Acara II - Kromatografi Kertas
-
Upload
yossy-ayuliansari -
Category
Documents
-
view
777 -
download
25
Transcript of Acara II - Kromatografi Kertas
ACARA II
KROMATOGRAFI KERTAS
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi adanya kation Ag+, Hg22+, Pb2+ dalam suatu campuran larutan.
Hari,Tanggal Praktikum
Sabtu, 7 Mei 2011
Tempat Praktikum
Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Kromatografi kertas merupakan bentuk kromatografi yang paling sederhana,
mudah dan murah. Jenis kromatografi ini terutama banyak digunakan untuk identifikasi
kualitatif walaupun untuk analisa kuantitatif juga dapat dilakukan. Dalam fasa diam,
kromatografi berupa air yang terikat pada selulosa kertas sedangkan fasa organiknya
berupa pelarut organic non polar ( Soebagio, 2002 : 85 ).
Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat
untuk mengalirkan fase bergerak. Berbagai macam tempat kertas secara komersil tersedia
adalah Whatman 1,2, 31 dan 3MM. Kertas asam asetil, kertas kieselguhr, kertas silikon
dan kertas penukar ion juga digunakan. Kertas asam asetil dapat digunakan untuk zat-zat
hidrofobik. Untuk memilih kertas yang menjadi pertimbangan adalah tingkat
kesempurnaan pemisahan, difusitas pembentukan spot, efek tailing dan pembentukan
komet serta laju pergerakan untuk teknik descending (Khopkar, 2008).
Pada kromatografi menurun pada fase gerak dibiarkan merabat turun pada kertas.
Kertas tersebut digantung dalam bejana antisifon yang menahan ujung atas kertas di
dalam bak pelarut (Anonim, 1995).
Pada kromatografi kertas yang menarik, kertas iyu digantung dari atas ruangan
agar kertas tersebut tercelup ke dalam larutan yang ada di dasar ruangan, dan pelarut akab
merangkak naik di selurug bagian kertas secara perlahan-lahan akibat dari kapilaritas.
Pada bentuk yang menurun, kertas dikaitkan pada sebuah cawan yang mengandung
pelarut yang terleltak di atas ruangan , dan pelarut bergerak ke bawah karena adanya
kapilaritas yang dibantu gravitasi. Pada kasus yang sukses, zat terlarut dari campuran
yang asli akan bergerak di sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda-beda,
membentuk sederet noda yang terpisah. Jika senyawa tersebut berwarna, tentu saja nod a
tersebut dapat terlihat. Jika tidak ada, noda-noda tersebut harus ditemukan dengan cara
lain. Beberapa senyawa berpendar, dalam kasus ini noda-noda dapat dilihat pada saat
kertas diletakkan di bawah lapu ultraviolet (Underwood, 1999).
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan
mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas
saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang
kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan ke dalam.
pelarut polar yang mengisi dasar wadah. Fasa mobile ( pelarut ) dapat saja beragam. Air,
etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan (Munzil, 2002 : 85 )
Suatu zat pengkhelat yang sangat penting untuk ekstraksi pelarut dari ion logam
adalah difeniltiokarbazon atau ditizon. Ditizon dan khelat logamnya sangat tak dapat larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut semacam kloroform dan karbotetraklorida. Larutan
reagensia itu sendiri adalah hijau tua, merah jingga, kuning atau rona lain bergantung
pada ion logamnya, logam yang membentuk ditizon antara lain Mn, Fe, Co, Ni, Zn, Pd,
Ag, Cd, In, Sn dan Pb. Konsentrasi khelat dalam ekstrak logamnya normalnya ditetapkan
dengan Spektrofotometris ( Underwood, 1982 : 463 ).
Kromat logam biasanya adalah zat-zat padat berwarna, yang menghasilkan larutan
kuning bila dapat larut dalam air. Kelarutan kromat dari logam alkali dan dari kalsium
serta magnesium larut dalam air. Stronsium kromat larut sangat sedikit, kebanyakan
dikromat larut dalam air seperti natrium kalium. Kelarutan iodide adalah serupa dengan
klorida dan bromide. Perak merkurium (I), (II), tembaga (I) dan timel iodide, PbI 2 yang
larut dalam air panas yang banyak dengan membentuk larutan tak berwarna dan ketika
didinginkan menghasilkan keeping-keping yang kuning keemasan (Svehla, 1985 : 351,
385 ).
Pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya merupakan masalah penting dari pekerjaan di laboratorium kimia. Untuk itu,
kemurnian bahan atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapat
dianalisis dengan benar. Kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi
juga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari
kuantitas material. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada
campuran bahan adalah kromatografi (Putra, 2004).
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis depan
pengembang. Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-
nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan:
Rf =Jarak (cm) dari garis awal ke pusat zona
Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan
(pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona.
Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan
menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona
itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-
noda standar (Khopkar, 2008).
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT PRAKTIKUM
1. Pipet Kapiler
2. Plat Tetes
3. Pipet tetes
4. Penggaris
5. Chamber + tutup
6. Botol penyemprot.
BAHAN PRAKTIKUM
1. Larutan Ag+ Sampel
2. Larutan Ag+ standar
3. Larutan Hg22+ Sampel
4. Larutan Hg22+ standar
5. Larutan Pb2+ Sampel
6. Larutan Pb2+ standar
7. Kertas Whatman
8. CH3COOH glacial
9. Ditizon 0,5 % dalam kloroform
10. Larutan KI 0,05M
11. Larutan K2Cr2O7
12. Kertas Label
13. Tissue
D. SKEMA KERJA
Kertas kromatografi kolom
(kertas saring Whatman ukuran 20 cm x 15 cm)
Ditandai dengan pensil patas atas 3cm dan batas bawah
1,5cm (untuk 3 kertas kromatografi).
Ditotolkan larutan standar (kanan) dan larutan sampel
(kiri) (masing-masing ditengah kolom). Gunakan pipa
kapiler dalam proses pentotolan.
Hasil Penetesan diamati
Kromatografi Kertas (yang sudah ditotol)
Dimasukkan dalam larutan pengembang ( CH3COOH
glassial.
Dibiarkan perambatan sampai garis atas.
Hasil
Diangkat dan dikeringkan di udara terbuka (3kertas
Kromatografi.
Bagian I Bagian II Bagian III
Ag+ Hg2+ Pb2+
Disemprotkan Disempotkan Disemprotkan
Ditizon 0,5% larutan KI larutan K2CrO4
dlm kloroform
Hasil
Hasil
Msing-masing kertas dikeringkan
Ditanda noda.
Hasil
Ditentukan harga Rf standar dan sampel
Ditentukan kation yang terdapat dalam sampel
Hasil dicatat
E. HASIL PENGAMATAN
Pb2+ Ag+ Hg+
Keterangan :
Kertas Kromatografi Ag+ disemprot dengan ditizon : Warna menjadi coklat, dapat
terlihat spot dengan jelas yang berwarna merah ke orangean
Jarak spot sampel : 6,5 cm
Jarak tempuh eluen sampel : 8,8 cm
Kertas Kromatografi Hg22+ disemprot dengan KI : Warna putih ,tidak terlihat adanya
spot .
Kertas Kromatografi Pb2+ disemprot dengan K2CrO4 : Warnanya kuning, tidak terlihat
adanya spot
F. ANALISIS DATA
1. Gambar Chamber
Penjelasan mengenai proses:
Berikut adalah beberapa teknik yang bisa dilakukan ketika kita akan menganalisis atau
mengidentifikasi suatu sampel menggunakan teknik kromatografi kertas (seperti yang
ditunjukkan gambar) :
1. Pada kolom, misalnya dtandai dengan kolom 1 dan 2 masing-masing ditotolkan
larutan standar dan sampel pada tanda yang sudah diberikan. Tentunya pada kolom
ini diberikan batas atas dan bawah, hal ini bertujuan untuk memudahkan kita
mengamati sampai mana batas pergerakan eluen
2. Eluen yang digunakan pada percobaan ini adalah asam asetat glasial, alasan
menggunakan asam asetat glasial karena asam ini merupakan asam organik dan
biasanya yang digunakan sebagai eluen adalah pelarut organik, selain itu asam
asetat merupakan pelarut yang bersifat polar.
3. Eluen harus dijenuhkan dengan menutup rapat chamber (seperti pada gambar).
Sebenarnya yang dijenuhkan adalah udara dalam chamber tersebut adapun alasan
penjenuhan tersebut adalah untuk menghentikan penguapan pelarut.
4. Setelah eluen terjenuhkan, kromatografi kertas yang sudah ditetesi larutan yang
akan diuji dimasukkan ke dalam chamber berisi eluen kemudian chamber kembali
ditutup. Ketika memasukkan kertas tersebut harus dilakukan dengan hati-hati, eluen
tidak boleh mengenai atau tinggi eluen tidak boleh melewati batas bawah (tempat
penotolan sampel), hal ini bertujuan agar perambatan eluen beserta sampel benar-
benar bisa teramati dari titik mulainya.
5. Pengamatan dilkukan sampai pergerakan eluen melewati batas atas yang telah
ditentukan.
6. Nilai Rf bisa ditentukan dengan perbandingan jarak spot dengan jarak tempuh
eluen.
2. Persamaan Reaksi
Hg2
2+ + 2I- Hg2I2
S C
NH NH
N N
+ Ag+
S C
NH N
N N
Ag + H+
Ditizon
Ag Ditizon
Jika disemprotkan KI Berlebih : akan terjadi reaksi disproposionasi
HgI2 + 2 I- [HgI]42- + Hg
Pb2+ + CrO42- PbCrO4
3. Perhitungan Rf
Rf untuk Ag+ Standar
Rf =
= 6,5/8,8
= 0,74
G. PEMBAHASAN
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan
mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas
saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang
kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam
pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol,
asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.
Kromatografi kertas adalah kromatografi atau pemisahan komponen-komponen
zat dari cmpuran berdasarkan distribusi cair-cair. Pemisahan kromatografi dapat
berlangsung menggunakan fase cair tunggal dengan proses yang sama dengan
kromatografo adsorpsi dalam kolom.Oleh karena itu kandungan air pada kertas, atau
inhibsi selektif dari komponen hidrofilik fase cair oleh serat kertasnya, dapat dianggap
sebagi fase diam. Pada analisa kromatografi kertas, molekul komponen sebagian
terdistribusi dalam zat cair yang polar yang mudah teradsorbsi oleh kertas dan sebagian
komponen terdistribusi dalam eluen yang akan mengalir naik ke ujung kertas bagian atas.
Komponen suatu senyawa yang akan dianalisa dapat dipisahkan dan dibedakan dengan
harga Rf-nya.
Pada praktikum kali ini akan di identifikasi adanya kation Ag+, Hg22+, Pb2+ dalam
suatu campuran larutan. Dalam prosesnya, komponen-komponen yang akan dipisahkan
untuk ditentukan dalam metode kromatografi kertas ini terdistribusikan di antara 2 fasa.
Salah satunya merupakan lapisan stasioner dengan permukaan luas dan fasa yang lain
merupakan zat alir yang mengalir lambat sepanjang fasa stasioner itu. Pemilihan kertas
yang nantinya akan dicelupkan ke dalam larutan pengembang atau eluen, yang dijadikan
sebagai pusat pertimbangan adalah tingkat kesempurnaan pemisahan. Difusitas
pembentukan spot, efek tailing dan pembentukan komet serta laju pergerakan untuk
teknik descending. Hal ini bergantung pada jenis eluen yang digunakan yang merupakan
factor terpenting dalam proses pemisahan.
Dalam kromatografi ini, kation Ag+, Hg22+, Pb2+ akan didefinisikan dalam suatu
campuran. Dimana di siapkan masing-masing larutan sampel dan larutan standar. Dimana
nantinya larutan sampel akan di bandingkan dengan larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya sebelumnya. Untuk kolom 1 dan 2 larutan sampel dan standarnya adalah
Pb+. Untuk kolom 3 dan 4 larutan sampel dan standarnya adalah Ag+ dan untuk kolom 5
dan 6 larutan sampel dan standarnya Hg22+.
Larutan sampel dan larutan standar ditotolkan dengan menggunakan pipa kapiler
pada kertas kromatografi yang telah ditentukan diameternya, dan tempat penotolan
diposisikan pada bagian tengah diameter, hal ini bertujuan agar suatu larutan sampel
dapat terserap dengan maksimal sehingga nantinya spot yang dihasilkan akan menjadi
lebih jelas dan hasil pengamatan yang diperoleh optimal. Selanjutnya dilakukan
pencelupan, kertas kromatografi yang sudah di totolkan dimasukkan ke dalam chamber
yang sudah berisi eluen sebagai fase geraknya yang sudah dijenuhkan dengan cara
chamber ditutup dan dipastikan bahwa atmosfer dalam chamber terjenuhkan dengan uap
pelarut. Penjenuhan eluen bertujuan agar eluen tidak menguap dan tidak mengalami
kontak dengan udara luar sehingga diperoleh hasil yang masimal. Eluen yang digunakan
pada proses ini yaitu asam asetat galsial dengan perbandingan 1:1.
Setelah diamati, dapat terlihat bahwa kecepatan larutan untuk naik hingga batas
yang telah ditentukan sebelumnya berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya
perbedaan sifat dari larutan yang digunakan, baik mengenai kepolarannya maupun dari
sampel yang di totolkan pada kertas kromatografi. Selain itu daya kapilaritas yang
dimiliki juga mempengaruhi perambesan larutan kedalam kertas kromatografi. fasa gerak
berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang
kolom kapiler.
Setelah eluen berhasil mencapai batas yang telah di tentukan, kertas kromatografi
dikeringkan agar zat-zat yang teah terpisah dapat terserap dengan baik dan optimal dan
dapat terbentuk spot yang diinginkan. Setelah dilakukan pengeringan, kertas
kromatografi siap di semprotkan dengan pelarut yang telah ditentukan untuk maisng-
masing sampel, untuk Ag+ disemprotkan dengan ditizon 0,5%, dan Hg+ disemprotkan
dengan KI, dan untuk Pb2+ disemprotkan dengan K2Cr2O4. Karena apabila dialakukan
penyemprotan dalam keadaan kertas kromatografi masih basah maka spot yang semula
telah terbentuk menguap dan menghilang atau terjadi peyerapan zat yang terpisah
menjadi tidak merata. Tujuan penyemprotan ini antara lain adalah untuk memperjelas
spot yang masih belum terlihat jelas. Proses identifikasi yang dilakukan merupakan uji
warna, karena uji warna merupakan alternative lain untuk membuktikan adanya kation
pada kertas kromatografi. Penyemprotan dengan ditizon 0,5% menghasilkan kertas
lromatografi yang berwarna coklat, dapat terlihat spot dengan jelas yang berwarna merah
ke orangean. Ini membuktikan bahwa spot pada Ag terbentuk. Spot Ag terbentuk pada
kertas kromatografi yakni kolom standar. Jarak spot standar Ag adalah 8,8 cm,
sedangkan jarak spot sampel 6,5 cm. Pada kolom 3 dan 4 disemprotkan larutan KI dan
hasilnya adalah warna putih ,tidak terbentuk spot. Pada kolom 5 dan 6 disemprotkan
K2CrO4 warnanya kuning, namun tidak terbentuk adanya spot. Hal ini dapat terjadi akibat
adanya beberapa faktor, pertama dari segi penotolan yang kemungkinan jumlah larutan
standard dan sampel yang terlalu sedikit, selain itu dari segi eluennya, bisa saja eluen
yang digunakan kurang cocok dengan zat yang diuji. Selanjutnya kurangnya penjenuhan
sehingga pergerakan eluen yang mengangkut sampel kurang maksimal. Penyebab lainnya
adalah ketika proses penyemprotan, penyemprotan dilakukan secara kurang merata
sehingga spot tidak dapat terlihat secara jelas. Untuk Kertas kolom 1 dan 2 (Ag+) tidak
munculnya spot pada kolom sampel mungkin dikarenakan kesalahan saat pembuatan
larutan sampel dimana harusnya digunakan PbCl namun saat pembuatan sampel yang
digunakan adalah larutan PbNO3.
Berdasarkan spot yang terbentuk, dapat dihiting nilai Rf pada Ag saja, karena
pada Hg dan Pb spot tidak dapat terbentuk dikarenakan beberapa factor yang telah
disebutkan diatas. Nilai Rf untuk Ag standar yaitu 1,35 cm.
H. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan serta pembahasan yang telah dikaji dapat diambil
kesimpulan, yaitu :
Kromatografi kertas digunakan untuk memisahkan suatu sampel yang akan diidentifikasi
untuk mengetahui susunan komponenya, dimana ada tidaknya komponen suatu sampel
yang di amati (Ag+ Hg+ dan Pb2+) dapat diketahui atau ditandakan dengan terbentuknya
spot pada Ag+ setelah di jenuhkan dalam chaber, di keringkan dan disemprot agar tempak
jelas spotnya. Dari spot yang terbentuk dapat dihitung nilai Rf untuk Ag standard sebesar
1,35.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta : Depkes RI.
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:UI Press.
Munzil. 2002. Pemisahan Analitik. Malang : Universitas Negeri Malang.
Putra, Effendy. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi.
Didownload dari http://effendyputra/kromatograficair/ac.id.html. pada tanggal 12 Mei
2011 pukul 14.00 WITA.
Soebagio,dkk.2002. Kimia Analitik II. Malang : Jurusan Kimia FMIPA Universitas
negeri Malang.
Svehla, G.1990. Vogel Buku teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta:PT. Kalman Media Pustaka.
Underwood, A.L, and Day. RA. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMISAHAN ANALITIK
KROMATOGRAFI KERTAS
DISUSUN OLEH :
BAIQ ARSY NUANSA WINDARI
G1C 009 015
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2010