Akustik modul-6
-
Upload
aulia-try-atmojo -
Category
Education
-
view
507 -
download
1
Transcript of Akustik modul-6
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
AKUSTIK KELAUTAN
TOPIK 6
“KEHILANGAN DAYA BUNYI DI PERMUKAAN LAUT”
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
Mutiara Nur Anisa 26020212140028
Harmon Prayogi 26020212130053
Aulia Try Atmojo 26020212140062
Rahmadwika Harris 26020212130067
Suratman 26020212130078
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
LEMBAR PENILAIAN
TOPIK 6: KEHILANGAN DAYA BUNYI DI PERMUKAAN LAUT
NO. KETERANGAN NILAI
1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
3. Materi dan Metode
4. Hasil dan Pembahasan
5. Kesimpulan
6. Daftar Pustaka
TOTAL
Mengetahui,
Dosen Pengampu Praktikum Akustik Kelautan Ketua Kelompok
Dr. Kunarso, S.T., M.Si. Mutiara Nur Anisa
19690525 199603 1 002 26020212140028
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang di kelilingi oleh laut dan
merupakan negara yang memiliki pesisir pantai terpanjang di dunia. Untuk
mengetahui beberapa fenomena di laut, diperlukan beberapa alat yang dapat
membantu untuk melihat beberapa kejadian tersebut dan mempermudah pekerjaan
kita. Salah satu perangkat tersebut adalah akustik kelautan.
Kata akustik berasal dari bahasa Yunani yaitu akoustikos, yang artinya
segala sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang
yang dapat mempengaruhi mutu bunyi (Burczynski,1982). Akustik kelautan
merupakan teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambatannya
dalam suatu medium air laut. Akustik kelautan merupakan satu bidang kelautan
yang mendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan dengan
menggunakan suara sebagai mediannya. Manfaat yang bisa didapatkan dari
akustik laut meliputi aplikasi dalam survei kelautan, budidaya perairan, penelitian
tingkah laku ikan, aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap,
bioakustik, penelitian mengenai sifat fisis-kimia-biologi laut. Aplikasi dalam
survei kelautan untuk menduga spesies ikan, dengan akustik kita dapat menduga
spesies ikan yang ada di daerah tertentu dengan menggunakan pantulan dari suara,
semua spesies mempunyi target strengh yang berbeda-beda. Permasalahan-
permasalahan yang dibahas dalam akustik kelautan ini yaitu, kecepatan
gelombang suara, waktu (pada saat gelombang dipancarkan hingga gelombang
dipantulkan kembali), dan kedalaman perairan. Hal-hal yang mendasari kita
mempelajari akustik kelautan adalah laut yang begitu luas dan dalam (dinamis),
manusia sudah pernah ke planet terjauh tetapi belum pernah ke laut terdalam,
sehingga dibutuhkannya alat dan metode untuk melakukan pendeskripsian kolom
dan dasar laut, dan saat ini metode yang paling baik adalah dengan menggunakan
akustik.
1.2.Tujuan
Menentukan nilai koefisien absorbsi() air laut pada kondisi temperatur,
Salinitas dan kedalaman yang berbeda.
1.3.Manfaat
Dapat melakukan perhitungan dan menentukan nilai atenuasi daya () pada
kondisi perairan laut dengan gelombang bervariasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Akustik
Kata akustik berasal dari bahasa Yunani yaitu akoustikos, yang artinya
segala sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang
yang dapat mempengaruhi mutu bunyi.
Gambar 1.Fenomena absorpsi suara oleh suatu permukaan bahan.
Fenomena suara yang terjadi akibat adanya berkas suara yang bertemu
atau menumbuk bidang permukaan bahan, maka suara tersebut akan dipantulkan
(reflected), diserap (absorb), dan diteruskan (transmitted) atau ditransmisikan
oleh bahan tersebut. Medium gelombang bunyi dapat berupa zat padat, cair,
ataupun gas. Frekuensi gelombang bunyi dapat diterima manusia berkisar antara
20 Hz sampai dengan 20 kHz, atau dinamakan sebagai jangkauan yang
dapat didengar (audible range) (Burczynski,1982) .
2.2 Atenuasi Gelombang Suara
Atenuasi adalah melemahnya suatu sinyal yang disebabkan oleh adanya
jarak yang semakin jauh, yang harus ditempuh oleh suatu sinyal tersebut dan
karena frekuensi sinyal tersebut semakin tinggi. Energi gelombang suara akan
berkurang sepanjang perambatannya dari sumbernya karena gelombang suara
menyebar keluar dalam bidang yang lebar, energinya tersebar kedalam area yang
luas. Gelombang suara yang merambat melalui media air akan mengalami
kehilangan energi yang disebabkan oleh penyebaran gelombang, penyerapan
energi, dan pemantulan yang terjadi di dasar atau permukaan perairan. Intensitas
gelombang suara akan semakin berkurang dengan bertambahnya jarak dari
sumber bunyi (Anonim,2012).
Atenuasi disebabkan oleh karena adanya penyebaran dan absorbsi
gelombang. Penyebaran gelombang terjadi akibat ukuran berkas gelombang
berubah, pola berkas gelombang tergantung pada perbandingan antara diameter
sumber gelombang dan panjang gelombang medium. Absorbsi gelombang yaitu
penyerapan energi yang diakibatkan penyerapan energi selama menjalar di dalam
medium (penurunan intensitas) (Anonim,2012).
Sebuah sumber gelombang suara dari suatu akustik di perairan yang
memancarkan gelombang akustik dengan intensitas energi tertentu akan
mengalami penurunan intensitas bunyi bersamaan dengan bertambahnya jarak
dari sumber gelombang akustik tersebut. Hal ini terjadi karena sumber akustik
memiliki intensitas yang tetap, sedangkan luas permukaan bidang yang dilingkupi
akan semakin besar dengan bertambahnya jarak dari sumber bunyi. Penyebaran
gelombang akustik dibatasi oleh permukaan laut dan dasar suatu perairan
(Anonim,2012).
Gelombang suara yang sedang merambat akan mengalami penyerapan
energi akustik oleh medium sekitarnya. Secara umum, penyerapan suara
merupakan salah satu bentuk kehilangan energi yang melibatkan proses konversi
energi akustik menjadi energi panas, sehingga energi gelombang suara yang
merambat mengalami penurunan intensitas (atenuasi) (Anonim,2012).
Gelombang dalam perambatannya akan mengalami penurunan intensitas
(atenuasi) karena penyebaran dan karena penyerapan. Penyebaran gelombang juga
mengakibatkan intensitas berkurang karena pertambahan luasannya, terkait
dengan bentuk muka gelombang (Anonim,2012).
III. MATERI DAN METODE
3.1.Materi
3.1.1 Alat
LCD
Laptop
AlatTulis
LembarKerja
3.1.2 Bahan
Data (ModulPraktikum)
3.2.Metode
Hitung kehilangan daya (attenuasi) bunyi pada permukaan laut pada
variasi tinggi gelombang dalam Tabel 1 dan Tabel 2.
Buat grafis hubungan antara attenuasi daya dan nilai perkalian f x h
3.3.Waktu Pelaksanaan
Praktikum Akustik modul 6 dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 27 April 205
Waktu : 15.00
Tempat : Gedung B ruang kelas B 301 Jurusan Ilmu Kelautan FPIK
Universitas Diponegoro Semarang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Frekwensi (kHz) Tinggi Gelombang(feet) fxh αs
1 200 1 200 -49.7127
2 200 2 400 -58.7437
3 200 3 600 -64.0264
4 200 4 800 -67.7746
5 200 5 1000 -70.6819
6 200 6 1200 -73.0573
7 200 7 1400 -75.0657
8 200 8 1600 -76.8055
9 200 9 1800 -78.34
10 200 10 2000 -79.7128
No Frekwensi (kHz) Tinggi Gelombang(feet) fxh αs
1 50 1 50 -31.648
2 50 2 100 -40.681
3 50 3 150 -45.964
4 50 4 200 -49.713
5 50 5 250 -52.62
6 50 6 300 -54.995
7 50 7 350 -57.004
8 50 8 400 -58.744
9 50 9 450 -60.278
10 50 10 500 -61.651
a) b)
Gambar 2. Hubungan Antara Atenuasi Dengan Perkalian Frekuensi Dan Tinggi
Gelombang Dengan Nilai Frekuensi a) 50 kHz dan b) 200 kHz.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan atenuasi daya didapat bahwa pada frekuensi
sama dengan tinggi gelombang yang semakin membesar nilai atenuasi
menunjukan penurunan secara ekponensial. Hal ini sesuai dengan persamaan dari
(March, 1961),
𝛼𝑠 = −10 log(1 − 0.234 (𝑓ℎ)3
2⁄ )
Dari persamaan tersebut dapat dilihat, terdapat fungsi logaritma. Kami
menemukan kendala dalam melakukan perhitungan persamaan tersebut yaitu saat
melakukan perhitungan nilai logaritma. Hasil perhitungan yang diperoleh pada
suku logaritma, (1 − 0.234 (𝑓ℎ)3
2⁄ ) merupakan bilangan negatif. Telah kita
ketahui bahwa nilai logaritma tidak dapat didefinisikan pada bilangan uang
negatif. Sehingga perhitungan dilakukan dengan alternatif lain yaitu dengan
memindahkan nilai -10 ke dalam perhitungan logaritma, sehingga persamaan
menjadi,
𝛼𝑠 = log((1 − 0.234 (𝑓ℎ)3
2⁄ ))−10
Perbedaan yang terjadi pada frekuensi yang berbeda, pada frekuensi 50
kHz atenuasi terendah pada nilai -61.651 dB dan tertinggi pada -31.648,
sedangkan untuk frekuensi 200 kHz atenuasi terendah pada nilai -79.7128 dan
tertinggi pada -49.7127. Jadi dapat terlihat bahwa semakin tinggi frekuensi
semakin besar nilai atenuasi, sebaliknya semakin kecil frekuensi semakin kecil
nilai atenuasi. Kemudian, pada nilai tinggi gelombang yang semakin besar, nilai
atenuasi semakin besar, antara tinggi gelombang dan frekuensi memiliki
kesamaan, dikarenakan didalam persamaan diatas keduannya memiliki hubungan
yang linier. Cukup membingungkan apabila kita hanya mengambil kesimpulan
berdasarkan hasil grafik. Kita mesti pahami terlebih dahulu konsep tanda minus
dari bilangan desibel (dB). Jadi nilai minus ini menurut radartutorial.eu (2014)
adalah mengindikasikan signal output yang dihasilkan kurang dari referensinya.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Nilai atenuasi dipengaruhi oleh besarnya frekuensi dan tinggi gelombang,
semakin besar frekuensi dan tinggi gelombang maka nilai atenuasi
semakin besar.
Tanda negatif pada bilangan desibel menunjukan bahwa signal output
nilainya kurang dari referensinnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. https://arohmangusti.wordpress.com/2012/12/11/akustik-
kelautan/. Diakses pada 2 Mei 2015 Pukul 06.30 WIB.
Anonim. 2012. http://theoceanandmariner.blogspot.com/2012/04/sejarah-
akustik_09.html. Diakses pada 2 Mei 2015 Pukul 06.45 WIB.
Anonim. 2014. radartutorial.eu. Diakses pada 3 Mei 2015 Pukul 20.30 WIB.
Burczynski, JJ. 1982.Introduction to the Use of Sonar System for estimating Fish
Biomass.FAO. Fisheries Technical Paper No.191 Revision 1