digilib.uns.ac.id/Aktu... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh:...
Transcript of digilib.uns.ac.id/Aktu... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh:...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
AKTUALISASI DIRI DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI DAN
KEMANDIRIAN PADA ATLET PENYANDANG CACAT YANG
DIBINA DI BADAN PEMBINA OLAHRAGA CACAT (BPOC)
KOTA SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Pendidikan Strata 1 Psikologi
Oleh:
Rades Rasyidana
G0105042
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan sesunggguhnya bahwa apa yang ada dalam
skripsi ini, sebelumnya belum pernah terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, sepanjang pengamatan
dan sepengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dipergunakan dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak
sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut derajat
kesarjanaan saya.
Surakarta, Juli 2011
Rades Rasyidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Aktualisasi Diri Ditinjau dari Kepercayaan Diri dan
Kemandirian pada Atlet Penyandang Cacat yang
Dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC)
Kota Surakarta
Nama peneliti : Rades Rasyidana
NIM/ Semester : G0105042
Tahun : 2011
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan pembimbing dan penguji skripsi
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta pada:
Hari : Senin
Tanggal : 25 Juli 2011
Koordinator Skripsi
Rin Widya Agustin, M.Psi.
NIP 197608172005012002
Pembimbing Utama
Dra. Sri Wiyanti, M.Si.
NIP 195208141984032001
Pembimbing Pendamping
Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si.
NIP 197810222005011002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
Aktualisasi Diri Ditinjau dari Kepercayaan Diri dan Kemandirian pada Atlet
Penyandang Cacat yang Dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC)
Kota Surakarta
Rades Rasyidana, G0105042, tahun 2011
Telah diuji dan disahkan oleh pembimbing dan penguji skripsi Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari : Senin
Tanggal : 25 Juli 2011
Tim Penguji
Ketua
Dra. Sri Wiyanti, M.Si. (___________________)
Sekretaris
Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si. (___________________)
Anggota I
Drs. Hardjono, M.Si. (___________________)
Anggota II
Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si. (___________________)
Surakarta, ___________________
Mengetahui,
Ketua Program Studi Psikologi
Drs. Hardjono, M.Si.
NIP 195901191989031002
Koordinator Skripsi
Rin Widya Agustin, M.Psi.
NIP 197608172005012002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Sungguh, ALLAH beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Anfal: 46)
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(Q.S. Ar-Rahmaan: 13)
Man shabara zhafira. (A. Fuadi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada: Orang tuaku , Ibu Siti Chanah & Bapak Drs. Badawi serta keluarga besarku,
untuk segala doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan.
Sahabat-sahabatku, untuk kebersamaan dan kebahagian yang tak ternilai.
Purwanto, untuk segala perhatian dan dukungan dalam menyelesaikan karya ini.
Almamaterku, untuk segala ilmu yang berharga dan pengalaman yang luar
biasa.
Terima kasih sebesar-besarnya......
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat, nikmat, dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyelesaian skripsi bukanlah akhir dari
pencapaian akan tetapi merupakan awal untuk memulai perjuangan dan meniti
karir di masa yang akan datang dengan lebih baik.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini diucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan arahan di awal memasuki masa perkuliahan.
2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kemudahan dalam perijinan penelitian dan selaku penguji I yang telah
bersedia menguji serta memberikan masukan, saran dan kritik yang
bermanfaat bagi penulis.
3. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi., selaku Koordinator Skripsi Program Stuudi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan pengarahan di awal penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M.Si., selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si., selaku pembimbing akademik
yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan, dan selaku
pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini
6. Ibu Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si., selaku penguji kedua yang telah
bersedia menguji dan memberikan masukan, saran serta kritik yang
bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak Budi Haryanto selaku Ketua Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC)
Kota Surakarta yang telah memberikan ijin bagi penulis sehingga dapat
melakukan penelitian.
8. Bapak Kliwon, S.Psi., selaku Sekjen BPOC Kota Surakarta yang telah
membantu kelancaran dalam proses penelitian serta memberikan arahan dan
masukan kepada penulis.
9. Bapak Aziz, Mas Nova, Mas Iswiyanto, dan Roni yang telah membantu
dalam proses penelitian, serta atlet-atlet binaan BPOC Kota Surakarta yang
telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Seluruh dosen Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah menyalurkan ilmu, pengalaman, dan
memberikan kebersamaan yang luar biasa, dan segenap staf yang telah
membantu dalam hal admistrasi.
11. Orang tuaku, Ibu Siti Chanah dan Bapak Drs. Badawi, yang telah
memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis sehingga
sampai pada pencapaian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
12. Kakak-kakakku mas To (alm), mbak Mul, mas Fajar, mas Anik, mas Nahar,
mas Rofiq, mas Afif, dan mas Iqin atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang
diberikan.
13. Purwanto untuk semua doa, harapan, dukungan, dan kebersamaannya selama
ini.
14. Sahabat-sahabat Psikologi ’05; Ridha, Rika, Nuly, Diah, Dita, Nita, Maya,
Vita, Desti, Uwi, Jefri, Isiya, Arum, Tiara, Maria, Neni, Mea, Amna, Nia,
Ferdi, Anggra, Nifa, Evlin, Agnes, Retno, Kikit, Ganis Yunita, Gannis Eka,
Rizna, So’im, Nur, Iin, Nora, Putri, Hastin, Yuri, Dwinta, dan Made yang
telah memberikan keceriaan, semangat, motivasi, dan kebersamaan yang
begitu berharga.
15. Keluarga kecilku, OASE (Jefri, Diah, Rika, Ridha, Isiya, Dita, Uwi), atas
kebersamaan dan keceriaan selama ini sehingga penulis lebih bersemangat
lagi untuk meraih impian di masa mendatang.
16. Kakak tingkat 2004 atas bantuan, masukan, keceriaan dan kebersamaannya
serta adik tingkat 2006, 2007, 2008 atas kebersamaan dan keceriaannya.
Semoga hasil penelitian dapat bermanfaat di dalam membantu aktualisasi
diri penyandang cacat khususnya dan pengembangan ilmu psikologi secara
umum.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRAK
AKTUALISASI DIRI DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI DAN
KEMANDIRIAN PADA ATLET PENYANDANG CACAT YANG
DIBINA DI BADAN PEMBINA OLAHRAGA (BPOC) KOTA
SURAKARTA
Rades_Rasyidana
G0105042
Penyandang cacat mempunyai kebutuhan untuk mengembangkan bakat
dan potensinya sebagai wujud aktualisasi dirinya seperti manusia normal pada
umumnya. Bagi atlet penyandang cacat, prestasi yang diperoleh merupakan wujud
dari keberhasilannya dalam beraktualisasi diri dan untuk memperolehnya
dibutuhkan faktor mental yang mendukung, diantaranya kepercayaan diri dan
kemandirian. Kedua faktor tersebut akan menjadikan seorang atlet penyandang
cacat mampu mengeliminasi hal-hal negatif yang ada pada dirinya dan mampu
memperoleh prestasi yang gemilang, serta menumbuhkan tanggung jawab pada
dirinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kepercayaan diri dan kemandirian dengan aktualisasi diri pada atlet penyandang
cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan responden atlet
penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota
Surakarta. Penelitian ini merupakan studi populasi dengan try out terpakai pada
sejumlah 41 responden. Pengumpulan data menggunakan Skala Aktualisasi Diri,
Skala Kepercayaan Diri, dan Skala Kemandirian. Teknik analisis data
menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hasil perhitungan menunjukkan nilai F test sebesar 16,223 > F tabel 3,245
dengan p-value 0,000 < 0,05 dan nilai koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0,679
yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan
kemandirian dengan aktualisasi diri. Selanjutnya, diketahui nilai korelasi rx1y
sebesar 0,679 pada p < 0,05 yang berarti ada hubungan positif yang signifikan
antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri, dan nilai korelasi rx2y sebesar
0,473 pada p < 0,05 yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara
kemandirian dengan aktualisasi diri. Sumbangan efektif kepercayaan diri dan
kemandirian sebesar 46,1% yang ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi (R
Square) sebesar 0,461.
Kata kunci: aktualisasi diri, kepercayaan diri, dan kemandirian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
ABSTRACT
SELF-ACTUALIZATION OBSERVED FROM SELF-CONFIDENCE
AND INDEPENDENCE OF THE DISABLED ATHLETES TRAINED
IN BADAN PEMBINA OLAHRAGA CACAT (BPOC)
KOTA SURAKARTA
Rades_Rasyidana
G0105042
Disabled people have a need to expand their talents and potentials as a
manifestation of self-actualization as a normal human being in general. For
athletes with disabilities, achievement is a manifestation of success in self-
actualization and supporting mental factors are required to obtain success, such as
self-confidence and independence. Those factors will enable disabled athlete to
eliminate the negative matters and succeed in accomplishing excellent
achievement, and also contribute sense of responsibility. The purpose of this
research is to find out the relationship between self-confidence and independence
with self-actualization of the disabled athletes trained in Badan Pembina Olahraga
Cacat (BPOC) Kota Surakarta.
The approach which was used in this study was a quantitative approach,
with respondents were the disabled athletes trained in Badan Pembina Olahraga
Cacat (BPOC) Kota Surakarta. This research was a population study of 41
respondents. Collecting data used Self-Actualization Scale, Self-Confidence
Scale, and Independence Scale. Techniques of data analysis used multiple
regression analysis
The calculation result showed the value of F test of 16.223 > F table 3.245
with p-value 0.000 < 0.05 and value of multiple correlation coefficient (R) of
0.679, which means there was a positive relationship and significant correlation
between self-confidence and independence with self-actualization. Furthermore, it
is known rx1y correlation value of 0.679 at p < 0.05, which means there was a
significant positive relationship between self-confidence with self-actualization,
and value rx2y correlation of 0.473 at p < 0.05, which means there was a
significant positive relationship between independence with self-actualization.
Effective contribution of self-confidence and independence which indicated
46.1% from the coefficient of determination (R Square) of 0.461.
Keywords: self-actualization, self-confidence, and independence
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACT ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Aktualisasi Diri ............................................................................. 15
1. Pengertian aktualisasi diri ........................................................ 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri .................. 18
3. Sifat-sifat pengaktualisasi diri .................................................. 20
4. Dimensi aktualisasi diri ........................................................... 26
B. Kepercayaan Diri .......................................................................... 28
1. Pengertian kepercayaan diri .................................................... 28
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri .............. 29
3. Aspek-aspek kepercayaan diri ................................................. 32
4. Proses pembentukan kepercayaan diri ..................................... 34
5. Ciri-ciri orang yang percaya diri .............................................. 36
C. Kemandirian .................................................................................. 38
1. Pengertian kemandirian ............................................................ 38
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian ..................... 40
3. Aspek-aspek kemandirian ... ................................................... 43
4. Ciri-ciri orang yang mandiri .................................................... 45
5. Jenis-jenis kemandirian ............................................................ 47
D. Hubungan antara Kepercayaan Diri dan Kemandirian dengan
Aktualisasi Diri pada Atlet Penyandang Cacat ............................. 48
E. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Aktualisasi Diri pada
Atlet Penyandang Cacat ............................................................... 53
F. Hubungan antara Kemandirian dengan Aktualisasi Diri pada Atlet
Penyandang Cacat ......................................................................... 54
G. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 56
H. Hipotesis ........................................................................................ 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 60
B. Definisi Operasional ..................................................................... 60
1. Aktualisasi diri.......................................................................... 60
2. Kepercayaan diri ...................................................................... 61
3. Kemandirian ............................................................................. 62
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 62
1. Populasi .................................................................................. 62
2. Sampel ................................................................................... . 63
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 63
E. Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 69
1. Validitas .................................................................................... 69
2. Reliabilitas ................................................................................ 70
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian ...................................................................... 72
1. Orientasi tempat penelitian ...................................................... 72
2. Persiapan administrasi ............................................................. 75
3. Persiapan alat pengumpulan data ............................................. 75
B. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 77
1. Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian .............................. 77
2. Uji validitas dan reliabilitas ..................................................... 78
3. Pengumpulan data penelitian ................................................... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
C. Analisis Data .................................................................................. 85
1. Uji asumsi dasar ...................................................................... 86
2. Uji asumsi klasik ...................................................................... 88
3. Uji hipotesis .............................................................................. 90
4. Analisis deskriptif .................................................................... 93
5. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif .............................. 96
D. Pembahasan ................................................................................... 97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 101
B. Saran ............................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104
LAMPIRAN .................................................................................................... 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Distribusi Skor Skala ............................................................ 64
Tabel 2. Blue Print Skala Aktualisasi Diri .................................................... 65
Tabel 3. Blue Print Skala Kepercayaan Diri ................................................. 66
Tabel 4. Blue Print Skala Kemandirian ........................................................ 68
Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Aktualisasi Diri yang Valid dan Gugur ..... 80
Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Diri yang Valid dan Gugur .. 82
Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Kemandirian yang Valid dan Gugur ......... 84
Tabel 8. Uji Normalitas ................................................................................. 86
Tabel 9. Uji Linearitas ................................................................................... 87
Tabel 10. Uji Anova ......................................................................................... 91
Tabel 11. Hasil Korelasi Ganda (R) dan R Square ........................................ . 92
Tabel 12. Korelasi Parsial Antar Variabel ........................................................ 93
Tabel 13. Deskripsi Data Penelitian ................................................................. 94
Tabel 14. Kategorisasi Responden dan Distribusi Skor Responden ................. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Kerangka Pemikiran ........................................................ ................ 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Alat Ukur Penelitian ............................................................ 110
LAMPIRAN B Data Uji Coba Skala Penelitian .......................................... 121
LAMPIRAN C Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Penelitian .......... 134
LAMPIRAN D Data Penelitian ................................................................... 141
LAMPIRAN E Analisis Data Penelitian ...................................................... 148
LAMPIRAN F Kelengkapan Administrasi .................................................. 160
LAMPIRAN G Dokumentasi ....................................................................... 163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia yang terlahir di dunia tidak semuanya mempunyai kondisi tubuh
yang lengkap, artinya banyak terjadi kekurangan atau ketidaksempurnaan fisik
pada orang-orang tertentu sehingga menjadi bentuk kecacatan. Banyak dilihat
pada bayi yang dilahirkan setiap waktunya terdapat beberapa diantaranya yang
mengalami kondisi cacat tubuh. Kecacatan tersebut bervariasi, ada yang
mengalami kecacatan tubuh bagian atas, ada yang mengalami kecacatan bagian
bawah, bahkan ada juga yang mengalami cacat kedua-duanya. Banyak negara di
dunia tidak mempunyai data yang akurat tentang jumlah penduduknya yang
mengalami kecacatan. Negara-negara tersebut tidak terlalu aktif melakukan usaha
pengumpulan data yang akurat, dan data yang diperoleh hanya bergantung pada
angka perkiraan yang dibuat oleh WHO yaitu dengan perkiraan bahwa jumlah
penyandang cacat sekitar 10 persen dari seluruh penduduk suatu negara. Menurut
laporan William Kennedy Smith dari Lembaga Rehabilitasi di Chicago, Amerika
Serikat, di seluruh dunia ada sekitar 600 juta penduduk yang menderita cacat dan
diantaranya sekitar 80 persen ada di Asia. Sementara itu, di Indonesia sendiri ada
sekitar 20-25 juta penyandang cacat (Suyono, 2009).
Data yang kurang akurat tentang jumlah penduduk yang mengalami
kecacatan menyebabkan rendahnya perhatian dari masyarakat dan pemerintah
untuk membantu menanganinya terutama di bidang pendidikan. Penyandang cacat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pada saat ini tak ubahnya seperti bagian kecil dari masyarakat dengan kondisi
yang kurang beruntung dan terkesan terbuang dari masyarakat karena
kecacatannya. Masyarakat menganggap penyandang cacat sebagai suatu objek
yang patut diberikan belas kasihan (Ashriati, dkk., 2006). Para penyandang cacat
sering mendapat perlakuan yang kurang adil baik dari lingkungan maupun
keluarga. Dikemukakan oleh Mulyadi (2009, dikutip dari www.kompas.com)
bahwa perhatian orangtua terhadap anaknya yang cacat umumnya berbeda dengan
perhatian kepada anaknya yang normal, bahkan anak yang cacat sering
disembunyikan karena dipandang sebagai aib keluarga.
Kehidupan yang dijalani setiap manusia tentunya tidak lepas dari berbagai
permasalahan yang semakin kompleks seiring dengan perkembangan jaman,
misalnya dalam hal ekonomi, pendidikan, sosial, dan psikologi. Oleh
Wirjasantosa (1984) dijelaskan bahwa masalah-masalah tersebut dialami pula oleh
para penyandang cacat, karena selain menghadapi masalah umum sebagaimana
manusia pada umumnya juga menghadapi masalah khusus karena kecacatan yang
dimiliki.
Penyandang cacat menghadapi masalah yang lebih kompleks
dibandingkan manusia pada umumnya, terlebih karena masalah khusus akibat
kecacatan yang dimiliki. Permasalahan khusus yang dihadapi pun tidak sekedar
masalah secara fisik saja melainkan secara psikis atau mental. Lauster (1997),
menyatakan bahwa sikap dan pandangan negatif dari masyarakat terhadap
penyandang cacat menyebabkan kurang percaya diri, minder, dan merasa tidak
berguna. Disebutkan pula bahwa aktualisasi dan pengembangan potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kepribadian menjadi terhambat sehingga menjadikan penyandang cacat menjadi
pesimistis dalam menghadapi tantangan, takut dan khawatir dalam menyampaikan
gagasan, ragu-ragu dalam menentukan pilihan dan memiliki rasa takut untuk
bersaing dengan orang lain serta berdampak pula pada rendahnya kepercayaan
dirinya.
Seiring berjalannya waktu menuju perkembangan dunia menuju masa
sekarang ini, peran setiap individu mulai mendapatkan perhatian dari masyarakat
dunia. Peran-peran penyandang cacat pun tidak dapat dipandang sebelah mata
lagi. Faturokhman (2010) menjelaskan bahwa dengan ditetapkannya tanggal 3
Desember sebagai Hari Internasional Penyandang Cacat oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa maka menjadikan para penyandang cacat merupakan bagian
masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran
yang sama serta mempunyai kesempatan yang sama dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan. Berdasarkan hal tersebut para penyandang cacat
berhak memperoleh upaya-upaya yang memudahkannya untuk mandiri serta
berhak mendapatkan pelayanan medis, psikologis dan fungsional, rehabilitasi
medis dan sosial, pendidikan, pelatihan ketrampilan, konsultasi, penempatan
kerja, dan semua jenis pelayanan yang memungkinkannya untuk mengembangkan
kapasitas dan ketrampilan secara maksimal.
Perhatian pemerintah dalam menangani para penyandang cacat juga mulai
terlihat dalam berbagai hal. Kementerian Sosial sebagai institusi pemerintah yang
bertanggung jawab pada pemberian pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para
penyandang cacat, memiliki program yang bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menumbuhkembangkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat dalam
rangka memberdayakan para penyandang cacat dengan pendekatan berbasis
institusi dan non institusi melalui Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK), Loka
Bina Karya (LBK) dan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM), ketiga sistem itu
diarahkan pada upaya pelayanan dan rehabilitasi secara utuh yang mencakup
rehabilitasi medis, pendidikan, dan rehabilitasi vokasional (Tira, 2009). Perhatian
pemerintah terhadap penanganan para penyandang cacat juga tampak pada bidang
ketenagakerjaan. Pemerintah menetapakan UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) sebagai landasan hukum bagi
penyandang cacat untuk mendapatkan perlindungan kesempatan kerja
sebagaimana layaknya orang normal (Rachmadsyah, 2010). Landasan hukum
tentang ketenagakerjaan akan lebih menjamin para penyandang cacat dalam
menyalurkan kemampuan yang dimiliki sehingga dapat mengembangkan dirinya
secara maksimal terutama dalam bidang pekerjaan.
Wadah yang menaungi para penyandang cacat juga sudah mulai banyak
dan berkembang, selain wadah yang dibentuk oleh Kementerian Sosial juga
terdapat wadah bagi penyandang cacat yang dibentuk oleh Kementerian
Pertahanan. Kementerian Pertahanan mendirikan Pusat Rehabilitasi Kementerian
Pertahanan, yang merupakan wadah bagi penyandang cacat personel Kementerian
Pertahanan dalam melakukan proses refungsionalisasi dan pengembangan secara
terarah dan terpadu sehingga diharapkan penyandang cacat Kementerian
Pertahanan mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar di dalam
kehidupan bermasyarakat (Redaksi DMC, 2009). Adanya wadah atau badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tersebut akan sangat membantu para penyandang cacat dalam mengembangkan
potensi dan bakat yang dimilikinya.
Dewasa ini, keterbatasan fisik tidak lagi menjadi halangan bagi
penyandang cacat untuk tetap berkreasi dan berprestasi serta berkompetisi.
Dikatakan oleh Supriatman (dalam Tira, 2010) bahwa dengan diadakannya
pameran kreasi dan seni diharapkan dapat menjadikan penyandang cacat sebagai
pribadi yang bertanggung jawab atas karya seni yang dihasilkan dan dapat
meningkatkan kemampuannya sehingga akan terlihat bahwa penyandang cacat
juga mampu berkompetisi dan dapat beraktualisasi diri. Banyak cara yang
ditempuh untuk membuktikan eksistensi para penyandang cacat, selain bidang
seni ada juga bidang olahraga (Opi, 2008). Olahraga bagi penyandang cacat
dijadikan media untuk mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki,
mengingat setiap manusia selain mempunyai kekurangan juga mempunyai
kelebihan, kemampuan, dan keunikan sendiri. Pilihan sebagai atlet bagi para
penyandang cacat memang dapat dimaklumi karena dengan media olahraga para
penyandang cacat dapat membuktikan bahwa dirinya mampu berkompetisi dan
meraih prestasi. Kegiatan olahraga tidak membutuhkan banyak persyaratan dan
setiap orang berhak mengikutinya termasuk para penyandang cacat. Media
olahraga akan sangat membantu para penyandang cacat dalam mengeksplorasi
bakat-bakat keolahragaan yang terpendam dan kemampuan yang dimilikinya,
sehingga atlet penyandang cacat mampu mengaktualisasikan dirinya.
Keberhasilan aktualisasi diri seorang atlet dapat dilihat pada prestasi-prestasi yang
telah dicapainya (Adisasmito, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Prestasi yang ditorehkan oleh penyandang cacat melalui bidang olahraga
memang cukup menarik untuk dikaji dan dicermati. Banyak kalangan mulai dari
pemerintah, pemerhati olahraga sampai masyarakat umum menaruh perhatian
pada torehan prestasi para atlet nasional baik di kancah dalam maupun luar negeri.
Menurunnya prestasi atlet non cacat selama kurang lebih 40 tahun terakhir sangat
disayangkan oleh berbagai pihak (Maksum, 2007). Prestasi yang mengecewakan
tersebut terobati dengan semakin pesatnya prestasi atlet penyandang cacat baik di
kancah nasional maupun internasional. Kemajuan prestasi para atlet penyandang
cacat saat ini memberikan kesadaran kepada masyarakat dan pemerintah bahwa
kecacatan bukan lagi menjadi faktor penghambat bagi seseorang untuk berhasil.
Para atlet penyandang cacat juga membuktikan bahwa dirinya adalah orang-orang
yang pantas diperhitungkan potensinya di mata masyarakat. Hal tersebut tidak
terlepas dari berbagai pihak, terutama pihak yang secara langsung membina para
atlet penyandang cacat.
Adanya pembinaan dan dukungan kepada atlet penyandang cacat, maka
akan menumbuhkan rasa percaya diri, kemandirian, dan harga diri (Tira, 2009).
Peran pemerintah juga terlihat dari adanya suatu wadah pembinaan bagi atlet
penyandang cacat yang bernaung di bawah KONI, yaitu BPOC (Badan Pembina
Olahraga Cacat). BPOC berusaha mengoptimalkan capaian prestasi olahraga bagi
penyandang cacat sesuai dengan bakat dan kemampuannya. BPOC Pusat yang
terletak di kota Surakarta menjadi pusat bagi pembinaan atlet penyandang cacat
secara nasional. Kota Surakarta dalam perkembangannya selain merupakan lokasi
BPOC Pusat, juga mempunyai BPOC cabang kota Surakarta. BPOC kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Surakarta yang mempunyai sekretariat di kompleks BBRSBD (Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa) Jalan Tentara Pelajar Jebres Surakarta.
Pembinaan atlet di BPOC Kota Surakarta dapat dikatakan cukup baik karena
selain dengan memberikan penjadwalan dalam latihan setiap hari, BPOC kota
Surakarta juga menyediakan peralatan olahraga yang layak, siap pakai, dan
lengkap. Kota Surakarta juga mempunyai fasilitas tempat olahraga yang lengkap.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan kepada
pembina, pelatih, dan atlet binaan BPOC kota Surakarta, ditemukan sejumlah atlet
yang masih merasa kurang percaya diri dan minder ketika bertanding dengan atlet
yang mempunyai prestasi nasional dan internasional. Selain itu, pada atlet pemula
terlihat malu dan sungkan untuk memulai pembicaraan dengan orang yang baru
dikenal. Diperoleh pula informasi bahwa atlet binaan BPOC kota Surakarta
mempunyai antusiasme dan kemandirian dalam berlatih, atlet tersebut berlatih
walaupun tidak ada jadwal dari pelatih. Adanya informasi di atas maka pembinaan
mental juga diperlukan para atlet selain pembinaan fisik (latihan).
Keberhasilan BPOC kota Surakarta dalam pembinaan atlet-atletnya
tampak pada prestasi yang telah ditorehkan oleh atlet-atlet binaanya. Salah satu
prestasi yang baru-baru ini ditorehkan oleh para atlet BPOC kota Surakarta adalah
pada ajang PORCAPROV (Pekan Olahraga Cacat Provinsi) 2009 di Surakarta,
BPOC kota Surakarta berhasil meraih 28 medali emas, 22 medali perak, dan 10
medali perunggu dari cabang olahraga atletik, renang, tenis meja, catur, dan bulu
tangkis. Hasil tersebut menempatkan Surakarta sebagai juara umum dalam
PORCAPROV 2009. Atlet-atlet binaan BPOC kota Surakarta juga seringkali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
diandalkan oleh Kontingen Jawa Tengah pada kejuaraan nasional sebagai
pemasok atlet berprestasi Jawa Tengah.
Proses pencapaian prestasi para atlet penyandang cacat sebagai wujud dari
aktualisasi tidak secara instan diperoleh. Berbagai usaha dilakukan untuk
menunjukkan aktualisasi diri para atlet penyandang cacat. Usaha tersebut
meliputi rehabilitasi dan fungsionalisasi para atlet penyandang cacat untuk
mengurangi hambatan-hambatan yang disebabkan oleh kecacatannya dan
mengembangkan potensinya agar menjadi kemampuan yang nyata (Wirjasantosa,
1984).
Keberhasilan atlet penyandang cacat dalam berprestasi juga tidak terlepas
dari faktor-faktor psikologis yang menjadi kunci keberhasilan prestasi.
Kepercayaan diri atau keyakinan akan kemampuan diri merupakan salah satu
faktor yang menunjang seorang atlet penyandang cacat dalam berprestasi sebagai
wujud aktualisasi dirinya (Adisasmito, 2007).
Kepercayaan diri akan menjadi modal besar bagi para atlet penyandang
cacat, karena keyakinan untuk memampukan segala kelebihan dan kemampuan
yang dimiliki akan mendorong seorang atlet untuk mencapai tujuan yang
diiinginkan, yaitu meraih prestasi yang gemilang. Cox (2002) menegaskan bahwa
kepercayaan diri secara umum merupakan bagian penting dari karakteristik
kepribadian seseorang yang dapat memfasilitasi kehidupan seseorang. Lebih
lanjut, dikatakan bahwa kepercayaan diri yang rendah akan memiliki pengaruh
negatif terhadap penampilan atlet. Kurangnya rasa percaya diri pada atlet tidak
akan menunjang tercapainya prestasi yang tinggi. Kurang percaya diri berarti juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
meragukan kemampuan diri sendiri dan cenderung untuk mempersepsikan segala
sesuatu dari sisi negatif, sehingga menjadi bibit ketegangan, khususnya pada
waktu menghadapi pertandingan melawan pemain yang seimbang kekuatannya,
sehingga ketegangan tersebut akan berakhir pada kegagalan.
Penampilan atlet juga tidak terlepas dari keadaan psikis dan fisik serta
situasional yang menyertai di setiap suatu pertandingan. Hasil penelitian Yulianto
dan Nashori (2006) pada atlet Tae Kwon Do menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap prestasi atlet Tae Kwon Do. Hal
tersebut berarti bahwa kepercayaan diri memegang andil yang penting bagi
pencapaian prestasi seorang atlet. Keberhasilan dalam berprestasi juga berarti pula
pada keberhasilan atlet tersebut dalam beraktualisasi diri.
Kepercayaan diri pada atlet terutama pada atlet penyandang cacat perlu
ditanamkan sejak dini ketika atlet tersebut terjun untuk pertama kali dalam suatu
pertandingan olahraga. Hal tersebut perlu dilakukan karena pada umumnya atlet
pemula didera oleh rasa malu dan minder karena kecacatan yang dialami. Brown
(dalam Hartanti, dkk., 2004) menyatakan bahwa konsentrasi dan percaya diri
memungkinkan seorang atlet mengeliminasi hal-hal yang tidak relevan dan dapat
menguasai situasi permainan termasuk lawan mainnya dengan baik.
Prestasi adalah bukti dari keberhasilan seorang atlet dalam beraktualisasi
diri, kepercayaan diri salah satu faktor yang menunjangnya. Aktualisasi diri juga
tampak pada seseorang yang berfungsi secara otonom (Maslow, 1994).
Disebutkan pula bahwa perkembangan seseorang yang beraktualisasi diri
tergantung pada potensi dan sumber-sumber dari dalam dirinya. Bagi para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penyandang cacat adanya kekurangan sarana dan fasilitas yang menunjang di
tempat-tempat umum, termasuk tempat olahraga, tidak menjadikannya untuk
bergantung ataupun minta dikasihani. Para penyandang cacat yang dikasihani atau
diberi perhatian yang berlebih akan menjerumuskannya menjadi generasi malas
dan hanya tahu ”terima beres” tanpa pernah berpikir untuk mendapatkan sesuatu
yang diinginkan melalui jalan usaha sendiri, dengan kata lain penyandang cacat
tidak akan pernah mandiri dan akan terus tergantung kepada belas kasihan orang
lain. Usaha menjadikan seorang penyandang cacat menjadi orang yang mandiri
dimulai dari lingkungan keluarga. Hal yang pertama dilakukan oleh anggota
keluarga teruatama orang tua adalah dengan memberi semangat atau spirit bagi
penyandang cacat tersebut. Selanjutnya, menanamkan keyakinan bahwa didalam
kekurangan yang dimiliki terdapat potensi yang baik dalam diri penyandang cacat
yang dapat dikembangkan. Pemberian perlakuan yang tidak membedakan dengan
orang normal juga merupakan awal yang baik, sehingga akan timbul keyakinan
diri dan kepercayaan bahwa penyandang cacat mampu melakukan hal yang sama
seperti halnya orang normal untuk berkarya (Irfandi, 2009).
Sikap mandiri atau kemandirian akan menjadikan atlet terutama atlet
penyandang cacat lebih bertanggung jawab terhadap segala tindakan dan
perbuatannya, baik di luar maupun dalam konteks berolagraga. Maksum (2007)
menyatakan bahwa trait kepribadian mandiri merujuk pada kesediaan atlet untuk
melakukan sesuatu secara sendiri, mengarahkan diri sendiri, dan bertanggung
jawab. Atlet yang mandiri adalah atlet yang tidak hanya berlatih ketika ada
program dari pelatih, tetapi juga secara autodidak melakukan latihan sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Disebutkan pula bahwa pribadi mandiri adalah pribadi yang independen dan
menyukai tanggung jawab pribadi, banyak mengambil inisiatif dan mampu
mengelola dirinya sendiri secara bertanggung jawab.
Hasil penelitian Nuryoto (1993) menunjukkan bahwa kemandirian pada
remaja cenderung berkembang pada masa remaja dan sikap kemandirian tersebut
lebih tinggi terjadi pada remaja perempuan. Penelitian lain yang menunjukkan
hubungan yang signifikan tentang kemandirian adalah hasil penelitian Yunita,
dkk. (2002) pada anak penderita asma menyebutkan bahwa kemandirian yang
tinggi akan meningkatkan motivasi berprestasi anak sehingga mampu mencapai
prestasi yang gemilang.
Kemadirian menjadi suatu kunci keberhasilan bagi pencapaian prestasi
atlet, terutama atlet penyandang cacat karena dengan keterbatasan secara fisik
serta keterbatasan sarana olahraga bagi penyandang cacat akan menjadi dorongan
tersendiri untuk memaksimalkan potensi olahraga dan meraih prestasi dalam
bidang olahraga. Media olahraga dapat pula menjadi suatu sarana bagi atlet
penyandang cacat untuk menjadi pribadi yang bebas atau tidak tergantung pada
orang lain karena kebanyakan olahraga bagi penyandang cacat merupakan
pertandingan individu (perorangan) yang menuntut berkembangannya potensi dan
kemampuan diri sendiri walaupun seorang tersebut terbatas secara fisik.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa modal dasar untuk
optimalisasi dalam mencapai keberhasilan berolahraga secara kompetitif adalah
kepercayaan diri dan kemandirian, sehingga individu betul-betul dapat
mengaktualisasikan dirinya secara sempurna. Untuk itu peneliti tertarik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
mengadakan penelitian yang berkenaan dengan kepercayaan diri, kemandirian,
dan aktualisasi diri pada atlet penyandang cacat dengan judul ”Aktualisasi Diri
Ditinjau dari Kepercayaan Diri dan Kemandirian pada Atlet Penyandang Cacat
yang Dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan positif antara kepercayaan diri dan kemandirian dengan
aktualisasi diri pada atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina
Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta?
2. Apakah ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri
pada atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat
(BPOC) Kota Surakarta?
3. Apakah ada hubungan positif antara kemandirian dengan aktualisasi diri pada
atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat
(BPOC) Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui hubungan positif antara kepercayaan diri dan kemandirian
dengan aktualisasi diri pada atlet penyandang cacat yang dibina di Badan
Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Mengetahui hubungan positif antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri
pada atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat
(BPOC) Kota Surakarta.
3. Mengetahui hubungan positif antara kemandirian dengan aktualisasi diri pada
atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat
(BPOC) Kota Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi
tentang pentingnya kepercayaan diri dan kemandirian pada atlet
penyandang cacat pada khususnya dan pada penyandang cacat non atlet
pada umumnya, sehingga dapat digunakan sebagai modalitas dalam
mengembangkan potensi, bakat, dan kapasitas yang dimiliki, sehingga
dapat mencapai prestasi yang optimal.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi pemahaman kepada para
pelatih olahraga pada tingkat kompetisi tentang pentingnya kepercayaan
diri dan kemandirian sebagai modal dasar untuk optimalisasi prestasi
khususnya pada atlet penyandang cacat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi atlet pada umumnya dan atlet penyandang cacat pada khususnya,
diharapkan hasil penelitian ini dapat mendorong dan meningkatkan rasa
percaya diri dan kemandirian atlet sehingga dapat mencapai prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
optimal dengan memanfaatkan potensi, bakat, dan kapasitas yang
dimiliki sebagai bentuk aktualisasi dirinya.
b. Bagi pelatih dan pembina atlet, diharapkan hasil penelitian dapat
digunakan sebagai dorongan atau motivasi untuk lebih memperhatikan
faktor mental atau psikologis para atlet sehingga muncul suatu
keseimbangan diri atlet yang dibina/dilatih.
c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah informasi dalam melakukan penelitian-penelitian berikutnya,
terutama yang berkaitan dengan aktualisasi diri penyandang cacat.
d. Bagi masyarakat pada umumnya, adanya hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan serta informasi bahwa penyandang cacat,
khususnya atlet, mampu untuk berprestasi sehingga akan tumbuh
penghargaan serta pemberian apresiasi kepada penyandang cacat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aktualisasi Diri
1. Pengertian aktualisasi diri
Manusia tidak semuanya terlahir sempurnya. Banyak diantaranya
yang terlahir dengan kecacatan, baik secara fisik maupun mental. Terlahir
dengan kecacatan tidak membatasi seseorang untuk mengembangkan bakat
dan potensi yang dimilikinya. Bakat dan potensi yang dimiliki para
penyandang cacat dapat diarahkan pada berbagai bidang, misalnya olahraga.
Olahraga digunakan untuk menunjukkan eksistensi para penyandang cacat
dan dipakai sebagai media untuk beraktualisasi diri.
Maslow (1994) mendefinisikan aktualisasi diri sebagai perkembangan
yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat individu serta pemenuhan
semua kualitas dan kapasitasnya. Setiap individu mempunyai kelebihan dan
kekurangan, serta bakat dan potensi yang menyertainya. Hal tersebut
menjadikan setiap individu mempunyai peluang yang sama dalam
mengembangkan bakat dan potensinya dalam upayanya mencapai aktualisasi
diri. Dikatakan oleh Maslow (dalam Goble, 1987) bahwa pribadi yang
teraktualisasi dilukiskan sebagai pribadi yang menggunakan dan
memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas, dan potensi yang dimilikinya
untuk memenuhi dirinya dan melakukan yang terbaik yang dapat
dilakukannya. Individu yang mengaktualisasikan dirinya melakukan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
terbaik dengan mengembangkan semua bakat, kapasitas dan potensinya untuk
mendapatkan kepuasan dirinya. Kepuasan diri bagi seorang atlet terlihat pada
prestasi yang diperolehnya, sehingga atlet tersebut akan mengoptimalkan
usahanya dengan melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya.
Menurut Maslow (1959) setiap individu memilik perjuangan atau
kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri.
Perjuangan untuk mengaktualisasi diri dimulai dengan memenuhi atau
memuaskan kebutuhannya yang berada pada tingkat yang rendah dan
berkembang pada kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut yaitu (Maslow; dalam Schultz, 1991):
a. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan makanan, air,
udara, tidur, dan seks. Kebutuhan tersebut dipuaskan demi kelangsungan
hidup individu. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar yang
minimal harus terpenuhi dalam kehidupan individu.
b. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari
ketakutan dan kecemasan. Kebutuhan akan rasa aman membuat individu
tidak menderita dan merasa terancam.
c. Kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta. Kebutuhan tersebut
dipenuhi dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian
dengan orang lain atau dengan orang-orang pada umumnya. Setiap
individu membangun suatu hubungan dengan memberi dan menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
cinta. Kebutuhan akan memiliki dan cinta menjadikan seorang individu
tidak merasa kesepian dan terisolasi.
d. Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan akan penghargaan
dibedakan menjadi dua macam, yaitu penghargaaan yang berasal dari
orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan dari orang
lain adalah yang utama dan diperoleh berdasarkan pandangan orang lain
tentang seorang individu. Penghargaan tersebut dapat berupa reputasi,
kekaguman, status, popularitas, atau keberhasilan. Penghargaan terhadap
diri sendiri membuat seorang individu merasa yakin dan aman akan
dirinya serta merasa berharga dan adekuat (serasi, seimbang).
Pemenuhan akan kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih
rendah akan mendorong individu untuk mencapai kebutuhan yang lebih
tinggi yaitu aktualisasi diri.
Aktualisasi diri oleh Rogers (dalam Schultz, 1991) diartikan sebagai
proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi
psikologis yang dimiliki individu yang unik. Keunikan potensi psikologis
membuat proses dan pencapaian aktualisasi diri setiap individu berbeda
antara individu yang satu dengan yang lain. Pencapaian dari aktualisasi diri
diperoleh dengan melakukan dan mengembangkan berbagai macam kegiatan
yang menyenangkan dan bermakna. Pengalaman dan belajar khususnya pada
masa kanak-kanak menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan
seseorang dalam melakukan aktualisasi diri. Sikap orang tua terhadap anak
yang terlalu dominan ataupun yang terlalu memberi kebebasan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
menghambat aktualisasi diri. Pendekatan yang efektif adalah sikap yang
bijaksana antara sikap dominan dan memberi kebebasan. Seiring berjalannya
waktu aktualisasi diri mengalami pergeseran dari fisiologis ke psikologis
karena aktualisasi diri merupakan proses yang akan terus berlangsung dan
berjalan dinamis.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
aktualisasi diri adalah proses perkembangan dan penggunaan bakat, kapasitas,
serta potensi psikologis yang dimiliki individu dengan melakukan yang
terbaik yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri
Individu yang beraktualisasi diri akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Maslow (dalam Koeswara, 1991; Schultz, 1991; & Goble, 1987)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi seorang individu dalam
beraktualisasi diri, antara lain:
a. Faktor internal, yang terdiri atas:
1) Adanya rasa takut, ketidaktahuan, dan keraguan dari individu untuk
mengungkapkan potensi-potensi yang dimilikinya, sehingga potensi-
potensi tersebut tetap laten dan tidak berkembang. Lurhs (2006)
mengemukakan bahwa untuk mendorong individu beraktualisasi diri
yaitu dengan meningkatkan kepercayaan dirinya. Adanya kepercayaan
diri akan membuat individu tidak ragu-ragu untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Perasaan aman yang kuat. Proses perkembangan menuju kematangan
akan menuntut kesediaan individu untuk mengambil risiko, membuat
kesalahan, dan melepaskan kebiasaan lama yang tidak konstruktif.
Hal-hal tersebut akan mengancam dan menakutkan karena adanya
perasaan aman yang kuat, sehingga menyebabkan individu bergerak
mundur memenuhi kebutuhan akan rasa aman.
3) Proses perkembangan. Anak-anak akan mampu menjalani proses-
proses perkembangan dengan baik jika diasuh dalam suasana aman,
hangat, dan bersahabat. Kondisi yang sehat maka akan merangsang
perkembangan dan individu akan terdorong untuk menjadi yang
terbaik, sedangkan pengalaman masa kanak-kanak yang malang akan
menghambat aktualisasi dirinya.
b. Faktor eksternal, terdiri atas:
1) Lingkungan masyarakat. Adanya kecenderungan untuk
mendepersonalisasi individu dan perepresian sifat-sifat, bakat, atau
potensi-potensi akan menghambat upaya seorang individu dalam
beraktualisasi diri. Individu membutuhkan suatu lingkungan yang
menunjang untuk dapat beraktualisasi diri.
2) Sosial ekonomi. Kondisi soaial ekonomi dapat membatasi kesempatan
seseorang dalam beraktualisasi diri. Perbedaan kondisi sosial ekonomi
memungkinkan terjadinya proses aktualisasi diri yang berbeda pula,
karena faktor sosial ekonomi akan menentukan arah dan bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
aktualisasi diri seseorang. Hal tersebut berkaitan dengan adanya
fasilitas dan sarana penunjang.
3) Tipe pekerjaan. Tipe pekerjaan yang membebaskan individu
melakukan pekerjaan menurut caranya sendiri akan dapat menunjang
individu tersebut dalam melakukan aktualisasi dirinya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa aktualisasi diri
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
3. Sifat-sifat pengaktualisasi diri
Individu yang mengaktualisasikan dirinya akan menunjukkan beberapa
sifat.Upaya mengaktualisasi diri memiliki beberapa sifat. Maslow (1994;
dalam Schultz, 1991) menjelaskan tentang sifat-sifat pengaktualisasi diri yang
ditunjukkan oleh individu yang telah mencapainya. Sifat-sifat pengaktualisasi
diri terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Sifat umum, terdiri atas (Maslow; dalam Schultz, 1991):
1) Individu telah cukup memuaskan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat
yang rendah secara teratur, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman,
cinta dan memiliki, serta penghargaan.
2) Individu terbebas dari psikosis, neurosis, atau gangguan-gangguan
patologis lain. Individu yang terganggu secara psikologis akan
mengalami hambatan yang besar dalam mengaktualisasi diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Individu tersebut merupakan model pematangan dan kesehatan, serta
memenuhi diri dengan menggunakan kapasitas dan kualitasnya secara
penuh.
4) Individu tersebut mengetahui tentang dirinya dan mengetahui tujuan
hidupnya. Hal tersebut menjadikan individu lebih terarah dalam
mengaktualisasi dirinya.
5) Pengaktualisasi diri pada umumnya adalah orang yang telah setengah
tua atau lebih tua. Orang yang lebih muda dianggap tidak
mengembangkan perasaan yang kuat akan identitas dan otonomi, serta
pengabdian diri, karena orang yang lebih muda sedang menuju ke arah
kematangan. Walaupun demikian, orang yang lebih muda mempunyai
kecenderungan untuk tumbuh dengan baik ke arah aktualisasi diri
yang memungkinkannya untuk mencapai aktualisasi diri pada usia
yang lebih tua.
b. Sifat khusus, terdiri dari (Maslow, 1994):
1) Mengamati realitas secara efisien. Orang yang mengaktualisasi diri
mengamati objek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara
objektif. Individu melihat dunia sebagaimana adanya, bukan
sebagaimana yang diinginkan atau dibutuhkannya. Pengaktualisasi
diri adalah orang yang teliti dan waspada sehingga dapat menemukan
dengan cepat adanya ketidakjujuran, serta dapat melihat sesuatu
secara adil atau tidak berat sebelah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2) Penerimaan umum atas kodrat, orang lain dan diri sendiri. Orang yang
mengaktualisasi diri menerima diri sendiri, kelemahan, dan kekuatan
dirinya tanpa keluhan atau kesusahan, serta menerima kodratnya
sebagaimana adanya. Pengaktualisasi diri tidak hidup dengan berpura-
pura atau memalsukan diri, serta tidak bersembunyi di belakang
peran-peran sosial yang ada.
3) Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran. Pengaktualisasi diri
bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa pura-pura serta
dapat memperlihatkan emosinya dengan jujur, dengan kata lain
pengaktualisasi diri bertingkah laku wajar sesuai dengan kondisi dan
kemampuannya. Pengaktualisasi diri juga bersikap bijaksana dan
penuh perhatian terhadap perasaan orang lain, sehingga permainan
sosial sering kali dilakukan untuk menghindari konflik dengan orang
lain.
4) Fokus pada masalah-masalah di luar dirinya. Orang yang
mengaktualisasikan diri mempunyai perasaan dedikasi dalam
pekerjaannya. Pekerjaan adalah sesuatu yang ingin dilakukan, dan
tidak semata-mata untuk mendapatkan penghasilan. Pekerjaan yang
ditekuni oleh pengaktualisasi diri melebur dengan liburan, lelucon,
hiburan, istirahat, dan kegemarannya.
5) Kebutuhan akan privasi dan independensi. Orang-orang yang
mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk
pemisahan dan kesunyian. Individu tidak tergantung pada orang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
untuk kepuasannya dan dengan demikian individu dapat memenuhi
kebutuhan sendiri berdasarkan kepentingan dan keperluannya.
6) Berfungsi secara otonom. Pengaktualisasi diri berfungsi secara
otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik. Individu tidak
tergantung pada dunia yang nyata untuk kepuasannya karena
pemuasan dari motif-motif pertumbuhan datang dari dalam.
Perkembangannya tergantung pada potensi-potensi dan sumber-
sumber dari dalam dirinya sendiri.
7) Apresiasi yang senantiasa segar. Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri
senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu meskipun
pengalaman itu seringkali terulang. Pengaktualisasi diri tetap
menikmatinya dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar dan
menyenangkan.
8) Pengalaman-pengalaman mistik atau ”puncak”. Ada kesempatan bagi
orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase
(kegembiraan yang lepas), kebahagiaan, perasaan terpesona yang
hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman keagamaan yang
mendalam.
9) Minat sosial. Pengaktualisasi diri memiliki perasaan empati dan afeksi
yang kuat dan dalam terhadap semua orang, juga suatu keinginan
untuk membantu kemanusiaan. Pengaktualisasi diri cenderung
menjalin hubungan pribadi yang erat dan mendalam, lebih akrab dari
persahabatan di antara kebanyakan orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
10) Hubungan antarpribadi. Pengaktualisasi diri mampu mengadakan
hubungan yang lebih kuat dan lebih sehat dengan orang lain
dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya. Individu mampu
memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam,
dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu lain.
11) Struktur watak demokratis. Pengaktualisasi diri membiarkan dan
menerima semua orang tanpa memperhatikan kelas sosial, tingkat
pendidikan, golongan politik atau agama, ras, atau warna kulit. Selain
itu, individu bertingkah laku lebih pengertian daripada sekedar
mengerti pada orang lain.
12) Perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk.
Pengaktualisasi diri membedakan dengan jelas antara sarana dan
tujuan. Baginya, tujuan atau cita-cita jauh lebih penting daripada
sarana untuk mencapainya. Pengaktualisasi diri juga sanggup
membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah.
13) Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan. Humor
pengaktualisasi diri bersifat filosofis; humor yang menertawakan
orang lain pada umumnya. Kerapkali humor bersifat instruktif, yang
dipakai langsung kepada hal yang dituju dan juga menimbulkan
kesenangan. Hal itu adalah humor yang bijaksana.
14) Kreativitas. Kreativitas merupakan suatu sifat yang diharapkan oleh
seseorang pengaktualisasi diri. Pengaktualisasi diri adalah asli,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
inventif, dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian
menghasilkan suatu karya seni.
15) Resistensi terhadap inkulturasi. Pengaktualisasi diri dapat berdiri
sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh
sosial, untuk berpikir atau bertindak menurut cara-cara tertentu.
Individu mempertahankan otonomi batin, dan dibimbing oleh dirinya
sendiri.
Sifat-sifat pengaktualisasi diri juga dikemukakan oleh Rogers (dalam
Schultz, 1991 dan Baihaqi, 2008), yaitu sebagai berikut:
a. Keterbukaan pada pengalaman. Keterbukaan pada pengalaman adalah
lawan dari sikap defensif, sehingga seseorang bebas untuk mengalami
semua perasaan dan sikap, serta tanpa adanya suatu hal yang harus dilawan
karena tidak ada yang mengancam.
b. Kehidupan eksistensial. Kecenderungan seseorang untuk hidup
sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa
segar dan baru, sehingga ada kegembiraan pada setiap pengalaman
tersebut.
c. Kepercayaan terhadap organisme diri sendiri. Seseorang percaya akan
keputusan yang diambilnya karena data yang digunakan untuk mencapai
suatu keputusan adalah tepat dan seluruh kepribadian mengambil bagian
dalam proses pembuatan keputusan tersebut.
d. Perasaan bebas. Rogers percaya bahwa orang yang semakin sehat secara
psikologis maka akan semakin pula mengalami kebebasan untuk memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dan bertindak. seseorang akan melihat adanya banyak pilihan dalam
kehidupannya dan merasa mampu melakukan sesuatu yang diinginkannya.
e. Kreativitas. Adanya perasaan yang bebas membuat orang yang
mengaktualisasikan diri akan bertingkah laku yang spontan, berubah,
tumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus
kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas sifat-sifat pengaktualisasi dari Maslow
mencakup keseluruhan sifat, oleh karena itu maka peneliti menggunakan sifat-
sifat pengaktualisasi diri dari Maslow dan menyimpulkan bahwa sifat-sifat
pengaktualisasi diri antara lain: mengamati realitas secara efisien; penerimaan
umum atas kodrat, orang lain, dan diri sendiri (kepercayaan terhadap diri
sendiri); spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran; fokus pada masalah di
luar dirinya; kebutuhan akan privasi dan independensi (bebas); berfungsi
secara otonom; apresiasi yang senantiasa segar terhadap pengalaman;
pengalaman mistik atau “puncak”; minat sosial; hubungan antarpribadi;
struktur watak demokratis; perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik
dan buruk; perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan; kreativitas;
dan resistensi terhadap inkulturasi.
4. Dimensi aktualisasi diri
Sifat-sifat khusus yang ditunjukkan oleh pengaktualisasi diri dapat
disusun atau diklasifikasikan ke dalam dimensi aktualisasi diri. Dimensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
tersebut disusun oleh Hall (2008) berdasarkan sifat-sifat khusus
pengaktualisasi diri dari Maslow, sebagai berikut:
a. Dimensi kebudayaan, yang terdiri dari sifat berfungsi secara otonom;
resistensi terhadap inkulturasi; dan minat sosial.
b. Dimensi filosofis, yang terdiri dari sifat mengamati realitas secara efisien;
kebutuhan akan privasi dan independensi; dan perasaan humor yang tidak
menimbulkan permusuhan.
c. Dimensi emosional, yang terdiri dari sifat spontanitas, kesederhanaan, dan
kewajaran; apresiasi yang senantiasa segar; dan pengalaman mistik atau
“puncak”.
d. Dimensi interpersonal, yang terdiri dari sifat penerimaan umum atas
kodrat, orang lain, dan diri sendiri; hubungan antarpribadi; dan struktur
watak demokratis.
e. Dimensi intelektual, yang terdiri dari sifat fokus pada masalah di luar
dirinya; perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk; dan
kreativitas.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahu bahwa dimensi aktualisasi
diri terdiri atas dimensi kebudayaan, dimensi filosofis, dimensi emosional,
dimensi interpersonal, dan dimensi intelektual. Kelima dimensi tersebut
selanjutnya akan digunakan oleh peneliti dalam penyusunan skala aktualisasi
diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
B. Kepercayaan Diri
1. Pengertian kepercayaan diri
Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang
berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.
Menurut Hakim (2005) kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang
terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut
membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam
hidupnya. Bandura (1977) juga menjelaskan bahwa kepercayaan diri
merupakan suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai
dengan yang diharapkan dan diinginkannya. Kepercayaan diri yang dimiliki
seseorang akan digunakan dalam usaha menampilkan tindakan dan perilaku
yang diarahkan pada tujuan yang hendak dicapainya, termasuk waktu dan cara
melakukannya.
Taylor (2003) mengemukakan bahwa orang-orang yang percaya diri
merasa dirinya aman dengan mengetahui bakatnya, sangat rileks dan ingin
mendengar dan belajar dari orang lain. Orang yang mempunyai kepercayaan
diri memahami betul tentang segala sesuatu yang ada pada dirinya baik itu
kelebihan maupun kekurangannya, sehingga tidak perlu membandingkannya
dengan orang lain.
Mastuti (2008), mendefinisikan kepercayaan diri sebagai sikap positif
seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi
yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang
tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan
individu tersebut merasa memiliki kompetensi, yakni mampu dan percaya
bahwa dirinya bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi
serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Oleh Lauster (1997)
dijelaskan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin
akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu
cemas dalam tindakan-tindaknnya, dapat merasa bebas melakukan hal yang
disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam
berinteraksi dan memiliki dorongan untuk berprestasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala kelebihan dan
kemampuan yang dimilikinya untuk mampu berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan dan diinginkan sehingga bisa mencapai tujuan di dalam hidupnya.
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dapat dilihat dari sikap
dan kemampuan yang pasti untuk melangkah mengembangkan potensinya dan
diyakini sebagai suatu cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
Kepercayaan diri dibentuk melalui suatu proses yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang menyertainya. Menurut Mangunharja (dalam Ashriati,
dkk., 2006) faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
a. Faktor fisik. Keadaan fisik seperti kegemukan, ketinggian, cacat anggota
tubuh atau rusaknya salah satu indera merupakan kekurangan yang jelas
terlihat oleh orang lain. Hal tersebut akan menimbulkan perasaan tidak
berharga terhadap keadaan fisik, karena seseorang sangat merasakan
kekurangan yang ada pada dirinya jika dibandingkan dengan orang lain.
Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang tidak dapat bereaksi
secara positif akan menimbulkan rasa minder yang berkembang menjadi
rasa tidak percaya diri.
b. Faktor mental. Seseorang akan percaya diri karena mempunyai
kemampuan yang cenderung tinggi, seperti bakat atau keahlian khusus
yang dimilikinya. Keahlian yang dimiliki seseorang menunjukkan suatu
kelebihan yang dapat membentuk kepercayaan diri dan merupakan modal
dasar untuk mencapai keberhasilan yang optimal serta mampu mengatasi
hambatan yang terjadi.
c. Faktor sosial. Kepercayaan diri terbentuk melalui dukungan sosial dari
orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Keadaan keluarga merupakan
lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap orang.
Sikap positif orang tua dan anggota yang lainnya akan menambah
keyakinan untuk maju mengembangkan diri secara optimal untuk
mencapai tujuan hidup dan masa depan yang gemilang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Menurut Ruwaida, dkk. (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya kepercayaan diri antara lain:
a. Konsep diri dan harga diri. Menurut Denny (dalam Ruwaida, dkk., 2006)
terbentuknya kepercayaan diri seseorang diawali dengan perkembangan
konsep diri yang didapat melalui pergaulan dalam suatu kelompok dan
konsep diri yang positif membuat seseorang dapat menghargai dirinya.
b. Kondisi fisik. Kumara (1988) menjelaskan bahwa perkembangan
kepercayaan diri diawali dengan pengenalan diri secara fisik dan cara
seseorang menilai dirinya, menerima atau menolaknya. Penerimaan
terhadap kondisi fisik akan menimbulkan rasa puas dan dapat menaikkan
harga dirinya.
c. Kegagalan dan kesuksesan. Kegagalan hidup yang dialami seseorang
cenderung membuatnya kurang percaya diri, sehingga timbul perasaan
tidak mampu dalam dirinya. Sebaliknya, keberhasilan atau kesuksesan
yang diperoleh seseorang akan meningkatkan kepercayaan dirinya.
d. Pengalaman hidup. Fahmy (1983) menyatakan bahwa pemenuhan akan
kasih sayang, rasa aman, dan harga diri adalah tiga macam kebutuhan yang
cukup dominan bagi anak, sehingga apabila tidak terpenuhi akan berakibat
fatal baik pertumbuhan dan perkembangan mental.
e. Pendidikan. Menurut Anthony (dalam Ruwaida, dkk., 2006) tingkat
pendidikan yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi tergantung
dan berada di bawah kekuasaan orang lain yang lebih baik darinya.
Sebaliknya, seseorang akan mampu memenuhi tantangan hidup dengan
penuh kepercayaan diri dan kekuatan serta memperhatikan situasi dari
sudut kenyataan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
f. Peran lingkungan keluarga. Pada tahap perkembangan, lingkungan
keluarga mempengaruhi psikologis seseorang karena keluarga merupakan
lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap orang.
Mastuti (2008) menyatakan bahwa orang tua yang menunjukkan kasih,
perhatian, penerimaan, dan kasih sayang serta kelekatan emosi yang tulus
kepada anak akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepercayaan diri antara lain faktor-faktor yang berasal
dari individu sendiri (kondisi mental dan fisik), pengalaman, pendidikan, dan
faktor sosial (meliputi keluarga dan lingkungan sosial).
3. Aspek-aspek kepercayaan diri
Menurut Lauster (dalam Ruwaida, dkk., 2006), aspek-aspek
kepercayaan diri antara lain:
a. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap seseorang tentang dirinya
bahwa dirinya mengerti dengan sungguh-sungguh akan sesuatu yang
dilakukannya.
b. Optimis, yaitu sikap seseorang yang selalu berpandangan baik dalam
menghadapi segala hal tentang diri, harapan, dan kemampuannya.
c. Objektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau
sesuatu dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran
pribadi atau yang menurut dirinya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
d. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala
sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
e. Rasional dan realistis, yaitu analisa terhadap sesuatu masalah, sesuatu hal,
suatu kejadian dengan menggunakan hal yang dapat diterima oleh akal dan
sesuai dengan kenyataan.
Kumara (dalam Yulianto dan Nashori, 2006) mengemukakan bahwa
ada empat aspek kepercayaan diri, yaitu:
a. Kemampuan menghadapi masalah. Ashriati, dkk. (2006) menyatakan
bahwa kepercayaan diri akan memperkuat motivasi atau semangat untuk
mencapai keberhasilan. Kepercayaan diri juga membawa kekuatan dalam
menentukan langkah dan merupakan faktor utama dalam menghadapi
suatu masalah.
b. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya. Seseorang yang
mempunyai kepercayaan diri memiliki keyakinan diri dapat
mengarahkannya pada tugas tertentu yang didasari kemampuan dan
ketrampilan.
c. Kemampuan dalam bergaul. Grinder (dalam Martani dan Adiyanti, 1991)
menyebutkan bahwa proses pembentukan kepercayaan diri dipengaruhi
oleh interaksi di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor kondisi,
yaitu lingkungan yang kondusif akan sangat membantu dalam proses
tersebut. Kumara (1988) juga mengemukakan bahwa orang yang
mempunyai kepercayaan diri bersikap tidak mementingkan diri sendiri dan
bertoleransi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
d. Kemampuan menerima kritik. Seseorang dapat meningkatkan kepercayaan
dirinya dengan meminta penilaian yang objektif dari orang lain mengenai
dirinya. Penilaian tersebut akan membantu menginformasikan tentang
kekuatan dan kekurangan pada diri seseorang, sehingga dapat digunakan
untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kepercayaan diri (Mastuti,
2008).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek
kepercayaan diri antara lain: keyakinan akan kemampuan diri, optimis,
objektif, bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan, rasional dan
realistis, kemampuan bergaul, serta kemampuan menerima kritik. Aspek
kepercayaan diri yang digunakan dalam penelitian ini antara lain keyakinan
akan kemampuan diri, bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan,
kemampuan dalam bergaul, dan kemampuan menerima kritik. Pada aspek
keyakinan akan kemampuan diri dan kemampuan dalam bergaul jumlah aitem
dibuat lebih banyak karena kedua aspek dianggap lebih penting dalam
mengungkap kepercayaan diri subjek.
4. Proses pembentukan kepercayaan diri
Kepercayaan diri bersumber dari nurani, bukan dibuat-buat.
Kepercayaan diri berawal dari tekad pada diri sendiri untuk melakukan segala
yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup, serta terbina dari keyakinan diri
sendiri (Angelis, 2003). Rasa percaya diri akan muncul apabila seseorang
tidak mempunyai ketergantungan terhadap suatu hal. Seseorang sangat yakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dengan sesuatu yang ada dalam dirinya dan yakin akan kemampuannya
(Ruwaida, dkk., 2006).
Waterman (dalam Martani dan Adiyanti, 1991) menunjukkan bahwa
untuk membentuk kepercayaan diri diperlukan situasi yang memberikan
kesempatan untuk berkompetisi, karena menurut Markus dan Wurf (dalam
Martani dan Adiyanti, 1991) seseorang belajar tentang dirinya sendiri melalui
interaksi langsung dan komparasi sosial. Interaksi langsung dan komparasi
sosial akan membantu individu memperoleh informasi tentang dirinya dan
menilai dirinya sendiri. Hal tersebut akan membuat individu dapat memahami
dirinya sendiri dan tahu mengenai dirinya yang kemudian akan berkembang
menjadi kepercayaan diri.
Dikatakan oleh Hakim (2005) bahwa secara garis besar, terbentuknya
rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses sebagai berikut:
a. Terbentuknya kepribadian yang sesuai dengan proses perkembangan yang
melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan
melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan
memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.
c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan
yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit
menyesuaikan diri.
d. Pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan
menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
5. Ciri-ciri orang yang percaya diri
Menurut Hakim (2005), ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh orang-
orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, antara lain:
a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan sesuatu,
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai,
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi,
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi,
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya,
f. Memiliki kecerdasan yang cukup,
g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup,
h. Memiliki keahlian atau ketrampilan lain yang menunjang kehidupannya,
misalnya ketrampilan berbahasa asing,
i. Memiliki kemampuan bersosialisasi,
j. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik,
k. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan
tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup,
l. Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya
dengan tetap tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup.
Sikap tersebut akan semakin memperkuat rasa percaya diri seseorang
ketika menghadapi masalah hidup yang berat.
Mastuti (2008), juga mengungkapkan tentang ciri-ciri atau
karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, di
antaranya adalah:
a. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan
pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh
orang lain atau kelompok.
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain - berani menjadi
diri sendiri.
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil).
e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah
pada keadaan serta mandiri).
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan
situasi di luar dirinya.
g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu tidak terwujud, tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan
situasi yang terjadi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa ciri-ciri
kepercayaan diri antara lain: tenang dalam mengerjakan sesuatu, mempunyai
potensi dan kemampuan, mampu menetralisasi ketegangan, mampu
menyesuaikan diri dan berkomunikasi, yakin kepada diri sendiri, tidak
tergantung pada orang lain, tidak ragu-ragu, merasa diri berharga, tidak
menyombongkan diri, memiliki keberanian untuk bertindak, mampu
bersosialisasi diri, mempunyai internal locus of control, dan memiliki harapan
yang realistis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
C. Kemandirian
1. Pengertian kemandirian
Kemandirian merupakan suatu sikap yang harus ada dan
dikembangkan oleh setiap individu. Hal tersebut terkait dengan kepentingan
setiap individu dalam menjalani kehidupannya sehingga menjadikan
kemandirian suatu aspek kepribadian yang dianggap penting dalam
kehidupan individu. Bagi individu yang mempunyai fisik tidak lengkap
(cacat), perlu diberi pelatihan kemandirian sedini mungkin mengingat adanya
keterbatasan fisik yang dimiliki dan keterbatasan fasilitas yang ada di
lingkungan untuk mengembangkan kemandirian secara alami. Kemandirian
yang dimiliki akan menjadikan seorang individu mampu dan memecahkan
sendiri masalah yang dihadapi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
(Astuti, 2002).
Masrun, dkk. (1986) mengemukakan bahwa kemandirian mencakup
pengertian dari berbagai istilah seperti autonomy, independency, dan self
reliance. Menurut Masrun, dkk. (1986) kemandirian adalah suatu sifat yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas
dorongan diri sendiri, dan untuk kebutuhan diri sendiri, mengejar prestasi,
penuh ketekunan, serta berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan
orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara orisinal, kreatif dan penuh
inisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan
tindakan-tindakannya, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
percaya terhadap kemampuan sendiri, menghargai keadaan dirinya sendiri,
dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Bhatia (dalam Masrun, dkk., 1986) berpendapat bahwa independency
merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan kepada diri sendiri, tidak
mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan bahkan mencoba memecahkan
atau menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan kepada orang
lain.
Menurut Barnadib (dalam Mutadin, 2002) yang mengemukakan
bahwa kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan
sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Seorang individu yang mengarahkan
dan mengatur perilakunya sendiri tanpa bantuan orang lain berarti dirinya
telah meminimalisir pengaruh orang lain dalam pengambilan keputusan
ataupun tindakan yang akan diambilnya. Individu tersebut akan berusaha
untuk memampukan dirinya dalam memecahkan masalah kehidupan yang
dialaminya.
Johnson dan Medinnus (1969) mengemukakan bahwa kemandirian
merupakan perilaku yang aktivitasnya berdasarkan kemampuan sendiri
karena mendapatkan kepuasan atas perilaku eksploratif, mampu
memanipulasi lingkungan dan mampu berinteraksi dengan teman sebayanya.
Menurut Hurlock (1990) keinginan yang kuat untuk mandiri pada
seseorang berkembang mulai awal remaja dan mencapai puncaknya
menjelang periode remaja berakhir. Hal tersebut mendorong remaja untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
memikirkan terlebih dahulu sesuatu yang hendak dilakukan atau dikatakan
secara lebih matang. Sikap kemandirian tersebut dipengaruhi oleh perlakuan
dan kebiasaan pada masa perkembangan sebelumnya, yaitu masa kanak-
kanak. Monks dan Ferguson (1983) menyebutkan bahwa dalam masa
perkembangannya remaja mengalami proses belajar menyelaraskan
keinginan-keinginan dan kemampuan-kemampuannya secara mandiri sesuai
dengan kebutuhannya dalam hubungannya dengan harapan-harapan serta
kesempatan yang tersedia di dalam masyarakat. Kemandirian pada remaja
tercermin dalam kemantapan diri, kepercayaan diri, dan jenis pencapaian
yang telah direalisasikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian
adalah kemampuan individu dalam berpikir dan bertindak atas dorongan diri
sendiri untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan menyelesaikan
masalahnya sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain dan percaya
pada diri sendiri. Seorang individu akan berusaha agar dirinya mampu untuk
menghadapi masalah atau hambatan yang dihadapi dalam kehidupannya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian
Menurut Masrun, dkk. (1986), tingkat kemandirian dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain:
a. Faktor-faktor yang bersifat kodrati:
1) Umur. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa umur
merupakan variabel yang berpengaruh terhadap kepribadian individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Semakin bertambahnya umur serta melalui proses belajar, orang
semakin tidak bergantung dan mampu secara mandiri menentukan
hidupnya sendiri.
2) Jenis kelamin. Pria cenderung dianggap lebih mandiri daripada
wanita, hal tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan
terhadap keduanya serta anggapan bahwa pria itu lebih kuat dan
wanita cenderung lebih lemah yang menyebabkan perbedaan peranan
di masyarakat.
3) Urutan kelahiran. Peranan faktor ini dalam mempengaruhi
perkembangan kepribadian dapat dikatakan bekerja secara tidak
langsung melalui adanya kebutuhan manusia akan perhatian dari
lingkungannya ketika seseorang masih berada dalam masa kanak-
kanak. Adanya perbedaan urutan kelahiran, anak-anak dihadapkan
pada masalah persaingan diantara mereka untuk mendapatkan kasih
sayang orang tua mereka.
b. Faktor yang berasal dari lingkungan:
1) Faktor yang tidak permanen yaitu peristiwa-peristiwa penting dalam
hidup seseorang yang mengakibatkan terganggunya integritas dan
kepribadian seseorang untuk sementara waktu. Misalnya kematian
orang yang dicintai, bencana alam, dan perceraian.
2) Faktor yang permanen. Faktor ini mengubah tingkah laku seseorang
dalam waktu yang lebih panjang. Faktor ini meliputi faktor pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dan faktor pekerjaan. Kedua faktor tersebut mempunyai sumbangan
yang berarti dalam perkembangan terbentuknya kemandirian pada diri
seseorang. Misalnya seseorang yang berpendidikan tinggi diharapkan
lebih mandiri daripada yang tidak berpendidikan.
Dikatakan oleh Nuryoto (1993), bahwa selain faktor tahap
perkembangan dan peran jenis yang mempengaruhi kemandirian, ada faktor
lain yang mempengaruhi kemandirian yaitu: kecerdasan, lingkungan tempat
tinggal, perlakuan orang tua terhadap anak, sosial ekonomi keluarga, dan
jenis kelamin.
Ali dan Asrori (2004) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian, yaitu:
a. Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian
tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.
Namun, faktor ini masih menjadi perdebatan karena pendapat lain bahwa
sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada
anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua
mendidik anaknya.
b. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan
mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu
banyak melarang atau mengeluarkan kata ”jangan” tanpa disertai alasan
yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Sebaliknya, jika orang tua membiasakan dan memberikan kesempatan
untuk mandiri kepada anak sedini mungkin maka akan menumbuhkan dan
mengembangkan kemandirian pada anak tersebut.
c. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan yang lebih menekankan
pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan
penciptaan kompetisi positif akan memperlancar perkembangan
kemandirian.
d. Sistem kehidupan di masyarakat. Lingkungan masyarakat yang aman,
menghargai ekspresi potensi individu yang ada di masyarakat tersebut
dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hierarkis akan
merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terbentuknya
kemandirian pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
umur, jenis kelamin, urutan kelahiran, pendidikan, pola asuh, sosial ekonomi,
sistem kehidupan di masyarakat, dan pekerjaan.
3. Aspek-aspek kemandirian
Masrun, dkk. (1986) menunjukkan ada aspek utama kemandirian,
yaitu:
a. Aspek bebas. Hal ini ditunjukan dengan tindakan yang dilakukan atas
kehendaknya sendiri, bukan karena orang lain dan tidak tergantung kepada
orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b. Aspek progresif dan ulet. Ditunjukkan dengan adanya usaha untuk
mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan, serta mewujudkan
harapan-harapan.
c. Aspek inisiatif. Unsur-unsur yang termasuk dalam komponen ini adalah
kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara original, kreatif, dan
penuh inisiatif.
d. Aspek pengendalian dari dalam (internal locus of control). Unsur-unsur
yang termasuk dalam komponen ini adalah adanya perasaan mampu
mengatasi masalah yang dihadapinya, kemampuan mengendalikan
tindakan serta kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usahanya
sendiri.
e. Aspek kemantapan diri (self-esteem, self-confidance). Komponen ini
mencakup aspek rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menerima
dirinya, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Hidayat (dalam Meiyanto, 1989) mengartikan kemandirian sebagai
perilaku yang terdiri dari tiga aspek, yaitu:
a. Aspek tanggung jawab. Aspek ini mencakup sikap tanggung jawab
seseorang atas keputusan, tindakan, dan perasaannya sendiri.
b. Aspek percaya pada diri sendiri. Kemandirian adalah perilaku yang
aktivitasnya diarahkan pada kemampuan diri sendiri (Johnson dan
Medinnus, 1969).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Aspek kreativitas. Pribadi yang mandiri menunjukkan kreativitasnya
dengan memampukan dirinya untuk mengambil inisiatif dan berpikir
original (Masrun, dkk., 1986).
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
aspek-aspek kemandirian antara lain bebas, progresif dan ulet, inisiatif,
pengendalian dari dalam, kemantapan diri, tanggung jawab, dan kreativitas.
Aspek kemandirian yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi aspek
bebas, progresif dan ulet, inisiatif, pengendalian dari dalam, dan kemantapan
diri.
4. Ciri-ciri orang yang mandiri
Seseorang yang mempunyai kemandirian atau mempunyai
kecenderungan sikap mandiri akan menunjukkan ciri-ciri yang tercermin
dalam perilaku, pemikiran, maupun tindakannya. Spencer dan Kass (1970)
mengemukakan tentang ciri-ciri yang ditunjukkan oleh seseorang yang
mempunyai kemandirian, yaitu:
a. Mampu mengambil inisiatif,
b. Mampu mengatasi masalah,
c. Penuh ketekunan,
d. Memeperoleh kepuasan dari usahanya,
e. Berusaha menjalankan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Lindzey dan Aronson (dalam Meiyanto, 1989) menyebutkan bahwa
ciri-ciri individu yang mandiri antara lain:
a. Menunjukkan adanya usaha untuk mengejar prestasi,
b. Menunjukkan rasa percaya diri yang besar,
c. Mempunyai rasa ingin tahu yang menonjol.
Ali dan Asrori (2004) menjelaskan bahwa sebagai suatu dimensi
psikologis yang kompleks, kemandirian dalam perkembangannya memiliki
tingkatan-tingkatan. Perkembangan kemandirian seseorang juga berlangsung
secara bertahap sesuai dengan tingkatan perkembangan kemandirian tersebut.
Dikutip oleh Kartadinata, 1988 dari Lovinger (dalam Ali dan Asrori, 2004)
bahwa pada tingkat mandiri, individu menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan,
b. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun
orang lain,
c. Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti nilai keadilan sosial,
d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan,
e. Toleran terhadap ambiguitas,
f. Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment),
g. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal,
h. Responsif terhadap kemandirian orang lain,
i. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain,
j. Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan
keceriaan.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa ciri-ciri yang
ditunjukkan oleh individu yang mempunyai kemandirian antara lain: mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
mengambil inisiatif, mampu mengatasi masalah, penuh ketekunan,
memeperoleh kepuasan dari usahanya, berusaha menjalankan sesuatu tanpa
bantuan orang lain, menunjukkan adanya usaha untuk mengejar prestasi,
menunjukkan rasa percaya diri yang besar, mempunyai rasa ingin tahu yang
menonjol, realistik dan objektif, toleran, responsive, dan mampu
mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan.
5. Jenis-jenis kemandirian
Maslow (dalam Ali dan Asrori, 2004) membedakan kemandirian
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kemandirian aman (secure autonomy), yaitu kekuatan untuk
menumbuhkan cinta kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar
akan tanggung jawab bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap
kehidupan. Kekuatan itu digunakan untuk mencintai kehidupan dan
membantu orang lain.
b. Kemandirian tidak aman (insecure autonomy), yaitu kekuatan kepribadian
yang dinyatakan dalam perilaku menentang dunia. Kondisi seperti ini
sering disebut sebagai selfish autonomy atau kemandirian mementingkan
diri sendiri. Misalnya tampak pada usaha seorang anak yang
mengupayakan dirinya untuk mendapatkan simpati dan perhatian dari
orang tuanya ketika dirinya mempunyai adik yang baru lahir, atau dengan
kata lain dirinya berusaha merebut perhatian orang tuanya lagi karena
adanya rasa cemburu kepada adiknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Havighurst (dalam Mutadin, 2002) mengemukakan empat jenis
kemandirian, yaitu:
a. Kemandirian emosi, yaitu kemampuan untuk mengontrol emosi dan tidak
tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
b. Kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi dan tidak
tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
c. Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi.
d. Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan
orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai jenis-
jenis kemandirian, meliputi kemandirian aman, kemandirian tidak aman,
kemandirian emosi, kemandirian ekonomi, kemandirian intelektual, dan
kemandirian sosial.
D. Hubungan antara Kepercayaan Diri dan Kemandirian dengan
Aktualisasi Diri pada Atlet Penyandang Cacat
Setiap individu mempunyai kesempatan yang sama dalam
mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki, baik itu individu yang terlahir
sempurna maupun tidak sempurna. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya
kelebihan pada masing-masing individu, walaupun pada individu tersebut terdapat
kekurangan secara fisik. Ketidaksempurnaan secara fisik yang dialami oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
sebagian individu dapat menimbulkan berbagai masalah yang lebih kompleks
dibandingkan dengan individu yang terlahir sempurna.
Masalah yang dihadapi para penyandang cacat berpengaruh pula pada
usaha mengembangkan dan memanfaatkan bakat dan potensi yang dimiliki, atau
dengan kata lain terhambat dalam proses aktualisasi diri. Aktualisasi diri
penyandang cacat diharapkan dapat menumbuhkan rasa kepuasan tersendiri oleh
individu yang telah mencapainya. Dijelaskan oleh Alwisol (2008) bahwa
aktualisasi diri dapat diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh kepuasan
dengan dirinya sendiri, menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi sosok
yang sesuai dengan harapannya, dan menjadi kreatif dalam mencapai puncak
prestasi potensinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2007) pada remaja
penyandang tunanetra menunjukkan bahwa kebutuhan aktualisasi diri pada subjek
tergolong tinggi. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Ratnaningsih (2007) pada remaja. Keduanya menyatakan bahwa
kebutuhan akan aktualisasi diri pada subjek penelitian masing-masing tergolong
tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu yang mengalami kecacatan juga
mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, seperti halnya
individu yang normal pada umumnya.
Berbagai kendala yang dihadapi baik dari penyandang cacat itu sendiri
maupun dari lingkungan akan menghambat pencapaian aktualisasi diri yang
optimal. Berbagai usaha ditempuh oleh para penyandang cacat dalam mencapai
aktualisasi diri. Wirjasantosa (1984) menjelaskan bahwa usaha tersebut meliputi
rehabilitasi dan fungsionalisasi para penyandang cacat yang menjadi atlet, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dengan mengurangi hambatan yang disebabkan oleh kecacatannya dan
mengembangkan potensinya agar menjadi kemampuan yang nyata. Pilihan untuk
menjadi atlet bagi penyandang cacat dijadikan sarana untuk menunjukkan bahwa
dirinya mampu tetap berkreasi dan berprestasi serta berkompetisi dalam bidang
olahraga, sehingga tercapai aktualisasi dirinya sesuai yang diharapkan.
Atlet penyandang cacat menghadapi masalah yang berbeda dengan atlet
normal pada umumnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pembina dan
pelatih di BPOC kota Surakarta diketahui bahwa atlet penyandang cacat yang
baru pertama kali terjun dalam pertandingan (atlet pemula) sering didera rasa
malu dan minder karena kecacatan yang dialami. Oleh sebab itu, maka perlu
ditanamkan rasa percaya diri pada atlet tersebut. Menurut Hakim (2005)
kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu
untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya. Atlet yang mempunyai
kepercayaan diri akan merasa yakin akan kemampuannya untuk berolahraga dan
mampu mencapai tujuan yang diharapkannya.
Hasil penelitian Yulianto dan Nashori (2006) pada atlet Tae Kwon Do
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri
terhadap prestasi atlet Tae Kwon Do. Hal tersebut berarti bahwa kepercayaan diri
memegang andil yang penting bagi pencapaian prestasi seorang atlet.
Kepercayaan diri akan menjadi penentu pada performa atlet tersebut dalam suatu
pertandingan. Weinberg dan Gould (dalam Dimyati 2005) mengemukakan bahwa
rasa percaya diri memberikan dampak positif terhadap emosi, konsentrasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
sasaran, usaha, strategi, dan momentum. Rasa percaya diri yang tinggi akan
menjadikan atlet lebih tenang, ulet, tidak mudah patah semangat, terus berusaha
mengembangkan strategi dan membuka berbagai peluang untuk memperoleh
momentum atau saat yang tepat untuk bertindak. Pencapaian prestasi oleh para
atlet penyandang cacat dapat diartikan sebagai keberhasilannya dalam
mengaktualisasikan dirinya, karena para penyandang cacat mempunyai keyakinan
akan kemampuan yang dimiliki sehingga dapat memunculkan sikap positif
terhadap diri sendiri untuk percaya pada kemampuan yang dimiliki, atau dengan
kata lain muncul rasa percaya diri khususnya pada bidang olahraga.
Para penyandang cacat mengalami masalah khusus karena kecacatan yang
dialami secara fisik, yaitu berupa gangguan untuk melakukan aktifitas hidup
harian. Hal tersebut terjadi karena adanya keterbatasan sarana dan fasilitas di
lingkungan publik bagi para penyandang cacat, tidak terkecuali para atlet
penyandang cacat di tempat berolahraga. Adanya keterbatasan tersebut
menyebabkan para penyandang cacat termasuk atlet penyandang cacat tidak dapat
mengembangkan secara optimal kemandiriaannya di dalam kehidupannya. Hal
tersebut juga untuk menepis anggapan di masyarakat bahwa penyandang cacat
adalah individu yang pantas untuk dikasihani atau diberi perhatian berlebih.
Usaha menjadikan seorang penyandang cacat menjadi orang yang mandiri dimulai
dari lingkungan keluarga, yaitu dengan memberi semangat atau spirit bagi
penyandang cacat tersebut. Selanjutnya, menanamkan keyakinan bahwa didalam
kekurangan yang dimiliki terdapat potensi yang baik dalam dirinya yang dapat
dikembangkan. Pemberian perlakuan yang tidak membedakan dengan orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
normal merupakan awal yang baik untuk mengembangkan kemandirian, sehingga
akan timbul keyakinan diri dan kepercayaan bahwa penyandang cacat mampu
melakukan hal yang sama seperti halnya orang normal untuk berkarya (Irfandi,
2009).
Sikap mandiri atau kemandirian akan menjadikan atlet terutama atlet
penyandang cacat lebih bertanggung jawab terhadap segala tindakan dan
perbuatannya, baik di luar maupun dalam konteks berolahraga. Pribadi mandiri
adalah pribadi yang independen dan menyukai tanggung jawab pribadi, banyak
mengambil inisiatif dan mampu mengelola dirinya sendiri secara bertanggung
jawab (Maksum, 2007). Hasil penelitian Yunita, dkk. (2002) pada anak penderita
asma menyebutkan bahwa kemandirian yang tinggi akan meningkatkan motivasi
berprestasi anak sehingga mampu mencapai prestasi yang gemilang. Hal tersebut
berati bahwa kemandirian dapat membantu dalam pencapaian prestaasi yang
gemilang. Bagi atlet, pencapaian prestasi yang gemilang adalah ketika dirinya
mampu menjadi juara dalam pertandingan sebagai wujud aktualisasi dirinya,
dengan memanfaatkan dan mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki
khususnya dalam bidang olahraga.
Maslow (1994) menjelaskan bahwa pada individu yang
mengaktualisasikan diri akan menunjukkan sifat khusus yaitu kebutuhan akan
privasi dan independensi. Individu yang mengaktualisasikan diri dalam memenuhi
kebutuhannya tidak membutuhkan orang lain atau tidak bergantung pada orang
lain. Hal tersebut terjadi juga pada atlet penyandang cacat, ketika mampu
mengaktualisasikan dirinya berarti mampu memenuhi kebutuhan diri dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
tergantung kepada orang lain, bahkan dimungkinkan dapat mencapai titik
kepuasannya.
E. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Aktualisasi Diri pada Atlet
Penyandang Cacat
Manusia terlahir dalam kondisi fisik yang berbeda-beda, diantaranya ada
yang terlahir dengan kondisi fisik yang tidak lengkap, atau dengan kata lain
mengalami kecacatan. Permasalahan yang dihadapi oleh penyandang cacat pun
lebih kompleks daripada manusia pada umumnya. Hal tersebut dijelaskan oleh
Wirjasantosa (1984) terjadi karena penyandang cacat selain menghadapi masalah
umum sebagaimana manusia pada umumnya juga menghadapi masalah khusus
karena kecacatan yang dimiliki.
Seiring berjalannya waktu peran setiap individu mulai mendapat perhatian
dari masyarakat, tidak terkecuali peran para penyandang cacat dalam beberapa
bidang. Bagi para penyandang cacat, keterbatasan fisik tidak lagi menjadi
halangan bagi penyandang cacat untuk tetap berkreasi dan berprestasi serta
berkompetisi (Opi, 2008). Olahraga bagi penyandang cacat dijadikan media untuk
menunjukkan eksistensi dan aktualisasi dirinya dengan mengembangkan potensi
dan bakat yang dimilikinya. Maslow (1994) menjelaskan bahwa aktualisasi diri
adalah perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat individu
serta pemenuhan semua kualitas dan kapasitasnya. Pencapaian aktualisasi diri
pada atlet penyandang cacat terlihat dari pencapaian prestasi yang diperolehnya.
Keberhasilan dalam berprestasi yang dicapai oleh atlet penyandang cacat tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
terlepas dari faktor-faktor psikologis, diantaranya adalah kepercayaan diri.
Kepercayaan diri yang yang tinggi akan meningkatkan penampilan atlet yang
pada akhirnya dapat meningkatkan prestasinya (Adisasmito, 2007).
Menurut Weinberg dan Gould (dalam Dimyati, 2005), rasa percaya diri
memberikan dampak positif terhadap emosi, konsentrasi, sasaran, usaha, strategi,
dan momentum. Rasa percaya diri yang tinggi akan menjadikan atlet lebih tenang,
ulet, tidak mudah patah semangat, terus berusaha mengembangkan strategi dan
membuka berbagai peluang bagi atlet tersebut untuk memperoleh momentum atau
saat yang tepat untuk bertindak. Selain itu, kepercayaan diri khususnya bagi atlet
penyandang cacat juga berperan dalam mengatasi rasa malu dan minder karena
kecacatan yang dialami, sehingga perlu ditanamkan sejak dini ketika atlet tersebut
terjun untuk pertama kali dalam pertandingan olah raga.
Hasil penelitian Nugroho (2009) menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kepercayaan diri seseorang sangat mempengaruhi seseorang
dalam mengembangkan dan memanfaatkan bakat dan potensi yang dimilikinya
atau dalam beraktualisasi diri.
F. Hubungan antara Kemandirian dengan Aktualisasi Diri pada Atlet
Penyandang Cacat
Kemandirian merupakan aspek kepribadian yang dianggap penting bagi
kehidupan setiap manusia, sehingga akan menjadikan seseorang mampu dan mau
memecahkan masalahnya sendiri (Astuti, 2002). Hal tersebut berlaku bagi setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
individu baik yang normal maupun individu yang terlahir dengan kecacatan.
Kemandirian akan mengarahkan individu dalam berpikir dan bertindak secara
kreatif dan penuh inisiatif (Masrun, dkk., 1986), serta mampu mengelola dirinya
secara bertanggung jawab dan percaya pada dirinya sendiri (Yunita, dkk., 2002).
Bagi penyandang cacat yang bergelut dalam dunia olahraga, kemandirian
akan lebih mendorong dirinya untuk lebih bertanggung jawab dalam segala
tindakan dan perbuatannya terutama dalam berolahraga yaitu dengan melakukan
sendiri dan mengarahkan diri sendiri (Maksum, 2007). Hal tersebut berarti bahwa
dirinya mempunyai privasi dan independensi dalam memenuhi kebutuhannya
sesuai dengan kepentingan dan keperluannya, yaitu berolahraga dan berprestasi.
Kemandirian menjadi suatu hal yang harus ada dan dikembangkan terutama oleh
penyandang cacat termasuk juga atlet penyandang cacat karena keterbatasan
sarana dan fasilitas yang menunjang di tempat-tempat umum, termasuk fasilitas
berolahraga akan mempengaruhi para atlet penyandang cacat untuk
mengembangkan diri. Watson dan Lindgren (dalam Nuryoto, 1993) menyatakan
bahwa tingkah laku mandiri meliputi pengambilan inisiatif, mengatasi hambatan,
melakukan sesuatu dengan tepat dan gigih dalam usahanya, serta melakukan
sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Sikap mandiri yang dimiliki seorang
atlet penyandang cacat khususnya, akan menjadi kunci keberhasilan dalam
pencapaian prestasi yang gemilang karena dengan keterbatasan yang dimiliki akan
lebih mendorong atlet tersebut dalam memaksimalkan potensi di bidang olahraga,
atau beraktualisasi diri dalam bidang olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
G. Kerangka Pemikiran
Kecacatan dan penyandang cacat menjadi fenomena tersendiri di
masyarakat. Kecacatan yang dialami para penyandang cacat tidak hanya
menimbulkan masalah umum tetapi juga masalah khusus, baik secara fisik
maupun mental. Hal tersebut dapat menyebabkan proses aktualisasi diri dan
pengembangan potensi kepribadian menjadi terhambat, sehingga dapat membuat
para penyandang cacat menjadi kurang percaya diri.
Seiring berjalannya waktu menuju perkembangan dunia ke masa sekarang
ini peran individu mulai mendapat perhatian khusus dari masyarakat, termasuk
didalamnya peran penyandang cacat. Berbagai cara ditempuh oleh para
penyandang cacat untuk membuktikan eksistensinya, salah satunya dalam bidang
olahraga. Pembinaan dan dukungan bagi penyandang cacat yang berprofesi
sebagai atlet oleh BPOC akan menumbuhkan rasa percaya diri, kemandirian, dan
meningkatkan harga diri.
Berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan segala potensi
keolahragaan yang dimiliki guna tercapainya aktualisasi diri dan diperolehnya
prestasi yang gemilang. Faktor-faktor psikologis menjadi kunci keberhasilan
prestasi gemilang, diantara adalah faktor kepercayaan diri dan kemandirian.
Kedua faktor tersebut sangat membantu atlet penyandang cacat untuk mengatasi
persaan minder, takut, dan tidak dapat mengarahkan diri sendiri yang berakibat
pada kurangnya kepercayaan diri dan kemandiriannya.
Kepercayaan diri akan menjadikan atlet penyandang cacat yakin akan
kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya walaupun secara fisik tidak lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Dimilikinya kepercayaan diri dapat mengeliminasi hal-hal negatif yang ada pada
diri atlet penyandang cacat terutama pada atlet pemula, terlebih untuk mengatasi
rasa malu dan minder karena kecacatan yang dialami.
Faktor selanjutnya adalah kemandirian yang diarahkan pada sikap tidak
tergantung kepada orang lain. Kemandirian diperlukan mengingat adanya
keterbatasan sarana dan fasilitas bagi penyandang cacat di tempat umum,
termasuk di tempat olahraga. Keterbatasan tersebut akan mendorong atlet
penyandang cacat untuk memaksimalkan potensi olahraga dan meraih prestasi
yang gemilang. Kemandirian ditanamkan sedini mungkin oleh keluarga dengan
memberikan semangat atau spirit dan menanamkan keyakinan bahwa didalam
kekurangan yang dimiliki terdapat potensi yang dapat dikembangkan. Sikap
mandiri atau kemandirian menjadikan atlet penyandang cacat lebih bertanggung
jawab terhadap segala tindakan dan perbuatannya serta menjadikannya pribadi
yang bebas atau tidak bergantung kepada orang lain.
Uraian di atas menggambarkan kerangka pemikiran didalam penelitian ini
yang dapat dituangkan dalam suatu bagan berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2
1
3
Bagan 1
Kerangka Pemikiran
Keterangan:
1. Hubungan antara kepercayaan diri dan kemandirian dengan aktualisasi diri.
2. Hubungan antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri.
3. Hubungan antara kemandirian dengan aktualisasi diri.
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Sumadi Suryabrata, 2004).
Hipotesis yang hendak dibuktikan dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan positif antara kepercayaan diri dan kemandirian dengan
aktualisasi diri pada atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina
Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta.
Kepercayaan
Diri
Aktualisasi Diri
Kemandirian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2. Ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada
atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat
(BPOC) Kota Surakarta.
3. Ada hubungan positif antara kemandirian dengan aktualisasi diri pada atlet
penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC)
Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Identifikasi variabel merupakan langkah penetapan variabel-variabel
utama dalam penelitian dan penentuan fungsinya masing-masing. Adapun
variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel tergantung : aktualisasi diri
2. Variabel bebas : a. kepercayaan diri
b. kemandirian
B. Definisi Operasional
1. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri didefinisikan sebagai proses perkembangan dan
penggunaan bakat, kapasitas, serta potensi psikologis yang dimiliki individu
dengan melakukan yang terbaik yang dapat mengembangkan kemampuan
dirinya baik kaitannya dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya.
Aktualisasi diri diungkap melalui Skala Aktualisasi Diri yang dibuat oleh
peneliti berdasarkan dimensi aktualisasi diri yang diklasifikasikan oleh Hall
(2008) dari sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh para pengaktualisasi diri.
Dimensi aktualisasi diri tersebut meliputi: dimensi kebudayaan, dimensi
filosofis, dimensi emosional, dimensi interpersonal, dan dimensi intelektual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat
aktualisasi diri yang dilakukan, dan sebaliknya, semakin rendah skor yang
diperoleh maka semakin rendah pula tingkat kemandirian seseorang.
2. Kepercayaan diri
Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala
kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya untuk mampu berperilaku sesuai
dengan yang diharapkan dan dapat mempertanggungjawabkannya serta
mampu berinteraksi dengan baik sehingga bisa mencapai tujuan di dalam
hidupnya. Kepercayaan diri diungkap dengan Skala Kepercayaan Diri yang
disusun oleh peneliti. Skala tersebut dikembangkan berdasarkan aspek-aspek
kepercayaan diri. Lauster (dalam Ruwaida, dkk., 2006) menyebutkan aspek-
aspek kepercayaan diri meliputi keyakinan akan kemampuan diri, optimis,
objektif, bertanggung jawab, serta rasional dan realistis. Oleh Kumara (dalam
Yulianto dan Nashori, 2006) disebutkan aspek-aspek kepercayaan diri
meliputi kemampuaan menghadapi masalah, bertanggung jawab terhadap
keputusan dan tindakannya, kemampuan dalam bergaul, serta kemampuan
menerima kritik. Adapun aspek yang digunakan dalam penyusunan Skala
Kepercayaan Diri merupakan gabungan aspek-aspek dari dua tokoh tersebut
yang dianggap sesuai dengan penelitian, yaitu: keyakinan akan kemampuan
diri, bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan, kemampuan dalam
bergaul, dan kemampuan menerima kritik. Semakin tinggi skor yang didapat
maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan diri, dan sebaliknya, semakin
rendah skor yang didapat maka semakin rendah pula tingkat kepercayaan diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3. Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan individu dalam berpikir secara
inisiatif dan bertindak atas dorongan diri sendiri untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengejar prestasi, menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa
menggantungkan diri kepada orang lain serta percaya pada diri sendiri. Skala
Kemandirian dikembangkan berdasarkan aspek-aspek kemandirian yang
dikemukakan oleh Masrun, dkk. (1986), yaitu: bebas, progresif dan ulet,
inisiatif, pengendalian diri, dan kemantapan diri. Semakin tinggi skor yang
diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya, dan sebaliknya,
semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula tingkat
kemandirian seseorang.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki.
Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit
mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 2004). Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina
Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta, sebanyak 41 responden. Kriteria
responden dalam penelitian ini yaitu responden merupakan atlet penyandang
cacat dan atlet tersebut dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) kota
Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena terbatasnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
jumlah responden yang memenuhi kriteria, maka seluruh populasi digunakan
sebagai sampel penelitian.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili populasi
dengan memenuhi kriteria yang ada di dalam populasi. Oleh karena jumlah
responden yang memenuhi kriteria sangat terbatas maka seluruh anggota
populasi dijadikan sampel penelitian. Penelitian ini merupakan studi populasi
dengan responden penelitian seluruh atlet penyandang cacat yang dibina di
Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta. Adanya keterbatasan
jumlah responden dan lokasi responden yang menyebar sehingga penelitian ini
menggunakan try out terpakai.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala
psikologi. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga macam, yaitu Skala
Kepercayaan Diri, Skala Kemandirian, dan Skala Aktualisasi diri. Ketiga skala
tersebut dibedakan atas aitem pernyataan favourable dan aitem pernyataan
unfavourable. Aitem favourable adalah aitem yang mengandung nilai-nilai yang
mendukung secara positif terhadap suatu pernyataan tertentu. Aitem unfavourable
adalah aitem yang mengandung nilai-nilai negatif dari suatu pernyataan tertentu.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model skala likert yang
telah dimodifikasi, sehingga hanya ada empat alternatif jawaban yaitu Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Alternatif jawaban ”ragu-ragu” tidak digunakan karena jawaban tersebut
merupakan jawaban yang mengambang atau tidak berpendapat (netral merupakan
kecenderungan subjek untuk memilihnya), sehingga hal ini sedapat mungkin
untuk dihindari (Azwar, 2003).
Tabel 1
Tabel Distribusi Skor Skala
Pilihan Jawaban Bentuk Pernyataan
Favourable Unfavourable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
1. Skala aktualisasi diri
Skala aktualisasi diri disusun berdasarkan dimensi aktualisasi diri
yang diklasifikasikan oleh Hall (2008) dari sifat-sifat khusus yang dimiliki
oleh pengaktualisasi diri. Dimensi aktualisasi diri tersebut meliputi: dimensi
kebudayaan, dimensi filosofis, dimensi emosional, dimensi interpersonal, dan
dimensi intelektual. Aitem dari skala aktualisasi diri terdiri atas aitem
favourable dan unfavourable dengan masing-masing empat alternatif
jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 2
Blue Print Skala Aktualisasi Diri
Konsep Dasar Dimensi Indikator No. Aitem Jumlah Total
Fav. Unfav.
Proses
perkembangan
dan penggunaan
bakat, kapasitas,
serta potensi
psikologis yang
dimiliki
individu dengan
melakukan yang
terbaik yang
dapat
mengembangka
n kemampuan
dirinya baik
kaitannya
dengan dirinya
sendiri maupun
dengan
lingkungannya
1. Dimensi
kebudaya
an
1.1. Mampu berfungsi
secara otonom
1, 2
3, 4
4
12
1.2. Memiliki resistensi
terhadap inkulturasi
(mempunyai pendirian
tertentu)
5, 6
7, 8
4
1.3. Memiliki minat sosial 9, 10 11, 12 4
2. Dimensi
filosofis
2.1. Mengamati realitas
secara efisien
13, 14 15, 16
4
12
2.2. Mempunyai kebutuhan
akan privasi dan
independensi
17, 18
19, 20
4
2.3. Mempunyai perasaan
humor yang tidak
menyinggung
21, 22 23, 24 4
3. Dimensi
emosio-
nal
3.1. Memiliki spontanitas,
kesederhanaan, dan
kewajaran
25, 26,
27
28, 29
5
12 3.2. Memiliki apresiasi
yang segar
30, 31 32, 33
4
3.3. Memiliki pengalaman
mistik/ “puncak”
34, 35 36 3
4. Dimensi
interperso
nal
4.1. Memiliki penerimaan
umum atas kodrat,
orang lain, dan diri
sendiri
37, 38,
39
40, 41
5
12 4.2. Memiliki hubungan
antarpribadi
42, 43 44, 45
4
4.3. Memiliki struktur
watak demokratis
dalam pergaulan
dengan orang lain
46, 47 48 3
5. Dimensi
intelek-
tual
5.1. Fokus pada masalah
di luar dirinya
49, 50 51, 52
4
12
5.2. Mampu membedakan
antara sarana dan
tujuan; baik dan buruk
(kemampuan dalam
menentukan fokus dan
mempunyai standard
moral yang tegas)
53, 54,
55
56, 57
5
5.3. Memiliki kreativitas 58, 59 60 3
Jumlah 33 27 60 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Skala kepercayaan diri
Skala kepercayaan diri disusun berdasarkan aspek-aspek kepercayaan
diri, meliputi: keyakinan akan kemampuan diri, bertanggung jawab terhadap
keputusan dan tindakan, kemampuan dalam bergaul, dan kemampuan
menerima kritik. Jumlah aitem pada aspek keyakinan akan kemampuan diri
dan kemampuan dalam bergaul dibuat lebih banyak karena kedua aspek
dianggap lebih penting dalam mengungkap kepercayaan diri responden.
Aitem skala kepercayaan diri terdiri atas aitem favourable dan unfavourable
dengan masing-masing empat alternatif jawaban.
Tabel 3
Blue Print Skala Kepercayaan Diri
Konsep Dasar Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Total
Fav. Unfav.
Keyakinan
seseorang
terhadap segala
kelebihan dan
kemampuan
yang
dimilikinya
untuk mampu
berperilaku
sesuai dengan
yang
diharapkan dan
dapat
mempertang-
gungjawabkan-
nya serta
mampu
berinteraksi
dengan baik
sehingga bisa
mencapai tujuan
di dalam
hidupnya
1. Keyakinan
akan
kemampuan
diri
1.1. Percaya akan
kemampuan yang
dimiliki
1, 2,
3
4, 5
5
13 1.2. Mengerti akan
hal yang
dilakukan
6, 7
8, 9
4
1.3. Optimis dalam
melakukan
sesuatu
10,
11
12, 13 4
2. Bertanggung
jawab
terhadap
keputusan dan
tindakan
2.1. Mampu dan
berani
menanggung
segala sesuatu
14,
15
16, 17
4
12
2.2. Mampu
mengarahkan
tugas sesuai
dengan
kemampuan dan
ketrampilan
18,
19
20, 21
4
2.3. Mampu
menyelesaikan
sesuatu sesuai
dengan yang
diharapkan
22,
23
24, 25 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Konsep Dasar Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Total
Fav. Unfav.
Keyakinan
seseorang
terhadap segala
kelebihan dan
kemampuan
yang
dimilikinya
untuk mampu
berperilaku
sesuai dengan
yang
diharapkan dan
dapat
mempertang-
gungjawabkan-
nya serta
mampu
berinteraksi
dengan baik
sehingga bisa
mencapai tujuan
di dalam
hidupnya
3. Kemampuan
dalam bergaul
3.1. Mampu
berhubungan
sosial dengan
orang lain
26,
27
28, 29
4
13
3.2. Mampu
menghadapi
keadaan
lingkungan
dengan baik
30,
31,
32
33, 34
5
3.3. Tidak
mementingkan
diri sendiri dan
toleransi
35,
36
37, 38 4
4. Kemampuan
menerima
kritik
4.1. Mampu berpikir
objektif
39,
40
41, 42
4
12
4.2. Mampu
menganalisa
masalah
43,
44
45, 46 4
4.3. Mampu
menerima kritik
dari orang lain
47,
48
49, 50 4
Jumlah 26 24 50 50
3. Skala kemandirian
Skala kemandirian disusun berdasarkan aspek-aspek kemandirian
yang dikemukakan oleh Masrun, dkk. (1986), yaitu: bebas, progresif dan ulet,
inisiatif, pengendalian diri, serta kemantapan diri. Aitem skala kemandirian
terdiri atas aitem favourable dan unfavourable dengan masing-masing empat
alternatif jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4
Blue Print Skala Kemandirian
Konsep Dasar Aspek Indikator Aitem
Jumlah Total
Fav. Unfav.
Kemampuan
individu dalam
berpikir secara
inisiatif dan
bertindak atas
dorongan diri
sendiri untuk
memenuhi
kebutuhannya
dan mengejar
prestasi,
menyelesaikan
masalahnya
sendiri tanpa
menggantung-
kan diri kepada
orang lain serta
percaya pada
diri sendiri
1. Aspek bebas 1.1. Bertindak atas
kemauan sendiri
1, 2, 3
4, 5
5
9
1.2. Tidak bergantung
pada orang lain
6, 7 8, 9 4
2. Aspek
progresif dan
ulet
2.1. Berusaha
mengejar prestasi
dan mewujudkan
harapan
10, 11
12
3
9 2.2. Memiliki
ketekunan
13, 14 15 3
2.3. Mampu
merencanakan
sesuatu
16, 17 18 3
3. Aspek
inisiatif
3.1. Berpikir orisinal 19, 20 21 3
9 3.2. Bertindak dengan
kreatif
22, 23 24
3
3.3. Memiliki inisiatif 25, 26 27 3
4. Aspek
pengendali-
an diri
4.1. Mampu
mengatasi
masalah
28, 29 30
3
9
4.2. Mampu
mengendalikan
tindakan
31, 32
33
3
4.3. Mampu
mempengaruhi
lingkungan
34, 35 36 3
5. Aspek
kemantapan
diri
5.1. Percaya akan
kemampuan
sendiri
37, 38 39
3
9
5.2. Mampu
menerima
keadaan
40, 41
42 3
5.3. Merasa puas
dengan hasil
usahanya
43, 44 45 3
Jumlah 29 16 45 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas berarti tingkat ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam menjalankan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2004). Uji validitas yang pertama-
tama dilakukan adalah menguji validitas isi lewat pengujian terhadap isi tes
(alat ukur) dengan analisis rasional atau lewat review professional judgement
yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Setelah itu, uji daya beda dilakukan
dengan menggunakan analisis Corrected Item-Total Correlation dengan
bantuan komputer program SPSS 17 for Windows. Analisis tersebut dilakukan
dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor aitem dengan skor total dan
melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang overestimasi, hal ini
dikarenakan agar tidak terjadi koefisien aitem total yang overestimasi
(estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya) (Priyatno, 2008).
Aitem yang valid akan ditentukan berdasarkan besarnya nilai
Corrected Item-Total Correlation pada hasil output SPSS yang memiliki nilai
lebih besar atau sama dengan 0,25 (Azwar, 2003). Aitem yang bernilai kurang
dari 0,25, selanjutnya akan disisihkan dan tidak digunakan untuk analisis data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2. Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur merujuk kepada konsistensi hasil pengukuran jika
alat ukur itu digunakan oleh subjek yang sama dalam waktu yang berlainan
atau jika alat ukur digunakan oleh subjek yang berbeda dalam waktu yang
sama ataupun berlainan (Suryabrata, 2006). Uji reliabilitas pada penelitian ini
dengan menggunakan formula Alpha Cronbach, dengan bantuan program
SPSS 17 for Windows. Koefisien reliabilitas alpha diperoleh melalui
penyajian bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok
responden (single-trial administration). Skala yang diestimasi reliabilitasnya
dibelah menjadi dua atau tiga bagian, sehingga setiap belahan berisi aitem-
aitem dengan jumlah yang sama banyak (Azwar, 2004).
F. Teknik Analisis Data
Data pada penelitian ini berupa data kuantitatif atau data yang
dikuantifikasikan, sehingga analisis yang digunakan adalah analisis statistik
dengan bantuan program SPSS 17 for Windows. Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitiaan ini yaitu Analisis Regresi Linear Berganda. Analisis Regresi
Linear Berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen (X1, X2, X3,..., Xn) dengan variabel dependen (Y) (Priyatno, 2008).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri dan
kemandirian, sedangkan variabel dependennya adalah aktualisasi diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Analisis data dengan teknik Analisis Regresi Linear Berganda dilakukan
setelah syarat uji asumsi terpenuhi, yaitu uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik.
Uji asumsi dasar terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas, sedangkan uji asumsi
klasik terdiri dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji otokorelasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi tempat penelitian
Penentuan tempat penelitian dan persiapan mengenai segala sesuatu
yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian merupakan tahap awal yang
dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian. Penentuan tempat
penelitian ini disesuaikan dengan populasi yang sebelumnya telah ditetapkan
oleh penulis, sehingga penelitian mengenai “Aktualisasi Diri Ditinjau dari
Kepercayaan Diri dan Kemandirian pada Atlet Penyandang Cacat” ini
dilaksanakan di Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta.
Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta berdiri pada
tahun 1970. Pada mulanya atlet-atlet yang dibina di BPOC Kota Surakarta
merupakan para tentara korban perang di Irian dan Timor Timur yang
mendapat rehabilitasi di RC Prof. Dr. Soeharso. Selanjutnya, pada tahun 1982
BPOC Kota Surakarta mulai aktif untuk menerima atlet dari kalangan
penyandang cacat umum (bukan tentara). BPOC Kota Surakarta menempati
kantor sekretariat di Kompleks BBRSBD (Balai Besar Rehabilitasi Sosial
Bina Daksa) Jl. Tentara Pelajar Jebres Surakarta.
BPOC Kota Surakarta sebagai suatu badan atau wadah bagi para atlet
penyandang cacat mempunyai visi, misi, serta tujuan organisasi sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
a. Visi : Terwujudnya kesetaraan dan keseimbangan pembinaan olahraga
cacat.
b. Misi :
1) Mengatur pemberian bimbingan dan pelaksanaan pelatihan olahraga
cacat.
2) Mengusahakan dan mengatur pembiayaan pelatihan olahraga cacat.
3) Mengusahakan dan mengatur pembiayaan pengiriman atlet cacat
berprestasi dalam pertandingan antar daerah dan di luar Indonesia.
4) Mengusahakan peningkatan prestasi, kesejahteraan, dan pendidikan
atlet
c. Tujuan :
1) Membentuk watak kepribadian penyandang cacat yang mencintai nilai
kemanusiaan, kejujuran dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Kuasa.
2) Mewadahi penyandang cacat untuk berperan serta dalam
Pembangunan Nasional melalui kegiatan olahraga cacat.
3) Mewujudkan dunia olahraga cacat yang lebih maju, berkeadilan,
bermartabat sejajar dengan keberadaan olahraga pada umumnya.
4) Membentuk kebugaran fisik dan mental agar tetap sehat dan kuat
melalui kegiatan olahraga.
5) Memupuk kesatuan dan persatuan antar atlet serta persatuan dan
persahabatan bangsa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
6) Berupaya mengharumkan nama daerah melalui pencapaian prestasi
olahraga cacat.
7) Memperkuat gerakan perjuangan untuk mewujudkan kesamaan hak
dan kesempatan bagi penyandang cacat dalam segala aspek kehidupan
dan penghidupan.
Jumlah atlet yang dibina di BPOC Kota Surakarta sampai dengan
tahun 2011 ada 41 atlet, berusia antara 20-44 tahun, serta terdiri dari 29 atlet
pria dan 12 atlet wanita. Jumlah tersebut meliputi atlet berprestasi dan belum
berprestasi (tahap pemula). Cabang olahraga yang digeluti meliputi:
a. Renang,
b. Bulutangkis,
c. Tenis meja,
d. Catur,
e. Panahan,
f. Voli duduk,
g. Sepak bola,
h. Atletik (lari, balap kursi roda, lempar cakram, lempar lembing).
Jenis kecacatan yang dialami oleh atlet meliputi tuna daksa, tuna
grahita, dan tuna netra.
Atlet-atlet binaan BPOC Kota Surakarta sering kali diandalkan sebagai
pemasok atlet atau tulang punggung bagi tim BPOC Provinsi Jawa Tengah,
yaitu diantaranya pada kejuaraan PORCANAS tahun 2004 di Palembang dan
PORCANAS tahun 2008 di Kalimantan Timur. Prestasi yang baru-baru ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
ditorehkan oleh atlet-atlet binaan BPOC Kota Surakarta yaitu pada kejuaraan
PORCAPROV tahun 2009 di Surakarta. Pada kejuaraan tersebut BPOC Kota
Surakarta keluar sebagai juara umum dengan meraih 28 medali emas, 22
medali perak, dan 10 medali perunggu.
2. Persiapan administrasi
Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan yang
diajukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian.
Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada Ketua
Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta dengan nomor surat
820/H27.1.17.3/TU/2010 tertanggal 09 Desember 2010 agar peneliti dapat
melakukan penelitian di Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota
Surakarta. Setelah mendapatkan surat pengantar penelitian dan mendapatkan
persetujuan dari Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta,
peneliti baru bisa melakukan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
3. Persiapan alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala psikologi yang terdiri dari skala aktualisasi diri, skala kepercayaan diri,
dan skala kemandirian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
a. Skala aktualisasi diri
Skala aktualisasi diri yang digunakan pada penelitian ini disusun
berdasarkan dimensi aktualisasi diri. Dimensi tersebut diklasifikasikan
oleh Hall (2008) dari sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh pengaktualisasi
diri, meliputi dimensi kebudayaan, dimensi filosofis, dimensi emosional,
dimensi interpersonal, dan dimensi intelektual. Skala aktualisasi diri dalam
penelitian ini berjumlah 60 aitem, terdiri dari 33 aitem favorable dan 27
aitem unfavorable yang masing-masing terdiri atas empat alternatif
jawaban.
b. Skala kepercayaan diri
Skala kepercayaan diri yang digunakan dalam penelitian ini
disusun berdasarkan aspek kepercayaan diri. Aspek kepercayaan diri yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari aspek-aspek
yang dikemukakan oleh Lauster (dalam Ruwaida, dkk., 2006) dan Kumara
(dalam Yulianto dan Nashori, 2006), meliputi keyakinan akan kemampuan
diri, bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan, kemampuan
dalam bergaul, dan kemampuan menerima kritik. Skala kepercayaan diri
dalam penelitian ini berjumlah 50 aitem, terdiri dari 26 aitem favorable
dan 24 aitem unfavorable yang masing-masing terdiri atas empat alternatif
jawaban.
c. Skala kemandirian
Skala kemandirian yang digunakan dalam penelitian ini disusun
berdasarkan aspek kemandirian yang dikemukakan oleh Masrun, dkk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
(1986), meliputi bebas, progresif dan ulet, inisiatif, pengendalian diri, dan
kemantapan diri. Skala kemandirian dalam penelitian ini berjumlah 45
aitem terdiri dari 29 aitem favorable dan 16 aitem unfavorable yang
masing-masing terdiri atas empat alternatif jawaban.
Ketiga skala psikologi yang telah disusun kemudian dikenakan review
professional judgement dengan dosen pembimbing sebelum digunakan untuk
mengambil data penelitian pada responden. Skala psikologi yang telah dinilai
mampu untuk mengungkap atribut yang akan diukur, kemudian digunakan
untuk uji coba terhadap responden penelitian.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian populasi (studi
populasi) dengan try out terpakai. Hal tersebut dilakukan karena jumlah
responden yang terbatas, serta lokasinya yang menyebar. Uji coba terhadap
skala psikologi dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari
skala psikologi tersebut.
Pelaksanaan uji coba dilakukan antara tanggal 09-25 Januari 2011
dengan responden atlet penyandang cacat binaan BPOC Kota Surakarta
sebanyak 41 atlet. Pelaksanaan uji coba dilakukan di beberapa tempat, yaitu
di tempat latihan responden, sesuai dengan cabang olahraga yang digeluti
oleh subjek. Tempat-tempat tersebut diantaranya di BBRSBD (Balai Besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa), lapangan panahan di Jagalan, lapangan
bulutangkis di Papahan Karanganyar, dan stadion Manahan.
Skala yang telah terkumpul dan telah selesai diisi oleh responden
kemudian diskor, dan selanjutnya dilakukan pengujian validitas dan
reliabilitas pada masing-masing skala.
2. Uji validitas dan reliabilitas
Skala yang telah terkumpul dan diisi oleh responden, kemudian diskor
pada setiap jawaban aitem. Pemberian skor sesuai dengan kriteria penilaian
yang telah ditentukan. Skor untuk aitem favourable yaitu SS (Sangat Sesuai)
bernilai 4, S (Sesuai) bernilai 3, TS (Tidak Sesuai) bernilai 2, dan STS
(Sangat Tidak Sesuai) bernilai 1. Skor untuk aitem unfavourable yaitu SS
(Sangat Sesuai) bernilai 1, S (Sesuai) bernilai 2, TS (Tidak Sesuai) bernilai 3,
dan STS (Sangat Tidak Sesuai) bernilai 4.
Perhitungan validitas dan reliabilitas aitem dari ketiga skala dilakukan
dengan bantuan komputer program SPSS 17 for Windows.
a. Uji validitas
Uji validitas dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 17
for Windows. Kevalidan setiap aitem dilihat dari nilai Corrected Item-
Total Correlation pada hasil output SPSS. Aitem yang dinyatakan valid
adalah aitem yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 0,25
(Azwar, 2003). Hasil uji validitas ketiga skala adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
1) Skala aktualisasi diri
Penghitungan validitas skala aktualisasi diri diperoleh hasil dari
60 aitem yang diujicobakan diperoleh 32 aitem yang valid dan 28 aitem
yang gugur. Aitem yang valid adalah aitem nomor 3, 5, 10, 11, 12, 13,
19, 20, 23, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 44, 47,
49, 50, 51, 52, 56, 57, dan 58. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 1,
2, 4, 6, 7, 8, 9, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 27, 29, 34, 36, 42, 43, 45, 46,
48, 53, 54, 55, 59, dan 60. Aitem yang valid mempunyai koefisien
validitas (rht) yang bergerak dari 0,255 sampai dengan 0,628 dengan
p < 0,05. Distribusi aitem skala aktualisasi diri yang valid dan gugur
dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 5
Distribusi Aitem Skala Aktualisasi Diri yang Valid dan Gugur
No. Dimensi Indikator No. Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
Valid Gugur Valid Gugur
1. Dimensi
kebudayaan
1.1. Mampu berfungsi secara
otonom - 1, 2 3 4 4
1.2. Memiliki resistensi
terhadap inkulturasi
(mempunyai pendirian
tertentu)
5 6 - 7, 8 4
1.3. Memiliki minat sosial 10 9 11, 12 - 4
2. Dimensi
filosofis
2.1. Mengamati realitas
secara efisien 13 14 - 15, 16 4
2.2. Mempunyai kebutuhan
akan privasi dan
independensi
- 17, 18 19, 20 - 4
2.3. Mempunyai perasaan
humor yang tidak
menyinggung
- 21, 22 23, 24 - 4
3. Dimensi
emosional
3.1. Memiliki spontanitas,
kesederhanaan, dan
kewajaran
25,
26
27 28 29 5
3.2. Memiliki apresiasi
yang segar 30,
31
- 32, 33 - 4
3.3. Memiliki pengalaman
mistik/ “puncak” 35 34 - 36 3
4. Dimensi
interpersonal
4.1. Memiliki penerimaan
umum atas kodrat,
orang lain, dan diri
sendiri
37,
38,
39
- 40, 41 - 5
4.2 Memiliki hubungan
antarpribadi - 42, 43 44 45 4
4.3. Memiliki struktur
watak demokratis
dalam pergaulan
dengan orang lain
47 46 - 48 3
5. Dimensi
intelektual
5.1. Fokus pada masalah di
luar dirinya 49,
50
- 51, 52 - 4
5.2. Mampu membedakan
antara sarana dan
tujuan; baik dan buruk
(kemampuan dalam
menentukan fokus dan
mempunyai standard
moral yang tegas)
- 53, 54,
55 56, 57 - 5
5.3. Memiliki kreativitas 58 59 - 60 3
Jumlah 15 18 17 10 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2) Skala kepercayaan diri
Penghitungan validitas skala kepercayaan diri diperoleh hasil
dari 50 aitem yang diujicobakan diperoleh 30 aitem yang valid dan 20
aitem yang gugur. Aitem yang valid adalah aitem nomor 4, 5, 6, 7, 8,
11, 12, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 38, 39,
40, 41, 42, 43, 47, dan 49. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 1, 2,
3, 9, 10, 13, 14, 19, 22, 26, 27, 33, 35, 36, 37, 44, 45, 46, 48, dan 50.
Aitem yang valid mempunyai koefisien validitas (rht) yang bergerak
dari 0,259 sampai dengan 0,605 dengan p < 0,05. Distribusi aitem skala
kepercayaan diri yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut
di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 6
Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Diri yang Valid dan Gugur
No. Aspek Indikator No. Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
Valid Gugur Valid Gugur
1. Keyakinan
akan
kemampuan
diri
1.1. Percaya akan
kemampuan yang
dimiliki
- 1, 2, 3 4, 5 - 5
1.2. Mengerti akan hal
yang dilakukan 6, 7 - 8 9 4
1.3. Optimis dalam
melakukan sesuatu 11 10 12 13 4
2. Bertanggung
jawab
terhadap
keputusan
dan tindakan
2.1. Mampu dan berani
menanggung
segala sesuatu
15 14 16,
17
- 4
2.2. Mampu
mengarahkan tugas
sesuai dengan
kemampuan dan
ketrampilan
18 19 20,
21
- 4
2.3. Mampu
menyelesaikan
sesuatu sesuai
dengan yang
diharapkan
23 22 24,
25
- 4
3. Kemampuan
dalam
bergaul
3.1. Mampu
berhubungan sosial
dengan orang lain
- 26, 27 28,
29
- 4
3.2. Mampu
menghadapi
keadaan
lingkungan dengan
baik
30,
31,
32
- 34 33 5
3.3. Tidak
mementingkan diri
sendiri
- 35, 36 38 37 4
4. Kemampuan
menerima
kritik
4.1. Mampu berpikir
objektif 39,
40
- 41,
42
- 4
4.2. Mampu
menganalisa
masalah
43 44 - 45, 46 4
4.3. Mampu menerima
kritik dari orang
lain
47 48 49 50 4
Jumlah 13 13 17 7 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
3) Skala kemandirian
Penghitungan validitas skala kemandirian diperoleh hasil dari 45
aitem yang diujicobakan diperoleh 25 aitem yang valid dan 20 aitem
yang gugur. Aitem yang valid adalah aitem nomor 1, 3, 8, 10, 11, 12,
13, 14, 17, 18, 20, 22, 25, 27, 30, 32, 33, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, dan
45. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 2, 4, 5, 6, 7, 9, 15, 16, 19,
21, 23, 24, 26, 28, 29, 31, 34, 35, 38, dan 44. Aitem yang valid
mempunyai koefisien validitas (rht) yang bergerak dari 0,251 sampai
dengan 0,673 dengan p < 0,05. Distribusi aitem skala kemandirian yang
valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 7
Distribusi Aitem Skala Kemandirian yang Valid dan Gugur
No. Aspek Indikator No. Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
Valid Gugur Valid Gugur
1. Aspek bebas 1.1. Bertindak atas
kemauan sendiri 1, 3 2 - 4, 5 5
1.2. Tidak bergantung
pada orang lain - 6, 7 8 9 4
2. Aspek
progresif dan
ulet
2.1. Berusaha mengejar
prestasi dan
mewujudkan
harapan
10, 11 - 12 - 3
2.2. Memiliki ketekunan 13, 14 - - 15 3
2.3. Mampu
merencanakan
sesuatu
17 16 18 - 3
3. Aspek
Inisiatif
3.1. Berpikir orisinal 20 19 - 21 3
3.2. Bertindak dengan
kreatif 22 23 - 24 3
3.3. Memiliki inisiatif 25 26 27 - 3
4. Aspek
pengendalian
diri
4.1. Mampu mengatasi
masalah - 28, 29 30 - 3
4.2. Mampu
mengendalikan
tindakan
32 31 33 - 3
4.3. Mampu
mempengaruhi
lingkungan
- 34, 35 36 - 3
5. Aspek
kemantapan
diri
5.1. Percaya akan
kemampuan sendiri 37 38 39 - 3
5.2. Mampu menerima
keadaan 40, 41 - 42 3
5.3. Merasa puas dengan
hasil usahanya 43 44 45 - 3
Jumlah 15 14 10 6 45
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas. Uji reliabilitas ini
menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach, dan perhitungannya
dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 17 for Windows. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
output perhitungan reliabilitas dari SPSS 17 for Windows selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran C (halaman 134).
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas diperoleh koefisien
reliabilitas (rtt) skala aktualisasi diri sebesar 0,822, koefisien reliabilitas
(rtt) skala kepercayaan diri sebesar 0,827, dan koefisien reliabitias (rtt)
skala kemandirian sebesar 0,775. Nilai rtt ketiga skala tersebut > 0,60
sehingga dapat dinyatakan bahwa ketiga skala tersebut reliabel (Priyatno,
2008).
3. Pengumpulan data penelitian
Data yang diperoleh dari hasil uji coba dan telah diuji validitas dan
reliabilitasnya, maka akan diperoleh aitem-aitem skala yang valid dan gugur.
Dikarenakan jumlah responden yang terbatas maka penelitian ini
menggunakan try out terpakai.
Pada penelitian dengan try out terpakai instrumen penelitian yang
berupa skala psikologi diberikan kepada responden sebanyak satu kali,
setelah diisi kemudian diskor untuk selanjutnya digunakan untuk uji
validaitas dan reliabilitas. Data yang valid digunakan sebagai data penelitian
yang selanjutnya akan digunakan untuk analisis.
C. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier
berganda. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan komputer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
program SPSS 17 for Windows. Perhitungan dilakukan setelah syarat uji asumsi
terpenuhi, yaitu uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik.
1. Uji asumsi dasar
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui populasi data
terdistribusi secara normal atau tidak. Data yang diuji adalah sebaran data
pada skala aktualisasi diri, skala kepercayaan diri, dan skala kemandirian.
Uji normalitas dilakukan dengan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test dengan bantuan komputer program SPSS 17 for Windows. Data
dikatakan normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05)
(Priyatno, 2008).
Hasil uji normalitas pada variabel aktualisasi diri diperoleh nilai
Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,936 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,345
(0,345 > 0,05). Hasil uji normalitas pada variabel kepercayaan diri
diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,929 dengan Asymp. Sig.
(2-tailed) 0,354 (0,354 > 0,05). Hasil uji normalitas pada variabel
kemandirian diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,468 dengan
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,981 (0,981 > 0,05).
Tabel 8
Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-Smirnov Z p Keterangan
Aktualisasi Diri 0,936 0,345 Normal
Kepercayaan Diri 0,929 0,354 Normal
Kemandirian 0,468 0,981 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Berdasarkan keterangan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
variabel aktualisasi diri, kepercayaan diri, dan kemandirian mempunyai
sebaran data yang normal. Hasil uji normalitas selengkapnya dapa dilihat
pada Lampiran E (nomor 1 halaman 149).
b. Uji linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui bentuk linearitas
hubungan antara veriabel bebas dan variabel tergantung. Pengujian
linearitas dengan menggunakan Test for Linearity dengan bantuan
komputer program SPSS 17 for Windows. Dua variabel dikatakan
mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (pada kolom linearity)
kurang dari 0,05.
Uji linearitas hubungan antara kepercayaan diri dengan aktualisasi
diri diperoleh Sig. pada kolom linearity sebesar 0,000 (0,000 < 0,05),
sedangakan uji linearitas hubungan antara kemandirian dengan aktualisasi
diri diperoleh Sig. pada kolom linearity sebesar 0,004 (0,004 < 0,05).
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9
Uji Linearitas
Variabel Sig. Pada kolom Linearity Keterangan
Kepercayaan Diri dengan
Aktualisasi Diri
0,000 0,000 < 0,05
(linear)
Kemandirian dengan
Aktualisasi Diri
0,004 0,004 < 0,05
(linear)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hubungan antara
masing-masing variabel bebas dan variabel tergantung bersifat linear.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Hasil uji linearitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E (nomor 2
halaman 150).
2. Uji asumsi klasik
a. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas,
yaitu adanya hubungan linier antar variabel bebas dalam model regresi.
Pada analisis regresi dua prediktor, model harus terbebas dari
multikolinearitas. Deteksi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
tidak kurang dari 0,1 maka dapat dinyatakan bahwa model terbebas dari
multikolinearitas (Nugroho, 2005).
Hasil uji Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance pada hasil
output SPSS tabel coefficients tiap-tiap variabel memiliki VIF sebesar
2,006 (2,006 < 10) dan nilai Tolerance sebesar 0,498 (0,498 > 0,1).
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas tersebut maka dapat dinyatakan
bahwa model regresi dua prediktor terbebas dari multikolinearitas dan
dapat digunakan dalam penelitian. Hasil uji multikolinearitas selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran E (nomor 3 halaman 151).
b. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya
perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang
diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Cara
memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat
dilihat dari pola gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier
berganda tidak terdapat gejala heteroskedastisitas apabila:
1) Titik-titik data menyebar di atas dan dibawah atai di sekitar angka 0.
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola (Nugroho, 2005).
Hasil analisis pola gambar Scatterplot (pada lampiran E nomor 4,
halaman 152) menunjukkan bahwa pola gambar titik-titik data menyebar,
tidak mengumpul di atas atau di bawah saja, dan tidak berpola sehingga
dapat dinyatakan bahwa model regresi dalam penelitian ini terbebas dari
heteroskedastisitas.
c. Uji otokorelasi
Uji otokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik otokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya otokorelasi
dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah
dengan uji Durbin-Watson (uji D-W). Model regresi linear berganda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
terbebas dari otokorelasi jika nilai Durbin-Watson terletak di antara -2
sampai +2 (Santoso, 2000).
Hasil uji otokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar
1,469. Nilai tersebut terletak di antara -2 sampai +2 sehingga dapat
dinyatakan bahwa model regresi terbebas dari otokorelasi. Hasil uji
autokorelasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E (nomor 5
halaman 152).
3. Uji hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah uji asumsi terpenuhi. Teknik yang
digunakan dalam uji hipotesis adalah teknik analisis regresi linear berganda.
a. Uji simultan F
Pada analisis regresi linear berganda dapat diketahui nilai F-test,
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel bebas
terhadap variabel tergantung. Nilai F-test dapat dilihat dari output SPSS
pada tabel ANOVA. Hasil F-test menunjukkan variabel bebas secara
bersama-sama berhubungan terhadap variabel tergantung jika p-value
(pada kolom Sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau
F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F tabel (Nugroho, 2005). Level of
significant atau tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% (0,05).
Melalui hasil uji ini dapat diperoleh keputusan diterima tidaknya uji
hipotesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Berdasarkan perhitungan dengan SPSS, pada tabel ANOVA
diperoleh p-value 0,000 < 0,05 artinya signifikan, sedangkan F hitung
16,223 > F tabel 3,245 artinya signifikan. Hasil yang signifikan
menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berhubungan
terhadap variabel tergantung, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa
ada hubungan positif antara kepercayaan diri dan kemandirian dengan
aktualisasi diri dapat diterima. Hasil output tabel ANOVA dapat dilihat
pada tabel berikut di bawah ini:
Tabel 10
Uji Anova
ANOVAb
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 2513.945 2 1256.972 16.223 .000a
Residual 2944.299 38 77.482
Total 5458.244 40
a. Predictors: (Constant), kemandirian, kepercayaan diri
b. Dependent Variable: aktualisasi diri
Pada tabel Model Summary diperoleh nilai koefisien korelasi ganda
(R) yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih
variabel bebas terhadap variabel tergantung secara serentak. Koefisien ini
menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antar variabel bebas
(X1 dan X2) secara bersama-sama terhadap variabel tergantung (Y). Nilai
R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan
yang terjadi semakin kuat (Priyatno, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Hasil output tabel Model Summary diperoleh nilai R sebesar 0,679.
Oleh Sugiyono (2007) diberikan pedoman interpretasi koefisien korelasi
bahwa nilai R yang terletak antara 0,60 – 0,799 berarti kuat. Berdasarkan
hal tersebut maka dapat dinyatakan bahwa terjadi hubungan yang kuat
antara kepercayaan diri dan kemandirian dengan aktualisasi diri.
Hasil output tabel Model Summary juga diperoleh nilai R² (R
Square) sebesar 0,461 atau 46,1%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase
sumbangan pengaruh variabel bebas (kepercayaan diri dan kemandirian)
terhadap variabel tergantung (aktualisasi diri) sebesar 46,1%, sedangakan
sisanya sebesar 53,9% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Hasil output tabel Model
Summary dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini:
Tabel 11
Hasil Korelasi Ganda (R) dan R Square
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .679a .461 .432 8.80236
a. Predictors: (Constant), kemandirian, kepercayaan diri
b. Uji korelasi parsial
Berdasarkan hasil output SPSS diketahui pula hubungan antara tiap-
tiap variabel bebas (kepercayaan diri dan kemandirian) dengan variabel
tergantung (aktualisasi diri) yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut berikut di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 12
Korelasi Parsial Antar Variabel
aktualisasi diri kepercayaan diri kemandirian
Pearson
Correlation
aktualisasi diri 1.000 .679 .473
kepercayaan diri .679 1.000 .708
kemandirian .473 .708 1.000
Sig. (1-
tailed)
aktualisasi diri . .000 .001
kepercayaan diri .000 . .000
kemandirian .001 .000 .
N aktualisasi diri 41 41 41
kepercayaan diri 41 41 41
kemandirian 41 41 41
Besar perhitungan korelasi antara variabel kepercayaan diri dengan
aktualisasi diri yang dihitung dengan koefisien korelasi rx1y adalah 0,679 dan
p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri.
Besar perhitungan korelasi antara variabel kemandirian dengan
aktualisasi diri yang dihitung dengan koefisien korelasi rx2y adalah 0,473 dan
p = 0,001 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara kemandirian dengan aktualisasi diri.
4. Analisis deskriptif
Berikut disajikan analisis deskriptif data penelitian guna memperoleh
gambaran umum mengenai data penelitian sebagai berikut dan perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E (nomor 7 halaman 154).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 13
Deskripsi Data Penelitian
Skala
Jumlah
Respon-
den
Data Hipotetik
MH SD
(σ)
Data Empirik
ME SD
(σ) Skor
Min
Skor
Maks
Skor
Min
Skor
Maks
Aktualisasi
diri 41 32 128 80 16 50 115 98,5 11,681
Kepercayaan
diri 41 30 120 75 15 61 115 92,4 9,182
Kemandirian 41 25 100 62,5 12,5 54 96 79,3 7,802
Keterangan:
M : Mean
SD (σ) : Standar Deviasi
Berdasarkan deskripsi data penelitian di atas, selanjutnya akan
dilakukan kategorisasi responden. Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi
bahwa skor responden dalam populasi terdistribusi secara normal sehingga
dapat dibuat skor hipotetik yang terdistribusi menurut model normal.
Kategorisasi yang dipakai adalah kategorisasi jenjang yang bertujuan untuk
menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara
berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar,
2003). Kategorisasi jenjang membagi responden menjadi tiga golongan yaitu
rendah, sedang, dan tinggi. Norma yang dipakai adalah sebagai berikut:
X < (μ – 1,0σ) = rendah
(μ – 1,0σ) ≤ X < (μ + 1,0σ) = sedang
(μ + 1,0σ) ≤ X = tinggi
Keterangan:
X : raw score skala
μ : mean atau nilai rata-rata
σ : standar deviasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Berdasarkan norma kategorisasi responden di atas, maka dapat
diperoleh kategorisasi responden dan distribusi skor responden seperti pada
tabel di bawah ini:
Tabel 14
Kategorisasi Responden dan Distribusi Skor Responden
Variabel Kategorisasi Jumlah Rerata
Empirik Kategori Skor Jumlah Persentase
Aktualisasi
Diri
Rendah X < 64 1 2,4%
Sedang 64 ≤ X < 96 12 29,3%
Tinggi 96 ≤ X 28 68,3% 98,5
Kepercayaan
Diri
Rendah X < 60 - -
Sedang 60 ≤ X < 90 12 29,3%
Tinggi 90 ≤ X 29 70,7% 92,4
Kemandirian Rendah X < 50 - -
Sedang 50 ≤ X < 75 10 24,4%
Tinggi 75 ≤ X 31 75,6% 79,3
a. Skala aktualisasi diri
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari 41 responden
yaitu atlet penyandang cacat, 1 orang memiliki tingkat aktualisasi diri yang
rendah, 12 orang memiliki tingkat aktualisasi diri yang sedang, dan 28
orang memiliki tingkat aktualisasi diri yang tinggi. Diketahui pula rerata
empirik sebesar 98,5, nilai tersebut masuk dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa atlet penyandang cacat
memiliki tingkat aktualisasi diri yang tinggi.
b. Skala kepercayaan diri
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari 41 responden
yaitu atlet penyandang cacat, 12 orang memiliki tingkat kepercayaan diri
yang sedang dan 29 orang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Diketahui pula rerata empirik sebesar 92,4, nilai tersebut masuk dalam
kategori tinggi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa atlet
penyandang cacat memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
c. Skala kemandirian
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari 41 responden
yaitu atlet penyandang cacat, 10 orang memiliki tingkat kemandirian yang
sedang dan 31 orang memiliki tingkat kemandirian yang tinggi. Diketahui
pula rerata empirik sebesar 79,3, nilai tersebut masuk dalam kategori
tinggi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa atlet
penyandang cacat memiliki tingkat kemandirian yang tinggi.
5. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui sumbangan relatif
kepercayaan diri terhadap aktualisasi diri sebesar 98,54% dan sumbangan
relatif kemandirian terhadap aktualisasi diri sebesar 1,46%.
Sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap aktualisasi diri sebesar
45,42% dan sumbangan efektif kemandirian terhadap aktualisasi diri sebesar
0,68%. Total sumbangan efektif kepercayaan diri dan kemandirian terhadap
aktualisasi diri sebesar 46,1%, yang ditunjukkan pada nilai koefisien
determinasi (R Square) yaitu 0,461.
Perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran E (nomor 8 halaman 156).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
D. Pembahasan
Hasil uji hipotesis dengan teknik analisis regresi linier berganda pada uji
simultan F diperoleh nilai F test 16,223 (F test > F tabel 3,245) dengan p-value
0,000 (p < 0,05) dan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,679. Pada uji korelasi
parsial antar variabel diperoleh nilai koefisien korelasi rx1y (kepercayaan diri
dengan aktualisasi diri) sebesar 0,679 dengan p-value 0,000 (p < 0,05) dan
koefisien korelasi korelasi rx2y (kemandirian dengan aktualisasi diri) sebesar 0,473
dengan p-value 0,001 (p < 0,05). Diperoleh pula nilai koefisien determinasi (R²)
sebesar 0,461.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka diketahui bahwa “ada hubungan
positif antara kepercayaan diri dan kemandirian dengan aktualisasi diri pada atlet
penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota
Surakarta”. Kepercayaan diri dan kemandirian secara bersama-sama mendukung
aktualisasi diri pada atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina
Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta. Diketahui pula bahwa terjadi hubungan
yang kuat antara kepercayaan diri dan kemandirian dengan aktualisasi diri.
Kepercayaan diri dijelaskan oleh Lauster (1997) sebagai suatu sikap atau
perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga dirinya tidak terlalu cemas
dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas melakukan hal yang disukainya
dan bertanggung jawab atas perbuatannya dan memiliki dorongan untuk
berprestasi. Atlet penyandang cacat yang memiliki kepercayaan diri dapat terlihat
dari sikap atau perasaan yang menunjukkan yakin terhadap kemampuan yang
dimilikinya. Ketika hal tersebut didukung dengan adanya kemandirian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
ditampakkan pada setiap keputusan dan tindakan yang diputuskannya sendiri serta
dengan adanya rasa tanggung jawab maka atlet akan mampu mencapai tujuan
yang diinginkan, yaitu diraihnya prestasi dari setiap pertandingan yang diikutinya,
sebagai wujud dari keberhasilannya dalam beraktualisasi diri. Adanya
kepercayaan diri dan kemandirian yang positif atau tinggi akan mampu
mendorong aktualisasi diri yang positif atau tinggi pula. Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari Ketua BPOC Kota Surakarta menyatakan bahwa atlet
penyandang cacat binaan BPOC Kota Surakarta merupakan penyumbang atlet dan
medali terbanyak bagi Kontingen Jawa Tengah dalam kejuaraan tingkat nasional.
Diperoleh pula hasil bahwa “ada hubungan positif antara kepercayaan diri
dengan aktualisasi diri pada atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina
Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta”. Hasil tersebut memperkuat penelitian
yang dilakukan Nugroho (2009) yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri. Dikemukakan pula oleh
Afiatin dan Martaniah (1998) bahwa kepercayaan diri merupakan aspek
kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi
yang dimilikinya, sehingga kepercayaan diri seorang atlet penyandang cacat akan
sangat berperan dalam pencapaian aktualisasi dirinya.
Hasil selanjutnya diketahui bahwa “ada hubungan positif antara
kemandirian dengan aktualisasi diri pada atlet penyandang cacat yang dibina di
Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta”. Kemandirian
merupakan salah satu sifat khusus yang dimiliki oleh seorang pengaktualisasi diri,
yaitu kebutuhan akan privasi dan independensi (Maslow, 1994). Hal ini berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
bahwa aktualisasi yang dilakukan oleh atlet penyandang cacat akan dipengaruhi
oleh kemandiriannya. Ketika seorang atlet merasa perlu berlatih tanpa ada
program dari pelatih dan mampu mengambil inisiatif untuk latihan secara mandiri
maka akan semakin memacunya untuk lebih berprestasi.
Pada umumnya, pembinaan atlet masih bersifat formal dan kegiatan-
kegiatannya terjadwal sesuai dengan arahan dari organisasi. Berkaitan dengan
usaha pencapaian aktualisasi diri, maka akan lebih baik jika pada diri atlet perlu
diberikan pembinaan secara psikologis agar mempunyai kepercayaan diri yang
utuh serta diberikan kesempatan untuk berlatih sesuai dengan cabang olahraga
yang diminati baik secara terjadwal maupun mandiri.
Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R²) diketahui besarnya
sumbangan efektif kedua variabel bebas (kepercayaan diri dan kemandirian)
terhadap variabel tergantung (aktualisasi diri) yaitu sebesar 0,461. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebesar 46,1% variabel aktualisasi diri dijelaskan oleh
variabel kepercayaan diri dan kemandirian. Sisanya sebesar 53,9% dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Menurut Maslow (dalam Koeswara, 1991;
Schultz, 1991; & Goble, 1987) variabel lain yang mempengaruhi aktualisasi diri
selain kepercayaan diri dan kemandirian antara lain proses perkembangan, tipe
pekerjaan, lingkungan, adanya perasaan aman yang kuat, serta sosial ekonomi.
Sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap aktualisasi diri sebesar 45,42%, dan
sumbangan efektif kemandirian terhadap aktualisasi diri sebesar 0,68%. Besarnya
sumbangan efektif kemandirian terhadap aktualisasi diri sangat kecil sehingga
dapat dikatakan tidak efektif. Hal tersebut terjadi karena pada penelitian ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
variabel kepercayaan diri lebih berperan bagi pencapaian aktualisasi diri
responden. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hartanti, dkk. (2004) juga
menyatakan bahwa kepercayaan diri menempati urutan aspek psikologis atlet
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemandirian dalam pencapaian prestasi
atlet sebagai wujud aktualisasi diri. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat
Setyobroto (2002) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri yang dimiliki atlet
akan menunjangnya dalam mencapai prestasi.
Penelitian ini dapat digunakan pada penelitian lainnya yang berkaitan
tentang penyandang cacat dengan memperhatikan dukungan terhadap kepercayaan
diri dan kemandirian serta faktor-faktor lain yang mendukung aktualisasi diri
sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan kemandirian
dengan aktualisasi diri pada atlet penyandang cacat yang dibina di Badan
Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Surakarta.
2. Ada hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan diri aktualisasi diri
pada atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga Cacat
(BPOC) Kota Surakarta.
3. Ada hubungan positif dan signifikan antara kemandirian dengan aktualisasi
diri pada atlet penyandang cacat yang dibina di Badan Pembina Olahraga
Cacat (BPOC) Kota Surakarta.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat memberikan beberapa saran,
diantaranya:
1. Kepada atlet penyandang cacat, diharapkan dapat lebih rajin mengikuti
latihan baik secara terjadwal maupun mandiri sehingga akan lebih sering
bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang, selanjutnya diharapkan akan
lebih percaya diri dan tidak minder ketika berhadapan dengan banyak orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Atlet penyandang cacat juga diharapkan lebih sering mengikuti kejuaraan
baik di tingkat regional maupun nasional dan internasional, sehingga lebih
sering berinteraksi dengan lawan secara jujur dan sportif (persaingan yang
sehat) sehingga hal tersebut akan meningkatkan percaya dirinya, terlebih bila
sering menjuarai pertandingan. Ketika kepercayaan diri telah berfungsi secara
penuh maka dalam melakukan segala sesuatu, terutama dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, tidak terlalu tergantung kepada orang lain atau dengan
kata lain akan mempunyai kemandirian yang penuh pula.
2. Kepada pelatih dan pembina. Faktor mental atau psikologis berperan dalam
pencapaian prestasi atlet sehingga perlu adanya pembinaan terhadap
kemampuan mental atau psikologis pada atlet penyandang cacat akan
menimbulkan keseimbangan pada diri atlet yang dilatih, disamping latihan
fisik yang diberikan. Pembinaan mental dapat dilakukan pada saat latihan
maupun secara berkala. Berbagai cara dapat digunakan dalam upaya
pembinaan mental ini, misalnya dengan memutarkan video tentang profil atlet
yang sukses, FGD (Focused Group Discussion) tentang efektifitas pembinaan
dan pelatihan dalam kaitannya dengan capaian prestasi antara pelatih atau
pembina dengan atlet, dan berbagi pengalaman kepada atlet tentang
pertandingan-pertandingan yang pernah diikuti atau disaksikan oleh pelatih.
3. Kepada peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
penelitian lebih lanjut dengan memperluas cakupan bahasan, misalnya:
a. Meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri yang belum
disebutkan dalam penelitian ini, yaitu antara lain proses perkembangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
tipe pekerjaan, lingkungan, perasaan aman yang kuat, dan sosial
ekonomi.
b. Memperbanyak responden penelitian, mengingat penelitian ini dilakukan
pada populasi yang terbatas (jumlah sedikit), dan meneliti atlet
penyandang cacat yang dibina di BPOC di luar kota Surakarta.
c. Membandingkan antara atlet penyandang cacat pria dengan wanita.
Peneliti selanjutnya diharapkan memperluas cakupan bahasan penelitian yang
akan dilakukan karena adanya kelemahan pada penelitian ini, diantaranya
keterbatasan responden sehingga penelitian ini menggunakan try out terpakai,
dan keterbatasan literatur yang digunakan.
4. Kepada masyarakat pada umumnya, dengan mengapresiasi prestasi yang
diperoleh atlet penyandang cacat, maka akan menjadi motivasi dan
pandangan yang positif bagi orang-orang normal yang memiliki kemampuan
di bidang olahraga dan di bidang lain untuk lebih bersemangat mencapai hasil
yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, L.S. 2007. Mental Juara: Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Afiatin T., dan Martaniah, S.M. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja
Melalui Konseling Kelompok. Psikologika, 6 (3), 66-79.
Ali, M., dan Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang: UPT Penerbitan
UMM.
Angelis, B.D. 2003. Percaya Diri; Sumber Sukses dan Kemandirian. (Alih
Bahasa: Baty Subakti). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ashriati, N., Alsa, A., dan Suprihatin, T. 2006. Hubungan antara Dukungan Sosial
Orang Tua dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik
Pada SLB – D YPAC Semarang. Jurnal Psikologi Proyeksi, 1 (1), 47-58.
Astuti, P. 2002. Kemandirian dan Kekerasan terhadap Istri. Buletin Psikologi,
Tahun X, No. 2, Desember 2002, 74-83.
Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baihaqi, M.I.F. 2008. Psikologi Pertumbuhan, Kepribadian Sehat untuk
Mengembangkan Optimisme. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Bandura, A. 1977. Self-Efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral
Change. Psychological Review, 84 (2), 191-215.
Cox, R.H. 2002. Sport Psychology, Concepts, and Applications. Dubuque: Wm.C
Brow Publishers.
Dimyati. 2005. Kepercayaan Diri Atlet PON DIY Menghadapi PON XVI di
Palembang. Jurnal Psikologi, 32 (1), 24-33.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Fahmy, M. 1983. Penyesuaian Diri. (Alih Bahasa: Zakiah Daradjat). Jakarta: N.V
Bulan Bintang.
Faturokhman, D. 2010. Peringatan Hari Internasional Penyandang Cacat dan
HAM. www.hipenca.weebly.com. Diakses tanggal 17-12-2010 pukul
09.01 WIB.
Goble, F.G. 1987. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow. (Alih
Bahasa: A. Supratiknya). Yogyakarta: Kanisius.
Hadi, S. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi.
Hakim, T. 2005. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Hall, L.M. 2008. Self-Actualization Psychology. Washington, D.C: Library of
Congress.
Hartanti,Yuwanto, L., Pambudi, I.R., Zaenal, T., dan Lasmono, H.K. 2004. Aspek
Psikologis dan Pencapaian Prestasi Atlet Nasional Indonesia. Anima,
Indonesian Psychological Journal, 20 (1), 40-54.
Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. (Alih Bahasa: Istidwiyanti). Jakarta: Erlangga.
Irfandi, S. 2009. Penyandang Cacat Tak Perlu Dikasihani. www.riaunews.com.
Diakses tanggal 14-08-2009, pukul 12.44 WIB.
Johnson, R.C., dan Medinnus G.R. 1969. Child Psychology; Behavior and
Development. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Koeswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco.
Kumara, A. 1988. Studi Pendahuluan tentang Validitas dan Reliabilitas The Test
of Self Confidence. Laporan Penelitian. (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Lauster, P. 1997. Tes Kepribadian. (Alih Bahasa: D.H. Gulo). Jakarta: Gaya
Media Pratama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Luhrs, E. 2006. Leveraging Individual Potential to Optimize Recruiting and
Retention and drmatically Impact Your Bottom Line. www.boom.inc.com.
Diakses tanggal 08-05-2011, pukul 13.30 WIB.
Maksum. 2007. Kualitas Pribadi Atlet: Kunci Keberhasilan Meraih Prestasi
Tinggi. Anima Indonesian Psychological Journal, 22 (2), 108-115.
Martani, W., dan Adiyanti, M.G. 1991. Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri
Remaja. Jurnal Psikologi, Tahun XVIII (1), 17-20.
Maslow, A.H. 1959. New Knowledge in Human Values. Indiana: Regnery/
Gateway Inc.
______. 1994. Motivasi dan Kepribadian 2. (Alih Bahasa: Nurul Imam). Jakarta:
PT Pustaka Binaman Pressindo.
Masrun, Martono, Haryanto F.R., Harjito, P., Utami, M.S., Bawani, N.A., et.al.
1986. Studi Mengenai Kemandirian Pada Penduduk di Tiga Suku Bangsa
(Jawa, Batak, Bugis). Laporan Penelitian. (Tidak Diterbitkan).
Yogyakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Mastuti, I. 2008. 50 Kiat Percaya Diri. Jakarta: Hi-Fest Publishing.
Meiyanto, S. 1989. Perbedaan Kemandirian antara Mahasiswa yang Sudah KKN
dengan Mahasiswa yang Belum KKN dan Antara Mahasiswa Laki-Laki
dengan Perempuan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Laporan
Penelitian. (Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
Monks, F.J., & Ferguson, T.J. 1983. Gifted Adolescents: An Analysis of Their
Psychosocial Development. Journal of Youth and Adolescence, 12 (1), 1-
18.
Mulyadi, S. 2009. Duh, Sudah Cacat Disingkirkan Pula!. www.kompas.com
(edisi Selasa, 12 Mei 2009). Diakses tanggal 20-12-2010 pukul 07.07
WIB.
Mutadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja.
www.e-psikologi.com. Diakses tanggal 17-11-2009, pukul 11.10 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.
Nuryoto, S. 1993. Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis
Kelamin, dan Peran Jenis. Jurnal Psikologi, Tahun XX (2), 48-58.
Opi. 2008. Hasyim Selalu Terbentur Dinding Kolam. www.tribunbatam.com.
Diakses tanggal 12-08-2009, pukul 12.38 WIB.
Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Rachmadsyah, S. 2010. Kesempatan Kerja bagi Penyandang Cacat.
www.hukumonline.com. Diakses tanggal 17-12-2010 pukul 09.00 WIB.
Redaksi DMC. 2009. Penyandang Cacat Dephan Diharapkan Mampu
Melaksanakan Fungsi Sosialnya secara Wajar.
www.dmcindonesia.web.id. Diakses tanggal 17-12-2010 pukul 09.00
WIB.
Ruwaida A., Lilik S., dan Dewi R. 2006. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dan
Dukungan Keluarga dengan Kesiapan Menghadapi Masa Menopause.
Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, 8 (2), 76-99.
Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat.
(Alih Bahasa: Yustinus). Yogyakarta: Kanisius.
Spencer, T.D., dan Kass, N. 1970. Perspectives in Child Psychology; Research
and Review. New York: McGraw-Hill Inc.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Suryabrata, S. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suyono, H. 2009. Mewujudkan Masyarakat Beradab Bersama Aksi Penyandang
Cacat. www.dradio1034fm.or.id. Diakses tanggal 17-11-2009, pukul
09.46 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Taylor, R. 2003. Confidence In Just Seven Days. (Alih Bahasa: Imam Khoiri).
Yogyakarta: Diva Press.
Tira. 2009. SoIna yang Ke-20 Prestasi bagi Penyandang Cacat Tuna Grahita.
www.yanrehsos.depsos.go.id. Diakses tanggal 17-11-2009, pukul 09.47
WIB.
______. 2010. Pameran Kreasi dan Seni Penyandang Cacat Menyambut Hipenca
2010. www.yanrehsos.depsos.go.id. Diakses tanggal 17-12-2010, pukul
09.02 WIB.
Wirjasantosa, R. 1984. Supervisi Pendidikan Olahraga. Jakarta: UI Press.
Yulianto, F., dan Nashori, F. 2006. Kepercayaan Diri dan Prestasi Atlet Tae
Kwon Do. Jurnal Psikologi UNDIP, 3 (1), 55-62.
Yunita, R.D., Wimbarti, S., dan Mustaghfirin. 2002. Kemandirian dan Motivasi
Berprestasi pada Anak Penderita Asma. Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala
Psikologi, 6 (1), 70-78.