repository.poltekkes-denpasar.ac.idrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/1353/10/1 a SKRIPSI... ·...
Transcript of repository.poltekkes-denpasar.ac.idrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/1353/10/1 a SKRIPSI... ·...
SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM
MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM
Oleh :
N I KETUT AYU PRATIWI CATUR WAHYUNI NIM. P07120214019
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATANPROGRAM STUDI DIV
DENPASAR2018
i
SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM
MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMenyelesaikan Pendidikan Diploma IV Keperawatan
Jurusan Keperawatan
Oleh :N I KETUT AYU PRATIWI CATUR WAHYUNI
NIM. P07120214019
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATANPROGRAM STUDI DIV
DENPASAR2018
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM
MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM
TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN
Pembimbing Utama
I Ketut Suardana,S.Kp., M.Kes NIP. 196509131989031002
Pembimbing Pendamping
I DPG Putra Yasa., S.Kp., M.Kep., Sp. MB.NIP. 197108141994021001
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar
V. M Endang Sri Purwadmi Rahayu, S.Kep.,M.PdNIP. 195812191985032005
iii
SKRIPSI DENGAN JUDUL :
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM
MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM
TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI
PADA HARI : SELASA
TANGGAL : 5 JUNI 2018
TIM PENGUJI :
1. I Wayan Surasta, S.Kp., M.Fis. (Ketua) (……...……….)
NIP. 196512311987031015
2. Ners. I Made Sukarja, S.Kep., M.Kep. (Anggota) (……...……….)
NIP. 196812311992031020
3. I Ketut Suardana, S.Kp., M. Kes. (Anggota) (…….…..…....)NIP. 196509131989031002
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar
iv
V. M Endang Sri Purwadmi Rahayu, S.Kep.,M.PdNIP. 195812191985032005
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni
NIM : P07120214019
Program Studi : Diploma IV
Jurusan : Keperawatan
Tahun Akademik : 2018
Alamat : Jalan Pulau Moyo No XII B
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Tugas akhir dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi
terhadap Kesiapsagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung
Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem adalah benar karya sendiri atau
bukan plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila di kemudian hari terbukti Tugas Akhir ini bukan karya saya sendiri
atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Denpasar, Juni 2018
Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni
v
NIM. P07120214019
ABSTRACT
The Effect of Animated Video Media on Student Preparedness in Facing Volcano Eruption at SDN 2 Sidemen Karangasem
.
The volcanic eruption disaster is an event that can be used for the environment and the livelihood of people and the environment. One of the disaster mitigation efforts that can be done is to increase preparedness. This research is given to students by using animated video media containing material or information related to disaster from pre disaster, emergency response, and post disaster volcano eruption. The purpose of this research is to determine the effect of animated video media on student preparedness in facing volcano eruptions. The type of this research is Quasi-Experimental Design with the design used is One-Group Pretest-Posttest using technique proportionate stratified random sampling. The number of samples are 40 people who are students of grade IV, V and VI. The results showed that the average of student preparedness before the given video animation media that is 74.17 and the average after given animation is 87.26. The result of research with paired t-test statistic, obtained ρ-value = 0,001 <alpha (0,05), that can be concluded that there is effect of video animation media to student preparedness in facing volcano eruption at SDN 2 Sidemen Karangasem. Based on research results suggested for teachers to improve the material by developing other similar educational media.
Keywords: Disaster volcano eruption, Preparedness, Animated video
vi
ABSTRAK
Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi
di SDN 2 Sidemen Karangasem
Bencana letusan gunung berapi adalah peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat serta lingkungan. Salah satu upaya penanggulangan dampak bencana yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan. Penelitian ini diberikan kepada siswa dengan media video animasi yang berisi materi atau informasi yang berkaitan dengan kebencanaan dari masa pra bencana, masa tanggap darurat, dan pasca bencana letusan gunung berapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi. Jenis penelitian ini adalah Quasi-Experimental Design dengan rancangan yang digunakan yaitu One-Group Pretest-Posttest menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Jumlah sampel sebanyak 40 orang yang merupakan siswa kelas IV, V dan VI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kesiapsiagaan siswa sebelum diberikan media video animasi yaitu 74,17 dan setelah diberikan video animasi hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata 87,26. Hasil penelitian diuji dengan uji statistik paired t-test, didapatkan ρ-value = 0,001 < alpha (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada guru disekolah untuk meningkatkan pemberian materi kebencanaan dengan mengembangkan media edukasi lainnya yang serupa.
Kata Kunci : Bencana letusan gunung berapi, Kesiapsiagaan, Video animasi
vii
RINGKASAN PENELITIAN
PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI
TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI
BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN
KARANGASEM TAHUN 2018
NI KETUT AYU PRATIWI CATUR WAHYUNI
Indonesia merupakan negara kepulauan sebagai pertemuan empat lempeng
tektonik utama dunia yaitu Lempeng Eurasia, Indian-Australian, Pasifik dan
Filipina. Pertemuan empat lempeng tersebut menimbulkan interaksi yang
berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik wilayah Indonesia, salah satu
konsekuensi menjadikan daerah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang
tinggi terhadap bencana alam. Beberapa diantaranya adalah rawan gempa bumi,
tsunami, serta letusan gunung berapi disepanjang “ring of fire” dari Sumatera-
Jawa-Bali-Nusa Tenggara-Banda-Maluku (BNPB, 2016). Dari sembilan
kabupaten di Provinsi Bali, Kabupaten Karangasem menempati nomor satu dalam
kelas risiko bencana diantara kabupaten lainnya (IRBI, 2014). Salah satu bencana
yang paling berisiko di Kabupaten Karangasem adalah bencana meletusnya
Gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali dengan ketinggian
3.031 mdpl.
Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Dampak
psikologis pasca bencana biasanya muncul sebagai manifestasi dari pengalaman
mengerikan. Individu dengan gangguan psikologis pasca bencana akan
mengalami ansietas dan selalu teringat trauma melalui memori, mimpi atau reaksi
terhadap isyarat internal tentang peristiwa yang terkait dengan trauma. Gangguan
ini dapat terjadi pada semua usia, termasuk anak-anak dan remaja (Astuti, 2012).
viii
Anak-anak merupakan salah satu kelompok rentan yang paling berisiko
terkena dampak bencana. Kerentanan anak-anak terhadap bencana dipicu oleh
faktor keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko di sekeliling mereka, yang
berakibat tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana (Indriasari,
2014). Upaya kesiapsiagaan dapat meminimalkan dampak buruk dari bahaya
melalui tindakan pencegahan yang efektif dan tepat. Strategi kesiapsiagaan sangat
diperlukan dalam pendidikan kebencanaan selain bisa meningkatkan kapasitas
juga bisa dijadikan pengembangan pendidikan kebencanaan yang berkaitan
dengan PRB (Pengurangan Risiko Bencana) (Milfayetty, & Dirhamsyah, 2014).
Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada kelompok anak salah satunya
dengan media edukasi yang terkait kebencanaan yaitu melalui video animasi
kesiapsiagaan bencana. Karena menurut teori Piaget dengan belajar sambil
bermain anak tidak hanya mendapatkan kesenangan namun anak juga belajar akan
sesuatu.
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-eksperimental design dengan
rancangan yang digunakan yaitu One-group pretest-posttest. Penelitian ini
dilakukan di SDN 2 Sidemen Karangasem yaitu pada bulan Mei tahun 2018.
Sampel yang digunakan sebanyak 40 orang dari jumlah populasi sebanyak 44
orang, sampel tersebut merupakan siswa yang duduk dibangku kelas IV, V dan VI
SDN 2 Sidemen yang diambil dengan menggunakan tekhnik proportionate
stratified random sampling. Metode pengumpulan data dari penelitian ini
menggunakan lembar kuesioner kesiapsiagaan untuk siswa.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa nilai rata-rata
kesiapsiagaan siswa sebelum diberikan video animasi yaitu 74,17 yang termasuk
kategori siap namun belum mencapai nilai maksimal (sangat siap). Hasil ini
membuktikan bahwa siswa yang duduk dibangku sekolah dasar sangatlah penting
diberikan materi tentang kebencanaan dan cara melindungi diri dalam menghadapi
bencana guna untuk meningkatkan kesiapsiagaan diri sendiri jika terjadi bencana
saat mereka berada disekolah. Setelah diberikan media video animasi terjadi
peningkatan pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
dengan hasil rata-rata 87,26 yang termasuk kategori sangat siap. Hasil ini
menunjukkan pemberian edukasi dengan cara memberikan tayangan video
ix
animasi akan membuat anak-anak lebih cepat menerima materi yang diberikan
karena biasanya pemberian edukasi lebih sering diberikan dengan metode
ceramah dan tanya jawab saja yang membuat anak lebih cepat bosan menyimak
materi yang diberikan.
Hasil analisa dengan uji paired t-test diperoleh ρ-value pada kolom Sig. =
0,001 < alpha (0,05) hal ini berarti hipotesa penelitian diterima yang
menunjukkan ada pengaruh penggunaan media video animasi terhadap
kesiapsiagaan anak sekolah dasar dalam menghadapi bencana letusan gunung
berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan ataupun referensi bagi
peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian
edukasi mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dengan
memperhatikan kelemahan penelitian ini untuk lebih meningkatkan kesiapsiagaan
pada kelompok anak seperti memberikan pelatihan dan simulasi bencana di
kalangan sekolah dasar agar anak-anak lebih paham dan mempunyai gambaran
tentang kebencanaan. Hasil penelitian ini juga diharapkan para guru dapat
meningkatkan pemberian materi khususnya mengenai kebencanaan kepada siswa
dengan mengembangkan metode yang lebih menarik, efektif, dan efisien seperti
memberikan media yang serupa dengan media video animasi.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam
Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen
Karangasem” tepat pada waktunya. Skripsi ini dapat diselesaikan bukanlah
semata-mata usaha penulis sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH., selaku Direktur
Poltekkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program
pendidikan D IV di Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar.
2. Ibu V. M Endang Sri Purwadmi Rahayu, S.Kep., M.Pd., selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Denpasar, yang telah memberikan kesempatan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak I Dewa Putu Gede Putra Yasa, S.Kp. M.Kep. Sp.MB., selaku Ketua
Program Studi D-IV Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar sekaligus pembimbing pendamping yang telah memberikan
bimbingan selama pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Denpasar.
4. Bapak I Ketut Suardana, S.Kp., M.Kes., selaku pembimbing utama yang telah
banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
xi
5. Mahasiswa angkatan II D-IV Keperawatan Poltekkes Denpasar yang banyak
memberikan masukkan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Orangtua, keluarga, dan semua teman yang selalu memberikan dukungan dan
doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan usulan penelitian ini.
Denpasar, Juni 2018
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................................v
ABSTRACT..............................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
RINGKASAN PENELITIAN..............................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................xi
DAFTAR ISI........................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................6
1. Tujuan umum.............................................................................................6
2. Tujuan khusus............................................................................................7
D. Manfaat Penelitian............................................................................................7
1. Manfaat teoritis..........................................................................................7
2. Manfaat praktis..........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bencana Letusan Gunung Berapi..............................................9
1. Definisi bencana........................................................................................9
xiii
2. Jenis – jenis bencana..................................................................................9
3. Bencana letusan gunung berapi...............................................................10
4. Dampak bencana letusan gunung berapi.................................................11
5. Manajemen penanggulangan bencana.....................................................12
B. Konsep Dasar Kesiapsiagaan..........................................................................14
1. Definisi kesiapsiagaan.............................................................................14
2. Parameter untuk mengukur kesiapsiagaan...............................................15
3. Stakeholder utama kesiapsiagaan............................................................19
4. Peran siswa dalam kesiapsiagaan bencana..............................................21
5. Parameter kesiapsiagaan bencana pada siswa sekolah............................21
6. Faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan..............................................23
7. Tingkat kesiapsiagaan..............................................................................23
C. Media Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Reduction)....................24
1. Pengurangan risiko bencana (PRB).........................................................24
2. Karateristik anak usia sekolah dasar........................................................24
3. Media video animasi................................................................................25
4. Kelebihan dan kekurangan video animasi...............................................28
D. Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi...................................30
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep............................................................................................32
B. Definisi operasional........................................................................................33
C. Hipotesis Penelitian........................................................................................35
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...............................................................................................36
xiv
B. Alur Penelitian................................................................................................37
C. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................38
1. Tempat penelitian....................................................................................38
2. Waktu penelitian......................................................................................38
D. Populasi dan Sampel.......................................................................................38
1. Populasi penelitian...................................................................................38
2. Sampel.....................................................................................................38
3. Jumlah dan besar sampel.........................................................................39
4. Teknik sampling......................................................................................40
E. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data.............................................................41
1. Jenis data yang dikumpulkan...................................................................41
2. Metode pengumpulan data.......................................................................41
3. Instrumen pengumpulan data...................................................................45
F. Pengolahan Dan Analisis Data.......................................................................47
1. Teknik pengolahan data...........................................................................47
2. Analisis data.............................................................................................49
G. Etika Penelitian...............................................................................................51
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian...............................................................................................53
1. Kondisi lokasi penelitian.........................................................................53
2. Karakterisik responden penelitian...........................................................54
3. Hasil pengamatan terhadap responden penelitian berdasarkan variabel penelitian..................................................................................................55
4. Pengaruh penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.................................57
xv
B. Pembahasan Hasil Penelitian..........................................................................58
1. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana sebelum diberikan media video animasi................................................................................58
2. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana setelah diberikan media video animasi...........................................................................................61
3. Pengaruh penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.................................62
C. Kelemahan Penelitian.....................................................................................64
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.........................................................................................................65
B. Saran...............................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................67
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
xvi
Tabel 1 Tingkat Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana di Sekolah……………………………………………………….
23
Tabel 2 Definisi Operasional Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem tahun 2018……………………………………...
34
Tabel 3 Distribusi Proporsi Sampel SDN 2 Sidemen Karangasem…... 41
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Penelitian Berdasarkan Umur di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018…………
54
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018………
55
Tabel 6 Distribusi Skor Pre-Test Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Sebelum Diberikan Video Animasi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018…………………..
56
Tabel 7 Distribusi Skor Post-Test Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Setelah Diberikan Diberikan Video Animasi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018………
56
Tabel 8 Hasil Analisa Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018…………………………………………………..
58
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2
xvii
Sidemen Karangasem Tahun 2018………………………. 32
Gambar 2. Desain Penelitian Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018……………………….
36
Gambar 3. Bagan Alur Kerangka Kerja Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018……………….
37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Lampiran 2 : Rencana Anggaran Biaya Penelitian Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem
xviii
Tahun 2018
Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5 : Kisi-Kisi Kuisioner Penelitian
Lampiran 6 : Lembar Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 7 : Satuan Acara Penyuluhan Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Lampiran 8 : Master Tabel Pengumpulan Data
Lampiran 9 : Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson untuk Berbagai df
Lampiran 10 : Hasil Analisa Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Lampiran 11 : Hasil Analisa Uji Normalitas Instrumen Penelitian
Lampiran 12 : Hasil Analisa Data
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan sebagai pertemuan empat lempeng
tektonik utama dunia yaitu Lempeng Eurasia, Indian-Australian, Pasifik dan
Filipina. Pertemuan empat lempeng tersebut menimbulkan interaksi yang
berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik wilayah Indonesia, salah satu
konsekuensi menjadikan daerah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang
tinggi terhadap bencana alam. Beberapa diantaranya adalah rawan gempa bumi,
tsunami, serta letusan gunung berapi disepanjang “ring of fire” dari Sumatera-
Jawa-Bali-Nusa Tenggara-Banda-Maluku (BNPB, 2016).
Selama kurun waktu antara 2004 hingga 2014 terdapat berbagai bencana
alam yang melanda Indonesia diantaranya, gempa bumi dan tsunami Aceh-Nias
(2004), gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah (2006), gempa bumi Sumatera
Barat dan Bengkulu (2007), gempa bumi Sumatera Barat (2009), gempa bumi dan
tsunami Mentawai (2010), erupsi Gunung Merapi (2010), erupsi Gunung
Sinabung (2013 dan 2014), dan erupsi Gunung Kelud (2014) (Bappenas, 2014).
Bali sendiri dalam Indek Risiko Bencana Indonesia pada tahun 2013
terdapat beberapa ancaman bencana, yaitu banjir, gempa bumi, tsunami,
kebakaran pemukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, letusan gunung api,
abrasi, kebakaran lahan dan hutan, konflik sosial, epidemi dan wabah penyakit.
Dari sembilan kabupaten di Provinsi Bali, Kabupaten Karangasem menempati
nomor satu dalam kelas risiko bencana diantara kabupaten lainnya (IRBI, 2014).
Salah satu bencana yang paling berisiko di Kabupaten Karangasem adalah
bencana meletusnya Gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Pulau
Bali dengan ketinggian 3.031 mdpl. Gunung Agung terletak di Kecamatan
Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia (Pemerintah Kabupaten
Karangasem, 2017).
Letusan Gunung Agung pada tahun 1963 tercatat menurunkan suhu Bumi
sebesar 0,4 derajat Celcius. Hal itu terjadi karena material vulkanik berupa aerosol
sulfat dari gunung itu terbang hingga jarak 14.400 kilometer dan melapisi
atmosfer Bumi. Letusan itu juga disertai abu vulkanik yang ke luar vertikal dari
kawah Gunung Agung setinggi 20 kilometer. Data tersebut merupakan satu dari
sedikit fakta letusan Gunung Agung yang dihimpun Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Kepala BNPB Sutopo Purwo Nugroho
mengatakan letusan Gunung Agung saat itu berlangsung dari 2 Februari 1963
hingga 27 Januari 1964. Merujuk data yang dihimpun dari catatan Badan Geologi,
UNESCO (1964), Jurnal Science (1978), dan Bulletin Vulcanology (2012),
letusan itu menewaskan 1.549 orang. Sebanyak 1.700 rumah hancur. Sekitar
225.000 orang kehilangan mata pencaharian, dan 100 orang juga mengungsi
(Jaringan Pemberitaan Pemerintah, 2017).
Tingginya korban jiwa serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
bencana adalah karena kurangnya kesiapsiagaan dan pemahaman masyarakat
terhadap paradigma pendekatan holistik, yakni menempatkan bencana dalam tata
kerangka manajerial yang dikenali dari bahaya (hazard), kerentanan
(vulnerability), serta kemampuan (capacity) masyarakat (Efendi dan Makhfudli,
2009).
2
Sejak bulan Agustus 2017 Gunung Agung telah menunjukkan peningkatan
aktivitas vulkanik. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
kemudian menaikkan status ke level IV (Awas) pada tanggal 22 September 2017.
Namun terhitung sejak 29 Oktober 2017 pukul 16.00 WITA, status diturunkan
kembali dari level IV (Awas) menjadi level III (Siaga) (Kompas, 2017). Dampak
dari peningkatan aktivitas vulkaknik Gunung Agung ini mengharuskan
masyarakat di sekitar kawasan rawan bencana harus mengungsi. Berdasarkan
sumber informasi bidang Humas Satgas Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung
Agung total pengungsi pada tanggal 16 Desember 2017 adalah sejumlah 71.668
jiwa yang berada di 239 titik di seluruh kabupaten di Bali (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, 2017).
Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana
dan didalam konsep bencana yang berkembang saat ini, kesiapsiagaan juga
merupakan elemen penting dari kegiatan pencegahan pengurangan risiko bencana
yang bersifat proaktif, sebelum terjadinya suatu bencana (Firmansyah,dkk., 2014).
Peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi dan mengurangi risiko bencana di
realisasikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
mengenai penanggulangan bencana yang menjadi langkah awal dalam upaya
penanggulangan bencana di Indonesia. Undang-Undang tersebut diaplikasikan
dengan dibentuknya Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) oleh
pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 dan diikuti dengan
pembentukan Badan Penanggulanan Bencana Daerah di setiap provinsi dan
kabupaten di wilayah Indonesia (BNPB, 2008).
3
Komunitas sekolah merupakan salah satu stakeholder yeng mempunyai
peranan besar dalam menyebarkan pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang
kebencanaan mulai dari sebelum, saat, dan setelah terjadi bencana (Indriasari,
2014). Sekolah memiliki peranan penting dalam mengubah pola pikir terhadap
kebencanaan melalui pendidikian pengurangan risiko bencana pada komunitas
sekolah (Indriasari, 2014). Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia
memberikan edaran kepada Gubernur, Bupati dan Wali Kota se-Indonesia perihal
pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah yang tertuang dalam
surat edaran No. 70a/MPN/SE/2010 dalam meningkatkan kesiapsiagaan di
sekolah. Sehubungan dengan siswa sekolah dasar masih dalam proses penggalian
ilmu pengetahuan dan untuk membangun budaya keselamatan dan kesiapsiagaan
anak-anak sekolah dasar, dimana dalam usia tersebut anak sudah mampu
menyerap dan mempraktikan dengan baik informasi yang mereka peroleh, dan
diharapkan mereka mampu memahami dan mencerna informasi mengenai
perlindungan diri terhadap bencana (Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia,
2011).
Salah satu media yang cukup relevan dalam menumbuhkan rasa
kesiapsiagaan adalah dengan video animasi karena dapat memberikan pengalaman
belajar yang lebih bermakna dan memberikan stimulus yang lebih besar
dibandingkan membaca buku teks sehingga menimbulkan kesan impresif bagi
penontonnya (Munir, 2012). Video animasi termasuk jenis media audio visual,
karena terdapat gerakan gambar dan suara (Warsita, 2008). Media animasi
umumnya disukai oleh masyarakat dan khususnya anak-anak. Hal ini
dibuktikan oleh Wiranti (2015) memberikan kesimpulan bahwa tayangan pada
4
televisi yang disukai oleh mayoritas masyarakat adalah animasi kartun.
Tayangan animasi mampu mengalahkan video-video biasa atau bukan video
animasi kartun. Pemilihan video pembelajaran yang berupa media animasi
dapat dijadikan pilihan yang tepat, dengan media animasi maka pemahaman
anak-anak terhadap materi yang disajikan akan lebih mudah, menarik dan
menyenangkan (Indriana, 2011).
Penelitian Muslimin (2017) menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan
media video animasi terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas II
B SD Muhammadiyah Karangtengah Bantul Yogyakarta. Hal tersebut serupa
dengan penelitian Ulirrosyad (2015) menunjukkan bahwa hasil kognitif
masyarakat meningkat setelah menggunakan video pembelajaran kebencanaan
untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir pada masyarakat
Desa Wonosari Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen.
Pemberian media video animasi akan diberikan untuk anak-anak sekolah
dasar di daerah Sidemen, Karangasem. Karakteristik Desa Sidemen yang berada
pada radius ±20 km dari Gunung Agung menjadikan Desa Sidemen sangat
berpotensi terhadap hasil erupsi Gunung Agung baik berupa hujan abu maupun
banjir lahar dingin. SDN 2 Sidemen Karangasem dengan jumlah populasi siswa
seluruhnya 92 orang dengan responden yang digunakan penelitian kelas IV, V dan
VI sebanyak 44 orang. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SDN 2
Sidemen diperoleh hasil bahwa saat terjadi erupsi Gunung Agung pada tanggal 25
hingga 27 November 2017 sekolah tersebut terkena dampak yaitu hujan abu
sehingga mengganggu kegiatan belajar mengaiar di sekolah tersebut. Selain itu,
disebutkan pula bahwa sekolah tersebut belum pernah mendapat pelatihan atau
5
simulasi kesiapsiagaan bencana, serta lokasi SDN 2 Sidemen yang dekat dengan
aliran sungai semakin meningkatkan potensi terkena banjir lahar dingin. Upaya
pemerintah dalam meningkatkan kesiapsiagaan di tingkat sekolah yaitu
dengan dibagikannya tas siaga dari BNPB yang diberikan ke setiap kecamatan di
Karangasem. Upaya yang dilakukan masih belum bisa memberikan pengaruh
secara menyeluruh. Hasil studi pendahuluan diperoleh bahwa dari 10 siswa yang
ditanyakan, 7 siswa mengatakan masih ragu tentang tindakan kesiapsiagaan yang
tepat bila terjadi bencana letusan gunung berapi.
Berdasarkan alasan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa
dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen
Karangasem”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah
penelitian yaitu: “Apakah ada pengaruh penggunaan media video animasi
terhadap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi
di SDN 2 Sidemen Karangasem ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam
menghadapi bencana letusan gunung berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem..
6
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan
gunung berapi sebelum diberikan media video animasi.
b. Mengidentifikasi kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan
gunung berapi setelah diberikan media video animasi.
c. Menganalisa pengaruh pemberian media video animasi terhadap kesiapsiagaan
siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang nantinya akan diperoleh, peneliti berharap hal
tersebut memberikan manfaat. Manfaat dari penelitian yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat teoritis
a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ilmiah di bidang
keperawatan dalam pengembangan ilmu kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana letusan gunung berapi pada siswa SD.
b. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan bagi peneliti
selanjutnya dalam melakukan penelitian serupa mengenai pengaruh
penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam
menghadapi bencana letusan gunung berapi dengan berlandaskan pada
kelemahan dari penelitian ini dan dapat mengembangkan dengan media yang
lainnya.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan saran kepada guru pendidik sekolah
dasar agar mempertimbangkan pemberian materi pengurangan risiko bencana
7
dengan media video animasi yang dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pertimbangan pada perawat gawat
darurat maupun mahasiswa lain untuk dilakukan kegiatan pengabdian
masyarakat yang berfokus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana
pada siswa sekolah dasar.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada orang tua dan
masyarakat dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan pada diri anak sejak
dini.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bencana Letusan Gunung Berapi
1. Definisi bencana
Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan.
2. Jenis – jenis bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, antara
lain:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror (Presiden
Republik Indonesia, 2007).
3. Bencana letusan gunung berapi
Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat
keluarnya magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan (Ruwanto,
2008). Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah "erupsi ". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan
zona kegempaan aktif, sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas
lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga
mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma).
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang
sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar
dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-
1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur
sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri
sampai sejauh radius 90 km (Priambodo, 2009).
Berdasarkan kejadiannya, bahaya letusan gunung api dibedakan menjadi
dua yaitu bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder), jenis bahaya
tersebut masing-masing mempunyai resiko merusak dan mematikan (Nurjanah
dkk, 2011).
a. Bahaya utama (primer)
Bahaya utama letusan gunung berapi adalah bahaya yang langsung
terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah awan
panas, lontaran batu pijar, hujan abu lebat, dan lelehan lava.
10
b. Bahaya ikutan (sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung berapi adalah bahaya yang terjadi setelah
proses peletusan berlangsung. Apabila suatu gunung api meletus akan terjadi
penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian
atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material tersebut akan terbawa
oleh air hujan dan tercipta lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan.
Biasanya banjir tersebut dikenal dengan banjir lahar dingin.
4. Dampak bencana letusan gunung berapi
Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya letusan gunung berapi
baik dampak terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun
dampaknya terhadap keseimbangan lingkungan. Menurut Priambodo (2009)
berikut ini beberapa dampak yang diakibatkan karena terjadinya letusan gunung
api:
a. Pencemaran pada udara dengan abu gunung berapi yang mengandung gas
seperti Sulfur dioksida, gas Hidrogen sulfide, Nitrogen dioksida serta beberapa
partikel lain yang dapat meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
b. Terganggunya kegiatan pada perekonomian masyarakat sekitar gunung
meletus.
c. Rusaknya infrastruktur dan pemukiman masyarakat sekitar karena material
berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas.
d. Rusaknya lahan pertanian sementara yang dilalui lahar panas dan kebakaran
hutan yang mengakibatkan rusaknya ekosistem.
e. Selain dari gas beracun diatas material yang dikeluarkan oleh gunung berapi
pun dapat menyebabkan sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
11
f. Hilangnya wisatawan pencinta alam pada tempat-tempat yang dianggap salah
satu destinasi wisata bagi wisatawan pecinta alam.
5. Manajemen penanggulangan bencana
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu
untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan
observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana
(Presiden Republik Indonesia, 2007)
Model penanggulangan bencana dikenal sebagai siklus penanggulangan
bencana yang terdiri dari tiga fase, yaitu fase prabencana, fase saat terjadi
bencana, dan fase pasca bencana.
a. Fase prabencana
Fase prabencana pendekatannya adalah pengurangan risiko bencana dengan
tujuan untuk membangun masyarakat Indonesia yang tangguh dalam menghadapi
ancaman bencana. Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian
yaitu kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi. Tindakan yang harus dilakukan
individu yaitu :
1) Mengikuti sosialisasi tentang peristiwa letusan gunung berapi pada
masyarakat awam terkait peristiwa alam seperti gempa karena gunung berapi,
dan terjadinya gunung meletus.
2) Mematuhi pengumuman dari instansi berwenang, misalnya dalam penetapan
status gunung berapi.
3) Mengenali tanda-tanda terjadinya bencana gunung berapi, misalnya turunnya
binatang dari puncak gunung atau terciumnya bau belerang.
12
4) Mengetahui tempat yang aman dan jalur evakuasi.
b. Fase saat terjadinya bencana
Fase ini kegiatan yang dilakukan adalah tanggap darurat bencana di mana
sasarannya adalah “save more lifes”. Kegiatan utamanya adalah tanggap darurat
berupa pencarian, penyelamatan, dan evakuasi serta pemenuhan kebutuhan dasar
berupa air minum, makanan dan penampungan/shalter bagi para korban bencana.
Tindakan yang harus dilakukan individu yaitu :
1) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah
aliran lahar.
2) Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas serta
persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
3) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang
atau jaket, celana panjang, topi, masker dan lainnya.
4) Jangan memakai lensa kontak.
5) Lakukan evakuasi dan pengungsian pada masyarakat sekitar gunung meletus
ke tempat yang lebih aman.
6) Mematuhi pedoman dan perintah dari instansi berwenang tentang upaya
penanggulangan bencana.
c. Fase pasca bencana
Pada fase pasca bencana, aktivitas utama ditargetkan untuk memulihkan
kondisi (rehabilitasi) dan pembangunan kembali (rekonstruksi) tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat menjadi lebih baik (build back better). Tindakan yang
harus dilakukan individu yaitu :
13
1) Jauhi tempat aliran sungai, kemungkinan akan terjadi banjir lahar dingin dan
batu-batu besar.
2) Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.
3) Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan.
4) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa
merusak mesin.
B. Konsep Dasar Kesiapsiagaan
1. Definisi kesiapsiagaan
Mengacu pada prioritas keempat Sendai Framework Action 2015-2030,
disebutkan bahwa untuk mengurangi risiko bencana diperlukan adanya
peningkatan dalam bidang kesiapsiagaan bencana (United Nations Office for
Disaster Risk Reduction, 2015). Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU RI No. 24 Tahun 2007). Konsep
kesiapsiagaan yang digunakan lebih ditekankan pada kemampuan untuk
melakukan tindakan persiapan menghadapi kondisi darurat bencana secara cepat
dan tepat (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).
Menurut The Indonesian Development of Education and Permaculture
(IDEP) (2007) menyatakan tujuan kesiapsiagaan yaitu :
a. Mengurangi ancaman
b. Mengurangi kerentanan masyarakat
c. Mengurangi akibat
d. Menjalin kerjasama
14
2. Parameter untuk mengukur kesiapsiagaan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun
2006 telah mengembangkan kerangka kerja kajian (Assessment Framework)
kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Lima faktor kritis yang
disepakati sebagai parameter untuk mengukur kesiapsiagaan untuk mengantisipasi
bencana dapat dijabarkan sebagai berikut. Untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan
masyarakat, maka lima parameter yang telah disepakati tersebut harus
diterjemahkan menjadi variabel-variabel yang dapat dihitung nilainya. Jumlah
variabel bervariasi antar parameter dan antar stakeholders, sesuai dengan
kebutuhan dan spesifikasi masing-masing :
a. Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana
Pengetahuan dan sikap merupakan parameter utama dalam kesiapsiagaan
bencana karena pengetahuan tersebut menjadi kunci penentu sikap dan tindakan
dalam mengantisipasi bencana. Bila pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan
gejala sebelum terjadinya suatu bencana tidak mencukupi, maka dampak yang
timbul akibat bencana dapat menjadi jauh lebih besar karena masyarakat salah
dalam mengambil tindakan penyelamatan diri saat terjadi bencana. Pengetahuan
dan sikap terdiri dari empat variabel, yaitu:
1) Pemahaman tentang bencana alam
2) Pemahaman tentang kerentanan lingkungan
3) Pemahaman tentang kerentanan bangunan fisik dan fasilitas-fasilitas penting
untuk keadaan darurat bencana
4) Sikap dan kepedulian terhadap resiko bencana
15
b. Kebijakan dan panduan
Kebijakan diperlukan agar job description setiap pihak tidak saling tumpang
tindih sehingga terbentuk tata kelola yang rapi dalam menghadapi bencana. Selain
kebijakan, panduan operasional sesuai dengan job description diperlukan agar
kebijakan dapat berjalan secara optimal. Kebijakan yang signifikan berpengaruh
terhadap kesiapsiagaan meliputi: pendidikan publik, emergency planning, sistim
peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya, termasuk pendanaan, organisasi
pengelola, SDM dan fasilitas-fasilitas penting untuk kondisi darurat bencana.
Kebijakan-kebijakan dituangkan dalam berbagai bentuk, tetapi akan lebih
bermakna apabila dicantumkan secara konkrit dalam peraturan-peraturan, seperti:
SK atau Perda yang disertai dengan job description yang jelas. Kebijakan,
peraturan dan panduan dijabarkan kedalam tiga variabel, yaitu :
1) Jenis-jenis kebijakan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam,
seperti: organisasi, pengelola bencana, rencana aksi untuk tanggap darurat,
sistim peringatan bencana, pendidikan masyarakat dan alokasi dana
2) Peraturan-peraturan yang relevan, seperti: perda dan SK
3) Panduan-panduan yang relevan
c. Rencana untuk keadaan darurat bencana
Rencana menjadi bagian yang penting dalam kesiapsiagaan, terutama
berkaitan dengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan, agar korban bencana
dapat diminimalkan. Upaya ini sangat krusial, terutama pada saat terjadi bencana
dan hari-hari pertama setelah bencana sebelum bantuan dari pemerintah dan dari
pihak luar datang. Mitigasi dan evakuasi yang terstruktur perlu direncanakan agar
tidak terjadi dampak bencana yang parah utamanya karena tidak adanya rute arah
16
menuju zona aman bencana. Rencana untuk keadaan darurat diterjemahkan
menjadi delapan variabel, yaitu:
1) Organisasi pengelola bencana, termasuk kesiapsiagaan bencana
2) Rencana evakuasi, temasuk lokasi dan tempat evakuasi, peta, jalur dan rambu-
rambu evakuasi
3) Posko bencana dan prosedur tetap (protap) pelaksanaan
4) Rencana Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan
ketika terjadi bencana
5) Rencana pemenuhan kebutuhan dasar, termasuk makanan dan minuman,
pakaian, tempat/tenda pengungsian, air bersih, MCK dan sanitasi lingkungan,
kesehatan dan informasi tentang bencana dan korban
6) Peralatan dan perlengkapan evakuasi
7) Fasilitas-fasilitas penting untuk keadaan darurat (Rumah sakit/posko
kesehatan, Pemadam Kebakaran, PDAM, Telkom, PLN, pelabuhan, bandara)
8) Latihan dan simulasi evakuasi
d. Sistim peringatan bencana
Adanya sistim peringatan dini bencana, menjadikan masyarakat dapat
mengetahui bahwa akan ada suatu bencana yang muncul. Sistim ini meliputi tanda
peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya bencana. Dengan peringatan
bencana ini, masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi
korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan latihan
dan simulasi, apa yang harus dilakukan apabila mendengar peringatan, kemana
dan bagaimana harus menyelamatkan diri dalam waktu tertentu, sesuai dengan
17
lokasi dimana masyarakat sedang berada saat terjadinya peringatan. Sistim
peringatan bencana dijabarkan kedalam tiga variabel, yaitu:
1) Sistim peringatan bencana secara tradisional yang telah berkembang/berlaku
secara turun temurun dan/atau kesepakatan lokal
2) Sistim peringatan bencana berbasis teknologi yang bersumber dari
pemerintah, termasuk instalasi peralatan, tanda peringatan, diseminasi
informasi peringatan dan mekanismenya
3) Latihan dan simulasi
e. Mobilisasi sumber daya
Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia (SDM), maupun
pendanaan dan sarana-prasarana penting untuk keadaan darurat, merupakan
potensi yang dapat mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam
kesiapsiagaan bencana alam. Karena itu, mobilisasi sumber daya menjadi faktor
yang krusial. Kemampuan memobilisasi sumber daya tediri dari variabel-variabel
sebagai berikut:
1) Pengaturan kelembagaan dan sistim komando
2) Sumber Daya Manusia, termasuk ketersediaan personil dan relawan,
keterampilan dan keahlian
3) Bimbingan teknis dan penyediaan bahan dan materi kesiapsiagaan bencana
alam
4) Mobilisasi dana
5) Koordinasi dan komunikasi antar stakeholders yang terlibat dalam
kesiapsiagaan bencana
6) Pemantauan dan evaluasi kegiatan kesiapsiagaan bencana
18
Kelima parameter tersebut diimplementasikan kedalam tujuh kelompok
diantaranya individu dan keluarga, pemerintah, komunitas sekolah, kelembagaan
masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Non-
Pemerintah (Ornop), kelompok profesi, dan pihak swasta.
Ketujuh kelompok tersebut, kelembagaan masyarakat LSM dan Ornop,
kelompok profesi dan pihak swasta merupakan stakeholder pendukung yang
mempunyai peran dan kontribusi dalam peningkatan kesiapsiagaan masyarakat.
Sementara individu dan keluarga, dan komunitas sekolah merupakan stakeholder
utama yang menjadi ujung tombak dalam usaha peningkatan kesiapsiagaan
bencana di masyarakat (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).
3. Stakeholder utama kesiapsiagaan
LIPI-UNESCO/ISDR (2006), menyatakan bahwa terdapat tiga stakeholder
utama yang berperan dalam kesiapsiagaan, yaitu :
a. Individu dan rumah tangga
Stakeholder individu dan rumah tangga dikatakan sebagai ujung tombak,
subjek dan objek dari kesiapsiagaan karena berpengaruh secara langsung terhadap
risiko bencana.
b. Pemerintah
Pemerintah memiliki peran yang tidak kalah penting terutama dalam kondisi
sosial ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat yang berkaitan dengan
bencana, penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana publik untuk keadaan darurat.
c. Komunitas sekolah
Komunitas sekolah memiliki potensi yang besar dalam penyebarluasan
pengetahuan tentang bencana, sumber pengetahuan dan petunjuk praktis apa yang
19
harus disiapkan sebelum terjadinya bencana dan apa yang harus dilakukan saat
serta setelah terjadinya bencana.
Komunitas sekolah, sebagai salah satu dari stakeholder utama memiliki
peran yang besar dalam penyebaran pengetahuan tentang kebencanaan sejak
sebelum, saat, hingga setelah terjadinya bencana (Hidayati, dkk., 2010). Sekolah
memiliki peran untuk memberikan pengetahuan untuk mengubah pola pikir
masyarakat terhadap bencana melalui pendidikan pengurangan risiko bencana
pada komunitas sekolah (Astuti S. dan Sudaryono, 2010). Upaya dalam
kesiapsiagaan bencana di sekolah merupakan penerapan dari Kerangka Aksi
Hyogo Framework 2005-2015 dan disempurnakan dalam Kerangka Aksi Sendai
Framework 2015-2030 yaitu peningkatan kesiapsiagaan untuk respon efektif dan
“membangun kembali dengan lebih baik” dalam proses pemulihan, rehabilitasi
dan rekonstruksi. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan di sekolah, Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia juga memberikan edaran kepada
gubernur, bupati dan walikota se-Indonesia perihal pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana di sekolah yang tertuang dalam surat edaran No.
70a/MPN/SE/2010. Untuk mendukung pelaksanaan Sekolah/Madrasah Aman
Bencana, secara khusus telah diterbitkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun
2012 tentang Pembangunan Sekolah dan Madrasah Aman Bencana. Atas dasar
hukum tersebut, dibentuk Sekolah Siaga Bencana (SSB) atau Sekolah/Madrasah
Aman Bencana (SMAB) (Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia,
2010).
20
4. Peran siswa dalam kesiapsiagaan bencana
Siswa sebagai bagian dari komunitas sekolah memiliki peran yang besar
dalam peningkatan kesiapsiagaan di lingkungan sekolah. Kesiapsiagaan pada
siswa perlu diberikan sejak dini untuk membangun budaya keselamatan dan
ketahanan terhadap bencana (Daud dkk., 2014). Siswa mempunyai peran penting
dalam penyebarluasan pengetahuan tentang kebencanaan. Melalui pemberian
pengetahuan kebencanaan kepada siswa, diharapkan kesiapsiagaan siswa terhadap
bencana meningkat dan diharapkan sikap siaga bencana tersebut dapat
disebarluaskan kepada orang terdekat (UNCRD 2009). Penyebarluasan
pengetahuan tersebut dapat berupa pemberian pelatihan kepada siswa yang lebih
muda, contohnya dalam pelatihan Palang Merah Remaja (PMR) diselipkan
pengetahuan kebencanaan.
5. Parameter kesiapsiagaan bencana pada siswa sekolah
Siswa merupakan salah satu bagian penting dalam suatu komunitas sekolah.
LIPI-UNESCO/ISDR (2006) merumuskan parameter kesiapsiagaan pada siswa
sekolah yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan siswa terhadap bencana merupakan indikator paling penting
dalam pengukuran kesiapsiagaan bencana (Hidayati, dkk., 2010). Pengukuran
meliputi pengetahuan tentang bencana, kejadian bencana yang diketahui atau
pernah dialami siswa, tanda awal terjadinya bencana, sumber pengetahuan tentang
bencana dan sikap bila terjadi suatu bencana. Indikator penilaian pengetahuan dan
sikap siswa terhadap kesiapsiagaan meliputi pengetahuan umum terhadap
21
kejadian alam dan bencana, penyebab dan lokasi kejadian bencana, kerentanan
fisik, dan sikap terhadap pengurangan resiko bencana.
b. Perencanaan keadaan darurat
Pengukuran meliputi kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan diri
dalam menghadapi bencana, pengetahuan mengenai hal yang perlu diselamatkan
bila terjadi bencana, dan pengetahuan tentang jalur evakuasi serta pertolongan
dalam tanggap darurat bencana, pemenuhan kebutuhan dasar, peralatan dan
perlengkapan yang harus disiapkan, akses terhadap fasilitas-fasilitas penting
seperti rumah sakit, polisi, dan lembaga kebencanaan, dan pelatihan/simulasi.
c. Sistem peringatan bencana
Sistim ini meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya
bencana. Dengan peringatan bencana ini, masyarakat dapat melakukan tindakan
yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan.
Sistem peringatan bencana berupa tersedianya sumber informasi untuk peringatan
bencana baik dari sumber tradisional maupun lokal, dan adanya akses untuk
mendapatkan informasi. Peringatan dini meliputi informasi yang tepat waktu dan
efektif melalui kelembagaan yang jelas sehingga memungkinkan setiap individu
dan rumah tangga yang terancam bahaya dapat mengambil langkah untuk
menghindari atau mengurangi resiko serta mempersiapkan diri untuk melakukan
upaya pencegahan. Pengukuran meliputi pengetahuan tentang sistem peringatan
bencana dan hal utama yang dilakukan setelah mendengar tanda peringatan
bencana.
22
d. Mobilisasi sumber daya
Pengukuran meliputi kegiatan atau pelatihan yang dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang kebencanaan. Selain itu, penataan
kelembagaan kebencanaan dan tersedianya prosedur untuk keadaan darurat
bencana, komunikasi dan koordinasi antar stakeholder yang relevan dan
bimbingan teknis dan penyediaan materi juga diperlukan.
6. Faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan
Citizen Corps (2016), menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi
kesiapsiagaan terhadap bencana, antara lain :
a. Eksternal motivasi meliputi kebijakan, pendidikan dan latihan, dana.
b. Pengetahuan
c. Sikap
d. Keahlian
7. Tingkat kesiapsiagaan
Tingkatan kesiapsiagaan siswa dalam kajian ini dikategorikan menjadi lima,
sebagai berikut:
Tabel 1 Tingkat Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana di Sekolah
No. Nilai indeks Kategori
1 80 – 100 Sangat siap
2 65 – 79 Siap
3 55 – 64 Hampir siap
4 40 – 54 Kurang siap
5 Kurang dari 40 (0 – 39) Belum siap
Sumber: Hidayati, D, Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami, 2006, h. 47
23
C. Media Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Reduction)
1. Pengurangan risiko bencana (PRB)
Menurut BNPB (2016) “Pengurangan risiko bencana merupakan upaya
meminimalisasi potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana.” Pada anak-
anak sekolah dasar program PRB yang disusun sedemikian rupa bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian pada siswa mengenai PRB
b. Meningkatkan pengetahuan teori maupun praktis tentang upaya
mempersiapkan diri dengan memberikan pelatihan tentang PRB.
c. Memberikan pengetahuan dan skill teknis pada anak-anak tentang langkah-
langkah yang harus dilakukan ketika terjadi bencana alam.
d. Mengembangkan sistem edukasi melalui media tertentu tentang PRB pada
komunitas sekolah terhadap ancaman bencana alam.
2. Karateristik anak usia sekolah dasar
Usia anak-anak hingga menuju usia remaja, manusia mengalami
perkembangan kognitif yang begitu penting. Menurut Piaget dalam Sugiman,
dkk., (2016) membagi perkembangan kognitif anak melalui empat tahap yaitu
tahap sensori-motorik yang berlangsung pada umur 0-2 tahun, tahap
praoperasional umur 2-7 tahun, tahap operasional konkret umur 7-11 tahun dan
tahap operasional formal yang berlangsung umur 11-15 tahun.
Berdasarkan tahap-tahap perkembangan kognitif anak di atas, anak usia
sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Rita Eka Izzaty, dkk
(2008:106) mengungkapkan bahwa pada masa operasional konkret anak dapat
melakukan banyak pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dapat
mereka lakukan pada masa sebelumnya. Masa operasional konkret adalah dimana
24
anak dapat memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit.
Soetjiningsih (2014) mengatakan pada masa ini anak-anak usia akhir sering
bermain konstruktif, menjelajah, mengoleksi sesuatu, berolahraga serta hiburan
seperti membaca komik, mendengarkan radio, menonton film/televisi dan
berkhayal.
Karakteristik anak usia sekolah dasar akan lebih memahami materi yang
disajikan secaramenarik dan menyenangkan misalnya dengan menerapkan
media audiovisual dalam pembelajaran (Kustiawan, 2016). Media gambar dan
video sangat efektif digunakan dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan
teknis tentang cara-cara menghadapi bencana alam pada anak-anak.Berdasarkan
karakteristik diatas maka diharapakan anak-anak dapat mengingat melalui visual
mereka sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap kesiapsiagaan anak sekolah
dasar dalam menghadapi bencana.
3. Media video animasi
Berdasarkan arti harfiah animasi adalah menghidupkan yaitu usaha
untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri. Animasi berasal
dari kata “animation” yang dalam bahasa inggris “to animate” yang berarti
menggerakkan. Animasi merupakan salah satu bagian grafika komputer yang
menyajikan tampilan-tampilan yang sangat atraktif juga merupakan sekumpulan
gambar yang ditampilkan secara berurutan dengan cepat untuk mensimulasi
gerakan yang hidup.
Handi (2002) mendeskripsikan menganimasi berarti menggerakkan objek
agar menjadi hidup. Membuat animasi dapat berupa menggerakkan gambar
kartun, lukisan, boneka atau objek tiga dimensi. Menurut Utami (2011) animasi
25
adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Hal ini sangat
membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian. Munir (2012)
menyatakan bahwa animasi adalah suatu kegiatan menghidupkan atau
menggerakkan benda mati (gambar) menjadi seolah-olah hidup, karena
animasi mampu menjelaskan suatu konsep atau proses yang sulit dijelaskan
dengan media lain sehingga menimbulkan motivasi pengguna (siswa) untuk
ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat dari
beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa animasi merupakan gerakan
gambar maupun teks yang diatur sedemikian rupa agar terlihat menarik dan
terlihat lebih nyata atau hidup, sehingga dengan animasi bisa menjelaskan suatu
konsep yang sulit menjadi mudah dimengerti.
Berbagai inovasi pembelajaran dengan upaya perluasan bahan ajar telah
memposisikan komputer sebagai alat yang memberikan kontribusi yang
positif dalam proses pembelajaran. Menggunakan teknologi komputer peneliti
mencoba memanfaatkan suatu media yang sekiranya efektif dan efisien
digunakan dalam pendidikan siaga bencana siswa sekolah dasar. Penggunaan
media ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi
Tanggap, Tangkas, Tangguh Menghadapi “Gunung Api”. Media ini juga
bertujuan untuk mempermudah pengajar dalam pembelajaran dengan
menampilkan bentuk animasi kepada siswa dengan peralatan komputer dalam
pengoperasiaannya.
Peneliti memilih memanfaatkan media animasi karena media ini dapat
menambah pengetahuan siswa yang tinggal di daerah rawan bencana tentang
bagaimana mengurangi resiko bencana letusan gunung berapi. Media ini
26
memberikan penjelasan dan simulasi dalam bentuk gambar bergerak yang
tampak kongkrit. Media animasi memberi rangsangan kepada siswa untuk
mengikuti kegiatan yang ada di dalam media animasi, sehingga kegiatan
belajar siswa juga semakin menarik. Dengan sistem belajar sambil bermain
melalui media animasi ini siswa diharapkan dapat menerima informasi lebih
jelas, melalui media video animasi yang dikemas dalam bentuk kartun simulasi
di dalamnya.
Perlakuan yang diberikan kepada responden dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan media video animasi. Media video animasi yang digunakan
yaitu video animasi yang disusun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) tahun 2016 dengan judul Tanggap, Tangkas, Tangguh “Gunung Api”.
Media video animasi pembelajaran ini berisikan materi bencana gunung
berapi dan penanganannya. Berikut ini adalah isi dari tayangan video animasi
berjudul Tanggap, Tangkas, Tangguh “Gunung Api” :
a. Pada saat opening video, dijabarkan materi tentang beberapa kejadian letusan
gunung berapi yang pernah terjadi di Indonesia dan akibat dari erupsi gunung
berapi.
b. Setelah itu akan muncul tayangan kesiapsiagaan bencana erupsi gunung
berapi mulai dari persiapan pra bencana seperti mengikuti perkembangan
aktivitas gunung api yang aktif dan mengamati tanda peringatan, mengenali
jalur evakuasi, membuat rencana evakuasi bersama keluarga, meyimpan
nomor telepon penting, menyiapkan tas yang berisi pakaian; obat
pertolongan pertama; makanan dan minuman serta dokumen-dokumen
penting.
27
c. Tayangan selanjutnya mengenai kesiapsiagaan bencana erupsi gunung berapi
pada saat terjadinya bencana meliputi tindakan-tindakan yang dilakukan pada
saat terjadi erupsi yaitu mengumpulkan anggota keluarga, membawa tas yang
telah disediakan, memakai pakaian panjang, memakai masker, memakai topi,
memakai kacamata, tidak menggunakan kontak lensa, berkumpul di barak
pengungsian yang jauh dari daerah bahaya erupsi yaitu misalnya daerah
yang dilalui awan panas, lahar panas, lahar dingin, dan gas beracun.
Apabila di dalam ruangan atau rumah, menutup semua lubang angin,
memasukkan binatang ternak, dan tidak lupa memasukkan pakan binatang
ternak.
d. Kemudian muncul tayangan yang berisi tips dan evaluasi. Tips dalam
menghadapi bencana erupsi gunung berapi diantaranya menjauhi wilayah
yang terkena hujan abu vulkanik, membersikan abu vulkanik yang ada di atap
bangunan, tidak mengendarai kendaraan karena dapat merusak mesin,
memberikan bantuan kepada korban yang terluka atau hubungi PMI. Setelah
itu akan ada tayangan evaluasi yang isinya bagaimana cara berpakaian ketika
erupsi dan bencana apa saja yang dapat ditimbulkan oleh erupsi gunung
berapi.
e. Setelah itu closing tayangan video animasi.
4. Kelebihan dan kekurangan video animasi
Video animasi memiliki kemampuan untuk memaparkan sesuatu yang rumit
atau komplek untuk dijelaskan dengan gambar dan kata-kata. Menurut Harun dan
Zaidatun dalam Muslimin (2017) animasi mempunyai peranan tersendiri dalam
28
bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan
pembelajaran.
Kelebihan animasi menurut Harun dan Zaidatun dalam Muslimin (2017)
adalah :
a. Animasi mampu menyampaikan suatu konsep yang kompleks secara visual
dan dinamik.
b. Animasi digital mampu menarik perhatian pebelajar dengan mudah.
c. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding
pengguna media yang lain.
d. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan
pembelajaran secara maya.
e. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang
pemikiran pelajar yang lebih berkesan.
f. Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih
menyenangkan.
g. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi
animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep ataupun
demonstrasi.
Kelemahan animasi menurut Harun dan Zaidatun dalam Muslimin (2017)
adalah :
a. Membutuhkan peralatan khusus dan software khusus untuk
mengoperasikannya.
29
b. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah jika sewaktu-
waktu terdapat kekeliruan atau informasi yang ada didalamnya sulit untuk
ditambahkan.
c. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika digunakan
secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari
subtansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif justru tidak penting.
d. Memerlukan kreatifitas dan ketrampilan yang cukup memadai untuk
mendesain animasi yang efektif digunakan sebagai media pembelajaran.
D. Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan
Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi
Pembelajaran kesiapsiagaan bencana kepada anak-anak yang berusia 7-12
tahun tidak sama dengan pembelajaran kepada orang dewasa. Usia anak-anak
tersebut masuk dalam kategori usia siswa sekolah dasar kelas satu sampai enam.
Orang dewasa mungkin akan mudah memahami sebuah materi hanya dengan
membaca, mendengar atau dengan sistem pengajaran yang bersifat konvensional.
Berbeda dengan siswa berusia 7-12 tahun, siswa dalam usia ini mungkin telah
memiliki kecakapan berpikir logis akan tetapi hanya melalui benda-benda yang
bersifat kongkrit. Siswa akan lebih memahami materi yang disajikan secara
menarik dan menyenangkan misalnya dengan menerapkan media audiovisual
dalam pembelajaran berbentuk video animasi yang berjudul Tanggap, Tangkas,
Tangguh Menghadapi “Gunung Api”.
Tujuan dari penggunaan media video animasi ini umumnya adalah
menjadikan anak-anak lebih siap dalam menghadapi bencana. Pada media video
animasi berisi materi atau informasi berkaitan dengan kebencanaan dari masa pra
30
bencana, masa tanggap darurat, dan pasca bencana berupa gambar, foto dan video.
Berdasarkan penelitian Kementerian Pendidikan Nasional dalam Wulandari
(2010) menyatakan belajar dengan mempergunakan indra pendengaran dan
penglihatan akan lebih efektif. Media gambar dan video sangat efektif digunakan
dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis tentang cara-cara
menghadapi bencana alam pada anak-anak. Diharapakan anak-anak dapat
mengingat melalui visual mereka sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap
kesiapsiagaan anak sekolah dasar dalam menghadapi bencana.
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka antara konsep-konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian (Setiadi, 2013). Adapun kerangka konsep dari
penelitian ini dapat diterangkan dengan skema pada gambar di bawah ini:
E. Variabel Penelitan dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Keterangan := Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti= Alur pikir
Gambar 1. Kerangka Konsep Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Faktor-faktor bencana
PemberianVideo Animasi
Program Pengurangan Risiko Bencana
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan :1. Eksternal
motivasi2. Pengetahuan3. Sikap4. Keahlian
Komponen-komponen edukasi1. Pengetahuan2. Pemahaman3. Aplikasi4. Analisis5. Sintetis6. Evaluasi
Kesiapsiagaan :1. Pengetahuan2. Perencanaan Keadaan
Darurat3. Sistem Peringatan
Bencana4. Mobilisasi Sumber
Daya
Menurut (Nursalam, 2017), variabel adalah perilaku atau karakteristik yang
memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Variabel dari penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas (variable independent)
Variabel bebas (variable independent) adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (variable
dependen) (Sugiyono, 2015). Variabel independen pada penelitian ini adalah
penggunaan media video animasi.
b. Variabel terikat (variable dependent)
Variabel terikat (variable dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (variable independent)
(Sugiyono, 2015). Variabel terikat pada penelitian ini adalah kesiapsiagaan
bencana letusan gunung berapi.
B. Definisi operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana
caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi
operasional ini merupakan informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain
yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2013). Selanjutnya Setiadi
(2013) menyatakan definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan
istilah yang sudah digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga
akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Definisi
operasional variabel dalam penelitian ini disajikan pada tabel dua.
33
Tabel 2
Definisi Operasional Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi
di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
No Variabel Definisi
OperasionalParameter
Alat
UkurSkala Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Kesiapsiagaan
Bencana
Hasil pengukuran
terhadap siswa
sekolah dasar
tentang
pengetahuan,
rencana keadaan
darurat, sistim
peringatan dini,
dan mobilisasi
sumber daya
terkait dengan
kesiapsiagaan
yang diukur
dengan instrumen
kuisioner
sebelum dan
setelah perlakuan
1. Pengetahuan
2. Perencanaan
keadaan
darurat
3. Sistem
peringatan
bencana
4. Mobilisasi
sumber daya
Kuisioner Rasio 0-100
2 Video Animasi
Tanggap,
Tangkas,
Tangguh
Menghadapi
“Gunung
Api”
Media berbasis
video animasi
selama 10 menit
dengan frekuensi
penayangan dua
kali tentang
kejadian letusan
gunung berapi
yang pernah
terjadi di
Indonesia dan
34
1
2
3 4 5 6 7
akibat dari erupsi
gunung berapi,
setelah itu akan
muncul tayangan
kesiapsiagaan
bencana erupsi
gunung berapi
mulai dari
persiapan pra
bencana dan
kesiapsiagaan
bencana erupsi
gunung berapi
pada saat
terjadinya
bencana.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari rumusan masalah yang
akan diteliti (Nursalam, 2017). Penelitian ini menggunakan hipotesis alternatif
(Ha). Hipotesis alternatif dapat diartikan sebagai lawan dari hipotesis nol (H0).
Hipotesis alternatif berfungsi untuk menyatakan adanya hubungan, perbedaan,
dan pengaruh dari dua atau lebih variabel yang akan diteliti (Nursalam, 2017).
Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan media
video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan
gunung berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem.
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi-
eksperimental designs karena menggunakan seluruh subjek dalam kelompok
belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment), bukan menggunakan
subjek yang diambil secara acak. Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok
kontrol dengan rancangan yang digunakan yaitu One-group pretest-posttest.
Keterangan :
O1 : Pengukuran kesiapsiagaan sebelum diberikan video animasi
X : Intervensi pemberian video animasi
O2 : Pengukuran kesiapsiagaan setelah diberikan video animasi
Gambar 2. Desain Penelitian Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Pre test Perlakuan Post test
O1 X O2
B. Alur Penelitian
Gambar 3. Bagan Alur Kerangka Kerja Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
37
Pengolahan Data
Analisa data:- Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji skewness di dapatkan
hasil pre-test 1,698 dan post-test 1,762 (hasil ≤ 2, data berdistribusi normal)- Melakukan uji analisa data dengan menggunakan uji paired t-test didapatkan p-
value pada kolom Sig = 0,001 < alpha (0,05)
Penyajian Data
Populasi :Siswa kelas IV, V dan VI di SDN 2 Sidemen, berjumlah 44 orang
Teknik Sampling :Menggunakan Probability Sampling dengan teknik Proportionate Stratified
Random Sampling
Kriteria inklusi Kriteria eksklusi
Sampel :Siswa kelas IV, V dan VI yang sesuai dengam kriteria inklusi, berjumlah 40 orang
Pretest
Pemberian Video Animasi
Nilai Kesiapsiagaan Bencana
Postest
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Sidemen Karangasem dengan dasar
pertimbangan sekolah tersebut pernah terdampak erupsi Gunung Agung dan
belum pernah diadakannya pelatihan atau simulasi kesiapsiagaan bencana.
2. Waktu penelitian
Penelitian dimulai sejak pengurusan izin hingga penyelesaian laporan
penelitian yang dimulai bulan April 2018 hingga bulan Mei 2018. Adapun jadwal
penelitian terlampir.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian merupakan subjek yang memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dari penelitian ini adalah siswa
sekolah dasar yang duduk dibangku kelas IV, V dan VI di SDN 2 Sidemen
Karangasem yang berjumlah 44 siswa. Pemilihan responden tersebut didasarkan
pada aspek kemampuan komunikasi dan pemahaman siswa terhadap suatu
fenomena. Siswa kelas IV hingga kelas VI dengan rentang umur 9 sampai 12
tahun sudah mampu berpikir kritis dan abstrak (Ahmadi dan Sholeh, 2005).
2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017). Sampel dalam
penelitian ini diambil dari populasi siswa sekolah dasar yang duduk dibangku
kelas IV, V dan VI di SDN 2 Sidemen Karangasem yang memenuhi kriteria.
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dari sampel yang diambil yaitu :
38
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Siswa sekolah dasar yang duduk dibangku kelas IV, V dan VI di SDN 2
Sidemen Karangasem pada tahun ajaran 2017/2018
2) Siswa yang hadir dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani
inform consent saat pengambilan data.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
tidak memenuhi kriteria inklusi studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa yang tidak hadir saat dilakukan
pertemuan berikutnya.
3. Jumlah dan besar sampel
Menurut Nursalam (2017) jumlah dan besar sampel dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
Z : confidence interval (1,96)
P : proporsi objek penelitian dengan nilai tertentu (0,5)
d : tingkat akurasi absolut (0,05)
39
Maka :
Jadi penggunaan sampel minimal pada penelitian ini adalah sebanyak 40
orang. Besar sampel pada penelitian ini mengacu pada siswa sekolah dasar yang
yang memenuhi kriteria inklusi.
4. Teknik sampling
Sampling merupakan suatu proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
mendapatkan besar sampel. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2017).
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
dengan probability sampling yaitu proportionate stratified random sampling.
Proportionate stratified random sampling adalah suatu tipe probability sampling
dimana teknik sampling yang digunakan dengan memperhatikan strata atau
tingkatan di dalam populasi (Nursalam, 2017). Pemilihan sampel dilakukan
dengan cara memilih langsung sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
Populasi dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu
kelompok siswa kelas IV, kelompok siswa kelas V, dan kelompok siswa kelas VI.
Kemudian dalam setiap kelompok siswa dilakukan pengundian sesuai dengan
proporsi sampel, hasil yang keluar dalam undian akan menjadi sampel.
40
Tabel 3
Distribusi Proporsi Sampel SDN 2 Sidemen Karangasem
Kelas Jumlah Siswa Proporsional Sampling Jumlah Sampel
IV
V
VI
14
17
13
13
15
12
Jumlah 44 40
E. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran,
pengamatan, survei dan lain-lain (Setiadi, 2013). Data primer yang dikumpulkan
dari sampel meliputi data identitas responden dan data kesiapsiagaan siswa
menghadapi bencana yang diteliti dengan menggunakan lembar kuesioner.
2. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan proses pendekatan kepada subyek dan proses
pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2017). Metode pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan
kuisioner dichotomy question dengan 20 item pertanyaan untuk variabel
kesiapsiagaan.
Langkah pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pengurusan surat ijin penelitian kepada bidang pendidikan di Jurusan
Keperawatan Poltekkes Denpasar.
41
b. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari Jurusan
Keperawatan Poltekkes Denpasar yang ditujukan ke Direktorat Poltekkes
Denpasar Bagian Penelitian.
c. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Direktorat Poltekkes Denpasar surat
diajukan ke Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali.
d. Setelah mendapatkan ijin mengantarkan surat ke Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Pemerintahan Kota Karangasem.
e. Setelah mendapatkan ijin mengantarkan surat tembusan ke Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kota Karangasem.
f. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Kepala Sekolah SDN
2 Sidemen Karangasem.
g. Peneliti melakukan pengumpulan data primer dengan memberikan kuesioner
kepada responden di SDN 2 Sidemen Karangasem.
h. Selanjutnya, peneliti meminta ijin dan bantuan dalam pengumpulan data
kepada wali kelas murid kelas IV, V dan VI di SDN 2 Sidemen Karangasem.
i. Peneliti melakukan pendekatan dengan responden dan memberikan penjelasan
tentang maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Setelah responden
bersedia diteliti, responden diberikan lembar persetujuan menjadi responden
untuk ditandatangani. Calon responden yang tidak setuju tidak akan dipaksa
dan tetap dihormati haknya (informed consent). Pendekatan ini dilakukan
untuk menghindari adanya kemungkinan kesalahpahaman antara responden
dan peneliti saat dilakukan penelitian.
42
j. Responden yang menjadi responden diberikan penjelasan mengenai isi, tujuan
serta cara pengisian kuesioner oleh peneliti. Hal ini dijelaskan sampai
responden mengerti, dan paham tentang kuisioner yang diberikan.
k. Kerahasiaan terhadap responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
menjadi prioritas dengan cara tidak akan disebutkan namanya dalam kuisioner
maupun dalam laporan penelitian dan penamaan hanya menggunakan kode
(anonumity).
l. Setelah responden setuju menjadi sampel dalam penelitian ini, peneliti
melakukan pengukuran kesiapsiagaan bencana sebelum diberikan media video
animasi dengan cara mengisi kuisioner (pre test).
m. Memberikan edukasi tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
dengan media video animasi kepada murid kelas IV, V dan VI di SDN 2
Sidemen Karangasem dimulai dari menyiapkan media video animasi,
menjelaskan tentang alur tayangan video animasi, kemudian memberikan
edukasi saat tayangan berlangsung.
n. Setelah pemberian edukasi dengan media video animasi selesai ditayangkan,
peneliti kembali melakukan pengukuran kesiapsiagaan bencana dengan cara
mengisi kuisioner (post test) oleh responden.
o. Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi ke dalam matriks
pengumpulan data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan kemudian
dilakukan analisis data.
Perlakuan yang diberikan kepada responden dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan media video animasi. Media video animasi yang digunakan
yaitu video animasi yang disusun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
43
(BNPB) tahun 2016 dengan judul Tanggap, Tangkas, Tangguh “Gunung Api”.
Media video animasi pembelajaran ini berisikan materi bencana gunung
berapi dan penanganannya, dengan alur sebagai berikut: opening, isi materi, dan
closing. Berikut ini adalah prosedur penggunaan media video animasi
pembelajaran dalam penelitian:
f. Menyiapkan peralatan yang digunakan untuk menanyangkan video animasi
Tanggap, Tangkas, Tangguh Menghadapi “Gunung Api” seperti laptop.
g. Melakukan pengundian di kelas IV, V dan VI sesuai dengan proporsi sampel
yang telah ditentukan.
h. Mengumpulkan siswa kelas IV, V dan VI yang mendapat undian dalam satu
ruang kelas.
i. Mengondisikan siswa dan tempat duduk yang nyaman bagi siswa agar
kondusif ketika penayangan video.
j. Setelah semua peralatan disiapkan dan dihidupkan, langkah selanjutnya video
animasi siap ditayangkan.
k. Pada saat opening video, dijabarkan materi tentang beberapa kejadian letusan
gunung berapi yang pernah terjadi di Indonesia dan akibat dari erupsi gunung
berapi. Setelah itu akan muncul tayangan kesiapsiagaan bencana erupsi
gunung berapi mulai dari persiapan pra bencana seperti mengikuti
perkembangan aktivitas gunung api yang aktif dan mengamati tanda
peringatan, mengenali jalur evakuasi, membuat rencana evakuasi bersama
keluarga, meyimpan nomor telepon penting, menyiapkan tas yang berisi
pakaian; obat pertolongan pertama; makanan dan minuman serta dokumen-
dokumen penting. Tayangan selanjutnya mengenai kesiapsiagaan bencana
44
erupsi gunung berapi pada saat terjadinya bencana meliputi tindakan-tindakan
yang dilakukan pada saat terjadi erupsi yaitu mengumpulkan anggota
keluarga, membawa tas yang telah disediakan, memakai pakaian panjang,
memakai masker, memakai topi, memakai kacamata, tidak menggunakan
kontak lensa, berkumpul di barak pengungsian yang jauh dari daerah bahaya
erupsi yaitu misalnya daerah yang dilalui awan panas, lahar panas, lahar
dingin, dan gas beracun. Apabila di dalam ruangan atau rumah, menutup
semua lubang angin, memasukkan binatang ternak, dan tidak lupa
memasukkan pakan binatang ternak.
l. Tayangan selanjutnya berisi tips dan evaluasi. Tips dalam menghadapi
bencana erupsi gunung berapi diantaranya menjauhi wilayah yang terkena
hujan abu vulkanik, membersikan abu vulkanik yang ada di atap bangunan,
tidak mengendarai kendaraan karena dapat merusak mesin, memberikan
bantuan kepada korban yang terluka atau hubungi PMI. Setelah itu akan ada
tayangan evaluasi yang isinya bagaimana cara berpakaian ketika erupsi dan
bencana apa saja yang dapat ditimbulkan oleh erupsi gunung berapi. Setelah
itu closing tayangan video animasi.
3. Instrumen pengumpulan data
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
sosial yang diteliti (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini digunakan lembar
kuisioner untuk mengukur kesiapsiagaan terhadap bencana pada siswa sekolah
dasar dengan menggunakan parameter berdasarkan kajian LIPI-UNESCO/ISDR
(2006).
45
a. Kuesioner kesiapsiagaan siswa sekolah dasar
Pada penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan kuisioner yaitu
kuisioner dichotomy question dengan 20 item pertanyaan. Daftar kuesioner yang
digunakan diperuntukkan untuk murid pada siswa sekolah dasar. Untuk tingkat
sekolah dasar, siswa kelas IV, V dan V dipilih sebagai responden. Mengisi
kuesioner ini siswa dipandu oleh fasilitator. Untuk siswa tingkat SD fasilitator
membagikan satu per satu kuesioner dan mempersilahkan siswa untuk menjawab
sesuai dengan pertanyaan yang ada dalam kuisioner. Setelah semua pertanyaan
kuesioner diisi semua, siswa dipersilahkan untuk meneliti kembali kuesionernya.
skala yang digunakan pada variabel kesiapsiagaan adalah skala Guttman (benar,
skor 1 dan salah, skor 0) yaitu dengan memberikan jawaban yang tegas terhadap
suatu permasalahan yang ditanya. Dalam skala Guttman skor untuk pertanyaan
positif adalah ya (skor 1) dan tidak (skor 0) dan pertanyaan negatif adalah ya (skor
0) dan tidak (skor 1) (Sugiyono, 2015).
b. Uji validitas dan uji reliabilitas
Penelitian dengan metode observasi harus memperhatikan validitas dan
reliabilitas suatu alat ukur (Nursalam, 2017).
1) Uji validitas
Alat ukur dikatakan memiliki validitas jika mampu mengukur dengan akurat
(Sukawana, 2008). Pengujian validitas angket digunakan teknik korelasi Pearson
Product Moment (Dharma, 2015). Suatu indikator dikatakan valid jika r hasil > r
table pada taraf signifikansi 0,05. Nilai r tabel didapatkan dari nilai df (degree of
freedom) yang dihitung menggunakan rumus n-2, untuk n sebagai jumlah sampel.
Karena jumlah sampel yang akan digunakan dalam uji validitas yaitu 30, sehingga
46
diperoleh df 28, yang kemudian nilai df tersebut digunakan untuk melihat r tabel
dengan kemaknaan 0,05. Untuk r tabel dengan df 28 adalah 0,361 dan r hitung
dilihat dari hasil pengolahan data di komputer (Dharma, 2015). Kuisioner telah
diuji validitasnya dengan nilai Corrected total correlation pada kuisioner
kesiapsiagaan bencana berkisar antara 0,440 – 0,964. Hal tersebut menandakan
bahwa kuisioner tersebut valid karena r hitung > r tabel.
2) Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Dharma, 2015).
Angket penelitian ini dihitung dengan teknik analisis varian yang dikembangkan
oleh Cronbach Alpha, dengan ketentuan uji reliabilitas adalah jika r α > r tabel,
instrumen penelitian dinyatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi apabila
nilai koefisien yang diperoleh r hitung ≥0,7 (Nunnally dalam Ghozali, 2011).
Nilai r tabel untuk n=30 pada taraf signifikan atau tingkat kemaknaan 5% (α =
0,05) adalah 0,7 (Dharma, 2015). Kuisioner telah diuji reliabilitasnya dengan
formula Cronbach’s Alpha dengan nilai reliablitas 0,942 sehingga kuisioner
reliabel karena r Alpha > r tabel.
F. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Teknik pengolahan data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh
data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan
menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan
47
(Setiadi, 2013). Tedapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam
pengolahan data, yaitu :
a. Editing
Editing adalah pemeriksaan data termasuk melengkapi data-data yang belum
lengkap dan memilih data yang diperlukan (Setiadi, 2013). Pada penelitian ini
kegiatan editing dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan pengisian
formulir kuesioner meliputi data demografi responden dan jawaban di masing-
masing pernyataan pada kuesioner kesiapsiagaan bencana, keterbacaan tulisan dan
relevansi jawaban.
b. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan atau mengelompokkan data sesuai
dengan klasifikasinya dengan cara memberikan kode tertentu. Kegunaan dari
coding adalah mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada
saat entry data (Setiadi, 2013). Data yang sudah terkumpul selanjutnya dilakukan
pengkodingan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan analisa data. Pada
penelitian ini, coding dilakukan pada nomor urut responden dan jawaban
responden. Jika responden menjawab ya = 1 dan jika menjawab tidak = 0. Pada
variabel kesiapsiagaan bencana coding dilakukan pada parameter tingkat
kesiapsiagaan dengan kode 1 = belum siap, kode 2 = kurang siap, kode 3 = hampir
siap, kode 4 = siap, kode 5 = sangat siap. Coding yang digunakan untuk jenis
kelamin adalah kode 1 = perempuan dan kode 0 = laki-laki.
c. Entry
Setelah semua data terkumpul, serta sudah melewati pengkodean, maka
langkah selanjutnya adalah di-entry. Meng-entry data dilakukan dengan
48
memasukkan data dari lembar pengumpulan data ke paket program komputer
(Setiadi, 2013).
d. Cleaning
Pembersihan data dilakukan dengan melihat variabel apakah data sudah
benar atau belum. Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
tersebut dimungkinkan terjadi pada saat meng-entry data ke komputer (Setiadi,
2013).
e. Processing
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data yang di-entry
dapat dianalisis. Peneliti memasukan data dari setiap responden yang telah diberi
kode kedalam program komputer untuk diolah (Setiadi, 2013).
2. Analisis data
Analisis data merupakan suatu proses mencari atau analisa dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2015).
a. Analisis univariat
Kesiapsiagaan bencana siswa sekolah dasar dapat diketahui dengan
melakukan analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis yang menjelaskan
karakteristik tiap variabel yang diteliti (Dharma, 2015). Dalam penentuan indeks
49
dari setiap parameter pada kesiapsiagaan bencana tiap siswa digunakan rumus
baku yang dikembangkan oleh LIPI-UNESCO/ISDR (2006):
“Skor maksimum parameter diperoleh dari jumlah pertanyaan dalam parameter
yang diindeks (masing-masing pertanyaan bernilai satu). Apabila dalam 1
pertanyaan terdapat sub-sub pertanyaan (a,b,c dan seterusnya), maka setiap sub
pertanyaan tersebut diberi skor 1/jumlah sub pertanyaan. Total skor riil parameter
diperoleh dengan menjumlahkan skor riil seluruh pertanyaan dalam parameter
yang bersangkutan.”
Setelah diperoleh nilai indeks dari setiap parameter, dilanjutkan dengan
menjumlahkan keempat parameter tersebut dengan rumus:
Keterangan:
KA : (Knowledge and Attitude)
EP : (Emergency Preparedness)
WS : (Warning System)
RMC : (Resource Mobilization Capacity)
Setelah mendapat skor kesiapsiagaan setiap siswa, maka dilakukan analisis
statistik deskriptif yang meliputi pengukuran nilai mean, median, modus,
minimum, maksimum, dan standar deviasi.
50
indeks = total skor riil parameter x 100 skor maksimum parameter
b. Analisis bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui perbedaan kesiapsiagaan anak
sekolah dasar sebelum dan setelah diberikan perlakuan penggunaan video animasi
dengan menggunakan uji paired t-test oleh karena data yang tersedia pada
kelompok sampel (data pre test dan post test) adalah sampel kelompok
berpasangan. Sebelum dilakukan uji paired t-test, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data. Uji normalitas data merupakan uji yang digunakan untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh mengikuti distribusi teorinya. Uji
normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji
skewness. Data yang didapatkan dari penelitian ini berdistribusi normal karena
nilai skewness dibagi dengan standar errornya menghasilkan angka ≤ 2.Sehingga
dilanjutkan dengan menggunakan uji analisis paired t-test (dengan αlpha 0,05
atau tingkat kepercayaan 95%) yang diolah dengan bantuan komputer dan
didapatkan p-value pada kolom Sig (2-tailed) ≤ nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak
atau ada pengaruh dari penelitian yang dilakukan.
G. Etika Penelitian
Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir 90% subjek yang
dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip
etika penelitian. Hal ini dilaksanakan agar peneliti tidak melanggar hak-hak
(otonomi) manusia yang menjadi subjek penelitian (Nursalam, 2017).
1. Autonomy / menghormati harkat dan martabat manusia
Autonomi berarti responden memiliki kebebasan untuk memilih rencana
kehidupan dan cara bermoral mereka sendiri (Potter & Perry, 2005). Peneliti
memberikan responden kebebasan untuk memilih ingin menjadi responden atau
51
tidak. Peneliti tidak memaksa calon responden yang tidak bersedia menjadi
responden.
2. Confidentiality/kerahasiaan
Kerahasiaan adalah prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien
(Potter & Perry, 2005). Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya (Hidayat, 2007). Kerahasian responden dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara memberikan kode reponden bukan nama asli responden.
3. Justice/keadilan
Justice berarti bahwa dalam melakukan sesuatu pada responden, peneliti
tidak boleh mebeda-bedakan responden berdasarkan suku, agama, ras, status,
sosial ekonomi, politik ataupun atribut lainnya dan harus adil dan merata
(Hidayat, 2007). Peneliti menyamakan setiap perlakuan yang diberikan kepada
setiap responden tanpa memandang suku, agama, ras dan status sosial ekonomi.
4. Beneficience dan non maleficience
Berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian diharapkan
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia (Hidayat, 2007). Penelitan
keperawatan mayoritas menggunakan populasi dan sampel manusia oleh karena
itu sangat berisiko terjadi kerugian fisik dan psikis terhadap subjek penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya tidak mengandung unsur
bahaya atau merugikan pasien sampai mengancam jiwa pasien (Wasis, 2008).
52
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi lokasi penelitian
Penelitian mengenai pengaruh penggunaan media video animasi terhadap
kesiapsiagaan siswa telah dilakukan pada bulan Mei tahun 2018. Penelitian ini
dilakukan di daerah Sidemen, Karangasem tepatnya di SDN 2 Sidemen
Karangasem. SDN 2 Sidemen Karangasem terletak di Kelurahan Sidemen,
Kecamatan Sidemen dan sudah berdiri sejak tahun 1978. Desa Sidemen adalah
salah satu dari delapan kecamatan yang ada di Kabuaten Karangasem dengan luas
wiayah 31,15 km2. Secara topografi wilayah Kecamatan Sidemen merupakan
daerah pegunungan dengan jarak ±20 km dengan letak Gunung Agung. Menurut
data Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali dilihat dari peta rawan bencana
menyatakan Desa Sidemen berada pada zona kuning yang artinya daerah tersebut
berpotensi diterjang hasil letusan gunung api.
SDN 2 Sidemen memiliki luas kurang lebih 1.000 m2 dengan jumlah
ruangan sebanyak delapan ruangan yang terdiri dari enam ruang kelas untuk
belajar, satu ruang perpustakaan yang menjadi satu dengan ruang UKS, satu ruang
Kepala Sekolah yang menjadi satu dengan ruang guru, tiga kamar mandi, serta
satu kantin untuk murid-murid di sekolah tersebut. Jumlah guru di SDN 2
Sidemen sebanyak 10 orang dan penjaga sekolah satu orang. Jumlah murid di
SDN 2 Sidemen sebanyak 95 orang yang terdiri dari jumlah siswa kelas I
sebanyak 15 orang, kelas II sebanyak 24 orang, kelas III 12 orang, kelas IV
sebanyak 13 orang, kelas V 17 orang, dan kelas VI sebanyak 14 orang. SDN 2
Sidemen memiliki lapangan upacara yang cukup luas yang digunakan anak-anak
untuk bermain dan berkumpul. SD ini memiliki bel sekolah sekaligus sebagai
sirine jika terjadi bencana. Adapun batas batas wilayah SDN 2 Sidemen sebagai
berikut :
a. Utara : Rumah warga Desa Sidemen
b. Timur : Jalan Raya Sidemen
c. Selatan : Polsek Sidemen
d. Barat : Rumah warga Desa Sidemen.
2. Karakterisik responden penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa yang duduk di
bangku kelas IV, V dan VI SDN 2 Sidemen dengan menggunakan teknik
proportionate stratified random sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Besar
sampel yang telah diperoleh yaitu sebanyak 40 orang responden. Adapun
karakteristik responden yang telah diteliti adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel empat
yaitu sebagai berikut :
Tabel 4Distribusi Frekuensi Responden Penelitian Berdasarkan Umur di SDN 2 Sidemen
Karangasem Tahun 2018
Variabel Frekuensi (n)
Mean Minimum-Maksimum
SD 95% CI
Umur 40 11,20 10-13 1,10 10,87 – 11,53
54
Berdasarkan tabel diatas, hasil analisis didapatkan rata-rata umur siswa
adalah 11,20 tahun (95% CI: 10,87 – 11,53), dengan standar deviasi 1,10 tahun.
Umur termuda adalah 10 tahun dan umur tertua adalah 13 tahun. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur
siswa adalah diantara 10,87 sampai 11,53 tahun.
b. Berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di SDN 2 Sidemen dapat
dilihat pada tabel enam yaitu sebagai berikut :
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin di SDN 2
Sidemen Karangasem Tahun 2018
No. Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)1 Laki-laki 19 47,52 Perempuan 21 52,5
Total 40 100,0
Berdasarkan tabel lima, hasil analisis didapatkan dari 40 responden yang
diteliti sebagian besar berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 21 orang
(52,5 %).
3. Hasil pengamatan terhadap responden penelitian berdasarkan variabel
penelitian
Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah kesiapsiagaan siswa dalam
menghadapi bencana sebelum dan setelah pemberian video animasi. Hasil
selengkapnya disajikan sebagai berikut :
55
a. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana sebelum diberikan media
video animasi
Tabel 6 Distribusi Skor Pre-Test Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Sebelum Diberikan Video Animasi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Variabel N Mean Median Modus Minimum- Maximum
St. Deviasi
95% CI
Kesiapsiagaan (pre)
40 74,17 76,40 76.40 42,20-96,00
10,88 70,70– 77,64
Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 siswa,
skor rata-rata kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung
berapi sebelum diberikan video animasi yaitu 74,17 (95% CI: 70,70 – 77,64),
dengan standar deviasi 10,88. Skor kesiapsiagaan tertinggi yakni 96,00 dan skor
terendah 42,20. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa skor kesiapsiagaan siswa sebelum diberikan perlakuan adalah
diantara 70,70 sampai 77,64.
b. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana setelah diberikan media
video animasi
.Tabel 7
Distribusi Skor Post-Test Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Setelah Diberikan Diberikan Video Animasi di SDN 2 Sidemen Karangasem
Tahun 2018
Variabel N Mean Median Modus Minimum- Maximum
St. Deviasi
95% CI
Kesiapsiagaan (post)
40 87,27 90,70 90,70 62,80- 99,00
10,92 83,77- 90,76
56
Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 siswa,
skor rata-rata kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung
berapi setelah diberikan video animasi yaitu 87,27 (95% CI: 83,77 - 90,76),
dengan standar deviasi 10,92. Skor kesiapsiagaan tertinggi yakni 99,00 dan skor
terendah 62,80. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa skor kesiapsiagaan siswa setelah diberikan perlakuan adalah
diantara 83,77 sampai 90,76.
4. Pengaruh penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa
dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi
Uji normalitas data menggunakan uji skewness dan hasil yang diperoleh
dapat dilihat dengan membagi nilai skewness dengan standar errornya. Nilai
skewness kesiapsiagaan bencana sebelum perlakuan sebesar 0,635 dan standar
error sebesar 0,374 sehingga hasil bagi skewness dengan standar errornya sebesar
1,698. Nilai skewness kesiapsiagaan bencana setelah perlakuan sebesar 0,659 dan
standar error sebesar 0,374 sehingga hasil skewness dengan standar errornya
sebesar 1,762. Hasil bagi nilai skewness dengan standar error kesiapsiagaan
bencana sebelum dan sesudah perlakuan menghasilkan angka ≤ 2 yang berarti
data berdistribusi normal.
Setelah diketahui data berdistribusi normal maka uji hipotesis yang
digunakan adalah statistik parametrik yaitu uji paired t-test. Hasil uji paired t-test
disajikan dalam tabel 8.
57
Tabel 8 Hasil Analisa Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung
Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Variabel N Mean SD Selisih Mean 95%CI P value
Kesiapsiagaan
Sebelum 40 74,17 10,87 13,09 16,07-10,11 0,001
Setelah 87,26 10,92
Rata-rata kesiapsiagaan siswa sebelum perlakuan sebesar 74,17 dengan
standar deviasi 10,87. Rata-rata kesiapsiagaan siswa setelah perlakuan sebesar
87,26% dengan standar deviasi 10,92. Selisih mean antara kesiapsiagaan siswa
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan sebesar 13,09. Uji statistik didapatkan
nilai p value (Sig. 2-tailed) sebesar 0,001 (p value < 0,05) sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh signifikan penggunaan media video animasi terhadap
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi di SDN 2
Sidemen Karangasem.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasilnya, selanjutnya peneliti
membahas hasil penelitian yang sudah diuraikan sebelumnya.
1. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana sebelum diberikan
media video animasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 siswa, skor rata-rata
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi sebelum
58
diberikan video animasi yaitu 74,17, dengan standar deviasi 10,88. Mengacu pada
LIPI-UNESCO/ISDR (2006) hasil tersebut termasuk dalam kategori siap.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Asna
(2014) dengan judul penelitian “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Terhadap Pengetahuan Siswa Di SDN
Patalan Baru Kecamatan Ketis Kabupaten Bantul” didapatkan hasil rata-rata nilai
kesiapsiagaan dari 52 orang siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan yakni
68,00 dan termasuk dalam kategori siap. Penelitian ini dan penelitian terkait
menunjukkan kesamaan nilai rata-rata kesiapsiagaan sebelum diberikan perlakuan
termasuk dalam kategori siap. Persamaan hasil penelitian ini disebabkan oleh
pengalaman dan persuasi verbal yang dimiliki oleh responden. Pengalaman yang
dimaksud adalah pengalaman siswa dalam menghadapi bencana, dan persuasi
verbal disini adalah motivasi yang diberikan oleh guru secara terus menerus. Hasil
penelitian yang berbeda adalah dari Saanun dkk. (2017) dengan judul penelitian
“Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Kesiapsiagaan dalam Menghadapi
Bencana Tanah Longsor pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 6 Manado” yang
memperoleh hasil rata-rata 41,88 sebelum diberikan penyuluhan dan termasuk
dalam kategori kurang siap. Nilai kesiapsiagaan yang lebih rendah disini
disebabkan oleh kurangnya motivasi yang diberikan dan kurangnya pengalaman
kebencanaan yang dimiliki responden.
Hasil di atas membuktikan bahwa kategori kesiapsiagaan siswa masih belum
mencapai kategori maksimal (sangat siap). Hasil tersebut dikarenakan sebagian
siswa masih kebingungan apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana
59
disekolah, bagaimana cara melindungi diri, dan barang-barang apa saja yang harus
dipersiapkan.
Mengacu pada LIPI-UNESCO/ISDR (2006) kesiapsiagaan merupakan salah
satu elemen penting dari kegiatan pengendalian pengurangan risiko bencana yang
bersifat pro-aktif, sebelum terjadi bencana. Konsep kesiapsiagaan yang digunakan
lebih ditekankan pada kemampuan untuk melakukan tindakan persiapan
menghadapi kondisi darurat bencana secara cepat dan tepat. Teori yang
dikemukakan oleh LIPI UNESCO/ISDR (2006) sesuai dengan hasil penelitian
menyatakan bahwa pengetahuan adalah faktor yang sangat penting untuk
kesiapsiagaan suatu komunitas sekolah. Bencana yang sering terjadi dapat
dijadikan suatu pengalaman atau pelajaran yang sangat bernilai akan pentingnya
pengetahuan tentang bencana yang diharus dimiliki oleh setiap individu terutama
yang berada di daerah yang rawan bencana seperti lokasi penelitian ini yaitu di
wilayah Sidemen yang merupakan daerah rawan bencana letusan gunung api.
Pengetahuan bencana yang dimiliki sangat mempengaruhi sikap dan kepedulian
untuk siap siaga dalam mengantisipasi bencana.
Pendapat peneliti bahwa komunitas sekolah memiliki potensi yang besar
dalam menyebarluaskan pengetahuan tentang kebencanaan. Salah satu komunitas
sekolah yang paling mendasar dan merupakan salah satu kelompok rentan
menjadi korban jika terjadi suatu bencana adalah anak sekolah dasar. Anak yang
duduk dibangku sekolah dasar sangatlah penting diberikan materi tentang
kebencanaan dan cara melindungi diri dalam menghadapi bencana guna untuk
meningkatkan kesiapsiagaan diri sendiri jika terjadi bencana saat mereka berada
disekolah. Seperti upaya yang dipaparkan oleh BNPB yaitu penyiapan sarana dan
60
prasarana kesehatan, penyebaran informasi masalah kesehatan akibat bencana,
upaya penyelamatan, cara menolong, rencana bantuan, cara bertahan sebelum
bantuan datang, sehingga anak-anak perlu dilatih sejak dini untuk meningkatkan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada lingkungan sekolah.
2. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana setelah diberikan media
video animasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 siswa, skor rata-rata
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi setelah
diberikan video animasi yaitu 87,26, dengan standar deviasi 10,92. Mengacu pada
LIPI-UNESCO/ISDR (2006) hasil tersebut termasuk dalam kategori sangat siap.
Hal diatas membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan kesiapsiagaan
siswa setelah diberikan media video animasi. Penelitian ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi (2015) dalam jurnal penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Penyuluhan Bencana Banjir terhadap Kesiapsiagaan pada
Siswa SD Katolik Soegiyo Pranoto Manado” juga menunjukkan nilai rata-rata
setelah penyuluhan lebih tinggi dari nilai rata-rata sebelum penyuluhan.
Teori Piaget merupakan teori yang terkait dengan penelitian ini yang
menyatakan dimana pada masa anak-anak merupakan fase operasional konkrit
yang tidak terlepas dari media audio visual dan permainan (Indriasari, 2014). Saat
melihat dan mendengar langsung suatu hal anak tidak hanya mendapatkan
kesenangan namun anak juga belajar akan sesuatu.
Pemberian media video animasi ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan
dengan durasi penayangan selama 10 menit. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Muslimin (2017) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media
61
Video Animasi terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas II B
SD Muhammadiyah Karangtengah Bantul Yogyakarta” dimana memberikan
tayangan video animasi kepada siswa dengan rentang waktu 10-20 menit dapat
membuat anak-anak menjadi tidak bosan untuk menerima ilmu-ilmu baru dari
tayangan yang diberikan. Nilai t pada penelitian tersebut diperoleh -4,716 dengan
t tabel 1,67.
Menurut peneliti hasil dari nilai pretest-posttest pada penelitian ini
menunjukkan skor kesiapsiagaan siswa di SDN 2 Sidemen berada pada kategori
yang sudah baik. Oleh karena itu, pemberian edukasi tentang kebencanaan kepada
siswa secara berkala diyakini akan meninngkatkan pemahaman kesiapsiagaan
pada siswa itu sendiri. Karena pada dasarnya siswa sudah memiliki modal
pengetahuan yang cukup terhadap upaya menghadapi fenomena bencana yang
terjadi. Pemberian edukasi dengan cara memberikan suatu penayangan video
animasi akan membuat anak-anak lebih cepat menerima materi yang diberikan
karena biasanya pemberian edukasi lebih sering diberikan dengan metode
ceramah dan tanya jawab saja yang membuat anak lebih cepat bosan menyimak
materi yang diberikan
3. Pengaruh penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa
dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi
Hasil penelitian yang dilakukan di SDN 2 Sidemen Karangasem
menunjukkan setelah diberikan tayangan video animasi pada siswa, terdapat
perbedaan skor rata-rata yaitu sebesar 13,09. Hasil analisis menggunakan uji
statistik paired t-test didapatkan p value pada Sig 2-tailed yaitu 0,001. Hal ini
menunjukkan p value ≤ α (0,05) dengan demikian hipotesa penelitian diterima
62
yang berarti ada pengaruh penggunaan video animasi terhadap kesiapsiagaan
siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.
Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005) menyatakan siswa kelas IV hingga
kelas VI dengan rentang umur 9 sampai 12 tahun sudah mampu berpikir kritis dan
abstrak serta sudah memiliki kemampuan komunikasi dan pemahaman baik
terhadap suatu fenomena. Penelitian oleh Wulandari (2010) menyatakan belajar
dengan mempergunakan indra pendengaran dan penglihatan akan lebih efektif.
Anak-anak akan lebih mudah menerima pesan-pesan pengetahuan yang
disampaikan melalui penayangan video animasi yang melibatkan indra
penglihatan dan pendengaran. Ini sangat efektif memberikan pengetahuan dan
keterampilan teknis tentang cara-cara menghadapi bencana alam pada anak-anak.
Tayangan video animasi adalah hal yang cukup sering dijumpai pada masa
anak-anak. Sehingga saat diberikan tayangan video animasi ini anak-anak sudah
tidak asing lagi dengan hal tersebut. Tujuan dari penggunaan media video animasi
ini adalah memberikan infomasi kepada siswa tentang macam-macam
pengetahuan berkaitan dengan bencana serta upaya peredaman dan penanganan
bencana. Pada tayangan video animasi ini berisi materi atau informasi berkaitan
dengan kebencanaan dari masa pra bencana, masa tanggap darurat, dan pasca
bencana. Kesiapsiagaan anak dapat dilatih tidak hanya melalui edukasi berupa
materi ceramah tetapi anak diajak untuk berpikir secara konkret menurut teori
Piaget, yang akan membuat anak lebih cepat memahami dan menerima materi
melalui media baik berupa gambar maupun video.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di paparkan oleh
Muslimin (2017) mengenai video animasi kesiapsiagaan bencana yang sejenis
63
dengan penelitian ini, video animasi ini bukan hanya menyenangkan, tetapi juga
media edukasi yang sangat baik untuk anak. Saat dilaksanakannya proses
pemberian video animasi ini, tujuan dari pemberian tayangan video animasi sudah
tersampaikan dengan cukup baik dan anak-anak sangat koperatif mengikuti
kegiatan ini.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ditunjukkan, maka peneliti
berpendapat bahwa pada usia sekolah dasar anak haruslah diberikan
pengembangan materi kebencanaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana dengan cara pemberian metode yang lain dan lebih menarik salah satunya
dengan media video animasi. Selain penggunaan media video animasi tersebut,
masih terdapat media lain yang mungkin bisa dipakai acuan sebagai media untuk
memberikan edukasi tentang kebencanaan yang dapat lebih meningkatkan
kesiapsiagaan pada anak di kalangan sekolah dasar.
C. Kelemahan Penelitian
Kelemahan dalam penelitian ini adalah saat proses penelitian terdapat
beberapa hambatan proses komunikasi antara siswa dengan peneliti. Saat
berlangsungnya penayangan video animasi satu, dua orang anak kurang bisa fokus
dan lebih memilih bermain dengan teman-temannya sehingga tidak tersampainya
tujuan dari penayangan video animasi tersebut.
64
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang pengaruh
penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa di SDN 2
Sidemen Karangasem tahun 2018 dengan 40 responden dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Nilai rata-rata kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana sebelum
diberikan media video animasi memperoleh skor 74,17.
2. Nilai rata-rata kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana setelah
diberikan media video animasi memperoleh skor 87,26.
3. Ada pengaruh signifikan penggunaan media video animasi terhadap
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana dengan ρ-value 0,001.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran dari penulis
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan diantaranya :
1. Bagi Para Guru di SDN 2 Sidemen Karangasem
Meningkatkan pemberian materi khususnya mengenai kebencanaan kepada
siswa dengan mengembangkan metode yang lebih menarik seperti media video
dikolaborasikan dengan perminan dan tas siaga bencana guna mempersiapkan
siswa dalam menghadapi bencana yang bisa datang kapan saja. Serta memberikan
penayangan video kesiapsiagaan bencana secara periodik.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan ataupun referensi bagi
peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian serupa mengenai pengaruh
pemberian edukasi terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dengan
memperhatikan kelemahan penelitian ini.
66
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. and Sholeh, M. (2008) Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, S. and Sudaryono (2010) ‘Peran Sekolah Dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana’, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, 1(1), pp. 37–40.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2008) ‘Pedoman penyusunan rencana penanggulangan bencana’, Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana, 1, p. 36.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2016) Potensi dan Ancaman Bencana di Indonesia. Available at: https://bnpb.go.id/home/potensi (Accessed: 12 November 2017).
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) (2014) Kementerian PPN_Bappenas Buku 2014. Available at: https://www.bappenas.go.id/index.php?cID=4857 (Accessed: 8 November 2017).
Bidang Humas Satgas Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Agung (2017) Rekapitulasi Jumlah Pengungsi Siaga Darurat Erupsi Gunung Agung. Denpasar.
Citizen Corps (2016) Citizen Corps Personal Behavior Change Model for Disaster Preparedness. Washington DC: FEMA.
Daud,dkk. (2014) ‘Penerapan Pelatihan Siaga Bencana Dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Komunitas SMA Negeri 5 Banda Aceh’, Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 1(1), p. Nanggroe Aceh Darussalam.
Dharma, K. K. (2015) Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
Efendi, F. dan Makhfudli (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Firmansyah, I., dkk. (2014) ‘Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor pada Remaja Usia 15-18 tahun di SMA Al-Hasan Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember ( The Correlation Between Knowledge and behavior preparedness in Facing of’, Jurnal ICT, (pengetahuan dan perilaku kesiapsiagaan), pp. 1–8.
67
Gamar, R. (2017) Status Gunung Agung Diturunkan dari Awas ke Siaga - Kompas, Kompas. Available at: https://regional.kompas.com/read/2017/10/29/16314041/status-gunung-agung-diturunkan-dari-awas-ke-siaga (Accessed: 9 November 2017).
Ghozali, I. (2011) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handi, C. (2012) Belajar Sendiri Auto CAD 2002 Tingkat Lanjut. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Hidayat, A. A. (2007) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayati, D., D. (2010) Sekolah Siaga Bencana: Pembelajaran dari Kota Bengkulu. Jakarta: LIPI Press.
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) (2014) IRBI: Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
Indriana, D. (2011) Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press.
Indriasari, F. N. (2014) ‘Pengaruh Pelatihan Siaga Bencana Gempa Bumi terhadap Kesiapsiagaan Anak Sekolah Dasar dalam Menghadapi Bencana’, Jurnal ICT, (pelatihan siaga bencana), pp. 1–8.
Jaringan Pemberitaan Pemerintah (2017) Letusan Gunung Agung Tahun 1963, Jaringan Pemberitaan Pemerintah. Available at: https://jpp.go.id/peristiwa/lintas-daerah/311758-letusan-gunung-agung-tahun-1963-turunkan-suhu-bumi-0-4-derajat-celcius (Accessed: 9 November 2017).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2016) Definisi Kata Bencana,. Available at: http://kbbi.web.id/bencana (Accessed: 9 November 2017).
Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2010) Kementerian Pendidikan Surat Edaran Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70a/MPN/SE/2010. Available at: http://mdmc.or.id/index.php/download-file/category/5-pendidikan-siaga-bencana?download=9:strategi-pengarusutamaan-pengurangan-risiko-bencana-di-sekolah (Accessed: 17 November 2018).
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. (2011) Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana. Jakarta: Konsorsium Pendidikan Bencana.
68
Kustiawan, U. (2016) Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Malang: Gunung Samudera.
LIPI-UNESCO/ISDR (2006) Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; Jakarta.
Munir (2012) Multimedia Konsep Dan Aplikasi Dalam Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.
Muslimin, M. I. (2017) ‘Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Video Animasi terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas II SD’, E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan, 6(1).
Nurjanah et al. (2011) Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.
Nursalam (2017) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 4. Edited by P. P. Lestari. Jakarta: Salemba Medika.
Pemerintah Kabupaten Karangasem (2017) Potensi Pembangunan dan Geografis Daerah Karangasem. Available at: http://v2.karangasemkab.go.id/index.php/profil/19/Potensi-Pembangunan (Accessed: 8 November 2017).
Presiden Republik Indonesia (2007) Undang-Undang Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007. Available at: http://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf.
Priambodo, S. A. (2009) Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta: Kanisius.
Ruwanto, B. (2008) Gunung Meletus. Yogyakarta: Kanisius.
Setiadi (2013) Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soetjiningsih (2014) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Sugiman, Sumardoyono and Marfuah (2016) Karakteristik Siswa SMP dan bilangan. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Sugiyono, P. D. (2015) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukawana, I. W. (2008) Pengantar Statistik Untuk Perawat. Denpasar : Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar.
69
The Indonesian Development of Education and Permaculture (IDEP) (2007) Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat Edisi 2. Bali: Yayasan IDEP.
United Nations Centre for Regional Development (UNCRD) (2009) Reducing Vulnerability of School Student to Earthquakes. Japan: United Nations Centre for Regional Development.
United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR) (2015) Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015 – 2030. Japan: United Nations Office for Disaster Risk Reduction.
Utami, D. (2011) ‘Animasi dalam Pembelajaran’, Majalah Ilmiah Pembelajaran, 7(1), pp. 45–50.
Warsita, B. (2008) Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wasis (2008) Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Wiranti, I. W. (2015) ‘Pengaruh Film Animasi terhadap Motivasi Belajar Pada Anak TK.’
Wulandari (2010) Pengenalan dan Pengembangan Pendidikan Disaster Risk Reduction Dasar Melalui Aplikasi Program “Inisiatif Si Kancil Al-Baitul Amien Jember. Available at: http://repository.unej.ac.id/123456789/74316 (Accessed: 15 November 2017).
70
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN VIDEO ANIMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM
TAHUN 2018
No Kegiatan
Bulan
Februari 2018 Maret 2018 April 2018 Mei 2018 Juni 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Revisi Proposal
4 Pengurusan Izin
Penelitian
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 Penyusunan Laporan
9 Sidang Hasil Penelitian
10 Revisi Laporan
11 Pengumpulan Skripsi
Keterangan : Warna hitam (proses penelitian)
Lampiran 2
REALISASI ANGGARAN BIAYA PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI TERHADAP
KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM
TAHUN 2018
Alokasi dana yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
No Kegiatan Biaya
1 Tahap Persiapan
a. Pembelian ATK
b. Penggandaan Proposal
c. Biaya Konsumsi
Rp 200.000,00
Rp 300.000,00
Rp 250.000,00
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan Izin Penelitian
b. Penggandaan Lembar Pengumpulan Data
c. Transportasi dan Akomodasi
d. Pengolahan dan Analisis Data
Rp 100.000,00
Rp 200.000,00
Rp 250.000,00
Rp 200.000,00
3 Tahap Akhir
a. Penggandaan Laporan
b. Biaya Konsumsi
c. Biaya Tidak Terduga
Rp 400.000,00
Rp 250.000,00
Rp 250.000,00
Jumlah Rp 2.400.000,00
Lampiran 3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Saudara/i Calon Responden
Di –
SDN 2 Sidemen
Dengan hormat,
Saya mahasiswa D-IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
semester VIII bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa Dalam
Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen
Karangasem”, sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi D-IV
Keperawatan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, saya mohon kesediaan
bapak/ibu/saudara/i untuk menjadi responden yang merupakan sumber informasi
bagi peneliti.
Demikian permohonan ini kami sampaikan dan atas partisipasinya, kami
ucapkan terima kasih.
Karangasem, 2018
Peneliti
Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur WahyuniNIM: P07120214019
Lampiran 4
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN(INFORMED CONSENT)
SEBAGAI PESERTA PENELITIAN
Yang terhormat Saudara/i/Adik, Kami meminta kesediannya untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutesertaan dari penelitian ini bersifat
sukarela/tidak memaksa. Mohon untuk dibaca penjelasan dibawah dengan
seksama dan disilahkan bertanya bila ada yang belum dimengerti.
Judul Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap
Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem
Peneliti Utama Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni
Institusi Poltekkes Kemenkes Denpasar
Lokasi Penelitian SDN 2 Sidemen Karangasem
Sumber pendanaan Swadana
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh video animasi terhadap
kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana. Jumlah peserta sebanyak 40 orang
dengan syaratnya yaitu kriteria inklusi siswa sekolah dasar yang duduk dibangku
kelas IV, V dan VI di SDN 2 Sidemen Karangasem pada tahun ajaran 2017/2018,
siswa yang hadir dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani inform
consent saat pengambilan data, serta kriteria eksklusi berupa siswa yang tidak
hadir saat dilakukan pertemuan berikutnya.
Peserta akan diberikan kuisioner (pretest) yang berisi 20 item pertanyaan
mengenai kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.
Setelah selesai menjawab kuisioner peserta akan diberikan tayangan video
animasi berjudul Tanggap, Tangkas, Tangguh “Gunung Api” dengan frekuensi
dua kali selama 10 menit. Setelah selesai menyaksikan video animasi, siswa akan
diberikan kuisioner (posttest) yang berisi 20 item pertanyaan mengenai
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.
Kepesertaan dalam penelitian ini tidak secara langsung memberikan manfaat
kepada peserta penelitian. Tetapi dapat memberi gambaran informasi yang lebih
banyak tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.
Dengan penggunaan media video animasi Tanggap, Tangkas, Tangguh
Menghadapi “Gunung Api” yang berisikan gambar-gambar animasi dan
dimodifikasi dengan cerita yang menarik diharapkan peserta menjadi antusias
untuk menyaksikan tayangan tersebut. Bagi peserta akan mendapatkan manfaat
berupa pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
letusan gunung berapi.
Atas kesedian berpartisipasi dalam penelitian ini maka akan diberikan
imbalan sebagai pengganti waktu yang diluangkan untuk penelitian ini. Peneliti
menjamin kerahasiaan semua data peserta penelitian ini dengan menyimpannya
dengan baik dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Kepesertaan Saudara/i/Adik pada penelitian ini bersifat sukarela.
Saudara/i/Adik dapat menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada
penelitian atau menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada
sanksi. Jika setuju untuk menjadi peserta peneltian ini, Saudara/i/Adik diminta
untuk menandatangani formulir ‘Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed
Consent) Sebagai *Peserta Penelitian/ *Wali’ setelah Saudara/i/Adik benar-benar
memahami tentang penelitian ini. Saudara/i/Adik akan diberi salinan persetujuan
yang sudah ditanda tangani ini.
Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang
dapat mempengaruhi keputusan Saudara/i/Adik untuk kelanjutan kepesertaan
dalam penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada Saudara/i/Adik. Bila
ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi peneliti :
CP : Catur (081547552439) .
Tanda tangan Saudara/i/Adik dibawah ini menunjukkan bahwa
Saudara/i/Adik telah membaca, telah memahami dan telah mendapat kesempatan
untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui untuk
menjadi *peserta penelitian/Wali.
Peserta/ Subyek Penelitian, Wali,
____________________________ _______________________________
Tanggal : / / Tanggal : / /
Hubungan dengan Peserta/ Subyek Penelitian:
_________________________________________
Peneliti
__________________________________
Tanggal : / /
Tanda tangan saksi diperlukan pada formulir Consent ini hanya bila
Peserta Penelitian memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, tetapi
tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau
buta
Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada penelitian
ini (misalnya untuk penelitian resiko tinggi dan atau prosedur penelitian
invasive)
Catatan:
Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim
penelitian.
Saksi:
Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskan
dengan benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan persetujuan
untuk menjadi peserta penelitian diberikan secara sukarela.
___________________________________
Tanggal : / /
(Jika tidak diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini
dibiarkan kosong)
* coret yang tidak perlu
Lampiran 5
KISI-KISI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM TAHUN 2018
No Variabel Sub
Variabel
Indikator Jumlah
Pernyataan
No. Item
Pertanyaan
Jenis
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
1 Kesiapsiagaan
bencana letusan
gunung berapi pada
siswa sekolah dasar
Pengetahuan Pengetahuan terhadap bencana alam secara
umum
2 1
8
Positif
Positif
Jenis-jenis bencana alam 2 2
4
Positif
Negatif
Penyebab terjadinya bencana letusan
gunung berapi
3 3
5
9
Positif
Positif
Negatif
Intensitas bencana letusan gunung berapi 2 6
7
Negatif
Positif
Sikap untuk mengurangi dampak bencana
letusan gunung berapi
2 10 Positif
1 2 3 4 5 6 7
Perencanaan
tanggap
darurat
Tindakan penting yang harus dilakukan
untuk selamat dari bencana letusan gunung
berapi
3 11
13
14
Positif
Negatif
Positif
Barang yang perlu diselamatkan saat
terjadi bencana letusan gunung berapi
1 12 Negatif
Peringatan
bencana
Pengetahuan terhadap keberadaan sistem
peringatan bencana letusan gunung berapi
2 15
17
Positif
Negatif
Tindakan yang dilakukan apabila
mendengar adanya tanda peringatan
bencana letusan gunung berapi
2 16
18
Positif
Negatif
Mobilisasi
sumber daya
Latihan dan simulasi evakuasi 2 19
20
Negatif
Positif
Lampiran 6
FORMAT PENGUMPULAN DATA
Judul penelitian : Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap
Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan
Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun
2018
Kode responden :
Tanggal pengisian :
Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda check list (√) pada jawaban
yang sesuai.
2. Semua pertanyaan harus di jawab.
3. Setiap pertanyaan di isi dengan satu jawaban.
4. Bila ada yang kurang mengerti, silahkan bertanya kepada peneliti.
A. Pengkajian Data Demografi
1. Jenis kelamin :
Laki-laki Perempuan
2. Umur : Tahun
B. Kuesioner Kesiapsiagaan Bencana Letusan Gunung Berapi Pada Siswa
Sekolah Dasar
Petunjuk pengisian : Berilah tanda chek list/contreng (√) pada kolom “ya”
jika pernyataan menurut anda benar atau kolom “tidak” jika menurut anda salah
pada pernyataan di bawah ini.
No Pernyataan Ya Tidak
1 2 3 4
I. Pengetahuan
1 Apakah bencana alam merupakan kejadian yang
disebabkan oleh alam dan merugikan manusia?
2 Apakah letusan gunung berapi merupakan bencana alam?
3 Apakah terjadi gempa bumi berskala rendah maupun
tinggi sebelum letusan gunung berapi?
4 Apakah kecelakaan lalu lintas merupakan bencana alam?
5 Apakah letusan gunung berapi terjadi karena pergerakan
lempeng bumi?
6 Apakah letusan gunung berapi tidak bisa diprediksi ?
7 Apakah banyak hewan yang mati terkena dampak letusan
gunung berapi?
8 Apakah lahar panas dan banjir lahar dingin merupakan
hasil dari letusan gunung berapi?
9 Apakah badai/puting beliung dapat menimbulkan letusan
gunung berapi?
10 Apakah anda pernah mendapat pelajaran mengenai
bencana letusan gunung berapi di sekolah?
II. Perencanaan tanggap darurat
11 Apakah anda perlu berkumpul bersama keluarga dan
mengikuti jalur evakuasi untuk menuju pos penyelamatan
ketika terjadi letusan gunung berapi?
12 Apakah anda perlu menyelamatkan barang kesayangan
seperti mainan saat terjadi letusan gunung berapi?
1 2 3 4
13 Apakah tetap menempati zona bahaya merupakan tindakan
yang tepat saat terjadi letusan gunung berapi?
14 Apakah memakai pakaian lengan panjang, celana panjang,
masker, kaos tangan, kaca mata, dan topi adalah tindakan
tepat menghindari bahaya abu vulkanik?
III. Peringatan bencana
15 Apakah bel sekolah dapat digunakan sebagai sistem
peringatan bencana?
16 Menurut anda, apakah menjauhi lereng gunung bila
mendengar tanda bahaya letusan gunung berapi
merupakan tindakan yang benar?
17 Menurut anda, apakah bel atau tanda peringatan erupsi
dapat dibatalkan jika ternyata tidak terjadi letusan gunung
berapi?
18 Jika ada pemberitahuan bencana gempa yang disusul
letusan gunung berapi, apakah anda harus teriak dan
menangis?
IV. Mobilisasi sumber daya
19 Menurut anda, apakah mengikuti acara simulasi bencana adalah kegiatan yang membosankan?
20 Apakah anda pernah mendapatkan materi yang berisi
pengajaran tentang cara menghadapi bencana melalui
VCD/tayangan film?
TERIMA KASIH
Lampiran 7
Satuan Acara PenyuluhanPengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa
dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Pokok bahasan : Bencana Letusan Gunung Berapi
Tempat : SD Negeri 2 Sidemen Karangasem
Sasaran : Siswa kelas IV, V dan VI
A. Tujuan
1. Tujuan intruksional umum ( TIU )
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang bencana letusan gunung berapi,
diharapkan siswa kelas IV, V dan VI dapat mengetahui dan memahami tentang
bencana letusan gunung berapi serta dapat meningkatkan kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana letusan gunung berapi.
2. Tujuan intruksional khusus ( TIK )
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian bencana letusan gunung berapi.
b. Peserta dapat menjelaskan tanda dan gejala bencana letusan gunung berapi.
c. Peserta dapat menjelaskan tindakan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana letusan gunung berapi.
B. Media
1. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah video animasi Tangkas,
Tanggap, Tangguh Menghadapi “Gunung Api”.
C. Metode
1. Menonton video animasi Tangkas, Tanggap, Tangguh Menghadapi “Gunung
Api”
2. Menjelaskan kembali mengenai materi yang terdapat dalam video animasi
D. Pelaksanaan
No. Acara Waktu Kegiatan Evaluasi
1. Pembukaan 5 menit a. Mengucap salam
b. Memperkenalkan
diri
c. Menjelaskan tujuan
penelitian
Menjawab salam,
mendengarkan
2. Pengisian
kuisioner
Pre Test
20 menit Mengisi kuisioner pre test
kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana
letusan gunung berapi
sebanyak 20 item
pertanyaan
Mengisi jawaban
setiap item
pertanyaan di
kuisioner
3. Peayangan
video
animasi
10 menit Menonton tayangan video
animasi Tangkas, Tanggap,
Tangguh Menghadapi
“Gunung Api” sebanyak
satu kali selama 10 menit
Menonton tayangan
video animasi
dengan fokus
4. Pengisian
kuisioner
Post Test
20 menit Mengisi kuisioner post test
kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana
letusan gunung berapi
sebanyak 20 item
pertanyaan
Mengisi jawaban
setiap item
pertanyaan di
kuisioner
5. Penutup 5 menit a. Memberi saran-
saran
b. Menyampaikan
terima kasih.
c. Memberi salam
penutup
Mendengarkan dan
menjawab salam.
E. Evaluasi
1. Evaluasi proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu
b. Responden yang hadir 100% dari jumlah total responden
c. Responden mengikuti penelitian dengan tertib dan disiplin
2. Evaluasi hasil
Sasaran penyuluhan mampu:
a. Memahami bencana letusan gunung berapi secara umum
b. Memahami tindakan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana letusan
gunung berapi.
Lampiran 8
Master Tabel Pengumpulan DataPengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Pretest
Kode Responden Pertanyaan Indeks Pengetahuan
Pertanyaan Indeks Perencanaan
tanggap darurat
Pertanyaan Indeks Peringatan bencana
Pertanyaan Indeks
Mobilisasi Sumber Daya
1 2 3 4 5P 01
P 02
P 03
P 04
P 05
P 06
P 07
P 08
P 09
P 10
P 11
P 12
P 13
P 14
P 15
P 16
P 17
P 18
P 19
P 20
001 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0002 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0003 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0004 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0005 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0006 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0007 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0008 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0009 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0010 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0011 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0012 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0013 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0014 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
1 2 3 4 5015 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0016 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0017 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0019 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0020 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0021 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0022 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0023 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0024 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0025 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0026 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0027 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0028 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0029 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0030 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1031 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1032 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0033 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0034 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0035 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0036 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0037 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0038 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0039 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0040 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
Master Tabel Pengumpulan DataPengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018Post test
Kode Responden Pertanyaan Indeks Pengetahuan
Pertanyaan Indeks Perencanaan
tanggap darurat
Pertanyaan Indeks Peringatan bencana
Pertanyaan Indeks
Mobilisasi Sumber Daya
1 2 3 4 5P 01
P 02
P 03
P 04
P 05
P 06
P 07
P 08
P 09
P 10
P 11
P 12
P 13
P 14
P 15
P 16
P 17
P 18
P 19
P 20
001 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1002 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1003 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1004 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1005 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1006 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1007 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1008 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1009 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1010 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1011 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1012 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1013 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1014 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
1 2 3 4 5015 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1016 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1017 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1019 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1020 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1021 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1022 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1023 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1024 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1025 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1026 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1027 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1028 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1029 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1030 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1031 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1032 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1033 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1034 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1035 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1036 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1037 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1038 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1039 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1040 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Master Tabel Pengumpulan DataPengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Kode Respon
den
Karakteristik Responden Kesiapsiagaan Hasil Rekapitulasi Kesiapsiagaan Hasil Rekapitulasi
Jenis Kelamin Usia
Pengetahuan
Rencana Tanggap Darurat
Sistim Peringatan Dini
Mobili-sasi Sumber Daya
Skor Katagori Pengetahuan
Rencana Tanggap Darurat
Sistim Peringatan Dini
Mobili-sasi Sumber Daya
Skor Katagori
Pre Test Post Test1 2 3 4 5 6 7 8 9
001 1 11 70 100 50 0 68.1 4 80 75 50 100 78.4 4002 1 12 90 100 50 50 86.7 5 100 100 100 100 99 5003 1 10 70 75 50 50 68.1 4 70 100 100 100 74.1 4004 0 12 80 100 50 50 78.4 4 90 100 75 100 89.7 5005 0 11 80 75 50 50 76.4 4 100 100 75 100 98 5006 0 11 90 100 50 50 86.7 5 90 100 100 100 90.7 5007 0 11 80 100 25 50 77.4 4 100 100 75 100 98 5008 1 11 60 100 50 50 61.8 3 90 100 100 100 90.7 5009 0 12 80 100 75 0 77.4 4 100 100 75 100 98 5010 1 12 80 100 75 100 81.4 4 80 100 75 100 81.4 4011 1 10 50 100 50 50 53.5 2 70 75 75 100 71.1 4012 0 10 70 100 75 100 73.1 4 70 100 75 100 73.1 4013 0 10 60 75 50 50 59.8 3 60 75 75 100 62.8 3014 1 10 80 75 50 50 76.4 4 100 100 75 100 98 5015 0 13 80 100 75 100 81.4 4 80 100 75 100 81.4 4016 0 10 70 75 75 50 69.1 4 80 100 75 100 81.4 5017 0 11 80 100 75 50 79.4 5 100 100 100 100 99 5018 0 12 100 75 50 50 93 5 100 75 50 50 93 5019 1 13 80 100 100 100 82.4 5 80 100 100 100 82.4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9020 1 11 70 75 75 50 69.1 4 100 100 100 100 99 5021 1 13 90 75 50 50 84.7 5 100 100 75 100 98 5022 1 10 70 75 50 50 68.1 4 70 100 100 100 74.1 4023 1 12 80 75 75 50 77.4 4 90 100 100 100 90.7 5024 1 13 90 100 50 50 86.7 5 90 100 100 100 90.7 5025 1 10 60 75 75 0 58.8 3 70 100 75 100 73.1 4026 1 12 80 75 50 50 76.4 4 80 100 100 100 82.4 5027 1 11 80 100 50 0 76.4 4 100 100 75 100 98 5028 1 11 70 75 75 50 69.1 4 90 100 100 100 90.7 5029 1 12 80 100 100 0 78.4 4 100 100 100 50 97 5030 0 11 70 100 25 100 71.1 4 100 100 100 100 99 5031 0 12 80 100 50 100 80.4 5 90 100 75 100 89.7 5032 0 13 80 100 50 50 78.4 4 100 100 100 100 99 5033 1 10 40 75 25 50 42.2 2 60 75 75 100 62.8 3034 0 10 70 50 50 50 66.1 4 70 100 75 100 73.1 4035 0 10 60 75 75 50 60.8 3 90 100 100 100 90.7 5036 0 11 80 75 50 0 74.4 4 90 100 75 100 89.7 5037 0 11 90 75 50 50 84.7 5 90 75 50 50 84.7 5038 1 12 80 100 50 50 78.4 4 100 100 100 100 99 5039 1 10 60 75 25 50 58.8 3 70 100 75 100 73.1 4040 0 11 100 100 75 50 96 5 100 100 25 100 96 5
Keterangan:
P 01 : Pertanyaan 1
P 20 : Pertanyaan 20
Jenis Kelamin :
Laki-laki = 0 Belum siap = 1 Hampir siap = 3 Sangat siap = 5
Perempuan = 1 Kurang siap = 2 Siap =4
Lampiran 9
TABEL NILAI KOEFISIEN KORELASI “r” PRODUCT MOMENT DARI PEARSON UNTUK BERBAGAI df
Df Taraf Signif. df Taraf Signif
5% 1% 5% 1%
1 0.997 1.000 24 0.388 0.496
2 0.950 0.990 25 0.381 0.487
3 0.878 0.959 26 0.374 0.478
4 0.811 0.917 27 0.367 0.470
5 0.764 0.874 28 0.361 0.463
6 0.707 0.834 29 0.355 0.456
7 0.666 0.798 30 0.349 0.449
8 0.632 0.765 35 0.325 0.418
9 0.602 0.735 40 0.304 0.393
10 0.576 0.708 45 0.288 0.372
11 0.563 0.684 50 0.278 0.354
12 0.532 0.661 60 0.250 0.325
13 0.514 0.641 70 0.252 0.302
14 0.497 0.628 80 0.217 0.288
15 0.482 0.606 90 0.205 0.267
16 0.468 0.590 100 0.195 0.254
17 0.456 0.575 125 0.174 0.228
18 0.444 0.561 150 0.169 0.208
19 0.433 0.549 200 0.138 0.161
20 0.423 0.537 300 0.118 0.148
21 0.418 0.520 400 0.098 0.128
22 0.404 0.515 500 0.088 0.116
23 0.396 0.505 1000 0.062 0.061
Sumber: Hastono, S. Priyo, 2007, Analisis Data Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta
Lampiran 10
Hasil Analisa Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Case Processing Summary
30 100,00 ,0
30 100,0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,942 20
Cronbach'sAlpha N of Items
Item-Total Statistics
13,4000 35,145 ,964 ,93413,4000 35,145 ,964 ,93413,4333 36,530 ,624 ,93913,5000 36,190 ,633 ,93913,5000 36,466 ,582 ,94013,5333 37,154 ,440 ,94313,5000 36,466 ,582 ,94013,5333 36,602 ,539 ,94113,4667 37,085 ,488 ,94213,4667 37,706 ,371 ,94413,5000 35,569 ,750 ,93713,4667 35,637 ,767 ,93713,5000 36,948 ,493 ,94213,5333 35,844 ,677 ,93913,5667 35,978 ,636 ,93913,4667 35,775 ,740 ,93813,6000 36,524 ,529 ,94113,5333 35,706 ,702 ,93813,5000 35,845 ,698 ,93813,4000 35,145 ,964 ,934
P1P2P3P4P5P6P7P8P9P10P11P12P13P14P15P16P17P18P19P20
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Lampiran 11
Hasil Analisa Uji Normalitas Instrumen Penelitian
DescriptivesStatistic Std. Error
Pretest
Mean 74.1725 1.71878
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
70.6959
Upper Bound
77.6491
5% Trimmed Mean 74.5056Median 76.4000Variance 118.168Std. Deviation 10.87052Minimum 42.20Maximum 96.00Range 53.80Interquartile Range 13.05Skewness -.635 .374Kurtosis .852 .733
Posttest
Mean 87.2675 1.72715
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
83.7740
Upper Bound
90.7610
5% Trimmed Mean 87.9750Median 90.7000Variance 119.322Std. Deviation 10.92345Minimum 62.80Maximum 99.00Range 36.20Interquartile Range 18.85Skewness -.659 .374Kurtosis -.667 .733
Lampiran 12
Hasil Analisa Data
Paired Samples StatisticsMean N Std.
DeviationStd. Error
Mean
Pair 1pretest 74.1725 40 10.87052 1.71878posttest 87.2675 40 10.92345 1.72715
Paired Samples TestPaired Differences
t dfSig.
(2-tailed)
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
DifferenceLower Upper
Pair 1pretest – posttest
-13.09500 9.32064 1.47372 -16.07589 -10.11411 -8.886 39 .001