A11asa_BAB IV Hasil Dan Pembahasan-2

5
23 hasil rimpang ini selain karena keterbatasan suplai air dari media, juga karena tanaman mulai memasuki akhir fase pertumbuhan vegetatif. Ketersediaan air dalam media mempengaruhi perkembangan luas daun yang juga mengurangi permukaan fotosintesis yang menentukan produksi rimpang. Rimpang yang dihasilkan pada kadar air media kurang dari 36 % cenderung lebih tipis dan kecil, yang membuat kualitas rimpang yang lebih rendah. Hasil pengamatan ini sejalan dengan pernyataan Khaerana et al. (2008) yang menunjukkan bahwa penurunan luas daun menyebabkan penurunan berat rimpang temulawak yang dihasilkan. Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe 1. Tinggi Tanaman, Jumlah Tunas dan Diameter Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap tinggi tanaman pada tanaman jahe tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua perlakuan, bahkan masih mengalami penambahan tinggi tanaman hingga 10 MSA (Lampiran 10, 11 dan 12). Pada 12 MSA pertumbuhan tinggi tanaman mulai mengalami penurunan terutama pada paclobutrazol 80 ppm (Tabel 8). Menurunnya tinggi tanaman diduga berhubungan dengan terhambatnya produksi giberelin akibat pemberian paclobutrazol (Wattimena, 1988) di samping karena pertumbuhan vegetatif yang sudah selesai. Konsentrasi tertinggi pada penelitian ini (100 ppm) belum efektif menghambat tinggi tanaman hingga akhir pengamatan. Menurut Menhennet (1979) konsentrasi paclobutrazol yang tidak mempengaruhi tanaman disebabkan (1) kemampuan yang berbeda dari daun, batang dan akar untuk absorpsi dan translokasi senyawa kimia; (2) adanya mekanisme penonaktifan pada beberapa spesies dan (3) perbedaan pola aksi retardan dalam tanaman. Pemberian paclobutrazol juga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter tunas. Hanya pada 6 MSA diameter tunas pada kontrol lebih rendah daripada tanaman yang diberi paclobutrazol. Pengaruh paclobutrazol juga tidak nyata terhadap jumlah tunas. Tanaman masih mengalami pertambahan jumlah tunas hingga 6 – 8 MSA. Dua minggu setelah aplikasi dihentikan (10

Transcript of A11asa_BAB IV Hasil Dan Pembahasan-2

Page 1: A11asa_BAB IV Hasil Dan Pembahasan-2

23

hasil rimpang ini selain karena keterbatasan suplai air dari media, juga karena

tanaman mulai memasuki akhir fase pertumbuhan vegetatif.

Ketersediaan air dalam media mempengaruhi perkembangan luas daun

yang juga mengurangi permukaan fotosintesis yang menentukan produksi

rimpang. Rimpang yang dihasilkan pada kadar air media kurang dari 36 %

cenderung lebih tipis dan kecil, yang membuat kualitas rimpang yang lebih

rendah. Hasil pengamatan ini sejalan dengan pernyataan Khaerana et al. (2008)

yang menunjukkan bahwa penurunan luas daun menyebabkan penurunan berat

rimpang temulawak yang dihasilkan.

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan

Pembungaan Jahe

1. Tinggi Tanaman, Jumlah Tunas dan Diameter

Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap tinggi tanaman pada tanaman

jahe tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua perlakuan, bahkan

masih mengalami penambahan tinggi tanaman hingga 10 MSA (Lampiran 10, 11

dan 12). Pada 12 MSA pertumbuhan tinggi tanaman mulai mengalami penurunan

terutama pada paclobutrazol 80 ppm (Tabel 8). Menurunnya tinggi tanaman

diduga berhubungan dengan terhambatnya produksi giberelin akibat pemberian

paclobutrazol (Wattimena, 1988) di samping karena pertumbuhan vegetatif yang

sudah selesai.

Konsentrasi tertinggi pada penelitian ini (100 ppm) belum efektif

menghambat tinggi tanaman hingga akhir pengamatan. Menurut Menhennet

(1979) konsentrasi paclobutrazol yang tidak mempengaruhi tanaman disebabkan

(1) kemampuan yang berbeda dari daun, batang dan akar untuk absorpsi dan

translokasi senyawa kimia; (2) adanya mekanisme penonaktifan pada beberapa

spesies dan (3) perbedaan pola aksi retardan dalam tanaman.

Pemberian paclobutrazol juga tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap diameter tunas. Hanya pada 6 MSA diameter tunas pada kontrol lebih

rendah daripada tanaman yang diberi paclobutrazol. Pengaruh paclobutrazol juga

tidak nyata terhadap jumlah tunas. Tanaman masih mengalami pertambahan

jumlah tunas hingga 6 – 8 MSA. Dua minggu setelah aplikasi dihentikan (10

Page 2: A11asa_BAB IV Hasil Dan Pembahasan-2

24

MSA) tanaman mengalami penurunan jumlah tunas, namun penurunan ini diduga

karena tanaman memang sudah memasuki akhir fase vegetatif (+ 4-5 bulan).

Tabel 8. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap tinggi tanaman, jumlah tunas dan diameter tunas.

Konsentrasi paclobutrazol

(ppm)

Waktu Pengamatan (MSA)

0 2 4 6 8 10 12 14

Tinggi tanaman (cm) 0 53.7a 59.47a 67.27a 68.76a 70.39a 73.06a 72.97a 72.04a 20 53.16a 58.36a 63.77a 67.96a 68.70a 72.04a 61.19ba 61.73ba 40 52.37a 55.87a 62.20a 64.82a 70.15a 69.53a 62.88ba 58.15ba 60 52.73a 56.60a 63.93a 64.10a 65.32a 69.96a 63.83ba 59.66ba 80 49.35a 53.35a 60.18a 60.60a 63.09a 67.17a 55.06b 51.76b 100 52.64a 56.65a 61.10a 65.16a 67.87a 66.91a 61.54ba 62.87ba Diameter Tunas (mm) 0 7.86a 9.27a 9.40a 7.86b 7.86a 7.86a 7.86a 8.33a 20 7.92a 9.66a 9.55a 9.21a 8.94a 8.44a 8.20a 7.19a 40 7.75a 9.22a 9.37a 8.58ba 8.93a 8.66a 7.96a 7.05a 60 7.23a 8.58a 8.66a 8.27ba 7.98a 8.52a 8.53a 7.49a 80 7.51a 9.07a 9.06a 8.34ba 8.24a 8.53a 8.29a 7.34a 100 7.89a 9.47a 9.42a 8.77ba 8.57a 8.10a 7.69a 7.55a Jumlah tunas (buah) 0 10.95a 15.00a 17.10a 20.45a 19.58a 18.98a 18.85a 16.65a 20 10.85a 13.65a 16.30a 17.65a 17.55a 16.15a 13.25ba 11.60a 40 9.45a 13.35a 15.11a 16.93a 16.23a 14.68a 13.25ba 11.15a 60 9.05a 13.10a 15.05a 16.75a 16.58a 15.05a 14.32ba 12.70a 80 8.75a 12.25a 14.95a 16.35a 17.62a 16.21a 12.35b 11.37a 100 9.50a 12.50a 14.95a 15.28a 14.75a 13.05a 11.76b 10.91a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan

tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. Tanda garis menunjukkan akhir perlakuan paclobutrazol.

Secara umum, pengaruh pemberian paclobutrazol hingga dosis 100 ppm

yang diulang sebanyak lima kali dengan selang dua minggu tidak menghambat

pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dilihat dari penurunan yang terjadi pada

tinggi tanaman, diameter tunas, dan jumlah tunas yang merupakan penurunan

pertumbuhan secara proporsional sebagai indikasi berakhirnya pertumbuhan

vegetatif. Setelah perlakuan dihentikan, tidak banyak tunas-tunas baru yang

muncul. Diduga hasil fotosintesis tidak digunakan untuk membentuk tunas baru,

melainkan dihambat kemunculannya oleh paclobutrazol untuk pertumbuhan

generatif.

Page 3: A11asa_BAB IV Hasil Dan Pembahasan-2

25

2. Luas Daun

Hasil analisis ragam perlakuan paclobutrazol terhadap luas pada 2 dan 8

MSA tidak memberikan pengaruh nyata pada semua taraf perlakuan (Lampiran

13). Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, namun penurunan luas daun

dari 2 MSA hingga 8 MSA terjadi secara proporsional. Penurunan luas daun pada

8 MSA diduga lebih disebabkan karena tanaman sudah memasuki akhir fase

pertumbuhan vegetatif (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap luas daun

Konsentrasi paclobutrazol

(ppm)

Pengamatan 2 MSA 8 MSA

……………...…………….cm2….……………………… 0 41.79a 22.14a

20 41.57a 19.68a 40 44.50a 21.07a 60 37.27a 20.37a 80 100

40.08a 40.72a

20.31a 19.73a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %

Hasil penelitian Santiasrini (2009) menunjukkan bahwa aplikasi

paclobutrazol 400 ppm dapat menurunkan ukuran panjang dan lebar daun. Akan

tetapi Khrisnamoorthy dalam Santiasrini (2009) menyatakan bahwa efek

fisiologis retardan yaitu menghambat sel-sel meristem sub apikal, sedangkan

pertumbuhan daun terletak pada meristem apikal sehingga jumlah daun dan luas

daun tidak terpengaruh oleh pemberian paclobutrazol.

3. Bobot kering tajuk dan bobot kering akar

Hasil analisis ragam perlakuan paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap

bobot kering tajuk pada konsentrasi 80 ppm dan tidak berpengaruh nyata terhadap

bobot kering akar dan rasio akar/tajuk (Lampiran 14). Pemberian paclobutrazol

sebanyak lima kali dengan konsentrasi 80 ppm menghasilkan bobot kering tajuk

(biomassa) terendah yaitu 25.83 (Tabel 10). Hasil ini berbeda nyata dengan

tanaman yang diberi konsentrasi 20 ppm, yang menghasilkan bobot kering tajuk

rata-rata tertinggi yaitu 49.15. Pemberian paclobutrazol tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap bobot kering akar pada semua perlakuan. Pemberian

Page 4: A11asa_BAB IV Hasil Dan Pembahasan-2

26

paclobutrazol juga memberikan nilai rasio tajuk/akar yang tidak berbeda nyata,

diduga karena tanaman jahe pada perlakukan paclobutrazol tetap berada pada

kondisi lapang sehinga pertumbuhan tajuk dan akar tetap seimbang.

Tabel 10. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap bobot kering tajuk dan bobot kering akar

Konsentrasi paclobutrazol

(ppm)

Pengamatan Bobot kering tajuk

(g) Bobot kering akar

(g) Rasio akar/tajuk

0 39.53ba 9.45a 0.25a 20 49.15a 9.49a 0.20a 40 36.70ba 9.37a 0.27a 60 32.48ba 8.66a 0.28a 80 100

25.83b 34.65ba

9.06a 9.50a

0.40a 0.38a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %

Menurut Wattimena (1988), paclobutrazol termasuk zat pengatur tumbuh

dari golongan retardan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan metabolisme

tanaman pada meristem sub apikal yang dapat menghalangi pemanjangan sel,

sehingga perpanjangan buku terhambat. Penelitian Santiasrini (2009)

menunjukkan semakin tinggi konsentrasi paclobutrazol menyebabkan tanaman

semakin pendek, sehingga dapat berakibat pada semakin rendahnya berat kering

tanaman. Namun, pada penelitian ini peningkatan konsentrasi paclobutrazol tidak

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetaif tanaman sebagaimana

ditunjukkan pada peubah tinggi tanaman, diameter tunas, jumlah tunas, berat

kering tajuk dan rasio akar/tajuk. Diduga konsentrasi yang digunakan (sampai

dengan 100 ppm) tidak cukup memadai untuk menghambat pertumbuhan tanaman

jahe.

4. Pembungaan

Fase pertumbuhan generatif umumnya ditandai dengan munculnya tunas-

tunas bunga. Pembungaan merupakan tahapan selanjutnya dari pertumbuhan

tanaman setelah masa vegetatif. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol untuk

menginduksi pembungaan tidak memberikan pengaruh nyata (Tabel 11). Namun

demikian tanaman jahe yang diberi paclobutrazol 100 ppm menghasilkan jumlah

spika per rumpun yang cukup tinggi dibandingkan kontrol.

Page 5: A11asa_BAB IV Hasil Dan Pembahasan-2

27

Tabel 11. Pengaruh paclobutrazol terhadap jumlah spika per rumpun

Konsentrasi paclobutazol (ppm) Jumlah spika per rumpun 0 1.53a 20 1.73a 40 1.46a 60 2.06a 80 1.80a

100 3.40a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan

tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pemberian retardan

pada berbagai tanaman tidak selalu dapat menginduksi pembungaan dengan lebih

cepat. Pengaruh pemberian retardan terhadap pembungaan juga masih belum

konsisten. Hasil penelitian Sirait dalam Santiasrini (2009) menunjukkan bahwa

pemberian paclobutrazol 75 ppm pada tanaman gardenia tidak berpengaruh

terhadap saat terbentuknya kuncup bunga, sementara Santiasrini (2009)

menyatakan bahwa tanaman kontrol gloksinia memiliki jumlah bunga yang paling

banyak dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol (100 –

400 ppm), diduga karena konsentrasi paclobutrazol yang diberikan terlalu tinggi

sehingga menghambat pembungaan.

Walaupun pengaruh paclobutrazol dalam menginduksi pembungaan tidak

memberikan pengaruh nyata pada semua perlakuan, paclobutrazol 100 ppm dapat

memperpanjang periode pembungaan. Konsentrasi paclobutrazol 100 ppm

menginduksi spika pertama sekitar 6 MSA dan spika akhir sekitar 10.66 MSA

(Gambar 5). Spika jahe lebih cepat muncul pada konsentrasi paclobutrazol 100

ppm setelah aplikasi ke-4.