AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK AIR DAN ETANOL DAUN …
Transcript of AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK AIR DAN ETANOL DAUN …
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK AIR DAN ETANOL DAUN
KELOR (Moringa Oleifera Lamk.) MENGGUNAKAN METODE
EKSTRAKSI SONIKASI
SKRIPSI
Oleh:
UZLIVATUL JAMILAH
NIM. 16630039
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
i
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK AIR DAN ETANOL DAUN
KELOR (Moringa Oleifera Lamk.) MENGGUNAKAN METODE
EKSTRAKSI SONIKASI
SKRIPSI
Oleh:
UZLIVATUL JAMILAH
NIM. 16630039
Diajukan Kepada:
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Uzlivatul Jamilah
NIM : 16630039
Jurusan : Kimia
Fakultas : Sains dan Teknologi
Judul Penelitian : Aktivitas antioksidan Ekstrak Air dan Etanol Daun Kelor
(Moringa Oleifera Lamk.) Menggunakan Metode Ekstraksi
Sonikasi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan data,
tulisan atau fikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau fikiran
saya sendiri, kecuali dengan mencantumkan sumber cuplikan pada daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiblakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 27 April 2021
Yang membuat pernyataan,
Uzlivatul Jamilah
NIM. 16630039
v
MOTTO
ا الع ي ما ل ا م ع لا ا ع ن ل ا الع ي ما ل ا نل ل لا ال ي ل“Ilmu bukanlah apa yang dihafal, akan tetapi yang bermanfaat“. (Imam
Syafi’ie)
ا م ي ل ل اما الع ي ما ع ل ل عا الع ي عا ل“Ilmu tidak akan didapat dengan santai-santai”. (Imam Yahya bin Abi Katsir)
ا ع الن ي عا ل ل ا الض را ا الع ي ما ع ن ا م ي ل م ل“Ilmu tidak akan didapat kecuali dengan bersabar atas kesulitan”. (Imam
Syafi’ie)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, rasa syukur yang tiada henti saya ucapkan atas terselesaikannya
skripsi ini.
Kepada
Bapak dan Ibu saya, Ach. Muhed dan Ibu Jumratun
Kedua saudara saya, Nurul Imamah dan Hazmi Widyan Baidilah.
Atas limpahan semangat, cinta, kasih, dan sayangnya. Dan yang tiada henti
mendo’akan kesuksesan saya.
Sepupu sekaligus sahabat saya, Yussi Rusdiana yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
Sahabat-sahabat kimia, Terima kasih atas kebersamaanya, semangatnya, dan
kenangannya.
PP. Al-Azkiya, Terima kasih sudah mengajarkan banyak pelajaran hidup dan
ilmu agama selama saya dipesantren.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang, dimana dengan limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
semaksimal mungkin, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Semoga dari apa
yang penulis upayakan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sholawat beserta
salam akan selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang merupakan pencetus kehidupan keadilan, revolusionis dunia, penuntun
umatnya agar senantiasa berlandaskan al Qur’an dan al Hadist, dan suritauladan
terbaik.
Alhamdulillah, penulis juga bersyukur atas terselesaikannya skripsi dengan
judul “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air dan Etanol Daun Kelor (Moringa
Oleifera Lamk.) Menggunakan Metode Ekstraksi Sonikasi” ini yang dilaksanakan
di Laboratorium Riset Kimia Fisika. Penyusunan laporan ini dimaksudkan sebagai
salah satu syarat untuk melakukan penelitian tugas akhir.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak
bimbingan, nasihat petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa
kesehatan dan rezeki sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Orang tua tercinta dan kedua saudara saya yang telah banyak memberikan
perhatian, nasihat, doa, dan dukungan baik moril maupun materil yang tak
mungkinterbalaskan juga keluarga besar penulis.
viii
3. Bapak. Prof. Dr. Abd. Haris, M.Ag, selaku rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Ibu Elok Kamilah Hayati, M.Si selaku ketua Jurusan Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
5. Ibu Eny Yulianti, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Bapak A. Ghanaim Fasya, M.Si selaku pembimbing agama yang telah
mengarahkan integrasi al-Qur’an dan Hadist yang sesuai dengan
penelitian kepada penulis.
7. Teman-teman jurusan Kimia angkatan 2016 khususnya dan semua
mahasiswa Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang yang telah memberi motivasi, informasi, dan
masukannya kepada penulis.
8. Semua rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas segala bantuan dan motivasinya kepada penulis.
Seiring do’a dan harapan semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis, mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Aamiin.
Dengan menyadari atas terbatasnya ilmu yang penulis miliki, skripsi ini
tentu jauh dari sempurna. Terlepas dari segala kekurangan, semoga skrpsi ini
dapat memberikan informasi dan kontribusi positif serta bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Malang, April 2021
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
ABSRTAK ....................................................................................................... xiv
ABSTRACT ..................................................................................................... xv
xvi ............................................................................................................... ا خ ص
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
1.4 Batasan Masalah ................................................................................. 6
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1 Tanaman Kelor (Moringa Oleifera Lamk.) ......................................... 7
2.2 Ekstraksi Sonikasi (Ultrasonik) ........................................................... 9
2.3 Uji Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder ..................................... 10
2.4 Antioksidan ...................................................................................... 14
2.5 Radikal Bebas ................................................................................... 16
2.6 Mekanisme Antioksidan .................................................................. 17
2.7 Uji Aktivitas Antioksidan ................................................................ 18
2.8 Pengeringan (Kering Jemur dan Kering Angin)................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 24
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 24
3.2Alat dan Bahan .................................................................................. 24
3.2.1 Alat ......................................................................................... 24
3.2.2Bahan....................................................................................... 24
3.3 Rancangan Penelitian ........................................................................ 25
3.4 Tahapan Penelitian............................................................................ 26
3.5 Cara Kerja ........................................................................................ 26
3.5.1 Preparasi Sampel .................................................................... .26
3.5.2 Penentuan Kadar Air Secara Thermogravimetri ....................... 26
3.5.3 Ekstraksi Sonikasi ................................................................... 27
3.5.4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH .................... 27
3.5.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ..................... 27
3.5.4.2 Pengukuran Potensi Antioksidan pada Sampel ................ 28
x
3.5.5 Uji Fitokimia Senyawa Aktif Ekstrak Daun Kelor ................... 28
3.5.5.1 Uji Alkaloid ..................................................................... 29
3.5.5.2 Uji Flavonoid................................................................... 29
3.5.5.3 Uji Tanin ........................................................................ 29
3.5.5.4 Uji Saponin...................................................................... 29
3.5.5.5 Uji Steroid dan Triterpenoid ............................................ 30
3.5.6. Analisis Data .......................................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 31
4.1 Preparasi Sampel .............................................................................. 31
4.2 Penentuan Kadar Air Secara Thermatogravimetri.............................. 31
4.3 Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Daun Kelor menggunakan
Metode ekstraksi Sonikasi ............................................................... 33
4.4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH .............................. 36
4.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH .................. 36
4.4.2 Uji Aktivitas Antioksidan ........................................................ 37
4.5 Uji Fitokimia dengan Reagen ............................................................ 41
4.5.1 Alkaloid .................................................................................. 43
4.5.2 Flavonoid ................................................................................ 45
4.5.3 Saponin ................................................................................... 47
4.5.4 Triterpenoid ............................................................................ 48
4.6 Pemanfaatan Tanaman Kelor sebagai Obat dalam Perspektif Islam ... 50
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 53
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 53
5.2 Saran ................................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 54
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 63
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rancangan Penelitian ..................................................................... 63
Lampiran 2. Diagram Alir Penelitian.................................................................. 64
Lampiran 3. Perhitungan Pembuatan Reagen dan Larutan .................................. 72
Lampiran 4. Data dan Perhitungan Hasil Penelitian ............................................ 76
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 89
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil rendemen ekstraksi sonikasi dan maserasi ................................. 10
Tabel 2.2 Ketentuan kekuatan antioksidan ......................................................... 21
Tabel 2.3 Penelitian Mengenai Variasi Preparasi Pengeringan. .......................... 23
Tabel 4.1 Hasil kadar air daun kelor .................................................................. 32
Tabel 4.2 Hasil ekstrak kental daun kelor........................................................... 34
Tabel 4.3 Nilai EC50 ekstrak air dan etanol daun kelor ....................................... 39
Tabel 4.4 Hasil uji fitokimia daun kelor menggunakan ekstraksi sonikasi. ......... 42
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Kelor ................................................................................. 9
Gambar 2.2 Struktur dasar senyawa alkaloid dan flavonoid ................................ 11
Gambar 2.3 Struktur senyawa tanin (gallotanin) ................................................. 12
Gambar 2.4 Struktur senyawa saponin ............................................................... 13
Gambar 2.5 Struktur steroid dan triterpenoid ...................................................... 14
Gambar 2.6 Butylated hudroxytoluene (BHT) .................................................... 15
Gambar 2.7 Reaksi Mekanisme Penghambatan Antioksidan Terhadap Radikal .. 18
Gambar 2.8 Reaksi antara Radikal Bebas Membentuk Kompleks Bukan Radikal18
Gambar 2.9 Resonansi DPPH............................................................................. 19
Gambar 2.10 Reaksi Penghambatan Radikal DPPH ........................................... 20
Gambar 2.11Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol pada Daun Kelor .. 22
Gambar 2.12 Spektrum isolat dari ekstrak etil asetat daun kelor ......................... 25
Gambar 4.1 Spektrum larutan DPPH 0,2 mM ..................................................... 37
Gambar 4.2 Reaksi Hidrolisis Bismut ................................................................ 43
Gambar 4.3 Dugaan reaksi antara alkaloid dengan Pereaksi Dragendorff ........... 44
Gambar 4.4 Dugaan reaksi antara alkaloid dengan Pereaksi Meyer .................... 45
Gambar 4.5 Dugaan reaksi antara flavonoid dengan Logam Mg dan HCl ........... 46
Gambar 4.6 Dugaan reaksi hidrolisis senyawa saponin dalam air ....................... 48
Gambar 4.7 Dugaan reaksi triterpenoid dengan Pereaksi Liebermann-Burchad .. 49
Gambar L.5.1 Preparasi Sampel ......................................................................... 89
Gambar L.5.2 Kadar Air .................................................................................... 90
Gambar L.5.3 Ekstraksi Sonikasi ....................................................................... 90
Gambar L.5.4 Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH .............................. 91
Gambar L.5.5 Uji Fitokimia ............................................................................... 92
Gambar L.5.5.1 Alkaloid ................................................................................... 92
Gambar L.5.5.2 Flavonoid ................................................................................. 92
Gambar L.5.5.3 Tanin ........................................................................................ 92
Gambar L.5.5.4 Saponin .................................................................................... 92
Gambar L.5.5.5 Steroid dan Triterpenoid ........................................................... 93
xiv
ABSTRAK
Jamilah, U. 2021. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air dan Etanol Daun Kelor
(Moringa Oleifera Lamk.) Menggunakan Metode Ekstraksi Sonikasi.
Pembimbing I: Eny Yuilanti, M.Si ;Pembimbing II: A. Ghanaim Fasya,M.Si.
Kata Kunci : Aktivitas Antioksidan, Fitokimia, Daun Kelor (Moringa Oleifera
Lamk.), Variasi Pengeringan, Ekstraksi Sonikasi, Pelarut Air dan etanol.
Kelor (Moringa Oleifera Lamk.) merupakan tanaman perdu yang sering
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan obat. Tanaman ini mengandung
beberapa senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak air dan etanol daun kelor
menggunakan metode DPPH dan untuk mengetahui hasil uji fitokimia ekstrak air
dan etanol daun kelor menggunakan metode ekstraksi sonikasi.
Tahapan penelitian ini meliputi: preparasi sampel dengan variasi
pengeringan yaitu kering jemur selama 4 hari dan kering angin selama 14 hari.
Ekstraksi senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan metode ekstraksi
sonikasi menggunakan variasi pelarut yaitu air dan etanol. Pengujian aktivitas
antioksidan menggunakan metode DPPH. Uji fitokimia senyawa aktif ekstrak
daun kelor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai aktivitas antioksidan (EC50)
ekstrak air dan etanol daun kelor yaitu ekstrak air (kering jemur dan kering angin)
sebesar 130 dan 274,1 ppm. Sedangkan ekstrak etanol (kering jemur dan kering
angin) sebesar 91,15 dan 115,9 ppm. Identifikasi senyawa aktif ekstrak air daun
kelor diduga mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan triterpenoid.
Sedangkan ekstrak etanol daun kelor diduga mengandung senyawa alkaloid,
flavonoid dan triterpenoid.
xv
ABSTRACT
Jamilah, U. 2021. Antioxidant Activities of Water and Ethanol Extract of
Moringa Oleifera Leaf Using the Sonication Extraction Method.
Supervisior I: Eny Yulianti, M. Si; Supervisior II: A. Ghanaim Fasya, M. Si.
Keywords: Antioxidant Activity, Phytochemicals, Moringa Oleifera, Drying
Variations, Sonication Extraction, Water and Ethanol Solvents.
Moringa Oleifera Lamk.is a herbaceous plant that is often used as raw
material for making medicine. This plant contains several compounds that have
potential as antioxidants. The purpose of this study was to determine the
antioxidant activity of Moringa leaf water and ethanol extract using the DPPH
method and to determine the phytochemical results of the water and ethanol
extract of Moringa leaf using sonication extraction method.
The stages of this research include: sample preparation with drying
variations, namely dry in the sun for 4 days and dry in the wind for 14 days. The
extraction of secondary metabolites was carried out by the sonication extraction
method using a variety of solvents, namely water and ethanol. Antioxidant
activity testing used the DPPH method. Phytochemical test of the active
compound of Moringa leaf extract.
The results showed that the antioxidant activity values (EC50) of water
extract and ethanol from Moringa oleifera Leaf, namely water extract (dry in the
sun and dry in the wind) were 130 and 274.1 ppm. Meanwhile, the ethanol extract
(dry in the sun and dry in the wind) was 91.15 and 115.9 ppm. Identification of
the active compound in the water extract of Moringa leaves is thought to contain
alkaloids, flavonoids, saponins, and triterpenoids. Meanwhile, the ethanol extract
of Moringa leaves is thought to contain alkaloid, flavonoid and triterpenoid
compounds.
xvi
ا خ ص
الأنشطة المضادة للأكسدة لمستخلص الماء و الإيثانول لأوراق المورينجا أوليفيرا . . جميلة،أقسم الكيمياء، كلية العلوم والتكنولوجيا، . البحث الجامعى.باستخدام طريقة استخراج الصوتنة
.جامعة الولة الإسلامية مولانا مالك إبراىيم مالانج .الماجستير،غنإيم فشى. أ: الثانيالمشرف . الماجستير،إني يوليانتي: الأولى المشرفة
المورينجا أوليفيرا ، أوراقنشاط مضادات الأكسدة ، المواد الكيميائية النباتية ، : الكلمات المفتاحية. متغيرات التجفيف ، الاستخلاص الصوتي ، مذيبات الماء والإيثانول
يحتوي . ىو نبات عشبي يستخدم غالبا كمادة خام لصنع الدواء. المورينجا اوليفيرا لامككان الغرض من ىذه . ىذا النبات على العديد من المركبات التي يمكن أن تكون مضادات الأكسدة
الدراسة ىو تحديد النشاط المضاد للأكسدة لمستخلص أوراق نبات المورينجا ومستخلص الإيثانول وتحديد النتائج الكيميائية النباتية للمستخلص المائي ومستخلص الإيثانول DPPH باستخدام طريقة
.لدقيق أوراق المورينجا باستخدام طريقة الاستخلاص الصوتي
الشمس في الجفاف وىي ، التجفيف تغيرات مع العينة تحضير: البحث ىذا مراحل تشمل بطريقة الثانوية المستقلبات استخلاص إجراء تم. يوما ١٤ لمدة الريح في والجفاف أيام ٤ لمدة
يستخدم. والإيثانول الماء وىي ، المذيبات من متنوعة مجموعة باستخدام الصوتي الاستخلاص لمستخلص الفعال للمركب نباتي كيميائي اختبار. DPPH طريقة الأكسدة مضادات نشاط اختبار .المورينجا أوراق
من والإيثانول الماء لمستخلص( EC50 )للأكسدة المضاد النشاط قيم أن النتائج أظهرت و ١٣٠ كانت( الريح في وجاف الشمس في جاف )الماء مستخلص وىي المورينجا أوراق
( الهواء في وجاف الشمس في جاف )الايثانول مستخلص كان بينما. المليون في جزء١٬٢٧٤ لأوراق المائي المستخلص في النشط المركب تحديد أن يعتقد. المليون في جزء٩٬١١٥و ١٥٬٩١ أن يعتقد ، نفسو الوقت وفي. وتريتربينويدس وصابونين وفلافونويد قلويدات على يحتوي المورينجا
. وتريتربينويد وفلافونويد قلويد مركبات على يحتوي المورينجا لأوراق الإيثانول مستخلص
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat
melimpah. Sumber daya alam ini mampu mendukung perekonomian negara
dengan memanfaatkan tanaman sebagai sumber nutrisi, lemak, protein,
karbohidrat dan vitamin (Rizkayanti et al., 2017). Sumber daya alam tersebut
selain dimanfaatkan sebagai nutrisi tubuh manusia juga dapat dimanfaatkan dalam
bidang kesehatan seperti pembuatan obat (Palupi et al., 2007). Seiring
meningkatnya minat masyarakat terhadap obat bahan alami, terdapat berbagai
obat dari ekstrak tanaman yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan.
Salah satunya adalah tanaman kelor (Mangan, 2003).
Allah SWT menumbuhkan tanaman kelor patut untuk disyukuri dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dalam firmannya, Allah SWT menjelaskan
dalam Q.S. ar Ra’d ayat 4 yang berbunyi:
وان يسقى ر صن وان وغي وفي الأرض قطع متجاورات وجنات من أعناب وزرع ونيل صن
لك ليات لقوم ي عقلون اء واحد ون فضضل ب عضها على ب ع في الأكل ﴾٤﴿إن في ذ
Artinya:“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan
kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang
bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama.
Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain
tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.”(Q.S. ar Ra’d (13): 4.
2
(Wafiil ardhi qitha’un mutajaawiraatun)“Dan di bumi ini terdapat
bagian-bagian yang berdampingan.”Mengandung maksud tanah-tanah yang
berdekatan antara satu dengan yang lain, pada bagian ini tanahnya baik,
menumbuhkan tanaman yang berguna bagi manusia, sedang di bagian yang lain
tanahnya berpasir asin tidak menumbuhkan sesuatu pun dari tanaman. Hal itu
semua menunjukkan kepada adanya Allah SWT yang maha berkuasa menentukan
pilihan, yang tidak ada Tuhan selain dia (Muhammad, 2004). Ayat ini menjadi
tanda bahwa makhluk hidup diciptakan seperti tanaman memiliki sifat dan
manfaat yang berbeda-beda. Hal ini memungkinkan bahwa kandungan senyawa
aktif metabolit sekunder yang ada pada tanaman dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah tanaman kelor
yang memiliki manfaat sebagai obat.
Tanaman kelor merupakan tanaman yang memiliki potensi sebagai obat
(Toripah, 2014). Bagian yang sering dimanfaatkan sebagai obat adalah daun.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa daun Moringa Oleifera Lamk.
mempunyai kandungan senyawa yang berpotensi sebagai sumber obat dan
bioaktivitas, seperti antiinflamasi (Sashidhara et al., 2008), antifungi (Chuang et
al., 2007), antibakteri (Agustie dan Samsumaharto, 2013), dan antikanker
(Edwinanto et al., 2018), serta antioksidan (Chumark et al., 2008).
Daun kelor memiliki antioksidan yang tinggi. Berdasarkan uji fitokimia
Anwar et al., (2014) melakukan penelitian terhadap ekstrak akuades panas (70ºC).
Hasil yang diperoleh adalah kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan
triterpenoid dalam daun kelor. Sedangkan penelitian kurniawan (2015)
3
menggunakan ekstrak etanol didapatkan senyawa metabolit sekunder diantaranya
fenol, flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, dan triterpenoid.
Aktivitas antioksidan ekstrak air dan etanol daun kelor menggunakan
konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan 80 ppm menurut penelitian Rizkayanti
et al., (2017) diperoleh IC50 untuk ekstrak air sebesar 57,5439 ppm dan ekstrak
etanol sebesar 22,1818 ppm. Nilai IC50 tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
menangkap radikal bebas pada ekstrak air termasuk dalam golongan kuat.
Sedangkan ekstrak etanol termasuk dalam golongan sangat kuat. Pengujian
aktivitas antioksidan dapat dilakukan dalam kondisi segar dan sudah diolah seperti
dijadikan serbuk daun kelor.
Kondisi daun kelor dalam bentuk serbuk lebih baik dibandingkan segar
karena adanya pengurangan kadar air. Hal ini dapat meningkatkan nilai kalori,
kandungan protein, kalsium, zat besi, dan vitamin A. Selain itu, daun kelor dalam
bentuk serbuk dapat disimpan selama beberapa bulan tanpa pendinginan dan tanpa
mengurangi kandungan gizi di dalamnya (Dewi et al., 2016). Proses pengelolahan
daun kelor dilakukan dengan metode pengeringan karena dapat mempengaruhi
kandungan bahan aktif di dalamnya (Manoi, 2006). Oleh karena itu, kadar air
didalamnya tidak lebih dari 10 %. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah
tumbuhnya bakteri dan jamur pada tahap penyimpanan. Maka perlu dilakukan
metode ini untuk mendapatkan simplisia yang berkualitas (Pramono, 2006).
Proses pengeringan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan dua
metode yaitu kering jemur dan kering angin. Kering jemur merupakan proses
pengeringan yang paling mudah dan ekonomis, akan tetapi sinar ultra violet dari
matahari dapat menimbulkan kerusakan pada kandungan bahan kimia yang
4
dikeringkan. Sedangkan metode pengeringan dengan kering angin dianggap
murah akan tetapi kurang efisien waktu dalam pengeringan (Pramono, 2006).
Menurut Winangsih et al., (2013) dengan preparasi kering jemur dan kering angin
pada daun kelor diperoleh kadar air sebesar 9,6% dan 9,8%.
Pemilihan metode ekstraksi sangat penting dilakukan karena hasil
ekstraksi akan menceminkan efektivitas metode tersebut. Terdapat beberapa
merode ekstraksi konvensional salah satunya maserasi. Ekstraksi ini memiliki
kekurangan yaitu waktu yang cukup lama dan menghasilkan rendemen rendah.
Oleh karena itu, diperlukan metode ekstraksi yang lebih efisien yaitu ekstraksi
sonikasi.
Metode sonikasi merupakan metode ekstraksi dengan bantuan gelombang
ultrasonik. Gelombang ultrasonik adalah gelombang suara yang memiliki
frekuensi diatas pendengaran manusia (≥ 20 kHz). Metode ekstraksi ini digunakan
untuk memperoleh kandungan antioksidan yang lebih tinggi dengan waktu yang
relatif singkat. Adanya bantuan gelombang ultrasonik membuat proses ekstraksi
pada tanaman dan biji-bijian dengan menggunakan pelarut organik dapat
berlangsung lebih cepat (Sholihah et al., 2017). Menurut penelitian Utami et al,
(2009) metode ekstraksi padat cair seperti sonikasi yang memanfaatkan
gelombang ultrasonik yang dapat menghancurkan sel daun sehingga kandungan
yang ada didalamnya dapat keluar dengan mudah.
Pemilihan pelarut pada proses ekstraksi yaitu menggunakan pelarut air dan
etanol. Menurut Farouq, (2003) Departemen kesehatan merekomendasikan air dan
etanol sebagai penyari ekstrak untuk keperluan bahan baku obat tradisional.
Berdasarkan penelitian Saadah dan Nurhasnawati, (2015) bahwa air
5
dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena murah, mudah diperoleh, stabil,
tidak beracun, dan tidak mudah menguap. Sedangkan etanol dipertimbangkan
sebagai cairan penyari karena lebih efektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam
etanol 20% ke atas, tidak beracun, dan netral. Hasil rendemen yang diperoleh
yaitu pada pelarut air sebesar 8,75% dan pelarut etanol sebesar 5,30%.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini akan dilakukan
dengan menggunakan ekstraksi sonikasi untuk mendapatkan senyawa metabolit
sekunder dari daun kelor menggunakan pelarut air dan etanol. Hasil ekstraksi
kemudian diuji antioksidan menggunakan metode DPPH. Sehingga diperoleh
aktivitas antioksidan dari daun kelor.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak air dan etanol daun kelor
menggunakan metode DPPH ?
2. Bagaimana hasil uji fitokimia ekstrak air dan etanol daun kelor menggunakan
ekstraksi sonikasi ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak air dan etanol daun kelor
menggunakan metode DPPH.
2. Untuk mengetahui hasil uji fitokimia ekstrak air dan etanol daun kelor
menggunakan ekstraksi sonikasi.
6
1.4 Batasan Masalah
1. Sampel yang digunakan adalah daun kelor (Moringa Oleifera Lamk.) yang
diperoleh dari Kediri.
2. Metode ekstraksi yang digunakan adalah sonikasi
3. Pelarut yang digunakan adalah air dan etanol.
4. Metode pengujian antioksidan yaitu metode DPPH (1,1 –difenil- 2-
pikrilhidrazil).
5. Senyawa yang dilakukan uji fitokimia meliputi alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, steroid, dan triterpenoid.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat atau kalangan akademik mengenai potensi daun kelor (Moringa
Oleifera Lamk.) yaitu sebagai antioksidan yang berguna untuk menangkal radikal
bebas dalam tubuh kita.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kelor (Moringa Oleifera Lamk.)
Keanekaragaman tanaman yang dimiliki Indonesia merupakan salah satu
tanaman ciptaan Allah SWT. Sehingga diturunkan air untuk menumbuhkan
tanaman yang dapat dimanfaatkan dengan baik. Dalam firman-Nya, Allah SWT
telah menjelaskan dalam Q.S an Nahl ayat 11 yang berbunyi:
ان في ذلك لاية لضقوم ي نبت لكم بو الزرع والزي ت ون والنخيل والاعناب ومن كلض الثمرت
﴾۱۱﴿ي ت فكرون
Artinya:” Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;
zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang memikirkan.”(Q.S an Nahl (16): 11).
Air yang diturunkan dari langit itu dapat menumbuhkan tanaman-tanaman
yang menghasilkan biji-bijian, zaitun, kurma anggur, dan jenis buah-buahan
lainnya. Sesungguhnya di dalam penciptaannya hal-hal di atas terdapat tanda bagi
kaum yang mempergunakan akalnya dan selalu memikirkan kekuasaan pencipta-
Nya (Shihab, 2002). Allah SWT telah menumbuhkan dari bermacam-macam
tanaman yang baik untuk makhluk-Nya agar dapat dimanfaatkan. Manfaat
tanaman salah satunya digunakan sebagai obat, seperti halnya sabda Nabi
Muhammad SAW dalam HR.Ibnu Majah (Farooqi, 2005):
8
ما ان زل اا داء الا ان زل لو فاء
Artinya: “Allah tidak menciptakan suatu penyakit tanpa menciptakan pula obat
untuknya”(HR. Bukhari).
Terjemah hadits di atas menunjukkan bahwa betapa adilnya Allah SWT
yang memberikan suatu penyakit beserta penawarnya (obat). Pengetahuan yang
akan menuntun manusia untuk menemukan obat-obatan yang telah tersedia dari
tanaman. Jika manusia tidak mengembangkan ilmu pengetahuan, maka tidak akan
pernah tahu obat yang berasal dari tanaman yang biasanya dihiraukan (Savitri,
2008).Salah satu tanaman yang pada zaman ini terkenal akan manfaatnya dalam
bidang kesehatan yaitu kelor.
Tanaman kelor dengan nama latin Moringa Oleifera merupakan salah satu
jenis tanaman tropis yang sudah tumbuh dan berkembang di daerah tropis seperti
Indonesia. Tanaman kelor memiliki ketinggian 7 sampai 12 meter. Tanaman kelor
mempunyai karakteristik batang kayunya lunak, mudah patah, dan mempunyai
akar kuat, berbunga dan berganti daun sepanjang tahun, tumbuh dengan cepat,
serta tahan terhadap musim kering (kemarau) (Simbolan dan Katharina, 2007).
Tanaman kelor dengan ketinggian 1.000 meter dpl dapat tumbuh baik pada semua
jenis tanah kecuali tanah berlempung berat dengan pH tanah netral sampai sedikit
asam (Kurniasih, 2013).
Daun kelor berasal dari tanaman kelor atau merunggai (Moringa Oleifera
Lamk.) merupakan salah satu tanaman dari keluarga Moringaceae dengan
klasifikasi tanaman sebagai berikut (Krisnadi, 2015):
9
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Capprales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lamk.
Gambar 2.1 Tanaman Kelor (Hasanah, 2018)
2.2 Ekstraksi Sonikasi (Ultrasonik)
Sonikasi merupakan pemberian perlakuan ultrasonik suatu bahan pada
kondisi tertentu, sehingga menyebabkan bahan tersebut mengalami reaksi kimia
sebagai akibat perlakuan yang diberikan. Prosesnya dengan menggunakan
gelombang ultrasonik pada rentang frekuensi 20 KHz - 10 MHz atau yang dikenal
dengan istilah ultrasonikasi (Candani et al., 2018). Prinsip dasar dari ekstraksi
sonikasi yaitu meningkatnya transfer massa yang disebabkan gelombang akustik
ultrasonik. Ketika gelombang akustik merambat dalam suatu cairan berisi bahan
yang akan diekstrak, getaran ultrasonik berkecepatan tinggi akan menyebabkan
medium yang dilewati bergetar. Proses getaran akan memberikan perpindahan
massa terhadap pelarut dan sampel yang akan mempengaruhi proses ekstraksi.
Proses getaran tersebut akan menghasilkan gelembung kavitasi pada dinding sel
tanaman, ketika gelembung kavitasi pecah akan meningkatkan pori-pori dinding
10
sel dan mengakibatkan pecahnya dinding sel tanaman sehingga akan membuat
komponen di dalam sel keluar bercampur dengan larutan (Thompson dan
Doraiswamy, 1999).
Kelebihan dari metode ekstraksi sonikasi yaitu efisien dan mempersingkat
waktu ekstraksi, aman, dan meningkatkan jumlah rendemen (Melecchi et al.,
2006) (Zou et al., 2014). Berdasarkan penelitian Handayani et al., (2016) bahwa
dalam mengekstrak daun sirsak dengan pelarut etanol dilakukan variasi rasio
bahan : pelarut 1:5, 1:10, 1:15 dan lama ekstraksi 10, 15, dan 20 menit
menggunakan ekstraksi ultrasonik. Hasil terbaik terdapat pada rasio bahan pelarut
20 menit menghasilkan rendemen 11,72%.
Tabel 2.1. Hasil rendemen ekstraksi sonikasi dan maserasi
No
.
Peneliti Sampel Pelarut Metode Ekstrak Rendemen
1. (Kristiningrum
et al., 2018)
Daun
Kelor
Air Maserasi 12,22%
2. (Verdiana et al.,
2018)
Kulit buah
lemon
Air Sonikasi 34,32%
3. (Jusnita dan
Syurya, 2018)
Daun
Kelor
Etanol Maserasi 15,985%
4. (Sholihah et al.,
2017)
Kulit
manggis
Etanol Sonikasi 10,17%
2.3 Uji Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder
Uji kualitatif senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan uji fitiokimia.
Uji fitokimia merupakan pengujian kandungan senyawa-senyawa di dalam
tanaman. Tanaman umumnya mengadung senyawa aktif dalam bentuk metabolit
sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid dan triterpenoid
(Lenny, 2006).
11
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2 (a) (Lenny, 2006). Uji fitokimia senyawa alkaloid dilakukan dengan
pereaksi Dragendorf dan Mayer. Kurniawan (2015) telah melakukan uji fitokimia
pada daun kelor yang diekstrak menggunakan pelarut etanol. Hasil ekstrak yang
diperoleh positif terkandung senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan putih pada pereaksi mayer dan terbentuk endapan orange pada pereaksi
dragendroff.
Gambar 2.2 (a) Struktur dasar senyawa alkaloid (Piridin), (b) Strsuktur senyawa
flavonoid (Kristanti et al., 2008).
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenil propanoid dengan kerangka
dasar atom karbon sebanyak 15 membentuk kerangka karbon C6-C3-C6 yaitu dua
cincin benzena (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2 (b) (Lenny, 2006). Uji fitokimia senyawa flavonoid menggunakan
metode Wilstater. Agustie dan Samsumaharto (2013) melakukan uji fitokimia
pada daun kelor yang diekstrak menggunakan pelarut etanol. Hasil ekstrak yang
diperoleh positif terkandung senyawa flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya
warna merah atau kuning, jingga pada pelarut amil alkohol.
12
Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa
polifenol komplek, dibangun dari elemen C, H, dan O yang membentuk bobot
molekul besar yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 (Suharman, 2018). Tutik et al.,
(2018) melakukan uji fitokimia pada daun kelor yang diekstrak menggunakan
pelarut etanol. Hasil ekstrak yang diperoleh positif terkandung senyawa tanin
ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau.
Gambar 2.3 Struktur senyawa tanin (gallotanin)(Firdaus, 2011)
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yang terikat dengan
steroid atau triterpenoid yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 (Paramawati dan
Dumilah, 2016). Yati et al., (2018) melakukan uji fitokimia pada daun kelor yang
diekstrak menggunakan pelarut etil asetat. Hasil ekstrak yang diperoleh positif
terkandung senyawa saponin ditunjukkan dengan terbentuknya busa stabil selama
10 menit.
13
Gambar 2.4 Struktur senyawa saponin (Rahmah, 2018)
Steroid merupakan senyawa yang secara umum memiliki struktur siklik
dan mempunyai gugus hidroksil yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 (a)
(Harborne, 2006). Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal
dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-
30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik
leleh tinggi dan bersifat optis aktif yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 (b)
(Harborne, 2006). Radiansah et al., (2013) melakukan uji fitokimia pada daun
kelor yang diekstrak menggunakan pelarut aquades. Hasil ekstrak yang diperoleh
positif terkandung senyawa steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru
dan positif terkandung senyawa triterpenoid ditunjukkan dengan terbentuknya
warna merah jingga.
14
Gambar 2.5 (a) Struktur dasar senyawa streroid, (b) Struktur dasar senyawa
triterpenoid (ursan) (Kristanti et al., 2008).
2.4 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau
reduktan. Senyawa antioksidan memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu
menginaktivassi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah
terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat
menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang
sangat reaktif (Winarsi, 2007). Antioksidan adalah faktor protektif terhadap
degenerasi makula terkait usia (AMD). Mereka mungkin termasuk, vitamin C dan
E, seng, beta-karoten, lutein/zeaxanthin, asam eicosapentaenoic/docosahexaenoic,
danasam lemak omega 3 (Gold, 2018).
Penggunaan senyawa antioksidan juga antiradikal saat ini semakin meluas
seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang peranannya
dalam menghambat penyakit degenaratif seperti penyakit jantung,
anteriosclerosis, kanker, serta gejala penuaan. Masalah-masalah ini berkaitan
dengan kemampuan antioksidan untuk bekerja sebagai inhibitor (penghambat)
15
reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus
penyakit-penyakit di atas (Tahir et al., 2003).
Berdasarkan sumbernya antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa
reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami).
Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diizinkan penggunaannya untuk
makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu BHT, PG, TBHQ dan
tokoferol. Adapun struktur molekul dari BHT dapat dilihat pada Gambar 2.6
(Cahyadi, 2006).
Gambar 2.6 Butylated hudroxytoluene (BHT) (Cahyadi, 2006)
Antioksidan alami secara toksikologi lebih aman untuk dikonsumsi dalam
jangka panjang dan lebih mudah diserap oleh tubuh daripada antioksidan sintesis
(Rohmah et al., 2018). Antioksidan sintetik BHA dan BHT digunakan
penambahan pada produk kosmetik obat, makanan maupun minuman, tetapi dapat
memberikan efek toksik dan karsinogenik pada tubuh manusia. Oleh karena itu
dilakukan usaha untuk mencari antioksidan alami yang berasal dari tanaman yang
16
lebih baik dari antioksidan sintetik, khususnya apabila ditinjau dari segi kesehatan
(Rosahdi et al., 2013).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa antioksidan alami memiliki
aktivitas antioksidatif lebih tinggi daripada antioksidan sintetik. Berdasarkan
penelitian Margaretta et al., (2013) ekstrak daun pandan memiliki aktivitas
antioksidan lebih tinggi daripada aktivitas antioksidan dari TBHQ.
Menurut Rizkayanti et al., (2017) tanaman kelor sebagai sumber
antioksidan alami yang mengandung senyawa fenolik yang tersebar diseluruh
bagian tanaman. Senyawa fenolik atau polifenolik antara lain dapat berupa
golongan flavonoid. Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan dapat merubah
atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas.
2.5 Radikal Bebas
Pada proses oksidasi biologis yang terjadi pada sel (jaringan) tubuh
manusia yang normal, dapat terbentuk oksigen reaktif (oksidan). Oksidan, disebut
juga radikal bebas, pada proses oksidasi (metabolism sel) terutama dihasilkan
pada proses yang dilakukan oleh enzim oksidase yaitu hidrogen peroksida (H2O2),
ion superoksida (O2), radikal peroksil (OOH), dan oksigen singlet (Yuslianti,
2018).
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus, molekul atau senyawa yang dapat
berdiri sendiri yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan
pada orbit paling luar. Molekul diantaranya atom hidrogen, logam-logam transisi,
dan molekul oksigen. Kehadiran satu atau lebih elektron tak berpasangan
menyebabkan molekul ini mudah tertarik pada suatu medan magnetik
17
(paramagnetik) dan menyebabkan molekul sangat reaktif. Radikal bebas dapat
bermuatan positif (kation), bermuatan negatif (anion) atau tidak bermuatan. Para
ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah satu bentuk
senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang
memiliki elektron yang tidak berpasangan (Winarsi, 2007).
Secara umum sumber radikal bebas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
endogenus dan eksogenus terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi. Diawali
dengan pembentukan yang pertama yaitu radikal bebas (inisiasi), kemudian
perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi), tahap terakhir (terminasi),
adalah pemusnahan atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan tak reaktif
(Yuslianti, 2018).
2.6 Mekanisme Antioksidan
Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi
lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama yaitu inisiasi, propagasi dan
terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak yaitu
senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat
hilangnya satu atom hidrogen (reaksi 1). Pada tahap selanjutnya, yaitu propagasi,
radikal asam (R*) lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi (ROO*). Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak
menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3) (Nugroho,
2009).
18
Inisiasi : RH → R*+H* (1)
Propagasi : R*+O2 → ROO* (2)
ROO*+RH → ROOH+R* (3)
Gambar 2.7 Reaksi Mekanisme Penghambatan Antioksidan Terhadap Radikal
Hidroperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi
lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti
aldehida dan keton yang bertanggung jawab atas flavor makanan berlemak. Tanpa
adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak akan mengalami terminasi melalui
reaksi antara radikal bebas membentuk kompleks bukan radikal (reaksi 4)
(Nugroho, 2009).
Terminasi : ROO*+ROO* → non radikal (4)
R*+ROO*→ non radikal
R*+R*→ non radikal
Gambar 2.8 Reaksi antara Radikal Bebas Membentuk Kompleks Bukan Radikal
2.7 Uji Aktivitas Antioksidan
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering
digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau
ekstrak bahan alam (Molyneux, 2004). Resonansi DPPH dapat dilihat pada
Gambar 2.9.
19
Gambar 2.9 Resonansi DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)(Manik, 2011).
Salah satu metode uji aktivitas antioksidan yang sering digunakan adalah
metode DPPH. Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dipilih karena
sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel.
Beberapa metode lain terbatas mengukur komponen yang larut dalam pelarut yang
digunakan dalam analisis. Metode DPPH mengukur semua komponen
antioksidan, baik yang larut dalam lemak (non polar) ataupun dalam air polar
(Prakash et al., 2001). Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH
melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan
warna DPPH dari ungu ke kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm
(Hanani et al., 2005). Pada Metode ini yang diukur adalah aktivitas penghambatan
radikal bebas Gambar 2.10.
20
(DPPH*) + R – H → DPPH–H + R*
Ungu Kuning
Gambar 2.10 Reaksi Penghambatan Radikal DPPH (Inggrid dan Santoso, 2014).
Aktivitas penangkapan radikal bebas dapat dinyatakan dengan satuan
persen (%) aktivitas antioksidan. Nilai ini diperoleh dengan persamaan 2.1
(Molyneux, 2004).
Aktivitas antioksidan (%) = 1 −Absorbansi sampel
Absorbansi kontrolx 100…..……………..…..(2.1)
Nilai 0 % berarti sampel tidak mempunyai aktivitas antioksidan,
sedangkan nilai 100% berarti pengujian aktivitas antioksidan perlu dilanjutkan
dengan pengenceran sampel untuk mengetahui batas konsentrasi aktivitasnya.
Suatu bahan dapat dikatakan aktif sebagai antioksidan bila presentase aktivitas
antioksidan lebih atau sama dengan 50% (Parwata et al., 2009). Absorbansi
kontrol yang digunakan dalam prosedur DPPH ini adalah absorbansi DPPH
sebelum ditambahkan sampel. Kontrol digunakan untuk mengkonfirmasi
kestabilan sistem pengukuran. Nilai absorbansi kontrol dapat berkurang dari hari
ke hari dikarenakan kehilangan aktivitasnya saat dalam stok larutan DPPH, tetapi
21
nilai absorbansi kontrol tetap dapat memberikan batasan untuk pengukuran saat
itu. Kontrol juga berfungsi menjaga kekonstanan total konsentrasi DPPH dalam
serangkaian pengukuran (Molyneux, 2004).
Dalam metode DPPH terdapat parameter IC50. Parameter IC50 adalah
bilangan yang menujukkan konsentrasi ekstrak (mg/ml) yang dapat menurunkan
50% intensitas serapan ((Wirasti, 2019). Semakin kecil IC50 suatu senyawa uji
maka senyawa tersebut semakin efektif sebagai penangkal radikal bebas
(Molyneux, 2004).Secara spesifik, ketentuan kekuatan antioksidan ditunjukkan
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Ketentuan kekuatan antioksidan
Nilai IC50 Kekuatan
< 50 ppm Sangat kuat
50-100 ppm Kuat
100-150 ppm Sedang
>150 ppm Lemah
Sumber: (Molyneux, 2004).
Jahan et al., (2018) tentang Antioxidant activity of Moringa oleifera seed
extracts. Dilakukan dengan ekstrak metanol, aseton dan air. Dari tiga ekstraksi
didapatkan nilai EC50 yang singnifikan pada ekstrak air sebesar 36,89 µg/mL.
22
Gambar 2.11 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol pada Daun Kelor
(Kiswandono and Maslahat, 2011).
Berdasarkan gambar diatas penelitian Kiswandono and Maslahat, (2011)
melakukan uji antioksidan dengan pelarut air, metanol, etanol, etil asetat, dan
heksana diperoleh nilai IC50 terkecil dari ekstrak etanol sebesar 118,19 µg/mL
dengan harga R2= 0,996.
2.8 Pengeringan (kering Jemur dan Kering Angin)
Pengeringan merupakan kegiatan yang paling penting dalam pengolahan
tanaman obat, kualitas produk yang digunakan sangat dipengaruhi oleh proses
pengeringan yang dilakukan (Mahapatra dan Nguyen, 2009). Pengeringan pada
simplisia bertujuan mengurangi kadar air simplisia sehingga tidak mudah rusak,
berjamur, atau kandungan bahan aktif berubah jika disimpan dalam waktu cukup
lama (Sudewo, 2009). Terdapat dua cara dalam pengeringan alamiah yaitu kering
jemur dan kering angin.
23
a. Kering jemur
Pengeringan dengan jemur langsung pada tanaman obat dibawah sinar
matahari diperoleh waktu 2-3 hari untuk mengurangi kadar air hingga 20%
(Permadi, 2008). Keunggulannya yaitu cara yang mudah dari segi biaya karena
relatif murah (Sudewo, 2009) dan waktu yang lebih singkat (Bernard et al., 2014).
Kekurangan cara ini adalah jika terjadi perubahan cuaca mendadak atau panas
yang berlebih kualitas simplisia yang diperoleh tidak begitu baik karena
pengeringan yang tidak stabil (Sudewo, 2009), dapat mendegradasi senyawa
fitokimia yang terkandung dalam simplisia (Bernard et al., 2014).
b. Kering Angin
Pengeringan dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar
matahari langsung pada suhu kamar (Wahyuni et al., 2014). Keunggulannya yaitu
murah, serta dapat menjaga senyawa bioaktif dalam simplisia. Kelemahannya
kurang efisien dari segi waktu dan lama pengeringan pada suhu ruang juga
berdampak terhadap penurunan kadar senyawa bioaktif dalam simplisia
(Prihastanti et al., 2013).
Tabel 2.3. Penelitian Mengenai Variasi Preparasi Pengeringan (Kering Jemur dan
Kering Angin).
No
.
Peneliti Sampel Pelarut Pengeringan IC50
1. (Sreelatha dan Padma,
2009)
Daun Kelor Air Kering angin 18,15
μg/mL
2. (Saini et al., 2014) Daun Kelor Air Kering jemur 81, 85
μg/mL
3. (Tutik et al., 2018) Daun kelor Etanol Kering Angin 103,98
mg/mL
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September -November 2020 di
Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Kimia Anorganik, Laboratorium
biokimia, Laboratorium Kimia Organik, dan Instrument UV-Vis Jurusan Kimia
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat
gelas, neraca analitik, penggiling, bola hisap, kertas saring, corong, spatula, pipet
tetes, pipet ukur, batang pengaduk, labu ukur, fresh drying, shaker, vortex, stirer,
hotplate, botol reagen, tabung reaksi, rak tabung, erlenmeyer, desikator, sonikasi
dan spektrometer UV-Vis.
3.2.2 Bahan
Bahan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kelor
(Moringa Oleifera Lamk.) berasal dari Kediri. Bahan yang digunakan adalah air,
aquades, Reagen Mayer, Reagen Dragendrorff, asam sulfat pekat, HCl 2 %, HCl
Pekat, HCl 2N, besi (III) klorida 1%, Mg, asam asetat anhidrat, H2SO4 Pekat,
etanol, dan larutan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).
25
3.3 Rancangan Penelitian
Pertama-tama dilakukan preparasi sampel diambil seluruh bagian daun
kelor lalu dicuci hingga bersih dengan air. Kemudian ditiriskan diatas wadah.
Setelah itu dikeringkan (kering jemur dan kering angin) lalu dihaluskan. Sampel
yang sudah dihaluskan ditentukan kadar airnya. Kemudian dilanjutkan proses
ekstraksi sonikasi dengan menggunakan pelarut air dan etanol. Selanjutnya
ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator.
Masing-masing ekstrak dihitung rendemennya.
Aktivitas antioksidan menggunakan larutan DPPH. Tingkat aktivitas
antioksidan dapat diketahui dengan menghitung % aktivitas antioksidan
menggunakan data absorbansi yang diperoleh pada masing-masing ekstrak kasar.
Hasil aktivitas antioksidan yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dalam
bentuk EC50. Selanjutnya diuji fitokimia untuk mengidentifikasi kandungan
senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak daun kelor tersebut. Identifikasi
meliputi uji alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid, dan triterpenoid. Langkah
terakhir yaitu analisis data dalam bentuk tabel kemudian dideskripsikan.
26
3.4 Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan dari penelitian adalah:
1. Preparasi sampel
2. Penentuan Kadar Air Secara Thermogravimetri
3. Metode ekstrak
4. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
5. Uji fitokimia senyawa aktif ekstrak daun kelor
7. Analisis Data
3.5 Cara Kerja
3.5.1Preparasi Sampel
Sebanyak 2 kg daun kelor dicuci hingga bersih dengan air. Kemudian
ditiriskan diatas wadah. Setelah itu dilakukan variasi pengeringan. Kering angin
diletakkan pada wadah dalam ruangan, dibiarkan selama 14 hari dan dibolak
balik tiap hari. Kering jemur diletakkan dibawah sinar matahari, dibiarkan selama
4 hari dan dibolak balik setiap beberapa jam. Setelah kering digiling dengan
diayak 90 mesh sehingga diperoleh sampel berupa daun kelor.
3.5.2 Penentuan Kadar Air Secara Thermogravimetri
Pada penentuan kadar air, disiapkan cawan porselen terlebih dahulu , lalu
dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ºC sekitar 15 menit untuk menghilangkan
kadar airnya. Cawan disimpan dalam desikator sekitar 10 menit, lalu ditimbang
dan dilakukan perlakuan yang sama sampai diperoleh berat cawan yang konstan.
Setelah itu, sebanyak 1 gram sampel dimasukkan dalam cawan porselen,
kemudian dimasukkan dalam oven dan dikeringkan pada suhu 105 ºC selama ± 15
27
menit, kemudian sampel disimpan dalam desikator sekitar ±10 menit dan
ditimbang. Sampel tersebut dipanaskan kembali dalam oven ±15 menit,
didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali. Perlakuan ini diulangi
sampai berat konstan. Kadar air dalam daun kelor Moringa Oleifera dihitung
menggunakan persamaan (3.1) (AOAC, 2004):
Kadar air = (𝑏−𝑐)
(𝑏−𝑎)𝑥 100% ……………….……...………………….…...……..(3.1)
Dimana: a = berat cawan kosong
b = berat sampel + cawan sebelum dikeringkan
c = berat cawan + sampel setelah dikeringkan
3.5.3 Ekstraksi Sonikasi
Daun kelor ditimbang sebanyak 10 gram, dilarutkan dengan pelarut air
dan etanol masing masing pelarut 100 mL selama 20 menit menggunakan
ultrasonic bath pada frekuensi 42 KHz. Kemudian disaring dengan kertas
whatman No. 1. Selanjutnya hasil ekstraksi dipekatkan menggunakan rotary
evaporator. Ekstrak pekat ditimbang lalu dihitung rendemennya dengan
persamaan 3.2. (Handayani et al., 2016; Verdiana et al., 2018).
Rendemen= berat ekstrak
berat sampelx 100% ……...……………………………......……(3.2)
3.5.4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
3.5.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Larutan DPPH 0,2 mM sebanyak 1,5 mL dimasukkan dalam tabung
reaksi, ditambah 4,5 mL etanol lalu didiamkan ± 10 menit. Kemudian dimasukkan
dalam kuvet. Dicari λmaks untuk digunakan pada tahap selanjutnya (Rahayu et al.,
2010).
28
3.5.4.2 Pengukuran Potensi Antioksidan pada Sampel
a) Absorbansi Kontrol: Larutan DPPH dengan konsentrasi 0,2 mM diambil
sebanyak 1,5 mL, kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan
pelarut dari ekstrak sebanyak 4,5 mL, kemudian ditutup tabung reaksi dengan
tissue, lalu diinkubasi pada suhu 37 ºC selama waktu kestabilan yang telah
didapatkan pada tahap sebelumnya, setelah itu larutan dimasukkan ke dalam
kuvet hingga penuh dan diukur absorbansinya dengan λmaks yang didapatkan.
b) Absorbansi sampel: ekstrak dilarutkan dalam pelarut air dengan variasi
konsentrasi 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm. Masing-masing
variasi diambil sebanyak 4,5 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Setelah
itu ditambahkan 1,5 mL larutan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) ke dalam
masing-masing variasi. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak tiga kali. Setelah
itu diinkubasi dengan suhu 37 ºC, kemudian dimasukkan ke dalam kuvet
hingga penuh untuk mengukur absorbansinya pada λmaks. Data absorbansinya
yang diperoleh dari tiap konsentrasi masing-masing ekstrak dihitung nilai
persen (%) aktivitas antioksidannya. Nilai tersebut dengen persamaan 3.3
(Arindah, 2010; Toripah, 2014).
Aktivitas antioksidan (%) = Absorbansi Kontrol −Absorbansi Sampel
Absorbansi Kontrolx 100%..........(3.3)
3.5.5 Uji Fitokimia Senyawa Aktif Ekstrak Daun Kelor
Setelah diperoleh ekstrak daun kelor, kemudian dilakukan uji fitokimia
berupa uji alkaloid, uji flavonoid, uji tanin, uji saponin, uji steroid dan
triterpenoid.
29
3.5.5.1 Uji Alkaloid
Ekstrak daun kelor yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan 0,5 mL HCl 2%. Setelah itu dibagi dalam 2 tabung
(Anwar et al., 2014):
a. Tabung 1: ditambahkan dengan 0,5 mL reagen Dragendorff. Jika terbentuk
endapan menunjukkan adanya alkaloid.
b. Tabung 2: ditambahkan dengan 0,5 mL reagen meyer. Jika terbentuk endapan
kekuning-kuningan menunjukkan adanya alkaloid.
3.5.5.2 Uji Flavonoid
Ekstrak daun kelor yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan logam Mg dan 4-5 tetes HCl pekat. Keberadaan flavonoida
akan ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna filtrat menjadi jingga atau
merah (Meigaria et al., 2017).
3.5.5.3 Uji Tanin
Ekstrak daun kelor yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, dan ditambahkan 1 – 2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Keberadaan
tanin akan ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna filtrat menjadi hitam
(Anwar et al., 2014).
3.5.5.4 Uji Saponin
Ekstrak daun kelor yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan air panas, didinginkan, kemudian dikocok selama
10 detik. Setelah itu diamati perubahan yang terjadi. Kemudian ditambahkan
kembali 1 tetes HCl 2N dan diamati kembali perubahan yang terjadi. Hasil positif
apabila muncul busa stabil selama 10 menit (Meigaria et al., 2017).
30
3.5.5.5 Uji Steroid dan Triterpenoid
Ekstrak daun kelor yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform lalu ditambah dengan 0,5
mL asam asetat anhidrat. Campuran ini selanjutnya ditambah dengan 1-2 mL
H2SO4 pekat melalui dinding tabung tersebut. Jika hasil yang diperoleh berupa
cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut menunjukkan adanya
triterpenoid, sedangkan jika terbentuk warna hijau kebiruan menunjukkan adanya
steroid. (Anwar et al., 2014).
3.5.6 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung persen (%)
aktivitas antioksidan yang diperoleh dari data absorbansi masing-masing ekstrak
kasar dari ekstraksi sonikasi pada konsentrasi 10 ppm, 50 ppm, 100, 150 ppm dan
200 ppm. Setelah diperoleh data % aktivitas antioksidan pada masing-masing
konsentrasi sampel, kemudian dilakukan perhitungan nilai EC50 dengan GraphPad
Prism 8. Tabel dapat dilihat pada lampiran 4.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Preparasi Sampel
Sampel pada penelitian ini menggunakan bagian daun tanaman kelor
(Moringa Oleifera Lamk.) dari daerah Kediri. Preparasi sampel meliputi
penimbangan, pencucian, pengeringan, penggilingan (Penyerbukan). Sampel daun
kelor yang segar ditimbang sebanyak 2 kilogram. Pencucian dengan air bersih
untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada sampel.
Pengeringan (kering jemur selama 4 hari dan kering angin selama 14 hari)
bertujuan untuk mengurangi kadar air pada sampel. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir rusaknya senyawa akibat kontaminasi mikroorganisme, sehingga
sampel dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Penyerbukan dengan
ayakan 90 mesh. Hal tersebut bertujuan untuk menyeragamkan ukuran pada luas
permukaan sampel. Semakin kecil ukuran sampel maka semakin luas
permukaannya, sehingga terjadinya kontak yang lebih cepat antara pelarut dan
sampel (Tambun et al., 2016). Hasil pengeringan sampel basah menghasilkan 745
gram kering jemur dan 600 gram kering angin.
4.2 Penentuan Kadar Air Secara Thermatogravimetri
Penentuan kadar air dilakukan pada sampel kering daun kelor. Masing
masing variasi pengeringan dilakukan satu kali perlakuan. Kadar air menentukan
kesegaran dan daya tahan suatu sampel (Winarno, 2002). Sampel diuapkan dalam
32
cawan penguap dengan pemanasan menggunakan oven pada suhu 105ºC.
Penggunaan suhu ini dikarenakan untuk menguapkan air murni diperlukan suhu
100ºC sehingga untuk menguapkan air yang terkandung dalam sampel harus
menggunakan suhu diatas 100ºC.
Selanjutnya cawan yang berisi sampel ditaruh dalam desikator agar air
yang masih tersisa teruapkan secara sempurna. Proses penguapan bertujuan untuk
meminimalisir tumbuhnya jamur atau mikroba pada sampel yang nantinya dapat
mempengaruhi hasil ekstraksi. Kemudian sampel ditimbang. Perlakuan tiap
sampel tersebut diulang-ulang sampai diperoleh berat konstan. Selisih berat
sampel sebelum dan sesudah penunjukkan banyaknya air yang telah diuapkan.
Kadar air tepung daun kelor dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil kadar air daun kelor
Sampel Berat awal (gr) Berat akhir (gr) Kadar air %
Kering Jemur 1 0, 9178 8,22
Kering Angin 1 0,9021 9,79
Berdasarkan hasil Pengukuran kadar air sampel daun kelor pada Tabel 4.1
sebesar 8,22% (kering jemur) dan 9,79% (kering angin) (Lampiran 4.2).
Berdasarkan hasil pengukuran kadar air sampel kering daun kelor kering angin
lebih besar dibandingkan kering jemur. Hal tersebut menunjukkan bahwa kering
jemur memiliki suhu lebih tinggi karena langsung dari sinar matahari sehingga
mempengaruhi air dalam bahan dan semakin singkat pula waktu pengeringan
yang dibutuhkan. Hal ini yang menyebabkan kadar air semakin rendah pula
(Winangsih et al., 2013). Apabila kadar air yang terkandung dalam suatu bahan
kurang dari 10% maka kestabilan optimum bahan akan dapat dicapai,
33
pertumbuhan mikroba dapat dikurangi dan proses ekstraksi dapat berjalan lancar
(Puspita, 2009).
4.3 Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Daun Kelor Menggunakan
Metode Ekstraksi Sonikasi
Ekstraksi sonikasi daun kelor dilakukan dengan variasi preparasi yaitu
kering jemur dan kering angin dan variasi pelarut yaitu air dan etanol. Prinsip dari
metode sonikasi adalah pengekstrakan melalui gelombang ultrasonik pada
senyawa aktif yang dapat larut dalam pelarut sesuai tingkat kepolarannya. Proses
ekstraksi dilakukan perbandingan bahan pelarut (1:10) dengan frekuensi 42 kHz
pada suhu ruang selama 20 menit yang merupakan waktu terbaik untuk ekstraksi
sonikasi suatu sampel.
Ekstrak daun kelor dilakukan satu kali perlakuan. Filtrat yang diperoleh
diuapkan dengan vacuum rotary evaporator, sehingga diperoleh ekstrak kental.
Pompa vakum pada penguapan ini akan membantu untuk menurunkan tekanan
pada permukaan sehingga pelarut akan menguap di bawah titik didih normalnya
dan dapat mengurangi terjadinya penguraian senyawa yang terdapat dalam ekstrak
akibat pemanasan yang berlebih (Tukiran et al., 2020). Selanjutnya dihitung nilai
rendemennya. Nilai rendemen yang dihasilkan penelitian ini ditunjukkan pada
Tabel 4.2 (Lampiran 4.3).
34
Tabel 4.2 Hasil ekstrak kental daun kelor
Pelarut Preparasi Ekstrak kental
(gr)
Nilai Rendemen
(%)
Warna Ekstrak
kental
Air
Kering Jemur 2,24 22,36 Coklat
kekuningan
Kering Angin 2,44 24,35 Coklat
kekuningan
Etanol
Kering Jemur 0,95 9,52 Hijau
Kehitaman
Kering Angin 0,55 5,49 Hijau
Kehitaman
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rendemen pelarut air lebih
tinggi dibandingkan pelarut etanol. Hal ini membuktikan bahwa dalam proses
ekstraksi adanya faktor polaritas dari pelarut berpengaruh terhadap hasil rendemen
yang diperoleh. Semakin polar pelarut maka daya ekstraksi akan semakin bagus.
Hal ini karena mengalirnya pelarut ke dalam sel bahan yang akan menyebabkan
protoplasma membengkak, dan kandungan sel dalam bahan tersebut akan terlarut
sesuai dengan kelarutannya. Kepolaran pelarut dan kepolaran bahan yang di
ekstraksi berhubungan dengan daya melarutkan yang tinggi (Cikita et al., 2016).
Pelarut air merupakan pelarut yang baik untuk senyawa ion, adanya gugus
–OH yang bersifat polar dan memberikan suatu dipol yang perlu untuk
mensolvasi kation dan anion keduanya. Sedangkan pelarut etanol merupakan
pelarut yang bersifat semi polar, dapat membentuk ikatan hidrogen antara
molekul-molekulnya. Ekstrak yang didapat sedikit karena ketika dievaporasi
etanol lebih cepat menguap dari pada pelarut air (Saadah dan Nurhasnawati,
2015).
Berdasarkan penelitian Zullaikah et al., (2018) menggunakan pelarut air
dan etanol. Ekstrak daun kering memiliki rendemen lebih tinggi dibandingkan
ekstrak daun segar. Daun segar ketika dilarutkan dengan pelarut senyawa aktif
35
tidah mudah terikat karena masih terdapat cairan yang akan menghalangi proses
ekstraksi. Sedangkan daun kering sudah mengalami penguapan pada cairan
sampel sehingga menurunnya rasio padatan terhadap pelarut. Hal tersebut akan
memudahkan proses ekstraksi dan memudahkan keluarnya senyawa aktif
(Herodez et al., 2003). Begitu pula pada tingkat kepolaran pelarut. Semakin tinggi
tingkat kepolaran akan meningkatkan rendemen ekstrak. Hal ini disebabkan
tingkat kepolaran pelarut air lebih tinggi karena senyawa aktif yang ditarik lebih
banyak dari pada pelarut etanol (Elma et al., 2018).
Pada pelarut air mampu menarik senyawa aktif polar seperti flavonoid o-
glikosida. Pada senyawa ini memiliki satu gugus hidroksil flavonoid (lebih)
terikat pada satu satu gula (lebih) dengan ikatan hemiasetal. Pengaruh o-glikosida
menyebabkan flavonoid menjadi kurang efektif sebagai antioksidan. Sedangkan
pada pelarut etanol mampu menarik senyawa aktif polar berupa flavonoid c-
glikosida. Hal ini gula dapat terikat pada karbon dari flavonoid, jenis gula yang
terikat lebih sedikit dibandingkan o-glikosida sehingga memiliki kemampuan
lebih efektif sebagai antioksidan (Parwata, 2016).
Nilai rendemen juga berpengaruh terhadap jumlah metabolit sekunder
yang terekstrak di dalam pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya (Septiani,
2017). Tingginya rendemen dari ekstrak daun kelor pada pelarut air menunjukkan
bahwa pelarut air pada daun kelor mampu mengekstrak senyawa lebih baik. Hal
ini karena perolehan senyawa yang terekstrak didasari oleh kesamaan sifat
kepolaran terhadap pelarut. Sedangkan pada ekstrak daun kelor pelarut etanol
memiliki rendemen lebih rendah karena komponen senyawa aktif terdapat dalam
jumlah lebih sedikit dalam daun kelor. Hal ini sesuai dengan penelitian Aondo et
36
al., (2018) dalam mengekstrak tanaman yang sama menggunakan variasi pelarut
air, etil asetat, dan etanol menunjukkan hasil rendemen tertinggi diperoleh dengan
pelarut air.
Berdasarkan Tabel 4.2 rendemen preparasi pengeringan diperoleh
rendemen kering angin lebih tinggi dibandingkan kering jemur pada pelarut air,
berbeda dengan pelarut etanol yaitu rendemen kering jemur lebih tinggi
dibandingkan kering angin. Data presentase rendemen tersebut jika dibandingkan
dengan data kadar air pada Tabel 4.1 menghasilkan data yang tidak berbanding
lurus, semakin rendah kadar air sampel maka rendemen yang dihasilkan akan
semakin banyak. Hal ini dikarenakan semakin kecil kadar air akan memudahkan
pelarut untuk mengekstrak senyawa metabolit sekunder dari suatu sampel
(Kumala, 2007). Untuk rendemen sampel daun kelor preparasi kering jemur dan
kering angin menggunakan pelarut air tidak sesuai dengan teori yang ada.
4.4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
4.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil)
Proses pengujian aktivitas antioksidan ekstrak air dan ekstrak etanol daun
kelor dilakukan dengan mengukur panjang gelombang maksimal DPPH yang
akan digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan ekstrak daun kelor
sebagai antioksidan. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimum, sehingga pada panjang
gelombang tersebut absorbansi setiap satuan konsentrasi terjadi serapan
maksimum. Radikal DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan memiliki
37
warna komplementer ungu dengan absorbansi pada panjang gelombang 515-520
nm (Mardiah, 2012; Wulansari, 2011; Soebagio, 2007).
Hasil pada penelitian diperoleh panjang gelombang maksimum DPPH 0,2
mM sebesar 515,9 nm. Hasil tersebut mendekati penelitian Kiswandono dan
Maslahat (2011) yang menyatakan bahwa gelombang maksimum DPPH dengan
pelarut heksana, etil asetat, metanol 80%, etanol dan air sebesar 515 nm.
Sedangkan penelitian Rizkayanti et al., (2017) menyatakan gelombang maksimum
DPPH dengan pelarut air dan etanol sebesar 517 nm. Hasil spektra UV-Vis larutan
DPPH 0,2mM dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Spektrum larutan DPPH 0,2 mM
4.4.2 Uji Aktivitas Antioksidan
Pengujian aktivitas antioksidan pada sampel dilakukan dengan metode
peredaman radikal bebas DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Pengukuran aktivitas antioksidan daun kelor menggunakan berbagai konsentrasi
yaitu 10, 50, 100, 150 dan 200 ppm. Sampel yang diuji aktivitas antioksidannya
38
yaitu ekstrak air dan etanol daun kelor menggunakan ekstraksi sonikasi. Pengujian
aktivitas antioksidan diukur pada panjang gelombang 515,9 nm dan dinkubasi
pada suhu 37ºC selama waktu 30 menit pada masing-masing sampel. Proses
inkubasi ini bertujuan untuk mengoptimumkan aktivitas DPPH agar terjadi reaksi
antara DPPH dengan sampel yang diuji (Hatano et al., 1998).
Pengukuran aktivitas antioksidan ditandai dengan adanya penurunan nilai
absorbansi larutan DPPH yang telah ditambahkan sampel. Absorbansi yang telah
terukur merupakan absorbansi sisa DPPH yang tidak ditangkap oleh senyawa
flavonoid dalam sampel. Penurunan nilai absorbansi menunjukkan bahwa
terjadinya peredaman radikal bebas oleh larutan uji. Sehingga menunjukkan
perbedaan adanya aktivitas antioksidan dari sampel. Pengujian aktivitas
antioksidan ekstrak daun kelor menggunakan kontrol DPPH 0,2 mM sebagai
pembanding untuk menentukan potensi sampel dan mengetahui absorbansi radikal
DPPH yang tidak tereduksi oleh sampel. Hasil uji aktivitas antioksidan dilakukan
analisis pengulangan sebanyak 3 kali masing-masing sampel, dimana masing-
masing sampel satu kali ekstraksi. Hasil aktivitas antioksidan berdasarkan EC50
dirangkum pada Tabel 4.3 (Lampiran 4.4).
39
Tabel 4.3 Nilai EC50 ekstrak air dan etanol daun kelor menggunakan preparasi
pengeringan (kering jemur dan kering angin)
Sampel Preparasi Konsentrasi % Aktivitas
Antioksidan
Nilai EC50
(ppm)
Ekstrak air
Kering Jemur
10 ppm 3,939
130a
50 ppm 16,523
100 ppm 33,587
150 ppm 52,946
200 ppm 76,565
Ekstrak air
Kering Angin
10 ppm 5,357
274,1b
50 ppm 12,299
100 ppm 20,713
150 ppm 31,394
200 ppm 42,461
Ekstrak
etanol
Kering Jemur
10 ppm 5,669
91,15a
50 ppm 25,179
100 ppm 52,807
150 ppm 72,327
200 ppm 80,545
Ekstrak
etanol
Kering Angin
10 ppm 7,339
115,9a
50 ppm 23,616
100 ppm 43,017
150 ppm 57,433
200 ppm 71,324 Keterangan: Huruf berbeda di belakang angka (a dan b) menunjukkan perbedaan nyata (α <0,05)
Berdasarkan pengujian aktivitas antioksidan ini Tabel 4.3 hasil
pengukuran EC50 ekstrak air (kering jemur) sebesar 130 ppm yang artinya
memiliki potensi sebagai antioksidan yang sedang karena memiliki EC50 bernilai
100-150 ppm, ekstrak air (kering angin) sebesar 274,1 ppm yang artinya memiliki
potensi sebagai antioksidan yang lemah karena memiliki EC50 bernilai >150 ppm,
ekstrak etanol (kering jemur) sebesar 91,15 yang artinya memiliki potensi sebagai
antioksidan yang kuat karena memiliki EC50 bernilai 50-100 ppm dan ekstrak
etanol (kering angin) sebesar 115,9 ppm yang artinya memiliki potensi sebagai
antioksidan yang sedang.
40
Ekstrak etanol memiliki nilai EC50 lebih tinggi daripada ekstrak air. Hal ini
menunjukkan bahwa pelarut etanol yang merupakan pelarut universal mampu
menarik senyawa-senyawa non polar, semi polar dan polar, seperti alkaloid,
flavonoid dan triterpenoid yang berperan sebagai penghasil antioksidan. Selain
itu, etanol lebih disukai untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang berpotensi
sebagai antioksidan karena toksisitasnya yang rendah (Sulastri et al., 2020).
Sementara itu, pelarut air yang dikenal sebagai pelarut sangat polar adalah pelarut
penarik senyawa glikosida yang terdapat pada saponin, polisakarida, namun
kurang efektif sebagai antioksidan. Dzieciol, (2020) dari Polandia melakukan
penelitian pada daun kelor menggunakan pelarut etanol dengan metode ekstraksi
yang sama yaitu sonikasi dengan waktu yang berbeda yaitu 4 jam diperoleh nilai
EC50 sebesar 388,1 ppm dimana memiliki potensi sebagai antioksidan yang sangat
lemah, karena waktu ekstraksi dapat mempengaruhi senyawa metabolit sekunder.
Perbedaan iklim dari suatu negara yang memiliki suhu dan tingkat kelembapan
yang berbeda, sehingga mempengaruhi aktivitas antioksidan.
Tabel 4.3 memperlihatkan adanya perbedaan perolehan aktivitas
antioksidan dari preparasi pengeringan yaitu kering jemur dan kering angin. Hasil
penelitian diketahui bahwa aktivitas antioksidan dengan nilai EC50 tertinggi
terdapat pada sampel ekstrak hasil perlakuan pengeringan kering jemur sebesar
130 ppm untuk ekstrak air dan 91,15 ppm untuk ekstrak etanol. Luliana et al.,
2016 menyatakan bahwa cara preparasi pengeringan dapat mengalami penurunan
aktivitas antioksidan seiring dengan suhu pengeringan yang semakin tinggi.
Semakin tinggi suhu menyebabkan aktivitas antioksidan semakin menurun.
41
Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan penelitian ini yang menyatakan
bahwa kering jemur yang memiliki suhu lebih tinggi mengalami kenaikan
aktivitas antioksidan dibandingkan kering angin dengan suhu lebih rendah.
Dikarenakan pada penelitian ini sampel kering angin memberikan warna hijau
kecoklatan dibandingkan kering jemur yang memberikan warna hijau (Lampiran
5.1). Hal ini terkait dengan degradasi klorofil yang berwarna hijau menjadi
pheofitin yang berwarna coklat selama proses pengeringan tersebut (Gross, 1991).
Perubahan warna menjadi hijau kecoklatan diduga karena adanya kelembapan
pada sampel sehingga semakin lama pengeringan warna sampel semakin
kecoklatan pada daun kelor kering.
Berdasarkan hasil analisis ANOVA menghasilkan statistik Uji F sebesar
62,654 dengan probabilitas (Sig.) sebesar 0,000 Fhitung > FTabel (4,07) atau
probabilitas < alpha (α=0,05%)). Sehingga H0 ditolak. Dengan demikian
dinyatakan minimal ada satu variasi pelarut yang menghasilkan aktivitas
antioksidan yang berbeda signifikan. Hasil uji BNT menyatakan bahwa ekstrak air
menggunakan preparasi kering angin menghasilkan aktivitas antioksidan paling
tinggi dan berbeda nyata (signifikan) dengan ekstrak air (kering jemur) dan
ekstrak etanol (kering jemur dan kering angin). Sedangkan ekstrak etanol (kering
jemur dan kering angin) tidak berbeda nyata (tidak signifikan) dengan ekstrak air
(kering jemur).
4.5 Uji Fitokimia dengan Reagen
Uji fitokimia pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara
kualitatif kandungan senyawa aktif metabolit sekunder yang terkandung pada
42
ekstrak air dan etanol daun kelor menggunakan ekstraksi sonikasi. Uji fitokimia
dilakukan pada golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid, dan
triterpenoid. Masing-masing sampel dilakukan 3 kali pengulangan. Hasil uji
fitokimia ekstrak daun kelor ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil uji fitokimia daun kelor menggunakan ekstraksi sonikasi
No.
Golongan
Senyawa
Kering
Jemur
Kering
Angin
Kering
Jemur
Kering
Angin
Ekstrak Air Ekstrak Etanol
1. Alkaloid
a. Dragendroff + + + +
b. Mayer + + + +
2. Flavonoid ++ ++ + +
3. Tanin - - - -
4. Saponin + + - -
5. Steroid - - - -
6. Triterpenoid ++ ++ + +
Keterangan:
Tanda ++ : terkandung senyawa lebih/warna pekat
Tanda + : terkandung senyawa/warna mudah
Tanda - : tidak terkandung senyawa/ tidak terbentuk warna
Hasil uji fitokimia pada Tabel 4.4 diketahui bahwa ekstrak air daun kelor
diduga mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan triterpenoid.
Sedangkan ektstrak etanol diduga mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan
triterpenoid. Hasil ini tidak jauh beda dengan hasil penelitian Shahriar et al.,
(2012) dimana daun kelor pada pelarut air mengandung senyawa metabolit
sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin. Sedangkan pada pelarut
etanol menunjukkan hasil positif pada senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan
triterpenoid.
43
4.5.1 Alkaloid
Pengujian alkaloid dilakukan dengan menggunakan dua jenis
reagen/pereaksi yaitu pereaksi dragendroff dan mayer dimana hasil positif yang
dihasilkan yaitu endapan jingga untuk pereaksi dragendroff dan endapan putih
untuk pereaksi mayer. Penambahan larutan asam klorida, dimana fungsi larutan
ini untuk meningkatkan kelarutan alkaloid, karena senyawa alkaloid akan bereaksi
dengan asam klorida dan akan membentuk garam yang mudah larut dalam air
selain itu tujuan penambahan HCl adalah karena alkaloid bersifat basa sehingga
biasanya diekstrak dengan pelarut yang mengandung asam (Harborne, 1987).
Pada uji alkaloid dengan pereaksi dragendorff menghasilkan warna
endapan berwarna jingga. Endapan tersebut adalah kalium alkaloid. Pada
pembuatan pereaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak
terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis
membentuk ion bismutil (BiO+), yang reaksinya ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Bi+ + H2O BiO
+ + 2H
+
Gambar 4.2. Reaksi Hidrolisis Bismut
Agar ion Bi3+
tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam
sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya ion Bi3+ dari
bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan hitam
Bismut(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih
membentuk kalium tetraiodobismutat (Svehla, 1985). Pada uji alkaloid dengan
pereaksi Dragendorff, nitogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga
44
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam.
Nitrogen akan bereaksi dengan K+ yang merupakan ion logam (Marliana et al.,
2005). Dugaan reaksi pada uji dragendorff ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Bi(NO3)3 + 3KI BiI3 + 3KNO3
Coklat
BiI3 + KI K[BiI4]
Kalium tetraiodobismut
Kalium-Alkaloid endapan Oranye
Gambar 4.3. Dugaan reaksi antara alkaloid dengan Pereaksi Dragendorff
(Marliana et al., 2005).
Hasil positif alkaloid pada pereaksi meyer juga ditandai dengan
terbentuknya endapan kekuning-kuningan. Endapan tersebut adanya kalium
alkaloid. Pada pembuatan pereaksi meyer, larutan mercury(II) klorida ditambah
kalium iodida akan membentuk endapan merah mercury(II) iodida. Jika kalium
iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium
tetraiodomerkurat(II) (Svehla, 1985). Nitrogen pada alkaloid akan bereaksi
dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks
kalium-alkaloid yang mengendap (Marliana et al., 2005). Dugaan reaksi yang
terjadi dengan pereaksi meyer ditunjukkan pada Gambar 4.4.
45
HgCl2 + 2KI HgI2 + 2KCl
HgI2 + 2KI K2[HgI2]
Kalium tetraiodomerkurat (II)
Kalium Alkaloid endapan
Gambar 4.4. Dugaan reaksi antara alkaloid dengan Pereaksi Meyer (Marliana et
al., 2005).
Hasil positif ditunjukkan oleh perlakuan pelarut air dan etanol yang
merupakan pelarut polar. Menurut Endarini (2016) garam alkaloid berbeda
sifatnya dengan alkaloid bebas dalam bentuk basa. Alkaloid dalam bentuk basa
biasanya tidak larut dalam air, tetapi mudah larut dalam pelarut organik (seperti
benzena, eter, kloroform). Sementara dalam bentuk garamnya, alkaloid mudah
larut dalam pelarut polar. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa
alkaloid didalam ekstrak daun kelor merupakan senyawa alkaloid dalam bentuk
garamnya karena reaksi positif ditunjukkan pada pelarut yang bersifat polar.
4.5.2 Flavonoid
Identifikasi senyawa flavonoid pada ekstrak air yaitu terbentuknya larutan
berwarna jingga yang menandakan adanya senyawa flavonoid. Sedangkan pada
ekstrak etanol terbentuk warna hijau kekuningan hal ini menandakan adanya
senyawa flavonoid pada ekstrak daun kelor. Pemanasan dilakukan karena
sebagian besar golongan flavonoid dapat larut dalam air panas.
46
Tujuan penambahan logam Mg dan HCl adalah untuk mereduksi inti
benzopiron yang terdapat dalam struktur flavonoid sehingga terbentuk garam
flavilium berwarna merah atau jingga. Tetapi, jika dibandingkan intensitas warna
dari kedua ekstrak, warna yang terbentuk lebih dominan pada ekstrak air dari pada
ekstrak etanol daun kelor. Hal ini kemungkinan besar senyawa flavonoid pada
sampel daun kelor memiliki persentasi yang kecil. Perbedaan warna yang
dihasilkan antara ekstrak air dan ekstrak etanol daun kelor diakibatkan senyawa
flavonoid lebih terekstrak sempurna pada pelarut air dibandingkan pelarut etanol,
karena perbedaan sifat dari kedua pelarut tersebut. Flavonoid merupakan senyawa
yang mengandung dua cincin aromatik dengan gugus hidroksil lebih dari satu.
Senyawa fenol dengan gugus hidroksil semakin banyak memiliki tingkat
kelarutan dalam air semakin besar atau bersifat polar, sehingga dapat terekstrak
dalam pelarut-pelarut polar seperti air dan etanol (Robinson, 1995). Dugaan reaksi
yang terjadi antara senyawa flavonoid dengan HCl dan logam Mg ditunjukkan
pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5. Dugaan reaksi antara flavonoid dengan Logam Mg dan HCl
(Septyangsih, 2010).
47
4.5.3 Saponin
Uji saponin dilakukan dengan metode Forth, yaitu hidrolisis saponin
dalam air. Timbulnya busa menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai
kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan
senyawa aglikonnya. Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa
sapogenin. Hasil positif pengujian saponin dengan terjadinya pembentukan
busa ditunjukkan pada ekstrak air. Reaksi positif ditandai dengan busa yang
terbentuk tidak kurang dari 10 menit setelah pengocokan serta stabil dengan
penambahan HCl 2N (Setyowati et al., 2014). Sementara pada ekstrak etanol,
pembentukan busa tidak terjadi sehingga pengujian dapat dianggap negatif
dikarenakan kelarutan senyawa saponin sangat rendah didalam etanol sehingga
tidak terbentuk busa yang stabil. Dugaan reaksi senyawa saponin ditunjukkan
pada Gambar 4.6.
Saponin merupakan senyawa yang polaritasnya tinggi. Pelarut air
termasuk pelarut yang sangat polar, sehingga terbentuk busa yang stabil dalam air
yang terhidrolisis. Menurut Robinson (1991) senyawa saponin memiliki gugus
polar dan non-polar bersifat aktif permukaan sehingga saat saponin dikocok
dengan air akan mengalami hidrolisis dan dapat membentuk misel. Struktur
misel yang terbentuk menyebabkan gugus polar menghadap keluar dan gugus
non-polar menghadap kedalam sehingga akan tampak seperti busa.
48
1-Arabinopiriosil-3β-asetil oleanolat Aglikon Glukosa
Gambar 4.6. Dugaan reaksi hidrolisis senyawa saponin dalam air (Nugrahani et
al., 2016)
4.5.4 Triterpenoid
Identifikasi senyawa triterpenoid yang terkandung dalam ekstrak air dan
etanol daun kelor dilakukan dengan penambahan kloroform, asam asetat anhidrat
(reagen Libermann-Burchard). Prinsip reaksi dalam mekanisme reaksi uji
triterpenoid yang disajikan dalam Gambar 4.7 merupakan kondensasi atau
pelepasan H2O dan penggabungan dengan karbokation. Reaksi ini diawali dengan
proses asetilasi gugus hidroksil menggunakan asam asetat anhidrida. Gugus asetil
yang merupakan gugus pergi yang baik akan lepas, sehingga terbentuk ikatan
rangkap. Selanjutnya terjadi pelepasan gugus hidrogen beserta elektronnya,
mengakibatkan ikatan rangkap berpindah. Senyawa ini mengalami resonansi yang
bertindak sebagai elektrofil atau karbokation. Serangan karbokation menyebabkan
adisi elektrofilik, diikuti pelepasan hidrogen. Kemudian gugus hidrogen beserta
elektronnya dilepas, akibatnya senyawa mengalami perpanjangan konjugasi yang
memperlihatkan munculnya cincin kecoklatan (Setyowati et al., 2014).
49
Gambar 4.7. Dugaan reaksi triterpenoid dengan pereaksi Liebermann-Burchard
(Nugrahani et al., 2016)
Hasil positif triterpenoid ditandai dengan terbentuknya cincin kecoklatan
pada perbatasan dua pelarut saat ditambah H2SO4. Hal ini dikarenakan
kemampuan senyawa triterpenoid dalam membentuk warna oleh H2SO4 dalam
pelarut asetat anhidrat. Perubahan warna terjadi karena adanya reaksi oksidasi
pada golongan senyawa triterpenoid melalui pembentukan ikatan rangkap
terkonjugasi yang menghasilkan kromofor. Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi
kondensasi atau pelepasan H2O dan penggabungan karbokation.
Hasil pengujian menunjukkan positif mengandung senyawa triterpenoid
ditandai dengan adanya cincin berwarna coklat kemerahan pada ekstrak air dan
cincin berwarna coklat pada ekstrak etanol, karena senyawa golongan triterpenoid
50
bersifat polar sehingga senyawa lebih larut dalam pelarut polar (Harbone, 1987).
Perbedaan warna yang dihasilkan antara ekstrak air dan etanol daun kelor
diakibatkan senyawa triterpenoid lebih terekstrak sempurna pada pelarut air
dibandingkan pelarut etanol, karena perbedaan sifat dari kedua pelarut tersebut.
4.6 Pemanfaatan Tanaman Kelor (Moringa Oleifera Lamk.) sebagai Obat
dalam Perspektif Islam
Allah SWT. Menciptakan bumi, langit dan seisinya semua mempunyai
manfaat masing-masing. Kekuasaan Allah SWT yang begitu besar bagi makhluk
hidup yang yang ada di bumi merupakan suatu tanda bagi mereka tentang adanya
sang Maha pencipta. Firman Allah SWT dalam Q.S.al Baqarah Ayat 265:
و وت ثبيتا مضن ان فسهم كمثل جنة برب وة ومثل الذين ي نفقون اموالهم ابتغااء مر ات الل
ها وابل فطل اصاب ها وابل فاتت اكلها عفين و ا ت عملون فان ل يصب والل
ر﴿ ﴾٦٥بصي
Artinya: “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti
sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan
lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan
lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat (Q.S.al Baqarah (2): 265).
Berdasarkan ayat tersebut, kata rabwah dalam bahasa arab berarti tanah
subur yang berada didataran tinggi (Shihab, 2002). Tanaman yang baik adalah
tanaman yang subur dan bermanfaat. Maka manusia dengan kelebihan akal yang
dimiliki harus berfikir dengan memanfaatkan nikmat alam yang telah Allah SWT
51
berikan seperti memanfaatkan tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman
yang digunakan sebagai obat dalam penelitian ini adalah daun kelor. Daun kelor
telah diteliti oleh peneliti terdahulu bahwa tanaman ini mengandung senyawa
antioksidan.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menangkal atau meredam
dampak negatif oksidan. Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh
dari serangan radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul organik yang yang
bertanggung jawab atas terjadinya penuaan dini, kerusakan jaringan, dan
kemungkinan timbulnya beberapa penyakit seperti kanker dan gangguan pada
jantung.
Setelah proses penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa daun
kelor memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Hal ini ditunjang dengan adanya
senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan triterpenoid yang
keseluruhan senyawa aktif tersebut berpotensi sebagai antioksidan. Berdasarkan
hal tersebut banyak orang yang lebih memilih menggunakan tanaman sebagai obat
herbal, karena lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping . Firman Allah
SWT dalam Q.S. asy Syu’ara Ayat 80:
﴾٨﴿يشفين ف هو مر ت واذا
Artinya: “Dan apabia aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (Q.S. asy
Syu’ara (26): 80).
Allah SWT berfirman bila aku (manusia) sakit, tiada yang mampu
menyembuhkanku dari penyakit kecuali Allah Yang Maha Esa. Dialah yang
memberi penyakit dan menurunkan obat (Al-Qarni, 2007). Segala macam
52
penyakit yang telah diberikan oleh Allah SWT, pasti ada obat atau penawarnya
yang diberikan olehNya bahkan manusia tidak menyadarinya. Dalam hadits
riwayat Imam Muslim Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa Nabi bersabda:
اء ب رأ بإذن اللو عز وجل لكلض داء دواء فإذا أصيب دواء الد
Artinya: “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah SWT” (HR.
Muslim).
Sabda Nabi ( لكلض داء دواء) merupakan penguat motivasi bagi orang yang
sakit, dokter atau orang memberikan pengobatan dan para peneliti, sekaligus
dorongan untuk mencari pengobatan. Termasuk petunjuk bagi Nabi SAW. Beliau
berobat untuk diri beliau sendiri, dan juga memerintahkan keluarga dan
sahabatnya untuk berobat ketika sakit.
Terdapat beberapa hadits dari Nabi SAW tentang perintah untuk berobat
dan mencari tahu mengenai obat-obat yang bermanfaat. Hal tersebut tidaklah
bertentangan dengan tawakal seseorang kepada Allah dan keyakinan bahwa
kesembuhan berasal dari Allah Ta’ala.
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Aktivitas antioksidan yang dilihat dari nilai EC50 ekstrak air dan etanol daun
kelor menggunakan preparasi pengeringan yaitu ekstrak air (kering jemur dan
kering angin) sebesar 130 dan 274,1 ppm. Sedangkan ekstrak etanol (kering
jemur dan kering angin) sebesar 91,15 dan 115,9 ppm.
2. Hasil uji fitokimia ekstrak air daun kelor mengandung senyawa aktif alkaloid,
flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Sedangkan ekstrak etanol daun kelor
mengandung senyawa aktif alkaloid, flavonoid dan triterpenoid.
5.2 Saran
1. Dilakukan perbandingan bahan:pelarut (1:20) agar lebih banyak kandungan
senyawa aktif dan mendapatkan aktivitas antioksidan lebih kuat.
2. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada perlakuan kadar air dan ekstraksi
3. Dilakukan identifikasi menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi,
NMR untuk mengetahui gambaran jenis atom dalam molekul, ataupun GC-MS
untuk mengetahui jumlah senyawa dan berat molekul senyawa dalam produk.
4. Dicari waktu kestabilan untuk menentukan kestabilan masing-masing sampel.
54
DAFTAR PUSTAKA
Ademiluyi, A.O., Aladeselu, O.H., Oboh, G., dan Boligon, A.A., 2018. Drying
alters the phenolic constituents, antioxidant properties, α-amylase, and α-
glucosidase inhibitory properties of Moringa (Moringa oleifera) leaf. Food
Science & Nutrition, 6(8): 2123–2133.
Agustie, A.W.D., dan Samsumaharto, R.A., 2013. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Maserasi Daun Kelor (Moringa oleifera, Lamk) Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus. Biomedika, 6(2): 14-19.
Anwar, S., Yulianti, E., Hakim, A., Fasya, A.G., Fauziyah, B., dan Muti’ah, R.,
2014. Uji Toksisitas Ekstrak Akuades (Suhu Kamar) dan Akuades Panas (70
ºC) Daun Kelor (Moringa Oleifera Lamk.) Terhadap Larva Udang Artemia
Salina Leach. ALCHEMY, 3(1): 84–92.
AOAC, 2004. Official Methods of Analysis. 20th ed. Association of Official
Analytical Chemists, Arlington.
Aondo, T.O., Odiaka, N.I., Akesa, T.M., dan Olaleye, O.O. 2018. Phytochemical
and Antifungal Efficacy of Different Part of Moringa Oleifera Plant
Extracts. Asian Journal of Biotechnology and Bioresource Technology. 3
(2): 1-8.
Arindah, D., 2010. Fraksinasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Antioksidan
pada Daging Buah Pepino (Solonum muricatum Aiton) yang Berpotensi
Sebagai Antioksidan (Skripsi). Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Bernard, D., Kwabena, A.I., Osei, O.D., Daniel, G.A., Elom, S.A., dan Sandra, A.,
2014. The effect of different drying methods on the phytochemicals and
radical scavenging activity of Ceylon cinnamon (Cinnamomum zeylanicum)
plant parts. European Journal of Medicinal Plants, 4(11): 1324–1335.
Cahyadi, W., 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara, Bandung.
Candani, D., Ulfah, M., Noviana, W., dan Zainul, R., 2018. A Review
Pemanfaatan Teknologi Sonikasi. Chemistry Education and Physical
Chemistry Laboratory, FMIPA, Universitas Negeri Padang, Indonesia: 1-21.
Chuang, P., Lee, C., Chou, J., Murugan, M., Shieh, B., dan Chen, H., 2007. Anti-
fungal activity of crude extracts and essential oil of Moringa oleifera Lam.
Bioresource Technology, 98(1): 232–236.
Chumark, P., Khunawat, P., Sanvarinda, Y., Phornchirasilp, S., Morales, N.P.,
Phivthong-ngam, L., Ratanachamnong, P., Srisawat, S., dan Pongrapeeporn,
K.S., 2008. The in vitro and ex vivo antioxidant properties, hypolipidaemic
55
and antiatherosclerotic activities of water extract of Moringa oleifera Lam. leaves.
Journal of Ethnopharmacology, 116(3): 439–446.
Cikita I., I. H. Hasibuan., dan R. Hasibuan. 2016. Pemanfaatan Flavonoid
Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) Sebagai
Antioksidan Pada Minyak Kelapa. Jurnal Teknik Kimia USU, 5(1): 45- 51.
Dewi, F.K., Suliasih, N., dan Garnida, Y., 2016. Pembuatan Cookies Dengan
Penambahan Daun Kelor (Moringa Oleifera) Pada Berbagai Suhu
Pemanggangan (Skripsi). Fakultas Teknik Unpas.
Dzieciol, Malgorzata. 2020. Influence ff Extraction Technique on Yield and
Antioxidant Activity of Extract From Moringa Oleifera Leaf. Polish Journal
of Chemical Technology, 22 (4): 31-35.
Edwinanto, L., Septiadi, E., Nurfazriah, L.R., Anastasya, K.S., dan Pranata, N.,
2018. Phytochemical Features of Moringa oleifera Leaves as Anticancer A
Review Article. Journal of Medicine and Health, 2(1): 680-688.
Endarini, L. H. 2016. Farmakognisi dan Fitokimia. Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Jakarta.
Farooqi, M. I. H, 2005. Terapi Herbal Cara Islam; Manfaat Tumbuhan menurut
Al-Qur’an dan Sunah Nabi. Penj. Ahmad Y. Samantho. Penerbit Hikmat (PT
Mizan Publika, Jakarta.
Farouq. 2003. Ekstrak sebagai salah satu pengembangan bentuk obat tradisional.
Seminar POKJANAS TOI XXIII. Universitas Pancasila, Jakarta. Hal. 12.
Firdaus, M., 2011. Phlorotanin: Struktur, Isolasi, dan Bioaktivasi. Universitas
Brawijaya Press. Gold, B., 2018. Antioxidants, in: Schmidt-Erfurth, U., Kohnen, T. (Eds.),
Encyclopedia of Ophthalmology. Springer Berlin Heidelberg, pp. 150–151.
Gross, J. 1991. Pigments in vegetable, chlorophylls and caratenoids. New York:
Van Nostrand Reinhold.
Hanani, E., Munim, A., dan Sekarini, R., 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan
Dalam Spons Callyspongia Sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu
Kefarmasian, 2(3): 127–133.
Handayani, H., Sriherfyna, F.H., Veteran, J., dan Korespodensi, P., 2016.
Ekstraksi Antioksidan Daun Sirsak Metode Ultrasonic Bath (Kajian Rasio
Bahan : Pelarut Dan Lama Ekstraksi). Jurnal Pangan dan Agroindustri,
4(1): 262-272.
56
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (alih bahasa: Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro). Penerbit
ITB, Bandung.
Harborne, J.B., 2006. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (alih bahasa: Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro). Penerbit
ITB, Bandung.
Hasanah, I., 2018. Pengaruh Penambahan Sari Daun Kelor (Moringa oleifera) dan
Sari Stoberi Terhadap Hasil Uji Organoleptik pada Permen Karamel Susu
(Skripsi). Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Hatano, T., H. Kagawa, Yasuha, dan T.Okuda. 1998. Dua Flavonoid Baru dan
Kontinuen Lainnya di akar manis: Astrigent Mereka Relatif dan Efek
Pengikatan Radikal. Chem Pharm Bull. 36:2090-7.
Herodez, S.S., Hadolin, M., Skerget, M., Knez, Z. 2003. Solvent extraction study
of antioxidants from Balm (Melissa officinalis L) leaves, Food Chem.
80.275-282.
Inggrid, H.M., dan Santoso, H., 2014. Ekstraksi Antioksidan dan Senyawa Aktif
dari Buah Kiwi (Actinidia deliciosa). Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat, Universitas katolik Parahyangan.
Jahan, I.A., Hossain, M.H., Ahmed, K.S., Sultana, Z., Biswas, P.K., dan Nada, K.,
2018. Antioxidant activity of Moringa oleifera seed extracts. Oriental
Pharmacy and Experimental Medicine, 18(4): 299–307.
Kiswandono, A.A., dan Maslahat, M., 2011. Uji Antioksidan Ekstrak Heksana,
Etil Asetat, Etanol, Metanol 80% dan Air Daun Kelor (Moringa Oleifera,
Lamk). Jurnal Sains Natural. 1 (1): 33-38.
Krisnadi, A Dudi, 2015. Kelor Super Nutrisi. Pusat Informasi dan Pengembangan
Tanaman Kelor Indonesia, Blora.
Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M., dan Kurniadi, B., 2008. Buku Ajar
Fitokimia. Airlangga University Press, Surabaya, p. 174 hlm.
Kristiningrum, N., Wulandari, L., dan Zuhriyah, A., 2018. Phytochemical
Screening, Total Phenolic Content, And Antioxidant Activity Of Water,
Ethyl Acetate, And N-Hexane Fractions From Mistletoe Moringa Oleifera
Lam.(Dendrophthoe Pentandra (L.) Miq.). Asian J Pharm Clin Res, 11(10):
104–106.
Kumala, L.D. 2007. Kajian Ekstrak Umbi GAdung (Dioscorea hispida), Rerak
(Sapindus rarak) dan Biji Sirsak (Annona muricata L.) sebagai Bahan
Pengawet Alami Kayu. Skripsi. Bandung: Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
57
Kurniasih, 2013. Khasiat dan Manfaat Daun Kelor. Pustaka Baru Press,
Yogyakarta.
Kurniawan, D., 2015. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun Kelor
(Moringa Oleifera Lamk.) Terhadap Candida Albicans Secara In Vitro.
Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 3(1):1-21
Lenny, S., 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpraponoida, dan Alkaloida, Karya
Ilmiah. ed.USU, Medan.
Li, H., L. Pordesimo, J. Weiss. 2004. High intensity ultrasound-assisted extraction
od oil from soybeans. Journal of Food International 37: 731-738.
Ljubuncic, P., Song, H., Cogan, U., Azaizeh, H., dan Bomzon, A., 2005. The
effects of aqueous extracts prepared from the leaves of Pistacia lentiscus in
experimental liver disease. Journal of Ethnopharmacology, 100(1-2): 198–
204.
Luliana, Sri., Purwanti, N.U., dan Manihuruk K.N. 2016. Pengaruh Cara
Pengeringan Simplisia Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.)
Terhadap Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH (2,2-
difenil-1- pikrilhidrazil). Pharma Sci Res. ISSN 2407-2354.
Mahapatra, A.K., dan Nguyen, C.N., 2009. Drying Of Medical Plant. ISHS Acta
Holticulturae, 756th ed. Internasional Symposium on Medical and
Neutraceutical Plants.
Mangan, Y., 2003. Cara Bijak Menaklukan Kanker, Cetakan Pertama. ed.
Penerbit PT. Agromedia Pustaka, Depok.
Manik, J., 2011. Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-Heksan Etil asetat dan Etanol Rumput Laut
Sargassum polycystum C. Agardh (Skripsi) Fakultas Farmasi Universitas
Sumatra Utara, Medan.
Manoi, Feri., 2006. Pengaruh Cara Pengeringan Terhadap Mutu Simpilisia
Sambiloto. Bul. Littro, XVII (1): 1 - 5.
Margaretta, S., Handayani, S.D., Indraswati, N., dan Hindarso, H., 2013. Ekstraksi
senyawa phenolic Pandanus amaryllifolius roxb. sebagai antioksidan alami.
Widya Teknik, 10(1): 20–30.
Mardiah, U. 2012. Uji Aktivitas antioksidan Terhadap DPPH dan Identifikasi
Golongan Senyawa Alga Merah Eucheuma spinosum dari perairan
Banyuwangi. Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Marliana, S. D., Suryanti,V dan Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan
Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam
58
(Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. 3(1):26-
31.
Meigaria, K.M., Mudianta, I.W., dan Martiningsih, N.W., 2017. Skrining
fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak aseton daun kelor (Moringa
oleifera). Jurnal Wahana Matematika dan Sains, 10(2): 1–11.
Melecchi, M.I.S., Peres, V.P., dan Dariva, C., 2006. Optimization of the
sonication extraction method of Hibiscus tiliaceus L. flowers. Ultrasonics
Sonochemistry, 13: 242–250.Molyneux, P., 2004. The use of the stable free
radical diphenylpicrylhydrazyl (dpph) for estimating antioxidant activity.
Songklanakarin Journal Science Technology 26(2): 426–433.
Molyneux, P., 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl
(dpph) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin Journal Science
Technology 26(2): 426–433.
Muhammad, A. bin, 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Penerjemah M. Abdul Ghoffar dan
Abu Ihsan al-Atsari. Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Bogor.
Nugrahani, R., Andayani, Y., dan Hakim, A. 2016. Skrining Fitokimia dari
Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus Vulgaris L) dalam Sediaan Serbuk. Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA. 2(1): 35-42.
Nugroho, W.B., 2009. Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Heksan, Eter, dan Air
Ekstrak Metanolik Daun Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Radikal
DPPH. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, Surakarta.
Palupi, N., Zakaria, F., dan Prangdimurti, E., 2007. Pengaruh pengelolahan
terhadap nilai gizi pangan. Modul e-Learning, Departemen Ilmu Dan
Teknologi Pangan-Fateta-IPB. Paramawati, R., dan Dumilah, H.D.R., 2016. Khasiat Ajaib Daun Avokad.
Penebar Swadaya Grup.
Parwata, I.M.O.A., Rita, W.S., dan Yoga, R., 2009. Isolasi Dan Uji Antiradikal
Bebas Minyak Atsiri Pada Daun Sirih (Piper Betle Linn) Secara
Spektroskopi Ultra Violet-Tampak. Jurnal Kimia (Journal Of Chemistry),
3(1): 7-13.
Parwata, I.M.O.A., 2016. Flavonoid. Bahan Ajar Kimia Organik Bahan Alam,
Denpasar.
Permadi, A., 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Niaga Swadaya, Jakarta.
Prakash, A., Rigelhof, F., dan Miller, E., 2001. Antioxidant Activity. Medallion
Laboratories Anlitycal Progress 10.
59
Pramono, S, 2006. Penanganan Pasca Panen dan Pengaruhnya Terhadap Efek
Terapi Obat Alami. Prosiding Seminar nasional Tumbuhan Obat Indonesia
XXVIII 15–18 sept. 2005, 1–6.
Prihastanti, E., Parman, S., dan Winangsih., 2013. pengaruh metode pengeringan
terhadap kualitas simplisia lempuyang wangi (Zingiber Aromaticum L.).
Buletin Anatomi Dan Fisiologi, XXI(1):19-25.
Puspita, M.D.A. 2009. Pengoptimuman Fase Gerak KLT Menggunakan Desain
Campuran untuk Pemisahan Komponen Ekstrak Meniran (Phylantus
ninuri). Skripsi Diterbitkan. Bogor: Departemen Kimia Fakultas MIPA IPB.
Qarni, 'A. 2007. Tafsir Muyassar. Jakarta: Qisthi Press.
Radiansah, R., Rahman, N., dan Nuryanti, S., 2013. Ekstrak Daun Kelor (Moringa
Oleivera) Sebagai Alternatif Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Pada
Mencit. Jurnal Akademika Kimia, 2(2): 54–61.
Rahayu, D.S., Dewi, K., dan Enny, F., 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan
dari Ekstrak Etanol Daun Ketapang (terminalia catappa L) dengan Metode
1,1 difenil 2 Pikrilhidrazil (DPPH). Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Diponegoro, Semarang.
Rahmah, F.T., 2018. Uji Toksisitas Tanaman Anting-Anting (Acalypha indica L.)
Hasil Ekstraksi Ultrasonik dengan Variasi Pelarut dan Lama Ekstraksi
(Skripsi). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang. Rizkayanti, R., Diah, A.W.M., dan Jura, M.R., 2017. Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Oleifera LAM).
Jurnal Akademika Kimia, 6(2): 125–131.
Robinson, T. 1991. The Organic Constituen of HigherPlants. 6th Edition.
Department of Biochemistry. University of Massachus etts.
Robinson, T. 1995. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi.
Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB.
Rohmah, J., Rachmawati, N.R., dan Nisak, S., 2018. Perbandingan Daya
Antioksidan Ekstrak Aseton Daun Dan Batang Turi Putih (Sesbania
grandiflora) dengan Metode DPPH (diphenilpycrylhydrazil). Subtema: Sain
dan Kesehatan, ISBN: 978-602-5793-40-0.
Rosahdi, T.D., Kusmiyati, M., dan Wijayanti, F.R., 2013. Uji Aktivitas Daya
Antioksidan Buah Rambutan Rapiah dengan metode DPPH. Jurnal Istek,
7(1) ISSN 1979-8911.
Saadah, H., dan Nurhasnawati, H., 2015. Perbandingan Pelarut Etanol dan Air
Pada Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine Americana
60
Merr) Menggunakan Metode Maserasi. Akademi Farmasi Samarinda, 1(2):
149–153.
Saini, R.K., Shetty, N.P., Prakash, M., dan Giridhar, P., 2014. Effect of
dehydration methods on retention of carotenoids, tocopherols, ascorbic acid
and antioxidant activity in Moringa oleifera leaves and preparation of a RTE
product. J Food Sci Technology, 51(9): 2176–2182.
Sashidhara, K., Rosaiah, J.N., Tyagi, E., Shukla, R., Ram, Raghubir., dan
Rajendran, S.M., 2008. Rare dipeptide and urea derivatives from roots of
Moringa oleifera as potential anti-inflammatory and antinociceptive agents.
European Journal of Medicinal Chemistry, 44(1): 436–6.
Savitri, E. S, 2008. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam. UIN
Malang, Malang.
Septiani, R. 2017. Esktrak dan Fraksi Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &
Pav) sebagai Antoksidan dengan Metode 2,2-difenil-1-pikrihidrazil. Skripsi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Septyaningsih, D. 2010. Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Biji
Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.). Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Setyowati, W.A.E., Ariani, S.R.D., Ashandi, M.B., dan Rahmawati., C.P. 2014.
Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Metanol
Kulit Durian (Durio Ziberthinus Murr.) Varietas Petruk. Seminar Nasional
Kimia dan Pendidikan Kimia VI. 271-280.
Shahriar, M., Hossain, Ismail., Bahar, A.N., Akhter, S., Haque, Aminul., Bhuiyan,
M.A. 2012. Preliminary Phytochemical Screening, In-vitro Antioksidant and
Cytotoxic Activity of Five Different Extracts of Moringa Oleifera Leaf.
Journal of Applied Pharmaceutical Science. 2 (05): 65-68.
Shihab, M.Q., 2002. Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an.
Lentera Hati, Jakarta.
Sholihah, M., Ahmad, U., dan Budiastra, I.W., 2017. Aplikasi Gelombang
Ultrasonik untuk Meningkatkan Rendemen Ekstraksi dan Efektivitas
Antioksidan Kulit Manggis. JTEP Jurnal Keteknikan Pertanian, 5(2): 161–
168.
Simbolan, J.M., dan Katharina, N., 2007. Cegah Malnutrisi Dengan Kelor.
Kanisius, Yogyakarta.
Sineke F.U., Suryanto, E. dan Sudewi, S. 2016. Penentuan Kandungan Fenolik
Dan Sun Protection Factor (SPF) Dari Ekstrak Etanol Dari Beberapa
61
Tongkol Jagung (Zea Mays L.). Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 5 No. 1. Hal. 275-283.
Soebagio, B., Rusdiana, T., dan Khairudin. 2007. Pembuatan Gel Dengan Aqupec
HV-505 dari Ekstrak Umbi Bawang (Allium cepa, L.) sebagai Antioksidan.
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sreelatha, S., dan Padma, P.R., 2009. Antioxidant Activity and Total Phenolic
Content of Moringa oleifera Leaves in Two Stages of Maturity. Plant Foods
Human Nutrition, 64(4): 303.
Sudewo, B., 2009. Buku Pintar Hidup Sehat Cara Mas Dewo. PT AgroMedia
Pustaka, Jakarta.
Suharman, 2018. GAMBIR: Peluang Pasar, Budidaya, dan Pengolahannya.
Deepublish.
Sulastri, L., Oktavia, I., dan Simanjuntak, P. 2020 Aktivitas Antioksidan
Kecibeling, Bakau Merah, dan Katuk pada Metode Ekstraksi dan Rasio
Esktrak yang Berbeda. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
31(1): 1-7.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Edisi Kelima. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Tahir, I., Wijaya, K., dan Widianingsih, D., 2003. Terapan Analisis Hansch Untuk
Aktivitas Antioksidan Senyawa Turunan Flavon/Flavonol. Artikel Seminar
Chemometrics-Chemistry. Dept Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Tambun, R, Limbong, H.P., Pinem, C., dan Manurung, E. 2016. Pengaruh Ukuran
Partikel, waktu, dan Suhu pada Ekstraksi Fenol dari Lengkuas Merah.
Jurnal Teknik Kimia, 5(4): 53-56.
Thompson, L.H., dan Doraiswamy, L.K., 1999. Sonochemistry: Science and
Engineering. Industrial end Engineering Chemistry Research, 38(4): 1215–
1249. Toripah, S.S., 2014. Aktivitas Antioksidan Dan Kandungan Total Fenolik Ekstrak
Daun Kelor (Moringa oleifera LAM). Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(4): 37-43.
Tukiran,. Miranti, M.G., Dianawati, I., Sabila, F.I., 2020. Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera Lamk.) dan Buah Bit (Beta vulganis
L.) sebagai Bahan Tambahan Minuman Suplemen. Jurnal Kimia Riset, 5(2).
Tutik, T., Dwipayana, N.A., dan Elsyana, V., 2018. Identifikasi dan Perbandingan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kelor Pada Variasi Pelarut Dengan
Metode DPPH. Jurnal Farmasi Malahayati, 1(2).
62
Utami, T.S., Arbianti, R., Hermansyah, H., dan Reza, A., 2009. Perbandingan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Simpur (Dillena indica) dari
berbagai Metode Ekstraksi dengan UJI ANOVA. Seminar Nasional Teknik
Kimia Indonesia. Bandung 19-20 oktober 2009. ISBN 978-979-98300-1-2.
Verdiana, M., Widarta, I.W.R., dan Permana, I.D.M., 2018. Pengaruh Jenis
Pelarut Pada Ekstraksi Menggunakan Gelombang Ultrasonik Terhadap
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Lemon (Citrus Limon (Linn.)
Burm F.) Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 7(.4): 213-222.
Wahyuni, R., Guswandi, G., dan Rivai, H., 2014. Pengaruh Cara Pengeringan
Dengan Oven, Kering Angin dan Cahaya Matahari Langsung Terhadap
Mutu Simplisia Herba Sambiloto. Jurnal Farmasi Higea, 6(2): 126–132.
Winangsih., Prihastanti, E., Parman, S. (2013). Pengaruh metode pengeringan
terhadap kualitas simplisia lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.).
Buletin Anatomi dan Fisiologi, XXI(1).
Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Winarsi, H., 2007. Antioksidan Alami Dan Radikal. Kanisius, Yogyakarta.
Wirasti, W., 2019. Penetapan Kadar Fenolik Total, Flavonoid Total, dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Benalu Petai (Scurrula atropurpurea
Dans.) Beserta Penapisan Fitokimia. Journal of Pharmaceutical and
Medicinal Sciences 4(1):1-5.
Wulansari, D., dan Chairul. 2011. Penapisan Aktivitas Antoksidan dan Beberapa
Tumbuhan Obat Indonesia Menggunakan Radikal 2,2-Diphenyl-1-
Picrylhydrazil (DPPH). Majalah Obat Tradisional. Bogor: Bidang Botani,
Pusat Penelitian Biologi-LIPI.
Yati, S.J., Sumpono, S., dan Candra, I.N., 2018. Potensi Aktivitas Antioksidan
Metabolit Sekunder Dari Bakteri Endofit Pada Daun Moringa oleifera L.
ALOTROP,Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 2(1): 82-87.
Yuslianti, E.R., 2018. Pengantar Radikal Bebas dan Antioksidan. Deepublish.
Zou, T.B., Jia, Q., Li, H.W., Wang, C.X., dan Wu, H.F., 2014. Response Surface
Methodology for Ultrasonic-Assited Extraction Of Astaxanthin from
Haematococus pluvialis. 11(3): 1644–1655.
Zullaikah, S., Naulina, R.Y., Meinawati, P., Fauziyah, K., Rachimoellah, M.,
Rachmaniah, HAI., Nurkhamidah, S., Suari, NMIP., dan Prasetyo, EN.
2018. Enhanced Extraction of Phenolic Compound from Moringa Oleifera
Leaves Using Subcritical Water Ethanol Mixture. ISIChem. IOP Publishing.
doi:10.1088/1757-899X/543/1/012021.
63
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rancangan Penelitian
Penentuan Kadar Air
Kering Jemur Kering Angin
Ekstrak Air Ekstrak Etanol
Uji Fitokimia
Uji Aktivitas Antioksidan
Preparasi Sampel
Analisis Data
Ekstraksi Sonikasi
64
Lampiran 2. Diagram Alir Penelitian
L.2.1 Preparasi Sampel
- Dipetik pagi hari diKediri
- Ditimbang sebanyak 2 kg
- Dicuci hingga bersih dengan air
- Ditiriskan diatas wadah
- Divariasi pengeringan
- Diletakkan wadah dalam ruangan - Diletakkan dibawah sinar matahari
- Dibiarkan selama 14 hari - Dibiarkan selama 4 hari
- Dibolak balik setiap hari - Dibolak balik setiap beberapa jam
- Setelah kering digiling dengan - Setelah kering digiling dengan
diayak 90 mesh diayak 90 mesh
Kering angin Kering jemur
daun kelor Hasil
Daunkelor
daun kelor
65
L.2.2 Penentuan kadar air secara thermogravimetri
-Dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ºC selama 15 menit
- Disimpan cawan dalam desikator selama 10 menit
- Ditimbang hingga diperoleh berat konstan
- Ditimbang sampel sebanyak 1 gram
- Dimasukkan dalam cawan
- Dikeringkan dengan oven pada suhu 105 ºC
- Didinginkan dalam desikator
- Ditimbang
- Dihitung kadar air dengan rumus:
Kadar air = (𝑏−𝑐)
(𝑏−𝑎)𝑥 100%
Keterangan:
a = berat cawan kosong
b = berat sampel + cawan sebelum dikeringkan
c = berat cawan + sampel setelah dikeringkan
Cawan
Hasil
66
L.2.3 Ekstaksi Sonikasi
- Ditimbang sebanyak 10 gram
- Ditambahkan pelarut yang berbeda pada setiap
erlenmeyer yaitu air dan etanol masing-masing
sebanyak 100 ml
- Diekstraksi selama 20 menit menggunakan
ultrasonic bath pada frekuensi 42 KHz
- Disaring dengan kertas whatman No. 1
Filtrat Residu
- Didapatkan ekstraksi
- Dipekatkan menggunakan rotary evaporator
- Dihitung rendemen
% Rendemen = berat ekstrak
berat sampelx 100%
Filtrat
Residu
Hasil
Daun kelor
67
L.2.4 Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH
L.2.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
- Diambil 1,5 ml dimasukkan tabung reaksi
- Ditambahkan 4,5 etanol
- Didiamkan ±10 menit
- Dimasukkan dalamkuvet
- Diukur absorbansi panjang gelombang maksimal
dengan spektrofotometer UV-Vis
L.2.4.2 Pengukuran Aktivitas Antioksidan pada Sampel
a. Absorbansi kontrol
- Diambil 1,5 ml dimasukkan tabung reaksi
- Ditambahkan 4,5 mL pelarut ekstrak
- Ditutup tabung dengan tisu
- Diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit
- Dimasukkan dalam kuvet
- diukur absorbansi panjang gelombang maksimal
DPPH 0,2 mM
Hasil
Hasil
DPPH 0,2 mM
68
b. Absorbansi sampel dengan variasi konsentrasi
- Masing-masing dilarutkan pada pelarut air dan etanol
dengan konsentrasi 10, 50, 100, 150 dan 200 ppm
- Diambil masing-masing ekstrak sebanyak 4,5 mL
- Ditambahkan larutan DPPH 1,5 mL
- Diinkubasipada suhu 37oC selama 30 menit
- Dimasukkan dalam kuvet
- Diukur absorbansi pada λmaks
- Dihitung persentase aktivitas antioksidan dengan
menggunakan rumus% Aktivitas Antioksidan =
Absorbansi Kontrol−AbsorbansiSample
Absorbansi Kontrolx 100%
- Dianalisis
-
Ekstrak daun kelor
Hasil
69
L.2.5 Uji Fitokimia dengan Uji Reagen
a. Uji Alkaloid
Ekstrak air
- Diambil 2-3 tetes
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 0,5 mL HCl 2%
- Dibagi dalam 2 tabung
b. Uji Flavonoid
Ekstrak air
- Diambil 2-3 tetes
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambah logam Mg dan 4-5 tetes HCl pekat
Jingga atau merah
Ekstrak daun kelor
- Ditambahkan 0,5 mL
reagen Dragendorff
- Ditambahkan 0,5 mL
reagen Meyer
Endapan
berwarna jingga
Endapan kekuning-
kuningan
Tabung 1 Tabung 2
Ekstrak daun kelor
70
c. Uji Tanin
Ekstrak air
- Diambil 2-3 tetes
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan 1 -2 tetes pereaksi FeCl3 1%
d. Uji Saponin
Ekstrak air
- Diambil 2-3 tetes
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan air panas
- Didinginkan
- Dikocok selama 10 detik
- Diamati perubahan yang terjadi
- Ditambahkan kembali 1 tetes HCl 2N
- Diamati kembali perubahan yang terjadi
Filtrat menjadi hitam
Ekstrak daun kelor
Ekstrak daun kelor
Busa stabil selama 10 menit
71
e. Uji Steroid dan Triterpenoid
Ekstrak air
- Diambil 2-3 tetes
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform
- Ditambahkan dalam 0,5 mL asam asetat anhidrat
- Ditambahkan 1 – 2 mLH2SO4
- Diamati pewarnaan yang timbul
Ekstrak daun kelor
Cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan dua
pelarut (Triterpenoid)
Warna hijau kebiruan (Steroid)
72
Lampiran 3. Perhitungan Pembuatan Reagen dan Larutan
L.3.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,2 mM
DPPH 0,2 mM dalam 20 mL etanol pa
Mr DPPH = 394,33 g/mol
Mol DPPH = 20 mL x 0,2 mM = 20 mL x 0,2 M
1000 mL
= 0,004 mmol
Mg DPPH = 0,004 mmol x Mr DPPH
= 0,004 mmol x 394,33 g/mol
= 1,5773 mg
L.3.2 Pembuatan Larutan HCl 2N dalam 50 mL
Densitas = 1,19 gr/mL
Konsentrasi = 37%
Volume = 50 mL
Mr HCl = 36,5 gr/mol
2 N ~ 2M
Molaritas HCl = n x Molaritas HCl
= 1 x 37% x 119 0/Ig
36,42 gm o l
= 12,09 N
V1= V2 xN2
N1
= 50 mL x 2 N
12,09 = 8,27 mL
Jadi untuk membuat larutan HCl 2N sebanyak 50 mL dibutuhkan HCl
37% sebanyak 8,27 mL.
73
L.3.3 Pembuatan Larutan HCl 2%
M x V1 = M x V2
37 % x V1 =2 % x 10 mL
V1 = 0,5 mL
Jadi untuk membuat HCl 2% diambil sebanyak 0,5 mL larutan HCl pekat
37%, dilarutkan dalam labu ukur 10 mL.
L.3.4 Pembuatan larutan Metanol 50%
M x V1 = M x V2
99,8 % x V1 =50 % x 10 mL
V1 = 12,5 mL
Jadi untuk membuat metanol 50% diambil metanol 99,8 % sebanyak 12,5
mL kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL. Selanjutnya ditambahkan
akuades sampai tanda batas.
L.3.5 Pembuatan larutan FeCl3 1% (b/v)
FeCl3 1% = 1 gr
100 mL (1 gram dalam100 mL)
L.3.6 Reagen Mayer
a. 1,358 g HgCl2 dalam 60 mL akuades
b. KI 5 mg dalam 10 mL akuades
Larutan a dituangkan ke dalam larutan b, diencerkan dengan akuades
sampai 100 mL (HAM, 2006).
74
L.3.7 Reagen Dragendorff
Bi(NO3),5H2O sebanyak 8 gr dilarutkan dalam 50 mL HNO3 pekat dan KI
sebanyak 27,2 gr dilarutkan dalam 50 mL akuades, kedua larutan dicampur dan
jika terbentuk endapan disaring, kemudian disimpan dalam botol coklat (HAM,
2006).
L.3.8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Sampel
A. Pembuatan antioksidan larutan stosk 250 ppm
Larutan stock 250 ppm = 𝑚𝑔
0,025 𝐿 = 6,25 mg
Jadi untuk membuat larutan stock 250 ppm diperlukan ekstrak kasar
sebesar 6,25 mg dalam 25 mL labu ukur.
B. Pembuatan larutan sampel 200 ppm
Rumus Pengeceran : M1.V1= M2.V2
200 ppm. 10 mL = 250 ppm. V2
V2= 10 mL x 200 ppm
250 𝑝𝑝𝑚 = 8 mL
Jadi untuk membuat 10 mL larutan sampel 200 ppm diperlukan larutan
stok 250 ppm sebanyak 8 mL.
C. pembuatan larutan sampel 150 ppm
V2= 10 mL x 150 ppm
250 𝑝𝑝𝑚 = 6 mL
Jadi untuk membuat 10 mL larutan sampel 150 ppm diperlukan larutan
stok 250 ppm sebanyak 6 mL.
D. pembuatan larutan sampel 100 ppm
V2= 10 mL x 100 ppm
250 𝑝𝑝𝑚 = 4 mL
75
Jadi untuk membuat 10 mL larutan sampel 100 ppm diperlukan larutan
stok 250 ppm sebanyak 4 mL.
E. pembuatan larutan sampel 50 ppm
V2= 10 mL x 50 ppm
250 𝑝𝑝𝑚 = 2 mL
Jadi untuk membuat 10 mL larutan sampel 50 ppm diperlukan larutan stok
250 ppm sebanyak 2 mL.
F. pembuatan larutan sampel 10 ppm
V2= 10 mL x 10 ppm
250 𝑝𝑝𝑚 = 0,4 mL
Jadi untuk membuat 10 mL larutan sampel 10 ppm diperlukan larutan stok
250 ppm sebanyak 0,4 mL
76
Lampiran 4. Data dan Perhitungan Hasil Penelitian
L.4.1 Preparasi Sampel
Tabel L.4.1 Hasil Preparasi Sampel
Sampel Preparasi
Pengeringan
Berat Awal
(kg)
Berat Akhir
(g)
daun kelor
daun kelor
Kering Jemur
Kering Angin
2
2
745
600
L.4.2 Kadar Air Daun Kelor
Tabel. L.4.2 Perhitungan Kadar Air Sampel Kelor (Kering Jemur)
Pengulangan Berat Cawan
Kosong (g)
Berat Cawan +
Sampel (g)
Berat Cawan + Sampel
dikeringkan (g)
1 65,0555 66,0555 65,9872
2 65,0555 65,9822
3 65,0555 65,9908
4 65,0555 65,9749
5 65,0555 65,9759
6 65,0555 65,9736
7 65,0555 65,9733
Kadar air = (𝑏−𝑐)
(𝑏−𝑎)𝑥 100%
Keterangan:
a = berat cawan kosong
b = berat sampel + cawan sebelum dikeringkan
c = berat cawan + sampel setelah dikeringkan
Kadar Air = (66,0555−65,9733)
(66,0555−65,0555)𝑥 100% = 8,22%
L.4.3 Perhitungan Kadar Air Sampel Kelor (Kering Angin)
Pengulangan Berat Cawan
Kosong (g)
Berat Cawan +
Sampel (g)
Berat Cawan + Sampel
dikeringkan (g)
1 73,4606 74,4606 74,3731
2 73,4606 74,3659
3 73,4606 74,3758
4 73,4606 74,3651
5 73,4606 74,3636
6 73,4606 74,3616
7 73,4606 74,3627
Kadar air = (𝑏−𝑐)
(𝑏−𝑎)𝑥 100%
Keterangan:
a = berat cawan kosong
b = berat sampel + cawan sebelum dikeringkan
c = berat cawan + sampel setelah dikeringkan
Kadar Air = (74,4606−74,3627)
(74,4606−73,4606)𝑥 100% = 9,79%
77
L.4.3 Perhitungan Rendemen
Tabel L.4.4 Perhitungan Rendemen
Preparasi Pelarut Berat Wadah
(g)
Berat Wadah dan
Sampel (g)
Berat Sampel
(g)
Kering
Jemur
Air 5,1161 7,3517 2,2356
Kering
Angin
Air 5,1760 7,6111 2,4351
Kering
Jemur
Etanol 3,2165 4,1682 0,9517
Kering
Angin
Etanol 2,7769 3,3261 0,5492
% Rendemen = berat ekstrak
berat sampelx 100%
Rendemen Ekstrak Air (Kering Jemur)
% Rendemen = 2,2356 (gr )
10(gr )x 100% = 22,36%
Rendemen Ekstrak Air (Kering Angin)
% Rendemen = 2,4351 (gr )
10(gr )x 100% = 24,35%
Rendemen Ekstrak Etanol (Kering Jemur)
% Rendemen = 0,9517 (gr )
10(gr )x 100% = 9,52%
Rendemen Ekstrak Etanol (Kering Angin)
% Rendemen = 0,5492 (gr )
10(gr )x 100% = 5,49%
L.4.4 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kelor
L.4.4.1 Ekstak Air Daun Kelor (Kering Jemur)
Tabel L.4.5 Absorbansi Ekstak Air Daun Kelor (Kering Jemur)
Konsentrasi (ppm) A1 A2 A3 Absorbansi Rata-rata
Kontrol 0,7323 0,5108 0,5161 0,5864
10 0,7152 0,4782 0,4965 0,5633
Kontrol 0,7298 0,5116 0,5137 0,5850
50 0,6636 0,3963 0,4052 0,4884
Kontrol 0,7284 0,5097 0,5081 0,5821
100 0,5540 0,2903 0,3154 0,3866
Kontrol 0,7277 0,5090 0,5115 0,5827
150 0,4510 0,1878 0,1838 0,2742
Kontrol 0,7282 0,5082 0,5080 0,5815
200 0,1222 0,1131 0,1735 0,1363
78
Tabel L.4.6 Aktivitas Antioksidan Ekstak Air Daun Kelor (Kering Jemur)
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
Kontrol
Absorbansi
Sampel
% Aktivitas
Antioksidan (y)
Log
konsentrasi
(x)
10 0,5864 0,5633 3,9393 1,000
50 0,5850 0,4884 16,5233 1,699
100 0,5821 0,3866 33,5872 2,000
150 0,5827 0,2742 52,9459 2,176
200 0,5815 0,1363 76,5650 2,301
Perhitungan EC50 Ekstak Air Daun Kelor (Kering Jemur) Comparison of Fits
Can't calculate
Null hypothesis
Different curve for each data set
Alternative hypothesis
One curve for all data sets
P value Conclusion (alpha = 0.05)
Models have the same DF
Preferred model
Different curve for each data set
F (DFn, DFd) Different curve for each data set Best-fit values Bottom = 0,000
Top = 100,0 LogEC50 2,116 HillSlope 2,100 EC50 130,7 Span = 100,0 95% CI (profile likelihood)
LogEC50 2,018 to 2,212 HillSlope 1,094 to 3,888 EC50 104,1 to 162,8 Goodness of Fit
Degrees of Freedom 3 R squared 0,9725 Sum of Squares 91,85 Sy.x 5,533 Constraints
Bottom Bottom = 0 Top Top = 100 One curve for all data sets
Best-fit values Bottom = 0,000
Top = 100,0 LogEC50 2,116 2,116
HillSlope 2,100 2,100
EC50 130,7 130,7
Span = 100,0 95% CI (profile likelihood)
LogEC50 2,018 to 2,212 2,018 to 2,212
HillSlope 1,094 to 3,888 1,094 to 3,888
EC50 104,1 to 162,8 104,1 to 162,8
Goodness of Fit Degrees of Freedom
3
79
R squared 0,9725 0,9725
Sum of Squares 91,85 91,85
Sy.x
5,533
Constraints Bottom Bottom = 0
Top Top = 100 LogEC50 LogEC50 is shared HillSlope HillSlope is shared Number of points
# of X values 5 # Y values analyzed 5
L.4.4.2 Ekstak Air Daun Kelor (Kering Angin)
Tabel L.4.7 Absorbansi Ekstak Air Daun Kelor (Kering Angin)
Konsentrasi (ppm) A1 A2 A3 Absorbansi Rata-rata
Kontrol 0,4924 0,4856 0,4836 0,4872
10 0,4594 0,4608 0,4631 0,4611
Kontrol 0,4861 0,4858 0,4851 0,4857
50 0,4285 0,4285 0,4208 0,4259
Kontrol 0,4863 0,4851 0,4842 0,4852
100 0,3818 0,3785 0,3938 0,3847
Kontrol 0,4926 0,4866 0,4902 0,4898
150 0,3388 0,3291 0,3402 0,3360
Kontrol 0,4863 0,4853 0,4848 0,4855
200 0,2816 0,2801 0,2763 0,2793
Tabel L.4.8 Aktivitas Antioksidan Ekstak Air Daun Kelor (Kering Angin)
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
Kontrol
Absorbansi
Sampel
% Aktivitas
Antioksidan (y)
Log
konsentrasi
(x)
10 0,4872 0,4611 5,3571 1,000
50 0,4857 0,4259 12,2992 1,699
100 0,4852 0,3847 20,7131 2,000
150 0,4898 0,3360 31,3938 2,176
200 0,4855 0,2793 42,4609 2,301
Perhitungan EC50 Ekstak Air Daun Kelor (Kering Angin) Comparison of Fits
Can't calculate
Null hypothesis
Different curve for each data set
Alternative hypothesis
One curve for all data sets
P value Conclusion (alpha = 0.05)
Models have the same DF
Preferred model
Different curve for each data set
F (DFn, DFd) Different curve for each data set Best-fit values Bottom = 0,000
Top = 100,0 LogEC50 2,438 HillSlope 1,210
80
EC50 274,1 Span = 100,0 95% CI (profile likelihood)
LogEC50 2,319 to 2,706 HillSlope 0,6865 to 1,989 EC50 208,6 to 508,2 Goodness of Fit
Degrees of Freedom 3 R squared 0,9740 Sum of Squares 22,86 Sy.x 2,761 Constraints
Bottom Bottom = 0 Top Top = 100 One curve for all data sets
Best-fit values Bottom = 0,000
Top = 100,0 LogEC50 2,438 2,438
HillSlope 1,210 1,210
EC50 274,1 274,1
Span = 100,0 95% CI (profile likelihood)
LogEC50 2,319 to 2,706 2,319 to 2,706
HillSlope 0,6865 to 1,989 0,6865 to 1,989
EC50 208,6 to 508,2 208,6 to 508,2
Goodness of Fit Degrees of Freedom
3
R squared 0,9740 0,9740
Sum of Squares 22,86 22,86
Sy.x
2,761
Constraints Bottom Bottom = 0
Top Top = 100 LogEC50 LogEC50 is shared HillSlope HillSlope is shared Number of points
# of X values 5 # Y values analyzed 5
81
L.4.4.3 Ekstak Etanol Daun Kelor (Kering Jemur)
Tabel L.4.9 Absorbansi Ekstak Etanol Daun Kelor (Kering Jemur)
Konsentrasi (ppm) A1 A2 A3 Absorbansi Rata-rata
Kontrol 0,7275 0,5187 0,4032 0,5498
10 0,662 0,4968 0,3971 0,5186
Kontrol 0,7276 0,5155 0,4027 0,5486
50 0,589 0,378 0,2644 0,4105
Kontrol 0,7272 0,5152 0,4038 0,5487
100 0,3579 0,2467 0,1723 0,2590
Kontrol 0,7288 0,5168 0,4051 0,5502
150 0,1996 0,1567 0,1005 0,1523
Kontrol 0,7281 0,5167 0,4036 0,5495
200 0,1193 0,0955 0,1059 0,1069
Tabel L.4.10 Aktivitas Antioksidan Ekstak Etanol Daun Kelor (Kering Jemur)
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
Kontrol
Absorbansi
Sampel
% Aktivitas
Antioksidan (y)
Log
konsentrasi
(x)
10 0,5498 0,5186 5,6687 1,000
50 0,5486 0,4105 25,1792 1,699
100 0,5487 0,2590 52,8065 2,000
150 0,5502 0,1523 72,3269 2,176
200 0,5495 0,1069 80,5448 2,301
Perhitungan EC50 Ekstak Etanol Daun Kelor (Kering Jemur) Comparison of Fits
Can't calculate
Null hypothesis
Different curve for each data set
Alternative hypothesis
One curve for all data sets
P value Conclusion (alpha = 0.05)
Models have the same DF
Preferred model
Different curve for each data set
F (DFn, DFd) Different curve for each data set Best-fit values Bottom = 0,000
Top = 100,0 LogEC50 1,960 HillSlope 1,794 EC50 91,15 Span = 100,0 95% CI (profile likelihood)
LogEC50 1,907 to 2,007 HillSlope 1,404 to 2,260 EC50 80,80 to 101,6 Goodness of Fit
Degrees of Freedom 3 R squared 0,9954 Sum of Squares 18,22 Sy.x 2,464 Constraints
Bottom Bottom = 0
82
Top Top = 100 One curve for all data sets
Best-fit values Bottom = 0,000
Top = 100,0 LogEC50 1,960 1,960
HillSlope 1,794 1,794
EC50 91,15 91,15
Span = 100,0 95% CI (profile likelihood)
LogEC50 1,907 to 2,007 1,907 to 2,007
HillSlope 1,404 to 2,260 1,404 to 2,260
EC50 80,80 to 101,6 80,80 to 101,6
Goodness of Fit Degrees of Freedom
3
R squared 0,9954 0,9954
Sum of Squares 18,22 18,22
Sy.x
2,464
Constraints Bottom Bottom = 0
Top Top = 100 LogEC50 LogEC50 is shared HillSlope HillSlope is shared Number of points
# of X values 5 # Y values analyzed 5
L.4.4.4 Ekstak Etanol Daun Kelor (Kering Angin)
Tabel L.4.11 Absorbansi EkstakEtanol Daun Kelor (Kering Angin)
Konsentrasi (ppm) A1 A2 A3 Absorbansi Rata-rata
Kontrol 0,5003 0,4996 0,4635 0,4878
10 0,4476 0,4612 0,4472 0,4520
Kontrol 0,4995 0,4994 0,4607 0,4865
50 0,4141 0,3283 0,3725 0,3716
Kontrol 0,4994 0,4996 0,4639 0,4876
100 0,3151 0,2462 0,2723 0,2779
Kontrol 0,4999 0,5012 0,4606 0,4872
150 0,2546 0,1773 0,1903 0,2074
Kontrol 0,4998 0,5000 0,4631 0,4876
200 0,1760 0,1290 0,1145 0,1398
83
Tabel L.4.12 Aktivitas Antioksidan Ekstak Etanol Daun Kelor (Kering Angin)
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
Kontrol
Absorbansi
Sampel
% Aktivitas
Antioksidan (y)
Log
konsentrasi
(x)
10 0,4878 0,4520 7,3391 1,000
50 0,4865 0,3716 23,6161 1,699
100 0,4876 0,2779 43,0173 2,000
150 0,4872 0,2074 57,4331 2,176
200 0,4876 0,1398 71,3241 2,301
Perhitungan EC50 Ekstak Etanol Daun Kelor (Kering Angin) Comparison of Fits
Can't calculate
Null hypothesis
Different curve for each data set
Alternative hypothesis
One curve for all data sets
P value Conclusion (alpha = 0.05)
Models have the same DF
Preferred model
Different curve for each data set
F (DFn, DFd) Different curve for each data set Best-fit values Bottom = 0,000
Top = 100,0 LogEC50 2,064 HillSlope 1,405 EC50 115,9 Span = 100,0 95% CI (profile likelihood)
LogEC50 1,988 to 2,139 HillSlope 0,9532 to 2,004 EC50 97,20 to 137,7 Goodness of Fit
Degrees of Freedom 3 R squared 0,9875 Sum of Squares 32,91 Sy.x 3,312 Constraints
Bottom Bottom = 0 Top Top = 100 One curve for all data sets
Best-fit values Bottom = 0,000
Top = 100,0 LogEC50 2,064 2,064
HillSlope 1,405 1,405
EC50 115,9 115,9
Span = 100,0 95% CI (profile likelihood)
LogEC50 1,988 to 2,139 1,988 to 2,139
HillSlope 0,9532 to 2,004 0,9532 to 2,004
EC50 97,20 to 137,7 97,20 to 137,7
Goodness of Fit Degrees of Freedom
3
84
R squared 0,9875 0,9875
Sum of Squares 32,91 32,91
Sy.x
3,312
Constraints Bottom Bottom = 0
Top Top = 100 LogEC50 LogEC50 is shared HillSlope HillSlope is shared Number of points
# of X values 5 # Y values analyzed 5
Ekstrak Air (Kering Jemur) Ekstrak Air (Kering Angin)
Ekstrak Etanol (Kering Jemur) Ekstrak Etanol (Kering Angin)
85
L.4.5 Hasil Analisis SPSS Metode One Way ANOVA
L.4.5.1 Hasil Uji BNT Antioksidan terhadap Variasi Pelarut
Tujuan : Untuk mengetahui apakah variasi pelarut mempunyai rata-rata yang
sama
Hipotesis : H0 : Tidak ada pengaruh variasi pelarut terhadap aktivitas antioksidan
H1 : Ada pengaruh variasi pelarut terhadap aktivitas antioksidan
α: 0,05
Penarikan kesimpulan :
H0 diterima apabila nilai signifikansi > 0,05 dan Fhitung < FTabel
H0 ditolak apabila nilai signifikansi <0,05 dan Fhitung > FTabel
Oneway
Descriptives
EC50
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimu
m
Maxim
um
Lower
Bound
Upper
Bound
Air (kering
jemur) 3 127,0333 21,99053 12,69624 72,4058 181,6608 108,20 151,20
Air (kering
angin) 3 274,4000 6,75796 3,90171 257,6123 291,1877 270,30 282,20
Etanol
(kering
jemur)
3 89,6567 8,30377 4,79419 69,0290 110,2844 80,56 96,83
Etanol
(kering
angin)
3 116,9233 26,92138 15,54307 50,0469 183,7997 89,67 143,50
Total 12 152,0033 76,75961 22,15859 103,2326 200,7741 80,56 282,20
86
ANOVA
EC50
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 62166,474 3 20722,158 62,654 ,000
Within Groups 2645,933 8 330,742
Total 64812,408 11
Kesimpulan: Nilai signifikansi<0,05 dan nilai Fhitung(62,654) > FTabel (4,07)
Sehingga H0 ditolak dan terdapat pengaruh variasi pelarut terhadap jumlah
aktivitas antioksidan.
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: EC50
(I) Variasi
Pelarut
(J) Variasi
Pelarut
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Tukey
HSD
Air (kering
jemur)
Air (kering
angin) -147,36667
*
14,849
05 ,000 -194,9186 -99,8148
Etanol (kering
jemur) 37,37667
14,849
05 ,131 -10,1752 84,9286
Etanol (kering
angin) 10,11000
14,849
05 ,902 -37,4419 57,6619
Air (kering
angin)
Air (kering
jemur) 147,36667
*
14,849
05 ,000 99,8148 194,9186
Etanol (kering
jemur) 184,74333
*
14,849
05 ,000 137,1914 232,2952
Etanol (kering
angin) 157,47667
*
14,849
05 ,000 109,9248 205,0286
Etanol
(kering
jemur)
Air (kering
jemur) -37,37667
14,849
05 ,131 -84,9286 10,1752
Air (kering
angin) -184,74333
*
14,849
05 ,000 -232,2952 -137,1914
Etanol (kering
angin) -27,26667
14,849
05 ,325 -74,8186 20,2852
Etanol
(kering
angin)
Air (kering
jemur) -10,11000
14,849
05 ,902 -57,6619 37,4419
Air (kering
angin) -157,47667
*
14,849
05 ,000 -205,0286 -109,9248
87
Etanol (kering
jemur) 27,26667
14,849
05 ,325 -20,2852 74,8186
LSD Air (kering
jemur)
Air (kering
angin) -147,36667
*
14,849
05 ,000 -181,6086 -113,1247
Etanol (kering
jemur) 37,37667
*
14,849
05 ,036 3,1347 71,6186
Etanol (kering
angin) 10,11000
14,849
05 ,515 -24,1320 44,3520
Air (kering
angin)
Air (kering
jemur) 147,36667
*
14,849
05 ,000 113,1247 181,6086
Etanol (kering
jemur) 184,74333
*
14,849
05 ,000 150,5014 218,9853
Etanol (kering
angin) 157,47667
*
14,849
05 ,000 123,2347 191,7186
Etanol
(kering
jemur)
Air (kering
jemur) -37,37667
*
14,849
05 ,036 -71,6186 -3,1347
Air (kering
angin) -184,74333
*
14,849
05 ,000 -218,9853 -150,5014
Etanol (kering
angin) -27,26667
14,849
05 ,104 -61,5086 6,9753
Etanol
(kering
angin)
Air (kering
jemur) -10,11000
14,849
05 ,515 -44,3520 24,1320
Air (kering
angin) -157,47667
*
14,849
05 ,000 -191,7186 -123,2347
Etanol (kering
jemur) 27,26667
14,849
05 ,104 -6,9753 61,5086
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
EC50
Variasi Pelarut N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Tukey HSDa Etanol (kering jemur) 3 89,6567
Etanol (kering angin) 3 116,9233
Air (kering jemur) 3 127,0333
Air (kering angin) 3 274,4000
Sig. ,131 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
88
Ringkasan hasil BNT/LSD
Perlakuan Rata-Rata Notasi
Air (kering jemur) 127,0333 A
Air (kering angin) 274,4000 B
Etanol (kering jemur) 89,6567 A
Etanol (kering angin) 116,9233 A
L.4.6 Uji Fitokimia
Tabel L.4.13 Hasil Uji Fitokimia Daun Kelor menggunakan Sonikasi
No.
Golongan
Senyawa
p Kering
Jemur
Kering
Angin
Kering
Jemur
Kering
Angin
Ekstrak Air Ekstrak Etanol
1. Alkaloid
a. Dragendroff
1 + + + +
2 + + + +
3 + + + +
b. Mayer
1 + + + +
2 + + + +
3 + + + +
2.
Flavonoid
1 ++ ++ + +
2 + + + +
3 ++ ++ + +
3.
Tanin
1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
4.
Saponin
1 + + - -
2 + + - -
3 + + - -
5.
Steroid
1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
6.
Triterpenoid
1 ++ ++ + +
2 ++ ++ + +
3 ++ ++ + +
Keterangan:
Tanda ++ : terkandung senyawa lebih/warna pekat
Tanda + : terkandung senyawa/warna muda
Tanda - : tidak terkandung senyawa/ tidak terbentuk warna
89
Lampiran 5. Dokumentasi penelitian
L.5.1 Preparasi Sampel
Kering Jemur
Sebelum di keringkan Setelah di keringkan
Kering Angin
Sebelum di keringkan Setelah di keringkan
Penggilingan
Kering Jemur
Kering Angin
Daun Kelor
90
L.5.2 Kadar Air
Pengovenan Desikator (cawan+sampel)
L.5.3 Ekstraksi Sonikasi
Kering Jemur pelarut air Kering Angin pelarut air
Kering Jemur pelarut etanol Kering Angin pelarut etanol
Sonikasi
91
Penyaringan sampel pelarut air Penyaringan sampel pelarut etanol
Pemekatan dengan Rotary evaporator
Ekstrak air Ekstrak etanol
L.5.4 Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Ekstrak Air Ekstrak Etanol
Pengukuran Absorbansi Ekstrak Air Pengukuran Absorbansi Ekstrak Etanol
92
L.5.5 Uji Fitokimia
L.5.5.1 Alkaloid
Dragendroff
E. Air (KJ) E. Air (KA) E. Etanol (KJ) E. Etanol (KA)
Mayer
E. Air (KJ) E. Air (KA) E. Etanol (KJ) E. Etanol (KA)
L.5.5.2 Flavonoid
E. Air (KJ) E. Air (KA) E. Etanol (KJ) E. Etanol (KA)
L.5.5.3 Tanin
E. Air (KJ) E. Air (KA) E. Etanol (KJ) E. Etanol (KA)
L.5.5.4 Saponin
E. Air (KJ) E. Air (KA) E. Etanol (KJ) E. Etanol (KA)
93
L.5.5.5 Steroid dan Triterpenoid
E. Air (KJ) E. Air (KA) E. Etanol (KJ) E. Etanol (KA)