A - Emboen's Blog – CORETAN DINGDING DUNIA … · Web viewPersoalan mengenai faktor-faktor apakah...
Transcript of A - Emboen's Blog – CORETAN DINGDING DUNIA … · Web viewPersoalan mengenai faktor-faktor apakah...
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor yang mempengaruhi perubahan dan dinamika kepribadian seseorang di pengaruhi
oleh banyak faktor. Perubahan dalam kepribadian tidak bisa terjadi secara spontan, tetapi
merupakan hasil pengamatan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya,
rentang usia dan faktor-faktor dari individu.
Persoalan mengenai faktor-faktor apakah yang memungkinkan atau mempengaruhi
perkembangan, dijawab oleh para ahli dengan jawaban yang berbeda-beda.
Para ahli yang beraliran “Nativisme” berpendapat bahwa perkembangan individu
semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-
mata tergantung kepada faktor dasar/pembawaan. Tokoh utama aliran ini yang terkenal
adalah Scopenhauer.
Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yag mengikuti aliran “Empirisme”
berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor
lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama
sekali. Aliran empririsme ini menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa
dalam menentukan perkembangan seseorang individu. Tokoh aliran ini adalah John
Locke.
Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrim di atas adalah
aliran “Konvergensi” dengan tokohnya yang terkenal adalah Willian Stern. Menurut
aliran Konvergensi, perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua
kekuatan tersebut. Baik faktor dasar/pebawaan maupun factor lingkungan/pendidikan
keduanya secara convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang
individu. Sejalan dengan pendapat ini, Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional
juga mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
1
yaitu faktor dasar/pembawaan (faktor internal) dan faktor ajar/lingkungan (faktor
eksternal).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Nativisme
Pada hakekatnya aliran nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang
menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak, oleh karena itu factor
lingkungan termasuk factor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetic dari
kedua orangtua.
��ع الم��رأة تنكح بها لمالها ألرب ��دينها وجمالها ولحس�� ول يداك تربت الدين بذات فاظفر 1
Artinya : Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena
keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya, maka pilihlah karena
agamanya karena jika tidak binasalah kedua tanganmu (HR. al-Bukhary)
Pelopor teori ini adalah Athur Schopenhauer.
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia
dipengaruhi oleh nativus atau faktor-faktor bawaan
manusia sejak dilahirkan. Teori ini menegaskan bahwa
manusia memiliki sifat-sifat tertentu sejak dilahirkan
yang mempengaruhi dan menentukan keadaan individu
yang bersangkutan. Faktor lingkungan dan pendidikan
diabaikan dan dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak bisa diubah
karena telah ditentukan oleh sifat –sifat turunannya. Bila dari keturunan baik maka
akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat. Jadi sifat manusia 1
3
bersifat permanen tidak bisa diubah. Teori ini memandang pendidikan sebagai suatu
yang pesimistis serta mendeskreditkan golongan manusia yang “kebetulan” memiliki
keturunan yang tidak baik.
Dalam teori ini dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan
pembawaan sejak lahir/bakat. Teori ini muncul dari filsafat nativisma ( terlahir )
sebagai suatu bentuk dari filsafat idealism dan menghasilkan suatu pandangan bahwa
perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan factor
alam yang kodrati. Teori ini dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer
(1788-1860) yang beranggapan bahwa factor pembawaan yang bersifat kodrati tidak
dapat diubah oleh alam sekitar atau pendidikan. Dengan tegas Arthur Schaupenhaur
menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik.
Pandanga ini sebagai lawan dari optimism yaitu pendidikan pesimisme memberikan
dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh factor pendidikan, ditentukan oleh
anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan itu tidak
akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Walaupun dalam kenyataan sehari-hari sering ditemukan secara fisik anak
mirip orang tuanya, secara bakat mewarisi bakat kedua orangtuanya, tetapi bakat
pembawaan genetika itu bukan satu-satunya factor yang menentukan perkembangan
anak, tetapi masih ada factor lain yang mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan anak menuju kedewasaan, mengetahui kompetensi dalam diri dan
identitas diri sendiri (jatidiri).
1. Faktor-Faktor perkembangan manusia dalam teori ini
Faktor genetic
Adalah factor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang
muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah
seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang
penyanyi yang prosentasenya besar.
4
Faktor Kemampuan Anak
Adalah factor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat
dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi
yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya.
Faktor pertumbuhan Anak
Adalah factor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap
pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu
normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan
yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak
tersebut tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
2. Tujuan-Tujuan Teori Nativisme
Didalam teori ini menurut G. Leibnitz:Monad “Didalam diri individu manusia
terdapat suatu inti pribadi”. Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer
(1788-1860) dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak
lahir/bakat. Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan :
1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki
dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya
hal ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak
besar terhadap kemajuan dirinya.
2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif
dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang
5
berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam menghadapi
tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan manusia yang
mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain.
3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan
pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan
berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini
bahwa sesuatu yang dipilihnya adalh yang terbaik untuk dirinya.
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam
pengembangan potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau
ciri khusus sebagai jati diri manusia.
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang
dimiliki, denga artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka
dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan baakatnya sehingga bisa
llebih optimal.
B. Aliran Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari
bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin
empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan
tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau
bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.
Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
6
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau
rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung
dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat
tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan.
كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يهودانه أوينصرانه أو يمجسانه
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kedua ibu-bapaknyalah yang akan
menjadi-kannya seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau seorang Majusi”.(HR.
Bukhori)
Tokoh-Tokoh Empirisme Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292)
dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh
berikutnya, John Locke dan David Hume.
7
a. John Locke (1632-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun
1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam,
dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga
buku pentingnya yaitu essay concerning human
understanding, terbit tahun 1600; letters on
tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises
on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul
sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila
rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah
rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh
melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih
dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi.
Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal
budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).
b. David Hume (1711-1776).
David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di kota
yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat. Karya
tepentingnya ialah an encuiry concercing humen understanding, terbit tahun 1748 dan
an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751.
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never
catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada
setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh
pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression).
Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu
pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri
8
manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan kemudian menjadi
pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha analisias agar
empirisme dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di
dasarkan pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian
menimbulkan kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya
pengetahuan, rangkaian pemikiran tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
Beberapa Jenis Empirisme :
1. Empirio-kritisisme
Disebut juga Machisme. ebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-idealistik. Aliran
ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan”
pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan
sebagainya, sebagai pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan
konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi
(pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide
Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan
sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
2. Empirisme Logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem
filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut:
a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip
kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-
proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang
ada seketika
c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya
tidak mengandung makna.
3. Empiris Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada
pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu, dianggap bukan
9
pengetahuan. Soal kemungkinan melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan
kebenaran telah menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum
dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapa memberikan kepada
kita suatu pengetahuan yang belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa
pernyataan- pernyataan empiris, dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan
untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untukkeraguan. Dalam
situasi semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel certain), tetapi aku
yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris yang pasti
karena terdapat sejumlah tak terbatas data inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti
tidak dapat ditimba sampai habis sama sekali.
C. Aliran Konvergensi
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas
yang menyatakan bahwa pembawaan dan pengalaman
memiliki peranan dalam mempengaruhi dan menentukan
perkembangan individu. Asumsi teori ini berdasar
eksperimen dari William Stern terhadap dua anak
kembar. Anak kembar memiliki sifat keturunan yang
sama, namun setelah dipisahkan dalam lingkungan yang
berbeda anak kembar tersebut ternyata memiliki sifat
yang berbeda. Dari sinilah maka teori ini menyimpulkan
bahwa sifat keturunan atau pembawaan bukanlah faktor
mayor yang menentukan perkembangan individu tapi turut juga disokong oleh faktor
lingkungan.
Faktor pembawaan manusia dalam teori ini disebut sebagai faktor endogen yang meliputi
faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna hitam. Selain faktor
kejasmanian faktor ada juga faktor pembawaan psikologis yang disebut dengan
temperamen. Temperamen berbeda dengan karakter atau watak. Karakter atau watak
adalah keseluruhan ari sifat manusia yang namapak dalam perilaku sehari-hari sebagai
hasil dari pembawaan dan lingkungan dan bersifat tidak konstan. Jika watak atau karakter
10
bersifat tidak konstan maka temperamen bersifat konstan. Selain temperamen dan sifat
jasmani, faktor endogen lainnya yang ada pada diri manusia adalah faktor bakat
(aptitude). Aptitude adalah potensi-potensi yang memungkinkan individu berkembang ke
satu arah.
Untuk faktor lingkungan yang dimaksud dalam teori ini disebut sebagai faktor eksogen
yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam sekitar,
pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu. Perbedaan antara
lingkungan dengan pendidikan adalah terletak pada keaktifan proses yang dijalankan.
Bila lingkungan bersifat pasif tidak memaksa bergantung pada individu apakah mau
menggunakan kesempatan dan manfaat yang ada atau tidak. Sedangkan pendidikan
bersifat aktif dan sistematis serta dijalankan penuh kesadaran.
مولود من ما إال أو وينصرانه يهودانه فأبواه الفطرة على يولد ... يمجسانه
Artinya : Tiadalah seorang anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua
orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi….(HR. al-
Bukhary)
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern (1871-1939), ia berpedapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan
buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan
sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir
tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk
perkembangan anak itu. Kedua-duanya (pembawaan dan lingkungan) mempunyai
pengaruh yang sama besar bagi perkembangan anak. Pendapat ini untuk pertama kalinya
dikemukakan oleh William Stern.
Melihat hal itu, maka pendidikan seharusnya diarahkan pada dua hal penting tersebut,
pembawaan (yang bisa berupa bakat, akal pikiran dan kecerdasan) dan lingkungan (yang
bisa berupa alam alami atau sintesa) yang harus diorientasikan pada pengembangan
11
kharakter yang baik dan peningkatan kemampuan siswa. Kedua hal ini ibarat dua sisi
pada satu koin yang tidak bisa dipisahkan satu dan yang lainnya.
Manusia lahir dengan ‘perbekalan’ agar dia nantinya mampu hidup dengan baik serta
mampu untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Namun apabila tidak
diimbangi dan didukung dengan lingkungan yang sesuai, maka hal tersebut tidaklah bisa
terjadi. Ini seperti sebutir jagung yang sebenarnya memiliki potensi untuk tumbuh dan
berkembang, namun apabila dia ditanam di padang pasir maka tentunya si jagung
tersebut tidaklah mungkin bisa tumbuh dan berkembang.
Melihat sedikit analogi yang telah saya gambarkan, maka menjadi penting untuk
memperhatikan prosesi pendidikan yang tidak hanya bertumpu pada sakralitas
‘pembawaan’ tetapi juga harus mampu mensintesa lingkungan agar dapat
mengembangkan pembawaan tersebut menjadi lebih sempurna. Manusia adalah makhluk
aktif yang selalu berkembang. Hal ini karena sifat manusia yang kreatif, maka dari itu
pendidikan senantiasa dinamis dan berdialog dengan konteks ruang dan waktu.
Sedangkan proses mengkomunikasiakan pendidikan senatiasa menggunakan
‘pembawaan’ asli manusia dan ruang (lingkungan) tempat manusia akan
mengembangkankan bakatnya.
D. Ketentuan Tuhan Sebagai Penentu Perkembangan
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (Surat An Nahl Ayat 78)
12
Manusia bisa membedakan antara perbuatan yang terjadi karena kehendaknya sendiri
dan yang terjadi karena terpaksa. Sebagai contoh, orang yang dengan sadar turun dari
atap rumah melalui tangga, ia tahu kalau perbuatannya atas dasar pilihan dan
kehendaknya sendiri.
Lain halnya kalau ia terjatuh dari atap rumah, ia tahu bahwa hal tersebut bukan
karena kehendaknya. Dia dapat membedakan antara kedua perbuatan ini, yang
pertama atas dasar kehendaknya dan yang kedua diluar kehendaknya. Dan siapapun
mengetahui perbedaan ini.
Di sini Allah menjelaskan bahwa Dia tidak menyesatkan orang yang sesat kecuali
disebabkan oleh dirinya sendiri. Dan sebagaimana telah kami terangkan tadi bahwa
manusia tidak dapat mengetahui apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk dirinya.
Karena dia tidak mengetahui takdirnya kecuali apabila sudah terjadi, maka dia tidak
tahu apakah dia ditakdirkan Allah menjadi orang yang tersesat atau menjadi orang
yang mendapat petunjuk.
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa manusia me mpunyai kehendak dan
pilihan dalam perbuatan yang dilakukannya secara sadar, bukan terpaksa. Kalau
manusia berbuat dengan kehendak dan pilihannya untuk kepentingan dunia, maka
iapun seharusnya begitu pula dalam usahanya menuju akhirat.
Bahkan jalan menuju akhirat lebih jelas. Karena Allah telah menjelaskannya dalam Al-
Qur’an dan melalui sabda Rasul-Nya , maka jalan menuju akhirat tentu saja lebih jelas
dan lebih terang daripada jalan untuk kepentingan dunia.
Namun kenyataannya, manusia mau berusaha untuk kepentingan dunia yang tidak
terjamin hasilnya dan meninggalkan jalan menuju akhirat yang telah terjamin
hasilnya dan diketahui balasannya berdasarkan janji Allah , dan Allah tidak akan
menyalahi janji-Nya.
13
BAB III
KESIMPULAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi invidu antara lain :
1. Faktor ginetik
2. Faktor kemampuan anak
3. Fakktor pertumbuhan anak
Faktor yang mempengaruhi hereditas antara lain:
1. Ide atau gagasan
2. Pengalaman
3. Pengelihatan
4. Logika
5. Akal Budi
6. Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi lingkungan antara lain :
1. keluarga
2. Masyarakat
3. Pemerintah / Negara
Faktor yang mempengaruhi ketentuan tuhan adalah :
1. Agama atau wahyu yang dibawa oleh rosul berdasarkan konsep otentik (Al
Qur’an)
2. Kepribadian rosul sebagai suritauladan untuk menempuh dalam rangka menuju
keridhaan Allah.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. DR. Septi Gumiandari, MA. Psikologi Perkembangan. Cirebon. Nurjati IAIN-
Publiser
2. Syamsu Yusuf L.N., 2001. Psikologi Perkembangan Anak Remaja. Jakarta. Rosda
3. Desmita El-Idhami, 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta
4. Jhon W. Santrock, 2008. Perkembangan Anak. Jakarta. Erlangga
5. Rini Hildayani, 2007. Psikologi Perkembangan Anak (cetakan kesembilan). Jakarta.
Universitas Terbuka
15
Referensi Buku:
Berat 0.32 kg
Tahun 2001
Halaman 220
Ukuran 16 x 24 cm
Penerbit Rosda
Pengarang Syamsu Yusuf LN.
Tahun 2005
Halaman 285 HLM + xiii
Ukuran HVS 60 GR, 16 X
ISBN 979-692-385-8
Penerbit
Dimensi 24 cm,
PengarangDESMITA EL-
IDHAMI
Judul PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN
16
Berat 1.08 kg
Tahun 2008
Halaman 387
Ukuran 20 x 26 cm
Penerbit Erlangga
Berat 1.08 kg
Tahun 2008
Halaman 387
Pengarang John W. Santrock
17
http://luluasegaf.wordpress.com/
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2084886-aliran-konvergensi-
pendidikan/#ixzz1JVL9sgTp
18