AKTIVITAS GELOMBANG ALFA OTAK SAAT DIPERDENGARKAN …
Transcript of AKTIVITAS GELOMBANG ALFA OTAK SAAT DIPERDENGARKAN …
AKTIVITAS GELOMBANG ALFA OTAK SAAT
DIPERDENGARKAN SURAH AL-FATIHAH DENGAN
MENGETAHUI MAKNANYA
Laporan ini penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
ALHAYANDI DEU
NIM: 11161030000038
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjaana kedokteran di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 26 November 2019
Alhayandi Deu
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
AKTIVITAS GELOMOBANG ALFA OTAK SAAT DIPERDENGARKAN
SURAH AL-FATIHAH DENGAN MENGETAHUI MAKNANYA
Laporan penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Alhayandi Deu
NIM: 11161030000038
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed dr. Ayat Rahayu, M.Kes, Sp.Rad
NIP. 198005222009121005 NIP. 196409091996031001
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul AKTIVITAS GELOMBANG ALFA OTAK SAAT
DIPERDENGARKAN SURAH AL-FATIHAH DENGAN MENGETAHUI
MAKNANYA yang diajukan oleh Alhayandi Deu (NIM: 11161030000038), telah
diajukan dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada 26 November 2019. Laporan
penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.
Jakarta, 26 November 2019
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed
NIP. 198005222009121005
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed dr. Ayat Rahayu, M.Kes, Sp.Rad
NIP. 198005222009121005 NIP. 196409091996031001
Penguji I Penguji II
dr. Hiro Putra Faisal, M.T Alfiah, S.Ag., M.Ag.
NIP. 198503052018011001 NIP. 197212172003122001
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FK UIN Kaprodi PSKed
dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT
NIP. 19651123 200312 1 003 NIP. 19780507 200501 1 005
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWt atas semua rahmat dan
Karunia-Nya dalam segala hal salah satunya dalam hal penyelesaian penelitian ini,
sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik. Shalawat serta salam kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena berkat beliaulah peneliti dapat
merasakan indahnya berada di zaman yang penuh dengan terang benderang seperti
saat ini.
Peneliti mengakui akan sangat sulit untuk menyelesaikan penelitian ini jika tanpa
bantuan, bimbingan, dan dukunga dari berbagai pihak, oleh karena itu sudah
sepantasnya peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Hari Hendarto, SpPD, PhD, FINASIM sebagai Dekan FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT sebagai Ketua
Program Studi Kedokteran, beserta seluruh jajaran dosen Program Studi
Kedokteran yang telah memberikan ilmu dan membibmbing peneliti selama
menyelesaikan masa pendidikan, dan para pegawai administrasi yang telah
membantu jalannya kegiatan pembelajaran di Program Studi Kedokteran
Faklultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2. dr. Ahmad Azwar Habibi, M. Biomed dan dr. Ayat Rahayu, Sp. Rad sebagai
dosen pembimbing penelitian peneliti yang telah sabar membimbing dan
mengarahkan penelitian ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik,
3. Kedua orang tua peneliti tercinta Harto Deu dan Hajerah Tahang serta
saudara peneliti Ahmad Alwi Deu beseta seluruh keluarga besar Deu-
Hulopi dan Tahang, yang telah memberikan doa, semangat, kasih sayang,
dan nasihat dalam menyelesaikan penelitian ini.
4. Untuk dr. Nizmah, Sp.S selaku pemilik alat Elektroensefalografi dan
pemilik klinik Zam Zam serta Mba Ana selaku teknisi Elektroensefalografi
yang selalu sabar dan senantiasa membantu melakukan perekaman EEG.
vi
5. Untuk teman teman TIM EEG dalam penelitian ini yaitu Andi Rizal
Nazaruddin, M. Fachrur Rozi, dan Jihaddin Sidqurrahman yang telah
berjuang sama sama untuk menyelesaikan penelitian ini
6. Sahabat anti wacana, Andi Rizal Nazaruddin, Firyal Muhammad Haekal S,
Nashih Abdillah, Laksana Firman Latif, Fredianto Akil Nugroho, dan
Muhmmad Nur Faiz Almumtaz, yang selalu hadir memberikan dukungan.
7. Untuk teman teman se tempat tinggal, rumah pak haji, yang menjadi tempat
tinggal peneliti selama menjalani pendidikan kedokteran.
8. Untuk teman teman dalam organisasi HPS ISMKI Wilayah 2 periode
2017/2018, Kastrat HMPSKPD 2017/2018, dan CIMSA 2017/2018 yang
sering peniliti meminta izin utnuk tidak mengikuti acara dengan alasan
menyelesaikan penelitian
9. Teman teman calon sejawat PACEMAKER FK UIN 2016 yang berjuang
bersama sama untuk meraih impian menjadi dokter muslim kebanggan umat
muslim di masa depan.
vii
ABSTRAK
Alhayandi Deu. Program Studi Kedokteran. Aktivitas Gelombang Alfa Otak
Saat Diperdengarkan Surah Al-Fatihah Dengan Mengetahui Maknanya
Latar Belakang : Otak manusia merupakan salah satu organ paling kompleks yang
dimiliki oleh tubuh kita, aktivitas elektrikal dapat diiukur pada korteks otak
menggunakan alat yang dinamakan EEG. Hasil dari perekaman aktivitas elektrikal
otak berupa gelombang. Gelombang alfa otak merupakan gelombang yang terekam
ketika kondisi tubuh sedang rileks. Kitab suci Alquran adalah salah satu pedoman
bagi umat muslim, banyak manfaat dari membaca atau mendengarkan Alquran,
salah satunya sebagai obat. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan aktivitas
gelombang alfa otak saat diperdengarkan Surah Al-Fatihah pada seseorang yang
mengetahui kandungan Surah Al-Fatihah secara lebih mendalam Metode :
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 20 sampel yang dipilih menggunakan
teknik simple random sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Perekaman aktivitas gelombang otak
dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Kelompok perlakuan diberikan
intervensi untuk meningkatkan pemahaman tentang Surah Al-Fatihah, intervensi
yang diberikan berupa kuliah/ceramah, buklet, dan video tentang kandungan Surah
Al-Fatihah. Hasil : Hasil yang ditunjukkan pada penelitian ini adalah adanya
peningkatan rata – rata aktivitas gelombang alfa otak yang signifikan pada
kelompok perlakuan (10.80) setelah dilakukan intervensi dibandingkan dengan
kelompok kontrol (6.10) dengan perbedaan siginifikan menggunakan uji
independen sampel T test (0.022). Kesimpulan : Mendengarkan Surah Al-Fatihah
dengan mengetahui makna Surah Al-Fatihah secara lebih mendalam dapat
meningkatkan aktivitas gelombang alfa otak otak.
Kata Kunci: Gelombang alfa otak, kitab suci Alquran, Rileks.
viii
Abstract
Alhayandi Deu, Medical Study Progarm. Activity of Alpha Waves While
Listening to surah Al-Fatihah Recitation by Knowing Its Content.
Background: The human brain is one of the most complex systemic organ in the
human body. There are many electrical activities in the cortex that can be measured
by tools which are called Electroencephalogram. The result of an
electroencephalogram is in a wave form. One of the waves is the alpha waves which
are the brain waves that measure when the human brain is in a relaxed condition.
The Holy Quran is the source of guidance for Muslims worldwide, reading or
recitating the Holy Quran has been proven to cure some illnesses. Some studies
have shown that when someone listens to Quran recitation their intensity of alpha
waves are increase compare to listening hard rock music. Objective: The study
aimed to evaluate the relationship between Quran recitations of Surah Al-Fatihah
alongside knowing the content by alpha waves activity Methods: The study was
conducted in 20 subjects using simple random sampling. Subject divided into two
groups, control group and treatment group. The brain waves activities were measure
before and after intervention. The treatment group was given intervention like a
lecture, buklet, and a video about the content of Surah Al-Fatihah. Results : The
result of the study showed that there is a significant mean increase in treatment
groups (10.80) after intervention compared with control group (6.10) and
significantly different by independent sampel T test (p = 0.022). Conclusion : The
recitation of Surah Al-Fatihah while knowing the content can increase the activity
of alpha waves, leading the relax condition and calming mind of subjects.
Keywords : Holy Quran, alpha waves, rilex condition.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................. 3
1.3 Hipotesis ................................................................................................ 3
1.4 Tujuan penelitian ................................................................................... 3
1.4.1 Umum ......................................................................................... 3
1.4.2 Khusus ........................................................................................ 4
1.5 Manfaat penelitian ................................................................................. 4
1.5.1 Bagi peneliti ............................................................................... 4
1.5.2 Bagi institusi .............................................................................. 4
1.5.3 Bagi masyarakat ......................................................................... 4
1.6 Batasan masalah ..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1 Elektroensefalografi ............................................................................... 6
2.2 Rileks dan emosi .................................................................................. 12
2.3 Anatomi otak ........................................................................................ 13
2.4 Tafsir surah Al-Fatihah ........................................................................ 17
2.5 Fisiologi pembelajaran dan memori ..................................................... 23
2.6 Fisiologi pendengaran ........................................................................... 28
2.7 Alur penelitian ...................................................................................... 29
2.8 Alur pengambilan sampel ..................................................................... 30
2.9 Kerangka teori ...................................................................................... 31
2.10 Kerangka konsep .................................................................................. 32
2.11 Definisi operasional ............................................................................. 33
x
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 34
3.1 Desain penelitian .................................................................................. 34
3.2 Waktu dan tempat penelitian ............................................................... 34
3.2.1 Waktu penelitian ...................................................................... 34
3.2.2 Tempat penelitian ..................................................................... 34
3.3 Populasi penelitian ............................................................................... 34
3.4 Sampel penelitian ................................................................................. 34
3.5 Besar sampling ..................................................................................... 35
3.6 Kriteria inklusi dan ekslusi .................................................................. 35
3.6.1 Kriteria inkulisi ........................................................................ 35
3.6.2 Kriteria eksklusi ....................................................................... 36
3.7 Instrumen penelitian ............................................................................. 36
BAB IV HASIL DAN PEMBEHASAN .......................................................... 37
4.1 Hasil penelitian .................................................................................... 37
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 39
4.3 Keterbatasan penelitian ........................................................................ 43
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 45
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 45
5.2 Saran .................................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 47
LAMPIRAN ..................................................................................................... 49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 6.1 Hasil aktivitas gelombang alfa otak EEG pre dan pos-intervensi ...... 50
Tabel 6.2 Hasil uji normalitas aktivitas gelombang alfa otak pre-intervensi ..... 51
Tabel 6.3 Hasil uji homogenitas aktivitas gelombang alfa otak pre-intervensi . 51
Tabel 6.4 Hasil uji komparatif aktivitas gelombang alfa otak pre-intervensi .... 51
Tabel 6.5 Hasil uji normalitas aktivitas gelombang alfa otak pos-intervensi .... 51
Tabel 6.6 Hasil uji homogenitas aktivitas gelombang alfa otak pos-intervensi . 51
Tabel 6.7 Hasil uji komparatif aktivitas gelombang alfa otak pos-intervensi .... 51
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pemasangan elektroda tipe 10-20 ..................................................... 7
Gambar 2.2 Pemasangan elektroda tipe 10-10 ..................................................... 7
Gambar 2.3 Montase bipolar ................................................................................ 8
Gambar 2.4 Montase referensial .......................................................................... 8
Gambar 2.5 Digram prinsip kerja EEG ................................................................ 9
Gambar 2.6 Gelombang alfa otak ...................................................................... 10
Gambar 2.7 Gelombang beta ............................................................................. 10
Gambar 2.8 Gelombang gamma ........................................................................ 11
Gambar 2.9 Gelombang teta .............................................................................. 11
Gambar 2.10 Gelombang delta ......................................................................... 12
Gambar 2.11 Korteks serebri dan daerah asosiasi ............................................. 13
Gambar 2.12 Sistem limbik ............................................................................... 15
Gambar 2.13 Mekanisme habituasi dan sensitasi pada Aplysia ......................... 23
Gambar 2.14 Mekanisme kemungkinan jalur untuk ingatan jangka panjang .... 27
Gambar 4.1 Gelombang alfa otak hasil EEG ..................................................... 39
Gambar 6.1 Formulir permohonan peminjaman alat ......................................... 46
Gambar 6.2 Formulir inform consent ................................................................. 48
Gambar 6.3 Proses pengukuran besar kepala ..................................................... 49
Gambar 6.4 Proses penentuan posisi elektroda .................................................. 49
Gambar 6.5 Proses perekaman EEG .................................................................. 49
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Hasil gelombang alfa otak pre-intervensi ......................................... 36
Grafik 4.2 Hasil gelombang alfa otak pos-intervensi ....................................... 37
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir permohonan peminjaman alat ......................................... 48
Lampiran 2 Formulir inform consent ................................................................. 50
Lampiran 3 Proses perekaman EEG .................................................................. 51
Lampiran 4 Hasil aktivitas gelombang alfa otak pre & pos-intervensi .............. 52
Lampiran 5 Hasil analisa data ............................................................................ 53
Lampiran 6 Riwayat penulis .............................................................................. 55
0
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alquran merupakan salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW, sekaligus menjadi pedoman hidup bagi umat manusia, terutama
umat muslim di dunia. Alquran terdiri dari 114 surah, salah satu surahnya adalah
surah Al-Fatihah. Surah ini berbeda dengan yang lain karena memiliki beberapa
keutamaan, salah satunya menjadi obat bagi penyakit baik itu penyakit fisik
maupun kejiwaan.1
Berdasarkan data yang didapatkan prevalensi terbanyak untuk kejadian
penyakit kejiwaan adalah depresi dan kecemasan, sebanyak 35.4% orang di dunia
mengalami depresi, dan 44.2% orang di dunia mengalami kecemasan. Angka ini
cukup miris melihat hampir setengah penduduk di dunia mengalami penyakit
kejiwaan.2
Salah satu kandungan dari surah Al-Fatihah yang terdapat dalam ayat
pertama yaitu, ketika kita memulai sesuatu dengan menyebut nama-Nya dan
bekerja dengan-Nya, sehingga apa yang dikerjakan berkaitan dengan nama-Nya,
tersifati dengan sifat-Nya, dan tertuju hanya untuk-Nya. Pekerjaan ini akan
terhitung sebagai sesuatu yang dilakukan atas nama Allah SWT dan tidak akan sia-
sia, dalam hadis Nabi SAW, bersabda : “Setiap perbuatan yang tidak dimulai
dengan nama Allah akan bunting (terputus/tidak bermanfaat). 3
Surah Al-Fatihah, disebut sebagai Al-Sab’ul matsani (tujuh ayat yang
berulang ulang) karena jumlah ayat surah Al-Fatihah berjumlah 7 ayat dan
bacaannya di ulang ulang pada setiap salat, seperti hadis Nabi SAW, beliau
bersabda “tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” (HR.
Al Bukhari 756, Muslim 394). Jadi hampir semua umat muslim di dunia pasti
menghafal surah Al-Fatihah, karena frekuensi penggunaan surah ini sangat sering
terjadi.3
2
Tetapi, mengapa masih banyak masyarakat dunia mengalami penyakit
kejiwaan seperti depresi dan kecemasan, padahal jika memaknai makna dari surah
Al-Fatihah setiap salat maka tidak perlu mengalami hal demikian.
Makna dari salah satu ayat dalam surah Al-Fatihah ini sangat bermanfaat,
bagi seseorang yang masih sering cemas, sedih, maupun ragu atas apa yang akan
dilakukannya, ataupun bagi orang orang yang terkena penyakit kejiwaan seperti
depresi dan kecemasan.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meniliti tentang aktivitas gelombang
alfa otak ketika diperdengarkan surah Al-Fatihah dengan mengetahui maknanya,
yang dapat dijadikan sebagai terapi penyakit kejiwaan seperti depresi dan
kecemasan.
Berdasarkan beberapa penilitian yang dilakukan tentang melihat gelombang
alfa otak terhadap berbagai aktivitas sampingan yang dilakukan oleh subjek
penelitian didapatkan hasil yang cukup signifikan terhadap aktivitas gelombang alfa
tersebut.4
Otak merupakan gabungan dari berbagai neuron, sebagai pusat koordinasi
dari tubuh kita. Karena fungsinya yang sangat vital bagi tubuh kita, otak dilindungi
oleh pelindung yang keras yaitu tulang cranium dan lapisan yang cair, yaitu cairan
meningens yang terbagi menjadi tiga jenis yaitu durameter, arachnoid, dan
piameter. Setiap saat otak kita menghasilkan jutaan potensial aksi menimbulkan
sinyal elektrik yang disebut gelombang otak. Gelombang ini dihasilkan oleh korteks
otak dan dapat dideteksi menggunakan alat elektroensefalografi. Gelombang yang
dihasilkan oleh otak membentuk suatu pola tertentu yang memiliki ciri khas masing
masing sehingga dikenal terdapat 4 jenis gelombang otak, yaitu alfa, beta, gamma,
delta, dan teta.5
Gelombang alfa, merupakan salah satu gelombang yang dihasilkan oleh
otak pada frekuensi 8-13 Hz. Gelombang ini dominan ditemukan di lobus occipital
pada kondisi rileks, istirahat, dan mata tertutup, dan akan hilang ketika mengantuk
atau tertidur.6
3
Abdullah dan Omar tahun 2011 dalam penelitiannya mengatakan bahwa
ketika mendengarkan alquran didapatkan peningkatan kekuatan gelombang alfa
otak ketika sedang didengarkan ayat Alquran dibandingkan dengan musik rock.4
Mahsa dan Vaghani tahun 2011 juga menunujukkan menunjukkan adanya
penurunan kecemasan pada orang orang muslim Persian ketika diperdengarkan ayat
Alquran, dalam penelitian tersebut juga di dapatkan bahwa ketika partisipan
Muslim Persia diperdengarkan ayat Alquran dia akan lebih rileks dibandingkan
dengan orang Persia yang diperdengarkan ayat Alquran tetapi ia tidak mengetahui
kalau kalimat itu berasal dari Alquran.7
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan aktivitas gelombang alfa otak kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan saat diperdengarkan murottal surah Al-Fatihah pada
Mahasiswa Kedoketeran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
1.3 Hipotesis
Aktivitas gelombang alfa otak kelompok perlakuan akan lebih banyak
dibandingkan dengan aktivitas gelombang alfa otak kelompok kontrol saat
diperdengarkan murottal surah Al-Fatihah
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan
aktivitas gelombang alfa otak kelompok kontrol dan perlakuan saat diperdengarkan
murottal surah Al-Fatihah pada Mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta
1.4.2 Khusus
Mengetahui aktivitas gelombang alfa pada kelompok kontrol dan perlakuan
sebelum intervensi
Mengetahui aktivitas gelombang alfa pada kelompok kontrol dan perlakuan
setelah intervensi
4
Mengetahui hubungan mendengarkan surah Al-Fatihah dengan pemahaman
makna yang lebih mendalam dengan aktivitas gelombang alfa pada
kelompok kontrol dan perlakuan
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Mendapatan pengalaman dan pengetahuan dalam meniliti dibang agama
dan kesehatan
Mendapatkan pengalaman meneliti penelitian dengan metode eksperimen
Mendapatkan pengetahuan mengenai penggunaan alat elektroensefalografi
dan prosedur penggunaannya
Mendapatkan pengetahuan mengenai interpretasi elektroensefalogram
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana kedokteran
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.5.2 Bagi Institusi
Menjadi tambahan referensi bagi penelitian yang mengintegrasikan aspek
agama dan kesehatan
Menjadi penelitian awal agar diteliti lebih lanjut lagi mengenai
perbandingan aktivitas gelombang alfa otak ketika diperdengarkan surah
Al-Fatihah
1.5.3 Bagi Masyarakat
Menjadi rujukan ilmiah bagi masyarakat bahwa mendengarkan Alquran
dapat dijadikan sebagai sarana pengobatan
Menjadi pembuktian terhadap ayat ayat Alquran
1.6 Batasan Masalah
Surah Al-Fatihah ayat 1-7
Parameter yang diamati adalah perbandingan aktivitas gelombang alfa otak
saat diperdengarkan sebelum dan sesudah intervensi surah Al-Fatihah pada
5
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan mahasiswa kedokteran angkatan
2016 dan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Elektroensefalografi
2.1.1 Definisi
Elektroensefalografi atau biasa disingkat dengan EEG adalah sebuah alat
ukur untuk mempelajari fungsi, abnormalitas, dan dinamika neurophysiological
dari otak. Pemeriksaan ini sering dipilih dikarenakan harganya yang murah, tidak
invasif, mudah digunakan, dan meghasilkan kualitas yang bagus dibandingkan
dengan pemeriksaan pemeriksaan yang lain pada otak. Dengan menggunakan alat
ini akan dihasilkan sebuah rekaman berbentuk gelombang yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis suatu penyakit dalam bidang klinis, ataupun untuk
mempelajari fungsi dari otak itu sendiri dalam bidang penelitian.6
Alat ini merekam aktivitas elektrik dari korteks serebri, dengan satuan ukur
microvolts, sinyal ini harus dikuatkan menggunakan amplifier agar dapat
ditampilkan dalam layar komputer. Rekaman yang didapatkan merupakan
hubungan tegak lurus tegangan terhadap waktu. Sumbu Y (Vertikal) adalah
tegangan dan sumbu X (horizontal) adalah waktu.6
2.1.2 Elektroda dan penempatan elektroda
Elektroda adalah alat yang menempal pada kulit kepala yang berfungsi
menghubungkan gelombang otak ke amplifier. Elektroda EEG harusnya berukuran
kecil, logam tidak reaktif, berbentuk lempeng atau cup, dan ditempatkan di kulit
kepala menggunakan pasta konduktif. Beberapa tipe logam yang dapat digunakan
antara lain emas, perak, klorida, dan platinum.6
Ketika merekam gelombang otak, resolusi yang dihasilkan sebenarnya sangat
kecil, dikarenakan adanya tulang tengkorak dan lapisan meningen yang
menghalangi jalannya gelombang. Agar dapat terlihat di layar komputer dapat
dilakukan beberapa cara salah satunya adalah dengan memperbanyak jumlah
elektroda. Penempatan elektroda tersebut sudah ada standarisasinya.6
7
Standarisasi penempatan elektroda sudah dilakukan di Amerika Serikat dan
standar ini paling banyak digunakan oleh negara lain. Standarisasi ini berguna agar
pengukuran EEG disuatu laboratorium dapat diinterpretasikan oleh laboratorium
yang lainnya. Ada 2 tipe penempatan elektroda yang baru dimodifikasi oleh Dr.
Herbert Jasper dari Montreal Neurological Institute. Penempatan elektroda sistem
10-20 telah dimodifikasi oleh Dr.Herbert Jasper menjadi sistem 10-10.8
Untuk mengukur tengkorak kepala yang akan dipasang elektroda ada 3
bidang patokan ukuran untuk menempatkan elektroda yaitu bidang sagittal,
coronal, dan horizontal.8
Pengukuran nilai beda potensial disebut montase. Cara pengukuran nilai
beda potensial ada dua yaitu montase bipolar dan montase referensial.
A. Montase bipolar
Montase bipolar adalah pengukuran bedea potensial antara dua elektroda
yang berdekatan satu sama lain. Setiap amplifier memilki 2 input dari dua elektroda
yang berdekatan. Ada dua tipe montase bipolar yang pertama tipe “double banana”
yaitu elektroda yang dihubungkan berada di arah depan-belakang kepala. Yang
kedua ada tipe ”transversal bipolar” yaitu eleketroda yang dihubungkan melintang
kepala dari kanan ke kiri secara horizontal8
Gambar 2.1 Pemasangan elektroda
tipe 10-20 sistem.8
Gambar 2.2 Pemasangan elektroda tipe
10-10 sistem.8
8
B. Montase referensial
Montase referensial adalah pengukuran beda potensial antara potensial
yang berada di titik elektroda dengan nilai acuan yang sudah ada dan sama pada
setiap pengukuran titik elektroda. Nilai acauan tersebut merupakan nilai acuan yang
terletak pada midline kepala atau nilai rata rata dari semua elektroda di kepala.8
Pada saat pengukuran beda potensial sebenarnya diikuti dengan
pemasangan amplifier hal ini dikarenakan sinyal listrik yang dihasilkan oleh otak
sangat kecil karena telah melewati banyak barrier mulai dari jaringan otak itu
sendiri, jaringan meningen, tulang tengkorak hingga kulit kepala. Elektroda yang
terpasang pada kepala akan dihubungkan dengan amplifier. Setelah didapatkan
beda potensial yang dihasilkan oleh tiap titik yang dipasangkan elektroda maka ada
sebuah fase yang disebut kontrol sensitivitas.8
Sensitivitas dari sebuah alat EEG bergantung pada amplifier dan
sensitiviitas dari alat penulisan itu sendiri. Jika sensitivitas alat penulisan adalah 1
Gambar 2.3 Montase bipolar.8
Gambar 2.4 Montase referensial.8
9
cm/V, maka amplifier harus mempunyai keseluruhan penguatan 20.000 untuk 50
mikrovolt agar dapat menghasilkan nilai penguatan diatas.9
Perekaman beda potensial yang terjadi pada elektroda dapat berisi gangguan
berupa kontraksi dari otot kepala, kulit kepala, ataupun dari otot leher. Hal ini dapat
mengganggu perekaman dan interpretasi otomotis dari hasil EEG. Untuk mencegah
hal ini terjadi operator dapat menginstruksikan pasian untuk rileks selama
pemeriksaan, tetapi cara ini tidak selalu berhasil. Cara lain yang dapat digunakan
adalah menggunakan low pass filter. Alat ini pada EEG mempunyai beberapa
pilihan posisi yang biasanya ditandai dengan tetapan waktu.9
Setelah di kuatkan sinyalnya, kemudian diatur sensitivitasnya hingga
difilter untuk mendapatkan hasil dari beda potensial tiap titik elektroda maksimal
maka setelah itu gelombang dapat diubah kedalam bentuk digital untuk kemudian
diolah menggunakan software dan disajikan kedalam layar monitor.9
Gambar 2.5 Digram Prinsip Kerja EEG
Input elektroda
AmplifierSensitivity
ControlFilter
Konversi dalam bentuk digital
Disajikan ke Monitor
10
2.1.3 Karakteristik Gelombang Otak
Gelombang otak dikategorikan berdasarakan frekuensi yang dihasilkan. Sejak awal
ditemukan EEG, perbedaan frekuensi yang dihasilkan berkaitan dengan perbadaan
fungsi otak saat frekuensi tersebut dihasilkan sangat menarik perhatian peneliti.
A. Gelombang Alfa
Gelombang alfa adalah gelombang yang terjadi pada frekuensi 8-13 Hz.
Gelombang ini sangat dominan direkam pada bagian posterior kepala, lebih
tepatnya pada daerah occipital, ketika menutup mata gelombang ini menonjol pada
lokasi parietal otak. Selain itu gelombang ini dapat direkam ketika kondisi pasien
atau subjek penelitian sedang terjaga atau dalam keadaan rileks ketika sedang tidak
ada aktivitas mental.10
B. Gelombang Beta
Gelombang beta adalah gelombang yang terjadi pada frekuensi 13-25 Hz.
Gelombang ini sangat mudah ditemukan di daerah frontal dan central dari otak.
Selain itu gelombang ini dapat ditemukan ketika subjek/pasien sedang berada
dalam kondisi sedang aktif, berpikir cemas, menyelesaikan masalah dan konsentrasi
yang dalam. Gelombang beta merupakan gelombang yang memiliki amplitudo
paling rendah dibandingkan dengan gelombang alfa, delta, dan teta. Dalam proses
berfikir kognitif dan motorik keterlibatan gelombang beta sangat tinggi.10
Gambar 2.6 Gelombang alfa.8
Gambar 2.7 Gelombang beta.8
11
C. Gelombang Gamma
Gelombang gamma adalah gelombang yang terjadi pada frekuensi diatas 25
Hz. Gelombang ini biasa ditemukan ketika pasien/subjek dalam persepsi sadar
penuh. Aktivitas gelombang gamma yang tinggi pada bagian temporal otak
dihubungkan dengan proses mengingat. Penelitian mengungkapkan bahwa
gelombang ini terjadi ketika subjek/pasien sedang melakukan suatu pengamatan,
sedang mengingat sesuatu, dan sedang memasukkan ingatan kedalam ingatan
jangka panjang. Selain itu gelombang ini juga dapat ditemukan untuk mendiagnosis
suatu penyakit psikiatri seperti schizophrenia, alzheimer’s, epilepsi, dan
halusinasi.10
D. Gelombang Teta
Gelombang teta adalah gelombang yang terjadi pada frekuensi 4-8 Hz.
Gelombang ini terjadi ketika pasien/subjek sedang berada dalam keadaan
mengantuk, dan lebih sering terjadi pada anak – anak dibanding dengan orang
dewasa. Gelombang ini dapat digunakan untuk menandai kondisi abnormal dari
otak pada orang dewasa, contohnya ketika pasien/subjek dewasa sedang tidak
melakukan sesuatu dan gelombang ini dideteksi tinggi pada daerah frontal dari otak
maka kondisi ini dihubungkan dengan tidak beresponnya terapi antidepressant pada
pasien depresi. Banyak kondisi klinis yang menggunakan gelombang ini untuk
mengecek respon terapi ataupun diagnosis suatu penyakit, seperti pada pasien
disleksia anak, dilaporkan penurunan aktivitas dari gelombang gamma. Respon
yang baik terhadap terapi penyakit major depressive disorder ditandai dengan
peningkatan aktivitas gelombang teta di rostral interior cingulate.10
Gambar 2.8 gelombang gamma.8
Gambar 2.9 Gelombang teta.8
12
E. Gelombang Delta
Gelombang delta adalah gelombang yang terjadi pada frekuensi dibawah 4
Hz, dan selalu terjadi ketika pasien/subjek dalam keadaaan tidur. Jika gelombang
ini ditemukan pada subjek/pasien yang terjaga makan hal ini dapat dihubungkan
dengan keadaan cortical plastic. Selain itu gelomban ini juga disebut sebagai
contributor utama dalam p300 peak of event-related potentials (ERPs), yang kita
ketahui ERPs adalah indikator dari proses kognitif.10
2.3 Rileks dan Emosi
Rileks menurut KBBI adalah bersenang-senang, berjalan-jalan untuk
melihat lihat pemandangan alam; berekreasi, beristirahat; mengaso, tidak resmi;
tidak kaku; santai. Pada penelitian ini pengertian rileks lebih kepada keadaan tidak
kaku atau santai.11
Ketika kondisi tubuh seseorang sedang rileks, menandakan bahwa tubuh
seseorang tersebut sedang tenang, berada dalam kondisi fokus dan tidak
terpengaruhi oleh apapun selain apa yang sedang ingin dipikirkan oleh orang
tersebut. Pada fase ini seseorang dapat menyelesaikan hal hal yang rumit untuk
menjadikan suatu output yang bijak dari setiap masalah yang dihadapi.12
Emosi menurut KBBI adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut
dalam waktu singkat, keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti
kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat
subjektif.13
Chaplin dalam dictionary of physchology mengatakan bahwa emosi adalah
suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan perubahan
yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.14
Gambar 2.10 Gelombang delta.8
13
Darwis mengatakan emosi merupakan suatu gejala psiko-fisiologis yang
menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta mengejwantah
dalam bentuk ekspresi tertentu.13
Jadi emosi merupakan suatu respon berupa perasaan atau afeksi terhadap
sesuatu yang sedang terjadi yang melibatkan antara kondisi psikolgis dan fisiologis
dari perilaku yang ditampakkan.
Emosi secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu emosi
positif dan emosi negatif. Emosi positif seperti, bersyukur, bergembira, merupakan
tanggapan dari pengamatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu yang
menghasilkan tanggapan yang positif pula. Sedangkan emosi negatif seperti merasa
bersalah atau marah, mengekspresikan hal yang sebaliknya.15
Rileks jika dimasukkan kedalam klasifikasi emosi, berarti masuk ke keadaan
emosi positif. Ketika seseorang sedang berada dalam kondisi senang, dia akan
penuh oleh energy, dan antusias terhadap apapun itu sehingga dapat menghasilkan
tanggapan yang positif terhadap sesuatu yang diamatinya yang nantinya
berpengaruh terhadap aktivitas gelombang alfa, yaitu peningkatan aktivitas
gelombang alfa.16
2.3 Anatomi Otak
Otak merupakan salah satu organ penyusun sistem saraf pusat. Otak
tersusun dari neuron, sel glia, astrosit, dan masih banyak sel pendukung lainnya.
Otak merupakan bagian yang penting dalam tubuh kita oleh karena itu otak
dilindungi oleh tulang tengkorak yang keras dan juga cairan yang melapisi otak.17
Struktur utama otak terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu forebrain,
midbrain, dan hindbrain.
2.2.1 Forebrain
Forebrain (otak depan) jika dilihat dari awal perkembangan sistem saraf terletak
di sekeliling ujung rostral dari otak, yang bagian utamanya terdiri dari
dienchepalon dan telenchepalon
A. Telenchepalon
14
Telenchepalon dapat dikatakan sebagai bagian terbesar dari otak manusia
dan membentuk otak besar (cerebrum), otak besar memungkinkan kita untuk
membaca, menulis, berbicara, membuat perhitungan, mengarang musik,
mengingat masa lalu dan membayangkan masa depan, hingga membayangkan
sesuatu yang tidak pernah ada sebelumnya. Terdiri dari dua buah hemisphere
yang simteris yaitu hemisphere kanan dan kiri, terdiri dari ganglia basalis dan
sistem limbik, dan dilapisi oleh jaringan yang disebut korteks serebri.17
B. Korteks serebri
Korteks serebri merupakan jaringan yang melapisi otak, terdiri dari sel
dendritik, sel glia, dan sel soma. Berbeda dengan tulang belakang, bagian
teratas dari korteks serebri terdiri dari lebih banyak sel soma sehingga bagian
ini berwarna keabu-abuan sehingga disebut substansia grisea. Dibawah lapisan
ini terdapat akson yang menghubungkan neuron – neuron dalam otak, sehingga
bagian ini berwarna keputihan karena adanya selebung myelin pada akson.
Lapisan ini disebut substansia alba.18
Otak merupakan pengatur dari segala aktivitas tubuh, oleh karena itu organ
ini harus memiliki volume yang besar tetapi harus tetap proporsional, sehingga
diciptakan otak dengan bentuk yang berlipat lipat, bagian permukaan lipatan
yang tampak menonjol disebut gyrus, Lipatan yang dalam disebut fissure,
sedangkan yang dangkal disebut sulcus. Fissure juga membagi bagian
hamisphare menjadi dua bagian yang dihubungkan oleh commissure, yang
terbesar adalah corpus callosum. Selain itu fissure juga membagi korteks
menjadi 4 lobus, yaitu lobus frontalis, lobus parietal, lobus occipital, dan lobus
temporal.18
Gambar 2.11 Cortex cerebral, dan daerah asosiasi (Sherwood L, 2016)
15
C. Lobus
Lobus merupakan bagian otak yang dipisahkan oleh fissure yaitu lateral
fissure dan central fissure.
i. Lobus frontalis
Lobus frontalis merupakan lobus yang berada paling depan dari
struktur otak kita dan berada tepat dibawah os frontalis tulang
tengkorak. Pada lobus terdapat precentral gyrus yang terdiri dari
primary motor area yang berfungsi sebagai pusat penghentian,
pengontrolan, perencanaan otot otot skelet. Bagian otak ini memilki
neuron yang berfungsi dalam pengontrolan gerakan yang sifatnya
kontralateral. Jadi ketika bagian ini distimulasi maka hasil yang
didapatkan adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian tubuh yang
kontralateral dengan bagian motor korteks yang distimulasi18
ii. Lobus parietal
Lobus parietal terletak di belakang dari lobus fontalis, dibatasi
oleh sulkus sentralis. Pada lobus ini terdapat postcentral gyrus yang
terdiri dari primary somatosensory area yang berfungsi sebagai
penerima informasi somtasonesoris seperti tekanan, sentuhan,
getaran, dan suhu.18
iii. Lobus occipital
Parieoto-occipital sulkus merupakan sulkus yang memisahkan
lobus parietal dan lobus occipital pada lobus ini terdapat primary
visual korteks yang berfungsi sebagai pusat dari informasi visual18
iv. Lobus temporal
Sulkus cerebral lateral merupakan sulkus yang memisahkan
lobus frontalis dan lobus temporalis, pada lobus ini terdapat primary
auditory korteks yang berfungsi sebagai pusat dari penerimaan
inforamasi auditoris (lewat pendengaran).19
16
D. Sistem limbik
Sistem limbik merupakan gabungan dari beberapa struktur dalam otak yang
berfungsi mengatur tentang proses perilaku seperti emosi, motivasi, dan
perilaku belajar dalam kaitannya dengan faktor biologis.20
E. Hippocampus
Hippocampus merupakan struktur utama dari sistem limbik, dikatakan
Hippocampus karena bentuknya yang seperti kuda laut. Hippocampus
merupakan tempat dominan terjadinya potensial jangka panjang (PJP). Bagian
otak ini berfungsi sebagai tempat transit sementara ingatan jangka panjang
sebelum dipindahkan lebih spesifik dan lebih permanen lagi di korteks.
Hippocampus lebih berfungsi kepada ingatan yang sifatnya deskripsi seperti
ingatan “apa” tentang orang, tempat, benda, fakta, dan kejadian spesifik yang
sering terbentuk setelah hanya satu pengalaman dan yang dapat dikemukakan
dalam suatu pernyataan seperti “saya melihat patung Liberty musim panas
lalu” atau mengingat kembali suatu gambar dalam ingatan.20
F. Amygdala
Kumpulan nukleus di ventrikel lateral pada lobus termporal disebut
amygdala, diebut amygdala karena bentuknya yang seperti kacang almond.
Fungsi amygdala adalah untuk memproses masukan yang menghasilkan
sensasi takut. 20
Gambar 2.12 Sistem limbik (Tortora GJ, 2012)
17
2.2.2 Dienchepalon
Dienchepalon terletak di dalam inferior serebri tepatnya diantara
telenchepalon dan midbrain
A. Thalamus
Thalamus berfungsi sebagai “stasiun pemancar” untuk pemerosesan awal
semua masukan sensorik. Bagian otak ini menjadi tempat persinggahan bagi
semua impuls baik sensorik maupun motorik sebelum di teruskan ke korteks.20
B. Hipothalamus
Hipothalmus merupakan bagian otak yang tempat integrasi dari semua
regulasi homeostatik di dalam tubuh. Secara spesifik hypothalamus
mengontrol20:
1. Mengontrol suhu tubuh
2. Mengontrol rasa haus
3. Mengontrol asupan makanan
4. Mengontrol hormon hormon hipofisis posterior
5. Mengontrol kontraksi uterus dan ejeksi usus
6. Berfungsi sebagai pusat koordinasi sistem saraf otonom utama yang pada
gilirannya memengaruhi semua otot polos, otot jantung, dan kelenjar
eksokrin
7. Berperan dalam pola emosi dan perilaku
8. Mengatur siklus bangun tidur
2.3 Tafsir Surah Al-Fatihah
Surah Al-Fatihah merupakan surah pertama dalam Alquran yang diturunkan
secara lengkap, terdiri dari 7 ayat dan termasuk ke dalam surah makiyyah karena
diturunkan di Kota Mekkah. Surah ini memilki kedudukan yang tinggi dan agung
di dalam Alquran, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Sa’id bin
Al-Muallat, katanya “Aku pernah mengerjakan salat, lalu Rasulullah SAW
memanggilku, tetapi aku tidak menjawabnya hingga aku menyelesaikan salat.
Setelah itu, aku mendatangi beliu, maka beliau pun bertanya, ‘Apa yang
18
menghalangimu datang kepadaku?’ Aku menjawab,’ya Rasulullah, aku tadi sedang
mengerjakan salat’, lalu beliau bersabda, “Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman,
Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah serua Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyerumu kepada yang memberi kehidupan kepadamu (Q.S Al-Anfal ayat
24). Lalu beliau bersabda, ‘Aku akan ajarkan kepadamu suatu surah yang paling
agung di dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid ini’. Beliau kemudian
menggandeng tanganku, dan ketika beliau hendak keluar dari masjid aku katakan
‘Ya Rasulullah, engkau tadi berkata akan mengejarkan kepadaku surah yang paling
agung di dalam Alquran’ kemudian beliau menjawab, ‘Benar! Alhamdulillahi
rabbil alamin ia adalah Al-Sab’ul Matsani dan Alquran yang telah diturunkankan
kepadaku.’”. 1
Surah ini juga disebut sebagai Al-Sab’ul matsani (tujuh ayat yang berulang
ulang) karena jumlah ayatnya yang berjumlah tujuh ayat dan diulang ulang pada
setiap sholat seperti yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari nabi SAW, beliau
bersabda, “Barang siapa mengerjakan salat tanpa membaca Ummul Quran, maka
salatnya tidak sempurna, tidak sempurna, tidak sempurna.”, setidak tidaknya kita
akan membaca surah Al-Fatihah sebanyak 14 kali dalam sehari3
Surah Al-Fatihah merupakan ringkasan dari semua surah dan ayat yang ada
di dalam Alquran, Ali bin Abi Thalib berkata, “Sesungguhnya semua kandungan
Al-Qur’an terdapat dalam Al-Fatihah, dan semua yang ada dalam Al-Fatihah
terdapat dalam basmalah. Adapun semua yang ada didalam basmalah terdapat
dalam huruf ba, dan semua yang ada di dalam huruf ba, terdapat dalam titiknya.
aku adalah titik di bawah huruf ba”.3
Terdapat banyak makna yang terkandung dalam surah ini, didalamnya
disebutkan tiga prinsip agama, yaitu mengenal Allah, mengenal hari akhir, dan
mengenal Nabi SAW, dalam surah ini juga Allah SWT mengajarkan kita akhlak
tentang cara penghambaan kita sebagai hamba kepada tuhannya, agar kita tidak
egois dan arogan hidup di bumi ini.3
19
2.3.1 Tafsir ayat ke-1 surah Al-Fatihah
Artinya :
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
Kebiasan kita sebagai umat manusia mencantumkan nama kita pada sesuatu
agar kita tetap berkaitan dengan sesuatu itu, menjadi yang dikenang, dan agar tetap
hidup dan tidak terlupakan.3
Surah Al-Fatihah merupakan surah pembuka dalam Alquran, oleh karena
itu ayat pertama dalam surah Al-Fatihah merupakan ayat pertama yang dibaca
ketika akan membaca Alquran. Allah SWT memulai Alquran dengan Nama-Nya
sebagaimana kita umat manusia menjadikan mencantukam nama kita pada sesuatu,
sehingga makna yang terkandung tetap berkaitan dan tertandai atas nama-Nya.3
Ketika kita memulai sesuatu dengan menyebut nama-Nya dan bekerja
dengan-Nya, sehingga apa yang dikerjakan berkaitan dengan nama-Nya, tersifati
dengan sifat-Nya, dan tertuju hanya untuk-Nya. Pekerjaan ini akan terhitung
sebagai sesuatu yang dilakukan atas nama Allah SWT dan tidak akan sia-sia, dalam
hadis yang diriwayatkan Nabi SAW, bersabda : “Setiap perbuatan yang tidak
dimulai dengan nama Allah akan bunting (terputus/tidak bermanfaat).3
2.3.2 Tafsir ayat ke-2 surah Al-Fatihah
Artinya :
Segala Puji bagi Allah tuhan semesta alam
Ayat ini berisi kata pujian yang ditujukan kepada sesuatu yang sudah indah
dengan sendirinya segala seperti tindakan dan ciptaannya. Dalam ayat ke 5 surah
Al-Fatihah iyyaka na’budu (hanya kepada-Mu kami menyembah) menggambarkan
bahwa surah ini merupakan gambaran terhadap pembicaraan manusia, jadi seolah
olah ayat ini merupakan keluar dari perkataan manusia, tujuannya adalah Allah
mengajarkan untuk memuji-Nya dan beradab dalam memuji-Nya.3
^ 2
^ 1
20
Al-rabb, artinya pemilik, dalam hal ini Allah merupakan pemilik dari
sesuatu yang setelah kata ini disebutkan yaitu al-alamin, jamak dari kata al-alam
yang artinya yang ditandai. Kata ini digunakan untuk seluruh wujud seperti, dunia
binatang, dunia tumbuhan, dunia manusia, dan bahkan dunia benda mati sekalipun.3
Jadi ayat ini menggambarkan agar manusia untuk selalu memuji sesuatu
yang indah dengan sendirinya yaitu semua wujud, baik itu binatang, tumbuhan,
manusia, maupun benda mati yang dimiliki oleh Allah SWT sebagai pencipta
sekaligus pengaturnya.3
2.3.3 Tafsir ayat ke-3 surah Al-Fatihah
Artinya
Yang maha pengasih, maha penyayang
Ayat ini berisi perbedaan dari sifat Allah yaitu Al-rahman dan Al-rahim,
yang sama sama berasal dari akar kata yang sama yaitu rahmat. Rahmat berarti
sesuatu yang dapat mengatasi suatu urusan, atau suatu anugrah atau pemberian
karunia untuk mencukupi suatu kebutuhan.3
Al-rahman berarti rahmat yang berkaitan dengan jumlah yang banyak dan
tak terbatas, dalam hal ini berarti Allah memberikan rahmat bagi semua makhluk
tak terbatas hanya kepada orang mukmin saja, orang non-mukmin pun akan
mendapatkan rahmat dari Allah SWT.3
Adapun Al-rahim adalah bentuk rahmat yang diberikan dari Allah yang
sifatnya terus menerus, tetap, dan kekal dan hanya dianugerahkan kepada orang
mukmin3
2.3.4 Tafsir ayat ke-4 surah Al-Fatihah
Artinya :
Pemilik hari pembalasan
^ 4
^ 3
21
Kata al-malik memiliki dua arti yaitu penguasa atau pemilik, dalam ayat ini
kata al-malik diartikan sebagai pemilik, Allah menisbatkan diri-Nya sebagai
pemilik dari hari pembalasan, seperti dalam firman-Nya surah Al-mu’min ayat 16
: (yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada satu pun dari keadaan
mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman) : “Kepunyaan
siapakah kerajaan pada hari ini?”, Kepunyaan Allah yang maha Esa lagi maha
mengalahkan (QS Al-Mu’min [40]: 16). Sedangkan kata al-din diartikan sebagai
subjek dari hari balasan ini nantinya yaitu manusia dan jin3.
2.3.5 Tafsir ayat ke-5 surah Al-Fatihah
Artinya :
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami
Mohon pertolongan
Dalam ayat ini Allah SWT menggunakan kalimat iyyaka na’budu, objek
dalan suatu kalimat berada di awal kalimat, penentuan objek di awal kalimat
mengisyaratkan adanya pembatasan bahwa Allah adalah pemilik yang mutlak tanpa
syarat, dan batasan, sedangkan hamba merupakan kepemilikin Allah sehingga
ibadah itu hanya dan harus ditujukan kepada Allah SWT, sama halnya dengan
lanjutan dari ayat ini yaitu Iyyaka nasta’in, memiliki makna bahwa Allah adalah
satu satunya tempat untuk meminta pertolongan.
Ketika hamba sedang beribadah kepada Allah SWT, berarti ia seakan akan
menyerahkan dirinya untuk dimilik sang pemilik/tuan, jadi ibadah itu akan
membawa seorang hamba jauh dari sifat istikbar (kesombongan/sikap arogansi)
tetapi tidak menutupi kemungkinan untuk menjalankan tentang istyrak (perihal
kemitraan/kesyirikan), dalam bukunya Muhammad Alcaff dari Allamah
Thaba’thaba’I meyakini bahwa ibadah itu mengandung makna kepemilikan, di
mana kesadaran ini mengiring setiap yang dimiliki, untuk mengenal sang pemilik,
dan kemudian pengenalan ini diikuti dengan penyembahan dan ketundukan serta
ketaatan kepada-Nya dengan cara ibadah. Ibadah yang tulus dan tanpa
menginginkan apapun selain bentuk dari perilaku penghambaadan dan serta
^ 5
22
penaifan seorang hamba kepada tuhan-Nya. Ibadah yang yang mengharapkan selain
Allah maka itu dikategorkan sebagai ibadah yang tidak tulus dan terdapat sifat
arogansi, egoisme dan syirik.3
2.3.6 Tafsir ayat ke-6 dan ke-7 surah Al-Fatihah
Artinya :
(6) Tunjukilah kami jalan yang lurus (7) (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat.
Ayat ini mengajarkan kita etika berdoa, jika pada ayat sebelumnya kita
memuji Allah swt dengan sifat kepemilikannya maka alangkah sebaiknya setelah
memuji kita mengajukan permintaan. Sebagaimana yang Allah ajarkan dalam
firman-Nya (dalam hadis qudsi) : “Setengahnya untuk-Ku dan setengah lainnya
untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku yang ia minta.”.3
Kata ash-shiraathal mustaqiim (jalan yang lurus) menurut kesepakatan para
ulama adalah jalan yang terang dan lurus tidak ada kebengkokan padanya. Kata
ash-shiraath dalam bahasa arab digunakan untuk menunjakan segala perkataan,
perbuatan, dan sifat yang baik maupun buruk, oleh karena itu pada ayat ke-6 surah
Al-Fatihah Allah mensifatinya dengan lafaz mustaqiim (lurus), dan lurus yang
dimaksud didalam ayat ini adalah islam.3
Pada ayat ke-7 surah Al-Fatihah Allah secara metaforis menerangkan sifat
manusia dilihat berdasarkan jalan yang mereka pilih yaitu, pertama orang yang
jalannya keatas, yaitu orang yang selalu beriman kepada Allah dan tidak sombong
terhadap ibadahnya, kemudian yang kedua yaitu orang yang jalannya kebawah,
yaitu orang orang yang mendapatkan azab dan murka dari Allah, dan yang terakhir
yaitu orang yang tersesat dijalan, yaitu orang orang yang bingung dan sesat seperti
orang orang yang suka menukar keimanan dengan kekafiran demi mendapatkan
sesuatu, seperti dalam firman-Nya Allah SWT berfirman “Apakah kamu
^ 6
^ 7
23
mengehndaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta
kepada musa pada zaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan
kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lutus (Q.S Al-Baqarah
[2]: 108).
2.4 Fisiologi Pembelajaran dan Memori
2.4.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah akuisisi pengetahuan atau keterampilan sebagai konsekuensi
pengalaman, instruksi, atau keduanya. Dalam belajar dibutuhkan sebuah proses
yang terdiri dari stimulus stimulus yang berisi perintah maupun larangan. Respon
yang dikeluarkan oleh makhluk hidup merupakan hasil dari proses belajar yang
selama ini dilakukan. Contohnya topeng monyet, seekor monyet akan diajarkan
untuk bergoyang ketika mendengarkan musik, ketika monyet tersebut
melakukannya maka akan mendapatkan pisang, sebaliknya jika menolak untuk
melakukannya makan akan mendapatkan cambuk sebagai bentuk konsekuensi
hukuman dari perintah yang tidak diikuti. Jadi ketika pertunjukan berlangsung
monyet hanya akan merespon stimulus yang hasilnya akan memberi kenikmatan
dan cenderung menghindari stimulus yang akan menghadirkan hukuman dari
proses pembelajaran yang sebelumnya telah ia lakukan.20
2.4.2 Pengertian Memori
Memori adalah penyimpangan pengetahuan yang didapat untuk dapat
diingat kembali. Bentuk interaksi makhluk hidup dan lingkungannya merupakan
hasil dari proses belajar dan mengingat agar dapat beradaptasi dengan
lingkungannya. Pada proses mengingat terjadi perubahan perubahan saraf yang
dikenal sebagai jejak memori. Memori disimpan dalam dua bentuk yaitu memori
jangka pendek yang hanya bertahan beberapa detik hingga jam, dan memori jangka
panjang yang dapat bertahan harian hingga tahunan, memori jangka panjang
awalnya merupakan jejak memori jangka pendek yang dipindahkan ke tempat
memori jangka panjang proses ini dinamakan konsolidasi memori.20
Stimulus yang didapat akan dijadikan memori jangka pendek dulu, ada dua
nasib dari stimulus ini akan hilang karena daur ulang informasi yang diterima oleh
24
otak atau memori ini dikonsolidasikan secara kimiawi di otak menjadi memori
jangka panjang yang kapasitas penyimpanannya lebih besar dibandingkan dengan
kapasitas penyimpanan memori jangka pendek. Memori jangka panjang ini akan
berguna jika dapat diambil kembali dan memengaruhi perilaku di masa yang akan
datang proses ini dinamakan mengingat.20
2.4.3 Mekanisme biokimia ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang
A. Ingatan jangka pendek
Terdapat dua bentuk ingatan jangka pendek yaitu habituasi adalah bentuk
penurunan responsivitas terhadap presentasi berulag suatu stimulus biasa, yaitu
rangsangan yang tidak menghasilkan penghargaan atau hukuman dan sensitasi
adalah pengingkatan responsifitas terhadap rangsangan ringan setelah rangsangan
kuat atau merusak. Kedua bentuk ingatan ini diuji cobakan pada siput laut aplysia.21
Gambar 2.13 mekanisme habituasi dan sensitasi pada Aplysia.20
25
1. Mekanisme Habituasi
Mekanisme habutasi terjadi ketika adanya modifikasi kanal di
terminal akson presinaps. Kanal Ca2+ berpintu listrik terbuka menyebabkan
masuknya ion Ca2+ dan memicu eksositosis neurotransmitter. Ketika
respons ini dianggap biasa saja maka akan disebut sebagai habitusi, akan
terjadi modifikasi kanal di terminal akson presinaps. Ca2+ yang sebelumnya
akan masuk jika mendapatkan respon yang sama, pada saat ini tidak
jumlahnya tidak akan sama yang akan masuk kedalam terminal akson
presinaps, mengakibatkan tidak terjadinya eksositosis neurotransimitter,
sehingga terjadi penurunan respons atau perilaku terhadap rangsangan
tersebut. Mekanisme ini dipercaya sebagai bentuk pembelajaran manusia
yang pertama, ketika bayi mendapatkan stimulus yang sama maka ia
cenderung mengabaikannya dan lebih fokus terhadap stimulus – stimulus
baru yang lebih penting.21
2. Mekanisme Sensitasi
Mekanisme sensitasi terjadi akibat rangsangan yang kuat atau
merusak. Terjadi peningkatan pelepasan neurotransmitter di terminal
presinaps akibat dari meningkatnya Ca2+ yang masuk kedalam akson
terminal presinaps. Hal ini terjadi karena adanya pelepasan serotonin dari
antar-neuron fasilitatif, menyebabkan pengaktifan jalur caraka kedua cAMP
di akson terminal presinaps, sehingga terjadi penyumbatan kanal K+.
Keadaan ini mengakibatkan terjadinya pemanjangan potensial aksi
dineuron presinaps sehingga influx Ca2+ meningkat, menyebabkan
peningkatan pelepasan neurotransmitter dan peningkatan potensial
pascasinaps di neuron eferen mengakibatkan terjadinya peningkatan
respons perilaku terhadap rangsangan yang ringan.21
B. Mekanisme Potensial Jangka Panjang
Proses habituasi dan sensitasi yang masuk dalam ingatan jangka pendek
tadi, termasuk dalam proses awal makhluk hidup dalam beradaptasi dengan
lingkungannya, proses tadi merupakan suatu informasi yang akan disimpan lebih
spesifik oleh mekanisme yang dinamakan potensial jangka panjang.21
26
Potensial jangka panjang merupakan keadaan peningkatan transmisi di
sinaps akibat perubahan dari neuron presinaps (peningkatan pengeluaran
neurotransmitter) atau dari neuron pascasinaps (peningkatan responsivitas
terhadap neurotransmitter). Perubahan ini terjadi ketika hubungan sinaps ini sering
digunakan. Potensial jangka panjang (PJP) paling sering ditemukan di daerah
hipokampus yang merupakan bagian dari sitem limbik.21
PJP diawali oleh pelepasan glutamate oleh terminal neuron presinaps,
kemudian glutamate ini kan berikatan dengan dua reseptor pascasinaps yaitu
reseptor AMPA, dan reseptor NMDA.21
Ketika glutamate berikatan dengan reseptor AMPA akan menyebabkan
masukna Na+ ke dalam neuron pascasinpas sehingga terjadi potensial aksi. Berbeda
dengan reseptor AMPA, reseptor NMDA memiliki mekanisme yang cukup rumit.
kanal NMDA akan terbuka jika berikatan dengan glutamate dan depolarisasi oleh
masukan lain, karena dalam fase repolarisasinya kanal ini tidak akan terbuka karena
adanya ion Mg2+ yang menutup kanal ini.20
Mekanisme pembukaan reseptor NMDA diawali dengan berikatan dengan
glutamate, tetapi hal ini belum cukup karena masih terdapat ion mg2+ di neuron
pascasinaps, untuk mengeluarkan mg2+ dibutuhkan keadaan depolarisasi oleh
aktiviatas eksitatorik lainnya. keadaan depolarisasi ini dibantu oleh depolariasi
yang diakibatkan oleh reseptor AMPA pada neuron pasca sinaps yang sama dan
dari sumber lain. Hal ini menyebabkan keadaan depolarisasi yang memadai di
neuron pascasinaps untuk mengeluarkan Mg2+ dari kanal NMDA sehingga Ca2+
dapat masuk melalui kanal NMDA ini. Masuknya Ca2+ ini mengaktifkan jalur
caraka kedua Ca2+ sehingga terjadi penambahan reseptor AMPA di neuron
pascasinaps dan pelepasan nitrat oksida. Nitrat oksida ini akan merangsang
peningkatan pelepasan glutamate oleh neuron presinaps.20
Keadaan ini menyebabkan informasi yang akan disampaikan oleh jalur
sinaps ini akan lebih cepat dan effisien karena peningkatan aktivitas di akson antar
neuronnya jika teraktivasi lagi di masa yang akan datang. 21
1. Ingatan Jangka Panjang
27
Mekanisme konsolidasi memori sampai saat ini masih belum jelas. Para
peneliti meyakini konsolidasi memori ini terjadi karena perubahan struktur dan
fungsional dari neuron neuron yang ada di otak akibat pengaktifan gen – gen
spesifik yang mengontrol sintesis protein. Suatu penelitian yang dilakukan pada
hewan percobaan dengan desain penelitian meletakkan suatu hewan di lingkungan
yang kaya akan stimulus dan yang miskin stimulus. Hasilnya didapatkan perbedaan
secara mikroskopik terjadi di struktur neuron masing – masing hewan percobaan.
Hewan yang diletakkan di lingkungan kaya akan stimulus mengalami perubahan
jumlah dendrit di sel – sel saraf di bagian otak yang menyimpan ingatan.21
Konsolidasi memori diawali oleh pengaktifan cAMP pada potensial jangka
panjang, dan dalam bentuk ingatan sederhana seperti sensitasi, cAMP akan
mengaktifkan cAMP responsive element banding protein (CREB) yang bekerja di
DNA sehingga memengaruhi sintesis protein baru yang menyebabkan perubahan
struktural pada neuron terkait. Terdapat juga immediate early ganes (IEG) yaitu gen
yang dapat memerintahkan sintesis protein yang menyandi ingatan jangka
panjang.21
Pada saat ini penelitian tentang ingatan jangka panjang ini sudah mulai
fokus terhadap perubahan bentuk hubungan sinaps di substansia alba dan nigra
otak. Neuron neuron di otak dapat menghasilkan sinyal kimia neuregulin yang
dapat mengatur luas selubung meilin, sehingga proses penghantaran potensial aksi
dapat terjadi lebih cepat.21
Gambar 2.14 mekanisme kemungkinan jalur untuk ingatan jangka panjang.20
28
2.5 Fisiologi Pendengaran
Batas pendengaran manusia berada pada frekuensi 40 Hz sampai 20 KHz
dan akan menurun seiring bertambahnya usia. Gelombang suara yang berasal dari
sumber suara akan dikumpulkan oleh daun telinga dan melewati meatus auditorik
eksternus (telinga luar) dan menuju membrane timpani. Membran ini akan bergetar
sesuai dengan besar dan tinggi gelombang suara yang ditangkap. Membran ini
berhubungan dengan tulang tulang pendengaran (maleus, incus, stapes) di telinga
tengah. Fungsi dari ketiga tulang pendengaran ini adalah untuk meneruskan getaran
yang terjadi di membran timpani yang akhirnya akan menggetarkan cairan dalam
koklea. Proses ini melibatkan perubahan energi dari udara ke cairan.22
Koklea tediri dari 3 tabung yang berlingkar, masing masing tabung berjalan
parallel satu sama lain, ketiga tabung tersebut adalah Skala vestibule, skala media,
dan skala timpani. Skala vestibule dan skala timpani trerdiri dari cairan yang disebut
cairan perilimfe, yang akan bertemu pada ujung koklea, dan skala media yang
terdiri dari cairan endolimfe.22
Skala media terletak di tengah dari Skala vestibule dan skala timpani. Batas
antara skala media dan skala vestibula disebut membrane reisssner, sedangkan
batas antara skala media dan skala timpani disebut membrane basilaris. Terdapat
organo corti, suatu tempat melekatnya berbagai sel rambut.22
Sel rambut memiliki 2 jenis, sel rambut dalam dan sel rambut luar. Sel
rambut ini berfungsi untuk mendetksi adanya perubahan gerakan pada membrane
basilaris. Perubahan membrane basilaris ini akan mebuat defleksi dari sel sel
rambut ini sehingga terjadi perubahan potensial aksi, dan pelepasan zat
neurotransmitter dari dasar sel rambut, dan aktivasi serabut saraf yang membawa
impuls ke pusat saraf yang lebih tinggi di otak hingga akhirnya sampai di korteks
audiotrik primer.22
29
2.6 Alur Penelitian
30
2.7 Kerangka teori
31
2.8 Alur pengambilan sampel
32
2.9 Kerangka Konsep
33
2.10 Definisi Operasional
No Variabel Defenisi
Operasional Alat Cara Pengukuran Skala
1 Gelombang
alfa pre-
intervensi
Gelombang alfa
memiliki frekuensi
8-12 Hz. Yang
diukur pada kedua
kelompok sebelum
dilakukan
intervensi
EEG Nicolet
One V.32,
VIASYS
Health Care
yang
terkaliberasi
Menghitung
gelombang yang
terbentuk sebanyak
8-13 gelombang
dalam 5 kotak kecil
(selama 1 detik)
pada aplikasi Nicolet
EEG modular
neurogenic software
sistem V5.82
Numerik
2 Gelombang
alfa pos-
intervensi
Gelombang alfa
memiliki frekuensi
8-12 Hz. Yang
diukur pada kedua
kelompok setelah
dilakukan
intervensi
EEG Nicolet
One V.32,
VIASYS
Health Care
yang
terkaliberasi
Menghitung
gelombang yang
terbentuk sebanyak
8-13 gelombang
dalam 5 kotak kecil
(selama 1 detik)
pada aplikasi Nicolet
EEG modular
neurogenic software
sistem V5.82
Numerik
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian yang menngunakan metode
experimental
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2018 hingga Juli 2019
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian bertempat di Faklutas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Klinik Zam Zam Bintaro.
3.3 Populasi Penelitian
Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kedokteran angkatan
2016 dan 2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.4 Sampel Penelitian
KEGIATAN WAKTU
Perekaman EEG I dan Pembagian
soal Pre Test (Kel. Kontrol dan
Perlakuan)
7-12 Mei 2018
Intervensi I (Pemberian materi
mengenai surah Al-Fatihah ) 27 Mei 2018
Intervensi dengan pemberian
buklet 26 Mei-6 September 2018
Intervensi II (Pemberian materi
mengenai surah Al-Fatihah ) 7 September 2018
Perekaman EEG II dan Pembagian
soal Post Test (Kel. Kontrol dan
Perlakuan)
8-13 September 2018
Analisis Hasil Juli 2019
35
Teknik sampling yang digunakan untuk penelitian ini adalah probability
sampling berupa simple random sampling. Teknik sampling yang digunakan pada
penelitian ini adalah teknik yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
individu dari suatu populasi untuk dipiluh menjadi sampel, sedangkan cara yang
yang digunakan untuk memilih sampel ada simple random sampling yaitu anggota
populasi diacak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut
3.5 Besar Sampling
Rumus besar sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis analitik
numeric berpasangan :
N1 = N2 = 2 ((Zα+Zβ)S
X1 – X2 )2
Keterangan :
N1 = N2 = Besar Sampel
Zα = Defiat baku alfa
Zβ = Defiat Baku beta
S = Sampingan baku gabungan
X1 – X2 = Selisih rerata minimal
Kepustakaan pada penelitian ini tidak ada sebelumnya maka penelitian ini
termasuk dalam studi pendahuluan yang menggunakan 10-20 orang subjek
penelitian.
Pada penelitian ini menggunakan 20 orang subjek penelitian, yang terbagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dengan 10 orang subjek penelitian
dan kelompok kontrol dengan 10 orang subjek penelitian.
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.6.1 Kriteria Inklusi
Mahasiswa kedokteran angkatan 2016 dan 2017 UIN Syarif Hidayatullah
Jakrta yang bersedia mengikuti proses penelitian hingga akhir
Sehat
36
Tidak sedang mengonsumsi obat – obatan sedative
3.6.2 Kriteria Ekslusi
Mahasiswa Kedokteran angakatan 2016 dan 2017 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang tidak mengikuti salah satu proses intervensi
Menderita atau memiliki riwayat epilepsi
3.7 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan :
Lembar soal Multiple Choice dan esai tentang surah Al Fatihah ayat 1-7
Lembar soal ini digunakan untuk memilih responden yang akan
dijadikan sempel penelitan.
Audio atau alat pemutar musik
Audio berisi murottal surah Al – Fatihah ayat 1-7 digunakan sebagai
alat yang digunakan reponden untuk mendegarkan murottal Alquran
Speaker
Sebagai alat pengeras suara yang digunkan responden untuk
mendengarkan murottal Alquran
EEG
Alat EEG yang digunakan pada penelitian ini adalah EEG Nicolet One V.32
VIASYS Health Care yang terkariberasi, dan aplikasi Nicolet EEG modular
neurogenic software system V5.82
Instrumen Pendukung Pemeriksaan EEG
Instrumen pendukung yang digunakan dalam pemeriksaan EEG
terdiri dari alat pengukur kepala, pensil warna, alkohol swab, plester, gel
elektroda, dan handuk kecil.
Lembar Inform Consent
Lembar inform consent digunakan untuk meminta persetujuan
kesedian menjadi subjek penelitian, serta untuk mencatat karakterisitik yang
terdiri dari nama, usia, jenis klamin, alamat dan nomor telepon.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan 20 sampel penelitian yang dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pemilihan sampel
penelitian dilakukan secara acak pada populasi angkatan 2016 dan 2017 Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah sampel ditentukan kemudian
dilakukan perekaman EEG pertama. Perekaman diawali dengan membuka dan
menutup mata untuk mendeteksi apakah subyek menderita penyakit epilepsi atau
tidak, setelah itu diperdengarkan surah Al-Fatihah dalam keadaan mata terbuka.
Setelah dilakukan perekaman EEG pertama kelompok perlakuan
mendapatkan intervensi agar pemahaman terhadap surah Al-Fatihah lebih
mendalam, dan kelompok kontrol dibiarkan tidak diberikan apapun. Intevensi
dilakukan dengan 3 cara, pertama pemberian buklet yang berisi materi tentang
surah Al-Fatihah, kedua pemberian kuliah tentang surah Al-Fatihah, dan yang
ketiga adalah pemberian video tentang materi surah Al-Fatihah melalui grup
whatsapp. Setelah intervensi selesai, maka dilakukan pengukuran EEG kedua
setelah perlakuan dengan prosedur yang sama dengan perekaman EEG pertama.
4.1.1 Hasil gelombang alfa Pre Perlakuan
Hasil gelombang alfa kedua kelompok dapat dilihat di grafik 4.1. Dari hasil
pengukuran EEG pertama didapatkan rata rata jumlah gelombang alfa untuk
kelompok kontrol sebesar 7.5, dan kelompok perlakuan sebesar 8.9. Kemudian
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat untuk melakukan uji
parametris seperti Uji indpenden T test, Uji Anova, dan lain lain. Uji Normalitas
yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Kolmogrov Smirnov dan Uji Saphiro
Wilk.
38
Hasil uji normalitas data gelombang alfa pre perlakuan didapatkan nilai
signifikansi sebesar >0.05, berati distribusi data jumlah gelombang alfa pre-
perlakuan normal. Kemudian hasil uji homogenitas data gelombang alfa pre
perlakuan didapatkan nilai signifikansi sebesar <0.05, berate data tidak homogen,
uji statistik masih tetap dapat dilakukan tetapi untuk mengambil kesimpulan
didasarkan pada hasil yang terdapat dalam table output SPSS “Equal variances not
assumed”. Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas maka syarat untuk
melakukan uji hipotesa statistik parametrik terpenuhi.
Kemudian dilakuan uji statistik parametrik untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok ini. Uji statistik yang digunakan
adalah Uji Independen T Test. Pada Uji Independen T Test didapatkan nilai
signifikansi (p value) sebesar 0.146 yang berarti bahwa perbedaan rerata kedua
kelompok ini tidak signifikan.
4.1.2 Hasil Gelombang alfa Pos Perlakuan
Hasil gelombang alfa Pos Perlakuan kedua kelompok dapat dilihat pada
grafik 4.2. Dari hasil pengukuran EEG kedua didapatkan rata rata jumlah
gelombang alfa untuk kelompok kontrol sebesar 6.1 dan kelompok perlakuan
sebesar 10.6. Kemudian dilakukan uji normalitas sebagai syarat untuk melakukan
uji parametris seperti Uji Independen T Tes, Uji Anova, dan lain lain. Uji normalitas
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Gelombang Alfa Pre-Perlakuan
kontrol perlakuan
Grafik 4.1 Hasil Gelombang Alfa otak Pre-Perakuan
39
yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Kolmogrov Smirnov dan Uji Saphiro
Wilk
Hasil uji normalitas pada kedua kelompok didapatkan nilai signifikansi >0.05
yang berarti distribusi data jumlah gelombang alfa pos-intervensi normal.
Kemudian dilakukan uji homogenitas pada kedua kelompaok data ini, didapatkan
hasil uji homogenitas >0.05, yang berarti data yang dimiliki homogen. Setelah
dilakukan uji normalitas dan homogenitas pada kedua kelompok ini, maka syarat
untuk melakuan uji statistik parametrik telah terpenuhi. Selanjutnya dilakukan uji
statistik parametrik, uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji
Independen T Tes. Pada Uji Independen T Tes didapatkan nilai signifikasni (p
value) sebesar 0.02 yang berarti bahwa terdapat perbedaan rerata jumlah gelombang
alfa pada kedua kelompok yang signifikan.
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan dua kali pengukuran pada kedua kelompok yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pengukuran dilakukan sebelum di
berikan intervensi dan setelah dilakukan intervensi. Intervensi dilakukan hanya
pada kelompok perlakuan. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, untuk mengetahui
hubungan antara mendengarkan surah alfatihah dengan aktivitas gelombang alfa
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Gelombang Alfa Pos-Perlakuan
kontrol perlakuan
Grafik 4.2 Hasil Gelombang Alfa Otak Pos-Perlakuan
40
otak, pada subjek yang diberi pemahaman lebih terhadap surah alfatihah. Berikut
merupakan pembahasan dari penilitan yang dilakukan
4.2.1 Perbandingan aktivitas gelombang alfa otak pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan Pre-Perlakuan
Hasil jumlah gelombang EEG Pre-Perlakuan pada kedua kelompok
menunjukkan rata rata yang tidak terlalu jauh berbeda, yaitu 7.5 pada kelompok
kontrol dan 8.9 perlakuan. Hasil tersebut menandakan tidak adanya perbedaan
pengetahuan pada kedua kelompok sehingga pemberian intervensi pada kelompok
perlakuan dapat memberikan perbedaan yang bermakna setelah diintervensi.
Kemudian untuk membuktikan kedua rerata tersebut benar tidak bermaka maka
dilakukan uji statistik berupa uji parametrik independen T tes, tetapi sebelumnya
harus dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu. Uji normalitas
menggunakan metode Kolmogrov Smirnov dan Saphiro Wilk menunjukkan hasil
>0.05 maka data yang tersedia terdistribusi normal, kemudian dilakukan uji
homogenitas didapatkan hasil <0.05, menandakan data yang tersedia tidak
homogen.
Kedua syarat untuk melakukan uji statistik parametrik telah terpenuhi
meskipun uji homogenitas didapatkan hasil yang tidak homogen, hal ini akan
berpangaruh pada pengambilan keputusan setelah melakukan uji independ T tes,
keputusan diambil melihat angka signifikasi pada kolom “Equal variances not
assumed” yaitu sebesar 0.146. Hasil uji indepnden T tes menunjukan perbedaan
rerata jumlah gelombang alfa pada kedua kelompok tersebut tidak bermakna, jadi
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan jumlah gelombang alfa yang siginifikan
pada kedua kelompok tersebut sebelum di berikan intervensi. Hal ini terjadi
dikarenakan kedua kelompok belum mendapatkan intervensi tentang surah Al-
Fatihah, sehingga belum terbentuk memori tentang kandungan surah Al-Fatihah
yang dapat memengaruhi emosi dari kedua kelompok, terlebih lagi kedua kelompok
ini merupakan subjek yang memilki kemampuan pemahaman tentang surah Al-
Fatihah yang sedang, jadi tidak terjadi ketimpangan pengetahuan yang berlebihan
antara masing subjek – subjek, sehingga nanti setelah dilakukan intervensi dapat
dilihat perbedaan yang akan terjadi sebelum dan sesudah perlakuan.
41
4.2.2 Perbandingan aktivitas gelombang alfa otak pada kelompok kontrol dan
perlakuan Pos-intervensi
Pengukuran EEG otak terutama pada gelombang alfa otak, pada kedua
kelompok didapatkan hasil jumlah gelombang alfa otak pada kelompok perlakuan
lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berarti ada perubahan
jumlah gelombang alfa yang terjadi setelah diberikan intervensi, untuk mengetahui
apakah intrervensi yang diberikan berhubungan dengan peningkatan jumlah
gelombang alfa kelompok perlakuan maka kemudian dilakukan uji statistik untuk
menuntukan apakah terdapat hubungan antara mendengarkan surah Al-Fatihah
terhadap aktivitas gelombang alfa,
Pada uji statistik didapatkan perbandingan mean antara dua kelompok yaitu
perlakuan dan kontrol yang siginifikan yaitu sebesar 0.02 (p<0.05). Hal ini
dikarenakan pada kelompok perlakuan telah diberikan intervensi berupa
pemahaman labih mendalam tentang surah Al-Fatihah. Stimulus yang diberikan
berupa materi tentang surah Al-Fatihah akan diubah oleh saraf saraf aferen
kemudian menuju ke thalamus untuk diproses kemudian sebar ke korteks serebri
dan setelah itu menuju sistem limbik khususnya amygdala sebagai pengaturan
emosi dan penyimpanan memori mengenai kandungan surah alfatihah, yaitu :
Gambar 4.1 Gelombang Alfa Hasil Elektroensefalografi
42
Percaya bahwa semua umat islam berada dalam naungan Allah SWT
Sifat Keegoisan dan arogansi akan lenyap
Tidak takut kepada kekuatan selain Allah SWT
Ketika sampel diperdengarkan surah Al-Fatihah setelah diberi intervensi
maka sampel akan mengingat kandungan surah Al-Fatihah yang telah diberikan
sebelumnya, maka pada saat ini terjadi perubahan emosi yang dilakukan oleh sistem
limbik sesuai dengan memori yang telah terbentuk berisi kandungan surah Al-
Fatihah, sehingga kondisi pasien menjadi lebih rileks dan tenang menyebabkan
terbentuknya gelombang alfa yang lebih banyak pada kelompok perlakuan,
dibandingankan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi apapun.
Dengan lebih banyaknya terbentuk gelombang alfa pada kelompok perlakuan
ini, menandakan bahwa pemahaman terhadap kandungan surah Al-Fatihah yang
lebih mendalam memberikan efek bagi tubuh yaitu tubuh menjadi semakin rileks,
ditandai dengan meningkatnya aktifitas gelombang alfa saat diperdengarkan surah
Al-Fatihah. Hal ini sesuai dengan keistimewaan surah Al-Fatihah yaiut
memberikan banyak manfaat bagi yang mendengar atau membacanya, salah
satunya manfaatnya adalah dalam bidang kesehatan.
Fakta yang didapatkan ketika mendengarkan surah Al-Fatihah dengan lebih
memahami makna dari setiap ayat nya yang meningkatkan aktifitas gelombang alfa,
sebagai tanda kondisi tubuh semakin rileks, menjadi bukti bahwa mendengarkan
murottal Alquran dapat menjadi salah satu jenis terapi yang dapat digunakan untuk
mengatasi kondisi tubuh saat sedang tidak rileks.
Berbagai kondisi yang dapat membuat tubuh menjadi tidak rileks seperti
sedang stress, sedang sedih, dan sedang panik, ataupun penyakit kejiwaan seperti
depresi dan cemas, dengan melihat fakta diatas dapat kita atasi dengan cara
mendengarkan surah Al-Fatihah dan tentunya memahami maknanya secara
mendalam.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW,
dalam riwayatnya beliau menjelaskan surah Al-Fatihah sebagai surah yang
digunakan untuk melakukan pengobatan dengan teknik ruqyah, “Bahwa ada
43
sekelompok sahabat Rasulullah SAW dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu
melewati suatu kampong arab. Kala itu mereka meminta untuk dijamu penduduk
kampung tersebut lantas berkta kepada pada sahabat yang mampir, “Apakah
diantara kalian ada yang bisa meruqyah ?, karena pembesar kampong tersebut
tersengat binantang atau tererang demam.” Di antara para sahabat lantas berkata,
“iya ada”. Lalu sahabat tersebut mendatangi pembesar kampong tersebut dan
meruqyah dengan membaca surah Al-Fatihah. Maka pembesar kampung itupun
sembuh. Lalu yang membaca ruqyah tadi debierikan seekor kambing, namn ia
enggan menerimanya, dan disebutkan, ia mau menerima sampai kisah tadi
diceritakan kepada Nabi SAW. Lalu ia mendatangi Nabi SAW dan menceritakan
kisahnya tadi kepada beliau. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah
kecuali dengan membaca surah Al-Fatihah.” Rasululullah SAW lantar tersenyum
dan berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu Al-Fatihah adalah ruqyah ?”, beliaupun
bersabada, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku
sebagiannya bersama kalian” (HR. Bukhari dan Muslim).
Penelitian ini juga sejalan dengan penilitan yang dilakukan oleh Azian
Azmimi Abdullah dan Zainab Omar, didapatkan dalam penelitian tersebut bahwa
jumlah gelombang alfa lebih banyak terbentuk ketika diperdengarkan ayat al qur’an
dibandingkan dengan musik rock.
Penelitian lain juga mengatakan jika mendengarkan dapat digunakan sebagai
terapi non-farmakologi pada pasien kecemasan, efek mendengarkan surah Al-
Fatihah bagi pasien kecemasan adalah menurunkan tingkat kecemasan.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan keterbatasan sebagai berikut :
1. Peniliti tidak memiliki parameter yang jelas tentang tingkat emosi sebelum
dan sesudah intervensi yang berhubungan dengan kondisi rileks subjek,
pada penelitian ini hanya dibuktikan adanya peningkatan gelombang alfa
yang dapat menyebabkan kondisi rileks,
44
2. Peneliti tidak bisa memastikan gelombang alfa yang yang terbentuk pada
saat pengukuran pada pikiran subjek memikirkan tentang surah Al-Fatihah
yang sedang didengarkan,
3. Alat ukur yang digunakan mahal dan sulit untuk digunakan, butuh tenaga
professional untuk mengoperasikan alat tersebut.
4. Gelombag alfa yang diinterpretasikan pada penelitian ini hanyalah pada
regio occipital otak
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mendengarkan surah Al-Fatihah ayat 1-7 pada kelompok perlakuan dan kontrol
menghasilkan perbedaan aktivitas gelombang alfa yang siginifikan setelah
dilakukan intervensi.
Aktivitas gelombang alfa lebih tinggi terjadi pada kelompok perlakuan (10.80)
dibandingkan kelompok kontrol (6.10) dengan uji signifikansi perbedaan rata-rata
menggunakan uji independen sampel T test (P=0.022).
Hal ini menandakan mendengarkan Alquran Surah Al-Fatihah ayat 1-7 dengan
mengetahui makananya lebih dalam, dapat membuat tubuh menjadi lebih rileks,
sehingga dapat digunakan sebagai pengobatan non-farmakologi pada kondisi
kondisi yang membuat tubuh menjadi tidak rileks seperti, stress, sedih dan cemas
maupun penyakit kejiwaan seperti depresi dan kecemasan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ada beberapa saran yang
dapat diberikan untuk peniliti selanjutnya, diantaranya sebagai berikut :
a. Melakukan uji tingkat stress, kecemasan, atau depresi menggunakan
kuisioner atau pun tanda tanda vital yang berhubungan dengan keadaan
tersebut
b. Melakukan crosscheck kembali setelah pengukuran EEG, pada bagian
surah yang muncul gelombang EEG
c. Pemeriksaan disertakan dengan fMRI agar dapat diketahui isi pikiran dan
keadaan emosi subyek penelitian
d. Membeli alat EEG agar biaya penelitian bisa lebih murah, dan dapat
mengukur surah surah dalam Alquran yang lainnya.
e. Menghitung gelombang alfa pada seluruh bagian kepala
46
f. Durasi intervensi yang dilakukan lebih panjang dan jenis intervensi lebih
bervariasi agar pemahaman tentang surah Al-Fatihah lebih tertanam di
memori subjek
47
Daftar Pustaka
1. Shihab MQ. Al-lubab makna, tujuan, dan pelajaran dari surah surah al-
qur’an. Indonesia: Lentera Hati. 2012.
2. Baxter AJ, Patton G, Scott KM, Degenhardt L, Whiteford HA. Global
Epidemiology Of Mental Disorders: What Are We Missing?. PLoS One.
2013 June;8(6)
3. Alcaff M. Tafsir popular al-fatihah memyelami makna lahir dan batin al-
fatihah secara mudah dan sederhana. Indonesia: PT Mizan Pustaka. 2011
4. Abdulla AA, Omar Z. The effect of temporal EEG signals while listening
to qur’an recitation. International Journal on Advanced Science,
Engineering, and Information Technology. 2011 Januari; 1.
5. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy & physiology. 13th ed.
USA: John Wiley & Sons, Inc. 2012
6. Malik AS, Amin HU. Designing eeg experiments for studying the brain.
India : Elsevier. 2017
7. Vaghefi M, Nasrabadi AM, Golpayegani SM, Mohammadi MR,
Gharibzadeh S. Sprituality and Brain Waves. Journal of Medical
Engineering & Technology. 2015;(39)2
8. Marcuse LV, Fields MC, Yoo J. Rowan’s primer of eeg. 2nd. China:
Elsevier. 2016
9. Nawir N, Electronica biomedic: Electroenchepalograf. 2011. Disadur dari
https://www.google.com/search?q=(Electroencephalograf%2C+Nursubhan
+Nawir)&oq=(Electroencephalograf%2C+Nursubhan+Nawir)&aqs=chro
me..69i57.3118j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8, pada tanggal 24 juni
2019.
10. Palinggi Y. Makalah sistem instrumensasi medik. 2016. Disadur dari
https://www.academia.edu/23157377/Electroencephalograph_EEG, pada
tanggal 13 januari 2019.
11. Kamus daring. 2019. Disadur dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/rileks,
pada tanggal 13 januari 2019
12. Emotions and Brain Waves Dr. Aparna Ashtaputre- Sisode1 * The
International Journal of Indian Psychology ISSN 2348-5396 (e) | ISSN:
48
2349-3429 (p) Volume 3, Issue 2, No.5, DIP: 18.01.076/20160302 ISBN:
978-1-329-87724-5 http://www.ijip.in | January - March, 2016
13. Kamus daring. 2019. Disadur dari
https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/emosi, pada tanggal 13 januari 2019
14. Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi, (Terjemahan Kartini dan
Kartono). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
15. Jasim, M. H., Salih, M. M., Abdulwahhab, Z. T., Shouwandy, M. L.,
Ahmed, M. A., & ALsalem, M. A. (2019). Emotion Detection among
Muslims and Non- Muslims While Listening To Quran Recitation Using
EEG. International Journal of Academic Research in Business and Social
Sciences, 9(14), 10–16.
16. Hude, M Darwis. 2006. Emosi-Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang
Emosi Manusia dalam Al Qur’an. Jakarta:Erlangga.
17. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray dasar dasar anatomi. Indonesia:
Elsevier. 2014
18. Netter FH. Atlas anatomi manusia. 5th ed. Indonesia : Elsevier. 2013
19. Guyton AC, Hall JE. Guyton and hall textbook of medical physiology. 13th.
USA: Elsevier. 2016
20. Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. 2016
21. Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks, HL. Ganong’s review of
medical physiology. 24th. Singapore: McGraw-Hill. 2012
22. Ward J, Clarke R, Linden R. At a Glance Fisiologi. 12th ed. Jakarta:
Erlangga. 2009
23. Aparnathi RR, Dwivedi VJ. The study about brain wave extreme low
frequency and works. International Medical Association Expert Talk &
Conference. 2016 Februari 1.
24. Kamal NF, Mahmood NH, Zakaria NA. Modeling brain activities during
reading working memory task : comparasion between reciting qur’an and
reading book. Procedia – Social and Behavioral Sciences. 2013
November;97(83-89).
49
LAMPIRAN
Lampiran 1
Form Permohonan Peminjaman Alat
Gambar 6.1 Form permohonan peminjaman alat
50
Lampiran 1
Form Permohonan Peminjaman Alat
Gambar 6.1 Form permohonan peminjaman alat
51
Lampiran 2
Form Inform Consent
Gambar 6.2 Form inform consent
52
Gambar 6.3 Proses Pengukuran Besar Kepala
Gambar 6.4 Proses Penentuan posisi elektroda
Gambar 6.5 Proses Perekaman EEG
Lampiran 3
Proses Perekaman EEG
53
Tabel 6.1 Hasil aktivitas gelombang alfa EEG pre dan pos imtervensi
Lampiran 4
Hasil Aktivitas Gelombang Alfa EEG Pre dan Pos Intervensi
54
Tabel 6.2 Hasil uji normalitas aktivitas gelombang alfa pre intervensi
Tabel 6.3 Hasil uji homogenitas aktivitas gelombang alfa pre intervensi
Tabel 6.4 Hasil uji komparatif aktivitas gelombang alfa pre intervensi
Lampiran 5
Analisa Data
1. Aktivitas Gelombang Alfa Pre Intervensi
Tests of Normality
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
transform1 kontrol .252 10 .071 .865 10 .089
perlakuan .181 9 .200* .943 9 .612
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
transform
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.537 1 17 .048
55
Tabel 6.5 Hasil uji normalitas aktivitas gelombang alfa pos intervensi
Tabel 6.6 Hasil uji homogenitas aktivitas gelombang alfa pos intervensi
Tabel 6.7 Hasil uji komparatif aktivitas gelombang alfa pos intervensi
2. Aktivitas Gelombang Alfa Pos Perlakuan
Tests of Normality
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
transform1 kontrol .144 10 .200* .976 10 .940
perlakuan .187 9 .200* .919 9 .385
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
transform
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.491 1 17 .133
56
Lampiran 6
Riwayat Penulis
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Alhayandi Deu
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Tempat, tanggal lahir : Sorong, 20 September 1998
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pasar Sabtu, desa Boludawa, Kec. Suwawa, Kab.
Bone Bolango, Prov. Gorontalo
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2003 – 2004 : TK An Ni’mah Kota Sorong
2004 – 2010 : SD Al Irsyad Al Islamiyah Kota Sorong
2010 – 2013 : MTs Sains Al Gebra Kota Sorong
2013 – 2016 : MAN Insan Cendekia Gorontalo
2016-Sekarang : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta