Award 2014 (The Best in Food and Beverage
Industry) by Economic Review Magazine.
d. Indonesia Original Brand 2014 (Kunci Biru, in Flour Category) by SWA
Magazine.
e. Social Business Innovation Award 2014 (PT PP London Sumatra Indonesia
Tbk, Best Sustainable Business Innovation Company in Green Action
Programme) by Warta Ekonomi.
1.1.3.2 Sertifikasi
a. SO 14001:2004
b. Hazard Analytical Critical Control Point (HACCP)
c. ISO 22000:2005
d. Indonesian National Standard (SNI)
e. Halal
4
1.2 PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk
Tahun 1959 Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga dengan nama
Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular yang memproduksi bihun jagung di Sukoharjo,
Jawa Tengah. Tahun 1978, sang pendiri meninggal dan menyerahkan
kepemimpinannya kepada Priyo Hadisutanto sebagai ahli waris. Di bawah
kepemimpinan Priyo, tahun 19080 an, produk PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (TPS
Food) menjadi pemimpin pasar di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Untuk memenuhi
permintaan pasar, tahun 1992, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk didirikan di Sukoharjo,
Jawa Tengah yang memproduksi bihun beras dan mie kering.
Pada tahun 2002, perusahaan mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000. TPS
Food mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham AISA
di tahun 2003 melalui proses akuisisi PT Asia Inti Selera, Tbk yang merupakan
produsen mie telor dengan merek Ayam 2 Telor. Kemudian, perusahaan
mengakuisisi PT Polymeditra Indonesia yang merupakan pemimpin dalam pasar
permen dan biskuit yang terkenal dengan permen asam yang berlabel Gulas.
Perusahaan telah menguasai perkebunan sawit seluas 12.805 hektar di
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Riau, dan Sumatera dan di tahun 2013
telah menginvestasikan dana sekitar Rp60 miliar untuk merealisasikan rencana
akuisisi pabrik pengolahan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
1.2.1 Bisnis dan Produk
Dalam PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk terdapat tiga jaringan usaha yaitu makanan,
beras, dan kelapa sawit yang masing-masing dikelola oleh anak perusahaan yang
dimiliki PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. Jaringan usaha makanan dikelola oleh PT
Poly Meditra Indonesia dan PT Balaraja Bisco Paloma untuk memproduksi
makanan dasar dan makanan konsumsi. Makanan dasar meliputi produk mi kering,
bihun, mie kering premium, bihun jagung dan bihun kering premium dengan merek
Mie Superior, Mie Ayam Dua Telor, Bihun Raja, Yumi, Bihun Cap Tanam Jagung,
Bihun Cap Pilihan Bunda, Bihun Cap Panen Jagung. Makanan konsumsi meliputi
mi instan Mikita dan Haha, bihun instan Bihunku, biskuit Growie. permen Gulas,
dan snack Taro, Mie Kremez. Kegiatan utama pada jaringan usaha beras adalah
penggilingan beras dan distribusi beras yang dilaksanakan oleh PT Dunia Pangan.
Produk beras yang dihasilkan memiliki beberapa merek seperti Ayam Jago, Rojo
Lele Dumbo, Rumah Adat, Desa Cianjur, Istana Bangkok dan Vitarice. Jaringan
usaha kelapa sawit dilaksanakan oleh PT Bumiraya Investindo (BRI) dengan
kegiatan utama pengelolaan Crude Palm Oil (CPO) dan perkebunan. Kemudian,
5
PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk juga memiliki anak perusahaan yaitu PT Patra Power
Nusantara yang memiliki kegiatan untuk membangun pembangkit listrik sebesar
3MW ke pabrik-pabrik PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. Berikut adalah produk-produk
yang dihasilkan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk.
Gambar 2 Produk-Produk PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk 1.2.2 Visi dan Misi
a. Visi: Menjadi perusahaan berwawasan nasional yang membangun Indonesia,
hebat, dan sukses di food and related business yang bereputasi dan
berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Misi: (1) Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas dan inovatif yang
mampu menciptakan nilai tambah untuk semua pelanggan, (2) menjadi
perseroan yang hebat dengan membangun sistem jalur ganda dalam
organisasi, (3) membangun budaya disiplin dan sumber daya manusia
pembelajar untuk memaksimalkan kekuatan karyawan dan organisasi, (4)
memiliki kekuatan seperti perusahaan multinasional namun dengan
kelincahan seperti perusahaan kecil, menjunjung tinggi nilai-nilai
profesionalisme dan tata kelola perusahaan yang baik, serta (5) secara
konsisten memberikan keuntungan di atas standar pasar atas dana
pemegang saham.
1.2.3 Penghargaan dan Sertifikasi
1.2.3.1 Penghargaan
a. Bisnis Indonesia Award 2008 sebagai Emiten Industri Barang Konsumsi
Terbaik dan masuk ke dalam Indeks Kompas 100 pada Agustus 2008.
b. Indonesia Original Brands 2015, untuk Ayam 2 Telor oleh Majalah SWA.
c. Indonesia Original Brands 2015, untuk Taro oleh Majalah SWA.
d. Top Brand Award 2015 (category: instant rice noodle) untuk Bihunku.
e. Living Legend Companies Award 2015 dari Majalah Warta Ekonomi Magazine.
Sumber: www.tigapilar.com, 2015
6
1.2.3.2 Sertifikasi
a. ISO 9001:2002
b. HACCP
c. Halal
BAB II ANALISIS SWOT DAN KINERJA KEUANGAN
2.1 Analisis SWOT
2.1.1 SWOT PT Indofood Sukses Makmur Tbk
1. Strength (Kekuatan)
a. Memiliki banyak anak perusahaan
Indofood memiliki beberapa anak perusahaan dengan kegiatan usaha
yang berbeda-beda tetapi mendukung kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan.
b. Brand yang kuat
Indofood telah memiliki posisi yang kuat di mata masyarakat. Produk-
produk yang dihasilkan oleh Indofood hingga saat ini sangat dikenal oleh
masyarakat secara luas.
c. Jangkauan distribusi luas
Indofood memiliki grup bisnis distribusi untuk melaksanakan kegiatan
operasional perusahaan sehingga perusahaan menjamin ketersediaan
produk-produknya di hampir seluruh wilayah di Indonesia dan di di luar
Indonesia.
d. Biaya produksi yang rendah
Dalam memproduksi produknya, Indofood mampu menekan biaya
produksi serendah mungkin.
2. Weakness (Kelemahan)
Produk makanan yang kurang baik bagi kesehatan.
Salah satu produk yang dihasilkan oleh Indofood adalah mi instan. Kandungan
gizi yang dimiliki oleh mi instan kurang baik bagi tubuh.
3. Opportunity (Kesempatan)
a. Melakukan ekspansi ke luar negeri
Beberapa produk Indofood seperti Indomie telah tersebar di luar Indonesia.
Dengan demikian, perusahaan dapat memasuki pangsa luar negeri
dengan wilayah yang lebih luas dan produk-produk beragam lainnya, tidak
hanya Indomie.
7
b. Membentuk perusahaan gabungan dengan perusahaan sejenis
Dengan penggabungan usaha, Indofood dapat mempersempit persaingan
yang ada, meningkatkan produksi dan meningkatkan image yang dimiliki
sebagai perusahaan makanan dan minuman terkemuka.
4. Threat (Ancaman)
a. Pesaing dalam bidang yang sama yang semakin banyak bermunculan
Banyak perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman dan
dapat merebut pangsa pasar Indofood bila produk yang dihasilkan pesaing
jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan Indofood.
b. Kemungkinan perubahan kebijakan bahan penyedap dan bahan pengawet
berbahaya lainnya
Mi instan maupun beberapa produk makanan ringan yang dihasilkan
Indofood maupun perusahaan makanan dan minuman lainnya tentu
mengandung bahan penyedap, pengawet. Bila perusahaan tidak mengikuti
standar yang ditetapkan tentu masyarakat tidak berani mengkonsumsinya.
c. Kondisi ekonomi yang kurang stabil
Misalnya terjadi penurunan nilai Rupiah terhadap dolar Amerika, inflasi
yang fluktuatif, dan krisis global yang dapat memengaruhi penjualan
Indofood.
2.1.2 SWOT PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk
1. Strength (Kekuatan)
a. Jaringan distribusi luas
Produk-produk TPS Food telah tersebar hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Hal ini terbukti dari jumlah distributor dan outlet TPS Food yang
dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
b. Produk yang dihasilkan merupakan kebutuhan pokok
Produk yang dihasilkan oleh TPS Food terutama adalah beras, mi kering,
dan bihun kering. Produk tersebut sangat umum dikonsumsi oleh
masyarakat, sehingga membawa keuntungan bagi TPS Food sebagai
perusahaan produksi beras, mi dan bihun kering.
b. Memiliki sumber daya untuk kelangsungan operasi
Untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, TPS Food memiliki sumber
daya sendiri yang berasal dari beberapa anak perusahaan yang dimiliki.
8
c. Memiliki pengalaman di industri yang digeluti
Pengalaman, pengetahuan dan keahlian TPS Food cukup banyak di
bidang industri makanan dan minuman.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Merek kurang dikenal
Produk yang dihasilkan oleh TPS Food merupakan produk yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Namun, merek yang dihasilkan
kurang dikenal oleh masyarakat.
b. Ketergantungan pada satu jenis bahan baku
Produk andalan yang diproduksi oleh TPS Food adalah beras, bihun, mi.
Misalnya beras, bahan yang dibutuhkan adalah padi. Dengan demikian,
ketika produksi pada kurang bagus, maka akan menurunkan produksi
beras atau bahkan menurunkan kualitasnya.
3. Opportunity (Kesempatan)
a. Melakukan ekspansi ke luar negeri
TPS Food memiliki kesempatan untuk melakukan ekspansi ke luar
Indonesia.
TPS Food memiliki sumber daya, kemampuan dan keahlian untuk
menghasilkan produk dengan kualitas yang baik untuk bersaing di pasar
luar negeri.
b. Membentuk perusahaan joint venture dengan perusahaan sejenis
TPS Food dapat melakukan pembentukan perusahaan joint venture
dengan perusahaan yang bergerak di bidang yang sama baik di Indonesia
maupun di luar negeri.
c. Produk substitusi yang sedikit
Beras merupakan makanan utama bagi masyarakat Indonesia maupun
beberapa negara lain. Dengan demikian, produk ini merupakan produk
yang sangat dibutuhkan dan sulit digantikan oleh produk lain.
4. Threat (Ancaman)
Pesaing dalam bidang yang sama yang semakin banyak bermunculan.
Industri makanan dan minuman dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan penjualan. Peningkatan penjualan ini tentu dapat menarik
perhatian bagi pesaing untuk masuk menggeluti bisnis makanan dan
minuman.
9
2.2 Analisis Kinerja Keuangan
Analisis kinerja keuangan pada Indofood dan TPS Food menggunakan 5 rasio
keuangan yaitu rasio likuiditas (Current Ratio/CR), rasio solvabilitas (Debt to Equity
Ratio/DER), rasio aktivitas (Total Asset Turn Over/TATO), rasio profitabilitas
(Return On Asset/ROA), dan rasio pasar (Price Earning Ratio). Berikut adalah
tabel beberapa rasio keuangan dari Indofood dan TPS Food.
2.2.1 Analisis Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Tabel 1 Rasio Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk
2012 2013 2014
CR (x) 2,00 1,67 1,81
TATO (x) 0,84 0,74 0,74
DER (x) 0,74 1,04 1,08
ROA (x) 0,05 0,03 0,05
EPS (Rp) 371,41 285,16 442,50
Sumber: www.idx.com, 2015
Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar yang
dimiliki (Ang, 2010). Nilai CR pada Indofood dari tahun 2012 hingga 2014 memiliki
tren yang menurun. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu mengalami penurunan,
sehingga risiko kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya dengan
tepat waktu akan semakin tinggi. Akan tetapi, nilai CR dari Indofood masih
tergolong baik karena nilainya dari tahun ke tahun berada di atas 1.
Total Asset Turn Over (TATO) menunjukkan berapa kali aset berputar dalam
suatu perioda tertentu dan juga menunjukkan seberapa efektif perusahaan
memanfaatkan asetnya (Ang, 2010). Nilai TATO dari Indofood dari tahun 2012
hingga 2014 mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan perputaran aset
Indofood untuk mendukung penjualan kurang baik, perusahaan kurang mampu
mengelola asetnya dengan maksimal.
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan penggunaan utang terhadap ekuitas
yang dimiliki perusahaan (Darsono, 2005). Indofood memiliki nilai DER yang
mengalami kenaikan dari tahun 2012-2014. Hal ini menunjukkan bahwa
permodalan perusahaan lebih banyak menggunakan dana eksternal yaitu utang.
Peningkatan nilai DER berarti bahwa utang yang digunakan Indofood jumlahnya
semakin mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
10
Return On Asset (ROA) mencerminkan kemampuan aset untuk memberikan
pengembalian atas penanaman modal (Sawir, 2009). Nilai ROA dari Indofood
selama tahun 2012 hingga 2014 berada dalam posisi yang tidak mengalami
penurunan maupun peningkatan. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memanfaatkan asetnya dalam memberikan pengembalian dari tahun ke
tahun stabil (tidak meningkat, maupun menurun).
Earning Per Share (EPS) menunjukan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap
lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima
pemegang saham (Darmadji & Fakhruddin, 2012). EPS dari Indofood mengalami
peningkatan dari tahun 2012 hingga 2014. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan menghasilkan laba yang semakin meningkat dan berdampak pada
pengembalian yang diterima investor akan meningkat pula.
2.2.2 Analisis Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk
Tabel 2 Rasio Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2012 2013 2014
CR (x) 1,27 1,75 2,66
TATO (x) 0,75 0,81 0,70
DER (x) 0,90 1,32 1,05
ROA (x) 0,06 0,06 0,05
EPS (Rp) 72,18 106,08 103,09
Sumber: www.idx.com, 2015
CR menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi utangnya. Nilai CR dari
TPS Food selama tahun 2012 hingga 2014 memiliki tren yang naik. Hal ini
merupakan hal yang baik karena kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya dengan segera mengalami peningkatan.
TATO menunjukkan pemanfaatan aset untuk mendukung penjualan. Nilai
TATO dari TPS Food dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset, namun aset tersebut tidak dikelola
dengan baik untuk mendukung penjualan.
Nilai DER TPS Food mengalami tren yang naik. Permodalan TPS Food lebih
banyak menggunakan utang dibandingkan dengan modal sendiri. Peningkatan
nilai DER menunjukkan bahwa dana yang diperoleh dari utang jumlahnya semakin
banyak setiap tahunnya.
Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan menghasilkan laba
dengan aset yang dimiliki. Nilai ROA dari TPS Food dari tahun 2012 hingga 2014
mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi menunjukkan bahwa setiap
11
tahunnya perusahaan kurang mampu memanfaatkan asetnya dengan baik untuk
meraih keuntungan yang maksimal.
Earning Per Share (EPS) menunjukkan seberapa laba bersih yang dihasilkan
per lembar saham. Nilai EPS dari TPS Food mengalami peningkatan dari tahun
2012 hingga 2014. Peningkatan nilai EPS ini menunjukkan TPS Food memiliki
kemampuan untuk menghasilkan laba dari kegiatan operasinya untuk tiap lembar
sahamnya.
BAB III IMPLEMENTASI STRATEGI
3.1 Implementasi Strategi PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Indofood memiliki keunggulan berupa banyak anak perusahaan yang dimiliki
yang bergerak di bidang-bidang yang saling terkait sehingga dapat mendukung
proses produksi hingga penjualan. Beberapa anak perusahaan yang dimiliki oleh
Indofood misalnya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang memproduksi mi,
bumbu, penyedap, biskuit dll, PT Inti Abadi Kemasindo yang memproduksi bahan
kemasan, PT Argha Giri Perkasa memproduksi kopra dan pengolahan minyak
kelapa, PT Indomarco Adi Prima dengan kegiatan distribusi dan PT Indobahtera
Era Sejahtera di bidang pelayaran. Anak perusahaan yang dimiliki tersebut
berdampak pada produk yang dihasilkan Indofood memiliki harga yang relatif
murah dan dapat dijangkau seluruh kalangan masyarakat. Misalnya, untuk
memproduksi mi Indofood membutuhkan minyak yang dapat disuplai oleh PT
Argha Giri Perkasa. Kemudian, untuk proses distribusi, Indofood memiliki anak
perusahaan khusus distribusi yang juga membangun lokasi stok barang di setiap
wilayah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indofood memiliki jaringan
distribusi yang luas. Dengan membangun tempat stok barang di setiap wilayah,
maka Indofood menjamin bahwa produknya akan mudah dijangkau. Hal ini bisa
dilihat dari produk-produk Indofood yang telah tersebar di seluruh pelosok
Indonesia. Kemudian, di sekitar lingkungan kita baik di warung, toko, minimarket,
supermarket produk-produk Indofood selalu tersedia sehingga masyarakat tidak
perlu jauh-jauh mencarinya, karena mudah dijangkau.
Produk Indofood memiliki biaya produksi yang rendah, sehingga perusahaan
dapat menjangkau seluruh segmen konsumen, mulai dari kalangan bawah,
menengah, hingga kalangan atas. Hal tersebut ditunjukkan Indofood dengan
mengeluarkan banyak brand untuk produk sejenis dengan harga yang berbeda.
Misalnya, untuk produk mi instan ada Indomie, Supermi, dan Sarimi. Masyarakat
12
yang merasa bahwa harga Indomie terlalu mahal, dapat memilih untuk membeli
Supermi yang juga produk Indofood yang dijual dengan harga lebih murah.
Walaupun nantinya akan timbul persaingan antara Indomie dan Supermi, namun
secara tidak langsung masyarakat tetap setia dan membeli produk-produk dari
grup Indofood. Munculnya ancaman berupa kondisi ekonomi yang tidak stabil
misalnya seperti inflasi dapat membuat daya beli masyarakat menurun yang
berdampak pada menurunnya tingkat penjualan. Indofood yang memiliki banyak
anak perusahaan yang mendukung proses produksi dan distribusi dapat menekan
biaya-biaya yang muncul sehingga masyarakat tetap dapat membeli produk
Indofood pada keadaan ekonomi yang kurang baik. Hal ini juga sekaligus dapat
meminimalisasi munculnya pesaing yang menghasilkan produk sejenis namun
menggunakan strategi harga produk yang ditawarkan lebih rendah dari Indofood.
Ketika kondisi perekonomian yang kurang baik, tentu konsumen lebih melihat pada
faktor harga, sehingga sangat mungkin pangsa pasar Indofood direbut.
Namun, dengan biaya produksi yang rendah, Indofood juga harus memikirkan
cara untuk menghadapi dampak dari keadaan ekonomi global. Untuk produk
Indomie misalnya, Indofood membutuhkan bahan baku seperti gandum, minyak,
sayuran, dsb. Dari bahan baku tersebut, Indofood menghadapi tantangan karena
gandum sebagian besar harus diimpor dari negara lain. Ketika kurs dolar Amerika
menguat terhadap Rupiah maka biaya impor akan menjadi lebih mahal dan
berdampak pada harga pokok produksi produk yang dapat berdampak pada laba
yang dihasilkan.
Indofood memiliki keunggulan berupa brand yang telah dikenal oleh
masyarakat luas. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penghargaan yang diterima
Indofood seperti Top Brand Award 2014 dan Indonesia Best Brand Award 2014.
Misalnya yang sering terjadi, ketika konsumen akan membeli mi instan ia tidak
berkata akan saya mau membeli mi instan, tetapi langsung menyebutkan brand
misalnya saya mau membeli Indomie, bahkan ketika membeli produk mi instan
merek lain, konsumen tetap mengatakan saya mau membeli Indomie bukan
mengatakan mau membeli mi instan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
sudah sangat sadar dan terbiasa dengan produk Indofood. Kemudian, dengan
nama Indomie masyarakat merasa bahwa produk tersebut adalah makanan dari
Indonesia yang menggambarkan negara Indonesia. Hal tersebut dilakukan
Indofood dengan memproduksi beragam rasa Indomie yang semakin
menunjukkan cita rasa Indonesia, misalnya ada Indomie rasa rendang, rasa soto
13
Betawi, dan sebagainya yang juga digunakan untuk menarik minat masyarakat
untuk mau mencoba produk-produk Indofood dengan berbagai macam varian
yang dihasilkan.
Brand yang dikenal masyarakat tidak didapatkan dengan instan. Hal tersebut
dilakukan Indofood dengan strategi pemasaran yang dilakukannya misalnya
dengan membuat iklan di televisi. Pada awalnya, Indofood melakukan strategi
tersebut untuk memperkenalkan produk-produk Indofood kepada masyarakat.
Namun, ketika masyarakat saat ini sudah sadar dengan produk Indofood, iklan-
iklan tersebut tetap dilakukan untuk membuat para pelanggan tetap setia pada
Indofood. Indofood juga mengadakan kegiatan kreatif bagi para remaja untuk
membuat lagu/jingle yaitu Indomie Jingle Dare. Indofood melihat peran remaja
sebagai konsumen di masa depan, sehingga dengan kegiatan seperti ini Indofood
seolah-olah memberikan edukasi tentang Indomie. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk semakin menguatkan image dari Indomie. Dengan demikian, masyarakat
akan tetap memilih produk Indofood dibandingkan dengan yang lainnya. Selain itu,
Indofood juga memperhatikan peran para agen atau supplier yang akan menjual
produknya. Bagi toko-toko yang menjual produk Indofood, Indofood memberikan
shop sign secara gratis yaitu berupa spanduk yang berisi pesan yang menarik
tentang produk yang dijual dan berisi nama toko tersebut, dengan imbalan bahwa
toko tersebut harus bekerja sama dalam memasarkan produk Indofood tersebut.
Produk andalan dari Indofood adalah mi instan. Akan tetapi, mi instan memiliki
kandungan beberapa zat pengawet dan pewarna yang kurang baik bagi kesehatan.
Indofood sendiri telah memiliki beberapa sertifikasi bagi produknya, seperti Hazard
Analytical Critical Control Point (HACCP), Indonesian National Standard (SNI), dan
Good Manufacturing Practices (GMP) yang menunjukkan bahwa produk-produk
Indofood telah sesuai dengan standar-standar yang berlaku dan dapat dikonsumsi
masyarakat. Namun, hal yang mungkin terjadi adalah muncul perubahan kebijakan
terkait penggunaan bahan pengawet, pewarna, dan sebagainya. Perubahan
tersebut dapat berdampak buruk pada produk Indofood yang mengandung bahan-
bahan tersebut, sehingga hal yang bisa terjadi adalah konsumen menjadi takut
dan enggan membeli produk Indofood yang akhirnya berdampak pada penurunan
angka penjualan. Misalnya, di tahun 2010 produk-produk Indofood yaitu Indomie
yang telah dipasarkan di luar negeri ditarik dari sejumlah negara, salah satunya
adalah Taiwan. Penarikan produk tersebut dikarenakan bahan-bahan yang
terkandung dari Indomie tidak sesuai dengan standar yang berlaku di Taiwan.
14
Penarikan produk tersebut berdampak pada munculnya kekhawatiran di sejumlah
negara lain, apakah memang produk Indofood mengandung bahan-bahan yang
berbahaya. Hal tersebut, tentu membuat masyarakat menjadi takut untuk membeli
produk Indofood yang mengurangi angka penjualan. Dengan demikian, Indofood
menyadari bahwa tidak baik hanya bergantung pada satu produk saja, sehingga
hingga kini Indofood telah memproduksi berbagai macam produk seperti minyak
goreng, biskuit, susu, dan sebagainya dengan memanfaatkan bidang usaha yang
digeluti oleh anak perusahaannya. Produk dengan berbagai jenis yang dihasilkan
oleh Indofood juga dapat menghadapi munculnya pesaing-pesaing baru dengan
bidang usaha sejenis, yang akan dapat berhasil bila produknya lebih baik dari
Indofood.
Indofood yang telah dikenal oleh masyarakat dapat membantu perusahaan
untuk ekspansi ke luar negeri. Misalnya, ketika masyarakat Indonesia berpergian
atau studi di luar negeri dan membawa produk Indofood ke luar negeri, akan
menimbulkan ketertarikan bagi masyarakat luar negeri untuk mencobanya seperti
yang terjadi pada keberhasilan Indomie dipasarkan di luar negeri karena menarik
minat konsumen. Dengan produk Indomie yang telah terkenal, Indofood dapat
mencoba untuk memasarkan produk-produknya selain Indomie ke pasar luar
negeri juga, karena produk Indofood sebelumnya yaitu Indomie telah dikenal di
luar negeri. Selain itu, Indofood juga telah mendapatkan sertifikasi secara
internasional, misalnya Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Hazard
Analytical Critical Control Point (HACCP), AIB International Consolidated
Standards for Food Safety yang akan memudahkan proses ekspansi ke luar negeri.
Indofood juga telah melakukan penggabungan usaha dengan PT PepsiCola
Indobeverages yang bergerak di bidang usaha minuman soda. Indofood akan
memiliki banyak keuntungan karena untuk produk pepsi dan cola-cola yang telah
terkenal di seluruh dunia khususnya untuk di Indonesia menjadi tanggung jawab
dari Indofood sebagai induk perusahaan. Proses joint venture ini akan membawa
keuntungan Indofood untuk semakin menguatkan citranya sebagai perusahaan
makanan dan minuman yang terbaik dengan menguasai pasar minuman bersoda.
Penggabungan usaha yang dilakukan Indofood akan semakin memunculkan minat
dari perusahaan luar negeri lainnya untuk bergabung maupun bekerja sama
dengan Indofood, karena melihat Indofood sebagai perusahaan makanan dan
minuman yang besar di Indonesia. Peluang tersebut dapat pula membantu
Indofood menghadapi persaingan dengan perusahaan sejenis. Misalnya, dengan
15
bergabung bersama PepsiCo, pesaing yang memproduksi minuman bersoda
harus berjuang lebih keras untuk merebut minat masyarakat untuk membeli
produknya dibandingkan minuman pepsi dan cola-cola.
Dari sisi keuangan, kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban
jangka pendeknya yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas Current Ratio (CR)
mengalami penurunan. Penurunan ini menunjukkan bahwa kemampuan aset
lancar yang dimiliki oleh perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek
yang harus segera dilunasi kurang baik atau bisa dikatakan perusahaan kurang
likuid. Hal ini harus diwaspadai oleh perusahaan untuk lebih memperhatikan
kemampuannya untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Tetapi, secara
keseluruhan nilai CR Indofood masih berada di atas satu, sehingga masih cukup
baik, namun perlu ditingkatkan kembali, karena semakin tinggi nilai CR, maka
perusahaan semakin likuid karena mampu memanfaatkan aset lancarnya yang
dapat dengan cepat diubah menjadi kas untuk melunasi kewajiban jangka
pendeknya.
Perputaran aset yang dimiliki oleh Indofood mengalami penurunan. Hal ini
ditunjukkan dengan rasio aktivitas Total Asset Turn Over (TATO) yang memiliki
tren yang turun. Semakin tinggi nilai TATO akan semakin baik, karena semakin
baik kemampuan aset untuk mendukung penjualan. Pada Indofood, penurunan
TATO yang terjadi menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu
memanfaatkan asetnya untuk mendukung penjualan. Dengan demikian,
perusahaan diharapkan dapat lebih mengoptimalkan aset yang dimiliki untuk
mendukung kegiatan perusahaan.
Salah satu rasio solvabilitas yaitu Debt to Equity Ratio (DER) yang
membandingkan antara utang total dengan ekuitas total. Indofood mengalami
peningkatan untuk nilai tren dari tahun 2012 hingga 2014. Nilai DER yang semakin
tinggi menunjukkan bahwa permodalan perusahaan lebih banyak menggunakan
dana eksternal yaitu utang. Nilai Peningkatan nilai DER ini dapat memberikan
kerugian bagi perusahaan dikarenakan dengan tingkat utang yang tinggi, ada
risiko ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi utang dan beban bunganya
diindikasikan akan semakin tinggi. Akan tetapi, peningkatan utang tersebut tidak
selalu dianggap hal yang buruk, dikarenakan peningkatan utang dapat
mengindikasikan bahwa perusahaan sedang melakukan ekspansi perusahaan
yang membutuhkan dana yang besar. Peningkatan utang yang dimiliki oleh
Indofood cukup mampu dimanfaatkan dengan baik karena dari laba bersih yang
16
diperoleh, tidak sepenuhnya mengalami peningkatan, seperti peningkatan di tahun
2014 setelah di tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun 2012. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa tingkat utang yang tinggi dapat membawa risiko
yang besar bagi perusahaan karena akan muncul ketidakmampuan untuk
melunasi, tetapi bila perusahaan mampu meningkatkan kinerjanya dan yakin
bahwa laba yang dihasilkan untuk melunasi kewajiban dapat meningkat, maka
tingkat utang yang tinggi akan dapat diatasi dengan baik.
Analisis keuangan selanjutnya menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba yang digambarkan dengan Return On Asset (ROA). Pada
Indofood, nilai ROA tidak menunjukkan peningkatan maupun penurunan. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu memanfaatkan aset yang
dimilikinya untuk mendukung penjualan dan memberikan pengembalian berupa
laba, hanya saja kemampuan perusahaan tersebut belum mampu untuk
meningkatkan pengembalian secara signifikan, atau peningkatan yang terjadi
hanya sedikit. Nilai ROA yang semakin tinggi menunjukkan bahwa perusahaan
semakin efektif dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk menghasilkan
laba yang nantinya berdampak pada kinerja perusahaan yang semakin efektif.
Dengan demikian, Indofood diharapkan untuk lebih memanfaatkan aset yang
dimilikinya untuk mendukung penjualan, sehingga laba yang diterima akan
semakin meningkat.
Rasio pasar menggambarkan bagaimana pandangan investor terhadap
kinerja perusahaan dan prospek di masa depan. Rasio pasar yang digunakan
adalah Earning Per Share (EPS) menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan untuk
setiap lembar saham. Nilai EPS Indofood mengalami peningkatan. Hal ini
merupakan hal yang bagus karena perusahaan laba yang tersedia bagi para
pemegang saham mengalami peningkatan. Hal ini akan direspon positif oleh para
pemegang saham, karena para pemegang saham menginginkan pengembalian
yang tinggi yang menunjukkan perusahaan mampu meningkatkan kesejahteraan
para pemegang saham. Nilai EPS yang meningkat ini juga bisa menjadi indikasi
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa depan akan meningkat.
3.2 Implementasi Strategi PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk
Sejak awal didirikan sebagai bisnis keluarga di tahun 1959, TPS Food
bergerak di bidang usaha makanan dengan memproduksi bihun. Kemudian hingga
saat ini telah berkembang menjadi perusahaan publik, TPS Food tetap bergerak
di bidang usaha yang sama, dan produk yang dihasilkan juga tetap. TPS Food
17
telah merasakan bagaimana bisnis usaha dengan skala kecil yang dimulai dari
bisnis keluarga dengan alat, mesin, dan tempat yang terbatas. Kemudian, ketika
telah mengembangkan usahanya dengan memperluas skala usaha dan
menggunakan alat yang lebih canggih, TPS Food mampu menunjukkan bahwa
perusahaan juga dapat menunjukkan kinerjanya yang baik dan menghasilkan
produk yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa TPS Food memiliki banyak
pengalaman terkait usaha di bidang makanan dan minuman. Pengalaman yang
banyak ini dapat membuat konsumen merasa yakin dan percaya dengan produk
TPS Food karena pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki oleh
perusahaan dalam memproduksi produknya. Dengan pengalaman yang
dimilikinya, TPS Food akan dapat menghadapi persaingan bisnis yang ketat, di
mana semakin banyak muncul pesaing-pesaing baru yang ingin mengambil
pangsa pasar TPS Food. TPS Food berbekal pengalaman dan pengetahuan yang
cukup lama di bidang industri makanan dan minuman dapat mempertahankan diri
di tengah persaingan yang ketat.
Keunggulan TPS Food lainnya adalah TPS Food memproduksi produk yang
merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Dari usaha keluarga yang
didirikan, TPS Food memproduksi bihun. Selain bihun, produk utama TPS Food
adalah mi dan beras. TPS Food memilih memproduksi dan mengembangkan
produk-produk tersebut karena melihat mi, bihun, dan beras merupakan makanan
pokok masyarakat Indonesia. Selain itu juga melihat bahwa di wilayah Indonesia
yang subur, sebagian masyarakatnya merupakan masyarakat agraris, sehingga
dapat diberdayakan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Mi, bihun, dan
beras sangat sulit untuk digantikan (produk substitusi sedikit). Hal inilah yang
dapat dimanfaatkan oleh TPS Food untuk terus menerus menghasilkan produk
yang baik. Kondisi perekonomian yang kurang baik seperti inflasi yang terjadi
dapat menurunkan daya beli masyarakat. Akan tetapi, karena beras, mi dan bihun
merupakan makanan pokok, maka masyarakat akan tetap membelinya dalam
kondisi apapun dan memilih untuk tidak membeli lauk, karena dengan makan mi,
beras, dan bihun sudah mengenyangkan.
Dengan memproduksi makanan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, TPS Food menghasilkan produk-produk yang dapat dijangkau oleh
seluruh kalangan, khususnya masyarakat kalangan menengah ke bawah. Hal ini
dapat diwujudkan oleh TPS Food dikarenakan keunggulan TPS Food lainnya
adalah memiliki sumber daya untuk kelangsungan produksi. Misalnya, untuk
18
memproduksi beras TPS Food memiliki anak perusahaan yang bergerak di bidang
penggilingan padi, proses produksi, dan distribusi beras. Dengan demikian,
kegiatan produksi akan berjalan dengan lebih mudah dan cepat serta biaya yang
digunakan akan lebih rendah.
TPS Food memiliki jaringan distribusi yang luas. Hal ini dapat terlihat dari
produk-produk TPS Food telah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal
ini dibuktikan dengan TPS Food memiliki 266 distributor dan 154.912 outlet
modern dan pasar tradisional di berbagai daerah di Jawa, Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Maluku dan Papua. Sementara wilayah lainnya dijangkau melalui
penjualan terputus yang diterima di pelabuhan Jakarta, Semarang dan Surabaya.
Dengan jaringan disribusi yang luas, perusahaan juga telah membantu pemerintah
sebagai penyedia beras kepada seluruh masyarakat, di mana pasokan beras di
Indonesia terkadang tidak cukup untuk para masyarakat yang diakibatkan belum
banyak perusahaan makanan dan minuman seperti TPS Food yang memproduksi
beras.
Dengan produk beras, mi, dan bihun sebagai produk unggulan, TPS Food
dapat memanfaatkan peluang untuk berekspansi ke luar negeri. Hal ini
dikarenakan, selain Indonesia masih terdapat beberapa negara lain yang juga
menggunakan beras, mi, dan bihun sebagai makanan utamanya. Dengan
melakukan ekspansi ke luar negeri, perusahaan dapat memperkenalkan produk-
produk hasil Indonesia yang dihasilkannya ke pangsa pasar yang lebih luas, dan
membuktikan bahwa produk yang dihasilkan oleh Indonesia memiliki kualitas yang
baik. Kemudian, berbekal pengalaman dan pengetahuan yang sangat lama di
bidang industri makanan dan minuman dapat membantu TPS Food untuk
membentuk perusahaan gabungan maupun bekerja sama dengan perusahaan
sejenis baik di Indonesia maupun di luar negeri. Penggabungan usaha ini akan
membantu TPS Food untuk menghadapi persaingan yang ketat dengan para
pesaingnya yang berusaha untuk merebut pangsa pasar TPS Food.
TPS Food tidak hanya menghasilkan beras, mi, dan bihun tetapi juga
menghasilkan beberapa produk lain seperti biskuit, snack, permen, san
sebagainya. Beberapa produk tersebut kurang dikenal oleh masyarakat secara
luas. TPS Food bukan tidak memiliki strategi pemasaran bagi produknya. TPS
Food mengadakan kegiatan berupa workshop misalnya berupa edukasi tentang
beras untuk memasarkan produknya dan menjelaskan kualitas beras yang
dihasilkan. Akan tetapi, dengan strategi tersebut kurang tepat. Perkembangan
19
media elektronik sangat besar dampaknya pada kehidupan masyarakat. TPS Food
sangat jarang memanfaatkan media elektronik untuk memasarkan produknya
yang mengakibatkan brand yang dihasilkan kurang dikenal. Hal ini dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena dengan beberapa produk yang
dihasilkan, perusahaan berusaha untuk menarik minat masyarakat dan
meningkatkan penjualan. Akan tetapi, bila perusahaan hanya bergantung pada
satu produk unggulan misalnya beras, maka ketika terjadi proses produksi yang
gagal, di mana bahan utama memproduksi beras adalah padi, maka keuntungan
perusahaan juga akan menurun.
Dari sisi keuangan, kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban
jangka pendeknya yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas Current Ratio (CR)
mengalami peningkatan. Peningkatan ini menunjukkan bahwa perusahaan berada
dalam posisi yang likuid, yaitu aset lancar yang dimiliki dapat dengan mudah
diubah menjadi kas dan digunakan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Hal ini harus dipertahankan perusahaan dan ditingkatkan di tahun-tahun
berikutnya, karena dengan kemampuan perusahaan yang baik dalam melunasi
kewajiban lancarnya tentu akan meningkatkan kepercayaan kreditor ketika akan
meminjamkan dananya.
Perputaran aset yang ditunjukkan dengan rasio aktivitas Total Asset Turn
Over (TATO) yang dimiliki oleh TPS Food mengalami penurunan. Semakin tinggi
nilai TATO akan semakin baik, karena semakin baik kemampuan aset untuk
mendukung penjualan. Penurunan TATO yang terjadi menunjukkan bahwa
perusahaan kurang mampu memanfaatkan asetnya untuk mendukung penjualan.
Oleh karena itu, perusahaan diharapkan dapat lebih mengoptimalkan aset yang
dimiliki untuk mendukung kegiatan perusahaan sehingga tingkat penjualan
meningkat dan laba yang diterima juga mengalami peningkatan.
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan melunasi kewajiban jangka panjangnya. Rasio solvabilitas Debt to
Equity Ratio (DER) yang membandingkan antara utang total dengan ekuitas total
menunjukkan peningkatan bagi TPS Food. Nilai DER yang semakin tinggi
menunjukkan bahwa permodalan perusahaan lebih banyak menggunakan dana
eksternal yaitu utang. Peningkatan nilai DER ini dapat membahayakan
perusahaan dikarenakan risiko ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi
utang dan beban bunganya diindikasikan akan semakin tinggi. Akan tetapi,
peningkatan utang tersebut tidak selalu dianggap hal yang buruk, dikarenakan
20
peningkatan utang dapat mengindikasikan bahwa perusahaan sedang melakukan
ekspansi perusahaan yang membutuhkan dana yang besar. Hal ini dapat terlihat
dari Nilai DER TPS Food dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami lonjakan yang
tinggi yaitu dari 0,90 menjadi 1,32 dikarenakan perusahaan menyiapkan dana
yang diperoleh dari utang untuk merealisasikan rencana akuisisi pabrik
pengolahan minyak sawit mentah. Dengan demikian, penggunaan utang yang
tinggi harus diwaspadai oleh perusahaan dan dimanfaatkan untuk mendukung
kegiatan operasi sebaik mungkin.
Rasio profitabilitas Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba yang digambarkan dengan memanfaatkan
aset yang dimiliki. TPS Food memiliki nilai ROA yang mengalami penurunan. Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan memanfaatkan aset yang
dimilikinya untuk mendukung penjualan dan memberikan pengembalian berupa
laba semakin menurun. Dengan demikian, TPS Food diharapkan untuk lebih
efektif dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk mendukung penjualan,
sehingga laba yang diterima akan semakin meningkat.
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio pasar yang menunjukkan jumlah
uang yang dihasilkan untuk setiap lembar saham. Nilai EPS TPS Food mengalami
peningkatan. Hal ini akan direspon positif oleh para pemegang saham, karena
akan semakin tinggi pengembalian yang akan diterima oleh para pemegang
saham akan investasinya pada perusahaan. Nilai EPS yang mengalami
peningkatan ini juga dapat menarik investor baru untuk ikut menanamkan
modalnya pada TPS Food.
Secara keseluruhan, Indofood dan TPS Food telah mampu menggunakan
kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi persaingan yang muncul ataupun untuk
menggapai kesempatan yang ada. Brand yang dimiliki Indofood sangat dikenal
masyarakat karena perusahaan memanfaatkan strategi pemasaran seperti
mempromosikan produknya melalui iklan di televisi dan menjadi sponsor kegiatan-
kegiatan tertentu. Namun, strategi pemasaran ini tidak digunakan oleh TPS Food
sehingga produk-produk TPS Food masih kurang dikenal oleh masyarakat. Produk
yang dihasilkan oleh Indofood kurang baik bagi kesehatan, sehingga perusahaan
perlu mewaspadai ancaman yang timbul dari perubahan kebijakan yang ada yang
dapat berdampak pada penurunan angka penjualan. Kedua perusahaan juga
mampu menghasilkan produk yang dapat dijangkau masyarakat karena memiliki
jaringan distribusi yang luas. Harga yang ditawarkan juga terjangkau karena
21
perusahaan memiliki sumber daya tersendiri untuk membantu proses produksi
hingga penjualan. Dari segi keuangan, Indofood dan TPS Food merupakan
perusahaan yang bagus keuangannya, seperti terlihat dari rasio Earning Per Share
yang mengalami peningkatan, yang berarti semakin banyak pengembalian yang
diterima investor. Akan tetapi, kedua perusahaan kurang mampu mengoptimalkan
pemanfaatan aset untuk mendukung penjualan, sehingga banyak aset yang tidak
produktif. Kemudian, permodalan kedua perusahaan juga lebih banyak
menggunakan utang dibandingkan modal sendiri. Peningkatan utang ini juga harus
diwaspadai oleh perusahaan agar nantinya tidak merugikan perusahaan, karena
semakin tinggi utang akan semakin tinggi risiko yang dihasilkan.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Indofood dan TPS Food merupakan contoh dua perusahaan yang bergerak di
bidang makanan dan minuman. Keunggulan Indofood yaitu anak perusahaan
yang jumlahnya banyak, brand yang telah dikenal luas, jaringan distribusi luas,
dan biaya produksi yang rendah. Kelemahan Indofood adalah produk yang
dihasilkan kurang sehat. Kesempatan yang dapat dimanfaatkan Indofood
adalah ekspansi ke luar negeri dan penggabungan usaha. Ancaman yang
dihadapi Indofood adalah kondisi global yang buruk, munculnya pesaing baru,
dan kebijakan terkait zat makanan yang berubah. Indofood mampu
menghasilkan laba dengan baik, akan tetapi penggunaan utang meningkat
sehingga perlu diwaspadai. Kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan
asetnya untuk mendukung penjualan kurang ditingkatkan.
b. TPS Food memiliki keunggulan produk yang dihasilkan adalah makanan
pokok, jaringan distribusi yang luas, sumber daya dan pengalaman yang
dimiliki. Namun, dengan strategi yang telah diterapkan brand yang dihasilkan
perusahaan kurang dikenal masyarakat, dan ketergantungan pada satu jenis
bahan baku cukup tinggi. TPS Food dapat memanfaatkan peluang untuk
ekspansi ke luar negeri dan penggabungan usaha serta produk substitusi
yang sedikit. Ancaman yang harus dihadapi adalah munculnya para pesaing
dalam bidang sejenis. Penggunaan utang cukup tinggi karena perusahaan
sedang melakukan ekspansi. Perputaran aset kurang baik dan pemanfaatan
aset untuk mendukung penjualan kurang maksimal. Laba yang diberikan
kepada para pemegang saham memuaskan.
22
4.2 Keterbatasan
a. Implementasi strategi yang dibahas hanya berdasarkan analisis SWOT dan
informasi yang tersedia, sehingga tidak dapat diketahui dengan jelas
bagaimana strategi perusahaan untuk mencapai tujuannya.
b. Brand yang dimiliki oleh TPS Food kurang dikenal masyarakat karena strategi
pemasaran yang kurang baik, walaupun sebenarnya produk TPS Food unik
karena memproduksi produk yang merupakan makanan sehari-hari
masyarakat.
c. Indofood dan TPS Food kurang mampu memanfaatkan asetnya dengan
maksimal untuk menghasilkan laba, sehingga banyak aset yang tidak berdaya
guna (produktif).
4.3 Saran
a. Bagi TPS Food diharapkan dapat mempertimbangkan strategi pemasaran
melalui media elektronik dan komunikasi untuk membuat masyarakat lebih
mengenal brand yang dibuat.
b. Indofood dan TPS Food diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaatan aset
untuk mendukung penjualan dan menghasilkan laba.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, R. (2010). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft. Edisi 7. Indonesia: Mediasoft.
Damardji, T., & Fakhruddin, H. (2012). Pasar Modal di Indonesia.3rd ed. Jakarta:
Salemba Empat. Darsono, A. (2005). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta. Sawir, A. (2009). Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
www.indofood.com, diakses pada tanggal 1 Desember 2015.
www.pefindo.com, diakses pada tanggal 1 Desember 2015.
www.scrib.com, diakes pada tanggal 1 Desember 2015. www.tigapilar.com, diakses pada tanggal 1 Desember 2015.