AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI
Transcript of AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI
1
AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 – 2013
SKRIPSI
OLEH :
TOTOK SUHADAK
NIM. I1A113010
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JAMBI
2017
2
AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 – 2013
Skripsi ini di ajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Jambi sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana S1 dalam
Ilmu Sejarah ( S.Hum )
Oleh : Totok Suhadak ( I1A113010 )
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JAMBI
2017
3
4
ABSTRAK
Nama : Totok Suhadak
NIM : I1A113010
Jurusan : Ilmu Sejarah
Judul : “Ahmadiyah di Sarolangun 1978– 2013”
Skripsi ini berjudul“Ahmadiyah di Sarolangun 1978 – 2013’’ Adapun
yang dimaksud adalah melihat perkembangan Ahmadiyah di Sarolangun dari awal
kedatangannya pada tahun 1978 hingga setelah konflik yang terjadi pada tahun
2013.Rumusan masalah penelitian ini membahas bagaimana kedatangan
Ahmadiyah di Sarolangun pada tahun 1978?, Apa aliran Ahmadiyah yang sedang
berkembang di Sarolangun?. Bagaimana perkembangan Ahmadiyah serta respon
masyarakat sekitar terhadap organisasi Ahmadiyah Pasca konflik 4 Desember
2013 ?Tujuan dari penelitian inimelihat bagaimana proses kedatangan Ahmadiyah
ke Sarolangun pada tahun 1978, kemudian untuk mengetahui aliran Ahmadiyah
yang sedang bekembang di Sarolangun, hingga mengetahui bagaimana
perkembangan serta respon masyarakat sekitar setelah terjadi konflik pada tahun
2013 lalu.
Berdasarkan penjelasan skripsi ini, maka dapat disimpulakan bahwa
kemunculan Ahmadiyah di Sarolangun melalui program transmigrasi pada tahun
1978. kemudian setelah terjadinya konflik di tahun 2013, menjadikan kegiatan
Ahmadiyah semakin aktif, mereka mengatakan bahwa itu suatu cobaan yang harus
dilalui oleh seorang yang beriman, dan kegiatan keagamaan masih dilakukan
hingga saat ini, ternyata masyarakat sekitar tidak terlalu mempermasalahkan
adanya Ahmadiyah dilingkunganya, masyarakat sekitar mengatakan bahwa telah
bersama dari dahulu sejak awal transmigrasi, jadi tidak mempermasalahkan
adanya perbedaan dalam suatu kepercayaan.Perubahan dakwah yang dilakukan
pun sangat menarik perhatian, awalnya dakwah dilakukan melalui buku-buku
yang di tulis oleh seorang khalifah pusat Ahmadiyah kemudian di kirim ke
Sarolangun dan disampaikan lagi oleh mubalight setempat, seiring perkembangan
zaman, Ahmadiyah di Sarolangun mengadopsi Media dalam dakwahnya,dimana
setiap malam minggu melakukan nonton bareng siaran televisi Ahmadiyah (MTA)
dengan bahasa Inggris kemudian dijelaskan dandi artikan kembali oleh mubaligh
daerah yang terjemahannyadikirim melalui Aplikasi WhatsApp yang di siarkan
kepada Para jema’ah yang hadir di malam minggu tersebut.
Kata Kunci : Perkembangan Ahmadiyah di Sarolangun
5
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul................................................................................................i
Persetujuan Pembimbing...............................................................................ii
Halaman Pengesahan ...................................................................................iii
Halaman Pernyataan.....................................................................................iv
Halaman Moto ..............................................................................................v
Halaman Persembahan .................................................................................vi
Kata Pengantar.............................................................................................vii
Daftar Isi.......................................................................................................xi
Daftar Gambar............................................................................................xiii
Daftar Lampiran...........................................................................................xv
Abstrak........................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah...............................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................6
1.3. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................7
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................9
1.5. Tinjauan Pustaka.........................................................................10
1.6. Landasan Teori ..........................................................................12
1.7. Sumber dan Metode Penelitian..................................................14
1.8. Sistematika Penulisan.................................................................18
BAB II KEADAAN UMUM SAROLANGUN
2.1. Kabupaten Sarolangun.................................................................19
2.2. Sistem Pemerintahan Sarolangun................................................20
6
2.3. Perekonomian di Sarolangun.......................................................24
2.4. Agama Masyarakat Sarolangun...................................................26
BAB III SEJARAH AHMADIYAH
3.1. Pengenalan..................................................................................29
3.2. Biografi Mirza Ghulam Ahmad..................................................30
3.3.Awal Pengakuan sebagai Nabi....................................................31
3.4.Meninggalnya Mirza Ghulam Ahmad........................................33
3.5. Awal Kemunculan Ahmadiyah di India....................................34
3.6.Pertumbuhan dan Perkembangan Sekte Ahmadiyah.................36
3.7.Ideologi Ahmadiyah..................................................................38
BAB IV SEJARAH AHMADIYAH DI SAROLANGUN
4.1.Awal Masuknya Ahmadiyah ke Indonesia..................................44
4.2. Awal Masuknya Ahmadiyah ke Sarolangun..............................45
4.3. Aliran Ahmadiyah di Sarolangun..............................................54
4.4. Ahmadiyah PascaKonflik..........................................................63
4.5. Kegiatan KeagamaanJemaat Ahmadiyah di Sarolangun............65
4.6. Respon Masyarakat Sekitar Terhadap Kegiatan Ahmadiyah....78
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan...................................................................................84
5.2. Saran............................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................93
7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harun Nasution yang dikutip oleh Benny Agusti Putra, Islammerupakan
agama yang ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi
Muhammad SAW,sebagai rasul Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran
yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari
kehidupan manusia.1 Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek
itu ialah Al-Quran dan hadis. Kedua sumber ini mempengaruhi dinamika konsep-
konsep pemikiran keislaman. Hal ini juga akan berdampak pada dinamika
genologi perkembangan pemikiran tentang konsep keislaman yang ada di negara-
negara Islam, khususnya negara Indonesia yang merupakan mayoritas penduduk
beragama islam.
Karakteristik ajaran Islam yang turun pertama kali oleh Muhammad
Saw.Muhammad adalah seorang Nabi dan rosul terakhir Islam keturunan Quraisy
yang lahir di Mekah, bangsa Quraisy memberinya julukan Al-amin ( yang
terpercaya ) sebuah gelar yang cukup terhormat sekitar 157 M.2
Beliaumengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat
baik dan mengajak pada keselamatan. Inilah yang selanjutnya dapat dijadikan
landasan untuk membangun konsep toleransi dalam beragama.Perpecahan
didalam tubuh umat Islam awal yang timbul akibat masalah politik pada masa 1Benny Agusti putra.Persepsi Majalah Tempo dan Sabili Tentang Terorisme di
Indonesia 2011.Padang : Skripsi IAIN Imam Bonjol.2012. Hlm.1 2 Philip K. Hitti. History Of The Arabs.Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta. 2008. Hlm.
139
8
khalifah Ar-Rasyidah,3 menyebabkan sebuah peristiwa yang dikenal dengan
sejarah Islam sebagai Al-Fitnah Al-Kubra ( Malapetaka Besar ) yang berpuncak
dengan kematian dua orang khalifah, yaitu Usman bin Aaffan ( 656 M/ 34 H )
dan Ali bin Abi Thalib ( 661 H ) pada abad ke-7 M. Hal ini mendorong lahirnya
sekte-sekte di dalam agama islam dengan doktrin atau ajaran masing-masing
yang berbeda, seperti syiah, sunni dan muktazilah.4
Dalam proses selanjutnya, penyebaran dan perkembangan Agama Islam
ke berbagai wilayah, khotbah yang dilakukan nabi adalah kebanyakan disebuah
pasar, pasar tempat khotbah pertama yaitu pasar mekah, hingga ada kaum yang
tidak mau mendengarkan khotbahnya sehingga memancing sebuah
persekongkolan untuk membunuhnya, lalu beliau melarikan diri ke madinah
bersama muridnya yaitu abu bakar demi mengumpulkan para pengikutnya lalu
kembali kemadinah hingga ajal menjemputnya.5
Penyebaran selanjutnya masuk Kawasan Afrika utara hingga kewilayah
anak Benua India yang telah menghasilkan peradaban-peradaban besar dan
berusia ribuan tahun, menyebabkan timbunya proses perpaduan antara budaya
setempat dengan budaya Islam. Proses perpadua antar budaya ini pada akhirnya
melahirkan suatu bentuk ajaran Islam yang berbeda dengan islam di jazirah arab,
seperti aliran bahaisme yang dipelopori oleh seorang ulama Persia, yaitu Mirza
ali muhammad Al-syirazi dan Ahmadiyah di india oleh mirza ghulam ahmad,
3Ibid. Hlm. 217
4Ibid. Hlm. 541 – 546
5Jonathan Black. Sejarah Dunia yang di Sembunyikan.Ciputat : PT Pustaka Alvabet.
2008. Hlm. 330
9
yang mana keduanya muncul pada abad ke 19.6
Jemaat Ahmadiyah adalah gerakan yang didirikan oleh Mirza Ghulam
Ahmad pada tahun 1889 M bertepatan dengan tahun 1306 H. Ahmadiyah adalah
sebutan singkat dari jemaat Ahmadiyah. Jemaat berarti kumpulan individu yang
bersatu padu dan bekerja untuk suatu program bersama. Ahmadiyah adalah nama
dari Islam, jadi Ahmadiyah adalah suatu perkumpulan, Himpunan atau Organisasi
yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu progaram yang sama.
Ahmadiyah diambil dari salah satu nama Rosulullah Saw. Yang di
informasikan kepada Nabi Isa.A.S dalam surat Ash Shaf ayat 6 yang menyatakan
akan datang seorang Nabi yang bernama Ahmad, menjelang lahir dan berdirinya
Ahmadiyah, keadaan dunia sangat diliputi oleh berbagai masalah yang sangat
pelik yang hampir sangat sulit dicarikan solusinya. Berbagai tindakan kejahatan,
keterpurukan moral, dan masih banyak lagi yang menjadi nuansa kejadian
masyarakat pada saat itu.7
Ahmadiyah terbagi menjadi menjadi dua kelompok, yaitu ahmadiyah
Qodian dan Lohore, Ahmadiyah Qadian menganggap mirza sebagai Nabi dan
Ahmadiyah lohore menganggap mirza sebagai mujaddid atau pembaharu
Islam.8Organisasi Ahmadiyah ada di Indonesia sejak tahun 1925, Ketika
Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, di dalam meraih
6Dwi Rendi Maulana.Ahmadiyah Lohore di Yogyakarta 1924-1930 : Suatu
Pertumbuhan Awal Dipulau Jawa.Depok : Universitas Indonesia. 2010. Hlm.1 7A.Fajar Kurniawan.Teologi Kenabian Ahmadiyah. Jakarta : RMBOOKS. 2006. Hlm.
15-16 8Rizem Aizid. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta :DIVA Press. 2015.
Hlm. 86
10
kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi Indonesia yang ikut berjuang dan
meraih kemerdekaan,misalnya (alm) R. Muhyiddin dibunuh oleh tentara Belanda
pada tahun 1946 karena merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan
Indonesia,ada juga beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia.Para Ahmadi mengorbankan diri mereka untuk
Negara,sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang masing-masing
untuk kemerdekaan Indonesia, seperti alm. Mln. Abdul Wahid dan alm. Mln.
Ahmad Nuruddin berjuang sebagai penyiar radio, menyampaikan pesan
kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia.Sementara itu, mubaligh yang lain
Alm.Mln. Sayyid Syah Muhammad merupakan salah satu tokoh penting,
sehingga Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia di kemudian hari
menganugerahkan gelar veteran kepada beliau untuk dedikasi kepada Negara.9
Dilihat dari perkembanganya, pemberlakuan prinsip baru dalam kajian
sejarah sosial juga akan mendorong sejarawan Indonesia menulis sejarah sosial
yang sangat memperhatikan pengalaman hidup sehari-hari masyarakat dan orang
kebanyakan.10
Ahmadiyah sampai saat ini masih berkembang di berbagai Negara,
salah satunya adalah Indonesia, proposal dengan judul “Ahmadiyah di
Sarolangun 1978 – 2013” ini memang mempunyai arti tersendiri bagi penulis,
karena penulisan proposal ini lahir dari keinginan pribadi,antara kepribadian dan
9Diambil dari Wikipedia. Ahmadiyah. Diakses di
https://id.Wikipedia.org/w/indext,padatanggal. 27 Februari 2015 jam 22.17 WIB.
10
Henk Schulte Nordholt. Dkk. Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta
:Yayasan Obor Indonesia. 2008. Hlm. 272
11
apresiasi penulis terhadap situasi dan kondisi yang dialami organisasi Ahmadiyah
yang merasakan perlakuan berbeda di republik ini.
Keinginan penulis hadir atas penetapan judul skripsi yang terinspirasi oleh
aksi demo dikepungnya masjid Ahmadiyah serta pelepasan papan nama Jemaat
Ahmadiyah Desa Batu Putih di Sarolangun pada tanggal 4 desember 2013, aksi
radikalisme yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa itu menamakan agama
dan mengklaim sebagai representasi Allah SWT, kemudian mengkafirkan dan
menghakimi keyakinan kelompok yang berbeda, Aksi yang dinilai sebagai jihad
di jalan Allah SWTsebenarnya telah mencederai nilai–nilai kedamaian Islam dan
dasar-dasar demokrasi di Indonesia.
Apresiasi untuk Ahmadiyah di Sarolangun ini mereka selalu terbuka
untuk melakukan dialog dengan siapapun, dan menghadapi semua masalah
dengan tenang dan anggun ditengah situasi yang penuh ketakutan dan tekanan
dari berbagai pihak, sehingga apresiasi dan keprihatinan penulis tersebut
kemudian ingin dijadikan sebuah proses refleksi intelektual yang tertuang dalam
bentuk karya ilmiah.
Mampu melihat permasalahan secara objektif dan lebih arif, penulisan
Skripsi ini bagi penulis mempunyai nilai tersendiri, disamping nilai historis dan
filosofis, karena penyusunanya lahir dari sebuah realitas kekinian, dari situ keluar
dari fikiran penulis untuk meneliti Ahmadiyah yang ada di Sarolangun, yang
selanjutnya tulisan ini akan mengarah dan melihat bagaimana Ahmadiyah
12
bisaberada di Sarolangun, tepatnya di Desa Batu Putih Kecamatan Pelawan,
Untuk itu, penelitian ini diberi judul: Ahmadiyah di Sarolangun 1978 – 2013.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini menitikberatkan perhatian pada dunia perkembangan sejarah
agama, dimana penulis nanti akan melakukan penelitian dengan pendekatan
sejarah mentalitas sensibilitas, menurut kuntowijoyopendekatan sejarah
mentalitassebenarnya dapat mencakup menyangkut banyak hal, yang termasuk
dalam sejarah intelektual, sejarah sosial, sejarah kebudayaan, sejarah kesenian,
dan sejarah sensibilitas. Sedangkan pendekatan sejarah sensibilitas adalah bagian
dari sejarah mentalitas atau sebagai spesialisasinya.11
Yang akan
menggambarkan Aliran Ahmadiyah di Sarolangun, dimana penulis ingin
menggambarkan bagaimana Ahmadiyah bisa datang ke daerah Sarolangun Desa
Batu Putih Kecamatan Pelawan.
Kehadiran Ahmadiyah di Sarolangun menarik untuk dikaji karena
beberapa hal. Pertama, masalah tersebut belum ada yang mengkaji secara ilmiah
dari perspektif sejarah. Kedua, kedatangan nya melalui jalur Transmigrasi dimana
yang lain dengan cara dakwah mengirim mubalignya ke berbagai wilayah.
Ketiga, Ahmadiyah hingga sekarang tetap berkembang meski dianggap sesat oleh
umat muslim lain.
Dalam penelitian sudah tentu timbul suatu permasalahan yang perlu
diteliti, dimana dalam penelitian ini akan menggambarkan bagaimana
11
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Jakarta :PT.Tiara Wacana Yogya. 2003. Hlm, 169 –
171
13
perkembangan Ahmadiyah di Sarolangun, selanjutnya dicari jalan pemecahanya.
Berangkat dari permasalahan itu, penelitian ini selanjutnya menjawab beberapa
pertanyaan yang diharapkan mengarahkan dan membatasi penelitian. Pertanyaan
itu seperti yang disajikan di bawah ini adalah sebagai berikut :
1). Bagaimana proses kedatangan Ahmadiyah kesarolangun pada tahun 1978?
2). Apa Aliran Ahmadiyah yang berkembang di Sarolangun ?
3). Bagaimana perkembangan Ahmadiyah serta respon masyarakat sekitar
terhadap organisasi Ahmadiyah Pasca konflik 4 Desember 2013 ?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Rangkaian latar belakang dan rumusan masalah diatas penulis
menentukan rentang waktu penelitian ini dari tahun 1978 – 2013, agar
permasalahan tidak terlalu luas dan fokusnya terarah, maka penulis membatasi
pada usaha-usaha Jemaat Ahmadiyah dengan cakupan wilayah dan cakupan
waktu. Dalam cakupan wilayah, penulis membatasi wilayah yang hendak di teliti
yaitu yang berada dikabupaten Sarolangun, baik di daerah perkotaan maupun
daerah pedesaan. Wilayah itu adalah Sarolangun, Singkut, Pelawan, Air Hitam,
Batang Asai, Bathin VIII, Cerminan Gedang, Limun, mandiangin, Pauh. Batasan
waktu yang meliputi tahun 1978 – 2013, dan Batasan awal merupakan tahun
kedatangan Ahmadiyah ke Sarolangun pada tahun 1978, menurut Soekasdi pada
14
tahun 1978 transmigrasi dilakuakan disarolangun.12
Tahun 2013 sebagai batasan
akhir penulis, dimana menurut Edi Kusnadi pada tanggal 04 Desember 2013
Jemaat Ahmadiyah di kepung oleh masyarakat dan mahasiswa.13
Pembahasan
waktu penelitian ini diharapkan menjadi formulasi untuk dapat menjawab
problematika Ahmadiyah pada masa kontemporer ini, kemudian Penelitian ini
akan membahas aliran Ahmadiyah yang merupakan Agama yang dipercayai oleh
pengikutnya. Maka penelitian ini masuk kedalam kategori sejarah Agama, yaitu
suatu kajian dalam sejarah yang menggunakan pendekatan sejarah mentalitas dan
sensibilitas.14
Batasan lain yang perlu dikemukakan adalah pembatasan fokus kajian.
Penelitian ini hanya akan memfokuskan pengamatan, terutama pada sejarah
masuknya Jemaat Ahmadiyah di Sarolangun dan penyebaranya, susunan
organisasi, Aliran yang berada disarolangun serta aktifitas Jemaat Ahmadiyah
pasca terjadinya konflik pada 4 desember 2013 lalu. Aspek lain yang tidak
dibahas di antaranya adalah penyebab konflik yang terjadi pada tahun 2013,
dimana penulis belom bisa meneliti hal tersebut karna terkendala dengan
biayadan waktu, dimana para pemimpin utama demo/aksi tersebut susah ditemui,
dan ada beberapa yang berpindah daerah keluar Sumatera, sehingga dalam
penelitian ini hanya menyajikan perkembangan dan Aliran, pada tahun 2013
12
Soekasdi.Selayang Pandang Proyek Transmigrasi Propinsi Jambi. Jambi : Staf Kamwil
Ditjen Transmigrasi Propinsi Jambi. 1980. Hlm. 34 13
Edi Kusnadi. Jambi Dalam Berita. Jambi : TVRI. 04 Desember 2013 14
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Jakarta :PT.Tiara Wacana yogya. 2003. Hlm. 169 –
171
15
tersebut sebagai batasan waktu bagi peneliti untuk melihat perkembangan
Ahmadiyah disarolangun Pasca Aksi 2013 lalu. Dengan adanya pembatasan
cakupan ini diharapkan dapat memperjelas dan memperdalam fokus kajian
sehingga tujuan utama untuk memahami penyebaran Jemaat Ahmadiyah di
Sarolangun selama kurun waktu 35 tahun ini dapat dicapai.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Masuknya Ahmadiyah ke indonesia, selain disambut secara positif oleh
masyarakat pendukungnya, juga disambut secara negatif oleh masyarakat yang
anti terhadap ahmadiyah. Namun demikian, Jemaat Ahmadiyah yang masuk ke
Sarolangun pada 1978 sedikit demi sedikit pengikutnya bertambah dari sebagian
masyarakat di Sarolangun. Dari ulasan tersebut penulis ingin membahas tujauan
dari penelitian ini dimana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan permasalahan
yang tertuang dalam sub-bab sebelumnya, yaitu :
1). Untuk mengetahui bagaimana proses kedatangan Ahmadiyah ke Sarolangun
pada tahun 1978
2). Untuk mengetahui Aliran Ahmadiyah yang sedang berkembang di Sarolangun
3). Untuk mengetahui Respon masyarakat sekitar terhadap organisasi Ahmadiyah
setelah konflik pada 4 Desember 2013.
Untuk Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, diharapkan
melahirkan temuan-temuan baru dalam khasanah Sejarah Agama, yang otomatis
akan memperkaya khasanah penulisan Sejarah Agama, pada umumnya Agama
yang berkembang di seluruh Indonesia dan di Sarolangun khususnya. Dengan
16
begitu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah kajian Agama yang
berguna bagi peneliti lain dalam bidang sejarah sendiri, maupun dalam bidang
ilmu lain, serta berguna pula bagi pelajar dan mahasiswa maupun bagi
masyarakat umum.
Disamping itu, penelitian ini juga dapat menjadi bahan studi yang
berguna bagi pemerintah terkait dalam mengambil kebijakan, terkhusus kebijakan
mengenai Agama di seluruh Indonesia umumnya dan di Sarolangun khususnya.
E. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa tulisan seperti buku dan skripsi yang berbicara tentang
Ahmadiyah di Indonesia, pertama berjudul Teologi Kenabian
Ahmadiyahsebagaimana terbaca dari judulnya, buku ini berbicara tentang
bagaimana cara memandang tuhan yang dilakukan para pengikut aliran
Ahmadiyah. didalam buku ini juga di singgung mengenai dalil dan ayat-ayat Al-
Qur’an yang dipakai dalam menambah keyakinan para pengikutnya disetiap
dakwah yang dilakukan oleh mubalignya. Beberapa kajian lain yang lebih kurang
mirip dengan kajian yang dilakukan A.Fajar kurniawan diatas dapat disebut karya
Rizem Aizid,secara umum karyanya berbicara tentang sejarah peradaban Islam
dimana di dalam nya terdapat beberapa ulasan mengenai penyebaran aliran
Ahmadiyah.
Tulisan lain yang juga membahas tentang Ahmadiyah yaitu berjudul
Perlindungan Konstitusional Terhadap Kebebasan Beragama dalam Kaitanya
Dengan Keberadaan Jamaah Ahmadiyah Indonesia.Tulisan berbentuk skripsi ini
17
di tulis oleh seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tanjung Pura
pontianak, tulisan ini membahas tentang bagaimana aliran Ahmadiyah dengan
perlindungan-perlindungan hukumnya.
Ada juga mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Indonesia yang menulis skripsinya yang berjudul Ahmadiyah Lohore di
Yogyakarta 1924 – 1930 : Suatu Pertumbuhan Awal Dipulau Jawa.Skripsi ini
berbicara tentang bagaimana perkembangan Ahmadiyah Lohore di pulau Jawa
dan menceritakan beberapa pejuang Ahmadiyah yang membantu membela
bangsa dalam kemerdekaanya.
Tulisan lain berbentuk skripsi dari Fakultas Ushuluddin, Sosial Agama,
yang berjudul Respon Masyarakat Sekitar Kampus Al-Mubarok Parung Bogor
Jawa Barat Terhadap Ahmadiyah.Skripsi ini lebih terfokus kepada kehidupan
sosial masyarakat sekitar kampus Al-mubarok dengan keberadaan Ahmadiyah di
sekitarnya, yang dimana mereka dapat hidup secara berdampingan dalam
bermasyarakat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang
sejarah Ahmadiyah di Sarolangun Desa Batu Putih Kecamatan Pelawan
khususnya belum pernah ada yang melakukan sama sekali, oleh karena itu
penelitian ini berfokus pada perkembangan Ahmadiyah yang ada di Sarolangun
Kecamaan Pelawan.
F. Landasan Teori
Landasan Teori merupakan landasan penelitian yang akan penulis
lakukan, dimana penulis menggunakan Teori Perubahan Sosial yang dicetuskan
18
oleh Talcott Persons. Talcott Melahirkan teori fungsional tentang Perubahan
Sosial seperti para pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial
pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada makhluk hidup. Komponen
utama pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi. Parsons berasumsi
bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda
berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi
masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat
tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi
permasalahan hidupnya.
Dapat dikatakan, Parsons termasuk dalam golongan yang memandang
optimis sebuah proses perubahan sosial. Bahasan tentang struktural fungsional
Parsons ini akan diawali dengan empat fungsi yang penting untuk semua sistem
tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Parsons menyampaikan
empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar mampu bertahan, yaitu:
1. Adaptasi, sebuah sistem harus mampu menanggulangi situasi eksternal yang
gawat, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Pencapaian, sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan
utamanya.
3. Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi
komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi
penting lainnya.
19
4. Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan
memperbaiki motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan
dan menopang motivasi.
Talcott menjelaskan kondisi masyarakat yang heterogen, dalam artian
tidak hanya terdiri dari satu suku saja. Masyarakat yang plural dapat berinteraksi
secara harmonis karena dipersatukan oleh konsensus tentang nilai-nilai dan
peranan-peranan tertentu, diantaranya banyak kepentingan dan pengertian yang
berbeda-beda, terdapat suatu kesatuan mendasar yang mencangkup dimensi sosial
kelakuan manusia, sehingga terjalin hubungan sosial.15
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sosio-Historis
yaitu memahami suatu pristiwa dengan melihat kaitannya yang erat dengan
kesatuan mutlak waktu, tempat, lingkungan dan kebudayaan dimana pristiwa itu
terjadi.16
Maupun pendekatan sosiologi karena pendekatan sejarah tidak terbatas
pada hal-hal yang informatif, pendekatan ini misalnya melihat pada respon
tentang perubahan keadaan masyarakat sekitar.17
Dalam penelitian ini teori yang dianggap relevan oleh penulis adalah
Perubahan Sosial. Metode perubahan Sosial, bertujuan untuk meneliti perubahan-
peruahan dalam masyarakat. Metode tersebut berpendirian pokok bahwa unsur-
unsur yang mempengaruhi masing-masing mempunyai fungsi tersendiri terhadap
15
Sartono Kartodirjo. Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah.(Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 1992). Hlm 123. 16
Mukti Ali. Agama Sebagai Sarana Penelitian dan Penelaahan di Indonesia
(Yogyakarta: al-Jamia’ah IAIN No. 11. 1987). Hlm. 49 17
Sartono Kartodirjo. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. (Jakarta: PT
Gramedia. 1992). Hlm. 4.
20
masyarakat. Dalam bidang sosiologi metode ini diterapkan oleh Talcott Persons.18
Perubahan Sosial ini memandang suatu gejala terjadi di waktu tertentu
dan bertanya tentang apa efeknya bagi kesatuan yang lebih besar, Teori
Perubahan Sosial ini digunakan untuk meneliti organisasi Ahmadiyah dalam
perubahan sosial yang terjadi pada masyarakatyang berada di Sarolangun.
G. Sumber dan Metode Penelitian
Sumber data adalah segala keterangan atau informasi tentang jejak-jejak
masa lampau, hal ini tentunya berkaitan dengan tujuan penelitian. Agar sesuai
dengan tujuan penelitian, maka data yang di gunakan mencakup dua jenis data
yaitu :
1. Sumber Data Primer
Berupa data atau informasi yang akan penulis dapat langsung dari media
cetak, Media elektronik dan pelaku utama yang berkaitan dengan Ahmadiyah di
Sarolangun yang masih hidup.
2. Sumber Data Sekunder
Bahan-bahan atau data yang digunakan serta diperoleh dari buku-buku
dan literatur yang berkaitan dengan pokok persoalan ahmadiyah yang relevan
dengan pokok persoalan yang akan membantu sebuah penulisan sejarah yang
objektif, data-data tersebut akan penulis cari di :
18
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Grafindo Persada. Cetakan ke-
44. Januari 2012). Hlm 44-45.
21
a. Perpustakaan Wilayah Daerah Jambi
b. Perpustakaan Universitas Jambi
c. Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya
d. Perpustakaan Universitas Batanghari
e. Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Jambi
f. Perpustakaan Museum Siginjei Provinsi Jambi
g. Perpustakaan BPCB Provinsi Jambi
Peneliti harus terjun kelapangan guna melengkapi sumber data primer
meliputi wawancara dengan informan-informan yang berkaitan dengan penulisan
skripsi,19
maupun melengkapi data sekunder dengan mencari buku-buku yang
berkaitan dengan pokok persoalan penulisan. Kemudian Sumber-sumber dikritisi
dengan memakai metode kritik intern dan ekstern. Hasil penelusuran sumber-
sumber tersebut akan di klasifikasikan menjadi fakta-fakta. Kemudian fakta-fakta
tersebut akan dihubungkan, disintesiskan sehingga memasukan pikiran-pikiran
penulis, dan menginterpretasikan fakta-fakta tersebut. Hasil di deskripsikan
secara naratif dan akan dianalisis secara kritis.
Metode sejarah merupakan petunjuk pelaksanaan dan teknis tentang
bahan, kritik, interpretasi, dan penyajian sejarah,20
Dimana prosedur penelitian ini
menggunakan metode penelitian sejarah diantaranya :
19
Kuntowijoyo.Metodologi Sejarah.Jakarta :PT.Tiara Wacana Yogya. 2003. Hlm. 169 –
171 20
Ibid. Hlm,xix
22
1. Heuristik : pengumpulan Sumber
Merupakan kegiatan menghimpun sumber-sumber sejarah, biasanya
metode ini dilakukan dengan studi pustaka, dengan mencari literatur buku yang
ada hubunganya dengan pokok permasalahan, selanjutnya studi
kearsipan/dokumenter, dimana tehnik ini dilakukan dengan mempelajari arsip dan
dokumen yang dapat digunakan sebagai data penelitian. Selanjutnya
menggunakan tehnik wawancara, dengan mewawancarai pihak terkait yang dapat
memberikan kesaksian atau keterangan secara lisan sehubungan dengan topik
yang akan diteliti seperti para pelaku dan saksi sejarah.
2. Kritik Sumber
Kritik sumber yaitu proses penyaringan data untuk dijadikan fakta sejarah
yang dapat dijadikan sebagai bahan dalam penulisan atau meneliti apakah sumber
itu sejati, baik bentuk maupun isinya, dimana kritik sumber dilakuakan dengan
dua tahap yaitu :
a. Kritik Ekteren, yang menyangkut ke absahan dan otentitas sumber sejarah.
b. Kritik interen, yaitu menyangkut sumber melalui kritik atas pembuat sumber
atau informasi serta membandingkanya dengan sumber sejarah lain.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah upaya penulis dalam menerangkan dan
menghubungkan fakta, sehingga membentuk suatu gambaran sejarah yang
sistematis/teratur dengan baik/dan konfrehensif/mempunyai wawasan yang luas.
23
Dalam arti lain, dapat menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-
fakta yang telah diverifikasi.
4. Historiografi
Historiografi adalah upaya untuk menuangkan hasil – hasil penelitian ke
dalam bentuk penulisan sejarah, atau penyajian hasil sintesis yang diperoleh
dalam bentuk suatu kisah sejarah.21
Pendekatan Sejarah pada gilirannya akan membimbing kearah
pengembangan teori tentang evolusi agama dan perkembangan tipologi
keagamaan-keagamaan, dan tidak hanya digunakan oleh para sejarawan,
melainkan oleh ilmuan lain dikalangan sosiolog agama misalnya Talcott Parson
yang menggunakannya dalam rangka menjelaskan evolusi agama.22
Penelitian ini
merupakan penelitian sejarah yang sepenuhnya memakai metode penelitian
sejarah. Batasan waktu yang cukup panjang, yaitu tahun 1978 - 2013. Sumber-
sumber dikumpulkan dari berbagai keriteria, baik berupa buku, arsip, wawancara,
foto, dan sumber terkait lain yang dapat memberikan keterangan.
H. Sistematika Penulisan
Hasilpenulisan ini akan disajikan dalam lima bab dan dari masing-masing
bab terdiri dari beberapa sub-sub bab. Bab I sebagai pengantar kajian ke pokok
permasalahan dan metode yang digunakan dalam penelitian. Bab II membahas
21
Daliman.A. Metodologi Penelitian Sejarah .yogyakarta:Penerbi Ombak. 2015. Hlm. 28-
29 22
Dudung Abdurrahman. Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta : Penerbit
Ombak. 2011. Hlm. 23
24
tentang keadaan umum Sarolangun. Bab III berisi pembahasan tentang Profil
Pendiri Ahmadiyah, awal kemunculan Ahmadiyah di india, serta Ideologi yang
dianut oleh Jemaat Ahmadiyah. Bab IV Membahas awal masuknya Ahmadiyah
ke Indonesia, dilanjutkan dengan Masuknya Ahmadiyah ke Sarolangun, serta
mengetahui aliran Ahmadiyah yang berada di Sarolangun, dan mengtahui
keadaan Ahmadiyah setelah terjadinya konflik pada 04 Desember
2013,sertamengetahui respon masyarakat terhadap kegiatan Ahmadiyah yang
selama ini dilakukan. Bab V adalah Bab kesimpulan dan saran, berisi temuan-
temuan yang didapatkan dari penelitian.
25
KESIMPULAN
Pada bab kelima ini akan ditutup dengan kesimpulan dan saran berkenaan
dengan adanya Jemaat Ahmadiyah di Sarolangun yang telah mencapai jangka
waktu 39 tahun. Suatu waktu yang cukup untuk menilai kekuatannya di tengah
masyarakat. Banyak perkumpulan atau organisasi yang tumbuh di Indonesia
bahkan mencapai keberhasilannya namun akhirnya hilang ditelan waktu. Berbeda
halnya dengan Jemaat Ahmadiyah, meskipun sejak awal terdapat banyak
rintangan yang menghalangi, namun setahap demi setahap Ahmadiyah dapat
berkembang dan mendapat tempat di hati para anggotanya sehingga sulit
digoyahkan oleh berbagai godaan bahkan ancaman kematian sekalipun.
Jemaat Ahmadiyah yang didirikan oleh Mirza ulama Ahmad pada 1889 di
India terus tumbuh dan berkembang ke seluruh pelosok dunia. Perjuangan awal
Ghulam Ahmad dalam membela Islam di India dari serangan – serangan kaum
Hindu Arya Samaj dan kaum misionaris Kristen, dilakukanya secara penuh
setelah kewafatan ayahnya pada 1876. Untuk memperkuat perjuangannya itu, ia
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara menjalani kehidupan yang suci dan
berpuasa hingga menurut pengakuanyamendapat wahyu untuk melawan orang-
orang yang menghina Agama Islam. Ia pun kemudian membela Islam melalui
tulisan-tulisannya di media massa hingga mengarang buku yang terkenal, yaitu
“Barahiyn Ahmadiyah”. Dengan tersiarnya buku ini yang sangat dipuji-puji oleh
kaum Islam khususnya maka Ghulam Ahmad pun dianggap sebagai mujaddid (
pembaharu ). Gelar mujadid ini membuat Ghulam Ahmad semakin yakin untuk
26
menulis buku - buku lainnya dalam menyebarkan Ideologinya. Ghulam Ahmad
mengaku bahwa kepercayaan diri itu muncul karena adanya bimbingan dari Allah
SWT.
Pada masa awal, umat Islam di India sangat menyokong perjuangan
Ghulam Ahmad dalam membela Islam, namun setelah Ghulam Ahmad
menyatakan diri mendapatkan wahyu dan telah ditunjuk oleh tuhan sebagai Al-
masih dan Al-Mahdi maka banyak orang, terutama para ulama di India
menentang dan memusuhinya. Berbagai cara telah dilakukan oleh Ghulam
Ahmad untuk meyakinkan kepada khalayak ramai bahwa ia telah diutus oleh
Tuhan sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan, namun berbagai
usaha itu semakin mendapat tentangan yang keras. Selain pengakuan sebagai Al-
Masih dan Al-Mahdi, Ghulam Ahmad mengaku bahwa ia telah diutus oleh Tuhan
sebagai Nabi yang tidak membawa Syari’at. Sebenarnya, Ghulam Ahmad tidak
membatasi pengakuanya pada Al-Masih dan Imam mahdi bagi kaum muslimin
dan Kristen saja, tetapi juga para penganut agama Budha, Sikh, Zoroaster, dan
Krishna bagi kaum Hindu. Di sini nampak bahwa Ghulam Ahmad bercita-cita
untuk menyatukan semua agama di bawah panji Islam.
Berbagai gelar yang disandang oleh Ghulam Ahmad makin menyebabkan
masyarakat awam memusuhinya. Bahkan para ulama menganggap bahwa
Ghulam Ahmad sesat dan keluar dari Islam. Berbagai upaya juga dilakukan oleh
para ulama di India untuk menentang gerakan Ahmadiyah, Namun tidak berhasil.
Bahkan semakin kuat tentangan dari masyarakatterhadap Ghulam Ahmad,
27
semakin kuat pula Ghulam Ahmad dan para pengikutnya mempertahankan
Ideologinya. Bagi para anggota Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad merupakan
wujud Al-Masih dan Al-Mahdi yang kemunculannya ditunggu-tunggu pada akhir
zaman. Wujud Al-Masih dan Al-Mahdi bagi Ghulam Ahmad adalah prinsip
keyakinan dan merupakan Ideologi inti paham Ahmadiyah. Jemaat Ahmadiyah
semakin tersebar ke seluruh dunia setelah Ghulam Ahmad meninggal dunia.
Setelah kematian Ghulam Ahmad pada 1908, para penentangnya
menyangka bahwa Ahmadiyah akan tamat riwayatnya. Namun tidak demikian
Halnya, seperti yang ditulis oleh Ghulam Ahmad dalam Al-wasiyat sebelum ia
meniggal dunia bahwa gerakan ini akan melahirkan “kudrat kedua”, yaitu
munculnya institusi khilafat. Para pengganti Mirza Ghulam Ahmad yang
memimpin Jemaat Ahmadiyah sebagai Khalifatul Masih dan institusi Khilafah
penuh yakin tidak saja merupakan suatu institusi yang amat penting dalam Jemaat
Ahmadiyah. Para pengikut Jemaat Ahmadiyah percaya meyakini bahwa ketika
pemilihan Khalifatul Masih terjadi secara mendadak maka pikiran dan kalbu para
anggota jemaat dibimbing oleh Allah Swt. untuk memberi suaranya kepada orang
pilihannya. Oleh karena Khalifatul Masih dipilih sejalan dengan kehendak Ilahi
maka para pengikut Jemaat Ahmadiyah harus patuh kepadanya. Jika mereka tidak
menunjukan kepatuhan kepada Khalifatul Masih dapat diartikan tidak patuh
kepada tuhan. Dengan sendirinya kepatuhan kepada Khalifatul Masih merupakan
sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi.Hingga sejauh ini, setelah Khalifatul Masih
I ( Maulvi hakim Nuruddin ) meniggal dunia pada 1914, para Khalifah Yang
28
terpilih itu masih keturunan dari pendiri Ahmadiyah, Yaitu Mirza ghulam
Ahmad. Namun demikian, para Khalifatul Masih ini masih sangat dipercaya dan
dihormati, bahkan “disucikan” oleh para pengikut Jemaat Ahmadiyah di seluruh
dunia. Berkat para Khalifatul Masih ini, sebagai mengganti Mirza Ghulam
Ahmad, maka Ahmadiyah dapat tersebar ke seluruh dunia.
Dibawah kepemimpinan Khallifatul masih II, Bashiruddin Mahmud,
Jemaat Ahmadiyah dapat tersebar ke Indonesia. Orang yang berjasa dalam
memperkenalkan Ahmadiyah ke Indonesia adalah tiga orang pemuda dari
Sumatera Barat, Yaitu Abubakar Ayyub, Ahmad Nuruddin dan Zaini Dahlan.
Mereka sebenarnya ingin melanjutkan studi ke Mesir yang pada masa itu terkenal
sebagai pusat kajian Islam, Namun guru mereka menjadi anggota Ahmadiyah.
Nasihat para gurunya itu merupakan penentu munculnya Ahmadiyah di
Indonesia.
Pada umumnya penyebaran Ahmadiyah dari India ke negara-negara lain
bukan merupakan permintaan atau undangan dari negara-negara tertentu, akan
tetapi merupakan keputusan Khalifatul Masih untuk mengirimkan mubaligh nya
ke tempat atau negara tertentu. Berbeda halnya dengan Indonesia karena orang-
orang Indonesia lah, khususnya dari Sumatera Barat yang mengundang Khalifatul
Masih II, Mirza Basyiruddin Mahmud untuk berkunjung ke Indonesia pada 1924.
Oleh karena Khalifatul Masih II tidak dapat memenuhi undangan itu maka ia
mengirimkan Mubalighnya M. Rahmat Ali yang tiba di Tapaktuan, Aceh pada 02
Oktober 1925. Pada 1926 ia meneruskan perjalanannyake padang dan di tempat
29
inilahpada 1926 paham Ahmadiyah mulai terbangun. Dengan berbagai
pertimbangan, pada 1931 M.Rahmat Ali datang ke Batavia ( jakarta ), di Pulau
jawa. Jakarta pada masa penjajahan kolonial Belanda merupakan Ibu Kota Hindia
Belanda.
Tumbuh pesatnya Jemaat Ahmadiyah di Indonesia mulai nampak setelah
M. Rahmat Ali berada di Jakarta. Di daerah ini, M. Rahmat Ali menemukan
daerah yang baik untuk perkembangan Ahmadiyah. Dengan usaha keras dan
kesabaran maka dalam masa yang relatif singkat, M.Rahmat Ali dapat
mengumpulkan orang-orang yang terdiri dari berbagaikalangan, di antaranya para
kelompok terpelajar, pedagang, dan masyarakat awam Baiat masuk menjadi
anggota Ahmadiyah di tangannya. Dengan banyaknya orang menganut paham
Ahmadiyah maka di kota Jakarta inilah dibangun Pengurus Besar pada Desember
1935. Kedatangan M. Rahmat Ali ke Kota Jakarta merupakan peristiwa penting
dalam perkembangan Ahmadiyahdi Jawa barat khususnya.
Tidak bisa dipungkiri setelah Ahmadiyah berhasil berkembang diberbagai
negara salah satnya Indonesia, di Indonesia pun Ahmadiyah tersebar ke berbagai
wilayah seperti di Padang, Aceh, Parung Bogor, jogja, dan sebagainya, dimana
dalam penyebaran ke berbagai wilayah, Ahmadiyah ini mengirim Mubaligh nya
ketempat Misionaris yang mereka tuju, tetapi berbeda Halnya dengan masuknya
Ahmadiyah di Sarolangun ini dimana kedatangan Ahmadiyah ke daerah ini
mealui jalur Transmigrasi yang terlaksana di zaman orde baru tepatnya di tahun
1978, dimana pada awal kedatanganya, anggota sendiri berjumlah 30 jiwa atau 8
30
Kepala Keluarga, hingga sekarang perkembangannya sangat pesat dimana jumlah
anggitanya menjadi 119 anggota diantaranya terdapat kurang lehib 50 kk di desa
Sungai merah dan sisanya terdapat di pusat kegiatan Ahmadiyah yaitu di Desa
Batu Putih Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun.
Pada awal kedatangannya masyarakat sarolangun menyambut dengan baik
seluruh perbedaan yang datang di daerah mereka, tetapi seiring berjalanya waktu
ada pihak-pihak yang merasa di untungkan dan dirugikan sehingga membuat isu
tentang aliran Ahmadiyah yang berada di daerah Sarolangun ini sehingga
menimbulkan keresahan, Puncak nya adalah pada 04 Desember 2013 dimana
Masyarakat dan mahasiswa menggelar masa dan meminta agar para pengikut
aliran Ahmadiyah kembali kepada Islam yang sebenar-benarnya sesuai dengan
Fatwa MUI dan SKB 3 Menteri yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Mengenai Aliran Jemaat Ahmadiyah sendiri, Indonesia sejak kedatangan
Ahmadiyah memiliki dua aliran yaitu Ahmadiyah Qadian yang datang pada
tahun1925 dan Ahmadiyah Lohore yang datang pada tahun 1924.Di Sarolangun
sendiriterdapatAliran Ahmadiyah Qadian,dibuktikan oleh Suat Keputusan dan
ADART yang peneliti dapat bahwa disitu tertulis Jemaat Ahmadiyah Indonesia
dimana penyebutan itu digunakan uqntuk Aliran Qadian yang berada di
Indonesia. Sesuai dengan penelitian penulis, hingga kini baruada satu aliran
Ahmadiyah yang berada di Sarolangun, yaitu Qadian.
Sejak terjadinya konflik pada Ahmadiyah di tahun 2013 itupun
membawakan perubahan yang sangat baik oleh para pengikut aliran Ahmadiyah,
31
dimana mereka semakin terbuka khususnya dalam kegiatan sosial seperti
mengadakan pengobatan gratis kepada masyarakat Sarolangun, mengikuti
kegiatan yang diadakan oleh pemerintah daerah baik itu desa, kecamatan,
maupun kabupaten, mengadakan Program Donor Darah dimana pendonornya
adalah dari golongan Ahmadiyah itu sendiri, bahkan sebagian dari mereka
membuat surat perjanjian untuk mendonorkan Kornea Matanya jikalau mereka
sudah meniggal dunia.
Perubahan-perubahan itu tidak berhenti pada kegiatan sosial mereka,
dimana setelah terjadi penetrasi masa di tahun 2013 itu, kegiatan keagamaan
Ahmadiyah semakin kuat dan bertambah, dimana pengakuan mereka itu adalah
ujian dari Allah SWT guna memperkuat keimanan dan ketakwaan mereka,
dimana mereka melakukan kegiatan mingguan yang hampir setiap hari dilakukan.
Kegiatan dakwah pun mengikuti perkembangan zaman dimana mubaligh yang
memipin kegiatan itu menggunakan media sosial seperti saat melakukan nobar
dimalam Sabtu, mubaligh itu menterjemahkan bahasa yang disampaikan oleh
pemimpin tertinggi dengan menggunakan aplikasi Watshap kemudia
menerangkan kembali kepada jemaah yang berada di sekitarnya. Sehingga
sembari menonton ceramah di televisi dengan bahasa Urdu India, penontonpun
disuguhkan dengan Arti yang terjemahkan oleh mubaligh yang ada diwilayah
tersebut. Dari sini dapat kita lihat bahwa integrasi mereka dari pusat hingga
wilayah-wilayah disetiap daerah berjalan dengan Struktural dan rapi, sehingga
32
mereka menjadi satu pemikiran, baik yang dari tingkat pusat hingga tingkat
wilayah daerah yang terpencil sekalipun.
SARAN
Untuk menjaga kehidupan keagamaan di tengah masyarakat Indonesia
makan pemerintah harus bersikap arif dan adil, pemerintah harus menempatkan
fatwa MUI sebagai bagian dari dinamika perbedaan pendapat dalam kehidupan
beragama, karena perbedaan pendapat itu merupakan rahmat bagi umat manusia.
Pihak pemerintah yang mempunyai otoritas, terutama aparat pemerintah atau
polisi tidak dapat menjadikan fatwa MUI atau desakan dari masyarakat yang anti
terhadap Ahmadiyah, sebagai dalil untuk menutup tempat – tempat aktivitas
Ahmadiyah. Pihak pemerintah, khususnya polisi harus menjalankan undang-
undang dengan cara melindungi para anggota dari tindakan pidana oleh kumpulan
atau orang-orang yang membenci Ahmadiyah. Tindakan yang arif dan adil dari
pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang
tentram dan damai di bawah payung Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Hal yang paling baik adalah pemerintah menjadi menjadi penengah
untuk mengadakan dialog secara damai antara MUI dengan jemaat Ahmadiyah.
Dengan dilakukan nya dialog in, pasti ada jalan terbaik untuk meyelesaikan
perbedaan paham ini. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa penyelesaian
konflik itu harus berdasarkan kepada empat hal, yaitu Undang-Undang Dasar
1945, Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indnesia ( NKRI ), dan Bhineka
Tunggal Ika.
33
Hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa suatu keyakinan agama
tidak bisa dihancurkan oleh siapapun. Ia akan hidup dalam tiap fikiran dan hati
setiap penganutnya. Demikian pula keyakinan yang dianut oleh para anggota
Jemaat Ahmadiyah akan terus hidup sesuai dengan keyakinannya. Kalau
Ahmadiyah memang tidak benar, pasti dengan sendirinya akan hilang dari muka
bumi ini dan Tuhan sendiri pasti akan menghukumnya.