89125564 Ppd 4 Perkembangan Pemikiran Intuitif Dan Pemahaman Matematika Pada Anak Masa Prasekolah
description
Transcript of 89125564 Ppd 4 Perkembangan Pemikiran Intuitif Dan Pemahaman Matematika Pada Anak Masa Prasekolah
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan merupakan perubahan yang dialami setiap individu menuju
arah pendewasaan diri dan kematangan diri. Setiap perkembangan ada fase-fase yang
mengikutinya,baik itu perubahan secara fisik maupun non fisik. Perubahan fase
secara fisik dapat terlihat dari perubahan bentuk individu, sementara perubahan fase
secara non-fisik perubahannya terlihat dari berubahnya kepribadian dan kebiasaan
yang individu lakukan tiap fasenya. Setiap fase perubahan individu memiliki
karakterristik yang berbeda-beda.
Perbedaan fase-fase ini dapat dilihat dari perubahan sikap. Perubahan fase ini
ada kerena adanya perubahan dan perbedaan kecakapan motorik. Setiap fase ini
berubah karena tiap fase yang dijalani individu maka kecakapan motoriknya juga
berbeda. Kecakapan motorik ada karena adanya kecakapan sensorik. Hal ini terlihat
dari adanya pemikiran simbolik atau semiotik. Pemikiran simbolis atau semiotik ini
biasanya ditunjukan oleh individu pada fase usia 2 - 4 tahun. Telah diketahui pada
masa ini seorang individu disebut dengan balita. Kita tidak tahu apa dan apa
sebenarnya yang ada dipikirkan oleh balita tersebut. Sehingga untuk melakukan
komunikasi kita bisa melihat dari gerak-gerik yang dilakukan oleh seorang balita.
Pada dewasa ini banyak dari kalangan anak yang memiliki karakter atau
tingkah laku yang berbeda yang mana pada dasarnya anak mempunyai sifat yang
sesuai dengan karakter orang tuanya ( penurunana sifat) tapi ada juga karena
lingkungan yang mempengaruhinya, besar atau kecil pengaruh orang tua maupun
pengaruh lingkungan terhadap perkembangan si anak itu semua tergantung dari
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 2
kemampuan anak itu sendiri, bagaimana cara si anak untuk dapat penerima
perkembangan itu, pada umumnya perkembangan si anak berbanding lurus dengan
pertambahan umurnya, anak yang umurnya jauh lebih tua, memiliki tingkat
perkembangan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan anak yang memiliki umur
yang masih muda (pada umumnya). Misalnya saja anak pasca sekolah memiliki
tingkat perkembangan yang tinggi bila dibandingkan dengan anak prasekolah, akan
tetapi ada juga yang umurnya lebih muda memiliki tingkat perkembangan yang
tinggi bila di bandingkan dengan anak yang memiliki umur lebih tua.
Beberapa pengaruh perkembangan yang dialami individu adalah
perkembangan pemikiran intuitif dan pemahaman matematika. Kedua pengaruh
perkembangan itu muncul seiring dengan berjalannya waktu dan pengalaman-
pengalaman yang dialami oleh individu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana definisi perkembangan anak selama masa prasekolah?
2. Bagaimana mengetahui pemikiran intuitif anak selama masa prasekolah (2-7
tahun)?
3. Apa saja jenis-jenis dari pemikiran intuitif anak selama masa prasekolah?
4. Bagaimana Perkembangan pemahaman matematika anak selama masa
prasekolah?
1.3 TUJUAN
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 3
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis definisi perkembangan anak selama masa prasekolah.
2. Menganalisis pemikiran intuitif anak selama masa prasekolah (2-7 tahun).
3. Menganalisis jenis-jenis pemikiran intuitif anak selama masa prasekolah.
4. Menganalisis perkembangan pemahaman matematika anak selama masa
prasekolah.
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi
penulis seperti pengalaman untuk mengumpulkan bahan. Disamping itu, penulis
juga mendapat ilmu untuk memahami dan menganalisis materi yang ditulis
dalam makalah ini. Penulis juga mendapatkan berbagai pengalaman mengenai
teknik penulisan makalah, teknik pengutipan, dan teknik penggabungan materi
dari berbagai sumber.
2. Bagi Pembaca
Mahasiswa yang membaca makalah ini akan dapat memahami konsep
perkembangan anak pada masa prasekolah atau praoperasional. Menganalisis
perkembangan pemikiran intuitif pada anak masa prasekolah serta menganalisis
perkembangan pemahaman matematik pada masa prasekolah.
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ANAK PRASEKOLAH ATAU PRA-OPERASIONAL
Yang dimaksud dengan anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 2-7
tahun menurut Biechler dan Snowman (1993). Mereka biasanya mengikuti program
prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti
program tempat penitipan anak (3 tahun – 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3
tahun), sedangkan pada usia 4-5 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman
Kanak-Kanak.
Pada umur 2-7 tahun tersebut terjadi perkembangan fisik, pemikiran simbolik
atau semiotik, perolehan bahasa, pemikiran intuitif, perkembangan pemahaman
matematika, perkembangan pemahaman sains serta perkembangan sosioemosional.
Dalam jenjang umur ini banyak prilaku anak yang menuntut kita harus memberikan
perhatian yang lebih. Disini dituntut kesabaran kita untuk bisa melayani anak dengan
baik tanpa mengganggu psikologinya karena kita sebagai calon orang tua nantinya,
masyarakat, serta calon pendidik yang mampu memberikan kebebasan kepada anak
agar proses perkembangan anak tidak terhambat. Dengan sendirinya anak akan
mampu menemukan hal yang baru dan mengerti apa yang seharusnya diperbuat.
Selain itu, perbedaan fisik seorang anak dari anak lainnya sehingga anak akan merasa
tidak percaya diri dalam bergaul. Maka seorang peserta didik sangat dibutuhkan
untuk menumbuhkan rasa nyaman dalam hidupnya dengan memberikan masukan –
masukan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangnya masing – masing.
Pada usia ini anak menjadi egosentris. Egosentris adalah keadaan dimana anak
kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain sedangkan animisme adalah
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 5
kepercayaan bahwa objek tak bernyawa adalah hidup dan bisa bergerak. Tahap ini
merupakan tahap pemikiran yang lebih simbolis tetapi tidak melibatkan pemikiran
operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis. Tahap ini
dibagi atas dua sub-tahapan yaitu sub-tahap fungsi simbolis yang terjadi kira-kira
antara usia 2-4 tahun dan sub-tahap pemikiran intuitif yang terjadi antara usia 4-7
tahun. Pada tahapan simbolis dalam tahap ini anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek yang tak hadir dengan gambaran dan kata-kata tetapi
pemikirannya masih bersifat egosentris dan animisme.
Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7
tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia
dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme,
animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk
membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif orang lain dengan kata
lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang bergerak memiliki
kualitas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang
mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.”
Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin
mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui
sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.
2.2 PEMIKIRAN INTUITIF PADA MASA PRA-OPERASIONAL
Pemikiran intuitif (intuitive thought substage) adalah subtahap kedua
pemikiran praoperasional yang terjadi sekira usia 4 hingga 7 tahun. Pada tahap ini,
anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua
bentuk pertanyaan.Piaget menyebut pada periode waktu ini anak anak tampaknya
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 6
begitu yakin tantang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar
bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Lebih jelasnya mereka
mengatakan mengetahui sesuatu, tetapi mengetahuinya dengan cara tidak
menggunakan pemikiran rasional.Centration terbukti paling jelas terjadi pada awal
anak anak yang kekurangan pemahaman conservation. Conservation adalah suatu
keyakinan akan keabadian atribut objek atau situasi tertentu terlepas dari perubahan
yang bersifat dangkal. Seorang dewasa akan dapat membedakan dengan jelas jumlah
suatu cairan (air) yang dipindah dari sebuah piring kedalam gelas dengan mengatakan
jumlah cairan tetap sama.
Tetapi tidak dengan anak kecil, sebaliknya mereka tertipu oleh tinggi cairan
akibat tinggi gelas.Karakteristik lain anak anak praperasional adalah mereka
menanyakan serentetan pertanyaan. Pertanyaan pertanyaan anak yang paling awal
tampak kira kira pada usia 3 tahun, dan pada usia 5 tahun mereka membuat pusing
orang orang dewasa disekitarnya karena lelah menjawab pertanyaan pertanyaan
”mengapa” mereka.Pertanyaan-pertanyaan mereka menunjukkan akan perkembangan
mental dan mencerminkan rasa ingin tahu intelektual mereka.Pertanyaan-pertanyaan
ini menandai munculnya minat anak-anak akan penalaran dan penggambaran kenapa
sesuatu seperti itu. Seperti mengapa matahari bersinar, mengapa adik ada diperut ibu,
mengapa ada orang di televisi, dan lain lain.Dengan mengetahui dan membahas
sejumlah karakteristik perkembangan kognitif anak pada tahap pemikiran
praoperasional, diharapkan bisa membantu mengingat karakteristik ini untuk
memahami bagaimana taraf berpikir anak pada usia awal anak-anak.
Menurut Piaget (1981), pemikiran anak pada umur 4 sampai 7 tahun
berkembang pesat secara bertahap ke arah konseptualisasi,tetapi pada masa ini si
anak masih mengambil keputusan hanya dengan pemikiran-pemikiran intuitif.
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 7
2.2.1 JENIS-JENIS PEMIKIRAN INTUITIF
Jenis-jenis pemikiran intuitif, antara lain, mimpi, animisme dan egosentrisme,
dimana kesemuanya tersebut merupakan sumber dari miskonsepsi.
1. Mimpi
Misalnya, pada suatu malam si anak bermimpi tentang seseorang yang
datang ke rumahnya, terus keesokan harinya si anak bilang pada ibunya kalau
kemarin ada orang yang datang ke rumah. Anak pada tahap ini akan
membawa mimpi ke dunia nyata, karena si anak masih memiliki pemikiran
intutif. Lain halnya dengan mengigau atau dalam istilah Bali lebih dikenal
dengan sebutan”ipit”. Si anak yang mengalami ipit, pada saat tidur pasti
melakoni mimpinya, begitupun sebaliknya, jika si anak tidak melakoni mimpi
saat tidur maka si anak tidak akan mengalami ipit.
2. Animisme
Animisme (menganggap suatu benda seperti manusia), misalnya, si
anak suka berbicara sendiri dengan sarana bermainnya, seolah-olah
mainannya tersebut adalah lawan bicaranya.
3. Egosentrisme
Egosentrisme ini merupakan suatu sifat yang hanya memandang
sesuatu hanya dari satu sisi saja dan hal tersebut terjadi pada anak masa pra-
operasional, misalnya si anak akan membandingkan dua deret kelereng yang
jumlahnya sama, tetapi jarak deret yang pertama dienggangkan dan deret
kedua dirapatkan. Si anak akn bilang kalau yang lebih banyak adalah deret
kelereng yang jaraknya renggang, ilusrasi di atas bisa membuktikan kalau si
anak masih memakai egosentrisme. Kita sebagai pendidik harus bisa
mengatasi masalah egosentris pada anak, yaitu kita tidak boleh hanya
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 8
menasihati, tetapi memberi contoh pada anak, karena sebuah contoh kebih
berharga dari seribu nasihat, misalnya saja ketika anak menonton film, jangan
diinterpretasi si anak hal tersebut bisa menyebabkan terjadinya miskonsepsi
pada si anak. Biarkan anak yang mengomentari film tersebut, sehingga si anak
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan si anak akan
berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
2.3 PERKEMBANGAN PEMAHAMAN MATEMATIKA PADA MASA
PRA-OPERASIONAL
Kata "matematika" berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang
diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga mathematikos yang
diartikan sebagai "suka belajar". Matematika secara umum ditegaskan sebagai
penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang.
Sejak usia 2 tahun seorang anak telah memiliki kemampuan dalam pemahaman
matematika. Menurut Bruner, cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar
konsep dan prinsip matematika adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan
prinsip yang dipelajarinya. Hal tersebut perlu dibiasakan sejak masa pra-operasional
anak. Pada masa pra-operasional, anak sudah memahami penalaran yang logis
dimana penalaran tersebut akan menjadi dasar-dasar pemahaman matematika.
Menurut Piaget (1981), pemikiran anak pada umur 4-7 tahun berkembang pesat
secara bertahap ke arah konseptualisasi, tetapi perkembangan itu belum sempurna
karena anak masih mengalami operasi yang belum lengkap, dengan suatu bentuk
pemikiran yang semi-simbolis atau penalaran logika, sehingga anak seringkali
berpikir yang sifatnya egosentris yaitu suatu cara berpikir dimana anak memandang
dunia hanya dari persefektifnya saja. Mereka masih sulit membedakan kebenaran,
fantasi dan realisme.
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 9
Keterbatasan lainnya adalah ketidakmampuannya memahami prinsip
kekekalan, yakni pengetahuan dimana kuantitas tidak berhubungan dengan susunan
dan penampakan fisik suatu objek (Piaget). Agar perkembangan pemahaman
matematika anak terus meningkat, maka kita harus memfasilitasi si anak dengan baik,
baik itu berupa materi ataupun dorongan mental. Salah satu cara mudah mengajarkan
matematika pada anak adalah dengan mengkursuskan anak pada tempat kursus
tertentu. Di tempat tersebut anak akan mendapat metode pembelajaran. Pembelajaran
matematika telah mendapat perhatian dari pemerintah, tetapi banyak yang
beranggapan matematika kurang menjanjikan, sehingga banyak lulusan ilmu
matematika yang berkarya ke bidang lain.Pelajaran matematika sering kali menjadi
momok bagi anak-anak. Selain banyak anak yang merasa kesulitan dalam memahami
pelajaran berhitung itu, keinginan untuk mendalami pun mungkin hanya dimiliki oleh
segelintir anak. Sebenarnya, matematika dapat menjadi mata pelajaran yang mudah.
Bahkan, bila memahami metode pembelajarannya, anak dapat termotivasi untuk
mengerjakan soal-soal matematika secara mandiri.
Pada masa pra-sekolah, anak harus diajari ilmu matematika, tetapi anak
jangan dipaksa, biarkan dia berkembang sendiri. Tetapi pada masa ini penalaran dan
perkembangan matematika anak belum sempurna, karena si anak masih bersifat
egosentris. Contoh seorang anak bernama si A, melihat dua deret apel yang
jumlahnya sama, tetapi jarak deretan yang satu dengan yang lainnya berbeda,
kemudian ayahnya bertanya, buah mana yang lebih banyak. Si A akan mengatakan
buah yang deretannya lebih panjang memiliki jumlah yang lebih banyak. Jika
ayahnya mengatakan bahwa, jumlah apel deret yang satu dengan yang lainnya sama,
si A akan bersikukuh kalau deretan yang lebih panjang memiliki jumlah lebih
banyak. Dari ilustrasi tersebut dapat kita lihat bahwa si A memiliki sifat egosentris.
Selain memperkenakan dan mengajarkan anak tentang matematika di
rumah saja, juga si anak perlu dikursuskan, sehingga si anak bisa mendapat metode
pembelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan di lembaga kursus, dilakukan
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 10
dengan beberapa cara. Diantaranya, pemberian soal-soal yang disesuaikan dengan
kemampuan anak, bahan pelajaran secara Small Steps (pengerjaan soal dimulai dari
level tinggi), dan adanya dukungan pembimbing untuk setiap individu anak. Anak
belajar dengan cara membaca petunjuk dan contoh soal pada lembar kerja. Kemudian,
anak-anak dimotivasi untuk berpikir sendiri dan mengerjakan soal yang diberikan
sesuai dengan kemampuannya. Sehingga, tingkat pemahaman anak dapat terpantau
secara individual oleh pembimbing.
Untuk memudahkan pemahaman matematis pada anak, kita harus membuat
anak tersebut tertarik dengan apa yang dipelajarinya, misalnya megembangkan
pemahaman tentang jumlah, ketertarikan si anak dapat dipancing dengan
menggunakan media berupa buah-buahan yang beraneka ragam, sehingga anak
tertarik dan tidak merasa terpaksa dalam mempelajarinya. Hal ini dikarenakan pada
masa prasekolah (usia 2-7 tahun), anak memerlukan metode belajar yang
mencerdaskan dan menyenangkan, karena dengan metode ini anak dapat berkembang
secara sempurna dan mampu menggali potensi dirinya dengan baik. Selain faktor
ketertarikan, faktor penting lainnya adalah perkembangan pemahaman matematis
anak adalah nalar dari anak tersebut. Anak yang memiliki kemampuan penalaran
yang baik akan memiliki pemikiran matematis yanga baik pula
Perkembangan anak anak akan mengarah kearah konseptualisasi, yaitu
perkembangan pemikiran anak ke arah konsep dari pemahaman matematika,
misalnya seorang anak yang bernama si B, yang telah berumur 5 tahun. Si B sudah
mengerti tentang prinsip penjumlahan dan pengurangan dari dua atau lebih deret
bilangan. Si B telah memahami jika suatu bilangan dijumlahkan, jumlah bilangannya
akan bertambah, si B juga telah memahami jika terjadi pengurangan, maka jumlahnya
akan berkurang.
Dalam perkembangan pemahaman matematika, orang tua sangat berperan
penting, dimana pada masa pra-operasional sebagian besar proses belajar dilakukan di
rumah (lingkungan keluarga). Semakin besar orang tua memfasilitasi anaknya,
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 11
semakin maksimal pula perkembangan anak tersebut, tetapi terkadang orang tua
memiliki pemahaman yang salah dalam mengembangkan anaknya, dimana banyak
orang tua ingi anaknya berkembang dengan cepat.
Bagaimana dengan perkembanagan ilmu matematika di tanah air?,
Departemen Pendidikan sudah tentu memberi penekanan yang serius terhadap
pendidikan matematika di berbagai tingkat pendidikan, sejak Sekolah Dasar sampai
Universitas. Walau bagaimanapun kecemerlangan dalam bidang matematika oleh
sejumlah pelajar tidak abadi di dalam bidang tersebut, karena kebanyakan dari
mereka akan memilih bidang lain yang lebih menjanjikan untuk masa depan mereka.
Kebanyakan dari mereka yang memilih matematika pada waktu masuk universitas
sangatlah sedikit. Akhirnya dampak yang dihadapi adalah jumlah mahasiswa yang
yang benar-benar memahami sangatlah terbatas, sehingga peremajaan guru-guru
matematika di sekolah dan dosen-dosen di perguruan tinggi sangat terbatas.
Kurangnya kerjasama antara Industri dengan Jurusan matematika di Universitas pun
menjadi kendala yang serius, hal ini disebabkan salah satunya adalah kurangnya ahli
matematika yang dapat menjelaskan dan memahami apa yang diperlukan dalam
bidang industri, sehingga lulusan disiplin ilmu matematika tidak memiliki orientasi
yang jelas.
2.3.1 Piaget dan pengajaran Matematika
Secara agak khusus, Piaget banyak berbicara tentang pengajaran matematika.
Piaget menyarankan agar dalam pengajaran matematika untuk murid, terlebih
sebelum tahap operasi formal, lebih ditekakan pada aktivitas, pengalaman ,
penggunaan metode aktif (Piaget, 1972 dalam Gruber Vonecha, 1995). Dalam
perkembangan pengajaran matematika, kerap ada pertentangan antara para
matematikus dan psikolog. Para psikolog yang meneiti murid yang belajar
matematika menyarankan agar murid belajar mulai dari bahan yang konkret ke yang
abstrak. Mereka menyarankan agar abstraksi murid berkembang dari pengamatan real
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 12
terhadap benda-benda yang nyata. Tetapi, para matematikus sering keberatan. Mereka
merasa bahwa yang real itu dapat menghalangi kecepatan abstraksi murid. Piaget
sendiri lebih condong untuk mulai dengan yang konkret dan baru perlahan-lahan ke
yang abstrak.
Atau yang lain dalam bentuk ceramah memang baik , Menurut Piaget, metode
penngajaran matematika atau yang lain dalam bentuk ceramah memang baik bagi
orang yang sudah dewasa, tetapi banyak menyebabkan hambatan bagi murid yang
masih dalam level pengajaran. Oleh karena itu, aliran dari Rusia yang lebih condong
untuk melatih murid sebagai peneliti yang aktif membuat sesuatu dianggap lebih
tepat bagi perkembangan kognitif murid.
Piaget menekankan beberapa hal pokok dalam mengajarkan matematika pada murid.
1. Pengajaran matematika tidak boleh melalaikan peran kegiatan-kegiatan,
khususnya pada anak – anak yang masih kecil. Pada masa itu, kegiatan
terhadap objek sangat penting dalam pengembangan dan pemikiran
aritmatika dan relasi geometri. Pengalaman fisis dan pengalaman
matematis-logis sangat penting dalam mengembangkan pengetahuan,
baik fisis maupun matematis. Piaget menceritakan bahwa temannya,
seorang matematikus, menjadi tertarik pada matematika pada umur 4-5
tahun. Waktu itu , dia berada pada sebuah taman dan mulai menyusun
kelereng dalam garis lurus. Ia menghitung dari kiri ke kanan, satu sampai
sepuluh. Ia menghitung dari kanan ke kiri dengna hasil yang sama.
Selanjutnya, ia meletakkan kel ereng-kelereng itu dalam suatu lingkaran
dan menghitungnya lagi dengan hasil yang sama. Dengan susunan
bagaimanapun, akhirnya, ia menjadi sungguh yakin bahwa jumlahnya
sama. Jadi jumlah tidak tergantung pada pada susunan. Ia sampai pada
pengertian kekekalan dan pengalaman akan bilangan. Dalam proses itu,
ia mengalami pengalaman abstraksi reflektif.
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 13
2. Beberapa prinsip psikologis dapat digunakan dalam pengajaran
matematika.
a) Pemahaman yang sungguh-sungguh akan suatu pengertian atau suatu
teori menuntut suatu penemuan kembali teori itu. Seorang murid dapat
mengulangi dan menggunakan suatu pengertian seakan-akan seperti
mengerti. Menurut Piaget, ini kurang tepat. Pengertian yang tepat
menuntut seorang murid, paling tidak, dapat menemukan sendiri
alasannya.
b) Dapat terjadi bahwa meskipun murid dapat memecahkan persoalan, ia
tetap belum memahami persoalan itu. Murid belum mengerti segala
unsur yang tersangkut meskipun ia dapat menggunakan rumus itu. Oleh
karena itu, murid memerlukan latihan dalam mengungkapkan gagasan.
c) Formalisasi sebaiknya setelah pengertiannya dikenal. Lebih baik
mneggunakan intuisi lebih dulu dari pada aksiomatisasi. Pengajaran
mulai dari yang kualitatif baru numerik dan metrik ( Piaget, 1972).
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 14
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 2-7 tahun menurut
Biechler dan Snowman (1993). Pada umur 2-7 tahun tersebut terjadi perkembangan
fisik, pemikiran simbolik atau semiotik, perolehan bahasa, pemikiran intuitif,
perkembangan pemahaman matematika, perkembangan pemahaman sains serta
perkembangan sosioemosional.
Pemikiran intuitif (intuitive thought substage) adalah subtahap kedua
pemikiran praoperasional yang terjadi sekira usia 4 hingga 7 tahun. Pada tahap ini,
anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua
bentuk pertanyaan. Jenis-jenis pemikiran intuitif, antara lain, mimpi, animisme dan
egosentrisme, dimana kesemuanya tersebut merupakan sumber dari miskonsepsi.
Adapun tiga jenis pemikiran intuitif antara lain adalah mimpi(menganggap
mimpi sebagai suatu kenyataan), animisme(menganggap suatu benda seperti
manusia) dan egosentrisme(sifat yang hanya memandang sesuatu hanya dari satu sisi
saja).
Kata "matematika" berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang
diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga mathematikos yang
diartikan sebagai "suka belajar". Matematika secara umum ditegaskan sebagai
penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang.
Sejak usia 2 tahun seorang anak telah memiliki kemampuan dalam
pemahaman matematika. Menurut Bruner, cara terbaik bagi seseorang untuk
memulai belajar konsep dan prinsip matematika adalah dengan mengkonstruksi
sendiri konsep dan prinsip yang dipelajarinya.
Oleh: Semara, Mindrawan, dan Yuliasri
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Page 15
3.2 SARAN
Berdasarkan pembahasan dan simpulan, maka yang dapat diajukan adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa hendaknya menguasai dan memahami materi tentang
perkembangan anak masa prasekolah beserta fase- fase yang terjadi
pada anak masa prasekolah.
2. Mahasiswa hendaknya mampu menjelaskan fase pemikiran intuitif dan
pemahaman matematika pada anak masa prasekolah.