Aku Bermimpi

5
Aku bermimpi, sebuah dunia dimana kedamaian tampak menjadi sebuah hal yang biasa. Semua orang hidup bahagia, tersenyum, dan tanpa rasa takut akan peperangan haus kekuatan. . . Apakah itu adalah mimpi? Atau dunia yang kutempati hingga sekarang adalah sebuah mimpi? . World Without You Rated : T Genre : Romance/Hurt/Comfort Pairing : Naruto U. X Hinata Hyuuga Warning : (Maybe) Happy Ending, Typo . “—Hinata?” Gadis berambut indigo itu tampak mengerjap perlahan, matanya membuka dan menemukan sosok pemuda berambut kuning itu sudah berada didepannya. Wajahnya seketika memerah saat ia melihat bagaimana jarak mereka—yang hanya beberapa centi. “N—Naruto-kun, terlalu dekat!” Hinata Hyuuga, nama gadis itu tampak mendorong wajah pemuda itu sambil menutup matanya dengan wajah memerah. Pemuda itu tampak sedikit kesal dan terkejut namun tersenyum dan duduk di samping gadis itu. “Kau bisa masuk angin tidur disini kau tahu?”

description

a

Transcript of Aku Bermimpi

Page 1: Aku Bermimpi

Aku bermimpi, sebuah dunia dimana kedamaian tampak menjadi sebuah hal yang biasa. Semua orang hidup bahagia, tersenyum, dan tanpa rasa takut akan peperangan haus kekuatan.

.

.

Apakah itu adalah mimpi? Atau dunia yang kutempati hingga sekarang adalah sebuah mimpi?

.

World Without You

Rated : T

Genre : Romance/Hurt/Comfort

Pairing : Naruto U. X Hinata Hyuuga

Warning : (Maybe) Happy Ending, Typo

.

“—Hinata?”

Gadis berambut indigo itu tampak mengerjap perlahan, matanya membuka dan menemukan sosok pemuda berambut kuning itu sudah berada didepannya. Wajahnya seketika memerah saat ia melihat bagaimana jarak mereka—yang hanya beberapa centi.

“N—Naruto-kun, terlalu dekat!” Hinata Hyuuga, nama gadis itu tampak mendorong wajah pemuda itu sambil menutup matanya dengan wajah memerah. Pemuda itu tampak sedikit kesal dan terkejut namun tersenyum dan duduk di samping gadis itu.

“Kau bisa masuk angin tidur disini kau tahu?”

Hinata menoleh sekeliling—menemukan kalau ia tampak tertidur dibawah pohon yang ada di bukit tempat batu monumen berada. Dengan segera ia berdiri dan membenahi pakaiannya, menatap malu pemuda didepannya.

Page 2: Aku Bermimpi

“Ma—maaf, aku tertidur lagi!”

“Tidak apa-apa, aku yang terlambat datang untuk janjian kita,” Naruto tertawa dan menggaruk kepala belakangnya. Ia berjanji akan berlatih bersama Hinata di tempat ini. Tetapi karena kesiangan, pada akhirnya ia terlambat selama 1 jam dari jam janjian mereka, “—kalau kau masih mengantuk kita bisa istirahat sebentar.”

“Tidak apa-apa—“ Naruto segera menangkap tubuh Hinata saat gadis itu mencoba berdiri namun keseimbangannya masih goyah karena tubuhnya yang masih lelah setelah tertidur, “—ma—maaf!”

“Tidak apa-apa~ tetapi kau harus turuti aku oke?” Naruto mengedipkan matanya, dan Hinata hanya diam sebelum mengangguk.

.

.

“Aku bermimpi,” Naruto menoleh pada Hinata yang menatap langit disampingnya, “—aku hidup di dunia yang berbeda dengan dunia ini. Dimana aku bersekolah dengan seragam yang aneh namun lucu. Lalu berjalan bersama dengan Sakura dan Ino... dunia itu tidak ada chakra ataupun ninja. Tetapi, kedaiaman seolah menjadi suatu hal yang biasa. Semua orang tidak haus akan kekuatan, hidup bersama-sama dan tersenyum bersama.”

...

“Dunia yang menyenangkan, ah tetapi tentu saja bukan berarti aku tidak menyukai dunia ini,” Hinata tampak menatap Naruto yang menjadi pendengar yang baik. Ia suka melihat dan mendengar Hinata berbicara, “—ada Sasuke... Sakura... Ino-chan—“

Page 3: Aku Bermimpi

Hinata menyebutkan semua nama-nama yang ia ingat, namun satu hal yang membuat Naruto berhenti adalah saat menyadari sesuatu.

“Apakah di mimpimu ada aku Hinata-chan?”

“Eh?”

Satu, dua, tiga detik—Hinata tidak menjawab, dan Naruto menatap sang kekasih saat itu. Tidak perlu jawaban, karena ia sudah tahu jawabannya.

“Jadi—dunia tanpaku lebih menyenangkan ya...” ia tampak memasang wajah pura-pura sakit hati sementara Hinata tampak panik dan merasa bersalah. Dengan segera ia mencoba untuk mendekati Naruto yang masih memojok dengan aura gelap membelakanginnya.

“Bu—bukan seperti itu Naruto-kun! La—lagipula aku tidak bisa mengatur mimpiku sendiri. Aku memang tidak melihatmu...” Naruto melirik dari sudut bahunya saat Hinata tampak panik. Entah kenapa di fikirannya saat ini tampak Hinata dengan kuping kelinci yang melipat tampak panik didepannya.

‘Ma—manis...’ Naruto menutup wajahnya dengan sebelah tangan sebelum berbalik dan menatap kearah Hinata yang berbalik menatapnya masih dengan wajah panik dan mata yang berkaca-kaca.

“Na—Naruto-kun.... maafkan aku...?”

“Hm, baiklah~ tetapi—“ dan Naruto tampak mendorong pelan tubuh Hinata, hingga berbaring diatas rerumputan, “—aku ingin memberikanmu sedikit hukuman.”

“Hu—Hukuma—“

Page 4: Aku Bermimpi

CUP!

Dan sebuah ciuman tampak diberikan oleh Naruto, singkat—di pipi. Lalu sebuah ciuman lain di hidup, dahi, dan terakhir bibir. Lama, hingga mereka memberikan jarak dan saling bertatapan—dan tawa ringan meluncur begitu saja dari mulut mereka.

.

.

“Eh?”

Ia tidak menyangka kalau ia akan dipanggil oleh Kakashi selaku Hokage keenam dan itu adalah diluar jam misinya. Namun yang lebih mengejutkan lagi adalah saat ia membuka pintu, dan menemukan Sakura disana.

“Ada apa Kakashi-sensei? Sakura-chan?”

“Ada yang ingin kubicarakan denganmu Naruto—ini tentang Hinata,” Naruto membulatkan matanya, menatap kearah Kakashi dan Sakura untuk menemukan candaan dari setiap kalimat yang terdengar. Namun itu bahkan terdengar sangat serius lebih dari yang biasa dikatakan oleh sang Hokage.

“A—ada apa?”

“Kau tahu tentang penyakit yang akhir-akhir ini melanda beberapa shinobi di Konoha?” Naruto tampak mengangguk saat ditanyakan seperti itu. Beberapa Shinobi tertidur sangat lama, dan tidak terbangun bahkan sampai sekarang. Tetapi, apa hubungannya dengan Hinata—dia—

“Kau tidak mengatakan kalau Hinata mengalaminya bukan?”

Page 5: Aku Bermimpi

“Kesamaan dari semua shinobi yang tertidur adalah—saat Uchiha Madara menjebak mereka dalam kepompong Mokuton. Membuat mereka bermimpi semua impian yang mereka inginkan, hingga terbuai didalamnya,” Kakashi menatap kembali Naruto yang membulatkan matanya, “—kurasa, kau mengerti. Semua orang berkemungkinan untuk mengalaminya, selain aku, kau, Sasuke, dan Sakura.”

...

“Belum tentu... itu adalah penyebabnya bukan?”