Adat Istiadat Masyarakat Jawa Tengah

8
Adat Istiadat Masyarakat Jawa Tengah Ada beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah. Mupu adalah salah satu di antaranya. Mupu berarti memungut anak. Tujuannya agar kelak juga dapat menyebabkan hamilnya ibu yang memungut anak. Pada saat si ibu hamil, jika mukanya tidak kelihatan bersih dan secantik biasanya, disimpulkan bahwa anaknya adalah laki-laki. Jika sebaliknya, maka anaknya perempuan. Pada saat usia kehamilan 7 bulan, diadakan acara nujuh bulanan atau mitoni. Pada acara ini disiapkan sebuah kelapa gading dengan gambar wayang Dewa Kamajaya (jika laki-laki akan tampan seperti Dewa Kamajaya) dan Dewi Kamaratih (jika perempuan akan cantik seperti Dewi Kamaratih), gudangan (sayuran) yang dibumbui, lauk lainnya, serta rujak buah. Ketika bayinya lahir, diadakan slametan, yang dinamakan brokohan. Pada brokohan ini biasanya disediakan nasi tumpeng lengkap dengan sayur dan lauknya. Ketika bayi berusia 35 hari, diadakan acara slametan selapanan. Pada acara ini rambut sang bayi dipotong habis. Tujuannya agar rambut sang bayi tumbuh lebat. Adat selanjutnya adalah tedak-siten. Adat ini dilakukan pada saat sang bayi berusia 245 hari. Ini adalah adat di mana sang bayi untuk pertama kalinya menginjakkan kaki ke atas tanah. Setelah si anak berusia menjelang 8 tahun, namun masih belum mempunyai adik, maka dilakukan acara ruwatan. Ini dilakukan untuk menghindarkan bahaya. Ketika menjelang remaja, tiba waktunya sang anak ditetaki atau dikhitan. Orang Jawa kuno sejak dulu terbiasa menghitung dan memperingati usianya dalam satuan windu atau setiap 8 tahun. Peristiwa ini

description

adat

Transcript of Adat Istiadat Masyarakat Jawa Tengah

Adat Istiadat Masyarakat Jawa Tengah

Ada beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah. Mupu adalah salah satu di antaranya. Mupu berarti memungut anak. Tujuannya agar kelak juga dapat menyebabkan hamilnya ibu yang memungut anak. Pada saat si ibu hamil, jika mukanya tidak kelihatan bersih dan secantik biasanya, disimpulkan bahwa anaknya adalah laki-laki. Jika sebaliknya, maka anaknya perempuan.

Pada saat usia kehamilan 7 bulan, diadakan acara nujuh bulanan atau mitoni. Pada acara ini disiapkan sebuah kelapa gading dengan gambar wayang Dewa Kamajaya (jika laki-laki akan tampan seperti Dewa Kamajaya) dan Dewi Kamaratih (jika perempuan akan cantik seperti Dewi Kamaratih), gudangan (sayuran) yang dibumbui, lauk lainnya, serta rujak buah.

Ketika bayinya lahir, diadakan slametan, yang dinamakan brokohan. Pada brokohan ini biasanya disediakan nasi tumpeng lengkap dengan sayur dan lauknya. Ketika bayi berusia 35 hari, diadakan acara slametan selapanan. Pada acara ini rambut sang bayi dipotong habis. Tujuannya agar rambut sang bayi tumbuh lebat.

Adat selanjutnya adalah tedak-siten. Adat ini dilakukan pada saat sang bayi berusia 245 hari. Ini adalah adat di mana sang bayi untuk pertama kalinya menginjakkan kaki ke atas tanah.Setelah si anak berusia menjelang 8 tahun, namun masih belum mempunyai adik, maka dilakukan acara ruwatan. Ini dilakukan untuk menghindarkan bahaya. Ketika menjelang remaja, tiba waktunya sang anak ditetaki atau dikhitan.

Orang Jawa kuno sejak dulu terbiasa menghitung dan memperingati usianya dalam satuan windu atau setiap 8 tahun. Peristiwa ini dinamakan windon.

Sumber:Serial Salam Sahabat Nusantara Jawa Tengah(ogi/Carapedia)

Pencarian Terbaru (100)

Adat istiadat jawa tengah. Adat istiadat jawa. Contoh adat istiadat. Adat jawa tengah. Adat istiadat suku jawa. Contoh adat. Tradisi masyarakat jawa.

Adat istiadat di jawa tengah. Adat istiadat suku jawa tengah. Makalah adat istiadat jawa. Contoh adat istiadat jawa tengah. Artikel adat istiadat jawa. Kebiasaan orang jawa. Adat istiadat masyarakat jawa tengah.

Macam macam adat istiadat jawa. Contoh artikel budaya jawa. Kebiasaan orang jawa tengah. Hukum adat jawa tengah. Adat istiadat daerah jawa tengah. Makalah adat istiadat. Contoh kebudayaan jawa tengah.

Makalah adat istiadat jawa tengah. Adat istiadat orang jawa. Tradisi masyarakat jawa tengah. Artikel upacara adat jawa tengah. Kebiasaan masyarakat jawa tengah. Artikel adat istiadat jawa tengah. Adat istiadat masyarakat jawa barat.

Kebudayaan suku jawa tengah. Tradisi orang jawa. Gambar adat istiadat. Contoh budaya jawa tengah. Kebudayaan suku jawa. Kebudayaan jawa. Artikel kebudayaan jawa.

Adat kebiasaan melahirkan. Kebudayaan masyarakat jawa tengah. Adat istiadat di jawa. Adat istiadat masyarakat jawa. Masyarakat jawa tengah. Adat kebiasaan suku jawa. Kebiasaan masyarakat jawa.

Adat istiadat jateng. Macam macam adat istiadat jawa tengah. Adat istiadat. Tradisi orang jawa tengah. Artikel adat istiadat. Contoh hukum adat jawa. Artikel budaya jawa.

Suku jawa tengah. Macam macam budaya jawa. Adat istiadat dari jawa tengah. Contoh adat budaya jawa. Kebiasaan adat jawa. Artikel adat istiadat jawa barat. Kebiasaan masyarakat jawa barat.

Adat budaya jawa tengah. Definisi adat istiadat. Adat istiadat yang ada di jawa tengah. Macam macam adat istiadat di jawa. Makalah budaya jawa tengah. Tradisi suku jawa tengah. Hukum adat di jawa tengah.

Adat suku jawa tengah. Artikel hukum adat di jawa barat. Adat istiadat orang jawa tengah. Macam macam adat istiadat jawa barat. Adat istiadat kebudayaan jawa. Artikel budaya jawa tengah. Hukum adat jawa.

Contoh hukum adat di jawa. Artikel tentang adat istiadat jawa. Adat orang jawa. Makalah kebudayaan jawa tengah. Contoh artikel tentang budaya jawa. Artikel tradisi masyarakat jawa. Pengertian adat jawa.

Contoh adat jawa tengah. Adat kebiasaan orang jawa. Adat istiadat budaya jawa. Sistem adat istiadat suku jawa. Adat istiadat pulau jawa. Contoh adat istiadat dan hukum adat. Makalah adat jawa.

Tradisi adat istiadat jawa tengah. Budaya dan adat istiadat jawa tengah. Istiadat jawa. Artikel hukum adat jawa. Makalah adat istiadat suku jawa. Contoh adat istiadat orang jawa. Adat kebudayaan jawa tengah.

Contoh tradisi masyarakat jawa. Contoh tradisi masyarakat. Artikel kebudayaan jawa tengah. Makalah tentang kebudayaan jawa tengah. Kebiasaan adat istiadat ibu hamil. Artikel budaya masyarakat jawa. Makalah hukum adat jawa tengah.

Tradisi adat istiadat jawa. Adat istiadat kebudayaan jawa tengah.

Adat Kebiasaan Menjamu Tamu &BertamuPosted on April 14, 2012 by bhayu

Saya orang Jawa. Penduduk Indonesia mayoritas orang Jawa. Jadi biasanya ke mana pun pergi, adat-kebiasaan Jawa mudah ditemui. Salah satu yang ternyata khas Jawa adalah keramahan dalam menjamu tamu. Saya baru sadar ini saat beberapa kali berinteraksi dengan mereka yang bukan orang Jawa.

No. Saya tidak bilang bahwa etnis saya paling top. Bukan. Ini cuma masalah adat kebiasaan saja yang terkadang membuat saya terkejut. Tentu saja terkejut karena berbeda. Namun, perbedaan ini bukan negatif karena kita kan ber-Bhinneka Tunggal Ika?

Sebagai contoh, saya sekitar dua pekan lalu berkunjung ke kantor rekan saya di daerah Jakarta Barat. Ia memang bukan berasal dari etnis Jawa. Dan selama berkunjung, mulai datang sampai pulang, saya tidak ditawari minum sama sekali. Padahal, kami berbincang-bincang di kantin karena kantornya kecil. Bahkan saat saya memesan minum sendiri pun, ia tidak tergerak untuk membayari. Jadi, saya membayar sendiri tanpa sepotong pun kata excuse dari si tuan rumah. Kejadian dengan etnis tersebut bukan pertama kali. Jadi, saya berkesimpulan bahwa memang kebiasaan etnis mereka itu ya seperti itu. Padahal, saat rekan saya itu berkunjung ke kantor saya, dia saya jamu habis-habisan. Inilah tindakan yang disebut lumrah oleh orang Jawa.

Ada lagi kebiasaan yang lucu menurut saya. Ini bukan masalah etnis, tapi sepertinya masalah strata ekonomi. Saat saya berkunjung kepada strata agak bawah, oleh-oleh dari saya malah disajikan lagi kepada saya. Lho, buat apa saya makan atau minum bawaan sendiri? Sebaliknya, kalau berkunjung ke strata atas, jarang saya disuguhi sesuatu. Biasanya, mereka sudah punya stok minuman kemasan sehingga pembantunya tak perlu membuatkan minum.

Itu baru adat kebiasaan dalam soal menyuguhi makanan dan minuman. Padahal, adat kebiasaan lain dalam soal bertamu juga banyak. Misalnya ada yang menganggap bahwa bertamu di saat malam tidak sopan. Ada pula yang kalau suaminya dapat tamu, istrinya tidak boleh ikut keluar atau menemui. Ini sih biasanya tergantung kebiasaan agama.

Nah, perbedaan adat kebiasaan saat menjamu tamu ini membuat saya harus waspada. Meneliti apakah orang yang saya kunjungi punya aturan khusus. Kalau berkunjung kepada orang yang strata atau kelas sosialnya lebih tinggi daripada kita, tentu harus membuat janji temu dulu.

Satu aturan dasar dari bertamu adalah, selalu komunikasikan dulu bahwa kita akan datang. Jangan sampai kita sudah jauh-jauh datang malah tidak bertemu. Bisa karena tujuan tidak di tempat atau malah ditolak. Berabe kan?

Tumplak Pujen, Tradisi Syukur Orang Tua dari Tanah Jawa

Tumplak pujen adalah tradisi yang dilakukan ketika orang tua sudah berhasil menyekolahkan dan menikahkan seluruh anaknya.

Tradisi atau adat Jawa sangat kental dengan nilai dan falsafah hidupnya. Perayaan tradisi bukan hanya mengingatkan hubungan antara orang Jawa dengan Tuhan, tapi juga relasi antar manusia, dan manusia dengan alamnya.

Lantas, hubungan antar manusia terasa akrab dalam satu garis keluarga. Tradisi tumplek pujen menjadi contoh selebrasi rasa syukur atas keberhasilan orang tua dan generasi penerusnya.

Tumplak pujen adalah tradisi yang dilakukan ketika orang tua sudah berhasil menyekolahkan dan menikahkan seluruh anaknya. Tradisi ini cukup unik karena orang tua akan memberikan sabdatama atau titah terakhir kepada mereka.

Sabdatama berisi petuah-petuah baik seperti percaya kepada Tuhan, rukun, keuletan dalam bekerja, menjunjung tinggi derajat orangtua, keikhlasan memberikan sesuatu, serta kewaspadaan.

Sesepuh Desa Kaliwungu, Semarang, Jawa Tengah, Darmo Mulyono mengatakan tradisi ini dilakukan sejak zaman Mataram. Ketika orangtua memberikan sabdatama, satu per satu anak dari anak tertua hingga terakhir, memberikan sungkem di lutut orang tua.

"Bila orangtua sudah meninggal akan digantikan dengan kerabat mereka," katanya, Jumat (6/7) di sela-sela tradisi tumplak pujen di Desa Kaliwungu.

Usai sabdatama, proses selanjutnya adalah orang tua memecah tanah liat yang berisi beras kuning dan uang receh. Menurut Darmo, prosesi ini menyimbolkan ketuntasan orang tua memberikan rejeki kepada anaknya. Kemudian, masing-masing anak pun mendapatkan sebuah wadah yang berisikan padi, beras, dan jagung.

Menurut orang Jawa, isi wadah tersebut diharapkan dapat memberikan rezeki serta kesuksesan pada keluarga mereka. Sementara itu, bagi warga desa yang diundang biasanya akan memberikan sumbangan berupa beras atau uang. Sumbangan beras memberikan makna yang lebih karena menunjukkan keberhasilan pangan mereka.

"Biasanya ketika orang desa sedang hajatan, sumbangan yang diberikan adalah timbal balik dari sumbangan yang pernah diberikan. Misalnya dulu saya menyumbang beras tiga kilogram, maka saya harus mengembalikan beras tiga kilogram kembali kepada yang memberikan," ungkap Darmo.

Dalam tradisi ini, kesenian wayang juga biasanya ditampilkan. Kata Darmo, kesenian wayang tidak bisa ditinggalkan karena memiliki falsafah hidup yang bagus. "Tradisi tumpak pujen saat ini masih berakar kuat. Tradisi ini harus dilestarikan agar tidak punah di masa mendatang," katanya.

Suwardi, yang baru saja melaksanakan tradisi ini mengaku bahwa ini tidak hanya sekedar prosesi. Dari tradisi ini, Suwardi sebagai bapak bisa menularkan sabdatama orangtuanya kepada anak-anak dan cucunya. "Falsafah hidup Jawa banyak mengajarkan tentang kebaikan. Saya berharap, anak-anak saya nanti dapat berbuat kebaikan dan diberi kelancaran dalam berbagi hal," kata Suwardi.(Olivia Lewi Pramesti)

TumplakPunjen

1. Pengertian

Pada mantu terakhir dilaksanakan acara tumplak punjen, Tumplak artinya tumpah ( keluar semua ) karena wadah di tumpahkan, Ditumplak artinya di tumpahkan, di keluarkan semua ( Poerwadarminta, 1939 : 614 ). Punjen artinya di panggul, yang dipanggul adalah tanggung jawab, yakni tanggung jawab orang tua terhadap anak, Tumplak Punjen artinya semua anak dipunji ( menjadi tanggung jawab orang tua ) setelah di mantuka ( ditumplak ), upacara ini dilakukan pada mantu terakhir oleh orang tua mempelai wanita dengan cara menumpahkan punjen ( pundi-pundi ) yang berisi peralatan tumplak punjen.

2. Tujuan dan makna

Tujuan dan makna upacara tumplak punjen adalah sebagai berikut :

Menyampaikan syukur kepada Tuhan YME karena telah dapat menuntaskan kewajiban orang tua untuk menikahkan putri-putrinya.

Memberitahukan kepada kerabat bahwa tugas untuk menikahkan putrid-putrinya telah selesai.

Memberitahukan kepada anak bahwa tugas orang tua sudah selesai.

Menunjukan cinta kasih orang tua kepada anak-anak dan cucu-cucunya.

Sungkeman seluruh putra dan putrinya menunjukan bakti anak kepada orang tuanya.

Memberikan contoh kepada anak cucu untuk suka berdherma kepada sesame, apabila ada kelebihan rizki atau harta.

Harapan orang tua agar anak cucunya diberikan kebahagiaan, keceriaan, kesehatan dan kelebihan ( cukup sandang dan pangan ).

3. Pelaksanaan

Tumplak Punjen di laksanakan sebelum acara mapag besan / metuk besan ( menjemput besan ), tata cara upacara tumplak punjen adalah sebagai berikut :

1. Salah seorang anak yang mewakili menyampaikan pernyataan atau sambutan yang ditujukan kepada bapak dan ibunya.

2. Bapak ibu memberikan jawaban.

3. Kemudian dilaksanakan sungkem / sembah di mulai dari anak yang tertua hingga pengantin ( anak yang terakhir ), suami istri ( semua mantu cucu dan cicit ) semua melaksanakan sungkem kepada bapak ibunya.

4. Ketika sungkem, biasanya orang tua / bapak ibu memberikan kampil-kampil kecil berisi biji-bijian, beras kuning, empon-empon, bunga sritaman / triwarna dan uang, boleh juga ditambah dengan hadiah / parsel yang lebih berharga lainya.

5. Setelah sungkeman selesai, bapak dan ibu menyebar peralatan tumplak punjen yang berada dalam bokor yang biasanya berisi biji-bijian ( beras kuning, kedelai, jagung, empon-empon ) bunga triwarna, dan uang receh maupun uang kertas, bapak ibu seperti menyebar udhik-udhik dan semua anak, mantu dan cucu, serta hadirin boleh berebut mengambil sebaran undhik-undhik tersebut, dan bapak ibu harus menyisakan isi bokor atau undhik-undhik di dalam bokor sebagai syarat tumplak punjen untuk anak terakhir.

6. Setelah selesai menyebar udhik-udhik, sisa udhik-udhik di tumplak di depan pelaminan / di depan tempat duduk pengantin.

7. Selesai.