9. Infinity Online_September 2014
description
Transcript of 9. Infinity Online_September 2014
-
Reagensia hematologi Sysmex selain telah
divalidasi berdasarkan ISO 9001 dan ISO 14001
juga sudah mendapat sertifikat dari FDA, yang
berarti bahwa reagensia tersebut telah dibuat
sedemikian rupa untuk digunakan hanya pada
analyzer hematologi Sysmex setelah menjalani
serangkaian prosedur kontrol pemantapan mutu.
Oleh sebab itu analyzer hematologi bersama
dengan reagensia Sysmex merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga dikenal
sebagai Sysmex hematology analyzer is a closed
system.1
Secara garis besar, konsep hematology
analyzer is a closed system ditinjau berdasarkan
2 aspek, yaitu: a. Metode pemeriksaan, yang
terdiri dari teknologi, reagensia, dan algoritma. b.
Pengaruh reagensia terhadap perangkat keras
(hardware) suatu alat hematologi .
Pada edisi ini akan dibahas tentang kalibra-
tor yang digunakan dalam instrumen hematologi
Sysmex.
Pemakaian kalibrator menjadi penting kare-
na mampu menentukan nilai pengukuran yang
berkaitan dengan penyebaran data yang teliti
yang dikenal sebagai pengukuran nilai uncertain-
ty. Seperti yang dibahas oleh White dkk dalam
dokumen uncertainty, diketahui bahwa dalam
panduan yang dikeluarkan oleh ISO 15189, bab 5
sub pokok bahasan 6.2, suatu laboratorium ha-
rus menentukan sendiri nilai uncertainty -nya jika
memungkinkan dan relevan. Hasil pengukuran
uncertainty memungkinkan dibandingkannya data
hasil pengukuran antar laboratorium yang ber-
beda atau intralaboratorium yang menggunakan
nilai rujukan terstandar atau spesifik. Prinsip
penentuan nilai uncertainty didasarkan pada 2 hal
utama yaitu nilai pengukuran yang dikeluarkan
oleh suatu produsen reagen komersial yaitu nilai
untuk material kalibrator dan nilai pengukuran
yang berkaitan dengan dispersi hasil misalnya
kesalahan acak/ random error.2
Kalibrator yang digunakan pada instrumen
hematologi otomatik Sysmex dinamakan sebagai
Sysmex Calibrator System SCS-1000. Kalibrator
ini dirancang untuk memverifikasi bahwa instru-
men hematologi Sysmex terkalibrasi dengan baik.
Material kalibrator SCS-1000 mengandung kom-
posisi darah eritrosit manusia, leukosit mamalia
terfiksasi, dan komponen trombosit dalam media
yang berisi pengawet. Nilai kalibrator SCS-1000
diperoleh dari hasil pengukuran yang dilakukan di
laboratorium pengendali mutu Sysmex memakai
instrumen standar sesuai rekomendasi badan
standardisasi internasional. Instrumen standar
yang digunakan dikalibrasi menggunakan sampel
darah segar manusia dengan kriteria sebagai
donor sehat sesuai rekomendasi ICSH dan
prosedur yang disarankan oleh CLSI.3
Oleh sebab itu nilai kalibrator SCS-1000
dapat ditelusuri ke rujukan internasional sesuai
dengan panduan dari ISO 17511:2003 bagian
5.4.(Bagan 1)2,3
Dengan adanya nilai kalibrator SCS-1000
maka memungkinkan bagi suatu laboratorium
untuk memastikan bahwa hasil pemeriksaan
yang dilakukan akurat karena mampu ditelusuri
sampai standar pemeriksaan rujukan dan mampu
digunakan untuk menghitung nilai uncertainty.
Dengan demikian laboratorium tersebut yakin
bahwa hasil yang dikeluarkan sesuai dengan
rentang rujukan dan sesuai dengan interval ke-
percayaan 95%.3
Hematology is a Closed System
September 2014
Sysmex Updates Infinity
In this issue
Hematology is a Closed System
The Understanding of Hemolytic, Icteric and
Lipemia (HIL) samples
The 6th CPD CPLM Joglosemar Hotel
Royal Ambarrukmo
Yogyakarta, 2-4 Sep-
tember 2014
Referensi:
1. Hematology is a closed
system. Infinity Online June
2014
2. White GH, Farrance I. Un-
certainty of measurement in
quantitative medical testing.
Clin Biochem 2004:25 Suppl
(ii):1-24
3. Roos C, Shinkai E, Fujimoto
K. Measurement uncertainty
of values assigned to Sys-
mex haematology calibrator
SCS-1000. Sysmex Journal
International 2008;18(2):31-
7
nilai kalibrator SCS-1000 memungkinkan bagi
suatu laboratorium untuk memastikan bahwa hasil
pemeriksaan yang dilakukan akurat
Bagan 1. Contoh rantai traceability untuk pengukuran eritrosit dan leukosit3
-
Kesalahan pada fase pra-analitik suatu
pemeriksaan laboratorium merupakan
penyumbang terbesar dari total kesalahan pro-
ses pemeriksaan di laboratorium. Pada pemerik-
saan koagulasi, masalah sampel yang hemo-
lisis, ikterik dan lipemik merupakan masalah
yang umum ditemukan sehingga menyebabkan
kesalahan pelaporan. Pengaruh hemolisis ter-
hadap pemeriksaan koagulasi telah diketahui
menyebabkan kesalahan pada fase analitik kare-
na serapan yang tinggi akibat adanya hemoglo-
bin bebas pada panjang gelombang tertentu
ataupun karena aktivasi proses koagulasi karena
hemolisis menyebabkan rusaknya membran sel
dan pelepasan isi sitoplasma sehingga melepas-
kan partikel yang mampu mengaktivasi proses
pembekuan dan trombosit seperti faktor jaringan,
protease, fosfolipid, dan ADP. Sedangkan
pengaruh ikterik terhadap pemeriksaan koagu-
lasi disebabkan oleh karena tumpang tindihnya
panjang gelombang ikterik dengan panjang
gelombang yang digunakan dalam mendeteksi
proses kogulasi. Pada sampel yang lipemik,
hipertrigliseridemia mempengaruhi pengham-
buran cahaya (light scatter) dan partikel lipemik
mempengaruhi proses koagulasi.1
Beberapa cara untuk mengurangi kesa-
lahan pra-analitik telah dibuat. Sebagai contoh,
pada kasus hemolisis, diketahui bahwa sampel
dengan hemolisis mencerminkan kerusakan
endotel dan sel darah sehingga sampel dengan
hemolisis sebaiknya ditolak dan dimintakan
sampel baru jika memungkinkan. Variasi hasil
dari sampel hemolisis bisa sangat besar, bisa
berupa pengaruh terhadap pemendekan hasil
koagulasi karena aktivasi faktor jaringan, na-
mun bisa berupa pemanjangan hasil deteksi
koagulasi karena adanya pengaruh terhadap
reagen koagulasi yang digunakan. Mengutip
saran dari CLSI, disebutkan bahwa sampel
hemolisis sebaiknya tidak digunakan untuk
pemeriksaan PT dan aPTT karena adanya
kemungkinan terbentuknya clot, aktivasi faktor
pembekuan, dan pengaruh ke end point detec-
tion.2
Untuk sampel ikterik, umumnya diketahui
bahwa kadar bilirubin hingga 1,5 mg/dL akan
mempengaruhi pemeriksaan koagulasi. De-
wasa ini pengaruh hiperbilirubinemia terhadap
pemeriksaan koagulasi mampu dihindari kare-
na instrumen pada masa kini dilengkapi dengan
panjang gelombang yang lebih baik dalam
mendeteksi pengaruh hiperbilirubinemia yaitu
panjang gelombang 650 nm. Dengan
demikian sampel yang ikterik hingga kadar
bilirubin mencapai 20 mg/dL masih mampu
dianalisis dengan baik.
Pada sampel lipemik, diketahui bukti
yang memperlihatkan pengaruh lipemik ter-
hadap pemeriksaan koagulasi umumnya
ditemukan pada panjang gelombang 500 nm
sehingga dengan mengubah panjang gelom-
bang deteksi ke panjang gelombang yang lebih
tinggi misalnya 650 nm, maka pengaruh lipemik
mampu dihindari. Pengaruh lipemik terhadap
pemeriksaan koagulasi adalah memperpanjang
hasil pemeriksaan koagulasi karena kekeruhan
yang terjadi. Selain cara mengubah (switch) ke
panjang gelombang yang lebih tinggi, terdapat
teknik lain agar sampel lipemik mampu diperik-
sa dengan baik, misalnya menggunakan pe-
ngenceran yang lebih tinggi (dari 1:20 ke
1:400), pemakaian mikro sentrifugasi berke-
cepatan tinggi, atau menggunakan material
yang mengemulsikan lemak dari pelarut orga-
nik, misalnya fluorine-chlorinated hydrocarbon
atau pembersih lemak (lipoclear)1,2
PT Sysmex Indonesia memperkenalkan
instrumen koagulasi baru yaitu CS-2100i di-
mana salah satu fitur keunggulan yang ditawar-
kan adalah fitur multi wavelength detection.
Fitur ini memakai teknik deteksi cahaya trans-
misi (bukan scatter). Pada sistem ini sumber
cahaya akan dipecah menjadi beberapa pan-
jang gelombang yaitu 340 nm, 405 nm, 575 nm,
660 nm, dan 880 nm menggunakan beberapa
The Understanding of Hemolytic, Icteric and Lipemia
(HIL) Samples
filter. Kelima panjang gelombang tersebut
akan digunakan untuk mendeteksi campuran
sampel dan reagen dan setiap transmisi caha-
ya yang dihasilkan dideteksi setiap 0,1 detik.
Kemudian transmisi cahaya tersebut diter-
jemahkan dalam bentuk sinyal elektromag-
netik, lalu dengan menggunakan mikro-
prosesor waktu pembentukan clot dan kadar
zat yang akan diukur dideteksi. Pemakaian
kelima panjang gelombang itu dikenal sebagai
sistem multi wavelength detection yang
menggunakan 10 detektor. Detektor tersebut
dirancang agar sesuai dengan pemeriksaan
dengan metode yang ada, yaitu metode optik,
kromogenik, dan immunoassay. Kegunaan
utama dari sistem ini adalah mendeteksi kon-
disi sampel yang terpengaruh oleh hemolisis,
ikterik dan lipemik. Sebagai contoh: jika
ditemukan hasil PT yang memanjang karena
sampel yang lipemik pada panjang gelombang
660 nm maka instrumen secara otomatik akan
melakukan switching ke panjang gelombang
yang lebih tinggi yaitu 880 nm yang tidak ter-
pengaruh oleh lipemik untuk menghindari
ketidakakuratan hasil PT.3
Penelitian di RS Siriraj Thailand mem-
perlihatkan bahwa sampel pasien baik yang
memiliki hemolisis, ikterik dan lipemik alami
maupun pool sampel yang ditambahkan sub-
stansi artifisial tertentu sehingga memperlihat-
kan kondisi hemolisis, ikterik dan lipemik tidak
dipengaruhi oleh kondisi ini dengan-
menggunakan sistem multi wavelength detec-
tion dari CS-2100i dengan %CV untuk PT,
aPTT dan fibrinogen masing-masing sebesar
1,24%, 3,18% dan 4,31%.4
XN-Series
Shaping Hematology
Penelitian memperlihatkan bahwa sam-
pel hemolisis, ikterik dan lipemik alami
maupun pool sampel yang ditambahkan
substansi artifisial tidak dipengaruhi
oleh kondisi ini dengan menggunakan
sistem multi wavelength detection dari
CS-2100i
Referensi:
1. Lippi G, Plebani M, Favaloro EJ. Interference in
coagulation testing: Focus on spurious hemoly-
sis, icterus, and lipemia. Semin Thromb Hemost
2013;39(03):258-66
2. Castellone DD. Interference of hemolysis, icteric
and lipemia coagulation testing [Internet]. 2011
Oct 4 [cited 2014 Sept 10 ]. Available from:
http://www.laboratory-
manager.advanceweb.com/Archives/Article-
Archives/Interference-of-Hemolysis-Icteric-
Lipemia-Coagulation-Testing.aspx
3. Mukaide K. The multi-wavelength detection
feature of the new automated blood coagulation
analyzer - Sysmex CS2000i/CS-2100i. Sysmex
Journal International 2011;21(1):1-9
4. Tantanate C, Teyateeti M, Tientadakul P. Influ-
ence of plasma interferences on screening coag-
ulogram and performance evaluation of the
automated coagulation analyzer Sysmex CS-
2100i. Siriraj Med J 2011;63:151-6
-
The 6th CPD CPLM Joglosemar
Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, 2-4 September 2014
Pada 6th CPD CPLM Joglosemar yang
diadakan di Hotel Royal Ambarrukmo
Yogyakarta, PT Sysmex Indonesia ber-
partisipasi dalam Lunch Symposium pada
tanggal 4 September 2014 yang men-
gusung tema pentingnya standardisasi
pemeriksaan kimia klinik. Acara ini
dipimpin oleh dr. Tjan Sian Hwa,
SpPK, MSc (RSUD Koja, Jakarta).
Sebagai pembicara, dr Windarwati,
SpPK(K), MSc (RSUP Dr. Sardjito, Yog-
yakarta) mengulas mengenai Measurement
Uncertainty and Traceability in Medical Testing
sebagai salah satu persyaratan penting
kualitas (ISO 15189).
PT. Sysmex Indonesia, diwakili oleh ibu
Syully Beatrice, memaparkan komitmen
Sysmex untuk menjadi partner di bidang
Upcoming Events:
The 8th Congress of APSTH (Asia Pacific Society of Thrombosis and Hemostasis) 2014, Convention Centre, 5th
floor, Calidas Landmark 72, Keangnam Tower, Hanoi, Vietnam will be held on October 9-11, 2014. www.apsthhanoi.org
The inaugural Indian Ocean Rim Laboratory Haematology Congress 2014, Mandurah, Western Australia will be held
on October 16-17, 2014. www.labhaem2014.org
diagnostik termasuk Kimia Klinik,
sekaligus memperkenalkan produk
terbaru, Sysmex BX-3010 dan rea-
gennya, sebagai solusi untuk pemerik-
saan kimia klinik dengan jumlah sampel
sedang, yang berkualitas dan memenuhi
persyaratan internasional.