AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN …
Transcript of AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN …
AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes)
DI DESA TAMANNYELENG KECAMATAN BAROMBONG
KABUPATEN GOWA TAHUN 2018 DAN 2019
SKRIPSI
Oleh
SYERLI
105731118616
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
HALAMAN JUDUL
AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes)
DI DESA TAMANNYELENG KECAMATAN BAROMBONG
KABUPATEN GOWA TAHUN 2018 DAN 2019
SKRIPSI
Oleh
SYERLI
105731118616
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini kupersembahkan untuk:
1. Kepada kedua orang tuaku tercinta, terima kasih atas segala dukungan, doa
yang tiada henti, cinta, kasih dan sayang yang tiada tara.
2. Kepada dosen-dosenku, terutama dosen pembimbing yang tak kenal lelah,
membimbing, mengarahkan, dan memotivasi saya untuk menyelesaikan
karya ilmiah ini.
MOTTO HIDUP
Jangan menunda pekerjaan sampai besok jika hari ini dapat diselesaikan,
maka tuntaskanlah
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Akuntabilitas Desa dalam
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa
Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis yang senantiasa memberi harapan, semangat,
perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku
tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir
studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan
doa restu yang telah diberikan dengan keberhasilan penulis dalam menuntut
ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah
dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
pengharapan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada :
viii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.,Ak.CA.CSP, selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Hj. Naidah, SE.,M.Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
Skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Muhammad Nasrun, S.ST, M.Si.Ak.CA,CPA, selaku Pembimbing
II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi
hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan
ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
9. Kedua Orang Tuaku dan keluarga yang saya cintai, terima kasih atas
pengorbanan materi, Doa dan dukungan moral yang kalian berikan
kepada ananda selama ini.
ix
10. Terima kasih teruntuk Nelli Hamzah, S.pd, Satriani Nurdin, Amd.Keb dan
Fajar Tri Pambudi, yang telah memberikan semangat, kesabaran,
motivasi, dan dukungannya hingga penyelesaian skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para
pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, Oktober 2020
Syerli
x
ABSTRAK
SYERLI, 2020. Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2018 dan 2019, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Ibu Hj. Naidah dan Pembimbing II Bapak Muhammad Nasrun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Akuntabilitas Desa dalam melaksanakan Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Penelitian ini dilakukan di Desa Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari teknik wawancara, teknik wawancara ini dilakukan secara langsung dengan perangkat desa dan masyarakat Desa Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengelolaan APBDes dilakukan secara transparansi dan dipertanggungjawabkan, namun masih ada beberapa indikator dari kriteria akuntabel yang belum terpenuhi oleh Pemerintah Desa Tamannyeleng.
Kata Kunci: Akuntabilitas, Pemerintah Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
xi
ABSTRACT
SYERLI, 2020. Village Government Accountability in Village Budget Management (APBDes) in Tamannyeleng Village, Barombong District, Gowa Regency year 2018 and 2019 Thesis, Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Mrs. Hj. Naidah and Supervisor II Mr. Muhammad Nasrun.
This study aims to determine the Village Accountability in implementing Village Budget Management. This research was conducted in Tamannyeleng Village, Barombong District, Gowa Regency. The data used in this study were obtained from interview techniques, this interview technique was carried out directly with village officials and the community of Tamannyeleng Village, Barombong District, Gowa Regency. The results of this study indicate that the overall management of APBDes is carried out in a transparent and accountable manner, but there are still several indicators of accountable criteria that have not been met by the Tamannyeleng Village Government.
Keywords: Accountability, Village Government, Village Revenue and Expenditure Budget
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ v
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR/BAGAN ........................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Akuntansi Pemerintahan ............................................................. 8
B. Desa ............................................................................................ 13
C. Penyajian Laporan Keuangan .................................................... 25
D. Akuntabilitas ................................................................................ 31
E. Penelitian Terdahulu ................................................................... 35
xiii
F. Kerangka Pikir ............................................................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 41
C. Sumber Data ............................................................................... 41
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 42
E. Instrumen Penelitian ................................................................... 43
F. Metode Analisis Data .................................................................. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian ........................................................ 48
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 52
C. Pembahasan ............................................................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 73
B. Saran ........................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 78
xiv
DAFTAR TABEL
5.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 47
5.2 Sumber Pendapatan Tahun 2018 ......................................................... 55
5.3 Sumber Pendapatan Tahun 2019 ......................................................... 56
5.4 APBDes Tahun 2018 ............................................................................. 58
5.5 APBDes Tahun 2019 ............................................................................. 60
5.6 Indikator Akuntabilitas ............................................................................ 63
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pikir ......................................................................................... 43
3.1 Analisis Data .......................................................................................... 47
4.1 Struktur Organisasi ................................................................................ 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan
adanya era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal. Hal ini terjadi seiring dengan pesatnya
perkembangan ilmu akuntansi khususnya dalam bidang akuntansi
pemerintahan. Akuntansi pemerintahan adalah salah satu bidang ilmu
akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan
transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintahan. Adanya tuntutan
akuntabilitas dan transparansi atas pencatatan transaksi-transaksi dan
pelaporan kinerja pemerintah oleh sebuah kebutuhan yang tidak lagi
terelakan.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU
No. 6 Tahun 2014). Dari segi politis Undang-Undang ini memberikan
sebuah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang disebut
otonomi desa. Sulumin (2015) mendefinisikan otonomi desa merupakan
keuangan kewenangan bagi desa dalam mengatur kepentingan
masyarakat sesuai dengan prakarsa yang ada.
2
Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap pengembangan
wilayah pedesaan adalah adanya anggaran pembangunan secara khusus
yang dicantumkan dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah) untuk pembangunan wilayah pedesaan, yakni dalam bentuk
ADD (Alokasi Dana Desa). Itikad baik pemerintah pusat akan adanya
ADD (Alokasi Dana Desa) ditunjukkan dengan terbitnya Surat Edaran
Mendagri No. 140/640/SJ yang menjelaskan tentang Alokasi Dana Desa.
ADD (Alokasi Dana Desa) adalah wujud dari proses dan keadilan
anggaran yang selama ini diidamkan oleh desa. Dengan adanya ADD
(Alokasi Dana Desa) diharapkan desa dapat melatih diri dan dan belajar
tentang bagaimana melakukan perencanaan dan pengelolaan keuangan
dalam menyelenggarakan roda pemerintahan dan pemberdayaan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan prioritas serta potensi masing-
masing desa.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa terkandung tiga pola otonomi.
Pertama, kedaulatan provinsi sebagai kedaulatan terbatas. Kedua,
kedaulatan kabupaten/kota sebagai kedaulatan luas. Ketiga, kedaulatan
desa adalah kedaulatan yang asli, bulat dan utuh serta bukan merupakan
pemberian dari pemerintah, begitu juga sebaliknya pemerintah
berkewajiban menghargai kedaulatan asli yang dimiliki oleh desa
tersebut.
Dana Desa merupakan dana yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang ditujukan untuk Desa dan Desa
Adat yang dikirim melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
3
kabupaten/kota dan dimanfaatkan untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat dan
kemasyarakatan. Kelembagaan desa merupakan lembaga yang
mendukung pelaksanaan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa. Demikian kelembagaan desa harus
bekerja secara sinergis dan terpadu untuk mencapai desa yang sejahtera.
Pemerintahan desa berlandaskan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu dengan
perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
Upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat selama ini
terkendala oleh sarana dan prasarana yang sudah kurang memadai.
Fenomena yang menjadi persoalan pada desa tamannyeleng salah
satunya pada kegiatan pembangunan sarana sanitasi dan kebersihan
lingkungan yang belum terlaksana dengan baik yaitu seperti ketersediaan
wadah sampah sesuai dengan jenis sampah masih belum memadai
sehingga masyarakat membuang sampah pada satu wadah sehingga hal
tersebut menyulitkan dalam pengelolaan sampah. Sehingga penanganan
dan pelayanan sampah di Desa Tamannyeleng tidak berjalan optimal.
Fenomena yang terjadi ketika desa sendiri tidak siap mewujudkan desa
yang partisipatif setelah sekian lama berada dalam sistem pemerintahan
yang tersentral. Penyelenggaraan pemerintahan desa mulai dari
kebijakan sampai praktik empiris pengelolaan kekuasaan mengandung
sejumlah kelemahan, dan menyisakan banyak persoalan Persoalan
terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang masih jauh dari
4
prinsip-prinsip good governance atau pemerintahan yang baik. Salah
satunya adalah unsur pertanggungjawaban atau akuntabilitas.
Akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintah desa. Pemerintah desa sebagai pemegang
otoritas kebijakan publik di daerah, wajib mempertanggungjawabkan
tindakan yang diambil kepada masyarakat. Prinsip ini memberikan isyarat
bahwa penyelenggaraan pemerintahan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Akuntabilitas akan
memastikan bahwa penyelenggaraan pemerintah desa telah
dilaksanakan dengan baik.
Penelitian yang dilakukan Sari, Retno Murni (2015) di Desa
Bendosari Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung, menemukan
bahwa Pemerintah Desa Bendosari Kecamatan Ngantru Kabupaten
Tulungagung telah menerapkan prinsip-prinsip akuntabilitas pada
pengelolaan APBDes tahun anggaran 2015. Akuntabilitas ini secara
umum di pemerintahan Desa Bendosari sudah berjalan dengan baik,
walaupun masih ada beberapa kelemahan yang harus dibenahi. Menurut
hasil analisis berdasarkan tahapan pengelolaan dana desa, yaitu pada
tahapan pelaksanaan, pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur
pedesaan belum berjalan sesuai dengan harapan karena pelaksana dari
kegiatan pembangunan ini tidak dikelola langsung oleh Tim Pelaksana
Kegiatan yang dibentuk oleh Pemerintah Desa, namun kenyataannya
seluruh pengadaan barang dan jasa masih dilaksanakan oleh bendahara
desa.
5
Hasil penelitian yang dilakukan Faridah dan Suryono (2015) di Desa
Sidogedungbatu Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik, dapat
diambil beberapa kesimpulan yaitu perencanaan program ADD (Alokasi
Dana Desa) di Desa Sidogedungbatu telah melaksanakan konsep
pembangunan partisipatif masyarakat desa yang dibuktikan dengan
penerapan prinsip partisipatif dan responsif. Pelaksanaan program ADD
(Alokasi Dana Desa) di Desa Sidogedungbatu Kecamatan Sangkapura
Kabupaten Gresik telah menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, responsif,
transparan dan akuntabel. Pelaporan ADD tersebut telah dibuktikan
dengan pertanggungjawaban pelaksanaan program ADD dan APBDes
kepada pemerintah tingkat atasnya dilakukan secara periodik.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terjadi research gap
atau perbedaan hasil penelitian. Adapun research gap yang dimaksud
adalah sebagai berikut : pada penelitian pertama dan kedua, variabel
yang diteliti bukan hanya akuntabilitas, namun juga transparansi
pertanggungjawaban APBDes. Selain itu, diantara kedua penelitian
terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan
tempat dan waktu penelitian, sehingga kondisi objektif dan
pertanggungjawaban APBDes pada masing-masing objek juga dapat
berbeda. Oleh sebab itu, peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut
dan mendalam. Selain itu, juga mengingat bahwa dalam hal pengelolaan
dana desa, tidak menutup kemungkinan adanya resiko terjadinya
kesalahan baik bersifat administratif maupun substantif yang dapat
mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum karena belum
6
memadainya kompetensi perangkat desa dalam hal penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan APBDes.
Fenomena yang terjadi saat ini terkait laporan keuangan desa,
secara prinsip Desa Tamannyeleng memiliki permasalahan terkait
laporan keuangan desa, yaitu sering terjadi keterlambatan laporan
keuangan dalam penyampaian dari desa ke Kecamatan, masih lemahnya
skill (keterampilan) terkait kreativitas laporan keuangan, masih lemahnya
perangkat desa dalam pemahaman PP No. 32 Tahun 2004, dalam
laporan keuangan yang dibuat oleh kepala desa selama ini masih bersifat
konvensional (tradisional). Permasalahan seperti diatas muncul salah
satunya karena tidak berlakunya standar pelaporan keuangan di desa.
Permasalahan lain yang muncul yaitu diterbitkannya Undang-Undang No.
6 Tahun 2014 yang menjelaskan bahwa desa mulai pada tahun 2015
akan mendapatkan kucuran dana sebesar 10% dari APBN. Dana tersebut
diberikan secara langsung kepada kepala desa tanpa melalui perantara
seperti sebelumnya. Alokasi APBN sebesar 10% yang diterima oleh desa
akan menyebabkan penerimaan desa yang meningkat sehingga adanya
hal tersebut maka diperlukan adanya akuntansi dan manajemen
keuangan yang baik di tiap-tiap desa.
Berdasarkan pemaparan latar belakang dari penelitian sebelumnya
dan fenomena-fenomena dapat dilihat bahwa masih kurangnya
pengelolaan keuangan di Desa Tamannyeleng, maka hal ini membuat
penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang “Akuntabilitas Pemerintah
Desa dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
7
(APBDes) di Desa Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten
Gowa Tahun 2018 dan 2019”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah
pokok dalam penelitian ini adalah: Bagaimana akuntabilitas pemerintah
desa dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) di Desa Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten
Gowa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui akuntabilitas pemerintah desa dalam pengelolaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa
Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berbagai pihak
antara lain:
a. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas
pengetahuan dan wawasan peneliti tentang akuntabilitas pemerintah
desa dalam melakukan pengelolaan anggaran pendapatan dan
belanja desa.
b. Bagi Peneliti yang akan datang
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan informasi bagi
peneliti selanjutnya dalam bidang akuntansi.
c. Bagi Instansi yang diteliti
8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
pertimbangan dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja
desa, di desa tamannyeleng serta akuntabilitas dari pemerintahan
desa.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Akuntansi Pemerintahan
1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi Pemerintahan merupakan proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi
ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintahan yang dijadikan
informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-
pihak eksternal pemerintah yang memerlukan. (Abdul Halim:2012)
Akuntansi pemerintahan merupakan suatu aplikasi akuntansi
di dalam bidang keuangan negara, terutama di tahapan untuk
pelaksanaan anggaran, termasuk itu juga seluruh dampak yang
ditimbulkan baik itu sifatnya sementara maupun permanen di seluruh
tingkatan serta unit di dalam lembaga pemerintahan. (Kustadi Arinta)
Akuntansi pemerintahan adalah aplikasi akuntansi di bidang
keuangan negara (public finance), khususnya pada tahapan
pelaksanaan anggaran (Budget execution) termasuk yang
ditimbulkannya, baik yang bersifat seketika maupun yang lebih
permanen pada semua tingkatan dan unit pemerintahan, tuntutan
transparansi dan akuntabilitas publik atas penggunaan akuntansi
dalam mencatat dan melaporkan kinerja pemerintahan. (Dedi,2012:1)
Akuntansi pemerintahan merupakan teknologi lama pada
perkembangannya bergeser istilah akuntansi sektor publik, istilah ini
didasarkan pada pelebaran wilayah kajian dari akuntansi nirlaba,
dimana akuntansi pemerintah merupakan mekanisme akuntansi yang
9
memproses transaksi-transaksi keuangan yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara baik tingkat pusat maupun tingkat
daerah.
PP No. 24 tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan atau SAP pasal 1 ayat 5, SAP yakni serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, dan pelaporan posisi keuangan pemerintah.
2. Tujuan Akuntansi Pemerintahan
Tujuan akuntansi pemerintahan adalah menyajikan informasi
bagi para pengambil keputusan tentang kejadian-kejadian ekonomi
yang penting dan mendasar serta membantu mempersiapkan
informasi tentang bagaimana cara mereka mengalokasikan sumber-
sumber yang serba terbatas seperti tenaga kerja, modal, tanah, dan
bahan baku guna mencapai tujuan yang diinginkan oleh pemerintah.
Menurut Bachtiar Arif tujuan dari akuntansi pemerintahan
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Akuntabilitas
Keuangan negara yang dikelola harus mampu
dipertanggungjawabkan sesuai amanat konstitusi yang diatur
dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 5.
b. Manajerial
Akuntansi pemerintahan memungkinkan pemerintah membantu
merancang penyusunan APBD dan strategi pembangunan dan
pengendalian atas kegiatan dalam rangka pencapaian ketaatan
perundang-undangan, efisiensi, efektivitas dan ekonomis.
10
c. Pengawasan
Keuangan di pemerintahan terdiri dari pemeriksaan keuangan
secara umum, pemeriksaan ketaatan dan pemeriksaan
operasional atau manajerial.
3. Karakteristik Akuntansi Pemerintahan
Menurut Revrisond Baswir, karakteristik akuntansi
pemerintahan adalah sebagai berikut:
a. Tidak terdapat pencatatan laba-rugi karena tujuan utama lembaga
pemerintah bukanlah mencari laba.
b. Tidak perlu dilakukan pencatatan kepemilikan pribadi karena
lembaga pemerintah adalah milik seluruh rakyat, dan kepemilikan
itu tidak dituliskan dalam sebuah surat bukti kepemilikan.
c. Bentuk akuntansi pemerintahan berbeda antara suatu negara
dengan negara yang lain tergantung dari bentuk negara yang
bersangkutan.
d. Penyelenggaraan akuntansi pemerintahan tidak dapat dipisahkan
dari mekanisme pengurusan keuangan dan sistem anggaran tiap
negara karena fungsi akuntansi pemerintahan adalah untuk
menyediakan informasi tentang realisasi pelaksanaan anggaran
suatu negara.
Sedangkan menurut Muhammad Gade, karakteristik
akuntansi pemerintahan adalah sebagai berikut:
11
a. Menggunakan istilah dana (fund) sehingga akuntansi
pemerintahan sering juga disebut sebagai akuntansi dana.
Pengertian “dana” di sini adalah satuan akuntansi dan fiskal (fiscal
and accounting entity) dengan seperangkat buku besar yang
mencatat kas, sumber-sumber keuangan selain kas, kewajiban-
kewajiban, sisa atau saldo modal beserta perubahan-
perubahannya yang dipisahkan untuk melaksanakan kegiatan
khusus atau mencapai kegiatan tertentu.
b. Tidak ada model atau desain tunggal untuk akuntansi
pemerintahan karena sangat dipengaruhi oleh peraturan dan
hukum yang berlaku dalam negara tersebut.
Menurut Bachtiar Arif, Iskandar mengemukakan beberapa
karakteristik akuntansi pemerintahan yakni diantaranya sebagai
berikut:
a. Pemerintah mencatat anggaran pada saat anggaran tersebut
dibukukan
b. Pemerintah tidak berorientasi pada keuntungan sehingga dalam
akuntansi pemerintah tidak ada laporan laba (income statement)
dan treatment akuntansi yang berhubungan dengannya
c. Dalam akuntansi pemerintahan sangat mungkin menggunakan
lebih dari satu jenis dana
d. Akuntansi pemerintahan sifatnya kaku karena sangat tergantung
dengan peraturan perundang-undangan
e. Akuntansi pemerintahan akan membukukan pengeluaran modal
12
f. Akuntansi pemerintahan tidak membutuhkan perkiraan modal dan
laba yang ditahan dalam neraca
4. Peranan Akuntansi Pemerintahan
Adapun peran dari akuntansi pemerintahan diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Akuntabilitas, mempertanggungjawabkan mengenai pengelolaan
sumber daya dan juga pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan untuk bisa sampai pada
tujuan yang telah atau sudah ditetapkan dengan secara periodik
b. Manajemen, membantu para nasabah untuk kemudian
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan atau aktivitas suatu entitas
pelaporan di dalam periode pelaporan sehingga bisa
memudahkan dalam fungsi perencanaan, pengelolaan serta juga
pengendalian atas seluruh aktiva, kewajiban, serta ekuitas dana
pemerintah untuk kepentingan masyarakat banyak
c. Transparansi, memberikan suatu informasi keuangan yang
terbuka serta jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat mempunyai atau memiliki hak
untuk dapat atau bisa mengetahui dengan secara terbuka serta
menyeluruh atas suatu pertanggungjawaban dari pemerintah di
dalam pengelolaan sumber daya yang sudah atau telah
dipercayakan kepadanya serta juga ketaatannya pada peraturan
perundang-undangan. (Bachtiar Arif, Iskandar)
d. Keseimbangan antargenerasi, membantu para nasabah untuk
bisa atau dapat mengetahui kecukupan di dalam penerimaan
13
pemerintah di periode pelaporan guna bisa atau dapat
membiayai semua atau seluruh pengeluaran yang dialokasikan
serta juga apakah generasi yang akan datang tersebut
diasumsikan akan ikut di dalam menanggung bahan pengeluaran
tersebut.
e. Evaluasi kinerja, mengevaluasi kinerja entitas pelaporan,
terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang
dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan
B. Desa
1. Pengertian Desa
Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang
dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri: pergaulan hidup yang saling kenal-
mengenal antar penduduk, pertalian perasaan yang sama tentang
suatu kesukaan dan kebiasaan, kegiatan ekonomi yang pada
umumnya agraris dan masih dipengaruhi oleh alam sekitar, seperti
iklim dan keadaan serta kekayaan alam. (Paul H. Landis dalam
Syachbrani, 2012)
Desa dapat dipahami sebagai suatu daerah kesatuan hukum
dimana bertempat tinggal di suatu masyarakat yang berkuasa
(memiliki wewenang) mengadakan pemerintahan sendiri. Pengertian
ini menekankan adanya otonomi untuk membangun tata kehidupan
desa bagi kepentingan penduduk. Dalam pengertian ini terdapat
kesan yang kuat bahwa kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa
hanya dapat diketahui dan disediakan oleh masyarakat desa dan
bukan pihak luar. (Soetardjo dalam Thomas, 2013)
14
Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkan asal-usul yang bersifat
istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintah desa
adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat. (Widjaja, 2013)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013) desa adalah
suatu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang
mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh Kepala Desa)
atau desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan
kesatuan.
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
desa adalah kumpulan masyarakat hukum dan merupakan organisasi
terendah dibawah kecamatan yang mempunyai kewenangan untuk
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan hukum dan
adat istiadat setempat. Desa merupakan organisasi yang berdiri
sendiri dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta
mandiri.
2. Fungsi Desa
Desa sebagai hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)
Desa adalah mitra bagi pembangunan kota
Merupakan bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan
Republik Indonesia
Desa adalah sumber tenaga kerja bagi perkotaan
3. Konsep Desa
15
Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan
kemampuan penyelenggaraan pemerintah dan meningkatkan
pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemajuan pembangunan. Terdapat beberapa
syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa sesuai
dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni
pada Pasal 8 yaitu :
a. Batas usia induk paling sedikit 5 (lima) terhitung sejak
pembentukan
b. Jumlah penduduk
c. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah
d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup
bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat desa
e. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan sumber daya ekonomi penduduk
f. Batas wilayah desa yang dinyatakan dalam bentuk peta yang
telah ditetapkan Bupati/Walikota
g. Sarana dan prasarana bagi Pemerintah Desa dan pelayanan
publik, dan
h. Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap dan
tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Pasal 67 Pemerintah Desa memiliki hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan sebagai berikut :
16
1. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
berdasarkan hak asal usul, adat istiadat dan nilai sosial
budaya masyarakat desa
2. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa, dan
3. Mendapatkan sumber pendapatan.
Desa berkewajiban untuk :
1. Melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta
kerukunan masyarakat desa dalam rangka kerukunan
nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi
4. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa, dan
5. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat desa.
4. Otonomi Desa
Menurut HAW .Widjaja (2010) tentang otonomi desa
merupakan otonomi yang asli, bulat, utuh serta bukan merupakan
pemberian pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli
yang dimiliki oleh desa tersebut.
Otonomi desa merupakan kewenangan desa untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa. (Sumpeno, 2011:25)
Konsep desentralisasi dalam Undang-Undang Nomor 32
TAHUN 2004 tentang Pemerintah Daerah telah menunjuk tiga pola
otonomi :
17
a. Otonomi provinsi sebagai otonomi terbatas
b. Otonomi Kabupaten/Kota sebagai otonomi luas
c. Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat, dan utuh
serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah sebaliknya
pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang
dimiliki oleh desa tersebut. (Solekhan, 2012:37)
Desa memiliki wewenang sesuai yang sudah tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
yakni :
a. Menyelenggarakan urusan pemerintah yang sudah ada
berdasarkan hak asal-usul desa
b. Menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan peraturannya
kepala desa, yakni urusan pemerintahan sesuai dengan
bantuan dari pemerintah, Pemerintah provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
c. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
undangan diserahkan kepada desa.
5. Pemerintahan Desa
Pemerintahan desa secara historis dibentuk oleh
masyarakat desa dengan memilih beberapa orang anggota
masyarakat yang dipercaya dapat mengatur, menata, melayani,
memelihara dan melindungi berbagai aspek kehidupan mereka.
(Awang, 2010)
18
Pemerintahan desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat
Desa, sedangkan Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan
Perangkat lainnya yaitu sekretariat desa, pelaksanaan teknis
lapangan dan unsur kewilayahan yang jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya setempat.
(Soemantri, 2010)
Widjaja (2013) menjabarkan Kepmendagri No. 64 Tahun
1999 menyatakan bahwa pemerintahan desa adalah kegiatan
pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintahan desa BPD
(Badan Permusyawaratan Desa).
Pemerintahan desa diselenggarakan oleh pemerintah
desa. Kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan
desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul
dan adat istiadat desa (UU No. 6 Tahun 2014 Pasal 18).
Menurut Permendagri RI Nomor 113 Tahun 2014
Pemerintahan Desa adalah penyelanggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam siklus pengelolaan keuangan desa merupakan tanggung
jawab dan tugas dari kepala desa dan pelaksana teknis
pengelolaan keuangan desa (sekretaris desa, kepala seksi dan
bendahara desa).
a. Kepala Desa
19
Kepala desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan
kekayaan milik desa yang dipisahkan. Kepala desa memiliki
kewenangan yaitu menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan
APBDes, menetapkan Pelaksanaan Teknis Pengelolaan
Keuangan Desa (PTPKD), menetapkan petugas yang melakukan
pemungutan penerimaan desa, menyetujui pengeluaran atas
kegiatan yang ditetapkan dalam APBDes dan melakukan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDes.
b. Sekretaris Desa
Sekretaris desa selaku koordinator PTPKD membantu
kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa
dengan tugas menyusun dan melaksanakan kebijakan
pengelolaan APBDes. Menyusun rancangan peraturan desa
mengenai APBDes, perubahan APBDes dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBDes. Melakukan pengendalian terhadap
pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDes,
menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBDes, melakukan verifikasi terhadap Rencana Anggaran
Belanja (RAB), bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDes
(SPP). Sekretaris desa mendapatkan pelimpahan kewenangan
dari kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan
desa dan bertanggungjawab kepada kepala desa.
c. Kepala Seksi
20
Kepala seksi merupakan salah satu unsur dari PTPKD
yang bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan
bidangnya. Sesuai PP Nomor 47 Tahun 2015 pasal 64 dinyatakan
bahwa desa paling banyak terdiri dari 3 (tiga) seksi: Menyusun
RAB kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, melaksanakan
kegiatan dan bersama lembaga kemasyarakatan desa yang telah
ditetapkan di dalam APBDes. Mengendalikan pelaksanaan
dengan melakukan pencatatan dalam buku pembantu kas
kegiatan, melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
kepada kepala desa, mengajukan SPP dan melengkapinya
dengan bukti-bukti pendukung atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan.
d. Bendahara Desa
Bendahara desa merupakan salah satu unsur dari PTPKD
yang djabat oleh kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas
untuk membantu sekretaris desa. Bendahara desa mengelola
keuangan desa yang meliputi penerimaan pendapatan desa dan
pengeluaran/pembiayaan dalam rangka pelaksanaan APBDes.
Penatausahaan dilakukan dengan menggunakan buku kas umum,
buku kas pembantu pajak dan buku bank. Penatausahaan yang
dilakukan antara lain meliputi yaitu: menerima, menyimpan,
menyetorkan/membayar, memungut dan menyetorkan PPh dan
pajak lainnya, melakukan pencatatan setiap penerimaan dan
pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara
21
tertib, mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pemerintahan desa terdiri dari Kepala Desa beserta perangkat
desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang dipercayai oleh
masyarakat untuk bertugas menyelenggarakan pemerintahan
desa seperti mengatur, menata, melayani, memelihara dan
melindungi berbagai aspek kehidupan masyarakat berdasarkan
asal usul dan adat istiadat.
6. Pengelolaan Keuangan Desa
Keuangan desa adalah hak dan kewajiban desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa tersebut, sehingga
perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan desa.
(Solekhan, 2012:86)
Secara kelembagaan, desa telah diatur dalam Undang-
Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa yang menjadi landasan
yuridisnya. Dalam Undang-Undang tersebut telah diatur tentang
keuangan desa, mulai dari ketentuan umum, sumber pendapatan,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dan
pengelolaannya, hingga pembentukan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes). Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan,
belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa. Secara
spesifik, pengelolaan keuangan desa telah diatur dengan
22
diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor
37 Tahun 2007 tentang pedoman umum tata cara Pelaporan dan
Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menjelaskan
bahwa keuangan desa dikelola berdasarkan asas transparan,
akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tata tertib dan disiplin
anggaran. Pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban keuangan desa. (PP 43 Tahun 2014)
Dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 dijelaskan bahwa,
keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban tersebut. Sumber keuangan desa pada
umumnya berasal dari Pendapatan Asli Desa (PAD), dana dari
pemerintah dan hasil dari BUMDes. Adapun pelaksanaan urusan
pemerintah daerah oleh pemerintah desa akan didanai dari APBD,
sedangkan pelaksanaan urusan pemerintah pusat yang
diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai oleh APBN.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
APBDes merupakan rencana keuangan tahunan desa yang
ditetapkan berdasarkan peraturan desa yang mengandung perkiraan
sumber pendapatan dan belanja desa untuk mendukung kebutuhan
program pembangunan desa yang bersangkutan. Dengan adanya
23
APBDes penyelenggaraan pemerintah desa memiliki rencana
strategis yang terukur berdasarkan anggaran yang tersedia dan yang
akan dipergunakan. (Sumpeno, 2011:213)
Menurut Mahsun (2015:81) APBDes adalah daftar yang
memuat rincian penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja daerah
selama satu tahun yang ditetapkan dengan peraturan daerah (perda)
untuk masa satu tahun. APBDes terdiri atas anggaran pendapatan,
anggaran belanja, dan pembiayaan. Pendapatan daerah merupakan
hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan nilai
kekayaan bersih.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun
2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa Pasal 20 menjelaskan
bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan desa.
Penyusunan APBDes dan adanya Dana Desa merupakan
wujud desentralisasi untuk mendorong good governance. Good
Governance adalah penyelenggaraan pemerintah Negara yang kuat
dan bertanggung jawab, serta efektif dan efisien dengan melindungi
keseimbangan sinergitas konstruktif antara domain Negara, sektor
swasta, dan masyarakat. Sangat susah untuk menerapkan prinsip-
prinsip good governance terhadap pemerintahan tingkat pusat
maupun pemerintahan tingkat daerah bahkan pemerintahan desa.
(Solekhan, 2012 :140)
APBDes pada dasarnya adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintahan Desa APBDes terdiri atas:
24
a. Pendapatan Desa
Meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak
perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa diklasifikasikan
menurut kelompok dan jenis.
b. Belanja Desa
Meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang
merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja
desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan
kewenangan desa dan diklasifikasikan menurut kelompok,
kegiatan dan jenis.
c. Pembiayaan desa
Meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran
berikutnya. Pembiayaan desa terdiri atas penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan yang diklasifikasikan menurut
kelompok dan jenis. (Sumpeno, 2013)
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, yang bertujuan untuk
memudahkan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa,
sehingga tidak menimbulkan multitafsir dalam penerapannya.
25
Dengan demikian desa dapat mewujudkan pengelolaan keuangan
yang efektif dan efisien. Oleh karenanya, proses dan mekanisme
penyusunan APBDes yang diatur dalam Permendagri tersebut
akan menjelaskan siapa yang, dan kepada siapa bertanggung
jawab, dan bagaimana pertanggungjawabannya. Untuk itu perlu
ditetapkan pedoman umum tata cara pelaporan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah desa, yang
dimuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 35 Tahun
2007.
C. Penyajian Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sarana pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan dan pengelolaan sumber daya entitas
yang dipercayakan kepada mereka. Pertanggungjawaban manajemen
tersebut tidak dimaksudkan untuk tujuan khusus maupun untuk
kepentingan pihak-pihak tertentu saja. (M Wahyudi Abdullah, 2013)
IAI-KASP (2015) menjelaskan bahwa membuat laporan
keuangan merupakan tahap akhir dari siklus akuntansi. Data laporan
keuangan diambil dari seluruh proses yang dilakukan sampai dengan
dibuatnya neraca lajur, data yang diproses berdasarkan neraca lajur
itulah digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
Dalam jurnal petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi
Pengelolaan Keuangan Desa Tahun 2015 menyatakan bahwa
laporan keuangan yang harus dibuat oleh pemerintah desa, antara
lain :
26
1. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes
Laporan realisasi pelaksanaan APBDes disampaikan
kepada Bupati/Walikota melalui camat, terdiri dari :
a. Laporan Semester Pertama, disampaikan paling lambat pada
bulan juli tahun berjalan.
b. Laporan Semester Akhir Tahun, disampaikan paling lambat
pada akhir bulan januari tahun berikutnya.
2. Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes
Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDes setiap akhir tahun anggaran disampaikan kepada
Bupati/Walikota melalui camat terdiri dari pendapatan, belanja,
dan pembiayaan yang telah ditetapkan dengan peraturan desa.
Setelah pemerintah desa dan BPD telah sepakat terhadap laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes dalam
bentuk peraturan desa, maka peraturan desa ini disampaikan
kepada Bupati/Walikota sebagai bagian tidak terpisahkan dari
laporan penyelenggaraan pemerintahan desa. Laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes
sebagaimana tercantum dalam pada pasal 41 Permendagri
113/2014, disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
anggaran berkenaan.
3. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa
27
Laporan Realisasi penggunaan dana desa disampaikan
kepada Bupati/Walikota setiap semester. Penyampaian laporan
realisasi penggunaan dana desa dilakukan :
a. Untuk semester I paling lambat minggu keempat bulan juli
tahun anggaran berjalan.
b. Untuk semester II paling lambat minggu keempat bulan januari
tahun anggaran berikutnya.
4. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes
Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDes merupakan laporan yang disampaikan secara periodik
kepada BPD terhadap pelaksanaan APBDes dilampiri :
a. Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDes Tahun Anggaran berkenaan.
b. Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun
Anggaran berkenaan.
c. Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah
yang masuk ke Desa. Laporan ini disampaikan kepada BPD
secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya
tahun anggaran (PP 43/2014 pasal 51). (BPKP, 2015)
2. Tujuan dan Manfaat Penyajian Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut PP No. 71 Tahun 2010
adalah digunakan untuk 2 (dua) hal yakni akuntabilitas dan
28
manajemen. Akuntabilitas yaitu untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik. Manajemen yaitu untuk
membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan
sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
Menurut Diamond dalam Peggy (2013) informasi keuangan
di dalam laporan keuangan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Meningkatkan akuntabilitas untuk para manajer (kepala
daerah dan para pejabat pemda) ketika mereka bertanggung
jawab tidak hanya pada kas masuk dan kas keluar, tetapi
juga pada aset dan utang yang mereka kelola.
2. Meningkatkan transparansi dan aktivitas pemerintah.
Pemerintah umumnya mempunyai jumlah aset yang
signifikan dan utang, pengungkapan atas informasi ini
merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan
akuntabilitas.
3. Memfasilitasi penilaian posisi keuangan dengan
menunjukkan semua sumber daya dan kewajiban.
4. Memberikan informasi yang lebih luas yang dibutuhkan
untuk pengambilan keputusan.
29
3. Karakteristik Penyajian Laporan Keuangan
Peraturan pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) menjelaskan tentang
karakteristik laporan keuangan yaitu ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Berikut adalah karakteristik yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah daerah memenuhi
kualitas yang dikehendaki :
a. Relevan
Laporan keuangan dikatakan relevan apabila
informasi yang termuat di dalamnnya dapat mempengaruhi
keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan
memprediksi masa depan serta mengoreksi hasil evaluasi
mereka di masa lalu. Informasi yang relevan adalah :
1. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk
memprediksi masa yang akan datang dengan mengacu
pada hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
2. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan
alat mengoreksi ekspektasi di masa lalu.
3. Tepat waktu
30
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan
keputusan. Lengkap
Informasi disajikan selengkap mungkin yaitu
mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan.
b. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari
pengertian yang menyesatkan, menyajikan fakta secara
jujur, dan dapat diverifikasi. Informasi yang andal setidaknya
memenuhi karakteristik sebagai berikut :
1. Dapat diverifikasi
Informasi dalam laporan keuangan dapat diuji. Akan
lebih baik apabila dilakukan pengujian lebih dari satu
kali oleh pihak yang berbeda dan hasilnya tidak jauh
beda.
2. Penyajian jujur
Informasi menggambarkan secara jujur transaksi yang
seharusnya disajikan atau secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
3. Netralitas
Informasi diarahkan pada kepentingan umum dan tidak
mementingkan kepentingan pihak tertentu.
c. Dapat dibandingkan dan Dapat dipahami
31
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan
akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya. Perbandingan
dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
4. Indikator Penyajian Laporan Keuangan
Indikator yang terkandung dalam penyajian laporan
keuangan daerah yang dapat diukur melalui :
1. Laporan keuangan disusun secara lengkap
2. Laporan keuangan diselesaikan tepat waktu
3. Laporan keuangan memiliki informasi untuk mengoreksi
keuangan masa lalu
4. Laporan keuangan menyediakan informasi yang dapat
memprediksi masa depan
5. Informasi yang disajikan menggambarkan transaksi secara
jujur
6. Laporan keuangan yang diperiksa kembali oleh pihak lain
menunjukkan hasil yang tidak terlalu berbeda jauh
7. Informasi yang dimuat dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya
8. Laporan keuangan dijadikan sesuai tolok ukur untuk tahun
berikutnya. (Wahida, 2015)
Menurut PP No. 71 Tahun 2010 indikator penyajian
laporan keuangan daerah dapat diukur melalui 4 indikator
yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat
dipahami.
32
D. Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk kewajiban penyelenggara
kegiatan publik untuk dapat menjelaskan dan menjawab segala hal
menyangkut langkah dari seluruh keputusan dan proses yang
dilakukan, serta pertanggungjawaban terhadap hasil kinerjanya. Pada
prinsipnya, akuntabilitas sektor publik adalah kepada masyarakat
dengan indikator pada hasil produk dan pelayanan publik
(output)yang dicapai sesuai target (seperti pelayanan pendidikan,
kesehatan, air minum, sanitasi dan lain-lain). (Lukito, 2014)
Indikator akuntabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Tercapainya pengelolaan APBDes yang jelas dari perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban.
b. Adanya laporan pertanggungjawaban yang akuntabel atau dapat
dipertanggungjawabkan dengan tepat waktu.
c. Adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan APBDes.
d. Laporan APBDes disampaikan kepada masyarakat setiap
semester.
e. Kemudian masyarakat dalam mengkritisi pelaksanaan kegiatan.
Akuntabilitas merupakan kewajiban agen (pemerintah) untuk
mengelola sumber daya, melapor dan mengungkapkan segala
33
aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber
daya publik kepada pemberi mandat (principal).(Mahmudi, 2010)
Akuntabilitas adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
(Nordiawan, 2010)
Akuntabilitas atau pertanggungjawaban (accountability)
merupakan suatu bentuk keharusan seseorang
(pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan
kewajiban yang sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.
Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan yang tertulis yang informatif
dan transparan. (Sujarweni, 2015)
Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan
dan melaporkan segala kegiatan, terutama dalam bidang administrasi
keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Media pertanggungjawaban
akuntabilitas tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban, akan
tetapi juga mencakup aspek-aspek kemudahan pemberian mandat
untuk mendapatkan informasi, baik langsung maupun tidak langsung
secara lisan maupun tulisan, sehingga akuntabilitas dapat tumbuh
pada lingkungan yang mengutamakan keterbukaan sebagai landasan
pertanggungjawaban. (Sulistiyani, 2011:71)
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas yaitu perwujudan
kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
34
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Asas akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Prinsip-prinsip Akuntabilitas
Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan
dan melaporkan segala kegiatan, terutama dalam bidang administrasi
keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Media
pertanggungjawaban akuntabilitas tidak terbatas pada laporan
pertanggungjawaban, akan tetapi juga mencakup aspek-aspek
kemudahan pemberi mandat untuk mendapatkan informasi baik
langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan,
sehingga akuntabilitas dapat tumbuh pada lingkungan yang
mengutamakan keterbukaan sebagai landasan pertanggungjawaban.
(Sulistiyanti, 2011)
Pelaksanaan akuntabilitas di lingkungan instansi pemerintah,
dapat diperhatikan prinsip-prinsip akuntabilitas sebagai berikut :
1. Harus ada komitmen dari pemimpin dan seluruh staf instansi
untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin
penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
35
3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan
manfaat yang diperoleh.
5. Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator
perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk
pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan
penyusunan laporan akuntabilitas. (LAN dan BPKP, 2007)
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Akuntabilitas
dan Manajemen Keuangan Pemerintah Desa dalam Pengelolaan
Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa (APBDes) memiliki kesamaan
dengan peneliti sebelumnya dapat dilihat dari tabel 5.1 berikut ini :
Tabel 5.1
Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metodologi
Hasil
36
1. Rizal, Sri Adella
Fitri, Devi
Rantika (2018)
Akuntabilitas dan
Transparansi
Pengelolaan
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Desa
(APBDes) Tahun
2016
Analisis
deskriptif
kualitatif
Berdasarkan hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa pemerintah
nagari Balimbing
Kecamatan
Rambatan
Kabupaten Tanah
Datar sudah
menerapkan
prinsip
akuntabilitas dan
transparansi dalam
pengelolaan APB
Nagari. Secara
umum akuntabilitas
dan transparansi
sudah mulai
diterapkan dengan
baik. Namun,
masih ada
beberapa indikator
dan kriteria
akuntabel dan
transparan yang
belum terpenuhi
oleh pemerintah
Nagari Balimbing.
2. Pipit Juliana,
Purweni
Widhianningrum
Akuntabilitas
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Desa
Garon Kecamatan
Kawedanan
Kabupaten
Magetan
Kualitatif hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa
akuntabilitas
hukum dan
kejujuran Desa
Garon telah
berpedoman pada
Undang-Undang Ri
No. 06 Tahun
2014, Peraturan
Menteri dalam
Negeri No. 83, 113
dan 114, Peraturan
Pemerintah No 60
Tahun 2014 dan
37
Peraturan Bupati
Magetan No. 12
Tahun 2015.
Akuntabilitas
manajerial
pemerintah Desa
Garon telah
melibatkan
masyarakat,
seluruh perangkat
desa, tim
pelaksana, BPD,
LPM dan Karang
Taruna.
3. Farida (2015) Transparansi dan
Akuntabilitas
Pemerintah Desa
dalam Pengelolaan
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Desa
(APBDes)
Analisis
deskriptif
kualitatif
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa Kepala
Desa di Desa
Sidogedungbatu
Kecamatan
Sangkapura
Kabupaten Gresik
telah
melaksanakan
prinsip-prinsip
transparansi dan
akuntabilitas pada
pengelolaan
APBDes tahun
anggaran 2013.
Secara umum
transparansi dan
akuntabilitas di
Desa
Sidogedungbatu
Kecamatan
Sangkapura
Kabupaten Gresik
sudah berjalan
dengan baik,
walaupun masih
ada beberapa
kelemahan yang
masih harus
38
diperbaiki.
4. Suci Indah
Hanifah (2015)
Akuntabilitas dan
Transparansi
Pertanggungjawab
an Anggaran
Pendapatan
Belanja Desa
(APBDes)
Analisis
Deskriptif
Kualitatif
Manajemen
keuangan desa
Kepatihan sudah
berdasarkan
Peraturan Menteri
Dalam Negeri No.
37 Tahun 2007
yang menunjukkan
pelaksanaan yang
akuntabel dan
transparan yang
dilihat dari
pelaporan
pertanggungjawab
an Anggaran
Pendapatan
Belanja Desa
(APBDes), namun
dari sisi pencatatan
akuntansi masih
diperlukan adanya
pembinaan dan
pelatihan lebih
lanjut, karena
belum sepenuhnya
sesuai dengan
ketentuan.
Hambatan
utamanya adalah
belum efektifnya
pelatihan para
perangkat desa
dan kompetensi
sumber daya
manusia, sehingga
masih memerlukan
perhatian khusus
dari aparat
pemerintah desa
secara
berkelanjutan.
5. Deti Kumalasari,
Ikhsan Budi
Transparansi dan
Akuntabilitas
Analisis
Deskriptif
Hasil penelitian ini
menunjukkan
39
Riharjo (2016) Pemerintah Desa
dalam Pengelolaan
Alokasi Dana Desa
Kualitatif bahwa pemerintah
Desa Bomo
Kecamatan
Rogojampi
Kabupaten
Banyuwangi telah
melaksanakan
prinsip-prinsip
transparansi dan
akuntabilitas pada
pengelolaan ADD.
Perencanaan dan
pelaksanaan
Alokasi Dana Desa
telah menerapkan
prinsip
transparansi dan
akuntabilitas.
Sedangkan
Pertanggungjawab
an ADD secara
fisik sudah
menunjukkan
pelaksanaan yang
transparan dan
akuntabel, namun
dari sisi
administrasi masih
diperlukan adanya
perbaikan
sehingga perlu
tambahan
pembinaan lebih
lanjut, karena
belum sepenuhnya
sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang
undangan.
6. Retno Murni
Sari (2015)
Akuntabilitas
Pengelolaan
Anggaran
Pendapatan dan
Analisis
Deskriptif
Kualitatif
Pemerintah Desa
Bendosari
Kecamatan
Ngantru Kabupaten
40
Belanja Desa
(APBDes) di Desa
Bendosari
Kecamatan
Ngantru Kabupaten
Tulungagung
Tulungagung telah
menerapkan
prinsip-prinsip
akuntabilitas pada
pengelolaan
APBDes tahun
anggaran 2015.
Akuntabilitas ini
secara umum di
pemerintahan
Desa Bendosari
Kecamatan
Ngantru Kabupaten
Tulungagung
sudah berjalan
dengan baik,
walaupun masih
ada beberapa
kelemahan yang
harus dibenahi.
7. Efra Daud
Soeharso
(2017)
Akuntabilitas
Pemerintah Desa
dalam Pengelolaan
Anggaran
Pendapatan Dan
Belanja Desa
(APBDes) Tahun
2015 Berdasarkan
Permendagri no
113 Tahun 2014 di
Kecamatan
Sedayu Kabupaten
Bantul Yogyakarta
Analisis
Deskriptif
Kualitatif
Prinsip
akuntabilitas dalam
pengelolaan
anggaran
pendapatan dan
belanja desa
(APBDes) tahun
2015 di Desa
Argorejo dan Desa
Argodadi
Kecamatan
Sedayu Kabupaten
Bantul secara
bertahap mulai dari
tahap
perencanaan,
pelaksanaan,
piñata usaha
sampai pada tahap
pelaporan dan
pertanggungjawab
an APBDes telah
sesuai dengan
permendagri No
41
113 Tahun 2014,
namun dari sisi
administrasi masih
masih diperlukan
adanya pembinaan
lanjutan, karena
belum sepenuhnya
sesuai dengan
ketentuan serta
masih ada
keterlambatan
pada pelaporan
akhir.
8. Hosnol Hotimah
(2017)
Transparansi dan
Akuntabilitas
Pemerintah Desa
dalam Pengelolaan
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Desa
(APBDes)
Analisis
Deskriptif
Kualitatif
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa Kepala
Desa di Desa
Sukosari Lor
Kecamatan
Sukosari
Kabupaten
Bondowoso telah
melaksanakan
prinsip-prinsip
transparansi dan
akuntabilitas pada
pengelolaan
APBDes Tahun
anggaran 2016.
Secara umum
transparansi dan
akuntabilitas di
Desa Sukosari Lor
Kecamatan
Sukosari
Kabupaten
Bondowoso sudah
berjalan dengan
baik, walaupun
masih ada
beberapa
kelemahan yang
masih harus
diperbaiki.
42
9. Neny Tri
Indrianasari
(2017)
Peran Perangkat
Desa dalam
Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan Desa
(Studi pada Desa
Karangsari
Kecamatan
Sukodono)
Analisis
Deskriptif
Kuantitatif
Dalam penelitian
ini berdasarkan
hasil pembahasan
adalah perangkat
desa cukup
berperan dalam
pengelolaan
keuangan desa
dan secara
keseluruhan
pelaksanaan
pengelolaan
keuangan desa
sesuai dengan
Permendagri No.
113 Tahun 2014.
10. Masiyah Kholmi
(2016)
Akuntabilitas
Pengelolaan
Alokasi Dana Desa
(Studi di Desa
Kedungbetik
Kecamatan
Kesamben
Kabupaten
Jomban)
Kualitatif Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa
perencanaan dan
pelaksanaan ADD
di Desa
kedungbetik dapat
dikatakan
akuntabel,
pelaksanaan ADD
didasarkan usulan
program dari dusun
dan dievaluasi
melalui forum
musyawarah
ditingkat desa.
F. Kerangka Pikir
Implikasi dari lahirnya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang desa adalah adanya alokasi anggaran yang besar kepada desa
yang dimaksudkan untuk meningkatkan anggaran desa dalam
pembangunan, pelayanan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat
desa. UU Desa juga memberikan jaminan yang lebih pasti bahwa setiap
43
desa akan menerima dana dari pemerintah melalui anggaran negara dan
daerah yang jumlahnya berlipat, jauh di atas jumlah yang selama ini
tersedia dalam anggaran desa. Dalam Undang-Undang tersebut
dijelaskan bahwa desa akan mendapatkan kucuran dana sebesar 10%
dari APBN.
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan pengelolaan dana
desa. Oleh karena itu desa dapat mewujudkan pengelolaan keuangan
keuangan yang efektif dan efisien. Disamping itu diharapkan dapat
diwujudkan tata kelola pemerintahan desa yang baik, yang memiliki salah
satu pilar utama yaitu akuntabilitas.
Pengelolaan (APBDes) diharapkan dapat meliputi pedoman
dalam pengelolaan keuangan desa karena didalamnya telah mencakup
berbagai prosedur pengelolaan keuangan desa mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan sampai dengan
pertanggungjawaban.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat skema kerangka pikir seperti
gambar dibawah ini :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Akuntabilitas Pengelolaan APBDes
44
Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa
Tamannyeleng Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa (UU No. 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan Permendagri No. 113
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan
Desa)
Hasil
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Tamannyeleng
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, serta menganalisis
akuntabilitas pemerintah desa dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Tamannyeleng Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan hasil temuan sebagai pemecahan masalah dengan
menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif kualitatif, analisis yang dilakukan terhadap data-
data non angka seperti hasil wawancara atau catatan laporan bacaan
buku-buku dan artikel. Data-data ini akan digunakan data tersebut adalah
sebagai dasar objektif dalam proses pembuatan keputusan-keputusan
atau kebijakan dalam rangka pemecahan persoalan yang ada.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu di Desa Tamannyeleng
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Waktu yang digunakan peneliti
untuk penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 2 November 2020
sampai 8 Januari 2021.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah semua pihak yang terkait langsung dengan
permasalahan yang diteliti yaitu beberapa informan melalui
45
wawancara, dengan memilih informan yang terdiri dari Kepala Desa,
Sekretaris Desa, Bendahara Desa, dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD).
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui dengan
meminta data laporan keuangan APBDes, dokumen-dokumen
pemerintahan desa Tamannyeleng Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Agar memperoleh data dan informasi secara akrual, dalam
penelitian ini penulis melakukan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
1. Peneliti Lapangan
Mengadakan penelitian langsung kepada objek atau perusahaan
yang diteliti untuk memperoleh data primer, untuk menghimpun data
akrual dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Teknik Wawancara (interview)
Mengadakan tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan
informan yang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris, Bendahara dan
Tokoh Masyarakat dalam memberikan beberapa data yang
dibutuhkan.
Kepala Desa Muhammad Yusram
Sekretaris Desa Masyur, A.Ma
Bendahara Risma Windi Safitri, ST
Masyarakat Desa Husain dan Haris
46
b. Teknik Observasi
Dengan mengadakan pengamatan langsung pada bagian
keuangan guna memperoleh laporan keuangan APBDes Desa
Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
c. Teknik Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
internal yang terkait dengan ruang lingkup penelitian ini.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan
cara membaca buku-buku di perpustakaan dan tulisan-tulisan yang
berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti.
Peneliti yang dilakukan berupa studi deskriptif yang menguraikan
tentang sifat-sifat dan keadaan yang sebenarnya dari suatu objek
penelitian pada saat penelitian yang sedang dilakukan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Maka alat bantu yang
digunakan dalam penelitian ini berupa teks wawancara, alat perekam
suara dan kamera.
F. Metode Analisis
Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini,
metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif komparatif
yaitu menguraikan Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) di Desa Tamannyeleng Kecamatan Barombong
47
Kabupaten Gowa dari segi yang fungsi yang terkait, dokumen yang
digunakan, catatan yang digunakan dan laporan yang dihasilkan
kemudian membandingkan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes) yang telah ditetapkan.
Analisis yang diterapkan adalah deskriptif kualitatif komparatif
yaitu:
1. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan akuntansi dan
pengelolaan keuangan di Desa Tamannyeleng Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa
2. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ditemui dalam
pengelolaan keuangan di Desa Tamannyeleng Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa
3. Mengevaluasi data yang berkaitan dengan akuntansi dan manajemen
keuangan di Desa Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten
Gowa
4. Membandingkan hasil evaluasi dengan teori-teori yang ada
5. Mengusulkan pelaksanaan akuntansi dan pengelolaan keuangan
yang baik untuk diterapkan di Desa Tamannyeleng Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa.
48
Mengidentifikasi Hambatan-
Hambatan
Mengevaluasi Data
Membandingkan Hasil Dengan
Teori
Pengelolaan Keuangan
Gambar 3.1 Analisis Data
Pengumpulan Data
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Desa Tamannyeleng
Sejak dahulu Tamannyeleng adalah sebuah pemukiman yang
penduduknya adalah masyarakat penduduk asli. Tamannyeleng
berasal dari kata “Tama’saile” yang merupakan tempat peristirahatan
raja-raja Gowa pada zaman sebelum kemerdekaan, tempat ini
dijadikan ajang untuk menguji beberapa kemampuan ketangkasan dan
seni baik di kalangan raja (bangsawan kerajaan) maupun di kalangan
masyarakat biasa dan merupakan pertontongan yang sangat besar,
Desa Tamannyeleng diberi nama oleh perundingan masyarakat.
Tahun 1966, Desa Tamannyeleng masih merupakan kampung
gabungan dengan nama kampung Tama’la’lang dan Anrong guru
bernama Dube’ Dg. Sirua. Tahun 1983, Pembangunan tanggul di
dusun Tama’la’lang mengakibatkan 45 hektar lahan tidak produktif,
karena tergenang air pembuangan dari pemukiman dan tidak bisa
mengalir ke sungai. Setiap tahun diadakan pesta panen pada bulan
Agustus di dusun Tama’la’lang. Setiap tahun panen berhasil sehingga
masyarakat menuangkan kegembiraannya lewat tradisi “Akkaddo
Bulo” sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena telah diberikan limpahan rahmat dengan hasil panen yang
meningkat.
50
Tahun 2008-2010, Program PNPM memberikan bantuan modal
usaha untuk 15 kelompok, jalur sepanjang 650 meter, pengerasan
paving sepanjang 650 meter di dusun Ta’binjai yang dulunya jalan
tanah, pembuatan drainase sehingga jalan tidak becek dan
pembuangan air lancar serta mencegah banjir. Tahun 2011-2014,
Program PNPM memberikan bantuan modal usaha untuk 15
kelompok, jalur sepanjang 520 meter, pengerasan paving sepanjang
250 meter di dusun Tamannyeleng yang dulunya jalan tanah,
pembuatan drainase sehingga jalan tidak becek dan pembuangan air
lancar serta mencegah banjir.
Tahun 2015, Dana DD dan Dana APBD memberikan banyak
pekerjaan fisik dan perkembangan di Desa Tamannyeleng, berupa
Pekerjaan Paving Block & Pekerjaan Drainase dan pembangunan pos
kamling di 5 (Lima) Dusun, serta berbagai pelatihan, berupa pelatihan
menjahit, sablon, kaligrafi dan latihan dasar kepemimpinan. Tahun
2016, Dana DD dan Dana APBD memberikan banyak pekerjaan fisik
dan perkembangan di Desa Tamannyeleng, berupa Pekerjaan Paving
Block & Pekerjaan Drainase dan pembangunan Posyandu serta
berbagai pelatihan, berupa pelatihan kader posyandu, pelatihan PKK,
pelatihan BKB dan BKR.
Penelitian ini dilakukan di Desa Tamannyeleng Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa. Desa Tamannyeleng merupakan salah
satu desa dari pemerintahan Kecamatan Barombong, Kabupaten
Gowa dimana mempunyai potensi yang cukup strategis dalam
51
pembangunan. Desa ini memiliki luas wilayah keseluruhan 319,6 Ha
terdiri dari:
a. Sawah : 65,20 ha
b. Sawah tanah hujan : 15,02 ha
c. Lahan tidur/tanah rawa : 40 ha
d. Pemukiman : 199,38 ha
Penduduk Desa Tamannyeleng didominasi masyarakat yang
mempunyai mata pencaharian sebagai petani, buruh tani/harian,
karyawan swasta, pedagang, PNS/TNI/POLRI, wirausaha dan lain-lain.
Pada tahun 2019 perkembangan penduduk desa Tamannyeleng terdiri
dari 1.922 KK, dengan jumlah penduduk 7.612 orang terdiri dari 3.880
laki-laki, 3.752 perempuan. Adapun batas wilayah desa Tamannyeleng
secara demografi adalah sebagai berikut:
a. Disebelah Utara : Berbatasan dengan sungai je’neberang
b. Disebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Kanjilo
c. Disebelah Barat : Berbatasan dengan Kel. Benteng Somba
Opu
d. Disebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Taeng dari Kanjilo
Desa Tamannyeleng terletak di Wilayah Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa, yang merupakan Desa dari 2 kelurahan
dan 5 desa. Wilayah Desa Tamannyeleng secara administrasi dibatasi
oleh wilayah Kabupaten dan Kecamatan serta Kelurahan tetangga.
2. Topografi
Desa Tamannyeleng secara Topografi berada di ketinggian
antara 0 sampai 25 m dpl (diatas permukaan laut) dengan kemiringan
52
0⁰ . Wilayah Desa Tamannyeleng secara umum mempunyai lokasi
geologis, berupa daerah dataran rendah dengan hamparan
persawahan dan pemukiman yang cukup luas. Desa Tamannyeleng
juga merupakan daerah aliran sungai yang dibatasi oleh sungai kecil,
di daerah sebelah selatan perbatasan antara desa kanjilo dan desa
Tamannyeleng yang merupakan daerah tambang pasir. Namun,
kualitas pasirnya kurang bagus tetapi masih tetap menambang
walaupun kondisi tempat sangat dikhawatirkan akan runtuhnya tanah
pemukiman yang ada di sekitarnya karena jenis tanah sangat gembur,
dan di bagian utara adalah sungai besar yaitu sungai je’neberang yang
dulunya dipergunakan oleh masyarakat untuk bercocok tanam, namun
sekarang tidak lagi karena adanya tanggul yang membatasi aliran
sungai tersebut.
Desa Tamannyeleng secara umum kondisi tanahnya gembur
dan subur semua jenis tanaman bisa tumbuh baik berupa tanaman
padi maupun tanaman jangka panjang.
3. Visi dan Misi Desa Tamannyeleng
a. Visi Desa Tamannyeleng
“Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas”
b. Misi Desa Tamannyeleng
1) Mengarusutamakan pembangunan berwawasan
kependudukan.
2) Menyelenggarakan KB dan kesehatan reproduksi.
3) Memfasilitasi pembangunan keluarga.
53
4) Membangunan dan menerapkan budaya kerja organisasi suara
konsisten.
5) Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan
KKBPK.
4. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
DESA TAMANNYELENG
54
B. Hasil Penelitian
Pengelolaan Angggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Desa Tamannyeleng
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Desa Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Kepala
Desa dalam hal ini adalah Kepala Desa Tamannyeleng, dalam hal
menyusun APBDes harus berpedoman dari RPJM (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah) Desa. Adanya RPJM, pembangunan
yang dilakukan pemerintah desa sesuai hasil musyawarah sehingga
pembangunan bisa tepat sasaran sesuai dengan yang direncanakan.
“Berdasarkan hasil wawancara dari perangkat desa salah satunya yaitu Bapak Masyur mengatakan Pada saat melakukan penyusunan RPJM, masyarakat selalu diundang untuk turut serta dalam penyusunan RPJM agar masyarakat setempat juga tau apa-apa saja yang menjadi agenda pemerintahan desa kedepannya, serta dalam pertanggungjawaban kepala desa. Kepala desa juga selalu memberikan pengumuman melalui papan pengumuman di balai desa dan di masjid serta masyarakat setempat bisa mengakses informasi anggaran yang diinginkan secara transparan’.
Berdasarkan hasil wawancara bersama dengan beberapa masyarakat setempat, salah satu masyarakat setempat bernama ”Pak Husain mengatakan bahwa: “Pada saat pak kepala desa akan menyusun RPJM masyarakat ikut diundang untuk ikut bermusyawarah dan turut serta dalam pengambilan keputusan dan juga kepala desa selalu mengumumkan penggunaan dana desa di papan pengumuman yang ada di desa Tamannyeleng.”
Sumber pendapatan dan dari desa Tamannyeleng dibagi menjadi
tiga yaitu pendapatan asli desa, pendapatan transfer, dan pendapatan
lain-lain. Pendapatan asli desa tamannyeleng selama ini berasal dari hasil
usaha berupa Swadaya, partisipasi, gotong royong dan pendapatan
berupa pungutan asli desa yang sah. Sedangkan pendapatan Transfer
diperoleh dana Desa, bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah, serta
adanya alokasi dana desa serta. Untuk pendapatan lain-lain diperoleh
55
Hibah dan sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat. Berikut ini
adalah pendapatan dana dari desa Tamannyeleng pada tahun 2018.
Hasil wawancara dengan Kepala Desa mengenai pelaporan
pertanggungjawaban APBDes di Desa Tamannyeleng menyatakan
bahwa:
“Pelaporan pertanggungjawaban APBDes dilaksanakan setiap
tahun dan pelaporan setiap selesai pencairan harus ada pelaporan apa
saja yang dibelanjakan dan dilaporkan langsung dalam aplikasi sistem
keuangan desa yang dilaporkan oleh bendahara, untuk pencairan
berikutnya tidak akan dicairkan apabila pertanggungjawaban dana yang
sudah dicairkan belum ada pertanggungjawabannya berarti belum bisa
dicairkan ditahap kedua demi keamanan yang disebut penyelewengan
dana”.
Tabel 5.2
Sumber pendapatan Desa Tamannyeleng
Tahun 2018
No Sumber
Pendapatan
Anggaran Realisasi Lebih/kurang
1 Pendapatan Asli
Desa (PADesa)
247.680.000,00 248.185.185,00 505.185,00
Swadaya,
Partisipasi dan
Gotong Royong
243.680.000,00 243.680.000,00 0,00
Pendapatan Asli
Desa yang sah
(pungutan suara)
4.000.000,00 4.505.185,00 505.185,00
2 Pendapatan
Transfer
2.017.511.062,00 1.993.149.134,00 24.361.928,00
Dana Desa 1.206.623.752,00 1.206.623.752,00 0,00
Bagian dari hasil
pajak dan
10.003.334,00 9.641.406,00 361.928,00
56
retribusi daerah
Alokasi Dana
Desa
776.883.976,00 776.883.976,00 0,00
Bantuan
Keuangan
Kabupaten/Kota
24.000.000,00 0,00 24.000.000,00
3 Pendapatan
Lain-Lain
50.000.000,00 50.000.000,00 0,00
Hibah dan
Sumbangan dari
pihak ketiga
50.000.000,00 50.000.000,00 0,00
Jumlah Pendapatan
Desa
2.315.191.062,00 2.291.334.319,00 23.856.743,00
Sumber: APBDes tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa tahun 2018 total
pendapatan Desa Tamannyeleng sebesar Rp. 2.315.191.062,- dengan
pendapatan asli desa (PADesa) senilai Rp. 247.680.000,- dan pendapatan
transfer sebesar Rp. 2.017.511.062,-. Pendapatan Desa Tamannyeleng yang
paling tinggi didapatkan dari pendapatan transfer yaitu dari alokasi dana desa
sebesar Rp. 776.883.976,- dan dari dana desa sejumlah Rp. 1.206.623.752,-.
Sedangkan pendapatan paling rendah berasal dari Pendapatan asli desa dari
sektor pungutan sah desa yaitu senilai Rp. 4.000.000,-.
Pendapatan Desa Tamannyeleng tahun 2019 tidak jauh berbeda dari
pendapatan tahun 2018, diperoleh dari Pendapatan Asli Desa (PADesa),
Pendapatan transfer dan ada penambahan pendapatan lain-lain yaitu bunga
bank. Pendapatan Desa Tamannyeleng secara jelas diperinci pada tabel 5.4
berikut:
Tabel 5.3
57
Sumber pendapatan Desa Tamannyeleng
Tahun 2019
No Sumber
Pendapatan
Anggaran Realisasi Lebih/kurang
1 Pendapatan Asli
Desa (PADesa)
85.000.000,00 26.600.000,00 58.400.000,00
Swadaya,
Partisipasi dan
Gotong Royong
85.000.000,00 26.600.000,00 58.400.000,00
2 Pendapatan
Transfer
2.363.455.277,00 2.363.728.354,00 273.077,00
Dana Desa 1.533.879.531,00 1.533.879.531,00 0,00
Bagian dari hasil
pajak dan
retribusi daerah
9.641.406,00 9.914.483,00 (273.077,00)
Alokasi Dana
Desa
819.934.340,00 819.934.340,00 0,00
3 Pendapatan
Lain-Lain
5.000.000,00 7.485.796,00 2.485.796,00
Bunga Bank 5.000.000,00 7.485.796,00 (2.485.796,00)
Jumlah Pendapatan
Desa
2.453.455.277,00 2.397.814.150,00 55.641.127,00
Sumber: APBDes Tahun 2019
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan di Desa
Tamannyeleng yaitu sebesar Rp. 138.264.215,- dimana pada tahun 2018 jumlah
pendapatan Desa Tamannyeleng sebesar Rp. 2.315.191.062,- sedangkan pada
tahun 2019 jumlah pendapatan sebesar Rp. 2.453.455.277,-. Pendapatan tahun
2018 menunjukkan pendapatan PADesa dari hasil swadaya, partisipasi dan
gotong royong sebesar Rp. 243.680.000,- hal ini menunjukkan penurunan
sebesar Rp. 85.000.000,- pada tahun 2019.
58
Peningkatan pendapatan transfer yang ditunjukkan pada tabel 5.3 dimana
Dana Desa tahun 2018 sebesar Rp. 1.206.623.752,- menjadi Rp. 1.533.879.531
pada tahun 2019, berarti ada peningkatan penambahan yang cukup tinggi yaitu
Rp. 327.255.779. Sedangkan dari sektor hasil pajak dan retribusi daerah
mengalami penurunan pendapatan yaitu sebesar Rp. 361.928 dibandingkan
tahun 2018. Untuk Alokasi Dana Desa juga terjadi penambahan pendapatan
sebesar Rp. 43.050.364, dimana pada tahun 2019 menjadi Rp. 819.934.340.
Sedangkan pendapatan terdapat pula anggaran belanja Desa
Tamannyeleng dalam melaksanakan pemerintahannya. Berikut ini Anggaran
Belanja Desa Tamannyeleng tersaji dalam tabel 5.4 untuk tahun 2018.
Tabel 5.4
Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes Desa Tamannyeleng
Tahun 2018
No Belanja Desa Anggaran Realisasi Lebih/Kurang
1 Bidang
Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
609.069.894,00 589.584.009,00 19.485.885,00
2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
1.315.624.285,00 1.291.321.140,00 24.303.145,00
3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
163.390.000,00 149.340.000,00 14.050.000,00
4 Bidang
Pemberdayaan
Masyarakat
155.339.370,00 154.014.000,00 1.325.370,00
Jumlah Belanja Desa 2.243.423.549,00 2.184.259.149,00 59.164.400,00
Surplus/(Defisit) 71.767.513,00 107.075.170,00 (35.307.657,00)
PEMBIAYAAN DESA
Penerimaan Pembiayaan
23.076.954,00 0,00 0,00
59
SILPA Tahun Sebelumnya
23.076.954,00 0,00 0,00
Pengeluaran Biaya
50.000.000,00 44.844.467,00 44.844.467,00
Penyertaan Modal Desa 50.000.000,00 44.844.467,00 44.844.467,00
Jumlah Pembiayaan Desa
(71.767.513,00) (26.923.046,00) (44.844.467,00)
Sisa Lebih/(Kurang) Perhitungan Anggaran
0,00 80.152.124,00 (80.152.124,00)
Sumber: APBDes Tamannyeleng Tahun 2018
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa Belanja APBDes Desa Tamannyeleng
terdiri 4 Bidang diantaranya adalah Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa,
Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, Bidang Pembinaan Kemasyarakatan,
Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Tahun 2018 total pengeluaran Belanja
APBDes sesuai dengan Rencana anggaran yang telah dirumuskan yaitu sebesar
Rp. 2.243.423.549,-, dimana Belanja Terbesar dari Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa yaitu kegiatan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana fisik sosial sebesar Rp. 355.038.020,-, dilanjutkan dari Bidang
Penyelenggaraan Pemerintah Desa berupa pembayaran penghasilan tetap dan
tunjangan sebesar Rp. 360.602.582,-. Jumlah biaya masing-masing bidang
adalah sebagai berikut:
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa sebesar Rp. 609.069.894,-
b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa sebesar Rp. 1.315.624.285,-
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan sebesar Rp. 163.390.000,-
d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat sebesar Rp. 155.339.370,-
Diketahui bahwa belanja tertinggi adalah Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa senilai Rp. 1.315.624.285,- sedangkan belanja terendah
adalah Bidang Pemberdayaan Masyarakat yaitu sebesar Rp. 155.339.370,-.
Pada tabel tersebut diketahui bahwa pemerintah desa telah melaksanakan
60
anggaran secara tepat sasaran sehingga persentase pencapaian sudah
mencapai 100% sesuai dengan anggaran.
Tabel 5.5 Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes Desa Tamannyeleng
Tahun 2019
No Belanja Desa Anggaran
Realisasi
Lebih/Kurang
1 Bidang
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Desa
779.047.888,00 761.116.757,00 17.931.131,00
2 Bidang
Pelaksanaan
Pembangunan
Desa
1.526.231.800,00 1.199.903.300,00 326.328.500,00
3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
79.410.000,00 69.850.000,00 9.560.000,00
Pembinaan PKK 18.640.000,00 17.080.000,00 1.560.000,00
4 Bidang
Pemberdayaan
Masyarakat
104.492.500,00 95.442.150,00 9.050.350,00
5 Bidang
Penanggulangan
Bencana, Darurat
dan Mendesak
Desa
44.425.213,00 0,00 44.425.213,00
Jumlah Belanja 2.533.607.401,00 2.126.312.207,00 407.295.194,00
Surplus/(Defisit) (60.152.124,00) 271.501.943,00 (351.654.067,00)
PEMBIAYAAN
61
Penerimaan
Pembiayaan
80.152.124,00 80.152.124,00 0,00
SILPA Tahun
Sebelumnya
80.152.124,00 80.152.124,00 0,00
Jumlah
Pembiayaan
80.152.124,00 80.152.124,00 0,00
SILPA Tahun
Berjalan
0,00 351.654.067,00 (351.654.067,00)
Sumber: APBDes Tamannyeleng 2019
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa Belanja APBDes Desa Tamannyeleng
terdiri dari lima bidang diantaranya adalah:
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa senilai Rp. 779.047.888,-
b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa senilai Rp. 1.526.231.800,-
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan senilai Rp. 79.410.000,-
d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat senilai Rp. 104.492.500,-
e. Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat dan Mendesak Desa senilai Rp.
44.425.213,-
Pada Tahun 2019 belanja yang dilakukan desa sama dengan
rancangan belanja yang telah disepakati bersama yaitu sebesar Rp.
2.533.607.401,- dengan belanja terbesar dari Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa senilai Rp. 1.526.231.800,- dilanjutkan Bidang
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebesar Rp. 779.047.888.-. Belanja
terkecil adalah Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat dan Mendesak Desa
sebesar Rp. 44.425.213,-. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
menyumbang belanja terbesar dikarenakan di Desa Tamannyeleng ada
beberapa pembangunan diantaranya adalah kegiatan
Pembangunan/Rehabilitas/Peningkatan/Pengerasan Jalan Lingkungan
62
Permukiman, kegiatan Pembangunan/Rehabilitas/Peningkatan Fasilitas
Pengelolaan Sampah, kegiatan Pembangunan/Rehabilitas/Peningkatan Fasilitas
Jamban Umum/MCK umum dll, kegiatan Penyelenggaraan Posyandu, kegiatan
Penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa/Polindes Milik Desa (Obat, Insentif, KB
dsb). Selain belanja pembangunan terdapat pula pengeluaran yang cukup tinggi
yaitu penyediaan penghasilan tetap dan tunjangan perangkat desa sebesar Rp.
357.600.000,00,-. Pada tabel tersebut diketahui bahwa pemerintah desa telah
melaksanakan anggaran secara tepat sasaran, sehingga persentase pencapaian
sudah mencapai 100% sesuai dengan anggaran.
Hasil wawancara dengan Kepala Desa mengenai Bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa menyatakan bahwa:
”Kegiatan bidang penyelenggaraan pemerintahan desa sudah diterapkan dengan
baik seperti contoh kegiatan penyelenggaraan musyawarah desa dimana
masyarakat diikutsertakan dalam rapat mengenai perencanaan pelaporan dan
pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah desa ke depannya”.
Hasil wawancara dengan salah satu Masyarakat Desa yaitu Bapak
Arsyad selaku Ketua RT mengenai Bidang penyelenggaran pemerintahan desa
menyatakan bahwa:
“Pada saat Kepala Desa akan menyusun perencanaan pelaporan masyarakat
ikut diundang, untuk ikut bermusyawarah dan turut serta dalam pengambilan
keputusan dan juga kepala desa selalu mengumumkan penggunaan dana desa
di papan pengumuman”.
Hasil wawancara dengan Staf Kasi Pembangunan yaitu Ibu Sahriani,
S.Pd mengenai Bidang pelaksanaan pembangunan desa menyatakan bahwa:
”Kegiatan setiap bidang dilaksanakan oleh TPK (Tim Pembangunan Kegiatan),
TPK yang membelanjakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan desa di
tiap bidang. Mengenai evaluasi di tiap bidang ada yang dinamakan pendamping
desa yang bertugas mengevaluasi seberapa jauh pembangunan itu berjalan
dengan baik”.
Hasil wawancara dengan salah satu masyarakat desa yaitu bapak Haris
mengenai Bidang pelaksanaan pembangunan desa menyatakan bahwa:
63
“Pada bidang pelaksanaan pembangunan desa yaitu pada kegiatan
pembangunan sarana sanitasi kebersihan lingkungan belum terlaksana dengan
baik, hal ini terbukti dengan belum adanya pengadaan tempat pembuangan
sampah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa’.
Hasil Wawancara dengan Bendahara mengenai Bidang pembinaan
kemasyarakatan menyatakan bahwa:
“Bidang pimbanaan kemasyarakatan dikelola oleh para staf yang sudah
ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan pembinaan kemasyarakatan misalnya
kegiatan pembinaan kerukunan umat beragama seperti jum’at ibadah.
Selanjutnya pada bidang organisasi PKK misalnya pelatihan kerjaninan,
menjahit, kecantikan dsb”.
Hasil wawancara dengan salah satu masyarakat desa yaitu bapak Haris
mengenai Bidang pembinaan kemasyarakatan menyatakan bahwa:
“Mengenai Bidang pembinaan kemasyarakatan seperti pembinaan kerukunan
umat beragama yaitu Jum’at ibadah rutin dilaksanakan sebelum pandemi covid-
19 hanya saja dengan adanya pandemi covid-19 saat ini menyebabkan kegiatan
Jum’at ibadah ini tidak telaksana secara rutin”.
Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa mengenai Bidang
pemberdayaan masyarakat menyatakan bahwa:
“Bidang pemberdayaan masyarakat tidak jauh berbeda dengan bidang
pembinaan kemasyarakatan hanya saja dalam bidang pemberdayaan
masyarakat terdapat pelatihan seperti kegiatan pelatihan untuk Kepala Desa,
Perangkat Desa untuk peningkatan kapasitas lembaga masyarakat, BKB dan
sumber daya manusia yang lainnya”.
Hasil wawancara dengan salah satu masyarakat desa yaitu Ibu Salmia
selaku anggota PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) mengenai Bidang
pemberdayaan masyarakat menyatakan bahwa:
“Bahwa kegiatan-kegiatan yang ada pada bidang telah terlaksana dengan baik
seperti dengan adanya kegiatan penyuluhan kesehatan setiap dusun dan
pelatihan anggota PKK untuk menambah wawasan dari materi setiap pelatihan”.
C. Pembahasan
Akuntabilitas APBDes Desa Tamannyeleng
64
Berkaitan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes), tentunya tidak lepas dari kemampuan pemerintah desa untuk
mengelola APBDes sesuai kebutuhan. Pengelolaan APBDes ini dapat
mendekatkan negara ke masyarakat dan sekaligus meningkatkan partisipasi
masyarakat, yang akhirnya mendorong akuntabilitas, transparansi dan
responsivitas pemerintah lokal. Tingkat akuntabilitas dalam mengelola APBDes
dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban.
Pembelanjaan keuangan yang dilakukan pemerintahan Desa berdasarkan
APBDes, dimana dalam APBDes berdasarkan RPJM yang telah disusun
bersama sesuai dengan musyawarah mufakat.
Penyusunan RPJM Desa Tamannyeleng ini dihadiri oleh wakil-wakil dari
kelompok, dusun dan tokoh masyarakat serta unsur lain yang terkait di Desa.
Peran masyarakat dalam berpartisipasi menyusun RPJM sangat diperlukan
pemerintah desa, proses partisipasi masyarakat dilakukan dalam rangka
melaksanakan prinsip responsive terhadap kebutuhan masyarakat sehingga
masyarakat akan merasa lebih memiliki desa tempat tinggalnya.
Tabel 5.6 Indikator Akuntabilitas
Desa Tamannyeleng Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
Uraian Aturan Desa Pelaksanaan Keterangan
Pelaporan Pengelolaan
Pelaporan
APBDes
Menggunakan
Aplikasi Siskeudes
Sesuai
Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur
Desa
Masyarakat
diikutsertakan
dalam musyawarah
yang diadakan
Sesuai
65
dikantor desa
Pelaksanaan Pemberdayaan
masyarakat,
Kegiatan
posyandu yang
dilakukan oleh
kader setiap
dusun dan
dilaksanakan
setiap bulannya
Musyawarah Desa Sesuai
Pertanggungjawaban Pelaporan
APBDes
Dilaksanankan
pelaporan setiap
tahun
Sesuai
Berdasarkan permasalahan yang diteliti yaitu untuk mengetahui
pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dalam
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas di Desa Tamannyeleng yang sudah
diterapkan dengan baik. Berikut penjelasannya:
1. Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan oleh tim pengelola keuangan.
Tim pengelolaan tersebut antara lain Kepala Desa selaku pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan
kekayaan desa yang dipisahkan. Selanjutnya Kepala Desa dibantu oleh
(PTPKD). Pelaksanaan Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD)
merupakan Sekretaris Desa, Kepala Seksi dan Bendahara Desa. Sekretaris
Desa bertugas untuk menyusun semua bukti tertulis atas pengelolaan keuangan
desa.
Kepala Seksi bertugas sebagai pelaksanaan kegiatan sesuai bidangnya.
Sedangkan Bendahara Desa mempunyai tugas menerima, menyimpan,
66
menyetorkan, membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka
pelaksanaan APBDes. Secara keseluruhan Pengelolaan APBDes Desa
Tamannyeleng sudah sesuai dengan asas-asas atau aturan yang berlaku yaitu
sesuai dengan Peraturan Bupati Gowa (PERBUP).
Asas tersebut adalah transparansi, akuntabel, pertanggungjawaban dan
adanya partisipasi masyarakat. Pengelolaan keuangan desa dikelola dalam
masa satu tahun anggaran yakni tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember. Sedangkan penyampaian Laporan realisasi Pelaksanaan APBDes
oleh kepala desa dilakukan setiap akhir periode pelaksanaan anggaran kepada
Bupati melalui Camat.
2. Pelaksanaan Program Kerja
Pada pelaksanaan satu periode Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes), Pemerintah Desa telah menetapkan beberapa rencana baik dari segi
pembangunan maupun pemberdayaan masyarakat. Misalnya. Seperti
Pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan.
3. Akuntabilitas Pemerintah Desa Tamannyeleng
Bentuk Akuntabilitas dan transparansi Pemerintah Desa dalam
mempertanggungjawabkan laporan pengelolaan APBDes dengan cara
memberikan laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat yaitu dengan
menempelkan laporan pengelolaan APBDes di papan pengumuman
pembangunan yang telah disediakan di Balai Desa, selain itu Pemerintah Desa
juga menyampaikan Laporan pertanggungjawaban realisasi pengelolaan
APBDes kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) pada saat musyawarah penyusunan dan
67
pelaporan APBDes. Dalam melakukan Pengelolaan Keuangan APBDes tentunya
ada pengawasan. Semua Pemerintah Desa telah diawasi oleh tim Badan
Pengelola Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Selain diawasi oleh BPKP,
pengelolaan keuangan APBDes diawasi oleh Intern Desa (Badan
Permusyawaratan Desa dan masyarakat), dan verifikasi dari Kecamatan,
Inspektorat, dan Bappenas.
Kepala Desa menyampaikan Laporan Semesteran Realisasi
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), semester satu
paling lambat akhir bulan juli tahun berjalan. Disampaikan kepada Bupati atau
Walikota melalui Camat. Sedangkan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), setiap akhir
tahun anggaran akhir bulan Januari berikutnya.
Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes terdiri dari
pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Selain itu, dalam melaporkan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes juga harus menyertakan
lampiran buku pembantu kas kegiatan, rencana anggaran biaya, SPP kegiatan,
SPM (Surat Perintah Membayar), surat pernyataan pertanggungjawaban, surat
keterangan wajib pajak, buku kas umum, buku kas bank dan buku kegiatan.
Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes dibuat
berdasarkano Peraturan Bupati Gowa Nomor 6 Tahun 2014 tentang Alokasi
Dana Desa Kabupaten Gowa.
Dari hasil penelitian yang dilakukan tersebut dapat dirangkum bahwa
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan APBDes di Desa Tamannyeleng
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa sudah berdasarkan pada prinsip
responsif, transparan, dan bisa dipertanggungjawabkan. Dalam mewujudkan
68
transparansi pengelolaan APBDes pihak desa memberikan informasi kepada
masyarakat melalui musyawarah desa yang memuat informasi APBDes setiap
rancangan program yang dilaksanakan untuk mendukung aktivitas desa.
Pelaporan APBDes tersebut telah dibuktikan dengan
pertanggungjawaban pelaksanaan Program APBDes kepada pemerintah tingkat
atasnya dilakukan secara periodik.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian
Akuntabilitas Desa dalam Pengelolaan APBDes di Desa Tamannyeleng,
Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa ini, maka dapat disimpulkan
bahwa, Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDes) yang dikelola pemerintah di Desa Tamannyeleng sudah
diterapkan dengan baik, namun masih ada beberapa kegiatan
pembangunan yang belum terlaksana dengan baik.
Bentuk Akuntabilitas dan transparansi Pemerintah Desa dalam
mempertanggungjawabkan laporan pengelolaan APBDes dengan cara
memberikan laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat yaitu
dengan menempelkan laporan pengelolaan APBDes di papan
pengumuman pembangunan yang telah disediakan di Balai Desa, selain
itu Pemerintah Desa juga menyampaikan Laporan pertanggungjawaban
realisasi pengelolaan APBDes kepada Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) pada saat
musyawarah penyusunan dan pelaporan APBDes.
B. Saran
Penelitian tentang Akuntabilitas Desa dalam Pengelolaan APBDes
di Desa Tamannyeleng, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa yang
telah peneliti laksanakan, ada beberapa saran agar penelitian selanjutnya
lebih baik, diantaranya adalah:
69
a. Dalam melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) Pemerintah Desa agar selalu melakukan perbaikan
pengelolaan APBDes dengan tetap mengikuti peraturan perundangan
yang berlaku dan selalu berprinsip partisipatif, transparansi, dan
akuntabilitas dalam pengelolaannya. Karena dengan hal ini dapat
meningkatkan semangat, motivasi, dan kreatifitas masyarakat
berpartisipasi dalam pembangunan desa, sehingga Pemerintahan
Desa Tamannyeleng bisa menjadi pemerintahan yang dinamis dan
progresif.
b. Pemerintah Desa mengadakan pembinaan pengelola APBDes
sebagai sarana efektif untuk keberhasilan program APBDes yang
lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya.
c. Pemerintah Desa perlu meningkatkan pembinaan dan pelatihan
tentang pengelolaan keuangan desa secara berkelanjutan.
d. Dalam penelitian selanjutnya bisa mengkoordinasikan terlebih dahulu
kepada para informan mengenai waktu yang akan digunakan untuk
proses wawancara.
e. Lebih aktif dalam mengajak masyarakat berpartisipasi pada kegiatan,
memberi pemahaman lebih tentang pentingnya partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa untuk menjadi desa mandiri.
70
70
DAFTAR PUSTAKA
Ade Irma. 2015. Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi, e-Jurnal Katalogis, (Vol. 3 No. 1, Hal 121-137)
Deti Kumalasari, Ikhsan Budi Riharjo. 2016. Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa, (Vol. 5 No. 11)
Efra Daud Soeharso. 2017. Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes) Tahun 2015 Berdasarkan Permendagri no 113 Tahun 2014 di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Yogyakarta, (Vol. 4 No. 3)
Elgia Astuty, Eva Hany Fanida. Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) (Studi Pada Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2011 di Desa Sareng Kecamatan Geger Kabupaten Madiun)
Faridah dan Suryono. 2015. Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, (Vol. 4 No. 5)
Firda Khoirun Nisya. 2017. Determinan Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Desa (Studi pada Pemerintah Desa di Kecamatan Mayong dan Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara)
Hosnol Hotimah. 2017. Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Laily Faradhiba, Nur Diana. 2018. Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) (Studi Kasus di Desa Banjarsari Kecamatan Bandarkedungmulyo-Jombang), E-JRA, (Vol. 07 No. 07)
M Wahyudin Abdullah. 2013. Akuntansi Keuangan Adaptasi IFRS Jilid 1,
(Alauddin Press, Makassar)
Masiyah Kholmi. 2016. Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi di Desa Kedungbetik Kecamatan Kesamben Kabupaten Jomban)
Neny Tri Indrianasari. 2017. Peran Perangkat Desa dalam Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Studi pada Desa Karangsari Kecamatan Sukodono), (Vol. 1 No. 2)
Puteri Ainurrohma Romantis, Akuntabilitas Alokasi Dana Desa di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 2014
Pipit Juliana, Purweni Widhianningrum. 2017. Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Garon Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan, Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, (Vol. 6 No. 2)
71
Putri Dewi Kusumaningrum, Suharno, Bambang Widarno. 2019. Akuntabilitas, Transparansi dan Peran Perangkat Desa dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Jenalas Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen, Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, (Vol. 15 No. 4, 579-588)
Rizal, Sri Adella Fitri, Devi Rantika. 2018. Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Tahun 2016, Jurnal Al-Iqtishad, Edisi 14, (Vol. 1)
Sari, Retno Murni. 2015. Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Bendosari Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung, Jurnal Kompilek, (Vol. 7 No. 2)
Sri Karlina yani, Endang Surasetyo Ningsih. 2018. Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Studi Alokasi Dana Desa di Kabupaten Gayo Lues), Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), (Vol. 3 No. 2, Hal 309-316)
Suci Indah Hanifah. 2015. Akuntabilitas dan Transparansi Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes), Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, (Vol. 4 No. 8)
Yeni Fitriani Somantri, Ulfa Luthfia Nanda. 2019. Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya, (Vol. 1 No. 1)
72
L
A
M
P
I
R
A
N
73
74
1. Kantor Desa Tamannyeleng
75
2. Baliho Pelaporan APBDes
3. Keg
iata
n
Mu
sya
war
ah
De
76
sa
77
4. Tempat pembuangan sampah yang tidak memadai
78
Laporan Realisasi Pelaksanaan Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa
Tahun 2018
No Belanja Desa Anggaran Realisasi Lebih/Kurang
1 Bidang
Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
609.069.894,00 589.584.009,00 19.485.885,00
Pembayaran
Penghasilan Tetap
dan Tunjangan
360.602.582,00 360.602.582,00 476.598,00
Kegiatan
Operasional
Perkantoran
111.218.312,00 102.254.025,00 8.964.287,00
Kegiatan
Operasional BPD
12.271.000,00 12.221.000.00 50.000,00
Kegiatan
Operasional RT/RW
61.978.000,00 61.978.000,00 0,00
Kegiatan
Penyelenggaraan
Musyawarah Desa
6.750.000,00 5.495.000,00 1.255.000,00
Kegiatan
Perencanaan
Pembangunan Desa
3.685.000,00 3.685.000,00 0,00
kegiatan Monitoring
dan Evaluasi
Perkembangan Desa
1.840.000,00 1.840.000,00 0,00
Kegiatan
Pengelolaan
Informasi Desa
3.000.000,00 1.500.000,00 1.500.000,00
Kegiatan
Pengelolaan
Keuangan Desa
40.545.000,00 40.485.000,00 60.000,00
Kegiatan
Rekrutmen/Pengisian
7.180.000,00 0,00 7.180.000,00
79
dan Pemberhentian
Perangkat Desa
2 Bidang
Pelaksanaan
Pembangunan Desa
1.315.624.285,00 1.291.321.140,00 24.303.145,00
Kegiatan
Pembangunan dan
Pemeliharaan
Saluran Irigasi
185.716.450,00 185.716.450,00 0,00
Kegiatan
Pembangunan dan
Pemeliharaan Jalan
dan Jembatan
261.526.350,00 261.526.350,00 0,00
Kegiatan
Pembangunan dan
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana Fisik
Sosial
355.038.020,00 355.038.000,00 20,00
Kegiatan
Pembangunan dan
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana
Kesehatan
35.224.625,00 35.224.600,00 25,00
Kegiatan
Pembangunan dan
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana
Pendidikan
81.559.120,00
81.559.050,00 70,00
Kegiatan
Pembangunan
80.000.000,00 56.000.000,00 24.000.000,00
80
Sarana Sanitasi dan
Kebersihan
Lingkungan
Kegiatan
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana
Masyarakat
248.680.000,00 248.377.000,00 303.000,00
Kegiatan
Pembangunan dan
Pemeliharaan
Gapura dan Tanda
Batas Desa
67.879.720,00 67.879.690,00 30,00
3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
163.390.000,00 149.340.000,00 14.050.000,00
Kegiatan Pembinaan
Keamanan dan
Ketertiban Kegiatan
Pembinaan
Kerukunan Umat
Beragama
34.900.000,00 33.900.000,00 1.000.000,00
Kegiatan Pembinaan
Kerukunan Umat
Beragama
19.440.000,00 18.640.000,00 800.000,00
Kegiatan Pembinaan
Pemuda dan
Olahraga
15.000.000,00 15.000.000,00 0,00
Kegiatan Pembinaan
Organisasi
Perempuan/PKK
49.500.000,00 39.500.000,00 10.000.000,00
Kegiatan Pendidikan
Anak Usia Dini
2.250.000,00 0,00 2.250.000,00
Kegiatan Pembinaan 42.300.000,00 42.300.000,00 0,00
81
Pengelola Posyandu
4 Bidang
Pemberdayaan
Masyarakat
155.339.370,00 154.014.000,00 1.325.370,00
Kegiatan Pelatihan
Kepala Desa dan
Perangkat
41.000.000,00 40.000.000,00 1.000.000,00
Kegiatan
Peningkatan
Kapasitas Lembaga
Masyarakat
28.600.000,00 28.600.000,00 0,00
Kegiatan
Pemberdayaan
Posyandu, UP2K,
BKB dan Kelu
51.239.370,00 51.239.000,00 370,00
Kegiatan
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia (SDM)
34.500.000,00 34.175.000,00 325.000,00
Jumlah Belanja Desa 2.243.423.549,00 2.184.259.149,00 59.164.400,00
Surplus/(Defisit) 71.767.513,00 107.075.170,00 (35.307.657,00)
PEMBIAYAAN DESA
Penerimaan Pembiayaan
23.076.954,00 0,00 0,00
SILPA Tahun Sebelumnya
23.076.954,00 0,00 0,00
Pengeluaran Biaya
50.000.000,00 44.844.467,00 44.844.467,00
Penyertaan Modal Desa 50.000.000,00 44.844.467,00 44.844.467,00
Jumlah Pembiayaan Desa
(71.767.513,00) (26.923.046,00) (44.844.467,00)
Sisa Lebih/(Kurang) Perhitungan Anggaran
0,00 80.152.124,00 (80.152.124,00)
82
Laporan Realisasi Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Tahun 2019
No
Belanja Desa Anggaran
Realisasi
Lebih/Kurang
1 Bidang
Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
779.047.888,00 761.116.757,00 17.931.131,00
Penyediaan
Penghasilan Tetap
dan Tunjangan
Kepala Desa
51.000.000,00 51.000.000.00 0,00
Penyediaan
Penghasilan Tetap
dan Tunjangan
Perangkat Desa
357.600.000,00 357.600.000,00 0,00
Penyediaan Jaminan
Sosial bagi Kepala
Desa dan Perangkat
Desa
14.827.320,00 14.827.320,00 0,00
Penyediaan
Operasional
Pemerintah Desa
(ATK, Honor PKPKD
dan PPKD dll)
124.562.884,00 116.333.937,00 8.228.947,00
Penyediaan
Tunjangan BPD
113.400.000,00 113.400.000,00 0,00
Penyediaan
Operasional BPD
(rapat, ATK, Makan,
Minum, Pakaian,
Seragam, Listrik, dll
12.840.000,00 12.840.000,00 0,00
Penyediaan Insentif/
Operasional RT/RW
75.600.000,00 75.600.000,00 0,00
Penyusunan, 7.913.100,00 600.000,00 7.313.100,00
83
Pendataan, dan
Pemutakhiran Profil
Desa
Penyelenggaraan
Musyawarah
Perencanaan Desa
atau pembahasan
APBDes (Reguler)
2.110.000,00 2.110.000,00 0,00
Penyusunan
Dokumen
Perencanaan Desa
(RPJMDesa /
RKPDesa dll)
1.180.000,00 1.180.000,00 0,00
Penyusunan
Dokumen Keuangan
Desa (APBDes,
APBDes Perubahan,
LPJ dll
9.956.084,00 9.955.500,00 584,00
Pengelolaan
Administrasi atau
Penilaian Aset Desa
5.000.000,00 5.000.000,00 0,00
Penyusunan
Kebijakan Desa
(Perdes/Perkades
selain Perencanaan/
keuangan
370.000,00 370.000,00 0,00
Penyusunan Laporan
Kepala Desa,
LPPDesa dan
informasi Kepada
Masyarakat
300.000,00 300.000,00 0,00
Dukungan &
Sosialisasi
2.388.500,00 0,00 2.388.500,00
84
Pelaksanaan
Pilkades, Pemilihan
Ka. Kewilayahan &
BPD
2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
1.526.231.800,00 1.199.903.300,00 326.328.500,00
Penyelenggaraan
PAUD/TK/TPA
Madrasah Non Formal
Milik Desa, (Honor,
Pakaian dll)
34.200.000,00 33.200.000,00 1.000.000,00
Pengembangan dan
Pembinaan Sanggar
Seni dan Belajar
24.000.000,00 22.000.000,00 2.000.000,00
Penyelenggaraan Pos
Kesehatan
Desa/Polindes Milik
Desa (Obat, insentif,
KB, dsb)
25.630.000,00 25.130.000,00 500.000,00
Penyelenggaraan
Posyandu (Makan
Tambahan, Bumil,
Lansia, Insentif)
97.438.000,00 97.438.000,00 0,00
Penyuluhan dan
Pelatihan Bidang
Kesehatan (Untuk
Masyarakat, Tenaga
dan Kader Kesehatan
dll)
24.565.000,00 23.915.000,00 650.000,00
Penyelenggaraan
Desa Siaga
Kesehatan
19.000.000,00 19.000.000,00 0,00
Pengasuhan Bersama 3.000.000,00 1.000.000,00 2.000.000,00
85
atau Bina Keluarga
Balita (BKB)
Pemeliharaan Jalan
Lingkungan
Pemukiman/Gang
12.440.000,00 10.350.000,00 2.090.000,00
Pembangunan/
Rehabilitas/
Peningkatan/
Pengerasan Jalan
Lingkungan
Permukiman
757.408.800,00 757.408.800,00 0,00
Pemeliharaan Sistem
Pembangunan Air
Limbah (Drainase, Air
Limbah Rumah
Tangga)
32.000.000 18.650.000 13.350.000
Pembangunan/
Rehabilitas/
Peningkatan Fasilitas
Jamban Umum/MCK
umum dll
56.000.000,00 56.000.000,00 0,00
Pembangunan/
Rehabilitas/
Peningkatan Fasilitas
Pengelolaan Sampah
439.050.000,00 134.311.500,00 304.738.500,00
Penyelenggaraan
Informasi Publik Desa
(Poster, Baliho dll)
1.500.000,00 1.500.000,00 0,00
3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
79.410.000,00 69.850.000,00 9.560.000,00
Koordinasi
Pembinaan
Keamanan, Ketertiban
31.260,000,00 31.620.000,00 0,00
86
& Perlindungan
Masyarakat, Skala
Lokal Desa
Penyelenggaraan
Festival Kesenian,
Adat atau
Kebudayaan dan
Keagamaan (HUT RI,
Raya Keagamaan dll)
26.000.000,00 18.000.000,00 8.000.000,00
Pembangunan/
Rehabilitas/
Peningkatan Sarana
dan Prasarana
Kepemudaan &
Olahraga Milik
3.510.000,00 3.150.000,00 0,00
Pembinaan PKK 18.640.000,00 17.080.000,00 1.560.000,00
4 Bidang
Pemberdayaan
Masyarakat
104.492.500,00 95.442.150,00 9.050.350,00
Peningkatan
Kapasitas Perangkat
Desa
40.750.000,00 37.700.000,00 3.050.000,00
Pelatihan dan
Penyuluhan
Pemberdayaan
Perempuan
57.085.000,00 51.084.650,00 6.000.350,00
Pelatihan dan
Penyuluhan
Perlindungan Anak
6.657.500,00 6.657.500,00 0,00
5 Bidang
Penanggulangan
Bencana, Darurat
dan Mendesak Desa
44.425.213,00 0,00 44.425.213,00
87
Kegiatan
Penanggulangan
Bencana
44.425.213,00 0,00 44.425.213,00
Jumlah Belanja 2.533.607.401,00 2.126.312.207,00 407.295.194,00
Surplus/(Defisit) (60.152.124,00) 271.501.943,00 (351.654.067,00)
PEMBIAYAAN
Penerimaan
Pembiayaan
80.152.124,00 80.152.124,00 0,00
SILPA Tahun
Sebelumnya
80.152.124,00 80.152.124,00 0,00
Jumlah Pembiayaan 80.152.124,00 80.152.124,00 0,00
SILPA Tahun
Berjalan
0,00 351.654.067,00 (351.654.067,00)
5. Hasil
wawancara
dengan
88
perangkat desa
89
BIOGRAFI
Syerli panggilan Celli, lahir di Tamala’lang pada tanggal 21
Juli 1998 dari pasangan suami istri Bapak Sampe dan Ibu
Nurhayati. Peneliti adalah anak ke-Satu dari 4 bersaudara.
Peneliti sekarang bertempat tinggal di jl. Tamala’lang,
Kelurahan Tamannyeleng, Kecematan Barombong,
Kabupaten Gowa.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu pendidikan Sekolah Dasar di
SDN Taeng lulus tahun 2010, melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMPN 3 Pallangga lulus tahun 2013, kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Atas di SMK Yapip Makassar Sungguminasa lulus pada tahun 2016.
Pada tahun 2016 peneliti melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta,
tepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Fakultas Ekonomi
dan Bisnis pada Program Studi Akuntansi. Dan akhirnya peneliti menyelesaikan
pendidikan strata 1 (satu) di jurusan Akuntansi pada tahun 2021.