Adab Menuntut Ilmu

download Adab Menuntut Ilmu

of 13

description

agama

Transcript of Adab Menuntut Ilmu

Adab Menuntut IlmuRasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menerangkan tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada orang lain.By Zulfa Sinta Filavati April 13, 2015 124 3imagesBismillahirrahmaanirrahim

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menerangkan tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada orang lain.

Berikut diantara adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang menuntut ilmu syari,

Pertama, Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu

Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Taala dan seseorang tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah:5)

Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang menuntut ilmu syari yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat. (HR. Ahmad)

Kedua, Rajin berdoa kepada Allah Taala, memohon ilmu yang bermanfaat

Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Taala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepadaNya.

Rasulallah shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Taala dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak kaum Muslimin yang justru mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam ilmu hukum sekuler, dan lainnya.

Ketiga, Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu

Dalam menuntut ilmu syari diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam barsabda, Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya. (HR. Al-Baihaqi)

Keempat, Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Taala

Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Taala.

Kelima, Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu

Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.

Imam Mujahid mengatakan,

Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong (HR. Bukhari secara muallaq)

Keenam, Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru

Allah Taala berfirman, sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS. Az-Zumar: 17-18)

Ketujuh, Diam ketika pelajaran disampaikan

Ketika belajar dan mengkaji ilmu syari tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syari yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah Taala berfirman, dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Araaf: 204)

Kedelapan, Berusaha memahami ilmu syari yang disampaikan

Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di hadaapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalama. Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, tidak membaca satu kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama, mengulang pelajaran setelah kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

Kesembilan, Menghafalkan ilmu syari yang disampaikan

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya (HR. At-Tirmidzi).

Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Taala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam. Maka kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Kesepuluh, Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan

Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits dan perkataan para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ikatlah ilmu dengan tulisan (HR. Ibnu Abdil Barr)

Kesebelas, Mengamalkan ilmu syari yang telah dipelajari

Menuntut ilmu syari bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri. (HR Ath-Thabrani)

Kedua belas, Berusaha mendakwahkan ilmu

Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita, Allah Taala berfirman, Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahriim: 6).

Hal yang harus diperhatikan oleh penuntut ilmu, apabila dakwah mengajak manusia ke jalan Allah merupakan kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, seorang dapat berdakwah dan kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan demi sempurnannya dakwah, ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal. Syarat dakwah:

Aqidah yang benar, seorang yang berdakwah harus meyakini kebenaran aqidah Salaf tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma dan Shifat, serta semua yang berkaitan dengan masalah aqidah dan iman.Manhajnya benar, memahami Al-quran dan As-sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih.Beramal dengan benar, semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba (mengikuti) contoh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tidak mengadakan bidah, baik dalam itiqad (keyakinan), perbuatan, atau perkataan.***

[Zulfa Sinta Filavati]

Referensi:Adab & Akhlak Penuntut Ilmu karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Artikel muslimah.or.id

Menuntut Ilmu, Pelajari Adab DuluIlmu dan adab tidaklah dapat dipisahkan, seorang penuntut ilmu harus beradab ketika menerima ilmu dari gurunya, beradab terhadap gurunya, beradab dengan teman-temannya, bahkan beradab terhadap buku yang dia pelajariBy Muhammad Sanusin 10 June 2014 2 3889 4kitabIlmu dan adab tidaklah dapat dipisahkan, seorang penuntut ilmu harus beradab ketika menerima ilmu dari gurunya, beradab terhadap gurunya, beradab dengan teman-temannya, bahkan beradab terhadap buku yang dia pelajari.

Ibunya Imam malik rahimahumallah, sangat memahami, ketika berkata kepada anaknya yang masih kecil, Imam Malik kecil ketika akan mendatangi gurunya, ulama Madinah saat itu, Rabiah Ar-rayi rahimahullah.

Sang Ibu tidak berkata kepada anaknya, belajarlah ilmu banyak-banyak sehingga engkau menjadi ulama. Dengarkan apa yang dikatakan sang ibunda kepada anaknya, Ambillah adabnya, sebelum engkau mengambil ilmu darinya.

Adab didahulukan dari ilmu, karena dengan beradab kita meraih ilmu. Hasilnya, tidak tanggung-tanggung. Imam Malik, siapakah yang tidak tau tentangnya ? Ternyata apa yang dilakukan oleh Ibundanya Imam Malik adalah praktek dari firman Allah taala ketika ingin mengajari Nabi Musa alaihissalam.

Di dalam surat Thaha ayat 11 sampai 14 sangat jelas tentang hal itu, sebelum Allah taala mewahyukan kepada Nabi Musa alaihissalam bahwa Dia Allah yang Tiada Ilah (Tuhan yang berhak disembah) selain Dia.Allah taala berfirman kepadanya,

Lepaskan kedua alas kakimu, sesungguhnya engkau sedang berada di lembah suci Tuwa (QS. Thaha 12).

Sebelum menerima wahyu, Allah taala mengingatkan Nabi Musa alaihissalam akan sebuah adab, melepas alas kaki di lembah suci Thuwa. Inilah adab sebelum menerima ilmu

Setelah kita mengetahui cerita Nabi Musa alaihissalam, dan juga kisah Imam Malik dan ibunya, sedikit saya ceritakan kisah saya sendiri. Suatu hari saya memasuki masjid Nabawi, tiba-tiba ada yang menegur saya, Tangan kanan!. Ada apa dengan tangan kananku, atau ada yang salah dengan tangan kiriku ?

Akupun sadar kalau ditangan kananku ada sepasang sandal, ditangan kiri ada kitab dan mushaf Al-QuranOh aku sadar, kalau bapak itu sedang mengajari aku sebuah adab.

Dan itu terjadi berulang kali, mungkin karena lupa atau karena kebiasan yang perlu waktu untuk proses perubahan. Setiap kali saya melewati pintu itu, dan saya melihat kepadanya, saya langsung melihat tangan kanan dan kiri saya. Apakah sudah benar tangan saya beradab dengan Mushaf Al-Quran dan kitab ilmu?

Terima kasih guruku, engkau telah mengajari aku adab yang aku lupa darinya.

Penulis: Ustadz Muhammad Sanusin, Lc.Artikel Muslim.Or.Id

makalah akhlak dalam menuntut ilmu

Posted on May 17, 2013 by khafidhotulamaliahBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangIslam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agama sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia. Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana akhlak dalam menuntut ilmu sebagai seorang muslim?2. Bagaimana metode yang baik dalam menuntut ilmu?3. Bagaimana tentang adab dalam menuntut ilmu?4. Bagaimana deskripsi tentang orang yang akan memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu?

C .Tujuan1. Memberikan penjelasan tentang aklak dalam menuntut ilmu sebagai seorang muslim.2. Memberikan penjelasan tentang metode yang baik dalam menuntut ilmu.3. Memberikan penjelasan tentang adab dalam menuntut ilmu.4. Memberikan deskripsi tentang orang yang akan memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Ahklak Muslim dalam menuntut ilmuAllah swt Berfirman :

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat. (Al-Mujaadilah:11)

Di dalam Al Quran diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai kehidupan akhirat. Ada sebuah pepatah arab mengatakan :

Uthlubu al-ilma min al-mahdi ila al-llahdi artinya : tuntutlah ilmu dari buaiyan samapai keliang lahat.Allah swt menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu karena ilmu itu memang sangatlah penting seperti yang difirmankan allah swt pada ayat diatas dengan ilmu derajat kita akan terangkat baik dimata allah ataupun dimata manusia. Baik atau buruk nya sebuah ilmu bukan karena i8lmunya melainkan karena niat atau tujuan sipemilik ilmu, Ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau dimiliki oleh orang jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok atau mencuri. Tetapi jika dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa digunakan untuk memotong hewan qurban, mengiris bawang atau membelah ikan.

2.2 metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmuDi bawah ini merupakan metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah1. Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan.2. Selalu minta restu dan ridho orangtua.3. Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari suasana hati. Ingatlah bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.4. Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik antara murid dan guru.5. Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.6. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian hidup.Jikalau sudah memiliki ilmu maka kita diwajibkan untuk mengamalkannya karena ini merupakan sebuah syarat dari kesempurnaan kita dalam menuntut ilmu dan salah satu amalan yang tidak terputus sampai kita mati adalah ilmu yang bermanfaat. Sebagai mana nabi kita Muhammad saw bersabda: : Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendoakannya. (HR. Muslim )..

2.3 Adab Menuntut IlmuA. Adab murid kepada guru menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru jujur dan setia bersama guru bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya selalu berusaha menyenangkan hati guru memanggil guru dengan panggilan yang disukainya berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan kepada mereka tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya tidak terbahak-bahak di depan guru tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru selalu duduk dalam sikap sopan berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guruKeberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhialluanhu berkata, aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf . Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu. Subhanallah begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.

B. Adab murid kepada sesama murid menghormati dan memuliakan sesama murid dengan tulus dan ikhlas hendaknya memberikan nasehat kepada sesama murid dengan kerendahan hati dan bebas dari kesombongan ( amar maruf nahi munkar ) selalu berbaik sangka kepada sesama murid dan tidak mencari-cari keburukan mereka tidak menyakiti hati sesama murid hendaknya menerima permintaan maaf sesama murid apabila mereka memintanya selalu membantu sesama murid dalam suka maupun duka bersikap rendah hati dan santun kepada sesama murid tidak meminta menjadi pemimpin mereka, hanya menjadi sesama saudara dengan mereka lapang dada dalam perbedaan pendapat yang mungkin terjadi di antara sesama muridC. Adab murid kepada pelajaran niat yang ikhlas karena Allah ketika memulai belajar diniatkan bahwa belajar ( menuntut ilmu ) itu untuk menghilangkan kebodohan diri dan orang lain di lingkungannya menghormati dan memuliakan buku pelajaran ( kitab ) dengan tulus dan ikhlas menjaga kebersihan dan kerapihan buku pelajaran ( kitab ) meletakkan buku pelajaran ( kitab ) di tempat yang baik dan terhormat tekun dan kontinyu dalam memahami pelajaran ( ilmu ) membiasakan diri menghafal pelajaran dan menjaga hafalan selalu menulis atau mencatat pelajaran ( ilmu ) yang diperoleh meneliti sumber dan isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab bersikap adil terhadap isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab menjauhkan sifat malu yang berlebihan dalam proses memahami suatu pelajaran atau ilmu2.4 Deskripsi tentang orang yang akan memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmuBeberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:1. taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.2. tidak berbuat maksiat3. memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)4. memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)5. memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)6. sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)

BAB IIIKESIMPULAN3.1KesimpulanIslam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.Rasulullah saw bersabda: Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik) Ilmu tanpa amal/praktek bagaikan pohon yang tidak berbuah.3.2 SaranKita sebagai golongan terpelajar jangan hanya menjadikan kitab-kitab atau buku-buku pelajaran sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah kita baca,memaknai, dan ditafsiri dengan baik dan selanjutnya di amalkan dengan segenap kemampuan.Dan kiranya makalahg kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan dan mengingatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.

DAFTAR PUSTAKAHadisaputra ihsan .1981.Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya . Surabaya ; Al Ikhlashttp://putrariau02.blogspot.com/2013/04/akhlak-seorang-muslim-dalam-menuntut.html diakses tanggal 4 mei 2013 yogyakarta