86974112 Askep Anak Dg Pneumonia Kjb Anemia Thalasemia Leukomia
-
Upload
pujiantoslamet -
Category
Documents
-
view
149 -
download
4
Transcript of 86974112 Askep Anak Dg Pneumonia Kjb Anemia Thalasemia Leukomia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTIM PERNAFASAN DAN
PEREDARAN DARAH
I. PNEUMONIA
A. Pengertian
Pneumonia adalah radang parenkhim paru (Nursalam,)
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, dan jamur dan benda asing (FK UI, 1985)
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus
maupun jamur (http://www.sehatgroup.web.id)
B. Penyebab
Penyebab pneumonia adalah:
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Legionella
Hemophilus influenzae
2. Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)
3. Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-
anak dan dewasa muda)
4. Jamur tertentu.
C. Cara penularan
Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:
Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar
Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.
Perjalanan infeksinya adalah bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada
daerah mulut dan tenggorokan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh
darah, mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan selaput otak. Akibatnya,
timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak.
D. Gejala
Gejala khususnya adalah:
demam
sesak napas
napas dan nadi cepat
dahak berwarna kehijauan atau seperti karet,
serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi
akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas,
karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Namun, gejala awalnya yang tergolong sederhana seringkali membuat
orangtua kurang waspada terhadap penyakit ini. Orang tua sering datang
terlambat membawa anaknya ke dokter. Karena gejala awal panas dan
batuk, orang tua sering mengobati sendiri dirumah dengan obat biasa, bila
sudah sesak baru dibawa ke dokter. Karenanya sebaiknya bila anak sakit
panas tinggi dan batuk, segeralah ke dokter untuk dicari tahu penyebabnya.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
kulit lembab
batuk darah
pernafasan yang cepat
nyeri perut.
E. Pencegahan
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA
(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini
mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal masyarakat, sehingga
memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang
penanggulangannya. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2
kelompok usia. Yaitu, usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia)
dan usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun.
Klasifikasi Bukan-pnemonia
Mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala
peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pneumonia ini antara lain:
batuk-pilek biasa,
pharyngitis,
tonsilitis dan
otitis.
Ungkapan klasik bahwa “mencegah lebih baik daripada mengobati” benar-
benar relevan dengan penyakit pneumonia ini. Mengingat pengobatannya yang
semakin sulit, terutama terkait dengan meningkatkan resistensi bakteri
pneumokokus, maka tindakan pencegahan sangatlah dianjurkan.
Pencegahan penyakit pneumonia, dapat dilakukan dengan cara vaksinasi
pneumokokus atau sering juga disebut sebagai vaksin IPD, peluang mencegah
Pneumonia dengan vaksin IPD adalah sekitar 80-90%.
Waktu ideal pemberian vaksin IPD, adalah sebanyak 4 kali, yakni:
pada saat bayi berusia 2 bulan,
4 bulan,
6 bulan dan
diulang lagi pada usia 12 bulan.
Vaksinasi bisa membantu mencegah beberapa jenis pneumonia pada anak-anak dan orang
dewasa yang beresiko tinggi:
Vaksin pneumokokus (untuk mencegah pneumonia karena Streptococcus
pneumoniae)
Vaksin flu
Vaksin Hib (untuk mencegah pneumonia karena Haemophilus influenzae
type b).
Selain imunisasi, pencegahan pneumonia dengan menjaga keseimbangan nutrisi anak. Selain itu,
upayakan agar anak memiliki daya tahan tubuh yang baik, antara lain dengan cara cukup istirahat
juga olahraga.
F. Diagnosa dan Pengobatan
Diagnosis pneumonia dilakukan dengan berbagai cara.
Pertama dengan pemeriksaan fisik secara umum.
Pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara
ronki.
Pemeriksaan penunjang:
Rontgen dada
Pembiakan dahak
Hitung jenis darah
Gas darah arteri.
Penanganan pneumonia pun dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Antibiotik
Umumnya pengobatan dengan pemberian antibiotik. Penderita pneumonia
dapat sembuh bila diberikan antibiotik yg sesuai dengan jenis kumannya,
tapi perlu dosis tinggi dan waktu yg lama.
Opname
Opname dilakukan jika pneumonia yang di derita cukup parah. Hal ini
dikarenakan ada jenis bakteri tertentu seperti, bakteri Streptococcus
pneumoniae mulai resisten atau kebal terhadap beberapa jenis antibiotik.
Oleh sebab itu apabila pneumonia yang dialami cukup parah,
penanganannya juga dilakukan dengan cara opname. Dengan perawatan
khusus di rumah sakit, pasien bisa mendapatkan istirahat dan pengobatan
yang lebih intensif, atau bahkan terapi oksigen sebagai penunjang. Selain itu
penderita pneumonia juga membutuhkan banyak cairan untuk mencegahnya
dari dehidrasi. Cairan ini bisa diperoleh dengan cara banyak minum air putih
maupun melalui infus.
Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus,
meski beberapa obat antivirus telah digunakan. Kebanyakan pasien juga
bisa diobati dirumah. Biasanya dokter yang menangani pneumonia akan
memilihkan obat sesuai pertimbangan masing-masing, setelah suhu pasien
kembali normal, dokter akan menginstruksikan pengobatan lanjutan untuk
mencegah kekambuhan. Soalnya, serangan berikutnya bisa lebih berat
dibanding yang pertama. Selain antibiotika, pasien juga akan mendapat
pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk
meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
Pada beberapa kasus, pneumonia yang sudah mengalami komplikasi
tersebut bisa meninggalkan berbagai efek samping. Anak dapat mengalami
berbagai efek samping seperti gangguan kecerdasan, gangguan
perkembangan motorik, gangguan pendengaran dan keterlambatan bicara.
Walaupun demikian, anak dengan pneumonia juga bisa sembuh total dan
hidup dengan normal.
G. . Klasifikasi
a. Berdasarkan letak anatomi
Pneumonia lobaris
Peumonia lobaris adalah pneumonia dengan konsolidasi infiltrat pada satu atau
beberapa lobus. Biasanya gejala penyakit datang mendadak, tetapi kadang-kadang
di dahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada anak yang sudah
besar, disertai badan menggigil, dan pada bayi disertai kejang. Suhu naik cepat
sampai 39-40 0C dan suhu ini biasanya menunjukan tipe febris kontinua. Nafas
menjadi sesak, disertai nafas cupung hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut
dan nyeri dada. Anak lebih suka tiduran pada sebelah dada yang terkena. Batuk-
batuk mula-mula kering kemudian produktif. Pada pemeriksaan fisis, gejala khas
tampak setelah 1-2 hari. Pada permulaan suara pernafasan melemah, sedangkan
pada perkusi tidak jelas ada kelainan. Setelah terjadi kongesti, ronki basah dan
nyaring akan terdengar yang segera menghilang setelah terjadi konsolidasi.
Kemudian pada perkusi jelas terdengar keredupan dengan suara pernafasan sub
bronkial sampai bronkial. Pada stadium resolusironki terdengar lebih jelas. Pada
inspeksi dan palpasi tampak pergeseran toraks yang terkena berkurang. Tanpa
pengobatan bisa terjadi penyembuhan dengan krisis sesudah 5-9 hari.
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Bronkopneumonia adalah pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus.
Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 0C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu.
Pernapasan cepat dan dangkal dan pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai mumntah dan diare. Batuk biasanya
tidak ditemukan pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk setelah
beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium
permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya
napas cepat dan dangkal, pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut
dan hidung, harus dipikirkan kemungkinan pneumonia. Pada bronkopneumonia,
hasil pemeriksaan fisis tergantung dari luas daerah yang terkena. Pada perkusi
toraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar
ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu
(konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada
auskultasi terdengar mengeras. Pada atadium resolusi, ronki terdengar lagi. Tanpa
pengobatan biasanya penyembuhan dapat terjadi sesudah 2-3 minggu.
Pneumonia interstitialis ( Bronkiolitis )
b. Berdasarkan etiologis
Bakteria (diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococcus hemolyticus,
streptococcus aureus)
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi
cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-
engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir dan kuku mungkin membiru
karena tubuh kekurangan oksigen. Pada kasus yang eksterm, pasien akan
mengigil, gigi bergemelutuk, sakit dada, dan kalau batuk mengeluarkan lendir
berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih bisa diobati. Bahkan untuk
pencegahan vaksinnya pun sudah tersedia.
Virus (respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus, virus sitomegalitik)
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini
makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas-terutama pada anak-
anak- gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian besar
pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.
Namun, bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa
berat dan kadang menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan
berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan. Gejala
Pneumonia oleh virus sama saja dengan influensa, yaitu demam, batuk kering
sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan letih lesu, selama 12 - 136 jam, napas
menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah lendir. Demam
tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.
Mocoplasma pneumoniae
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan
dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga
disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia
yang tidak tipikal ( Atypical Penumonia ). Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan
sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia
yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma
menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia
muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir.
Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa
mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.
Jamur (histiplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, blastomices
dermatitides, coccidiodes immitis, aspergillus species, candida albicans)
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia ( PCP ) yang
diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan
penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP bisa diobati pada banyak kasus. Bisa saja
penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun pengobatan yang baik
akan mencegah atau menundah kekambuhan.
Aspirasi (makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing)
Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan,
gas, debu maupun jamur. Rickettsia- juga masuk golongan antara virus dan
bakteri-menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis.
Penyakit-penyakit ini juga mengganggu fungsi paru
Pneumonia hipostatik
Terjadi karena kongesti paru yang lama, misalnya pada penderita penyakit
menahun yang berbaring lama. Kongesti paru bagian belakang bawah
mengakibatkan mudahnya kuman yang biasanya terdapat secara komensal
berkembang biak dan kemudian menyebabkan radang. Pencegahannya ialah
dengan mengubah-ubah posisi berbaring.
Sindrom Loeffler
Foto toraks simdrom ini biasanya menunjukan gambaran infiltart besar dan kecil
yang tersebar, ada yang menyerupai tuberkulosis miliaris. Batasnya kadang-
kadang tidak tegas. Infiltrat ini dapat berpindah-pindah dari lobus yang satu ke
lobus yang lain atau dari paru yang satu ke paru yang lain. Infiltrat ini merupakan
infiltrat eosinifil karena terdapat banyak sel eosinofil. Pada umumnya infiltrat ini di
anggap sebagai reaksi alergi terhadap protein asing yang di daerah tropis
dihubungkan dengan migrasi cacing Ascaris Lumbricoides atau lainnya, dari
usus masuk ke peredaran darah dan paru. Darah menunjukan eosinofilia sampai
40-70 %. Penyakit ini biasanya tidak berat dan sembuh setelah beberapa hari
sampai beberapa bulan. Pengobatannya terdiri dari antibiotoka untuk mencegah
infeksi sekunder
c. Berdasarkan pedoman MTBS (2000)
Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala:
1. Ada tanda bahaya umum. Seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang atau nafas letargis/ tidak sadar
2. Terdapat tarikan dinding dada ke dalam
3. Terdapat stridor (suara nafas bunyi ’grok-grok’ saat inspirasi)
Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat adalah:
1. Anak usia 2-12 bulan apabila frekwensi nafas 50 x/ menit atau lebih
2. Anak usia 12 bulan- 5 tahun apabila frekwensi nafas 40 x/ menit atau lebih
Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit
sangat berat
3. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Usia. Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi
pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi
yang berusia kurang dari 2 bulan
2. Keluhan utama: sesak nafas
3. Riwayat penyakit:
1) Pneumonia virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk rinitis dan batuk,
seta suhu badan lebih rendah dari pada pneumonia bakteri. Pneumonia virus
tidak dapat dibedakan dengan pneumonia bakteri dan mukoplasma.
2) Pneumonia stafilokokus ( bakteri )
Didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah dalam
beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tunggi, batuk dan mengalami
kesulitan pernafasan.
4. Riwayat penyakit dahulu
1) Anak sering menderita penykit saluran pernafasan bagian atas
2) Riwayat penyakit campak / fertusis ( pada bronkopneumonia)
5. Pemeriksaan fisik:
1) Inspeksi: Perlu diperhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensis abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada saat menarik napas. Batasan takipnea
pada anak usia 2 bulan -12 bulan adalah 50 kali / menit atau lebih,
sementara untuk anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau
lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada kedalam pada fase
inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.
2) Palpasi: Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membeasar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan (tachichardia)
3) Perkusi: Suara redup pada sisi yang sakit
4) Auskultasi: Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung / mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar
stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas
berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa
resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi, bronkofoni, kadang-kadang
terdengar bising gesek pleura.
6. Penegak diagnosis:
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit 18.000-40.000 / mm3
b. Hitung jenis didapatkan gesekan ke kiri
c. LED meningkat
2) X-foto dada
Terdapat bercak-bercak infiltrat yang tersebar (bronkopneumonia) atau yang
meliputi satu / sebagian besar lobus / lobulus
B. Diagnosis / Masalah
1) Diagnosis medis: pneumonia
Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan
menjadi 3, yaitu:
Pneumonia berat / penyakit sangat berat, bila ada tanda bahaya
(seperti anak tidak biasa menetek atau minum, selalu
memuntahkan semuanya, mengalami kejang atau letargis/ tidak
sadar), terdapat tarikan dinding dada ke dalam, atau terdapat
stridor.
Pneumonia dengan gejala napas cepat (perhatikan batasan
napas cepat)
Batuk bukan pneumonia, bila tidak ada tandea-tanda pneumonia
atau penyakit sangat berat
2) Masalah yang sering timbul:
Inefektivitas pola napas
Devisit volume cairan
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat atau penyakit sangat
berat di puskesmas/ balai pengobatan, maka anak perlu dirujuk segera setelah
diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai. Dosis pertama antibiotika yang
dimaksud adalah kloramfenikol yang diberikan ssecara intramuskular dengan
dosis 40 mg/kg BB. Jika anak diklasifikasikan menderita pneumonia, maka
tindaka berikut ini diperlukan:
1) Pemberian antibiotik yang sesuia selama 5 hari (untuk jenis antibiotika
yang sesuai lihat tabel di bawah)
2) Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
3) Berikan nasihat mengenai kapan harus segera kembali
4) Melakukan kunjungan ulang setelah 2 hari
Adapaun pilihan antibiotika yang dapat diberikan adalah:
Pilihan pertama kotrimoksazol, 2x sehari
selama 5 hari
Pilihan kedua
amoksilin, 3x
sehari selama 5
hari
Usia atau BB
Tablet dewasa Tablet anak sirup Sirup
2-4 bln (4-<6 kg ) ¼ 1 2.5 ml 2.5 ml4-12 bln (6-<10 kg) ½ 2 5.0 ml 5 ml12 bln-5 thn (10-<19 kg) 1 3 7.5 ml 10 mlKeterangan:
1) Tablet kotrimoksazol untuk dewasa terdiri dari 80 mg trimetoprin +400
mg sulfametoksazol
2) Tablet kotrimoksazol untuk anak terdiri dari 20 mg trimetoprim + 200 mg
sulfametoksazol
3) Sirup per 5 ml mengandung 40 mg trimetoprim +200 mg sulfametoksazol
Sedangkan untuk anak dengna pneumonia yang dirawat di RS, diperlukan
rencana perawatan yang sesuai dengna masalahnya, yaitu:
1) Inefektifitas pola nafas, rencana perawatan yang diperlikan adalah:
1. Berikan oksigen yang dilembabkan sesuai takikardi
2. Lakukan fisioterapi dada: kerjakan sesuai jadwal
3. Observasi tanda-tanda vital
4. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai advis
5. Periksa dan cata hasil X-ray dada dan jumlah sel darah putih
sesuai indikasi
6. Lakukan suction bila perlu
7. Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam
perawatan, misalnya, pemberian obat serta pengenalan tanda
dan gejala inefektifitas pola nafas
8. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2) Devisit volume cairan, intervensi yang diperlukan adalah:
1. Berikan cairan sesuai kebutuhan
2. Catat secara akurat intake dan output
3. Kaji dan catat tanda-tanda vital serta gejala kekurangan cairan
4. Periksa dan catat berat jenis urine tiap 4 jam atau sesuai advis
5. Lakukan perawatan mulut sesuai dengan kebutuhan
6. Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam
monitoring intake dan output serta dalam mengenali tanda dan
gejala kekurangan volume cairan
7. Ciptakan situasi yang nyaman
II. KELAINAN JANTUNG BAWAAN
1. Pengertian
Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan anatomi jantung yang sudah ada sejak
dalam kandungan ( Nursalam, )
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan susunan jantung, mungkin sudah terdapat sejak
lahir (FK UI, 1985)
2. Klasifikasi
A. Berdasarkan anatomi
1) Kelainan aorta (koarktasio aorta, kalainan arcus aorta, cincin aorta, PDA,
aortic pulmonary window, kalainan basis aorta dan pembuluh darah
koroner)
2) Kelainan arteria pulmonalis (dari distal ke proksimal ): kelainan pada
vaskular bed. Stenosis arteria pulmonalis, aplasia salah satu cabang a.
Pulmonalis, PS valvular, ketiadaan bawaan katup pulmonal
3) Kelainan katup atrio-ventrikular (septum, atrium, ventrikel, system vena)
B. Berdasarkan fisiologi
1) Kelainan jantung bawaan yang dipengaruhi beban tekanan jantung
2) Kelainan jantung bawaan yang dipengaruhi beban volume jantung
3) Kelainan jantung bawaan yang dipengaruhi oleh kombinasi beban tekanan
dan beban volume jantung
C. Berdasarkan ada tidaknya sianosis
1) Kelainan jantung bawaan asianotik
KJB asianotik adalah penyakit jantung bawaan yang tidak disertai dengan
warna kebiruan pada mukosa tubuh. Yang termasuk dalam KJB asianotik
adalah:
1. Ventrike Setal Defect (VSD) yaitu adanya defect atau celah antara
ventrikel kiri dan ventrikel kanan
2. Atrial Septal Defect (ASD) yaitu adanya defect atau celah antara
atrium kiri dan kanan
3. Patent Ductus Arteriosus (PDA) yaitu adanya defect atau celah pada
ductus arteriosus yang seharusnya telah menutup pada usia 3 hari
setelah lahir
4. Stenosis Aorta (SA) yaitu adanya penyempitan pada katup aorta yang
dapat diakibatkan oleh penebalan katup
5. Stenosis Pulmonal (SP) yaitu adanya penyempitan pada katup
pulmonal
Manifestasi klinis KJB nonsianotik adalah:
Sesak nafas/nafas yang cepat
Berat badan yang tidak naik
Susah dalam minum susu/makan (tidak dapat mengiap
susu dengan cepat, perlu waktu yang lama untuk menyusu
dan seringkali harus berhenti beberapa kali)
Sering batuk dan infeksi paru berulang.
Pada semua PJB tanpa kebiruan, terjadi pembebanan tekanan pada jantung
kanan dan paru paru yang akan menimbulkan 2 (dua) efek samping apabila
keadaan dibiarkan, yaitu :
Kegagalan jantung
Hipertensi paru paru
2) Kelainan jantung bawaan sianotik
KJB sioanotik adalah penyakit jantung bawaan yang disertai dengan warna
kebiru-biruan pada mukosa tubuh. Menurut Walter (1994), sianosis adalah
warna kebiru-biruan yang timbul pada kulit karena Hb tak jenuh dalam darah
rendah dan sering sukar untuk ditentukan kuantitasnya secara klinis. Warna
sianotik pada mukosa tubuh tersebut hendaknya dibedakan dengan warna
kepucatan pada tubuh anak yang mungkin terjadi karena beberapa faktor,
seperti pigmentasi dan sumber cahaya. Beberapa macam PJB sianotik
diantaranya adalah:
1) Tetraloggi of Fallot (TF), yaitu kelainan jantung yang timbul sejak bayi
dengna gejala sianosis karena terdapat kelainan yaitu VSD, stenosis
pulmonal, hipertropi ventrikel kanan, dan overiding aorta.
2) Transposisi artero besar (TAB) atau Transposition of The Great
Atteries (TGA), yaitu kelainan yang terjadi karena pemindahan letak
aorta dan arteri pulmonalis, sehingga aorta keluar dari ventrikel kanan
dan arteri pulmonalis dari ventrikel kiri.
KJB pada anak, terutama yang sianotik, dapat mengakibatkan kegawatan
apabila tidak ditangani secara benar, seperti gagal jantung dan serangan
sianosis (sianotic spell).
3. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Usia
Perlu diketahui pada usia berapa gejala timbul. Pada anak dengan KJB, gejala
tersebut tidak selalu disertai dengan tanda-tanda yang spesifik, karena anak dapat
melakukan aktivitas secara normal. Kadang-kadang gejala muncul setelah anak
remaja atau menginjak dewasa.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Sebagian anak yang menderita KJB dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Pada beberapa kasus yang spesifik seperti VSD, ASD, dan TF, pertumbuhan fisik
anak terganggu, terutama berat badannya. Anak kelihatan kurus dan mudah sakit,
terutama karena infeksi saluran napas. Sedangkan untuk perkembangannya, yag
sering mengalami gangguan adalah aspek motoriknya.
3. Pola aktivitas
Anak-anak yang menderita TF sering tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara normal. Apabila melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi,
seperti berlari, bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/ minum tergesa-gesa,
menangis atau tiba-tiba duduk jongkok (squating), anak dapat mengalami serangan
sianosis. Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar aliran darah ke otak.
Kadang-kadang anak tampak pasif dan lemah, sehingga kurang mampu untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari dan perlu di bantu.
4. Tanda vital (suhu, nadi, respirasi, dan kesadaran)
Seorang anak yang menderita KJB adalah rekatif/normal selama tidak didapatkan
tanda-tanda infeksi. Nadi pada masa bayi secara normal lebih cepat dibandingkan
dengan masa anak-anak. Pada anak yang mengalami kesulitan napas/ sesak naas
sering didapatkan tanda-tanda adanya retraksi otot bantu napas, pernapasan
cuping hidung, dan napas cepat; sementara pada bayi sering ditandai dengan
minum/ menetek yang sering berhenti. Sesak napas ini sering timbul bila melakukan
latihan yang lama dan intensif.
Menurut penilaian Glasgow Coma Scale (GCS), kesadaran termasuk dalam
kategori compos mentis. Dalam keadaan yang memburuk, seperti ketika anak
mengalami gagal jantung, kesadaran bisa mengalami penurunan bahkan sampai
mrngalami koma.
5. Sianosis
Terutama terjadi pada kasus TF. Harus dibedakan antara sianosis perifer dan
sianosis sentral. Sianosis perifer terjadi karena vasokonstriksi pembuluh darah,
terutama pada bagian perifer yang dapat dilihat pada ujung-ujung ekstremitas.
Sedangkan pada sianosis sentral, warna kebiruan dapat dilihat pada membran
mukosa, seperti lidah, bibir, dan konjungtiva. Sianosis sentral dapat timbul selama
melakukan aktivitas, seperti menangis atau makan tergesa-gesa. Pada sianosis
yang berat, tanpa melakukan aktivitas apapun warna pucat kebiruan sudah tampak.
Sianosis ini tidak selalu ada pada penyakit jantung bawaan. Hal ini bergantung pada
letak kelainannya. Misalnya saja, pada VSD atau ASD tanda sianosis ini tidak
tampak.
6. Pemeriksaan penunjang
1) Ultra Sono Grafi (USG) dada yang digunakan untuk menentukan besar
jantung, bentuk vaskularisasi paru, serta untuk mengetahui keadaan thymu,
trachea, dan esophagus.
2) Electro Cardiografi (ECG) berguna untuk mengetahui adanya aritmia atau
hipertrofi.
3) Echo Cardiografi berguna untuk mengetahui hemodinamik atau anatomi
jantung.
4) Kateterisasi dan Angiografi untuk mengetahui gangguan anatomi jantung
yang dilakukan dengan tindakan pembedahan.
5) Pemeriksaan laboratorium. Biasanya pemeriksaan darah dilakukan untuk
serum elektrolit, Hb, Packet Cell Volume (PVC), dan kadar gula.
7. Program terapi
Pengobatan ditujukan untuk dua hal, yaitu:
1) Jenis dan berat penyakitnya
Apabila terdapat sianosis maka diperlukan optimalisasi fisik dan mental
untuk persiapan operasi. Observasi tanda-tanda vital dan terapi suportif
tetap diperlukan meskipun anak tidak mengalami sianosis.
2) Mengatasi penyakit/ komplikasi, yang biasanya dilakukan dengan tindakan
operatif
b. Masalah
1. Diagnosis medis: dugaan (suspect) KJB
2. Masalah yang mungkin timbul adalah:
1) Penurunan Cardiac Output (curah jantung)
2) Intoleransi aktivitas
3) Gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan
4) Risiko injeksi
5) Risiko trauma
6) Koping keluarga
c. Perencanaan
Apabila terdapat tanda-tanda yang mendukung terjadinya KJB, segera lakukan rujukan
ke tenaga medis atau ke klinik yang mempunyai fasilitas yang lebih rangkap. Sementara
itu, apabila dijumpai masalah-masalah tersebut di atas dan anak belum mendapatkan
pertolongan dari dokter atau tenaga yang berwenang, maka perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Optimalkan Cardiac Output
Untuk maksud tersebut perlu diberikan istirahat yang cukup bagi anak.
Usahakanlah agar suasana lingkungan tenang dan nyaman. Segera
berkolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian digoxin (digitalisasi). Selama
pemberian digoxin, lakukan observasi terhadap tanda-tanda vital dan intoksikasi
digitalis. Tanda-tanda intoksikasi digitalis adalah nadi tidak teratur, mual, dan
muntah. Apabila terjadi intoksikasi, segera hentikan pemberian digoxin. Apabila
keadaan membaik, segera mulai dengan dosis awal.
2. Bantu pemenuhan kebutuhan aktivitas
Meskipun ada keterbatasan aktivitas, anak perlu dibantu untuk memilih aktivitas
yang disukainya, termasuk dalam hal bermain. Perlu diperhatikan adalah
menghindari aktivitas yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang
berlebihan membutuhkan oksigen yang cukup, sementara persediaan oksigen
dalam tubuh terbatas. Anak sedapat mungkin beristirahat beristirahat dengan
cukup sesuai dengan usianya. Hindari juga perubahan suhu lingkungan yang
mendadak, karena hal tersebut memicu jantung untuk bekerja lebih keras guna
memenuhi O2. Apabila anak bangun tidur dan akan diajak jalan-jalan pagi,
gunakan pakaian yang tebal agar anak tidak kedinginan. Gunakan air hangat
untuk mandi bila cuaca dingin.
3. Berikan stimulus pertumbuhan dan perkembangan
Untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, maka makanan yang
mencukupi sangat diperlukan, yaitu cukup protein, vitamin, mineral, karbohidrat,
dan lemak yang sangat dibutuhkan pada masa anak. Perlu ditambahkan sumber
Fe yang mencukupi, seperti bayam dan hati. Fe yang cukup dalam tubuh akan
membantu meningkatkan kadar oksigen. Untuk merangsang perkembangan
anak, aktivitas bermain tetap diperlukan. Tetapi, dalam melaksanakan aktivitas
harus sesuai dengan keadaan dan kemampuan anak. Orang tua perlu selektif
dalam memilih permainan anak. Yang perlu diperhatikan bahwa anak tetap bisa
bermain tanpa memperburuk keadaan penyakitnya.
4. Hindari terjadinya infeksi/ trauma
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi berulang, pada
anak dengan penyakit jantung bawaan diantaranya adalah segera di obati dan
sedapat mungkin dijauhkan dari orang tua atau saudaranya yang menderita
penyakit menular. Orang tua yang harus merawat anaknya hendaknya
melindungai dirinya sendiri selama sakit, misalnya dengan menggunakan masker
selama menyusui.
Sealin itu, perlu juga divberikan nutrisi, dan istirahat yang mencukupi untuk
memulihkan kondisi tubuh. Penjelasan mengenai risiko infeksi dan tanda-tanda
akibat penyakit yang diderita anak perlu di informasikan kapada orang tua.
5. Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua dan keluarganya
Untuk mengurangi kecemasan orang tua maka diperlukan penjelasan mengenai
keadaan penyakit anaknya, pengobatan, kemungkinan dilakukan pembedahan/
operasi, dan upaya untuk menghindari keadaan yang lebih buruk, misalnya
memberikan cukup istirahat dan kasih sayang.
III. ANEMIA
a. Defenisi
Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah dan/atau konsentrasi hemoglobin
turun dibawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh akibatnya jumlah O2 yang diangkut ke jaringan tubuh berkurang.
b. Etiologi
Produksi sel darah tidak mencukupi:
Rendahnya produksi sel darah merah karena defisiensi factor yang berperan dalam
eritropoesis (as. Folat, vit B12, zat besi)
Kehilangan sel darah merah:
Terjadi karena perdarahan yang disebabkan oleh penyebab-penyebab utama (sal. Cerna,
uterus hidung, luka).
Peningkatan penghancuran sel darah merah:
Overaktif system reticular endoplasmic (termasuk hipersplenisme) atau karena produksi
sel darah merah abnormal yang dihancurkan oleh RES (spt. Anemia sickle sel)
c. Patofisiologi
1. Manifestasi klinis
Factor yang mempengaruhi berat dan sedangnya gejala:
• Kecepatan terjadinya anemia
• Durasi
• Kebutuhan metabolisme pasien yang bersangkutan
• Adanya kelainan lain atau kecacatan
• Komplikasi tertentu atau keadaan penterta kondisi yang menyebabkan
anemia
Gejala yang ditimbulkan:
• Tekikardi
• Palpitasi
• Kardiomegali
• hepatomegali
• Dyspepsia
• Konstipasi
• Diare
• Parastesia
• Mati rasa
• Ataksia
• Gangguan koordinasi
• Bingung
• Gangguan integritas kulit
• Kuku cekung dan bergerigi
• Udem perifer
2. Komplikasi
Komplikasi umum, meliputi gagal jantung, parestesia, angina, gagal jantung kongestif,
dan kejang.
d. Klasifikasi
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. anemia defisiensi Fe
b. thalasemia
2. Anemia makrositik
a. defisiensi vit B 12
b. defisiensi asam folat
c. anemia hemolitik
d. mielodisplasia
3. Anemia normokrom
a. penyakit kronik
b. perdarahan akut
e. Penatalaksanaan Medis
Mencari penyebab dan mengatasi komplikasi,serta penggantian darah yang hilang.
1) Terapi oksigen
Kompensasi berkurangnya pengangkutan oksigen dan membantu mengurangi kerja
jantung.
2) Transfusi darah
Terutama pada lkehilangan darah akut (Hb < 6 gr/dl) atau yang tidak respon terhadap
pengobatan lain.
Pemberian jangka pahjang beresiko tinggi kelebihan zat besi (kardiomegali, perikarditis,
aritmia, GJK, insufisiensi tiroid, malfungsi penkreas dan endokrin, fibrosis hepar,
perubahan warna kulit)
3) Agen penghancuran zat besi
Defroksamin dapat mencegah kelebihan zat besi
4) Eritropoetin
Injeksi subkutan untuk mengobat penyakit kronik anemia. Sumsum tulang harus
memproduksi SDM dan harus tersedia nutrien
5) Zat besi dan vit B12
6) Diet tinggi zat besi
Pada penyakit defisiensi nutrisi atau kehilangan darah, nutrisi dapat mengakibatkan
produksi SDM
f. WOC
Penghancuran SDM
Kehilangan SDM
Perdarahan saluran cerna
Overaktif RES, produksi SDM abnormal
Depresi sum2 tulang
Def. Besi, B12, as. Folat
Produksi SDM
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah mendapatkan atau menggunakan obat-obatan yang mempengaruhi
sumsum tulang dan metabolisme asam folat.
Riwayat kehilangan darah kronis mis: perdarahan GI kronis, menstruasi
berat(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
Riwayat endokarditis infektif kronis.
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
Pe kadar Hb
Hipoksia serat saraf
Efek GIKompensasi paruKompensasi jantung
Gangguan penyebaran nutrisi
Pe frekuensi nafas
Penebalan dinding ventrikel
Pe kontraktilitasPe frekuensi
Parastesia, mati rasa, ataksia, gangguan koordinasi, bingung
Konstipasidiare
dispepsiakardiomegalipalpitasitakikardi
Pe jumlah eritrosit
Riwayat TB, abses paru.
Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis: benzene, insektisida,
fenil butazon, naftalen.
Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.
Riwayat kanker, terapi kanker.
Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit malabsorbsi, lan spt:
enteritis regional, manifestasi caciong pita, poliendokrinopati, masalah autoimun.
Penggunaan anti konvulsan masa lalu / sekarang, antibiotic, agen kemoterapi,
aspirin, obat antiinflamasi, atau anti koagulan.
Adanya / berulangnya episode perdarahan aktif (DB)
Pembedahan sebelumnya: splenektomi, eksisi tumor, penggantian katup
prostetik, eksisi bedah duodenum, reseksi gaster, gastrektomi parsial / total.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keletihan, kelemahan, malaise umum
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
klien mengatakan bahwa Ia Depresi
Sakit kepala
Nyeri mulut & lidah
Kesulitan menelan
Dyspepsia, anoreksia
Klien mengatakan BB menurun
Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi
Penurunan penglihatan
Kemampuan untuk beraktifitas menurun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kecendrungan keluarga untuk anemia.
Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia congenital.
Keluarga adalah vegetarian berat.
Social ekonomi keluarga yang rendah.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kardiologi
• Kardiomegali , Hepatomegali
• Edema perifer
• Takikardi, palpitasi,
b. Pernafasan
• Takipnea, orthopnea, dispnea.
c. Sirkulasi
• TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil & tekanan nadi melebar,
hipotensi postural.
• Bunyi jantung murmur sistolik (DB)
• Ekstremitas: pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa,
• Sclera biru atau putih seperti mutiara.
• Pengisisan darah kapiler melambat
• Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonika) (DB)
• Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature
d. Gastrointestinal
• Diare, muntah,
• glositis (peradanagan lidah)
• melena/ hematemesis
e. Neurologi
• Parastesia
• Ataksia
• Koordinasi buruk
• Bingung
• Sakit kepala
• Pusing
• Kunang-kunang
• Peka ransang
• Proses pikir lambat
• Penurunan lapang pandang
• Apatis
• Depresi
f. Integuman
• Mukosa pucat,kering
• Kulit kering
4. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
• Jumlah darah lengkap JDL) : HB & HT menurun
o Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik), MCV & MCH
menurun, & mikrositik dg eritosit hipokromik (DB), peningkatan (AP),
pansiitopenia (aplastik)
o Jumlah retikulosit bervariasi :menurun(AP), meningkat (hemolisis)
o Pewarnaan SDM: mendeteksi perubahan warna & bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia)
o LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi
o Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnosa anemia
o Tes kerapuhan eritrosit : Menurun (DB)
o SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
• Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal/tinggi (hemolitik)
• Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb
• Bilirubin Serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
• Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia
• Besi serum : tak ada(DB), tinggi (hemolitik)
• TIBC serum : menurun (DB)
• Masa perdarahan : memenjang (aplastik)
• LDH serum : mungkin meningkat (AP)
• Tes Schilling : penurunan eksresi vit. B12 urin (AP)
• Guaiiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut/kronis (DB)
• Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatann pH dan tak adanya
asam hidrokolorik bebas (AP)
• Aspirasi sum-sum tulang/pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia
• Pemeriksaan endoskopoi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan,
perdarahan GI
No Diagnosa Sasaran Pasien Intervensi keperawatan/Rasional Hasil Yang Diharapkan1 Ansietas/takut b.d
prosedur
diagnostic/transfuse
Pasien (keluarga)
mendapatkan pengetahuan
tentang gangguan, tes
diagnostic dan pengobatan.
• Siapkan anak untuk menghilangkan ansietas/rasa
takut
• Tetapkan bersama anak selama masa tes dan
memulai transfuse untuk memberikan dukungan dan
observasi pada kemungkinan komplikasi.
• Jelaskan tujuan pemberian komponen darah untuk
meningkatkan pemahaman terhadap gangguan, tes
diagnostic dan pengobatan
• Anak dan keluarga
menunjukkan ansietas
yang minimal
• Anak dan keluarga
menunjukkan
pemahaman tentang
gangguan, tes diagnostic
dan pengobatan
2 Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan umum,
penurunan pengiriman
oksigen ke jaringan.
• Pasien
mendapat istirahat yang
adekuat
• Observasi adanya tanda kerja fisik dan
keletihan untuk merencanakan istirahat yang tepat.
• Antisipasi dan bantu dalam ADL yang
mungkin di luar batas toleransi anak untuk
mencegah kelelahan
• Beri aktivitas bermain pengalihan, yang
meningkatkan istirahat dan tenang tetapi mencegah
kebosanan dan menarik diri
• Pilih teman sekamar yang sesuai dengan
usia dan minat yang sama untuk mendorong
kepatuhan pada kebutuhan istirahat.
• Rencanakan aktivitas keperawatan untuk
memberikan istirahat yang cukup
• Bantu pada aktivitas yang memerlukan kerja
fisik
• Anak bermain
dan istirahat dengan
tenang dan melakukan
aktivitas yang sesuai
dengan kemampuan.
• Anak tidak
menunjukkan tanda-
tanda aktivitas fisik atau
keletihan.
• Pasien
menunjukkan
pernafasan normal
• Pasien
mengalami stress
emosional minimal
• Pertahankan posisi Fowler-tinggi untuk
pertukaran udara yang optimal
• Beri oksigen untuk meningkatkan oksigen ke
jaringan
• Ukur tanda vital selama periode istirahat
untuk menentukan nilai dasar perbandingan selama
periode aktivitas
• Antisipasi peka rangsang anak dan kerewelan
dengan membantu anak dalam aktivitas bukan
menunggu dimintai bantuan
• Dorong orang tua untuk tetap bersama anak untuk
meminimalkan stress karena perpisahan
• Berikan tindakan kenyamanan untuk meminimalkan
stress
• Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan untuk
meminimalkan ansietas
• Berikan darah, sel darah, trombosit sesuai ketentuan
• Berikan faktor pertumbuhan hematopoietik, sesuai
ketentuan untuk meransang pembentukan sel darah
• Pasien
bernafas dengan
mudah; frekuensi dan
kedalaman pernafasan
normal
• Anak tetap
tenang
• Anak
menerima elemen
• Pasien
menerima elemen
darah yang tepat
merah darah yang tepat tanpa
masalah
3 Perubahan nutrisi:
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d
ketidakadekuatan
pemasukan besi yang
dilaporkan (kurang dari
RDA); kurang
pengetahuan mengenai
makanan yang diperkaya
dengan besi.
• Pasien
mendapat suplai besi
adekuat
• Pasien
mengkonsumsi
suplemen besi
• Berikan konseling diet pada pemberi perawatan
khususnya mengenai hal-hal berikut: sumber besi
dari makanan (mis, daging, kacang, gandum, sereal
bayi yang dipercaya dengan besi) untuk memastikan
bahwa anak mendapat suplay besi yang adekuat
• Beri susu pada bayi sebagai makanan suplemen
setelah makanan padat diberikan karena terlalu
banyak minum susu akan menurunkan masukan
makanan padat yang mengandung besi
• Ajari anak yang lebih besar tentang pentingnya zat
besi yang adekuat dalam diet untuk mendorong
kepatuhan
• Berikan preparat besi sesuai ketentuan
• Intruksikan keluarga mengenai pemberian
preparat besi oral yang tepat:
• Berikan dalam dosis terbagi untuk absorpsi
maksimum
• Berikan diantara waktu makan untuk
• Anak
sedikitnya
mendapatkan
kebutuhan besi minimal
harian
• Keluarga
menghubungkan riwayat
diet yang memperjelas
kepatuhan anak
terhadap anjuran ini.
meningkatkan absorpsi pada traktus gastrointestinal
bagian atas
• Berikan dengan jus buah atau preparat
multivitamin karena vit C memudahkan absorpsi besi
• Jangan memberikannya bersama susu atau
antasida karena bahan ini akan menurunkan
absorpsi besi.
• Berikan preparat cair dengan pipet, spuit,
atau sedotan untuk menghindari kontak dengan gigi
dan kemungkinan pewarnaan
• Kaji karakteristik feses karena dosis adekuat
besi oral akan mengubah feses menjadi hijau gelap
• Anak diberikan
suplemen besi yang
dibuktikan dengan feses
yang bewarna hijau.
• Anak meminum
obat dengan tepat.
IV. THALASEMIA
a. Pengertian
Merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif, dimana
hemoglobin orang dewasa normal (hemoglobin A [HbA]) sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh hemoglobin sabit abnormal (HbS), yang menyebabkan penyimpangan dan kekakuan sel
darah merah dalam kondisi penurunan tekanan oksigen Secara molekuler talasemia
dibedakan atas talasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan atas talasemia
mayor dan minor.
b. Patofisiologi
Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan skunder. Talasemia primer adalah
berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel –sel
eritrosit intramedular. sedangkan talasemia skunder ialah karena defesiensi asam folat,
bertambahnya volume plasma intravascular yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi
eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam limpa dan hati.
Terjadinya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin
berkurang.
Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara tranfusi berulang,
peningkatan absorsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis,
serta proses hemolisis.
c. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir dengan talasemia beta mayor tidak anemia. gejala awal pucat mulanya tidak
jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang
berat terjadi dalam bebebrapa minggu setelah lahir. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan
baik, tumbang masa kehidupan anak akan terhambat.Anak tidak nafsu makan, diare,
kehilangan lemak tubuh dan disertai dengan demam berulang akibat infeksi. Anemia
beratdan lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung.
Terdapat hepatosplenomegali.Ikterus jaringan ada terjdi perubahan pada tulang yang
menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system eritropoesis yang hiperaktif.
Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan, dan kaki dapat menimbulkan fraktur
patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan zat gizi menyebabkan
perawakan pendek. Kadang – kadang ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada
tungkai dan batu empedu. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah
diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat menyebabkan
kematian. Dapat timbul pansitopenia akibat hipersplenisme.
Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin ( keterlambatan menars dan gangguan
perkembangan sifat sek skunder ), pancreas ( diabetes ), hati ( sirosis ), otot jantung
( aritmia, ganggunan hantaran, gagal jantung ), dan perikardium ( perikarditis ).
d. Pemeriksaan penunjang
Anemia biasanya berat, dengan kadar Hb berkisar antara 3 – 9 g/dl.
Eritrosit memperlihatkan anisositosis, poikilositosis dan hipokromia berat. Sering ditemukan
sel target.Normoblas ( eritrosit berinti ) banyak dijumpai terutama pasca splenoktomi.
Gambaran sumsum tulang memperlihatkan eritropoesis yang hiperaktif sebanding dengan
anemianya. Petunjuk adanya talasemia alfa adalah ditemukannya Hb Bart’s dan HbH. Pada
talasemia beta kadar HbF bervariasi antara 10 – 90 %, sedangkan dalam keadaan normal
kadarnya tidak melebihi 1 %.
e. Penatalaksanaan
1. Tranfusi PRC (packed red cell) bila Hb < 8 gr%
2. Untuk menurunkan besi dari jaringan tubuh diberikan kalori besi : disferal IM/IV
3. Splenektomi : hipersplenisme
4. Transplantasi sum sum tulang pada talasemia maya
5. Berikan asam folat 2 – 5 mg/hari, pada yang jarang mendapatkan tranfusi
6. Pantau fungsi organ: jantung, paru, hati, endokrin, gigi, telinga, mata, tulang.
f. Komplikasi
1. Akibat anemia yang berat dan lama sering terjadi gagal jantung
2. Tranfusi darah yang berulang-ulang dan proses hemolisis mengalibatkan kadar besi
dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam jaringan seperti hepar, limfa, kulit
dan jantung.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
anoreksia, lemah, diare, demam, anemia, ikterus ringan, BB menurun, perut
membuncit, hepatomegali dan splenomegali
b. Riwayat kesehatan dahulu
apakah klien pernah mengalami anemia
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasaya salah satu angota keluarga pernah mengalami penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum ;
tingkat kesadaran: compos mentis, apatis atau koma
TTV : peningkatan pada sistolik, suhu stabil dan nafas pendek
b. Kepala dan rambut : biasanya normal
c. Muka/wajah :
- Wajah seperti mongoloid
- Pada mata : konjungtiva anemis, sclera ikterik, abnormalitas intra ocular dengan
gangguan visual, kadang pelepasan retina progresif dan kebutaan
- Pada bibir sianosis
d. Torak/dada
- Paru : nafas pendek, takipnea, ortopnea, dispnea, perubahan fungsi paru,
rentan terhadap infeksi, dan insufisiensi paru
- jantung : bunyi jantung mur mur sistolik
e. Leher
Tidak ada pembesaran KGB
f. Abdomen
Nyeri abdomen berat menyerupai kondisi bedah akut
Hati: hepatomegali, sirosis, kolestasis intra hepatic
Limpa: splenomegali, rentan terhadap inmfeksi, penurunan fungsi pada aktifitas
splenik yang berkembang menjadi auto spleniktomi
g. Ekstremitas
perubahan pada tulang; penipisan korteks tulang punggung deformitas skelet,
khususnya lordosisi dan kiposis, ulkus kakai kronis, rentan terhadap osteomielitis
salmonella
h. Kulit
warna pucat,terdapat koreng pada tungkai
i. Genitalia
perubahan pada seks skunder, priapisme (nyeri, ereksi penis konstan)
4. Pertumbuhan dan perkembangan
Biasanya terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang lambat
No Diagnosa Sasaran Pasien Intervensi keperawatan/Rasional Hasil Yang Diharapkan1 Resiko tinggi cidera b.d
hemoglobin abnormal,
penurunan oksigen
ambient, dehidrasi
• Pasien
mempertahankan
oksigenasi jaringan
yang adekuat
• Pasien
mempertahankan
hidrasi yang adekuat
• Jelaskan tindakan untuk meminimalkan komplikasi
yang berhubungan dengan aktifitas fisik dan stress
emosional untuk menghindari tambahan kebutuhan
oksigen jaringan
• Cegah infeksi
• Hindari lingkungan yang rendah oksigen
• Hitung masukan cairan harian yang direkomendasikan
(150 ml/kg) dan kebutuhan dasar cairan anak pada
jumlah minimum, untuk menjamin hidrasi adekuat
• Tingkatkan masukan cairan diatas kebutuhan
minimum selama aktifitas fisik atau stress emosional
untuk mengkompensasi tambahan kebutuhan cairan
• Berikan pada orang tua intruksi tertulis mengenai
jumlah spesifik cairan yang dibutuhkan untuk
mendorong kepatuhan
• Dorong anak untuk minum, untuk mendorong
kepatuhan
• Ajarkan pada keluarga tanda-tanda dehidrasi
• Tekankan pentingnya menghindari panas yang
berlebihan sebagai penyebab kehilangan cairan
• Tekankan pentingnya nutrisi adekuat; imunisasi rutin
• Anak
menghindari situasi
yang menurunkan
oksigenasi jaringan .
• Anak meminum
jumlah cairan yang
adekuat dan tidak
menunjukkan adanya
tanda-tanda dehidrasi
• Anak tetap
• Pasien
terbebas dari infeksi
• Pasien
mengalami penurunan
resiko berkaitan dengan
prosedur bedah
termasuk vaksin pneumokokal dan meningokokal;
perlindungan dari sumber infeksi yang tidak diketahui
dan seringnya pengawasan kesehatan
• Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda infeksi
pada praktisi untuk menghindari keterlambatan
pengobatan
• Tingkatkan kepatuhan terhadap terapi antibiotik untuk
pencegahan dan pengobatan infeksi
• Jelaskan alasan pemberian transfuse darah
praoperasi (diberikan untuk meningkatkan konsentrasi
HbA)
• Jaga agar anak tetap terhidrasi dengan baik untuk
mencegah sickling
• Kurangi rasa takut melalui persiapan yang tepat
karena ansietas meningkatkan kebutuhan oksigen
• Berikan obat nyeri untuk mempertahankan rasa
nyaman anak dan mengurangi respon stress
• Hindari aktivitas yang tidak perlu untuk menghindari
tambahan keputusan oksigen
• Tingkatkan higiene paru pasca operasi untuk
mencegah infeksi
• Gunakan latihan rentang gerak pasif untuk
meningkatkan sirkulasi
bebas dari infeksi
• Anak menjalani
prosedur tanpa krisis
• Berikan oksigen, bila ditentukan untuk menjenuhkan
hemoglobin
• Pantau adanya tanda-tanda infeksi untuk menghindari
keterlambatan pengobatan2. Nyeri b.d anoreksia
jaringan (krisis vaso-
oklusif)
• Pasien tidak mengalami
nyeri atau nyeri menurun
sampai tingkat yang
dapat diterima anak
• Rencanakan jadwal obat pencegahan, bukan sesuai
kebutuhan untuk mencegah nyeri
• Kenali bermacam-macam analgesic, termasuk opioid,
serta penjadwalan obat mungkin perlu dicobva untuk
mencapai penghilangan nyeri yang memuaskan
• Hindari pemberian meperidin (Demerol) karena
peningkatan resiko kejang akibat nor meperidin
• Yakinkan pasien dan keluarga bahwa analgesic
diindikasikan secara medis dan dosis tinggi mungkin
diperlukan untuk mengurangi nyeri yang disebabkan
oleh rasa takut
• Berikan kompres panas pada area yang sakit karena
bisa menghilangkan nyeri
• Hindari penggunaan kompres dingin karena hal ini
akan meningkatkan sickling an vasokonstriksi
• Anak tidak mengalami
nyeri atau nyeri minimal
3. Perubahan proses
keluarga b.d anak yang
menderita penyakit yang
berpotensi mengancam
• Pasien (keluarga)
mendapatkan
pendidikan mengenai
penyakit
• Ajari keluarga dan anak yang lebih besar
tanda-tanda defek dasar serta tindakan untuk
meminimalkan komplikasi sickling
• Tekankan pentingnya menginformasikan
• Anak dan keluarga
menunjukkan
pemahaman tentang
penyakit, etiologi, dan
kehidupan
• Pasien (keluarga)
menerima dukungan
yang adekuat
tentang penyakit anak untuk memastikan pengobatan
yang segera dan tepat
• Jelaskan tanda-tanda terjadinya krisis untuk
menghindari keterlambatan pengobatan
• Beritahu keluarga mengenai sifat dasar
penularan dan rujuk pada pelayanan konseling
genetik
• Ajari orang tua untuk menjadi advokat bagi
anak mereka untuk memastikan perawatan yang
terbaik
• Rujuk pada organisasi dan lembaga khusus
agar mendapatkan dukungan secara terus-menerus
• Rujuk anak pada klinik sel sabit
komprehensif untuk perawatan yang berkelanjutan
• Sadar akan kebutuhan keluarga bila
penyakit ini menyerang dua atau lebih dari anggota
keluarga
terapinya
• Keluarga mendapatkan
manfaat dari
pelayanan komunitas
• Anak mendapatkan
perawatan yang terus-
menerus dari fasilitas
yang tepat
V. LEUKEMIA
a. Definisi
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel sel
hematopietik atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang sehingga menggantikan
elemen sumsum tulang normal. Pada orang-orang dengan leukemia, sumsum tulang
memproduksi sel darah putih yang abnormal, sel yang abnormal itu adalah sel leukemia. Pada
awalnya sel-sel leukemia ini berfungsi secara normal, sampai pada saat sel-sel ini memenuhi
leukosit, eritrosit, dan trombosit yang normal. Sehingga terjadi penurunan trombosit, yang penting
untuk proses pembekuan darah.
Klasifikasi Leukemia
Dilakukan berdasarkan stem sel yang terlibat , waktu munculnya gejala dan fase perkembangan
yang terganggu, antara lain:
a. Leukemia Myeloid Akut
Terutama terjadi pada dewasa. Terjadi kerusakan/gangguan pada stem sel hematopoetik
yang berdiferensiasi menjadi semua sel myeloid: monosit, granulosit(basofil, neutrofil,
eosinofil), eritrosit, trombosit. Perkembangbiakan myeloblast yang belum matang
mengganggu kenormalan produksi sel darah, sehingga mengurangi jumlah eritrosit dan
platelet. Leukemia jenis ini merupakan bentuk paling sering dari leukemia non limfositik.
Prognosis pada pasien yang mendapatkan penanganan dapat bertahan hanya sampai 1
tahun, dengan penyebab kematian biasanya karena infeksi dan perdarahan. Leukemia jenis
ini dapat diklasifikan lagi menjadi:
M1: leukemia mieloblastik tanpa pematangan
M2: leukemia mieloblastik dengan berbagai derajat pematangan
M3: leukemia promielositik hipergranular
M4: leukemia mielomonoblastik
M5: leukemia monoblastik
M6: eritroleukemia
b. Leukemia Myeloid Kronik
Terutama terjadi pada dewasa muda dan orang tua. CML adalah keganasan dari sel induk
myeloid yang menyebabkan tidak terkontrolnya proliferasi granulosit. Ditandai dengan
produksi berlebihan seri granulositik yang relatif matang. Serangannya tersembunyi, dan
kerusakannya berlangsung dalam jangka panjang. Pada penyakit ini terdapat sel normal
lebih banyak disbanding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. Secara
keseluruhan pasien dapat bertahan selama 3 sampai 4 tahun.
c. Leukemia Limfositik Akut
Terutama terjadi pada anak – anak dengan laki – laki lebih banyak dibanding perempuan.
ALL merupakan suatu proliferasi ganas limfoblast yang diakibatkan oleh kerusakan sel inti
limfoid tunggal. Sekitar 60% anak mencapai ketahanan hidup sampai 5 tahun.
d. Leukemia Limfositik Kronik
Terjadi pada semua umur. CLL disebabkan oleh perkembangbiakan B limfosit kecil dan
abnormal. Penyakit ini cenderung merupakan kelainan ringan. Negara - Negara barat
melaporkan penyakit ini sebagai leukemia yang umum terjadi. Ketahanan hidup rata – rata
pasien dengan CLL adalah 7 tahun. CLL dapat dibagi menjadi 4 tingkatan penyakit secara
klnis, yang ternyata mempunyai hubungan dengan prognosis.
e. Leukemia Sel Berambut
Adalah tipe yang relative harang terjadi, leukemia limfositik sel B indolen. Leukemia sel
berambut secara umum terjadi pada laki – laki usia pertengahan dengan dominasi laki –
laki terhadap perempuan 5:1.
b. Etiologi
Etiologi pasti dari leukemia ini belum diketahui. Leukemia, sama halnya dengan kanker lainnya,
terjadi karena mutasi somatic pada DNA yang mengaktifkan onkogenesis atau menonaktifkan
gen suppressor tumor, dan menganggu regulasi dari kematian sel, diferensiasi atau divisi.
Tapi penelitian telah dapat mengemukakan factor resiko dari Leukemia ini, antara lain:
1. Tingkat radiasi yang tinggi
Orang – orang yang terpapar radiasi tingkat tinggi lebih mudah terkena leukemia
dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar radiasi. Radiasi tingkat tinggi bisa terjadi
karena ledakan bom atom seperti yang terjadi di Jepang. Pengobatan yang menggunakan
radiasi bisa menjadi sumber dari paparan radiasi tinggi.
2. Orang – orang yang bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentu
Terpapar oleh benzene dengan kadar benzene yang tinggi si empat kerja dapat
menyebabkan leukemia. Benzene digunakan secara luas di industri kimia. Formaldehid
juga digunakan luas pada industri kimia, pekerja yang terpapar formaldehid memiliki resiko
lebih besar terkena leuikemia.
3. Kemoterapi
Pasien kanker yang di terapi dengan obat anti kanker kadang – kadang berkembang
menjadi leukemia. Contohnya, obat yang dikenal sebagai agen alkilating dihubungkan
dengan berkembangnya leukemia akhir – akhir ini.
4. Down Syndrome dan beberapa penyakit genetic lainnya
Beberapa penyakit disebabkan oleh kromosom yang abnormal mungkin meningkatkan
resiko leukemia.
5. Human T-cell Leukemia virus-I (HTVL-I)
Virus ini menyebabkan tipe yang jarang dari leukemia limfositik kronik yang dikenal sebagi
T-cell leukemia.
6. Myelodysplastic syndrome
Orang – orang dengan penyakit darah ini memiliki resiko terhadap berkembangnya
leukemia myeloid akut.
7. Fanconi Anemia
Menyebabkan akut myeloid leukemia
c. Patofisiologi
1. MANIFESTASI KLINIS
1. Leukemia Mieloblastik Akut
Rasa lemah
Pucat
Nafsu makan hilang
Anemia
Ptekie
Perdarahan
Nyeri tulang
Infeksi
Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediatinum
Kadang – kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5
Sakit kepala
2. Leukemia Mieloblastik Kronik
Rasa lelah
Penurunan berat badan
Rasa penuh di perut
Kadang – kadang rasa sakit di perut
Mudah mengalami perdarahan
Diaforesis meningkat
3. Leukemia Limfositik Akut
Rasa lelah
Panas tanpa infeksi
Purpura
Nyeri tulang dan sendi
Anemia
Macam – macam infeksi
Penurunan berat badan
Ada massa abnormal
Muntah
Gangguan penglihatan
Nyeri kepala
4. Leukemia Limfositik Kronik
Mudah terserang infeksi
Anemia
Lemah
Pegal – pegal
Trombositopenia
Respons antibodi tertekan
Sintesis immonuglobin tidak cukup
2. KOMPLIKASI
1. Leukemia Myeloid Akut
Perdarahan gastrointestinal, paru, dan intracranial
Nyeri akibat pembesaran limpa atau hati
Sakit tulang akibat penyebaran ke sumsum tulang
Selulitis
Pnemonia
Abses perirektal dan septikemia
Peningkatan kadar asam urat dan laktat dehidrogenase
2. Leukemia Myeloid Kronik
Perdarahan
Pembesaran lien
Takikardi
Napas pendek
Anemia
Memar
3. Leukemia Limfositik Akut
Infeksi
Limfadenopati
Hepatosplenomegali
Gangguan penglihatan
Artralgia
4. Leukemia Limfositik Kronik
Limfadenopati
Splenomegali dan hepatomegali
Anemia
Trombositopenia
Pneumonia
Infeksi
d. Penatalaksanaan
1. Leukemia Myeloid Akut (AML)
a. Pengobatan inisial
Pengobatan inisial untuk AML biasanya dimulai dengan kemoterapi induksi
menggunakan kombinasi obat seperti daunorubicin (DNR), cytarabine (ara-C), idarubicin,
thioguanine, etoposide, atau mitoxantrone.
b. Follow-up
Terapi follow-up untuk beberapa pasien mencakup:
Supportive care, seperti pemberian nutrisi intravena dan
pengobatan dengan antibiotic oral (ofloxacin, rifampisin), khususnya pada pasien
yang memiliki perpanjangan granulositopenia; yaitu terlalu sedikit granulosit yang
matang (netrofil), bakteri menghancurkan leukosit yang mengandung partikel kecil,
atau bergranul ( kurang dari 100 granulosit/mm³ dalam 2 minggu)
Injeksi dengan factor stimulasi koloni seperti granulosit colony-
stimulating factor (G-CSF), yang dapat memperpendek periode granulositopenia
yang diakibatkan oleh terapi induksi.
Transfusi eritrosit dan trombosit.
Pasien yang baru didiagnosa mungkin perlu dipertimbangkan untuk transplantasi
stem sel, baik dari sumsum tulang ataupun dari sumber lain. Trasplantasi sumsum tulang
allogenic (alloBMT) merupakan pengganti utama bagi pasien yang berumur dibawah 55
tahun yang memiliki donor keluarga yang cocok. Kira – kira setengah dari AML yang
baru didiagnosa berada pada kelompok umur ini, dengan 75% mendapatkan remisi
komplit setelah terapi induksi dan konsolidasi. Transplantasi sumsum tulang allogeneic
terdapat pada 15% dari semua pasien AML. Sayangnya, diperkirakan hanya 7% dari
semua pasien AML yang akan diobati dengan prosedur ini.
Orang – orang yang menerima transplantasi stem sel (SCT, alloBMT) membutuhkan
isolasi protektif di rumah sakit, meliputi air yang difiltrasi, makanan steril, dan sterilisasi
dari mikroorganisme di usus, sampai jumlah total leukosit diatas 500.
Pengobatan leukemia system saraf pusat jika tersedia, mencakup injeksi obat
kemoterapi (cytarabine atau ara-C, methotrexate) ke area sekitar otak atau spinal cord.
c. Terapi konsolidasi atau maintenance
Sekali pasien dlaam remisi, ia akan menerima terapi konsolidasi atau maintenance,
seperti, terapi konsolidasi dengan dosis tinggi ara-C (HDAC) dengan atau tanpa obat
anthracycline).
Apabila, pasien AML memiliki penyakit resisten (sekitar 15%) atau relapse (sekitar 70%),
remisi kedua kadang – kadang diperlukan melalui:
Induksi kemoterapi konvensional
Dosis tinggi ara-C, dengan atau tanpa obat lain.
Etoposide atau agen kemoterapi single.
Pasien AML yang lebih tua memiliki pengobatan special. Mereka mungkin kurang
toleransi terhadap septisemia yang berhubungan dengan granulositopenia, dan mereka
sering memiliki tingkat myelodysplastik (‘preleukemia’) sindrom (MDS) yang lebih tinggi.
Individu yang berusia diatas 75 tahun atau yang memiliki kondisi medical dapat diobati
efektif dengan dosis rendah ara-C.
Sampai saat ini rencana pengobatan pada anak tidak jauh berbeda dengan dewasa.
Banyak percobaan induksi memiliki hasil yang bagus dengan menggunakan kombinasi
cytarabine (ara-C) dan anthracycline (daunorubicin, doxorubicin). Pada anak berusia
dibawah 3 tahun, abthracycline yang digunakan untuk induksi harus dipilih dengan hati –
hati, karena doxorubicin lebih toxis dan berhubungan dengan kematian dibandingkan
dengan daunorubicin.
Terapi konsolidasi ini komplek, tapi terapi ini sebaiknya mencakup sedikitnya dua
siklus dosis tinggi ara-C. anak – anak dengan hiperleukositosis, khususnya monicytic M5
leukemia, memiliki prognosis yang buruk.
2. Leukemia Myeloid Kronik
Strategi umum untuk manajemen penyakit ini mencakup berbagai macam pilihan:
a. Leukapheresis
Dikenal juga dengan transplantasi stem sel darah perifer, dengan cryopreservation
stem sel (yang dibekukan) sebelum pengobatan lainnya. Darah pasien dilewatkan
melalui sebuah mesin yang memindahkan stem sel kemudian mengembalikan darah
ke pasien. Leukapheresis ini membutuhkan waktu 3-4 jam. Stem sel tersebut bisa
diobati dengan obat pembunuh sel- sel kanker atau bisa juga tidak. Kemudian stem sel
tersebut disimpan sampai ditransplantasikan lagi ke pasien.
b. HLA (human leukocyte antigen) typing
Untuk semua pasien usia dibawah usia 60. Prosedur ini ditentukan apakah donor yang
cocok tersedia utnuk transplantasi stem sel.
c. Kemoterapi
Dengan obat seperti hydroxyurea, busulfan atau imatinib mesylate.
Secara umum, pengobatan CML dapat terbagi atas 2, yaitu yang tidak meningkatkan
daya tahan dan yang meningkatkan daya tahan. Obat kemoterapi seperti hydroxyurea
dan busulfan dapat menormalkan jumlah darah dalam jangka waktu tertentu, tapi tidak
meningkatkan daya tahan. Obat-obat ini digunakan untuk menkontrol jumlah darah
pasien yang tidak bisa melakukan SCT atau yang tidak berespon terhadap terapi
interferon karena usia atau pertimbangan medis.
Gleevec, adalah satu dari obat – obat kanker terbaru yang menonaktifkan enzim
abnormal dalam sel kanker, membunuhnya, tanpa mangganggu sel – sel yang sehat.
Terapi kanker lain seperti kemoterapi, menyerang sel – sel yang sehat sama halnya sel
kanker, membuat pasien merasa tidak senang dan sering menderita efek samping.
Obat baru yang sedang dipelajari pada percobaan klinik CML mencakup
homoherringtonine dengan interferon-alpha (INF-a), paclitaxel, QS21, dan amifostin.
Percobaan klinik mengevaluasi potensi keuntungan dari bahan – bahan seperti vaksin,
monoklonal antibodi, dan hormon (growth factor, interleukin)
3. Leukemia Limfositik Akut
Secara umum, pengobatan ALL dibagi atas beberapa fase:
a. Kemoterapi Induksi
Dengan remisi, sel – sel leukemik tidak lagi ditemukan pada sampel sumsum tulang.
Pada dewasa ALL, rencana standar induksi mencakup obat prednisone, vincristine, dan
anthracyclin; rencana obat lain mungkin mencakup L-asparaginase atau
cyclophosphamide. Untuk anak – anak dengan ALL resiko rendah, terapi standar
biasanya terdiri dari 3 obat (prednisone, L-asparaginase, dan vincristine) untuk bulan
pertama pengobatan. Anak – anak dengan resiko tinggi mungkin mendapatkan obat –
obat tersebuta ditambah anthracycline seperti daunorubicin.
b. Terapi Konsolidasi (1-3 bulan pada dewasa, 4-8 bulan pada anak – anak)
Untuk mengeliminasi sel – sel leukemia yang masih bersembunyi di dalam tubuh.
Kombinasi obat kemoterapeutik digunakan untuk menjaga sel – sel leukemia dari
perkembangan. Pasien dengan resiko ALL rendah-sedang menerima terapi dengan obat
antimetabolik seperti methotrexate dan 6-mercaptopurine. Pasien resiko tinggi
menerima dosis obat yang lebih besar ditambah pengobatan dengan agen
kemoterapeutik ekstra.
c. Profilaksis CNS (Terapi Preventif)
Untuk menghentikan penyebaran kanker ke otak dan sistem saraf. Profilaksis standar
mencakup:
1. Irradiasi kranial plus menarik tulang belakang atau intratekal untuk memasukkan
obat methotrexate
2. Methotrexate dosis tinggi melalui sistemik atau IT, tanpa irradiasi kranial
3. Kemoterapi IT.
Hanya anak – anak dengan leukemia T-cell, jumlah leukosit yang tinggi, atau
terdapat sel leukemia pada LCS yang memerlukan irradiasi kranial dan terapi IT.
d. Pengobatan maintanance
Dengan obat kemoterapeutik (prednison + vancristine + cyclophosphamide +
doxorubicin; methotrexate + 6-MP) untuk mencegah penyakit kembali lagi setelah remisi
didapatkan. Terapi maintanance biasanya dilakukan dengan dosis yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang digunakan untuk fase induksi. Pada anak – anak, program
intensif 6 bulan diperlukan setelah induksi, diikuti dengan 2 tahun kemoterapi
maintanance.
e. Terapi Follow-up
Untuk pasien ALL biasanya terdiri dari:
o Perawatan supportif, seperti pemberian nutrisi intravena dan pengobatan dengan
antibiotik oral (ofloxacin, rifampisin) khususnya pada pasien dengan
perpanjangan granulositopenia yaitu terlalu sedikit granulosit yang matang
(netrofil), bakteri menghancurkan leukosit yang mengandung partikel kecil, atau
bergranul ( kurang dari 100 granulosit/mm³ dalam 2 minggu)
o Transfusi eritrosit dan trombosit
Tes laboratorium yang dikenal sebagai polymerase chain reaction (PCR)
disarankan untuk pasien ALL, yang dapat membantu untuk mengidentifikasi
spesifik abnormalitas genetik. Tes PCR penting untuk pasien dengan penyakit
tipe B-cell. ALL B-cell biasanya tidak diobati dengan terapi standar ALL.
Digantikan dengan cyclophosphamide-based regimen yang digunakan untuk
limfoma non-Hodgkin.
Pasien dengan ALL yang kembali lagi digunakan alloBMT, agen sistem imun, dan
agen kemoterapeutik, atau dosis rendah radioterapi, apabila kanker terjadi melalui
tubuh atau SSP.
4. Leukemia Limfositik Kronik
CLL mungkin tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan yang ada saat ini. Tapi,
untungnya, sebagian besar CLL tidak membutuhkan terapi. Studi menyarankan bahwa orang
– orang dengan CLL Stage A (yaitu individu yang pembesaran kelenjar limfoidnya kurang
dari tiga area) tidak memerlukan pengobatan awal. Oleh karena itu onkologist mengobati
CLL berdasarkan stage dan simptom.
Secara umum, indikasi pengobatan adalah:
o Penurunan jumlah hemoglobin atau trombosit
o Peningkatan ke stadium selanjutnya
o Nyeri, penyakit yang berhubungan dengan pertumbuhan yang
berlebihan pada nodus limfe dan lien
o Lymphocyte doubling time (indikasi reproduksi limfosit) kurang
dari 12 bulan
Kemoterapi Untuk CLL
Rencana kemoterapeutik yang biasa digunakan untuk CLL adalah:
o Kombinasi kemoterapi dengan chlorambucil atau
cyclophosphamide plus obat kortikosteroid seperti prednison, atau
o Pengobatan agent-single dengan obat nukleosid sperti
fludarabine, pentostatin, atau cladribine. Bagaimanapun juga obat – obat tersebut
biasanya digunakan untuk kasus dimana CLL resisten (tidak berespon terhadap
pengobatan) atau kembali lagi setelah kemoterapi dengan chlorambucil atau
cyclophosphamide.
Orang – orang dengan penyakit stadium intermediate (Rai Stage I dan II) atau advance
(Rai Stage III atau IV) dapat dibantu dengan pertisipasi dari percobaan klinik. Pada saat ini,
percobaan klinik menggunakan senyawa imunologik (interferon, antibodi monoklonal)
bersamaan dengan agen kemoterapeutik baru (bryostatin, dolastatin 10 dan PSC 83-obat
cyclosporine yang diberikan dengan kemoterapi untuk menghambat resistensi obat)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
• Myelodisplastic syndrome
• Kemoterapi
• Down Syndrome
• Terpapar oleh elektromagnetik field
• Bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentu (formaldehid, benzene)
• Anemia fanconi
b. Riwayat kesehatan sekarang
• Demam atau berkeringat pada malam hari
• Fatigue
• Sakit kepala
• Nyeri pada tulang ataupun sendi
• Pembengkakan pada abdomen
• Pembengkakan pada nodus limfe terutama pada leher dan ketiak
• Penurunan berat badan
• Anemia
• Ptekie
• Hipertrofi gusi
• Panas tanpa infeksi
• Purpura
• Pegal – pegal
c. Riwayat kesehatan keluarga
• Saudara kandung (kembar monozigot/identik) menderita leukemia
3. Pemeriksaan fisik
A. Aktivitas
Kelelahan
Malaise
Lemah
Peningkatan kebutuhan tidur
B. Sirkulasi
Palpitasi
Takikardia
Membran mukosa pucat
C. Makanan/Cairan
Anoreksi
Mual
Muntah
Penurunan berat badan
Disfagia
Hipertrofi gusi
Distensi abdomen
Bunyi usus menurun
Stomatitis
D. Neurosensori
Pusing
Kesemutan
Disorientasi
Kejang
E. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri abdomen
Nyeri tekan sternal
Sakit kepala
Nyeri tulang/sendi
F. Pernapasan
Dyspnea
Napas pendek
Takipnea
Ronki
Penurunan bunyi napas
G. Keamanan
Gangguan penglihatan
Infeksi
Perdarahan
Pembesaran hati, limpa, nodus limfe
H. Integritas Ego
Depresi, Menarik diri
Ansietas
Perasaan tak berdaya
4. Pemeriksaan penunjang
a. DIAGNOSTIK
1. Leukemia Myelogenik Akut
Dengan aspirasi sumsum tulang yang menunjukkan peningkatan secara signifikan
myeloblast belum matang.
Kehadiran batang – batang Auer dalam darah juga merupakan indikasi dari AML.
Sitokimia: perokside +, Sudan Black +, PAS –
Leukeosit meningkat, normal, menurun (subleukemik, aleukemik)
2. Leukemia Mielogenik Kronik
Basofil meningkat
Resisten terapi
Trombositopenia progresif
Pemeriksaan sumsum tulang didapatkan keadaan hiperseluler dengan
peningkatan jumlah megakarosit dan aktivitas granulosit
3. Leukemia Limfositik Akut
Diperkuat dengan aspirasi atau biopsi sumsum tulang
Sama dengan AML tetapi yang ditemukan limfoblast, Auer’s Rod (-),
peroksidase (-), sudan black (-), PAS (+)
Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan sel blast dominan
4. Leukemia Limfositik Kronik
Biopsi sumsum tulang menunjukkan infiltrasi merata oleh limfosit kecil, yaitu
> 40% dari total sel yang berinti
Anemia
b. LABORATORIUM
1. Leukemia Myeloid Akut
Anemia: normositer normokrom, bisa berat dan timbul cepat
Leukosit meningkat, normal, menurun
Hapusan darah tepi menunjukkan blast 5%
2. Leukemia Myeloid Kronik
Lekositosis > 50.000/mm³
Pergeseran ke kiri pada hitung jenis
Trombositopenia
Kromosom Philadlphia
Kadar fosfatase alkali lekosit rendah atau sama sekali tidak ada
Kenaikan kadar vitamin B12 dalam darah
3. Leukemia Limfositik Akut
Pemeriksaan darah tepi ada leukositosis
Jumlah leukeosit nuetrofil seringkali rendah
Kadar hemoglobin dan trombosit rendah
4. Leukemia Limfositik Kronik
Limfositosis > 50.000/mm³
Trombositopenia
Sitogenik kelainan kromosom 12, 13, 14 kadang kromosom 6, 11
Penurunan jumlah eritrosi
No Diagnosa Sasaran Pasien Intervensi keperawatan/Rasional Hasil Yang Diharapkan1 Resiko tinggi terhadap
infeksi b.d tak adekuat
pertahanan sekunder:
gangguan dalam
kematangan SDP
(granulosit rendah dan
jumlah limfosit
abnormal), peningkatan
jumlah lomfosit imatur
Mencegah infeksi
selama fase
akut/pengobatan
Mandiri
Tempatkan pada ruangan khusus. Batasi
pengunjung sesuai indikasi, hindarkan
menggunakan tanaman hidup/bunga potong.
Batasi buah segar dan sayuran
Berikan protokol untuk mencuci tangan yang baik
untuk semua petugas dan pengunjung
Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara
peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi.
Observasi demam sehubungan dengan
takikardia, hipotensi, perubahan mental samar
Cegah menggigil: tingkatkan cairan. Berikan
mandi kompres
Dorong sering mengubah posisi, napas dalam,
batuk
Auskultasi bunyi napas, perhatikan gemericik,
ronki; inspeksi sekresi terhadap perubahan
karakteristik, contoh peningkatan produksi
sputum atau sputum kental, urine bau busuk
dengan berkemih tiba – tiba atau rasa terbakar
Rawat klien dengan lembut.
Pertahankan linen kering/tidak kusut
Dorong peningkatan masukan makanan tinggi
protein dan cairan
Mengidentifikasi tindakan
untuk
mencegah/menurunkan
resiko infeksi
Menunjukkan teknik,
perubahan pola hidup
untuk meningkatkan
keamanan lingkungan,
meningkatkan
penyembuhan
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, mis;
Hitung darah lengkap, perhatikan apakah SDP
turun atau tiba – tiba terjadi perubahan pada
neutrofil;
Kaji ulang seri foto dada
Berikan obat sesuai indikasi, contoh antibiotik
Hindari antipiretik yang mengandung aspirin
Berikan diet rendah bakteri, mis makanan
dimasak, diproses2. Nyeri (akut) b.d agen
fisikal (pembesaran
organ, sumsum
tulang yang dikemas
dengan sel
leukemik), agen
kimia (pengobatan
anti leukemik),
manifestasi
psikologis (ansietas,
takut)
Menghilangkan nyeri Mandiri
Selidiki keluhan nyeri. Perhatikan perubahan
pada derajat dan sisi
Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non
verbal, mis tegangan otot, gelisah
Berikan lingkungan tenang dan kurangi
rangsangan penuh stres
Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong
sendi, ekstremitas dengan bantal/bantalan
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi; Analgesik, contoh
asetaminofen; Narkotik, mis kodein, meperidin;
Agen antiansietas, mis diazepam, lorazepam
Melaporkan nyeri
hilang/terkontrol
Menunjukkan perilaku
penenangan nyeri
Tampak rileks dan
mampu tidur/istirahat
dengan tepat
3. Intolerans Aktivitas b.d
kelemahan umum
Meningkatkan fungsi
fisik optimal
Mandiri
Evaluasi laporan kelemahan,
Laporan
peningkatan aktifitas
(penurunan
cadangan energi,
peningkatan laju
metabolik, produksi
leukosit masif),
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
(anemia/hipoksia),
pembatasan
terapeutik, efek
terapi obat
perhatikan ketidakmampuan utnuk
berpartisipasi dalam aktivitas atau aktivitas
sehari
Berikan lingkungan tenang dan
periode istirahat tanpa gangguan. Dorong
istirahat sebelum makan hari
Jadwalkan makan sekitar kemoterapi.
Berikan kebersihan mulut sebelum makan dan
berikan antiemetik sesuai indikasi
Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan
yang dapat diukur
Berpartisipa
si dalam aktifitas sehari –
hari sesuai tingkat
kemampuan
Menunjukka
n penurunan tanda
fisiologis tidak toleran,
mis., nadi, pernafasan,
dan TD masih dalam
batas normal