Abstrak Asi
-
Upload
richard-hale -
Category
Documents
-
view
27 -
download
0
description
Transcript of Abstrak Asi
ABSTRAK
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya
air putih,sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan
dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun. Bayi
yang diberikan ASI secara esklusif cenderung lebih sering pemberian ASI-nya
daripada pemberian pada bayi yang minum susu formula. Bayi yang baru lahir
biasanya setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh ibunya. Semakin bertambah usianya,
waktu atau jarak antara menyusui akan meningkat karena kapasitas perut mereka
menjadi lebih besar. Sebaliknya, bayi baru lahir yang hanya mengenal susu
formula akan memulai minum susu formula kira-kira setiap 3 sampai 4 jam
selama beberapa minggu pertama kehidupan.
Penyebab meningkatnya penggunaan susu formula sebagai pengganti ASI
antara lain dikarenakan gencarnya pemasaran produk susu formula, bahkan
promosi dilakukan secara berlebihan hingga melanggar The International Code of
Marketing of Breastmilk Substitutes yang dikeluarkan WHO pada tahun 1981,
selanjutnya disebut KODE WHO. Penelitian lain yang dilakukan Arifin Siregar
(2004) menyatakan bahwa kecenderungan menurunnya pelaksanaan pemberian
ASI di kota-kota besar yang diakibatkan oleh gencarnya promosi iklan susu
kaleng atau susu formula. Penelitian Amiruddin (2006) tentang Promosi Susu
Formula menunjukkan bahwa promosi susu formula dapat menghambat
pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 6-11 bulan di Kelurahan Pabaeng-baeng
Makasar.
Kata Kunci : ASI Eksklusif, Susu Formula, Iklan
PENDAHULUAN
Pembangunan Kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional,
diarahkan pada peningkatan kualitas SDM dan dilaksanakan guna tercapainya
kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk,
agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Disebutkan bahwa ASI adalah cairan tanpa tanding ciptaan Tuhan yang fungsinya
untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan
penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam ASI berada pada tingkat terbaik. ASI
juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel
otak dan perkembangan sistem saraf. Karena itu, amat dianjurkan setiap ibu hanya
memberikan ASI sampai berumur 6 bulan, sebab bayi berusia 6 bulan bayi tidak
membutuhkan makanan dan minuman lain selain ASI. Bahkan pada tahun 1999
ditemukan bukti bahwa pemberian makanan yang terlalu dini dapat memberikan
efek negatif pada bayi, sehingga sejak itu UNICEF memberikan rekomendasi
dengan menetapkan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, hal ini
sesuai dengan anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2004,
pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan diatur dalam Kepmen
Kesehatan RI No: 450/Menkes/SK/VI/2004 yang kemudian lebih dikuatkan lagi
dengan PP RI No: 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia, tahun 2002-2003 hanya ada
4% bayi yang mendapat ASI dalam 1 jam pertama dan hanya ada 8% bayi yang
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan.
Banyak faktor yang menyebabkan penurunan pemberian atau penggunaan
ASI. Di antaranya kecendrungan masyarakat untuk meniru sesuatu yang
dianggapnya modern yang datang dari negara maju. Di kota, banyak ibu yang
bekerja untuk membantu mencari nafkah sehingga tidak dapat menyusui bayinya
dengan baik dan benar, dan tidak kalah pentingnya pengaruh dari iklan, di
samping kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI.
Beberapa manfaat dan keuntungan bayi yang diberi ASI yaitu ASI mengandung
nutrisi yang optimal dalam hal kualitas. ASI meningkatkan kesehatan bayi,
kecerdasan bayi dan ASI meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak.
Sedangkan kerugian bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif, antara lain adalah
kemungkinan untuk menderita infeksi saluran pencernaan 17 kali lebih banyak,
akan menderita infeksi saluran pernafasan 3 kali lebih parah, memiliki resiko 3
kali lebih besar menderita kesulitan bernafas karena alergi pada usia anak 6 tahun
akan mempunyai IQ 5 point lebih rendah, 40% meningkatkan obesitas,
meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, meningkatkan resiko
kanker pada anak, serta meningkatkan terjadinya Sudden Infant Death Syndrome
(SID), Sindrom kematian tiba-tiba pada bayi.
Akan tetapi penggunaan susu formula merupakan alternative terakhir yang
seharusnya dipilih oleh seorang ibu apabila dia benar-benar tidak bisa menyusui
bayinya, dan bukan karena alas an yang diada-adakan. Perlu diketahui bahwa
kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai dua tahun merupakan hal yang sangat
penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi
merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini
yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling
sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai
gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan
otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan
ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Nadesul, 2000). Oleh karena pemberian
ASI sangat penting bagi tumbuh kembang bayi yang optimal baik fisik maupun
mental dan kecerdasannya. (Soetjiningsih, 1997)).
Penelitian yang dilakukan oleh Jumli, Lilik Hidayanti, dan Nur Lina
(2010) juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden (78%) di Kota
Tasikmalaya menggunakan susu formula untuk anaknya. Seorang ibu perlu
mempertimbangkan dengan baik dalam pemilihan susu formula awal karena akan
sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayi serta kesehatan bayi.
Pertimbangan ini antara lain didasarkan pada pilihan susu formula awal yang
humanized milk, atau susu formula yang komposisi dan jumlah kandungan zat
gizinya telah dibuat mendekati komposisi ASI, serta diberi tambahan zat gizi yang
berfungsi untuk meningkatkan kecerdasan seperti AA dan DHA, zat-zat non gizi
yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi seperti laktoferin,
serta zat yang dapat membantu pencernaan bayi seperti FOS. Alasan yang lain
adalah faktor harga dari susu formula, kepercayaan terhadap merk tertentu,
kecocokan pada anak serta kemudahan dalam mendapatkan produk susu formula.
Penelitian Maesaroh (2003), juga menyebutkan bahwa ada berbagai
determinan dapat mempengaruhi seseorang memilih susu formula awal untuk
bayinya antara lain adalah faktor budaya dan kelas sosial; faktor pribadi seperti
keluarga dan situasi; Faktor individu antara lain sumber daya konsumen, motivasi
dan keterlibatan, pengetahuan, sikap dan kepribadian, gaya hidup serta demografi.
Selain itu faktor merk (Brand) juga memegang peranan penting dalam
pengambilan keputusan dalam pemilihan susu formula. Penelitian Lilik Hidayanti
(2010) menunjukkan bahwa karakteristik responden yang terbukti merupakan
faktor risiko dalam penentuan kriteria pemilihan susu formula adalah pekerjaan
dan pendidikan ibu.
Kampanye peningkatan ASI
Menteri Kesehatan Endang Rahayu menduga salah satu penyebabnya
adalah gencarnya promosi susu formula. Namun Asosiasi Produsen Produk
Makanan Bayi membantah hubungan antara gencarnya promosi dan iklan dengan
rendahnya pemberian ASI. Tetapi mereka mendukung aturan larangan iklan susu
formula untuk anak usia satu tahun. Klub ASI Yayasan Orang Tua Peduli sepakat
dengan larangan iklan susu formula di media massa dan di rumah sakit, sebab
informasi yang diperoleh oleh calon ibu dan ibu menyusui tentang susu formula
lebih mudah ditemui dibandingkan informasi ASI. Ade Novita dari Klub ASI
YOP mengatakan aturan ini akan efektif dijalankan jika sosialisasi tentang
larangan iklan dilakukan sampai ke tingkat daerah, dan pemerintah juga harus
mengimbangi dengan edukasi tentang pemberian ASI.
Menteri Kesehatan mengatakan akan bekerja sama dengan Ikatan dokter,
dan petugas kesehatan lain agar larangan ini dapat efektif dilakukan. Aturan yang
rencananya akan mulai diberlakukan tahun depan itu juga menyebutkan sanksi
administratif, baik berupa teguran sampai pencabutan ijin bagi yang melanggar.
Menteri Kesehatan Endang Rahayu mengatakan larangan itu merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Produk, logo
ataupun berbagai bentuk promosi susu formula akan dilarang jika Rancangan
peraturan pemerintah atau RPP penggunaan ASI yang tengah digodok oleh
Kementrian Kesehatan, berhasil lolos dalam pembahasan dengan kementrian lain.
Larangan itu meliputi iklan susu formula untuk bayi di bawah usia satu tahun
mulai di media massa hingga rumah bersalin. Berdasarkan hasil riset kesehatan
tahun 2010, pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 22 persen di kalangan ibu
menyusui.
TINJAUAN PUSTAKA
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi
dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2003).
ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan
penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat
terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih
muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya,
2007).
Manfaat ASI
Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu
formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu
yang menyusui.
1. ASI merupakan sumber gizi sempurna
ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi.faktor pembentukan sel-sel otak terutama
DHA dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari
susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari casein (protein utama dari susu
yang berbentuk gumpalan).komposisi ini menyebabkan ASI mudah diserap
oleh bayi (Rulina, 2007).
2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari
ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan
turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam
jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan
menurun, sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul
kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI berperan bisa
menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin
timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Colostrum (cairan
pertama yang mendahului ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali
lebih banyak dari ASI (Cahyadi, 2007).
3. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak
Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas
bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama
kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan
otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus,
laktosa atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak ikatan panjang -
antara lain DHA dan AA yang merupakan asam lemak utama dari ASI. Hasil
penelitian tahun 1993 terhadap 1.000 bayi prematur membuktikan, bayi-bayi
prematur yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi secara
bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi premature yang tidak
diberi ASI. Pada penelitian Dr. Riva dkk. menunjukkan anak-anak usia 9,5
tahun yang ketika bayi mendapat ASI eksklusif, ditemukan memiliki IQ
mencapai 12,9 poin lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang ketika bayi
tidak mendapatkan ASI (Albert, 2007)
4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang
disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan
menjadi anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli
lingkungan dan pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara
eksklusif. akan sering dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak
jantung ibu, dan gerakan pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan
sering merasakan situasi seperti saat dalam kandungan: terlindung, aman dan
tenteram.
Fisiologi laktasi
Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui
bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti
proses kerja menyusui sehingga dapat menyusui secara eklusif (Roesli, 2007).
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi
mulai mengisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI
keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang
dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau disebut juga
“let down” reflexs (Roesli, 2000).
Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon
prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang
berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari
gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang
ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior
untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke
kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan
refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin (Novak & Broom, 1999).
Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis.
Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh
isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan
merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI
keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat
dikeluarkan oleh bayi atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan
prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk diisap.
Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi
mengisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami
kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti
memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak
mengalir keluar. Efek oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi
setelah melahirkan. Sehingga dapat membantu mengurangi perdarahan walaupun
kadang mengakibatkan nyeri (Badriul, 2008).
Produksi ASI
Berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. ASI stadium I (kolostrum)
Kolostrum merupakan ciran yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara
dari hari pertama sampai hari ke empat yang berbeda karakteristik fisik dan
komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. Kolostrum
berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-
sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera
bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI
pada minggu pertama sering defekasi dan feses berwarna hitam (Hubertin, 2003).
b. ASI stadium II (ASI peralihan)
ASI ini diproduksi pada hari ke empat sampai hari ke sepuluh. Komposisi
protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi dan
jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal in I merupakan pemenuhan terhadap
aktifitas bayi yang semakin aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap
lingkungan (Hubertin, 2003)
c. ASI stadium III (ASI matur)
ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh sampai seterusnya. ASI matur
merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan
bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan
makanan lain selain ASI. Dimulai dengan makanan yang lunak, kemudian padat,
dan makanan biasa sesuai makanan biasa (Hubertin, 2003)
Komposisi ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh karena itu bayi
yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada
ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna
bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang
dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu
sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hamper dua kali
lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat
dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama
laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati
masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008)
b. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu
formula terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak
terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi., sedangkan
susu formula lebih banyakmengandung protein casein yang lebih sulit dicerna
oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%
dibanding susu formulayang mengandung protein ini dalam jumlah yang
tinggi (80%). (Badriul, 2008).
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang
terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 menit pertama isapan akan
berbeda dengan 10 menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda
dengan hari kedua dan akan berubah menurut perkembangan bayi dan
kebutuhan energi yang dibutuhkan bayi (Hubertin, 2004). Selain jumlahnya
yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai
panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat
mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk
Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid
merupakan komponen penting untuk meilinasi. Asam linoleat ada di dalam
ASI dalam jumlah yang cukup tinggi. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap
oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak
trigliserida menjadi digliserida, sehingga sedikit lemak yang tidak diserap
oleh sistem pencernaan bayi (Hubertin, 2004).
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah
tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di dalam
ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi
oleh diit ibu. Garam organik yang terdapat di dalam ASI terutama adalah
kalsium, kalium, sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan
untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan
pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup (Soetjiningsih, 1997).
e. Vitamin
PEMBAHASAN
Memberikan ASI eksklusif kepada bayi sampai dengan usia 6 bulan dan
diteruskan sampai usia 2 tahun dapat menjamin kesehatan dan status gizi yang
optimal pada bayi karena ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi anak
dari penyakit infeksi dan DHA yang dapat mengoptimalkan kecerdasan anak .
Selain itu, ASI juga terjamin kebersihannya sehingga anak dapat terhindar dari
kejadian diare (Soetjiningsih, 1997). Walaupun telah diketahui begitu banyak
manfaat yang dapat diperoleh dengan memberikan ASI, namun memang disadari
ada beberapa hal yang menyebabkan seorang ibu tidak bisa memberikan ASI
kepada bayinya karena alas an medis sehingga memberikan penganti ASI (PASI)
kepada bayinya (Nadesul, 2000). Faktor ini antara lain karena ibu sakit, ASI tidak
keluar, ibu telah kembali bekerja, alasan estetika dan gaya hidup, serta
merepotkan. Penganti ASI yang sering diberikan untuk bayi di bawah umur 6
bulan adalah susu formula yang lebih dikenal dengan istilah formula awal. Di
samping itu ada beberapa faktor yang juga dapat menghambat pengeluaran ASI
dan menghamabat reflex oksitoksin, antara lain : ibu dalam keadaan bingung,
kacau, marah, atau sedih; ibu terlalu khawatir ASI-nya tidak akan cukup untuk
kebutuhan bayi; rasa sakit pada saat menyusui, sehingga membuat ibu takut untuk
menyusui lagi, ada rasa malu untuk menyusui, dan tidak adanya dukungan dan
perhatian dari keluarga terhadap ibu dan bayinya (Roesli,2001).
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi dan anak. Tetapi akan
menjadi masalah bila anak tidak dapat mengkonsumsi ASI dengan cukup karena
beberapa kondisi. Penggunaan PASI (Pengganti ASI), seperti susu formula,
menjadi alternatif yang dapat digunakan. Sayang, tak semudah itu mengganti ASI
dengan susu formula. Orang tua sering dihadapkan pada masalah pemilihan jenis
susu formula yang tepat dan baik untuk bayi. Masalah ini diperumit dengan
semakin banyaknya jenis susu formula yang beredar di pasaran dan informasi
tentang pemilihan jenis susu yang didapatkan, baik dari dokter, sales promotion di
supermarket, iklan, brosur, atau dari pengalaman ibu lainnya. Informasi yang
beragam ini dapat membingungkan orang tua, karena sering sangat berbeda dan
berlawanan. Prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu
sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Pertimbangan utama pemilihan susu
bukan terletak pada susu apa yang disukai anak. Meskipun susu tersebut disukai
anak, tetapi bila menimbulkan banyak gangguan fungsi dan sistem tubuh maka
akan menimbulkan banyak masalah kesehatan bagi anak. Semua susu formula
yang beredar di Indonesia dan di dunia harus sesuai dengan Standar RDA
(Recommendation Dietary Allowance). Standar RDA untuk susu formula bayi
adalah jumlah energi, vitamin, dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi
untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Dengan kata lain, apapun merk
susu formula sesuai usia anak selama tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh
adalah susu yang terbaik untuk anak tersebut.
Pengaruh ketidakcocokan anak terhadap suatu susu formula bisa
disebabkan karena reaksi simpang makanan, reaksi alergi, atau reaksi nonalergi.
Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala menyangkut banyak organ dan
sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Alergi terhadap
susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan
dimana seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal
terhadap protein dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan
protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejalagejala reaksi alergi pun akan
muncul. Reaksi non alergi atau reaksi simpang makanan yang tidak melibatkan
mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi. Intoleransi ini bisa terjadi
karena ketidakcocokan beberapa kandungan didalam susu formula/kandungan
protein susu sapi (kasein), laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat,
strawberi, madu dll), komposisi lemak, dan kandungan DHA. Akan tetapi
penggunaan susu formula merupakan alternative terakhir yang seharusnya dipilih
oleh seorang ibu apabila dia benar-benar tidak bisa menyusui bayinya, dan bukan
karena alasan yang diada-adakan. Perlu diketahui bahwa kebutuhan zat gizi bagi
bayi usia sampai dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh
ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini yang akan menjadi penerus
bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian
ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat
kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara
ibu dan bayinya (Nadesul, 2000). Oleh karena pemberian ASI sangat penting bagi
tumbuh kembang bayi yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya.
(Soetjiningsih, 1997)).
Penelitian yang dilakukan oleh Jumli, Lilik Hidayanti, dan Nur Lina
(2010) juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden (78%) di Kota
Tasikmalaya menggunakan susu formula untuk anaknya. Seorang ibu perlu
mempertimbangkan dengan baik dalam pemilihan susu formula awal karena akan
sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayi serta kesehatan bayi.
Pertimbangan ini antara lain didasarkan pada pilihan susu formula awal yang
humanized milk, atau susu formula yang komposisi dan jumlah kandungan zat
gizinya telah dibuat mendekati komposisi ASI, serta diberi tambahan zat gizi yang
berfungsi untuk meningkatkan kecerdasan seperti AA dan DHA, zat-zat non gizi
yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi seperti laktoferin,
serta zat yang dapat membantu pencernaan bayi seperti FOS. Alasan yang lain
adalah faktor harga dari susu formula, kepercayaan terhadap merk tertentu,
kecocokan pada anak serta kemudahan dalam mendapatkan produk susu formula
ibu.
PENUTUP
Pentingnya ASI eksklusif memang harus menjadi perhatian, dan tanggung
jawab sebagai orang tua juga harus mulai menyadari akan dampak pada si bayi
jika ASI eksklusif ini tidak di berikan pada bayi dengan maksimal. Pertumbuhan
bayi pada usia 0-6 bulan bisa sangat terhambat dan kemungkinan besar juga bayi
anda tidak sehat.
Seperti kita ketahui bersama dengan ibu memberikan ASI nya secara
maksimal maka otomatis sang ibu akan mentrasfer imunitasnya kepada si bayi,
sehingga apabila ibu sehat maka bayi juga bisa sehat. Kita harus coba bersama-
sama memberikan pemahaman pada masyarakat untuk melindungi hak bayi dalam
memperoleh ASI eksklusif.
Perhatian akan pentingnya ASI eksklusif juga harus datang dari
lingkungan sekitar, ini agar pemberian ASI eksklusif di terapkan dalam kebiasaan
atau budaya yang harus di lestarikan. Karena meskipun ada susu formula yang
anda andalkan sebagai pengganti ASI eksklusif itu tidak akan sebaik ASI. Karena
banyak sekali kandungan susu formula yang tidak terdapat pada ASI, ASI lebih
memiliki fungsi menyeluruh pada bayi sedangkan susu formula hanya memacu
sebagian saja. Jadi, sudah sangat jelas bahwa memberikan ASI eksklusif adalah
hal yang tidak bisa di gantikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lilik Hidayanti dan Nur Lina, Dampak Paparan Iklan terhadap Status Pemberian
ASI Eksklusif Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, FKM UNSIL, ISSN 1693-
9654 Vol. 6 No. 2, September 2010
2. Siregar, Arifin (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI oleh ibu
melahirkan. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin.pdf.
3. UNICEF, (2006). Kesehatan Ibu dan Anak. Pernyataan UNICEF : ASI Eksklusif
Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia.
(http://isti19cantix.wordpress.com/2007/06/28/asi-eksklusif-tekanangka-kematian-
bayi/ Diakses tanggal 16 Juli 2007).