aa

4
Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat direduksi.(svehla 1985). Akan tetapi, definisi oksidasi dan reduksi ini tidak dapat langsung kita gunakan pada reaksi senyawa organik, karena sulitnya menentukan elektron suatu atom dalam senywa kovalen, untuk menghindari masalah ini, kita katakan senywa organik dioksidasi bila atom H hilang atau O diterima. Sedangkan senyawa direduksi jika atom H diterima atau atau atom O hilang (Fessenden, 1997: 122). Senyawa aromatik adalah senyawa siklik yang umumnya mempunyai ikatan tunggal dan rangkap yang letaknya berselang-seling dalam mempunyai ikatan tunggal dan rangkap yang letaknya berselang- seling dalam rumus bangunnya. Sedangkan suatu senyawa aromatik polisiklik adalah suatu senyawa yang mengandung ”cincin gabungan” (cincin dengan pemakaian karbon bersama) dan bersifat aromatik. Contoh yang sering digunakan adalah naftalena, biasa dipakai sebagai pengusir ngengat dan antrasena yang biasa digunakan dalam pembuatan zat warna (Fessenden, 1997: 245). Sublimasi adalah suatu teknik pemurnian senyawa dimana zat solid yang terkandung didalam campuran akan menguap hanya melalui fase intermediet berupa cairan. Zat solid yang telah menguap dapat didinginkan kembali menjadi bagian padatan dipendinginan. Proses sublimasi dipengaruhi oleh tekanan uap dan titik didih senyawa yang disublimasi. Sublimasi juga dapat diartikan sebagai salah satu teknik pemisahan zat-zat yang mudah menyublim (perubahan wujud dari zat padat ke gas atau sebaliknya). Bila pertikel penyusun suatu zat diberikan kenaikan suhu maka partikel zat tersebut akan menyublim menjadi gas. Syarat pemisahan campuran pada proses sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi (Katritzky, 1987).

description

bhjbkky

Transcript of aa

Page 1: aa

Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat direduksi.(svehla 1985). Akan tetapi, definisi oksidasi dan reduksi ini tidak dapat langsung kita gunakan pada reaksi senyawa organik, karena sulitnya menentukan elektron suatu atom dalam senywa kovalen, untuk menghindari masalah ini, kita katakan senywa organik dioksidasi bila atom H hilang atau O diterima. Sedangkan senyawa direduksi jika atom H diterima atau atau atom O hilang (Fessenden, 1997: 122).

Senyawa aromatik adalah senyawa siklik yang umumnya mempunyai ikatan tunggal dan rangkap yang letaknya berselang-seling dalam mempunyai ikatan tunggal dan rangkap yang letaknya berselang-seling dalam rumus bangunnya. Sedangkan suatu senyawa aromatik polisiklik adalah suatu senyawa yang mengandung ”cincin gabungan” (cincin dengan pemakaian karbon bersama) dan bersifat aromatik. Contoh yang sering digunakan adalah naftalena, biasa dipakai sebagai pengusir ngengat dan antrasena yang biasa digunakan dalam pembuatan zat warna (Fessenden, 1997: 245).

Sublimasi adalah suatu teknik pemurnian senyawa dimana zat solid yang terkandung didalam campuran akan menguap hanya melalui fase intermediet berupa cairan. Zat solid yang telah menguap dapat didinginkan kembali menjadi bagian padatan dipendinginan. Proses sublimasi dipengaruhi oleh tekanan uap dan titik didih senyawa yang disublimasi. Sublimasi juga dapat diartikan sebagai salah satu teknik pemisahan zat-zat yang mudah menyublim (perubahan wujud dari zat padat ke gas atau sebaliknya). Bila pertikel penyusun suatu zat diberikan kenaikan suhu maka partikel zat tersebut akan menyublim menjadi gas. Syarat pemisahan campuran pada proses sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi (Katritzky, 1987).

Antrakuinon merupakan turunan dari antrasena. Antrakuinon berbentuk padatan kuning yang tidak larut air tapi larut dalam benzene panas dengan titik leleh 286⁰C . Antrakuinon dapat dihasilkan dari antrasena yang dioksidasi dengan natrium dikromat dan asam sulfat atau udara dalam vanadium pentoxide pada 400⁰C. Antrakuinon juga dapat dihasilkan dari benzene yang direaksikan dengan phthalic anhidrat dalam aluminium klorida, sehingga o-benzoybenzoic acid terbentuk, di mana penambahan asam sulfat akan menghasilkan antrakuinon (Bahl, 2008). Antrasena juga dapat bereaksi/oksidasi menjadi kuinon, oksidasi antrasena misalnya asam khromat atau asam nitrat, udara +H2O5, + 400OC-500OC. Penantrena menunjukkan perbedaan yang serupa antara ikatan-ikatannya, karakter ikatan rangkap dari ikatan 9,10 dari Fenantrena tampak jelas terutama dalam reksi kimianya. Pada posisi ini dalam sistem cincin Fenantrena menjalani reaksi adisi yang khas dari alkalena tatapi tidak khas untuk Benzena. Fenantrena juga dapat dioksidasi yang akan menghasilkan kuinon (Riawan, 1990: 55).

Pemurnian Naftalen Dengan Cara SublimasiPEMBAHASAN

Page 2: aa

Sublimasi adalah salah satu pemisahan zat-zat yang mudah menyublim. perubahan wujud zat padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat diberikan kenaikan suhu maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas, sebaliknya jika suhu gas tersebut diturunkan maka gas akan segera berubah wujudnya menjadi panas. Gas yang dihasilkan ditampung lalu didinginkan kembali. Syarat pemisahan campuran pada sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Begitupun syarat sampel untuk sublimasi adalah dengan sifat kimia mudah menguap agar mudah proses sublimasinya.Pada percobaan sublimasi, Pemurnian naftalen dengan menggunakan proses sublimasi dikarenakan karena sifat naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan Kristal yang tak bewarna (Riswiyanto,2003).

Reaksi dari naftalen berlangsung dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi padatan atau kristalkembali. Sehingga dalam proses sublimasi, naftalen tidak berubah menjadi senyawa lain, hanya beubah bentuk (fase) dari padat ke gas. Pada percobaan diperoleh berat naftalen murni yaitu 0,37 gram yang sebelumnya berat naftalen adalah 0,5 gram. Berat naftalen yang didapatkan lebih sedikit dari pada jumlah awal dari naftalen sebelum sublimasi.Dalam percobaan sublimasi tidak dilakukan pengujian titk leleh. Untuk memestikan Kristal naftalen yang didapat yaitu dari bentuk Kristal yang seperti jarum (monoklin) dan bentuk Kristal yang didapatkan lebih tipis dan jernih dari pada sebelum sublmasi.Berdasarkan hasil perhitungan %rendemen kristal adalah 74%, nilai % rendemen ini tidak terlalu akurat (kurang mendekati 100%), hal ini disebabkan saat praktikum, yaitu:1. Naftalen yang diletakkan didalam gelas kimia tidak terpusat ditengah (tercecer), sehingga ketika proses sublimasi, tidak semua menempel pada erlenmeyer dan karena luasnya permuakaan tempat naftalen diletakkan, sehingga sebagian menguap ke udara2. luas permukaan erlenmeyer yang besar, sehingga kristal naftalen tersebar ke segala bagian bawah erlenmeyer, baik di tengah ataupun disampingannya, sehingga menyulitkan ketika dilakukan pengambilan dengan spatula3. kristal yang terbentuk tidak semua terbawa oleh spatula, karena sulitnya saat pengambilan dimana es batu dalam erlenmeyer yang mulai mencair, sehingga kristal berair dan menyulitkan saat pengambilan dengan spatula.

KESIMPULAN%Rendemen yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 74%

DAFTAR PUSTAKAANONIM.2011. diakses pada tanggal 22 Desember 2011-12-25http://kusnandini.wordpress.com/2011/04/30/pemisahan-dan-pemurnian-zat-padat/Keenan, Charles W. dkk., 1992, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Erlangga. Jakarta.Riswiyanto., Ridla Bakri, Bayu Prawira., Sains Indonesia 7 (3): 75-80., 2003. Tahun Publikasi, : 2003. Status Publikasi, : Nasional