ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA...
Transcript of ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA...
i
ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN
DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
(STUDI DESA SENAUNGKECAMATAN. JAMBI LUAR
KOTA KABUPATEN. MUARO JAMBI)
SKRIPSI
MASTURA
SHK.162115
DosenPembimbing:
Dr. H. Ishaq, S.H, M. Hum
Mustiah RH, SAg.,M.Sy
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITASISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawahini:
Nama : Mastura
NIM : SHK. 162115
Jurusan :Hukum Keluarga Islam
Alamat : Jl. Kh. Hasan Anang Rt. 03 Kec. Danau Teluk Kota
Jambi.
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul“ Adat Pingitan
Sebelum Peminangan Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Desa Senaung
Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi)” adalah hasil karya
pribadi yang tidak mengandung palgiatrisme dan tidak berisimateri yang
dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan yang telah disebutkan
sumbernya sesuai dengan ketentuan yang diberikan secara ilmiah.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung
jawabkannya sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh
dari skripsi ini.
Jambi. 30 Desember 2019
Yang Menyatakan
Mastura
SHK.162115
iii
embimbing I : Drs. Ishaq, SH., M. Hum
Pembimbing II : mustiah RH, S.Ag.,M.Sy
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi
Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren
Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021
Jambi, April 2020
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
JAMBI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamualaikum wr wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi
saudari Mastura, SHK. 162115 yang berjudul:
“Adat Pingitan Setelah Peminangan Di Tinjau Dari Hukum Islam (Studi
Desa Senaung Kecamatan. Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi).”
Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi
syarat-syarat memperoleh gelar sarjana starata satu (S1) dalam jurusan Hukum
Keluarga Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi
kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamualaikum wr wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ishaq, SH., M. Hum Mustiah RH, S. Ag,. M. Sy
NIP. 196312181994031001 NIP. 197007061998032003
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Adat Pingitan Setelah Peminangan Di Tinjau Dari
Hukum Islam (Studi Desa Senaung Kecamatan. Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi).” telah diujikan pada Sidang Munaqasah Fakultas
Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada tanggal 2019. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Satu (S.1)
dalam Jurusan Hukum Keluarga Islam.
Jambi, Maret 2020
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah
Sayuti, S. Ag, M. H
NIP: 197201022000031005
Panitia Ujian:
1. Ketua Sidang : ……………………………… (.....................)
NIP.
2. Sekretaris Sidang : …...………………………….. (.....................)
NIP.
3. Pembimbing I : Drs. Ishaq, SH., M. Hum (.....................)
NIP. 196312181994031001
4. Pembimbing II : Mustiah RH S.Ag.,M.Hy (.....................)
NIP. 197007061998032003
5. Penguji I : ………………………………. (.....................)
NIP.
6. Penguji II : ………………………………. (.....................)
NIP.
v
MOTTO
حورمقصوراتفيالخيام
Artinya: “Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih di pingit dalam
rumah”1
1 Qs. Ar-Rahman (55):72
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakann pedoman
tranliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543
b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya sebagai
berikut:
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba´ B Be ة
Ta´ T Te ت
Sa´ Ṡ Es (dengan titik di atas) ث
Jim J Je ج
Ha´ Ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح
Kha´ KH Ka dan Ha خ
Dal D De د
Źal Ż Zat (dengan titik di atas) ذ
Ra´ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin SY Es dan Ye ش
Sád Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص
Dad Ḍ De (dengan titik di bawah) ض
Ta´ Ṭ Te (dengan titik di bawah) ط
Za´ Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ
Ain ´ Koma terbalik di atas ع
Gain G Ge غ
Fa F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kāf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em و
Nun N En
Wawu W We و
Ha´ H Ha
Hamzah ' Apostrof ء
Ya´ Y Ye ى
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah di tulis Rangkap
Ditulis Muta„adiddah يتعد دة
Ditulis „Iddah عدة
C. Ta„ Marbutah di Akhir Kata
1. Bila dimatikan tulis h
vii
Ditulis Hikmah حكة
Ditulis „illah عهة
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang
sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat,dan
sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.
2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h.
‟Ditulis Karamatul al-auliya كر ية الأ و نيب ء
Bila ta’ marbutha hidup atau harakat, fathah, kasrah dan dommah ditulis t Ditulis Zakatul fitri ز كبة انفطر
D. Vokal Pendek
Ditulis A
Ditulis I
Ditulis U
E. Vokal Panjang
Fathah alif
جب ههية
Ditulis
Ditulis
Ā
Jāhiliyyah
Fathah ya‟ mati
يسعي
Ditulis
Ditulis
Ā
yas‟ā
Kasrah ya‟ mati
كريى
Ditulis
Ditulis
Ĭ
Karĭm
Dammah wawu mati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ũ
Furũd
F. Vokal Rangkap
Fathah alif
بيكى
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Fathah wawu mati
قول
Ditulis
Ditulis
Au
Qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan
Apostrof
Ditulis A‟antum ااتى
Ditulis U‟iddat اعد ت
Ditulis La‟in syakartum نئ شكرتى
H. Kata Sandang Alif Lam
1. Bila diikuti Huruf Qamariyyah
Ditulis Al-Qur‟an انقر ا
Ditulis Al-Qiyas انقيب س
viii
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkankan huruf/ (el)
nya
‟Ditulis As-Sama انسبء
Ditulis Asy-Syams انشس
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
Ditulis Zawi al-furud ذو انفروض
Ditulis Ahl as-sunnah اهم انسة
ix
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Praktek adat pingitandi Desa Senaung
Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, untuk mengetahui tinjauan
hukum Islam terhadap adat pingitan setelah peminangan. Adapun adat pingitan itu
hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun
tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaiamana pandangan hukum Islam
mengenai adat pingitan setelah peminangan yang dilakukan selama 3 bulan, 7
hari, bahkan ada yang melakukan selama 1 hari. Dan tradisi ini hanya dilakukan
oleh mereka yang telah di Khitbah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
(field research) dengan menggunakan metode penelitian pendekatan yuridis
empiris. Jenis dan sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data
sekunder. Istrumen pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan
(observasi), wawancara (interview)dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data (data reduction),
penyajian data (datadisplay), penarikan kesimpulan (verifikasi). Berdasarkan
analisis pandangan Islam serta dengan tinjauan „urf sebagai pendekatan di
sesuaikan dengan kasus yang ada di desa Senaung terhadap adat pingitan maka
dapat disimpulkan bahwa: adat pingitan setelah peminangan ini dilakukan dalam
waktu yang berbeda beda, tradisi ini biasanya pihak keluarga yang menyarankan
kepada yang ingin melangsungkan pernikahan. Masyarakat desa senaung
mempercayai apabila adat ini tidak dilakukan calon pengatin akan lebih rentan
terkena musibah masyarakat Desa Senaung sering menyebutnya (darah manis).
Dengan kata lain mereka lebih mempercayai bahwa musibah itu terjadi apabila
tidak calon pengantin tidak melakukan pingitan maka di anggap sebagai „Urf yang
fasid pada hakikatnya dan bila Allah berkehendak terhadap sesuatu, maka
(cukuplah) Dia mengatakan jadilah, maka jadilah dan Allah SWT yang maha
mengetahui segala kejadian yang terjadi terhadap setiap hambanya, bukan karena
calon pengantin tidak di pingit.
Kata Kunci : Adat, Peminangan, Ditinjau Dari Hukum Islam.
x
KATA PENGANTAR
الحود الله الر أز ل الهدي ف قلى ب العلن. والصلا ة والسلا م عل
اشسف الا با ء والوس سلي سد ا محمد وعل ال و صحب والتا بعي
لهن با حسا ى ال ىم الد ي. أشهد اى لا ال الا الله وأشهد اى سد ا محمدا
عبد وزسى ل.Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada penulis sehingga penulisa dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul: “Adat Pingitan Setelah Peminangan Ditinjau Dari Hukum Islam
(Studi Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi)”.
Kemudian tak lupa penulis kirimkan sholawat teriring salam kepada nabi
besar Muhammad SAW, yang telah memberi kira petunjuk dari alam kejahilan
menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini, yang
disinari dengan iman dan Islam.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan
ilmu dan memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar serjana strata
satu (S1) pada Fakultas Syari‟ah Universitas IslamNegeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha
semaksiamal mungkin untuk kesempurnaan skripsi ini, namun karena
keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, sehinnga masih terdapat
kejanggalan dan kekurangan dalam penyusunan skrispsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi asyari, MA. Ph D, sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
xi
2. Bapak Dr. Sayuti, S. Ag, M. H, sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, M. A., M. I. R., Ph. D sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik, Bapak Ruslan Abdul Gani, SH, M. Hum, sebagai Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan, Bapak Dr. Ishaq,
SH., M. Hum, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Sekaligus Pembimbing I.
4. Ibu Mustiah RH, S. Ag., M. Sy, Sebagai Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam
Sekaligus Pembimbing II, dan Bapak Irsadunnas sebagai Sekretaris Prodi
Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
5. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak dan Ibuk Karyawan/Karyawati Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
7. Masyarakat Desa Senaung Mulai dari Staff Kantor Kepala Desa Senaung, dan
pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini.
8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
xii
kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
xiii
PERSEMBAHAN
Hamparan nikmat yang telah Allah SWT berikan dalam penyusunan skripsi ini
Untaian kalimat sholawat dan salam kepada habiballah Nabi Muhammad SAW
Kata demi kata kurangkai, bait demi bait tercipta
Untuk mereka yang telah menanti
Masa yang tak terganti
Kini aku sampai pada waktu dimana yang selalu dipertanyakan, “kapan
wisuda?”.Karyaini Ku pesembahkan kepada mailakat-malaikat nyata dalam
hidupku Ayahwarsono, emak patmawati. Ku tengok raga kalian, kecil tapi penuh
kekuatan, lemah tapi penuh keberanian, pantang menyalah untuk gelar S1 ku.
Lembaran-lembaran ini bagian kecil bakti kasihku untuk ayah, mak
Untuk adik adikku Firdaus, Arip dan adik perempuanSiti Legiasi.... terimakasih
kalian telah banyak mengalah hingga ayuk ketahap ini.
Terimakasih telah mensupport dan membantu secara finansial sahabatku
Mardiana, A. Yani, Emi Lestari dan Ahmad Nasbi Yaallah, aku hanya bisa
memberikan do‟a. Teruntuk teman sekaligus keluarga di prodi Hukum Keluarga
Islam 2016, terimakasih telah menjadi bagian tawaku bahagiaku, amarahku,
tangisku selama ini saksi hidup perjalananku. Aku sayang kalian
Rasa sayang, canda tawa juga suka duka dalam kebersamaan kita akan kurindukan
Gambaran kebahagiaan
Ada di depan mata. Gelar ku SH.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. LEMBARAN PERNYATAAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ........................................................................................ xi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. xiv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Batasan Masalah .................................................................................... 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 7
E. Kerangka Teori ...................................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 11
BAB II METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ................................................................................. 14
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian.......................................................... 15
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 16
D. Unit Analisis Data ............................................................................... 17
E. Instrumen Pengmpulan Data ............................................................... 19
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 20
G. Sistematika Penulisan.......................................................................... 22
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Senaung ......................................................................... 23
B. Aspek Geografis .................................................................................. 27
C. Aspek Demografis ............................................................................... 28
D. Aspek Ekonomi ................................................................................... 36
E. Struktur Organisasi ............................................................................. 38
xv
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Penetapan proses adat pingitan setelah peminangan di desa
senaung .............................................................................................. 39
B. Pandangan Masyarakat Terhadap Adat Pingitan Setelah
Peminangan Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi ................................................................. 43
C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Adat Pingitan Setelah
Peminangan Di Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi .................................................................. 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 57
B. Saran .......................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN..............................................................................
CURRICULUM VITAE.................................................................................
xvi
DAFTAR SINGKATAN
1. As : Alaih as-salam
2. Hlm : Halaman
3. H : Hijriah
4. KHI : Kompilasi Hukum Islam
5. M : Masehi
6. UU : Undang-undang
7. UIN : Universitas Islam Negeri
8. Q.S : Al-Qur‟an Surah
9. HR. : Hadits Riwayat
10. SAW : Shollallahu Aalaihi Wasalam
11. SWT : Subhanahu Wata‟ala
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I Pasangan Yang Melakukan Adat Pingitan . .......................................... 5
Tabel II Orbitasi/Jarak Antar Ibu Kota . ............................................................ 27
Tabel III Prasarana Umum Yang Ada ............................................................... 27
Tabel IV Jumlah Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Desa Senaung . ................ 28
Tabel V Kepadatan Dan Persebaran Penduduk Desa Senaung Tahun 2019 ... 30
Tabel VI Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Senaung .32
Tabel 7 Jenis Mata Pencahrian Penduduk Desa Senaung. ................................. 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua
makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan, ini adalah
suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT, sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk
berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.2
Pernikahan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia, sejak
zaman dahulu hingga sekarang. Karena pernikahan merupakan masalah yang
aktual untuk di bicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum. Dengan jalan
pernikahan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat
sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan.3
Syariat Islam menghendaki pelaksanaan pranikah (peminangan) untuk
menyingkapi kencintaan kedua pasangan manusia yang akan mengadakan
transaksi nikah, agar dapat mebangun keluarga yang didasarkan pada kencintaan
yang mendalam menurut tradisi ahli syara‟, pendahuluan transaksi nikah disebut
khitbah. Mayoritas ulama‟ fiqih, syaria‟at dan perundang-undangan bahwa tujuan
pokok khitbah adalah berjanji akan menikahi.
Sejalan dengan penerimaan terhadap agama Islam, tidaklah serta merta
mereka meninggalkan adat mereka sama sekali, apalagi tidak semua nilai-nilai
adat itu bertentangan dengan agama Islam. Mereka mengadakan koreksi ketat
2Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 6. 2Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1999), hlm. 1.
2
untuk memisahkan mana nilai adat yang dapat diakui oleh agama (mu‟tabar) dan
mana yang tidak sesuai sehingga tidak diakui (mulghah). Sehingga adat Jambi
menjadi “adat yang bersendi syara‟ dan syara‟ bersendi kitabullah” adalah adat
suatu daerah harus sesuasi dengan aturan syara‟ atau syari‟at sumbernya adalah
Al-Quran dan Sunnah.4
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa masyarakat adat Jambi sulit untuk
meninggalkan adatnya. Masyarakat adat Jambi bertekad untuk melaksanakan adat
sejalan dengan pelaksanaan syari‟at agama dan menjadikan sebagai sumber tata
nilai dan sistem nilai yang membentuk sikap mental satu pola berpikirnya yang
selanjutnya mempengaruhi pola tingkah lakuadatnya. Ini diungkapkan dengan
sloko adat Jambi.
Adat juga disebut urf atau sesuatu yang dikenal, diketahui dan diulang-
ulang serta menjadi kebiasaan di dalam masyarakat, adat istiadat mempunyai
ikatan dan pengaruh yang sering dalam masyarakat, kekuatan mengikatnya
tergantung pada masyarakat yang mendukung adat tersebut.5
Setiap daerah mempunyai tradisi sesuai dengan adat istiadat setempat. Ini
bisa dikatakan seperti di daerah Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten. Muaro Jambi. Masyarakat Desa Senaung pada dasarnya merupakan
masyarakat yang agamis dengan menjadikan Islam sebagai agama dan
keyakinannya. Hal ini tercermin dengan adanya kegiatanyang bersifat agamis
seperti sholawatan, yasinan, pengajian ibu-ibu di masjid dan kegiatan lainya.
4Sulaiman Abdullah. Himpunan Materi Pembekalan Adat Istiadat Jambi Bagi Ketua
Lembaga Adat Kecamatan dan Para Pengurus Lembaga Adat Kabupaten/Kota Dalam Provinsi
Jambi AngkatanKe-VI dan VII, Jambi: 2006.hlm. 8. 5Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia,(Jakarta: Raja GrafindoPrasada, 2012), hlm.
73.
3
Tradisi atau kebiasaan masyarakat di Desa Senaung biasanya sebelum
melakukan pernikahan meraka melangsungkan lamaran atau khitbah terlebih
dahulu. Tradisi seperti ini tidak hanya berlaku di Desa Senaung saja namun
teradisi seperti ini juga banyak dilakukan hampir di setiap daerah di Indonesia.
Katika lamaran atau khitbah ini biasanya ada pemberian barang seperti
cincin kawin pada lamaran ini sebagai tanda yang dapat di lihat sebagai bukti
adanya persetujuan untuk melangsungkan pernikahan selama acara lamaran itu
pihak laki-laki dan perempuan tidak dibolehkan untuk bertemu hanya ayah, ibu
dan ketua adat, alim ulama dan kedua belah pihak keluarga.
Menurut hasil grand tour yang penulis lakukan dalam proses pertunangaan
kedua belah pihak langsung menentukan berapa lama proses lamaran meanjelang
pernikahan, biasanya masyarakat di Desa Senaung memberikan waktu 3 bulan
(seumur jagung) sampai 6 bulan (seumur padi), apabila pernikahan tidak
dilakukan sesuai dengan perjanjian lebih dari 3 atau 6 bulan dari yang telah
disepakati maka salah satu pihak dipertanyakan apa alasan mereka menunda
kesepakatan pernikahan dari prosesi lamaran. Jika pihak laki-laki yang
membatalkan pertunangan cincin yang diberi tidak dikembalikan namun apabila
pihak perempuan yang membatalkan maka perempuang tersebut mengembalikan
dua kali lipat dari apa yang telah diberikan.6
Dikalangan hukum adat kini terdapat suatu gejala baru yaitu bahwa suatu
persetujuan dirasakan baru mengikat betul-betul bagi pihak-pihak yang
bersangkutan jika diadakan suatu “tanda” yang dapat dilihat sebagai adanya
6Wawancara dengan Azwar Anas, selaku ketua adat Desa Senaung, 21 Maret 2019.
4
adanya bukti persetujuan. Tanda itu berwujud suatu barang atau sejumlah uang
yang diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan atau kedua belah pihak
saling memberikan secara timbal balik.7
Pernikahan itu selalu ada sangkut pautnya dengan adat istiadat seperti
halnya di Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi,
ada beberapa hal yang sangat unik dalam proses sebelum pernikahan. Tradisi ini
sudah menjadi turun temurun yang eksistensinya masih berlangsung sampai saat
ini. Begitu pula halnya pernikahan menurut adat di Desa Senaung, ada beberapa
tahapan yang harus dilaksanakan sebelum perkawinan seperti, peminangan,
pembacaan sloko adat, pingit, dan walimatul‟urs.
Menurut masyarakat Desa Senaung pingit itu sendiri disimpan dan di
keluarkan pada masa yang ditentukan, sementara pingitan merupakan proses
mempersiapkan diri suatu tradisi sebelum dan sesudah akad dilakukan laki-laki
dan perempuan harus dikurung terlebih dahulu satu minggu setelah atau sebelum
walimatul‟urs. Kedua calon suami dan istri diberi pilihan ingin melaksankan
proses pingit di dalam rumah atau di dalam kamar.8 Tradisi ini menjadi sebuah
keharusan di Desa Senaung hal ini di karenakan untuk menjaga diri mereka.
7Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Karya Gemilang,
2002), hlm. 6. 8Wawancara dengan Azwar Anas,selaku Ketua Adat Desa Senaung ya, 21 Maret 2019,
14.30WIB.
5
Tabel 1
Pasangan yang melakuakan adat pingitan 2016-2019:
No Profesi Passangan Yang Melakukan
Pingitan
3 Bulan 7 Hari 1 Hari
1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 0 0 15 Orang
2 Karyawan wiraswasta 13 Orang 16 Orang 20 Orang
3 Tidak Berkerja 15 Orang 20 Orang 25 Orang
Jumlah 28 Orang 36 Orang 60 Orang
(Sumber: Hasil wawancara masyarakat Desa Senaung 2019)
Berdasarkan tabel di atas adat pingitan ini banyak dilakukan oleh mereka
yang tidak berkerja, namun ada sebagia kecil dilakuakn oleh karyawan hal ini
dikarenakan sebagian dari mereka tidak ingin meninggalkan perkerjaannya.
Calon suami maupun isteri bahkan juga dilarang untuk keluar rumah, tujuh
atau dua hari menjelang walimatul‟urs sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
menurut adat di Desa Senaung salah satu pihak pengantin harus dikurung di dalam
kamar selama tujuh sampai dua hari tidak diperbolehkan untuk keluar kamar
kecuali dalam keadaan darurat misalnya untuk makan atau buang air.9Tradisi
pingit ini hampir dilakukan oleh setiap calon pengantin.
Masyarakat Desa Senaung mempercayai apabila pingitan tidak dilakukan
maka calon pengantin akan terkena musibah meraka menyebutnya “darah
9
Wawancara dengan Nur Aini Mahmudah, Selaku Masyarakat Desa Senaung, 01
November 2019.
6
manis”.10
Maksudnya ialah mereka akan lebih rentan terkena musibah,
masyarakat akan lebih hati-hati untuk keluar rumah. Masyarakat hanya
memberlakukan adat ini bagi mereka yang telah bertunangan tidak berlaku
terhadap masyarakat yang belum dipinang.
Sebagai masyarakat yang masih kental tradisi adat, masyarakat Desa
Senaung masih percaya dengan mitos-mitos. Sebagaiana yang diketahui bahwa
mitos dalam konteks mitologi-mitologi lama mempunyai pengertian suatu bentuk
dari masyarakat yang berrorientasi dari masa lalu atau dari bentukan sejarah yan
bersifat statis, kekal. Mitos dalam pengertian lama identik dengan sejarah/historis,
bentukan masyarakat pada masanya.11
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah penulis uraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian dengan judul “Adat Pingitan Setelah Peminangan Di Tinjau Dari
Hukum Islam (Desa Seanaung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro
Jambi)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi
pokokpermasalahan dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana penetapan proses adat pingitan setelah peminangan di Desa
senaung?
10 Wawancara dengan Nur Aini Mahmudah, Selaku Masyarakat Desa Senaung, 01 Maret
2019. 11
Sri Iswidayati, Fungsi Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Pendukungnya, Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni, Staf Pengajarn Jurusan Seni Rupa,
Fukultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang Volume VIII No. 2 / Mei-Agustus-2007
7
2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pelaksanaan adat pingitan setelah
peminangan menurut adat Desa Sanaung, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi?
3. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap adat pingitan setelah peminangan
menurut adat Desa Sanaung, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro
Jambi?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan agar tidak menyalahi sistematika
penulisan skripsi ini, sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka penulis
membatasi masalah yang dibahas, sehingga tidak keluar dari topik pembahasan.
Penelitian ini hanya membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap adat
pingit di Desa Senaung, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka
dalam penelitian ini ditetapkan beberapa tujuan dan kegunaan penelitian, yaitu:
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui penetapan proses adat pingitan sebelum peminangan
menurut adat Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro
Jambi
b. Ingin mengetahui pandangan masyarakat terhadap pingitan setelah
peminangan sebelum pernikahan menurut adatDesa Sanaung, Kecamatan
Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
8
c. Ingin menjelaskan tijauan hukum Islam terhadap pingitan setelah peminangan
sebelum pernikahan menurut adat Desa Sanaung, Kecamatan Jambi Luar
Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah manfaat yang mungkin diperoleh dari
penelitian dan mampu memberikan sumbangan yang sehubungan dengan
penelitian ini. Kegunaan penelitian sebagai berikut:
a. Kegunaan Teoritis
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada
masyarakat khususnya bagi masyarakat di Desa Senaung, Kecamatan Jambi
Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, mengenai pingit dalam hal pernikahan.
2. Hasil dari penelitian ini dapat diharapkan dapat menjadi bahan untuk
mengembangkan penelitian ini lebih lanjut guna kepentingan ilmu
pengetahuan khususnya studi Hukum Keluarga Islam.
b. Kegunaan Praktis
1. Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak
terutama bagi alim ulama, pemangku adat,dan masyarakat pada umumnya di
Desa Senaung, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
2. Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran secara lengkap tentang
tinjauan hukum Islam tentang pingit setelah peminangan di Desa Senaung,
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
E. Kerangka Teoritis
1. Kerangka Teoritis
9
Merupakan serangkaian pernyataan sistematis yang berisifat abstrk tentang
subjek tertentu. Subjek itu dapat berupa pemikiran, pendapat, nilai-nilai, peranta
sosial, peristiwa, perilaku manuisia, dan teori teori umum yang muncul dari
variabel penelitian.12
Teori KaedahUshul Fiqh(Al-‘Adah Al-Muhakkamah)
Ushul fiqih berasal dari bahasa arab, yang terdiri dari kata “ushul”
jamak dari kata “ashlu” artinya: asal, dasar, atau pokok dan fiqih paham atau
mengerti13
.
Tujuan dari ilmu fiqih adalah untuk memgetahui jalan dalam mendapatkan
hukum syariat dan cara untuk mengistimbatkan suatu hukum dari dalil-dalilnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa kebutuhan terhadap ilmu ushul fiqih sangat
diperlukan dalam istinbat hukum14
.
العادةهحكوت
Artinnya:“Adat dapat dijadikan perimbangan dalam menetapkan
hukum”.15
Yang dimaksud dengan kaidah al‟adah muhakkamah tradisi ini harus
belaku secara dominan dan harus berlaku atau sudah ada sejak dulu, tidak
bertentangan dengan nash syara‟ (al-quran dan hadis), adat yang bisa dijadikan
pijakan untuk mencetus hukum ketika tidak ada dalil syar‟i. Namun tidak semua
adat bisa dijadikan pijakan hukum. Secara bahasa Al-„adah diambil dari kata al-
„awud atau al-mu‟awah yang artinya berulang, oleh karena itu tiap-tiap sesuatu
12
Zainuddin Ali, MetodePenelitianHukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 86-87. 13
Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 13. 14
Ibid, hlm. 17. 15
A. Dzauli, Kaidah-Kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 9.
10
yang sudah terbiasa dilakukan tanpa diusahakan dikatakan sebagai adat dengan
demikian suatu yang baru dilakukan satu kali dinamakan adat.
Menurut Ibnu Nuzhaim defenisi al-adah adalah suatu ungkapan yang
terpendam dalam diri, perkara yang berulang-ulang yang bisa diterima oleh tabiat
(perangai) yang sehat.
إ وا تعتبس ا لعا دة إ ذ ا ا ضطس او غلبت
Artinya :“Adat yang dianggap (sebagai pertimbangan hukum) itu hanyalah adat
yang terus menerus berlaku atau berlaku umum”
Dalam pengertian yang sama, terdapat istilah lain dari Al-„adah yaitu Al-
„urf, yang secara bahasa berarti suatu keadaan, ucapan, dan perbuatan, atau
ketentuan yang dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk melaksanakan
atau meninggalkannya. „Urf adalah apa yang dikenal manusia dan mengulang-
ngulangnya dalam ucapan dan perbuatannya sampai hal tersebut menjadi biasa
dan berlaku umum.Sedangkan muhakkamah adalah putusan hakim dalam
pengadilan dalam menyelesaikan sengketa, artinya adat juga bisa menjadikan
rujukan hakim dan memutus persoalan sengketa yang di ajukan di meja hijau.16
Adat kebiasaan suatu masyarakat dibangun atas dasar-dasar nilai yang dianggap
oleh masyarakt tersebut.Nilai-niali tersebut diketahui, dipahami, disikapi, dan
dilaksanakan atas dasar kesadaran masyarkat tersebut.17
16
Abbas, Irfan, Kaidah-Kaidah Fiqih Muammalah Dan Aplikasinya Dalam Ekonomi
Islam Dan Perbankan Syari‟ah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Dan Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 204. 17
Ibid, hlm. 79.
11
b. Teori Living Law
Teori yang didasarkan pada kerangka teori hukum sebagai proyek.Teori
hukum sebagai proyek adalah suatu penggambaran bahwa hukum itu harus
dinamis18
. Hukum yang demikian merupakan sesuatu yang harus diwujudkan
untuk mencapai keadilan dal legitimitas menuju ke hukum yangoptimal, yang
berorientasi pada nilai-nilai asas-asas hukum sebagai ukuran untuk praktik
hukum.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun sebuah skrpsi, tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan dibahas oleh penyusun
skripsi dab sebelum penyusun melangkah lebih jauh dalam permasalahan yang
penyusun bahas. Adapun skripsi yang terkait dengan pembahasan yang sama
yaitu:
Pertama, penelitian ini dilakukan Lia Hikmatul Maula19
, dengan judul
skripsi Studi tentang Tatacara Pingitan Pernikahan Di Desa Sukoayar
Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri, skripsi ini membahas tentang tradisi
pingitan dilaksanakan masyarakat setempat. Saat pingitan terdapat empat tahap
sebelum acara puncak atau sebelum acara ijab qabul, yaitu tahap pembicaraan,
kesaksian tahap siaga, dan tahap rangkaian upacara, disamping itu terdapat
banyak sarana yang disiapkan di dalamnya. Seperti saat acara sisetan terdapat
18
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,,,,hlm. 87. 19
Lia Hikmarul Maula, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan , Universitas Nusantara Persatuan Guru Republik Indonesia UN PGRI Kediri,
2016.
12
makana berupa Jeddah, jenang, yang berstektur lengket, yang mengandung
harapan agar kedua pengantin selalu lengket.
Kedua, penelitian dilakukan Ninik Nirma Zunita20
dengan judul skripsi
Tradisi Pingit Pengantin Study di Desa Maduran, Kecamatan Maduran,
Kabupaten Lamongan. Skripsi ini membahas tentang tradisi yang dilakukan
masyarakat setempat, tata cara pelaksanaan tradisi pingitan, maksud dan tujuan
melaksanakan tradisi pingitan.
Ketiga, penelitian dilakukan oleh Reficha21
, dengan judul skripsi Tradisi
Pingit Pengantin Menjelang Akad Nikah Di Desa Urung Kampung Dalam,
Kecamatan Kundur Utara Dalam Prespektif Hukum Islam.Skripsi ini
membahas tentang pandangan masyarakat terhadap tradisi yan dilakukan dalam
masyarakat Urung Kampung Dalam kecamatan Kundur Utara terhadap
perawatan luluran terhadap calon pengantin hanya menggunakan kain sarung
atau kemben dalam pingitan.
Sedangkan penulis sendiri membahas tentang tradisi pingitan kepercayan
yang ada pada adat pingitan seperti “darah manis” dan masyarak mempercai jika
adat ini tidak dilakukan akan dapat musibah dan menfokuskan tinjauan hukum
Islam terhadap tradisi tersebut. Dari beberapa penelitiaan diatas, penelitian yang
dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan perbedaan, Persamaannya yaitu
mengangkat pingitan sebagai bahan penelitian, dan bagaimana pandangan
masyarakat terhadap tradisi pingitan. Perbedaan dalam penelitian ini adalah
20
Ninik Nirma Zunita, Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari‟ah,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2011. 21
Reficha, Mahasiswa Jurusan Al-Syakhsiyah Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri
Suska Riau, 2015.
13
berbeda dalam mengambil lokasi penelitian, tata cara pingitan yang dilakukan
oleh masyarakat. Penulis bermaksud mengkaji lebih dala lagi tentang tradisi
pingitan setelah peminangan sampai akad nikah lebih dalam lagi lebih
menfokuskan terhadap tinjauan hukum Islam.
14
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan strategi umum yang digunakan dalam
pengumpulan dan analisis data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode
diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.
Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu penegtahuan
untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip denagn sabar, hati-hati dan
sistematis untuk mewujudkan kebenaran.22
Dalm penulisan proposal skripsi ini, penulis mengumpulkan bebagai
bahan dan data yang diperlukan, mengandung kebenaran yang objektif, dan harus
relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sehingga penulisan proposal skripsi ini
memiliki kualifiaksi sebagai sistem tulisan yang propesional. Penulis
menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Senaung, Kecamatan Jambi Luar
Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Menurut pengamatan penulis di Desa Senaung
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, ada terjadinya proses
pingitan terhadap seseorang yang hendak melangsungkan pernikahan, mereka di
pingit setelah proses lamaran selama tujuh atau dua hari sebelum pernikahan. Hal
ini menjadi alasan penulis memilih Desa Senaung sebagai lokasi penelitian
22
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 24.
15
dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut dapatmemperoleh data yang
diperlukan untuk menyusun serta menyelesaikan skripsi ini.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus-November 2019.
B. Jenis dan Pendektan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
pengumpulan data dilapangan untuk mengadakan pengamatan terhadap suatu
fenomena dalam keadaan ilmiah dan bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang
digunakan untuk memahami fenomena mengenai apa yang dipahami subjek
penelitian penelitian.23
Ide penting terjadi dari jenis penelitian ini adalah bahwa
penelitian berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan langsung
tentang suatu fenomena yang terjadi.
Ada dua sebab terjadinya penelitian lapangan, yaitu pertama untuk
membuktikan suatu teori benar atau tidak. Jadi, teori ini dites kebenarannnya
dilapangan. Dalam hal ini testing dilakukan dengan mencari apakah ada data-data
yang mendukung teori tersebut. Sebab kedua untuk mencari kemungkinan-
kemugkinan dapat atau tidaknya suatu teori yang baru ditemukan sesudah
penelitian lapangan.24
23
Irkhamiyati,”Evaluasi Persiapan Perpustakaan STIKES „Aisyah Yogyakartadalam
Membangun Perpustakaan Digital,” Jurnal Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, Vol. 13,
No. 1 (Juni 2017), hlm. 41 24
Bungaran Antonius Simanjuntak Dan Soedjito Sosrodihardjo, Metode Penelitian Sosial
(Edisi Revisi), ( Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), hlm. 12.
16
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian yuridis empiris
yaitu berfokus pada perilaku yang berkembang dalam masyarakat, pendekatan
dengan melihat suatu kenyataan hukum dalam masyarakat25
. Penelitian ini
bersifat, deskriptif, dan analisis.26
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk
mengkaji, mendeskripsikan, dan menganalisis lebih dalam mengenai adat pingitan
setelah peminangan sebelum pernikahan di tinjau dari hukum Islam Desa Senaung
kecamatan Jambi Luar Kota kabupaten Muaro Jambi.
C. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan
studi lapangan, wawancara terstruktur dengan berpedoman kepada daftar
pertanyaan yang telah disiapkan kepada sejumlah responden yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian27
.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh sumber perantara dan
diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain.28
Baik berupa buku, jurnal,
undang-undang, dan artikel yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
25
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,,,, hlm. 105. 26
Tim Penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press dan Fakultas Syariah
IAIN STS Jambi, 2014), hlm. 31-32. 27
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,
(Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 71. 28
Tim Penulis,Pedoman Penulisan Skripsi,,,,.hlm. 34-35.
17
b. Sumber Data
1. Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang di peroleh langsung dari sumbernya,
baik melalui Al-Quran dan Hadis dan data primer ini di dapatkan juga melalui
wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang
kemudian diolah oleh peneliti.29
Data primer terdiri dari:
a) Al-qur‟an dan hadist
b) Wawancara dengan ketua lembaga adat Desa Senaung.
c) Wawancara dengan mantan anggota lembaga adat Desa Senaung.
d) Wawancara dengan pelaku pingitan di Desa Senaung sebanyak 10 orang.
e) Wawancara dengan masyarakat umum Desa Senaung.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen resmi, buku–buku
yang berhubungan dengan objek penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis,
disertasi, dan peraturan perundang-undangan.30
Adapun yang menjadi sumber
data sekunder dalam penelitian ini berupa literature-literatur yang mendukung
penelitian ini, berupa buku, jurnal dan tulisan-tulisan yang dianggap penting.
D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila peneltian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel.
Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintahan maupun
organisasi swasta atau kelompok orang. Unit analisis juga menjelaskan kapan
29
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,,,, hlm.106. 30
Ibid, hlm. 106.
18
waktu (tahun berapa, atau bulan apa) penelitian dilakukan, jika judul penelitian
jika secara jelas menggambarkan mengenai abtasan waktu tersebut. Dalam skripsi
ini penulis menggunakan unit analisis dengan analisis: “Adat Pingitan Setelah
Peminangan Ditijaun Dari Hukum Islam (Studi Des Senaung Kecamatan Jambi
Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi)”. Teknik pengambilan penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah Non Random Sampling, yaitu suatu teknik
pengambilan sampel dengan tidak semua unsur dalam populasi mempuyai
kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.31
Teknik ini menurut
Tatang M. Amirin adalah:
1) Sampling secara asal (Accidental Sampling), dalikakukan apabila pemilihan
anggota sampelnya dilakuakn terhadap orang atau benda yang kebetulan ada
atau dijumpai.
2) Sampling menurut quota (Quota Sampling), digunakan jika anggota sampel
pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri
tertentu.
3) Sampling secara bertujuan (Purposive Sampling), yaitu pengambilan sampel
dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.32
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa penulis sendiri menggunakan
teknik Purposive Sampling. Sampel yang dipilih oleh penulis yakni hanya di Desa
Senaung kecmatan Jambi Luar Kota kabupaten Muaro Jambi, hal ini dikarenakan
,kabupaten Muaro Jambi memiliki banyak Desa, sampel yang dipilih yaitu:
31
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,,,,,, hlm.
113. 32
Ibid, hlm. 114.
19
1) Ketua adat di Desa Senaung 1 orang.
2) Tokoh agama di Desa Senaung 1 orang.
3) Masyarakat di Desa Senaung kecamatan Jambi Luar Kota, kabupaten Muaro
Jambi 6 orang.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab data dan fakta
penelitian.Dalam penelitian jenis lapangan ini (field research), adapun
pengambilan data yang digunakan peneliti yaitu menggunakan tiga instrumen
data, pengamatan (observation), wawancara (interview), dokumentasi.33
Untuk
penjelasan mengenai teknik pengumpulan data akan dijelaskan lebih lanjut
dibawah ini:
a. Pengamatan (Observation)
Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik observasi partisipan (participant observation).
Observasi partisipan adalah metode pengumpulan data yang digunkan untuk
menghimpun data penelitian menlalui pengamatan dan pengindraan dimana
observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.34
33
Ibid. hlm. 157-158 34
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),
hlm. 68-69.
20
b. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk
memperoleh informasi langsung dari responden, merupakan pemberi informasi
yang diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
tak terpimpin (Un Guided Interview) yaitu terjadi tanya jawab bebas antara
pewawancara dngan responden. Pewawancara disini, menggunakan tujuan
penelitian sebagai pedoman, sehingga informasi yang diinginkan tetap dapat
diperoleh. Hubungan penulis dengan responden dalam suasana biasa, wajar,
sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam
kehidupan sehari-hari. Sewaktu pembicaraan berjalan, terkadang responden tidak
menyadari bahwa ia sedang diwawancarai.35
c. Dokumentasi
Dokumetasi merupakan sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam
bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagaian besar data yang tersedia yaitu
berbentuk surat, catatan harian, laporan dan foto. Sifat utama data ini tak terbatas
pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.36
F. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisa data tersebut penullis menggunakan teknik
analisisdata domain biasanya dilakuakn untuk memperoleh gambaran atau
35
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 187. 36
Juliansyah Noor, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
hlm. 141
21
pengertian yang bersifat umum dan relative menyeluruh tentang apa yang
tercakup di suatu fokus atau permasalahan yang tengah diteliti37
data dengan cara
yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyerdehanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan lapangan,untuk itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data yang berarti merangkum dan memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dan membuang yang tidak perlu.38
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah pendeskripsian informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengembalian tindakan.
Penyajian data juga berbentuk matrisk, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya
dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu
dan mudah dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan/Verikasi merupakan kegiatan diakhir penelitian
kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi baik
dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang di sepakati oleh subyek
tempat penelitan itu dilaksanakan.39
37
Ibid, hlm. 129. 38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 338 39
Ibid, hlm. 340.
22
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berisi tentang deskriptif daftar isi karya tulis bab.
Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut:
Bab Pertama, berisi tentang pendahuluan yang membahas mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.
Bab Kedua, berisi tentang metode penelitian yang membahas mengenai
lokasi penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, jenis dan sumber data,
instrumen pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik analisis data,
sistematika penulisan, dan jadwal penelitian.
Bab Ketiga, berisi tentsng gambaran umum lokasi penelitian yang
membahas mengenai historis atau sejarah Desa Senaung, Kecamatan Jambi Luar
Kota, Kabupaten Muaro Jambi, jambi , aspek geografis, aspek demografis, aspek
ekonomi, dan aspek pemerintahan.
Bab Keempat, berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian yang
membahas mengenai tinjauan hukum Islam terhadap pingitan setelah peminangan
sebelum pernikaha nmenurut ada tDesa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi.
Bab Kelima, berisi tentang penutup yang memuat kesimpulan dan juga
disertai dengan saran.
23
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Senaung
Desa Senaung diperkirakan berdiri pada tahun 1885 (namun tidak
diketahui secara valid tentang tahun berdirinya Desa Senaung ini). Pada zaman
pendudukan Belanda (+ 1800) telah terbentuk kampung bernama Penyengat tinggi
yang dikepalai oleh seorang penghulu. Para ninik mamak Desa Senaung hanya
menjelaskan bahwa sekitar tahun 1885 s.d. 1920 kampung Penyengat Tinggi
dipimpin oleh penghulu (kepala Desa) bernama Marhala40
.
Penyengat Tinggi termasuk dalam wilayah administratif Marga Mestong
dan terdiri dari tiga wilayah yaitu: Sembubuk, Senaung dan Simpang Setiris.
Sekira tahun 1834 para pemuka agama Penyengat Tinggi mendirikan masjid
pertama dan diberi nama Jamik Darussalam. Lokasi Masjid berada di pinggir
sungai batanghari (wilayah Dusun I Rt. 05 Desa Senaung). Saat ini bangunan
masjid digunakan sebagai tempat pengajian di Senaung dibawah asuhan Ustadz
Sulaiman bin H. Saudin pada sore hari serta PAMI di bawah asuhan H.
Djamaluddin dan A. Somad Ahmad pada malam hari.
Periode Tahun 1920 s.d. 1928 kampung Penyengat Tinggi dipimpin oleh
penghulu bernama Pitro yang merupakan penghulu ke 2.Tahun 1928 s.d. 1936,
Penyengat Tinggi dipimpin oleh Penghulu Hasan Kepuk.
40
Dokumentasi kantor kepala Desa Senaung, Tahun 2019.
24
Periode tahun 1936 s.d. 1944 Penyengat Tinggi dipimpin oleh penghulu
M. Yasin pada tahun 1937, di Penyengat Senaung didirikan Madrasah Diniyah
Takmiliyah Jauharul Iman. Pendirian madrasah ini diawali dengan kegiatan
belajar mengajar Juz‟ama dan Alqur‟an pada malam hari, dalam prosesnya, para
pemuka Agama sepakat untuk mengembangkan materi pengajaran tidak hanya
terbatas pada belajar Juzama dan Alqur‟an, maka dilaksanakanlah pendidikan
diniyah takmiliyah pada sore hari41
.
Dengan bertambahnya penduduk, pada tahun 1938, kampung penyengat
tinggi di mekar kan menjadi dua wilayah, yaitu Sembubuk dan Penyengat
Senaung (Penyengat Senaung terdiri dari dua wilayah yaitu Senaung dan Simpang
Setiris). Pada tahun 1940, di Penyengat Senaung didirikan sekolah rakyat dan
merupakan satu-satunya sekolah pemerintah yang ada. Sekolah rakyat tersebut
saat ini bernama SDN No.3/IX Senaung. Periode tahun 1944 s.d. 1950 Penyengat
Senaung dipimpin oleh penghulu Hamzah.
Periode tahun 1950 s.d. 1973 Penyengat Senaung dipimpin oleh penghulu
H. Djamaludin. Pada masa kepemimpinan H. Djamaluddin penegakan syariat
Islam dan hukum adat sangat dirasakan oleh warga Senaung, hal ini diindikasikan
oleh beberapa peraturan yang diberlakukan saat itu, diantaranya :
1) Memakai Jilbab, kaum perempuan diwajibkan memakai penutup kepala
(jilbab) sebagai penutup aurat saat keluar dari rumah.
41
Dokumentasi kantor kepala Desa Senaung, Tahun 2019.
25
2) Mufakat (iuran/sumbangan), warga yang melaksanakan resepsi pernikahan
dibantu oleh warga lainnya dalam bentuk iuran (uang dan atau non barang
lainnya dengan nilai yang sama) dengan ketentuan : dilakukan secara
perorangan (diundang oleh ahli sedekah), sukarela dan hanya 2 kali dalam 1
minggu untuk 2 Ahli Sedekah.
3) Melaksanakan Hatam Al-Qur‟an, mempelai wanita pada saat resepsi
pernikahan diwajibkan membaca Al-Qur‟an (Hatam AlQur‟an);
4) Membentuk Lembaga Ingat Tange (Lembaga Tua Tengganai Penegak
Hukum Adat).
5) Membangun jalan Desa sepanjang + 400m (di Rt. 07 : depan Masjid
Darussalam) dan + 1,2 km di Rt. 04 s.d. Rt. 07.
Sejak diberlakukannya UU No.5/1979 tentang Desa, sebutan penghulu
diganti dengan kepala Desa dan Penyengat Senaung berganti nama menjadi Desa
Senaung.
Pada tahun 1982 Desa Senaung dipimpin oleh kepala Desa Jufri
Atmowijoyo dan pada pertengahan tahun 1985, wilayah Desa Senaung di
mekarkan menjadi 2 (dua) Desa yakni Desa Senaung dan Desa Kedemangan
(awalnya bernama Simpang Setiris). Desa Senaung dipimpin oleh H. A. Wahab
sedangkanDesa Simpang Setiris dipimpin oleh Jupri Atmowijoyo42
.
Pada tahun 1990 s.d. 1998, Desa Senaung dipimpin oleh Kepala Desa
Zainuddin Yahya.Pada periode ini mulai dibentuk Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD), Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Masyarakat
42
Dokumentasi Kantor Kepala Desa Senaung, Tahun 2019.
26
Desa (LMD) serta beberapa lembaga kemasyarakatan lainnya. Selain itu, setiap
Desa juga memperoleh bantuan keuangan yang disebut Dana Pembangunan
Desa(Dana Bandes). Bandes itu sendiri terdiri dari dua bentuk, yakni dalam
bentuk uang tunai dan dalam bentuk ternak berupa sapi. Sapi bandes Desa
Senaung sampai saat ini masih ada dan digulirkan untuk membantu peningkatan
pendapatan kepala keluarga43
.
Pada tahun 1998, untuk pertama kalinya warga Senaung memilih kepala
Desa melalui proses Pemilihan Langsung. Calon kepala Desa yang ikut dalam
pemilihan pada saat itu adalah H. M. Amin, A.M.A, Rd. Ismail Meng dan H.
Tarmidji. Calon yang terpilih dan selanjutnya diangkat menjadi Kepala Desa
Senaung yang ke11 adalah H. M. Amin, A.M.A. Beliau memimpin Desa Senaung
sampai dengan tahun 2007. Pada masa kepemimpinan H. M. Amin, A.M.A,
beberapa program yang dilaksanakan adalah :
1) Pembangunan Masjid Darunna‟im; masjid ini awalnya adalah langgar
Jami‟atul Khoiriyah (Lokasi Rt. 09 Senaung);
2) Pembangunan Masjid Darul Kautsar (Lokasi Rt. 03 Senaung).
3) Pembangunan Langgar Darul Muttaqin (Lokasi Rt. 10 Senaung)
4) Peningkatan kualitas jalan lingkungan (pengaspalan) di Rt. 01 s.d. 07 dan Rt.
08 serta Rt. 09.
5) Terbentuk dan terbinanya Badan Kontak Majelis Taklim.
Pada tahun 2007, warga DesaSenaung kembali melaksanakan pemilihan
langsung kepala Desa. Calon yang ikut dalam pemilihan tersebut adalah M. Zaki
43
Dokumentasi Kantor Kepala Desa Senaung, Tahun 2019.
27
Syukur dan Subli. Calon yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa Senaung
periode 2007 s.d. 2013 adalah Subli.
B. Aspek Geografis Desa Senaung
Secara geografis Desa Senaung teletak di bagian Barat Kabupatan Muaro
Jambi dengan luas wilayah + 555 Ha dan berada pada posisi dengan luas wilayah
+ 555 Ha dan berada pada posisi 103O
32‟25” BT sampai dengan 1030 34‟10” BT,
dan 10 32‟50” LS sampai dengan 1
o34‟.00“ LS.
a. Batas wilayah Desa
Letak Desa Senaung, terlentak diantara:
1) Sebelah timur : Penyengat Olak, Mudung Darat, Danau Kedap.
2) Sebelah utara : Desa Setiris.
3) Sebelah Selatan : Desa Sembubuk, Simpang Limo, Penyengat Rendah.
4) Sebelah Barat : Desa Kedemangan dan Sarang Burung.
b. Luas Wilayah Desa Senaung
1) Tanah Sawah : 214,84 Ha.
2) Tanah Tegal : 290,88 Ha.
3) Lahan Pekarangan : 11, 17 Ha.
Topografi Desa Senaung relatif datar dengan kemiringan lahan < 5 %, dan
merupakan daerah sempadan serta bantaran sungai Batanghari. Ketika terjadi
banjir tahunan, hampir seluruh daratan Desa Senaung tergenangi air Sungai
Batanghari.
Iklim di Desa Senaung termasuk tipe Ayaitu iklim hujan tropis, dengan
ciri temperatur bulanan rata-rata lebih dari 18 oC, suhu tahunan 20
oC – 25
oC
28
dengan curah hujan bulanan lebih dari 60 mm. Tipe iklim ini berpengaruh
langsung terhadap pola tanam pertanian yang ada di Desa Senaung.
Tabel 244
Orbitasi atau Jarak Antar Ibu Kota
Jarak(km) Desa Senaung
Desa Senaung 0
Ibu Kota Kecamatan 17 KM
Ibu Kota Kabupaten 8 KM
Ibu Kota Propinsi 12 KM
(Sumber: Arsip Kantor Kepala Desa Senaung tahun 2019)
Berdasarkan tabel diatasbahwansannya iklim di daerah Senaung sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa senaung untuk
menuju untuk meningkatkan kualitas perkonomian dan pertumbuhan
Tabel 345
Prasarana Umum Yang Ada
Jenis Prasarana Volume Kondisi
Jalan Kabupaten 632,66 m Rusak Berat
Jalan Negara 1.390, 60 m Baik
Jalan Desa :
a) Lingkungan (Rabat Beton)
b) Lingkungan (Tanah)
c) Lingkungan (Aspal)
d) Setapak (Rabat Beton)
498,43 m
2.825,33 m
1.400 m
587,31 m
Rusak Sedang 238 m
Rusak Sedang
Rusak Berat
Rusak Berat 200 m
Jalan Produksi/JUT (Pengerasan) 9.657,27 m Cukup baik
Gedung SD 2 Unit Baik
Gedung Madrasah 2 Unit 1 Rusak 1 Baik
Pustu 1 Unit Baik
Posyandu 6 Unit Belum Ada Gedung
44
Orbitasi atau jarak antara ibu kota di Desa Senaung 15 Agustus 2019 45
Prasarana umum di Desa Senaung, Tahun 2019
29
Sumur Gali Umum 35 Unit Sedang
Kantor Desa 1 Unit Sedang
Masjid 3 Unit Baik
Gedung TK 1 Unit Baik
Jembatan Desa 5 Unit 1. Baik, 2 Rusak
Berat
2. Putus
Musholla/Surau 1 Unit Sedang
(Sumber: Arsip Kantor Desa Senaungtahun 2019)
Masyarakat Desa Senaung kecamatan Jambi Luar Kota, secara
keseluruhan pemeluk agama islam, artinya tidak ada seorangpun dari penduduk
Desa Senaung kecamatan jambi luar kota penganut agama lain selain agama
Islam. hal ini memang terjadi memang sudah turun temurun sejak nenek moyang
terdahulu. Bagi masyarakat Desa Senaung, masalah agama merupakan masalah
yang sangat penting , oleh karenanya pindah agama merupakan aib besar.
Oleh karena itu penduduk Desa Senaung keseluruhannya umat Islam,
maka sarana ibadah yang ada hanya untuk umat Islam yang terdidri darimmesjid
dan musholla/surau, dapat dilihat tabel diatas.
C. Aspek Demokrafis
1. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Senaung adalah 2.524 Jiwa terdiri dari 1.315jiwa
laki-laki dan 1.209 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga 637 KK.
2. Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Tabel 446
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Desa Senaung
46
Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk di Desa Senaung Tahun 2019
30
Wilayah
Jumlah Penduduk
(Jiwa) Laju Pertumbuhan
Penduduk (5 tahun) 2009 2014
RT 01 297 320 1.50
RT 02 172 188 1.79
RT 03 224 249 2.14
RT 04 124 178 7.50
RT 05 127 157 4.33
RT 06 126 192 8.79
RT 07 137 170 4.41
RT 08 319 415 5.40
RT 09 264 328 4.44
RT 10 164 327 14.80
Senaung 1.954 2.524 5.25
(Sumber : Data Kaur Pemerintahan Desa Senaung tahun 2019)
Jumlah penduduk Desa Senaung cenderung meningkat dari tahun ke
tahun, hal ini disebabkan oleh meningkatnya angka kelahiran dan terjadinya
migrasi penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 5
tahun terakhir jika dihitung secara geometrik tergolong tinggi yaitu sebesar 5,25
%.
3. Kepadatan dan Persebaran Penduduk
Undang-undang Nomor: 56/PRP/1960 membagi empat klasifikasi
kepadatan penduduk, yaitu:
a) Tidak Padat, Dengan Tingkat Kepadatan 1 – 50 Jiwa/ Km2;
b) Kurang Padat Antara 51 – 250 Jiwa/ Km2;
c) Cukup Padat 251 – 400 Jiwa/ Km2; Dan
31
d) Sangat Padat Dengan Tingkat kepadatan lebih besar dari 401 jiwa/km2.
Pada tahun 2014 kepadatan penduduk Desa Senaung sebesar 4,57
orang/km2 dan tergolong tidak padat. Jika dilihat kepadatan di tiap rukun
tetangga, penduduk yang tergolong kurang padat menempati wilayah Rt. 07 dan
Rt. 08.Sedangkan wilayah Rt. 01 s.d. 06, 09 dan 10 tergolong tidak padat.
Sebaran penduduk paling tinggi berada di Rt. 10 yaitu sebesar 12, 96 %
dan yang paling rendah di Rt. 05 sebesar 6,22 %. Mengingat laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi di Desa Senaung, pemerintah Desa merencanakan perluasan
areal permukiman penduduk ke wilayah Rt. 10 dengan harapan dapat mengurangi
konflik sosial dan menata distribusi penduduk dengan lebih baik.
Tabel 547
Kepadatan dan Persebaran Penduduk Desa Senaung Tahun 2019
No RT Luas(Km2)
Jumlah
Penduduk
(Orang)
Kepadatan
(Orang/ Km2)
Persebaran
(%)
1 RT 01 13,40 320 23.88 12,68
2 RT 03 8,90 188 21.12 7,45
3 RT 08 4,76 249 52.31 9,87
4 RT 09 6,42 178 27.73 7,05
5 RT 05 4,26 157 36.83 6,22
6 RT 06 22,49 192 8.54 7,61
7 RT 07 2,34 170 72.73 6,74
8 RT 08 33,13 415 12.53 16,44
9 RT 09 41,72 328 7.86 13,00
10 RT 10 414,78 327 0.80 12,96
Jumlah 552,19 2.157 4,57 100,00
(Sumber: Arsip Kantor Desa Senaung tahun 20119)
47
Kepadatan dan Persebaran Penduduk Desa Senaung Tahun 2019.
32
4. Struktur PendudukMenurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin
Berdasarkan struktur umur, penduduk Desa Senaung tergolong penduduk
usia muda. Indikasi ini tergambar dari rasio penduduk usia kelompok umur 26-30
dan 16-20 tahun merupakan yang terbanyak jumlahnya masing-masing 263 jiwa
dan 253 jiwa. Kemudian disusul kelompok umur 31-35 dan 6-10 yaitu masing-
masing 238 jiwa dan 232 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk Desa Senaung
menunjukkan bahwa penduduk Laki-laki relatif lebih banyak dibandingkan
Perempuan.
5. Keadaan Sosial
a. Sumber Daya Manusia
Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subyek dan sekaligus
obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan manusia, sejak
kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia
harus menjadi perhatian penting. Pada saat ini SDM di Desa Senaung cukup
baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.48
b. Pendidikan
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan
tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan.
Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan.
Dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan
48
Dokumentasi kantor kepala Desa Senaung , Tahun 2019.
33
sendirinya akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja
baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat
mempertajam sistimatika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah
menerima informasi yang lebih maju. Dibawah ini tabel yang menunjukan tingkat
rata-rata pendidikan warga Desa Senaung.
Tabel 649
Jumlah Penduduk Bedasarkan Tingkat Pendidikan Desa Senaung
No Keterangan LK PR Jumlah Persentase
1 Tamat SD/Sederajat 469 331 800 32%
2 Tamat SMP/ Sederajat 150 132 282 11%
3 TamatSMA/SMK/
Sederajat
113 125 238 9%
4 Tamat Universitas/Pt 24 25 49 2%
5 Pelajar SD/ Sederajat 135 114 249 10%
6 Pelajar SMP/ Sederajat 123 81 204 8%
7 Pelajar SMA/SMK/
Sederajat
121 98 219 9%
8 Mahasiswa 48 82 130 5%
9 Tidak Sekolah/Putus
Sekolah
47 67 114 5%
10 Belum Sekolah 85 154 239 9%
Jumlah Keseluruhan 1.315 1.209 2.524
(Sumber: Kantor Desa Senaung tahun 2019)
Secara umum, pentingnya pendidikan sudah dipahami oleh warga
Senaung, namun tidak semua orang tua dapat melanjutkan pembiayaan
49
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Senaung, Tahun 2019.
34
pendidikan untuk anak-anak mereka.Akibatnya adalah 32 % penduduk Senaung
hanya menamatkan Sekolah Dasar dan 2 % saja yang menamatkan Perguruan
Tinggi.
Kondisi ini menimbulkan dampak pada tingginya angka usia produktif
yang tidak bekerja oleh karena kurangnya pengetahuan dan keahlian. Dampak
lanjutannya adalah munculnya kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotika.
c. Budaya
Pembinaan dan pelestarian nilai-nilai budaya di dukung oleh seluruh warga
Senaung, sehingga aktifitas Lembaga AdatDesa cukup tinggi. Pelestarian nilai-
nilai budaya ini dapat dilihat pada beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu :
1) Pelaksanaan prosesi adat pada tahapan pelaksanaan pernikahan mulai dari
prosesi sirih tanyo – pinang tanyo, bertimbang tando (lamaran), ulur antar
serah terimo adat, hingga resepsi pernikahan. Seluruh prosesi ini
mencerminkan budaya Melayu Jambi.
2) Penggunaan bahasa (seloko dan petatah petitih Melayu Jambi), pakaian dan
atribut adat dalam prosesi pernikahan.
3) Pembacaan ayat-ayat Hatam Alqu‟ran oleh mempelai perempuan pada saat
resepsi pernikahan.
4) Sedekah baik, syukuran yang dilakukan oleh pihak pengantin perempuan atas
terselenggaranya proses pernikahan anak perempuannya.
5) Sedekah tegak rumah, syukuran pada saat mendirikan bangunan rumah.
6) Noak, syukuran pada saat usia kandungan 7 bulan.
7) Khitan, sunat untuk anak laki-laki.
35
8) Pemeliharaan dan pemanfaatan bangunan Masjid Jamik Darussalam 1 yang
dibangun pada tahun 1834.
d. Pemerintahan
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Desa Senaung dipimpin oleh
seorang kepala Desa yang bertanggung jawab kepada badan permusyaratan Desa
(BPD). Kepala Desa juga dibantu oleh perangkat-perangkat Desa yang terdiri dari
sekretaris, kaur pemerintahan, kaur umur, kaur pembangunan, kemasysrkatan,
kepala dusun, dan rukun tetengga dalam membangun pemerintahan 50
Desa agar
terarah maka diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi adapun visinya adalah:
“Terwujudnya MasyarakatDesa senaung Yang Mandiri (Makmur, Aman, Disiplin
Dan Religius)”
Rumusan visi tersebut merupakan suatu ungkapan dari suatu niat yang
luhur untuk mewujudkan masyarkat Desa Senaung Mandiri (makmur, aman,
disiplin, dan religius), sebuah cita-cita yang ingin diwujudkan, sehingga Desa
Senaung tidak hanya menjadi tempat hidup (tinggal), namun merupakan sebuah
Desa yang dapat menjadi sumber penghidupan bagi masyarakatnya
(penghuninya).
Adapun misi dari Desa Senaung
Untuk terwujudnya visi tersebut ditetapkan lima misi yang
akandilaksanakan yaitu:
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbasis Iman dan Taqwa.
2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.
50
Dokumentasi kantor kepala Desa Senaung, Tahun 2019.
36
3) Mewujudkan pemerintah Desa yang bersih, amanah dan transparan serta
mengutamakan optimalisasi pelayanan kepada masyarakat.
4) Mewujudkan lingkuntan masyarakat yang bersih, aman, tertib dan teratur.
5) Mengupayakan percepatan pembangunan infrastruktur.
DesaSenaung terdiri dari II Dusun dengan perincian sebagai berikut :
1) Dusun I, terdiri dari 5 RT yaitu RT 01 s/d RT 05 .
2) Dusun II, terdiri dari 5 RT yaitu RT 06 s/d RT 10.
D. Aspek Ekonomi Masyarakat Desa Senaung
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Desa Senaung secara umum juga
mengalami peningkatan, hal ini dinilai dari bertambahnya jumlah penduduk yang
memiliki usaha atau pekerjaan walaupun jenis pendapatan tersebut pada
umumnya belum dapat dipastikan bersumber dari hasil usaha yang dilakukan bisa
juga diperoleh dari pinjaman modal usaha dari pemerintah,seperti dana SPP dari
program PNPM ,atau Instansi lainnya.
Tabel 751
Jenis Mata Pencarian Penduduk Desa Senaung
No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase
1 Petani 811 33,6%
2 Pedagang 44 1,8%
3 Peternak 153 6,3%
4 Serabutan 53 2,2%
5 Tukang Perabot 24 1.0%
6 PNS/TNI/POLRI 39 1,6%
7 Urus RUmah Tangga 590 24,5%
51
Jenis matapencarian masyarakat Desa Senaung, Tahun 2019.
37
8 Sopir 27 1,1%
9 Bengkel 6 0,3
10 Tidak bekerja 666 27,6%
Jumlah 2.524 100.0%
(Sumber: Arsip Kantor Desa Senaung tahun 2019)
Karena kondisi alam yang sangat mendukung dalam bidang pertanian,
maka pada umumnya masyarakat Desa Senaung hidup bertani, disamping itu aa
juaga yang hidup sebagai pedagang, pertukangan, honorer, pensiunan, dan
pegawai negeri bahkan ada juga yang tidak berkerja.
24
E. Struktur Organisasi Desa Senaung
Sturuktur Organisasi Desa Senaung
Kepala desa
Sapi‟i
Ketua BPD
A. Rahim, S.Pd.
Sekretaris Desa
Ramadhan, S.Sos.
Kasi Pemerintahan
Misanah, S.Ag.
Kasi Pelayanan
Yanti Sapitri, S. Pd.I
Kaur Perencanaan
Sukriyunsyah
Kaur T.U Umum
Fitria Ningsih, S.Pd Kaur Keuangan
Rifka Leriana, Am,Keb
39
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Bagaimana Penetapan Proses Adat Pingit Setelah Peminangan Di Desa
Senaung
Kata “adat” sebenarnya berasal dari bahasa Arab, yang berarti kebiasaan.
Pendapat lain menyatakan, bahwa adat sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta
„adat” (berarti “bukan”) dan “dato” (yang artinya “sifat kebendaan”). Dengan
demikian, maka adat sebenarnya berarti sifat immaterial, artinya adat menyangkut
hal-hal yang berkaitan dengan sistem kepercayaan.52
Proses perkawinan pada tiap-tiap daerah selalu menjadi hal yang sangat
menarik untuk dibahas, baik daris segi latar belakang budaya perkawinan tersebut,
maupun dari segi komplesitas perkawinan itu tersendiri. Karena dalam
keberlangsungan perkawinan bukan hanya sekedar masyarakat dua insan yang
saling mancintai. Demikan dalam hal perkawinan mempunyai ketentuan dan
peraturan dalam pelaksanaanya menurut hukum adat melayu jambi bahwa ada
beberapa tahapan dalam perkawinan.53
Banyak tahapan pendahuluan yang harus dilewati sebelum pesta
pernikahan (walimah) dilangsungkan khususnya di Desa Senaung kecamatan
Jambi Luar kota kabupaten Muaro Jambi dari proses pernikahan adat Melayu
Jambi pada dasarnya hampir sama dengan daerah-daerah yang ada di Jambi proses
penikahan secara umum.
52
Soerjono Soekanto, dkk, Hukum Adat Indonesia,,,,, hlm. 83 53
Muhammad Subawaihi dan Mokhammad Baharun, “ Adat Pernikahan Melayu Jambi
Prespektih „Urf Dalam Ilmu Ushul Fiqh‟ Vol 1 No 2. Hlm. 167-168, 2017. Di Akses 10 November
2019
40
Peminangan atau lamaran adalah merupakan langkah awal bagi seseorang
untuk menuju suatu pernikahan, begitu pula halnya dengan adat di Desa Senaung,
peminangan didalam adat Desa Senaung sesuai dengan apa-apa yang telah
disyari‟atkan olah agama, hanya saja ada beberapa hal saja yang ditambah oleh
adat dan tidak diatur didalam Islam dalam hal tersebut tidak bertolak belakang
dengan apa-apa yang telah diatur dalam syari‟at Islam.
Dalam rangka semata-mata mencari jodoh yang sekufu, sesuai, serasi,
selaras dan seimbang maka putra putri telah masuk masa bujang dan masa gadis,
dibolehkan saling bertemu untuk “berusi sirih begurau pinang”, pertemuan
antara bujang dan gadis berlangsung tidak berulang-ulang, tidak hanya berdua-
duaan, tidak dalam waktu yang terlalu lama, tidak bernuansa kencan, tidak
menjurus pada pergaulan bebas, dan tidak menimbulkan kesan suami isteri.54
Jadi pertemuan itu hanya sebatas sampai pada kesimpulan bahwa sang
calon memang sudah jodoh masing-masing, tidak merasa dipaksa untuk menikah,
dan tidak dipaksa membeli kucing dalam karung. Untuk selanjutnya kalau sudah
tertuju hasrat terkandung dalam hati tersebut disampaikan pada orangtua untuk
ditindak lanjuti. Untuk melakukan pendekatan hubungan ke jenjang pernikahan,
maka orangtua dari pihak laki-laki mengutus juru bicara para waris dari saudara
ibu (mekti/meknga) untuk meninjau kepada pihak keluarga si gadis dan tidak lupa
membawa tepak sirih (Tempat sirih) denga tujuan melanjutkan dari rundingan
sebelumnya. Dalam acara rundingan yang dihadiri orang tua laki-laki dan
perempuan, tengganai, nenek mamak dan pimpinan formal dan tokoh-tokoh adat
54
Wawancara dengan Azwar Anas,selaku ketua adat Desa Senaung, 21 Maret 2019.
41
yang kira-kira isinya adalah menayakan maksud dan tujuan keluarga laki-laki
bertemu keluarga perempuan. Selama prosesi lamaran pihak laki-laki wajib
membawa seserahan untuk wanita dengan jumlah sepasang misalnya kain 2 baju 2
bantal 2 dan lain-lainya. Setelah itu prosesi lamaran itu sendiri brupa pemasangan
cincin ke calon pengantin wanitanya. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan
bersama, selesai makan maka dilakukan perundingan keluarga inti, dimana
membicarakan tentang kelanjutan lamaran tadi, berupa pembicaraan tanggal, adat
dan lai-lain. Pembicaraan yang dilakuakan antara lain: tanggal pernikahan, adat
apa yang digunakan, seserahannya, serta apa saja hantaran yang akan diberikan
keluarga laki-laki. Adapun hikmah dari adanya khitbah adalah untuk lebih
menguatkan ikatan perkawinan yang dilakukan setelahnya, karena dengan
khitbah, pasangan yang menikah telah salin mengenal sebelumnya.Dengan
khitbah masing masing pihak dapat saling mempelajari akhlak, tabiat, dan
kecondingan dalam garis yang dibenarkan agama.55
Setelah melakukan peminangan orangtua atau keluarga menyarankan
pasangan pengantin khususnya perempuan untuk melakukan pingitan selama
waktu 3 bulan, hingga proses akad nikah atau walimah itu dilaksanakan, atau
hanya dilakukan selama tujuh hari saja menjelang walimatul‟urs. Selama waktu
yang telah ditetapkan mempelai wanita dilarang keluar rumah.Tradisi dalam
proses pingitan setelah peminangan calon pengantin tidak diperbolehkan untuk
keluar, guna untuk menjaga calon pengantin, misalnya menjaga calon pengantin
dari musibah, masyarakat Desa Senaung mereka mempercayai jika hendak
55
Wawancara dengan Azwar Anas,selaku ketua adat Desa Senaung, 21 Maret 2019.
42
melangsungkan pernikahan calon pengantin bisa terkena musibah, kecelakaan,
“disapo jin” dan lain-lain. Setelah tujuh hari dalam masa pingitan pengantin
perempuam melekukan “betangas” atau “mandi uap” dengan rempah-rempah
yang telah direbus, guna agar calon pengantin wanita sehat. Masyarakat Desa
Senaung masih mempercayai mitos mitos yang ada dalam tradisi pingitan ini56
.
Menurut hasil penelitian bahwasaannya penetapan proses pingitan ini yang
melakukannya dari pihak orang tua tujuannya untuk menjaga diri mereka dari
perbuatan yang dibenci Allah, para ulama Desa Senaung berpedapat sebenarnya
masyarakat menjalani tradisi itu masih berpengaruh dengan keyakinan bahwa
mereka dapat terhindar dari sesuatu yang buruk.
Setelah melakukan penelitian masyarakat Desa Senaung penulis simpulkan
adat pingitan ini hanya ditetapkan untuk mereka yang telah dikhitbah/ dilamaran,
sesuai waktu yang telah disepakati bersama. untuk yang belum ingin menikah
mereka tidak mau dipingit dengan alasan jika mereka dipingit mereka akan
merasa bosan, jenuh dan segala aktivitas akan terbatas tidak bebas.
Menurut pandangan peneliti adat ini seharusnya berlaku kepada semua
masyarakat khusunya untuk semua wanita yang belum menikah, hal ini
dikarenakan melihat keaadaan zaman sekarang banyak anak muda melakukan hal
diluar norma agama contoh pacaran, ketika mereka sering bertemu disitulah ada
kesempatan mereka melakukan hal-hal dilarang. Dan danpak dari pacaran sendiri
banyak dari mereka yang hamil diluar nikah.
56
Wawancara dengan Azwar Anas,selaku ketua adat Desa Senaung, 21 November 2019.
43
B. Pandangan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Adat Pingitan Setelah
Peminangan di Desa Sanaung.
Manusia merupakan makhluk yang bermasyarakat, dan sebagai makhluk
sosial, manusiatidak dapat hidup seorang diri, manusia membutuhkan
kebersamaan dalam kehidupannya, manusia sebagai makhluk yang berhubungan
secara timbal balik dengan manusia.57
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup di daerah tertentu. Yang
telah cukup lama, dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk
menuju pada tujuan yang sama. Dalam masyarakat tersebut manusia selalu
memperoleh kecakapan, dan pengetahuan-pengetahuan baru. Kebudayaan bersifat
komulatif dapat diibaratkan manusia adalah sumber kebudayaan, setiap
kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah dalam bertindak dan berfikir,
sehubungn dengan pengalaman-pengalaman fundamental, dari sebab itu
kebudayaan tidak dapat dilepas dengan individu dan masyarakat.58
Tadisi pingitan selama 3 bulan atau tujuh hari menjelang hari pernikahan.
Bagi mereka yang tidak berkerja mereka melakukan pingitan selama 3 bulan, dan
yang berkerja sebagai karyawan toko baju rela mengambil cuti berkerja selama
untuk melakukan tradisi pingitan seperti hanya yang dikatakannya dalam
wawancara sebagai berikut :
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Nuraini Mahmuda Calon
mempelai wanita mengenai pingit yaitu sebagai berikut
Saya tidak keberatan untuk melakukan tradisi pingitan selama 3 bulan,
meskipun harus cuti berkerja atau harus berhenti berkerja, toh
nantinya ketika kami telah menikah yang akan menafkahi saya adalah
57
Deliar Noer, Islam dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Risalah, 2003), hlm.29. 58
Joko Tri Prasetyo, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 36-37.
44
suami. Kalu lah sudah tiga bulan kami akan ketemu selamoe. Saya
melakukan pingitan ini agar kami bisa terjauh dari maksiat, dan juga
akan menimbulkan raso rindu antaro kamu berduo.Siapa yang tidak
mengingankan ketika walimatul‟urs semuanya berjalan dengan lancar
duduk bersanding bersama calon suami, kami takut apabila kami tidak
menjalankan adat pingitan ini salah satu dari kami akan terkena
musibah dan mungkin bisa jadi meninggal dunia.59
Wawancara kembali peneliti lakukan bersama Rahmah calon
mempelaimengenai proses pingitan warga rt.01 Desa Senaung yaitu sebagai
berikut:
Saya tidak keberatan untuk melakukan tradisi pingitan, toh itu hanya 7
hari saja, besok setelah itu kan juga akan ketemu selamanya kok
(dengan sedikit senyum malu), kata orang tua saya itu jugamanfaat
biar saya dengan mas mantu tidak sering beranten tidak baik mau
meningkah kok malah beramtem terus, selama 3bulan ini saya nurut
orang tua, dan saya tidak melakukan luluran atau perawatan atau yang
lainnya, hanya diam saja dirumah aja itu udah cukup.60
Melihat dari hasil wawancara tiga calon pengantin kelihatan ke tidak
keberatan dalam melaksanakan tradisi pingit, karena waktu untuk melaksanakan
pingit tersebut tergantung kepeada calon pengantin.
Kemedian peneliti juga mewawancari warga yang pernah melakukan adat
pingitan Desa Senaung rt.01:
Dulu sepupu saya dia dalam masa pingitan 3 hari sebelum akad nikah
dia kuluar rumah kemudain dia kecelakaanlalu lintas, sepupu saya itu
meninggal di tempat,padahal hari pernikahan dia sebentar lagi
akhirnya pernikah itu dibatalkan, kejadian semacam inilah membuat
saya pribadi takut untuk melanggar adat pingitan ini, saya hanya
dirumah, melakukan aktivitas di rumah seperti biasa meskipun proses
pingit itu cukup lama saya coba untuk menahan diri saya agar tidak
melanggar tradisi pingitan, Kami percaya jika kami tidak di pingit
maka darah manis yang ada pada setiap calon pengantin akan benar-
benar terjadi misalnya kecelkaan atau gagal menikah, lebih baik kami
59
Wawancara dengan Nuraini Mahmuda, selaku calon pengantin perempuan, 03
November 2019. 60
Wawancara dengan Halimah, selaku calon pengantin perempuan, 27 April 2019
45
di dalam rumahsaya memperisapkan diri perawatan mandi betangas
sebelum walimatul‟urs menjaga stamina tubuh.61
Hasil observasi yang penulis lakukan melalui wawancara pelaku pingitan
adatpingitan yang dilakukan dengan mereka melakukan adatpingitan selama 3
bulan, bahwa pihak perempuan tidak masalah melaksanakan tradisi tersebut dia
menggapa tradisi tersebut untuk menjaga diri mereka dari fitnah fitnah yang ada,
dari pihak laki-laki dia lebih memilih waktu pingitan yang lebih singkat alasan
kaerena dia harus mencari uang hantaran. Mereka mempercayaiapabila mereka
tidak melakukan adat pingit maka akan mendapatkan musibah misalnya
keceleakaa, batalnya pernikahan atau hal yang lebih buruk lainnya, masyarakat
percaya bahwa adat pingitan perlu dilakukan untuk menjamin keselamatan dari
musibah yang mungkin akan mengancam mereka.
Saat menjelang pernikah keluarga dari kedua belah mempelai pasti sangat
repot, karena banyak yang harus dipersiapkan antaranya seperti: undangan,
jamuan makanan tamu, dekorasi, tempat resepsi, gaun pengantin dan lain-lain.
Calon pengatin wanita selama dipingit mereka membantuk persiapan
pernikahan.Mereka melakukan tradisi itu atas dasar perintah orang tua. dan yang
mereka tahu dari tradisi ini adalah warisan leluhur yang turun temurun pada anak
cucunya, bahkan mereka tidak tahu bagaimana Islammemandang tradisi ini, yang
mereka tahu kalau tradisi ini adalah kegiatan adat yang harus dilakukan menurut
perintah orang tuanya.62
61
Wawancara dengan Rahmah, selaku calon pengantin perempuan, 03 November 2019. 62
Wawancara dengan ibu Mascika, selaku masyarakat Desa Senaung, 03 Agustus 2019.
46
Kegiatan tradisi pingitan pengantin yang dilakukan hanya berias diri dan
berkumpul dengan sanak keluarga yang datang untung menghadiri pernikahannya.
Hanya saja calon pengantin tidak boleh untuk bertemu dulu dengan calon
pengantin pria. Tiga bulan atau 7 hari sebelum hari akad nikah dilaksankan warga
Desa Senaung sudah berdatangan dirumah calon pengantin untuk membantu
mempersiapkan pernikahan, khusus ibu-ibu diberi amanah atau dipasrahi untuk
memasak didapur dan untuk bapak-bapak 1 (satu) hari sebelum hari akad nikah
dilaksanakan bantu-bantumengakat barangdari tempat satu untuk dipindahkan
ketempat lain, ambil peralatan seperti meja,kursi, gelas, piring, nampan, teko dan
lain-lain. Setelah prosesi akad nikah pengantin ini masa pingitan yang dilakukan
calon pengantin laki-laki tidak dibolehkan untuk tidur satu kamar dengan calon
pengantin perempuan, calon laki-laki di pisahkan kerumah keluarga dari pihak
perempuan sampai walimatur‟urs. Kemudian kedua mempelai melanjutkan acara
pemotretan, lalu sungkeman dengan orangtua sanak (saudara) keluarga63
.
Wawancara dilakukan dengan masyarakat Desa Senaung Kabupaten
Muaro Jambi tentang adat pingitan setelah peminangan. Daftar hasil wawancara
dengan warga Desa Senaung, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi
Untuk tradisi pingitan ini seharusnya diterpakan untuk semua anak-
anak wanita agar dapat menjaga diri mereka apalagi melihat
perkembngan zaman sakarang banyak anak anak gadis yang hamil di
luar nikah hal ini karena mereka tidak dapat menjaga diri dari
pergaulan bebas akan lebih baik wanita itu didalam rumah melakukan
hal-hal posiif.64
63
Wawancara dengan ibu Sua‟adi, selaku masyarakat Desa Senaung, 03 Agustus 2019. 64
Wawancara dengan ibu Patmawati, selaku masyarakat DesaSenaung, 03 Agustus 2019
47
Dari hasil observasi dan wawancara pada sebagaian warga Desa Senaung
yang penulis lakukan. Bisa dilihat masyarakat tidak begitu mengharuskan untuk
melaksanakan tradisi pingitan tersebut, akan tetapi sebagian besar dari masyarakat
tersebut menganjurkan untuk melakukan tradisi pingitan tersebut dengan alasan
untuk menjaga calon pengantin agar terhindar dari zina dan terhindar balak
melengkapi prosesi pernikahan agar lebih sakral.
Untuk jangka waktu pingitan masyarakat Desa Senaung bervariasi ada
yang 3 bulan, 7 hari dan 1 hari, sebagaimana yang dikatakan bapak Azhar salah
satu ketua adatDesa Senaung sebagai berikut : Adat pingit merupakan suatu yang
baik untuk setelah bertunangan hal ini dikarenakan sebagaian masyarakat awam
telah salah menilai yaitu disaat bertungan justrus disaat itu menjadi terbukalah
pintu keharoman, karena sudah bertunangan atau khitbah lalu mereka mudah
berkomunikasi kadang berkomunikasi sebebbas bebasnya. Maka sangat tepat
disaat semacam ini diketatkan penjagaannya dengan istilah pingitan.
Penulis juga mewawancari ulama yang ada di Desa Senaung mengenai apa
adat pingit dan tujuan dari tradisi pingit yang dijalankan ole sebagian besar
masyarakat Desa Senaung sebagi berikut:
Tradisi pingitan itu adalah tradisi yang pada umumnya dilakukan oleh
calon pengantin, yang dimaksud dengan pingit adalah berdiam diri
didalam rumah, jadi calon pengantin harus berdiam diri didalam rumah
dan tidak boleh bertemu, jangka waktunya beragam ada 3 bulan, 7 hari,
1 hari. Sedangkan masyarakat Desa Senaung pada umumnya
menggunakan 7 hari saja, kemudia 1 hari itu di isi dengan
berpuasa.Tujuan pingitan ini untuk membuat kangen antara kedua calon
pengantin dan berpuasanya untuk membersihkan diri agar lebih tenang
sehingga lebih siap dalam menjalankan resepsi pernikahan dan prosesi
Ijab qobul. Tradisi ini sudah ada sejak dulu dari leluhur, dalam Islam
menurut boleh-boleh saja karena tidak melanggar syari‟at Islam, bahkan
pada rasullulah para wanita juga dipingit, yaitu berdiam diri didalam
48
rumah dan tidak boleh keluara tanpa ada kaum laki-laki yang
mendampinginya, dan dianjurkan untuk berpakain yang menutup, agar
terhindar dari mara bahaya”.65
Dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan kepada tokoh
agama di Desa Senaung, mereka berpendapat bahwa tradisi pingitan pengantin
dalam pandangan Islam boleh, bahkan dianjurkan, karena tradisi pingitan ini
banyak manfaatnya untuk kedua mempelai.Selain itu dalam syari‟at agama tidak
ada hadits atau dalil yang melarangnya.Pendapat ulama ini tidak membuat
masyarakatDesa Senaung untuk tidak melakukan tradisi ini, karena itu tergantung
selera dan kepercayaan sendiri-sendiri.Para ulamaDesa Senaung berpendapat
sebenarnya masyarakat menjalani tradisi itu masih berpengaruh dengan keyakinan
dri mitos yang berkembang. Bahwa masyarakat hanya mengikuti apa yang sudah
dilakukan oleh orang-oang terdahulu, karena menurutnya adat yang sudah ada
harus dilakukan. Sebagian masyarakatSenaung bersuku jawa, khususnya
masyarakatDesa Senaung percaya bahwa tradisi pingitan perlu dilakukan untuk
menjamin keselamatan calon pengantin perempuan dari mara bahaya yang
mungkin mengancamnya di luar sana. Para ulama‟ menyebut hal itu sebagai
tathayyur, yaitu mempercayai kepada ucapan-ucapan nenek moyang yang belum
tentu benar.
C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Adat Pingitan Setelah Peminangan di
Desa Senaung
Hukum islam merupakan istilah khas Indonesia sebagai terjemahan dari
Al-Fiqh Al-Islamy. Istilah ini dalam wacana ahli hukum berat digunakan Islamic
65
Wawancara dengan Usman, tokoh agama Desa Senaung, 21 November 2019
49
Law. Dalam Al-Quran dan As-Suunah, istilah Al-Hukm Al-Islamy tidak dijumpa.
yang digunakan adalah kata syari‟at yang dalam penjabarannya kemudian lahir
istilah fiqh.66
Hukum Islam merupakan seperangkat aturan yang berisi hukum-
hukum syara‟ yang bersifat terperinci, yang berkaitan dengan perbuatan manusia,
yang dipahami dan digali dari sumber-sumber (Al-Qur‟an dan Hadis) dan dalil-
dalil syara‟ lainnya (berbagai metode ijtihad).67
Hukum Islam mempunyai tujuan untuk melaksanakan perintah dan
kehendak Allah serta menjauhi larangan-Nya. Seorang ahli hukum Islam
terkemuka, Abu Ishaq As-Satibi, merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni
memelihara agama, jiwa, akal, keturunan,dan harta benda, yang diterima oleh
ahli-ahli hukum Islam lainnya. Dengan terpeliharanya kelima tujuan (al-maqasidu
al-khamsah) itu, manusia akan mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat. Dalam
hukum Islam terdapat pembidangan antara ibadah dan muamalah. Bidang ibadah
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, bidang muamalah mengatur
hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam kehidupan masyarakat,
hukum Islam yang merupakan bagian dari agama Islam, tidak membedakan antara
hukum perdata dengan hukum publik, sebab dalam soal perdata terdapat segi-segi
publik, dan dalam soal publik ada segi-segi perdatanya.
Dalam sistem hukum Islam ada lima macam kaidah atau norma hukum
yang dirangkum dalam istilah al-ahkam al-khamsah. Kelima kaidah itu adalah:
66
Baharuddin Ahmad dan Illy Yanti, Eksistensi dan Implementasi Hukum Islam di
Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 1. 67
Abd Rahman Dahlan,Ushul Fiqh,…., hlm: 15
50
fard (kewajiban), sunnat (anjuran), ja‟iz (mubah) atau ibahah (kebolehan),
makruh (celaan) dan haram (larangan).68
Tata kehidupan itu perlu diatur dengan norma-norma hukum yang diambil
dari ajaran Islam, karena manusia selain hidup di dunia ini juga akan menjalani
kehidupan akhirat yang kebahagiaannya atau kesengsaraannya ditentukan oleh
akumulasi pahala perbuatan-perbuatan baik atau pun buruk di dunia ini.
Hukum dan perubahan masyarakat adalah suatu hal yang sangat menarik
dan layak ditekuni, apalagi bagi seorang, badan atau lembaga yang selalu
berkecimpung di bidang hukum. Apabila diperhatikan citra hukum yang selalu
mencari dan memberikan kepastian hukum maka banyak sekali aspek keterlibatan
hukum itu mempengaruhi masyarakat. Sebaliknya, bila terjadi perubahan dalam
masyarakat maka perubahan turut membentuk perkembangan hukum, karena
hukum itu berkembang dan berubah maka masyarakat turut berubah dan
berkembang.
Disamping itu, perkembangan hukum tidak terlepas dari perubahan politik,
sosial, dan budaya. Dengan demikian, kita terpaksa berbicara hukum yang
terpasang ditengah-tengah masyarakat, agar kita mengawasi bagaimana hukum
mempunyai dampak dengan persoalan yang mengelilinginya.69
Dalam sistem hukum Islam Al-„Adah dijadikan salah satu unsur yang
dipertimbangkan dalam menetapkan hukum. Penghargaan hukum Islam terhadap
adat ini menyebabkan sikap yang toleran dan memberikan pengakuan terhadap
68
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm: 221 69
Mohd. Idris Ramulyo, Asas-Asas Hukum Islam (Sejarah Timbul dan Berkembangnya
Kedudukan Hukum Islam dalam sistem hukum di indonesia)”. (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm.
84.
51
hukum yang berdasar adat yang menjadi hukum yang diakui oleh hukum Islam
pengakuan tersebut tidaklah mutlak, tetapi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Hal ini adalah wajar demi untuk menjaga nilai-nilai prinsip-prinsip dan identitas
hukum Islam. Karena hukum Islam bukanlah hukum yang menganut sistem
terbuka secara penuh, tetapi bukan pula tertutup secara ketat, „urf yang shahih
menambahkan vitalitas dan dinamika hukum Islam.
Mengamati bentuk-bentuk „urf dilihat dari segi keberadaannya „urf dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu „urf shahih dan „urf fasid.70
Yaitu:
a) 'Urf shahih adalah sutu kebiasaan yang telah dikenal secara baik dalam
masyarakat dan kebiasaan itu sejalan dengan nilai nilai yang terdapat
dalam ajaran Islam serta kebiasaan itu tidak menhalalkan yang diharamkan
dan tidak membatalkan hukum (hukum) yang diwajibkan.
b) „Urf Fasid adalah suatu kebiasaan yang telah berjalan dalam masyarakat,
tetapi ajaranya itu bertentang dengan ajaran Islam atau menhalalkan yang
haran dan sebaliknya, membatalkan hukum yang diwajibkan.
Adat pingitan setelah peminangan merupakan tradisi budaya mulai nenek
moyang adat ini sering dilakukan oleh masyarakat suku jawa yang asih kental
terhadap pengembangan budaya dari leluhur mereka, akan tetapi suku lain seperti
melayu sunda dan lain-lain banyak juga melakukan tradisi ini.
Masyarakat Desa Senaung dalam melaksanakan adat pingitan setelah
peminangan guna untuk menjaga diri mereka dari maksiat yang akan timbul
apabila mereka berdua-duaan dengan seorang yang belum sah. Alasan yang
70
Suhar, Metodologi hukum Islam : ushul Al-Fiqh, (Jambi: Salim Media Indonesia,
2015), hlm. 138.
52
mereka katakan hampir semuanya sama, mengatakan bahwa adat pingitan itu
bertujuan baik dan mengandung kemaslahatan.
Begitu juga paparan yang disampaikan oleh tokoh agama bapak usman tersebut
adalah:
Kalau mengenai penetapan proses pingatan biasanya kami masyarakat
senaung prosesnya tidak macam-macam tidak banyak hal yang dikerjakan
saat proses pingitan, tidak ada proses yang aneh dari tradisi ini mereka
hanya di mintak untuk berdiam diri di dalam rumah selama waktu yang
telah disepakati, dan ada juga satu hari sebelum walimmah mereka
berpuasa, yang tujuanny sebagian masyarakat agar kita H aura mereka
terpancar, untuk waktunya yang mana sebagai orang tua lah yang
menyarankan kepada anak-anak kami yang hendak melakukan pernikahan
untuk melaksanakan pingitan itu, untuk waktu pingitan itu sendiri kami
serahkan kepada mereka, hal ini di karenakan ada anak yang harus
berkerja, dan tidak bisa untuk cuti berkerj adat pingitan merupaka suatu
hal yang baik dapat menjaga diri meraka dari perbuatan yang dilarang
oleh Allah.71
Bahkan seorang wanita yang berdiam diri dirumahnya menjadi dambaan
bagi setiap laki-laki. Pingitan sangat dianjurkan bagi seluruh wanita muslimah,
bukan hanya bagi mereka yang hendak melangsungkan perkawinan, seperti di
dalam al-qur‟an surah Ar-Rahman (55): 72 Allah berfirman:
حورمقصوراتفيالخيام
Artinya: “Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih di pingit dalam
rumah”
Hukum Islam memandang adat pingitan setelah pemingan di Desa
Senaung seperti apa yang Allah jelaskan dalam Al-Quran pada surat Al-Ahzab 33.
71
Wawancara dengan Usman, tokoh agama Desa Senaung, 21 Nopember 2019
53
Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias
dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul- Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya ”72
.
Hukum Islam memandang adat pingitan itu sendiri adalah boleh, karena
pada dasarnya wanita yang berdiam di dalam rumah menunjukan kemuliaannya
tidak mengumbar aurat dan tidak memperlihatkan dirinya dihadapan orang
banyak yang bisa menimbulkan mudhorat bagi dirinya, maka hendaklah wanita
itu punya rasa malu. Wanita yang berdiam diri dirumah menunjukkan kemuliaaan
dan kesuciannya teramasuk bentuk ketaatannya terhadap perintah Allah.
Jadi jika adat pingitan Desa Senaung kita tinjau melaui „urf, maka
menurut peneliti mengkategorikan adat ini termasuk pada „urf shahih adalah
kebiasaan yang berlaku di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nash (ayat
atau hadis), tidak menghilangkan kemaslahatan dan tidak pula membawa
kemudhoratan. Adat pingitan yang terjadi saat ini adalah kebiasaan yang telah
dikenal secara baik dalam masyarakat Desa Senaung dan kebiasaan itu sejalan
dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran Islam.
Hal tersebut sesuai dengan kaidah seperti berikut yaitu:
إ وا تعتبس ا لعا دة إ ذ ا ا ضطس او غلبت
Artinya :“Adat yang dianggap (sebagai pertimbangan hukum) itu hanyalah adat
yang terus menerus berlaku atau berlaku umum”
72
QS. Al-Ahzab (33): 33.
54
Lebih lanjut dijelaskan dalam kaidah:
لصالتعي با لعس ف كا لتعبي با
Artinnya :“Ketentuan berdasarkan „urf seperti ketentuan berdasarkan nash”
Telah dijelaskan pada pemaparan sebelumnya bahwa adat adalah suatu
aturan sosial yang sudah ada sejak zaman nenek moyang atau sesuatu yang
dikerjakan dan diucapkan secara berulang-ulang sehingga dianggap baik dan
diterima oleh akal sehat. Adat atau u‟rf yang telah diterima dan ditetapkan oleh
masyarakat secara umum bisa dikatakan sebagai suatu hukum yang wajib di
lakukan dan dalam Islampun tidak bertentangan serta diharapkan dengan adanya
ini, akan mendukung pembentukan hukum yang baru.
Kepercayaan masyarakat Senaung tentang musibah dan mitos-mitos yang
didapatnya karena tidak melakukan tradisi pingitan dan mendapatkan musibah,
tersebut masuk dalam katagori 'urf yang fasid (rusak/jelek) Ialah 'urf yang tidak
baik dan tidak dapat diterima, karena bertentangan dengan nash qath'iy (syara‟).
Dapat di katakan segala sesuatu yang mengarahkan dari mitos yang
masyarakat yakini mengarahkan seorang untuk menggantukan harapan kepada
selain Allah keyakinan di dalam adat pingit yang seperti ini merupakan perbuatan
syirik keji, perbuatan syirik ini tidak menjadikan keluar dari agama, akan tetapi
mengurangi tauhid, bahkan dapat mengantarkan kepada syirik besar.
Di dalam Islam, umat Islam diajarkan bahwa tidak ada kekuatan dan daya
melainkan kekuatan yang datang dari Allah, dengan keyakinan yang terdapat
dalam adat pingitan ini, mitos ini memastikan terjadinya kemudhoratan yang pasti
menimpa mereka yang melanggar ketentuan ketentua mitos yan masyarakat
55
percayai, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini, Allah
maha mengetahui baik yang tampak maupun ghaib. Pengetahuaan Allah maha
sempurna, semua yang terjadi di alam ini berada di dalam pengetahuan Allah,
baik sebelum maupun yang akan terjadi. Pengtahuan manusia sangat terbatas, akal
manusia tidak mampu mengetahui dengan pasti tentang pengetahuan Allah yang
menjangkau tentang roh yang ada di dalam diri kita, bagaimana datangnya, di
mana tempatnya, bagaimana bentuknya, bagaimana pula perginya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surah al-An‟am ayat (6):38 sebagai
berikut:
Artinya: “ dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-
sburung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat
seperti kamu tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam al-
kitab, kemudian kepada tuhan mereka dihimpunkan”.73
Menurut tafsir Al-Muyassar (kementerian agama Saudia Arabia) setiap
binatang yang bergerak dimuka bumi dan burung-burung yang terbang dilangit
dengan kedua sayapnya setiap jenis dari hewan-hewan tersebut memeliki
aturannya sendiri-sendiri, seperti perkembangbiakan cara hidup, interaksi,
makanan, dan segala urusan kehudipannya Allah-lah yang menciptakannya
sebagaimana dia menciptakan kalian, memberinya rezeki sebagaimana memberi
kalian rezeki, baik itu urusan-urusan kalian maupun hewan-hewan , yang mana
73 QS. Al-An‟am (6):38.
56
hal itu berada dalam ilmu dan takdir Allah yang meliputi segala sesuatu semua
telah tertulis di lauhul mahfudz.74
74
http://tafsirweb,com/2126-quran-surah-al-anam-ayat-38-html.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alhamdulillah berkat taufiq dan hidayah Allah SWT. Penulis Telah dapat
menyelesaikan bab demi bab dalam skripsi ini, maka sebagai kesimpulannya
dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
1. Proses penetapan adat pingitan setelah peminangan di desa Senaung
merupakan suatu tradisi yang dilakukan oleh mereka yang hendak
melangsungkan pernikahan atau setelah pertunangan, setelah melakukan
peminangan orangtua atau keluarga menyarankan pasangan pengantin
khususnya perempuan untuk melakukan pingitan. Selama masa pingitan calon
pengantin untuk tetap berada di rumah sampai walimatul‟ursy. Waktu untuk
melaksanakan pingitan ini beragam yaitu di mulai dari 3 bulan, 7 hari, 1 hari .
2. Pandangan masyarakat adat pingitan ini dilakukan untuk menjaga diri dari
balak, dan masyarakat mempercyai mitos-mitos di adat pingitan setelah
peminangan. Sebagian besar dari masyarakat tersebut menganjurkan untuk
melakukan tradisi pingitan tersebut dengan alasan untuk menjaga calon
pengantin agar terhindar balak melengkapi prosesi pernikahan agar lebih
sakral.
3. Ditinjauan dari segi hukum Islam terhadap tradisi pingit menjelaskan bahwa
adat pingit ini boleh (mubah) untuk dilakukan, karena tidak ada dalil yang
melarang hal ini dikarenakan wanita dalam pingitan menunjuka kemulian dan
kesucian dan menjauhi diri dari perbuatan zina. Tradisi pingit ini masuk dalam
58
4. kaidah fiqih yaitu „urf adat kebiasaan masyarakat yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan aturan hukum Islam. Akan tetapi yang melatar belakangi
masyarakat untuk melaksanakan pingitan ini yang mempercayai bahwa jika
tidak melaksanakan pingitan itu akan mendapat balak, seakan masyarakat
menggantungkan sesuatu kejadian ini pada adat pingitan bukan kepada Allah
SWT hal ini menjadikan adat ini „urf yang fasid (jelek/rusak).
B. Saran
Melalui skripsi ini penulis memberikan beberapa saran yang mudah-
mudahan dengan saran ini dapat dijadikan solusi dan masukan kepada pembaca
terutama bagi masyarakat Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten
Muaro Jambi.
1. Adat pingitan ini tidak hanya dilakukan terhadap mereka yang telah
bertunangan, akan tetapi pingitan ini juga berlaku untuk semua wanita yang
telah baliq, hal ini bertujuan agar dapat melindungi diri dari perbuatan zina
dan keji dan kepada pihak yang ingin melakukan adat pingitan diharapkan
mampu menahan diri mereka tidak bertemu dan mampu menjaga pandangan
dari yang bukan mahromnya sebelum dan setelah melakukan pertunangan
2. Hendaknya masyarak ttidak mempercayai hal-hal yang menyangkut mitos
yang ada yang ada di adat pingitan ini, yang bukan mahromnya sebelum dan
setelah melakukan pertunangan bukan hanya ketika setelah peminangan.
Karena semua yang terjadi di hidup ini telah allah atur di lakhul mahfudz.
59
3. Ijtihad menjadi suatu kepastian untuk kembali melahirkan hukum Islam yang
dinamis agar hukum Islam kembali menjadi pelopor adat dan budaya yang
menjadi rahmat bagi seluruh alam.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literature :
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2014
A. Dzauli, Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: Kencana, 2006.
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press,
1999.
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh jilid 2, Jakarta: Kencana, 2008
Baharuddin Ahmad dan IllyYanti, Eksistensi dan Implementasi Hukum Islam
di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,
2008.
Banguran Antonius Simanjuntak dan Soedjito Sosrodihardja, Metode
Penelitian Sosial (Edisi Revisi), Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014.
Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana, 2010.
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,
Bandung: Alfabeta, 2017.
Juliansyah Noor, Metode Penelitian, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosda karya, 2008.
Mardalis, Metode Penelitian, Jakarta: bumi Aksara, 1995.
MartimanProdjohamidjojo, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Karya
Gemilang, 2002.
Mohd. Idris Ramulyo, Asas-Asas Hukum Islam (Sejarah Timbul dan
Berkembangnya kedudukan Hukum Islam dalam sistem Hukum di
Indonesia), Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Sartia Effendi, M. Zein, Ushul Fiqih, Jakarta Kencana, 2008.
Soejono Soekanto, Hukum Adat Indonesia,Jakarta: Raja GrafindoPrasada,
2012.
Sulaiman Abdullah. Himpunan Materi Pembekalan Adat Istiadat Jambi Bagi
Ketua Lembaga Adat Kecamatan dan Para Pengurus Lembaga Adat
Kabupaten/Kota Dalam Provinsi Jambi AngkatanKe-VI dan VII, Jambi:
2006.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariah Press dan
Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, 2014.
Sartia Effendi, M. Zein, Ushul fiqih, Jakarta: Kencana, 2008.
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2006.
B. KaryaIlmiah, Tesisi, Skripsi Dan Jurnal
Lia Hikmarul Maula,“Pingitan Pernikahan Di Desa Sukoayar Kecamatan
Mojo Kabupaten Kediri”, Skripsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusantara
Persatuan Guru Republik Indonesia UN PGRI Kediri, 2016.
Ninik Nirma Zunita,“Kedududukan Tradisi Pingit Pengantin Study di Desa
Maduran, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan”. Skripsi
Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari‟ah,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2011.
Reficha, “Tradisi Pingit Pengantin Menjelang Akad Nikah Di Desa Urung
Kampung Dalam, Kecamatan Kundur Utara Dalam Prespektif Hukum
Islam”, Skripsi Mahasiswa Jurusan Al-SyakhsiyahFakultasSyari‟ah,
Unuversitas Islam NegeriSuska Riau, 2015.
Irkhamiyati, “Evaluasi Persiapan Perpustakaan STIKES „Aisyah
Yogyakartadalam Membangun Perpustakaan Digital,” Jurnal Berkala
Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, Vol. 13, No. 1 (Juni 2017)
Muhammad Subawaihi dan Mokhammad Baharun, 2017, “ Adat Pernikahan
Melayu Jambi Prespektih „Urf Dalam Ilmu Ushul Fiqh‟Vol 1 No 2.
Hlm. 167-168. Di Akses 10 November 2019
Sri Iswidayati, Fungsi Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Pendukungnya, Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni, Staf
Pengajarn Jurusan Seni Rupa, Fukultas Bahasa Dan Seni Universitas
Negeri Semarang Volume VIII No. 2 / Mei-Agustus-2007
C. Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam, Surabaya: Sinarsindo Utama, 2015.
D. Web dan Lain-lainya
http://tafsirweb.com/2126-quran-surah-al-anam-ayat-38-html.
LAMPIRAN LAMPIRAN
Wawancara dengan bapak Ramadhan Selaku Sekretaris Desa Senaung
Wawancara dengan Ibu Mascikah Selaku Masyarakat Umum Desa Senaung
Wawancara Dengan Ibu Halimah Selaku Masyarakat Umum Desa Senaung
Curriculum Vitae
A. Identifikasi Diri
Nama : Mastura
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempa, Tanggal Lahir :Jambi, 15 November 1997
Alamat : Jl. Kh Hasan Anang Rt.03 Kel. Olak
Kemang Kec. Danau Teluk Kota Jambi
No. Telp/HP : 089633318185
Nama Ayah : Warsono
Nama Ibu : Patmawati
B. Riwayat Pendidikan
Universitas : Universitas Islam Negeri STS Jambi, 2020
SMA/MA, Tahun Lulus : MA Swasta As‟ad Kota Jambi, 2016
SMP/MTs, Tahun Lulus : MTs As‟ad Kota Jambi, 2013
SD, Tahun Lulus : SD 3/IV Kota Jambi, 2010
MI, Tahun Lulus : MI As‟ad Kota Jambi, 2010
C. Pengalaman Pendidikan
Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Tahun
2017- 2018.
Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Tahun
2018- 2019.
Anggota Pramuka Racana Sulthan Thaha Saifuddin-Sri Soedewi UIN
STS Jambi Tahun 2017-2018