repository.unhas.ac.id › ... › 2785 › SKRIPSIKU.docx?sequence=3 · Web view...
Transcript of repository.unhas.ac.id › ... › 2785 › SKRIPSIKU.docx?sequence=3 · Web view...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Daerah kecamatan merupakan pembagian wilayah administratif di bawah
daerah kabupaten/kota yang dipimpin oleh seorang camat. Dalam menjalankan
tugasnya, Camat dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab
kepada Bupati/walikota melalui sekretaris daerah kabupaten/kota. Oleh karena
memiliki kedudukan tertinggi di kantor kecamatan, camat merupakan pemimpin
dalam organisasi pemerintah kecamatan. Dengan demikian, camat dituntut
memiliki gaya kepemimpinan dalam membawa dan mempengaruhi bawahannya
agar mampu bekerja sama demi mencapai tujuan organisasi.
Kecamatan Tubbi Taramanu adalah salah satu instansi pemerintahan di
daerah Kabupaten Polewali Mandar, dipimpin oleh seorang Camat bernama H.
Talibuddin, S.Pd, MM. yang memimpin 18.273 jiwa dan 4.096 Kepala Keluarga
(KK) yang tersebar di 12 desa dan 1 kelurahan di Kecamatan Tubbi Taramanu,
yakni Kelurahan Tubbi Taramanu, desa Poda-poda, desa Arabua, desa
Taramanu tua, desa Ambopadang, desa Teburru, desa Pullewani, desa Tubbi,
desa Taloba, desa Tiriang tapiko, desa Ratte, desa Besoangin, dan desa
Besoangin utara.
Kecamatan Tubbi Taramanu termasuk salah satu daerah yang masih
tertinggal di Kabupaten Polewali Mandar. Salah satu indikasinya terletak pada
sarana telekomunikasi yang masih sangat jarang disana. Letaknya yang masih di
lingkungan pedesaan juga menjadi salah satu indikasinya. Disinilah dibutuhkan
sosok seorang pemimpin dalam hal ini seorang Camat agar memiliki
1
kepemimpinan yang unggul sehingga mampu mencuri perhatian pemerintah
melalui segala macam prestasi yang dimilikinya.
Namun berdasarkan isu dan pengamatan penulis di Kantor Kecamatan
Tubbi Taramanu, Camat lebih banyak bekerja sendiri dan kurang dalam menjalin
hubungan kerja dengan para pegawainya. Oleh sebab itu hubungan Camat
dengan para pegawainya menjadi kurang harmonis sehingga Camat belum
mampu membangun motivasi para pegawainya untuk bekerja secara efektif dan
efisien dalam rangka mencapai tujuan. Hal tersebut dapat terlihat dari semangat
kerja para pegawai yang masih sangat kurang yaitu pada saat jam kerja, masih
banyak pegawai yang melakukan aktivitas lain di luar kegiatan organisasi,
mereka merasa enggan untuk menyumbangkan ide pikiran mereka dalam
menunjang kelancaran kegiatan pemerintahan di Kecamatan, serta pada jam
masuk dan pulang kerja pegawai tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
Hal tersebut tentunya berimplikasi luas pada timbulnya kesenjangan
antara pemimpin dengan yang dipimpinnya yang berujung pada rusaknya
tatanan organisasi di Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu dan menyebabkan
tidak tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, Camat
Tubbi Taramanu perlu menerapkan suatu gaya kepemimpinan yang baik untuk
menciptakan keharmonisan dengan para pengikut atau bawahannya sehingga
mampu mengendalikan mereka dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang pegawai.
Selain itu Camat tidak mengetahui persis tingkat kebutuhan pegawainya
sehingga dalam upaya memberikan motivasi kepada pegawainya melalui
persepsinya sendiri tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan
2
pegawainya baik itu kebutuhan fisiologis maupun psikologis.. Maka penulis
berasumsi bahwasanya jika Camat menerapkan teori kepemimpinan situasional
yang menerapkan gaya kepemimpinan berdasarkan level kematangan dan
kebutuhan pegawai, masalah-masalah pemimpin dan yang dipimpin seperti
tersebut di atas akan dapat diatasi.
Dalam upaya memberi motivasi pegawai, Camat perlu mengenal karakter
masing-masing pegawainya agar dapat mengetahui dan berusaha memenuhi
kebutuhan mereka, baik itu kebutuhan moril maupun materil. Sedangkan Camat
Tubbi Taramanu sendiri kurang mengetahui tingkat kebutuhan pegawainya
sehingga tercipta kesalah pahaman diantara keduanya. Maka dari itu saya
tertarik untuk memilih judul ini dengan melihat fenomena permasalahan Camat
dengan pegawainya di Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu khusunya pada gaya
kepemimpinan Camat sebagai motivator untuk bawahannya. Gaya
kepemimpinan seorang camat selaku pemimpin harus memiliki pikiran, tenaga,
dan kepribadian yang dapat memicu timbulnya hubungan kerjasama antara
sekelompok orang di dalam organisasi, serta dapat menjalin hubungan
komunikasi yang baik dalam memberikan pengawasan yang efisien dan dapat
membawa para bawahannya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan
kriteria dan waktu yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji lebih jauh mengenai gaya kepemimpinan Camat di Kantor Kecamatan
Tubbi Taramanu ini. Oleh karena itu, masalah yang ditemukan pada saat penulis
melakukan observasi yang menunjukan motivasi pegawai di Kantor Kecamatan
Tubbi Taramanu belum sesuai harapan, akan dikaji dalam penelitian ini. Maka
dari itu penulis akan mengadakan penelitian yang dituangkan dalam bentuk
3
skripsi dengan judul : “KEPEMIMPINAN CAMAT DI KANTOR KECAMATAN
TUBBI TARAMANU KABUPATEN POLEWALI MANDAR.”
1.2. Rumusan Masalah
Seorang pemimpin yang baik haruslah memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan dalam menjalankan kepemimpinannya agar ia
dapat mempengaruhi, mengendalikan, dan memimpin bawahannya untuk
mencapai tujuan bersama dalam suatu organisasi.
Camat Tubbi Taramanu selaku pemimpin di wilayah Kecamatan Tubbi
Taramanu ini sudah seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat di daerahnya. Untuk mendapatkan pelayanan yang baik, pegawai di
Kantor Camat Tubbi Taramanu harus dapat bekerja seefektif mungkin dalam
menjalankan tugasnya. Disinilah dibutuhkan gaya kepemimpinan camat Tubbi
Taramanu dalam memotivasi pegawainya agar bekerja sebaik-baiknya sesuai
tugas dan fungsinya masing-masing.
Namun berdasarkan hasil pengamatan langsung di Kantor Kecamatan
Tubbi Taramanu ini, terlihat motivasi pegawai di Kantor Kecamatan Tubbi
Taramanu masih sangat rendah, yaitu :
1. Para pegawai kurang termotivasi untuk bekerja dengan baik dan malas
dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Masuk dan pulang kerja pegawai tidak sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam
tulisan ini adalah :
4
1. Bagaimanakah gaya kepemimpinan yang diterapkan Camat di Kantor
Kecamatan Tubbi Taramanu ?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi gaya kepemimpinan Camat di
Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu, khususnya dalam upaya memberi
motivasi kepada para pegawai ?
1.3. Batasan Masalah
Dalam mencapai tujuan organisasi dibutuhkan semangat kerja dari para
pegawai. Semangat kerja itu sendiri timbul dan tumbuh dalam diri pegawai yang
disebabkan adanya motivasi dari pimpinan, dalam artian pimpinan memberi motif
atau dorongan kepada pegawai, dimana motif itu sendiri menyangkut pada
kebutuhan pegawai, baik kebutuhan lahir maupun kebutuhan batin.
Pada kesempatan ini, penelitian yang dilakukan di wilayah Kantor
Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polman hanya terbatas pada masalah-
masalah kepemimpinan Camat di Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu, yakni
mengenai gaya kepemimpinan yang diterapkan Camat Tubbi Taramanu
utamanya dalam memberi motivasi pegawainya terhadap pelaksanaan tugas dan
fungsinya masing-masing.
1.4. Tujuan dan Keguanaan Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan Camat di Kantor
Kecamatan Tubbi Taramanu sehubungan dengan motivasi pegawai .
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan
Camat di Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu, khususnya dalam upaya
memberikan motivasi kepada para pegawai.
5
1.4.2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
1) Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif terhadap ilmu
administrasi negara yang berkaitan dengan motivasi pegawai dalam suatu
kepemimpinan.
2) Pelaksanaan penelitian dalam tugas akhir ini diharapkan dapat menambah
dan memperkaya hasanah pemikiran penulis dalam menganalisis masalah-
masalah yang terjadi dalam penerapan Ilmu Administrasi Negara.
b. Kegunaan Praktis
1) Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi
Camat Tubbi Taramanu Kabupaten Polman, terutama mengenai
kepemimpinan dan motivasi pegawai.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
pertimbangan bagi para pemimpin dalam upaya mencapai motivasi pegawai.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP GAYA KEPEMIMPINAN
2.1.1. Beberapa Pengertian
Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka,
pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala,
penuntun, raja, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam
konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya
mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kemimpinan,
dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin".
Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin atau leader merupakan inisiator, motivator, stimulator, dan
innovator dalam organisasi (Kartono,2006:10). Kenry Pratt Fairchild (dalam
Harbani Pasolong 2010), Pemimpin dapat dibedakan dalam 2 arti :
Pemimpin arti luas, seorang yang memimpin dengan cara mengambil
inisiatif tingkah laku masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir
atau mengawasi usaha-usaha orang lain baik atas dasar prestasi,
kekuasaan atau kedudukan.
Pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-alat yang
meyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara sukarela.
Harbani Pasolong (2010) mengartikan pemimpin sebagai orang yang
mempunyai pengikut atau pendukung karena kapasitasnya. Kartono (2006:51),
menyatakan pemimpin adalah seseorang pribadi yang memiliki superioritas
tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan
7
orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu.
Sedangkan pengertian pemimpin yang paling baru sebagai post modern dari
Lantu dalam Harbani Pasolong 2010, menyatakan bahwa pemimpin adalah
pelayan. Definisi yang terakhir sangat menarik sebab yang terjadi selama ini
adalah pemimpin yang dilayani, bukan melayani?. Intinya pemimpin adalah orang
yang mempunyai pengikut karena kapasitasnya.
Dari berbagai definisi para ahli di atas, maka pemimpin dapat diartikan
sebagai orang yang memiliki kemampuan dalam menggerakkan seseorang atau
sekelompok orang untuk mengikuti kehendaknya demi mencapai tujuan bersama
yang spesifik.
Perbedaan pemimpin dan pimpinan
Pemimpin merupakan seseorang yang mandapat pangakuan dari
pengikut/bawahannya akibat proses yang telah ia lewati melalui ruang dan waktu
dalam membawakan tujuan-tujuan organisasi yang dipimpinnya, sedangkan
pimpinan merupakan seseorang yang secara formal atau legitimate menjadi
ketua di dalam suatu organisasi formal dan biasanya memiliki kekuatan hukum.
Intinya pejabat tertinggi sudah pasti pimpinan, tapi belum tentu dapat berperan
sebagai pemimpin”.
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah
kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif
yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga
mereka menjadi conform dengan keinginan pemimpin (Kartono,2006:10).
Selanjutnya George R.Terry (dalam LAN 1977:343) memberikan perumusan
8
bahwa kepemimpinan adalah hubungan dimana satu orang yakni pemimpin
mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara sukarela dalam usaha
mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai hal yang
diinginkan pemimpin tersebut.
Agak mirip dengan perumusan George R.Terry, Ordway Tead dalam LAN
1985 memberi arti kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
orang-orang untuk bekerja sama ke arah berbagai tujuan yang sama-sama
mereka inginkan, Robert Tannenbaum dan Fred Massarik dalam LAN 1985,
mengatakan bahwa kepemimpinan selalu bersangkutan dengan usaha-usaha
pada pihak seorang yang mempengaruhi (influencer) untuk mempengaruhi
seorang pengikut (yang dipengaruhi/influence) atau pengikut-pengikut dalam
suatu situasi.
S. Pamudji (1995:8) mengatakan kepemimpinan adalah salah satu
sarana dalam menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan orang-orang
untuk bertindak. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam
menentukan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapi tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Harsey & Blanchard (dalam Harbani Pasolong 2010), menyebut
kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Kartono
(2005:153), menyatakan “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan
pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha
kooperatif mencapai tujuan yang sudah direncanakan”. Jadi kepemimpinan
merupakan aspek yang paling nyata dari kegiatan manajemen. Sedangkan
Sondang P.Siagian (2003), mengatakan Kepemimpinan merupakan inti
9
manajemen yakni sebagai motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat
bagi organisasi. Sukses tidaknya organisasi mencapai tujuan yang telah
dite¬tapkan tergantung atas cara-cara memimpin yang terapkan oleh pemimpin
tersebut
Dari berbagai definisi para ahli di atas, maka dapat dijadikan dasar untuk
menambah pengertian kepemimpinan yakni Kepemimpinan adalah suatu cara
atau sikap yang digunakan seorang pemimpin yang mempengaruhi pengikut
atau bawahannya agar dapat bekerja sama secara kooperatif demi tercapainya
tujuan bersama yang telah ditentukan.
Definisi Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan
pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (dalam “Leadership That
Get Result” penerjemah Diah Nugraenih P:2003). Gaya kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpin bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang
lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa
berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas
atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin
yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya
mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi
ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis)
berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika
pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia
10
menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Thoha (1995), menyatakan gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain. Menurut Harsey & Blanchard (dalam Harbani
Pasolong 2010), gaya kepemimpinan adalah pola-pola perilaku konsisten yang
mereka terapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain seperti yang
dipersepsikan orang-orang itu. Gaya kepemimpinan menurut Pandji Anoraga
(2003:7) adalah ciri seorang pimpinan melakukan kegiatannya dalam
membimbing, mengarahkan, mempengaruhi, dan menggerakkan para
pengikutnya dalam rangka mencapai tujuan.
Menurut Stoner dalam Harbani Pasolong 2010, gaya kepemimpinan
(leadership style) adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin
dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Stoner membagi dua
gaya kepemimpinan yaitu : (1) Gaya yang berorientasi pada tugas mengawasi
pegawai secara ketat untuk memastikan tugas dilaksanakan dengan baik, (2)
Gaya yang berorientasi pada pemimpin lebih menekankan motivasi daripada
mengendalikan bawahan.
Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Gaya
Kepemimpinan adalah suatu perilaku yang menjadi tipe atau ciri yang
dipergunakan pemimpin dalam memimpin pengikutnya/bawahannya baik secara
moril maupun materil dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif
dan efisien. Secara umum gaya kepemimpinan yang diketahui khalayak hanya
11
dalam dua gaya, yaitu gaya kepemimpinan otoriter dan gaya kepemimpinan
demokrasi.
2.1.2. Macam-macam Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menurut S. Pamudji (1995:123) sering dibedakan
antara gaya motivasi (motivational style), gaya kekuasaan (power style), dan
gaya pengawasan (supervirory style).
a) Gaya motivasi (motivational style), yaitu pemimpin dalam
menggerakkan orang-orang dengan mempergunakan motivasi, baik yang
berupa imbalan ekonomis dengan memberikan hadiah (reward) yang
bersifat positif, maupun yang berupa ancaman hukuman (penalties) yang
bersifat negative. Dalam pengertian ini kepemimpinan sedapat-dapatnya
menekankan pada pemberian motivasi yang bersifat positif.
b) Gaya Kekuasaan (power style), pemimpin yang cenderung
menggunakan kekuasaan untuk menggerakkan orang-orang. Dalam
menggunakan kekuasaannya dapat dibedakan gaya otokratik, gaya
demokratik, dan gaya bebas.
Gaya otokratik, yang kadang-kadang disebut kepemimpinan
otoritarian, yaitu pemimpin otoriter yang menggantungkan pada
kekuasaan formalnya, organisasi dipandang sebagai milik pribadi,
mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
Gaya demokratik, kadang-kadang juga disebut gaya partisipatif, yaitu
pemimpin yang memandang manusia adalah mahluk yang
bermartabat dan harus dihormati hak-haknya.
Gaya bebas (free-rein style), yaitu kepemimpinan yang hanya
mengikuti kemauan pengikut, menghindarkan diri dari sistem paksaan
12
atau tekanan. Berbeda dengan gaya Laissez faire yang dikemukakan
oleh Lippit & white (1960), gaya ini berasumsi bahwa suatu tugas
disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-teknik
mereka sendiri guna mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
Gaya kepemimpinan harus menghindari gaya bebas (free-rein style) ini
dan sedapat mungkin mengusahakan gaya partisipatif atau gaya demokratik.
c) Gaya pengawasan (supervirory style), yaitu kepemimpinan yang
dilandaskan kepada perhatian seorang pemimpin terhadap perilaku
kelompok. Dalam hubungan ini gaya pengawasan dapat dibedakan
antara :
Berorientasi pada pegawai (employee-oriented), dimana pemimpin
selalu memperhatikan anak buahnya yang bermartabat.
Berorientasi kepada produksi (production oriented), dimana pemimpin
selalu memperhatikan proses produksi serta metoda-metodanya.
Ket : Kepemimpinan harus mengutamakan gaya perhatian terhadap pegawai
(employee oriented style) dan sedapat mungkin tidak menekankan pada
orientasi kepada produksi (production oriented) sekalipun sebenarnya
tidak jelek .
Selain gaya kepemimpinan tersebut di atas, terdapat gaya kepemimpinan yang
paling baru yang dikemukakan pertama kali oleh James MacFregor Gurns dan
disempurnakan serta diperkenalkan ke dalam konteks organisasional oleh
Bernard Bass, yakni Gaya kepemimpinan “Transformasional” dan
“Transaksional”.
13
1. Kepemimpinan Transformasional ( Transformational Leadership)
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif
baru dalam studi kepemimpinan. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik
dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan
transformasional mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam
pendekatan watak, gaya dan kontingensi. Burns, merupakan salah satu
pengembang yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan
transformasional. Menurut Burns (dalam Harbani Pasolong 2010), kepemimpinan
transformasional sebagai sebuah proses yaitu para pemimpin dan pengikut
saling meningkatkan motivasi dan moralitas yang lebih tinggi.
.kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang
pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab
mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin tipe ini lebih memperhatikan
kebutuhan psikologis bawahan yakni harga diri dan aktualisasi diri bawahan
dalam mengembangkan kemampuannya. Pemimpin transformasional harus
mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi
organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas
pemimpinnya.
Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin
yang kharismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa
organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus
mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan
bawahannya, serta menempatkan kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih
tinggi.
14
Pemimpin transformasional biasanya membujuk para bawahannya
melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi
kepentingan organisasi yang lebih besar. pemimpin transformasional juga
mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi
bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya.
Dengan demikian, keberadaan para pemimpin transformasional
mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat
individu. Selanjutnya Bass dan Avolio dalam sebuah artikel di internet oleh Dwi
Ari Wibawa, mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai
empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang pertama
disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Berikut keempat
dimensi tersebut :
1. Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang
membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus
mempercayainya.
2. Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi
inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan
sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas
terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap
seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam
organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan optimisme.
3. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi
intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide
baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan
15
yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk
mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-
tugas organisasi.
4. Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration
(konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional
digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan
penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir.
2. Kepemimpinan Transaksional
Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang
pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk
mencapai tujuan organisasi. Menurut Burns (dalam “Harbani Pasolong” 2010)
pada kepemimpinan transaksional, hubungan antara pemimpin dengan bawahan
didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar menawar antar keduanya.
Karakteristik kepemimpinan transaksional adalah contingent reward dan
management by-exception. Pada contingent reward dapat berupa penghargaan
dari pimpinan karena tugas telah dilaksanakan, berupa bonus atau
bertambahnya penghasilan atau fasilitas. Hal ini dimaksudkan untuk memberi
penghargaan maupun pujian untuk bawahan terhadap upaya-upayanya. Selain
itu, pemimpin bertransaksi dengan bawahan, dengan memfokuskan pada aspek
kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda keputusan atau menghindari hal-
hal yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya kesalahan.
Menurut Bycio dkk dalam artikel Dwi Ari Wibawa. kepemimpinan
transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin
menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin
16
dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut
didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja,
penugasan kerja, dan penghargaan. Disamping itu, pemimpin transaksional
cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk
memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin
transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan
hukuman kepada bawahannya.
Dampak positif dari gaya kepemimpinan transaksional ini terletak pada
efisiensi di dalam pelaksanaan kerja, karena kejelasan pembagian kerja sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing staf dalam organisasi,
standarisasi pedoman atau aturan kerja, konsistensi terhadap tata aturan yang
telah ditetapkan. Selain itu gaya ini juga menjamin pencapaian tujuan dalam
jangka pendek dan kemudahan dalam pengawasan dan pengelolaan pegawai.
Sedangkan dampak negatifnya adalah kepemimpinan yang berorientasi pada
kekuasaan yang hierarkhis, tidak adanya pemberdayaan pegawai dan
pembagian kewenangan dalam pengambilan keputusan, kondisi yang kurang
kondusif karena penerapan komunikasi yang Top-down dan formalitas hubungan
atasan bawahan serta loyalitas berlebihan pada pemimpin
Tabel 2.1.2. Karakteristik Pemimpin Transaksional dan Transformasional :
Karekteristik Pemimpin Transaksional dan Transformasional
No. Transaksional Transformasional
1.Imbalan : menyajikan imbalan untuk kinerja yang baik, mengakui prestasi
Kharisma : memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan, memperoleh kepercayaan
2.
Manajemen dengan pengecualian (aktif) : menjaga dan mencari penyimpangan dari aturan dan standar, mengambil tindakan koreksi.
Inspirasi : mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan lambang untuk memfokuskan upaya, mengungkapkan maksudmaksud penting dalam cara
17
yang sederhana.
3.Manajemen dengan pengecualian (pasif) : hanya ikut campur jika standar tidak terpenuhi.
Rangsangan intelektual : menggalakkan kecerdasan, resionalitas, dan pemecahan masalah yang bteliti
4.Laissez-Fair : melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan
Pertimbangan yang diindividualkan : memberikan perhatian pribadi, memperlakukan tiap karyawan secara individual, melatih menasehati.
Sumber : B.M. Bass (1990) dikutip dari Harbani Pasolong(2010)
Kesimpulannya jika seorang pemimpin menerapkan gaya Kepemimpinan
transformasional akan menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding
kepemimpinan transaksional. Hal tersebut karena praktik gaya kepemimpinan
transformasional mampu membawa perubahan-perubahan yang lebih mendasar
seperti perluasan nilai-nilai, tujuan dan kebutuhan bawahan dan perubahan-
perubahan tersebut berdampak pada upaya bawahan karena dengan
terpenuhinya kebutuhan yang lebih tinggi membuat bawahan mempertinggi
motivasi dalam mencapai hasil kerja yang lebih optimal dan membuat bawahan
berupaya lebih keras denganbekerja lebih baik.
Selanjutnya terdapat pula gaya kepemimpinan yang di kembangkan oleh
Reddin, yakni model 3 dimensi kepemimpinan Reddin disebut juga Three-
dimensional model atau disingkat “3-D model” (Model 3 dimensi). Pendekatan ini
menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan yaitu Gaya Dasar, Gaya
Efektif, dan Gaya Tidak Efektif dalam satu kesatuan.
Berikut gaya tiga dimensi kepemimpinan menurut Reddin dalam Sutarto
(1995) :
1. Kelompok Gaya Dasar:
18
a. Integrated (terpadu), Gaya yang berorientasi tinggi pada hubungan dan
tugas.
b. Dedicated (pengabdi), Gaya yang berorientasi rendah pada hubungan
dan tinggi pada tugas
c. Related (penghubung), Gaya yang berorientasi tinggi pada hubungan
dan rendah pada tugas.
d. Separated (pemisah), Gaya yang Keduanya rendah.
2. Kelompok gaya Efektif:
a. Bureaucrat (birokrat), Gaya ini memberikan perhatian yang minimum
baik terhadap tugas maupun hubungan kerja. Manajer ini sangat tertarik
pada peraturan-peraturan dan menginginkan peraturan tersebut
dipelihara serta melakukan control situasi secara teliti.
b. Benevolent autocrat (otokrat bijaksana), Gaya Kepemimpinan ini
menekankan perhatian yang maksimum terhadap pekerjaan (tugas-
tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja yang minimum sekali,
tetapi tetap berusaha agar menjaga perasaan bawahannya.
c. Developer (pengembang), Pada gaya ini lebih mempunyai perhatian
yang penuh terhadap hubungan kerja, sedangkan perhatian terhadap
tugas-tugas pekerjaan adalah minim.
d. Executive (eksekutif), Gaya ini mempunyai perhatian yang banyak
terhadap tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja. Manajer seperti ini
berfungsi sebagai motivator yang baik dan mau menetapkan
produktivitas yang tinggi.
3. Kelompok Gaya Tidak Efektif:
19
a. Deserter (pelari), Manajer yang memiliki gaya kepemipinan seperti ini
sama sekali tidak memberikan perhatian, baik kepada tugas maupun
hubung kerja.
b. Autocrat (otocrat), Pemimpin tipe seperti ini memberikan perhatian
yang banyak terhadap tugas dan sedikit perhatian terhadap hubungan
kerja dengan perilaku yang tidak sesuai.
c. Missionary, Manajer seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu
tujuan, dalam arti memberikan perhatian yang besar dan maksimum
pada orang-orang dan hubungan kerja tetapi sedikit perhatian terhadap
tugas dan perilaku yang tidak sesuai.
d. Compromiser (kompromis), Gaya Kompromi ini menitikberatkan
perhatian kepada tugas dan hubungan kerja berdasarkan situasi yang
kompromi
sumber : “Dasar-dasar kepemimpinan” oleh Sutarto (1995)
Dari beberapa gaya kepemimpinan tersebut di atas, ada teori
kepemimpinan yang menarik untuk digunakan, yakni teori Kepemimpinan
Situasional oleh Hersey & Blanchard (1982), yaitu teori kepemimpinan dimana
pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada level kematangan
dari orang-orang yang akan dipengaruhinya (bawahan). Asumsi yang digunakan
dalam teori ini adalah bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang tepat
bagi setiap pemimpin dalam segala kondisi.
2.2. KONSEP MOTIVASI
2.2.1. Latar Belakang Motivasi
20
Motif merupakan dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan.
Misalnya, apabila seseorang merasa haus, berarti orang tersebut membutuhkan
minuman. Berikut beberapa definisi motif menurut para ahli yang dikutip dalam
”Kepemimpinan Birokrasi” oleh Harbani Pasolong 2010 :
1) Atkinson (1958), menyatakan motif sebagai sesuatu disposisi yang berusaha
dengan kuat untuk menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini berupa prestasi,
afiliasi, ataupun kekuasaan.
2) Gerungan (1975), menyatakan motif itu merupakan suatu pengertian yang
melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam
diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
3) Sri Mulyani Martaniah (1982), menyebutkan motif adalah suatu konstruksi
yang potensial dan laten yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang
secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada,
dan berfungsi menggerakan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu.
4) Lindzey, Hall dan Thompson (1975), motif adalah sesuatu yang menimbulkan
tingkah laku.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motif
merupakan segala hal yang menjadi penggerak, alasan atau dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Sementara itu motivasi sendiri
sering dikaitkan dengan kata hasrat, keinginan , tujuan, harapan, dorongan dan
impian. Motivasi berasal dari bahasa latin yakni ”movere” yang berarti bergerak.
Selanjutnya beberapa definisi tentang motivasi dari beberapa pakar/ahli yang
dikutip dari ”Kepemimpinan Birokrasi” oleh Harbani Pasolong 2010 :
21
1) Dafft (1999), menyatakan motivasi adalah dorongan yang bersifat internal
atau eksternal pada individu yang menimbulkan antusiasme dan ketekunan
untuk mengejar tujuan-tujuan spesifik.
2) Luthans (1995), mengartikan motivasi sebagai sebuah proses yang dimulai
dari adanya kekurangan baik secara fisiologis maupun psikologis yang
memunculkan perilaku atau dorongan yang diarahkan untuk mencapai
sebuah tujuan spesifik atau intensif.
3) Greenberg dan Baron (1993:114), menyebutkan motivasi ialah suatu proses
yang mendorong, mengarahkan, dan memelihara perilaku manusiake arah
pencapaian suatu tujuan.
4) Gibson (1996:185), mendefinisikan motivasi adalah kekuatan yang
mendorong seseorang pegawai yang menimbulkan dan mengarahkan
perilaku.
5) Stoner (1996:134), menyatakan motivasi adalah karakteristik psikologi
manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang.
Dari beberapa definisi di atas, maka motivasi dapat diartikan sebagai
proses yang bermula dari adanya kekurangan dari dalam diri seseorang baik
secara fisiologis maupun psikologis yang memunculkan perilaku untuk bertindak
yang diarahkan untuk memenuhi tujuan yang spesifik. Maka dapat disimpulkan
unsur-unsur motivasi sebagai berikut :
a) Kebutuhan (needs), yaitu keadaan yang memunculkan ketidak- seimbangan
dan kekurangan baik secara fisiologis maupun secara psikologis. Kebutuhan
dapat diartikan sebagai sesuatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-
hasil tertentu tampak menarik. Misalnya jika tubuh kita terlihat kotor, maka
tubuh kita membutuhkan air untuk mandi agar menjadi bersih.
22
b) Dorongan (drives), kadang disamakan dengan motif yang memicu munculnya
perilaku tertentu untuk mengurangi atau memenuhi kebutuhan. Misalnya jika
tubuh kekurangan cairan, keadan ini menimbulkan rasa haus, kemudian rasa
haus menimbulkan ketegangan secara fisiologis sehingga mendorong
individu untuk mencari minuman.
c) Insentif yaitu segala sesuatu yang memuaskan, mengurangi, dan memenuhi
kebutuhan sehingga menurunkan ketegangan. Ketika seseorang berhasil
mendapatkan minuman kemudian rasa hausnya hilang, maka ia dapat
beraktivitas kembali seperti biasa.
Jadi unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya motivasi dapat dilihat dari
gambar berikut ini :
Gambar 2.2.2. Proses Motivasi
2.2.2. Teori Motivasi
Teori motivasi merupakan suatu sistem pemberian motivasi kepada orang
atau sekelompok orang, yang bersifat normatif, dalam artian di dalamnya
terdapat prinsip dan norma-norma yang digunakan sebagai pedoman dalam
memotivasi. Ada beberapa macam teori motivasi, antara lain seperti yang dikutip
dari ”Teori Motivasi” oleh Sondang P.Siagian 1995 sebagai berikut :
23
Kebutuhan(needs)
Dorongan(drives)
Hadiah(reward)
MOTIVASI
A. Teori Kepuasan
Teori ini terbagi atas :
Teori Kebutuhan Berjenjang/ Hierarki (Needs Hierarchy) Oleh Abraham
Maslow (1943).
Keseluruhan teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow berintikan
pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan
pada lima hierarki kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan Fisiologis (physicologic need), merupakan kebutuhan untuk
mempertahankan hidup yakni terdiri dari 3 kebutuhan pokok, yaitu
Sandang, Pangan, dan Papan. Dalam organisasi : Gaji yang cukup dan
kondisi kerja yang baik.
2) Kebutuhan Keamanan (Safety need), mencakup semua rasa aman,
yakni keamanan jiwa dan harta.
3) Kebutuhan Sosial (social need), dapat digolongkan menjadi tiga macam,
yakni :
Kebutuhan akan rasa diakui atau diterima oleh orang lain (sense of
belonging).
Kebutuhan akan pencapaian prestasi (sense of achievement)
Kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation)
4) Kebutuhan penghargaan (esteem need), berhubungan dengan status.
Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam jenjang organisasi, semakin
tinggi pula status dan prestisenya. Dalam organisasi yaitu gelar, ruang
kerja sendiri, ataupun kendaraan dinas.
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri (self actualization), merupakan
kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan atau prestasi.
24
Gambar 3.7. Tingkat Kebutuhan menurut Maslow Sumber : “Teori Motivasi” oleh Sondang P.Siagian (1995)
Seorang pemimpin perlu memahami kelima tingkat kebutuhan manusia di
atas untuk memberi motivasi kepada para pegawai untuk mengembangkan
organisasi.
Teori Frederick Herzberg
Teori ini juga disebut teori motivasi-Higiene. Menurut teori ini ada dua
faktor yang mempengaruhi motivasi para pegawai, yakni faktor yang memberi
kepuasan kerja (satisfier) dan faktor yang tidak memberi kepuasan kerja
(dissatisfier).
Teori Tiga Kebutuhan oleh McClelland
Menurut teori ini ada tiga macam kebutuhan yang harus diperhatikan oleh
seorang pemimpin apabila hendak memotivasi pegawainya. Kebutuhan tersebut
ialah kebutuhan akan kekuasaan (needs for power), kebutuhan akan kerja sama
(needs for affiliation), kebutuhan akan penghargaan (needs for achievement).
Selain itu ada beberapa teori motivasi yang dikutip dari “Kepemimpinan Birokrasi”
oleh Harbani Pasolong 2010 sebagai berikut :
B. Teori Pengharapan ( Expentancy Theory)
Teori ini diperkenalkan oleh Victor Vroom. Menurut teori pengharapan,
semangat kerja seseorang sangat ditentukan oleh tujuan khusus yang ingin
25
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan Aktualisasi
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan Fisiologis
dicapai oleh orang tersebut. Oleh karena itu, apabila pemimpin ingin
memotivasi para pegawai pemimpin perlu memberikan pengertian tentang
tujuan pribadi, hubungan antara usaha dan hasil, dan hubungan antara hasil
dan kepuasan yang dicapai.
C. Teori Hedonisme
Menurut teori ini, motivasi para pegawai dapat ditumbuhkan dengan cara
memenuhi kesenangan para pegawai. Teori ini berdasarkan pada pendapat
bahwa manusia pada dasarnya adalah mahluk yang mementingkan kehidupan
yang penuh dengan kusukaan atau kemewahan.
D. Teori Naluri
Perilaku atau tindakan seseorang pada dasarnya digerakkan oleh naluri.
Oleh karena itu dalam memotivasi pegawai, pemimpin perlu memperhatikan
naluri-naluri pegawai tersebut, yakni naluri untuk mempertahankan diri (defence),
naluri untuk mengembangkan jenis (heredity), dan naluri untuk mengembangkan
diri.
E. Teori daya dorong
Teori ini sebenarnya merupakan campuran antara teori naluri dan teori
reaksi. Teori reaksi mengatakan bahwa perilaku atau tindakan seseorang tidak
hanya berdasarkan pada naluri semata, tetapi juga dipengaruhi oleh nilai atau
pola tingkah laku yang dipelajari dari perkembangan kebudayaan masyarakat
tempat orang itu tinggal.
Dari beberapa teori di atas, penulis lebih tertarik pada penerapan teori
hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow, dimana seorang pemimpin harus
26
memperhatikan tingkat kebutuhan bawahannya agar mereka bisa lebih
termotivasi untuk bekerja dengan baik.
2.3. KONSEP ORGANISASI KECAMATAN
2.3.1. Beberapa pengertian
A. Definisi Kecamatan
Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
daerah tingkat II atau kabupaten/kota. Ada perbedaan mendasar pengertian
Kecamatan dari UU No 5/74 dengan UU 32/2004. Dalam UU 5/74 Kecamatan
merupakan perangkat wilayah dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi.
Sedangkan Kecamatan menurut UU 32/2004 adalah perangkat daerah. Oleh
karena itu Kecamatan menerima sebagian wewenang yang dilimpahkan oleh
Kepala Daerah. Disamping itu Kecamatan adalah sebagai koordinator dalam
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum.
Kecamatan merupakan perangkat daerah yang dibentuk berdasarkan
Perda. Sebagai perangkat daerah organisasi Kecamatan dipimpin oleh seorang
Camat yang melaksanakan sebagian urusan otonomi daerah yang dilimpahkan
Bupati dan tugas-tugas umum pemerintahan. Dalam pelaksanaan otonomi
daerah organisasi Kecamatan menjadi ujung tombak pelayanan masyarakat. Hal
ini disebabkan Kecamatan menjadi penyambung kebijakan PEMDA dengan
masyarakat luas. Fungsi-fungsi koordinatif dan pembinaan pada level desa dan
kelurahan menjadi tanggung jawab Kecamatan. Oleh sebab itu pengembangan
lembaga Kecamatan menjadi hal yang urgen untuk dilaksanakan.
27
B. Definisi Kepegawaian
Sebelum mendefinisikan kepegawaian, kita perlu memahami arti daripada
pegawai itu sendiri. Pegawai merupakan setiap orang yang menyumbangkan
jasanya secara jasmaniah dan rohaniah pada suatu badan usaha, baik badan
usaha swasta (pegawai swasta) maupun badan usaha pemerinta (pegawai
negeri). Menurut A.W. Widjaja (dalam Ig.Wursanto,1989) , pegawai merupakan
orang-orang yang dipekerjakan dalam suatu badan tertentu, baik di lembaga-
lembaga pemerintah maupun non pemerintah atau badan usaha.
Jadi Kepegawaian adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
kepentingan pegawai (Ig.Wursanto,1989:15). Dalam penjelasan umum Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian, dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan kepegawaian adalah segala hal yang
berhubungan dengan kedudukan , kewajiban, hak, dan pembinaan pegawai
negeri.
2.3.2. Tugas dan fungsi Pemerintah Kecamatan
Dari penjelasan diatas dapat dilihat Kecamatan memiliki keunikan khusus,
dimana Kecamatan menjadi koordinator diwilayah kerjanya dengan
melaksanakan sebagaian pelimpahan wewenang dari Kepala Daerah
(Bupati/Walikota). Hal ini berarti ada dua tugas utama Kecamatan yaitu sebagai
pelayan masyarakat dan melakukan pembinaan wilayah. Tugas pembinaan
wilayah dilakukan dengan melakukan koordinasi pemerintahan terhadap seluruh
instansi pemerintah di wilayah kecamatan, penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban, penegakan peraturan perundang-undangan, pembinaan
penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, serta pelaksanaan
tugas pemerintahan lainnya yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan
28
desa/kelurahan dan/atau instansi pemerintah lainnya di wilayah kecamatan.
Tugas ini berat karena dalam UU 32/2004 kedudukan desa tidak berada dibawah
Kecamatan dan memiliki otonomi sendiri dalam melaksanakan pemerintahannya.
Dari segi pelayan masyarakat, pihak Kecamatan menjalankan sebagian
wewenang yang diberikan oleh PEMDA. Hal ini sesuai dengan esensi azaz
desentralisasi dimana ada pelimpahan sebagian wewenang kepada level
pemerintahan dibawah untuk mendukung tugas-tugas pemerintahan yang lain.
Berarti PEMDA menyerahkan sebagian tanggung jawab kepada kecamatan.
Manfaat yang diterima masyarakat adalah rentang pelayanan pendek sehingga
pelayanan yang diterima bisa cepat dan berkualitas.
Untuk lebih jelasnya, tugas dan fungsi kecamatan dapat dilihat dari
gambar di bawah ini :
Gambar 2.3.2 Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2008 Tentang Kecamatan
2.3.3 Tugas dan fungsi Camat sebagai Pemimpin
Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris daerah
Kabupaten/Kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis
pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
29
1. Koordinasi pemberdayaan masyarakat
2. Ketenteraman & ketertiban umum
3. Penegakan peraturan perundang-undangan
4. Pemeliharaan prasarana & fasilitas umum
5. Kegiatan pemerintahan
6. Membina pemerintahan Desa/Kelurahan
7. Pelayanan masyarakat yang belum dilaksanakan Desa/Kelurahan.
Tugas & Fungsi Kecamatan
undangan. Camat mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan
pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan
otonomi daerah dan juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang
meliputi :
1. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
2. mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum;
3. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan Peraturan Perundang-
undangan;
4. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
5. mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat
kecamatan;
6. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
7. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.
Selaku pemimpin di kecamatan, Camat selain dalam melaksanakan tugas juga
menyelenggarakan fungsinya :
1. penyusunan program dan kegiatan Kecamatan;
2. pengkoordinasian penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan;
3. penyelenggaraan kegiatan pembinaan ideologi negara dan kesatauan
bangsa;
4. pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;
5. pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan terhadap kegiatan di bidang
ketentraman dan ketertiban umum;
30
6. pelaksaaan pembinaan penyelenggaraan bidang ekonomi dan
pembangunan;
7. pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan bidang sosial dan
kemasyarakatan;
8. pelaksanaan penatausahaan Kecamatan;
9. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Berikut beberapa peraturan Perundang-undangan yang mengatur
tentang Camat dan Kecamatan :
Pasal 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah Republik Indonesia.
Pasal 126 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan.
2.4. KEPEMIMPINAN DI TANAH MANDAR
Sejarah Kepemimpinan di Tanah Mandar
Kabupaten Polewali Mandar merupakan kabupaten dengan mayoritas
penduduknya bersuku Mandar. Suku Mandar dahulu merupakan salah satu dari
empat suku terbesar di Sulawesi Selatan, namun akhirnya Sulawesi Barat
terbentuk yang notabennya kawasan suku Mandar. Mandar sendiri sebenarnya
merupakan suku yang mendiami sebagian besar provinsi Sulawesi Barat
sehingga seluruh kawasan Sulawesi Barat ini seringkali dikenal dengan sebutan
Litaq Mandar (Tanah Mandar).
31
Kepemimpinan di Tanah Mandar telah dimulai sejak dulu kala, termasuk
pada zaman kerajaan. Sebelum kepemimpinan modern seperti sekarang ini,
Prinsip-prinsip kepemimpinan telah diterapkan oleh Raja-raja di tanah Mandar.
Sejarah Kepemimpinan di Tanah Mandar dapat kita lihat dari pesan atau wasiat
yang ditinggalkan “Imanyambungi” yang bergelar Todilaling (Raja Kerajaan
Balanipa I) tentang prinsip atau syarat Kepemimpinan, yakni :
“Madondong duambongi anna matea’ mau ana’u mau appou, da muannai menjari Mara’dia mua’ tania to namaasayangngi litaq, da muannai dzai’ dipe’uluang mua’ masu’angi pulu-pulunna, mato’dori kedzona, , apa iyamo tu’u namarrupu-ruppu’ banua”
Artinya :
“Besok atau lusa manakala saya mangkat, walau dia itu anakku ataupun cucuku,
janganlah hendaknya diangkat menjadi raja kalau bukan orang cinta pada tanah
air dan rakyatnya, dan jangan pula diangkat seseorang menjadi raja apabila ia
mempunyai tutur kata yang kasar, perbuatan dan tindakan yang kasar pula,
karena orang yang demikian yang akan menghancurkan negeri”
(Ahmad Asdy, 2003:69 dalam “Mandar dalam Kenangan”)
Berdasarkan pesan atau wasiat yang ditinggalkan oleh Beliau dapat kita
lihat adanya prinsip kepemimpinan yang mewariskan nilai tentang betapa sopan
santun, etika, dan akhlak mulia menjadi syarat utama bagi seorang pemimpin.
Adapun prinsip kepemimpinan tercermin lagi pada petuah raja balanipa
ke-2 yakni Tomepayung. Beliau mengemukakan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh seorang pemimpin, yaitu :
“Naiya maraqdia, tammatindo di bongi, tarrarei di allo, mandandang mata di mamatanna daung ayu, dimalimbonganna rura, dimadinginna litaq, diajarianna banne tau, diatepuanna agama”
Makna atau artinya :
32
“Seorang raja tidak boleh tidur diwaktu malam, tidak boleh berdiam diri dan
berpangku tangan diwaktu siang, harus senantiasa memperhatikan dan
memikirkan (1) kesuburan tanah dan lahan; (2) pertumbuhan tanaman,
berlimpah ruahnya hasil tambak dan perikanan; (3) aman dan damainya
masyarakat; (4) sehat dan sejahteranya penduduk; (5) Mantapnya kehidupan
beragama. (A. Sukirman Rahman, 1984:57)
Selain kelima syarat tersebut, dalam kepemimpinan orang mandar
diperlukan pula sifat-sifat terpuji lainnya, antara lain ialah :
“Makkasau pai ditallu tappaq, tappaq lila, tappa gayang, siola tappa
ataung”
Makna daripada penyataan di atas ialah : “Seorang pemimpin harus memiliki tiga
sifat, yaitu kepandaian berdiplomasi dan berbicara, pintar dalam strategi
peperangan atau mempunyai keberanian, dan juga melakukan strategi
perkawinan dengan keturunan raja wilayah yang akan ditundukkan” (Salam,
1994:89 dalam Ahmad Asdy “Mandar dalam kenangan”).
Berdasarkan keterangan di atas, karakteristik kepemimpinan di Tanah
Mandar ialah demokrasi, cinta tanah air dan masyarakat, beretika, berakhlak,
berani, dan bertanggung jawab serta menjunjung adat istiadat. Namun seiring
berjalannya waktu, prinsip kepemimpinan yang mulia itu yang merupakan
warisan oleh para pendahulu pun seakan lenyap dari jiwa para pemimpin di
Tanah Mandar. Walaupun begitu masih banyak pula yang masih menjunjung
nilai-nilai positif kepemimpinan para leluhur.
33
2.5. KERANGKA KONSEPTUAL
Ada beberapa hal pokok yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian
ini, untuk itu penulis mengutip beberapa penjelasan berhubungan dengan
masalah yang hendak dikaji.
Jhon Adair dalam “Leadership And Motivation” (2008:1) terjemahan
Fairano Ilyas , sebagai pakar kepemimpinan bereputasi internasional sebagai
professor pertama di dunia dalam studi kepemimpinan (Leadership studies),
menyatakan bahwa kepemimpinan dan motivasi ibarat saudara laki-laki dan
perempuan. Sulit dibayangkan seorang pemimpin yang tidak memotivasi orang
lain. Namun, kepemimpinan mempunyai cakupan yang lebih luas daripada
motivasi. Kepemimpinan dan motivasi model Kontingensi Fiedler yang dikutip
oleh Tampubolon (2004:58), dinyatakan bahwa motivasi sangat dipengaruhi oleh
performa seorang pemimpin serta berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan
dalam setiap situasi. Dari berbagai tugas pemimpin dalam suatu birokrasi, maka
tugas yang paling sulit yang harus dilaksanakan adalah bagaimana memotivasi
pengikut atau bawahannya agar mereka mau bekerja lebih giat dan penuh
tanggung jawab. Dikatakan sulit oleh karena sifat motivasi itu sendiri bersifat
abstrak dan tidak dapat berlaku secara universal pada setiap individu dalam
suatu birokrasi. Suatu perlakuan tertentu yang berhasil meningkatkan motivasi
seseorang pada waktu tertentu belum tentu berhasil apabila diterapkan kepada
orang lain pada tempat dan waktu yang berbeda.
Hal tersebut di atas selain disebabkan oleh karena dinamika proses
motivasi, juga karena beragamnya kebutuhan individu, dan latar belakang motif
setiap individu berbeda-beda. Dinamika motivasi pada dasarnya sebagai suatu
perubahan berjenjang dari keinginan seseorang yang bersumber dari perilaku.
34
Seseorang berkeinginan bekerja atau melakukan tindakan tertentu
disebabkan oleh adanya dorongan yang muncul dalam diri bersangkutan, yang
mana dorongan tersebut biasanya muncul sebagai akibat dari pemberian
dorongan pihak tertentu, dan juga sebagai kesadaran yang berarti dorongan
yang tdak disebabkan oleh pihak lain. Motif merupakan suatu dorongan dari
dalam yang menimbulkan tenaga atau energi yang menggerakkan manusia
berperilaku untuk mencapai tujuan.
Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar disertai dengan motivasi
eksternal yang tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan perseorangan
maupun tujuan birokrasi, cara pemilihan seperti ini biasanya disebut dengan teori
kepemimpinan situasional yaitu memilih gaya kepemimpinan untuk diterapkan
sesuai kondisi lingkungan organisasi. Dengan gaya kepemimpinan atau teknik
memotivasi yang tidak tepat, tujuan birokrasi akan terganggu dan pegawai-
pegawai dapat merasa kesal, gelisah, konflik dan tidak puas. Oleh karena gaya
kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya.
Dengan menggunakan teori kepemimpinan situasional, maka pemimpin
akan dengan mudah mengetahui tingkat kebutuhan pegawainya sehingga dapat
menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, baik itu gaya kepemimpinan
transformasional maupun transaksional dalam memotivasi pegawai disesuaikan
dengan tingkat kebutuhannya.
35
SKEMA KERANGKA KONSEP
Gambar 2.5. Skema Kerangka Konseptual
36
CAMAT
MOTIVASI PEGAWAI
GAYA KEPEMIMPINAN
TUJUANORGANISASI
Teori Situasional1. Transformasional2. Transaksional
Oleh Harsey & Blanchard
Oleh Mac Fregor Gurns & Bernard Bass
Faktor-faktor yang mempengaruhi
BAB III
METODE PENELITIAN
2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah kantor Kecamatan Tubbi
Taramanu, Kabupaten Polewali Mandar.
2.2. Tipe dan Desain Penelitian
Tipe penelitian adalah deskriptif, dengan desain penelitian adalah
kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau penjelasan tentang
gaya kepemimpinan Camat dalam memberi motivasi pegawai di Kantor
Kecamatan Tubbi Taramanu, Kabupaten Polewali Mandar.
2.3. Teknik pemilihan Informan
Informan adalah orang yang berada pada lingkup penelitian, yaitu seluruh
pegawai yang ada di Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu. Teknik yang
digunakan ialah Purposive sample, yaitu memilih sampel secara sengaja dengan
pertimbangan bahwa informan yang dipilih dianggap banyak mengetahui dan
berkompeten terhadap masalah yang dihadapi. Adapun Informan yang dipilih
yaitu :
1. Sekretaris Kecamatan
2. Kepala-kepala Seksi dan Subseksi
3. Para Staf di Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu
4. Lurah/ Kepala Desa di Kecamatan Tubbi Taramanu
37
2.4. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung berupa hasil
wawancara dan pengamatan langsung di lapangan.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen berupa
keadaan administratif, data geografi wilayah, demografi penduduk,
data karakateristik sosial budaya.
2.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisa buku atau bahan
tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian.
b. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan
cara langsung mengunjungi lokasi penelitian yaitu Kantor Kecamatan Tubbi
Taramanu Kabupaten Polman, melalui :
1) Obeservasi yaitu pengumpulan data dan informasi dengan mengadakan
pengamatan langsung di lokasi penelitian.
2) Wawancara yaitu pengumpulan data dan informasi dengan cara tanya
jawab secara langsung kepada sejumlah Narasumber/Informan, dengan
tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan erat dengan
penelitian ini.
2.6. Fokus Penelitian
Ada beberapa hal yang menjadi fokus pada penelitian ini yakni mengenai
jalannya birokrasi di kantor kecamatan Tubbi Taramanu terutama berkenaan
dengan gaya kepemimpinan situasional yang diterapkan camat selaku pemimpin
38
di kantor kecamatan dan motivasi pegawai untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan
yang memotivasi tersebut. Berikut beberapa penjelasan mengenai fokus
penelitian ini :
Kepemimpinan merupakan usaha yang menggunakan suatu gaya atau cara
seorang pemimpin dalam mempengaruhi pengikutnya agar bekerja sama
dalam proses pencapaian tujuan bersama yang telah ditentukan.
Gaya kepemimpinan yang menerapkan teori situasional merupakan
pendekatan kepemimpinan yang oleh Harsey Blanchard (dalam
“Kepemimpinan Birokrasi” oleh Herbani Pasolong) menguraikan bagaimana
pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respon
pada keinginan untuk berhasil dalam pekerjaan, dan kemauan dari bawahan
mereka yang terus berubah, atau dengan kata lain gaya kepemimpinan yang
bergantung pada level kematangan orang-orang yang akan dipengaruhi oleh
pemimpin (pemilihan gaya kepemimpinan berdasarkan kondisi lingkungan
organisasi).
Motivasi pegawai merupakan kemauan kerja pegawai yang timbul karena
adanya dorongan dari dalam diri pribadi pegawai yang bersangkutan yang
disebabkan oleh pengaruh kebutuhan dan lingkungan sosialnya . Dengan
demikian motivasi kerja merupakan gejala kejiwaan yang bersifat dinamis,
majemuk, dan spesifik untuk masing-masing karyawan. Karena sifatnya
tersebut, maka untuk memberikan motivasi yang positif, seorang pemimpin
harus mengetahui dan peka terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
masing-masing individu pegawainya.
39
Oleh karena penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tubbi Taramanu, maka
penulis memfokuskan penelitian ini pada gaya kepemimpinan yang diterapkan
camat Tubbi Taramanu dalam memberi motivasi pegawainya terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsinya masing-masing demi kelancaran roda
organisasi dalam mencapai tujuan.
2.7. Teknik Analisis Data
Data primer dan sekunder yang terkumpul, kemudian diolah dan
dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif. yaitu
menguraikan dan menjelaskan hasil-hasil penelitian dari sejumlah hasil
wawancara dan observasi. Sekalipun dalam penelitian ini diperoleh data
kuantitatif seperti angka-angka dan grafik, semata-mata dimaksudkan untuk
mengukur kontinuitas masalah serta untuk mempermudah dan mempertajam
analisis empiris yang lebih banyak bersifat kualitatif.
40
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Wilayah Geografis Dan Administratif
Kecamatan Tubbi Taramanu merupakan salah satu dari 16 kecamatan di
Kabupaten Polewali Mandar, terletak di perbatasan Kabupaten Majene dan
Kabupaten Mamasa. Kecamatan Tubbi Taramanu secara geografis terletak di
119º 35’ 41” Lintang Selatan dan 3º 18’ 59” Bujur Timur.
Secara administratif Kecamatan Tubbi Taramanu berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Mamasa
Sebelah Timur : Kecamatan Bulo
Sebelah Selatan : Kecamatan Alu
Sebelah Barat : Kabupaten Majene
Luas Kecamatan Tubbi Taramanu 356,95 km² meliputi satu kelurahan
dan dua belas desa, yakni Kelurahan Tubbi Taramanu, Desa Poda-poda, Desa
Arabua, Desa Taramanu tua, Desa Ambopadang, Desa Peburru, Desa
Pullewani, Desa Tubbi, Desa Taloba, Desa Piriang tapiko, Desa Ratte, Desa
Besoangin, dan Desa Besoangin utara. Seluruh desa dan kelurahan pada
kecamatan ini tidak terletak di sekitar pantai melainkan di daerah dataran tinggi.
Desa Besoangin utara adalah desa yang memiliki wilayah terluas di Kecamatan
Tubbi Taramanu yaitu 68,42 km². sedangkan desa yang paling sempit
wilayahnya adalah desa arabua yaitu sekita 2% dari luas Kecamatan Tubbi
Taramanu. Desa yang paling jauh dari Ibukota kecamatan adalah Desa
Besoangin.
41
Tabel 4.1 Luas Desa/Kelurahan, dan Ketinggian Dari Permukaan Air Laut
Dirinci per Desa/Kelurahan Di Kecamatan Tubbi Taramanu.
Desa / Kelurahan Luas (Km²)
Jarak (Km) Ketinggian Dari
Permukaan Air Laut (m)
Dari Ibukota Kecamatan
Dari Ibukota Kabupaten
(1) (2) (3) (4) (5)
Taramanu 15,000 0 61 800,00
Poda 10,875 4 65 775,00
Taramanu Tua 11,625 15 76 850,00
Ambopadang 16,232 16 48 650,00
Peburru 8,968 23 55 935,00
Arabua 8,900 11 53 942,00
Tubbi 13,860 26 64 1.050,00
Pullewani 41,230 10 57 1.045,00
Taloba 23,640 51 60 500,00
Ratte 25,000 66 103 1.225,00
Besoangin 73,830 66,5 103,5 1.200,00
Besoangin Utara 68,420 57 94 1.202,00
Piriang Tapiko 39,370 46 77 1.250,00
Jumlah 356,95 XX XX XX
Sumber : Koordinator Statistik Kecamatan Tubbi Taramanu
4.2. Keadaan Demografi Penduduk
Penduduk di Kecamatan Tubbi Taramanu berjumlah 18.273 orang yang
terdiri atas 8.999 pria dan 9.274 wanita. Sedangkan jumlah rumah tangga pada
kecamatan ini adalah 4.096 rumah tangga. Jadi rata-rata banyaknya anggota
rumah tangga dalam satu rumah tangga adalah 4,46 orang.
Penduduk Kecamatan Tubbi Taramanu paling banyak berada di Desa
Ambopadang, yaitu 2.166 orang. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit
42
berada di Desa Taloba, yaitu 655 orang. Dengan luas wilayah 356,95 km² dan
jumlah penduduk 18.273 orang, maka kepadatan penduduk pada Kecamatan
Tubbi Taramanu adalah 51 orang per km². Desa yang memiliki kepadatan
penduduk tertinggi adalah Desa Peburru, yaitu 174 orang per km².
Tabel 4.2.1 Penduduk Menurut Kewarganegaraan Dan Jenis Kelamin Dirinci per
Desa/ Kelurahan di Kecamatan Tubbi Taramanu :
Desa / Kelurahan
Indonesia Asing Jumlah
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita P + W
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Taramanu 841 903 - - 841 903 1.744
Poda-poda 704 756 - - 704 756 1.460
Taramanu Tua 768 721 - - 768 721 1.489
Ambopadang 1.076 1.090 - - 1.076 1.090 2.166
Peburru 735 828 - - 735 828 1.563
Arabua 441 415 - - 441 415 856
Tubbi 544 518 - - 544 518 1.062
Pullewani 994 1.043 - - 994 1.043 2.037
Taloba 311 344 - - 311 344 655
Ratte 934 986 - - 934 986 1.920
Besoangin 430 416 - - 431 416 846
Besoangin Utara 534 587 - - 534 587 1.121
Piriang Tapiko 687 667 - - 687 667 1.354
Jumlah 8.999 9.274 - - 8.999 9.274 18.273
Sumber : Koordinator Statistik Kecamatan Tubbi Taramanu
Tabel 4.2.2 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Dirinci
Per Desa / Kelurahan di Kecamatan Tubbi Taramanu :
43
Desa / Kelurahan Rumah Tangga Penduduk Luas (Km²)
Kepadatan Penduduk Per
Km²(1) (2) (3) (4) (5)
Taramanu 374 1.744 15,000 116
Poda-poda 329 1.460 10,875 134
Taramanu Tua 342 1.489 11,625 128
Ambopadang 509 2.166 16,232 133
Peburru 386 1.563 8,968 174
Arabua 202 856 8,900 96
Tubbi 233 1.062 13,860 77
Pullewani 497 2.037 41,230 49
Taloba 134 655 23,640 28
Ratte 399 1.920 25,000 77
Besoangin 162 846 73,830 11
Besoangin Utara 249 1.121 68,420 16
Piriang Tapiko 280 1.354 39,370 34
Tubbi Taramanu 4.096 18.273 356,950 51
Sumber : Koordinasi Statistik Kecamatan Tubbi Taramanu
4.3. Keadaan Sosial Budaya
Corak kehidupan di daerah Kecamatan Tubbi Taramanu masih tergolong
sangat tradisional. Hal ini disebabkan oleh letaknya yang terpencil atau jauh dari
Ibukota kabupaten. Namun masyarakatnya cenderung memiliki ciri yang
didasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat. Mereka menganggap bahwa
masyarakat merupakan suatu “gemeinschaft” yang memiliki unsur gotong royong
yang kuat. Ha ini dapat dimengerti karena penduduk di Kecamatan Tubbi
Taramanu ini sebagian besar adalah penduduk desa yang merupakan “face to
face group” dimana mereka saling mengenal betul seolah mereka mengenal
dirinya sendiri. Dari segi kepercayaan, seluruh penduduk di Kecamatan Tubbi
44
Taramanu menganut Agama Islam. Hal ini dapat dilihat pada tabel komposisi
penduduk menurut Agama di tiap desa di Kecamatan Tubbi Taramanu :
Tabel 4.3. Penduduk Menurut Agama Tiap Desa Di Kecamatan Tubbi Taramanu:
Desa / Kelurahan Islam Khatolik Protestan Hindu Budha Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Taramanu 1.744 - - - - 1.744
Poda-poda 1.460 - - - - 1.460
Taramanu Tua 1.489 - - - - 1.489
Ambopadang 2.166 - - - - 2.166
Peburru 1.563 - - - - 1.563
Arabua 856 - - - - 856
Tubbi 1.062 - - - - 1.062
Pullewani 2.037 - - - - 2.037
Taloba 655 - - - - 655
Ratte 1.920 - - - - 1.920
Besoangin 846 - - - - 846
Besoangin Utara 1.121 - - - - 1.121
Piriang Tapiko 1.354 - - - - 1.354
Tubbi Taramanu 18.273 - - - - 18.273
Sumber : Kepala Urusan Agama Kecamatan Tubbi Taramanu keadaan akhir 2012
4.4. Sarana dan Prasarana
4.4.1. Pendidikan
Di Kecamatan Tubbi Taramanu tercatat 1 Taman Kanak-kanak Negeri, 24
Sekolah Dasar Negeri, 6 Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan 1 Sekolah
Mengengah Kejuruan.
Grafik 4.4.1. Jumlah Sarana Pendidikan Di Kecamatan Tubbi Taramanu
24
45
6
1 1
Taman Kanak- SD Negeri SMP Negeri SMKNegeri Kanak Negeri
Sumber : UPTD Kecamatan Tubbi Taramanu
4.4.2. Kesehatan
Sarana fisik kesehatan di Kecamatan Tubbi Taramanu meliputi 4
Puskesmas / Pustu, 3 Poskesdes, dan 44 Posyandu. Tenaga kesehatan yang
melayani terdiri atas 1 dokter umum, 1 dokter gigi, 10 bidan, 8 perawat, dan 40
dukun bayi.
Grafik 4.4.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Kecamatan Tubbi Taramanu 44
4 3 Puskesmas/Pustu Poskesdes Posyandu
Sumber : Puskesmas Kecamatan Tubbi Taramanu
4.4.3. Olahraga
Banyaknya fasilitas olah raga di Kecamatan Tubbi Taramanu terhitung
masing-masing 14 lapangan sepak bola, 19 lapangan bola voly, 4 lapangan bulu
tangkis, 22 lapangan tenis meja, dan 14 sarana atau fasilitas olah raga lainnya.
Tabel 4.4.3. Banyaknya Fasilitas Olah Raga Tiap Desa Di Kecamatan Tubbi
Taramanu Keadaan Akhir Tahun 2012
46
Desa / Kelurahan Sepak Bola Bola Voly Tenis Bulu Tangkis
Tenis Meja Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Taramanu 1 2 - 1 2 1
Poda-poda 1 1 - 1 1 1
Taramanu Tua 1 2 - - 1 1
Ambopadang 1 2 - 1 2 1
Peburru - 1 - - 1 -
Arabua 1 1 - - 2 1
Tubbi 2 2 - 1 2 2
Pullewani 1 1 - - 1 1
Taloba 1 1 - - 1 1
Ratte 2 2 - - 4 2
Besoangin 1 1 - - 2 1
Besoangin Utara 1 1 - - 1 1
Pirang Tapiko 1 2 - - 2 1
Jumlah 14 19 - 4 22 14
Sumber : Kepala Urusan Pemerintahan Kecematan Tubbi Taramanu
4.4.4. Komunikasi
Di Kecamatan Tubbi Taramanu belum terdapat sarana komunikasi dua
arah seperti Kantor Telepon/ Telegrap yang dapat digunakan oleh masyarakat
dalam berkomunikasi jarak jauh, serta belum terdapat pula sarana kantor POS
untuk kegiatan persuratan, namun disana telah terdapat sarana komunikasi satu
arah yaitu 734 Pesawat televisI dan 899 Pesawat radio yang tersebar di tiap
desa di Kecamatan Tubbi Taramanu. Melalui radio dan televisi warga dapat
mengetahui berita-berita terkini seputar Pemerintahan di Indonesia, jadi mereka
47
dapat memantau jalannya pemerintahan di Kecamatan Tubbi Taramanu ini
dengan berpatokan pada Pemerintahan pusat.
Tabel 4.4.4. Banyaknya Sarana Komunikasi Tiap Desa Di Kecamatan Tubbi
Taramanu Keadaan Akhir Tahun 2012
Desa / Kelurahan Kantor POS Kantor Telepon/ Telegrap
Pesawat
TV Radio Telepon
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Taramanu - - 81 126 -
Poda - - 67 49 -
Taramanu Tua - - 47 65 -
Ambopadang - - 147 138 -
Peburru - - 48 61 -
Arabua - - 25 38 -
Tubbi - - 53 47 -
Pullewani - - 119 110 -
Taloba - - 29 55 -
Ratte - - 31 51 -
Besoangin - - 22 48 -
Besoangin Utara - - 27 57 -
Piriang Tapiko - - 38 54 -
Jumlah - - 734 899 -
Sumber : Masing-masing Desa
4.5. Keadaan Ekonomi
Produksi tanaman perkebunan rakyat di Kecamatan Tubbi Taramanu
meliputi Kelapa Hibrida, Kelapa Dalam, Kopi Robusta, Kopi Arabika, Cengkeh,
Kakao, Jambu Mente, Lada, Kemiri, Panili, Sagu, dan Enau. Sedangkan produksi
ternak rakyat meliputi sapi, kerbau, kambing, ayam kampung, dan itik. Berikut
48
rincian produksi tanaman perkebunan dan ternak rakyat di Kecamatan Tubbi
Taramanu :
Tabel 4.5.1. Jumlah Pohon Dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut
Jenis Tanaman di Kecamatan Tubbi Taramanu
Jenis Tanaman Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha)
(1) (2) (3) (4)
Kelapa Dalam 80,50 88,55 1.100,00
Kelapa Hibrida 0,70 0,67 957,14
Kopi Robusta 235,50 58,88 250,02
Kopi Arabika 16,50 10,73 650,30
Cengkeh 27,50 11,00 400,00
Kakao 5.883,00 5.306,99 902,09
Jambu Mente 1,00 0,10 100,00
Lada 6,60 0,99 150,00
Kemiri 543,00 298,65 550,00
Panili 80,75 24,23 300,06
Sagu 2,00 1,20 600,00
Enau 20,50 8,20 400,00
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Polewali Mandar
Tabel 4.5.2. Banyaknya Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya di Kecamatan
Tubbi Taramanu Keadaan Akhir 2012
Jenis Ternak/Unggas Jantan Betina Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Sapi 508 761 1.269
Kerbau 35 52 87
Kuda 298 199 497
Kambing 1.291 3.874 5.165
Domba - - -
49
Babi - - -
Ayam Kampung 22.665 67.995 90.660
Ayam Ras - - -
Itik 27.957 37.588 65.545
Kalkun - - -
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Polewali Mandar
4.6. Pemerintahan Kecamatan Tubbi Taramanu
Pusat Pemerintahan Kecamatan Tubbi Taramanu terletak di Kelurahan
Taramanu. Di Kecamatan ini bekerja 172 Pegawai Negeri Sipil yang bertugas
pada beberapa instansi. Pada kecamatan ini terdapat enam puluh satu dusun
dan tiga lingkungan. Desa Pullewani adalah desa memiliki jumlah dusun paling
banyak diantara desa-desa di Kecamatan Tubbi Taramanu.
Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di
Kecamatan Tubbi Taramanu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan, program, dan kegiatan yang
sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. Adapun
penyelenggara Pemerintahan di Kecamatan Tubbi Taramanu terdiri dari :
1. Camat
2. Sekretaris Kecamatan
Ka. Subag. Umum dan Kepegawaian
Ka. Subag. Perencanaan dan Keuangan
3. Kasi-Kasi
Pemerintahan
Ekonomi & Pembangunan
PMD (Pemberdayaan Masyarakat & Desa)
50
Kesejahteraan
Keamanan dan Ketertiban umum
4. Staf sejumlah 6 orang
5. Kelompok jabatan fungsional Kecamatan (Dinas / Instansi Kecamatan)
Namun sejumlah posisi atau jabatan di atas masih ada yang kosong
karena belum ada pegawai di Kecamatan Tubbi Taramanu yang memenuhi
syarat untuk mengisi posisi tersebut, seperti seksi pemerintahan, seksi ekonomi
& pembangunan, Seksi PMD, serta seksi keamanan dan ketertiban umum.
Selanjutnya uraian tugas dan fungsi penyelenggara pemerintahan di kecamatan
Tubbi Taramanu adalah sebagaimana dijelaskan pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.6.1 Tugas dan Fungsi Pemerintah Kecamatan Tubbi Taramanu
No. Nama Jabatan Tugas dan fungsi
1. H. Talibuddin, S.Pd, MM
(CAMAT)
melaksanakan sebagian kewenangan pemerintah yang
dilimpahkan oleh Bupati Polman dalam wilayah
kerja/kecamatannya.
Pengkoordinasian, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dibidang pelayanan umum masyarakat yang
menjadi kewenangannya
Bertanggung jawab atas pemeliharaannya dan terciptanya
ketenraman dan ketertiban di wilayahnya.
Pembinaan, pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pemerintah
di wilayah kerja Kelurahan dan Desa.
Pemberian motivasi dan penetapan kebijakan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat yang mandiri.
Pembinaan pengawasan terhadap pelaksanaan administrasi dan
ketatausahaan Kecamatan.
Pembinaan dan pengkoordinasian terhadap pelaksanaan tugas-
tugas jabatan fungsional dan tugas UPT dalam lingkup
kecamatan.
51
Melaporkan hasil kerja pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah setiap bulan dan akhir tahun.
Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh
Bupati
2. Basri Bagu, SP, MM
(Sekretaris Kecamatan)
Menyusun program kerja Kecamatan.
Menyelenggarakan pelaksanaan rumah tangga Kecamatan.
Menyelenggarakan pelaksanaan tata usaha umum dan
kepegawaian
Menyelenggarakan administrasi pelayanan masyarakat.
Menyelenggarakan tata usaha perlengkapan.
Melaksanakan tugas -tugas lain yang diberikan oleh Camat.
3. M. Saleh, S.Sos
(Ka. Subag.
Kepegawaian)
Menyiapkan Daftar Hadir Kecamatan.
Membukukan Keuangan administrasi pelayanan masyarakat.
Menyiapkan alat-alat tulis kantor ( ATK ) antara lain: Kertas Kop
surat, Kertas HVS, amplop, buku-buku regester, tribulan dan
semester.
Membuat laporan bulanan kepegawaian.
Membuat daftar urut Kepangkatan. ( DUK ).
Mengirimkan usulan kenaikan pangkat.
Mengirimkan DP-3 dan KP-4.
Membuat laporan tahunan.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
4. Ahmad
(Ka. Subag. Keuangan)
Menyiapkan konferensi Kepala Desa dan Dinas terkait :
- Membuat dan mengirimkan undangan
- Menyiapkan daftar hadir
- Menyiapkan kelengkapan rapat
Mencatat barang -barang inventaris kantor
Membuat laporan barang-barang inventaris
Mengusulkan rencana kebutuhan barang
Menerima SPPT PBB dan DHKP dari DISPENDA
Meneliti dan membagi SPPT,DHKP ke masing-masing desa
Menerima setoran keuangan Pajak dan petugas pemungut pajak
Menyetor keuangan pajak ke DISPENDA
52
Membuat laporan pemasukan realisasi PBB
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
5. Hali, S.Sos
(Seksi Kesejahteraan)
Memfasilitasi penyelenggaraan pelayanan sosial dan tenaga kerja
serta agama.
Memfasilitasi pelaksanaan pelayanan pariwisata, kebudayaan,
dan keolahragaan.
Memfasilitasi penyelenggaraan tugas Keluarga Berencana
Kependudukan, dan Pemberdayaan perempuan
Penyusunan program di bidang kesejahteraan masyarakat.
Sosialisasi peraturan daerag/ kebijakan pemerintah daerah di
bidang Kesra.
Bertanggung jawab terhadap kebijakan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh
Camat.
Keterangan : Seksi Pemerintahan, Ekonomi & Pembangunan, PMD, dan Seksi trantib, jabatan atau
posisinya masih kosong karena belum ada pegawai di kantor Kecamatan Tubbi Taramanu
yang memenuhi syarat untuk mengisi posisi tersebut.
Susunan kepegawaian kantor Kecamatan Tubbi Taramanu
53
Tabel 4.6.2 Susunan Kepegawaian berdasarkan Jabatan :
No. Jabatan Golongan Jumlah Pegawai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Camat
Sekretaris Kecamatan
Kasubag. Umum &Kepegawaian
Kasubag. Perencanaan &Keuangan
Kasubag. Pelaporan
Kasi. Kesejahteraan
Staf biasa
IV/a
III/d
III/a
II/a
III/a
III/c
-
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
6 orang
Jumlah 12 Orang
Tabel 4.6.3 Susunan Kepegawaian berdasarkan pangkat
No. Pangkat Golongan/ruang Jumlah pegawai
1.
2.
3.
4.
5.
Pembina
Penata Tingkat I
Penata Muda
Pengatur Muda
Penata
IV/a
III/d
III/a
II/a
III/c
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
1 orang
Sumber : Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu
BAGAN 4.5
54
STRUKTUR PEMERINTAHAN KECAMATAN TUBBI TARAMANU
BAB V
55
CAMATH. TALIBUDDIN, S.Pd, MM
Sekretaris CamatBASRI BAGU, SP, MM
Kelompok jabatan
fungsional
Seksi Pemerintahan
-
Seksi PMD-
Seksi Ekonomi Pembangunan
-
Seksi Kesejahteraan
Hadi Yahya, S.Pd
Seksi Keamanan & Ketertiban
-
Kasub Bag. Umum dan Kepegawaian
M. Saleh, S.Sos
Kasub Bag. Program dan KeuanganAhmad, S.Pd
DESA / KELURAHAN
Kasub. Bag. Pelaporan
Sumardi, S.Sos
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang didapatkan penulis selama
melakukan penelitian di kantor Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali
Mandar beserta pembahasannya. Bab ini menguraikan tentang peran dan gaya
kepemimpinan Camat dalam memberikan motivasi kepada para pegawai
terhadap pelayanan kepada masyarakat serta faktor-faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhinya.
Sebagaimana disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa teknik
pengumpulan data adalah observasi dan wawancara terhadap para pegawai dan
tokoh masyarakat Kecamatan Tubbi Taramanu dengan menggunakan teknik
purposive. Informan atau narasumber dipilih karena dianggap banyak
mengetahui dan berkompeten terhadap persoalan yang diteliti sehingga dapat
mewakili sejumlah populasi di lokasi penelitian.
4.1. Gaya kepemimpinan Camat Tubbi Taramanu di kantor Kecamatan
Tubbi Taramanu
.Camat dalam kedudukannya sebagai pemimpin di kecamatan
memainkan peranan penting terutama dalam hal mengendalikan bawahan atau
para pegawainya. Dalam kepemimpinannya, Camat dituntut memiliki suatu gaya
kepemimpinan untuk menggerakkan pegawainya. Gaya yang kita pahami sesuai
dengan bab sebelumnya merupakan cara, ciri khas, kebiasaan, atau karakteristik
seseorang dalam berperilaku.
Suatu organisasi pasti mempunyai tujuan tertentu dan untuk mewujudkan
tujuan tersebut tergantung pada kemampuan pemimpin dalam organisasi yang
56
bersangkutan untuk menggerakkan dan mengkoordinasikannya. Disini tercermin
bahwa betapa besar peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi karena
salah satu tugas yang sangat sulit adalah mengkoordinasikan manusia yang
dipimpinnya kearah tujuan dan sasaran organisasi. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana gaya dan upaya Camat mengkoordinasikan
manusia yang dipimpinnya (pegawainya) agar dapat meningkatkan motivasi kerja
mereka pada Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu. Maka dari itu tujuan penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan gaya dan cara Camat dalam memimpin di
Kecamatan Tubbi Taramanu terutama mengenai kepemimpinan Camat dalam
meningkatkan semangat kerja atau motivasi pegawai di kantor Kecamatan Tubbi
Taramanu.
Dalam upaya peningkatan pelayanan terhadap masyarakat, sistem dan
struktur kerja harus disusun dengan jelas dan semangat kerja para pegawai
sebisa mungkin dioptimalkan. Sebagaimana definisi pemimpin sebagai seorang
penggerak dan motivator, camat selaku pemimpin di kantor kecamatan harus
dapat menggerakkan dan memberikan motivasi yang baik kepada para
pegawainya agar bekerja secara efektif dalam mencapai sasaran tertentu.
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan yang
berfokus pada analisis gaya kepemimpinan Camat Tubbi Taramanu dalam
berbagai perannya sebagai pemimpin dan gaya kepemimpinan yang diterapkan
Camat Tubbi Taramanu dalam memberikan motivasi kepada para pegawai di
kantor kecamatan Tubbi Taramanu, serta faktor-faktor pendukung dan
penghambat yang mempengaruhinya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Sebelum menganalisis
kepemimpinan Camat Tubbi Taramanu, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih
57
dahulu peraturan daerah kabupaten Polewali Mandar tentang Organisasi
kecamatan di kabupaten Polewali Mandar. Berikut Peraturan Daerah Kabupaten
Polewali Mandar Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kecamatan di Polewali Mandar :
Bab I : Ketentuan Umum
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1) Daerah adalah Daerah Otonom Kabupaten Polewali Mandar.
2) Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar yang
terdiri dari Bupati beserta perangkat Daerah Otonom sebagaiBadan Eksekutif
Daerah.
3) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebutDPRD adalah Badan
Legislatif Daerah Kabupaten Polewali Mandar.
4) Bupati adalah Bupati Polewali Mandar.
5) Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Polewali Mandar.
6) Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga Pemerintah Kabupaten
Polewali Mandar yang bertanggungjawab kepada Bupati dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
7) Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah
Kabupaten Polewali Mandar.
8) Pemerintah Kecamatan adalah Camat beserta perangkatkecamatan lainnya
yang melaksanakan tugas dan fungsi perangkat daerah di Kecamatan.
9) Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah dalam
wilayah kerja Kecamatan.
58
10) Kelompok Jabatan Fungsional adalah Kelompok Jabatanyang berada di
Kecamatan.
11) Eselon adalah Tingkatan Jabatan Struktural.
Bab II : Pembentukan
Dengan peraturan ini dibentuklah Kecamatan, termasuk Kecamatan Tubbi
Taramanu.
Bab III : Kedudukan
1) Kecamatan merupakan Perangkat Daerah Kabupaten yang mempunyai
wilayah kerja tertentu, dan dipimpin oleh Camat.
2) Camat sebagaimana berkedudukan sebagai koordinator penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah kerjanya, berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
3) Kelurahan adalah perangkat Pemerintah Kabupaten yang berkedudukan di
wilayah kerja Kecamatan.
4) Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Bupati melalui Camat.
5) Lurah sebagaimana dimaksud ayat (4) diangkat oleh Bupati atas usul
Camat dari Pegawai Negeri Sipil.
Bab IV : Tugas, Wewenang, dan Susunan Organisasi
Camat mempunyai tugas umum pemerintahan yang meliputi :
1) mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
2) mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum;
59
3) mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan;
4) mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
5) mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat
kecamatan;
6) membina penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan; dan
7) melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan /atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa/kelurahan.
8) selain tugas sebagaimana tersebut di atas, Camat juga melaksanakan
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati.
Bab V : Tata Kerja dan Hubungan Kerja
Tata Kerja :
1) Camat melakukan koordinasi dengan kecamatan sekitarnya.
2) Camat mengkoordinasikan unit kerja diwilayah kerja kecamatan
dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pemerintahan untuk
meningkatkan kinerja kecamatan.
3) Camat melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah
dilingkungan pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan di kecamatan.
Hubungan Kerja :
1) Hubungan kerja Kecamatan dengan perangkat daerah bersifat koordinasi
teknis fungsional dan teknis operasional.
2) Hubungan kerja kecamatan dengan instansi vertikal diwilayah kerjanya,
bersifat koordinasi teknis fungsional.
60
3) Hubungan kerja kecamatan dengan swasta, lembaga swadaya
masyarakat, partai politik, dan organisasi kemasyarakatan lainnya
diwilayah kerja kecamatan bersifat koordinasi dan fasilitasi.
Bab VI : Pengangkatan dan Pemberhentian
1. Camat diangkat Oleh Bupati atas usul Sekretaris Daerah.
2. Camat, Sekretaris Camat, dan Kepala Seksi diangkat dan diberhentikan oleh
Bupati.
3. Sekretaris Camat dan Kepala Seksi dapat diangkat dan diberhentikan oleh
Sekretaris Daerah atas pelimpahan kewenangan Bupati.
4. Lurah diangkat Oleh Bupati atas usul Camat
5. Sekretaris Kelurahan dan Kepala Seksi dapat diangkat dan diberhentikan
oleh Sekretaris Daerah atas usulan Camat.
Bab VII : Ketentuan Lain-lain
Penjabaran tugas pokok dan fungsi Kecamatan dan Kelurahan akan ditetapkan
kemudian dengan Peraturan Bupati.
A. Analisis terhadap gaya kepemimpinan camat sehubungan dengan
perannya dilakukan terhadap :
1. Peran Camat sebagai pengambil keputusan (decision makers)
2. Peran Camat sebagai pemberi perintah (the command)
3. Peran Camat sebagai pemberi motivasi (motivator)
4. Peran Camat sebagai penyedia fasilitas (fasilitator)
1) Gaya kepemimpinan Camat dalam perannya sebagai pengambil
keputusan
61
Dalam suatu organisasi dibutuhkan sosok seorang pemimpin yang dapat
mengambil keputusan yang cepat dan tepat untuk kebaikan organisasi, termasuk
juga pada organisasi Pemerintah Kecamatan Tubbi Taramanu dibutuhkan
seorang Camat yang dapat mengambil keputusan dengan cepat, cermat dan
tepat demi kebaikan organisasi pemerintahan di Kecamatannya. Berikut
beberapa pengungkapan dari pegawai dan staf di kantor kecamatan Tubbi
Taramanu tentang gaya kepemimpinan Camat Tubbi Taramanu dalam proses
pengambilan keputusan : Hadi Yahya, S.Pd selaku Kasi. Kesejahteraan di kantor
kecamatan Tubbi Taramanu mengemukakan :
“Menurut saya, mengenai pengambilan keputusan Camat sudah cukup terbuka Karena beliau melibatkan kami (beberapa perwakilan pegawai) untuk ikut serta dalam memberikan masukan atau pendapat kami, walaupun pendapat kami itu diterima atau tidak dalam hasil rapat nantinya, setidaknya kami juga sudah diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat” (Hasil wawancara tanggal 29 Juli 2012).
Senada dengan pernyataan di atas, Hijrana S.E salah seorang Staf di
Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu juga mengatakan bahwa :
“Kalau pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan perencanaan pembangunan di kecamatan, Camat mengikuti peraturan yang ada yakni melakukan musyawarah terlebih dahulu untuk mengetahui esensi permasalahan yang perlu dibenahi dengan melibatkan sejumlah tokoh masyarakat dan perwakilan dari pegawai. Namun jika keputusan itu sifatnya mendesak ataupun efeknya hanya pada lingkungan kecamatan saja, biasanya Camat juga mengeluarkan keputusan sendiri tanpa melakukan rapat terlebih dahulu yang tentunya sudah beliau pertimbangkan” (Hasil wawancara tanggal 03 Agustus 2012).
Melalui hasil wawancara di atas, maka diperoleh gambaran bahwasanya
Camat Tubbi Taramanu dalam perannya sebagai pengambil keputusan,
melibatkan sejumlah perwakilan dari pegawainya dan tokoh masyarakat di
kecamatannya sebelum mengambil suatu keputusan. Keterlibatan para pegawai
62
dan tokoh masyarakat dimaksudkan agar mereka dapat memberikan kontribusi
berupa masukan dan saran positif dalam menunjang proses penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan di kecamatan Tubbi Taramanu. Hal ini merujuk pada
kebebasan berpendapat sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan tentang
kebebasan mengeluarkan pendapat yang di atur dalam Undang-Undang No. 9
tahun 1998.
Salah satu contoh keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan dapat dilihat pada proses pembuatan Rencana Strategis (RENSTRA)
Kecamatan Tubbi Taramanu yang akan diserahkan kepada Kepala Daerah
Kabupaten Polman yaitu Bupati Polewali Mandar. Pembuatan Renstra dimulai
dengan rapat internal di Kantor Kecamatan bersama Camat dan jajarannya, lalu
selanjutnya dilakukan kegiatan Musyawarah rencana Pembangunan
(MUSRENBANG) di setiap desa dan kelurahan yang dilakukan oleh dinas daerah
yang terpadu dengan swadaya masyarakat. Kemudian hasilnya diteruskan ke
kecamatan untuk dimusyawarakan kembali pada Musrenbang tingkat Kecamatan
bersama SKPD terkait. Setelah itu hasil daripada Musrenbang tingkat kecamatan
yang telah diputuskan oleh Camat selaku pengambil keputusan, kemudian
diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten di Polewali Mandar. Hal ini sesuai
dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat kita lihat bahwa Camat dalam
perannya sebagai pengambil keputusan memiliki sisi demokratis dengan
mengikutsertakan perwakilan pegawai dan tokoh masyarakatnya dalam proses
pengambilan keputusan untuk dimintai saran dan pendapatnya. Hal tersebut juga
63
diperoleh sesuai dari pemaparan sekretaris Kecamatan Tubbi Taramanu, yakni
Basri Bagu SP.MM. yang menyatakan :
“Dalam proses pengambilan keputusan, biasanya kami melakukan rapat internal terlebih dahulu untuk merundingkan proses-proses selanjutnya yang akan dilakukan. Seperti contoh pada pembuatan Rencana Strategis atau RENSTRA maupun Rencana Kerja kecamatan, kami melakukan rapat internal terlebih dahulu sesuai dengan perintah Bupati untuk kemudian melakukan kegiatan MUSRENBANG di setiap desa dan kelurahan agar masyarakat juga bisa memberikan masukannya dalam proses pembangunan di kecamatan Tubbi Taramanu ini. Setelah semua hasil musrenbang rampung, kemudian dimusyawarakan kembali di kecamatan sebelum Camat mengambil Keputusan yang akan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten”. (Hasil Wawancara tanggal 30 Juli 2012).
2) Gaya kepemimpinan Camat dalam perannya sebagai pemberi perintah
Camat selaku pemimpin mempunyai hak dan kewenangan dalam
pemberian perintah kepada para pegawainya dalam pelaksanaan tugas
pemerintahan di kecamatannya sesuai Pasal 15 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan. Sebagaimana perannya
sebagai pemberi perintah, Camat Tubbi Taramanu juga memiliki gaya atau cara
dalam memberikan perintah kepada para pegawainya agar dapat memberikan
kontribusi yang nyata sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka masing-
masing. Peranan kepemimpinan Camat dalam pemberian perintah dapat dilihat
dari aspek mekanisme dan sifat perintah, yaitu:
1) Pemberian perintah langsung
2) Pemberian perintah tidak langsung
3) Sifat perintah
(a) Perintah yang sifatnya memaksa
(b) Perintah yang sifatnya tidak memaksa (anjuran)Mekanisme dan sifat perintah tersebut diuraikan sebagai berikut :
64
1. Pemberian perintah langsung
Pemberian perintah langsung berarti Camat secara langsung turun
memberikan perintah dan instruksi kepada para pegawainya untuk
melaksanakan tugas yang diberikan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap
beberapa informan di lokasi penelitian atas pertanyaan apakah Camat berperan
dalam memberikan perintah atau instruksi secara lansung kepada para pegawai,
berikut diperoleh jawaban sebagaimana Abd. Latif, salah satu staf di Kantor
Kecamatan Tubbi Taramanu mengungkapkan :
“Biasanya saya mendapat perintah untuk melaksanakan tugas seperti pembuatan surat maupun pengiriman surat, melalui Sekretaris Kecamatan. Namun jika kebetulan bertemu langsung dengan Camat, kadang-kadang juga diberi perintah melaksanakan suatu tugas”. (hasil wawancara 27 juli 2012).
Pendapat serupa dikemukakan oleh Hijrana S.E, salah satu staf di kantor
kecamatan Tubbi Taramanu :
“Camat lebih banyak melakukan pekerjaan dan tugasnya sendiri dibanding berkomunikasi dengan pegawainya, komunikasi beliau kepada pegawai sangat terbatas. Beliau biasanya hanya memberikan instruksi-instruksi biasa kepada pegawai sesuai pekerjaannya”. ( Hasil wawancara tanggal 03 Agustus 2012).
Sejumlah informan yang diberi pertanyaan yang sama seperti di atas
menyatakan hal yang sama, yaitu Camat kurang berperan dalam memberikan
perintah secara langsung. Sebagian besar alasan yang diberikan ialah karena
Camat jarang berada di kantor dan lebih banyak melakukan koordinasi dengan
Pemerintah kabupaten. Berdasarkan keterangan tersebut dapat kita gambarkan
bahwasanya Camat kurang melakukan interaksi dengan pegawainya dan lebih
banyak melakukan tugas-tugasnya sendiri.
2. Pemberian perintah tidak langsung
65
Pemberian perintah tidak langsung berarti Camat tidak turun tangan
secara langsung memberikan perintah kepada para pegawainya, namun melalui
orang yang mewakilinya. Orang yang mewakili Camat dalam memberikan
instruksi dan perintah itu biasanya ialah Sekretaris Kecamatan sebagai orang
yang diberi kewenangan menjadi pemimpin apabila Camat sedang melakukan
tugas kedinasan di luar kantor.
Mengenai peran Camat Tubbi Taramanu tentang pemberian perintah
secara tidak langsung, berikut beberapa pendapat informan yang telah
diwawancarai. Salah satunya dari pengungkapan M. Arif, SP. Lurah Kelurahan
Taramanu Kecamatan Tubbi Taramanu yang mengatakan :
“Perintah atau instruksi mengenai pelaksanaan tugas biasanya disampaikan oleh Staf di Kantor Kecamatan melalui surat. Namun terkadang pula Camat mengirim undangan melalui stafnya di Kantor Kecamatan agar saya datang ke Kantor Kecamatan untuk selanjutnya menerima tugas, jadi menurut saya beliau terkadang melakukan perintah tidak langsung dan juga biasanya memberikan perintah langsung namun lebih dominan pada perintah secara tidak langsung”. (Hasil wawancara tanggal 22 Oktober 2012).
Pendapat serupa diperkuat oleh Sekretaris Kecamatan Tubbi Taramanu,
yakni Basri Bagu, SP.MM. Beliau mengatakan bahwa :
“Sebenarnya Camat tidak terlalu banyak memberikan perintah kepada para pegawai karena mereka sendiri sudah mengetahui tugas-tugasnya pada saat rapat-rapat diadakan, namun jika ada keperluan yang mendesak Camat biasanya memberi tahu saya bila ada tugas yang harus diberikan kepada para pegawai khususnya staf-staf di kantor kecamatan agar saya dapat memberikan perintah tersebut kepada mereka untuk dilaksanakan apabila Camat sedang melaksanakan tugas kedinasan lain di luar kantor sesuai perintah yang diberikan oleh Bupati” (Hasil wawancara tanggal 30 Juli 2012).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa informan tersebut di
atas tentang pertanyaan mengenai peran Camat dalam memberikan perintah
tidak langsung kepada para pegawai, diperoleh gambaran bahwa Camat Tubbi
66
Taramanu masih berada pada posisi kurang berperan dalam pemberian perintah
secara tidak langsung. Hal ini bukan karena Camat lebih banyak melakukan
perintah secara langsung melainkan Camat memang kurang dalam memberikan
perintah kepada bawahannya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Beliau lebih cenderung melaksanakan tugas-tugasnya sendiri dan lebih banyak
melimpahkan perannya sebagai pemberi perintah kepada Sekretaris Kecamatan.
3. Sifat Perintah yang memaksa dan tidak memaksa
Pemberian perintah yang sifatnya memaksa berarti bahwa perintah itu
harus dilaksanakan dalam kondisi apapun, dan kepada yang menerima perintah
tidak alasan untuk menolak perintah tersebut. Sedangkan perintah yang sifatnya
tidak memaksa berarti hanya berupa anjuran, saran atau himbauan kepada para
pegawai agar mereka berpartisipasi ataupun tidak dengan alasan-alasan
tertentu. Perintah yang sifatnya memaksa contohnya seperti pelaksanaan tugas
dan fungsi masing-masing pegawai seperti yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan dan tugas penting lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan pemerintahan di Kecamatan, khususnya yang sifatnya mendesak.
Sedangkan perintah yang sifatnya tidak memaksa seperti pada himbauan-
himbauan Camat kepada para pegawai, misalnya himbauan agar para pegawai
dapat ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan fisik ataupun kegiatan
sosial lainnya bersama warga masyarakat yang tidak mengharuskan mereka
terlibat.
Seperti yang dilansir dari pernyataan Sekretaris Kecamatan Tubbi
Taramanu yakni bapak Basri Bagu, SP.MM yang menyatakan :
“Menurut saya, Camat tidak pernah melakukan perintah yang sifatnya memaksa kepada para pegawai di kantor kecamatan Tutar (Tubbi
67
Taramanu) ini, kecuali yang berhubungan dengan kewajiban dan tanggung jawab pegawai yang bertugas di kantor kecamatan, seperti yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Diluar daripada itu, Camat hanya memberikan himbauan agar mereka melaksanakan atau tidak melaksanakan sesuatu hal yang diberikan.” (Hasil wawancara tanggal 30 Juli 2012).
Selanjutnya peran Camat dalam pemberian perintah yang sifatnya tidak
memaksa, M.Saleh, S.Sos Kasubag. Kepegawaian di kantor Kecamatan Tubbi
Taramanu juga mengungkapkan :
“Kalau berbicara tentang perintah yang tidak memaksa, itu hanya seperti himbauan-himbauan dan saran kepada kami agar bisa lebih baik, misalkan soal kerapian dan keikut sertaan dalam melaksanakan kerja bakti bersama warga. Semua hanya terbatas pada himbauan yang tidak mengharuskan kita untuk terlibat namun sebenarnya patut untuk kita laksanakan demi kebaikan bersama.” (Hasil wawancara tanggal 30 juli 2012).
Dari hasil wawancara di atas, maka diperoleh gambaran bahwa dalam
pemberian perintah yang memaksa dan tidak memaksa, Camat cukup arif dalam
membedakan antara kedua sifat perintah tersebut. Camat tidak menggunakan
kekuasaannya untuk memberikan semua perintah dengan unsur paksaan,
namun beliau mengharapkan adanya kesadaran dari masing-masing pegawai
untuk melaksanakan perintah yang sifatnya tidak memaksa tersebut (himbauan).
Berdasarkan ketiga variabel perintah di atas, dapat digambarkan bahwa
Camat dalam pemberian perintah kepada para pegawainya masih tergolong
kaku atau canggung. Hal tersebut terlihat dari kurangnya perintah yang diberikan
Camat yang dikarenakan kurang dalam menjalin interaksi dengan para
pegawainya sehingga tidak terjalin keakraban antara pemimpin dan yang
dipimpin.
3) Gaya kepemimpinan Camat dalam perannya sebagai pemberi motivasi
68
Peranan kepemimpinan Camat berikutnya adalah sebagai pemberi
motivasi. Peran inilah yang sebenarnya menjadi inti dari penulisan ini yakni
bagaimana gaya seorang Camat Tubbi Taramanu sebagai pemimpin di
kantornya dalam memberikan motivasi positif kepada para pegawainya sehingga
tercipta lingkungan kerja yang aktif dan harmonis. Peran ini sangat penting
karena biasanya para pegawai lebih tergerak hatinya atau terdorong untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya pada kegiatan pemerintahan di kantornya
jika pemimpinnya sendiri yang langsung memberikan mereka motivasi untuk
bekerja. Dalam perannya sebagai pemberi motivasi, camat dituntut memiliki
suatu gaya dalam memberi motivasi kepada para pegawainya yang disesuaikan
dengan karakter para pegawainya itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa
informan, dalam hal ini para pegawai di kantor Kecamatan Tubbi Taramanu
tentang peran Camat dalam memberikan motivasi kepada para pegawainya,
diperoleh gambaran bahwasanya peran camat dalam memberikan motivasi
positif kepada para pegawainya masih dianggap kurang. Camat dianggap kurang
memberi perhatian langsung kepada para pegawai dan sibuk dengan tugas-
tugasnya sendiri. Camat biasanya hanya memberikan tunjangan, insentif, atau
bonus kepada pegawai yang dianggap memiliki ketekunan dan telah
menyelesaikan tugasnya tanpa memberikan dorongan secara langsung. Hal ini
diperoleh dari pengungkapan Hijrana, SE. salah satu staf di kantor kecamatan
Tubbi Taramanu yang mengatakan :
”Dalam soal memberikan motivasi, Camat biasanya tidak memberikan kami dorongan secara langsung namun beliau terkadang memberi kami insentif atau hadiah bagi yang dianggap berhasil dalam melaksanakan tugas pemerintahan di Kecamatan Tubbi Taramanu ini. Hal itu sebenarnya sudah menjadi motivasi buat kami dalam bekerja walaupun sebenarnya akan lebih baik apabila Camat memberikan
69
kami dorongan secara langsung dengan pendekatan-pendekatan tertentu yang bisa beliau gunakan, dengan begitu kami juga akan merasa dihargai dan tersentuh karena menerima motivasi langsung dari pemimpin” (Hasil wawancara tanggal 03 Agustus 2012).
Pendapat tersebut jika diselaraskan dengan pengungkapan salah satu
Staf di Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu yakni Bapak Abd. Latif, tidak jauh
berbeda dengan pendapat di atas. Dalam wawancara tentang cara atau gaya
yang digunakan Camat Tubbi Taramanu dalam memberikan motivasi positif
kepada para pegawainya, Abd. Latif mengungkapkan :
”Menurut saya, Camat dalam memberikan motivasi kepada para pegawai lebih tertarik menggunakan pendekatan yang memberikan hadiah kepada mereka khususnya yang masih tenaga honor, saya pikir itu agak sedikit keliru sebab masyarakat di Kecamatan terpencil seperti ini yang masih bersifat tradisional akan lebih tersentuh hatinya apabila dilakukan pendekatan secara langsung, dalam artian Camat menjalin interaksi dengan mereka untuk memotivasi mereka secara langsung” ( Hasil wawancara tanggal 27 Juli 2012).
Jadi berdasarkan jawaban di atas, maka dapat kita pahami bahwasanya
di Kecamatan Tubbi Taramanu ini Camat dengan pegawainya kurang melakukan
komunikasi yang baik sehingga Camat tidak mengetahui kebutuhan psikologis
yang dibutuhkan para pegawainya yakni perhatian secara langsung. Kurangnya
komunikasi yang baik terhadap pegawainya mengakibatkan terjadinya
miscommunication antara Camat dengan pegawainya. Jadi komunikasi antara
pemimpin dan yang dipimpinnya sangat diperlukan dalam menjalankan roda
organisasi agar tak terjadi salah pengertian seperti di atas.
4) Gaya kepemimpinan Camat dalam perannya sebagai penyedia fasilitas
Peranan kepemimpinan Camat yang selanjutnya adalah sebagai
penyedia fasilitas. Peran ini dimaksudkan agar para pegawai memiliki wadah dan
sarana untuk mengaktualisasikan diri dalam berpartisipasi pada kegiatan
70
Pemerintahan di Kecamatannya. Fasilitas yang dimaksud adalah bahan dan
peralatan, termasuk fasilitas pembiayaan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
dan menyelesaikan suatu kegiatan pemerintahan agar para pegawai semakin
semangat dalam melaksanakan tugas. Peranan kepemimpinan Camat sebagai
penyedia fasilitas juga berarti bahwa Camat terlibat langsung menyediakan
peralatan dan bahan serta dukungan pembiayaan untuk menunjang pelaksanaan
kegiata pemerintahan di daerahnya.
Analisis dalam konteks peranan kepemimpinan Camat dalam hal
penyedia fasilitas difokuskan kepada dua aspek, yaitu :
a) Peran dalam mengusahakan fasilitas sendiri
b) Peran dalam melakukan koordinasi dan kerjasama
A. Peran dalam mengusahakan fasilitas sendiri
Peran Camat dalam mengusahakan fasilitas sendiri artinya Camat
mengadakan upaya penyediaan fasilitas yang menunjang kegiatan
Pemerintahan di Kecamatan Tubbi Taramanu melalui usaha-usaha yang
dilakukan sendiri. Fasilitas sendiri yang dimaksud misalnya saja sumbangan baik
berupa dana ataupun benda yang dapat dipakai dalam menunjang kegiatan
pemerintahan di kantor kecamatan khususnya pada kegiatan-kegiatan fisik.
Seperti yang dilansir dari pernyataan Sekretaris kecamatan Tubbi Taramanu,
Basri Bagu SP,MM saat ditanya tentang peran Camat dalam upaya penyediaan
fasilitas dengan usaha sendiri, beliau mengatakan :
“Penyediaan fasilitas dengan usaha sendiri itu biasanya hanya pada kegiatan kerja bakti saja, sebelumnya Camat menghimbau kepada semua pegawai tak terkecuali beliau sendiri agar membawa peralatan dari rumah untuk digunakan dalam pelaksanaan kerja bakti nantinya. Saya kira itu sudah merupakan upaya Camat dalam mengadakan fasilitas sendiri tanpa melakukan koordinasi dengan instansi lain.” (Hasil wawancara tanggal 30 Juli 2012).
71
Serupa dengan pernyataan Sekretaris kecamatan Tubbi Taramanu di
atas, Lurah Kelurahan Taramanu Bapak M. Arif, SP menyatakan bahwa :
“Jujur saya akui bahwa saya sendiri tidak memiliki kemampuan materi dan biaya untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan-kegiatan fisik, saya kira Camat juga demikian. Biasanya setiap kegiatan-kegiatan fisik yang akan dilakukan, sudah dianggarkan fasilitasnya baik bantuan dari Pemda/instansi terkait maupun swadaya masyarakat termasuk bantuan dari donator. Camat sendiri hanya membantu sesuai kemampuan beliau jika dibutuhkan” (Hasil wawancara 22 Oktober 2012).
Berpatokan pada hasil wawancara mengenai peran aktif Camat dalam
memberikan kontribusinya secara pribadi dalam menunjang penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan di kecamatan Tubbi Taramanu khususnya pada kegiatan-
kegiatan fisik, Camat dapat dikatakan berada pada level yang wajar karena
kadang-kadang Camat juga biasanya memberikan bantuan-bantuan tersebut
sesuai dengan kemampuannya, seperti yang beliau utarakan.
B. Peran penyedia fasilitas melalui koordinasi dan kerjasama
Dalam upaya melancarkan kegiatan pemerintahan di kecamatannya,
Camat dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak
terkait. Koordinasi dan kerjasama tersebut sangat penting karena segala
hambatan atau kendala dapat dengan mudah diatasi melalui keterlibatan pihak
lain untuk memberikan bantuan dan kerjasamanya terutama dalam memenuhi
kebutuhan fasilitas.
Camat dituntut memiliki kemampuan berkoordinasi dan bekerjasama
dengan berbagai pihak, seperti Pemerintah Kabupaten, pejabat dari instansi
terkait, pengusaha, konsultan/perguruan tinggi, tokoh masyarakat, dan
masyarakat/ stakeholder lainnya, sehingga dengan koordinasi dan kerjasama
72
yang demikian maka kegiatan pemerintahan di kecamatan dapat terwujud sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam upaya penyediaan fasilitas melalui koordinasi
dengan pihak terkait, peran Camat Tubbi Taramanu menurut Hadi Yahya, S.Pd
Kasi. Kesejahteraan Kec. Tubbi Taramanu sebagai berikut :
“Menurut saya Camat sangat aktif dalam melakukan koordinasi ke Pemerintah Kabupaten apalagi dalam proses pengadaan atau penyediaan fasilitas untuk menunjang kegiatan pemerintahan di kecamatan, beliau biasanya hanya melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten sebab di kecamatan Tubbi Taramanu ini tidak terdapat perusahaan yang dapat diminta bantuannya dalam penyediaan fasilitas” (Hasil wawancara tanggal 29 juli 2012).
Tanggapan serupa diungkapkan oleh sekretaris kecamatan Tubbi
Taramanu yakni Basri Bagu, SP,MM yang mengungkapkan :
“Camat sudah melakukan dengan baik dalam koordinasi dengan beberapa instansi terkait di Kabupaten dalam proses penyediaan fasilitas untuk mendukung kelancaran kegiatan pemerintahan di kec. Tubbi Taramanu ini, selain kerjasama dengan pemerintah kabupaten, beliau dan saya juga biasanya melakukan koordinasi dan kerjasama dengan warga masyarakat untuk diminta swadayanya khususnya pada kegiatan kerja bakti di lingkungan kecamatan, baik itu berupa jasa maupun materi agar mereka bisa memberikan kontribusinya untuk daerahnya sendiri”. (Hasil wawancara tanggal 30 juli 2012).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan mengenai peran
Camat dalam melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam
penyediaan fasilitas, secara umum diperoleh gambaran bahwa Camat sangat
berperan dalam melakukan koordinasi dan kerjasama tersebut dalam upaya
membantu penyediaan fasilitas yang diperlukan dalam menyelenggarakan suatu
kegiatan pemerintahan di kecamatan Tubbi Taramanu utamanya pada kegiatan-
kegiatan fisik dan berbagai penyuluhan ke kelurahan dan desa di Kecamatan
Tubbi Taramanu. Camat lebih sering melakukan koordinasi dengan Pemerintah
Kabupaten dalam penyediaan anggaran pada pelaksanaan kegiatan
73
pemerintahan di Kecamatan sebab tidak terdapat perusahaan di Kecamatan
Tubbi Taramanu yang dapat dimintai bantuannya.
Sehubungan dengan motivasi kerja pegawai di kantor kecamatan Tubbi
Taramanu dalam aspek ketersediaan fasilitas dalam bekerja, Camat sudah
memberikan kontribusi yang baik dalam posisinya sebagai pemimpin. Camat
memberikan kemudahan dengan menyediakan fasilitas bagi pegawainya dalam
melaksanakan tugas pemerintahan yang diembannya karena ketersediaan
fasilitas juga merupakan faktor penunjang semangat kerja para pegawai.
B. Analisis gaya kepemimpinan yang diterapkan Camat di kantor
Kecamatan Tubbi Taramanu Kab. Polewali Mandar
Berdasarkan hasil wawancara yang telah diperoleh di atas, maka saya
mendeskripsikan dan mengaitkan dua tipe atau gaya kepemimpinan yang dimiliki
Camat Tubbi Taramanu, yaitu :
1. Camat dalam gaya transaksional
2. Camat dalam gaya Otokratis
Berikut akan diuraikan kedua sisi gaya kepemimpinan yang dimiliki Camat
Tubbi Taramanu seperti tersebut di atas :
1) Camat dalam Gaya transaksional
Seperti penjelasan tentang gaya kepemimpinan transaksional pada bab
sebelumnya, yaitu gaya kepemimpinan yang pada hakekatnya menekankan
seorang pemimpin sepatutnya menentukan apa yang perlu dilakukan para
bawahannya agar mencapai tujuan organisasi dengan menjanjikan imbalan. Dari
pengertian tersebut secara sederhana Kepemimpinan Transaksional dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan seorang pemimpin dalam menggerakkan
74
anggotanya dengan menawarkan imbalan terhadap setiap kontribusi yang
diberikan oleh anggota kepada organisasi.
Ketika ditanya tentang apakah Camat Tubbi Taramanu dapat
dikategorikan ke dalam tipe kepemimpinan transaksional, sekretaris kecamatan
Tubbi Taramanu, yakni Basri Bagu SP,MM mengatakan :
“Saya setuju apabila Camat Tubbi Taramanu dikatakan menerapkan gaya kepemimpinan transaksional sebab dari segi memotivasi bawahan, camat lebih dominan mengiming-imingi para pegawai dengan imbalan-imbalan yang akan diberikan kepada pegawai yang melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Camat cenderung memberikan penghargaan-penghargaan berupa bonus atau hadiah dibanding memberikan motivasi secara langsung yang menjalin komunikasi yang baik secara rutin dengan para bawahannya” (Hasil wawancara tanggal 30 Juli 2012).
Selanjutnya saya mendeskripsikan gaya kepemimpinan Camat Tubbi
Taramanu dalam gaya transaksional berdasarkan perannya dalam memberikan
motivasi kepada para bawahannya sesuai dengan pendapat di atas. Selain
daripada pernyataan Sekretaris kecamatan di atas yang memperkuat analisis
penulis, hal senada juga di ungkapkan oleh Hijrana S.E, salah seorang staf di
kantor kecamatan Tubbi Taramanu dengan terus terang mengatakan :
“Jujur saja kami biasanya termotivasi bekerja karena Camat biasanya memberi kami bonus berupa materi apabila kami dapat memberikan kontribusi yang memuaskan kepada organisasi. Namun sebetulnya, itu juga bukan tujuan kami dalam bekerja karena kami juga sudah menerima gaji, hanya saja apabila kinerja kami mendapat apresiasi dari pemimpin biasanya Camat juga memberikan kami imbalan atas kinerja kami”. (Hasil wawancara tanggal 03 Agustus 2012).
Berdasarkan keterangan sekretaris kecamatan Tubbi Taramanu diatas,
maka memperkuat analisis penulis bahwasanya Camat Tubbi Taramanu juga
menerapkan gaya kepemimpinan transaksional dalam kepemimpinannya. Camat
Tubbi Taramanu lebih menekankan pemberian motivasi terhadap pegawainya
75
melalui imbalan-imbalan berupa hadiah dan bonus sesuai kontribusi yang
diberikannya.
2) Camat dalam gaya otokrasi
Selanjutnya saya mengaitkan kembali gaya kepemimpinan Camat Tubbi
Taramanu dalam gaya otokratik. Gaya otokratik menurut Reddin merupakan
Gaya tidak efektif yang memberikan perhatian maksimum terhadap tugas dan
minimum terhadap hubungan kerja dengan suatu prilaku yang tidak sesuai.
Pemimpin seperti ini tidak mempunyai kepercayaan pada orang lain, tidak
menyenangkan, dan hanya tertarik pada jenis pekerjaan yang segera selesai.
Saya menggambarkan Camat Tubbi Taramanu pada gaya otokratik ini
berdasarkan hubungan Camat dengan pegawainya dalam pelaksanaan tugas
dan hubungan camat sebagai motivator untuk para pegawainya. Camat dalam
kaitan masalah tugas pemerintahan di kecamatan selalu aktif untuk mengawasi
bawahannya. Hal ini dilakukan untuk memastikan segala pencapaian hasil atau
target. Namun camat kurang dalam memberikan perhatian layaknya seorang
pemimpin terhadap bawahannya. Camat tidak menjaga hubungan komunikasi
yang baik dengan para bawahannya sehingga menyebabkan organisasi ini
menjadi kaku. Berikut pernyataan dari kasubag. kepegawaian Kecamatan Tubbi
Taramanu, yakni M. Saleh S.Sos :
“Menurut saya, Camat terlalu dominan melakukan pekerjaannya sendiri dibanding memberikan perhatian kepada bawahannya. Hal itu seharusnya beliau bisa seimbangkan agar motivasi para pegawai tetap terjaga dan dalam pelaksanaan tugas pada organisasi pemerintahan di kecamatan Tubbi Taramanu ini menjadi tidak kaku alias canggung”. (Hasil wawancara 30 Juli 2012).
Serupa dengan pernyataan di atas, Hadi Yahya,S.Pd Kasi. Kesejahteraan
kecamatan Tubbi Taramanu juga mengatakan :
76
“Kami para pegawai sebenarnya kurang dalam berhubungan komunikasi dengan Camat, beliau lebih fokus pada tugas-tugasnya dibanding dengan menjalin hubungan dengan para pegawainya yang sebetulnya juga diperlukan untuk dapat membantu memberikan motivasi kepada para pegawai dalam bekerja. Karena menurut saya apabila seorang pemimpin dekat dengan bawahannya maka otomatis bawahan juga akan lebih menghargai pemimpinnya sehingga dapat membantu pemimpinnya dalam melaksanakan kegiatan organisasi”. (Hasil wawancara tanggal 29 Juli 2012).
Camat digambarkan sebagai pemimpin yang dikendalikan oleh
pencapaian hasil atau target, dengan sedikit atau bahkan tidak ada perhatian
pada manusia kecuali dalam rangka keterlibatan mereka dalam menyelesaikan
pekerjaan. Komunikasi Camat dengan pegawainya terbatas dan diadakan
sekedar untuk memberi instruksi pekerjaan. Pemimpin-pemimpin yang demikian
bercorak pengendali, pengarah, terlalu kuat, dan penuntut.
Kemajuan yang dicapai oleh gaya kepemimpinan Camat (Interpensi
Pemerintah) :
Dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan Camat Tubbi Taramanu di
atas terlihat bahwa ada sedikit kemajuan-kemajuan yang dihasilkan, antara lain
pada pelayanan KTP, adanya program PNPM yang sangat membantu membuka
akses infrastruktur di desa dan kelurahan, serta peningkatan pelayanan
kesehatan dan pendidikan yang telah dilakukan. Hal ini sesuai dari pernyataan
yang dikeluarkan Sekretaris kecamatan Tubbi Taramanu yakni Bapak Basri Bagu
SP, MM yang mengatakan :
“Kemajuan yang terjadi di kecamatan Tubbi Taramanu melalui interpensi pemerintah antara lain ialah peningkatan pelayanan KTP, adanya program PNPM yang sangat membantu membuka akses infrastruktur di desa, serta peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan”. (Hasil wawancara tanggal 30 Juli 2012).
77
Senada dengan pernyataan Sekretaris kecamatan Tubbi Taramanu
diatas, M. Arif. SP Lurah Kelurahan Taramanu, Kecamatan Tubbi Taramanu turut
berkomentar bahwasanya :
“Walaupun Camat kurang dalam memberikan motivasi kepada pegawainya, namun dapat dilihat bahwa ada juga sejumlah pegawai yang memiliki kesadaran diri untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Saya bisa berkata demikian karena melihat kemampuan mereka menghasilkan kemajuan-kemajuan di Kecamatan ini, utamanya pada pelayanan kepada masyarakat”. (Hasil wawancara tanggal 22 Oktober 2012).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat digambarkan bahwa masih
ada sejumlah pegawai yang mempunyai kesadaran diri untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya. Dan akan lebih baik lagi apabila Camat dapat
merangkul dan memotivasi seluruh pegawai di kantor kecamatannya sehingga
kemajuan yang dihasilkan bisa lebih dari yang dihasilkan pada saat ini
4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas gaya kepemimpinan
Camat di kantor Kecamatan Tubbi Taramanu, khususnya dalam
memberikan motivasi kepada para pegawai
1. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ada beberapa faktor yang
mendukung Camat Tubbi Taramanu dapat menerapkan gaya kepemimpinannya
yaitu :
Legitimasi, yaitu kekuatan hukum yang dimiliki Camat sebagai pemimpin
berdasarkan Peraturan Pemerintah. Peraturan yang mengatur tugas dan
kewenangan seorang Camat dimana ia memiliki hak untuk menerapkan gaya
kepemimpinan apa yang akan ia terapkan. Hal ini juga disampaikan oleh
78
Sekretaris Kecamatan Tubbi Taramanu sendiri, yaitu bapak Basri Bagu, SP,
MM yang mengatakan :
“Berdasarkan Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 yang mengatur tugas dan kewenangan seorang Camat, saya kira sebagai seorang Camat, Bapak Talibuddin mempunyai hak dalam hal menentukan gaya kepemimpinan yang akan ia terapkan dalam kepemimpinannya sebagai Camat, oleh sebab itu tugas dan wewenangnya itu didasarkan pada peraturan tersebut dan tentunya beliau bertumpuh pada peraturan tersebut apabila ada yang keberatan”. (Hasil wawancara tanggal 02 agustus 2012).
Motivasi kerja, adanya motivasi untuk bekerja dan melaksanakan tugas
menjadi faktor pendukung dalam diri seorang pemimpin, dalam hal ini Camat
Tubbi Taramanu yang memiliki motivasi kerja tersebut. Hal ini dapat dilihat
dari adanya perhatian Camat terhadap tugas-tugasnya. Maka dengan adanya
motivasi tesebut, seharusnya Camat juga mampu membangun motivasi
tersebut kepada bawahannya melalui interaksi dan komunikasi yang baik
antara seorang pemimpin dan bawahan.
Pendapatan/ Intensif, adanya pemberian intensif dari Pemerintah memacuh
kinerja seluruh pegawai termasuk Camat di kantor Kecamatan Tubbi
Taramanu. Dengan adanya pendapatan bagi mereka, itu menjadi motivasi
tersendiri buat para pegawai untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggung jawabnya. Seperti yang dikatakan Kasubag. Kepegawaian
kecamatan Tubbi Taramanu, M. Saleh, S.Sos yang mengatakan :
“jujur saja, kami bekerja karena kami merasa ini sudah menjadi tanggung jawab kami. Pemerintah menggaji kami dalam rangka untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan di kecamatan Tubbi Taramanu ini, jadi ini sudah menjadi kewajiban kami. Dan ini juga sebenarnya menjadi motivasi tersendiri buat kami untuk bekerja, semakin sesuai intensif yang kami dapatkan maka akan disesuaikan dengan kinerja kami”. (Hasil wawancara tanggal 30 Juli 2012).
79
Kepatuhan pegawai, terkait dengan intensif tadi sudah sepatutnya para
pegawai mematuhi segala perintah dari atasan yang berhubungan engan
tugas dan tanggung jawabnya. Kepatuhan pegawai merupakan salah satu
faktor penting yang mendukung Camat dalam menjalankan tugasnya
khususnya dalam memberikan instruksi kepada bawahan tentang
pelaksanaan tugas. Para pegawai diharuskan mematuhi perintah Camat
dalam hal penyelenggaraan tugas Pemerintahan di kecamatan Tubbi
Taramanu. Jadi dengan kepatuhan pegawai, Camat seharusnya dapat
memberikan motivasi dengan baik melalui pendekatan-pendekatan tertentu
yang dapat ia lakukan sesuai kemampuan yang dimilikinya.
2. Faktor Penghambat
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian di lokasi, maka ditemukan
beberapa faktor penghambat gaya kepemimpinan Camat dalam memberikan
motivasi kepada pegawainya, yaitu :
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor penghambat kepemimpinan
Camat Tubbi Taramanu dalam memberikan motivasi kepada para
pegawainya. Camat yang ditetapkan Bupati tidak sesuai dengan harapan
para pegawai dan tokoh masyarakat kecamatan Tubbi Taramanu sehingga
terjadi hubungan yang kurang harmonis diantara keduanya. Sehingga
dengan kurangnya interaksi antara Camat dan pegawainya menyebabkan
secara otomatis tidak terjadi pemberian motivasi secara langsung dari
pemimpin terhadap pegawainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan M. Arif,
SP Lurah Kelurahan Taramanu yang mengatakan:
“sebenarnya Camat yang menjabat saat ini kurang disenangi oleh sejumlah warga dan pegawai, mungkin disebabkan karena camat yang ditetapkan tidak sesuai dengan usulan warga dan sejumlah
80
pegawai di kecamatan Tubbi Taramanu ini. Camat yang kami usulkan tiba-tiba saja diganti pada saat menjelang pelantikan, mungkin masalah ini menjadi salah satu bentuk kekecewaan sejumlah pegawai sehingga kurang dalam berkomunikasi dengan Camat”. ( Hasil wawancara tanggal 22 Oktober 2012).
Selain itu faktor penghambat mengenai lingkungan kerja yang
dimaksudkan dalam hal ini ialah kurangnya fasilitas-fasilitas kantor yang dapat
menunjang motivasi pegawai dalam pelaksanaan kegiatan organisasi pemerintah
kecamatan.
Kemampuan pribadi, dalam hal ini ialah kemampuan Camat untuk merangkul
seluruh pegawainya di kantor kecamatan Tubbi Taramanu agar dapat
memberikan kontribusinya dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di
kecamatan masih kurang. Camat belum mampu membangun motivasi dan
kepercayaan dalam diri setiap pegawainya. Kurangnya perhatian Camat
pada setiap kebutuhan pegawai menjadi salah satu kelemahan Camat dalam
melakukan pendekatan terhadap pegawainya. Hal ini disebabkan karena
terbatasnya hubungan komunikasi yang dilakukan Camat dengan
pegawainya sehingga camat tidak mengetahui apa yang sebenarnya
dibutuhkan oleh para pegawai sehingga dapat memotivasi mereka untuk
bekerja secara efektif dan efisien.
81
BAB VI
PENUTUP
Pada Bab V telah diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
gaya kepemimpinan Camat di Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu sehubungan
dalam memberikan motivasi kepada para pegawainya. Disamping itu telah
dikemukakan pula sejumlah faktor yang mempengaruhi efektivitas gaya
kepemimpinan Camat dalam memberikan motivasi terhadap pegawainya. Dalam
Bab ini akan dikemukakan kesimpulan serta saran-saran yang berhubungan
dengan hasil penelitian.
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan Camat Tubbi Taramanu dalam
memotivasi pegawainya menggunakan gaya kepemimpinan transaksional. Hal ini
dikarenakan Camat cenderung menjanjikan imbalan kepada para pegawainya
(khususnya tenaga honorer) terhadap kinerja mereka. Camat belum mampu
memberikan motivasi secara optimal karena Camat belum mampu mengetahui
kebutuhan psikologis pegawainya yang disebabkan karena Camat kurang dalam
melakukan interaksi dan komunikasi yang baik dengan para pegawainya
sehingga terjadi kekakuan diantara keduanya.
Lingkungan kerja dan kemampuan pribadi yang dimiliki Camat menjadi
faktor penghambat gaya kepemimpinan Camat sehingga menjadi tidak optimal.
Sedangkan Camat memiliki faktor pendukung yang bisa ia gunakan untuk
mengoptimalkan kepemimpinannya agar menjadi lebih baik, antara lain
legitimasi, kepatuhan pegawai, dan motivasi kerja yang dimiliki Camat. Hal-hal ini
82
dapat camat gunakan dalam mencoba membangun hubungan yang baik antara
beliau dengan para pegawainya.
6.2. Saran
Untuk membuat kepemimpinan Camat Tubbi Taramanu dapat lebih baik
lagi, maka hendaknya Camat Tubbi Taramanu dapat mengambil hati dan rasa
simpati para pegawainya dengan menjalin komunikasi yang baik dengan mereka
sehingga Camat dan bawahannya memiliki ikatan emosional dan Camat dapat
mengetahui tingkat kebutuhan setiap pegawainya. Maka dengan begitu akan
terjalin hubungan yang saling menghormati dan menghargai diantara keduanya.
Jadi, tidak akan ada lagi kekakuan atau kecanggungan dalam menjalankan roda
organisasi di Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu. Sehingga pada akhirnya
Camat Tubbi Taramanu dapat merangkul seluruh bawahannya dan memotivasi
mereka untuk bekerjasama dengan baik dalam menjalankan kegiatan organisasi
Pemerintahan di Kecamatan Tubbi Taramanu.
Selain itu lingkungan kerja khususnya pada fasilitas-fasilitas kantor yang
menjadi faktor penghambat dalam peningkatan motivasi kerja pegawai dalam
pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat juga perlu ditingkatkan sehingga
pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya secara efektif. Jadi Dalam
menjalankan kepemimpinannya, Camat harus senantiasa menjadi inspirasi bagi
pegawai. Camat sepatutnya dapat memaksimalkan penyelesaian tugas dan
hubungan kerja dengan para pegawainya sehingga mampu menjadi motivator
yang baik untuk bawahannya serta mampu meningkatkan kinerja organisasi di
Kantor Kecamatan Tubbi Taramanu.
83
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teks
Anoraga, Pandji. 2003. “Psikologi Kepemimpinan”, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Asdy, Ahmad. 2003. “Mandar Dalam Kenangan”, Yayasan Maha Putra Mandar, Sulbar.
Ibrahim, Amin. 2008. “Pokok-pokok Administrasi Publik dan Implementasinya”, PT Refika Aditama, Bandung.
Ilyas, Fairano (Penerjemah). 2008. “Kepemimpinan Yang Memotivasi (Leadership And Motivation by John Adair)”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kartono, Kartini. 2006. “Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Pemimpin Abnormal itu ?”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
LAN, 1985, “Kepemimpinan”, STIA-LAN Press, Jakarta.
Nugraenih P, Diah (Penerjemah). 2003. “Kepemimpinan Yang Mendatangkan Hasil (Leadership That Get Result)”, Amara Books, Yogyakarta.
Pamudji, S. 1995. “Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia”, Bumi Aksara, Jakarta.
Pasolong, Harbani. 2010. “Kepemimpinan Birokrasi”, Alfabeta cv, Bandung.
Rahman, A.Sukirman, 1984. “Sejarah Daerah Mandar”, Balai kajian sejarah dan nilai tradisional, Makassar.
Siagian, Sondang. P. 2003. “Teori dan Praktek Kepemimpinan”, Rineka Cipta., Jakarta.
, 1995. “Teori Motivasi dan Aplikasinya”, Rineka Cipta., Jakarta.
, 1997. “Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi”, Toko Gunung Agung, Jakarta.
Sugiyono. 2011. “Metode Penelitian Administrasi”, Alfabeta cv, Bandung.
84
Sutarto, 1995. “Dasar-dasar Kepemimpinan”, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Suyanto, Bagong, & Sutinah (ed) 2005. “Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan, Kencana, Jakarta.
Thoha, Miftah. 1995. “Kepemimpinan Dalam Manajemen” PT. Grafindo Persada, Jakarta.
Winardi. 2000. “Kepemimpinan dalam Manajemen”, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Wursanto, Ig. 1989. “Manajemen Kepegawaian”, Kanisius, Yogyakarta.
Himpunan Peraturan Perudang-undangan :
Peraturan Daerah Kabupaten Polewali Mandar Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Polewali Mandar.
“Kecamatan, Desa, dan Kelurahan” 2008. FOKUSMEDIA, Bandung.
Pamungkas, Agus. 2011. “Amandemen UUD 1945”, Buku Pintar, Yogyakarta.
“Undang-Undang Otonomi Daerah” 2004. Arkola, Surabaya.
Artikel Internet (e-book)
Fratertelo. “Gaya kepemimpinan situasional”
http://edymartin.wordpress.com/2007/10/19/gaya-kepemimpinan-situasional/
(Diakses tanggal 05 Juli 2012)
Rusmiwari, Sugeng. “Dasar-dasar kepemimpinan Administrasi”
http://sugengrusmiwari.blogspot.com/2012/05/materi-38-efk-dimensi-
kepemimpinan.html (Diakses tanggal 03 Juli 2012)
Wibawa, Dwi Ari. “Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan
Transaksional”
http://kppnrantauprapat.net/...
85
/ Kepemimpinan _ Transaksional _dan_Kepemimpinan_Transformasional.pdf.h
tml (Diakses tanggal 25 Juli 2012)
86