98481445-BAHAN-PAKAN

32
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan merupakan bahan yang sudah dapat di makan, di cerna dan di gunakan oleh hewan. Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan pakan adalah bahan yang bisa di makan (edible). Bahan pakan ternak terdiri dari tanaman dan terkadang berasal dari hewan yang ada di laut, tetapi ternak pada umumnya bergantung pada tanaman sebagai sumber pakannya. Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya sebagai pakan. Pengolahan pakan disini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna, utamanya untuk ternak ruminansia serta peningkatan kandungan protein bahan. Beberapa alternatif pengolahan dapat dilakukan secara fisik (pencacahan, penggilingan dan atau pemanasan), kimia (larutan basa dan atau asam kuat), biologis (mikroorganisme atau enzim) maupun gabungannya. Pengolahan cara fisik dan biologis memerlukan tenaga dan investasi yang cukup tinggi dan dalam skala besar, sering kali menjadi tidak berjalan. Cara kimia dengan amoniasi dirasa merupakan cara yang paling tepat dalam pengolahan ini, karena mudah dilakukan, murah, tidak mencemari lingkungan dan sangat efisien. Silase adalah pakan yang telah diawetkan dibuat dari tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dengan kadar air pada tingkat tertentu yang diisikan pada silo. Pada pengertian yang lain silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam keadaan segar dengan kadar air sekitar 60 70 % didalam suatu tempat yang disebut silo. Sedangkan silo adalah tempat penyimpanan pakan ternak baik yag dibuat didalam tanah atau diatas tanah. Silase dibuat dengan cara fermentasi pada kelembaban yang tinggi. Proses pembuatannya disebut en silage. Hijauan yang baru dipotong kadar airnya sekitar 75 80 %, sehingga untuk menghasilkan silage yang baik hijauan tersebut dilayukan terlebih dahulu 2 4 jam. Potensi jerami padi, khususnya di Indonesia (pulau Jawa) sangat besar. Pada musim hujan para peternak tradisional dapat memberi sapinya dengan hijauan segar yang berlimpah, namun pada musim kemarau (paceklik) sebagian besar petani peternak memberi pakan ternaknya dengan jerami tanpa diolah.

Transcript of 98481445-BAHAN-PAKAN

Page 1: 98481445-BAHAN-PAKAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan makanan merupakan bahan yang sudah dapat di makan, di cerna

dan di gunakan oleh hewan. Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan pakan

adalah bahan yang bisa di makan (edible). Bahan pakan ternak terdiri dari

tanaman dan terkadang berasal dari hewan yang ada di laut, tetapi ternak pada

umumnya bergantung pada tanaman sebagai sumber pakannya.

Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah

limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya

sebagai pakan. Pengolahan pakan disini bertujuan untuk meningkatkan kualitas,

utamanya efektifitas cerna, utamanya untuk ternak ruminansia serta peningkatan

kandungan protein bahan. Beberapa alternatif pengolahan dapat dilakukan secara

fisik (pencacahan, penggilingan dan atau pemanasan), kimia (larutan basa dan

atau asam kuat), biologis (mikroorganisme atau enzim) maupun gabungannya.

Pengolahan cara fisik dan biologis memerlukan tenaga dan investasi yang cukup

tinggi dan dalam skala besar, sering kali menjadi tidak berjalan. Cara kimia

dengan amoniasi dirasa merupakan cara yang paling tepat dalam pengolahan ini,

karena mudah dilakukan, murah, tidak mencemari lingkungan dan sangat efisien.

Silase adalah pakan yang telah diawetkan dibuat dari tanaman yang

dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dengan kadar air pada

tingkat tertentu yang diisikan pada silo. Pada pengertian yang lain silase adalah

hijauan pakan ternak yang disimpan dalam keadaan segar dengan kadar air sekitar

60 70 % didalam suatu tempat yang disebut silo. Sedangkan silo adalah tempat

penyimpanan pakan ternak baik yag dibuat didalam tanah atau diatas tanah. Silase

dibuat dengan cara fermentasi pada kelembaban yang tinggi. Proses

pembuatannya disebut en silage. Hijauan yang baru dipotong kadar airnya sekitar

75 80 %, sehingga untuk menghasilkan silage yang baik hijauan tersebut

dilayukan terlebih dahulu 2 4 jam.

Potensi jerami padi, khususnya di Indonesia (pulau Jawa) sangat besar.

Pada musim hujan para peternak tradisional dapat memberi sapinya dengan

hijauan segar yang berlimpah, namun pada musim kemarau (paceklik) sebagian

besar petani peternak memberi pakan ternaknya dengan jerami tanpa diolah.

Page 2: 98481445-BAHAN-PAKAN

Meskipun jerami ini dapat di makan oleh sapi, namun sebagian tidak tercerna dan

tidak akan menjadikan gemuk bagi ternaknya. Hal ini dikarenakan jerami padi

mempunyai serat kasar yang tinggi (35 40%) dan protein yang rendah (3 - 4%).

Dengan produksi lebih dari 26 juta ton pertahun (di Indonesia), maka sangatlah

sayang kalau potensi jerami ini diabaikan. amoniasi adalah cara pengolahan kimia

menggunakan amoniak (NH3) sebagai bahan kimia yang digunakan untuk

meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N

(proteinnya). Cara ini mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu: sederhana,

diambil dari urea), juga sebagai pengawet, anti aflatoksin, tidak mencemari

lingkungan dan efisien (dapat meningkatkan kecernaan).

Pelet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa

dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat

keambaan pakan. Keuntungan pakan bentuk pelet adalah meningkatkan konsumsi

dan efisiensi pakan, meningkatkan kadar energi metabolis pakan, membunuh

bakteri patogen, menurunkan jumlah pakan yang tercecer, memperpanjang lama

penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan dan mencegah

oksidasi vitamin. Lebih lanjut keuntungan pakan bentuk pelet adalah 1)

meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi

tempat penyimpanan, menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan

penyajian pakan; 2) densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan

mengurangi pakan yang tercecer; 3) mencegah "de-mixing" yaitu peruraian

kembali komponen penyusun pelet sehingga konsumsi pakan sesuai dengan

kebutuhan standar. Proses pengolahan pelet terdiri dari 3 tahap, yaitu pengolahan

pendahuluan, pembuatan pelet dan perlakuan akhir.

Bahan pakan mempunyai kondisi fisik kimia yang berbeda dalam

penanganan. Pengolahan mupun penyimpanan memerlukan perlakuan yang

berbeda. Mengetahui sifat fisik bahan pakan perlu diadakan suatu uji fisik. Sifat

fisik suatu pakan terdiri atas sudut tumpukan, BJ (density), kecepatan tumpukan,

kerapatan pemadatan tumpukan, durrability, hardness, daya ambang, faktor

higroskopis, luas permukaan spesifik dan viscositas. Makanan ternak berisi zat

gizi, untuk keperluan kebutuhan energi dan fungsi-fungsinya sehingga

memungkinkan digunakan dalam prnyusunan ransum. Ransum adalah makan

Page 3: 98481445-BAHAN-PAKAN

yang di berikan kepada ternak tertentu selama 24 jam. Berdasarkan praktikum

yang dilakukan kemarin, kita membuat ransum premix dan konsentrat blok.

1.2. Waktu dan Tempat

1.2.1. Pembuatan Silage dan Jerami Amoniasi

Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 19 Juni 2011 pukul

15.00-17.00. Bertempat di Green House Fakultas peternakan, Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto.

1.2.2. Pembuatan Pellet dan Coplete Feed Block

Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis dan Sabtu tanggal 26 dan 28 Juni

2011, pukul 15.00 - 18.00 WIB dan pukul 13.00-16.00 WIB (hari sabtu).

Bertempat di Green House dan Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak,

Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

1.2.3. Uji Fisik Bahan Pakan

Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 Juni 2011 pukul 15.00

- 18.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak, Fakultas

Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

1.2.4. Evaluasi Silage dan Jerami Amoniasi

Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 Juni 2011 pukul 15.00 - 18.00

WIB. Bertempat di Green House, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto.

4

II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Pembuatan Silage dan Jerami Amoniasi

Saat selesainya praktikum, mahasiswa dapat melaksanakan pemrosesan

pakan hijauan dalam bentuk segar dan mahasiswa paham dan trampil dalam

pembuatan jerami amoniasi. Dengan dikuasainya pemahaman dan ketrampilan

pembuatan pakan awetan hijauan ini, diharapkan mahasiswa yang bekerja di

Page 4: 98481445-BAHAN-PAKAN

bidang penyediaan pakan hijauan dapat menanggulangi kurang tersedianya

hijauan pakan pada musim kemarau, dan pada saat transportasi ternak. Pembuatan

jerami padi bermanfaat untuk ; mengurangi polusi udara dan air, menekan biaya

pakan, meningkatkan kualitas jerami sebagai bahan pakan, dan meningkatkan

ketersediaan pakan hijauan sepanjang waktu.

2.2 Pembuatan Pellet dan Coplete Feed Block

Saat selesainya praktikum, mahasiswa dapat melaksanakan pemrosesan

pembuatan pakan dalam bentuk pellet dan complete feed block. Dengan

dikuasainya pemahaman dan ketrampilan pembuatan pakan komplit ini,

mahasiswa diharapkan mampu menyediakan dan menanggulangi kurang

tersedianya pakan terutama pakan komplit.

2.3 Uji Fisik Bahan Pakan

Saat selesainya praktikum, mahasiswa dapat mengetahui dan

melaksanakan cara uji fisik bahan pakan dengan benar. Dengan mengetahui sifat

fisik bahan pakan, bahan pakan mudah ditangani dala pengangkutan, mudah

untuk diolah dan diproses, dan mudah dijaga homogenitas dan stabilitas saat

pencampuran.

5

2.4 Evaluasi Silage dan Jerami Amoniasi

Saat selesainya praktikum, mahasiswa mampu menilai kualitas silase yang

baik serta jerami amoniasi yang baik. Dengan adanya evaluasi, indikasi

keberhasilan pembuatan silase dan jerami amoniasi bisa diketahui secara

langsung.

6

III.TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pembuatan Silage dan Jerami Amoniasi

Page 5: 98481445-BAHAN-PAKAN

Menurut Abubakar (2007) Silage ialah hijauan makanan ternak yang

disimpan dalam keadaan segar (kadar air 60 70 %), didalam suatu tempat yang

disebut silo. Karena hijauan yang baru dipotong kadar airnya sekitar 75 85 %,

maka untuk bisa memperoleh hasil silage yang baik, hijauan tersebut bisa

dilayukan terlebih dahulu, 2 4 jam. Sedangkan menurut Salim (2002) Silase

adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat dari tanaman yang

dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan lain-lain dengan

kandungan air pada tingkat tertentu yang disimpan dalam suatu tempat yang

kedap udara. Dalam tempat tersebut, bakteri anaerob akan menggunakan gula

pada bah an material dan akan terjadi proses fermentasi dengan memproduksi

asam-asam lemak terbang terutama asam laktat dan sedikit asam asetat, propionat,

dan butirat (Hernaman, 2007). Selama ensilase, sebagian protein bahan akan

mengalami fermentasi menjadi asam-asam amino, non protein nitrogen, dan

amonia (Salawu, et al. 1999; Sapienza dan Bolsen, 1993).

Salah satu limbah pertanian yang cukup potensial untuk dimanfaatkan

sebagai pakan alternatif pengganti hijauan adalah jerami padi. Zulkarnaini (2009)

menyatakan bahwa jerami padi merupakan hasil ikutan pertanian yang

produksinya cukup tinggi dan tersedia sepanjang tahun. Untuk meningkatkan nilai

gizi dan kecernaan jerami padi, perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu

sebelum diberikan kepada ternak. Salah satunya adalah dengan amoniasi dengan

urea yang merupakan perlakuan alkalinasi. Adanya perlakuan alkali dapat

merenggangkan ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa sehingga ikatanya

lebih longgar, dengan demikian akan memudahkan mikroorganisme

memfermentasi selulosa dan hemiselulosa jerami padi.

7

3.2 Pembuatan Pellet dan Coplete Feed Block

Page 6: 98481445-BAHAN-PAKAN

Menurut Iwan (2009) Pelet merupakan bentuk bahan pakan yang

dipadatkan sedemikian rupa dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan

untuk mengurangi sifat keambaan pakan. Keuntungan pakan bentuk pelet adalah

meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan, meningkatkan kadar energi

metabolis pakan, membunuh bakteri patogen, menurunkan jumlah pakan yang

tercecer, memperpanjang lama penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat

nutrisi pakan dan mencegah oksidasi vitamin. Parakkasi (1999) menjelaskan lebih

lanjut keuntungan pakan bentuk pelet adalah 1). meningkatkan densitas pakan

sehingga mengurangi keambaan, mengurangi tempat penyimpanan, menekan

biaya transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian pakan; 2). densitas

yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang

tercecer; 3). mencegah de-mixing yaitu peruraian kembali komponen penyusun

pelet sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar. Proses

pengolahan pelet terdiri dari 3 tahap, yaitu pengolahan pendahuluan, pembuatan

pelet dan perlakuan akhir.

Menurut Herdian (2006) Pakan komplit blok adalah pakan yang dianggap

sebagai pakan dengan kandungan ransum terlengkap (Total Mixed Ration). Pakan

ini merupakan pakan yang memiliki kandungan lengkap bahan pakan yang

meliputi sumber hijauan dan konsentrat yang dibuat blok.

3.3 Uji Fisik Bahan Pakan

Industri pakan ternak selalu melibatkan berbagai bahan pakan untuk

menyusun pakan. Pakan ditetapkan mengacu pada spesifikasi tertentu dengan

dasar nutrien zat gizi. Bahan pakan penyusun ransum terdiri atas beragam kulitas

yang mempengaruhi kualitas ransum. Berbagai metode diterapkan untuk

mengetahui kualitas pakan, seperti uji fisik, kimia maupun mikroskopik. Metode

mikroskopik dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Dengan

Page 7: 98481445-BAHAN-PAKAN

menggunakan mikroskop kita dapat melihat tekstur bahan pakan secara jelas.

8

Menurut Suparjo (2008) pengujian bahan pakan secara fisik merupakan

analisis pakan dengan cara melihat keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik bahan

pakan dapat dilakukan secara langsung (makroskopis) maupun dengan alat

(mikroskopis). Pengujian secara fisik disamping untuk mengenali bahan pakan

secara fisik, juga dapat untuk mengevaluasi bahan pakan secara kualitatif.

Pengujian bahan pakan secara fisik dan mikroskopik sangat bermanfaat dalam

penyusunan ransom. Hal ini dikarenakan penyusunan bahan pakan sendiri sangat

dipengaruhi oleh ukuran partikel, jumlah partikel, bentuk partikel, densitas,

kemampuan elektrolisitas, sifat higroskopis dan florvabilitas (Axe, 1995).

3.4 Evaluasi Silage dan Jerami Amoniasi

Saat pembuatan silase ada tiga faktor yang berpengaruh. Pertama: hijauan

yang cocok dibuat silase adalah rumput, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol

jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi. Kedua : penambahan zat aditif

untuk meningkatkan kualitas silase. Beberapa zat aditif adalah limbah ternak

(manure ayam dan babi), urea, air, molases. Aditif digunakan untuk meningkatkan

kadar protein atau karbohidrat pada material pakan. Biasanya kualitas pakan yang

rendah memerlukan aditif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Ketiga :

kadar air yang tinggi berpengaruh dalam pembuatan silase. Kadar air yang

berlebihan menyebabkan tumbuhnya jamur dan akan menghasilkan asam yang

tidak diinginkan seperti asam butirat. Kadar air yang rendah menyebabkan suhu

menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai resiko yang tinggi terhadap

kebakaran (Pioner Development foundation, 1991 dalam Diana, 2004).

Kartasudjana (2001) mengatakan bahwa kualitas silase yang baik,

mencakup hal-hal berikut, antara lain :

Page 8: 98481445-BAHAN-PAKAN

1. pH sekitar 4

2. Kandungan air 60-70%.

3. Bau segar dan bukan berbau busuk.�

4. Warna hijau masih jelas.

5. Tidak berlendir

6. Tidak berbau mentega tengik.

9

Sedangkan menurut Ratnakomala (2009) Ciri-ciri silase yang baik antara

lain rasa dan bau asam, warna masih hijau (bukan coklat), tekstur hijauan masih

jelas seperti alaminya, tidak berjamur, tidak menggumpal, tidak berlendir, secara

laboratoris banyak mengandung asam laktat, kadar N (amonia) rendah kurang dari

10 %, tidak mengandung asam btirat, pH rendah 3,5 4.

Guna menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan

bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini

adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan

diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu, jerami harus dalam kondisi

kering, tidak boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam

keadaan baik (tidak busuk atau rusak) (Shieddiqi, 2005). Jika telah diperoleh

bahan jerami yang berkualitas, maka langkah selanjutnya adalah penimbangan

dan pengikatan. Penimbangan dilakukan agar diperoleh jerami amoniasi yang

sesuai dengan kebutuhan peternak. Sebelum diikat, jerami harus dimasukkan

terlebih dahulu ke dalam kotak kayu berbentuk balok dengan tinggi sekira 50 cm.

Kotak kayu tersebut berfungsi untuk mengemas jerami menjadi padat dan

berbentuk balok sehingga akan memudahkan penanganan. Setelah diikat, jerami

tersebut dapat dikeluarkan kembali dari kotak kayu (Shieddiqi, 2005).

10

Page 9: 98481445-BAHAN-PAKAN

IV. MATERI DAN CARA KERJA

4.1. Materi

4.1.1 Pembuatan Silage dan Jerami Amoniasi

4.1.1.1 pembuatan Silase

a. Bahan : Rumput gajah 4kg, Dedak 8%.

b. Alat : Kantong Plastik, tali, pencacah rumput (bendo dan tatakan kayu),

tampah atau wadah, kertas tag, timbangan.

4.1.1.2 Pembuatan Jerami Amoniasi

a. Bahan : jerami padi 5kg, urea 200gr, dan air 30%.

b. Alat : timbangan, kantong plastic, tali karet, pencacah (bendo dan tatakan),

literan, tempat air (ember dan gayung).

4.1.2 Pakan Komplit Feed (Pellet dan Komplit Feed Block)

a. Bahan : Daun singkong dan Kaliandra yang sudah digiling halus, pollard,

bekatul, onggok, mineral, kulit telur, tetes.

b. Alat : Autoklaf, mesin pencetak pellet (farm pelleter).

4.1.3 Uji Fisik

a. Bahan :

a.1 Durability : Pellet 300gr

a.2 Sudut Tumpukan : Pellet 200gr

a.3 Berat Jenis : Pellet

a.4 Hardness : Pellet sebanyak 10 sampel

b. Alat :

b.1 Durability : Mesin Durability, baskom, ayakan.

a.2 Sudut Tumpukan : corong, penggaris, besi penyangga, timbangan analitik.

a.3 Berat Jenis : gelas ukur, timbangan.

a.4 Hardness : Hard Pellet Tester.

Page 10: 98481445-BAHAN-PAKAN

11

4.1.4 Evaluasi Silase dan Jeraami Amoniasi

Bahan :

o Silase umur 3 minggu

o Plastik

o Kertas lakmus

o Aquades

Alat :

� beker glass

� gunting

4.2. Cara Kerja

4.2.1 Pembuatan Silase dan Jerami Amoniasi

4.2.1.1 Silase

Rumput gajah yang sudah dipanen dicacah sepanjang 5-10 cm

Menentukan kadar air dengan mengambil 50 g sampel rumput diambil

dioven (105 C)

di timbang secara periodic sampai bobotnya konstan (tetap)

hitung kadar air rumput segar secara kasar

Melayukan rumput gajah dengan menimbang rumput 5kg

dilayukan dalam ruang

Timbang bobot setelah layu

Hitung kadar air setelah layu

Menimbang bahan pengawet

Mencampur bahan pengawet dengan rumput layu.

12

Memasukan dan memadatkan campuran ke dalam kantong plastik

Page 11: 98481445-BAHAN-PAKAN

Mengikat kantong plastic dengan tali

Menyimpan kantong plastic dan isinya di tempat yang teduh dan sejuk.

Membongkar dan mengevaluasi hasil silase.

4.2.1.2 Amoniasi

Menimbang jerami 5kg

Mencacah jerami.

Menimbang urea (3-6) % x bobot kering jerami.

Menakar air 30%

Melarutkan urea dalam air

Mencampur jerami dengan larutan urea

Memasukan dan memadatkan jerami ke dalam kantong.

Mengikat dan menyimpan kantong plastic selama 1 bulan.

Membongkar kantong plastic dan menganalisa kualitas jerami amoniasi.

4.2.2 Pembuatan Pellet Dan Complete Feed Blok

4.2.2.1 Pellet

Menyiapkan Daun singkong dan kaliandra digiling halus

Timbang bahan pakan sesuai formula dan campurkan secara merata.

Steam campuran pakan

Masukkan dalam alat pellet

Keringkan pellet

13

Masukkan pellet dalam wadah.

4.2.2.2 Komplit Feed Block

Siapkan formula pakan yang akan dibuat, digiling halus

Timbang bahan pakan sesuai formula dan campurkan secara merata.

Steam campuran pakan

Page 12: 98481445-BAHAN-PAKAN

Masukkan dalam alat cetak blok.

Keringkan complete feed blok

Masukkan complete feed blok dalam wadah atau kemasan.

4.2.3 Uji Fisik

4.2.3.1 Durability

Sampel Ditimbang Sebanyak 300gr

Dimasukan ke dalam mesin Durability

Mesin dinyalakan selama 10 menit

Dikeluarkan kemudian di ayak

Dihitung durability

4.2.3.2 Sudut Tumpukan

Corong pada besi penyangga dipasang

Bahan yang akan diukur sebanyak 200 gram ditimbang

Bahan tersebut dituang melalui corong

Diameter atau curahan bahan diukur

Tinggi atau curahan bahan diukur

14

4.2.3.3 Berat Jenis

Gelas ukur 100 ml ditimbang

Sampel dimasukkan ke dalam gelas tersebut sampai volume 100 ml

Ditimbang gelas ukur yang berisi sampel

4.2.3.4 Hardness

Cincin dipaskan sampai angka 0

Pellet ditekan sampai retak

Dilihat angka pada alat Hard Pellet Tester

4.2.4 Evaluasi Silase dan Jerami Amoniasi

Page 13: 98481445-BAHAN-PAKAN

Silase dan jerami amoniasi umur 3 minggu di buka

Hasil diamati

Uji pH nya

Ambil sampel jerami dan air silase

Aquades di masukan ke dalam beker glas sebanyak 50 ml

Sediakan kertas lakmus dan dicelupkan ke dalam aquades dan air silase

Bandingkan dengan indikator

15

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

5.1.1. Silase

NO Kriteria Kualitas

1. Sifat Fisik Sedang

2. Bau Asam segar (+)

3. Warna Hijau Pucat (++)

4. Tekstur Remah

5. Struktur Mudah membedakan daun dengan batang

6. pH 5,5

Bobot wadah sebelum di oven = 10,1 gr

Bobot wadah setelah di oven = 9,7 gr

Bruto = 22,8 gr

Netto = Bruto-Bobot wadah setelah di oven

= 22,8-9,7

= 13,1 gr

# 100- Bobot wadah setelah di oven

= 100-9,7

Page 14: 98481445-BAHAN-PAKAN

= 90,3 gr

KA awal = 100-13,1 = 86,9%

KA akhir = 86,9 x 100%

100

= 4,345 kg

Setelah layu berkurang 1 kg airnya maka 4,345-1 = 3,345 kg

KA setelah layu 3,345 X 100 % = 83,625%, turun 3 %.

4

16

5.1.2. Amoniasi

NO Kriteria Kualitas

1. Warna Hijau kecoklatan

2. Tekstur Remah

3. Struktur Mudah membedakan daun dengan batang

4. Kenampakan Jamur -

5. pH 8

5.1.3. Pakan Komplit Feed

5.1.3.1. Pellet

Tekstur keras, struktur lonjong pendek.

5.1.3.2. Komplit Feed Block

Tekstur keras, struktur kotak kecil, berjamur.

5.1.4. Uji Fisik

5.1.4.1. Durability

Durability = Berat Sampel sebelum ditumbling x 100%

Berat Sampel setelah ditumbling dan diayak

= 277,5 x 100%

Page 15: 98481445-BAHAN-PAKAN

300

= 92,5%

5.1.4.2. Sudut Tumpukan

Tinggi : 6,2 cm

Diameter : 26 cm

Tan

D

2t

� �

= 2 x 3,6

26

= 0,405

� � 25,50

17

5.1.4.3. Berat Jenis

Berat gelas ukur = 123,8

Berat gelas + sampel = 152,2

Berat = 152,2-123,8 = 28,4

BJ = Berat

Volume

= 28,4

100

= 0,284 gr/ml

5.1.4.4. Hardness

Sampel 1 = 25 lbs

Sampel 2 = 25 lbs

Page 16: 98481445-BAHAN-PAKAN

Sampel 3 = 25 lbs

Sampel 4 = 25 lbs

Sampel 5 = 25 lbs

Sampel 6 = 25 lbs

Sampel 7 = 25 lbs

Sampel 8 = 20,5 lbs

Sampel 9 = 22,5 lbs

Sampel 10 = 24,5 lbs

Rata-rata Hardness = 24,25 lbs

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pembuatan Silase dan Jerami Amoniasi

Silase adalah awetan hijauan yang difermentasi. Sesuai dengan pendapat

Rukmana (2001) yang mengemukakan bahwa silase dapat didefinisikan sebagai

hijauan pakan segar yang disimpan dalam satu tempat yang kedap udara

(anaerob). Sedangkan menurut Nevy (2008) silase adalah bahan pakan ternak

berupa hijauan (rumput-rumputan dan leguminosa) yang disimpan dalam bentuk

18

segar mengalami proses ensilase. Menurut Aak (1985) pembuatan silase hanya

memiliki dua prinsip yaitu;

1. Keadaan hampa udara

Prinsip ini dapat dilaksanakan dengan penyimpanan hijauan makanan ternak

yang dilakukan di didalam tempat yang tertutup rapat dan dengan penimbunan

hijauan yang dipadatkan.

2. Suasana asam

Untuk mencegah adanya organisme di dalam penyimpanan yang tidak

dikehendaki, karena organisme tersebut bisa mengakibatkan terjadinya

Page 17: 98481445-BAHAN-PAKAN

pembusukan yakni pembentukan asam butirat yang tidak dikehendaki maka dapat

diusahakan dengan penurunan pH di dalam silo secepat mungkin. Sedangkan

menurut Nevy (2008) prinsip utama pembuatan silase adalah menghentikan

pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman, mengubah karbohidrat menjadi asam

laktat melalui proses fermentasi kedap uadara, menahan aktivitas enzim dan

bakteri pembusuk, dan mempercepat atau keadaan hampa udara (anaerob).

Tujuan utama pembuatan silage adalah untuk memaksimumkan

pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan

ternak lainnya, agar bisa di disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk

kemudian di berikan sebagai pakan bagi ternak. Sehingga dapat mengatasi

kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau (Toni, 2008).

Sedangkan menurut Darmono (1993) tujuan pembuatan silase antara lain untuk

mengatasi kekurangan makanan ternak pada musim kemarau atau musim

paceklik, untuk menampung kelebihan produksi hijauan pakan ternak atau

memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik tetapi belum dimanfaatkan.

memanfaatkan hasil sisa pertanian atau ikutan pertanian.

Supaya hasil silase baik perlu diperhatikan beberapa faktor diantaranya

adalah jenis hijauan yang digunakan, penambahan zat aditif dan kadar air. Hal ini

sesuai dengan pendapat Pioner Development foundation (1991) dalam Diana

(2004) yang mengemukakan bahwa dalam pembuatan silase ada tiga faktor yang

berpengaruh. Pertama: hijauan yang cocok dibuat silase adalah rumput, tanaman

tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi.

19

Kedua : penambahan zat aditif untuk meningkatkan kualitas silase. Beberapa zat

aditif adalah limbah ternak (manure ayam dan babi), urea, air, molases. Aditif

digunakan untuk meningkatkan kadar protein atau karbohidrat pada material

Page 18: 98481445-BAHAN-PAKAN

pakan. Biasanya kualitas pakan yang rendah memerlukan aditif untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi ternak. Ketiga : kadar air yang tinggi berpengaruh dalam

pembuatan silase. Kadar air yang berlebihan menyebabkan tumbuhnya jamur dan

akan menghasilkan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat. Kadar air

yang rendah menyebabkan suhu menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai

resiko yang tinggi terhadap kebakaran.

Jerami merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal

setelah dipanen butir buahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Komar (1984) yang

menyatakan bahwa jerami padi adalah bagian batang tanaman setelah dipanen

butir-butir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi akar dan bagian

batang yang tertinggal setelah disabit batanganya. Jerami padi sebagai limbah

pertanian mengandung nutrient yang sangat rendah yaitu protein kasra 4,1% dan

dinding sel 86%, sehoinngga apabila diberikan pakan tunggal bagi ternak sulit

untuk memenuhi kebutuhan ternak akan nutrient, walaupun pemeberiannya secara

ad libitum (Dixon, 1986).

Dosis urea yang ditaburkan pada saat praktikum adala 4 % dari bobot 5 kg

jerami kering. Hal ini suseai dengan pendapat Schiere & Ibrahim (1989) at

Shieddiqi (2005) dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami jumlahnya sekira

4%-6% dari berat jerami. Dengan kata lain, setiap 100 kg jerami padi yang akan

diamoniasi membutuhkan urea sebanyak 4-6 kg. Jika dosis urea yang ditaburkan

ke dalam jerami terlalu banyak, maka urea tersebut tidak akan memberikan

pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami.

Jerami yang telah ditaburi urea harus segera dibungkus dengan rapat.

Bahan pembungkus yang digunakan biasanya berupa lembaran plastik dengan

ketebalan yang cukup memadai. Pembungkusan ini sangat penting dilakukan agar

tercipta kondisi hampa udara (an-aerob). Proses amoniasi harus berlangsung

Page 19: 98481445-BAHAN-PAKAN

tanpa kehadiran udara, sehingga pembungkusan harus dilakukan secara hati-hati.

Untuk mencegah kebocoran, jerami yang telah ditaburi urea dapat dibungkus

20

dengan lembaran plastik sebanyak dua lapis atau lebih (Schiere & Ibrahim,1989 at

Shieddiqi, 2005).

Teknik amoniasi dapat mengubah jerami menjadi makanan ternak yang

potensial dan berkualitas karena dapat meningkatkan daya cerna dan kandungan

proteinnya. Sejumlah negara di dunia seperti, Tunisia, Mesir, dan Algeria telah

melakukan teknik amoniasi jerami padi ini sejak lebih dari 15 tahun yang lalu

(Chenost, 1997 at Shieddiqi, 2005). Prinsip dalam teknik amoniasi ini adalah

penggunaan urea sebagai sumber amoniak yang dicampurkan ke dalam jerami.

Urea yang akan dicampurkan tersebut dapat dilarutkan ke dalam air terlebih

dahulu (cara basah) atau langsung ditaburkan pada setiap lapisan jerami yang akan

diamoniasi (cara kering). Pencampuran urea dengan jerami harus dilakukan dalam

kondisi hampa udara (an-aerob) dan proses amoniasi jerami ini memerlukan

penyimpanan selama satu bulan.

Teknik amoniasi dapat meningkatkan daya cerna jerami. Ternak akan

lebih mudah mengonsumsi jerami hasil amoniasi dibandingkan dengan jerami

yang tidak diolah. Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan

ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silika yang merupakan faktor penyebab

rendahnya daya cerna jerami bagi ternak. Lignin merupakan zat kompleks yang

tidak dapat dicerna oleh ternak. Lignin ini terkandung dalam bagian fibrosa dari

akar, batang, dan daun pada tumbuhan. Jerami dan rumput-rumput kering

mengandung lignin yang sangat banyak (Chenost, 1997 at Shieddiqi, 2005).

Selulosa adalah suatu polisakarida yang mempunyai formula umum seperti pati.

Terdapat sebagian besar dalam dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari

Page 20: 98481445-BAHAN-PAKAN

tumbuh-tumbuhan. Kapas hampir merupakan selulosa murni. Selulosa tidak dapat

dicerna dan tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan kecuali pada hewan

ruminansia (sapi, domba, dan kambing) yang mempunyai mikroorganisme

selulotik dalam rumennya. Mikroba tersebut dapat mencerna selulosa dan

memungkinkan hasil akhir dari pencernaan bermanfaat bagi hewan (Anggorodi,

1984 at Shieddiqi, 2005).

Guna menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan

bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini

21

adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan

diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu, jerami harus dalam kondisi

kering, tidak boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam

keadaan baik (tidak busuk atau rusak) (Shieddiqi, 2005). Jika telah diperoleh

bahan jerami yang berkualitas, maka langkah selanjutnya adalah penimbangan

dan pengikatan. Penimbangan dilakukan agar diperoleh jerami amoniasi yang

sesuai dengan kebutuhan peternak. Sebelum diikat, jerami harus dimasukkan

terlebih dahulu ke dalam kotak kayu berbentuk balok dengan tinggi sekira 50 cm.

Kotak kayu tersebut berfungsi untuk mengemas jerami menjadi padat dan

berbentuk balok sehingga akan memudahkan penanganan. Setelah diikat, jerami

tersebut dapat dikeluarkan kembali dari kotak kayu (Shieddiqi, 2005).

Manfaat dari pengolahan amoniasi adalah memotong ikatan rantai tadi dan

membebaskan sellulosa dan hemisellulosa agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh

ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan jerami padi.

Dalam hal ini ikatan tadi lepas diganti mengikat NH3 , dan sellulosa serta

hemisellulosa lepas. Ini semua berakibat pada kecernaan meningkat, juga kadar

protein jerami padi meningkat; NH3 yang terikat berubah menjadi senyawa

Page 21: 98481445-BAHAN-PAKAN

sumber protein. Dengan demikian keuntungan amoniasi adalah kecernaan

meningkat, protein jerami meningkat, menghambat pertumbuhan jamur dan

memusnahkan telur cacing yang terdapat dalam jerami. Fungsi amoniak (NH3)

disini adalah sebagai pengubah komposisi dan struktur dinding sel yang berperan

untuk membebaskan ikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa. Hal

ini sejalan dengan pendapat Komar (1984) yang menyatakan bahwa sama halnya

dengan unsur alakali yang lainya, amoniak menyebabkan perubahan konposisi

dan struktur dinding sel yang berperan untuk membebaskan ikatan antara lignin

dengan selulosa dan heniselulosa. Reaksi kimia yang terjadi (dengan memotong

jembatan hidrogen) menyebabkan mengembangnya jaringan dan meningkatkan

pleksinilitas dinding sel hingga memudahkan penetrasi (penerobosan) oleh enzim

selulase yang dihasilkan oleh mikroba.

Teknik amoniasi dapat meningkatkan kualitas gizi jerami padi agar dapat

bermanfaat bagi ternak. Teknik amoniasi ini dapat menambah kadar protein kasar

22

(crude protein) dalam jerami. Kadar protein kasar tersebut diperoleh dari amoniak

di dalam urea yang berperan dalam memuaikan serat selulosa. Pemuaian ini

memudahkan penetrasi enzim selulosa dan meningkatkan kandungan protein

kasar melalui peresapan nitrogen dalam urea. Jerami padi yang telah diamoniasi

memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan jerami yang tidak diolah.

Proses amoniasi sangat efektif dalam menghilangkan alfatoksin dalam jerami.

Jerami yang telah diamoniasi akan terbebas dari kontaminasi mikroorganisme jika

jerami tersebut telah diolah dengan mengikuti prosedur yang benar secara hatihati.

5.2.2 Pembuatan Pellet dan Complete Feed Blok

5.2.2.1 Pembuatan Pellet

Pelet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa

Page 22: 98481445-BAHAN-PAKAN

dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat

keambaan pakan. Menurut Iwan (2009) Pelet merupakan bentuk bahan pakan

yang dipadatkan sedemikian rupa dari bahan konsentrat atau hijauan dengan

tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan. Keuntungan pakan bentuk pelet

adalah meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan, meningkatkan kadar energi

metabolis pakan, membunuh bakteri patogen, menurunkan jumlah pakan yang

tercecer, memperpanjang lama penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat

nutrisi pakan dan mencegah oksidasi vitamin. Menjelaskan lebih lanjut

keuntungan pakan bentuk pelet adalah 1). meningkatkan densitas pakan sehingga

mengurangi keambaan, mengurangi tempat penyimpanan, menekan biaya

transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian pakan; 2). densitas yang

tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer;

3). mencegah de-mixing yaitu peruraian kembali komponen penyusun pelet

sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar. Proses pengolahan

pelet terdiri dari 3 tahap, yaitu pengolahan pendahuluan, pembuatan pelet dan

perlakuan akhir.

23

5.2.2.2 Pembuatan Complete feed Blok

Ada beberapa pengertian tentang konsentrat, antara lain:

1. Pengertian dari bahan pakan yaitu bahan pakan yang mempunyai kadar

karbohidrat atau protein tinggi, oleh karena itu bias sebagai sumber energi

atau sumber protein.

2. Pengertian dalam pakan unggas adalah campuran dari beberapa bahan pakan

yang mengandung protein, vitamin dan mineral tinggi. Penggunaanya sebagai

ransum unggas harus dicampur dengan bahan sumber energi lain misalnya

jagung dan dedak padi.

Page 23: 98481445-BAHAN-PAKAN

3. Pengertian dalam pakan ruminansia adalah makanan penguat yaitu pakan

tambahan untuk mencukupi kebutuhan ternak disamping rumput dan air.

(Sutardi, 2003).

Untuk mendapatkan kualitas ransum yang baik maka pemilihan kualitas

konsentrat menjadi persyaratan utama. Secara umum konsentratyang baik harus

mengandung:

a. Sumber energi misalnya jagung, serelia, umbi- umbian atau hasil pertanian,

b. Sumber protein misalnya legume, ikutan pengolahan minyak nabati, produk

hewani atau sisa dan atau limbahnya.

5.2.3 Uji Fisik

Industri pakan ternak selalu melibatkan berbagai bahan pakan untuk

menyusun pakan. Pakan ditetapkan mengacu pada spesifikasi tertentu dengan

dasar nutrien zat gizi. Bahan pakan penyusun ransum terdiri atas beragam kulitas

yang mempengaruhi kualitas ransum. Berbagai metode diterapkan untuk

mengetahui kualitas pakan, seperti uji fisik, kimia maupun mikroskopik. Metode

mikroskopik dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Dengan

menggunakan mikroskop kita dapat melihat tekstur bahan pakan secara jelas.

Pengujian bahan pakan secara fisik dan mikroskopik sangat bermanfaat

dalam penyusunan ransom. Hal ini dikarenakan penyusunan bahan pakan sendiri

sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel, jumlah partikel, bentuk partikel, densitas,

kemampuan elektrolisitas, sifat higroskopis dan florvabilitas (Axe, 1995).

24

Uji mikroskopik juga berguna untuk penyusunan ransum, uji mikroskopik

juga berguna untuk melihat apakah pakan masih layak makan atau tidak. Misalnya

pada onggok atau bungkil kelapa jika warnanya sudah coklat maka sudah tidak

layak untuk dimakan lagi. Hal ini dikarenakan telah terjadi proses browning

Page 24: 98481445-BAHAN-PAKAN

antara karbohidrat, sehingga nilai nutrisinya turun.

Uji fisik juga berguna untuk mengetahui kualitas dari suatu bahan pakan.

Selain itu, dengan uji fisik kita daapt mengetahui kecepatan kecernaan dari suatu

bahan pakan misalnya dengan uji densitas dan daya ambang. Uji fisik pada

praktikum ini meliputi sudut tumpukan, durability, hardness dan uji density dan

sample yang digunakan adalah pellet. Sudut tumpukan diukur mengikuti teknik

yang dilukiskan oleh Svanovky yaitu sampel dicurahkan terus melalui corong

sampai membentuk gundukan yang mengkrucut pada bidang datar kemudian

dihitung. praktikum uji mikroskopik juga diperoleh sudut tumpukan sebesar

25,5�.

Densitas digunakan untuk mengetahui kekompakan dan tekstur pakan . tekstur

pakan yang kompak akan tahan terhadap proses penekanan sehinggga ikatan

antara partikel penyusun pakan menjadi kuat dan ruang antara partikel penyusun

pakan menjadi sangat kuat dan ruang antara partikel bahan pakan tidak terisi

rongga udara. Salah satu contoh dari pengaruh densitas adalah pembuatan pellet.

menyatakan bahwa dua factor yang mempengaruhi ketahanan serta sifat pellet

yaitu karakteristik bahan dan ukuran pertikel . hal ini juga diperkuat pendapat

Anggorodi (1994) bahwa ukuran partikel yang kecil akan menyebabkan pellet

semakin kuat. Jadi hasil yang didapatkan sesuai dengan pendapat Anggorodi

(1994). Factor lain yang mempengaruhi kekerasan pellet adalah kadar kehalusan

bahan pakan. Sifat sifat fisik partikel ditentukan oleh asal bahan dan proses

pengolahannya , salah satu sifat yang sangat penting dari pakan bentuk granula

dan tepung adalah ukuran partikel serta distribusi ukuran. Pengamatan sifat fisik

meliputi densitas, kekerasan , stabilitas pellet, berat jenis dan kadar air.

Pengamatan terhadap sifat fisik pellet merupakan bagian penting untuk

mengetahui mutu pellet yang dihasilkan.

Page 25: 98481445-BAHAN-PAKAN

Densitas diperoleh dengan membagi massa atau berat denagn volumenya.

Densitas akan mempengaruhi kerapatan tumpukan daya ambang, homogenitas,

25

stabilitas campuran serta kecepatan penakaran (Khalil, 1997). Densitas adalah

salah satu sifat dasar setiap bahan dalam halproduk granular beberapa tipe

densitas telah didefinisikan. Berdasarkan hasil praktikum didapat berat

jenis/densitas pellet sebesar 0,284 gr. Uji selanjutnya adalah uji hardness,

Menurut Widiyastuti (2004) salah satu kriteria kualitas fisik yang harus dimiliki

oleh pelet adalah kekerasan atau tahan terhadap tekanan yang dapat menimbulkan

atrisi. Kekerasan pellet merupakan suatu respon terhadap atrisi yang bersifat

fragmentasi. Hal ini penting terutama pada saat transportasi, adanya segregasi atau

fragmentasi pelet dapat memperbesar distribusi ukuran partikel yang akan

berakibat pada tidak terjaminya homogenitas nutrien. Hasil praktiku menunjukan

rataan kekerasan pelet antara 17,75 lb (8,06 kg) sampai 24,55 lb (11,15 kg).

Kekerasan pellet (hardness) pakan dengan ukuran diameter 6-8 mm minimal

6,5 kg. Sedangkan hasil pengukuran pellet pakan komplit menunjukan variasi

yang lebar ini disebabkan karena pengaruh formulasi dan bahan pengikat yang

berbeda, hal ini sesuai didukung oleh Tabil et al. (1997) yang menyatakan bahwa

nilai hardness mempunyai variasi yang lebar yang disebabkan oleh beberapa hal

yaitu (a) variasi panjang pelet, pelet yang lebih panjang biasanya memerlukan

kekuatan pemecahan yang lebih besar di banding dengan pelet yang pendek, (b)

adanya keretakan pada pelet, (c) pada beberapa kasus disebabkan karena kompresi

yang diterima oleh bahan selama pembuatan pelet berbeda-beda.

Durability yaitu jumlah pelet yang kembali dalam keadaan utuh setelah

diaduk dengan mekanik. Sesuai pendapat Anonim (2009) yang menyatakan

bahwa Durabilitas yaitu jumlah pellet yang kembali dalam keadaan utuh setelah

Page 26: 98481445-BAHAN-PAKAN

diaduk dengan mekanik (pneumatic). Definisi lain menjelaskan bahwa durabilitas

pellet adalah ketahanan partikel pellet yang dirumuskan sehingga persentase dari

banyaknya pakan pellet utuh setelah melalui perlakuan fisik dalam alat uji

durabilitas terhadap jumlah pakan semula sebelum dimasukkan kedalam alat.

Pellet yang baik mempunyai durabilitas di atas 90 % atau kandungan tepung di

bawah 10 %. Nilai durabilitas pellet sangat ditentukan oleh penggunaan bahan

baku dalam formulasi pakan dan teknis operasional pellet mill. Nilai durabilitas

pellet sangat ditentukan oleh penggunaan bahan baku terutama binder dalam

26

formulasi dan teknis operasional pada saat pencetakan pellet yang diproses

tekanan steam dan pemanasan yang ditimbulkan akibat steam , dinding tabung

dan bahan durabilitas pellet tergantung pada pati yang tergelatinisasi. Pada proses

pemasakan selama pembuatan pellet. Durabilitas diperoleh dengan membagi berat

pellet setelah perlakuan fisik dalam alat ditimbang dibagi berat pellet sebelumnya

dikali 100 %. Dari hasil yang diperoleh disebutkan bahwa uji durability pada pelet

pakan komplit adalah 92,5 %. Hal ini bisa disimpulkan bahwa pelet yang

dihasilkan memiliki kualitas yang baik dibuktikan bahwa hasil uji durability yang

cukup jelas yaitu 92,5 %. Didukung oleh pendapat Widiyastuti dkk (2004) yang

menyebutkan bahwa pelet yang baik mempunyai durabilitas yang tinggi terutama

pada kondisi penyimpanan atau transportasi, rendahnya segresi menyebabkan

kestabilan ukuran partikel pellet dan kekompakan nutrien yang terkandung pada

tiap butir pellet akan terjamin.

5.2.4 Evaluasi Silase dan Jerami Amoniasi

Pembuatan silase pada temperatur 27-35º dan pH 4,2 4,8 menghasilkan

silase dengan kualitas yang baik (Abubakar, 2007). Herdian (2006) menyatakan

bahwa bahan aditif sengaja ditambahkan dalam pembuatan silase untuk

Page 27: 98481445-BAHAN-PAKAN

menstimulasi fermentasi, karena dengan penambahan bahan aditif baik berupa

bahan kimia (Na-bisulfat, sulfur dioksida, asam klorida) maupun bahan sumber

karbohidrat (misal : tetes 3%, dedak halus 5%, menir 3,5%, onggok 3%) akan

tercipta suasana asam. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan hijauan pakan

dipotong-potong adalah untuk memperoleh pemadatan yang baik sehingga

memperkecil kantong udara dan memperoleh keadaan hampa udara. silo yang

tidak rapat menyebabkan tumbuhnya jamur. Silase yang baik dapat diketahui

melalui uji organoleptik dan pengujian secara kimiawi. Secara organoleptik

ciriciri

silase yang baik antara lain: (1) mempunyai tekstur segar, (2) berwarna

kehijau-hijauan, (3) tidak berbau, (4) disukai ternak, (5) tidak berjamur dan (6)

tidak menggumpal. Pengujian secara kimiawi dilakukan dengan cara menganalisa

bahan pakan tersebut di laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisinya

melalui analisis proksimat yang meliputi analisis kadar air, abu, protein kasar,

27

lemak kasar dan serat kasar sedangkan pengujian secara biologis dilakukan

dengan cara menggunakan ternak sebagai percobaan. Hasil yang diperoleh pada

saat praktikum adalah pH 5,5, namun berbau asam segar atau tidak berbau busuk.

Kemungkinan yang terjadi hingga hasil tidak sesuai dengan teori adalah kadar air

yang terlalu tinggi sehingga saat proses pelayuan, kadar air yang seharusnya

normal 70 % pada sampel terhitung 83,6 %. Sangat jelas sekali bahwa ketidak

cocokan antara literatur yang ada dengan hasil praktikum disebabkan oleh kadar

air yang terlalu tinggi.

Guna menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan

bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini

adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan

Page 28: 98481445-BAHAN-PAKAN

diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu, jerami harus dalam kondisi

kering, tidak boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam

keadaan baik (Shieddiqi, 2005). Jika telah diperoleh bahan jerami yang

berkualitas, maka langkah selanjutnya adalah penimbangan dan pengikatan.

Penimbangan dilakukan agar diperoleh jerami amoniasi yang sesuai dengan

kebutuhan peternak. Sebelum diikat, jerami harus dimasukkan terlebih dahulu ke

dalam kotak kayu berbentuk balok dengan tinggi sekira 50 cm. Kotak kayu

tersebut berfungsi untuk mengemas jerami menjadi padat dan berbentuk balok

sehingga akan memudahkan penanganan. Setelah diikat, jerami tersebut dapat

dikeluarkan kembali dari kotak kayu (Shieddiqi, 2005). Menurut Anonim (2008)

Kriteria hasil amoniasi yang baik adalah :

Berwarna kecoklat-coklatan.

Kering.

Jerami padi hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya.

28

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

a. Silase

1. Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproses dari bahan baku

berupa tanaman hijauan.

2. Silo adalah tempat penyimpanan makanan ternak (hijauan) baik yang

dibuat di dalam tanah atau di atas tanah.

3. Prinsip pembuatan silase adalah usaha untuk mencapai dan mempercepat

keadaan hampa udara atau an aerob dan suasana asam ditempat

penyimpanan.

b. Amoniasi

Page 29: 98481445-BAHAN-PAKAN

1. Amoniasi pada jerami padi adalah salah satu upaya menghindari dampak

yang negative yang ditimbulkan oleh bahan panen limbah pertanian.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pengolahan dengan amoniak

yaitu basis amoniak, temperature, tekanan, lama pengolahan, kelompok

jerami, jenis dan kualitas jerami.

3. Salah satu upaya untuk meningkatkan nutrient jerami padi adalah dengan

cara moniasi menggunakan urea (Co(NH2).

c. Pakan Feed Komplit

1. Bentuk pelet adalah untuk meringkas volume bahan, sehingga mudah

dalam proses pemindahan, dan menurunkan biaya pengangkutan.

2. Komplit Feed Block

d. Uji Fisik

3. Uji fisik yang dilakukan pada sampel pellet yaitu sudut tumpukan, BJ,

durability, dan hardness.

4. Durability berfungsi untuk mengetahui daya tahan pellet.

5. Semakin kecil suatu partikel bahan pakan maka Sudut tumpukan semakin

tinggi.

6. Hardness bertujuan untuk uji kekerasan atau seberapa kuat suatu bahan

pakan.

29

6.2. Saran

1. Praktikum Teknologi Pakan selanjutnya harus lebih baik lagi.

2. Perlunya ketelitian saat praktikum harus ditingkatkan serta hati-hati

3. Alat-alat dilengkapi lagi untuk kelancaran acara praktikum.

4. Persiapkan semua sesuatu yang dibutuhkan dalam praktikum sehingga

dapat berjalan lancar.

Page 30: 98481445-BAHAN-PAKAN

5. Menganalisis bahan pakan lebih teliti lagi, sehingga hasilnya lebih akurat.

6. Ketelitian dalam praktikum sangat diperlukan, maka kerjasamanya lebih

ditingkatkan lagi.

7. Takaran bahan pakan harus sesuai.

30

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1985. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah.

Kanisius. Yogyakarta.

Abubakar .2007. Teknologi Pengolahan Pakan Sapi. Deptan Dirjen

Peternakan Sembawa. Palembang

Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Anonim. 2008. Kategori Pakan Sapi. www.wordpress.com. Diakses

tanggal 10 Juni 2011.

Anonim. 2009. Keuntungan dan Kerugian Pembuatan pakan pellet.

www.wordpress.com. Diakses tanggal 10 Juni 2011.

Axe , D.E. 1995. Factors Affecting Unifornity Of Amix. Mallinderoat

Feed Ingeredents: Mundelein IL.

Darmono. 1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius.

Yogyakarta.

Dixon , A. E. 1986. Increasing Digestive Energy Intake Of Ruminant

Given Fibrouse Diet Supplement. In: Ruminant Feeding System

Utilizing Fibrous Agricuktural Residues1985. IDP of Australia

University And College Ltd.Canbera

Herdian, Hendra. Dkk. 2006. Pengaruh Proses Pelleting Terhadap

Peningkatan Kualitas Pakan Ternak Ruminansia. Upt Balai

Page 31: 98481445-BAHAN-PAKAN

Pengembangan Proses Dan Teknologi Kimia-Lipi Yogyakarta.

Hernaman, Imam. 2007. Pembuatan Silase Campuran Ampas Tahu Dan

Onggok Serta Pengaruhnya Terhadap Fermentabilitas Dan

Zat-Zat Makanan. Jurnal Bionatura vol. 9 No.2 .hlm172-183.

Iwan, Setiawan.2009. Pembuatan pakan bentuk pellet. Tersedia pada

situs; http://centralunggas.blogspot.com/2009/03/pembuatanpakan-

bentuk-pellet.html. di akses pada 12 Juni 2011.

Kartasudjana, Ruhyat. 2001. Mengawetkan Hijauan Pakan Ternak.

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Khalil. 1997. Pengelolaan Sumber Daya Pakan dan Ransum Ransum

Ternak. IPB: Bogor.

31

Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan

Ternak. Yayasan Dian Granita Indonesia. Bandung.

Nevy, Hanafi D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU

Respository. Medan.

Parakkasi, A. 1999. Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas

Indonesia Press. Jakarta.

Pioneer Of Development Foundation. 1991. Silage Technology, A

trainer Manual. PODF for The Asia and The Pacific. Inc. 15-

24.

Ratnakomala, Shanty. 2009. Menabung Hijauan Pakan Ternak dalam

Bentuk Silase. Biotrends. Vol. 4 : No.1. hlm 15-18.

Rukmana, Rahmat. 2001. Silase dan Permen Ternak Ruminansia.

Kanisius. Yogyakarta.

Salawu, M.B., T. Acamovic, C.S. Stewart, T. Hvelplund, and M.R.

Page 32: 98481445-BAHAN-PAKAN

Stewart. 1999. The use tannins as silage additives: effets on

silage composition and mobile bag disappearance of dry matter

and protein. Anim. Feed Sci. and Tech. 82: 243-259.

Salim, R., B. Irawan, Amirudin, H. Hendrawan, dan M. Nakatani. 2002.

Produksi dan Pemanfaatan Hijauan. Penerbit Dairy

Technology Improvement Project in Indonesia.

Shiddieqy, M. Ikhsan . 2005. Pakan Ternak Jerami Olahan .Mahasiswa

Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Unpad.

Bandung.

Suparjo, Ir. 2008. Pengawasan Mutu Pada Pabrik Pakan Ternak.

Laboratorium Makanan Ternak. Universitas Negeri Jambi.

Sutardi, Tri R. 2003. Ilmu dan Teknologi Bahan Pakan. Fapet Unsoed:

Purwokerto.

Tabil , L.G. S, Sokhansanj and R.T Taylor. 1997. Performance of

Different binders during alfalfa pelleting. Canadian

Agricultural Engineering 39 (1): 17-23.

Toni, S. 2010. Teknologi Pakan Silase dan Amoniasi Sebagai Pakan

Ternak. Majalah Sinar Tani Edisi 2008.

32

Widiyastuti, Titin., Prayitno C H, dan Munasik. 2004. Kajian Kualitas

Pellet Pakan Komplit Dengan Sumber Hijauan dan Binder yang

Berbeda. Journal Animal Production Vol. 6 : No.1. hlm 43-48.

Zulkarnaini. 2009. Pengaruh Suplementasi Mineral Fosfor dan Sulfur

Pada Jerami Amoniasi Terhadap NDF, ADF, Selulosa dan

Hemiselulosa. Jurnal Ilmiah Tambua Vol VIII. No. 3. Hlm 472-

477.