Aktivitas Biokimia Bakteri Praktikum 7
-
Upload
dhedhew-dewinta-febriyanti-4612 -
Category
Documents
-
view
806 -
download
18
Transcript of Aktivitas Biokimia Bakteri Praktikum 7
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
AKTIVITAS BIOKIMIA BAKTERI
Oleh
Evanty Andriani Agnes ( 103112620150041 )
Nur Hani (103112620150025)
Aji Akbar Bishari (103112620150028)
Dewinta Febriyanti (103112620150033)
T. Abdul Hafizt (10311262015)
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2013
AKTIVITAS BIOKIMIA BAKTERI
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui berbagai macam aktivitas atau reaksi biokimia yang dapat
dilakukan oleh bakteri.
2. Mengidentifikasi suatu jenis mikroba yang belum diketahui.
II. TEORI DASAR
Bakteri memiliki berbagai aktivitas biokimia (pertumbuhan dan perbanyakan)
dengan menggunakan raw material (nutrisi) yang diperoleh dari lingkungan
sekitarnya. Transformasi biokimia dapat timbul didalam dan diluar dari bakteri yang
diatur oleh katalis biologis yang dikenal sebagai enzim.
Setiap bakteri memiliki kemampuan dalam menggunakan enzim yang
dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan asam amino.
Metabolisme atau penggunaan dari molekul organik ini biasanya menghasilkan
produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan karakterisasi bakteri.
pengamatan aktivitas biokimia atau metabolisme mikroorganisme yang diketahui dari
kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan dan menguraikan molekul yang
kompleks seperti karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat. Selain itu dilakukan
pula pengamatan pada molekul-molekul sederhana seperti asam amino dan
monosakarida. Dan hasil dari berbagai uji ini digunakan untuk perincian dan
identifikasi mikroorganisme. Penggunaan zat hara tergantung dari aktivitas
metabolisme mikroba. Metabolisme seringkali menghasilkan hasil sampingan yang
dapat digunakan untuk identifikasi mikroorganisme. Pengamatan aktivitas
metabolisme diketahui dari kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan dan
menguraikan molekul yang kompleks seperti zat pati, lemak, protein dan asam
nukleat. Selain itu pengamatan juga dilakukan pada molekul yang sederhana seperti
amino dan monosakarida.
Beberapa contoh reaksi biokimia bakteri
- Reaksi biokimia sebagai aktivitas enzim ekstraseluler: Hidrolisis pati, Hidrolisis
lipid, Hidrolisis gelatin dan sebagainya
- Reaksi biokimia sebagai aktivitas enzim intraseluler: Fermentasi karbohidrat,
Reaksi TSIA, reaksi IMViC (Indol, Metil Red, Vogesproskauer, Citrat) , Reduksi
nitrat, Produksi H2S, Reaksi katalase, Reaksi oksidase dan sebagainya
A. Hidrolisis Pati
Pati merupakan polimer glukosa dengan ikatan α glikosida. Pati digunakan
oleh bakteri sebagai sumber karbon dan energi, tapi sebelum masuk kedalam sel perlu
didegradasi (dipecah) terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh
enzim ekstraseluler, yakni amilase dan maltase. pati secara berturut-turut akan
dipecah menjadi dekstrin, maltasa dan glukosa. Kemampuan bakteri dalam
menghidrolisis pati dapat dideteksi dengan penambahan iodium/lugol ke dalam
medium starch agar. Jika pada medium/substrat masih terdapat pati, maka dengan
penambahan iodium akan terbentuk warna biru disekitar koloni, sebaliknya jika pati
sudah dihidrolisis, maka akan terbentuk warna bening disekitar koloni bakteri.
B. Hidrolisis Lipid
Lipid atau trigliserida dapat dipecah dengan enzim lipase menjadi gliserol dan
asam lemak. Asam lemak selanjutnya masuk kedalam sel dan dikatabolisme sebagai
sumber energi. Adanya lipid dalam medium Trybutirin agar, menyebabkan medium
ini bewarna buram, akan tetapi bila lipid ini dihidrolisis oleh bakteri akan terbentuk
zona bening disekitar koloni.
C. Hidrolisis Gelatin
Gelatin adalah protein yang dihasilkan dari hidrolisis kolagen. Nilai gelatin
sebagai sumber nutrisi masih dipertanyakan, namun beberapa bakteri diketahui
mempunyai enzim gelatinase yang dapat menghidrolisis gelatin. Gelatin mempunyai
sifat membeku pada suhu <25°C. Bila bakteri dapat mengidrolisis gelatin dalam
medium nutrien gelatin, maka medium tetap cair setelah disimpan dalam lemari es.
Sebaliknya bila masih terdapat gelatin dalam medium, maka medium akan membeku
setelah disimpan dalam lemari es.
D. Fermentasi Karbohidrat
Kemampuan memfermentasikan berbagai karbohidrat dan produk fermentasi
yang dihasilkan merupakan ciri yang sangat berguna dalam identifikasi
mikroorganisme. Hasil akhir dari fermentasi karbohidrat ini ditentukan oleh sifat
mikroba, media biakan yang digunakan, serta faktor lingkungan antara lain pH dan
suhu. Media fermentasi harus mengandung senyawa yang dapat dioksidasi dan
difermentasikan oleh mikroorganisme. Glukosa merupakan senyawa yang paling
sering digunakan oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi itu. Selain itu
terdapat pula media sukrosa dan laktosa. Fermentasi merupakan proses oksidasi
biologi dalam keadaan anaerob dimana yang bertindak sebagai substrat adalah
karbohidrat. Dimana hasil dari fermentase ini berbeda-beda bergantung pada jenis
bakterinya misalnya saja asam laktat, asam cuka, CO2 dan asam tertentu lainnya.
Pada percobaan ini digunakan tiga medium yang berbeda yaitu LB, SB, dan GB.
Dimana pada uji fermentasi karbohidrat ini, yang akan dilihat adalah pembentukan
asam yang akan terlihat dari perubahan warna medium menjadi kuning dan
pembentukan gas yang terlihat dari adanya gas dalam tabung durham.
Perubahan warna medium mejadi kuning disebabkan karena terdapatnya
indicator brom timol blue (BTB) dalam medium. Dimana penambahan indicator BTB
ke dalam medium yang mengalami fermentasi karbohidrat jadi asam dalam keadaan
aerob, maka pH akan turun dan akhirnya indikator BTB ini akan berubah warna
menjadi kuning. Beberapa mikroorganisme seperti E. coli, dapat menggunakan
laktosa sebagai sumber karbon. Selain laktosa, substrat alamiah dari enzim, adalah
bahan yang sangat penting, ONPG (o-nitro-phenyl-β-Dgalactopyranoside), dapat
digunakan pula. ONPG tidak berwarna tetapi setelah hidrolisis menjadi o-nitrofenol,
akan timbul warna kuning pada larutan yang alkali. Tes ini dapat digunakan utuk
identifikasi beberapa jenis bakteri. Berikut ini beberapa jenis bakteri yang mampu
melakukan fermentasi terhadap karbohidrat serta hasil fermentasinya, adalah:
a) Fermentasi asam laktat : bakteri asam laktat (Streptococcus, Lactobacillus)
b) Fermentasi alkohol : Zygomonas, Saccharomycetes
c) Fermentasi asam propionate : bakteri asam propionate (Propionibacterium)
d) Fermentasi 2,3-butanadiol : Enterobacter, Serralia, Bacillus.
e) Fermentasi asam campuran : bakteri enterik (Escherichia, Enterobacter,
Salmonella, Proteus)
f) Fermentasi asam butirat : Clostridium
E. Uji H2S
Pengujian ini menggunakan medium TSIA (Triple Sugar Iron Agar), uji ini
digunakan untuk membedakan antara anggota kelompok Enterobacteriaceae dan
membedakan kelompok Enterobacteriaceae dengan kelompok lainnya. Pada uji ini
menggunakan medium TSIA yang mengandung tiga macam gula yaitu glukosa,
laktosa, dan sukrosa. Kemudian diinkubasi selama 7x24 jam pada suhu 37oC. H2S
diproduksi oleh beberapa jenis mikroorganisme melalui pemecahan asam amino yang
mengandung unsur belerang (S) seperti lisin dan metionin. H2S dapat juga diproduksi
melalui reduksi senyawa-senyawa belerang anorganik, misalnya : tiosulfat, sulfit atau
sulfat. Adanya H2S dapat diamati dengan menambahkan garam-garam logam berat
ke dalam medium. Dikatakan positif apabila H2S bereaksi dengan senyawa-senyawa
ini ditandai dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam. Dan dikatakan
negatif apabila tidak terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam karena bakteri yang
berada dalam medium tersebut tidak dapat menghidrolisis logam-logam berat yang
terkandung dalam medium. Pada percobaan ini, reaksi yang dapat timbul adalah :
a) Kuning pada butt (dasar) dan merah pada slant (permukaan miring), menunjukkan
adanya fermentasi glukosa.
b) Kuning pada butt dan slant, menunjukkan adanya fermentasi laktosa dan/atau
sukrosa.
c) Pembentukan gas, yang ditandai dengan pembentukan ruang udara dibawah
medium sehingga medium terangkat ke atas.
d) Pembentukan gas (H2S), terlihat dari pembentukan warna hitam pada medium.
e) Merah pada butt dan slant, menunjukkan tidak adanya fermentasi gula dan
pembentukan gas atau pembentukan H2S.
F. Uji Produksi Indol
Mikroorganisme menggunakan asam amino sebagai pemuka protein,
komponen sel dan kadang kala sebagai sumber energi. Asam amino ini
dimodifikasikan dengan berbagai cara sewaktu metabolisme. Dalam percobaan
diperlihatkan berbagai cara mikroorganisme memodifikasikan asam amino. Dimana
modifikasi asam amino dapat digunakan untuk pengidentifikasian untuk suatu jenis
bakteri. Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat
pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh
mikroorganisme. Dimana asam amino triptofan apabila dihidrolisis oleh enzim
triptofamase akan menghasilkan indol dan asam pemuat. Untuk uji ini, digunakan
medium cair yang kaya akan triptofan yaitu dalam bentuk tripton 1% sebagai sumber
karbon. Indol yang terbentuk akan berwarna merah dengan penambahan reagen
Kovach atau Erlich yang mengandung p-dimetilbenzaldehid. Dikatakan positif
apabila senyawa ini menghasilkan senyawa para amino benzaldehid yang tidak larut
dalam air dan membentuk warna merah pada permukaan medium.
G. Uji katalase
Beberapa bakteri yang memiliki flavoprotein dapat mereduksi O2 dengan
menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) atau superoksida (O2-). Kedua bahan ini
merupakan bahan yang toksik dan menghancurkan kompenen sel dengan sangat
cepat. Bakteri harus dapat mempertahankan diri seperti dengan produksi O2 atau
akan terbunuh. Beberapa bakteri dapat memproduksi enzim yang dapat mengkatalisis
superoksids yaitu peroksida dismutase, dan juga katalase atau peroksidase yang dapat
mendekstruksi hidrogen peroksida. Katalase adalah enzim yang mengkatalisasikan
penguraian hydrogen peroksida (H2O2) menjadi air dan O2. Hidrogen peroksida
terbentuk sewaktu metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam
lingkungan aerob dapat menguarikan zat toksik tersebut. Uji katalase ini dilakukan
untuk mengidentifikasi kelompok bakteri bentuk kokkus, dalam membedakan
Staphylococcus dan Streptococcus. Dimana kelompok streptococcus bersifat katalase
negative dan Staphylococcus bersifat katalase positif. Penentuan adanya katalase ini
terlihat dari pembentukan gelembung udara di sekitar koloni setelah ditambahkan
larutan H2O2 3%.
H. Uji MRVP
Uji metil red digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam
campuran. Dimana beberapa bakteri dapat memfermentasikan glukosa dan
menghasilkan berbagai produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH
media pertumbuhannya menjadi 5,0 atau lebih rendah. Uji ini dilakukan untuk
menghasilkan asam melalu proses hidrolisis yang menghasilkan asam organik
sederhana. Pengujian dengan menggunakan metil merah, Voges-Proskeuer, Uji
Indole serta uji penggunaan sitrat sering dikenal sebagai tes IMViC (indole, methyl
red, Voges-Proskueur, dan citrate, serta “i” adalah merupakan huruf penghubung).
Tes IMViC ini digunakan untuk membedakan beberapa bakteri golongan
Enterobacteriaceae, berdasarkan kemampuannya dalam memfermentasi glukosa dan
laktosa, penguraian triptosan yang menghasilkan indole serta adanya enzim sitrat
permease yang mampu menguraikan natrium sitrat dari medium khusus yang
digunakan. Pada percobaan ini, penambahan indikator metil red pada akhir
pengamatan dapat menunjukkan perubahan pH menjadi asam. Metil red akan menjadi
merah pada suasana asam (pada lingkungan dengan pH 4,4) dan akan berwarna
kuning pada suasana basa (pada suasana lebih dari atau sama dengan 6,2). Uji ini
berguna dalam identifikasi kelompok bakteri yang menempati saluran pencernaan,
seperti pada golongan coliform dan enterobacteriaceae.
I. Uji Voges-Proskueur
Digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melakukan
fermentase dengan hasil akhir 2,3 butanadiol. Bila bakteri memfermentasikan
karbohidrat menjadi 2,3 butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan
bahan tersebut dalam media pertumbuhan. Pada uji VP ini dilakukan penambahan
40% KOH dan 5% larutan alfa naftol pada saat pengamatan. Hal ini dapat
menentukan adanya asetoin (asetil metil karbinol), suatu senyawa pemula dalam
sintesis 2,3 butanadiol. Dengan adanya penambahan KOH 40 %, keberadaan setoin
ditunjukkan dengan perubahan warna medium menjadi merah, dan perubahan ini
makin jelas dengan penambahan alfa naftol beberapa tetes. Uji VP ini sebenarnya
merupakan uji tidak langsung untuk mengetahui adanya 2,3 butanadiol. Karena uji ini
lebih dulu menentukan asetoin, dan seperti yang kita ketahui bahwa asetoin adalah
senyawa pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol, sehingga dapat dipastikan bahwa
dengan adanya asetoin dalam media berarti menunjukkan adanya produk 2,3
butanadiol sebagai hasil fermentasi.
J. Uji sitrat
Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Untuk uji ini
digunakan medium Simmon’s citrate agar yang merupakan medium sintetik dengan
trinatrium sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, amonium (NH4+) sebagai
sumber nitrogen dan brom timol biru sebagai indikator pH. Bila mikroorganisme
mampu menggunakan sitrat, maka asam akan dihilangkan dari medium biakan,
sehingga menyebabkan peningkatan pH dan mengubah warna medium dari hijau
menjadi biru. Perubahan warna dari hijau menjadi biru menunjukkan bahwa
mikroorganisme mampu menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon,
sedangkan pada medium sitrat koser kemampuan menggunakan sitrat ditunjukkan
oleh kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : lampu spirtus, jarum
inokulasi, isolat bakteri Bacillus subtilis, isolat bakteri Bacillus cereus, isolat B1 dan
B2, medium Amilum (Hidrolisis Pati), medium Skim Milk (Hidrolisis Protein),
medium Trybutirin agar, medium gula (air pepton dengan gula glukosa, laktosa,
maltosa, manitol dan sakarosa), medium TSIA, medium SIM, medium MR-PV,
medium Sitrat, medium Tryticase Soy Agar, larutan lugol, Reagen Kovack’s,
Indikator merah metil, Reagen Barritts (α-naftol + KOH), Larutan H2O2 3%
3.2 Cara Kerja
1. Hidrolisis Pati
Bakteri yang telah disediakan diinokulasi ke dalam medium Starch Agar.
Kemudian bakteri diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Larutan lugol ditetesi di
atas medium. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
2. Hidrolisis Protein
Bakteri yang telah disediakan diinokulasi ke dalam medium Skim Milk.
Kemudian bakteri tersebut diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Diamati dan
dicatat apa yang terjadi.
3. Hidrolisis Gelatin
Bakteri yang telah disediakan diinokulasi ke dalam medium Nutrien Gelatin.
Bakteri diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Didiamkan dalam lemari es
selama 30 menit. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
4. Fermentasi Gula
Bakteri yang telah disediakan diinokulasi ke dalam masing-masing medium gula :
Medium glukosa, kapas penutup tabung berwarna kuning.
Medium laktosa, kapas penutup tabung berwarna ungu.
Medium maltosa, kapas penutup tabung berwarna merah.
Medium manitol, kapas penutup tabung berwarna hijau.
Medium sakarosa, kapas penutup tabung berwarna biru
Bakteri diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Kemudian diamati dan dicatat apa
yang terjadi.
5. Reaksi TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Bakteri yang telah disediakan diinokulasi ke dalam medium TSIA. Bakteri
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
6. Reaksi Indol
Bakteri yang telah disediakan diinokulasi ke dalam medium SIM. Bakteri
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Ditambahkan 3 tetes reagen Kovak’s.
Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
7. Reaksi Merah Metil
Bakteri yang telah disediakan diinokulasi ke dalam medium MR-PV. Bakteri
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Ditambahkan 3 tetes indikator merah
metil. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
8. Reaksi Voges – Proskauer
Bakteri yang telah disediakan diinokulasi ke dalam medium MR-PV. Bakteri
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Ditambahkan 3 tetes reagen Barritts dan
dibiarkan selama 5 – 15 menit. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
9. Reaksi Sitrat
Bakteri yang telah disediakan diinokulasi ke dalam medium Sitrat. Bakteri
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
10. Tes Katalase
Bakteri yang telah disediakan diinokulasi ke dalam medium Trypticase Soy Agar.
Bakteri diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Ditetesi larutan H2O2 3%. Diamati
dan dicatat apa yang terjadi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel Hasil Pengamatan Aktivitas Biokimia Bakteri
Gambar Hasil Pengamatan Sebelum
Gambar 4.1.1 TSIA dan Indol Gambar 4.1.2 TSA dan Gelatin
Gambar 4.1.3 Sitrat Gambar 4.1.4 MRVP dan MM
Gambar 4.1.5 Protein
Gambar Hasil Pengamatan Sesudah
Gambar 4.1.6 TSIA E.coli Gambar 4.1.7 TSIA Isolat 3B
Gambar 4.1.8 TSIA Isolat 3A Gambar 4.1.9 TSA Positif
Gambar 4.1.10 Sitrat Positif Gambar 4.1.11 Protein (+) Isolat 3A, 3B
Gambar 4.1.12 Pati Negatif Gambar 4.1.13 MRVP Negatif
Gambar 4.1.13 Indol Negatif Gambar 4.1.14 Fermentasi S.aureus
Gambar 4.1.15 Fermentasi P.aeruginosa Gambar 4.1.16 Isolat B
Gambar 4.1.15 Fermentasi E.coli Gambar 4.1.16 MM Isolat 3B (-)
Gambar 4.1.17 MM Positif
4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan adalah untuk mengetahui aktivitas biokimia
mikroorganisme yang terjadi pada perlakuan yang berbeda, karena sifat
mikroorganismenya juga berbeda.
Bakteri yang digunakan pada praktikum ini adalah Escherichia coli dan
Pseudomonas aeruginosa
Jenis Bakteri Gerak Pati Protein GelatinFermentasi Gula
TSIA Indol MM MRVP Sitrat TSAGlu Lak Mal Man Sak
Isolat 3A + + + - + - + - + - + - - +
Isolat 3B + + + - + - + - - - - - - +
E.coli + - - - + - + + + - + - + +
S.aureus - - - - + - + - + - + - - +
P.aeruginosa + - - - - - - - - - + - + +
Pembahasan Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen bakteri yang tak dikenal karena secara morfologis biakan atau pun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organik yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakteristik dan klasifikasi sebagian mikroba seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe media memproduksi tipe metabolit tentunya yang dideteksi dengan interaksi mikroba dengan reagen test yang mana menghasilkan perubahan warna reagen (Murray, 2005) Uji fisiologi biasanya identik dengan uji biokimia. Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yang antara lain uji katalase, koagulase, uji nitrit, hidrolisis gelatin, uji hidrolisis kanji, uji hidrogen sulfit dan lain-lain. Pengujian biokimia merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia mikrobiologi (Lim, 1998). Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yaitu antara lain adalah uji katalase,, hidrolisis gelatin, uji Oxidatif/Fermentatif uji Motilitas., dan uji Oksidase. (Dwidjoseputro, 1994).
Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau anaerob obligat. Bakteri yang memerlukan oksigen manghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri. Namun mereka dapat tetap hidup dengan adanya antimetabolit tersebut karena mereka menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen dengan reaksi sebagai berikut :
2H2O2 2 H2O + O2 (Volk 1993).
Kebanyakan bakteri aerobik dan anaerobik fakultatif akan memproduksi hidrogen peroksida yang bersifat toksik terhadap bakteri yang masih hidup. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sejumlah bakteri mampu menghasilkan enzim katalase yang memecah H2O2 menjadi air dan oksigen sehingga sifat toksiknya hilang (Pelczar 1986). Matinya bakteri-bakteri anerobik obligat bila ada oksigen disebabkan karena tidak adanya pembentukan enzim katalase sehingga H2O2 meracuni bakteri itu sendiri. Ada tidaknya pembentukan enzim katalase dapat membantu pembedaan kelompok-kelompok bakteri tertentu. Pada uji katalase, kebanyakan bakteri aerob dan anaerob menggunakan oksigen H2O2 yang sesungguhnya bersifat racun bagi sistem-sistem enzim sendiri. Namun, mereka tetap dapat hidup dengan adanya racun tersebut karena akan meghasilkan enzim katalase (Hadieotomo, 1993). Uji katalase yang dilakukan pada percobaan menujukan hasil positif yang ditandai dengan adanya gelembung.
Enzim-enzim yang menguraikan golongan potein disebut protenase/protease, kedua nama ini dianggap sinonim. Contoh pada hidrolisis gelatin dimana protein diperoleh dari hidrolisis kalogen, yaitu zat pada jaringan penghubung dan tendon dari hewan. Gelatin akan terurai oleh mikrobia yang mensintesis enzim proteolisis. Larutan gelatin bersifat cair pada suhu ruang atau suhu kamar dan padat apabila berada di dalam refrigerator. Dan apabila gelatin sudah dihidrolisis oleh mikroba, maka akan tetap bersifat cair (Hadioetomo, 1993). Gelatin diperoleh dengan mendidihkan bahan hewani yang mengandung kolagen, namun gelatin bukanlah protein yang sama tipenya dengan kolagen. Ternyata bobot molekul gelatin hanyalah sepertiga kolagen. Agaknya dalam pembentukan gelatin, molekul tropokolagen terurai dan tiap helai membuat ikatan-ikatan hidrogen dalam air, menghasilkan pembentukan gel yang khas (Fessenden & Fessenden, 1998). Hasil yang diperoleh pada percobaa setelah dilakukan inklubasi selama 24 jam dan pendinginan selama 10 menit didalam freezerdiperoleh bakteri dalam keadaan cair atau tidak membeku yang artinya percobaan berhasil atau positif
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerob (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerop akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Fermentasi dapat dilakukan menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun kultur campuran. Uji fermentasi yang dilakukan menggunakan farafin yang
menunjukan hasil positif yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari hijau menjadi kuning.
Menurut Volk (1988) kemampuan suatu organisme untuk bergerak sendiri disebut motilitas. Hampir semua sel bakteri spiral dan sebagian dari sel bakteri basil bersifat motil, sedangkan bakteri yang berbentuk kokus bersifat immotil Sifat ini diakibatkan oleh adanya alat motor cambuk yang disebut flagela sehingga sel bakteri dapat berenang di dalam lingkungan air. Motilitas sebagian besar jenis bakteri motil pada suhu relatif rendah 15-25 C dan mungkin tidak motil pada suhu 37 C.Beberapa bakteri dapat melakukan gerakan meluncur yang sangat mulus yang hanya terjadi kalau persentuhan dengan benda padat. Kebanyakan bakteri yang motil dapat mendekati atau menjauhi berbagai senyawa kimia yang disebut kemotaksis(Taringan 1988). Hasil yang didapatkan pada percobaan ini menujukan gerakan yang tidak teratur, itu artinya bakteri tersebut bersifat non motil.
Enzim oksidase memegang peranan penting dalam transport elektron selama respirasi aerobik. Sitokrom oksidase mengkatalisis oksidasi dan reduksi sitokrom oleh molekul oksigen. Enzim oksidase dihasilkan oleh bakteri aerob, fakultatif anaerob, dan mikroaerofilik. Mikroorganisme ini menggunakan oksigen, sebagai akseptor elektron terakhir selama penguraian karbohidrat untuk menghsilkan energi. Kemampuan bakteri memproduksi sitokrom oksidase dapat diketahui dari reaksi yang ditimbulkan setelah pemberian reagen oksidase pada koloni bakteri. Enzim ini merupakan bagian dari kompleks enzim yang berperan dalam proses fosforilasi oksidatif. Reagen yang digunakan adalah P-Amino 4 methyil. Reagen akan mendonorkan elektron terhadap enzim ini sehingga akan teroksidasi membentuk senyawa yang berwarna merah dan apabila berwarna coklat maka menujukan hasil yang negative seperti hasil yang ditujukan pada percobaan.
Berdasarkan hasil-hasil yang telah dillakukan dengan uji fermentasi, uji oksidase, produksi katalase, uji motilase dan uji oksidase bakteri yang terkadung didalam kultur adalah Chromobacterium violaceum, Beneckea, Vibrio, Plesiomonas, Aeromonas, dan Enterobacteria.
KESIMPULAN
Evanty Andriani Agnes (103112620150041) :
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Aji Akbar Bishari (103112620150028) :
T. Abdul Hafizt (10311262015) :
DAFTAR PUSTAKA
Noverita, R. Widowati, Yulneriwarni dan Darnely. Penuntun Praktikum Mikrobiologi.
Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta. 2009.
Syachrurraahman, A. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara.
Jakarta, 1994.
Daftar pustakaDwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta: Djambaran.
Hadioetomo,R.S.1993.Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi.Jakarta: Gramedia.
Herland.2009. Mikrobiogi Dasar.[Terhubung berkala]. http://ekmon-saurus. com/2008/11/bab-9-aktivitas-enzimatis.html.(29 November 2011 . 21:45 WIB)
Funke BR, Tortora GJ, Case CL . 2004. Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). Benjamin : Cummings. San Francisco.
Lehninger. 1995. Dasar – dasar Biokimia, Jilid I. Erlangga :Jakarta.Pelczar, M.J. Dan Chan, E.C.S. 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi.Jakarta :UI PressTaringan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud.Volk S. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.