ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN Anredera cordifolia … · ... dan sulitnya penyembuhan luka. ......
Transcript of ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN Anredera cordifolia … · ... dan sulitnya penyembuhan luka. ......
i
ABSTRAK
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN Anredera cordifolia (Ten.) v.
Steenis, HERBA Centella asiatica (L.) Urb. DAN
KOMBINASINYA PADA PENANGANAN
LUKA KAKI DIABETES :
STUDI NONKLINIK DAN KLINIK
Oleh
Entris Sutrisno
NIM: 30712309
(Program Studi Doktor Farmasi)
Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronis yang ditandai
dengan hiperglikemia akibat penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin.
Kondisi hiperglikemia dapat menimbulkan komplikasi patogenesis seperti
retinopati, neuropati, nefropati, dan sulitnya penyembuhan luka. Luka
didefinisikan sebagai kerusakan fisik yang diakibatkan karena terbukanya area
kulit. Luka pada kondisi diabetes proses penyembuhannya sangat lambat,
terjadinya infeksi merupakan faktor utama dalam memperburuk luka, berkembang
menjadi gangren kemudian amputasi dan dapat meningkatkan kasus kematian.
Penyembuhan luka melibatkan mekanisme kompleks yang terjadi akibat proses
pemulihan anatomi dan fisiologi secara terus-menerus yang secara umum dapat
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi.
Di Indonesia, pegagan dan binahong telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional
untuk menyembuhkan luka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
efektivitas ekstrak daun Anredera cordifolia (Ten.) v. Steenis, herba pegagan
Centella asiatica (L.) Urb. dan kombinasinya pada penanganan luka kaki diabetes
melitus dan mekanisme kerjanya.
Penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu uji nonklinik dan uji klinik. Tahapan
uji nonklinik terdiri dari uji antibakteri terhadap Staphylococcus aureus (SA) dan
Pseudomonas aeruginosa (PA), uji anti inflamasi, uji proliferasi sel fibroblas dan
uji penyembuhan luka pada kelinci diabetes. Sedangkan pada tahapan uji klinik,
evaluasi penggunaan obat anti infeksi luka kaki diabetes, sediaan salep dari
ekstrak tunggal ataupun kombinasinya diberikan kepada pasien dengan kriteria
inklusi pasien diabetes dengan gula darah sewaktu ≥200 mg/dL dan mempunyai
luka kaki klasifikasi kelas 1 Wagner-Meggitt.
Tanaman binahong dan pegagan didapatkan dari Lembang-Bandung, Jawa Barat.
Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bandungense, Sekolah Ilmu dan
Teknologi Hayati- ITB dan LIPI Cibinong. Hasil penapisan fitokimia
menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak binahong dan pegagan mengandung
golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid. Berdasarkan
pemantauan secara KLT menunjukkan adanya senyawa apigenin dalam ekstrak
ii
binahong (Rf 0,53) dan senyawa asiatikosida dalam ekstrak pegagan (Rf 0,76).
Penetapan kadar senyawa penanda secara KCKT menunjukkan kadar apigenin
dalam ekstrak binahong 0,27 % dan kadar asiatikosida dalam ekstrak pegagan
4,19 %.
Dari hasil pemeriksaan aktivitas antibakteri terhadap bakteri SA dan PA metode
difusi, diketahui bahwa ekstrak daun binahong, ekstrak herba pegagan, dan
kombinasinya memiliki aktivitas antibakteri SA dan PA dari luka kaki DM
ditunjukkan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM). Sifat kerja kedua ekstrak
tunggal pada konsentrasi rendah menunjukkan sifat bakteriostatik, pada
konsentrasi lebih besar sampai 5 KHM bersifat bakterisid; sedangkan kombinasi
ekstrak pada semua konsentrasi bersifat bakteriostatik. Uji anti inflamasi
menggunakan metode in vitro Human Red Blood Cel Membrane Stabilization
Assay. Pengukuran parameter yaitu stabilisasi membran sel darah merah manusia
di induksi larutan hipotonis yang menyebabkan membran menjadi lisis. Aktivitas
ditunjukan oleh kemampuan ekstrak mempertahankan stabilitas membran sel
darah merah. Hasil uji menunjukkan stabilitas tertinggi pembanding kalium
diklofenak 400 µg/mL yaitu 92,12 ± 0 %, ekstrak binahong 200 µg/mL 81,61 ±
2,92 %, ekstrak pegagan 400 µg/mL 90,60 ± 0,09 %, ekstrak kombinasi binahong
50 µg/mL + pegagan 50 µg/mL 84,80 ± 2,39 %. Ekstrak binahong, ekstrak
pegagan, kombinasi ekstrak dan sanoskin sebagai pembanding juga memiliki
kemampuan untuk meningkatkan proliferasi sel fibroblas. Nilai proliferasi
tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak kombinasi rata-rata jumlah sel 7806,33 (dosis
pengujian) dan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok salep pembanding
sanoskin dan kelompok pengujian (p < 0,05).
Salep ekstrak binahong, pegagan, dan kombinasinya menyebabkan iritasi ringan
pada kelinci (0,0-0,4), tetapi tidak menyebabkan reaksi kulit pada manusia.
Pengujian efek penyembuhan luka diabetes pada kelinci dan manusia,
menunjukkan bahwa sediaan ekstrak tunggal dan kombinasi memiliki efek
penyembuhan luka kaki diabetes tidak berbeda bermakna terhadap kelompok
pembanding (p > 0,05). Mekanisme kerja ekstrak binahong, ekstrak pegagan, dan
kombinasi ekstrak adalah dengan menghambat proses inflamasi, membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri, dan meningkatkan proliferasi sel.
Kata kunci: Diabetes mellitus, aktivitas penyembuhan luka, Anredera cordifolia,
Centella asiatica, antiinflamasi, antibakteri, proliferasi sel.
iii
ABSTRACT
THE EFFECTIVITY OF Anredera cordifolia (Ten.) v. Steenis
LEAVES, Centella asiatica (L). Urb. HERBS EXTRACTS, AND
THEIR COMBINATION IN DIABETIC FOOT ULCER :
NONCLINICAL AND CLINICAL STUDY
By
Entris Sutrisno
NIM : 30712309
(Doctoral Programe in Pharmacy)
Diabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic disorder characterized by
hyperglycemia as a result of diminished insulin secretion and insulin resistance.
Hyperglycemia condition has important role in pathogenesis of complications
related to diabetes mellitus, such as retinopathy, neuropathy, nephropathy,
cataract, and impaired wound healing. Wound is defined as a physical damage
which resulted in an opening of the skin area. Wound in diabetic condition has
slow rate of healing. Wound healing is a complex mechanism as a result of
continous anatomical and physiological recovery and basically can be classified
into three phases, that are inflammatory phase, proliferative phase, and maturation
phase. Anredera cordifolia and Centella asiatica are commonly used as a
traditional medicine for wound healing in Indonesia. The objectives of this
research were to evaluate the effectivities of these two plants extracts and its
combination in wound healing in diabetic-induced rabbits; and its mechanism of
action.
This research was devided into two phasing, that was nonclinical study and
clinical study. The nonclinical study consisted of the antibacterial study against
Staphylococcus aureus (SA) dan Pseudomonas aeruginosa (PA),
anti`inflammatory study, fibroblast cell proliferation test, wound healing study in
diabetic rabbit. While for the clinical study, these two plants based-ointment and
its combination was applied to the human with the diabetic condition (blood
glucose level ≥200 mg/dL) having feet wound with Wagner-Meggitt level 1.
Centella asiatica and Anredera cordifolia plants were obtained from Lembang-
Bandung, West Java. Identity authentication of plant was performed by the
Herbarium Bandungense, School of Life and Science Technology, Bandung
Institute of Technology and LIPI Cibinong. From phytochemical screening, it was
known that Anredera cordifolia and Centella asiatica extracts contained alkaloid,
flavonoid, saponin, tannin, and steroid/triterpenoid groups. Monitoring by TLC
showed that Anredera cordifolia extract contained apigenin (Rf 0.53) and
asiaticoside was contained in Centella asiatica extract (Rf 0.76). Determination of
marker content by HPLC revealed that apigenin in Anredera cordifolia extract
was 0.27 % and asiaticoside in Centella asiatica extract was 4.19 %.
iv
The SA and PA antibacterial evaluation showed that both Anredera cordifolia and
Centella asiatica extracts and its combination had antibacterial activity against SA
and PA which were isolated from diabetic wound shown by minimum inhibition
concentration (MIC). The mechanism of action of both extracts at low
concentration was shown to be bacteriostatic; however at high concentration of up
to five folds of its MIC the extracts showed bactericidal activity. Mean while
extract combination at all concentrations had bacteriostatic activity.
Antiinflamatory evaluation was performed using in vitro method Human of Red
Blood Cel Membrane Stabilization Assay. The measured parameter was
stabilization in human red blood cell membrane upon hypotonic solution
exposure. The antiinflamatory activity was indicated by the ability of sample in
stabilizing cell membrane. The result showed that diclofenac potasium at 400
µg/mL as a standard drug showed the highest stabilizing effect of 92.12 ± 0 %,
Anredera cordifolia extract at 200 µg/mL came next with 81.61 ± 2.92 %, then
Centella asiatica extracts at 400 µg/mL with 90.60 ± 0.09 %, and extract
combination at respective dose of 50 µg/mL + 50 µg/mL with 84.80 ± 2.39 %.
Anredera cordifolia leaves extract, Centella asiatica herbs extract, its
combination and sanoskin as a reference substance also showed the ability to
increase the fibroblast cell proliferation. The highest fibroblast cell proliferation
was showed by the combination group and there were significant difference
between extract group compared to sanoskin group (p < 0,05).
Anredera cordifolia and Centella asiatica extracts and its combination based-
ointment caused mild irritation in rabbit but did not cause any irritation in human.
The diabetic wound healing activity evaluation in rabbit and human showed that
both extracts and its combination based-ointment had the ability for healing
diabetic foot infection, which was not significantly different compared to group (p
> 0,05). The mechanism of both extracts based-ointment and its combination
based-ointment were shown to be inhibition of inflammatory process, inhibition
and killing of bacteria, and increasing cell proliferation.
Keywords: Diabetes mellitus, wound healing activity, Anredera cordifolia,
Centella asiatica, antiinflammatory, cell proliferation, antibacteria.